Kamis, 25 Februari 2016

Ujian Akhir Semester (UAS) Berjalan - IBD Teo. IC 2016

Ujian Akhir Semester (UAS) IBD Teo. IC 2016


Setiap minggunya mahasiswa harus memberikan satu komentar yaitu inti sari dari setiap bahasan yang sudah dibahas oleh kelompok. Karena itu mahasiswa dituntut untuk maksimal dan aktif dalam mengikuti pembahasan di kelas setiap minggunya, agar komen yang disampaikan tersebut benar-benar hasil bahasan dan pengembangan sesuai dengan analisa dari pemikiran dan kreativitas masing-masing mahasiswa.

Di bawah ini, adalah Tujuh (7) Materi Bahasan atau Sajian dari Tujuh (7) Kelompok setelah pelaksanaan UTS minggu yang lalu.

Yang harus anda lakukan untuk UAS-Berjalan ini adalah, wajib meringkas bahasan dan sajian kelompok setiap minggunya berserta analisa saudara atas setiap materi, dan demi kualitas dan akuratnya analisa saudara, maka jumlah satu (1) komen hanya lima belas (15) kalimat (tidak kurang dan tidak lebih dari 15 kalimat, setiap komen per-minggu-nya)!



Humanisme Y.B. Mangunwijaya:
Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka 
(Forum Mangunwijaya IX, 2015) 
Kelompok I
Manusia Humanis Menurut Romo Mangun 
(Forum Mangunwijaya IX, 2015)
Kelompok II
“Pasemon” dalam Sastera Karya Romo Mangun
(Forum Mangunwijaya IX, 2015) 
Kelompok III
Keberpihakan pada Kaum Miskin, Konteks yang Melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Balada Becak 
Karya Y.B. Mangunwijaya
(Forum Mangunwijaya IX, 2015)
Kelompok IV
Si Penggembala Cerita
(Forum Mangunwijaya IX, 2015)
Kelompok V
Dehumanisme Politik Agama di Indonesia 
(Forum Mangunwijaya IX, 2015)
Kelompok VI
Agama dan Pluralisme 
(Pluralisme dan Reaktualisasi Pancasila, Agama Titik Lemah Bangsa Indonesia?, Hal Penodaan Agama-Beberapa Catatan, Kekerasan Atas Nama Agama) 
(F.M. Suseno, 2015) 
Kelompok VII


Demikianlah tuntunan dan arahan kepada semua mahasiswa, khususnya kelas Teologia, agar kiranya setia, rajin, dan kreatif dalam mengikuti bahasan materi demi materi yang sudah ditetapkan dalam Silabus IBD Teo, 2016 tersebut.

Ruang komen di bawah ini dikhususkan untuk kelas Teo.IC tingkat I 2015.

Isilah ruang komen di bawah iini, dengan penulisan yang benar dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), bahasa Indonesia yang benar.

Salam Budaya.
Horas, Mejuah juah, Juah juah.

Salam
Edward Simon Sinaga, M.Th
NIDN: 2319097201
GKPI - STT ABDI SABDA - MEDAN

277 komentar:

  1. Boris Adi Puttra Manurung
    I-C/Theologia
    15.01.1224

    Saya akan mengutarakan pandangan saya yang merupakan menjadi inti sari dari topik bahasan “Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Faham Dasar Pendidikan Romo Mangunwijaya”.
    Romo Mangunwijaya adalah seorang sosok yang multi talenta, gigih dan berani. Selain sebagai seorang Pastor, ia juga menjadi seorang Eksklaustrasi, Budayawan, Arsitektur, penulis novel dan Profesinya yang lain. Ia sangat memerhatikan kehidupan masyarakat yang masih tergolong miskin, dan ia sangat menekankan nilai-nilai kemanusiaan, artinya Romo mau menerapkan dan mengajak kita untuk melakukan hal ini. Topik bahasannya bermuara pada nilai-nilai kemanusiaan dimana Romo ingin membangun hubungan antara Humanisme dan Religius, dan Romo ingin menembus kedalam nilai-nilai kemanusiaan. Topik Mangun ini mau membangun Bangsa ini, Ia mencoba agar Indonesia menjadi bangsa yang besar, berkeadilan, benar dan sesuai dengan Pancasila. Mangun mengatakan, kita harus membangun nilai-nilai kemanusiaan, kita diajak untuk merenungkan kepedulian pemuda dalam masyarakat, membangun rasa peduli dalam bermasyarakat karena sangat tinggi tembok yang harus dilompat untuk mencapai dasar Nilai-nilai kemanusian didalam suatu komunitas.
    Mangun terbuka dengan keberagaman agama, ia menjadikan setiap agama menjadi teman kerja untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan, khususnya melayani orang miskin. Faham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikatakan tak terlepaskan dari faham religius. Romo Mangun sepaham dengan pandangan Rudolf Otto bahwa manusia adalah makhluk religius (homo religiosus), demikian setiap manusia serta-merta bersifat religius; bahwa ada sifat yang disebut “suci” yang berbeda dari sekadar “rasional” dan”baik” dalam arti moral. Religius disini tidak harus diartikan sebagai pemeluk agama tertentu, melainkan adanya kecenderungan dan kesadaran akan yang Ilahi, yang mengatasi kekecilan manusia atau rasa kemakhlukan (creature-feeling), atau rasa ketergantungan (feeling of dependence) pada sesuatu yang lain.
    Pendidikan yang Romo Mangun sumbangkan adalah bagaimana mereka bekerja sama dalam berbagai macam bidang, dengan semangat kemanusiaan yang sama, merasakan keprihatinan yang sama sebagai manusia yang kecil, sehingga ada rasa untuk merangkul dan berjalan bersama. Humanisme Religius Mangunwijaya secara lokal memberikan sumbangannya dalam dua arah, sebab ia berani mengatakan kritiknya pada pemerintah, ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkaitan dengan nasib rakyat, keberanian ini menurut Arief Budiman menjadi kekhasan Mangun dan di pihak lain Romo Mangun memberikan sumbangan dalam menghidupkan civil society yang sering tidak mudah karena politik pengkotak-kotakan pemerintah. Melalui konsep SARA-nya Romo Mangun merintis kerja sama masyarakat bawah, pemberdayaan orang-orang miskin, tanpa pandang perbedaan agama. Selain itu, pendidikan yang diajarkan Romo juga adalah sikap Nasionalisme yang terbuka. Romo tidak tertutup dari kepelbagaian suku dan agama, malah mempersatukannya untuk menciptakan kedamaian dalam mencapai Indonesia yang makmur. Romo Mangun berusaha membuka paradigma manusia menuju jalan ke dalam sebuah “tujuan hidup” yang mengarah kepada religiositas dan akhirnya mengajak kita meneruskan karya dan perjuangan Romo Mangunwijaya dalam membangun kemanusiaan.

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boris Adi Puttra Manurung
      I-C/Theologia
      15.01.1224

      Dalam pertemuan kedua (04/04/2016), dengan Topik “Manusia Humanis menurut Romo Mangun” saya memahami bahwa inti sari dari bahasan ini adalah, Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Eduart Spranger (1950), melihat manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah aspek kerohaniannya. Manusia akan menjadi sungguh-sungguh manusia kalau ia mengembangkan nilai-nilai rohani (nilai-nilai budaya), yang meliputi: nilai pengetahuan, keagamaan, kesenian, ekonomi, kemasyarakatan dan politik. Mangunwijaya membangun Konsep Manusia Humanis, artinya Manusia yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yg lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Mangunwijaya membangun konsep manusia dengan tiga istilah, yaitu: Manusia Pasca-Indonesia, Pasca-Nasional, dan Pasca Einstein, dalam Konsep Pasca-Nasional mencita-citakan sosok manusia yang terbuka kepada nilai-nilai kemanusiaan universal. Mangun ingin membuka paradigma bangsa Indonesia akan pembentukan Manusia baru yang mempunyai rasa kemanusiaan, dan menghindarkan penindasan atas rakyat kecil.

      Pendidikan menurut Romo Mangun, adalah menghantar dan menolong anak untuk mengenal dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, utuh, merdeka, bijaksana, humanis, dan menjadi sosok Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, dan Pasca Nasional, sekaligus peduli dan solider dengan sesama manusia. Mangun menunjukkan bahwa hidup ini penuh dengan kemungkinan. Paham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikatakan tidak terlepas dari Paham religiositas karena ia membangun kemanusiaan yang Religius. Romo Mangun berusaha membuat konsep manusia menjadi manusia humanis dalam melawan belenggu feodalisme. Mangun mengajak generasi muda untuk menjadi sosok pahlawan yang membangun nilai-nilai kemanusiaan. Dalam konteks Mahasiswa, Mangun memanggil mahasiswa supaya pendidikan yang dimiliki berwujud pada pengabdian, terwujud seperti Paham Mangunwijaya. Akhirnya yang ditekankan Mangunwijaya adalah mewujudkan Nilai-nilai kemanusiaan supaya tercipta bangsa yang adil dan makmur. Saya menyimpulkan bahwa manusia Humanis itu terwujud dimulai dengan Pendidikan dan kesadaran dalam diri sendiri, Lingkungan sekitar dan Menuju kebangsaan yang baik.

      Hapus
    2. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tingkat/Jurusan :I-C/Theologia

      UAS Berjalan ke III

      Topik : “Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun.

      Dalam bahasan “Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun, (11/04/16), dijelaskan bahwa: Pasemon adalah istilah dari sastra Jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio, Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk mengambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Dalam bahasa indonesia “Pasemon” merupakan suatu cara ekspresi berupa sindiran halus dalam bentuk kiasan yang menunjukkan suatu sikap pada saat dan tempat tertentu, artinya sindiran halus ini adalah untuk memperbaiki diri. Karya sastra Romo Mangun seperti Burung-Burung Manyar, Romo Rahadi, Burung-Burung Rantau, dan Trilogi Roro Mendut, dapat dijelajah pikiran Romo Mangun, bahwa karya sastra Romo Mangun ini menghadirkan pemikiran Romo Mangun melalui Pasemon, dengan simbol-simbol seperti Yesus yang mengajar dengan perumpamaan. Melalui karya Romo Mangun ini kita akan diingatkan tentang nilai-nilai kemanusiaan, dalam Katolik dikatakan nilai-nilai kemanusiaan itu adalah Bonum (Kebaikan), Verum (Kebenaran), Sanctum (Kekudusan). Jika kita membaca karya-karya Romo Mangun, akan dapat kita temukan tebaran “Nuansa Teologis” dan “Spirit Iman” Romo Mangun sebagai seorang Imam (Pastor) sekaligus seorang Kristiani yang saleh, yang dapat dikatakan visi Estetiknya tidak mungkin dilepaskan dari Spirit Iman dan nuansa keagamaan Romo Mangun, terlebih iman dan agama yang ia pahami adalah iman dan agama “Yang terlibat dengan Manusia” (Teologi pembebasan dan iman pemerdekaan) dimana Romo terjun langsung dalam praksis kemanusiaan ke kancah dan hidup orang-orang kecil, yang terpinggirkan atau mereka yang didera nasib sunyi, sebagai contoh dalam desa Kali Code, Romo tidak tahan melihat orang lama-lama menderita. Romo menggambarkan cerita masa lalu dalam novelnya untuk direfleksikan kedalam kehidupan masa kini dalam hal membangkitkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yaitu sebagai contoh dalam tokoh Marineti dalam novel Burung-burung Rantau, ia membebaskan manusia dari komunitas yang percaya dengan takhayul.

      Hapus
    3. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tngkt/Jur :I-C/Theologia

      Sambungan UAS berjalan III

      Romo Mangun” adalah hiburan yang menguatkan hati di kala susah (bagi orang-orang susah), tetapi juga membawa harapan kemajuan dalam hidup, hal ini terlihat dimana mereka terdorong untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi karena simpati yang diperlihatkan oleh Romo Mangun dan kehangatan cinta kasihnya yang diberikan kepada sesama umat manusia. Dia mengasihi dan dia sentuh setiap manusia dengan ketulusan cinta kasihnya yang terpancar dari keimanan dan keyakinannya. Hal itu, tidak hanya tampak dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga dalam karya tulisnya, kombinasi antara keterusterangan, kecintaan pada manusia, dan kepercayaan yang teguh akan masa depan yang baik merupakan modal utamanya.

      Hal ini juga tampak dalam kupasan-kupasannya mengenai sejarah modern bangsa kita dalam kolom-kolomnya. Karya-karya tulis itu memperlihatkan keagungan jiwa manusia yang tahu benar apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya, Begitu juga tentang kehidupan yang menderanya dan janji kehidupan yang lebih baik yang menunggunya di masa depan. Prinsip-prinsip di atas tampak dalam novel-novel yang ditulisnya, terutama tentang masyarakat Jawa masa lampau, Dunia Roro Mendut dan Pronocitro dalam kupasan Romo Mangun yang sangat tajam, ternyata adalah dunia kita juga dengan segala kemelut dan permasalahannya, disini ketegaran jiwa Roro Mendut adalah juga ketegaran jiwa Romo Mangun yang memperjuangkan kemerdekaan umat manusia. Sindiran-sindirannya membuat setiap orang yang berpikiran cerdas dan peka merasa malu dima dalam hal ini, seolah Romo Mangun menjadi wakil masyarakat yang terlupakan dan tertinggalkan karena di samping ketajaman batin dan kepekaan nuraninya yang tinggi. Sosok Romo Mangun juga menjadi simbol kesederhanaan, Sebagai seorang tokoh yang sudah bertaraf internasional, Romo Mangun tidak pernah menampakkan sikap ketokohannya dalam performance. Sikap glamour dan berlebihan hampir tidak tampak dari Romo Mangun, sikapnya yang demikian seolah mengajarkan kita akan pentingnya makna kesederhanaan dan pentingnya pengekangan diri untuk tidak hanyut dalam setiap predikat yang disandang dan prestasi yang diraih, apalagi kedudukan”, Romo Mangun itu membuat orang bukan mewah, tetapi membuat orang miskin mempunyai martabat dan juga fasilitas yang layak. Dalam konteks Teologia, disebut Allah yang transenden, tetapi semua agama menjelaskan ini, Kristen secara khusus Allah disebut Allah yang berinkarnansi, artinya Allah yang mau menjadi manusia karena kasihnya kepada manusia.

      Hapus
    4. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Tgkt/Jur: I-C/Teologia
      Nim : 15.01.1224
      UAS Berjalan IV.
      Topik: “Keberpihakan Pada Kaum Miskin, Konteks Yang Melatarbelakangi Dan Gambaran Kaum Miskin Dalam Balada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya”
      Dalam Bahasan “Keberpihakan Pada Kaum Miskin, Konteks Yang Melatarbelakangi Dan Gambaran Kaum Miskin Dalam Belada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya” pada (18/04/2016), saya memahami bahwa membaca Novel Balada Becak, menggambarkan dengan jelas bagaimana potret pemuda Indonesia dimana ada tiga zaman yang begitu rentan mewarnainya.

      Pertama, Pembangunan mengingatkan kita sejarah pemuda pada Tahun 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo. Penjajahan dari Belanda dan jepang menjadi pengingat bagi kita akan Budi Utomo yang ingin keluar dari kemiskinan. Kedua, setelah 20 tahun kemudian (1928) terbentuk gerakan Sumpah Pemuda, dimana hal ini berhubungan dengan kemiskinan, kekurangan, dan kebodohan. Ketiga, dalam masa peperangan pada tahun 1945 terjadi peristiwa Bandung Lautan Api. Pemuda Indonesia tahun 1945 terpancing untuk belajar dan adventure, dimana semangat dan gejolak pemuda ingin memperbaiki nasib yang akhirnya menjadi pemimpi yang akan terwujud. Melalui Novel Balada Becak, Romo Mangunwijaya menawarkan nilai, bahwa dalam kekurangan dan kemiskinan, bukanlah menjadi penghancur martabat seseorang, tetapi meskipun demikian halnya yang terjadi, semangat bekerja harus tetap dilakukan. Novel Balada Becak merupakan Novel yang berkarakter dan kuat, karena kisah kemiskinan seperti yang dialami Yusuf dalam novel ini, tidak menjadi Alasan bahwa pemuda itu mejadi tidak bermartabat, tetapi pemuda itu tetap berjuang untuk hidup dan berkarya, dan ada ketulusan untuk bekerja. Novel Balada Becak menawarkan nilai-nilai yang sangat berharga yaitu:
      1. Walaupun dalam keadaan miskin, tetapi martabat manusia itu tetap ada dan ditawarkan dalam novel ini.
      2. Walaupun miskin namun tetap harus bermimpi dan berkarya.
      3. Walaupun miskin bukan berarti menjadi terhina, tetapi novel ini menawarkan dan mengingatkan kita bahwa dalam kemiskinan pun ada cinta dan cinta itu itu tidak memandang status (cinta Lilian dan Riri kepada Yusuf).


      Novel Balada Becak ini merupakan sebuah kisah anak manusia yaitu pemuda Indonesia yang bermartabat dan kisah ini merupakan kisah yang lebih bermakna untuk pembelajaran bagi kita, artinya kemiskinan itu tidak menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan (Seperti Yusuf yang walaupun miskin namun ia tetap berjuang untuk melakukan hal-hal besar untuk kebaikan). Di mata Romo Mangunwijaya, ada kisah nilai-nilai kemanusiaan dalam kemiskinan, dimana ada nilai “cinta” (Yusuf, Lilian dan Riri). Yusuf hanyalah korban konteks dari sistem pemerintah, Yusuf tidak menjadi mengeluh akan kemiskinannya tetapi berjuang dengan setia mendayung Becaknya dan menjadi tukang Las yang handal, artinya disini melalui Tokoh Yusuf memperlihatkan dan membuktikan bahwa ciri khas bangsa Indonesia adalah berjuang dan bersikeras untuk kemajuan. Dalam novel ini saya melihat bahwa Romo mangun menjadi pelanduk yang mencoba menggali permasalahan masa kini dengan melihat kemasa lalu dan selalu memperjuangkan rakyat kecil. Keberpihakan Romo Mangunwijaya terhadap mereka yang terpinggirkan bukan asal berpihak tetapi menunjukkan kemungkinan penyebabnya serta bagaimana Mangunwijaya menyikapinya. Romo ingin membangkitkan pemuda yang mulia, dan bertanggung jawab, mempunyai jiwa jujur dan jiwa semangat.
      Salam IBD....

      Hapus
    5. Nama: Boris Adi Puttra Manurung
      Tgkt/Jur: I-C/Teologia
      Nim:15.01.1224
      M. Kuliah: Ilmu Budaya Dasar
      Dosen: Pdt. Edward Simon Sinaga. M.Th

      UAS Berjalan V.

      Topik: “Si Penggembala Cerita”

      Dalam pembahasan “Si Penggembala Cerita” dalam pandangan B. Mawardi dapat dipahami bahwa B. Mawardi menilai Romo Mangun sebagai “Penggembala Cerita”. Y.B. Mangunwijaya sebagai Pastor bagi umat didalam Gereja juga sebagai penggembala Cerita dalam karya sastranya. Humanisme datang dari sosok Y.B. Mangunwijaya dalam karya kreativitas dan sastra, dimana sastranya bermuara kepada nilai. B.Mawardi ingin latar belakang Romo Mangun sebagai penggembala tetap di ingat dan pakai. Karya Mangun menuntun kita untuk selalu menghargai kemanusiaan. Romo mengangkat nilai-nilai kemanusiaan melalui sastra, Penggembala cerita menjalani hidup bersama kata, menaruh ide, dan imajinasi di jagat kata. Y.B.Mangunwijaya (YBM) adalah manusia-kata, kita mengenalinya sebagai pengarang cerpen, novel, esai. YBM juga berperan sebagai “peminat kesusastraan” artinya “pembaca tekun” dan “tukang komentar”, Buku Sastra dan Religiositas (1982) membuktikan penggembala cerita mengalami ketakjuban-ketakjuban di kesustraan. YBM memilih bergerak dan singgah di “lembah prosa” dan mengesahkan diri sebagai pembaca prosa. Novel-novel dari para pengarang ampuh memberikan dan merangsang uraian-uraian mengenai religiolitas.


      Kita bisa merasakan rangsang religiositas melalui pilihan kutipan-kutipan di pelbagai buku garapan YBM seperti Novel Romo Rahadi (1981) memuat dua kutipan impresif. Kutipan dari kitab Amos (5-20): “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya.” Kutipan dari Ernest Renan, penulis risalah mocer berjudul Qu’est ce qu’une nation? (1882): “Keragu-raguan adalah sebentuk penghormatan kepada kebenaran.” YBM menaruh dua kutipan di halaman awal, sebelum pembaca masuk ke lembah cerita. Kebiasaan menaruh kutipan juga ada di buku Sastra dan Religiositas (1982). Mangunwijaya menjelaskan terlebih dahulu bahwasannya kutipan itu adalah pengantar ke permenungan. Y.B. Mangunwijaya adalah penabur lambang di novel supaya pembaca menemukan untaian renungan melalui lambang yang merujuk ke Flora dan Fauna. Novel “Burung-burung Manyar” tahun 1981, merupakan salah satu novel yang berkelimpahan lambang. Ungkapan-ungkapan yang merujuk ke jagat fauna: “anak harimau mengamuk”, “merpati lepas”, “singa mengerti”, dsb.
      YBM juga menghendaki diri sebagai “sastrawan hati nurani”, Sastra tak sekedar cerita, Sastra berurusan dengan hati nurani, Sastra menghampiri pembaca sebagai suluh untuk mengalami dan mengartikan hidup, berpijak ke hati nurani.
      Pandangan pesan sastra berhati nurani bisa dilihat dari novel Burung-Burung Rantau (1992), dimana tokoh bernama netti memberi-menghadirkan diri didunia kaum miskin, berbagi ilmu dan penghidupan sementara Netti adalah sarjana dan lahir tumbuh di keluarga berlimpah harta, namun tetap rendah hati oleh karena itu YBM tak terbiasa menampilkan peristiwa-peristiwa berhati nurani tanpa pertimbangan-pertimbangan filosofis dan religius.

      YBM pun memberi eksentuasi bahwa cerita bermula dan berakhir demi hati nurani. “Netti merasa bahwa justru dia sendirilah yang ditolong oleh kaum kecil di kampung itu, apalagi kalau mendengar khotbah di gereja, bahwa Sang penolong pada hakikatnya hanyalah Tuhan sendiri. Tokoh-tokoh dalam novel Y.B.Mangunwijaya, sering dipakai seorang sarjana intelektual, karena peranannya berkaitan dengan amalan kemanusiaan. Y.B. Mangunwijaya mengingat julukan untuk Larasati sebagai orang yang di karuniai jiwa yang arif, begitu juga dalam novel Durga Umay, tokohnya mengesankan, ada pertautan dari ingatan mitologis. Y.B.Mangunwijaya menghadirkan esai sebagai renungan humor, kritik, celotehan, dan kothbah seperti esai dalam Burung-Burung Manyar yang disampaikan Larasati sebab “siapa berkemauan untuk memilih, dia mengatasi nasib, ia raja yang menguasai dalil rutin belaka.

      Hapus
    6. Sambungan UAS Berjalan V.... “Si Penggembala Cerita”

      Refleksi untuk topik “ Si Penggembala Cerita” ini saya ambil dari Yehezkiel 34:11–16 dan Yohanes 10:7-16.
      “Akulah Gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi padaku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Ku-tuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali” (Yohanes 10:14-17).

      Dalam Yehezkiel 34:11-16 memperlihatkan kepada kita bagaimana Allah kecewa terhadap pemimpin Israel yang hanya memikirkan ambisi pribadi, mengutamakan keselamatan sendiri dan membiarkan umat menjadi korban keganasan, kebuasan dan keserakahan mereka sendiri. Namun Allah berjanji bahwa suatu saat nanti Ia akan mencari dan mengumpulkan kembali umat Allah yang tercerai-berai akibat perbuatan para pemimpin Israel yang tidak dapat dipercaya itu.

      Dalam Yohanes 10:7-16 dinyatakan bahwa gambaran tentang Allah sebagai gembala/pemimpin hidup yang baik bagi manusia itu telah nampak dalam diri Yesus. Yohanes dalam injilnya ini menyatakan bahwa Yesus adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Yesus tidak sama dengan para pemimpin umat Israel saat itu.
      Sebagai gembala yang baik, Yesus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
      1Yesus mengenal domba-dombaNya (Yoh.10:14).
      2.Yesus Memelihara Kita.
      Ratapan 3:22-23 dikatakan, “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya; selalu baru setiap pagi…” Setiap kita bangun pagi, berkat Allah sudah berlaku dan tersedia bagi kita.
      3.Memberikan Teladan (Yoh.10:4).
      4.Yesus adalah seorang gembala yang bersikap terbuka terhadap kepelbagaian (Yoh.10:16).

      Terimakasih
      Salam IBD.......

      Hapus
    7. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Tgkt/Jur : I-C/Theologia
      Nim : 15.01.1224
      M. Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th

      UAS Berjalan VI
      Topik : Dehumanisasi Politik Agama di Indonesia
      Ditulis Oleh : M. Mulia (Ketua Umum ICRE)

      Dalam pembahasan (02/05/2016) Dehumanisasi Politik Agama di Indonesia, saya memahami bahwa Bahasan ini adalah suatu fenomena dimana terjadi diskriminasi oleh agama-agama yang di akui di Indonesia. Menurut M. Mulia, fenomena masih banyaknya agama tradisi itu, sementara ruang pengakuan sudah tertutup sehingga terjadilah di negeri ini dehumanisme agama yang sampai pada politik agama. Isu kontroversi penghapusan kolom agama di KTP yang merebak akhir-akhir ini mengingatkan kita pada sosok Romo Mangun. Humanisme bukan saja menuntut pembaruan hidup melainkan juga memperbarui sikap kita terus-menerus sehingga mau menjadi manusiawi dan menghargai kemanusiaan.
      Tidak heran jika Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan. Dari pengalaman hidupnya, dia menemukan bahwa yang selalu menjadi korban oleh pihak yang lebih kuat, baik dalam masa kemerdekaan maupun masa pembangunan, tiada lain adalah rakyat kecil, khususnya yang miskin, terlebih perempuan dan anak-anak. Kondisi memprihatinkan ini dilukiskannya dalam novel Ikan-ikan Hiu, dia secara gamblang menunjukkan, rakyat kecil selalu menjadi tumbal.
      Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai kebijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khususnya penganut agama-agama di luar 6 agama yang “diakui” pemerintah.
      Kebijakan dehumanisme itu sangat kasat mata terlihat pada pencantuman kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang merupakan identitas diri penduduk. Semua warga harus mengisi kolom agama dalam KTP, fatalnya semua warga hanya boleh memilih satu di antara 6 agama “diakui”, yakni Islam, Katholik, Kristen, Hindu dan Budha. Bagi penganut di luar 6 agama tersebut terpaksa berdusta demi memenuhi aturan resmi negara. Betul kata Romo Mangun dalam novel Burung-Burung Rantau: “Orang sering tidak sadar bahwa ia mengekang orang lain dengan memberi suatu suasana dan iklim tertentu.”
      Sebagai bangsa indonesia, kita bangga dengan slogan bhinneka tunggal ika. Artinya, kita sadar bahwa keberagaman atau pluralitas adalah fakta sosiologis. Keberagaman terlihat nyata dalam etnisitas, agama, kepercayaan, warna kulit, bahasa dan tradisi, semua itu menjadi modal sosial yang amat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
      Berbicara tentang agama, hakikatnya adalah berbicara tentang interpretasi agama. Berbagai kebijakan dehumanisme menjadi hambatan struktural yang kasat mata dalam pemenuhan hak kebebasan beragama di Indonesia. Hambatan tersebut dapat diatasi melalui langkah-langkah konkret berikut. Pertama, pemerintah sebagai pelaksana jalannya roda pemerintahan harus mampu secara konsisten menjabarkan spirit humanisme seperti dinyatakan dalam Pancasila dan konstitusi untuk kemudian dijabarkan melalui berbagai peraturan yang lebih operasional dibawahnya. Kedua, pemerintah bertanggung jawab terhadap perlindungan hak kebebasan beragama semua warga tanpa kecuali sebagai bentuk pengakuan adanya persamaan hak bagi seluruh warga Indonesia. Ketiga, mendorong para pemuka agama mulai dari tingkat pusat sampai tingkat desa agar membuka ruang dialog seluas-luasnya dengan melibatkan semua unsur agama di masyarakat dalam merespon berbagai fenomena kehidupan agama.

      Hapus
    8. Sambungan UAS berjalan VI
      Berbicara tentang agama, hakikatnya adalah berbicara tentang interpretasi agama. Berbagai kebijakan dehumanisme menjadi hambatan struktural yang kasat mata dalam pemenuhan hak kebebasan beragama di Indonesia. Hambatan tersebut dapat diatasi melalui langkah-langkah konkret berikut. Pertama, pemerintah sebagai pelaksana jalannya roda pemerintahan harus mampu secara konsisten menjabarkan spirit humanisme seperti dinyatakan dalam Pancasila dan konstitusi untuk kemudian dijabarkan melalui berbagai peraturan yang lebih operasional dibawahnya. Kedua, pemerintah bertanggung jawab terhadap perlindungan hak kebebasan beragama semua warga tanpa kecuali sebagai bentuk pengakuan adanya persamaan hak bagi seluruh warga Indonesia. Ketiga, mendorong para pemuka agama mulai dari tingkat pusat sampai tingkat desa agar membuka ruang dialog seluas-luasnya dengan melibatkan semua unsur agama di masyarakat dalam merespon berbagai fenomena kehidupan agama.
      Kesadaran tentang bhinneka tunggal ika, khususnya kebhinekaan agama harus mendorong pemerintah dan masyarakat memperjuangkan humanisme yang mengakui hak-hak asasi manusia, termasuk hak kebebasan beragama semua warga tanpa kecuali. Fakta kebhinekaan agama di Indonesia melatarbelakangi adanya prinsip kebebasan beragama dalam konstitusi. Dalam berbagai dokumen HAM, kebebasan diartikan dengan kekuasaan atau kemampuan bertindak tanpa paksaan; ketiadaan kendala (hambatan); kekuasaan untuk memilih tindakan seseorang vis-à-vis negara, yang seringkali dilihat di dalam arti kebebasan dasar (fundamental freedom) dan tujuannya semata untuk melindungi martabat manusia.
      Perlu dicatat, pengertian hak kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam berbagai dokumen HAM mencakup delapan komponen: Pertama, kebebasan Internal. Kedua, kebebasan eksternal. Ketiga, prinsip tidak ada Paksaan. Keempat, prinsip non-diskriminatif. Kelima, mengakui adanya hak orang tua atau wali. Keenam, kebebasan lembaga dan status legal. Ketujuh, adanya pembatasan yang diijinkan pada kebebasan eksternal. Kedelapan, prinsip non-derogability (tidak ada pengurangan).
      Romo memiliki prinsip bahwa menjadi seorang pastur tidak hanya terbatas melayani umatnya, melainkan semua umat manusia. Dalam pelayanannya di masyarakat, dia tidak membeda-bedakan penganut agama, semua dilihatnya dalam esensi yang mendalam, yakni sebagai makhluk manusia. Bukunya berjudul Impian dari Yogyakarta, menjelaskan dengan indah betapa Romo Mangun menjadi inspirator pemulihan pemukiman kumuh di bantaran Kali Code Yogyakarta untuk menjadikan masyarakat sekitar lebih manusiawi. Sebagai seorang rohaniawan Katolik, Romo Mangun sangat vokal menyuarakan pentingnya teologi progresif revolusioner atau sering juga disebut teologi pembebasan. Teologi yang memihak kaum kecil atau membebaskan kaum tertindas dari berbagai macam penindasan layaknya penindasan ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya.

      Hapus
    9. Lanjutan UAS Berjalan VI
      Salah satu bentuk upaya konkret untuk mengikis dehumanisme dalam bidang agama adalah menegakkan prinsip pluralisme agama. Pluralisme hendaklah dimaknai bahwa setiap pemeluk agama harus berani mengakui eksistensi dan hak agama lain dan selanjutnya bersedia aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan berbagai agama menuju terciptanya suatu keharmonisan masyarakat.
      Setiap agama memiliki dasar teologisnya sendiri untuk mengklaim kebenaran dirinya. Akan tetapi, dalam waktu yang sama, semua agama juga mempunyai dasar teologis untuk menyatakan bahwa hanya Tuhan dan wahyulah yang merupakan kebenaran absolut. Dalam konteks bangsa Indonesia yang secara sosiologis sangat plural, cara pandang keagamaan yang toleran, pluralis, dan peaceful sangat diperlukan untuk menjaga bumi pertiwi ini agar tidak larut dalam konflik, tidak tenggelam dalam jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan. Untuk itu, humanisme kebijakan pembangunan bidang agama mutlak diperlukan. Dan itulah yang diinginkan Romo Mangun dalam novel Burung-Burung Rantau. Sekali lagi, bagi Romo Mangun, humanisme adalah cita-cita dasar berdirinya negara Indonesia. Kalau begitu, semua kebijakan pemerintah seyogyanya berujung pada upaya pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia sebagai warga negara yang merdeka, dan pada gilirannya membawa kepada kemaslahatan dan kesejahteraan hidup sebagai bangsa Indonesia. Itulah yang disebut Romo Mangun dengan kebijakan humanisme seperti dijelaskan dalam novelnya, Burung-Burung Manyar.
      Saya membuat refleksi untuk topik ini dari Mazmur 140:13
      “Aku tahu bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin”
      Allah itu adil, bersifat adil berarti bahwa Allah menopang tatanan moral semesta alam, dan dalam perlakuan-Nya terhadap umat manusia Ia bersikap benar dan tidak berdosa. Tekad Allah untuk menghukum orang berdosa dengan maut bersumber pada keadilan-Nya; Ia marah terhadap dosa karena Ia mengasihi kebenaran. Dia menyatakan murka-Nya terhadap segala bentuk kefasikan, khususnya penyembahan berhala, ketidakpercayaan, dan perlakuan tidak adil terhadap sesama manusia. Yesus Kristus, yang juga disebut sebagai 'Orang Benar' juga mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan. Perhatikan bahwa keadilan Allah tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Sebaliknya, untuk memuaskan keadilan-Nyalah Dia mengutus Yesus ke dalam dunia sebagai karunia kasih-Nya dan sebagai korban-Nya karena dosa demi kita, supaya memperdamaikan kita dengan diri-Nya sendiri. Penyataan Allah yang terakhir akan Diri-Nya ialah Yesus Kristus; dengan kata lain, jikalau kita ingin sepenuhnya mengerti kepribadian Allah, kita harus memandang kepada Kristus, sebab dalam Dia berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan. Janganlah kita membeda-bedakan, karena Yesus tidak pernah membeda-bedakan manusia.

      Hapus
    10. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Tgkt/Jur : I-C/Teologia
      Nim : 15.01.1224
      M. Kuliah : Ilmu Budaya Dasar (IBD)
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th

      UAS Berjalan VII
      Topik : Pluralisme dan Reaktualisasi Pancasila
      Ditulis oleh : F.M. Suseno.

      Dalam Pembahasan “Pluralisme dan Reaktualisasi Pancasila” pada (09/05/2016), saya memahami bahwa Pluralisme itu adalah keterbukaan dalam menerima kepelbagaian. Ditengah-tengah kemajemukan masyarakat dunia ini, maka kita tidak bisa memungkiri adanya perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Keragaman dan perbedaan-perbedaan itulah yang kita sebut dengan istilah pluralisme sebagaimana juga agama yang merupakan bagian yang penting dalam masyarakat, bahkan tiap-tiap individu mempunyai fenomena pluralitas yang pengaruhnya didalam masyarakat mempunyai dampak yang sangat besar bagi pemikiran tiap-tiap individu. Perbedaan masing-masing agama dan klaim-klaim kebenaran serta kemutlakan tiap-tiap agama sering menimbulkan gesekan-gesekan yang cukup keras dalam masyarakat bahkan tidak jarang banyak orang menilai dan menjadikan agama sebagai alat kekerasan. Seiring dengan hal itu serta ditambah dengan perubahan paradigma pemikiran tokoh-tokoh agama dunia, yang disertai dengan semboyan toleransi agama yang lebih luas dan tema perdamaian dunia, maka para tokoh dan pemikir agama berusaha untuk mengadakan dialog-dialog, untuk merumuskan pandangan toleransi agama yang lebih luas.

      Namun pada akhirnya akibat dari pemikiran yang liberal dan kekacauan paham tentang kebenaran membuat dialog tentang toleransi agama yang lebih luas tersebut merubah esensi dan hakekat masing-masing agama bahkan agama Kristen sendiri. Wujud toleransi yang lebih luas itu akhirnya melahirkan suatu pandangan baru yaitu bahwa didalam setiap agama masing-masing ada kebenaran. Tidak ada agama yang mutlak benar, yang paling mungkin adalah relati sehingga dapat dikatakan bahwa sesungguhnya semua agama sama; jalannya yang berbeda tetapi memimpin kepada tujuan yang sama. Semua agama pada dasarnya atau pada hakekatnya (secara esoteris) sama, dan hanya berbeda didalam bentuknya saja (secara eksoteris). Sehingga pemikiran tersebut membuat beberapa teolog Kristen yang tidak lahir baru kembali merumuskan paham agama Kristen baru yang disebut dengan kaum Pluralis atau Pluralisme. Dengan demikian Pluralisme kekristenan merupakan tantangan dan ancaman yang sangat serius terhadap kekristenan yang alkitabiah. Pluralisme merupakan konsep filosofi agama yang jauh dari kebenaran Alkitab. Perubahan paradigma pemikiran dunia, semangat globalisasi, kemajuan teknologi, arus liberalisasi, keadaan sosial-budaya dan kemajemukannya adalah hal-hal yang membuat Pluralisme berkembang dengan pesat dan mulai diterima secara luas oleh masyarakat dunia. Penolakan terhadap eksklusivisme agama Kristen, Alkitab sebagai satu-satunya firman Allah, keunikan Kristus, karya penebusan Kristus, konsep Tritunggal membuat mereka tidak kalah bahayanya dengan gerakan Liberal, gerakan zaman baru dan berbagai bidat Kristen lainnya. Seorang pluralis bagaimanapun juga adalah seorang yang berakar dengan baik dalam tradisi imannya, tetapi terbuka pada dan mampu mengakui orang-oraang yang berasal dari tradisi agama lain. Sikap ini dimungkinkan ketika seseorang secara sejati mengakui bahwa kasih Allah lebih luas daripada apa yang benar-benar dipahami orang.

      Hapus
    11. Sambungan UAS Berjalan VII
      Reaktualisasi pancasila lantas berarti bahwa semua nilai pancasila diaktualisasikan kembali. Nilai-nilai dasar pancasila yang perlu diaktualaisasi tak lain adalah kesediaan untuk saling menerima dalam kekhasan masing-masing, jadi kesediaan untuk menghormati dan mendukung kemajemukan bangsa dan untuk senantiasa menata kehidupan bangsa ini secara inklusif. Maka yang perlu diajarkan kepada generasi muda bangsa (tentu kepada yang tua juga) adalah kesediaan dan kemampuan psikis untuk hidup berdampingan dengan saudara-saudari yang berbeda suku, agamannya, atau yang sama agamanya, tetapi berbeda penghayatannya ataupun alirannya. Maka “aktualisasi nilai-nilai pancasila” bararti melawan tendensi-tendensi yang semakin kuat untuk menyekat-nyekat orang, untuk melarang anak bergaul dengan anak lain agama dan lain suku, maka tidak perlu kikir hati dan merasa iri kalau orang kita sendiri ikut sendiri gembira dengan hari raya orang lain.
      Memelihara kerukunan umat beragama adalah tugas kita bersama. Dari sudut pandang Budha, disampaikan bahwa kerukunan umat beragama merupakan suatu proses, yang akan terus berlangsung dan tidak ada akhirnya. Dan dari perspektif Khonghucu, Haksu Tjhie Tjay Ing mengungkapkan bahwa kerukunan beragama adalah suatu misi perjuangan suci bagi seluruh umat beragama. Negara harusnya membina masyarakat supaya saling menerima. Salah satu prinsip dasar demokrasi adalah zero tolerance terhadap kekerasan.
      Semakin kritis dan rasionalnya pemikiran orang sekarang, agama akan bisa dtinggalkan oleh pemeluknya. Apalagi, kebanyakan agama hanya mengedepankan aspek ritualitas saja. Penodaan agama adalah tindakan lahiriah (= bukan hanya pikiran) yang diambil dengan maksud (mens rea) untuk menjelaskan/menghina/mengotori/memperlakukan tidak dengan hormat yang semestinya suatu agama, tokoh-tokoh agama, symbol-simbolnya, ajarannya, itusnya, ibadatnya, rumah ibadatnya, dan lain-lain yang juga bisa diperlakukan sebagai penodaan agama-meskipun tidak semua setuju- adalah sebuah instalasi seni yang oleh sebagaian masyarakat lokal dirasakan sebagai penghinaan agama jelas dan kasar. Hakikat kebebasan beragama adalah pengakuan bahwa setiap orang berhak untuk meyakini serta untuk hidup, beribadat dan berkomunikasi, sesuai dengan apa yang diyakini sebagai panggilan /tuntunan Tuhan/ yang mutlak. Inti kebebasan agama adalah kewajiban mutlak setiap orang untuk taat kepada apa yang disadarinya sebagai tuntutan Allah.
      Mendefinisikan “penodaan agama” sebagai penafsiran dan kegiatan dari pokok-pokok ajaran suatu agama” adalah salah dan menjadi dasar pengrangkengan kebebasan beragama. Dalam perbedaan agama ada kekerasan komunal. Latar belakang konflik-konflik komunal adalah situasi tertekan,terancam, persaingan keras- misalnya para pendatang terasa lebih terampil dan bekerja lebih keras sehingga penduduk asli merasa tersingkir. Naiknya kekerasan terhadap minoritas agama dan kegagalan pemerintah bersikap tegas. Kemampuan untuk bertoleransi perlu dibangun kembali. Perlu kita sepakati bahwa konflik-konflik tidak boleh diselesaikan dengan cara kekerasan.
      Salam IBD...
      Terimakasih Kepada Bpk. Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th, dan kepada teman-teman semua.
      God Bless Us...
      Syalom.....

      Hapus
  2. Nama :Angelica Precilya
    Tingkat/Jur : I-C/Teologi
    NIM : 15.01.1214

    Syalom
    Dari pembahasan kelompok II yang membahas mengenai Manusia Humanis. Dimana pada kelompok sebelumnya kita telah membahas Humanis yang Religius dan Nasionalisme. Pada sajian kali ini, kita mempelajari mengenai berbagai konsep manusia, yaitu berdasarkan kebudayaan Jawa, Barat, Kontemporer, dan menurut Romo Mangunwijaya.
    Saya melihat bahwa terjadi perubahan-perubahan dalam diri manusia dilihat dari sisi situasi, waktu, dan kondisi manusia itu sendiri,sehingga hal ini menjadikan suatu kekhasan dalam diri manusia. Padahal yang kita ketahui, konsep manusia itu pada dasarnya yaitu sama.Konsep Kebudayaan Jawa merupakan konsep dasar atau konsep natural yang wajib dimiliki manusia.Kemudian berkembang menuju konsep Kebudayaan Barat yang sudah memiliki pemahaman yang berkembang, yaitu konsep ini telah menuntun manusia untuk menghayati dan membuat dasar pedoman hidup melalui pendidikan pancasila. Artinya telah keluar dari masa-masa kegelapan , yang tidak hanya memikirkan duniawi tetapi juga memikirkan akhirat. Kemudian Romo Mangun memberikan dua konsep baru yaitu Pasca Nasional dan konsep Pasca Einsten. Disini Pasca Nasional diperhadapkan dengan adanya dehumanisasi (Krisis Kemanusiaan). Oleh karena itu Pasca Einsten hadir untuk menanggapi hal ini agar dapat terbebas dari belenggu feodalisme.
    Saya menarik suatu pandangan bahwa apabila kita berbicara mengenai Humanisme, berarti kita berbicara mengenai kasih, etika, dan rasionalitas. Seperti pembahasan yang diberikan para pembahas, bahwa manusia bersifat ZOON POLITICON, yang artinya manusia selalu ingin hidup bersama dengan orang lain, hal ini justru harus menerapkan kasih ditengah-tengah hubungan bersosialisasi,agar terjalin hubungan yang harmonis. Kemudian humanis juga berhubungan dengan etika, maksudnya disini ialah, manusia yang humanis sudah pasti menjunjung nilai-nilai yang ada (etika), yang membantu manusia untuk hidup bersosialisasi dengan sesama. Selain itu manusia juga harus bersifat rasionalitas yang artinya manusia memaknai segala sesuatu secara konstruktif (membangun) bukan destruktif (merusak). Dengan demikian paham ataupun pengajaran yang diterapkan oleh Romo Mangunwijaya dapat terwujud, yaitu memanusiakan manusia agar tercipta keadaan yang harmonis di tengah-tengah perkembangan zaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Angelica Precilya
      Tingkat/Jur : I-C/ Teologi
      NIM : 15.01.1214
      Membahas Kelompok I

      Syalom
      Pada sajian kelompok I telah dipaparkan mengenai humanisme religius dan nasionalisme, sebelum membahas humanisme dan nasionalisme, saya akan membahas sekilas mengenai sosok pencetus dari kehumanisan religius dan nasionalisme ini.
      Romo Mangunwijaya adalah sosok pastor yag bersifat tidak konvensional (modern), karena beliau menganggap panggilannya sebagai seorang pastor bukan karena gerejani tetapi karena daya tariknya melihat kehidupan rakyat miskin. Oleh karena itu ia dikenal bersikap pluralis sebab menurutnya ia lebih menekankan visioner dan profetis yang artinya ia sangat mengkritik pendidikan yang mengarah pada persaingan agama-agama tetapi mengangkat pendidikan yang membangun kerja sama. Beliau berperan besar dalam pendidikan yang mengarah kepada humanisme (pendidikan humaniora). Melalui pemikiran beliau mengenai gereja diaspora, diharapkan gereja-gereja tidak lagi diskriminan (break the limit), tetapi berani menyeluruh.
      Berbicara tentang humanisme dapat kita lihat dari sisi Alkitabiah yaitu sebagai orang kristen kita harus memiliki iman , kasih, dan pengharapan (1Kor13:13), dapat dikatakan bahwa kasih harus dimiliki sebagai manusia yang humanis. Sedangkan dari sisi pancasila dapat kita bercermin dari Pancasila sila ke-2 “ Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Humanisme religius adalah proses pengajaran untuk mengembangkan pontensi yang berorientasi pada manusia seutuhnya dengan memperhatikan aspek tanggung jawab hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Tuhan sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kesalehan individu yang diperlukan oleh diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
      Tujuan pendidikan religius untuk meninggikan moral, melatih, dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral dan menyiapkan siswa untuk hidup sederhana dan bersih hati.
      Integrasi dan sinergi dari humanisme religius yaitu dapat melahirkan konsep pendidikan yang ideal sesuai falsafah bangsa Indonesia guna membangun moral manusia yang baik dan menumbuhkan kapasitas (kemampuan) diri secara penuh sehingga mampu merealisasikan tujuan kehidupan secara produktif. Melalui praktik pendidikan humanis religius diharapkan mampu memperkokoh persatuan bangsa, menciptakan kehidupan yang demokratis, dan terwujudnya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
      Nasionalisme sebagai sebuah ideologi dan sikap warga negara terkait bangsanya tidaklah sederhana dan memiliki implikasi yang luas, karena berpegang kepada Pancasila. Tahap awal yang paling penting dari nasionalisme adalah bagaimana loyalitas nasional kebangsaan terbentuk secara utuh dan mengikat seluruh masyarakat yang heteregon tanpa ada sekat ras, agama, budaya dll, karena loyalitas nasional kebangsaan yang bersifat universal tersebut didalam masyarakat telah menjadi keseharian yang tidak terpisahkan.
      Nasionalisme itu haruslah bersifat universal, dalam arti dapat diterima secara luas oleh seluruh elemen dan lapisan masyarakat yang ada di dalam suatu bangsa dan berlaku dalam sebuah kerangka identitas nasional yang melahirkan loyalitas setiap individu kepada negara bangsa yang diakui keabsahannya. Persoalan lain kemudian muncul, bagaimana kemudian kita membentuk loyalitas tersebut?, karena didalam suatu negara, terlebih sebuah negara yang tidak seratus persen homogen, maka pembentukan loyalitas terhadap Negara bangsa bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibangun, setidaknya dapat dilihat secara sepintas di Indonesia yang telah 60 tahun lebih mencoba membangun hal tersebut akan tetapi belum dapat dikatakan berhasil, karena dapat kita saksikan masih banyak konflik horizontal didalam masyarakat dan bahkan marak terjadi gerakan separatisme yang sampai dengan saat ini belum juga dapat dikikis habis oleh pemerintah.

      Hapus
    2. UAS Berjalan III
      Belajar dari sikap dan karya-karya Romo Mangunwijaya merupakan langkah awal untuk mewujudkan humanisasi dan nilai-nilai dalam kehidupan ini. Romo Mangunwijaya adalah seorang pastor yang humanis, terlihat dari bidang-bidang yang digelutinya, ia tidak hanya seorang pastor tetapi juga seorang arsitek dan sastrawan. Ia berani keluar jadi zona nyamannya menjadi seorang pastor, beliau menggeluti dunia arsitek dan sastra, hal ini di Katolik sering disebut “Eksklaustrasi” (mengabdi secara universal), dan saya menyebutnya dengan “Break the limit”. Di setiap bidang yang digelutinya, ia menghasilkan pemikiran-pemikiran baru bahkan karya baru. Contohnya, sebagai seorang rohaniawan, ia ingin mewujudkan manusia yang bereligiolitas (mengabdi kepada agama) dan manusia yang bermartabat. Sebagai seorang arsitek, ia banyak membangun rumah khususnya untuk kaum miskin, kemudian sebagai seorang sastrawan, ia banyak menghasilkan karya-karya berupa novel, salah satunya adalah PASEMON.
      Apabila kita membaca hasil Karya sastra Romo Mangun berarti kita menemukan nafas-nafas kemanusiaan yang berpesan melalui nilai-nilai kemanusiaan, nilai nilai kemanusiaan yang dimaksud adalah Bonum (Kebaikan), Verum (Kebenaran), Sanctum (Keadilan). Saya tertarik dengan karyanya yang berjudul” Burung-burung rantau” , dari buku ini kita mengajak manusia untuk membebaskan kaum miskin dan kaum yang tertindas dari keterpurukan yang dihadapinya . Novel ini mencerminkan sikap humanisme dan pluralisme ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, yang peduli akan sesama. Dari beberapa karya nya yang bertema humanis, salah satu karyanya yang bertema teologi yaitu “ Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia”. Refleksi saya terhadap judul ini dapat dilihat dari nats Alkitab dari Lukas 3:11 dan Roma 12:20, yang menyatakancara kita mengangkat manusia ataupun mengasihi sesama manusia, dengan begitu termulialah Allah.
      Dari hasil karya-karyanya tersebut, sangat wajarlah jika karyanya tetap eksis di kalangan masyarakat. Sebab walaupun ia sudah meninggal tetapi karyanya tetap dikenang bahkan diwujudkan, seperti ada pepatah mengatakan “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”, bahkan karya-karyanya. Karya Romo Mangun menggambarkan fenomena kehidupan yang nyata, tidak seperti banyaknya karya yang menganut teologi moral, tidak black and white melainkan samar-samar, tetapi dalam hal ini Romo Mangun berani menciptakan style baru dalam karyanya. Dalam hal ini jelas terlihat bahwa karya Romo Mangun membuka paradigma manusia menuju jalan ke sebuah tujuan hidup yang mengarah kepada Religiositas dan Bermartabat.




      Hapus
    3. UAS Berjalan Kelompok IV

      Dalam sajian kali ini yang membahas “Keberpihakan terhadap Kaum Miskin” terlihat jelas dari penuturan cerita tersebut yaitu lelaki yang berprofesi menjadi tukang becak yaitu Yusuf. Dalam hal ini Yusuf hanyalah seorang korban dari pemerintah yang tidak peduli kepada kaum miskin, sehingga ia harus menjadi tukang becak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian, Yusuf tidak mau merendahkan martabatnya untuk memperoleh penghargaan bahkan pendapatan.

