Senin, 01 Februari 2016

Edward Simon Sinaga 2011 dan Thesis Tumaini University Makumira - Usa River - Tanzania - East Africa

Contemporary Discourse on the Ceremonial Use of Ulos

Horas
Ulos sebagai sehelai kain tenunan wanita (dulu dan hingga kini sejak dini remaja putri belajar menenun di sekitar halaman rumah atau di kolong rumah adat gorga di kampung atau bona pasogit) Batak adalah sehelai kain untuk melindungi tubuh dari teriknya cuaca dan dinginnya suhu bona pasogit atau tanah Batak. Dalam Ulos tampak dan dapat dibaca-dimaknai seni dan pesan (poda atau proverb) nenek moyang yang telah turun temurun sehingga nilai dan makna Ulos sangat mewarnai acara-acara seremonial masyarakatnya yang sistem kekerabatannya (kinship) begitu kuat dengan falsafah Dalihan na Tolu. 

Ketika  memahami Ulos di luar konteks Batakology (Habatahon) maka Ulos sebagai simbol cinta difitnah sebagai sumber penderitaan atau malapetaka (sudut pandang iman orang-orang Kristen radikal)
.
Ulos adalah Ulos, as a symbol of love ( Teologi Ikatan Kasih).

Inilah pembagian Bab demi bab Tesis tersebut di atas sehingga Diskursus Penyematan Ulos Kontemporer itu menjadi jelas:
1. -I-cover Thesis (download)
2. -II-Dec.-Ack.-Abb.-Abs.(download)
3. -III-Intro.-Conclu.-Biblio...New (download)
4. -IV-COVER Appendices (download)
5. -V-Appendices (download)
6. -VI-narration (download)

Semoga bermanfaat dalam memahami  kebudayaan-kebudayaan yang begitu kaya di negeri Indonesia ini, sehingga warisan nenk moyang bangsa Indonesia tidak hilang, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah nilai-nilai kemanusiaan (kebaikan, keneran, dan keadilan)



Salam
Edward Simon Sinaga, M.Th
NIDN: 2319097201
GKPI - STT ABDI SABDA - MEDAN


6 komentar:

  1. Syaloom Pak.
    memang benar bahwa kita identik dengan ulos karena ulos itu untuk melindungi tubuh dari teriknya cuaca dan dinginnya suhu bona pasogit atau tanah Batak. Dalam Ulos tampak dan dapat dibaca-dimaknai seni dan pesan (poda atau proverb) nenek moyang yang telah turun temurun sehingga nilai dan makna Ulos sangat mewarnai acara-acara seremonial masyarakatnya yang sistem kekerabatannya(kinship) begitu kuat dengan falsafah Dalihan na Tolu.
    Setiap Masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda dan begitu juga dengan suku batak (toba, simalungun , karo dan lain lain) dan cara penerpanNya yang berbeda-beda dengan kebudayaan masyarakat di luar suku batak. Itu juga merupakan kebudayaan yang tidak bisa di patahkan dari kita sebagai ketunan Nenek Moyang Kita yang bukan sebagai pembawa mala petaka, kerugian maupun dalam dampak negatif. Bahkan pada saat ada acara-acara, seperti pada saat Ibadah di sekolah dengan mengundang Masyarakat Luar kita memberikan ulos kebadanNya sebagai simbol kasih sayang bukan untuk dampak negatif dan mereka pun tidak keberatan bahkan mereka senang dengan hal itu.
    Melalui hal itu Pak jadi timbul pertanyaan Saya, dimana seperti yang kita ketahui yaitu gerja penta kosta maupun kharismatik merupakan suku batak di mana mereka tidak mau mengenakan ulos bahkan itu merupakan suatu peraturan, apakah mereka ini merupakan penganut kebudayaan atau mempunyai kebudayan yang berbeda dengan kita atau karena hal lain pak?

    BalasHapus
  2. Terimakasih komennya Krismay Pasaibu.

    Ulos dan makna kiasannya atau kain penuh simbol tersebut adalah karya dan ungkpan nilai-nilai kemanusiaan dari tanah Batak (secara khusus Toba.

    Gereja Protestan dan Roma Katolik, tidak menlaknya karena ulos adalah simbol kekerabatan dan simbol ikatan kasih di antara pemebri dan yang menerimanya.

    Namun dalam gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik (tertentu saja, tidak semua gereja itu), ulos ditolak dan seremonial adat juga ditiadakan karena pemandangan dan pemaknaan mereka akan kebudayaan dan unsur-unsurnya adalah berhala dan itu adalah agama nenek moyang. Mereka tidak melihat nilai budaya adalah nilai kemanusiaan, namun mereka membentuk hegemonitas (agama sewarna, sepaham) yang hanya berlandaskan Alkitab, mereka membangun kebudayaan alkitabiah yang sangat kuat pemahamannya akan Alkitab itu secara hurufiah (letter late).

    Salam Budaya

    BalasHapus
  3. bagus sekali foto-fotonya pak.
    sekilas mengenai ulos pak, bagaimana dengan cerita zaman dulu yang mengatakan bahwa warna ulos itu dibuat dari darah pak?
    salam

    BalasHapus
  4. Saya telah melihat tesis bapak, gambar-gambar di dalam tesis bapak bagus-bagus dan membantu saya untuk memahami isi dari tesis bapak. Boleh saya tahu bapak, bagaimana tanggapan orang-orang Afrika mengenai ulos batak setelah tesis bapak ini, bapak seminarkan?

    BalasHapus
  5. nama : Novi Triwani Sinaga
    Nim : 11.01.825
    syalom bapak....
    saya anak bimbingan bapak yang telah membaca tentang pembahasan bapak ini yang sangat baik dan saya merasa bangga menjadi orang batak dan merasa kagum atas tulisan bapak yang membahas tentang batak dan afrika . dimana Batak adalah sehelai kain untuk melindungi tubuh dari teriknya cuaca dan dinginnya suhu bona pasogit atau tanah Batak.
    terimakasi ya bapak buat ilmunya yang telah dibagikan buat kami.

    BalasHapus
  6. Nama: Novida Nasrawani Munthe
    NIM: 11.01.826
    Syalom Pak
    Saya anak bimbingan Bapak. Saya telah membaca tentang Thesis bapak. melalui tesis bapak itu telah membantu saya dalam mengerjakan skripsi saya. melalui tesis bapak ada hal yang baru yang saya dapatkan. itu membuka wawasan saya dalam hal pengkontekstualisasiaan. Dan itu bisa menjadi bandingan dalam Skripsi saya.

    BalasHapus