      Dari penuturan tersebut, kita dapat belajar dari sikap Yusuf yang tetap mempertahankan martabatnya meskipun dilanda kemiskinan ataupun kesusahan. Kita dapat berefleksi dari cerita tersebut, sebab ditengah-tengah era globalisasi sekarang ini,banyak yang sudah menjual martabatnya demi kepuasan materi ataupun status sosial agar tidak dipandang sebelah mata. Dalam hal ini Romo Mangun rindu untuk menekankan nilai kemanusiaan yaitu kebenaran, dan keadilan (sanctum), sebab beliau merasa di era sekarang ini sudah terjadi krisis keadilan, sehingga muncullah sikap bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

      Kebenaran disini mengarah kepada sikap Yusuf yang tetap berjuang melawan kemiskinan dengan cara menjadi seorang becak, karena banyak sekali orang yang merasa rendah bekerja menjadi seorang tukang becak. Padahal tanpa disadari apapun pekerjaan yang dijalankan tidaklah menjadi persoalan asalkan tidak merugikan pihak lain. Ada ungkapan yang mengatakan, untuk apa berdasi tetapi korupsi, untuk apa bersepatu kilat kalau menindas rakyat miskin.

      Dalam hal ini Romo Mangun ingin memutuskan pandangan hal tersebut agar kualitas rakyat Indonesia tidak direndahkan karena rendahnya nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki. Sedangkan keadilan mengarah kepada kinerja pemerintah yang kurang memperhatikan kaum miskin terlihat dari cerita Balada becak tersebut.
      Dalam hal ini pemerintah harus membijaki setiap persoalan yang dialami rakyatnya agar mencapai kesejahteraan dan kedamaian di tengah-tengah arus globalisasi.

      Melalui karya Balada Becak ini, yang ditekankan disini ialah “Menjunjung Martabat ditengah-tengah kemiskinan yang dirasakan”. Terlihat dari sikap Yusuf yang tetap berjuang mengayuh becak walaupun disekitarnya ada berbagai tawaran dunia yang mungkin akan menjerumuskan dia kedalam dosa, namun ia terus berjuang melawan kemiskinan tersebut.

      Perenungan dari saya melalui karya ini adalah “Prioritaskan Allah, jalankan yang benar, dan percayalah Tuhan akan berikan apa yang kita butuhkan”, jadi janganlah sekali-kali kita mengatasnamakan materi diatas segalanya, agar gambaran Allah dalam diri kita tidak tercemar karena perilaku kita.

      Hapus
    4. UAS BERJALAN KELOMPOK V

      Jika sajian kelompok I – kelompok IV, sosok Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (Romo Mangunwijaya) dikenal sebagai pastor, arsitek, budayawan, penulis, dan aktivis. Tetapi dalam sajian kali ini dikatakan bahwa Romo Mangun adalah seorang penabur lambang dalam beberapa novelnya. Bandung Mawardi adalah penulis dari Novel Penggembala Cerita, yang menurutnya sosok Romo Mangun dikatakan sebagai gembala.
      Hal ini karena Romo Mangun tidak hanya sebagai penggembala (pastor) dalam umat Katolik tetapi juga Romo Mangun telah banyak menghasilkan karya sastra yang menghargai kemanusiaan. Pertemuan kali ini novel yang diangkatnya yaitu Burung-burung Manyar yang mengandung banyak lambang sehingga tidak dapat dimengerti secara logika, atau sering disebut supralogika, yang isinya semua mewartakan nilai-nilai kemanusiaan.

      Dalam hal ini Romo Mangun memberikan beberapa konsep mengenai sastra, yaitu sastra merupakan suatu kontekstual untuk menuju ke sebuah realitas, pewahyuan hidup manusia, menghampiri pembaca sebagai suluh untuk mengalami hidup dan mengartikan hidup dan berpijak ke hati nurani dan religiolitas.
      Kemudian sastra merupakan ilmu pengetahuan, yang terbagi atas 3 bagian, yaitu: ilmu pengetahuan praktis (etika dan ilmu politik), ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian), dan ilmu pengetahuan teoritis (fisika, matematika, dan filsafat). Dalam hal ini ilmu pengetahuan produktif yang dipakai untuk memperjelas maksud dari novel-novel tersebut agar menjadi sastra yang penuh dengan pemaknaan.

      Dengan demikian Sastra adalah media untuk menuju ke dalam nilai kebenaran, yaitu cinta akan kebenaran, setia pada kejujuran, penelanjangan kemunafikan dan menjembatani ide dan realita.

      Romo Mangun dalam hal ini mengikuti cara Yesus didalam memberikan pengajaran yaitu seperti dengan memakai banyak perumpamaan. Kreativitas Romo Mangun jelas terlihat dari setiap bahasa, pemilihan kata bahkan pemaknaan karya yang ditulisnya.
      Oleh karena itu ia dikenal sebagai selebrita kemanusiaan, padahal sebelumnya ia tidak pernah bermimpi menjadi orang besar. Melainkan ia menjadi sangat besar dalam pandangan orang-orang yang menemukan prinsip humanisme dalam diri Romo Mangun.

      Refleksi dari saya melalui Novel penggembala cerita ini adalah diambil dalam Mazmur 23:1-6, dengan perikop “Yesus gembalaku yang baik”. Melalui perikop tersebut kita diajak untuk tidak hanya sebagai calon-calon hamba Tuhan untuk menggembalakan jemaat tetapi juga kita dapat menjadi gembala untuk menuntun kedalam nilai-nilai kemanusiaan yang dapat meningkatkan martabat kita selaku anak-anak Kerajaan Allah.

      Hapus
    5. UAS BERJALAN KELOMPOK VI

      Pada sajian kali ini yang ditulis oleh Ibu Musda Mulia yang merupakan seorang ketua umum Konfrensi Perdamaian, menuliskan topik “Dehumanisasi Politik Agama di Indonesia”. Dikarenakan banyaknya agama-agama tradisi sementara ruang pengakuan telah tertutup sehingga terciptalah dehumanisasi politik agama.

      Berbicara mengenai agama ialah berarti tidak kacau, atau dapat juga diartikan sebagai obat pembius, ketenangan dan kebahagiaan yang kontemporer.

      Adanya agama-agama tradisi yang tidak diakui menyebabkan suatu permasalahan ataupun fenomena di tengah-tengah bangsa Indonesia, sebab dehumanisasi ini dapat menimbulkan masalah baru yaitu terjadi pendiskriminasian dalam pelaksanaan segala bidang. Padahal seperti yang kita ketahui, semboyan kita sebagai bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi satu juga.

      Pendiskriminasian ini menjadi suatu penderitaan bagi golongan agama tradisi, tetapi dalam hal pandangan agama, semua agama itu sama, baik agama yang diakui maupun agama tradisi semuanya memiliki nilai-nilai kemanusiaan yaitu 3K(Kebenaran, Kebaikan, dan Keadilan).

      Pada dasarnya setiap agama memiliki tujuan yang sama yaitu menuju kebahagiaan, ialah :
      Kristen => Bumi dan Surga

      Islam => Bumi dan Akhirat

      Hindu => Dunia dan Nirwana

      Budha => Dunia dan Moksa

      Farmalim => Banua Tonga dan Banua Ginjang

      Keberagaman ini menuntut kita untuk berjuang menerima perbedaan ini, karena agama telah menjawab permasalahan kita dalam menjalani kehidupan, yaitu masalah ketidakpastian, ketidakmampuan dan kelangkaan.

      Sebagai Bapak Humanisme, Romo Mangun sangat peka terhadap kondisi yang terjadi ditengah-tengah bangsa Indonesia yang mengalami dehumanisasi. Sehingga beliau mengangkat topik ini kembali ke ranah publik, dan menyuarakan pentingnya Progresif Revolusioner (teologi pembebasan). Teologi yang memihak kepada kaum kecil atau membebaskan kaum tertindas dari berbagai penindasan.

      Di Indonesia dipakai sistem kebebasan dalam memeluk agama, namun hal ini sering disalahartikan , karena dalam hal ini juga dikatakan kebebasan untuk bepindah-pindah agama.

      Padahal penekanan disini adalah “agama tidak pernah bebas, tetapi sebaliknya agama membawa pembebasan (teologi pembebasan), pencerahan (Renessance), dan kemerdekaan.

      Perenungan dari saya pada sajian kali ini ialah : sosok Ibu Musda dan Romo Mangun mengajak kita untuk tidak memutus batasan kepada agama tradisi, tetapi justru menerima agama tradisi di lingkup masyarakat, tanpa menimbulkan diskriminasi. Walaupun banyak pandangan-pandangan mengenai agama tersebut, namun yang dibicarakan bukanlah kesalahan dan kebenaran agama tersebut, melainkan membahas apapun agamanya, harus diakui (Pluralis dan Inklusif).

      Hapus
    6. UAS BERJALAN KELOMPOK VII

      Pada sajian kali ini yang berjudul Pluralisme dan Reaktualisasi pancasila yang ditulis oleh Frans Magniz Suzeno adalah sajian penutup dari Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar Semester II . Sajian ini mengenai Pluralisme, alasannya sederhana yaitu karena pluralisme sedang ada dalam serangan global .

      Pluralisme tidak hanya di bidang agama, tetapi juga diperlukan dalam pelaksanaan reaktualisasi pancasila. Dibidang agama kita dapat melihat dari ayat Alkitab Yoh 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya pada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.

      Penekanannnya disini ialah, kata “dunia “, yang berarti Tuhan bersikap pluralis ke semua agama, bukan hanya kepada agama Kristen, tetapi kepada dunia. Selanjutnya di dalam reaktualisasi pancasila, terdapat 5 sila pancasila, yang menggambarkan kemajemukan, tetapi satu hal yang perlu diingat yaitu, semboyan “Bhinneka Tungggal Ika” (walaupun berbeda-beda tetapi satu juga).

      Sudah sepatutnya kita selaku warga negara indonesia, merubah cara pandang kita yang mengartikan perbedaan menjadi suatu jarak bagi kita untuk bisa saling berhubungan. Yesus mengajarkan agar sehati sepikir menjadi satu tubuh didalam Kristus, sehingga keharmonisan satu dengan yang lain dapat terwujud.

      Dalam hal ini dinggatkan kembali seperti sajian minggu lalu yang menyebutkan bahwa agama bukan untuk dinilai, baik maupun buruk, tetapi agama dijadikan penuntun untuk menuju kesejahteraan (Kebenaran, kebaikan, dan keadilan). Agar dehumanisasi ataupun pendiskriminasian tidak terulang kembali.

      Dalam hal ini, ditengah-tengah kemajemukan bangsa indonesia, baik suku, etnik, bahkan agama, berperanlah pluralisme , untuk saling memahami,
      menerima, menghargai, dan mencintai perbedaan.

      Untuk itu manusia harus membuka dialog antar agama agar tidak ada jurang pemisah, sehingga pluralis dan inklusif dapat terwujud. Jadi generasi muda perlu belajar mengenai kesediaan untuk hidup berdampingan dengan saudara-saudari yang berbeda suku, etnik, bahkan agama.

      Satu perenungan dari saya, bahwa Allah telah menuntut abdi-abdinya agar membawa diri secara beradab. Hindari Pengkrangkengan agama, hindari sekularitas, maupun penodaan agama. Sudah seharusnya kita berprinsip, “unity in diversity “ ,so that we have “The beauty in diversity”.

      Salam IBD
      Tuhan Yesus memberkati

      Hapus
  3. Nama : Krismay Pasaribu
    NIM : 15.01.1285
    Ting/Jur : I-C/Theologi
    Syaloom....

    Dalam pembahasan (02 April 2016) mengenai Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Faham Dasar Pendidikan Mangunwijaya. Yang saya pahami, bahwa Mangun adalah seorang Pastor, Pintar yang akhirnya menjadi arsitek, seorang sastrawan yang menulis berbentuk novel supaya menjadi cerita yang gampang dicerna yang berisi mengenai cinta tetapi bermuara pada nilai-nilai kemanusiaan (Kristen, Islam, Hindu, Buddha bahkan Batak) yang bersifat universal. Di sini kita di ajak Mangunwijaya agar bukan hanya berteori saja tetapi praktek nya, seperti dalam sajian kita sebelum UTS dimana alam pemikiran manusia (mistis, ontologis, fungsionalis). Di Era sekarang sudah berpindah menggunakan dan memanfaatkan pemikirannya untuk mencari tau maupun meneliti segala sesuatu walaupun sebagian besar masyarakat yang masih berada di daerah-daerah terpencil yang masih terikat dengan hal mistis. Tetapi di balik kedua hal itu masih tetap saja ada dampak negatif yang di timbulkan di mana masyarakat yang masih terikat dengan mistis di katakan malas berpikir (tidak memanfaatkan kemampuan yang di berikan Tuhan) dan belum bisa melihat dengan jelas betapa indah dan uniknya dunia ini dalam kepelbagaian-kepelbagaian dan tidak merasakan bahkan mengenal yang namanya pendidikan. Di sisi lain jika kita sudah berada di dalam ontologis maupun fungsionalis maka tanpa di sadari kita hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan berpikir (melupakan siapa yang menciptakan dia, untuk apa dia di ciptakan dan apa yang harus di lakukan untuk menyenangkan hati penciptanya). Sehingga terlihat jelas melalui hal ini manusia sekarang terkhusus para pemimpin negara maupun Pemimpin Gereja Indonesia sudah tidak mengindahkan lagi yang namanya panggilan itu dan humanisme (sesuatu yang berlandaskan dengan kasih dan kemanusiaan yang berjuang mengenai nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan keindahan). Melalui hal itu terjadilah pribadi yang tidak bermoral, tidak bertanggung jawab, tidak menghargai bahkan tidak terciptanya yang namanya nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga melalui hal itu kita di ajak Romo Mangun untuk membangun kembali cara pandang yang baru di mana menanggalkan hal-hal buruk dan menanamkan buah roh (Galatia 5:22-23). Terkhusus para pemuda-pemudi penerus generasi bangsa agar bisa melakukan perubahan di mana keyakinan dan kepedulian harus di tanam dalam diri sendiri dan itu di mulai dari kemauan diri sendiri. Bahkan Gereja harus membuka rasa solidaritas ke pada siapa pun tanpa memandang bulu. Agar terciptanya Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka dalam Faham Dasar Pendidikan Mangunwijaya dan melalui hal itu juga, di mana kita harus berani mengkritik untuk menegakkan keadilan dan terciptanya sesuatu yang sesuai kehendakTuhan. Salam Budaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syaloom...

      Dalam pertemuan kedua (04/04/2016), dengan Topik “Manusia Humanis menurut Romo Mangun” yang dapat saya pahami dari bahasan ini adalah,bahwasannya Humanis itu ialah yang berarti bersifat seperti manusiawi atau sesuai dengan apa yang menjadi kodrat manusia di mana humanisme yang bertujuan menghidupkan rasa peri kemanusiaan yang mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Humanisme juga mengandung arti menganggap individu rasional sebagai nilai paling tinggi, menganggap individu sebagai sumber nilai terakhir yang mengacu pada perkembangan kreatif secara nasional tanpa acuan pada konsep-konsep adikodrati. Di mana juga paham humanisme membuat manusia sadar kembali tentang harkat, martabat dan kemampuan manusia sebagai makhluk yang tertinggi. Bahkan Manusia dapat menentukan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan kemampuan sendiri, manusia mampu mempertanggung jawabkan dirinya sendiri yang menjadi sesuatu yang baik yang sesuai dengan kodrat manusia dan ini sangat berhubungan dengan etika manusia itu sendiri dimana dia dapat membedakan mana yang buruk dan baik (Amsal 16:9), yang dapat memperlakukan manusia yang lain sesuai dengan harkat dan martabat dan tetap berlandaskan dengan kasih. Bahkan manusia mampu menjadi manusia yang berpotensi dan bertanggung jawab dalam karyanya melalui ciptaan Allah. Seperti dalam kosep-konsep yang di buat oleh Romo Mangun yang tidak dapat dilepaskan dari perjalan hidupnya dan dari pengalaman hidupnya, di mana manusia humanis itu menurut Romo Mangun ialah manusia berdasarkan konsep yaitu Konsep Manusia menurut Kebudayaan Jawa, Konsep Manusia menurut Kebudayaan Barat, Konsep Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein yang membuat kita tersadar dan juga agar kita dapat memahami apa tujuan Tuhan untuk menciptakan kita di dunia ini (sesuai dengan menurut gambar dan Rupa Allah). Yang di mana walaupun berbeda situasi, waktu dan kondisi satu sama lain tetapi tetap satu di dalam Tuhan (banyak anggota tetapi satu Tubuh). Dalam hal konsep ini juga Romo Mangun ingin mencapai yang namanya manusia humanisme berpendidikan (ilmu pengetahuan) sebagai pembawa pencerahan dan membuka wawasan dan di samping itu juga tetap bertumbuhnya Spiritualitas yang di mana ketika engkau beragama memuliakan Tuhan maka engkau terpanggil untuk menolong dan peduli manusia. Seperit R.A. Kartini yang berjuang untuk emansipasi wanita dan disamping hal itu juga Dia juga banyak membaca Alkitab terutama Injil Yohanes. Bahkan yang namanya humanisme itu bukan hanya manusia yang menerapkan tetapi hewan pun juga menerapkan yang namaya humanis itu yang berlandaskan dengan kasih seperti yang saya lihat di dalam video seekor lumba-lumba yang menolong seekor anjing di dalam laut. Jika hewan saja bisa menerapkan yang namanya humanis itu kenapa manusia tidak bisa. Melalui konsep-konsep Romo Mangun itu juga terciptalah keunikkan di dalam kepelbagaian yang bertujuan bukan untuk menghancurkan Bumi Kita tercinta.
      Salam Budaya....

      Hapus
    2. Syaloom...
      UAS Berjalan ke III
      Topik “Pasemon Dalam Sastra Karya Romo Mangun”.
      Yang dapat saya pahami Bahwa Romo Mangun adalah Seorang Arsitektur (bangunan), Rohaniawan (magis maupun religiolitas) sekaligus juga Sastrawan (pesan-pesan kehidupan). “Pasemon” yaitu dalam istilah jawa adalah gaya perbandingan maupun gaya bahasa (alusio). Romo Mangun menceritakan yang di mana membandingkan suatu pandangan yang berbeda tetapi dengan satu tujuan yaitu menjujung yang namanya keberanian dalam mengekspresikan dan mengapresiasikan untuk terciptanya nilai-nilai kemanusiaan. Pandangan yang berbeda itu yaitu Seorang Pastor yang menunjukkan bahwa Roman sebagai sastra yang lebih bebas dari pada mitologi (bebas berhubungan denganTuhan) yang pada kenyataannya menjadi sebuah bentuk sastra baru, yakni cerita masa dulu yang posisinya berseberangan dengan mitologi, sama seperti novel yag melakukan petualangan dan Seorang Pastor menunjukkan bahwa Roman seperti cerita-cerita yang pada kitab suci sehingga sebagai suatu khotbah. Romo Mangun menulis sastra yaitu bersifat terbuka dengan penuh resiko (keberanian) bahkan dipublikasikan, di mana Dia mengekspresikan yang ada dalam pikirannya melalui para tokoh-tokoh yang mempunyai karakter-karakter yang unik. Seperti, empat karya-karya sastra Romo Mangun diantaranya yang pertama yaitu Manyar diterbitkan pada tahun 1981, menceritakan sifat para tokoh pada zaman Indonesia dijajah Belanda yang bebas mengekspresikan perasaan.Yang kedua yaitu Romo Rahadi terbit pada tahun 1981, yang menceritakan perasaan hati yang ragu-ragu antara cita-cita hidup selibat atau hidup keluarga tetapi disamping itu Romo Mangun tetap memegang teguh moto hidup dari Romo Mangun supaya tetap berani dan tegar dalam hidup ini. Yang ketiga yaitu Roro Mendut yang merupakan sosok seorang perempuan yang berwatak berani, pemberontak dengan sifat laki-laki dan dia mempunyai keraguan di dalam hati tetapi di samping itu dia menekankan yang namanya nilai cinta untuk mengetahui makna manusia hidup. Roro Mendut juga tidak pernah ingin besar, tidak banyak cerita (muluk-muluk) dalam berkarya tetapi jiwanya terpanggil untuk mempeerdulikan nilai-nilai manusia melalui karya sastra (terpanggil melalui sastra dalam nilai-nilai kemanusiaan) bahkan Dia juga menyinggung yang namanya Buda Theresia yaitu Eksklaustrasi (mengabdi demi kemanusiaan) dan dia adalah Eksklopedia Khatolik yaitu orang Kudus.Yang keempat yaitu Burung-burung Rantau pada tahun 1993, menceritakan seorang tokoh yang mengekspresikan serta mengakpresiasikan kebudayaan sehingga sampai sekarang kita di ajak untuk mencintai dan saling menghargai melalui perbedaan kebudayaan karena di samping hal itu akan tercipta yang namanya keindahan bahkan keunikan dari kepelbagaian. Dari keempat sastra itu terlihat jelas keberanian dari tokoh-tokoh itu dalam mengekspresikan, mengapresiasikan dirinya, wawasan, cara berpikir serta ketegaran dalam kehidupan, contoh pada saat Indonesia merdeka dari penjajahan. Selain itu juga empat karya satra ini menunjukkan bagaimana keberanian mengapresiasikan dan mengekspresikan mengenai kemerdekaan itu dan juga nampak ideologi yang berkaitan yaitu adanya kecemasan, keberanian dan keterombang-ambingan. Romo Mangun ingin menciptakan manusia humanis yang dapat bertalenta dan menanam yang namanya keberanian serta ketegaran dalam hati sehingga melalui hal itu terciptalah manusia yang berharkat dan bermartabat yang menjunjung namanya nilai-nilai kemanusiaan.

      Hapus
    3. Sambungan UAS Berjalan ke III
      Topik “Pasemon Dalam Sastra Karya Romo Mangun”.
      Jika Membaca karya sastra Romo Mangun maka Romo Mangun bukan hanya seorang rohaniawan, sastrawan, arsitektur tetapi yang diingat dari-Nya bahwa dia seorang pastor (Romo Mangun) yang bukan hanya bersifat Teologia-Nya (dalam teologia bahwa inkarnasi yaitu Allah yang menjadi pribadi manusia dalam Yesus Kristus, di mana ada begitu banyak agama-agama yang menyebutkan keberagaman nama Allah. Dan Transenden yaitu Allah ada tetapi jauh sekali. Tetapi semua itu merupakan pengalaman Agama-agama yaitu agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen juga kristen yang menyebut nama Allah itu Allah yang berinkarnasi yaitu Allah yang mau menjadi manusia). Tetapi Dia juga dipandang bersifat humanisme (universal) karena begitu banyak hal-hal positif yang di sampaikan dalam karya sastranya dan bahkan melalui kisah kehidupan-Nya kita menemukan nafas-nafas kehidupan yang berpesan pada kehidupan yaitu Romo Mangun hanyalah seorang yang peduli pada kaum miskin artinya dia tidak tahan melihat orang lama-lama menderita di mana Dia membuat Orang miskin tidak menjadi mewah tetapi Orang miskin mempunyai martabat dan juga fasilitas yang layak. Melalui hal yang dilakukan Romo Mangun kepada orang miskin yaitu memberikan kerendahan hati mengingatkan saya pada kata-kata Mario teguh yaitu: “Perhatikanlah, ternyata selalu orang yang rendah hati diantara kita-lah yang hidupnya damai, sejahtera, dan terhormat, kerendahan hati adalah bakat yang harus ditinggikan”. Romo Mangun juga ingin membangun yang namanya 3K (kebaikan, keadilan, kebenaran) dan Humanisme. Kita di sini di ajak Romo Mangun untuk menjadi seorang yang unik di mana kita berbeda dengan yang lainnya yaitu kita tetap optimis dan tetap berpengharapan dalam menghadapi kehidupan ini karena dibalik ke optimis-an dan pengharapan itu akan tercipta kesuksesan yang tidak pernah dipikirkan. Terkhusus bagi kita penerus generasi yaitu seorang hamba yang tugasnya adalah melayani orang yang letih lesu dan menjadi contoh bahkan menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia bukan menjadi batu sandungan. Dan juga setelah terciptanya 3K (kebaikan, keadilan, kebenaran) dan humanisme (menjunjung nilai-nilai kemanusiaan) dan tugas kita sebagai hamba maka kita juga diajak untuk tidak terlepas dan tetap berpegang teguh pada firman Allah yaitu tetap setia kepada-Nya. Ini semua terwujud jika melakukan-nya dan mempraktekkan-Nya bukan hanya berteori maupun banjir dengan kata-kata saja dan itu di mulai dari pribadi lepas pribadi.

      Hapus
    4. Syaloom UAS Berjalan ke IV
      Yang dapat saya pahami dari topik “Keberpihakkan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Balada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya oleh B. Rahmanto”. Bahwa dalam topik ini tidak terlepas dari Mangunwijaya yang merupakan Prularis dan Humanis dan nilai-nilai kemanusiaan, begitu juga dengan kita yang tidak terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan harus menerapkan yang namanya nilai-nilai kemanusiaan. Balada merupakan Gejolak ingin merantau atau mengadu nasib, jadi dalam hal ini yaitu mengenai Balada becak (BB) merupakan potret pemuda Indonesia yang dimana pemuda Indonesia tidak terlepas dari yang namanya belajar atau merantau. Tiga Era atau Zaman : 1) 1908 pada masa Budi Utomo, 2) 1928 merupakan sumpah Pemuda yaitu sabang (Sumatera), 3) 1945 (Bandung Lautan Api maupun Surabaya). Di sini dengan jelas bahwa kisah Balada Becak adalah kisah setelah kemerdekaan. Dimana Novel ini menceritakan kisah lelaki mudah lulusan SMA bernama Yusuf (dipanggil Yus) yang kebiasaan sehari-harinya melamun dan mengkhayal. Dimana yus menyukai seorang gadis yang bernama Lilian mahasiswa UGM jurusan arsitektur. Namun yus berputus asa dikarenakan yus bukanlah seorang mahasiswa seperti lilian (Tidak mampu bersekolah karena kondisi kehidupan), akibatnya pelampiasan mengkhayal yang bersifat logis bagi kenginan yang tidak sampai. Disamping itu juga ada seorang gadis yang bernama riri menyukai yus, sehingga ini menjadi cinta segitiga. Dimana yus bertemu dengan lilian di suatu kota, dan riri cemburu. Pada akhirnya kisah cinta yus dengan lilian tidak terjalin karena latar belakang yang berbeda (cinta tidak memandang status sosial). Bahwa kita menemukan sesuatu dimana seorang yang bernama yus tetap berjuang dan tetap semangat ditengah-tengah kondisi kehidupannya dan ditengah-tengah persoalan cinta yang dialaminya. Kemiskinan, kekurangan yang dialami yus bukanlah menjadi persoalan bagi seorang yus karena itu tidak pernah menghancurkan kemartaban, tetapi kebodohan dari segi pendidikan (ilmu pengetahuan) yang membuat dia untuk tetap berjuang dan tetap tegar sehingga terlihatlah kemartaban dan nilai-nilai kemanusiaan itu (pemuda yang bermartabat). Yus hanyalah korban situasi konteks dan sistem pemerintahan. Dimana dia tidak cengen dengan kondisi seperti itu tetapi tetap setia. Yang perlu kita tahu terkhusus bagi pemimpin Negara bahwa tanpa pemuda Negara kita tidak menjadi lebih baik dan bagi pemuda jangan pernah lemah dan hancur dengan keterpurukan hidup dan kondisi sistem pemerintahan yang tidak peduli. Bagi kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai akal budi dan hati nurani bahwa bukanlah status maupun materi yang mempersatuka kita tetapi kasih lah yang mempersatukan kita (1 korintus 13:8 bahwa semuanya akan berkesudahan, habis waktunya, rusak, hilang tetapi kasih tidak berkesudahan). Yus adalah orang yang menderita, golongan bawah, dan seorang yang perduli. Bahkan Kemiskinan tidak menghancurkan martabat tetapi semangat bekerja dan tetap tegar. Kita diajak untuk membangun iman kepercayaan, membantu golongan yang menderita, memiliki jiwa yang besar untuk menolong kaum kecil (Balada Becak), sehingga terlihatnya dan terjalinya hubungan yang tidak dipandang secara berpihak (kepelbagaian dari segi keperbedaan yaitu golongan rendah dan tinggi akan terlihat indah dan unik jika saling bergandengan karena menghormati hidup kaum rendah sama dengan menghormati hidup diri sendiri). Seperti seorang Presiden B.J.Habibie yang memberikan perhatian khusus kepada kalangan rendah.
      “Mencintai kehidupan merupakan mencintai nilai-nilai kemanusiaan yang dibangun Mangunwijaya”
      Syaloom...

      Hapus
    5. UAS Berjalan Ke V
      Dengan Topik “Si Pengembala Cerita”
      Yang dapat saya pahami dari sajian ini bahwa YBM (Yusuf Bilyarta Mangunwijaya) lahir di Ambarawa, kabupaten Semarang 06 Mei 1929. Ia meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada usia 69 tahun. Dia dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk "rakyat kecil"). Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun" dalam bahasa Jawa). Sosok seorang Romo Mangun bukan hanya seorang multi talenta dan yang peduli dengan kaum kecil tetapi juga merupakan seorang penggembala cerita, dimana dia menabur atau berkarya melalui sastra, contohnya novel bahkan melalui lambang yang tidak bisa dipahami hanya melalui etika maupun logika tetapi harus mengikuti supralogika. Pengembala cerita menjalani hidup bersama kata, menaruh ide, dan imajinasi di jagad kata karena Pengembala cerita merupakan seseorang yang hidup dengan banyak kata-kata (cerita) yang dituangkan melalui kutipan cerita, bersastra, lambang, hati nurani dan esai sehingga membuat orang terpesona, semakin kreatif, berwawasan lebih luas. Romo Mangun juga memberikan beberapa konsep mengenai sastra, yaitu sastra merupakan suatu kontekstual untuk menuju ke sebuah realitas, pewahyuan hidup manusia, menghampiri pembaca sebagai suluh untuk mengalami hidup dan mengartikan hidup dan berpijak ke hati nurani dan religiolitas. Si Pengembala Cerita (makhluk berpikir dalam bercerita) mengajak kita melalui karya satranya untuk kreatif dan kita juga harus menjadi teladan bahkan peduli dengan Rakyat Kecil karena melalui hal itu maka terlihatlah maupun terjunjunglah nilai-nilai kemanusiaan itu bahkan cerita-cerita itu merupakan sebagai pengembalaan umat. Seperti Romo Mangun yang tidak pernah bermimpi menjadi besar melalui karyanya (talenta) tetapi dia menjadi sangat besar dalam pandangan orang-orang dan sangat berguna untuk sekelilingnya. Di dalam amsal 3:3-4 yang berbunyi “janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan allah serta manusia”. Seperti dalam ayat ini lah kita ingin digembalakan oleh Romo mangun melalui karya sastra (cerita) agar kedepannya masyarakat terkhusus Indonesia menjadi dipandang lebih bermartabat dan berharkat. Jika hal itu tercapai maka kehadiran Romo Mangun tidak Sia-sia di dalam Dunia ini.
      "Berkarya lah melalui apapun yang ada disekeliling-Mu, bahkan melalui pengalaman perjalanan hidup-Mu".
      Syaloom

      Hapus
    6. UAS Berjalan Ke-VI
      Dengan Topik “Dehumanisme Politik Agama Di Indonesia” oleh Musdah Mulia
      Syaloom.
      Yang Dapat Saya pahami dari sajian ini bahwa Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Musdah Mulia merupakan Ketua Umum ICRP (Konverensi Agama – agama untuk perdamaian Indonesia). Musdah Mulia mengantakan fenomena masih banyaknya tradisi-tradisi dan sekarang tertutup sehingga terciptalah Dehumanisme dan ini berkaitan dengan politik Agama dan ini dipengaruhi oleh Politik Agama minoritas. Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai kebijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khusunya penganut agama-agama diluar 6 agama yang “diakui” Pemerintah. Kebijakan dehumanisme itu sangat kasat mata terlihat pada pencantuman kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Adanya Kebebasan beragama dimana, kebebasan beragama di Indonesia telah menjadi konstitusional dari setiap warga Negara Indonesia. Hak-hak itu adalah hak yang memastikan kebutuhan primer material dan nonmaterial sebagai makhluk yang bermartabat (dignity). Pembatasan kebebasan beragama mengarah kepada pembatasan untuk mewujudkan, mengejawantah atau memanifestasikan agama atau keyakinan seseorang yang termasuk dalam lokus kebebasan bertindak (freedom act). Adanya upaya konkret untuk mengikis dehumanisme dalam bidang agama adalah menegakkan prinsip pluralisme agama. Dimana dalam konteks bangsa Indonesia yang secara sosiologis sangat plural, cara pandang keagamaan yang toleran, pluralis, dan peaceful sangat diperlukan untuk menjaga bumi pertiwi ini agar tidak larut dalam konflik, tidak tenggelam dalam jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan.
      Melalui hal ini bahwa sebenarnya dehumanisme merupakan manusia bermartabat, tanpa agamapun mereka bermartabat dimana tanpa agama pun manusia bermartabat tetapi setelah ada Agama maka terjadi perpecahan, dimana Agama bukan lagi pembawa kedamaian atau kebaikan tetapi membawa penderitaan (tidak menjadi teladan). Seperti kisah nyata sebuah keluarga yang tinggal diatas bukit dengan yang dulunya dia penganut Agama yang diakui setelah kematian Orang Tuanya, mereka kembali ke kampung atau asalnya dengan menganut keyakinan (agama yang tidak diakui). Dari sini terlihat jelas bahwa mereka menganut yang namanya ekskusivisme yang bersifat positif (diluar dan didalam berbeda dalam arti didalam hati tetap berpegang pada keyakinan dan diluar dengan berpenampilan yang berbeda). Dan dari kisah ini juga kita diajak untuk memelihara yang namanya kepelbagaian agama menciptakan keunikan dan dari situ kita dapat bergandengan tangan. Seperti dalam pelajaran kita disemester I yaitu satu bumi banyak Agama kita pinjam judulnya dengan satu bumi banyak budaya dimana agama dengan budaya dapat bergandengan (saling melengkapi) sehingga tercapailah manusia yang berharkat dan bermartabat yang mempunyai nilai-nilai kemanusiaan. Karena Yesus tidak pernah datang melalui Agama dan pada dasarnya juga manusia adalah makhluk berbudaya. Melalui hal ini manusia menghardirkan kebaikan, keadilan dan kebenaran walaupun masyarakat semakin modern tetapi membangun Manusia yang Sejahtera.
      “Manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang berharkat dan bermartabat diantara ciptaan-Nya bahkan di dalam alkitab pun dikatan “Hidupmu berharga bagi Allah”.

      Hapus
  4. Nama :Emia Pepayosa Perangin-angin
    Tingkat/Jurusan :1-C/Teologi
    Nim :15.01.1251
    Syalom,,,,,
    Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka
    Pada sajian 1 ini kita berbicara mengenai Nilai-nilai kemanusiaan yakni Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka. Sebagai manusia Humanis harus dapat menghadirkan suatu kebenaran serta keadilan dimulai dari dirinya sendiri, keluarga hingga pada lingkungan masyarakat dalam kehidupannya yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan bagi orang yang optimis. Namun dalam Negara kita pada saat ini Negara Indonesia nilai kemanusian itu mulai terkikis, baik dari segi moral, etika, kekeluargaan, karna manusia sekarang ini memiliki kepedulian yang rendah seperti terhadap anak-anak jalanan yang terlantar, padahal mereka haus dan rindu akan lawatan tangan-tangan orang yang memiliki sikap humanism, yaitu kerinduan mereka akan kebersamaan kekeluargaan sebagai makhluk yang sama dalam masyarakat maupun dalam Negara. Humanisme dapat diwujudnyatakan bukan sebagai teori melainkan melalui prakteknya dari sikap serta tindakan seorang individu yang memiliki suatu keterbukan dalam masyarakat, Sikap saling menghargai, memiliki rasa toleransi, dan sikap Nasionalisme, yaitu suatu kecintaan tanah airnya. Membangun manusia Humanisme dalam Negara baik dari segi pemerintahan dan juga dalam konteks Keagamaan membutuhkan suatu sikap plural serta sikap yang Inklusivisme yang memiliki pemikiran serta pandangan yang luas dan terbuka dalam masyarakat. Dalam segi Keagamaan atau Religi, manusia Humanis sangat menekankan akan Etika, kebudiluhuran, sehingga dalam perkembangan masyarakat yang membangkitnya Globalisme serta perkembangan Teknologi tidak menjatuhkan kekuasaan Agama. Humanisme manusia dapat bertumbuh sejak manusia itu sendiri mengerti akan maksud dan tujuan hidupnya sebagai mahkluk yang memiliki akal fikiran, sehingga dari hal ini dapat menciptakan suatu kepedulian terhadap sesama manusia. Gereja dalam pertumbuhan serta perkembangannya dapat membangun Inklusivisme, terbuka terhadap setiap Gereja. Dimana ketika manusia telah mengimani Keagamaannya, memuliakan Tuhan maka secara tidak langsung manusia terpanggil untuk mengangkat manusia lainnya dalam arti telah memberi pertolongan serta menunjukkan kepedulian manusia itu terhadap manusia lainnya. Pemahaman Romo Mangun sepaham dengan Rudolf Otto yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk religious (hommo religious), demikian setiap manusia serta-merta bersifat religious, bahwa ada sifat yag disebut “suci” yang berbeda dari sekedar “rasional” dan “baik” dalam arti moral. Humanisme religus Mangunwijaya secara nyata memberikan sumbangannya dalam dua arah, sebab Romo Mangunwijaya berani menyatakan kritiknya pada pemerintah, ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkata dengan nasib rakyaRomo Mangun mengagumi fenomenal corak intelektual dari kaum muda yang didirikan Belanda. Romo Mangun memberi penilaian positif pada inisiatif dan kebangkitan kaum intelektual yang bergerak dalam perlawanan politik dan kesadaran berbangsa, karena peran pembaharuan dan pernyataan kemerdekaan merekata. Maka dari hal ini Roma.Mangun sangat ingin kita sebagai munusia yang Humanis dapat menjadi orang yang benar-benar mewujudnyatakan kehumanismeennya tersebut. Terimakasih…Salam Ibd,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari sajian yang kedua ini mengenai Manusia Humanisme menurut Roma.Mangun, dimana kita ketahui dalam pertumbuhan serta pengembangan manusia Humanisme ini melalui beberapa konsep, seperti kebudayaan. Menurut konsep kebudayaan manusia humanis adalah manusia yang penuh dengan KASIH (1 kor 13:8, 1 kor 13:13). Dalam manusia yang Humanis memiliki suatu tuntutan agar menjadi manusia yang beretika, bermoral, adanya kesadaran akan suatu kepedulian, menyukai hadirnya kedamaian, serta memiliki rasa kekeluargaan yang Mesra. Sebagai Manusia Humanis dalam aspek Keagamaan Religius harus dapat menghadirkan individu atau jiwa-jiwa yang tidak hanya berbicara tentang dialog saja, melainkan bagaimana mereka bekerja sama dalam berbagai bidang, dengan semangat kemanusiaan yang sama, serta memiliki kepedulian atau keprihatinan terhadap manusia yang lain terlebih manusia yang kecil serta berkedudukan di bawah. Manusia Humanis secaraReligius harus sadar bahwa jabatan Iman itu hanya sebagai titik tolak, karna tujuan nyatanya dalam Agama adalah Manusia itu sendiri. Jika Humanisme Religius dalam masyarakat telah bertumbuh, maka manusia tidak menjadikan Agama itu sebagai saingan, musuh, tapi Agama itu akan semakin terbuka dalam perkembangannya. Manusia yang Humanis menjadikan Agama sebagai teman sekerjanya yang akan menghasilkan Agama Inklisivisme serta terbuka terhadap setiap Gereja. Berbicara mengenai Manusia Humanis melalui aspek Nasionalisme yaitu manusia itu harus kembali pada akar-akar dasar kehidupan manusia. Akar dasar kehidupan manusia kembali ke alur hakikatnya yang murni, yakni adanya pembelaan terhadap kawan yang masih berada dalam penjajahan, orang yang masih tergolong miskin, menolong orang yang tidak berdaya, agar perlakuan yang DEHUMANIS dalam masyarakat atau dalam Negara secara tidak langsung dapat dipatahkan oleh Jiwa-jiwa yang bersifat Nasionalisme. Manusia Humanis menurut Roma.Mangun pada saat ini harus memulai perkembangannya dengan membangun jiwa keterbukaan terhadap siapapun (tidak melihat siapa orang yang harus dilayaninya, ditolang, bahkan diinjilinya) baik dari segi Pemerintahan maupun segi Keagamaannya. Roma.Mangun berpendapat tentang suatu keagamaan. Dimana menurutnya orang yang telah memiliki keagamaan dan mengimaninya, maka orang tersebut telah terpanggil untuk mengangkat (menolong, peduli) manusia. Orang yang telah mingimani keagamaannya tersebut dapat memanggil jiwa-jiwa yang lain agar setiap orang dalam penimbunan ilmu ataupun pengetahuan yang diarahkan pada suatu pengabdian setiap orang terhadap kepada masyarakat dan juga Negara. Dalam sajian ini Roma.Mangun bertujuan untuk memberikan pemahaman manusia tentang apa sebagai tujuan utama sebagai manusia yang Humanis yang memiliki keterbukaan dalam segi pertumbuhan maupun perkembangannya. Nilai-nilai kemanusiaan pada sebuah masyarakat juga Negara, tidak terlepas pada landasan Negara kita yaitu pancasila. Manusia yang Humanis terikat dengan Pancasila maka akan menghadirkan sosok orang yang akan memberi penghayatan serta pedoman dalam hidupnya. Dalam hal ini manusia diajarkan tentang suatu keberadaban maupun keadilan. Dalam pancasila diajarkan juga tentang kebijaksan, dimana dari segi pengetahuan yang mengarah dalam kebijaksanaan dapat membuka wawasan serta mendapat pencerahan dalam pertumbuhan manusia yang Humanis. Jadi Roma.Mangun memiliki pandangan yang sangat membangun pada kemanusiaan untuk mewujudnyatakan kehumanismean itu baik dalam masyarakat maupun Negara. Terimakasih…
      Salam Ilmu Budaya Dasar,,

      Hapus
    2. Nama :Emia Pepayosa Perangin-angin
      Tingkat/Jurusan :1-C/Teologi
      Nim :15-01-1251
      Kelompok 3
      Dalam pembahasan kita pada kelompok tiga berbicara mengenai Pasemon dalam Karya Sastra Romo Mangun. Romo Mangun adalah seorang Pastor yang bersifat Humanis, sastrawan, seorang budayawan, dan juga sebagai penulis Roman. Bagi Romo roman adalah genre sastra yang lebih bebas dari pada mitologi. Tetapi sebagai seorang pastor, dia menulis roman seperti cerita-cerita yang ada pada Kitab Suci sehingga cerita itu sama seperti dalam khotbah, Romo Mangun bisa menyambungkan hidup masa kini dengan pengalaman Religiositas orang-orang, baik yang ditulis di dalam Kitab Peranjian Lama dan Perjanjian Baru. Romo Mangun memiliki suatu keberanian yang tinggi dalam mengapresiasikan yang dipikirannya ke dalam sastranya. Sastra yang digambarkan Romo mengandung banyak makna dan arti yang dapat mempengaruhi manusia masa kini. Romo Mangun membuka pemikiran manusia dari karya sastranya ibarat Jendela yang terbuka, dalam arti sedikit tidaknya masih ada orang yang merasakan kebersamaan dalam kehidupan ini, misalnya bagi orang yang berada diatas dapat melihat dan ikut merasakan bagaimana orang-orang yang berada dibawah. Romo Mangun adalah seorang Pastor yang berjiwa besar, dimana dalam karyanya Ia menunjukkan tentang kepeduliannya terhadap orang yang menderita “miskin”.Romo Mangun dapat membangun serta memberikan pengharapan, penghiburan, bagi orang yang merasakan kesusahan melalui rasa simpatiknya, kehangatan cinta kasihnya melalui Iman keyakinannya dalam kehidupan sehari-harinya dan melalui karya tulisnya. Sebagai orang yang berjiwa besar ia ingin membangun manusia sebagai manusia yang dapat menunjukkan nilai-nilai makna kemanusiaan, bagaimana orang harus mencapainya, sehingga tidak ada perbedaan, pemisahan, namun Ia menciptakan setiap orang memiliki martabat, kemerdekaan. Romo menuliskan sastranya ini tidak terlepas dari pengalaman-pengalaman Relegiositas manusia. Sebagaimana kita manusia yang di tuntut menjadi manusia yang Humanisme mampu mengapresiasikan tentang talenta yang ada pada diri kita tidak memandang dari perbedaan suatu apapun sesama manusia. Melalui karya Romo, kita manusia diingatkan dengan nilai-nilia kemanusiaan, manusia yang memiliki nilai kebenaran, nilai ketulusan, nilai keadilan diantara kita sesama manusia maka terciptalah manusia yang memiliki martabat. Sebagai makhluk yang memiliki martabat dan berharga saat itulah sastra telah menyentuh aspek terdalam dalam pengalaman manusia Religiositas. Sastra Romo tidak hanya memberikan pendidikan ataupun pengajaran tentang keadilan, kebenaran, didalam masyarakat, namun sastranya juga memperlihatkan bagaimana seorang individu yang humanis itu mengapresiasikan tentang kebudayaannya. Sebagai manusia yang Humanis manusia di tuntut agar tetap membudidayakan atau melestarikan kebudayaannya, tetapi tetap tidak tertutup terhadap budaya lain (terbuka bukan berarti mengimani kebudayaan mereka). Jadi kesimpulannya menurut saya, seorang Romo Mangun mengingatkan serta menekankan bagi kita akan pentingnya nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan masyarakat tanpa melihat dari segi perbedaan, baik dari Agama, kedudukan, suku, sehingga terwujutnyata cita-cita sebagai manusia yang humanis yang terpanggil bukan untuk hidup sendiri, melainkan hidup bersama dan memiliki kepedulian akan sesama manusia.

      Hapus
    3. Nama : Emia Pepayosa Perangin-angin
      Tingkat/Jurusan : 1-C/Theologi
      Nim : 15.01.1251
      Kelompok 4
      Keberpihakan pada kaum Miskin, konteks yang melatar belakangi dan Gambaran kaum miskin dalam Belada Becak karya Y.B. Mangunwijaya
      18-04-2016
      Kembali berbicara mengenai Romo Mangun sebagai seorang Pastor yang tidak hanya dapat membangun Iman kepercayaan dari pada individu, namun Dia juga memiliki cita-cita untuk dapat membangun manusia yang Humanis. Selain itu seorang Romo juga ingin membangun rasa kepedulian umat manusia melalui karyanya, yaitu Belada Becak. Melalui karyanya Belada Becak ini Romo ingin menekankan kepada kita manusia bahwa didalam kehidupan ini hendaknya membangun hubungan Kasih secara tidak langsung dapat mengikis kesombongan, maupun keegoisan, ketidakpedulian diantara sesama manusia. Melalui karya ini dapat kita petik satu pernyataan bahwa orang termiskinpun masih memiliki nilai-nilai kemanusian dan menekankan kembali kepada kita bahwa bukan status yang menentukan pertumbuhan kehidupan dari pada manusia dan bukan status yang menentukan kedudukan yang tidak memiliki martabat dan harga diri, karna Dia ingin membangun semangat kebangkitan di antara manusia terkhususnya pada orang-orang yang menderita. Kemiskinan merupakan suatu penyakit didalam kehidupan manusia, dimana mereka tidak mampu memenuhi kebutuhannya terutama bagi kehidupannya sendiri. Dalan karyanya ini seorang Romo menunjukkan orang miskin tidak berdiam diri Dalam kemiskinanya namun berusaha untuk mengubah dan melakukan perbaikan nasibnya. Menurut saya banyak cara untuk memberantas kemiskinan, terutama kemiskinan dalam ilmu pengetahuan. Seperti kita ketahui pada saat sekarang ini masih banyak anak-anak Indonesia yang buta dengan ilmu pengetahuan dikaranakan factor ekonomi dalam keluarga yang kurang memungkinkan dan kurangnya perhatian dari pada pemerintahan. Cara maupun tindakan yang dapat dilakukan dalam penolongan anak-anak yang seperti ini dengan membentuk suatu organisasi Seribu Guru secara sukarelawan untuk menyumbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya misalnya orang yang menjadi calon sarjana maupun tidak. Organisasi seperti ini menurut saya sangat memberi pertolongan kepada anak-anak yang kurang mampu, sehingga dengan pertumbuhan mereka dalam bidang pengetahuannya secara tidak langsung kita telah membantu mereka keluar dari kemiskinannya. Jadi kesimpulannya menurut saya sebagai manusia yang memiliki pengharapan akan kehidupannya, kita harus tetep berpendirian teguh untuk berjuang, membawa perubahan yang lebih baik dalam kehidupan kita, karna kehidupan ini seperti Roda, sekalipun kita berada di bawah namun jika kita berjuang untuk maju, maka suatu saat kita juga dapat mencapai puncaknya. Terimakasih,,,Salam Ibd,,,

      Hapus
    4. Nama : Emia Pepayosa Perangin-angin
      Tingkat/Jurusan :1-C/Teologi
      Nim :15.01.1251
      Kelompok 5
      Si Penggembala Cerita
      Pada sajian sebelumnya kita berbicara mengenai sosok Romo Mangun sebagai seoarang Pastor, Arsitek kebudayaan, dan aktivis, namun pada sajian kali ini kita membahas seorang Romo sebagai Penggembala Cerita, penabur lambang dalam beberapa novelnya. Seorang Romo ingin memperlihatkan bagaimana ia menunjukkan keberpihakannya atau rasa simpatiknya terhadap orang yang ada dalam golongan yang menderita. Dalam penulisan karya sastra ini Romo Mangun memakai dasar melalui Hati nurani, intelektual, dimana Romo sebagai sastrawan menuliskan sastra yang tidak sekedar sebagai cerita, namun sastra berurusan dengan hati nurani dengan makna untuk menggambarkan bagaimana arti dari pada kehidupan ini. Begitu juga dengan menggunakan intelektual yaitu mengenal dengan kebenaran, dimana Romo mengajak orang banyak untuk mewujudnyatakan akan misinya dalam menuntun setiap jiwa-jiwa itu menuju jalan kebenaran. Sehingga sastra yang ditulis oleh Romo ini bersumber melalui hati serta akal pikirannya, yang dapat menebalkan rasa simpatik, kepedulian, cinta terhadap sesama manusia.
      Dari karyanya dapat kita ketahui bahwa sosok Romo digambarkan tidak hanya sebagai penggembala manusia, namun ia juga menceritakan dari karyanya mengenai pentingnya nilai-nilai kemanusiaan. Penggembala cerita mengajak kita pada sajian ini mengutarakan bakat-bakat atau talenta yang kita miliki dapat melalui sastra yang kita tuliskan sebagai karya kita yang dapat menjadi suatu penghiburan bagi orang-orang tertentu. Berbicara mengenai Si Penggembala Cerita dimana Romo menekankan nilai kebenaran, cinta kasih terhadap kebenaran, keadilan, kejujuran serta ketulusan di dalam setiap kehidupan manusia. Cerita yang terkandung didalamnya dapat membangun dan menuntun jiwa-jiwa yang semakin menghargai adanya nilai kemanusian.
      Saya tertarik dengan kutipan ini yang mengatakan, janganlah rasa gengsi itu yang mengaburkan rasa cinta diantara kita, tetapi biarlah rasa cinta itu yang mengaburkan rasa gengsi tersebut. Hal ini menyatakan bahwasanya perasaan yang simpatik itu dapat menghadirkan suatu perubahan yang dapat mengikis ketidakpedulian tersebut, dan pada akhirnya mengarah pada ketidakadilan baik diantara orang yang ada pada golongan bawah serta golongan diatas. Penggembala cerita pada sastra ini diumpakan seperti Yesus kecil, dimana Yesus menggembalakan umatnya melalui banyak perumpamaan, begitu juga halnya dengan Romo, dia menunjukkan karyanya terhadap orang-orang yang akan membacanya dengan memakai suatu perumpamaan-perumpamaan. Perumpamaan tersebut dengan tujuan penggembala untuk bagaimana cara orang memahaminya, mengetahuinya, serta mengerti maksud dan tujuan dari pada Romo yang mencerminkan akan kehidupan yang menerapkan akan kehadiran Cinta diantara sesama manusia. Penggembala cerita memiliki tujuan terhadap kita manusia dimana melalui ceritanya sebagai pengantar, renungan kita manusia agar kita semakin menghargai rasa kemanusiaan tersebut. Perlu kita tekankan kembali pada diri kita pribadi, bahwasanya Romo Mangun ini tidak pernah bermimpi menjadi orang yang besar, namun melalui kaya-karya yang ia perbuat secara tidak langsung dia menjadi orang yang besar terhadap pandangan-pandangan orang banyak yang menemukan prinsip Humanisme dalam diri Romo Mangun. Jadi mari kita belajar dari Romo ini agar dari setiap kehidupan kita diberkati serta menjadi berkat bagi orang-orang yang di sekitar kita, sama halnya dengan Romo sebagai Sipenggembala cerita.
      Salam Ilmu Budaya Dasar

      Hapus
    5. Nama : Emia Pepayosa Perangin-angin
      Nim : 15-01-1251
      Kelompok 6
      Pembahasan sajian Kelompok 6, senin 2 mei 2016 bertopikkan Dehumanisme Politik Agama di Indonesia oleh Musdha Mulia. Dalam sajian sebelumnya kita berbicara mengenai Kehumanismean yang inginkan serta diharapkan sebagai cita-cita di dalam sebuah Negara akan suatu kemajuan serta kesejahteraan dalam Negara Indonesia. Namun dalam kali ini kita berbicara mengenai Dehumanisasi dalam politik serta agama yang menghilangkan harkat serta martabat dari pada orang-orang tertentu. Sebagai pertanyaan dalam hal ini yakni Perlukah kolom agama dalam KTP. Sebagai bangsa yang berbhineka tunggal ika. Artinya, kita sadar bahwa keberagaman atau pluralitas adalah fakta sosiologis. Dimana Musdha mengatakan bahwasanya masih banyak fenomena agama tradisi, sementara ruang humanisme tertutup sehingga terciptalah dehumanisme yang sangat mayoritas, namun perlu kita ingat kembali bahwasanya agama tradisi yang telah diperjuangkan hingga saat ini menganut 3K yakni kebaikan, kebenaran, dan keadilan. Yang menjadi topik permasalahan dalam hal ini yakni apakah pemerintah telah sungguh-sungguh mengatur kehidupan umat beragama dengan prinsip humanisme yang menjamin kebebasan beragama bagi semua warga sesuai landasan pancasila dan konstitusi serta semboyan bhineka tunggal ika. Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan lahirnya berbagai bentuk deskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khususnya penganut agama yang diluar ke 6 agama yang diakui oleh pemerintah. Sebagai manusia humanis seperti yang digambarkan oleh Romo Mangun yaitu kita diajarkan untuk saling menghargai, toleransi, membangun sosialisasi yang baik, dan dapat menerima kepercayaan serta keyakinan dalam setiap keagamaan dari setiap orang. Menegakkan Prinsip pluralisme agama merupakan salah satu cara dalam pengikisan dehumanisme dalam bidang agama yaitu dengan menegakkan keterbukaan antar setiap agama, membangun inklusivisme dalam agama. Kehumanismean terlihat dari bentuk pemeluk keagamaan yang plural yang memahami perbedaan serta persamaan dari berbagai keagamaan untuk menuju terciptanya suatu keharmonisasian masyarakat. Kembali kita pada ajaran Romo Mangun, dimana kita sebagai manusia yang telah mengerti perbedaan serta persamaan kita antar umat beragama harus dapat menegakkan inklusivisme tersebut. Dalam berbagai perbedaan sering kali kita sebagai umat yang memiliki agama yang sah mencari kebenaran dalam ajaran keagamaan kita, namun aliran yang lain kita anggap tidak benar/salah. Misalnya pada ajaran-ajaran umat yang parmalim, dimana mereka merupakan suatu agama yang tidak sah sehingga banyak orang yang secara langsung menilai kesalahan yang mereka anut. Perlu kita ingat bahwa agama apapun yang mereka percayai dan yakini harus dapat kita terima, karna dialah yang mempercayai serta menganut agama tersebut, serta ajaran yang mereka yakini, percayai itu semua bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dalam pertumbuhan didalam iaman kepercayaannya. Agama-agama seperti ini merupakan pembawa rasa ataupun sikap terhadap kita sesama umat manusia akan pentingnya saling menghargai, menghormati dalam ajaran agama lain serta mengantar kita untuk bagaimana kita dapat membangun sosialisasi yang baik antar umat baragama. Jadi kesimpulannya menurut saya marilah kita membangun hubungan yang baik antar umat beragama, karna meskipun berbeda cara penyampaian antar agama kita namun tujuannya tetap untuk satu Allah saja, sehingga melalui hal ini kita dapat membangun humanisme dan mengikis dehumanisme karna dasar dari segala-galanya dalam kehidupan ini adalah KEAGAMAAN.

      Hapus
    6. Nama :Emia Pepayosa Perangin-angin
      Nim :15.01.1251
      Kelompok 7
      Pluralisme dan Reaktualisasi Pancasila
      Dalam suatu Negara yang memiliki kerukunan, kesejahteraan dalam setiap keberagaman baik antar setiap Agama memerlukan sikap yang pluralisme. Pluralisme merupakan sikap keterbukaan dan kebaikan hati antar setiap umat beragama dituntut melalui umat Kristiani. Didalam pluralisme setiap manusia akan lebih mengerti akan kesediaan untuk mengakui, menghargai keberadaan kelompok lainnya, serta mampu untuk menerima perbedaan antar setiap umat beragama. Perlu kita sadari bahwa bangsa semajemuk Indonesia hanya bisa tetap bersatu apabila semua komponen memang mau bersatu, tanpa paksaan, melainkan setiap komponen harus dapat menghormati dalam setiap identitas yang berbeda-beda dalam Indonesia yang satu. F.Knitter membuka kesadaran kita (Islam, Kristen, Hindu, Buddha dll), bahwa kita sebagai manusia yang menganut agama yang berbeda-beda, maka kita manusia harus membuka dialog yang menjebatani jarak atau jurang pemisah dalam hal menerima, memahami, menghargai, dan mencintai perbedaan. Melalui Pluralisme ini kita sebagau umat yang beragama dalam perbedaan serta persamaan dapat memelihara suatu kerukunan antara umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan, dan pendirian rumah Ibadah. Reaktualisasi pancasiala, dalam pancasila bangsa Indonesia secara resmi sepakat bahwa dalam kesatuan Negara repoblik Indonesia semua warga sama saja menjadi warga Negara, dengan kewajiban dan hak-hak yang sama tanpa dibedakan menurut agama. Dalam pancasila terkhusus sila yang ke-5 yakni Keadilan Sosial bagi seluruluh rakyat Indonesia, hal ini merupakan dasar kerukunan umat beragama yang harus kita junjung tinggi. Pancasila merupakan suatu alat kita untuk menghadapi kompleksitas dalam keberagaman dalam Negara Indonesia. Pluralisme dan Reaktualisasi ini untuk menyikapi kita umat beraga untuk mengikis perasaan dengki, amarah, emosi, dendam, yang membuat jarak pemesah dalam umat beragama. Dalam keberagaman baik antar suku, antar agama, dan antar etnis dapat memperlihatkan bahwa kita adalah mahkluk yang satu dan Negara Indonesia yang satu. Penodaan Agama merupakan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran suatu agama, yakni menghina, mengotori, memperlakukan tidak dengan hormat yang semestinya suatu agama, tokoh-tokoh agama, symbol-simbolnya, ajarannya, ibadatnya, rumah ibadatnya. Hal ini menjadi pemicu menuju jurang pemisahan kita dalam keberagaman. Bila kita Kaitkan hal ini dengan ajaran Romo.Mangun yang ingin menghumanismekan setiap manusia, dimana dia berprinsip sangat baik terhadap keberagaman. Jalan keselamatan kita yakini hanya satu bahwa Yesus dan hanya Yesus sebagai jalan yang sampai ke pada bapa. Jadi pandangannya akan hal ini “biarlah mereka bersekutu dengan Tuhan mereka, biarlah mereka meyakini ajaran mereka tanpa harus menodai ajaran-ajaran yang lainnya”, hal ini merupakan suatu sikap yang memiliki toleransi didalam agama, karena kita sama-sama bertumbuh dalam iman kepercayaan kita masing-masing. Pluralisme memiliki tujuan yakni dapat mencapai 3K tersebut yaitu Kebaikan, Keadilan, serta kebenaran dalam satu Negara Indonesia. Jadi mari kita wujudkan dalam diri kita pribadi lepas pribadi untuk menerima dalam setiap keberadaan dalam umat beragama, serta mencintai setiap perbedaan serta persamaan kita antar umat beragama agar 3K tersebut dapat terwujud serta dapat mewujudkan Negara yang pluralisme.

      Hapus
  5. Nama : Hendriko Siagian
    NIM : 15.01.1268
    Ting/Prodi : I-C/Theologia

    UAS berjalan kel. 1
    Pertemuan Kelas bersama IBD (02-04-2016), degan topik pembahasan "HUMANISME RELIGIUS DAN NASIONALISME YANG TERBUKA"

    Romo Mangun Wijaya bukan hanya seorang Pastor, namun ia juga adalah seorang yang handal dibidang arsitektur, dia juga adalah seorang sastrawan, seniman, dan penulis novel. Karya-karya novel hasil tulisan Mangun Wijaya bahkan menyentuh pada nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Melalui karyanya, dia banyak mengajar mengenai nilai-nilai kemanusiaan yang juga mencakup pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai beragama. Romo Mangun Wijaya hendak menanamkan nilai kebaikan, kebenaran dan keadilan dalah hidup umat manusia agar terciptanya manusia yang humanis dan berjiwa nasionalisme tinggi. Karya-karyanya juga sampai menyentuh lintas suku dan agama, dimana bukan agama Kristen saja yang gemar dan tertarik terhadap karyanya, namun juga suku dan agama lain hendak lebih tau lebih dalam lagi mengenai Romo Mangun Wijaya. Dalam pembahasan ini, Romo Mangun ingin menekankan bahwa pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama untuk mencapai yang dinamakan manusia yang humanis dan memiliki rasa nasionalisme. Indonesia memang sedang bergumul dengan masalah-masalah yang dapat merusak nilai-nilai kemanusiaan. Dimana para peserta didik yang semakin dirusak dan tidak menyadari akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pelajar yang nantinya akan menjadi penerus-penerus bangsa. Romo Mangun Wijaya mau mengingatkan dan menegor para pelajar dan masyarakat akan sangat pentingnya pendidikan untuk mencapai yang dinamakan kemajuan bangsa dan kemajuan warganya dan juga akan rasa nasionalisme. Humanisme yang dibangun oleh Mangunwijaya bukanlah konsep yang mengawang-awang, melainkan berakar pada kecintaan terhadap Indonesia. Kecintaan itu tak menghasilkan nasionalisme sempit yang menolak pengaruh budaya luar. Namun Romo Mangun Wijaya mengajar supaya kita selektif terhadap budaya luar yang masuk ke Indonesia dan juga supaya tidak menyalahgunakan IPTEK yang beredar dikalangan masyarakat yang notabennya besalah dari luar Indonesia. Iptek dapat mendorong percepatan kemajuan bangsa Indonesia dan masyarakatnya dibidang pendidikan dan dibidang lainnya juga. Romo Mangun mencita-citakan pendidikan yang komprehensif dan multidimensi. Dalam hal ini, Mangunwijaya bermimpi agar pendidikan haruslah bisa sebagai senjata pembebas peserta didik dari hal-hal yang dapat menghalanginya untuk terus melakukan tugasnya. Hubungan guru-murid juga mesti diubah menjadi lebih cair dan penuh rasa kekeluargaan.
    Dengan segala kelebihan, dan kekurangannya, Indonesia bukan untuk dibenci dan darendahkan, tetapi untuk dibanggakan karena telah menghantarkan kita sampai sejauh begini. Rasa nasionalisme akan mengkantarkan kita pada kesadaran untuk membangun dan memajukan bangsa Indonesia. Sekali lagi, saya rasa pendidikan akan menghantarkan kita pada dunia dan konteks manusia yang humanis dan memiliki rasa nasionalisme.

    Syaloom!!!
    salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Hendriko Siagian
      NIM : 15.01.1268

      UAS berjalan kel. 2
      pertemuan tanggal 04-04-2016, dengan topik pembahasan "Manusia Humanis Menurut Romo Mangun"

      Dalam pembahasan ini, Romo Mangun menekankan sosok manusia yang humanis. Menuju manusia yang humanis, tentu saja kita harus terlebih dahulu membenahi manusianya dengan jati diri yang tinggi, dengan etika, dengan moral yang baik, dengan pengetahuan, dan dengan kasih, maka akan semakin memungkinkan untuk mencapai yang dinamakan manusia humanis. Membahas masalah citra manusia dalam suku Jawa, barat, dan kontemporer, maka menurut saya, manusia pada hakekatnya adalah sama dan sederajat, tidak boleh ada penggolong-golongan dan pengkotak-kotakan yang membeda-bedakan manusia. Tapi kalau kita menelusuri dan melihat kedalam budaya, adat, maupun suku, maka akan nampak memang perbedaan manusia dalam setiap suku dan budayanya. Kita ambil contoh: orang Batak Toba terkenal akan sikap yang keras dibanding suku-suku lainnya, suku Melayu cenderung malas untuk bekerja. Dan juga jika kita membahas citra budaya dan suku, maka citra setiap suku dan budayanya akan buruk jika manusianya melakukan penyelewengan atau tindakan yang salah. Cenderung orang akan memandang buruk akan suku yang manusianya melakukan hal tersebut. Kita lihat dari suku Batak Toba yang dipandang keras oleh suku lain, padahal tidak semua orang Batak Toba berwatak keras, namun hal itu menjadi merusak citra suku Batak Tobanya. Menurut filsuf Aristoteles, manusia adalah makluk "ZOON PILITICON (mahluk sosial)", yang berarti manusia senantiasa membutuhkan manusia lain untuk kelangsungan hidupnya. Manusia Humanis adalah manusia yang bermartabat, manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Kebaikan, kebenaran, dan keadilan) yang berlandaskan pada kasih. Saya melihat jika saja anak asrama Tabernakel STT A.S dapat menjadi mahasiswa/i yang bersosial dengan baik seperti yang dikatakan Aristoteles, terpanggil untuk membantu teman yang lain untuk kelangsungan hidupnya di Asrama, membantunya demi kelangsungan perkuliahannya di Kampus, maka akan terciptalah mahasiswa/i anak asrama Tabernakel yang humanis, tidak akan ada lagi penyelewengan dan pelanggaran peraturan asrama, dan mungkin tidak akan ada lagi pencurian yang terjadi di lingkungan asrama. Dan menurut saya, juka akan tercipta masiswa/i STT A.S yang memiliki rasa nasionalisme yang tiggi, cinta akan gereja yang telah menutus kita ke tempat ini, dan juga cinta akan almamater kebesaran STT A.SABDA MEDAN.

      Hapus
    2. Nama : Hendriko Siagian
      NIM : 15.01.1268

      UAS berjalan kel. 3
      pertemuan tanggal 11-04-2016, dengan topik pembahasan "PASEMON" Dalam Sastra Karya Romo Mangun.

      Dalam pembahasan ini, kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai pribadi Romo MangunWijaya. Kita dapat lebih dalam lagi mengenai latar belakang, identitas, dan karya-karya tangan dan karya-karya pemikiran Romo Mangun yang sudah sangat bermamfaat dan dapat membantu setiap individu untuk membangun/mengisi dirinya dengan perbekalan akan sangat pentingnya manusia humanis yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Memang saya melihat dan mencoba memahami karya-karya tulisan dari Romo Mangun, bahwa memang tulisan-tulisan itu lebih banyak membahas mengenai kehidupan sosial manusia, yang mau menambah wawasan dan membuka paradigma berpikir kita mengenai nilai-nilai kemanusiaan (3K), serta mengenai hakekat manusia yang harus brhumanisasi. Namun tulisan-tulisan itu semua hanya mengarah pada hal yang sebenarnya, yaitu mengarah pada Ketuhanan. Rasa kepeduliaan beliau akan kehidupan manusia telah memperlihatkan iman dan rasa taqwanya kepada Tuhan. Romo Mangun Wijaya mencoba memperlengkapi dan mengajar banyak manusia akan hal yang benar dan yang sepatutnya dilakukan oleh seluruh manusia demi kemuliaan Tuhannya masing-masing. Menurut saya dan juga melalui jawaban yang diberikan oleh para penyaji bahasan ini mengenai peran dan keberhasilan Tulisan-tulisan ini (Novel-novel Mangun Wijaya) dalam perwujudan manusia yang humanis dan bernilai kebenaran sangat berhasil dan menentukan. Karya-karya tulisan Romo Mangun Wijaya mampu menyentuh hati para pembaca dan pendengar akan pengajaran yang beliau berikan. Sudah banyak manusia yang disadarkan oleh karya-karya beliau. Memang banyak juga orang yang kurang memaknai dan menerima pengajaran dalam bentuk karya tulisan, ada beberapa orang yang lebih mau menerima pengajaran melalui tamparan langsung dan prakek. ada beberapa orang yang kurang menerima pengajaran teori melalui karya Tulisa. Namun perlu ingat dan ketahui bahwa kita mengenal Allah dan mempercayainya tidak lepas dari tulisan-tulisan yang ada di dalam alkitab. Alkitab yang terdiri dari 66 kitab adalah karya tulisan Manusia yang banyak mengajar individu akan perbekalan Rohani. Dari hal ini, saya melihat memang peran karya-karya tulisan (Novel-novel) sangat sentral dan kompleks dalam kehidupan manusia Untuk mendorong manusia akan sangat membantunya karya-karya tulisan beliau dalam kehidupan masyarakat kampus maupun asrama, yang dapat menghantarkan hidup manusia yang berkenan dihadapan Allah.

      Terima kasih!!!
      salam IBD
      Syaloom. . .

      Hapus
    3. Nama : Hendriko Siagian
      NIM : 15.01.1268

      UAS berjalan kel. 4
      pertemuan tanggal 18-04-2016, dengan topik pembahasan "Keberpihakan pada kaum Miskin, konteks yang melatar belakangi dan Gambaran kaum miskin dalam Belada Becak karya Y.B. Mangunwijaya"

      Menurut saya melalui novel ini akan sangat banyak yang akan kita ketahui dan kita pahami mengenai latar belakang sang Romo Mangun Wijaya sendiri. Baik itu pemikirannya, sikap dan tingkah lakunya, kehidupan sosialnya, sedikit kita dapat melihat gambaran Romo Mangun Wijaya.
      "Balada Becak", sebuah karya Romo mangun dari sekian banyak karya-karyanya yang lain yang begitu sangat mendidik dan sangat menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan. Jika kita melihat dari sudut pandang penulis, maka kita akan melihat rasa keperdulian Romo Mangun wijaya akan hal-hal yang sangat jarang diperhatikan, akan hal-hal yang sangat jarang diketahui dan diungkap oleh orang. Bahkan akan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah orang menduga dan mengetahui kisahnya. Novel ini menggambarkan pada kita bahwa Romo Mangun masih sangat kental dan perduli dengan kehidupan-kehidupan yang tergolong rendah dan sangat sulit. Romo Mangun masih mengingat akan hal yang seharusnya memang ia lakukan dan orang lain lakukan, yakni memperhatikan kehidupan sesama kita yang dapat dibilang sangat memprihatinkan, karena dia juga adalah seorang Pastor. Keperdulian dan keberpihakan Romo Mangun pada kaum miskin yang benar-benar memprihatinkan sangatlah menjadi teladan yang sangat baik bagi kita semua. Romo Mangun hendak mendidik dan menegor kita, bahwa masih ada permasalahan-permasalahan kehidupan yang sangat perlu untuk diselesaikan. Hal ini adalah tugas kita bersama, bukan hanya tugas pemerintahan, atau tugas badan yang bergerak dibidang itu, namun kita diberi mandat oleh Tuhan untuk memelihara segala kehidupan ciptaannya. Mangun Wijaya hendak mendidik kita bahwa kita harus membangun hubungan yang baik dengan sesama, tanpa melihat dan menilai latar belakannya. PB mencatat bahwa Yesus Kristus sendiri membangun hubungan yang baik dengan para pelacur, orang berdosa, pemungut cukai, dan sebagainya. Karena Yesus mengetahui bahwa orang-orang demikianlah yang sangat memerlukan pengajaran dan didikan agar adanya pertobatan dalam diri mereka.
      Jika kita melihat dari sisi tokoh yang diceritakan dalam novel ini, maka kita akan menemukan seorang miskin yang penuh dengan perjuangan, dan harapannya. Seorang miskin yang dapat menjadi panutan bagi kita. Latar belakang dia yang adalah seorang miskin (tukang becak, tukang las, penjual gori, dll), dengan keterbatasan yang ia alami, ia tetap mencerminkan jati dirinya dan tetap menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang bermartabat, pribadi yang humanis dan tertanam nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Segala usaha dan perjuangannya akhirnya menghantarkan dia pada impiannya, kepada hal yang selama ini ia selalu khayalkan.
      Yusuf adalah tokoh yang pantang menyerah, penuh perjuangan, penuh usaha, yang akan menghantarkan dia pada kemanusiaan yang sesungguhnya.

      Hapus
    4. Nama :Hendriko Siagian
      NIM : 15.01.1268
      UAS berjalan kelompok V IBD. Dengan topik pembahasan “Si Penggembala Cerita”.
      Romo Mangunwijaya adalah manusia yang sangat humanis, dia benar-benar menanamkan kasih terhadap sesama dalam dirinya. Beliau adalah tokoh yang sangat memiliki nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai moralitas dan keperdulian terhadap manusia lainnya tertanam dalam dirinya. Dia adalah seorang pastor, seorang sastrawan, seorang arsitektur, dan seorang budayawan yang banyak menggembalakan banyak orang, lintas agama, lintas suku, lintas budaya, lintas profesi, lintas derajat kehidupan. Hal inilah yang dilihat oleh B.Mawardi sehingga ia menyebut Romo Mangunwijaya sebagai seorang “penggembala cerita”. Romo Mangun adalah manusia kata yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan di dalamnya, beliau menggembalakan banyak orang melalui karya-karya tulisannya (novel, essai, dll). Beliau dikenal dan dikagumi banyak orang melalui karya-karya tulisannya yang banyak menarik minat orang untuk mengikuti jejakdari dirinya. Beliau menjadi bintang dan menjadi seorang yang popular, walaupun sejak awal dia tidak pernah terpikir untuk hal itu karena tujuan utamanya adalah “menggembalakan banyak orang melalui karyanya dan juga memanusiakan manusia”. Dalam novel-novelnya, Romo Mangun banyak menggunakan simbol-simbol yang sangat bermamfaat bagi novel-novelnya dan juga berguna kepada para pembaca. Penggembala cerita menginginkan kita semua menjadi penafsir simbol-simbol yang dimana simbol-simbol itu akan menghantarkan para pembacanya kepada pemahaman yang benar akan novel tersebut. Simbol-simbol tersebut dapat menghantarkan pembacanya kepada inti dari novel itu, dan juga simbol-simbol itu akan menghantarkan pembacanya pada penghayatan akan konteks atau peristiwa, atau tokoh yang diceritakan pada novel tersebut. Dalam novel “burung-burung manyar”, simbol yang digunakan adalah burung manyar. Novel ini berpesan bahwa kalahkanlah rasa malu dan rasa gengsi dari diri kita, karena itu akan membuat diri kita tidak maju dan tidak berkembang. Sama halnya dengan tokoh Teto, dimana rasa malunya menyebabkan kegagalan dalam percintaannya.

      Terima Kasih
      Syaloom!!!!!

      Hapus
    5. Nama :Hendriko Siagian
      NIM : 15.01.1268

      UAS berjalan VI
      Dengan topik pembahasan “Dehumanisme Politik Agama di Indonesia”. (02 Mei 2016)
      Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah kartu identitas yang wajib dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun ke atas. Saat ini sudah terjadi perubahan pada KTP yang dimiliki oleh setiap orang, yaitu dengan berlakunya Kartu Identitas Penduduk (KTP) elektronik. Dalam pembahasan kali ini, permasalahan yang terjadi di Indonesia mengenai KTP yaitu penghapusan kolom agama pada KTP bagi warga Negara Indonesia yang beragama diluar dari enam agama yang diakui. Di Indonesia sendiri, ada enam agama yang diakui secara sah oleh Negara Indonesia, diantaranya: Kristen Protestan, Kristen Katholik, Islam, Hindu, Buddha, Kong Huchu). Namun disamping enam agama tersebut, begitu banyak aliran-aliran lain yang belum mendapatkan pengakuan dar Negara Indonesia dan mereka sampai saat ini masih terus ada dan berkembang, dan terus berusaha untuk mendapat pengakuan dari Indonesia. Aliran-aliran agama inilah yang mengalami diskriminasi dan dehumanisasi agama selama ini dan apalagi jika sampai terjadi penghapusan kolom agama diluar dari keenam agama yang diakui di Indonesia. Saya pikir bahwa mereka adalah juga bagian dari Indonesia dan yang tidak boleh kita lupakan bahwa mereka juga turut berjuang dalam upaya memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau kita pikir-pikir, mereka sangat berhak memperoleh identitas asli yang akan memperlihatkan identitas mereka yang sesungguhnya, bahwa mereka adalah juga warga Negara Indonesia. Bahkan mereka adalah asli milik Indonesia dan lahir dari kebudayaan Indonesia, dan enam agama yang diakui oleh Indonesia sampai saat ini adalah lahir dari bangsa lain yang dibawa ke Indonesia. Memang terjadi diskriminasi dan dehumanisasi agama-agama minoritas, apalagi agama-agama yang belum diakui di Indonesia. Realitanya memang agama sering menimbulkan ketidakadilan dan sering membuat perpecahan antara pihak-pihak tertentu dan tokoh-tokoh tertentu. Umat sering menyalahartikan ajaran agama yang berujung pada konflik dan kekerasan atas nama agama. Saya pikir ketidakadilan perlu diselesaikan dalam hal beragama. Pancasil adalah ideologi Indonesia, dan pada sila pertama dikatakan bahwa “Ketuhanan yang Maha Esa”. Indonesia sangat perlu melihat sila ini dan memahaminya dengan benar, karena “ketuhanan” yang dimaksud tidaklah jelas, dalam arti Tuhan dalam agama mana yang dimaksud disini, karena kita ketahui bahwa Indonesia adalah Negara yang plural dalam hal agamanya, baik yang sudah diakui dan yang belum diakui, dan dalam setiap agama tersebut, berbeda-beda pemahaman mereka mengenai Tuhan dan berbeda-beda Tuhan yang diyakininya. Hal ini adalah dasar Indonesia yang umum, namun jika kita melihat pada daerah-daerah tertentu dan peraturan-peraturan daerah tertentu, “Ketuhanan yang Maha Esa” ini diruncingkan lagi sesuai dengan agama mayoritas yang ada di sana.

      Hapus
    6. Sambungan UAS berjalan VI.

      Jadi daerah-daerah tertentu memiliki kebijakan untuk menentukan peraturan agamanya, dan hal inilah yang sebenarnya menimbulkan diskriminasi dan dehumanisasi yang dialami oleh agama minoritas. Untuk menegakkan keadilan yang seharusnya dirasakan oleh semua orang dalam beragama, khususnya dalam pembahasan ini, diskriminasi dan dehumanisasi politik agama yang ditimbulkan oleh isu penghapusan kolom agama pada KTP yang diluar enam agama resmi di Indonesia, saya pikir demi keadilan dan tidak adanya nanti diskriminasi dan dehumanisasi agama yang ditimbulkan, lebih baik kolom agama pada KTP ditiadakan saja, baik KTP yang agamanya sudah duakui dan KTP yang agamanya belum diakui, supaya keadilan itu bisa nyata dalam hal kepemilikan KTP, dan supaya tidak terjadi lagi kasus-kasus pemalsuan identitas, khususnya identitas agama. Karena tidak mungkin jika Indonsia harus mengakui semua aliran-aliran agama yang belum mndapatkan pengakuan dari pemerintah, agar seluruh kolom agama pada setiap KTP menerakan agama yang sudah diakui. Hal itu akan semakin membuat keadaan sangat rumit, karena dalam enam agama saja sangat sering terjadi ketimpangan dan kedidakadilan, sering terjadi konflik agama, apalagi jika aliran-aliran agama yang belum diakui akhirnya diakui. Dan juga sangat tidak mungkin juga penyelesaian masalah ini dengan memusnahkan dan meniadakan mereka dari Indonsia, karena kembali kepada paham bahwa mereka juga memiliki hak, mereka adalah kebudayaan asli Indonesia, lahir dari Indonesia, dan mereka adalah pejuang Negara. Kemudian, perlu kita pertimbangkan bahwa agama adalah bersifat abstrak dan agama adalah hak individual. Karena juga seseorang bisa saja berganti-ganti agama, selama masa aktif KTPnya. Apalagi sekarang dengan adanya KTP elektronik yang masa aktifnya adalah seumur hidup, akan mudah sekali terjadi penyelewengan identitas pada KTP, karena dengan kemungkinan tadi, bisa saja seseorang selama hidupnya yang sudah memiliki KTP elektronik berganti-ganti agama karena ada jaminan hukum bahwa setiap orang berhak untuk memilih agamanya masing-masing. Agama juga bukanlah merupakan hal pokok, atau ketentuan dan keharusan bagi seseorang untuk mendapatkan haknya, namun realitanya bahwa agama menjadi penentu untuk mendapatkan haknya, dalam arti agama-agama minoritas sangat sulit untuk memperoleh haknya. Identitas agama memang sangat perlu dimiliki rakyat dalam KTPnya, hal itu juga akan memperlihatkan bahwa Indonesia bukan Negara yang ateis dan komunis, namun demi terwujudnya keadilian dalam semua aspek beragama, menurut saya lebih baik hal itu dilakukan. Perlu kita ingat bahwa pada sila kelima pancasila menekankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan hal inilah yang harus terus diperjuangkan dalam hal beragama.
      Terima kasih!!!!

      Hapus
  6. Dalam pembahasan Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka (02 April 2016), dalam pembahasan ini Romo Mangun yang adalah seorang pastor yang besikap eksklaustrasi (keluar dari zona aman sebagai seorang yang memiliki kehidupan mapan demi memperjuangkan dan peduli terhadap masyarakat umum diluar gereja) menyumbangkan beberapa pemikiran bagaimana Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka dalam beberapa ide, Romo juga menghadirkan visi dan misi namun tidak bergantung dengan visi dan misi Romo Mangun lebih gemar melakukan tindakan nyata dari visi misinya tersebut, ada banyak pengalaman yang baru atau masih fress dalam ingatan Mangun dalam semangatnya mendambakan manusia humanis dalam negerinya. Pengertian Humanisme disini adalah bagaiman manusia yang hidup di dunia ini peduli terhadap keberadaan perbedaan hidup (SARA), terhadap kebenaran, keadilan, dan keharmonisan secara kekeluargaan. Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka adalah dua hal pemikiran yang saya pikir cukup baik jika manusia yang berhati nurani masih mau merenungkannya secara dalam untuk memaknai hidup yang singkat ini. Dan mari saling topang menopang untuk menjalankan pengertian manusia yang humanis ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Monalisa Purba
      NIM : 15.01.1295

      Pembahasan kelompok 2 Manusia Humanis menurut Romo Mangun, pembahasaa kelompok 2 diawali dengan latarbelakang seorang Romo Mangun, seorang Mangun yang adalah seorang pastor mau meninggalkan segala kenyamanannya sebagai seorang pastor. Bukan hanya seorang pastor, Romo Mangun juga adalah seorang arsitektur berbakat. Namun, jauh dari pemikiran kenyamanan Romo Mangun mengabdi terhadap orang-orang miskin dan anak-anak yang miskin, terkhusus kaum perempuan. Ada beberapa konsep manusia yang disumbangkan oleh Romo Mangun yaitu: Konsep Manusia menurut Kebudayaan Jawa, Konsep Manusia menurut Kebudayaan Barat, Konsep Manusia Indonesia Kontemporer, Manusia Pasca-Indonesia atau Manusia Pasca-Nasional, dan Manusia Pasca-Einstein. Menurut saya belum ada Konsep Manusia Romo Mangun yang paling cocok untuk Negara Indonesia karena masih banyak manusia Indonesia yang belum menyadari akan pentingnya Nilai-nilai Kemanusiaan () yang harus di bangun dalam setiap pribadi penduduk Indonesia. Berangkat dari perjalanan hidup Romo Mangun, sehararusnya para pembaca karya-karyanya mampu dibaharui paradigm manusia sebagai makhluk yang harus senantiasa berbuat kebaikan dalam hidup ini. Tetapi pada kenyataannya konsep Mangun belum mapu membuahkan hasil yang maksimal. Teringat akan Yesaya 41:6 mengatakan “Yang seorang menolong yang lain dan berkata kepada temannya: “kuatkanlah hatimu!””. Di dalam PL ada namanya hukum turat, di dalam PB juga ada hukum yang namanya hukum Kristus. Esensi Kristus adalah Kasih dan Kasih diwujudkan dengan kita saling tolong menolong satu dengan yang lain. Tiga hal yang penting dalam kehidupan manusia adalah pertama kebaikan, kedua kebaikan, ketiga tetap kebaikan. Apa yang mau saya bagikan adalah bahwa, Romo Mangun dengan Konsep Manusianya sudah berusaha menyebarkan kebaikan walaupun belum mendapatkan hasil. Semoga melalui mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar) stambuk 2015 mampu membangun dan menerapkan kebaikan Romo Mangun yang berdasarkan Kasih.

      Hapus
    2. Pertemuan senin, 11 april 2016 membahas mengenai pengertian Pasemon dalam karya Romo Mangun. Romo Mangun adalah seorang arsitek, seorang humanis, seorang sastrawan, juga budayawan. Sebagai pendidik, ia juga berperan menghadirkan suatu pendidikan alternatif. Pasemon adalah istilah dari bahasa sastra jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Pada awalnya Romo Mangun tidal ingin mempublikasikan pengalamannya melalui Pasemon. Tetapi dengan keberanian dan semangat yang dimilikinya untuk sikap humanis, Romo Mangun akhirnya mempublikasikan segala pengalaman yang pernah ia lalui. Berbeda halnya dengan penulis-penulis lain yang biasanya hanya menceritakan sesuatu yang hanya ada dalam dunia hayal mereka. Dalam setiap karya Pasemon yang dibuat oleh Romo Mangun hampir keseluruhan bertemakan kemerdekaan. Di dalam isu kemerdekaan yang disuguhkan oleh Mangun akan selalu berkaitan dengan kemanusiaan. Di dalamnya bukan hanya kemanusiaan saja tetapi ada kebesaran, kebanggaan, kecemasan, dan juga keterombang-ambingan dalam hidup. Ketika satra menempatkan, manusia sebagai makhluk yang mertabat dan berharga saat itulah sastra telah menyentuh aspek terdalam dalam pengalaman manusia Religiositas. Ada tambahan penting yang tak boleh dilupakan: Romo, dalam menghadirkan tokoh-tokoh dan juga menyajikan gambaran berbagai macam fenomena kehidupan tidak seperti mereka yang menganut teologi moral, tidak hitam tidak putih tetapi utuh, ada putih dan ada hitamnya.

      Hapus
    3. Nama : Monalisa Purba
      Tingkat/jurusan : I-C/Teologi
      Nim : 15.01.1295
      Uas berjalan kelompok 4 pertemuan senin 17 April 2016, dalam pembahasan Novelet Balada Becak dipaparkan bagaimana tokoh Yusuf seorang yang latarbelakang ekonominya rendah, dimana dengan keadaan ekonomi yusuf yang rendah namun ia tetap berjuang dan semangat menjalani hidupnya sehari-hari. Berbicara tentang latarbelakang Yusuf yang ekonominya rendah kita juga pastinya teringat dengan permasalahan negeri kita ini Indonesia yang dimana menurut survei Badan Pusat Statistik menggunakan basic needs approach pada bulan maret 2015 mencapai 11,22 %. Angka ini bagi Indonesia termasuk suatu hal yang kurang baik dalam kesejahteraan hidup, dimana pemerintah kita belum sukses dalam menjalankan program pemberantasan kemiskinan. Di kaitkan dengan karya Romo Mangun bahwa kemiskinan adalah salah satu wajah dari ketidakteraturannya sistem pemerintahan kita. Balada Becak adalah karya Romo Mangun yang dari pemaparannya menurut saya adalah suatu karya yang terinspirasi dari pengalaman Mangun sendiri. Dimana dalam cerita ini terlihat tokoh Yusuf yang walaupun tinggal dalam keadaan sulit namun tetap tidak mengeluh dan masih mampu melakukan kebaikan sampai-sampai Yusuf terkena luka tembak, ini salah satu hal yang patut diteladani dari Yusuf, tidak hanya itu saja namun Yusuf juga tetap semangat dalam menjalankan pekerjaannya menarik becak dan masih berani bermimpi tentang masa depan yang cerah sambil terus berjuang untuk menggapainya. Tidak lupa dalam karya ini Romo menyisipkan kisah percintaan dimana cinta bukanlah sesuatu yang harus memandang kepemilikan seseorang dan status seseorang. Kisah Yusuf mengingatkan kita akan kalimat ini “Perjalanan hidup ini diibaratkan dengan sebuah perjalanan untuk mendaki sebuah gunung yang tinggi. Dibutuhkan kesabaran, kekuatan dan juga kegigihan hati untuk menaklukkan segala tantangan dan hambatan yang begitu sulit dilalui. Terkadang kita harus jatuh, jatuh, jatuh, bahkan juga tersesat, namun kita harus terus berusaha untuk bangkit dan kembali pada jalan yang tepat. Dan semua usaha hanyalah untuk mencapai puncak. Kemudian begitu sampai dipuncak , semua jeripayah itu akan dibayar dengan sebuah pemandangan yang begitu luar biasa indahnya. Begitu jugalah dengan perjalanan hidup ini, jika kita mau berusaha keras dan berjuang, pada akhirnya hanya aka nada keindahan hidup yang kita rasakan. Ini jugalah menjadi refleksi kita bersama sebagai orang muda sekarang ini, untuk tidak berputus asa walau keadaan, situasi dan latarbelakang kita tidak tepat namun harus lebih berani untuk bermimpi dan mengarahkan pandangan kita untuk terus maju, maju, dan maju. Semoga bukan hanya dalam mata kuliah IBD kita berjuang seperti Yus, karena jika benar, maka mata kuliah lain akan menangis.

      Hapus
    4. Uas berjalan pembahasan kelompok V pada tanggal 25 April 2016, dengan judul si Pengembala Cerita. Istilah si pengembala cerita di sandangkan kepada Romo Mangun di karenakan ia adalah seorang manusia yang memiliki pembendaharaan kata yang baik dalam setiap satranya, bukan hanya satranya yang dipenuhi dengan pembendaharaan kata tetapi juga terlihat dalam setiap kutipan-kutipan yang ia tulis. Romo Mangun melalui Bersastra menunjukkan suatu ketulusan ataupun kesungguhannya dalam menampilkan apa yang sudah menjadi pengalamannya bukan hanya sekedar kata-kata karangan saja. Lambang sebagai sesuatu yang berusaha ditafsirkan oleh si Pengembala Cerita. Dalam hal Lambang, Novel-novel Romo Mangun banyak memakainya, misalnya dalam novel Burung-burung Rantau. Lambang juga bukanlah suatu hal yang penekanannya hanya dengan logika dan etika sendiri, dalam Lambang ini Romo Mangun memberi kebebasan bagi pembacanya untuk memberi pengertian yang bebas namun masih aktualisasi. Si Pengembala Cerita juga adalah seorang yang memakai Hati Nurani dalam setiap karyanya, ini sejalan dengan pensastraan Romo Mangun, seorang Sastrawan juga harus berurusan denga Hati Nurani agar setiap karya itu mampu menghadirkan pengaplikasian hidup secara lebih realita. Intelektual diartikan sebagai suatu kemampuan dalam hal berpikir, namun intelektual juga diartikan sebagai logika berpikir dari suatu teori. Seorang Romo Mangun adalah seorang yang berintelektual, keberintelektualan Romo terlihat dari karyanya dalam memberi julukan latarbelakang para tokoh yang ada dalam karyanya. Esai sebagai untaiana renungan, humor, kritik, celotehan, dan khotbah. Esai sengaja dihadirkan Romo Mangun sebagai bentuk perhatiannya agar pembaca tidak hanya berimajinasi tetapi mampu membuat pembaca berasumsi ataupun berpengetahuan secara luas serta termotivasi untuk keluar dari pemikiran yang sudah usang. Seorang Romo Mangun tidak berharap menjadi seleb melalui semua hal yang dilakukannya, namun dia tidak sengaja sudah menjadi aktor dalam hal Humanisme (Nilai-nilai Kemanusiaan). Seorang Romo Mangun menjadi sipengembala cerita yang berasal dari pengembala umat. Sipengembala cerita ini secara universal memberikan suatu Nilai-nilai Kemanusiaan dimana didalamnya ada nilai kebaikan, saling menghargai dan saling membangun kearah yang lebih baik lagi. Semoga dengan adanya si Pengembala Cerita ini kita termotivasi untuk menjadi manusia yang mampu memanusiakan orang lain. Salam atas nama Nilai-nilai Kemanusiaan.

      Hapus
    5. Uas berjalan kelompok 6 pada tanggal 03 Mei 2016, dengan judul Dehumanisme Politik Agama di Indonesia oleh penulis Musdah Mulia. Dalam paper ini penulis (Musdah Mulia) memberikan pertanyaan ini: Perlukah Kolom Agama dalam KTP?, pertanyaan ini adalah perenungan mendalam bagi orang yang membacanya, penting atau tidaknya kolom Agama dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk) seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Sebab hal sederhana ini jika tidak segera diberi perhatian khusus akan menimbulkan kekerasan dan konflik. Akan ada jawaban yang berbeda ketika pertanyaan di atas disebutkan, karena berbagai alasan dan pemikiran, namun yang pasti jangan membuat perbedaan agama menjadikan bangsa ini saling menyakiti sesamanya. Dengan adanya perbedaan agama menunjukkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang memiliki kebelbagaian yang unik dengan adanya banyak agama. Permasalahan dehumanisme dalam negeri ini sebenarnya sudah lama ada, namun kini ternyata kasus dehumanisme politik agama di Indonesia memang suatu permasalahan serius. Terlalu sering dehumanisme terjadi pada kalangan minoritas. Yang menjadi korban adalah mereka yang terlalu tidak mencolok keberadaannya. Perenungan bersama juga ketika ada pernyataan jokowi bahwasanya kolom agama dapat dikosongkan jika bukan lah penganut agama dari 6 agama yang diakui Negara Indonesia. Meski berusaha mengatasi dengan cara ini, namun dengan adanya pernyataan jokowi ini, orang-orang yang diluar agama yang diakui Negara tidak akan mendapat hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia. Kepentingan kebebasan beragama juga sudah terdapat dalam perundang-undangan, namun kebijakan ini perlu mendapat tinjauan ulang ataupun mendapat penambahan perundang-undangan mengenai agama. Agar dehumanisme teratasi perlu adanya perubahan dalam tatanan UUD sehubungan dengan kebebasan beragama. Pembatasan Hak kebebasan beragama diartikan sebagai kewajiban dan tanggungjawab yang harus dilakukan manusia untuk saling menghargai dan menghormati sesama manusia. Tujuan dibuatnya Pembatasan hak kebebasan beragama adalah untuk menyangkal ancaman terhadap keselamatan kehidupan, integritas ataupun privasi, kesehatan warga Negara dan amannya kepemilikan mereka. Menegakkan Prinsip Pluralisme Agama sebagai salah satu usaha untuk mengurangi konflik dehumanisme. Dalam konteks pemikiran Romo Mangun, inilah sebenarnya yang menjadi cita-citanya, melihat ibu pertiwi ini hidup secara damai jauh dari segala jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan. Sedikit analisa saya mengenai rumah diatas bukit, yang berlatar belakang agama Kristen namun dikarenakan cinta akan orangtua dan budaya harus kembali kepada suatu kepercayaan orangtua yang sebelumnya yaitu parmalin. Menurut saya keluarga ini memang butuh dampingan karena alasan mereka kembali kepada kepercayaan orangtuanya yang sebelumnya jelas mengandung nilai kemanusiaan, dan juga inilah peran penting suatu organisasi gereja seperti PGI untuk melakukan pendampingan khusus kepada orang-orang yang pemikirannya masih mengarah kepada pemikiran ontologis. Pada akhirnya saya rasa pemahaman mereka tentang Yesus yang sebelumnya menjadi Jurusselamat mereka akan tetap melekat dalam hati mereka yang paling dalam. Salam IBD untuk seluruh masyarakat Indonesia yang mau berjuang bersama untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan, yaitu 3 K: kebaikan, kejujuran, dan keadilan.

      Hapus
    6. Uas berjalan kelompok 7 pada tanggal 09 mei 2016, dengan judul Pluralisme dan Reaktualisasi Pancasila

      Pluralisme menurut pandangan Kristiani, Kristen memiliki pandangan terhadap keberagaman yang ada di negeri ini. Perlunya implementasi ajaran Kristiani dalam masyarakat menjadi suatu kesadaran dan tanggungjawab umat Kristiani. Mengasihi sesama sebagai esensi Kekristenan termasuk dalam sikap Pluralisme. Dalam pancasila bangsa Indonesia secara resmi sepakat bahwa dalam kesatuan Negara republik Indonesia semua warga sama saja mejadi warga Negara, dengan kewajiban dan hak-hak yang sama tanpa dibedakan menurut agama. Maka pluralisme adalah Inti dan dasar kesediaan rakyat nusantara untuk hidup bersama. Pluralisme itu harus dipelajari. Semua harus belajar untuk menerima bahwa masing-masing suku, etnik, pulau/daerah, umat beragama dan kelompok masing-masing umat beragama memiliki indentitas dan kekhasan masing-masing yang meskipun nilai-nilai dasar adalah sama (yaitu nilai-nilai lima sila pancasila), namun mempunyai pandangan berbeda tentang sopan santun bergaul, berpakaian dan bagaimana beragama. Salah satu nilai paling penting pluralisme adalah toleransi. Toleransi adalah kesedihan untuk mengakui, bahkan menghargai, keberadaan orang/kelompok lain dalam keberlainannya. Jadi yang perlu diajarkan kepada generasi muda bangsa (tentu kepada yang tua juga) adalah kesediaan dan kemampuan psikis untuk hidup berdampingan dengan saudara-saudari yang berbeda suku.
      Saya teringat akan ayat sidi saya terkait topik pembahasan ini yaitu pada Matius 5:8 yang mengatakan “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”. Akar dari segala kejahatan yang mengatas namakan agama berawal dari hati, dimana dari hati timbul perbuatan yang baik dan yang buruk. Sikap pluralisme juga berasal dari hati. Maka hanya hati yang suci, yang tidak bercela yang dapat bertemu dengan Bapa. Melalui topik ini kita diajarkan untuk mereview ulang sudah bagaimana kita hidup dengan orang yang berlain latarbelakang agama dan kebudayaan. Pesan saya adalah, kita adalah anak-anak Allah. Terang bapa ada pada kita, karena itu jadilah terang bagi semua orang, baik itu orang yang berlatarbelakang berbeda dengan kita, agar mereka tau bahwa kita adalah anak-anak terang Allah. Mari kenakan Kasih kepada Tuhan sebagai bahan bakar sebuah keberanian untuk memberitakan Kristus (kebaikan) kepada dunia yang terhilang merupakan misi semua orang percaya, dimanapun mereka berada. Kobarkan terus api Kasih dalam hidup kita, karena Kasih melenyapkan ketakutan. Salam IBD.
      Mengingat sebentar lagi stambuk 2015 akan menjadi senior, selama libur mari merenung bersama bagaimana sebenarnya penerapan kelakuan senior yang baik, sesuai dengan ilmu yang kita pelajari melalui mata kuliah IBD dan AMAS. Semoga kita dimampukan seperti tema PAMB kita “memperlengkapi diri untuk melayani Tuhan dengan Kekudusan dan rendah hati”. Mari kita menjadi senior yang kudus dan rendah hati untuk menyambut junior kita. Jangan biarkan apa yang kita rasakan kembali dirasakan oleh mereka. Terimakasih, sekedar mengingatkan kita.

      Hapus
  7. Nama : Dewi Aprianna Br Pinem
    NIM : 15.01.1240
    Tingkat/ Jurusan: I-C/ Teologia

    Syalom
    pada sajian kelompok II ini menarik bagi saya mengapa saya katakan demikian karena masih menyangkut mengenai Humanisme. saat saya membaca judul sajian ini muncul pertanyaan bagi saya yaitu mengapa Mangun Wijaya mengangkat judul bukunya mengenai Humanisme. saya berpendapat bahwa Romo Mangun melihata banyaknya terjadi pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan, melaui bukunya ini Romo berharap manusia tersebut bisa menyadarkan para pembaca agar lebih mencintai niali-nilai kemanusiaan. kita tahu Romo Mangun bukan hanya seorang pastor tapi juga handal dalam bidang arsitektur, seniman, sastrawan juga penulis novel. karya-karyanya banyak menyinggung mengenai Nilai-nilai kemanusiaan. karya-karyanya bukan hanya menarik bagi orang-orang Kristen tapi semua kalangan menyukai dan tertarik pada karyanya. Romo Mangun menyadarkan kita mengenai bagaimana sebenarnya manusia yang humanis itu, karena pada kenyataanya tidak seperti yang dia harapkan. Romo Mangun menginginkan kita bisa menjadi manusia yang humanis karena kita ketahui sendiri bagaimana Romo Mangun sangat mencintai kemanusiaan. kita dapat lihat perjuangan Romo Mangun yang menentang pemerintahan pada zaman orde baru pada masa pemerintahan presiden Soeharto, dia melihata banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan seperti pemerintah yang bertidak otoriter (sewenang-wenang) dan larangan untuk bebas mengeluarkan pendapat, sehingga segala keburukan pemerintah tidak dapat diketahui oleh masyarakat. dengan peristiwa ini maka Romo Mangun serta angkatan 1928 (sumpah pemuda ) membuat sebuah gerakan yang menolak tumbuh suburnya pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan akibat pemerintah yang bersikap otoriter (sewenang-wenang). disini dapat kita lihat bagaimana kegigihan Romo Mangun dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, jadi kita sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya mengikuti jejek Romo Mangun. didampingi dengan pengetahuan yang kita miliki, mulai dari diri masing-masing sehingga apa yang dicita-citakan oleh Romo Mangun dapat diwujudkan melalui kita.
    yang membedakan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa yang lain adalah keanekaragaman Indonesia baik dari segi bahasa, budaya, agama, dan ideologi bangsa yang berlandaskan Pancasila. ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia dibandingkan dengan bangsa yang lain. jadi ini yang harus kita banggakan dan kita jaga. dengan demikian pesan Romo Mangun dapat kita wujudkan yaitu menjadi manusia yang Humanis.
    syalom..
    salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih buat kesempatan ini saya sebagai penyaji kelompok I ingin memberi tanggapan mengenai Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka. menurut saya pribadi dalam hal ini Romo Mangun mengangkat tema ini karena dia terinspirasi dari kisah orang miskin yang diperlakukan secara tidak manusiawi, dalam hal ini kita bisa lihat pengorbanan yang dilakukan oleh Romo Mangun dimana dia menentang Pemerintahan pada saat orde baru yang dipinpin oleh Presiden Soeharto dia melihat banyak sekali orang-orang diperlakukan secara tidak manusiawi sehingga dia berharap melalui tema yang dia anggkat ini bisa menyadarkan manusia mengenai Humanisme.sama halnya dengan Nasionalisme yang terbuka nasionalisme artinya cinta Tanah Air dalam artian yang terbuka, saat ini bisa kita lihat bagaimana generasi penerus bangsa tidak mencintai tanah airnya dengan bannyaknya peristiwa-peristiwa yang terjadi mengenai nasionalisme. Dapat kita bayangkan bahwa seandainnya para pejuang kita masih hidup dan menyaksikan secara langsung segala peristiwa yang terjadi saat ini bagaimana perasaanya. Orang yang sudah bersusah payah mempertahankan bangsa Indonesia sedangkan kita sendiri sebagai warga negara tidak bisa menjaga dan melestarikan keutuhan bangsa. Kita tahu bahwa bukan kita yang memperjuangkan keutuhan bangsa itu kita hanya bertugas untuk menjaga dan melestarikan Apaka
      h untuk menjaga dan melestarikan saja kita tidak mampu?. Dengan banyaknya peristiwa yang terjadi menyadarkan kita sebagai bangsa untuk lebih mencintai bangsa kita. Hal yang harus kita lakukan sebagai bukti kita peduli akan kemanusiaan dan cinta tanah air dengan menerapkannya dalam kehidupan kita. Marilah kita sebagai generasi penerus bangsa diingatkan kembali oleh Romo Mangun bagaimana seharusnnya manusia itu bersikap untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan menjaga nasionalisme bangsa, kita seharusnya bertrimakasih kepeda romo mangun karna ternya masih ada orang yang peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan yang sudah luntur. Terimakasih.
      Syalom

      Hapus
    2. UAS berjalan ke III
      Dalam pembahasan kali ini tema yang sampai kepada kita adalah “ Pasemon karya sastra Romo Mangun”. Pasemon artinya tindakan atau perbandingan (Jawa tradisional) atau dengan kata lain sindiran halus melalui karya-karya Romo Mangun dengan perantara novel-novelnya. Kita tahu Romo Mangun kontra dengan pemerintah orde baru yang pada masa itu dipimpin oleh presiden Soeharto yang memrintah dengan otoriter (sewenang-wenang ) pemerintah banyak melakukan tindakan-tindakan diluar kemanusiaan. Sebagai Contoh yang bisa kita lihat adalah jika kita mengkritik pemerintah atau berani memberikan komentar pada pemerintah maka tidak perlu menunggu lama akan terjadi PETRUS (penembakan misterius), dalam hal ini Romo Mangun tidak setuju dan tidak suka. Menurutnya pemerintah tidak bisa terbuka kepada rakyat jadi rakyat tidak akan tahu apa yang terjadi didalam negara. Serta sangat menentang hal ini Romo Mangun bersitegang dengan pemerintah orde baru atas nama manusia, ia banyak melakukan kritik baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adalah melalui karya-karyanya yaitu novel dia mengkritik pmerintah. Seperti yang kita ketahui bahwa cikal bakal Romo Mangun menjunjung nilai-nilai kemanusiaan karena dia tidak tahan melihat orang-orang miskin ditindas dan diperlakukan secara tidak manusiawi. Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana perjuangaan Romo mangun dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini kita bisa belajar dan jadikan Romo Mangun menjadi inspirasi kita sebagai generasi penerus bangsa dalam hal kemanusiaan. Terutama pada pemerintahan saat ini saya rindukan pemerintah yang takut akan Tuhan serta dapat mejunjung nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian kita mampu tunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki ideologi yang belandaskan Pancasila serta dapat dijadikan sebagai pedoman bagi bangsa yang lain. Kita tunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Serta berlandaskan Pancasila sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dimana tidak ada perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lain serta diskriminasi. Dengan demikian apa yang dicita-citakan oleh Romo Mangun dapat diwujudnyatakan dalam kehidupan kita.
      Terimakasih, Syalomm…

      Hapus
    3. UAS berjalan IV
      Syalom bagi kita semua..
      Pada pembahasan minggu ini kita masih membahas karya-karya Romo Mangun dimana dalam karya tersebut tetap menekankan nilai-nilai kemanusiaaan dan kepedulian Romo mangun pada orang-orang miskin atau kaum tertindas. Dalam novel ini dapat kita lihat bahwa bagaimana seorang laki-laki yang miskin dicintai oleh dua orang gadis yang berpendidikan tinggi dan harta yang berkecukupan, mungkin kita berfikir bagaimana mungkin seorang laki-laki miskin dicintai oleh perempuan yang cukup dalam harta. Dalam hal ini kita bisa melihat Romo Mangun memperlihatkan sikapnya yang plural dan universal yang dia tuangkan dalam karya-karyanya salah satunya adalah novel Balada Becak. Kita bisa melihat bagaimana Romo Mangun mengisahan seorang Yus yang hidup ditengah-tengah kemiskinannya namun tatap bermartabat. Kita bisa melihat bagaimana perjuangan hidup yang dilakukan Yus ditengah-tengah kekurangannya. Pada saat ini kita sering menyaksikan bagaimana adanya ” pengkastaan” dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pejabat maupun yang dilakukan oleh masyarakat sendiri yang menganggap dia lebih daripada orang lain. Seperti pertanyaan yang saya ajukan kapada para penyaji mengenai ilustrasi kaya Vs miskin dipengadilan. Dimana kita lihat orang kaya yang memiliki permasalahan akan selalu didahulukan penyelesaian permasalahan daripada orang miskin. Dalam hal ini kita bisa lihat bagaimana diskriminasi yang dilakukan oleh penegak hukum orang yang seharusnya menegakkan hukum pun melakukan hal yang tidak wajar yaitu membuat suatu perbedaan antara orang berada dengan orang yang kurang dalam harta. Saya berfikir bahwa apa buktinya kita adalah negara hukum sesuai dengan yang tertulis dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3. Jika pengkastaan ini tidak bisa kita hilangkan dari diri masing-masing pribadi maka kita tidak akan pernah bisa menghargai orang lain. Romo Mangun mengingatkan kita bahwa bagaimana manusia itu harus bersikap yaitu dengan sikap yang plural dan universal. Apa yang diharapkan oleh Romo mangun kiranya dapat kita wujudkan yaitu dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian bangsa Indonesia mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan negara lain. Kita dapat tunjukkan kepada dunia luas bahwa Indonesia yang memiliki ideologi yang berlandaskan Pancasila tidak hanya indah dalam ideologi bangsa namun juga indah dalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
      Syalom..
      Terima kasih..

      Hapus
    4. Uas berjalan V
      Syalom.
      Pada kesempatan kali ini kita masih membahas tentang karya-karya Romo Mangun pada sajian minggu lalu kita mengenal Romo Mangun hanya sebatas pastor, arsitek, budayawan, penulis novel, aktivis, seniman. Namun pada sajian minggu ini kita mengetahui bahwa Romo Mangun juga sebagai Penabur lambang. Dia banyak menggunakan lambang-lambang dalam setiap novelnya seperti Burung-burung Manyar, Burung-burung Rantau, Balada Becak dan lain sebagainya. Menurut saya ini adalah ciri khas dari Romo Mangun itu sendiri dibandingkan dengan para penulis yang lain yaitu dengan memakai lambang-lambang akan membuat pembaca lebih tertarik kepada karya-karyanya dan akan membuka cara berfikir para pembaca. Serta para pembaca akan ditambah wawasannya bagaimana sebenarnya maksud dan tujuan penulis melalui lambang-lambang serta kita dapat juga mengatakan Romo Mangun sebagai Yesus kecil yaitu dimana ketika Yesus melakukan pengajaran kepada murid-murid dan orang banyak Yesus banyak menggunakan perumpamaan- perumpamaan begitu halnya juga Romo Mangun yang banyak menggunakan lambang-lambang dalam penulisan karyanya . Salah satunya adalah novelnya yang berjudul Burung-burung Manyar dimana dia mendapat penghargaan sastra se Asia Tenggara pada tahun 1996.
      Melalui novel Romo Mangun kita tidak bisa berfikir secara logika tapi supralogika maksudnya tidak dapat berfikir secara logika, salah satunya dalam novelnya yang berjudul burung-burung Manyar dimana dalam novelnya ini mengisahkan seorang laki-laki yang bernama Teto yang mulai tumbuh dewasa ditengah situasi politik yang tidak menentu. Latar belakang khidupan Teto adalah dimana ibunya dijadikan gundik oleh tentara Jepang, sedangkan ayahnya hilang ketika dia berperang, Karena tidak memiliki siapa-siapa lagi Teto kemudia dirawat oleh Atik dan ibunya yaitu teman masa kecilnya dulu. Dimana pada saat itu terjadi perebutan kekuasaan antara Jepang dan Belanda, Teto dijadikan sebagai letnan KNIL oleh tentara Jepang. Tentara KNIL ini berperan untuk mengembalaikan kekuasaan Belanda di Indonesia, setiap hari mereka melakukan patroli keamanan.
      Namun Belanda kalah melawan Indonesia sehingga Teto malu kepada Atik dan keluarganya sehingga membuat Teto frustasi, malu terhadap dirinya apalagi terhadap Larasati perempuan yang sangat dicintainya. Larasati sangat berjuang untuk bangsa Indonesia sedangkan Teto malah membela musuh, untuk menutupi rasa malunya Teto memutuskan untuk pergi ke Luar negeri yaitu Amerika.Teto sekolah di universitas Harvard mengambil jurusan Komputer dan mendapat gelar Doktor serta setelah tamat dia bekerja sebagai analisis Komputer diperusahaan besar di Amerika. Setelah sekian lama Teto teringat kepada Larasati perempuan yang sangat dicintainya, namun dia malu untuk bertemu dengan Larasati tapi di satu sisi Teto sangat merindukannya. Disuatu saat Teto diam-diam menghadiri seminar yang dilakukan oleh Larasati di Jakarta namun Teto tidak berani untuk mejumpai Larasati, dalam karya sastranya ini Romo Mangun mewartakan nilai-nilai kemanusiaan yaitu Kebaikan, keadilan, dan kebenaran demi hidup yang bermartabat. Namun yang paling ditekankan adalah nilai kebenaran karena sastranya kontekstual menuju realitas. Dalam hal ini Romo Mangun mengingatkan kembali kepada kita bahwa sejarah akan sangat menakjubkan apabila kita dapat jadika menjadi pelajaran bagi kita.
      Terimakasih..
      Syalom.

      Hapus
    5. UAS berjaan kelompok VI

      Tema yang sampai kepada kita pada sajian kali ini adalah Dehumanisme Politik Agama di Indonesia. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa Romo Mangun menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan, hal ini dilatar belakangi karena yang selalu menjadi korban diskriminasi, eksploitasi dan kekerassan adalah orang-orang kecil (miskin), perempuan dan anak-anak. Dehumanisasi yang dlakukan oleh pemerintah dalam bidang pembanguan agama adalah ditandai dengan lahirnya kebijakan-kebijakan sehingga menimbulkan diskriminasi terhadap kaum minoritas.khususnya penganut agama diluar dari 6 agama yang diakui di Indonesia.
      Hal ini dapat dilihat dalam pencantuman kolom agama dalam KTP yang merupakan menjadi identitas penduduk yang menjadi permasalahan adalah yang boleh ditulis hanya salah satu agama dari yang diakui tersebut. Bagi penganut agama diluar dari 6 agama yang diakui harus berdusta untuk memenuhi aturan resmi negara. Kita dapat melihat empat bentuk dehumanisme politik agama di Indonesia:
      1. UU no 1/PNPS/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan atau enodaan agama.
      2. Surat edaran Mendagri no 477/74054/1978 yang menegaskan lima agama diakui ( Islam,Prtestan, Katolik,Hindu, dan Buddha).
      3. TAB MPR no II/MPR/1998 yang menegaskan penyangkalan terhadap agamalokal, menghimbau pengikutnya memilih salah stu dari salah satu agama diakui.
      4. UU perubahan atas UU no 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan Yang salah. satu pasalnya menegaskan warga harus memilih salah satu dari 6 agama, setelah Kongucu diakui tahun 2006.
      Menjadi pertanyaan besar bagi saya sendiri bahwa tolak ukur seperti apa atau landasan apa yang menggolongkan agama tradisi menjadi agama yang resmi menurut pemerintah. Sebagai contoh agama parmalim adalah agama yang lahir dari tradisi bangsa Indonesia itu sendiri dimana dalam hal ini agama parmalim merupakan agama yang minoritas serta dipandang tidak baik bagi kaum mayoritas. Saya teringat kembali dengan kata-kata bapak Pdt Edward Simon Sinaga.M,Th yang mengatakan bahwa sebelum munculnya agama di daerah Toba atau dapat dikatakan saat itu agama yang ada adalah agama tradisi yang menjadi kepercayaan penduduk setempat Danau Toba sangatlah indah karena agama tadisi sangat menghargai alam. Namun seiring dengan masuknya agama di daerah tersebut maka sekarang dapat kita lihat bahwa Danau Toba sudah tercemar akibat perbuatan manusia itu sendiri yang menjadi perenungan bagi kita adalah marilah membangun Pluralisme antara satu dengan yang lain, karena yang menjadi cikal bakal lahirnya agama sekarang ini dimulai dari agama tradisi yang pertama ada dan juga akan sangat membanggakan bagi kita jika kita mampu bersikap pluralisme dan universal terhadap agama diluar dari yang enam itu (Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha,dan Kongucu).
      Serta menghapus pandangan kita bahwa tidak ada agama minoritas seperti Perumpamaan Yesus dalam Lukas 10:25 sehingga dengan demikian tidak akan ada lagi dehumanisasi atau deskriminasi.
      Syalom…
      Salam IBD

      Hapus
  8. Nama : Elvinaria
    Tingkat/ Jurusan : I-C/ Theologia
    NIM : 15. 01. 1250

    Setelah membaca sajian penyaji pada kelompok 1 tentang HUMANISME RELIGIUS DAN NASIONALISME YANG TERBUKA ATAU PAHAM DASAR PENDIDIKAN MENURUT ROMO MANGUN WIJAYA saya mendapatkan beberapa kesimpulan diantaranya:
    1.Paham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikatakan tak terlepaskan dari paham religiusitas. Religius disini tidak harus diartikan sebagai pemeluk agama tertentu,melainkan adanya kecenderungan dan kesadaran akan yang Ilahi, yang mengatasi kekecilan manusia atau rasa kemakhlukan(creature-feeling), atau rasa ketergantungan (feeling of dependence) pada sesuatu yang lain. Isu yang menjadi keprihatinan Romo Mangun bukanlah soal dialog agama, atau pembicaraan tentang perbedaan ajaran agama-agama yang satu dengan yang lain, melainkan bagaimana mereka bekerja sama dalam berbagai macam bidang, dengan semangat kemanusiaan yang sama, merasakan keprihatinan yang sama sebagai manusia yang kecil.
    2.Humanisme religius Mangunwijaya secara lokal memberikan sumbangannya dalam dua arah, sebab ia berani mengatakan kritiknya pada pemerintah, ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkaitan dengan nasib rakyat, keberanian ini menurut Arief Budiman menjadi kekhasan Mangun dan di pihak lain Romo Mangun memberikan sumbangan dalam menghidupkan civil society yang sering tidak mudah karena politik pengkotak-kotakan pemerintah melalu konsep SARA-nya Romo Mangun merintis kerja sama masyarakat bawah, pemberdayaan orang-orang miskin, tanpa pandang perbedaan agama.
    3.Tekanan kemanusiaan dalam kegiatan sosial, pembelaan korban, atau pun pemberdayaan orang-orang kecil itu begitu besar pada diri Romo Mangun, sehingga aspek religiositasnya kadang tenggelam di dalamnnya, atau menyatu, indentik dengan kemanusiaan itu sendiri. Hanya dalam kaitan dengan pendidikan, aspek religius itu menjadi tampak misalnya dalam usulannya tentang pendidikan “religiositas” sebagai ganti pendidikan “agama”, karena baginya “religiositas” mengarah pada kesatuan kemanusiaan, sementara “agama”membentuk sekat-sekat yang memisahkan satu sama lain. Demikian pun pandangannya dalam hal pendidikan, lebih bersifat visioner dan profetis, mengkritik pendidikan yang mengarah pada persaingan dan mengangkat pendidikan yang membangun kerja sama.
    4.Romo Mangun melalui Humanisme dan Nasionalisme ingin membangun kembali moral yang semakin buruk. Mangun Wijaya tidak membutuhkan yang namanya Visi dan Misi tetapi yang dia butuhkan ialah praktiknya karena banyak orang pintar dalam menjelaskan atau berteori tentang yang namanya Humanisme dan Nasionalisme namun praktiknya nol besar atau tidak ada praktiknya sama sekali. Menurut Romo Mangun kegiatan belajar adalah suatu Humanisme Religius.
    5.Dapat saya simpulkan bahwa benar apabila Romo Mangun menghubungkan Humanisme dan Nasionalisme dengan yang namanya pendidikan. Kenapa saya berkata demikian? Karena menurut saya jika orang berpendidikan pastinya lebih mengetahui bagaimana itu Humanisme dan Nasionalisme. Seperti layaknya saat ini kita belajar IBD pasti kita sedikit banyaknya sudah mengetahui apa Humanisme dan Nasionalisme itu. Jadi yang menjadi tanggung jwab kita setelah mengetahui apa yang dinamakan Humanisme dan Nasionalisme itu, sudah seharusnya kita lebih perduli dan lebih mengerti serta sesudah kita mengerti kita bisa mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan serta menumbuhkan rasa cinta kita terhadap tanah air.
    Demikianlah kesimpulan yang saya dapatkan dari kelompok Semoga menambah wawasan bagi kita semua para pembaca blog.
    TERIMAKASIH
    SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Elvinaria
      Tingkat/ Jurusan : I-C/ Theologia
      NIM : 15. 01. 1250

      Syalom...
      Setelah saya membaca sajian dari kelompok 2 yang berjudul MANUSIA HUMANIS MENURUT ROMO MANGUN, saya mendapatkan sekilas tentang latar belakang Romo Mangun. Romo Mangun adalah seorang pastor Pr (Praja), organisasi pastor Keuskupan yang menekankan kegiatannya untuk rakyat kecil di desa-desa, sesuai dengan janji dirinya sejak lama. Setelah pentahbisannya, Uskup Agung Semarang memerintahkannya untuk melanjutkan studi arsitektur di Institud Teknologi Bandung (ITB), karena gereja Indonesia membutuhkan arsiteknya sendiri untuk membangun gereja yang berciri pribumi. Romo Mangun mengabdikan seluruh hidupnya bagi kepentingan masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan anak-anak miskin.
      Romo Mangun pernah berkata “ketika engkau beragama, memuliakan Tuhan dan mempunyai Tuhan maka engkau terpanggil untuk mengangkat (menolong atau perduli) terhadap sesama manusia”. Setelah membaca sajian kelompok 2 tersebut saya bisa mengetahui ternyata ada beberapa konsep manusia menurut Romo Mangun tersebut diantaranya Konsep manusia menurut kebudayaan Jawa, Konsep manusia menurut kebudayaan Barat, dan Konsep manusia Indonesia Kontemporer.
      Konsep yang di kembangkan Romo Mangun tidak dapat dilepaskan dari perjalan hidupnya. Dari pengalaman hidupnya, Romo Mangun menemukan bahwa yang menjadi korban oleh pihak yang lebih kuat dalam masa kemerdekaan maupun masa pembangunan adalah rakyat kecil, khususnya orang-orang miskin, terlebih para perempuan dan anak-anak.
      Menurut Mangunwijaya, konsep manusia yang ingin dibandingkannya ialah manusia yang humanis. Namun, pembentukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupsn masyarakat Indonesia karena itu ia menawarkan sebuah konsep manusia yang humanisyang terbebas dari belanggu-belanggu feodalisme. Romo Mangun menamakan konsep manusia yang humanis itu dengan istilah manusia Pasca Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einsten.
      Andaisaja Romo Mangun berbicara atas nama agama akan banyak yang menolak, tapi ketika Romo Mangun berbicara atas nama manusia akan banyak menerimanya. Romo Mangun memiliki sifat yang konstruktif yang artinya sifat yang membangun bukan merusak (Dekstruktif). Dari sini kita dapat mengambil sebuah pelajaran dari yang diutarakan Romo Mangun diman atas nama IBD kita sebagai calon pendeta harus tahu bahwa Pendeta itu bukan bos tetapi pemimpin sekalian pelayan refleksinya dari Tuhan Yesus membasuh kaki muridnya. Demikianlah kesimpulan yang bisa saya buat dari pembahsan sajian dari kelompok 2 tentang MANUSIA HUMANIS MENURUT ROMO MANGUN.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI.

      Hapus
    2. Nama : Elvinaria
      Tingkat/ Jurusan : I-C/ Theologia
      NIM : 15. 01. 1250

      Syalom Pak…
      Setelah saya membaca sajian dari kelompok 3 yaitu kelompok saya sendiri, saya mendapatkan beberapa kesimpulan setelah saya menganalisa tentang apakah sajian tersebut. Sajian tersebut berjudul “PASEMON DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN” yang dimana Pasemon artinya yaitu istilah dari bahasa astra jawa tradisional yang merupakan istilah gaya perbandingan yang kirip dengan alusio yang berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi dan diketahui oleh kalangan umum. Dimana dalam sajian ini dibahas tentang karya-karya Romo Mangun seperti Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, Burung-burung Rantau yang dimana ke-4 novel ini menceritakan tentang bagaimana keberanian setiap tokoh dalam mengekspresikan dan mengapresiasikan pengalamannya dan itu artinya cerita tersebut pernah dialami seseorang dalam kehidupannya. Romo Mangun bukan hanya sebagai seorang Rohaniawan, Arsitek, tetapijuga sebagai Sastrawan yang terbukti dari karya-karyanya yang berupa novel yang dikarang olehnya dan melalui karyanya tersebut dapat mengingatkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan dan membaca karya Romo Mangun dapat membantu kita menemukan nafas-nafas kehidupan npesan kemanusiaan. Romo Mangun tidak pernah ingin menjadi besar dan tidak pernah muluk-muluk berkarya tapi jiwanya yang terpanggil untuk memperdulikan manusia melalui karya-karyanya. Karya-karya atau novel yang dbuat oleh Romo Mangun bersifat ideology kemerdekaan dalam arti lain novel tersebut membuka wawasan atau memperluas cara berpikir kita tentang apa nilai-nilai kemanusiaan serta dengan mengetahui apa itu nilai-nilai kemanusiaan kita juga dapat memikirkan bagaimana caranya agar nilai-nilai kemanusiaan tersebut dapat terwujud dalam kehidupan kita. Dalam karyanya Romo Mangun berpendapat bahwa ketika sastra menempatkan manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan berharga saat itulah sastra telah menyentuh aspek terdalam dalam pengalaman manusia yang Relogiositas artinya manusia yang memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Romo Mangun adalah sosok penulis yang karyanya sampai saat ini masih dikenal oleh kalangan masyarakat, umumnya masyarakat Indonesia. Dimana dia mencerminkan kisah para tokoh atau cerita-cerita pada masa yang lampau, sehingga para generasi seperti kita tidak lupa akan karya-karya anak bangsa terutama karya Romo Mangun tersebut. Romo Mangun hanyalah seorang yang perduli kepada kaum miskin artinya dia tidak tahan melihat orang lama-lama menderita namun dia tidak membuat orang miskin menjadi mewah tetapi menjadi orang yang mempunyai martabat serta mendapatkan fasilitas yang layak. Romo Mangun telah mencoba membangun Humanisme dari usahanya dalam membuat karya-karya berupa novel tersebut. Romo Mangun juga bersifat universal artinya dia bersifat umum dan berusaha untuk melampaui manusia melalui tembok-tembok yang tinggi. Romo Mangun berusaha menjadi sama dengan masyarakat kecil atau ikut dalam merasakan apa yang dirasakan masyarakat kecil agar dapat membantu masyarakat tersebut untuk keluar dari penderitaan. Melaui karya Romo Mangun tersebut kita dapat lebih mengerti dan mengetahui cerita-cerita sejarah dan setelah kita mengerti dan mengetahuinya maka mkita akan lebih menghargai cerita sejarah tersebut. Demikianlah kesimpulan yang bisa saya dapat dari sajian kelompok 3 tersebut yang berjudul ”PASEMON DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN” tersebut.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI.

      Hapus
    3. Nama: Elvinaria
      Tingkat/Jur: I-C/Theologia
      NIM: 15.01.1250
      Syalom pak...
      Setelah saya membaca sajian jadi kelompok 4 saya mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
      Dimana pada pembahasan kali ini masih membahas tentang karya Romo Mangun yang berjudul Balada Becak. Dimana Balada Becak ini menawarkan nilai-nilai yang sangat membangun. Balada Becak menceritakan tentang bagaimana seseorang lelaki miskin yang berprofesi sebagai tukang becak mencintai seorang gadis kaya. Balada Becak tersebut menaarkan nilai bahwa walaupun lelaki yang berprofesi sebagai tukang becak itu adalah seorang miskin namun masih bermartabat. Selain itu ada nilai-nilai yang perlu kita contoh yaitu walaupun dia seorang miskin dia tetap bermimpi untuk lebih percaya diri serta berjuang dalam hidupnya. Balada Becak juga mengatakan bahwa cinta tidak memandang status.Dari kisah ini kemiskinan bukanlah menjadi alasn seorang muda untuk menjadi pemuda yang tidak bermartabat. Namun melalui Balada Becak ini pemuda diajarkan untuk tetap bermimpi dan mempertahankan martabatnya sebagai penerus bangsa. Membaca Balada Becak membuat kita melihat jelas potret pemuda Indonesia. Dimana ada 3 era atau zaman yang sangat kuat mewarnainya yaitu tahun 1908 pada masa Budi Utomo, 1928 masa Sumpah Pemuda, 1945 masa Bandung Lautan Api.Balada Becak ada setelah kemerdekaan Indonesia. Dimana pemuda Indonesia mau belajar atau merantau (batakologi) dan disanalah yokoh Yusuf itu. Dimana Yusuf tersebut adalah pemuda yang menjadi korban situasi, kenteks, dan sistem pemerintahan. 3 era yang sangat kuat yang mewarnai kisah Balada Becak tersebut menunjukkan bahwa tanpa pemuda negara kita tidak akan baik, tapi di lain sisi pemuda menjadi korban pemerintah.
      Demikianlah yang dapat saya simpulkan dari sajian kelompok 4 tersebut.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI

      Hapus
    4. Nama : Elvinaria
      Tingkat/ Jurusan : I-C/ Theologia
      NIM : 15. 01. 1250

      Syalom...
      Setelah saya membaca sajian dari kelompok 5 yang berjudul “SI PENGGEMBALA CERITA” saya mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Yang dimaksutkan Si Penggembala Cerita ini ialah Romo Mangun sendiri. Bagi B. Mawardi Romo Mangun adalah Si Penggembala Cerita yang didasari karena karya, kreatifitas, serta sastranya menuntun si pembaca untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan (kebaikan, keadilan, dan kebenaran). Isu kemanusiaan muncul karena adanya karya, kreatifitas, dan sastra Romo Mangun. Sastranya bermuara kepada nilai-nilai kemanusiaan yang dapat membangun kualitas hidup manusia. Romo Mangun tidak pernah bermimpi menjadi besar te tapi dia menjadi sangat besar dikarenakan hasil karyanya yang bermuara kepada nilai kemanusiaan. YBM membahasakan bahwa sastra memiliki historis dan filsafat.YBM juga menghendaki diri sebagai “sastrawan hati nurani”. Sastra tak sekedar cerita, sastra berurusan dengan hati nurani. Sastra menghampiripembaca sebagai suluh untuk mengalami dan mengartikan hidup, berpijak ke hati nurani. YBM dikenal dengan karangan karyanya di cerpen, novel dan esai. Y.B.M membuat kita menjadi takjub maupun terangsang religiolitas bahkan menafsir cerita agar mendapat kan pesan maupun tujuan melalui kutipan-kutipan yang di munculkan di halaman awal novel, melalui bersastra yang merupakan pewahyuan (mengandung aktualisasi diri) hidup manusia, melalui lambang yang tidak harus mengikuti logika dan etika tersendiri, melalui hati nurani di mana cerita mengantarkan pesan-pesan berkaitan dengan misi manusia, melalui intelaktual yang di mana pembaca merenungi biografi manusia dari pengertian-pengertian bertentangan dengan memilih pertimbangan tidak sepihak bahkan lacak intelektual di imbuhi kesadaran atas hikmah mitologis dan melalui esai yang menghampiri pembaca sebagai untaian renungan, humor, kritik, colethan dan khotbah. Penggembala cerita mengantar kita ke perdebatan-perdebatan panjang, menggairahkan dan bergerak ke terang. Setiap karya Romo Mangun tersebut membuat kita sadara akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan manusia. Demikianlah kesimpulan yang bisa saya paparkan tentang sajian kelompok 5 menegenai “SI PENGGEMBALA CERITA”.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI



      Hapus
    5. Nama: Elvinaria
      Tingkat/Jur: I-C/Theologia
      NIM: 15.01.1250
      Syalom...
      Setelah saya membaca sajian dari KELOMPOK 6 yang berjudul “DEHUMANISASI POLITIK AGAMA” saya mendapatkan beberapa kesimpulan. Dimana dari analisa dosen mengatakan bahwa bahasan ini adalah suatu fenomena dimana ada diskriminasi terhadap agama-agama minoritas, diskriminasi dari ke-6 agama yang sudah diakui. Setelah agama ada manusia dihancurkan jadi fenomenanya atau kenyataannya agama bukan pembawa kedamaian tapi malahan mendatangkan penderitaan. Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Menurut Musdha Mulia, sikap yang membuat agama tertutup ialah dehumanisasi. Fenomena-fenomena masih banyaknya agama-agama tradisi, sementara ruang pengakuan sudah tertutup, sehingga terciptalah dehumanisasi yang sangat identik dengan polititik agama dan politik agama itu mayoritas. Politik agama yang dimaksutkan ialah bagaimana manusia mewujudkan kebenaran, keadilan dan kebaikan yang dapat membangun manusia menjadi sejahtera. Di Indonesia sekarang ini terjadi keterlibatan dehumanisasi terhadap agama, yang terkhususnya pada agama-agama yang tidak resmi di Indonesia. Agama yang tidak resmi itu tidak diperlakukan adil oleh Negara. Padahal dalam UUD, Pancasila, dan Konstitusiterlihat kebijakan Indonesia yang menyatakan setiap orang bebas beragama. Dalam masalah pembuatan KTP pun, penganut agama yang tidak resmi harus menghadapi ketidakadilan. Mereka harus berdusta dalam mengakui agama apa dia, untuk dapat membuat sebuah KTP. Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai kebijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khusunya penganut agama-agama diluar 6 agama yang “diakui” pemerintah. Kebijakan dehumanisme itu sangat kasat mata terlihat pada pencantuman kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI.



      Hapus
  9. syalom..
    dari pembahasan kelompok 2 yang berjudul Manusia Humanis menurut Romo Mangun.
    pembahasan kelompok 2 saya awali dari profil Romo Mangun sendiri, beliau adalah seorang Pastor (Praja). organisasi keuskupannya yang menekankan kegiatannya untuk rakyat kecil didesa-desa sesuai dengan janji yang beliau ucapakan pada saat pentahbisannya. Romo Mangun lahir di Ambarawa pada tanggal 6 mei 1929, beliau anak sulung dari 12 bersaudara, beliau adalah orang yang sangat aktif dalam organisasi pemuda Khatolik. setelah saya membaca sajian kelompok 2 tersebut, saya dapat mengetahui bahwa Romo Mangun membagi 3 manusia kedalam 3 konsep yaitu:Konsep manusia menurut kebudayaan Jawa, Konsep manusia menurut kebudayaan Barat, dan Konsep manusia Indonesia Kontemporer, beliau mengembangkan sebuah pengalaman hidupnya, dan inilah yang menjadi perbandingan MANUSIA YANG HUMANIS.
    namun dalam hal ini yang menjadi korban orang kuat adalah orang lemah, orang kecil, dan orang miskin.
    dalam pembahasan diatas Manusia yang Humanis adalah Manusia yang mempunyai perasaan dan Manusia yang penuh dengan Cinta Kasih, dalam hal ini Romo Mangun melihat justru yang terjadi adalah tindak ketidakadilan anatara orang kuat dan orang lemah, dimana yang berkuasa adalah orang kuat.
    Romo Mangun mengembangkan sikap Konstruktif atau sikap yang membangun, dan yang dipesankan kepada kita , khususnya kepada kita Mahasiswa adalah sikap Konstruktif, bukan Destruktif. dengan demikian terciptalah cita-cita Romo Mangun yaitu Menjadi Manusia yang Humanis bagi Lingkungan sekitar kita.
    Syalom dan Tuhan Yesus Memberkati.
    salam IBD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Desima simanjuntak
      Nim :15.01.1239
      Ting/jur: Ic
      UAS Berjalan ke 3
      Syalom.....
      Dalam pembahasan kali ini yang topiknya kel 3 "PASEMON DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN, bahwasanya Pasemon adalah istilah dari dari bahasa jawa tradisional yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio.
      pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan sesorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum misalnya peristiwa sejarah kemerdekaan bangsa indonesia.
      Dalam KBBI Pasemon adalah berupa sindiran halus yang tujuannya adalah untuk memperbaiki diri, ada beberapa karya sastra Romo Mangun yaitu Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, Burung-burung Rantau, dan adapun intisari dari setiap karyanya adalah menekankan bahwasanya harus ada ideologi yang sama yakni kemerdekaan, dan tujuan Romo Mangun menerbitkan novelnya adalah supaya pembaca bisa menerapkan Humanisme didalam kehidupan bermasyarakat.
      Romo Mangun adalah seorang Rohaniawan, Arsitek, dan Sastrawan, dan walaupun beliau seorang Pastor Ia tidak pernah mengaitkan karyanya dengan Alkitab, justru beliau menerbitkan nonelnya dengan bahasa yang umum bahkan dengan bahasa CINTA.
      pendapat Romo Mangun tentang karyanya adalah harus ada ideologi yang sama yakni kemerdekaan, dan didalam kemerdekaan ada tokoh-tokoh yang menemukan makna kemanusiaan yang sekaligus ada kebesaran, kebanggaan dan kecemasan bahkan keterombang-ambingan, dan ketika hadirnya karya Romo Mangun beliau ingin menempatkan manusia sebagai mahkluk yang bermartabat dan manusia yang saling peduli.
      Romo mangun hanyalah seorang yang perduli kepada kaum miskin, artinya beliau tudak tahan melihat orang lama-lama menderita, beliau ingin orang-orang miskin tersebut keluar dari zonanya.
      Romo Mangun tidak pernah ingin menjadi seseorang yang besar, tetapi jiwanya terpanggil untuk memperdulikan manusia melalui cerita-cerita sastranya.
      jadi marilah kita meneladni sikap Romo mangun, karena topik ini sangat cocok kepada kita khususnya kepada kita para Mahasiswa STT ABDI SABDA, kita diajak untuk berani dan saling peduli kepada sekitar kita.

      syalom dan Terimakasih

      Hapus
    2. syalom....
      Dari pemaparan kelompok 4 pada minggu yang lalu, yang bisa saya dapat simpulkan bahwaTopik: “Keberpihakan Pada Kaum Miskin, Konteks Yang Melatarbelakangi Dan Gambaran Kaum Miskin Dalam Balada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya”
      Dalam Bahasan “Keberpihakan Pada Kaum Miskin, Konteks Yang Melatarbelakangi Dan Gambaran Kaum Miskin Dalam Belada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya” pada (18/04/2016), saya memahami bahwa membaca Novel Balada Becak, menggambarkan dengan jelas bagaimana potret pemuda Indonesia dimana ada tiga zaman yang terlibat didalamnya yaitu:
      1.Zaman gerakan budi utomo pada tahun 1908
      2.sumpah pemuda pada tahun 1928.
      3.zaman kemerdekaan pada tahun 1945.
      ke-3 zaman ini sama tujuan nya yang menginginkan bangsa indonesia menginginkan keluar dari kemiskinan, kekurangan dan kebodohan.
      Novel balada becak merupakan kisah seorang pemuda indonesia yang dituliskan oleh Romo Mangun setelah kemerdekaan. pemuda indonesia sejak 1945 pemudanya terpancing untuk belajar merantau.
      kekurangan, kemiskinan,dan kebodohan yang dialami bangsa indonesia tidak akan menghancurkan martabat bangsa ini, tetapi mereka tetap semangat, membangun untuk tetap bermimpi seperti film "laskar pelangi"
      Novel balada becak menawarkan nilai" yang mungkin bisa kita implikasikan yaitu :
      1. walaupun miskin tetap ada martabatnya.
      2. walaupun miskin tetapi masih tetap bermimpi/
      3. Cinta tidak memandang status.
      Dalam novel ini dapat kita lihat bahwa bagaimana seorang laki-laki yang miskin dicintai oleh dua orang gadis yang berpendidikan tinggi dan harta yang berkecukupan, mungkin kita berfikir bagaimana mungkin seorang laki-laki miskin dicintai oleh perempuan yang cukup dalam harta. Balada Becak adalah karya Romo Mangun yang dari pemaparannya menurut saya adalah suatu karya yang terinspirasi dari pengalaman Mangun sendiri. Dimana dalam cerita ini terlihat tokoh Yusuf yang walaupun tinggal dalam keadaan sulit namun tetap tidak mengeluh dan masih mampu melakukan kebaikan sampai-sampai Yusuf terkena luka tembak, ini salah satu hal yang patut diteladani dari Yusuf, tidak hanya itu saja namun Yusuf juga tetap semangat dalam menjalankan pekerjaannya menarik becak dan masih berani bermimpi tentang masa depan yang cerah sambil terus berjuang untuk menggapainya. Tidak lupa dalam karya ini Romo menyisipkan kisah percintaan dimana cinta bukanlah sesuatu yang harus memandang kepemilikan seseorang dan status seseorang.
      Semoga kisah ini dapat memotivasi kita ,khususnya kita sebagai mahasiswa yang terus berjuang untuk melanjutkan hidup ini.
      Syalom kembali (^.^)

      Hapus
    3. Pada sajian sebelumnya, kita sudah mengetahui profil Romo Mangun,yang dimana dia adalah seorang Rohaniawan, sastrawan, Arsitek, dia juga disebut seorang wong jawa, atau rakyat kecil, dan pada kesempatan ini saya akan mencoba menyimpulkan topik yang ke 5 " Sipengembala Cerita"
      berbicara tentang sipengembala cerita,berarti ini adalah berbicara tentang sastra. Romo mangun mengartikan sastra adalah “sastra atau bersastra itu pewahyuan hidup manusia”. Pewahyuan itu mengandung aktualisasi diri. ada banyak sekali novel-novel Romo Mangun seperti Romo Rahadi (1981), Burung-burung Manyar (1981), Ikan-ikan Hiu Ido, Homa (1984), Roro Mendut (1983-1986), Balada Becak (1985), Durga Umayi (1991), Burung-burung Rantau (1992), Balada Dara-dara Mendut (1993), Pohon Sesawi.dalam hal ini YBM adalah seorang penabur lambang di novel. karena memang novel ini mengajak kita untuk menafsir berbagai lambang. Penggembala cerita tetap menginginkan cerita mengantarkan pesan-pesan berkaitan dengan misi manusia. YBM membahasakan bahwa sastra memiliki historis dan filsafat.
      Sastra tak sekedar cerita.Sastra berurusan dengan hati nurani.Sastra menghampiripembaca sebagai suluh untuk mengalami dan mengartikan hidup, berpijak ke hati nurani. misal nya tokoh Neti pada novel "Burung-burung Rantau" Neti adalah sarjana dan lahir-tumbuh di keluarga berlimpah harta, tetapi dalam hal ini justru Pengakuan filosofis-religius muncul di lakon kehidupan Neti. Simaklah : "Neti merasa bahwa justru dia sendirilah yang ditolong oleh kaum kecil di kampung itu, apalagi kalau mendengar khotbah di gereja, bahwa Sang Penolong hakikatnya hanyalah Tuhan sendiri, bukan kita manusia.
      dan yang bisa kita ambil dari sipengembala cerita ini , kita ingat saja "Mazmur 23:1-6"
      sekian dan Terimakasih banyak.
      ^_^

      Hapus
    4. sajian kelompok VI
      Pada sajian kali ini kita akan membahas tentang Dehumanisme Politik Agama di Indonesia, dimana penulis nya ini adalah "Musdah Mulia, beliau adalah ketua dari "Indonesian Conference on Religion for Peace (ICRP). Menurut Musdah Mulia masih banyak Agama-agama yang tidak diakui, sementara ruang pengakuan sudah tertutup sehingga terciptalah Dehumanisme, dan Dehumanisme ini sangat berkaitan dengan politik Agama di Indonesia.
      Di indonesia ada 6 agama yang di akui yaitu, Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. dan inilah yang tercantum di kolom KTP.
      tetapi di balik itu masih banyak agama-agama yang tidak diakui di negara ini yang di sebut juga dengan agama tradisi, contohnya Parmalim dst nya, dan inilah yang menjadi bahan perbincangan di sajian kali ini. kebijakan dehumanisme itu sangat kasat mata terlihat pada pencantuman kolom agama dalam KTP, aturan tersebut sangat diskriminatif karena agama yang boleh diisi adalah agama yang sudah diakui di negara kita ini. Dehumanisme politik agama tersebut menyebabkan para penganut selain 6 agama tersebut tidak mendapatkan pembinaan dari pemerintah seperti penganut 6 agama dimaksud, mereka juga tidak memperoleh dana bantuan, fasilitas dan berbagai perlindungan yang di berikan pemerintah, padahal mereka adalah sesam anak bangsa dan inilah yang disebut diskriminatif. Agama yang tidak Resmi itu di berlakukan dengan tidak adil, pada hal dalam UUD, Pancasila, dan Kontitusi terlihat adanya kebebasan beragama, dan dari kebebasan beragama ini perlu adanya pembatasan hak bebas beragama, dan hak ini dibatasi oleh kewajiban dan tanggung jawab seseorang untuk menghargai dan menghormati sesama, sanggup menerima agama orang lain berarti kita menghargainya, dan kita menghargainya bukan berarti kita menganut agama tersebut.
      kepelbagaian itu sangat indah, karena ini adalah harta negara kekayaan negara yang harus di jaga, dan ingat cuma negara ini yang mempunyai seperti ini.
      bahan refleksi kita pada sajian kita ini " Lukas 10:25-37.
      sekian dan Mauliate.

      Hapus
  10. NAMA : FRENGKY PARLAN SURIADI
    TING/JUR : I-C/Teologia
    NIM : 15.01.1264

    Syallom...
    Salam IBD!!!
    Dari pemaparan diatas saya dapat menyimpulkan bahwa, Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Dan menurut Romo Mangun, humanisme adalah cita-cita dasar berdirinya negara Indonesia. Dan Driyarkara mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk pemanusiaan manusia melalui proses humanisasi dan homonisasi atau dengan ringkas disebut sebagai pendidikan humaniora. Disini di artikan bahwa Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada, sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional, kematangan moral dan kematangan spiritual. Dan faham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikata tak terlepaskan dari faham religiusitas. Dan boleh dikatakan bahwa Romo Mangun sepaham dengan pandangan Rudolf Otto bahwa manusia adalah makhluk religius (homo religiosus). Humanisme religius Mangunwijaya secara lokal memberikan sumbangannya dalam dua arah, yaitu ia berani mengatakan kritiknya pada pemerintah, ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkaitan dengan nasib rakyat. Untuk memulai akar nasionalisme ini, pokok kedua yang bisa dikalaborasi adalah keyakinan Romo Mangun pada keunggulan angkatan 1928, yang dia bedakan dari angkatan lain. Menurut saya nasionalisme yang harus dibangun negar kita ini adalah nasionalisme terbuka dan percaya diri. Tetapi makna terbuka dan percaya diri harus diletakkan di atas dasar persamaan dan keadilan. Disebut terbuka karena bangsa ini tidak akan bisa keluar dari mainstream politik dunia. Tidak mungkin negara ini mengalienasi diri darinya baik secara politik maupun ekonomi. Dalam hal politik, nasionalisme yang merekat dalam bangsa ini adalah nasionalisme yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Yang mengagumkan menurut Romo Mangun, sebagai karya raksasa, nyaris mujizat adalah keberhasilan mereka menyatakan kesatuan nusa,bangsa, dan bahasa, mengingat bangsa kita, sebelum adanya politik devide at impera sudah terpecah-belah dan saling baku hantam mati-matian. Romo Mangun mengutarakan gagasannya tentang pendidikan yang cukup komprehensif, yang secara ringkas boleh dirumuskan bahwa pendidikan itu bersifat multidimensional, berdimensi banyak dan Indonesia bisa ikut menyumbangkan pikiran dalam pergaulan dunia yang luas yaitu dalam dua rangka besar yaitu humanisme religius dan nasionalisme terbuka, sebagaimana dicita-citakan oleh Romo Mangunwijaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari pemaparan “Manusia Humanis Menurut Romo Mangun” dapat saya simpulkan bahwa Humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia, penganut paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting. Dan dari konsep ini dikatakan bahwa manusia yang Humanis memiliki suatu tuntutan agar menjadi manusia yang beretika, bermoral, adanya kesadaran akan suatu kepedulian, menyukai hadirnya kedamaian. Dan masing-masing konsep berfungsi dalam situasi dan kondisi yang berbeda namun dengan tujuan yang sama yakni membangun manusia yang humanis. Yang menjadi fungsi utama pendidikan disini adalah membangun pribadi bangsa yang tetap menjunjung humanisme. Menurut Y.B. Mangunwijaya, citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang, jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Dalam konsep manusia lama Jawa, kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari menggiring si anak dan memupuk tunas-tunas muda ke pengintegrasian diri. Kebudayaan Barat menekankan bahwa tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan melulu ke dunia akhirat, akan tetapi dihargai sebagai tujuan intrinsik dan sejati pada dirinya , tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat. Dan dalam konsep barat juga bila ada pemerintah memberi suatu bayaran terhadap orang miskin, itu bukan karena belas kasihan melainkan memberi dorongan kepada mereka untuk maju. Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia berdasarkan realitas sosial yang dilihatnya di masyarakat. Menurutnya, ciri-ciri manusia Indonesia adalah: pertama, hipokritis atau munafik. Berpura-pura, lain di muka, lain di belakang, merupakan suatu ciri manusia Indonesia sejak lama, sejak mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakan atau dipikirkannya ataupun sebenarnya yang dikehendakinya, karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya. Konsep manusia Pasca-Indonesia dan Pasca-Einstein tercermin dalam ranah tiga tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh para murid di SD Eksperimental Mangunan yakni: manusia yang komunikatif-eksploratif, kreatif dan integral. Tiga tujuan itu dicapai melalui serangkain mata pelajaran khas eksperimen di SD Mangunan. Konsep ini telah menghantarkan para murid menuju pada pribadi yang mampu bertindak secara komunikatif-eksploratif, kreatif, pluralistik, menghargai sesama, dan memiliki kemampuan berpikir multidimensional. Dengan kata lain, konsep ini dapat dijadikan kritik atas kebijakan kurikulum nasional dan dominasi pemerintah yang hanya menghasilkan manusia-manusia yang tidak humanis.

      Hapus
    2. Dari pemaparan "PASEMON" Dalam sastra karya Romo Mangun, saya dapt menyimpulkan.Pasemon ialah ungkapan untuk menggambarkan kepada peristiwa sejarah, dongeng/mitos, yang diketahui umum.Pasemon adalah istilah dari sastra Jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio, Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk mengambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Dalam bahasa indonesia “Pasemon” merupakan suatu cara ekspresi berupa sindiran halus dalam bentuk kiasan yang menunjukkan suatu sikap pada saat dan tempat tertentu, artinya sindiran halus ini adalah untuk memperbaiki diri. Y.B Mangunwijaya dengan novelnya Burung-burung manyar, mencoba melihat revolusi Indonesia dari segi yang objektif bahkan agak cenderung melihatnya dari segi Belanda, denagn memasang protagonis Indonesia yang anti republik. Novel Manyar bisa diartikan sebagai objektif dan melihat revolusi indonesia. Dari tokoh protagonisnya pun sudah bersikap kritis terhadap republik dan anti republik. Novel rahardi, novel ini menghadirkan Romo Rahardi sebagai protagonis. Romo rahardi mengalami keterobang-ambingan antara hidup selibat dan hidup berkeluarga. Trilogi Roro Mendut menceritakan bahwa penulis menemukan keberanian di satu pihak dan keraguan pihak lain. Keberanian dan keraguan itu terlihat saat Roro Mendut tegar menolak Tumenggung wiroguna, yang artinya tidak sepenuh hati. Novel Burung-burung rantau menceritakan tentang seseorang tokoh yang mengapresikan kebudayaan sendiri. Oleh sebab itu, kita dituntut agar bisa mengapresikan kebudayaan kita. Empat novel ini juga sangat berkaitan, walaupun belum melihat secara detail bagaimana keterkaitan novel-novel ini. Tetapi yang nampak jelas dari novel-novel ini ialah ideologi yang sama, yaitu kemerdekaan. Dimana di dalam kemerdekaan itu, para tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekaligus ada kesabaran, kebanggan, dan kecemasan bahkan keterombang-ambingan. Karya-karya tulisan Romo Mangun Wijaya mampu menyentuh hati para pembaca dan pendengar akan pengajaran yang beliau berikan.

      Hapus
    3. “Keberpihakan pada Kaum Miskin, Konteks yang Melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Balada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya” dapat saya paparkan dengan jelas bagaimana potret pemuda Indonesia dimana ada tiga zaman yang begitu rentan mewarnainya.
      1. Kepemudaan yang diawali tahun 1908 oleh Budi Utomo
      2. Sumpah pemuda tahun 1928
      3. Bandung lautan api, Medan area, dll. Dari tiga era zaman ini para tokoh atau pemuda ingin keluar dari, kemiskinan, kebodohan/ buta huruf. Balada becak adalah kisah setelah kemerdekaan, yang para pemudanya ingin belajar dan merantau. Kemiskinan tidak menghancurkan martabat, semangat bekerja bisa mencapai yang diinginkan dan bisa keluar dari kemiskinan. Dalam hal ini Romo Mangun rindu untuk menekankan nilai kemanusiaan yaitu kebenaran dan keadilan. Novel ini sangat berkarakter karena pemuda dan romantika ada di dalam novel ini. Ada tiga nilai-nilai dalam balada becak yaitu martabat, memimpin, cinta tidak memandang status. Balada becak adalah kisah anak muda indonesia. Yang mana para pemudanya di ajarkan atau di arahkan untuk keluar dari kemiskinan, kekurangan, dll. Di mata Romo Mangun ada kisah-kisah dan nilai-nilai dalam novel ini, dan Yusuf hanyalah korban situasi dan konteks. Tanpa pemuda negara ini tidak baik. Dan pemuda dalam novel ini hanyalah korban pemerintah yang kurang peduli terhadap kemiskinan. Yang mau saya katakan adalah kemiskinan bukanlah takdir, paling tidak ia bukanlah takdir mati yang tidak bisa diubah lagi. Justru sebaliknya, bila kita sekarang ini miskin, maka itu adalah pelajaran hidup kita untuk bisa keluar dari labirin kemiskinan di mana kita telah ditempatkan. Itulah misi yang ditetapkan Tuhan dengan kehidupan kita. Jadi pastilah kemiskinan itu bisa diubah, karena Tuhan tidak akan menggariskan "Mission Impossible" bagi umat-Nya.

      Hapus
    4. Dalam sajian “Si Penggembala Cerita” dapat saya simpulkan bahwa, Romo Mangun adalah peminat cerpen, yang dalam kesustraannya dengan kata-kata menarik yang berdasar ke hati nurani. Romo Mangun yang merupakan pengembala cerita tesebut meleburkan ide, dan imajinasi dengan jagat kata. Romo Mangun dijuluki si penggembala cerita itu karena Romo adalah seorang sastrawan. Yang mampu menciptakan novel-novel yang dapat menjadikan manusia itu kembali kejalan kebenaran dari jalan ketidak benaran. Dan julukan sipenggembala cerita sangat cocok bagi Romo karena dia menggiring masayrakat kearah yang baik melalui semua karya nya. Seperti Tuhan Yesus adalah gembala yang baik yang mengantarkan dan menggiring domba-domba Nya kearah yang baik dan Seperti Yesus yang merupakan sosok pengembala juga membuat perupamaan-perumpaan dalam khotbahNya. Melalui bersastra romo Mangun menerangkan bahwa dengan prosa, ia menghadirkan inspirasi kepada pembaca mengenai perkara-perkara dalam kehidupan keseharian kita. Dimana Romo Mangun mengajak kita untuk memberi ketulusan atau kesungguhan menjalani peristiwa kehidupan yang berkelimpahan. Karya Romo Mangun yang sedemikian religius yang melambangkan flora dan fauna supaya kita mengahargai ciptaan Tuhan. Karya Romo Mangun yang menekankan agar kita mencintai kebenaran, jujur, dan menghapus kemunafikan dalam diri manusia. Romo Mangun ingin mewartakan nilai-nilai kemanusiaan (kebaikan,kebenaran,keadilan) dalam diri manusia yang membangun martabat manusia itu sendiri. Secara intelektual pengembala cerita, Romo Mangun menginginkan ceritanya memberi pesan-pesan yang bekaitan dengan misi manusia, dimana ia ingin pembaca dapat mengalami serta mengartikan hidupnya dengan hati nurani. Romo Mangun sendirilah pengembala cerita tersebut, dengan lambang digunakan menggambarkan kehidupan manusia sehingga mudah dipahami. Dimana ia banyak melambangkan hewan dan tumbuhan dalam sastranya seperti burung-burung manyar yang mengisahkan kehidupan percintaan yang terpendam sebab timbul rasa tidak pantas(malu) mengungkap rasa cintanya. Novel burung-burung manyar dengan lambangnya mengajak pembaca untuk merenung saat menikmati cerita yang bepesan tentang bagaimana identitas, bangsa, kemanusiaan, dan agama.

      Hapus
    5. Dalam pembahasan kali ini yang bertema “Dehumanisme Politik Agama di Indonesia” saya dapat menyimpulkan. Bagi Romo Mangun, humanisme tidak akan pernah selesai diperjuangkan. Humanisme bukan saja menuntut pembaruan hidup melainkan juga memperbarui sikap kita terus-menerus sehingga mau menjadi manusiawi dan menghargai kemanusiaan.
      Alih-alih mengikuti konsep humanisme yang gencar ditawarkan Romo Mangun, pemerintah malah terbelenggu pada kebijakan dehumanisme. Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai kebijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khususnya penganut agama-agama di luar 6 agama yang “diakui” pemerintah.
      Kebijakan dehumanisme itu sangat kasat mata terlihat pada pencantuman kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang merupakan identitas diri penduduk. Semua warga harus mengisi kolom agama dalam KTP, fatalnya semua warga hanya boleh memilih satu di antara 6 agama “diakui”, yakni Islam, Katholik, Kristen, Hindu dan Budha. Bagi penganut di luar 6 agama tersebut terpaksa berdusta demi memenuhi aturan resmi negara. Sangat disayangkan, tidak banyak di antara kita menyadari bahwa itu sebuah bentuk pengekangan hak kebebasan beragama sebagaimana dijamin konstitusi. Benat kata Romo Mangun dalam novel Burung-Burung Rantau: “Orang sering tidak sadar bahwa ia mengekang orang lain dengan memberi suatu suasana dan iklim tertentu.” Bicara tentang agama, hakikatnya adalah bicara tentang interpretasi agama, dan faktanya tidak ada interpretasi tunggal dalam agama dan kepercayaan mana pun. Sepanjang interpretasi agama tidak membawa kepada pemutlakan agama dan kepercayaan tertentu, kekerasan, dan pemaksaan terhadap kelompok yang berbeda, lalu apa yang salah? Keberagaman agama adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari dan apalagi diingkari.
      Persoalannya, pemerintah tak sungguh-sungguh mengatur kehidupan umat beragama dengan prinsip humanisme yang menjamin kebebasan beragama bagi semua warga sesuai landasan Pancasila dan Konstitusi, serta semboyan bhinneka tunggal ika.
      Kebebasan beragama juga hendaknya dimaknai sebagai kemerdekaan menyebarkan agama, menjalankan misi atau berdakwah. Hal ini tentu dengan syarat bahwa semua kegiatan penyebaran agama itu tidak menggunakan cara-cara kekerasan, pembodohan, penipuan serta pemaksaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Prinsip dakwah seperti itulah yang dipraktekkan Romo Mangun. Ia memiliki prinsip bahwa menjadi seorang pastur tidak hanya terbatas melayani umatnya, melainkan semua umat manusia. Dalam pelayanannya di masyarakat, dia tidak membeda-bedakan penganut agama, semua dilihatnya dalam esensi yang mendalam, yakni sebagai makhluk manusia.

      Hapus
  11. syaloom pak...

    Disini bahwa humanisme berbicara tentang keharmonisan sesama umat beragama dan menghargai umat beragama itu, jadi disini saya ingin mengatakan bahwa skarang ini banyak sekali terjadi peperangan agama, khususnya di negara kita ini, banyak orang beranggapan bahwa agamanyalah yang paling benar. Kita ketahui bahwa semua agama itu benar, hanya saja jalan menuju kebenaran tu berbeda. Contohnya agama kristen, agama kristen menuju kebenaran/keselamatan itu melalui Yesus Kristus. Jadi kita sebagai generasi muda, khusunya kita mahasiswa teologi, kita harus bisa menjadi penengah diantara agama-agama yang berkelahi, agar kelak seluruh agama di Indonesia ini menjadi damai dan tidak ada lagi perkelahian diantara agama-agama yang ada di Indonesia.
    Dan humanisme juga berbicara tentang keadilan dan kedamaian khusunya kita sebagai generasi muda.Kita ketahui sekarang ini banyak sekali terjadi kekacauan di dunia ini contohnya seperti teroris, yang dimana bahwa mereka tidak mempunyai nilai- nilai kemanusiaan lagi, jadi kita sebagai generasi muda kita harus berpikir kedepanya, karena kita merupakan masa depan bagi bangsa Indonesia kita ini. Sukarno berkata " Berikan saya 10 pemuda saya akan mengguncang dunia". Disini saya berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh Sukarno itu adalah bahwasanya pemuda itu memang sangatlah berharga karena kalau tidak kita siapa lagi. Disini saya ingin mengatakan kepada kita, khusunya generasi muda itu memang sangatlah berharga, maka dari itu marilah kita sama-sama untuk memajukan Negara kita yang tercinta ini dan melakukan yang terbaik Di mata Tuhan.

    Salam IBD...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rexy Agriva
      Nim : 15-01-1308
      ting/jur:1/theologi

      syalom pak...

      Dalam pertemuan ke dua (04/04/2016) manusia humanis menurut Roman mangun, Disini ada banyak konsep yang disuguhkan oleh romo mangun wijaya diantaranya , konsep manusia menurut kebudayaan jawa, konsep manusia menurut kebudayaan barat, konsep manusia indonesia kontemporer, dan konsep manusia pasca-indonesia, pasca-nasional, dan pasca-einsten. Disini saya ingin mengatakan baha manusia itu adalah mahlu yang memiliki jasmani dan roahani, berarti disinilah manusia itu berbeda dengan mahluk hidup yang lain, disini saya mengatakan bahwa manusia itu memiliki pengetahuan dan akal budi pekerti, tetapi sekarang ini banyak sekali manusia itu tidak mempergunakan kelebihanya itu untuk yang positif, tetapi kebanyakan yang negatif, sehingga yang menggunakan yang negatif itu tidak lagi disebut manusia, melainkan yang lain. kalau kita berbicara tentang humanisme berarti kita berbicara tentang nilai-nilai dan keadilan. Saya teringat dengan perkataan Sukarno " perjuanganmu lebih sulit daripada kami, perjuangan kami melawan penjajah(negara lain) sedangkan perjuanganmu melawan bangsamu sendiri". Disini saya ingin mengatakan bahwa memang benar apap yang dikatakan oleh bapak Sukarno, mengapa saya katakan demikian, karena meang kenyataan bahwa saat ini banyak sekali terjadi kekacauan di negeri kita ini seperti, teroris, koruptor, pembunuhan, perjinahan dll. Jadi disinilah yang diinginkan oleh Sukarno, bahwa kita sbagai anak-anak indonesia harus berjuang untuk menghapus semua itu. Disini Romo mangun wijaya ingin agar kita bisa merubah pemikiran-pemikiran manusia yang negatif, agar manusia yang mempunyai pikiran sepeerti itu tidak mengalir kepada generasi-genersai muda saat ini dan juga generasi mendatang.

      Salam IBD...

      Hapus
    2. Nama : Rexy Agriva Ginting
      Nim : 15-01-1308
      ting/jur : 1-c/theologia

      Syalom Pak...

      Dari pemaparan sajian dari kelompok tiga yang berjudul Pasemon Dalam Karya Sastra Romo Mangun, disini saya ingin menyimpulkan dan menanggapi sajian tersebut. Sebelum kita terlalu jauh kita harus mengetahui apa itu pasemon, pasemon adalah istilah dari bahasa sastra jawa tradisional yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio yang berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi dan diketahui oleh kalangan umum. Dimana dalam sajian ini dibahas tentang karya-karya Romo Mangun seperti Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, Burung-burung Rantau yang dimana ke-4 novel ini menceritakan tentang bagaimana keberanian setiap tokoh dalam mengekspresikan dan mengapresiasikan pengalamannya dan itu artinya cerita tersebut pernah dialami seseorang dalam kehidupannya. Romo Mangun bukan hanya sebagai seorang Rohaniawan, Arsitek, tetapijuga sebagai Sastrawan yang terbukti dari karya-karyanya yang berupa novel yang dikarang olehnya dan melalui karyanya tersebut dapat mengingatkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang pernah di bilang oleh bapak Edward Sinaga yaitu, dimana sekarang ini banyak sekali terjadi kekacauan seperti: ancaman dari teroris, penebangan/pembakaran hutan dengan sembarangan, penipuan, pencurian, pemerkosaan, dan pembunuhan. Padahal kita ketahui sekarang ini sudah banyak sekali gedung-gedung gereja yang berdiri. Kita bandingkan dengan masa lampau atau zaman nenek moyang kita dulu, yang dimana masih belum sekacau sekarang ini, padahal dulu gedung-gedung gereja belum sebanyak sekarang ini. jadi dimanalah nilai-nilai kita sekarang ini. Disini kita ketahui bahwa bapak romo mangun hanyalah seorang yang peduli kepada kaum miskin, artinya dia tidak ingin melihat orang-orang lain yang menderita. Disini romo mangun tidak membuat miskin menjadi istimewa dan mewah, tetapi memberikan martabat dan pasilitas yang layak. Jika semua manusia mempunyai pikiran yang sama dengan Romo Mangun maka kehidupan manusia di dunia ini pasti tenteram, aman, damai, dan sejahtera.

      Salam IBD....

      Hapus
    3. Nama : Rexy Agriva Ginting
      Nim : 15-01-1308
      syalom...

      Dari pemaparan sajian kelompok empat yang berjudul" Keberpihakkan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Balada Becak Karya Y.B Mangunwijaya [1]", dan disini saya ingin menanggapi dan menyimpulkan mengenai sajian ini , Keperpihakkan Romo Mangunwijaya terhadap kaum yang lemah adalah bentuk Nyata keperdulian, dan Tindakkan Nyata juga terpancar melalui Keperpihakkan Romo Mangunwijaya. Kemiskinan adalah salah satu penyakit dari ketidak mampuan namun melalui Romo Mangun mengajarkan agar kita membantu saudara kaum miskin melalui keperpihakkan kita pada mereka dan memberikan motivasi dan dalam bentuk lainnya, agar keperpihakkan bukanlah hanya sebagai teori saja namun menjadi tindakkan nyata dalam membangun kepeduliaan terhadap Keperpihakkan pada Kaum Miskin.Karena pada dasarnya kita adalah Makhluk Sosial yang tidak mampu hidup sendiri, jadi beljarlah saling membantu karena didunia kita, kita hidup juga bersama dengan mereka dan mereka juga punya hak untuk mendapatkan Keadillan dalam bentuk Nyata buka teori.Di kelas juga sudah disinggung oleh bapak dosen kita mengenai sejarah pemuda pada Tahun 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo. Penjajahan dari Belanda dan jepang menjadi pengingat bagi kita akan Budi Utomo yang ingin keluar dari kemiskinan. Kedua, setelah 20 tahun kemudian (1928) terbentuk gerakan Sumpah Pemuda, dimana hal ini berhubungan dengan kemiskinan, kekurangan, dan kebodohan. Ketiga, dalam masa peperangan pada tahun 1945 terjadi peristiwa Bandung Lautan Api. Disini pemuda indonesia sangat berjuang agar bangsa indonesia terlepas dari jajahan terlebih khusus terlepas dari kemiskinan. Jadi intinya disini adalah bahwa kita sebagai mahluk sosial kita tidak mengganggap orang miskin itu lemah dan tidak berguna. Kadang-kadang kita sebagai manusia tidak memikirkan apapun, artinya kita hanya memikirkan diri kita sendiri, kita tidak tahu bahwa orang miskin itu juga sangat berguna bagi kita. Disini romo mangun mengajak kita agar kita tidak meremehkan mereka, tetapi kita juga harus menghargai mereka, karena pada suatu saat nanti kita juga membtuhkan mereka.

      Salam IBD...

      Hapus
    4. Nama :Rexy Agriva Ginting
      Nim :15-01-1308

      Syalom...
      Dari sajian kelompok 5 yang berjudul Si Pengembala Cerita, saya akan mencoba menyimpulkan dan mengomentari mengenai sajian kali ini. Kita mengetahui bahwa Romo Mangun juga sebagai Penabur lambang. Dia banyak menggunakan lambang-lambang atau ilustrasi-ilustrasi, atau perumpamaan-perumpamaan dalam setiap novelnya seperti Burung-burung Manyar, Burung-burung Rantau, Balada Becak dan lain sebagainya. Menurut saya ini adalah ciri khas dari Romo Mangun itu sendiri, dibandingkan dengan para penulis yang lain. Yaitu dengan memakai lambang-lambang dan perumpamaan-perumpamaan akan membuat pembaca lebih tertarik dan membuat para pembaca mudah mengerti kepada karya-karya tersebut. Serta para pembaca akan ditambah wawasannya bagaimana sebenarnya maksud dan tujuan penulis melalui lambang-lambang atau perumpamaan-perumpamaan. Kita juga ketahui bahwa Yesus Kristus juga sangat sering menggunakan perumpamaan sewaktu dia berkotbah, jadi disini kita bisa menyebut bahwa romo mangun sebagai Yesus Kristus kecil. Dan yang menarik dari novel Romo Mangun bahwa novelnya yang berjudul burung-burung anyar pernah meraih penghargaan sastra se Asia Tenggara. Kita juga ketahui bahwa novel Burung-burung Manyar karangan Yusuf Bilyarta Mangunwijawa ini mengisahkan tentang perjuangan seorang anak yang bernama Teto yang mulai tumbuh dewasa ditengah situasi politik yang tidak menentu. Pada saat itu sedang terjadi perebutan kekuasaan antara Belanda dan Jepang di Indonesia. Situasi ini menuntut semua pihak untuk menyesuaikan diri. Teto yang terbiasa hidup dengan predikat anak kolong harus mengalami suatu kondisi dimana ia dijadikan sebagai letnan KNIL oleh Komandan Verbruggen dari Belanda. Dia berjuang untuk mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia, setiap hari dia melakukan patroli-patroli keamanan bersama serdadu-serdadunya. Kekalahan yang diderita pasukan KNIL Belanda terhadap pejuang Republik Indonesia membuat Teto frustasi. Teto sangat malu kepada Atik dan keluarga. Semangat hidup Teto melemah.
      Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Jadi inti dari cerita ini menurut saya adalah bahwa kita sebagai manusia harus hidup membela negara kita sendiri dari musuh dan kita ketahui bahwa manusia itu tak selamanya di atas serta kita sebagai manusia harus tetap pendirian.
      Salam IBD...

      Hapus
    5. Nama : Rexy agriva
      Nim : 15-01-1308
      Syalom...

      Dari pemaparan sajian kelompok 6 yang berjudul Dehumanisme Politik Agama di Indonesia, dimana penulisnya adalah "Musdah Mulia, beliau adalah ketua dari "Indonesian Conference on Religion for Peace (ICRP). Menurut Musdah Mulia masih banyak Agama-agama yang tidak diakui, sementara ruang pengakuan sudah tertutup sehingga terciptalah Dehumanisme, dan Dehumanisme ini sangat berkaitan dengan politik Agama di Indonesia.Dari pembahasan ini, kami menyimpulkan bahwa di Indonesia sekarang ini terjadi keterlibatan dehumanisasi terhadap agama, yang terkhususnya pada agama-agama yang tidak resmi di Indonesia. Agama yang tidak resmi itu tidak diperlakukan adil oleh Negara. Padahal dalam UUD, Pancasila, dan Konstitusiterlihat kebijakan Indonesia yang menyatakan setiap orang bebas beragama. Dalam masalah pembuatan KTP pun, penganut agama yang tidak resmi harus menghadapi ketidakadilan. Mereka harus berdusta dalam mengakui agama untuk dapat membuat sebuah KTP.
      Dari kebebasan beragama, dalam sajian ini juga dijelaskan bahwa adanya pembatasan hak bebas beragama. Hak itu dibatasi oleh kewajiban dan tanggung jawab seseorang untuk menghargai dan menghormati sesama. Dan dari semua itu, dapat diatasi dengan menegakkan prinsip pluralisme agama. Ini salah satu konkret untuk mengikis adanya dehumanisme dalam bidang agama. Dan disini sangat perlu kebijakan pemerintah akan hal ini, karena kita ketahui bahwa pemerintahlah yang berwenang.

      Salam IBD...

      Hapus
  12. Nama : lisda yani purba
    Ting/jur: I_c / Theologia
    Nim : 15.01.1288

    Dari pembahasan dari kelompok1,pada kelas bersama yang kita adakan d ruang makan pada hari sabtu tanggal 02 april 2016.kita membahas “Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Faham Dasar Pendidikan Romo Mangunwijaya”. Saya mengambil inti sari pada sajian ini, banyak pengajaran yang telah Romo bangun baik itu didalam nilai-nilai kemanusiaan maupun didalam membangun hubungan antara Humanisme dan Religius. dan Romo ingin menembus kedalam nilai-nilai kemanusiaan. Topik Mangun ini mau membangun Bangsa ini, Ia mencoba agar Indonesia menjadi bangsa yang besar, berkeadilan, benar dan sesuai dengan Pancasila. Ia juga menekkan kita agar membangun nilai-nilai kemanusiaan, kita diajak untuk merenungkan kepedulian pemuda dalam masyarakat, membangun rasa peduli dalam bermasyarakat karena sangat tinggi tembok yang harusdilompat untuk mencapai dasar Nilai-nilai kemanusian didalam suatu komunitas. Romo Mangun berusaha membuka paradigma manusia menuju jalan ke dalam sebuah “tujuan hidup” yang mengarah kepada religiositas dan akhirnya mengajak kita meneruskan karya dan perjuangan RomoMangunwijaya dalam membangun kemanusiaan. Kita harus menerapkan sikap nasionalisme yang terbuka terhadap agama dan kehidupan yang tidak melanggar norma. dan yang terutama kita harus berani menegakkan keadilan didalam membangun humanisme religius dan nasionalisme yang terbuka, sekian dari saya
    Syalom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lisda yani purba
      1_teologia
      15.01.1288
      syalom
      Dari pembahasan dari sajian tentang “manusia humanis menurut Romo mangun ". saya mendapatkan inti sari sajian ini ialah
      Ketika saya membaca sajian kelompok kedua saya sangat salut terhadap Romo mangun ini, kenapa saya katakan karena pada kata pendahuluan para penyaji memaparkan “Romo Mangun mengabdikan seluruh hidupnya bagi kepentingan masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan anak-anak miskin”. Begitu besar usaha – usaha yang dilakukan Romo mangun agar kita sebagai mahasiswa kita harus bisa menggunakan pendidikan yang kita punya. Romo Mangun menunjukkan bahwa hidup ini penuh dengan kemungkinan. Paham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikatakan tidak terlepas dari Paham religiositas karena ia membangun kemanusiaan yang Religius. Romo Mangun berusaha membuat konsep manusia menjadi manusia humanis dalam melawan belenggu feodalisme. Mangun mengajak generasi muda untuk menjadi sosok pahlawan yang membangun nilai-nilai kemanusiaan. Agar humanis itu terwujud kita harus mempunyai kesadaran diri sendiri, dan mempergunakan pendidikan yang kita punya. Agar pendidikan menurut Romo Mangun ini dapat terjalin dengan baik. Inilah pendidikan menurut Romo mangun adalah menghantar dan menolong anak untuk mengenal dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, utuh, merdeka, bijaksana, humanis, dan menjadi sosok Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, dan Pasca Nasional, sekaligus peduli dan solider dengan sesama manusia, terjalin dengan indah .
      Syalom ..

      salam IBD

      Hapus
    2. Lisda yani purba
      1-c/ teologia
      15.01.1288
      Inti sari dari sajian kelompok tiga yang berjudul “PASEMON” DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN. Pasemon adalah istilah dari bahasa sastra jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Romo seringkali menyambungkan roman yang ditulisnya dengan kehidupan masa kini. Walaupun roman sudah lebih merdeka dibandingkan mitologi, tetapi novel lebih banyak menunjukkan petualan. Romo Mangun menulis sastra masa kini yang jagatnya tinarbuka dan kadang “penuh dengan resiko”. Yang dimaksud dengan penuh resiko adalah keberanian Romo dalam mengekspresikan yang dipikirannya. Contonhnya novel yang diterbitkan adalah Novel Manyar, novel yang terbit pertama kali pada tahun 1981. Beberapa karya- karya romo mangunwijaya
      Manyar Novel Manyar, novel yang terbit pertama kali pada tahun 1981. Isi novel yang ditulis oleh Romo Mangun ini dikemukkan pada awal ketika protagonis itu, si Satadewa (Teto). Walaupun sebenarnya ia masih keturunan raja-raja Mangkunagaran, dialah yang disebut dalam novel Manyar sebagai kakrasana alias balarama atau baladewa yang sering disebut si bule, karena kulitnya putih. Pada saat penulis menuliskan novel ini, tidak ada satupun beban yang dia rasakan, karena ada perasaan merdeka disana (bebas untuk dipublikasikan). Romo Rahadi Novel Romo Rahadi terbit pada tahun 1981 dan terbitnya bersamaan dengan novel Manyar, novel ini menghadirkan Romo Rahadi sebagai protagonis. Pada novel ini Romo Rahadi mengalami keterombang-ambingan antara cita-cita hidup selibat atau hidup berkeluarga. keberanian Romo Mangun adalah ketegarannya dalam mengekspresikan pengalaman-pengalamannya ini yang biasanya dia sembunyikan. Ada beberapa moto dari Romo Mangun ini yaitu
      1. Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya? (Amos 5:20).
      2. Keragu-raguan adalah sebentuk penghormatan kepada kebenaran.
      3. It is not simply a happiness that I wish for today, rather a despair in grandeur, moto ini di kutip dari Camus.
      Tiga moto itu merupakan inti dari novel Romo Rahadi.
      Trilogi Roro Mendut Penulis menemukan keberanian di satu pihak dan keraguan pada pihak dan keraguan pada pihak lain, sedikit atau banyak terus-menerus muncul sebagai sub isu pokok dari novel Romo yang lain. tokoh-tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekalgus ada kebesaran, kebanggaan, dan kecemasan bahkan keterombang-ambingan. Burung-burung Rantau
      Pada novel Burung-burung Rantau (1993) penulis berjumpa seseorang tokoh sipengandrung kemerdekaan. Dalam novel tersebut tokoh Marineti tersebut mewakili bangsa manusia yang membebaskan diri dari komunitas yang percaya dengan takhayul dan terkurung.
      Intinya romo ingin membangun nilai nilai kemanusiaan supaya dalam sastranya dia menciptakan nilai- nilai, dan Romo mencoba untuk mengubah cara berfikir, bagaimana kita berfikir secara seni.melalui Romo mangunwijaya kita diingkatkan tentang nilai nilai kemanusiiaan yaitu, kebaikan, kebenaran,keadilan
      terimakasih , syalom.

      Hapus
    3. Lisdaya. ni purba
      15.01.1288
      I-c/ theologia
      Dalam sajian kelompok empat yang yang membahas tentang “Keberpihakan terhadap Kaum Miskin” . sudah jelas dari penuturan cerita tersebut yaitu lelaki berprofesi menjadi tukang becak yaitu Yusuf. Dalam hal ini Yusuf hanyalah seorang korban dari pemerintah yang tidak peduli kepada kaum miskin, sehingga ia harus menjadi tukang becak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian, Yusuf tidak mau merendahkan martabatnya untuk memperoleh penghargaan bahkan pendapatan. namun Dia juga memiliki cita-cita untuk dapat membangun manusia yang Humanis. Selain itu Romo juga ingin membangun rasa kepedulian umat manusia melalui karyanya, yaitu Belada Becak. Melalui karyanya Belada Becak ini Romo ingin menekankan kepada kita agar manusia didalam kehidupan ini hendaknya membangun hubungan Kasih secara tidak langsung dapat mengikis kesombongan, maupun keegoisan, ketidakpedulian diantara sesama manusia. Melalui karya ini dapat kita ambil inti yaitu sekalipun orang miskin (melarat) tetap memiliki nilai-nilai kemanusian.pada sajian ini menekankan kita bahwa bukan status yang menentukan pertumbuhan kehidupan dari pada manusia dan bukan status yang menentukan kedudukan yang tidak memiliki martabat dan harga diri, karna Dia ingin membangun semangat kebangkitan di antara manusia terkhususnya pada orang-orang yang menderita. Jadi intinya kita sebagai mahasiswa harus dapat mengikuti jejak yusuf yang bersyukur dengan keadaan yang dialami. Semoga yang membaca blog ini dapat mengikuti yusuf.
      Syalomm

      Hapus
    4. Nama : lisdayani purba
      Tgkt/Jur: I-C/Teologia
      Nim :15.01.1288
      M. Kuliah: Ilmu Budaya Dasar

      Dalam pembahasan “Si Penggembala Cerita” dalam pandangan B. Mawardi dapat dipahami bahwa B. Mawardi menilai Romo Mangun sebagai “Penggembala Cerita”. Y.B. Mangunwijaya sebagai Pastor bagi umat didalam Gereja juga sebagai penggembala Cerita dalam karya sastranya. Romo Mangun juga sebagai Penabur lambang. Dia banyak menggunakan lambang-lambang dalam setiap novelnya seperti Burung-burung Manyar, Burung-burung Rantau, Balada Becak dan lain sebagainya. ini adalah ciri khas dari Romo Mangun itu sendiri dibandingkan dengan para penulis yang lain yaitu dengan memakai lambang-lambang akan membuat pembaca lebih tertarik kepada karya-karyanya dan akan membuka cara berfikir para pembaca. Karya Mangun menuntun kita untuk selalu menghargai kemanusiaan. Romo mengangkat nilai-nilai kemanusiaan melalui sastra, Penggembala cerita menjalani hidup bersama kata, menaruh ide, dan imajinasi di jagat kata. Y.B.Mangunwijaya (YBM) adalah manusia-kata, kita mengenalinya sebagai pengarang cerpen, novel, esai. YBM juga berperan sebagai “peminat kesusastraan” artinya “pembaca tekun” dan “tukang komentar”, Buku Sastra dan Religiositas (1982) membuktikan penggembala cerita mengalami ketakjuban-ketakjuban di kesustraan. YBM memilih bergerak dan singgah di “lembah prosa” dan mengesahkan diri sebagai pembaca prosa. Novel-novel dari para pengarang ampuh memberikan dan merangsang uraian-uraian mengenai religiolitas.. kita mahasiswa diajak untuk menggunakan pikiran kita dalam pengetahuan .
      Terimaksih syalom

      Hapus
    5. lisda yani purba
      15.01.1288
      1c teologia

      uas berjalan keenam, Dehumanisme Politik Agama di Indonesia
      dari pembahasan sajian kelompok dehumanisme politik agama indonesia ini topik yang menurut saya lebih menarik untuk di perbincangkan. Disini Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Dari pengalaman hidupnya, dia menemukan bahwa yang selalu menjadi korban oleh pihak yang lebih kuat, baik dalam masa kemerdekaan maupun masa pembangunan, tiada lain adalah rakyat kecil, khususnya yang miskin, terlebih perempuan dan anak-anak.
      Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai kebijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khusunya penganut agama-agama diluar 6 agama yang “diakui” pemerintah. Kebijakan dehumanisme itu sangat kasat mata terlihat pada pencantuman kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dari situlah muncul kebijakan dehumanisme berupa pencantum kolom agama dalam KTP. Aturan tersebut sangat diskriminatif karena agama yang boleh diisi dalam kolom tersebut hanyalah agama yang diakui pemerintah, yaitu 6 agama. Pemerintah Jokowi mengajukan kebijakan baru, boleh mengosongkan kolom agama di KTP bagi penganut diluar 6 agama yang diakui. Jika kolom agama di KTP boleh dikosongkan. Dalam perlakuan ini, solusi yang tepat adalah mendorong pemerintah menerapkan humanisme politik dalam bidang agama sehingga terkikis semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap penganut agama diluar 6 agama tersebut. Hanya dengan cara itu, pemerintah dapat memenuhi hak sipil dan politik semua penganut agama dan kepercayaan dinegeri ini, termasuk juga mereka yang mengaku tidak beragama. Semua penganut agama memiliki hak dan kewajiban asasi yang sama, tanpa diskriminasi sedikit pun. Sebab, kita semua adalah satu bangsa, bangsa Indonesia. Sekarang ini agama sangat lah krisis karena tidak disadari oleh agama dan negara,dari sini kita harus membuat dialog antar beragama agar dapat terjalin dengan indah . Sperti kata dosen kita kalau tidak salah dengar bahwa perbedaan itu lah membuat indah .
      Terimakasih salam ibd.

      Hapus
  13. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
    Nim : 15.01.1280
    Ting/Jur : I-C/Teologia

    Dalam topik pembahasan kelompok satu, mengenai “Humanisme Religius dan Nasionalisme Terbuka”. Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia dapat memahami dunia serta keseluruhan realita dengan menggunakan pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Dalam pembahasaan ini, Romo Mangunwijaya menekankan Humanisme Religius dimana kita dalam berperikemanusiaan harus menghargai nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Seperti; nilai keadilan, nilai kebenaran, dan nilai kebaikan. Artinya dalam pluralisme haruslah kita menjadi manusia yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut dalam diri kita. Sehingga setiap umat beragama dapat saling menerima perbedaan yang ada diantara satu dengan yang lainnya. Humanisme dalam pemikiran Romo YB Mangunwijaya selalu disertai religiositas.Tanpa religiositas tak mungkin humanisme bisa terefleksi dalam sikap dan tindakan manusia. Humanisme religius Mangunwijaya secara lokal memberikan sumbangannya dalam dua arah, sebab ia berani mengatakan kritiknya pada pemerintah, ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkaitan dengan nasib rakyat. Keberanian ini merupakan suatu tekad yang sangat diharapkan beliau untuk generasi muda yang kritis dan berani dalam membela suatu kebenaran. Saat ini kita melihat bahwa kebebasan untuk memeluk agama banyak diperbincangkan oleh masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya pihak-pihak yang bersifat eksklusif, menganggap agama mereka yang paling benar sehingga dimata mereka agama orang lain selalu memiliki kekurangan. Jika tidak ada sikap Inklusif maka Pancasila sila pertama sudah tidak berlaku lagi, karena seperti yang kita ketahui bahwa dalam Pancasila sila pertama manusia bebas untuk memeluk agama apa yang ingin ia anut menjadi kepercayaan masing-masing. Demikian halnya dengan sikap nasionalisme yang tercermin dalam Pancasila sila ketiga. Saat ini kita lihat bahwa bangsa Indonesia kurang menerapkan sikap nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia harus belajar dari angkatan 1928 dimana kita lihat bagaimana kegigihan mereka dalam mewujudkan “Sumpah Pemuda” sehingga bangsa Indonesia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan. Begitupun saat ini bangsa Indonesia harus bercermin ke angkatan 1028. Jika kita mengingat kembali dalam pandangan Romo Mangun dalam konteks humanisme dan nasionalisme kiranya dapat terwujud dengan berlandaskan Pancasila. Sehingga dengan demikian Humanisme religius dan nasionalisme yang terbuka dapat terwujud. Sehingga dengan demikian bangsa Indonesia dapat menuangkan pemikiran mereka ditengah-tengah peradapan dunia.

    syaloom...
    salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
      Nim : 15.01.1280
      Ting/Jur : I-C/Teologia

      Dalam topik pembahasan kelompok 2 IBD yaitu mengenai “Manusia Humanis Menurut Romo Mangun”. Konsep Pasca-Indonesia dan Pasca- Einstein merupakan konsep dasar humanisme Mangunwijaya yang dilandasi keprihatinannya. Kita masih suka berpikir dehumanis dalam bentuk pemikiran yang sempit, terkotak-kotak, bercita rasa dangkal, munafik, tidak fair, tidak jujur, serakah, manipulatif, tidak cerdas, dan tidak dewasa. Menurut Romo Mangun, manusia adalah makhluk yang berakal budi, animal rationale. Dalam arti, manusia mampu berpikir, menentukan pilihan, dan mengambil tindakan berdasarkan pilihannya atau lebih mudahnya makhluk merdeka. Dengan pengertian ini maka manusia mempunyai tanggung jawab atas apa yang dipilih dan diperbuatnya. Keterangan ini bisa ditemui banyak dalam belantara pemikiran Romo Mangun meski tidak secara eksplisit. Dalam bidang pendidikan, situasi tersebut mengakibatkan generasi muda, khususnya peserta didik, tidak mendapatkan tanah tumbuh dan iklim kesempatan untuk berkembang menjadi semakin cerdas dan manusiawi. Seluruh sikap masyarakat cenderung tidak menguntungkan untuk menjadi manusia cerdas berkarakter tinggi. Romo Mangun menolak sistem pendidikan yang membuat anak menjadi seragam karena pendidikan yang menyeragamkan akan mengakibatkan dehumanisme pada diri anak. Pendidikan sejati, dalam arti yang humanis seperti yang dirintis generasi '28, telah kehilangan makna dan menyimpang sejak Orde Baru yang sisa-sisanya masih ada sampai kini. Dalam pandangan Romo Mangun, pembaruan pendidikan perlu ditempatkan di dalam kerangka evolusi kebudayaan yang menjadi sasaran utama pendidikan adalah perubahan dan pembentukan sikap-sikap dan kebudayaan yang baru. Maka, yang paling mendesak adalah perbaikan secara menyeluruh dan intensif pendidikan dasar. Sehingga diharapkan budaya juga harus mampu menjadi jalan yang dapat membawa manusia pada tingkatan hidup yang sesungguhnya. Budaya perlu menjadi tempat dimana manusia meluangkan segala hasil dari pemikiran akan pengetahuannya.

      Syaloom...
      Salam IBD

      Hapus
    2. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
      Ting/Jur : I-C/Teologia
      Nim : 15.01.1280

      Syaloom...
      Dalam topik pembahasan kelompok 3 ibd yaitu mengenai “PASEMON ; DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN”. Romo Mangun sebagai seorang Pastor, menulis Roman. Bagi Romo, roman adalah genre sastra yang lebih bebas ketimbang mitologi. Maka logika lumrah agak susah menerima kenyataan ini. Romo menuliskan kembali cerita-cerita dari Kitab Suci, sehingga seperti dalam khotbah, cerita Romo bisa menyambungkan hidup masa kini dengan pengalaman religiositas orang-orang baik yang ditulis didalam kitab Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Romo menulis roman (sebuah bentuk karya sastra baru), yang posisinya berseberangan dengan mitologi. Jika dipahami secara sederhana, hematnya Romo Mangun dalam sastranya menempatkan manusia sebagai mahluk yang bermartabat dan berharga. Disaat itu pula sastra telah menyentuh aspek terdalam pada pengalaman manusia, yaitu religiositas, empati, dan penghormatan. Sastra, sangatlah berbeda dengan teater, dimana sastra hadir secara personal ke dalam batin pembaca. Cara yang diterapkan Romo Mangun mengantarkan kita kepada sebuah pasemon yang berwujud simbol-simbol dengan cerita yang alegoris seperti yang dikerjakan Yesus dengan cerita perumpamaan. Dengan demikian jelas kita ketahui bahwa Romo mengajarkan kita untuk mengekspresikan diri secara bebas baik dalam berkarya maupun berekspresi yang menuju ke arah humanis. Dalam karya sastra Romo ini bisa juga menghubungkan kita ke dalam pendidikan, yaitu disaat kita bisa membuka paradigma manusia untuk menuju sebuah tujuan hidup yang mengarah kepada religiositas, maka pendidikan juga dapat mencapai sebuah tujuan yang sebenarnya. Dengan demikian sebagai anak-anak bangsa yang sudah mempelajari materi mengenai Pasemon ini, kita dapat mengikuti jejak dari Romo yang menjunjung tinggi rasa humanis yang berdedikasi tinggi di tengah-tengah masyarakat tanpa memandang bulu.
      Hanya itu yang bisa saya tambahkan mengenai topik bahasan kali ini saya ucapkan, terima kasih...
      Syaloom...

      Hapus
    3. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
      NIM : 15.01.1280
      Ting/ jur : I-C/Teologia

      Dalam topik pembahasan kelompok 4 IBD yaitu mengenai “Keberpihakkan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Belada Becak Karya Y.B Mangunwijaya” . Menurut saya dan apa yang telah di bahas mengenai topik ini, menggunakan tema “balada becak”. Dimana dijelaskan bahwa kemiskinan bukanlah suatu hal yang membuat kita untuk menutup diri terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Dimana dalam topik kita kali ini juga menceritakan sebuah kisah cinta segitiga. Seorang pria yang miskin dengan seorang gadis yang berpendidikan dan juga kaya, ia mencintai gadis tersebut. Jika kita pikirkan secara logika, bagaimana mungkin seorang gadis yang mempunyai latar belakang yang berpola hidup mewah dapat mencintai seorang pria yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gadis tersebut. Karena hal tersebut sangatlah jarang kita temukan dalam kehidupan sekarang ini. Namun, melalui novel yang dikisahkan Romo Wangun ini kita diajak untuk menghargai, tidak mengatasnamakan harta maupun sebuah status di atas segalanya. Karena bukankah kita mengetahui bahwa kasih yang sejati itu bukanlah memandang suatu materi yang utama, namun kasihlah yang mempererat suatu hubungan satu dengan yang lain. Dari penjelasan mengenai karya Romo kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Romo Mangun merupakan seorang sosok yang bersikap humanis, pluralis dan universal. Itu dapat kita lihat dari sikap beliau yang tidak terlalu mengutamakan status dalam bermasyarakat. Beliau tidak memandang seseorang dari status sosialnya. Hal tersebut ternyatakan dalam kepeduliannya terhadap kaum miskin. Dengan demikian, kita dapat mengambil suatu pengajaran yang sangat berguna dari bahasan kali ini, dimana kita diarahkan untuk tidak berfokus dalam status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesama.
      Demikian yang dapat saya tambahkan mengenai topik kali ini, saya ucapkan terima kasih.
      Salam IBD

      Hapus
    4. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
      Nim : 15.01.1280
      Ting/Jur : I-C/Teologi

      Syaloom,
      Dalam topik pembahasan IBD kelompok 5 dengan topik “Si Penggembala Cerita”. Romo Mangun dikatakan sebagai si penggembala cerita ialah karena hasil karya-karyanya yang mempunyai makna tersirat. Dimana karya-karyanya mengajak kita para pembaca untuk lebih melihat dan menelusuri dengan dalam apa-apa yang terjadi di kalangan masyarakat. Melalui karyanya juga, Romo memberikan sumbangsih pemikiran akan hidup yang lebih mengarah kepada sikap humanis. Dalam topik kali ini yang menjadi titik ketertarikan yaitu mengenai lambang-lambang yang disuguhkan kepada pembaca melalui novel-novelnya. Dimana kita ketahui bahwa karya-karyanya kadang membuat pembaca kebingungan apabila tidak memahami betul-betul kesinambungan makna dari lambang dengan isi novelnya. Tetapi satu hal yang perlu kita ketahui bersama bahwasannya beliau disini mengajak kita untuk lebih memahami bahwa banyak makna-makna tersirat yang tertuang dalam setiap karyanya. Si Pengembala Cerita juga adalah seorang yang memakai Hati Nurani dalam setiap karyanya, ini sejalan dengan pensastraan Romo Mangun, seorang Sastrawan juga harus berurusan denga Hati Nurani agar setiap karya itu mampu menghadirkan pengaplikasian hidup secara lebih realita. Intelektual diartikan sebagai suatu kemampuan dalam hal berpikir, namun intelektual juga diartikan sebagai logika berpikir dari suatu teori. Seorang Romo Mangun adalah seorang yang berintelektual, keberintelektualan Romo terlihat dari karyanya dalam memberi julukan latarbelakang para tokoh yang ada dalam karyanya. Esai sebagai untaiana renungan, humor, kritik, celotehan, dan khotbah. Esai sengaja dihadirkan Romo Mangun sebagai bentuk perhatiannya agar pembaca tidak hanya berimajinasi tetapi mampu membuat pembaca berasumsi ataupun berpengetahuan secara luas serta termotivasi untuk keluar dari pemikiran yang sudah usang. Seorang Romo Mangun mengajak kita untuk lebih berpikir imajinatif akan setiap karya yang ia tuturkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Romo adalah seorang sosok sastrawan yang unik. Karena setiap karyanya mengarah langsung kepada kenyataan yang terjadi di kalangan masyarakat. Dengan demikian kita sebagai bagian daripada masyarakat yang sudah mengetahui jejak Romo mangun, baiklah kita menanamkan sikap humanis dalam diri kita masing-masing. Sikap yang menerima keadaan orang lain yang ada di sekitar kita sekalipun keadaannya yang kurang mampu dalam segala hal. Dan kita juga dituntun untuk tidak hanya menjadi penggembala cerita melainkan menjadi seorang sosok yang dapat menggembalakan masyarakat. Demikian hal yang dapat saya tambahkan mengenai pembahasan kelompok 5, saya ucapkan terima kasih.

      Syaloom...

      Hapus
    5. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
      Ting/Jur : I-C/Theologia
      Nim : 15.01.1280

      Pada pertemuan yang ke 6 dalam pembahasan topik “Dehumanisme politik Agama di Indonesia”. Sebagai bangsa Indonesia kita bangga dengan slogan Bhineka Tunggal ikia. Yang mempunyai arti, bahwa kita sadar bahwa keberagaman atau pluralitas adalah fakta sosiologis. Dalam dehumanisme politik agama di Indonesia yang menjadi pokok perbincangan yang sangat hangat adalah mengenai kolom agama yang ada kdi KTP. Jika kita kaitkan dengan slogan dan peraturan UUD 1945, yang menyatakan indahnya keberagaman dan kebebasan untuk memeluk agama masing-masing, sangatlah bertolak belakang jika kita tinjau kembali kepada kolom KTP. Dimana bagi setiap orang yang mau membuat KTP harus mengisi kolom hanya dengan memilih 6 jenis agama. Sedangkan, jika tidak memiliki agama yang diluar dari ke-6 agama yang ditentukan disarankan untuk mengosongkannya. Sehingga kadang kala ada pertanyaan yang timbul, yaitu apakah masih perlu kolom agama di KTP itu dibuat?. Bicara tentang agama, hakikatnya adalah bicara tentang interpretasi agama dan faktanya tidak ada interpretasi tunggal dalam agama dan kepercayaan manapun. Sepanjang interpretasi agama tidak membawa kepada pemutlakan agama dan kepercayaan tertentu, kekerasan, dan pemaksaan terhadap kelompok yang berbeda, lalu apa yang salah? Keberagaman agama adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari, apalagi diingkari. Persoalannya, pemerintah tak sungguh-sungguh mengatur kehidupan umat beragama dengan prinsip humanisme yang menjamin kebebasan beragama bagi semua warga sesuai landasan Pancasila dan Konstitusi, serta semboyan bhinneka tunggal ika. Buktinya, dalam aturan yang lebih operasional, ditemukan bentuk kebijakan yang mencerminkan dehumanisme politik agama. Sayangnya, tidak semua orang menginginkan hidup damai, demikian Romo mangun mempertanyakan dalam novel Burung-Burung Rantau: “Mengapa ada orang-orang tertentu yang harus menderita dalam dunia dan semesta yang indah ini? Mengapa orang tidak bisa hidup bersama dalam damai dan kerukunan, dalam penikmatan segala yang indah dan benar dan baik dalam alam serta kehidupannya?”. Kesadaran Romo Mangun itulah yang dinamakan kesadaran pluralisme dan merupakan syarat mutlak tegaknya demokrasi. Tentu hal itu tidak mudah dilakukan, terutama jika dalam beragama, seseorang kehilangan sisi humanismenya, seperti sindiran Romo Mangun dalam novelnya,Burung-Burung Rantau: “Wah, orang itu kalau sudah fanatik agama kejamnya bukan main. Kejam atas nama Tuhan, kan kontradiksi yang aneh sekali, tetapi begitulah manusia.” Jika kita tinjau lebih sederhana, manusia merupakan mahluk yang berbudaya. Tidak ada manusia agama tetapi manusia yang berbudaya. Sehingga dengan demikian, semua politik agama itu sebenarnya membangun manusia untuk lebih sejahtera dan menerima keadaan sesama masyarakat. Hanya saja kesadaran dalam diri setiap anggota masyarakat yang kurang menerima kepelbagaian tersebut.

      Hapus

    6. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
      Ting/ jur: I-C/ teologia
      Nim : 15.01.1280

      Dalam topik pembahasan kelompok 7 mengenai “Pluralisme dan Aktualisasi pancasila”. Operasionalisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara haruslah diupayakan secara kreatif dan dinamik, sebab Pancasila sebagai ideologi bersifat futuralistik. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang dicita-citakan dan ingin diwujudkan. Masalah aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi Pancasila ke dalam kehidupan praksis kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah masalah yang sederhana. Soedjati Djiwandono (1995: 2-3) mensinyalir, bahwa masih terdapat beberapa kekeliruan yang mendasar dalam cara orang memahami dan menghayati negara Pancasila dalam berbagai seginya. Kiranya tidak tepat membuat “sakral” dan taboo berbagai konsep dan pengertian, seakan-akan sudah jelas betul dan pasti benar, tuntas dan sempurna, sehingga tidak boleh dipersoalkan lagi. Sikap seperti itu membuat berbagai konsep dan pengertian menjadi statik, kaku dan tidak berkembang, dan mengandung resiko ketinggalan zaman, meskipun mungkin benar bahwa beberapa prinsip dasar memang mempunyai nilai yang tetap dan abadi. Belum teraktualisasinya nilai dasar Pancasila secara konsisten dalam tataran praksis perlu terus menerus diadakan perubahan, baik dalam arti konseptual maupun operasional. Banyak hal harus ditinjau kembali dan dikaji ulang. Beberapa mungkin perlu diubah, beberapa lagi mungkin perlu dikembangkan lebih lanjut dan dijelaskan atau diperjelas, dan beberapa lagi mungkin perlu ditinggalkan.
      Aktualisasi nilai Pancasila dituntut selalu mengalami pembaharuan. Hakikat pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui sistem yang ada. Atau dengan kata lain, pembaharuan mengandaikan adanya dinamika internal dalam diri Pancasila. Mengunakan pendekatan teori Aristoteles, bahwa di dalam diri Pancasila sebagai pengada mengandung potensi, yaitu dasar kemungkinan. Potensi dalam pengertian ini adalah kemampuan untuk dapat berubah. Subjek sendiri yang berubah dari dalam. Mirip dengan teori Whitehead, setiap satuan aktual terkandung daya kemungkinan untuk berubah. Jika dikaitkan dengan aktualisasi nilai Pancasila, maka pada dasarnya setiap ketentuan hukum dan perundang-undangan pada segala tingkatan, sebagai aktualisasi nilai Pancasila, harus terbuka terhadap peninjauan dan penilaian atau pengkajian tentang keterkaitan dengan nilai dasar Pancasila.
      Terima kasih.
      Syaloom dan salam IBD

      Hapus
  14. Nama : Johnson Parningotan Silalahi
    NIM : 15.01.1279
    Ting/Jur : I-C/Theologi
    Syaloom IBD….
    Semoga warga IBD dalam keadaan sehat dan selalu mengandalkan Tuhan. Dalam pertemuaan pertama yang membahas Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka. Dalam pembahasan ini merupakan paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia yang berpegang kepada nilai keagamaan yang terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai mahkluk ciptaannya. Pendidikan Humanisme Religius adalah lebih menekankan aspek kemerdekaan seseorang, yaitu menempatkan seseorang yang resional dalam kedudukan yang tinggi dan mempunyai nilai yang tinggi tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai keagamaan artinya membentuk kemanusian yang berketuhanan. Oleh karena itu dapat kita pahami bahwasanya pendidikan Humanisme religius itu adalah untuk mengajar manusia dalam berorientasi pada manusia sebenarnya. Tujuan pendidikan religius disini adalah meninggikan moral manusia supaya menghargai nilai manusia supaya menghargai nilai kemanusiaan dan spiritual yang bermaksud untuk menjadikan setiap individu memiliki sikap yang bermoral. Disini Roma Mangun ingin pendidikan di Indonesia yang banyak mengatakan menjadi barang dagangan diubah menjadi pendidikan yang bercorak Religius dan Humanis. Disini pendidikan yang diajarkan Roma Mangun yaitu pendidikan yang dapat menjadi instrument harus memberdayakan, membebaskan, dan mengangkat harkat dam martabat anak didik kepada tarap yang lebin Humanis Religius. Romo Mangun ingin mengangkat masyrakat miskin mencapai kesejatraan hidup dengan memperdayakan potensi-potensi mereka. Disamping itu Roma Mangun sangat menekankan Nasionalisme artinya menjunjung tinggi keadilan dalam hal Nasionalisme yang terbuka. Roma Mangun mengkritik pemerintah yang bersifat birokratis yang kurang memberi kreatifitas anak didik untuk memulai rasa Nasionalisme. Romo Mangun melihat dari keunggulan angkatan 1928 yang dimana angkatan ini merupakan pembaharu dimana banyak muncul intelektual yaiutu mampu berfikir kritis berani berpandangan luas dan universal. Romo Mangun membuka pendidikan terbuka kearah masa depan mencerdaskan kehidupan yang memberi kebebasan kepada setiap anak didik. Akhirnya dari hal ini menghasilkan manusia Indonesia yang Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. UAS berjalan kelompok 2. Kelompok dua yang membahas tentang “Manusia Humanis”. Menurut Romo Mangun Manusia Humanis adalah manusia yang berperikemanusiaan. Aritinya memanusiakan manusia Roma Mangun melihat kehidupan manusia tidak setara dimana orang-orang kaya selalu menindas orang-orang miskin. Dimana mahalnya biaya untuk sekolah yang terbmenyebabkan masyarakat miskin tetpa tertinggal dalam belenggu kemiskinan. Romo Mangun mengeluarkan konsep manuisia Humanis yang terbebas dari belenggu vedalisme yang dinamakan dengan istilah manusia indonesia atau pasca nasional dan paska eisten. Dalam pasca indoneisa Nasional Romo Mangun memberi paham supaya Nasionalisme Indonesia di masa mendatang kembali ke hakikat semula yang murni yakni pembelaan selama manusia yang masih dijajah yang masih miskin berbahagia termasuk miskin yang tidak berdaya menghadapi para pejabat tinggi yang menjadi pengusaha hak-hak mereka. Begitu dengan pasca Indonesia Roma ingin menghilangkan perlakuan-perlakuan yang dehumanis. Supaya tercipta sosok manuisa Indonesia yang terbuka. Pada nilai-nilai kemanusiaan universal hal inilah yang nantinya memberi pengentalan seluruh ihtiar manuisa dalam menjawab tantangan hidupnya. Dalam pasca Eistain mengajarkan generasi muda tentang multidemensionalitas. Roma Mangun melontarkan pasca eisten untuk mengajak generasai muda bersikap menurut dinamika .Velativitas generasi muda harus berfikir kreatif, Inklusif dan plural listik. Arti dari hidup dimensional adalah mencoba dan selalu mencoba jalan lain jika terjadi kegagalan dalam suatu hal. Artinya hidup itu penuh dengan kemungkinan seperti yang ditandai dengan pendidikan berfikir lateral yaitu menanggapi suatu masalah.
      Trimakasih…..

      Hapus
    2. Romo Mangun sebagaimana banyak dikenal oleh masyarakat mengenai Romo Mangun Kali Code atau Romo Mangun yang novelis plus budayawan. Dalam pembahasan yang ketiga yang berjudul “pesemon” dalam sastra karya romo mangun. Karya-karya seperti Burung-burung manyar, Romo rahadi, Burung-burung rantau, dan trilogi Roro mandut. Melalui karya-karya ini Romo mangun mengajarkan kepada kita arti nilai-nilai kemanusiaan. Pada jaman sekarang manusia tidak lagi menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang benar dimana banyak anak muda jaman sekarang yang sudah lupa akan sopan santun. Melalui karya ini romo mangun mengajarkan manusia yang humanisme yang perpegang teguh kepada tuhan. Salah-satu ciri konsep teologi Romo Mangun adalah progresif revolusioner yang juga sering disebut dengan teologi pembebasan, teologi yang memihak kaum kecil atau tertindas atau membebaskan kaum tertindas dari berbagai macam penindasan (ekonomi, politik, budaya) dan memulihkan martabat manusia. Memang kaum kecil pada saat ini kurang di perhatikan soal pendidikan. Namun di kali code romo membuktikan bahwa beliau mampu membangun arti nilai kemanusiaan. Meskipun kali code sudah tah seindah dulu sewaktu romo tinggal disana. Tetapi masih banyak karya-karya yang tinggal dan masih dapat di manfaatkan oleh orang kecil.Cara dan gaya Romo Mangun mengangkat harkat dan martabat orang kecil bukan dengan gaya sinterklas yang membagi-bagikan uang atau barang kepada orang miskin sebagai ungkapan kedermawaan sebagaimana sering dilakukan banyak orang. Romo Mangun lebih memilih menjadi sahabat orang kecil dengan cara tinggal di antara dan di tengah-tengah mereka daripada menjadi sinterklas yang hanya akan menimbulkan ketergantungan (bukan pemberdayaan dan pemerdekaan) dan menyuburkan pola hidup konsumtif pada diri orang miskin. Romo Mangun mempunyai perhatian yang sangat besar pada masalah pendidikan terutama pendidikan dasar. Sebab dalam pendidikan dasar itulah dasar-dasar kehidupan manusia.
      Terimakasih salam IBD

      Hapus
    3. Pembahasan kali ini yang berjudul “ Keberpihankan kepada kaum miskin, konteks yang melatar belakangi dan gambaran kaum miskin dalam Belada Becak karya Y.B. Mangunwijaya”. Dalam pembahasan kali ini membicarakan keberpihakan Y.B. Mangunwijaya terhadap anak-anak, perempuan, dan kaum miskin; konteks seperti apa yang melatarbelakangi opsi dan obsesinya; serta bagaimana gambaran Mangunwijaya terhadap manusia marjinal itu. Berangkat dari novelet Balada Becak atau Sebuah Riwayat Melodi Yus-Riri (selanjutnya disingkat BB), tulisan sederhana ini mencoba menggapai konteks seperti apa yang melatarbelakangi opsi dan obsesinya; serta ingin mendeskripsikan bagaimana Mangunwijaya menggambarkan keberpihakannya terhadap kaum miskin yang ada dalam novel tersebut. Tokoh-tokoh dalam Belada Becak yang dapat dikategorisasikan sebagai manusia marginal antara lain: Yusuf, Rahmat, pekerja-pekerja di bengkel las, anak-anak kecil di sekitar bengkel, pedagang gori (Bu Dullah) dan pembantu-pembantunya, pemuda-pemuda pengangguran, dan mahasiswa akademi musik yang miskin. Tak hanya Yusuf atau Yus yang dideskripsikan Mangun dengan apik, tetapi juga Bu Dullah, Pak polisi, dan para peronda di kampung. Dalam pembahasan ini menceritakan seorang anak muda yang bernama Yusuf yang dipanggil Yus ini anak tukang becak bernama Kariosentono. Ibunya sudah tiada. Hanya lulusan SMA. Mau lanjut tak ada biaya. Akhirnya lontang-lantung. Untuk mengisi waktu agar tak terperosok kepada lamunan demi lamunan, Rahmat memberinya pekerjaan sebagai tukang las. Akan tetapi, hari-harinya ternyata tetap saja dipenuhi khayalannya disela-sela pekerjaan mengelas, membakar, menyambung besi. Apalagi setelah berjumpa dengan Lilian bekas teman SMA-nya yang cantik, gelegak khayalannya makin menjadi-jadi. Tetapi Mangunwijaya tetap membela tokoh utamanya walaupun Yus bertingkah seperti itu.

      Hapus
    4. Nama : Johnson p. Silalahi
      Nim : 15.01.1279
      Dalam sajian kelompok 5 yang bejudul “Sipengembala Cerita” Romo Mangun menawarkam dasar dasar yang Humanisme. Romo mangun melalui karya-karyanya mengjarkan kepada manusia agar selalu ber Tuhan adala manusia yang befikir secara nurani dan perilaku sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah diperbuat ole agama. Melalui lambnag-lambang novel karya Romo Mangun agar manuisia lebih bisa mengartikan secara terperinci arti dari novel-novel tersebut. Novelyang ditawarkan seperti Burung-burung manyar. Dengan membaca novel tersebut kita dapat menafsir bagaiman hidup yang Humanis tersebut. Romo Mangun pun menawarkan karya-karyanya yang lain. Pada intinya adala lingkungan yang paling mengesankan di novel ini adalah mengajak sipembaca mengerti arti manusia yang Humanis. Dan manuisia dapat mengembangkan intelektual berfikir melalui karya-karya Romo Mangun. Manusia yang berintelektual adalah manusia yang dapat menambil kesimpulan tentang berfikir secara Humanis. Dan Aris toteles juga menwarkan ilmi pengetahuan dalam 3 jenis yaitu. 1 ilmu pengetauan yang praktis disini manusia harus berfikir secara cepat dan tangkas. 2 ilmu pengetahuan yang produktif menyangkut pengetahuan yang sanggup mengasilkan karya-karya. 3 ilmu pengetahuan teoretis. Diluar ilmu ini masih ada ilmu yang berfikir secara logika yaiutu suatu pemikiran penalaran. Demikian yang dapat saya tanggapi saya ucapkan terimakasih. Salam IBD. Horas

      Hapus
  15. Nama : Citra Theresia Tarigan
    Tingkat/jur : I-C/ Theologi
    Nim : 15.01.1230
    Pada pembahasan kelompok 1 yang menyangkut tentang pendidikan dalam judul “Humanis Religius dan Nasionalisme Terbuka”. Dalam pembahasan ini Romo Mangun menjelaskan bagaimana pendidikan dalam masyarakat. Istilah pendidikan humanis religius mengandung dua konsep pendidikan yang ingin diintegrasikan yaitu pendidikan humanis dan pendidikan religius. Pengintegrasian dua konsep pendidikan ini dengan tujuan untuk dapat membangun sistem pendidikan yang dapat mengintegrasikan dari keduanya atau mengurangi kelemahannya. Mendefinisikan humanisme religius adalah konsepsi guna mengukur ketaatan beragama dan kesalehan manusia melalui dunia mistik (tasawuf), yaitu dunia spiritual yang dapat dijalankan oleh setiap orang yang mempercayainya melalui penyatuan diri secara langsung dengan Tuhan. Dari penjelasan di atas pendidikan humanisme adalah lebih menekankan aspek kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius agar peserta didik dapat membangun kehidupan sosial yang memiliki kemerdekaan, yaitu menempatkan individu yang rasional dalam kedudukan yang tinggi dan sebagai sumber nilai paling puncak tetapi tidak meninggalkan dari nilai-nilai keagamaan atau dengan kata lain membentuk kesalehan individu hubungan antar manusia maupun Tuhan. Oleh karena itu, dapat pahami bahwa pendidikan humanisme religius adalah proses pengajaran untuk mengembangkan pontensi yang berorientasi pada manusia seutuhnya dengan memperhatikan aspek tanggungjawab hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Tuhan sehingga memilik kekuatan spirtual kegamaan, kesalehan individu yang diperlukan oleh diri, masyarakat bangsa dan negara. Pada masa sekarang ini pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari pendidikan. Sebab, pendidikan berfungsi sebagai meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Namun realitanya, masih banyak masyarakat yang buta pemikirannya betapa pentingnya pendidikan. Tuntutan pendidikan dalam kehidupan manusia sangat komplek, hal ini terbukti dengan banyaknya orang yang tidak berpendidikan status sosialnya kurang diperhatikan atau terkesampingkan. Misal dalam dunia kerja, banyak perusahaan yang menerima para pekerjanya mula-mula ditanya pendidikan terakhir. Hal itu membuktikan bahwa pendidikan pengaruhnya besar dalam kehidupan. Diadakannya pendidikan, maka sedikitnya dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap manusia sehingga kehidupan masyarakat lebih baik.

    Terima kasih. Salam IBD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Citra Theresia Tarigan
      I-C/ Theologia
      15.01.1230
      Pada pembahasan kelompok 2 yang berjudul “Manusia Humanis Menurut Romo Mangun” yang saya dapatkan dari pembahasan ini ialah bahwa penilaian masyarakat terhadap rendahnya mutu pendidikan lebih disebabkan pendidikan kita telah mengalami disorientasi budaya lebih mengedepankan aspek rasionalitas ketimbang proses pencerdasan manusia. Aktivitas pendidikan hanya berkutat pada persoalan klasik yang memusatkan aspek rasional manusia. Transfer ilmu pengetahuan rasional ini begitu ditekankan dalam pendidikan sehingga dimensi lain pendidikan seperti aspek psikis, spiritual, aspek sosial budaya dilupakan. Akibatnya pendidikan kita menjadi berat sebelah, yang pada gilirannya melahirkan manusia-manusia yang tinggi kadar intelektualnya namun tanpa emosi dan jiwa sosial yang haus akan nilai-nilai human. Itulah konsep pendidikan yang keliru selama beberapa dasawarsa yang kita terapkan pada anak didik kita, yang pada akhirnya pendidikan itu tidak akan bermanfaat, karena proses yang berjalan adalah robotisasi nilai. Gejala atau simpton pendidikan ini nampak pula dalam proses pendidikan yang secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan kita hanya mendidik manusia untuk “tahu banyak hal dan pandai mengetrapkan sejumlah keterampilan teknis”. Begitu kuatnya kita meletakkan proses yang keliru pada pendidikan, maka fungsi pendidikan (sekolah) tak ubahnya sebagai penjara, yang seharusnya tempat dimana anak-anak menemukan kegembiraan dan kebahagiannya. Di sana anak-anak belajar berteman, bermain, menjadi dirinya, dan mengembangkan bakatnya. Proses yang begitu lama ini bermuara pada hasil pendidikan tidak pernah melahirkan manusia yang kritis, cerdas, dan berbudaya. Pendidikan kita telah mengalami disfungsional karena isi pendidikan mengandung muatan-muatan nilai yang berakibat timbulnya kecemasan, ketakutan, kriminalitas, ketidakberdayaan, ketidakadilan, kesombongan, anomali, dan sebagainya. Pendidikan kita telah mengalami disfungsional karena isi pendidikan mengandung muatan-muatan nilai yang berakibat timbulnya kecemasan, ketakutan, kriminalitas, ketidakberdayaan, ketidakadilan, kesombongan, anomali, dan sebagainya. Walau demikian minornya penilaian orang terhadap proses/mutu pendidikan kita, sisi positifnya tetap ada, yakni lembaga pendidikan merupakan lembaga sosial yang paling arkais manakala masyarakat begitu dinamis dan rentan terhadap perubahan, fungsi pendidikan tetap sebagai “ watchdog” terhadap perubahan yang keliru . Sebab dengan memperoleh pendidikan yang secukupnya masyarakat kita akan tetap beradap dan menjadi merdeka pikiran dan batinnya. Dalam konsep Ki Hadjar Dewantara , lembaga pendidikan merupakan institusi sosial yang sangat menentukan kemajuan dan peradaban bangsa. Sulit dibayangkan, bangsa primitif menjadi beradab dan bisa bersaing dengan bangsa lain jika tidak tanpa melalui pendidikan yang bermutu. Oleh sebab itu pengelolaan pendidikan ke depan adalah perlunya reinventing pendidikan, yakni:
      1) menempatkan peserta didik menjadi subyek dari agen perubahan untuk membebaskan dirinya dari isolasi peradaban dan pragmatisme intelektual.
      2) Meletakkan kerangka konspetual pendidikan etis berbudaya Indonesia pada porsi yang lebih sehingga proses enkulturasi pendidikan bisa menemukan kembali wajah pendidikan kita yang berkebudayan Indonesia.
      Jangkauan jangka panjang yang kita harapkan adalah dari penyadaran menjadi pembebasan, dan dari pembebasan menuju humanisasi, baik personal maupun sosial, sehingga ia bisa melihat teman atau orang lain sebagai bagian dari ciptaan tuhan, bukan dianggap sebagai makluk kafir. Dengan reinventing pendidikan mengantarkan manusia peserta didik bukan saja menjadi manusia yang pintar dan syarat dengan ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu menjadikan manusia peserta didik lebih humanis. Artinya pendidikan kita melahirkan kembali manusia peserta didik apa yang disebut “ humansynergism”.

      Terima Kasih. Salam IBD..

      Hapus
    2. Citra Theresia Tarigan
      I-C/Theology
      15.10.1230

      Pada pembahasan kelompok 3 saya menanggapi bahwa, didalam sajian ke 3 ini bagaimana Romo Mangun berperan yang bukan hanya sebagai Pastor dan arsitek tetapi Romo juga bisa berperan menjadi sastrawan yang dibanggakan. Disajian ini menceritakan bagaimana karya-karya Romo yang memasukkan istilah “Pasemon”. Yang dimana pasemon ialah Pasemon adalah ucapan yang disampaikan secara tidak langsung kepada seseorang yang dianggap kurang trapsila (kurang bisa menempatkan diri). Pasemon tidak pernah ’tunjuk hidung.’ Dalam Bahasa Indonesia, pasemon bisa diterjemahkan sebagai sindiran. Bedanya, pasemon disampaikan tidak dengan cara yang nyinyir atau sinis. Seorang Jawa yang merasa dirinya sudah diberi pasemon, biasanya akan segera bertindak untuk memperbaiki diri. Jika dia merasa tidak bersalah, dia akan mundur –surut, karena dianggap dirinya sudah tidak diperkenan. Namun, sering juga ada orang-orang yang tetap mbeguguk nguta waton (ngeyel, tak bergeming), meski sudah diberi pasemon.
      Sikap seorang Jawa dalam menghadapi orang yang mbeguguk nguta waton adalah dengan cara memanggilnya dan bicara empat mata untuk menunjukkan kesalahan/ketidak sepahaman secara langsung. Cara ini konon banyak dipakai oleh Pak Harto, jika beliau sudah tidak suka dengan menterinya.
      Positifnya, kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah ’tidak lagi Jawa besar.’ Sudah saatnya cara berkomunikasi yang penuh kesopanan yang adi luhung bisa digabungkan dengan komunikasi yang lebih langsung seperti yang digunakan oleh suku-suku lain di luar Jawa.
      Jadi dalam karya-karya Romo ini, tujuannya ialah untuk mengingatkan pembaca agar tahu bagaimana menerapkan humanis dalam kehidupan bermasyarakat. Dan bukan hanya teori melainkan harus juga dengan praktek.
      Terima kasih. Salam ibd..

      Hapus
    3. Citra Theresia Tarigan
      I-C/Theology
      15.10.1230

      Pada pembahasan kelompok 4 dengan judul ”Keberpihakkan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Belada Becak Karya Y.B Mangunwijaya” menurut saya, dan apa yang sudah saya dapatkan juga dikelas bahwa dalam sajian ini mengisahkan tentang cinta segitiga yaitu tokohnya Yusuf, Riri, dan Lilian. Dimana cerita ini dibuat melalui karya Romo Mangun dengan berbentuk novel. Melalui novel karya Romo Mangun ini yang menyinggung Balada Becak mengajak kita untuk menghargai bahwa bukan harta yang membentuk segalanya, tetapi dengan kasih yang datangnya melalui hati. Dengan tokoh seorang pemuda ini yang bernama panggilan Yus, Romo ingin mengubah pandangan pemuda dengan kegengsian. Dari cerita ini, bahwa mengasihi tidak memandang status sosial siapa yang kita ingin kasihi. “Bukanlah status atau materi yang mempersatukan seseorang, tetapi dengan Kasih”. Romo Mangun membangun kepedulian terhadap kaum kasta rendah melalui novel Balada Becak ini. Bahwa dalam cerita Balada Becak yang mengisahkan cinta segitiga ini, golongan tidak mebatasi apapun. Dengan membaca Balada Becak sama halnya dengan kita melihat potret pemuda Indonesia. Yus disini adalah sosok pemuda yang jauh dari kegengsian dan perjuangannya dalam menghadapi kemiskinan begitu gigih. Sama halnya pemuda-pemuda pada masa reformasi yang begitu berjuangnya untuk Indonesia. Dari sikap Yus ini juga mengajak kita sebagai pemuda generasi penerus Indonesia untuk bersikap tegar dalam kondisi apapun. Dan mengajak pemuda yang serba kebutuhan untuk menghargai apa yang ada pada dirinya agar tidak terjadinya kemiskinan. Dan kita juga dituntut untuk melihat bagaimana pemuda dulu memperjuangkan kita, dan kita harus ada tekad dari dalam untuk betul-betul mengubah nasib dari kemiskinan dengan semangat untuk mencari pendidikan yang tinggi. Marilah pemuda Indonesia belajar dari cerita Yus, dan memaknai maksud dari Roo Mangun tersebut melalui novel yang diterbitkannya.

      Terima kasih. salam IBD..

      Hapus
    4. Citra Theresia Tarigan
      I-C/Theology
      15.01.1230
      Pada pembahasan kelompok lima menjelaskan tentang, burung-burung Manyar karangan Yusuf Bilyarta Mangunwijawa ini mengisahkan tentang perjuangan seorang anak yang bernama Teto yang mulai tumbuh dewasa ditengah situasi politik yang tidak menentu. Pada saat itu sedang terjadi perebutan kekuasaan antara Belanda dan Jepang di Indonesia. Situasi ini menuntut semua pihak untuk menyesuaikan diri. Teto yang terbiasa hidup dengan predikat anak kolong harus mengalami suatu kondisi dimana ia dijadikan sebagai letnan KNIL oleh Komandan Verbruggen dari Belanda. Dia berjuang untuk mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia, setiap hari dia melakukan patroli-patroli keamanan bersama serdadu-serdadunya. Kekalahan yang diderita pasukan KNIL Belanda terhadap pejuang Republik Indonesia membuat Teto frustasi. Teto sangat malu kepada Atik dan keluarga. Semangat hidup Teto melemah.
      Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu larasati mengabdi di departemen luar negeri. Karena perasaan malunya itu, Teto memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan mendapat gelar doktor. Setelah tamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer.
      Teto dan Atik sudah bersahabat sejak kecil. Teto hidup tidak bersama kedua orang tuanya. Ibunya, Marice menjadi gundik tentara Jepang sedangkan ayahnya, Kapten Basuki seorang prajurit KNIL hilang ketika perang. Jadi, keluarga Atiklah yang merawat Teto kecil. Atik yang pada awalnya malu mengakui rasa cintanya kepada Tet angathangutan yo pada akhirnya ia mengakui ketertarikannya secara terang-terangan di depan ibunya. Dia juga teringat Larasati, kekasih yang sangat dirindukannya. Semua itu berkecamuk dalam hatinya. Dia merasa malu kepada Larasati dan takut bertemu dengannya. Namun ia sangat merindukanna. Dua perasaan yang saling bertentangan berkecamuk dalam dadanya.

      Terima kasih.. salam IBD

      Hapus
    5. Citra Theresia Tarigan
      I-C/Theology
      15.01.1230
      Dari pembahasan kelompok 6 yang berjudul ”Dehumanisasi Politik Agama di Indonesia”, membahas tentang bagaimana sikap kritis seorang Musda Mulia yang merasa Pemerintah tidak membuat kebijakan pada bangsa Indonesia. Musda Mulia menganggap dan memprotes tentang akan permasalah kolom agama pada KTP. Karena kolom agama di KTP hanya bisa dicantumkan pada agama-agama yang resmi seperti, Kristen, Islam, Khatolik, Budha, Hindu, dan Khonghucu. Pada UUD pasal yang ke 29 E yang berbunyi setiap warga negara Indonesia berhak memeluk dan beribadah menurut ajarannya masing-masing Musda Mulia merasa tidak ada keadilan pada agama-agama yang belum resmi. Musda Mulia adanya dehumanisasi terhadap agama-agama yang belum diakui seperti agama Parmalim Kaharingan dan sebagainya. Jika pemerintah membagikan bahan-bahan pokok atau bantuan miskin atau juga bantuan pada anak yang tidak mampu, pemerintah membuat syarat mereka harus beragama yang sah. Menurut Musda, dari hal ini adanya dehumanisasi pada agama yang belum diakui, dengan mereka harus berdusta pada agama mereka agar memdapat perhatian pada pemerintah. Dari hal ini apa alasan pemerintah untuk tidak mau mengakui agama-agama yang belum diakui tersebut. Menurut saya, saya sependapat dengan Musda mulia yang ingin agama yang belum diakui mendapat perhatian. Dan apa yang salah dari agama mereka sehingga tidak ada izin dari pemerintah untuk tidak mengakuinya. Padahal pemerintah membuat pada UUD pasal 29 E tersebut. Apa sebenarnya kriteria agama yang pantas menurut pemerintah ? mereka juga adalah bagian dari warga negara Indonesia yang patut dan pantas untuk mendapatkan juga perhatian khusus dari pemerintah. Dari hal ini menurut saya, pemerintah diminta untuk bijaksana, kritis dalam hal pernyataan tersebut. Seharusnya pemerintah mengklaim ulang UUD tersebut dalam amandemen untuk tidak menyalahartikan nya bagi masyarakat. Apapun agama mereka kita harus memperhatikan dan tidak boleh mendehumanisasikan mereka. Mereka yang belum diakui agmanya juga ciptaan dan bagian dari Tuhan dan bangsa Indonesia ini.
      Terima kasih. Salam IBD..

      Hapus
  16. Nama : Ipo Sunarsya Malau
    Nim : 15.01.1272
    Kelas : I-C Teologia
    Syalom bagi kita..
    SAJIAN KELOMPOK 2
    Romo Mangun adalah sosok seorang tokoh yang sangat perduli terhadap negara Indonesia ini bahkan dia memperdulikan bagaimana nantinya kelanjutan bangsa Indonesia ini agar menjadi sosok manusia yang humanis. Membentuk jati diri setiap orang bukanlah hal yang mudah bagi seorang Romo, karena walaupun banyak peraturan atau metode yang dilakukan oleh seorang Romo untuk membuat seseorang menjadi manusia yang Humanis, jikalau tidak dihiraukannya maka sangatlah percuma.
    Pada konsep manusia menurut kebudayaan jawa sangat jelas bahwa Pendidikan sebagai sosialisasi tidak melihat anak memiliki nilai tersendiri. Berkepribadian unik dengan status bermartabat sebagai manusia yang harus dihormati. Budaya Jawa sampai saat ini masih terkenal dengan kesopanannya.
    Pada konsep manusia menurut kebudayaan Barat menekankan bahwa tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan melulu ke dunia akhirat. Akan tetapi dihargai sebagai tujuan intrinsik dan sejati pada dirinya , tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat.
    Dalam masyarakat Indonesia ada konsep manusia menurut kontemporer, khususnya sejak Orde Baru berkuasa. Manusia ideal Indonesia yang sering dikemukakan adalah manusia Pancasila bahwa setiap manusia wajib dan harus mematuhi kelima sila dapa Pancasila tersebut. Tetapi terkadang setiap orang khususnya pemuda pada saat ini ada yang kurang perduli pada Pancasila. Seharusnya sebagai generasi penerus seharusnya kita harus bisa menghargai Pancasila sebagai lambang negara.
    Pada ketiga konsep tersebut jelas terlihat bahwa sangat banyak perbedaan dari setiap budaya. Tetapi dibalik keberagaman budaya tersebut kita harus bisa memegang teguh budaya kita dan menghargai budya lain dalam arti kita eksklusivisme dan dibalik keberagaman budaya itu kita juga hars menerapkan Kasih kepada sesama kita. Romo Mangun sangat berharap suatu saat nanti bangsa Indonesia menjadi bangsa yang Humanis, bangsa yang berbudaya.
    Oleh sebab itu kita sebagai generasi penerus, mari kita bangun jiwa manusia yang humanis di dalam diri kita, agar apa yang dicita-citakan oleh Romo Mangun bisa terlaksana dengan baik.
    syalom..
    salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. SAJIAN KELOMPOK 1
      Syalom bagi kita semua..

      Panggilan menjadi seorang pastor adalah jalan yang ditunjukkan Tuhan kepada seorang Romo Mangun.
      Seorang Romo Mangun adalah seorang pastor yang memiliki keterampilan dalam budaya seni. Yang dimana dia memiliki pemikiran yang sangat luas untuk kemajuan negara Indonesia terlebihnya dikalangan pemuda. Pada saat ini jiwa humanisme di setiap jiwa pemuda Indonesia semakin pudar. Untuk itu Romo Mangun membangun sebuah pemikiran agar pemuda-pemuda atau generasi penerus Indonesia ini semakin mempunyai jiwa yang humanis. Seorang pemuda yang lari atau berpindah kepada negara yang lain. di satu sisi positif mungkin dia mau menambah atau memperluas wawasan, di sisi negatif dia akan kehilangan budayanya dan bahkan tanah kelahirannya.
      Sebagai negara Indonesia yang mempunyai jiwa yang humanis harus mempertahankan budayanya.
      Seorang pemuda yang menghargai budayanya akan dihargai juga oleh orang-orang. Begitu banyak budaya di negeri ini tapi yang lebih dituntut yaitu menghargai atau mengetahui budaya kita sendiri. Oleh sebab itu untuk para pemimpin agar lebih memahami atau memperluas pengetahuan tentang budaya.
      Disini dituntut agar pemuda atau generasi penerus untuk lebih mempunyai jiwa yang humanisme religius dan nasionalisme.
      Mempunyai jiwa nasionalisme adalah jiwa yang menghargai negaranya. Apapun dan bagaimana pun negara tersebut kita harus bisa menjaga nama baik negara tersebut. Oleh karena itu mari kita tingkatkan jiwa nasionalisme dan humanisme religius kita.
      syalom..
      salam IBD

      Hapus
    2. UAS BERJALAN KELOMPOK 3
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      Syalom bagi kita semua,,
      Sebuah panggilan tak bisa dihindari, yang namanya pangilan harus tetap dijalankan, begitu juga dengan seorang Romo Mangun yang terpanggil menjadi seorang pastor. Seorang Romo bukan hanya ditugaskan untuk menjadi pelayan Tuhan, tetapi dia ditugaskan untuk menjadi seorang pembebas, istilahnya dia membebaskan orang miskin dari keterpurukan, membangkitkan orang miskin menjadi orang yang lebih sederhana istiahnya kehidupannya semakin meningkat. Dalam hal ini juga seorang Romo dalam melayani bukan hanya untuk orang-orang katolik saja, tetapi secara universal. Sama halnya juga seperti seorang Mother Theresa, yang melayani semua orang dengan secara unuversal.
      Begitu banyak karya Romo yang sangat membangun, baik pun itu membangun pndidikan kita, baik pun itu membangun rasa sosial kita terhadap sesama kita yang kurang mampu. Begitu banyak karya Romo mangun yang mengisahkan tentang cinta, cinta kasih kepada orang lain kepada pencipta, begitu juga dengan Bunda Theresa yang penuh dengan kasih. Dalam sajian ini memang hanya empat saja yang dipaparkan tentang karya Romo, tetapi setelah saya baca ternyata lebih banyak lagi karyanya, dan ada juga yang bertemakan tetang gereja, yang dimana kurangnya perhatian masyarakat dengan gereja, jadi dengan karyanya Romo ini bisa membangun hati kita untuk lebih memberi perhatian, lebih memberi yang terbaik kepada gereja. Romo Mangun pernah berkata bahwa karyanya akan diigat oleh masyarakat Indonesia setelah 17 tahun setelah ia meninggal, dan pada saat inilah kita membahas lagi tentang semua karya Romo tersebut, karena Romo meninggal pada tahun 1999 dan pada tahun 2016 ini kita mengenang Romo Mangun lagi. Masyarakat Indonesia membahas karyanya ini agar adanya perubahan dalam diri setiap manusia terutama kita seorang pemuda seorang generasi penerus.
      Dengan melalui karya-karya Romo ini semakin tinggilah kesadaran dalam diri setiap manusia untuk lebih meningkatka rasa humanismenya. Cinta kasih yang dituangkan Romo dalam karyanya menunjukkan betapa penuh kasih, betapa penuh cinta Tuhan Yesus kepada kita, dia rela mempertaruhkan nyawanya untuk keselamatan kita. Walaupun karyanya kebanyakan menceritakan tetang percintaan tetapi tetap selalu terarah ke hal yang positif, karena rasa cinta bukan hanya dituju kepada seorang kekasih saja.
      Untuk mewujudkan cita-cita Romo dalam pembangunan ini, kenapa tidak kita melakukan semua cita-citanya, karena semua karyanya tidak pernah sia-sia bila dilakukan dengan serius. Untuk itu mari kita mulai mengasihi sesama kita, seperti orang pinggiran, mari kita memberi mereka seperti buku-buku kita baju-baju kita, karna bagaimanapun juga mereka adalah saudara kita juga. Karna selama ada pada kita mengapa tidak kita memberi, mengapa tidak kita mengasihi mereka, karna mereka tetap saudara kita sekalipun mereka beda agama, beda suku atau yang lainnya, kita tetap satu di dalam Tuhan Yesus Kristus.
      Syalom..
      Cahyo IBD,,

      Hapus
    3. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      Syalom bagi kita
      Sajian kelompok III
      Topik: “Keberpihakan Pada Kaum Miskin, Konteks Yang Melatarbelakangi Dan Gambaran Kaum Miskin Dalam Balada Becak Karya Y.B. Mangunwijaya”
      Tokoh Yusuf adalah seorang pemuda pendayung becak, dan dia juga bekerja di bengkel las, dia tidak pernah letih dalam pekerjaannya itu, Lilian adalah seorang gadis mahasiswa UGM yang disukai Yusuf, Riri adalah seorang gadis yang menjadi langganan becak Yusuf dan Riri juga tertarik keada Yus.
      Yusuf adalah seorang pemuda yang tidak mau bergantung kehidupannya pada orang lain, istilahnya dia mau bekerja baik pun itu kerja di bengkel maupun pendayung becak. Kemiskinan bukanlah hal yang menghambati kita untuk menuju hidup bahagia, karena selama kita mampu dan mau terus bekerja serta menerima keadaan dengan kita dengan lapang dada mengapa tidak kita terhindar dari kemiskinan dan diblik itu juga kita berserah pada Tuhan.
      Di balik novel Romo ini mengajarkan kita untuk hidup mandiri, yang dimana jika kita bersabar dalam segala keadaan kita maka semua yang kita inginkan kemungkinan akan tercapai. Romo Mangun menciptakan novel BB ini yang berisikan tentang jalinan cinta yang dimana kemungkinan dia berfikir jika novel ini bercerita tentang cinta maka akan banyak pemuda yang menyukai novel ini dan melakukan hal yang baik dari novel tersebut. Disini juga Romo Mangun mengajak kita untuk lebih memperhatikan saudara-saudari kita yang kurang mampu. Contohnya seperti orang yang di pinggir jalan, kita memperhatikan mereka dengan cara memberi mereka peluang untuk bekerja, kita jangan memberi uang kepada mereka, supaya mereka tidak ketagihan, supaya mereka tidak semakin malas.
      Disini tokoh Yus mengajarkan kita kepada satu kata yaitu “Kesabaran”, kesabaran dalam segala hal, terlebihnya itu di bidang ekonomi. Becak adalah salah satu alat untuk kita dalam melihat kehidupan kita nantinya, karena kehidupan kita akan seperti roda becak yang selalu berputar. Ada saatnya yang kaya di atas ada saatnya yang miskin di atas, untuk itu roda kehidupan ini selalu berputar.
      Banyak karya Romo yang menceritakan tentang pembelaannya terhadap kaum miskin, dia ingin agar kita atau pemerintah untuk lebih memperhatikan kaum miskin. Oleh sebab itu pada 15 tahun yang lalu Romo menginginkan agar semua karyanya dikenang lagi. Dan oleh karena itu Romo mengajak kita para para pemuda-pemudi untuk memperhatikan kaum miskin ini. Bukan hanya emerintah yang memperhatikan mereka, kita juga harus ikut ambil bagian dalam mengatasi hal ini. Oleh sebab itu mari kita buktikan bahwa dengan kita mempelajari IBD kita dapat membantu saudara-saudari kita untuk bangkit dari kemiskinan.
      Terimakasih
      Syalom . Cahyo IBD

      Hapus
    4. Nama: Ipo Sunarsya Malau
      Kelas: I-C/Theologi
      Nim: 15.01.1272

      Kelompok 5 "si pengembala cerita"

      Berbicara tentang Romo Mangun, kemungkinan bukan hal pertanyaan lagi dalam benak kita siapa itu YMB yang lebih kerap di panggil dengan sebutan Romo Mangun. Romo adalah seorang pastor yang mengemban tugas sebagai seorang pengembala manusia, tetapi dengan talenta yag diberikan Tuhan padanya membuatnya untuk menjadi seorang pengembala cerita, dan dengan ceritanya tersebut banyak membangu, terutama di kalangan menengah ke bawah.
      Dari semua karya Romo, kebanyakan adalah luapa isi hati terhadap negara ini untuk kedepannya lagi, seorang Romo tidak mau jika negara ini semakin merosot rasa humanisnya, semakin merosot kepeduliannya. Seperti pada sajian kelomok 5 ini yang mencontohkan novel Manyar dan Burung-burung Rantau, yang dimana novel ini menceritakan keberanian untuk membebaskan kaum miskin dari kemiskinan. Kurangnya jalinan perhatian trhadap kaum miskin adalah hal yang selalu di perdebatkan oleh para pemimin negeri ini.
      Dengan novel Romo ini semakin terlihatlah rasa keperdulian antar sesama agar mereka juga bisa bahagia, karena banyak diantara mereka yangtidak bisa seperti kita. Bukan hanya orang miskin di Jakarta saja yang harus diperhatikan, atau kota Jakarta kota sungai, tetapi orang-orang yang dipelosok juga membutuhkan perhatian masyarakat. Segala sesuatu yang di perbuat Romo adalah untuk kebaikan negara ini untuk menuju ke hal yang lebih baik lagi.
      Banyak penduduk di pelosok-pelosok desa yang kurang memperhatikan keadaan masyarakatnya baik pun itu ada kemiskinan atau sebagainya. Begitu banyak hal-hal yang diutarakan soerang Romo dalam novelnya, tetapi apakah itu sudah ada yang dilaksanakan oleh pemimpin negara ini? Inilah pertanyaan besar yang sering timbul di benak pembaca novel ini. Untuk itu kita sebagai orang yang telah mengetahui bagaimana cerita atau bagaimana isi dari novel Romo tersebut. Mari sekarang kita bangun rasa humanisme kita kita rasa nasionalisme terhadap saudara kita yang berada di kelas menengah kebawah. Mari kita arahkan perhatian kita terkhusus untuk orang-orang berada di kalangan atas untuk memperhatikan saudara kita yang dikalangan menengah kebawah. Agar negara kita ini dari yang berkembang menjadi negara yang maju, dan mari kita berikan perhatian kita juga untuk mereka karea kita sama di hadapan Tuhan tidak ada bedanya. Oleh karena itu mari kita gunakan karya Romo Mangun ini demi kebaikan negara kita.
      Terimakasih......
      Syalom.. cahyo IBD

      Hapus
    5. Nama: Ipo Sunarsya Malau
      Kelas: I-C/Theologi
      Nim: 15.01.1271
      Syalom..
      UAS Berjalan kelompok VI
      “Topik: Dehumanisme Politik Agama di Indonesia”
      Kita adalah keturunan nenek moyang kita yang lahirnya dari kebudayaan, kita terlebih dahulu mengenal budaya dari ada agama. Di Indonesia ada 6 agama yang sah atau ada 6 agama yang diakui, dan diantaranya adalah agama Hindu, Buddha, Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Kong Hu Cu. Yang dimana kita tahu bahwa bukan hanya ke enam kepercayaan itu yang dianut oleh masyarakat Indonesia, karena masih ada banyak lagi kepercayaan yang dianut oleh saudara kita yang lainnya, contohnya: agama parmalim. Setiap agama yang kita anut adalah agama yang kita percaya yan akan menyelamatkan kita, begitu juga dengan mereka yang agama parmalim.
      Kolom agama yang tercantum dalam pada KTP, yang dimana hanya ke-6 agama tersebut yang tertera dan yang di akui, jika ada orang yang agamanya tidak tercantup pada kolomtersebut, maka secara terpaksa dia harus memilih salah satu agama tersebut, nah bagaimana dengan agama saudara kita yang yang parmalim? Apakah kita rasa bahwa agama mereka bukan agama yang benar?
      “Walaupun berbeda tetapi tetap satu jua”, adalah makna dari Bhineka Tunggal Ika, dan setiap orag harus menerima simbol ini, agar tidak ada perbedaan. Walaupun kita berbeda agama, ras, suku, dan sebagaianya kita tetap satu tiada beda dan dengan perbedaan tersebut kita bisa mencitakan suatu rasa topang-menopang antara sesama.
      Telah tercantum juga pa UU bahwa adanya kebebasan bagi setiap orang, kebebasan beragama, kebebasan beribadah menurut keyakinan kita, jadi mengapa tidak jika bukan hanya ke-6 agama tersebut saja yang ada pada kolom KTP, tetapi ada kebebasan orang untuk menuliskan agamanya pada kolom tersebut secara bebas.
      Sebelum para missionaris datang memberitakan Injil ke Indonesia, terkhususnya pada tanah Batak, orang batak buta akan agama, jadi tidak salah bila ada orang batak yang menganutnya, karena kita tidak tau apakah agama mereka benar atau tidak, dan mereka menyembah tuhan mereka dengan sebutan Mula Jadi Nabolon.
      Seorang anak yang rumahnya dibukit yang jauh dari gereja yang selama ini dia anut, menyebabkan dia untuk meninggalkan gerejanya dan akhirnya dia memilih untuk menganut agama parmalim yang dekat dengan rumahnya dan juga agama yang di anut oleh orag tuanya terlebih dahulu. Pada kejadian inilah yang dikatakan kebebasan dalam beragama, bebas untuk memeluk dan bebas dalam beragama sesauai dengan agama yang dianutnya.
      Dengan kebebasan orang untuk menentukan agama mereka, mereka juga harus bisa menerima agama orang lain, menghargai agama orang lain tapi tetap teguh dalam pendirian mereka. Oleh sebab itu kita juga harus bisa menerima agama mereka, kita jangan ada perbedaan dalam segala perbedaan. Dengan itu kita jangan memberi pendapat atau menjugde orang itu bahwa agama mereka itu bukan agama yang benar. Oleh sebab itu mari kita terapkan makna Bhineka Tunggal Ika, agar tidak ada pembatasan antara agama karena kita tetap satu. Terimakasih.
      Syalom..
      Cahyo IBD

      Hapus
    6. Nama : Ipo Sunarsya Malau
      Nim : 15.01.1272
      Kelas : I-C/Theologi

      Topik: “ Agama Pluralisme dan Reaktualisasi”
      Syalom,,
      Pluralisme adalah keterbukaan dan kebaikan hati terhadap agama-agama lain terutama tuntutan agama dari umat Kristiani. Pluralisme itu adalah orang yang bisa menghargai setiap ajaran agama lain, menerima keyakinan, kebenaran agama orang lain, dan menganggap semua agama itu benar tana terkecuali. Agama Katolik adalah salah satu agama yang menonjolkan pluralismenya, yang dimana mereka tidak pernah membeda-bedakan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya, dan mereka selalu menganggap bahwa agama orang lain juga benar, mereka juga menerima agam lain tanpa mengikuti agama orang lain, istilahnya mereka tetap dalam pendirian mereka. Agama saksi jahowa adalah agama yang banyak orang berpandangan buruk terhadap agama ini, yang dimana agama ini dianggap tidak benar karena menurut orang ajaran agama ini adalah ajaran sesat. Tetapi, siapa yang tahu kalau agama saksi jahowa itu agama yang salah, kita sebagai umat beragama yang mempunyai nilai-nilai kemanusiaan, kita dituntut untuk selalu tidak membeda-bedakan agama kita dengan agama orang lain. Tuhan Yesus datang kedunia untuk menebus dosa dunia, Tuhan Yesus datang kedunia bukan hanya untuk dosa agama Islam, Kristen, Buddha, Hindu, Parmalim, atau agama Tradisi. Contoh agama tradisi, kita lahir bukan dari agama tetapi kita terlahir budaya, otomatis masih banyak saudara kita yang masih menganut agama tradisi, karena kemungkinan mereka nyaman dengan agama mereka, atau mungkin juga mereka belum tau atau belum mengenal apa itu agama. Tetapi, pada saat ini banyak jemaat yang lari dari agamanya, salah satu faktor yang menyebabkan itu ialah, kurangnya perhatian terhadap jemaatnya, kemungkinan juga adanya pemberbedaan dirinya dari yang lain, kemungkinan juga dari faktor ekonomi. Banyak agama hanya mementingkan kemajuan agamanya sendiri tanpa menghiraukan jemaatnya, akibatnya jemaat tersebut mencari agama yang nyaman untuk dia anut. Begitu banyak agama di Indonesia, ada 6 agama yang diakui di Indonesia ini, tetapi banyak orang tidak setuju akan hal tersebut karena masih banyak lagi agama yang pantas diakui di Indonesia ini. Karena negara kita ini penuh dengan kebudayaan, oleh sebab itu kita di tuntut untuk tidak membeda-bedakan agama kita dari agama orang lain. Indonesia adalah negara yang bersimbolkan Bhineka Tuggal Ika “walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua” yang berarti walaupun kita berbeda agama, ras, suku, budaya kita tetap satu tanpa membeda-bedakan. Kita sebagai generasi penerus, mulai saat inilah kita bangun rasa pluralisme kita, rasa menghargai, terutama agama, mari kita menghargai agama orang lain kita meyakini juga bahwa agama orang lain itu adalah agama yang benar juga, tanpa menganutnya. Oleh karena itu mari kita membuka hati kita, untuk menerapkan perkataan Paul F Knitter yang “satu bumi banyak agama” dan kita tahu bahwa dari kalimat tersebut, walaupun kita banyak agama tetap kita berada dalam satu atap di bumi ini. Dan oleh perkataan Knitter tersebut mari kita terapkan dalam diri kita, dan membangun Pluralisme, Inklusivisme dan lali sebagainya yang mengandung makna positif, karena kita satu di dalam Yesus.
      Trimakasih.. Syalomm
      Cahyo IBD…..

      Hapus
  17. RIAHTA SARAGIH
    1-C/THELOLOGI
    15.01.1309
    Syalom....
    Dari bahasan sajian kelompok 1 yang dapat saya simpulkan adalah ; Romo Mangun menyetujui pendapat Rudolf Otto yang mengatakan manusia adalah mahkluk religius, maksud religius disini bukan hanya tentang agama tetapi saling ketergantungan yang satu dengan yang lain. Romo Mangun adalah seorang Pastor dan memiliki talenta-talenta, dia juga membangun nilai kemanusiaan pada setiap orang dan Romo juga membangun nilai kepedulian terhadap agama lain,bukan hanya itu Romo juga ingin membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan berkeadilan benar. Kita penting mempelajari "Humanisme Religius Dan Nasionalisme Yang Terbuka" ini agar kita kelak walaupun menjadi seorang Pendeta kita tidak hanya memikirkan agama kita saja tapi kita juga dapat merespon dan memghargai agama orang lain dan kita juga dapat menerapkan nilai pemanusiaan terhadap sesama kita. Dalam Pancasila Humanisme dapat dihubungkan dalam sila kedua dan agama dihubungkan dalam sila pertama, dan hubungan dari kedua ini kita harus bersifat terbuka terhadap masa depan kita, dalam sistem pendidikan antar murid dan guru setidaknya bisa diperbaiki untuk dapat membangun kerja sama yang baik. Humanisme disini bersangkutpaut membicarakan tentang keharmonisan antara umat beragama, disini kita diajarkan untuk menghargai perbedaan setiap agama dan Humanisme juga berbicara tentang kenenaran dan keadilan. Dan Humanisme disini menjadi jembatan untuk memperdamaikan agama yang berbeda,kita sebagai penerus bangsa perlu menerapkan ajaran Pendidikan tentang Humanisme agar kita bisa membawa perdamaian kemasing-masing agama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. RIAHTA SARAGIH
      1-C/THEOLOGI
      15.01.1309
      UAS BERJALAN KELOMPOK 2 "Manusia Humanis Menurut Romo Mangun"
      Pada pembahasan ini,disini kita bisa mencontoh Romo Mangun yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi kepentingan masyarakat Indonesia terkhusus dalam bidang pendidikan anak miskin, disini bisa kita lihat sisi positif dari Romo yang dapat ditiru. yang saya ketahui dalam pembahasan ini Romo Mangun ataupun Y.B Mangunwijaya membagi beberapa konsep tentang kemanusiaan yaitu Konsep Manusia menurut Kebudayaan Jawa, Konsep Manusia menurut Kebudayaan Barat, Konsep Manusia Indonesia Kontemporer, dari ketiga ini dapat diambil nilai positif yaitu kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari menggiring sianak dan memupuk tunas-tunas muda ke pengintegrasian diri dalam seluruh gugusan adat-istiadat dan kebudayaan orangtua serta nenek moyang secara tradisional, dan tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan melulu ke dunia akhirat, akan tetapi dihargai sebagai tujuan intrinsik dan sejati pada dirinya , tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat, juga jiwa rohani itu merupakan kekhususan manusia dan menempatkannya sebagai pribadi. dari ketiga ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita masing-masing untuk menutupi kekurangan masing-masing. diluar itu ada juga konsep menurut Romo yaitu Pasca-Indonesia atau pasca-Nasional dan Pasca-Einstein dan dapat menerapkan sistem Humanisme didalam diri kita.

      Hapus
    2. UAS BERJALAN KELOMPOK 3
      1-C/THEOLOGIA
      15.01.1309
      SYALOM,,
      yang saya ketahui dalam judul "PASEMON" Dalam Sastra Karya Romo Mangun yaitu, Pasemon adalah ungkapan atau ucapan untuk menunjukkan kepada peristiwa sejarah, dongeng maupun mitos. ada 4 karya Romo Mangun Mangun seperti; Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, Burung, burung Rantau, dan keterkaitan dalam keempat novel ini ialah ada ideologi yang sama yakni kemerdekaan. Dalam novelnya kita diajak untuk menerapkan keberanian pada diri kita, dan menerapkan humanisme pada diri kita, itu lah maksudnya kemerdekaannya. Romo Mangun ini adalah seorang Pastor, dia juga memiliki talenta-talenta, selain seorang Pastor dia juga adalah seorang arsitek, seorang humanis, seorang sastrawan, dan juga seorang budayawan. Walaupun Romo seorang pastor dan memiliki banyak talenta serta memiliki karya-karya, dia hanya ingin membangun nilai humanisme pada setiap orang. Dan Romo Mangun tidak pernah ingin menjadi besar,tetapi memang jiwanya terpanggil untuk memperdulikan manusia melalui cerita-cerita sastra. Mangun wijaya hanyalah seorang yang perduli kepada kaum miskin, artinya dia tidak tahan jika melihat orang kelamaan menderita. tetapi Romo Mangun tidak membuat orang miskin menjadi mewah, tetapi membuat orang miskin mempunyai martabat dan juga faasilitas yang layak. Dalam Teologia Kristen disebut : Allah berinkarnasi, artinya Allah yang mau menjadi manusia.

      Hapus
    3. RIAHTA SARAGIH
      1-C/THEOLOGI
      15.01.1309
      UAS BERJALAN KELOMPOK 4 " Keberpihakan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Belada Becak Karya Y.B Mangunwijaya"
      Romo Mangun disini menyadarkan kita agar kita perduli terhadap orang pinggiran ataupun orang lemah. Orang pinggirannya seperti; tukang necak, pedagang barang bekas, sopir colt, pencari batu-batu dikali, petani gurem yang tidak bersawah, dan anak jalanan yg biasa disebut orang gembel.Romo sangat berpihak pada rakyat kecil. Romo juga mengajak kita untuk membantu dan menolong saudara kita yg kurang mampu. Jangan melantarkan atau tidak memperdulikan kaum lemah tetapi kita buatlah mereka menjadi sama seperti saudara kita. Novelet Belada Becak dibagi menjadi 7 yaitu; bagian pertama berisikan tentang lelaki SMA yang kebiasaan nya mengkhayal dan melamun dan dia menyukai seorang gadis tetapi dia putus asa dikarenakan lelaki ini merasakan dia mahasiswa yg beda dengan gadis itu. Bagian kedua berisikan ketika lelaki yg bernama Yus ini menjenguk Pak Kario dan Pak Kario mengeluh karna tidak mampu menyekolahkan anaknya. Bagian ketiga berisikan seorang Riri yang merindukan Yus tetapi Bu Dullah tidak setuju Riri menyukai Yus dikarenakan Yus hanya lah seorang tukang las. Bagian keempat berisikan disini Riri cemburu melihat Yus yang sedang berbicara dengan Lilian di suatu kota. Bagian kelima berisikan Yus mengkhayal lagi tentang Lilian. Bagian keenam berisikan tentang Yus terkena tembakan karna memergoki maling. Bagian ketujuh berisikan akhirnya keluarga Yus dan Bu Dallih menyetujui hubungan Yus dengan Riri.
      Romo disini sangat berpihak pada kaum miskin karna dasarnya manusia adalah makhluk sosial yg tidak dapat hidup sendiri dan sangat ketergantungan terhadap yg lain. Mangunwijaya dalam karya nya Belada Becak, Romo berpendapat "keluarga bukan menghancurkan martabat dan Kemiskinan tidak menjadi alasan apa dia tidak menjadi bermartabat tapi tetap bekerja dan menghargai orang."

      Hapus
    4. RIAHTA SARAGIH
      1C/THEOLOGI
      15.01.1309

      UAS BERJALAN KELOMPOK 5 "Si Penggembala Cerita"

      YMB yang dikenal dengan panggilan nya Romo Mangun dan yang populer oleh novel-novelnya. Disini Romo ingin mengajak kita untuk berimajinasi, berkemauan untuk menarik suatu arti yang dalam, dan setiap karya dibuat lambang agar mengajak kita untuk lebih dapat menikmati cerita ersebut, karena itulah Romo disini disebut sebagai Si Penggembala Cerita. Si Penggembala Cerita atau pu Romo Mangun dalam setiap novelnya mengantarkan pesan-pesan berkaitan dengan misi manusia. Dalam novelnya juga kita bisa mengenal kebenaran dan agar orang mengetahui apa yang harus diputuskan dalam keadaan tertentu. Selain sebagai Si Penggembala Cerita dia juga begitu menerapkan nilai humanisme pada setiap karya-karya nya. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kita diajak dengan memberikan motivasi agar mengalami perubahan. Dari ketiga nilai kemanusiaan yaitu kebenaran, keadilan, dan kebaikan, semua nilai menonjol pada novelnya, tapi yang sangat paling nampak yaitu nilai kebaikan. Romo memperlihatkan bagaimana hati nuraninya. Romo Mangun tak pernah bermimpi menjadi besar tetapi dia menjadi sangat besar dalam pandangan orang-orang yang menemukan prinsip humanisme dalam diri Romo Mangun Wijaya. Disini "Romo Mangun hanyalah sebagai 'Yesus kecil' karna Yesus juga memakai sastra (perumpamaan atau lambang).

      Hapus
    5. RIAHTA SARAGIH
      1-C/THEOLOGI
      15.01.1309

      UAS BERJALAN KELOMPOK 6 “ DEHUMANISME POLITIK AGAMA DI INDONESIA”
      Bangsa Indonesia mempunyai slogan “Bhineka Tunggal Ika”, keberagaman terlihat nyata dalam etnisitas, agama, kepercayaan, warna kulit, bahasa, dan tradisi, semua itu menjadi modal sosial yang penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara. Keberagaman agaman adalah sebuah keniscahyaan yang tidak dihindari, apalagi diingkari. Perlukah Kolom Agama dalam KTP? Pemerintah Jokowi mengajukan kebijakan baru, boleh mengosongkan kolom agama di KTP bagi penganut diluar enam agama dan berlaku bagi semua warga. Tetapi tentang kebijakan pemerintah tersebut bertentangan dengan semangat humanisme, juga tidak sejalan dengan spirit Pancasila dan Konstitusi. Bhineka Tunggal Ika melatarbelakangi adanya prinsip kebebasan beragama dalam konstitusi, artinya kekuasaan untuk memilih dan bertindak seseorang dan tujuannya semata untuk melindungi martabat manusia. Ada delapan yang mencakup hak kebebasan beragama atau keyakinan dalam berbagai dokumen HAM yang memiliki pengertian luaas yaitu; kebebassan internal, kebebasan eksternal, prinsip tidak ada paksaan, prinsip nondiskriminatif, mengakui adanya hak orang tua atau wali, kebebasan agama atau status legal, adanya pembatasan yang diizinkan pada kebebasan eksternal, dan prinsip nonderogability (tidak ada pengurangan). Jika berpindah agama hendaknya dipahami sebagai suatu proses pencarian atau penemuan kesadaran baru dalam beragam. Pembatasan Hak Kebebasan Beragama bertujuan untuk menangkal ancaman terhadap keselamatan atas kehidupan, integritas, kesehatan warga negara atau kepemilikan mereka. Salah satu bentuk upaya konkret untuk mengikis dehumanisme dalam bidang agama adalah menegakkan prinsip pluralisme agama. Untuk itu humanisme kebijakan pembangunan bidang agama mutlak diperlukan. Bagi Romo Mangun, humanisme adalah cita-cita dasar berdirinya negara Indonesia. Semua kebijakan pemerintah seharusnya berujung pada upaya pemenuhan dan perlindungan HAM sebagai negara yang merdeka, pada gilirannya membawa kepada kesebaikan dan kesejahteraan hidup sebagai bangsa Indonesia. Politik agama membicarakan tentang permasalahan dan membahas cara mengatasinya indonesia terdiri dari enam agama yang berbeda. Setiap orang bebas dalam memeluka agama, sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing. Seharusnya agama adalah jembatan membangun perdamaian itu.

      Hapus
    6. RIAHTA SARAGIH
      I-C/Theologi
      15.01.1309

      UAS BERJALAN KELOMPOK 7 "AGAMA DAN PLURALISME"

      Dari pandangan Kristiani Pluralisme dalam arti yang sebenarnya sebagai keterbukaan dan kebaikan terhadap agama-agama lain dituntut dari umat Kristen. Disini maksudnya khusus kita orang kristen diajak untuk saling terbuka terhadap agama lain, atau saling menerima agama lain, artinya menerima kita menghargai agama orang lain. Dan dalam Rektualisasi Pancasila, dalam pancasila bangsa Indonesia secara resmi sepakat bahwa dalam kesatuan negara republik semua warga sama saja menjadi warga negara, dengan kewajiban dan hak-hak yang sama tanpa dibedakan menurut agama. Dihubungkan ke semboyan kita Bhineka Tunggal Ika "walaupun berbeda-beda tetapi satu jua". artinya walaupun berbeda agama tapi tapi dalam pancasila kita tetap satu warga negara. Rektualisasi Pancasila lantas berarti bahwa semua nilai pancasila diaktualisasikan kembali. Maka pluralisme adalah inti dan dasar kesediaan rakyat nusantara untuk hidup bersama. Disini dikatakan agama menjadi salah satu titik lemah bangsa indonesia. contohnya dalam hal beribadah yanh sering saling mengejek dan menjatuhkan agama orang lain dan tak bisa saling melindungi malah membiarkan kekerasan terjadi. Fungsi Negara disini seharusnya membina masyarakat supaya saling menerima. Sebenarnya kita dikasih kebebasan dalam memilih agama, kebebasan beragama sama sekali tidak dapt dibatasi atas dasar bahwa ada orang atau kelompok atau umat lain yang tidak menyetujui ajaran atau ibadat mereka, entah mereka yang tidak setuju merupakan mayoritas atau minoritas, oleh sebab itu karena kita sudah dikasih dalamm hal bebas beragama kita harus mampu menghargai agama orang lain, harus bisa saling menghormati agama orang lain. Dalam agama juga sering terjadi kekurangan; pertama; kekerasan komunal yang merupakan kesukuan, kebudayaan, atau agama. Yang melatarbelakangi konflik komunal ialah situasi yang tertekan, terancam, dan persaingan yang keras. Kedua; kekerasan bermotivasi agama yaitu kekerasan yang mengkhawatirkan karna menindas , menupas atau meniadakan mereka yang berkeyakinan lain. Dalam kekerasab itu perlu adanya penyembuhan keagamaan yaitu dengan rendah hati dan menyerahkan penilaiaan akhir pada sang pencipta.

      Hapus
  18. Nama : Emisura Novelia Br Tarigan
    Ting/Jur : 1-C/Theologi
    NIM : 15.01.1252

    Pada pembahasan kelompok 1 yang membahas tentang HUMANISME RELIGIUS DAN NASIONALISME TERBUKA, tokoh Romo Mangun yang menjadi pelopor dalam pelajaran kita pada semester 2 ini dalam mata kuliah IBD membuka pemahaman baru bagi mahasiswa/mahasiswi STT Abdi Sabda dalam hal terutama pembahsan nilai-nilai kemanusiaan.Pada pembahasan ini saya memberi tanggapan bahwa pendidikan adalah dasar utama dalam memberi pemahaman tentang nilai - nilai kemanusiaan. Sekarang ini kita lihat bahwa pendidikan hanya sekedar simbol bagi pelaku pendidik dan naradidik. Banyak sekarang pelaku pendidikan tidak memiliki nilai-nilai dari kemanusiaan dan tidak bermoral. Tetapi pendidikan telah mengajarkan hal tersebut, hanya saja pelakunya cukup mengetahui teorinya saja tidak melaksanakan prakteknya. Sedangkan Roma Mangun mengajarkan kita harus bertindak secara praktek bukan mengetahui teori saja.Sehingga pendidikan bukan jalan baru untuk menyelesaikan masalah nilai-nilai kemanusiaan. Dan dalam pendidikan juga banyak mengajarkan tentang nasionalisme. Nasionalisme adalah cinta tanah air, sebaiknya kita juga melandaskan hal tersebut dalam pendidikan, agar terlebih dahulu kita menghargai bangsa dan negara ini sebagai penerus bangsa.Dalam Humanisme juga menjadi jembatan dalam segala perbedaan agama, dan pendidikan juga sangat penting dalam menerap humanisme religius, misalnya dalam pendidikan agama kristen, dan agama lainnya dalam pendidikan formal dan nonformal. Namun daripada itu kembali pada diri sendiri, agar kita dinilai sebagai manusia yang telah memiliki nilai kemanusiaan dan moral yang baik dari segala tingkah laku, ucapan, dan pemikiran kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Emisura Novelia Br Tarigan
      Ting/Jur :1-C/Theologi
      NIM : 15.01.1252

      Pada pembahasan kelompok 2 tentang Manusia Humanisme Menurut Romo Mangun, dalam bahasan ini di jelaskan bahwa banyak konsep-konsep kemanusiaan menurut Romo. Setiap konsep yang dijelaskan adalah realita nyata yang sebenarnya pada konsep tersebut.Maksud dan tujuan stiap konsep ada, dan mengarah setiap manusia untuk memiliki nilai Humanisme, biarpun adanya perbedaan. Pebedaan yang dapat dilihat dari dalam negara ini yang bandingkan dengan negara luar. Setiap negara mengharap agar negaranya memiliki nilai Humanisme baik, khususnya negara kita. Tetapi jika negara itu tidak saling menghargai didalamnya maupun dalam hal menghargai sejarah dan pemerintahan ini, tidak akan ditemukannya nilai Humanisme antara pemimpin bangsa dan rakyatnya. Semuanya itu kembalilah pada kita, kita ,mulai dari diri kitalah kebaikan itu harus dimunculka, baru kesadran yang melihat akan muncul.

      Hapus
    2. Nama : Emisura Novelia Br Tarigan
      Ting/Jur :1-C/Theologi
      NIM : 15.01.1252

      Pada pembahasan kelompok 3 yang membahas tentang " Pasemon " dalam sastra karya Romo Mangun, karya-karya Romo itu dituliskannaya melalui novel yang berlatarbelakangkan Kitab Suci. Romo mampu mengikuti keadaan dan waktu yang sedang terjadi, dalam hal itulah Romo mampu menarik perhatian dalam hal untuk kembali mau mengenal Tuhan dari Kitab Suci khususnya. Dan dalam hal ini para generasi mudalah yang paling cocok dengan adanya novel yang belatarbelakangkan Kitab Suci, sebab para generasi muda sudah terpengaruh akan zaman modern sekarang.
      Dari karya-karya Romo diajarkan banyak tentang nilai-nilai kemanusiaan, tentang menghargai nilai nasionalisme.Jadi diharapkan dari pembelajran Romo ini nilai-nilai kemanusiaan semakin berkembang dan akan menjadiakn kita manusia yang bermoral dan berpendidikan.

      Hapus
    3. Nama : Emisura Novelia Br Trg
      Ting/Jur : 1-C/Theologi
      NIM : 15.01.1252

      Pada pembahasan kelompok 4 yang membahas tentang keberpihakan pada kaum miski, konteks yang melarbelakangi dan kaum miskin dan balada becak ktya Romo Mangun.Bahwa dalam karya tersebut dijelaskan tentang potret pemuda di Indonesia. Dalam karya ininya ini dijelaskan bahwa Romo Mangun ingin mengajak kita untuk memerangi kemiskinan, kekurangan, dan kebodohan. Dalam hal ini Romo bukan hanya berpihak pada orang miskin, namun Romo ingin mengangkat harkat dan martabat para kaum orang miskin. Bukan berarti dalam hal ini Romo ingin membuat orang miskin menjadi bermalas-malasan tetapi Romo sangat memberi perhatian pada kaum miskin, agar orang- orang yang sekeliling atau disekitarnya kaum miskin juga dapat memberi perhatian juga. Dalam hal ini juga Romo bukan mau pandang bulu terhadap kaum miskin, jika ia ingin pandang bulu terhadap kaum mskin tersebut, maka ia akan memilih-milih atau hanya mementingkan kaum miskin yang ia kenal, atau yang masih punya hubungan keluarga dengan dia. Dalam karyanya ini juga ia me jelaskan dalam novelnya tentang kisah kemerdekaan bagi orang-orang yang merantau. Dalam ini novelnya ini juga di jelaskan pemuda yang berkarakter kuat dan ada bernilai romantika dalam kisah percintaan, karena setiap manusia pasti memili pasangan yang terbaik yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Jadi karyanya ini sangat baik dan memp unyai nilai - nilai kemanusiaan untuk dapat kita kembangkan pada zaman yang semakin kritis.

      Hapus
    4. Nama : Emisura Novelia Br Trg
      Ting/Jur : 1-C/Theologi
      NIM : 15.01.1252

      Pada pembahasan kelompok 5 yang berjudul tentang “Si Pengembala Cerita” dijelaskan bahwa Romo Mangun membuat novel-novel yang berlandaskan tanpa pembatas ruang dan waktu. Romo Mangun membuat novel-novel tersebut dari berbagai keadaan kehidupan yang disekelilingnya. Dari novel-novel tersebut banyak dibuat Romo Mangun banayak membuat lambang-lambang agar mengajak pembaca membuka wawasan serta pengetahuan mereka. Wawasan dan pengetahuan yang timbul membuat hal baru bagi kita pembaca akan maksud dan tujauan Romo Mangun membuat karya-karyanya. Dalam hal ini, karya – karyanya juga menuntut agar manusia dapat menghargai nilai kemanusiaan. Dan dari berbagai karya dan pemahamannya tentang nilai-nilai kemanusiaan, Romo Mangun tak pernah bermimpi menjadi besar, tetapi dia menjadi sangat besar dalam pandangan orang-orang yang menemukan humanisme diri Romo Mangun. Dalam hal itu bahwa kita dapat meneteladani Romo akan prinsip hidupnya yang tidak menonjol diri atas kemampuan yang ada pada dirinya. Serta Romo Mangun di ibaratkan sebagai Yesus kecil, sebab Yesus mengajar banayak orang dengan perumpamaan-perumpamaan atau lambang.

      Hapus
    5. Nama : Emisura Novelia Br Trg
      Ting/Jur : 1-C/Theologi
      NIM : 15.01.1252

      Pada pembahasan kelompok 6 yang membahas tentang Dehumanisme Politik Agama di Indonesia. Pada pembahasan ini dibahas tentang perbedaan dalam agama yang dibawa kedalam arena politik agama. Sehingga terjadi banyak diskriminasi dalam agama yang tidak resmi di Indonesia ini. Dan yang perlu yang dipertanyakan apakah perlu kolom KTP itu? Presiden Jokowi mengajukan kebijakan baru, yaitu boleh mengosongkan kolom KTP pada penganut di 6 agama resmi. Hal itulah yang menyebabkan banyak penganut agama diluar 6 agama resmi membohongi kepercayaan mereka tentang Tuhan nya. Hal ini membuat sikap diskriminasi semakin berkembang. Tetapi pada slogan bangsa Indonesia dikatakan “Bhineka Tunggal Ika, walau beragam tetapi tetap satu. Itu hanya slogan saja, tidak ada prakteknya di kehidupan berbangsa dan negara di Indonesia ini. Padahal sudah ditetap juga pada UUD 1945 tentang kebebasan beragama. Dalam hal ini lah sikap eksklusivisme yang masih ada, belum dapat dilepaskan. Padahal seharusnya sikap pluralisme yang seharusnya dapat ditegakkan, agar pelayanan antar umat beragama dapat dilaksanakan agar meciptakan keharmonisan di masyarakat Indonesia ini. Dan perlu juga di tegakkan tentang HAM agar setiap warga di Indonesia tidak membohongi diri mereka tentang kepercayaannya. Semua agama pada dasarnay adalah baik, karena agama itu tidak kacau. Artinya membuat semua penganutnya memiliki sikap saling menghargai pada setiap agama

      Hapus
  19. Nama : Micah Sely Ernita Manalu
    Tingkat/Jurusan : I-C/Teologia
    Nim : 15.01.1294
    Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
    Kelompok 1
    Syalom,
    Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada Saya untuk memahami lebih dalam pada topik “Humanisme Religius dan Nasionalis yang terbuka”. Pendidikan sangat bertolak belakang dengan masalah Humanisme,justru Faham kemanusiaan berhubungan dengan masalah Religius. Dengan adanya Faham religius akan menyadarkan manusia itu sendiri akan kepeduliaan terhadap manusia lainnya serta bergantung kepada Tuhan sebagi sang Pencipta. Justru Pendidikan di Indonesia kita ini masih kategori rendah sehingga membuat taraf kehidupan tidak ada perubahan. Pada akhirnya Cenderung membuat manusia saling merusak satu sama lain,tingkat kriminalitas yang semakin tinggi. Menurut saya, jika saja ada Romon Mangun lainnya pada masa kini yang ikut bergerak untuk melawan dan mengkritik pemerintah Indonesia yang membiarkan begitu saja rakyat kecil yang bertindak semena-mena atas keotoritas Pemerintah itu sendiri,pasti tingkat kesejahteraan akan dirasakan oleh masyarakat secara merata. Hal poin positif yang selalu dilakukan oleh Ramon Mangun tidak mengkotak-kotakan ‘’Agama’’ sebagai alat untuk memisahkan kita dari sikap kepeduliaan dalam kegiatan sosial, pembelaan korban, sehingga Religiositas dapat tenggelam dan menyatu dengan manusia itu sendiri. Kita ketahui sendiri bahwa Gerakan yang dilakukan oleh Romo Mangun untuk menyadarkan betapa pentingnya permasalahan mengenai isu Humanisme ternyata udah berdampak dan berakar pada Kenasionalisme Indonesia yang konkret. Inti dari gebrakan Romo Mangun terletak pada Harapan agar Pendidikan di Indonesia dapat maju dari masa ke masa,dimulai dari masa penjajahan hingga saat ini setelah pasca Reformasi.Walaupun negara saat ini sudah mapan dan mempunyai pengalaman kebebasan yang panjang, serta ‘’Ideologi kebebasan” yang semacam ini belum dapat dirasakan negara yang baru lepas dari negara jajahan.Pada akhirnya sebagai Negara yang berlandaskan Pancasila, terdapat pada sila kedua yang berkaitan pada sikap agama. Namun disinilah ditelaah bagaimana agar ‘’Humanisme” dan “Agama” dapat bergandengan dan terelasi, karena Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman kultur budaya dan agama. Dalam perbaikan disana-sini Pendidikan juga memiliki peranan penting,namun kita juga tidak bisa lupakan bahwa pendidikan itu bersifat multidimensional. Dikatakan bahwa Pendidikan bersifat multidimensional ternyata sangat memberikan dampak yang besar untuk masa kedepannya,membawa pembaharuan pada ide-ide yang lama sebelumnya sudah ada. Disamping kritikan tajam yang dilakukan oleh Romo Mangun terhadap pemerintahan Indonesia salah satunya ialah adanya penekanan pada anak didik dalam berkreativitas harusnya pemerintah memberikan Ruang untuk mengeksplor pengetahuan dirinya sendiri.Akhir dari segalanya,jika kedua unsur ‘’Manusia Humanisme dan Nasionalis terbuka” dapat disumbangkan melalui ide-ide yang kreatif dan berjalan dengan sesuai harapan cita-cita Romo Mangun,Maka Indonesia akan semakin maju kedepannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Micah Sely Ernita Manalu
      Nim : 15.01.1294
      Tingkat/Jurusan : I-C/Teologia
      Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
      Kelompok 2
      Syalom,
      Terimakasih atas kesempatan utuk mengetahui dan mengenal lebih dalam profil dari Romo Mangun,yang menginspirasi bagi kita kaum muda untuk mengerti manusia tradisional dengan manusia yang modern dari segala aspek. Dalam buku mengenai Manusia Humanis bagaimana kehidupan manusia menurut kebudayaan jawa,menurut kebudayaan barat,dan menurut manusia Indonesia kontemporer.Namun pada kenyataanya manusia yang hidup tradisional justru tertanam rasa kepeduliaan, empati terhadap sesamanya dan menghormati martabat diri sendiri dan oranglain.Tetapi kita bisa bandingkan manusia yang hidup pada masa kebudayaan Barat,seperti yang dikatakan Romo Mangun,mereka yang mengikuti budaya barat mulai meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang diajarkan oleh kedua Orangtua ajaran etika dan moral. Kita dapat mengambil contoh dari kasus yang terjadi di indonesia mengenai masalah yang lagi hangatnya ialah seorang siswi SMA yang selesai mengikuti Ujian Nasional melakukan coret-coret,lalu ditangkap seorang Polwan ketika razia di jalan raya,yang dimana justru siswi SMA tersebut membentaSk dan memarahi Seorang Polwan satlantas,dari kasus tersebut saja kita bisa melihat semakin menurunnya Nilai moral dari kaum muda saat ini. Kita juga harus membuka mata hati kita tentang Nilai-nilai kemanusiaan, dimana ada Sekelompok orang yang membakar Gereja yang ada di HKI ACEH SINGKIL,ini seharusnya perhatian serius dari pemerintah dan Kita semua,dari masalah ini kita bisa lihat nilai Humanisme sudah tidak lagi ada di hati manusia yang hidup di zaman saat ini. Kita Sebagai kaum muda yang saat ini telah mempelajarinya dan membaca bagaimana seorang Romo Mangun memberikan perhatiaannya untuk membangun masalah kemiskinan,kelaparan,dan merosotnya nilai-nilai humanisme itu tersebut.Kita tahu sendiri yang menjadi korban kemerosotan nilai humanisme ialah rakyat kecil yang tidak diperdulikan.Namun menurut Romo Mangun situasi buruk yang terjadi ini dapat kembali berubah seperti semula ,dimana jiwa nasionalisme manusia dapat tumbuh kembali seperti melakukan penggerakan untuk membangkitkan semangat patriotisme,menolong sesama yang masih dijajah untuk keluar dari zona tersebut serta membasmi kebudayaan barat yang telah merusak kebudayaan yang sudah merakar di Indonesia.Menurut analisa saya ,melalui figur Romo Mangun akan ada tokoh-tokoh masayarakat yang memberikan ajaran untuk kaum muda seperti berfikir kreatif,terbuka dan mengeksploiratif, inklusif, serta pluralistik.Disetiap perjalanan hidup-Nya,jatuh bangun sudah menjadi pengalaman dan bagian hidup seorang Romo Mangun,namun kita sebagai kaum muda diingatkan untuk mencoba jalan dan cara lain ketika kita gagal karena akan ada selalu kesempatan yang perlu di ingat ialah semangat dalam diri setiap manusia yang tidak boleh luntur.Seperti yang kita ketahui Paham kemanusiaan tidak terlepas dari persoalan Religiositas.

      Hapus
    2. Nama : Micah Sely Ernita Manalu
      Tingkat/Jurusan : I-c/Teologia
      NIM : 15.01.1294
      Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
      UAS Kelompok 3
      Syalom,
      Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk lanjut membahas ” Pasemon dalam karya sastra Romo Mangun”, pada bab ini dijelaskan lebih luas seorang sosok Romo Mangun yang aktif dalam menulis karya sastra. Salah satu karya sastranya ialah Roman, Roman lebih luas dari mitologi pada umumnya. Namun Romo Mangun justru menuangkan karya sastranya dengan menulis segala pengalaman religiotas yang ada dalam kitab perjanjian Lama dan perjanjian baru. Y.B Mangunwijaya dalam karya-karya-Nya.Beberapa karyanya ialah sastra Manyar,Romo Rahadi,dan Trilogi Roro mendut, Ia menulis dalam bukunya berisikan tentang pengalaman hidup dari seorang Roro mangun.Tetapi Romon Mangun menulisnya tidak terlepas dari kitab perjanjian lama dan perjanjian baru,Ia keluar dari zona biasanya mulai mengekspresikannya, memberanikan dirinya. Namun didalam setiap isi karya sastranya tidak terlepas pula dari nilai-nilai kemanusiaan, salah satunya ialah Karya sastra Trilogi Roro Mendut,sosok dari perempuan yang keberaniannya tegas seperti laki-laki yang berjuang untuk melawan keraguan.Dari setiap karya sastra ini perlu menjadi pelajaran bagi kita, karena setiap karya isinya melukiskan perjuangannya memperhatikan masalah kemanusiaan. Bagi kita kaum muda, hal yang sederhana perlu kita lakukan seperti salah satunya aktif dalam kegiatan donor darah yang setiap tahunnya yang peringati di Indonesia dan komunitas seperti ini sudah lama ada. Namun Romon mangun pun memulainya dengan membangun sungai yang dulunya tidak diperdulikan oleh masyarakat setempat.Dan kepeduliaannya terhadap dunia politik yang mempunyai dampak buruk bagi masyarakat,beliau hadir ditengah-tengah permasalahan tersebut. Karya sastra dapat mewakili setiap isi dari penulisnya,kemerdekaan berpikir dan menuangkan setiap cerita dan permasalahan kemanusiaan yang terabaikan.Beliau hadir bukan saja hanya seorang Pastor,namun Ia hadir dalam berbagai tokoh yang merangkul semua orang yang membutuhkan uluran tangan kasihnya.Dalam hal ini Teologi hadir sebagai “Universal’’, Milik semua manusia yang mengajarkan kasih persaudaraan tanpa memandang suku,bangsa,dan agama.


      Hapus
    3. Nama : Micah Sely Ernita Manalu
      NIM : 15.01.1294
      Tingkat/Jurusan : I-C/Teologia
      Uas Berjalan kel 4.
      Pertemuan tanggal (18-04-2016),dengan topik pembahasan “Keberpihakkan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Belada Becak Karya Y.B Mangunwijaya “
      Syalom,
      Pada pertemuan ke 4, dalam sajian ini membahas sebuah karya Romon Mangun yang berjudul “Balada Becak’’, dari karya-Nya memang melatarbelakangi kisah cinta seorang pemuda yang bernama Yusuf yang biasa dipanggil dengan sebutan ‘Yus’. Namun jika kita telah membaca keseluruhan sajian pada kelompok 4, bahwa jangan memandang seseorang dengan sebelahmata.Perjuangan dan usaha yang dituangkan oleh Romon Mangun melalui karya sastranya ’’ Balada Becak’’, mendeskripsikan bahwa cinta dapat mengubah hati setiap manusia untuk peduli terhadap masalah kemanusiaan yang salah satunya ialah kemiskinan.Banyak hal yang kita ketahui bahwa manusia di luar sana merasakan perasaan yang sama dengan Yusuf, seharusnya status latarbelakang pendidikan seseorang tidak menjamin akan kepeduliaannya terhadap lingkungan dan sesama manusianya sendiri.Salah Satu contoh Ialah menteri perikanan dan laut Republik Indonesia ialah Ibu Susi Pudjiastuti yang hanya tamat dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Namun keinginan dan kegigihannya untuk sukses berbuahkan hasil yang baik dan pengabdiannya yang nyata terhadap bangsa Indonesia dengan kehidupan sederhananya juga tetap Ia pelihara hingga saat ini. Sesuai Dengan topik pembahasan kita mengenai Kemiskinan, banyaknya pendapat para tokoh salah satunya Meutia Hatta yang salut dan kagum terhadap Romon Mangun akan kepeduliaannya terhadap rakyat yang tertindas dan yang hidup dibawah garis kemiskinan.Isi dari karya sastra ‘’balada becak’’ mengingatkan kita tentang perjuangan Pemuda yang sampai titik darah pernghabisan membela bangsa Indonesia, jadi terkadang dalam hidup ini banyak manusia yang mulai mengeluh sebelum berusaha. Ada 3 hal yang perlu diubah dalam diri setiap bangsa Indonesia Kekurangan,kemiskinan dan kebodohan agar tidak menjamur lebih lagi. Menurut saya kemiskinan menjadikan salah satu faktor pendidikan di Indonesia yang semakin rendah yang sangat sulit diatasi oleh pemerintah kita. Namun jangan menjadikan kemiskinan sebagai penghambat untuk kita mendapatkan kebahagiaan, karena ada pepatah mengatakan kebahagiaan bukanlah didapatkan dari harta yang berlimpah sekalipun. Namun kebahagiaan itu dapat tercermin dari hati kita sebagai manusia yang tulus dan peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang terjadi pada saat ini.Dalam sajian ini juga mengajarkan kita akan Moralitas yang menurun, kepeduliaan yang kurang terhadap sesama dan lingkungan. Tidak ada yang salah dengan perjuangan dan perhatiaan yang diberikan oleh Romon Mangun, seharusnya kita juga melakukan hal yang sama dalam bentuk nyata seperti memberikan perhatian khusus buat anak-anak yang diluar sana yang putus sekolah,memberikan motivasi dan pelajaran bahwa mereka juga bisa keluar dari kemiskinan, kemiskinan akan pengetahuan namun bukan miskin moral seperti yang sudah banyak terjadi di masa saat ini yang tidak peduli satu sama lain.Untuk menutup sajian mengenai ‘’Balada Becak’’ ialah Kekurangan bukan menghancurkan martabat seseorang untuk semakin direndahkan oleh orang lain, melainkan bangkit dari keterpurukan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Terimakasih,Syalom.

      Hapus
    4. Nama : Micah Sely Ernita Manalu
      Tingkat/Jurusan : I-C/Teologia
      Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar.
      UAS KELOMPOK 5
      Si Penggembala Cerita
      Syalom,
      Pada kesempatan ini,dibahas tentang penggembala cerita yang mengajarkan kita agar mengenal secara keseluruhan sisi religiositas yang terdapat dalam novel tersebut. Didalam karya sastra Romon Mangun ingin menyampaikan pesan moral melalui lambang-lambang, sastra tidak sekedar hanya ilmu biasa melainkan memberikan ketulusan dan pengertian bahwa disetiap novel karya sastranya Romon Mangun sendiri ingin bermisi di dalam setiap aspek pelayananNya.Membuka mata hati dan nurani kita pada karya sastra Burung-burung Rantau dikisahkan kehidupan nyata yang sebenarnya di dalam kehidupan kita. Banyak sekali yang dapat kita lakukan untuk memulai setiap ajaran dan pesan yang disampaikan Romon Mangun, pengetahuan ilmu yang tinggi tidak menjamin kita untuk menyombongkan diri, namun ketika kita peduli terhadap orang disekitar kita, akan memberikan dampak bagi banyak orang terdekat kita.Ayat yang menjadi perenung kita dapat kita ambil dari AMSAL 1:7 Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Ketika kita diberikan kemampuan berpikir dan pengetahuan luas, hendaknya janganlah kita menyombongkan diri tetap bersandar kepada Tuhan sebagai pacuan kita untuk memulai mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Romon Mangun hadir seperti Tuhan Yesus pada masa kecil yang banyak memberikan perumpaman-perumpaman untuk mengajarkan dan membuka mata hati dan pikiran kita. Banyak lagi cerita kehidupan di luarsana yang belum kita ketahui yang dapat mengubah pola pikir kita tentang bagaimana cara memandang dunia secara luas. Cerita penggembala cerita menarik kita dalam setiap lirik-lirik yang dapat kita nyanyikan dan hayati pada lagu Dmassiv “ JANGAN MENYERAH” syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah tetap jalani hidup ini , melakukan yang terbaik, Tuhan pastikan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba Nya yang sadar dan tak pernah putus asa.Jangan Menyerah jangan menyerah dan tetap bersusaha, tidak perlu seberapa besar atau kecil yang kita kerjakan ,lakukan semuanya itu hanya untuk kemuliaan nama Tuhan dan menyenangkan hati sesama kita seperti yang dilakukan oleh RAMUN MANGUN.SYALOM.

      Hapus
    5. Nama : Micah Sely Ernita Manalu
      Tingkat/jurusan: I-C/ Teologia
      Mata Kuliah : Ilmu budaya dasar
      UAS KELOMPOK 6 Dehumanisme Politik Agama di Indonesia
      Syalom,
      Sebelumnya kita telah membahas sajian pada kelompok 5 yang berkisah setiap karya-karya novel dan simbol-simbolnya yang berisikan tentang si gembala cerita yang tidak habisnya mengupaskan rasio berpikir manusia mengenai akan pentingnya menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah kehidupan manusia. Dan pada sajian ini juga akan dibahas mengenai apakah pentingnya kolom Agama di KTP ,karena seperti yang kita tahu bahwa berita tentang ini sempat menjadi isu besar yang dibahas di negara kita indonesia ini, dikarenakan Presiden Joko Widodo yang mengatakan untuk mengosongkan agama di ktp, bagi kaum minoritas yang agama nya tidak diakui. Hal ini terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, padahal mereka juga merupakan warga negara indonesia memiliki hak yang sama untuk diakui agama mereka. Nah, dari kutipan Dari M.Mulia yang mengatakan bahwa hal ini tidak adil, karena negara Indonesia sendiri memiliki dasar dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” , yang artinya walaupun begitu beragamnya agama, suku, bangsa tidak menjadikan kita untuk mengkotak-kotakkan saudara kita yang minoritas. Seharusnya pemerintah memahami makna dari isi UUD 1945 pasal 28 E, dimana setiap warga negara indonesia berhak memilih agama mereka yang dianutnya. Saya akan mengambil contoh salah satunya agama parmalim, yang kita ketahui bahwa agama ini adalah agama tradisi atau suku yang ada di indonesia ini sepertinya tidak dapat diterima oleh sebagian kaum dan pemerintah, justru sebaliknya agama konghucu dengan mudahnya diterima di indonesia dan bahkan diakui dalam 6 agama di indonesia. Disinilah kita diubah pandangan melalui pemahaman yang sempit ini, kita harus berpandang luas, berpikir plural,dan menciptakan kedamaian agar keutuhan untuk saling menghargai tetap terjaga. Apa salahnya jika kita melihat Contohnya ialah negara Amerika serikat yang memiliki prinsip demokrasi liberal yang setiap masyarakatnya bebas dalam berpendapat karena itulah manusia, setiap manusia juga memiliki kebebasan tersendiri. Marilah kita mulai membuka mindset , untuk hal seperti ini. Karena negara Indonesia adalah negara beragama dan bukan negara agama. Saya akan mengambil kutipan dari dosen kami Pak Edward Sinaga yang mengatakan bahwa Yesus hadir bukan hanya untuk orang Kristen, melainkan Yesus hadir untuk semua agama tanpa memandang pribadi tersebut. Aplikasinya dapat kita terapkan ialah ketika kita mengetahui adanya kesenajangan sosial maupun agama, kita dapat menyampaikan aspirasi kita untuk menciptakan Humanisme di tengah-tengah kehidupan kita.
      Syalom.

      Hapus
  20. Nama : Rory Juliani Girsang
    NIM : 15.01.1317
    Tingkat/ Jurusan : I-C/ Teologia
    “Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Paham Dasar Pendidikan Mangunwijaya” (Kelompok 1)
    Humanis berasal dari kata latin “homanus ” yang berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia, adapun arti umum dari humanisme yakni martabat dan nilai dari setiap manusia dan semua upaya untu meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya. Sedangkan religius adalah kata latin yang berasal dari kata “relegere” yang artinya berpegang pada norma-norma.
    Pendidikan humanisme adalah lebih menekankan aspek kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius tujuannya agar kita dapat membangun kehidupan sosial yang memiliki kemerdekaan yaitu menempatkan individu yang rasional dalam kedudukan yang tinggi dan sebagai sumber puncak tetapi tidak meninggalkan dari niai-nilai keagamaan atau dengan kata lain membentuk kesalehan individu hubungan antara pribadi dan sosial.
    Kesimpulannya, dalam topik ini Mangunwijaya ingin membangun kita menjadi pribadi berpendidikan yang mempunyai akal pikiran yang tinggi tapi tidak lupa menjunjung nilai nilai kebenaran yang terdapat dalam norma-norma sosial yang ada di dalam masyarakat. Namun apa yang terjadi di tengah masyarakat saat ini? Masalah kemanusiaan (kemiskinan, korupsi, penganiayaan, pencurian, dsb)terus meningkat dan tugas perintah semakin menurun dalam proses pengerjaannya. Meninjau dari masalah tersebut upaya apa yang harus dilakukan?Dalam masalah ini yang di tuntut bekerja keras yaitu pemerintah.
    Pemerintahlah yang harusnya menguras keringat lebih banyak dengan cara misalnya pemberian subsidi pada masyarakat dengan menciptakan lapanan pekerjaan, penuntasan korupsi sampai ke akar-akarnya, peningkatan akhlak dan moral manusia, menyediakan lapangan pekerjaan dan menegakkan hukum tanpa adanya pandang bulu.
    Melalui cara pengerjaan ini, pastilah dapat dijamin akan tercipta manusia-manusia yang lebih berintegritas tinggi yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan khususnya di Indonesia.
    Kita sebagai mahasiswa, hal yang dapat kita lakukan adalah mulai dari penerapan nilai-nilai tersebut dalam lingkungan yang kecil. Karena kitalah yang kelak menjadi penerus dan pemimpin, jika kita bisa mewujudkan nilai tersebut dalam lingkungan kecil otomatis nilai-nilai humanis tersebut dapat terwujud dalam lingkungan yang lebih besar bahkan di Indonesia.
    Seperti sebuah lagu yang berjudul “Palestina” yang dipopulerkan oleh musisi senior yakni Iwan Fals, lagu yang berdurasi 4 menit 40 detik ini, lagu ini berkaitan dengan perang yang terjadi antara Israel dan kelompok Hamas Palestina yang menelan ratusan jiwa korban jiwa di jalur Gaza, Palestina. Lewat lagu ini, Iwan Fals berharap kita sebagai pendengarnya tak kehilangan rasa Humanisme, dan menjadi manusia yang berintegritas tinggi terkhusus kita sebagai mahasiwa Ilmu Budaya Dasar.
    Salam Budaya!!! 

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rory Juliani Girsang
      NIM : 15.01.1317
      Tingkat/ Jurusan : I-C/ Teologia
      “Manusia Humanis Menurut Romo Mangun” (Kelompok 2)
      Dalam pembahasan kali ini Romo Mangun memaparkan tentang manusia yang humanis dan beberapa konsep-konsepnya. Satu hal yang penting dalam topik ini adalah pendidikan, karena pendidikan menjadi pondasi yang kuat untuk membangun manusia yang humanis.
      Romo Mangun memberi konsep-konsep yang membangun manusia yang humanis, yakni diantaranya; Konsep Manusia menurut Kebudayaan Jawa, Konsep Manusia menurut Kebudayaan Barat, Konsep Manusia Indonesia Kontemporer, Konsep Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein. Masing-masing konsep berfungsi dalam situasi dan kondisi yang bebrbeda namun dengan tujuan yang sama yakni membangun manusia yang humanis. Disini kita dituntut untuk menjadi manusia yang menjunjung nilai-nilai kemanusian yang benar-benar berpartisipasi bukan hanya pandai dan bijak dalam berkata-kata. Satu yang menjadi fungsi utama pendidikan disini adalah membangun pribadi bangsa yang tetap menjunjung humanisme yang terdapat juga dalam pancasila sebagai dasar Negara. Jika kita analisa perkembangan saat ini, yang terpenting bagi kita bukanlah pendidikan melainkan kecanggihan zaman. Kita hanya tergantung pada teknologi dan membiarkan dampak buruknya merusak dan mengelabui pikiran kita, bukan membuat kita untuk semakin maju.
      Rakyat Indonesia, adalah masyarakat yang kebanyakan mempunyai nilai-nilai tersebut dalam dirinya tetapi tak bisa menerapkannya karena tidak memendang secara luas dengan pendidikan.Tetapi pendidikan tanpa disertai kasih di dalamnya pun juga tidak maksimal hasilnya. Seperti yang terdapat dalam 1Korintus 13 : 8 yaitu “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa Roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap”Karena itu hendaknya kita menyelaraskan antara pengetauan tentang pendidikan, kasih, dan nilai-nilai kemanusiaan agar semuanya menjadi stabil.
      Kembali saya mengambil sebuah lagu yang cocok dengan topik ini dalam ruang lingkup Indonesia khususnya yaitu lagu “Ibu Pertiwi”.Dalam lagu ini dituliskan bagaimana keindahan Indonesia yang sangat kaya dalam alamnya, tetpi karena perbuatan kita sebagai manusia yang kurang menjunjung nilai-nilai Humanis, alam yang kita miliki menjadi rusak, karena kita tidak menyeimbangkan antara kasih dan pengetahuan kita dalam memanfaatkan alam tersebut. Bumi menangis melihat perlakuan kita, yang keada sesame saja kita tidak mendasari kasih apalagi kepada alam.Maka itu Romo Mangun menghimbau kita sebagai manusia yang berpendidikan untuk saling menjaga baik antar sesame manusia, maupun alam agar Humanisme yang baik terwujud nyata dalam hidup kita. Salam IBD!!! 

      Hapus
    2. Rory Juliani Girsang
      15.01.1317
      I-C/ Teologia

      "Pasemon dalam Karya Sastra Romo Mangun"(Kelompok 3)

      Romo Mangun sebagai seorang sastrawan yang mengemban tugas juga sebagai rohaniawan dan arsitektur, ia berusaha dan bekerja untuk membenahi negara lewat karyanya. Pada pembahasan ini terlihat kegigihan Romo Mangun yang ingin mengembangkan kehumanismean melalui beberapa roman yang diciptakannya yang selalu mengangkat nilai-nilai kemanusiaan. Dalam pasemon yang digambarkan oleh seorang dosen UGM ( Universitas Gajah Mada) di Fakultas Ilmu Budaya, Bakdi Soemanto ini mengingatkan kita akan karya-karyanya yang selalu membangun bagi pribadi manusia. Pasemon adalah ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan (dalam karya sastra atau pembicaraan umum) yang mengingatkan orang kepada peristiwa sejarah, dongeng, atau mitos yang pernah terjadi dan diketahui umum. Lewat pasemon ini ingin kembali disampaikan kepada kita bagaimana sejarah Indonesia agar kita bisa lebih memahami dan memaknai artinya demi humanisme. Romo Mangun berani keluar dari zona amannya yakni bahwa ia menulis roman yang mencakup keseluruhan (universal). Ia tidak monoton pada ajaran kepercayaannya tetapi ia memandang secara meluas untuk menambah wawasan. Ia juga tidak basa-basi dalam tulisannya karena ia ingin karya yang nyata dalam pembenahan humanisme tercapai di Indonesia. Ia menjadi sosok yang EKSLAUSTRASI yakni membenahi secara umum tanpa pandang bulu. Dalam nyatanya untuk hasil yang lebih meluas perlu kita bina dan kita bentuk sosok-sosok seperti Romo Mangun ini. Terkhusus kita yang sudah belajar dan mendalami Ilmu Budaya Dasar, kita sudah tahu bagaimana sebenarnya humanisme itu. Sudah selayaknya kita bukan hanya terus-menenus berteori tetapi juga melakukan praktek yang jelas. Humanisme akan terwujud jika kita mulai membenahi secara sempit (pribadi) dan mmelanjutkannya ke arah yang lebih luas (lingkungan dan menyebar).
      Kita jadikanlah Sejarah sebagai panutan utama kita, bagaimana para tokoh-tokoh terdahulu yang sudah bekerja meneteskan keringat bahkan darah untuk mempertahankan dan membangun negara kita.Dan kita sebagai generasi penerus bangsa, tugas kita mempertahankan negara ini dan budayanya, terkhusus budaya humanisme yang menjunjung tentang kebaikan, kebenaran, dan keadilan.
      Syalom,

      Hapus
    3. Rory Juliani Girsang
      15.01.1317
      I-C/ Teologia
      “Keberpihakkan pada Kaum Miskin, Konteks yang melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Belada Becak Karya Y.B Mangunwijaya” (Kelompok 4)
      Manusia tak lepas dari perbedaan, termasuk perbedaan tingkatan taraf hidup. Dalam bahasan kali ini dibahas tentang bagaimana keberpihakan kita kepada kaum miskin melalui karya Mangunwijaya. Kita telah mempelari bagaimana dalam novel ini dibahas cinta segitiga yang memuat tentang ajaran Humanisme. Yusuf atau Yus sebagai tokoh utama dalam novel ini menunjukkan bagaimana ia menjunjung tinggi harkat dan martabatnya walaupun ia menjadi seorang tukang becak. Yus adalah seorang yang suka berkhayal dan seorang yang bermimpi, konteksnya disini adalah konteks positif, yakni ia bermimpi menjadi seorang yang maju walaupun ia seorang yang punya kekurangan materi.Ia menjadi seseorang yang tetap menjalani profesi nya walaupun ia sedang dilanda cinta, ia tidak malu malah lebih menunjukkan jati dirinya.
      Dari sini dapat kita petik bagaimana fakta-fakta yang benar-benar terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Dimana masyarakat miskin tidak mampu untuk melakukan banyak hal, karena materi. Bahkan ada argument yang mengatakan, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Selayaknya kita sebagai manusia yang humanis mau membenahi situasi ini dengan cara jadilah wajah bangsa, karna kita pemuda, kitalah yang menjadi bunga bangsa. Cerminan bangsa 10 tahun kedepan ada di tangan kita. Maka itu jadilah pribadi seperti Yus yang punya mimpi, dan berusaha untuk menggapainya, karena mimpi dapat sebagai pacuan kita agar lebih giat lagi berusaha.
      Westlife adalah group vocal yang pernah mempopulerkan sebuah lagu berjudul “I have a Dream”, menurut saya lagu ini sangat menginspirasi untuk anak muda yang punya mimpi. “You can take the future even if you fail, I believe in angel, something good in everything I see” dan sedikit lanjutannya “When I know the time is right for me, I’ll cros the the stream”.
      Intinya yaitu kita sebagai pemuda marilah membenahi diri dan bermimpi, jika sudah tepat waktunya mari kita membenahi dunia dengan semangat humanistic dan memberantas kemiskinan, kebodohan, serta melawan arus korupsi yang biasa dilakukan saat ini yang sangat merugikan bangsa kita.
      Salam Pemuda Indonesia, Salam IBD 

      Hapus
    4. Rory Juliani Girsang
      15.01.1317
      I-C/ Teologia
      “ Si Penggembala Cerita” Kelompok 5
      Pada bahasan kali ini, telah dibahas bagaimana Romo Mangun sebagai penggembala cerita yang membawa dan membuat cerita-ceritanya sebagai panutan bagi kita semua. Dalam bahasan ini juga dibahas bagaimana kisah cinta antara seorang pemuda yang bernama Teto dan kisah cinta yang dialaminya. Singkat saja pada topik ini ada nilai-nilai yang ingin dibangun, yaitu cinta, perjuangan dan keberanian. Bagaimana kita sebagai manusia humanis yang memiliki cinta. Kita selayaknya menjadikan cinta dasar dalam hidup kita untuk saling mengasihi. Dan bagaimana perjuangan dan keberanian yan sepatutnya kita lakukan? Kita sepatutnya menjadi pribadi yang mau berjuang untuk kebenaran dan berani juga bertanggung jawab atas tindakan yang telah kita perbuat.
      Topik ini mengajarkan kita untuk menjadi bijak, bijak menanggapi dalam arti yang nyata. Karna melalui novel ini kisah yang dipaparkan pun bukan yang ada pada khayalan, melainkan nyata dalam lingkungan masyarakat kita saat ini.
      Jika di bandingkan dengan para tokoh, kita juga bisa mengambil kesimpulan dan pelajaran dari watak para tokoh. Larasati (atik), ia adalah tokoh yang mempunyai pribadi yang baik, dalam usianya yang muda ia sudah menjadi sekertaris republik dan ia juga orang yang licah, cerdas dan bersemangat. Teto juga adalah orang yang cerdas, berpendidikan tinggi dan ulet, hanya saja ia punya masa lalu yang membuat ia harus meninggalkan cintanya.
      Inti yang bisa kita ambil dari 2 tokoh utama diatas adalah “Jadilah Bijak”. Novel ini dibuat dan disajikan untuk kita agar kita sebagai mahasiswa budaya, kita dapat mengambil suatu kesadaran di dalam masyarakat. Kita selayaknya mengambil nilai-nilai yang bisa kita jadikan pelajaran dalam masyarakat kita. Agar kita bisa mewujudkan apa dan bagaimana sebenarnya manusia yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan di dalam masyarakat yang nyata.
      Terimakasih, Syalom

      Hapus
    5. Rory Juliani Girsang
      15.01.1317
      I-C/ Teologia
      “ Dehumanisme Politik Agama di Indonesia” Kelompok 6
      Dehumanisme banyak terjadi di lingkungan kita termasuk di Indonesia. Di Indonesia ada banyak agama yang berdiri dan berkembang, tetapi menurut pengakuan khususnya pada Kartu Tanda Penduduk, hanya 6 agamalah yang diakui yakni Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Hal inilah yang melatarbelakangi bagaimana terjadi dehumanisme oleh agama-agama yang diakui resmi di Indonesia terhadap agama yang tidak dianggap sah oleh negara ( Parmalim, Kaharingan, Ahmadiyah). Fenomena ini membuat agama bukan lagi pembawa kedamaian tetapi menjadi pembuat penderitaan.
      Ini yang membuat Romo Mangun ingin membuat suatu jalan menuju pelepasan Dehumanisme tersebut menjadi masyarakat yang Pluralisme. Kesepahaman ini diambil oleh Musdah Mulia karena ia melihat situasi politik agama di Indonesia saat ini. Ia mengakui bahwa banyak ruang yang sebenarnya masih tersedia untuk agama-agama tersebut, hanya saja ruang tersebut dibatasi bahkan ditutup. Maka terjadilah Dehumanisme politik agama yang membuat pandangan mayoritas terhadap kaum agama yang tidak diakui atau minoritas.
      Tanpa kita sadari kita juga ikut di dalam dehumanisme tersebut, karena kita termasuk anggota dari golongan 6 tersebut, meskipun dalam hal ini pendehumanismean tidak secara langsung. Dalam kehidupan kita sehari-hari, bahakan kita tanpa sadar kadang menyalahan nama agama dari yang tidak diakui tersebut. Contohnya, kita menyebutkan nama agama X misalnya, dengan agama “parbegu.” Itu salah satu pendehumanisasian kita selaku masyarakat mayoritas.
      Sebaiknya kita mengurangi pemandangan sebelah mata, dan menerapkan toleransi antara umat beragama.Menurut Musdah Mulia sendiri, Apapun agamanya, kita terimalah dia, karena dia yang menganut agama tersebut.
      Atas nama Ilmu Budaya Dasar kita diajak untuk sosial yang membangun humanisme dimana semua agama berhak mendapat pengakuan dan izin peribadahan yang layak. Karena pada dasarnya semua agama mengajarkantentang kebaikan hanya saja jalan menuju kebaikan itu yang berbeda, bangunlah sikap toleransi yang kuat antar umat beragama demi kerukunan sosial di masyarakat khusunya di Indonesia.

      Hapus
  21. Nama : Chyntya Yolanda Saragih
    Ting./Jur. : IC / Teologia
    NIM : 15. 01. 1229
    Kesimpulan yang dapat saya ambil dari sajian kelompok 1 : “Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Paham Dasar Pendidikan Mangunwijaya”.
    Romo Mangun adalah seorang penulis Religius, budayawan, pendidik, intelektual, arsitek, penulis novel, aktivis sosial, pemikir politik, dan lain-lain. Romo Mangun sebagai pastor, yang tidak konvensional. Panggilan imamatnya berakar dan diinspirasikan oleh daya tarik rakyat yang miskin, dan bukan panggilan kegerejaan/keagamaan sebagaimana kebanyakan pastor. Paham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikatakan tak terlepaskan dari faham religiusitas. Romo Mangun sepaham dengan pandangan Rudolf Otto bahwa manusia adalah makhluk religius (homo religiosus), demikian setiap manusia serta-merta bersifat religious, bahwa ada sifat yang disebut “suci” yang berbeda dari sekadar “rasional” dan”baik” dalam arti moral. Romo Mangun juga mempunyai peran yang besar dalam bidang pendidikan, tetapi gagasannya masih kurang dikembangkan dalam wacana publik. Romo ingin Pendidikan haruslah bersifat terbuka kearah masa depan, mencerahkan dan mengembangkan kebaruan, melawan status quo atau reproduksi dan penerusan ide-ide lama, yang oleh Romo Mangun disebut sebagai sekedar “sosialisasi”, sebagaimana dianut kaum feudal dan orde baru. Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan dari Nasionalisme merupakan suatu langkah untuk hidup adil, dan Makmur. Singkatnya Romo ingin membangun pembaharuan Nilai-nilai kemanusiaan. Romo Mangun memberi penilaian positif pada inisiatif dan kebangkitan kaum intelektual yang bergerak dalam perlawanan politik dan kesadaran berbangsa, karena peran pembaharuan dan pernyataan kemerdekaan mereka. Namun ada satu hal yang menjadi persoalan yang tidak bisa dihindari dan menjadi kepedulian almarhum Romo Mangunwijaya dalam mengidealkan pendidikan yaitu persoalan humanisme yang mencuat dalam sistem politik atau pengaturan Negara. Romo Mangun mengutarakan gagasannya tentang pendidikan yang cukup komprehensif, yang secara ringkas boleh dirumuskan, bahwa pendidikan itu bersifat multidimensional, berdimensi banyak. Indonesia bisa ikut menyumbangkan pikiran dalam pergaulan dunia yang luas yaitu dalam dua rangka besar yaitu humanisme religius dan nasionalisme terbuka, sebagaimana dicita-citakan oleh Romo Mangunwijaya. Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Chyntya Yolanda Saragih
      Ting./Jur. : IC / Teologia
      NIM : 15. 01. 1229
      Kesimpulan yang dapat saya ambil dari sajian kelompok 2 : “Manusia Humanis Menurut Romo Mangun”. Disini kita mempelajari beberapa konsep kehidupan manusia, yaitu kebudayaan Jawa, Barat, Kontemporer, menurut Romo Mangunwijaya, konsep Pasca Indonesia, Pasca Nasional, Pasca Einstein. Setiap konsep ini memiliki fungsinya masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda tetapi memiliki suatu tujuan yang sama. Saya melihat seiring berjalannya waktu banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri manusia baik dari situasi dan kondisi dari manusia itu sendiri. Disini kita diajarkan bagaimana memelihara budaya kita sendiri dan dapat saling menghargai walaupun berbeda melalui agama dan suku. Dan berbicara mengenai Humanis berarti berbicara mengenai kasih. Kasih merupakan landasan dasar bagi kita manusia seperti yang kita ketahui bahwa manusia itu hidup dengan kasih dan hidup saling mengasihi, ingin bersosialisasi dengan yang lain sehingga tercipta hubungan yang baik dan yang harmonis antar sesama. Dan melalui akal dan budi kita manusia jangan menyalah gunakan konsep-konsep kebudayaan untuk merusak bdaya kita dan merusak diri kita sendiri. Salam IBD

      Hapus
    2. Nama : Chyntya Yolanda Saragih
      NIM : 15. 01. 1229
      Ting. /Jur. : IC / Teologia
      Kesimpulan yang dapat saya ambil dari sajian kelompok 3 : “PASEMON” DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN” yaitu bahwa Pasemon adalah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Romo mangan memiliki memiliki 4 Karya Sastra yaitu, Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, Burung-burung Rantau dan keempat karya sastra ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dan memiliki ideology yang sama yaitu untuk mencapai suatu kemerdekaan. Hingga pada saat ini karya Romo Mangun masih sangat dikenal oleh kalangan masyarakat dan terkhusus masyarakat Indonesia. Masih banyak lagi karya Romo Mangun yang tidak disebutkan tetapi keempat Karya Sastra ini merupakan perwakilan dari seluruh karya yang telah ia buat. Dalam ke-4 novel ini menceritakan tentang bagaiman keberanian setiap tokoh dalam mengekspresikan dan mengapresiasikan pengalamannnya. Hingga saat ini novel dan roman atau karyanya sampai saat ini di kenal oleh kalangan masyarakat, tetapi mungkin tak banyak lagi orang yang mengenal atau tau tentang karya Romo Mangun. Salam IBD

      Hapus
    3. Nama : Chyntya Yolanda Saragih
      NIM : 15.01.1229
      Kelas : IC teologi
      kelompok 4 :Keberpihakan Pada Kaum Miskin.
      Pada kesempatan kali ini kita membahas kembali tentang karya Romo Mangun yaitu melalui Balada Becak. Seperti yang kita ketahui manusia hidup dengan berbagai keberbedaan yang sering disebut dengan Berbagai macam Kasta. dan kali ini kita membahas tentang Kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu penyakit ketidak mampuan namun melalui ini Romo Mangun mengajarkan agar kita dapat membantu dan menjadi motivasi bagi kaum yang tidak mampu. Romo Mangun sangat perhatian pada kaum miskin dimana ia belum pernah merasakan penderitaan sebelumnya sehingga muncul dalam hatinya rasa perhatian kepada orang-orang yang mengalami penderitaan. Kemiskinan tidaklah hanya melalui kekayaan harta benda melainkan kemiskinan itu dapat dalam pendidikan dan dalam iman. tanpa adanya pendidikan dan iman manusia sangatlah miskin dan susah dalam mendapatkan cita-citanya. Jadi kita haruslah saling membantu dan menjadi motivasi pada sesama kita yang mengalami kesusahan dan jangan kita memanfaatkan kemiskinan yang kita alami menjadi untuk menipu orang lain. Kemiskinan tidak akan terhapuskan jika tidak adanya tekad untuk berusaha dan berjuang dalam diri kita sendiri.
      Syalom

      Hapus
    4. Nama : Chyntya Yolanda Saragih
      NIM : 15. 01. 1229
      Ting./Jur. : IC Teologia
      Sajian Kelompok 5, pembahasan mengenai: “Si Penggembala Cerita”.
      Telah banyak karya-karya Romo Mangun dan sebagai Pastor bagi umat di dalam Gereja dan juga sebagai Penggembala cerita dalam karya sastranya. B. Mawardi ingin latar belakang Romo Mangun sebagai Penggembala cerita tetap diingat dan dipakai. Karya Romo Mangun selalu mengingatkan dan mengajak kita untuk menghargai kemanusiaan. Penggembala Cerita menjalani hidup bersama kata, menaruh ide dan imajinasi di jagad kata. Amalan kata menjadi amalan manusia. Kata-kata dapat diibaratkan doa terabadikan, ada tanpa selesai. Penggembala cerita adalah seseorang yang hidup dengan banyak kata-kata (cerita) dan di tuangkan dan membuat orang terpesona melalui kutipan cerita, bersastra, lambang, hati nurani dan esai. Kita bisa menuangkan perkataan kita melalui tulisan, sehingga jalan kehidupan kita dapat di buat sebagai cerita bahkan itu tidak dapat dibatasi oleh usia. Romo Mangun tak sekedar mengasuh kata tetapi ia selalu menghadirkan cerita yang memiliki keterlibatan dengan perkara-perkara pokok di kehidupan, ada di orbit sastra kontekstual dan mengakar ke realitas. Penggembala cerita ingin susastra adalah urusan kontemplasi. Melalui penggembala cerita, para pembaca diajak untuk menjadi penafsir lambang yang merujuk kepada flora dan fauna sehingga kita menjadi takjub maupun terangsang religiolitas bahkan menafsir ceritaagar mendapatkan pesan maupun tujuan-tujuan melalui kutipan kutipan yang dimunculkan di halaman-halaman novel melalui bersastra yang merupakan pewahyuan hidup manusia melalui hati nurani. Melalui penggembalan cerita dapat mengantar kita ke perdebatan-perdebatan panjang, menggairahkan dan bergerak ke terang.
      Romo Mangun juga adalah seorang yang berintelektual, keberintelektualan Romo terlihat dari karyanya dalam memberi julukan latarbelakang para tokoh yang ada dalam karyanya. Esai sebagai untaiana renungan, humor, kritik, celotehan, dan khotbah. Esai sengaja dihadirkan Romo Mangun sebagai bentuk perhatiannya agar pembaca tidak hanya berimajinasi tetapi mampu membuat pembaca berasumsi ataupun berpengetahuan secara luas serta termotivasi untuk keluar dari pemikiran yang sudah usang. Seorang Romo Mangun tidak berharap menjadi selebritis melalui semua hal yang dilakukannya dan melalui karyanya, namun dia tidak sengaja sudah menjadi aktor dalam hal Humanisme (Nilai-nilai Kemanusiaan). Seorang Romo Mangun menjadi sipenggembala cerita yang berasal dari pengembala umat. Sipengembala cerita ini secara universal memberikan suatu Nilai-nilai Kemanusiaan dimana didalamnya ada nilai kebaikan, saling menghargai dan saling membangun kearah yang lebih baik lagi.
      Syalom
      Salam IBD

      Hapus
    5. Nama : chyntya yolanda saragih
      NIM : 15. 01. 1229
      Tingkat : IC Teologi
      kelompok 6: "Dehumanisme Politik Agama Di Indonesia"
      yang dapat saya ambil menjadi kesimpulan ialah bahwa Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsepa manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Ia mengatakan bahwa ia selalu menemukan bahwa banyak orang di pihak yang lebih kuat menindas orang lemah dan miskin baik dalam hal kemerdekaan maupun pembangunan khususnya orang miskin terlebih perempuan dan anak-anak. Bangsa Indonesia mempunyai slogan “Bhineka Tunggal Ika”, keberagaman terlihat nyata dalam etnisitas, agama, kepercayaan, warna kulit, bahasa, dan tradisi, semua itu menjadi modal sosial yang penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara. Keberagaman agaman adalah sebuah keniscahyaan yang tidak dihindari, apalagi diingkari. Bhineka Tunggal Ika melatar belakangi adanya prinsip kebebasan beragama dalam konstitusi, artinya kekuasaan untuk memilih dan bertindak seseorang dan tujuannya semata untuk melindungi martabat manusia. Ada delapan yang mencakup hak kebebasan beragama atau keyakinan dalam berbagai dokumen HAM yang memiliki pengertian luaas yaitu; kebebassan internal, kebebasan eksternal, prinsip tidak ada paksaan, prinsip nondiskriminatif, mengakui adanya hak orang tua atau wali, kebebasan agama atau status legal, adanya pembatasan yang diizinkan pada kebebasan eksternal, dan prinsip nonderogability (tidak ada pengurangan).
      Musdah Mulia melihat dari sudut pandang dimana keadilan sangat tidak nyata pada agama-agama suku, kebebasan beragama yang dijungjung tinggi seperti halnya omong kosong belaka. Inilah yang dikecewakan dari pemerintah menurut dari musdah Mulia, dimana hanya karena kolom agama banyak orang-orang yang mempunyai kepercayaan di pakai untuk "berdusta" atau "menipu" hanya demi kolom agama . Terkadang juga kolom KTP hanya dipakai untuk sekedar identitas yang terkadang mengecewakan ketika seperti melamar pekerjaan, tapi hanya karena perkara agama mereka harus ditolak. Ketika Jokowi mwngatakan "boleh mengosongkan kolom agama di KTP bagi penganut agama diluar ke-6 agama yang telah resmi". Tentang kebijakan pemerintah tersebut bertentangan dengan semangat humanisme, juga tidak sejalan dengan spirit Pancasila dan Konstitusi. Kita harus menerima agama orang lain, menghargai agama orang lain bukan berarti kita harus menganut agama orang tersebut, bahkan ibu M. M. mengatakan bahwa semua agama Indonesia itu menekankan Nilai-Nilai Kemanusiaan. Ada batas pembebasan agama dan hak itu dibatasi oleh kewajiban dan tanggung jawab seseorang untuk menghargai dan menghormati sasama dan kita harus berlaku adil tanpa memandang siapa mereka.
      Syalom
      Salam IBD

      Hapus
  22. Nama : Anjas Tacia Linka Br Ginting
    Nim : 15.01.1216
    Tingkat :1-C/Theologi
    Syaloom,
    Dari pembahasan kelompok 1 pada tanggal 02 april 2016, saya mengambil kesimpulan bahwa disini Romo Mangun ingin membuat bangsa kita ini menjadi bangsa yang lebih baik lagi, baik itu dari segi nilai-nilai kemanusiaan maupun hubungan antara humanisme dan religius. Ia selalu berusaha agar masyarakat Indonesia ini hidup di dasarkan oleh nilai-nilai kemanusiaan dan keinginan Romo Mangun ini tidaklah mudah.humanisme religius Mangun ini secara vokal memberikan sumbangannya dalam dua arah, sebabia berani menyatakan kritiknya pada pemerintah ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkaitan dengan nasib rakyat. Jadi kita sebagai bangsa Indonesia juga harus merenungkan serta berpikir agar bangsa kita ini menjadi bangsa yang besar, karena setiap keinginan haruslah di dasari dari diri kita. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus menaruh rasa kepedulian dan berani karena sangatlah banyak rintangan untuk memuat dan menegakkan keadilan bangsa ini dalam hubungan humanisme dan religius. Maka dari itu seharusnya kita tidak melanggar norma dan peraturan agar humanisme religius dapat tercapai yang berlandaskan pancasila

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Anjas Tacia Linka Br Ginting
      Nim : 15.01.1216
      Tingkat :1-C/Theologi
      Syaloom,
      Dari pembahasan kelompok II mengenai “Manusia Humanis Menurut Romo Mangun”. Menurut Mangun Wijaya konsep manusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang humanis. Namun, pembentukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat ndonesia. Romo Mangun rela mempertaruhkan hidupnya demi pendidikan terlebih pendidikan bagi anak-anak miskin, ia adalah tokoh yang sangat peduli terhadap bangsa ini. Bukan hanya pedidikan saja tapi Bangsa kita memiliki banyak perbedaan budaya, tapi walaupun banyak budaya kita harus tetap melestarikan budaya kita dan tetap menghargai budaya orang lain. Kita sebagai generasi penerus harus membantu Romo Mangun yang ingin menjadikan bangsa kita ini sebagai bangsa yang berbudaya dan humanis melalui kesadaran kita dengan menggunakan pendidikan dengan baik. pendidikan menurut Romo Mangun adalah mengantar dan menolong anak untuk mengenal dan mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, utuh, bijaksana, humanis dan mampu menjadi sosok pasca Indonesia dan pasca-einstein sekaligus pduli dan solider degan sesama manusia. Dengan demikian tercapailah keinginan Roma Mangun untuk menjadikan bangsa kita ini menjadi bangsa yang indah.

      Hapus
    2. Nama : Anjas tacia linka br ginting
      Nim :15.01.1216
      Tingkat :1-C/Theology

      Setelah saya membaca sajian kelompok 3 yang berjudul “pasemon dalam sastra karya Romo Mangun”. Kesimpulan saya yaitu pasemon (istilah sastra Jawa) yang artinya ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah yang pernah terjadi. Romo Mangun menerbitkan karya sastranya yaitu burung-burung manyar, trilogi roro mendut. Melalui novelnya ini dia berharap agar pembaca dapat menerapkan humanisme di dalam kehidupan masyarakat, untuk menciptakan humanism itu bukan melalui teori saja tetapi harus dibarengi dengan perilaku kita, karena novelnya ini memiliki ideologi yang sama yaitu untuk mencapai kemerdekaan dan ditekankan hal-hal yang memerdekakan /melepaskan manusia dari tahayul. Romo selalu menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan karena Romo ingin menempatkan manusia sebagai makhluk yang berharga dan mencoba membangun cara berpikir yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan mencapai tujuan hidup yang tidak terlepas dari religious. Seperti perumpamaan anak yang hilang, yaitu disini Romo ingin membangun karekter kita demi kesejahteraan dalam Negara kita ini.
      Romo Mangun adalah seorang rohaniawan, arsitek dan sastrawan, tetapi dia tidak pernah menyangkutkan novelnya dengan isi alkitab. Mangun Wijaya hanyalah seorang yang peduli kepada orang miskin, artinya ia tidak tahan lama-lama melihat orang menderita. Romo Mangun membuat orang yang miskin menjadi mewah tetapi mempunyai martabat dan fasilitas yang layak. Romo sangat berjuang untuk menciptakan Negara kita ini menjadi Negara yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan jadi kita harus menghargai dan ikut membantu Romo agar Negara kita ini tumbuh menjadi Negara yang berlandaskan pancasila. Romo tidak pernah ingin menjadi orang yang besar, dia tidak pernah muruk ingin berkarya tetapi jiwanya terpanggil untuk memperdulikan manusia melalui cerita-cerita sastra. Melalui karya sastra Romo Mangun kita diingatkan tentang nilai-nilai kemanusiaan yaitu nilai kebaikan (bonum), nilai kebenaran (verum), dan nilai keadilan (santum). Jadi dengan membaca karya sastra Romo Mangun kita menemukan nafas-nafas kehidupan yang berkesan pada kemanusiaan.

      Hapus
    3. Dari pertemuan ke 4 yang berjudul keberpihakan terhadap kaum miskin.disini yang dibicarakan adalah seorang pria yang berna a yusuf yang bekerja sebagai tukang becak. Dia harus mencari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai tukang becak, dia tidak pernah malu dan tidak merendahkan profesinya.dari cerita diatas kita juga sebagai manusia jangan pernah malu dengan martabat kita dan jangan pernah memanfaatkan kemiskinan untuk mencari uang secara tidak halal. Karna sekarang ini sudah banyak orang yang menjual martabatnya demi kepuasan hidupnya.sebenarnya semua manusia itu sama dimata tuhan tidak ada yang miskin atau kaya, yang terpenting kita harus saling mengasihi karna bukan kekayaan yang membuat kita bahagia selamanya.romo mau membangun rasa kepeduliaan terhadap rakyat rendah, melalui novelnya balada becak dia mempunyai cita cita untuk membangun manusia yang humanis dan kita di ajak untuk saling menghargai dan mengasihi karena kasihlah yang mempersatukan kita bukanlah harta. Janganlah pernah gengsi dengan kemiskinan tetapi berusahalah dengan cara yang halal seperti yusuf yang selalu berjuang dalam kemiskinannya walaupun banyak cobaan disekitarnya untuk menjatuhkan dia kedalam dosa. Jadi kita sebagai generasi penerus bangsa marilah kita syukuri apa yang saat ini kita miliki dan menghargai bagaimana kondisi kita pada saat ini sebab di dunia ini tidak ada yang kekal dan harta tidak dibawak mati. Seperti yang tertulis dalam 1 tesalonika 5:18 "mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu"
      Salam IBD

      Hapus
    4. Pada pertemuan kita yang ke 5 yang berjudul "si penggembala cerita" yang dapat saya simpulkan yaitu bahwasanya kita ketahui manusia memiliki pikiran yang dapat dituangkan. Romo Mangun memiliki banyak ide ide untuk menciptakan manusia yang humanis. Romo Mangun juga memiliki pemikiran yang religius, intelektualnya tinggi, dan juga spiritualnya tinggi. Disini Romo Mangun berkarya dalam novelnya dengan menggunakan lambang lambang flora dan fauna, mungkin ini digunakan supaya kita lebih mudah memaknai cerita yang dibuat oleh Romo Mangun, seperti yang dikatakan bapak dosen bahwasanya Romo Mangun disini sama seperti Tuhan Yesus yang menggunakan perumpamaan. Romo Mangun bercerita dalam novelnya dan mengajarkan agar kita dapat dibentuk menjadi orang yang humanis dan memiliki nilai nilai kehidupan manusia dalam penderitaan, kita harus harus menghargai dan bisa menerima orang disekeliling kita walaupun dia berkekurangan, kita harus bisa mengikuti jejak Romo Mangun yang mau membangun masyarakat Indonesia ini menjadi bangsa yang lebih baik lagi melalui karya karya unik yang telah diperbuatnya. Kita jangan hanya membaca karya nya saja tetapi sebaiknya kita praktekkan didalam masyarakat agar perjuangan Romo Mangun selama ini tidak sia sia.terlebih kita sebagai generasi penerus haruslah bisa menjadi orang yang humanis dan terima lah orang lain walaupun berbeda jangan membeda bedakan orang.kita harus bisa menggembalakan masyarakat seperti Romo Mangun, dia selain sebagai pastor,sastrawan,arsitek,budayawan,penulis,penggembala katolik dia juga dikatakan sebagai penggembala cerita karena karyanya menuntun setiap pembaca untuk menghargai kemanusian.mari sama sama kita wujudkan impian Romo Mangun agar kita dapat menjadi orang yang berkepribadian lebih baik lagi.hargai orang yang di bawah jangan selalu ingin besar diantara orang orang karena Romo Mangun juga tidak pernah bermimpi menjadi orang yang besar tetapi sekarang dapat kita lihat dia menjadi orang yang sangat besar dalam pandangan orang orang yang menemukan prinsip humanisme dalam diri Romo Mangun.
      Salam IBD

      Hapus
    5. Pada pertemuan kita yang ke 6 yang berjudul dehumanisme politik agama di indonesia. Tanggapan saya yaitu bahwasanya disini romo mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai krbijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas khususnya penganut agama agama diluar 6 agama yang diakui pemerintah. Agama sekarang ini sedang menghadapi krisis yang adakalanya tidak disadari oleh agama dan negara, di dalam beragama manusia wajib mendapatkan haknya sesuai dengan hak asasi manusia.keberagaman agama adalah sebuah keniscahayaan yang tidak dapat dihindari apalagi diingkari,persoalannya pemerintah tidak sungguh sungguh mengatur kehidupan umat beragama dengan prinsip humanisme yang menjamin kebebasan beragama bagi semua warga negara sesuai dengan landasa "Bhineka Tunggak Ika".dehumanisme politik agama tersebut menyebabkan para penganut selain beragama tersebut tidak mendapatkan pembinaan dari pemerintah,seperti tidak memperoleh dana bantuan,fasilitas dan berbagai perlindungan yang diberikan pemerintah padahal mereka adalah anak bangsa.untuk mengatasi dehumanisme ini adalah menegakkan prinsip pluralisme yaitu hendaklah dimaknai bahwa setiap agama harus berani mengakui eksistensi dan hak agama lain dan selanjutnya bersedia aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan berbagai agama menuju terciptanya suatu keharmonisan masyarakat dan membawa kepada kebaikan dan kesejahteraan hidup sebagai bangsa indonesia.
      Salam IBD

      Hapus
  23. Nama : Aprida Situmeang
    Ting. / Jur. : IC / Teologia
    NIM : 15. 01. 1217
    Dalam pembahasan kelompok 1 tentang : “ Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka menurut Romo Mangun”.
    Menurut pandangan saya Humanisme Religius melalui proses “humanisasi” dan “homonisasi” atau disebut sebagai pendidikan humantora. Yang menganut paham pesimistis atau optimistis tentang masa depan manusia oleh Romo Mangun untuk sampai pada visi pendidikannya , paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia yang berpegang kepada nilai keagamaan yang terkait dengan hubungan Manusia dengan Tuhan sebagai makhluk ciptaannya. Pendidikan humanism religious adalah untuk mengajar manusia dalam beriorientasi pada manusia sebenarnya.
    Menurut Romo Mangun manusia adalah makhluk yang berakal budi, animal rational. Dalam artian manusia mampu berpikir, menentukan pilihan, dan mengambil tindakan berdasarkan pilihannya atau lebih mudahnya makhluk merdeka. Budaya menjadi tempat dimana manusia meluangkan segala hasil dari pemikiran atau pengetahuannya. Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Aprida Situmeang
      Nim : 15.01.1217
      Tingkat : I-C Teologia

      Dalam pertemuan ke 2 (04 april 2016) yaitu “ Manusia Humanis Menurut Romo Mangun”bahwa Romo Mangun adalah seorang tokoh yang peduli akan lingkungan masyarakat dan sekitarnya, sehingga ia terus menerus mengembangkan anak-anak Indonesia supaya mencerdaskan kehidupan masyarakat Indonesia. Humanis adalah bersifat manusiawi atau sesuai dengan apa yang menjadi kodrat manusia dimana humanisme yang bertujuan menghidupkan rasa peri kemanusiaan yang menceritakan pergaulan hidup yang lebih baik.
      Dalam hal ini Romo Mangun ingin mencapai yang namanya manusia humanisme berpendidikan (Ilmu Pengetahuan) sebagai pembawa pencerahan dan membuka wawasan dan disamping itu juga tetap bertumbuhnya spritualitas ketika engkau beragama memuliakan tuhan maka engkau terpanggil untuk menolong dan peduli manusia dan mampu untuk berkebudayaan baik kepada orang lain.
      Salam IBD

      Hapus
    2. Nama : Aprida Situmeang
      Nim : 15.01.1217
      Tingkat : I-C Teologia
      Dalam pembahasan kelompok 3 tentang “ Pasemon” dalam sastra karya Romo Mangun. Pesamon adalah istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pesamon berupa ucapan atau uangkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah,dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui pada semua orang/umum. Dalam mengenai Romo Mangun seorang pastor yang menulis Roman tetapi sebagai seorang pastor, dia menuliskan seperti cerita-cerita yang pada kitab suci sehingga seperti khotbah dan Romo Mangun ini sangat peduli kepada manusia yang kurang mampu membuat manusia supaya berfikir dengan baik.
      Bahwa Romo Mangun mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang baik sehingga dia mempunyai sikap Rohaniawan,Arsitek dan Sastrawan. Ia adalah seorang yang peduli kepada kaum miskin artinya ia tidak tahan melihat orang-orang atau masyarakat lama-lama menderita. Romo Mangun hanya ingin membangun manusia itu menjadi lebih baik lagi untuk memanfaatkan waktunya dengan kemerdekaan kebesaran, kemuliaan dan memberikan martabat yang religious.
      Salam IBD

      Hapus
    3. Nama :Aprida Situmeang
      Nim :15.01.1217
      Tingkat :I-C Teologi

      Dalam pembahasan ke-Iv yang berjudul "Belada Becak" Kaeya Romo Mangun menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian Romo Mangun kepada orang-orang miskin atau kaun yang tertindas. Dalam Novel ini dapat kita lihat bahwa bagaimana seorang laki-laki yang miskin dicintai oleh dua orang gadis yang berpendidikan tinggi dan harta yang berkecukupan, mungkin kita berfikir bagaimana mungkin seorang laki-laki mencintai dua orang perempuan cukup dalam harta.
      Dari Novel BB(Belada Becak)ini yusuf memberikan banyak pelajaran kepada kita, dan inilah tujuan R.Mangun Wijaya untuk menuliskan Novel ini supaya setiap orang yang membacanya termotivasi dan dapat menginspirasi para pembacanya dan memperjuangkan hak-hak kemerdekaan ditengah-tengah kondisi yang tidak mendukung dan kita harus mampu menghargai cara belajar satu dengan yang lain.
      salam IBD

      Hapus
    4. Nama :Aprida Situmeang
      Nim :15.01.1217
      Tingkat :I-C Teologi

      Daalam Sajian pembahasan kali ini tentang " Si Penggembala Cerita " YMB yang dikenal dengan panggilannya Romo Mangun dan yang populer oleh Novel-novelnya. Disini Romo Mangun mengajak kita untuk berimajinasi,berkemauan untuk menerapkan sifat Romo Mangun yang selalu bekerja keras membuat novel-novel dan membuat lambang.
      Si Penggembala Cerita dalam novelnya juga bisa mengenal kebenaran,kebaikan yang dilakukan Romo Mangun novel-novel yang ditulisnya yang luar biasa sehingga seluruh dunia ingin mengikuti sifat yang ada dalam Romo Mangun. kita tahu bahwa dalam nilai-nilai kemanusiaan terdapat tiga yaitu kebenaran,keadilan dan kebaikan.Semua ini terdapat pada novel Romo Mngun, akan tetapi yang sangat terlihat adalah nilai kebaikan. mari kita seperti Romo Mangun ysng tidak memandang rupa dan harta setiap manusia.
      Salam IBD

      Hapus
    5. Dalam sajian pembahasan kali ini pada kelompok 6 tentang " Diskriminasi Pemberlakuan Agama-agama Manusia Yang Bermartabat Dehumanisme Politik Agama" bahwa setiap manusia harus mempunyai martabat yang baik supaya manusia tidak pernah dijatuhkan ma setiap manusia yang lain.
      Menurut Musdha Mulia mengatakan masih banyak agama tradisi itu sementara ruangan pengetahuan sudah tutup sehingga terciptalah Humanisme dan Dehumanisme(sangat mayoritas) dan mempunyai setiap komitmen(keyakinan) tidak terpengaruh dengan agama lain.
      Suatu fenomena dimana terjadi diskriminasi terhadap agama-agama mayoritas yang diakui resmi diindonesia.contohnya Parmalim,Ahmadia dan Tahariman.bahwa sosok R.Mangun Wijaya yang membangun umat humanisme menjadi Dehumanisme.
      dalam politik agama dapat diihat dari 3 K:
      1.Kebaikan
      2.Kebenaran dan
      3.Keadilan
      marilah kita selalu menghargai agama orang lain dan agama kita sendiri seperti contoh sisamaria dimata yesus adalah orang baik/agama yang baik (lukas 10:25) bergurulahkepandangan kristus tetapi justru tuhan mengatakan orang samaria yang murah hati.
      Salam IBD

      Hapus
  24. Nama : Desi Natalia Br. Sinulingga
    Ting. / Jur. : IC / Teologia
    NIM : 15. 01.1238
    Dari pembahasan kelompok 1,pada kelas bersama yang kita adakan di ruang makan pada hari sabtu 2 april 2016. Kita membahas bahwa humanisme tentang keharmonisan sesama umat beragama. Kita ketahui dan kita lihat sendiri bahwa nyatanya di Negara Indonesia sendiri bahwa nyatanya di Negara Indonesia sendiri begitu banyak konflik-konflik antar agama yang berbeda-beda. Dapat kita lihat contoh konflik antara agama, seperti yang terjadi pembakaran gereja HKI di Aceh Singkil oleh agama tetangga. Mereka menganggap bahwa gereja HKI itu belum memiliki surat izin untuk berdiri. Hal tersebut merupakan konflik yang muncul akibat kita sendiri dan menjadi dampak bagi kita juga.
    Dan humanisme juga membahas tentang keadilan dan kedamaian khususnya bagi kita sebagai generasi muda. Begitu banyak kekerasan-kekerasan yang terjadi di Negara kita. Kekerasan yang terjadi di Negara kita sendiri sebagian besar karena masalah yang ditimbulkan oleh pemuda-pemuda. Seharusny kita pemuda sebagai generasi penerus mampu mengubah dan mengatasi segala masalah-masalah yang terjadi di Negara kita. Maka dari itu kita pemuda-pemuda generasi penerus bangsa harus mampu memajukan dan mensejahterakan Negara kita.
    Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desi Natalia Br. Sinulingga
      Ting. / Jur. : IC / Teologia
      NIM : 15. 01.1238
      Dalam pertemuan ke (04/04/2016) manusia humanis menurut Romo Mangun Wijaya. Romo Mangun adalah tokoh yang peduli terhadap sekitarnya dan,terutama pada negaranya sendiri. Begiyu sulit untuk mengubah safat-sifat atau kepribadian seseorang, apalagi untuk mengubah sifat-sifat banyak orang yang tinggal di Negara ini. Maka sangat kecil kemungkina kita sesama warga dapat akur atau sependapat terhadap sesuatu hal, karena setiap manusia pastinya selalu berbeda pandangan-pandangannya. Maka dari itu kita harus mamou menjalin hubungan yang harmonis dengan cara saling menghargai,saling peduli dan memiliki rasa ingin tahu terhadap apa yang terjadi di sekitar kita.
      Dalam pandangan Romo Mangun pembaruan pendidikan perlu ditempatkan di dalam kerangka evolusi kebudayaan. Kebudayaan yang saat ini mulai terkikis di tengah-tengah masyarakat harus kita jaga dan memberi perhatian lebih dalam mempertahankan kebudayaan pada saat ini. Kebudayaan sangat perlu diterapkan di tengah-tengah masyarakat untuk saling mengenal dan memahami sesama manusia untuk menjalin hubungan yang lebih harmonis. Jika kita tidak mampu mempertahankan kebudayaan kita maka sangat sulit untuk menjalin hubungan yang begitu erat karena dari kebudayaan kita dapat saling menenal dan mampu memahami setiap perbedaan. Seperti dalam semboyan kita yaitu, Bhineka tunggal ika (walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu). Kita harus mewujudkan semboyan tersebut dan menjadi dorongan bagi kita untuk tetap berusaha dalam menjalin hubungan yang begitu baik. Maka dari itu marilah kita berusaha tetap mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan kita agar dari kebudayaan tersebut kita juga mampu menjalin hubungan yang lebih harmonis.
      Salam IBD

      Hapus
    2. Nama : Desi Natalia Sinulingga
      Ting/ jurusan: IC/Teologi
      Nim : 15.01.1238

      Dalam pembahasan kelompok 3,saya menanggapi bahwa bagaiman Romo Mangun berperan bukan hanya sebagai pastor dan arsitek juga berperan sebagai sastrawan. Romo Mangun adalah Salah satu penulis yang menceritakan segala pengalaman-pengalaman yang pernah la lalui. Dimanan pada sajian ini menceritakan bagaimana karya-karya Romo Mangun yang menceritakan istilah "pasemon". Pasemon merupakan istilah dari bahasa sastra jawa tradisional yang merupakana istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon merupakan ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengigatkan seseorang kepada peristiwa sejarah. Misalnya dalam hal ini kita dapat mengingat kembali bagaimana para pahlawan Tanah Air kita dalam berjuang untuk merebut dan memperahankan negara Indonesia,begitu besar perjuangan mereka. Maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya berjuang dalam memajukan bangsa kita kedalam hal yang lebih baik. Begitu juga halnya dalam pekabaran injil (mengembangkan gereja-gereja). Begitu banyak tokoh-tokoh yang berperan dalam hal ini. Dalam perjuangan mereka dalam mengabarkan injil hingga pada saat ini,seharusnya kita sebagai generasi penerus harus lebih semangat dalam memperrahankan segala sesuatu yang telah ada dan mampu untuk memajukan ke dalam hal yang lebih baik lagi. Dan walaupun kita tidak mampu untuk berperan dalam mengembakan dan memperahankan segala sesuatu yang telah ada setidaknya kita tidak menjadi seorang pengacau dalam segala hal.
      Salam IBD...

      Hapus
    3. Nama : Desi Natalia sinulingga
      NIM : 15.01.1238
      Jurusan: Teologi

      Dalam pembahasan kelompok 4 yaitu yang berjudul "keberpihakan pada kaum Miskin". Dari pembahasan kelompok ini kita ketahui bersama bahwa kemiskinan bukanlah menjadi pedoman bagi kita dalam menghancurkan martabat. Bukan kemiskinan yang mampu memunculkan perbedaan bagi kita sesama manusia. Terkadang muncul perbedaan karena adanya pengkotak-kotakan/pengkelompok-kelompokan antara sesama sehingga ada yang mencoba menghindar sehingga terlihat adanya perbedaan. Terkadang orang yang merasa kurang mampu mencoba untuk menghindari orang yang mereka anggap lebih mampu dari mereka. Dengan itu Roma Mangun menyampaikan lewat karya sastranya bahwa semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama. Maka dari itu juga kita dapat belajar untuk saling menghargai dan saling bertolong-tolong satu dengan yang lain. Bukan kemiskinan yang menjadikan adanya perbedaan.
      Banyak orang kaya juga mengangap bahwa orang miskin itu tidak memiliki hak yang lebih dari mereka. Dapat kita lihat dalam kehidupan nyata bahwa orang kaya selalu mengangap remeh terhadap orang miskin. Orang miskin dan orang kaya memang sangat memiliki perbedaan dalam hal materi tetapi dihadapan Tuhan kita semua sama. Maka dari itu marilah kita saling menghargai satu dengan yang lain. Bukan materi yang menjadi pemisah bagi kita semua hidup di dunia ini.
      Terimakasih
      Salam IBD..

      Hapus
    4. Nama : Desi Natalia Sinulingga
      Nim : 15.01.1238
      Jurusan: Teologi

      Sajian kelompok 5 yang membahas tentang "Si pengembala cerita"
      Kita ketahui bersama bahwa sudah banyak karya Roma Mangun. Roma Mangun bukan hanya bertugas untuk menulis karya sastra tetapi Roma MAngun adalah seorang pastor yang mengemban tugas sebagai seorang pengembala manusia dan dia juga memiliki bakat menjadi seorang pengembala cerita, dengan karya-karya sangat membangun masyarakat. Dalam setiap karyanya dia selalu menerapkan nilai-nilai humanisme.
      Roma Mangun tidak pernah bermimpi menjadi orang yang besar tetapi dua menjadi sangat besar.
      Dalam novelnya Roma Mangun bercerita dan mengajak agar kita dapat dibentuk menjadi orang yang lebih peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Kita juga dapat belajar dari Roma Mangun yang tidak pernah bermimpi menjadi orang yang besar tetapi nyatanya dia menjadi orang yang sangat besar. Dalam hal ini kita khususnya sebagai orang muda generasi penerus dapat bercermin pada Roma Mangun yang tidak pernah menyerah dan tetap berjuang dalam mengembangkan negara ini. Walaupun dia hanya menyampaikan melalui karya sastra namun dapat membangun negara kita menjadi lebih berkembang lagi. Dia juga bertujuan membuat karya sastra tersebut agar kita menjadi orang yang suka membaca khususnya pada orang-orang muda. Begitu banyak dampak-dampak positif yang dapat kita terima dari Roma Mangun. Maka dari itu kita perlu belajar dari sosok Roma Mangun yang tidak pernah bermimpi menjadi orang yang besar tetapi dia menjadi orang yang sangat besar. Dapat kita bandingkan kepada kita dimana banyak sekali mimpi yang ingin kita raih tetapi kita tidak memiliki perjuangan untuk meraih mimpi itu. Bukan hanya dalam mimpi kita menjadi orang besar namun didalam kehidupan nyata juga kita menjadi orang yang besar.
      Trimakasih
      Salam IBD..

      Hapus
    5. Nama : Desi Natalia Sinulingga
      Nim : 15.01.1238
      Jurusan: Teologi

      Syalom..
      Dalam pembahasan kali ini yang membahas tentang "Dehumanisme Politik Agama di Indonesia".
      Dehumanisme yaitu menolak adanya politik agama. Di Indonesia ada 6 agam,Ke 6 agama ini mengajarkan ajaran mereka masing-masing. Di agama dapat terjadi politik karena tiap agama memiliki kriteria-kriteria khusus. Faktor tradisi dan budaya menjadi faktor utama dalam agama.
      Sebenarnya pada zaman sekarang sangat banyak orang-orang yang mau mengubah agama mereka sendiri demi mencapai kesuksesan/suatu pekerjaan mereka. Mungkin karena faktor agama dia tidak dapat diterima untuk bekerja pada suatu tempat. Namun dia rela mengubah agamanya sendiri demi mendapat pekerjaan. Dari contoh diatas dapat kita ketahui bahwa sangat penting bagi manusia pekerjaan dari pada mempertahankan agama mereka sendiri. Maka dari itu kita harus tetap berperan dalam mempertahankan agama kita sendiri. Jangan sampai banyak yang mengorbankan untuk mengubah agama mereka demi kepentingan mereka sendiri. Kesimpulan yang dapat saya berikan mengenai topik kali ini adalah bagaimana sebenarnya Dehumanisme sangat berdampak pada agama-agama.
      Terimakasih
      Salam IBD..

      Hapus
    6. Nama : Desi Natalia Sinulingga
      Jurusan : Teologi
      NIM : 15.01.1238

      Sajian kelompok 7 yang membahas tentang "Pluralisme dan Reaktualisasi Pancasila". Pembahasan kali ini menyinggung tentang pelajaran kita semester yang lalu "satu bumi banyak agama". Kita ketahui bersama bahwa Indonèsia memiliki keberagaman agama dan budaya, seperti semboyan kita "bhineka tunggal ika" walaupun berbeda-beda namun tetap satu. Namun demikian masih banyak masyarakat yang tidak menerima hal tersebut. Mengapa saya katakan seperti itu karena masih ada orang yang beranggapan bahwa agama yang di anutnyalah yang paling benar dan beranggapan bahwa agama lain adalah ajaran sesat. Hingga banyak orang yang masih tidak sepaham dalam hal kepercayaan. Sehingga terjadilah pengelompokan atau pengkotak-kotakan dalam masyarakat. Seperti yang terjadi di Aceh singkil dimana gereja di bakar oleh agama tetangga, hal tesebut sangatlah tidak wajar. Sebaiknya jika ada masalah yang terjadi lebih baik dibicarakan/dimusyawarahkan terlebih dahulu dan tidak bertindak yang tidak wajar seperti yang terjadi di Aceh singkil tersebut. Banyak orang banyak juga jenisnya tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Maka dari itu kita perlu membangun sikap yang humanisme baik di tengah-tengah masyarakat maupun di dalam beragama. Sehingga kita dapat menjunjung tinggi semboyan kita "bhineka tunggal ika" dan persaudaraan kita dalam kristus tetap terjalin dengan baik.
      Trimakasih
      Salam IBD.. :-)

      Hapus
  25. Nama : Sola Gratia Bangun
    Tingkat/jurusan: 1-C
    Nim : 15.01.1327
    1. Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka, Paham Dasar Pendidikan Mangun Wijaya:
    Menurut pandangan saya setelah saya mempelajari tentang Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka , Paham Dasar Pendidikan Mangun Wijaya ini. Saya dapat mengambil kata kunci yaitu Humanisme Religius dan Nasionalisme yang paham akan dasar dari pendidikan. Dimana kita tahu bahwa Humanisme Religius dan Nasionalisme adalah manusia yang beragama dan bersifat nasional yang artinya dimana manusia yang beragama itu harus terbuka terhadap negaranya atau dapat dikatakan kalau kita seorang manusia yang beragama kita juga harus mencintai tanah air kita. Jika dikaitkan dengan berita-berita yang sedang hangat-hangatnya di media sosial bahwa seorang artis indonesia telah menjelekan lambang negaranya sendiri. Memang jika kita kaitkan dengan pendidikan kita tahu bahwa dia hanya sampai menduduki tingkat sekolah dasar. Tetapi walaupun demikian bagaimana pun dia juga harus mendapat hukuman karena kita tahu bahwa negara kita ini adalah negara hukum. Didalam buku mangun wijaya ini kita juga daijar untuk saling menghargai satu sama lain baik itu di dalam keagamaan, suku, ras. Dimana kita tahu bahwa di negara kita indonesia ini sangat banyak sekali beragam-ragam agama,suku,budaya,dan ras yang juga sering disebut dengan Bhineka Tunggal Ika yang artinya Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dapat disimpulkan bahwa walaupun kita berbeda agama, budaya, suku, dan ras kita harus saling melengkapi agar hubungan kita sebagai manusia yang beragama dan yang berpendidikan tetap terjalin hubungan yang baik. Dan Mangun Wijaya juga mengajarkan pada kita semua agar kita juga harus paham akan dasar pendidikan. Karena kita tahu bahwa pendidikan itu sangatlah penting didalam kehidupan kita manusia khususnya bagi kita manusia yang beragama dan bersifat nasionalisme. Agar kita tahu membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik, dan IBD adalah salah satu mata pelajaran yang dapat membangun kita dalam menciptakan seorang Manusia yang Beragama dan Bersifat Cinta akan Tanah air (Nasionalisme).
    Salam IBD.

    BalasHapus
  26. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2. Manusia Humanis Menurut Romo Mangun
      Menurut dari pandangan saya bahwa Manusia Humanis adalah seorang manusia yang memiliki pendidikan yang tinggi dan bersifat yang baik. Disini dapat saya ambil sebuah kata kunci yaitu Pendidikan. Saya mendapat inspirasi dari seorang tokoh yaitu Bapak Pendidikan kita yaitu Ki.Hajar Dewantara. Bahwa dialah yang pertama sekali membuat pendidikan di indonesia ini sehingga orang indonesia dapat menduduki bangku pendidikan. Dan begitu juga dengan tokoh R.A. Kartini yaitu Emansipasi Wanita yang memperjuangkan kaum wanita agar dapat duduk di bangku pendidikan. Dia juga terkenal dengan kata-katanya yaitu ”Habis Gelap Terbitlah Terang” yang artinya di dalam setiap masalah pasti akan ada jalan ( jika kita memiliki masa lalu yang buruk tetapi jika kita menyelesaikannya pasti akan mendapat masa depan yang baik). Romo Mangun juga mengajar kita sebagai manusia kita juga harus memiliki tingkat pendididkan yang baik. Agar kita sebagai manusia dapat membangun ide-ide yang baru bagi bangsa dan negara kita terkhusus bagi bangsa dan negara kita indonesia ini. Terutama bagi kita mahasiswa teologi yang mempelajari mata kuliah IBD ini dimana mata kuliah ini sangat berguna bagi kita dalam kita melayani jemaat kita nanti. Karena kita disini dituntut untuk memiliki pendidikan yang baik dan juga sifat yang baik, agar kita dapat menjalankan pelayanan kita di jemaat dengan baik sesuai yang telah di katakan oleh Romo Mangun ini. Sehingga kita dapat sukses dalam menjalankan semua tugas- tugas yang kita harus jalankan. Maka dari itu marilah kita membangun pendidikan yang baik sesuai yang telah di katakan oleh Romo Mangun tersebut. Dan semoga buku dari Romo mangun ini dapat membangun kita semua mencapai pendidikan yang baik sesuai yang kita inginkan.
      Salam IBD.

      Hapus
  27. Nama : Nova Kembaren
    Tingkat/ Jurusan : I-C/ Theologia
    NIM : 15.01.1299
    Syalom bagi kita semua..
    Dari pemaparan yang telah ada disini jelas terlihat bahwa sosok Romo Mangun adalah sosok yang istimewa dimana Romo mengajak para generasi penerus (generasi muda) untuk membangun dan tetap menjaga Nilai -nilai Kemanusiaan dan Nasionalisme. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya pada pembahasan mengenai Humanisme Religius dan Nasioanlisme.Kita diajarkan agar Cinta akan Tanah Air

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pembahasan dari kelompok Pertama
      Tentang " Humanisme Religius dan Nasionalisme Terbuka menurut Romo Mangun "
      Orang bertalenta, Dialah sosok Romo Mangun bukan hanya seorang Pastor melainkan dia juga seorang Arsitek juga yang terakhir Sastrawan. Sosok ini adalah sosok yg perduli akan orang yang kekurangan. Agar lebih manusiawi sehingga menjadi Humanis. Dimana Nasionalisme yang terbuka menjadikan cinta tanah air. Dimana rasa itu dibangun agar tidak luntur

      Hapus
  28. nama: fidewana sari saragih
    nim: 15.011.1263
    tingkat : 1-c /teologi
    Dari pembahasan kelompok 1 pada saat kelas bersama , memang banyak perdebatan yang terjadi mengenai humanisme religious terbuka .dari hasil diskusi tersebut saya mendapatkan inti bahwa Romo Mangun mengajak generasi muda untuk lebih memperhatikan dan membangun serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan agar tidak terjadi hal - hal yang merugikan bangsa dan negara sendiri.untuk itu generasi muda saat ini dituntut untuk bisa menjadi pengubah suatu keburukan yang terjadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk sajian kelompok 2 ,saya mendapatkan suatu inti dari pembelajaran ini bahwasanya manusia dengan budaya tidak dapat dipisahkan lagi karena didalam manusia , kebudayaan sudah tumbuh sejak dari kita lahir karena kebudayaan itu sudah ada sejak nenek moyang kita yang terdahulu.begitu juga dengan pendidikan , yang tidak dapat dibuang dari kehidupan manusia karena pendidikan sangat dibutuhkan demi pencapaian cita - cita dan unruk masa depan kita kedepannya. saat ini manusia tanpa pendidikan tidak berguna dan tidak dipakai untuk menjadi seorang pekerja .intinya orang yang tak berpendidikan akan merasa dikucilkan dan dia sendiri akan merasa iri terhadap kesuksesan akan teman temannya

      Hapus
    2. syaloom....
      dalam sajian kelompok 3 yang membahas mengenai pasemon ,kita dituntut agar mengetahui mengenai sejarah ataupun ungkapan.sejarah adalah kejadian yang pernah terjadi dimasa lampau yang memang benar diakui oleh manusia sekarang.dalam sejarah ini biasanya menyangkut latar belakang terjadinya sesuatu .Ini berarti Romo Mangun dalam karyanya sudah mengetahui akan sejarah tersebut.sejarah sangat penting untuk diketahui oleh generasi muda sekarang ini .untuk itu bagi generasi muda sekarang ada baiknya jika sejarah dari negara kita , kita ketahui agar jika ada yang bertanya mengenai sejarah negara kita ini dapat kita memberi penjelasannya.

      Hapus
    3. syaloom....
      Dalam sajian kelompok 4 yang membahas mengenai kemiskinan(balada becak)
      dalam pembahasan ini saya berpendapat bahwa kemiskinan itu bukanlah sesuatu yang secara tiba - tiba datang tapi walaupun demikian kemiskinan itu bisa dijadikan sebagai motivasi atau dorongan untuk lebih giat bekerja .walaupun ada orang yang tidak bisa sekolah karena kurang mampu dalam biaya,itu tidak menjadi penghalang karena sekarang ini ada banyak bantuan yang diberikan pemerintah baik melalui BSM,BPJS,dan lain sebagainya.disini pemuda indonesia yang salah dalam menggunakan bantuan yang dari pemerintah atau kurang mengeluarkan bakat atau talenta yang dimilikinya .sehingga pemuda bahkan anak-anak banyak yang meminta - minta di jalanan.memamng benar apa yang dikatakan saudara ribka ,kalau kita memberikan uang kepada mereka ,itu berarti kita yang kurang pintar disana dan kita itu sama saja membiarkan mereka semakin miskin.kadang saya sendiri yang melihatnya seperti itu ,memang merasa kasihan tapi kalau saya terus memberikannya ,mereka akan merasa masih ada ternyata orang yang mau memberikan kita uang atau lainnya.jadi mereka seakan -akan tidak mau berhenti melakukan pekerjaan yang demikian.memang menjadi seperti ROMO MANGUN sangatlah sulit mengikuti kebaikannya.tapi disini balada becak datang untuk membawa martabat yang harus dijunjung tinggi agar tidak dianggap rendah oleh orang lain

      Hapus
    4. syalooom...........
      Dalam sajian kelompok 5 yang membahas mengenai si penggembala cerita , dikatakan bahwa Romo Mangun merupakan seorang yang banyak kata -kata sehingga muncul banyak karya - karya yang dia hasilkan baik dari lingkungan sekitarnya , dan kejadian - kejadian yang ia lihat.Berpengertian kepada judul kita yaitu si penggembala cerita, itu berarti dituntun, dipelopori , dan diberikan suatu tindakan atau ajakan yang bisa merubah pola hidup seseorang.Adapun yang disebut dengan penggembala dalam gereja ialah pendeta atau pastor ,dan orang yang memang bisa menggembalakan orang yang bermasalah seperti itu .Biasanya orang yang digembalakan tersebut menceritakan pergumulan yang sedang dialami dan memang benar tidak bisa ia selesaikan lagi secara sendiri.bagi orang mengalami hal- hal buruk sejak ia kecil , kemungkinan besar ia akan mengingat terus akan masa lalunya yang buruk itu jika ia tidak diberi atau tidak digembalakan.

      Hapus
    5. syaloom pak
      dalam sajian kelompok 6 mengenai dehumanisasi agama
      dehumanisasi berarti penghilangan harkat dan martabat
      dalam pertanyaan mengenai perlunya kolom agama dalam ktp , menurut saya itu sangat penting karena itu menandakan identitas diri sebagai umat beragama juga sebagai suatu keharusan untuk menganut agama yang memang kita percayai.kebebasan dalam beragama bukan berarti bebas memeluk atau berpindah pindah agama melainkan kebebasan dalam menganut suatu agama tanpa membanding bandingkan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya.walaupun bebas dalam beragama tetap ada juga batasan batasan dalam beragama agar tidak menimbulkan pertikaian antar sesama umat beragama.menurut saya , pendehumanisasian yang terjadi antar umat beragama seperti yang terjadi di aceh singkil.seharusnya sesama umat beragam tidak perlu melakukan hal yang demikian karena setiap orang diberi untuk memeluk suatu agama dalam hidupnya. tidak ada untungnya menurut saya gereja dibakar , toh masih tetap dibangun kembalinya .jadi sesama manusia dan juga sebagai makhluk sosial hal demikian tidak perlu dilakukan lagi karena orang yang melakukan hal demikian akan dibenci dan tidak dihargai orang lain.agar kita dihargai sebaiknya melakukan hal yang disenangi oleh oranglah yang kita lakukan.

      Hapus
  29. Syela T. S. Br Bangun
    I – C / Teologia
    15. 01. 1333
    Pertemuan 1
    Syalom Pak,

    Yang dapat saya ambil dari sajian pertama mengenai“Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Faham Dasar Pendidikan Mangunwijaya” adalah bagaimana seseorang menjalankan hakekatnya sebagaimana mestinya, meningkatkan rasa Humanisme pada dirinya sendiri. Rasa Humanisme itu bisa diterapkan ketika seseorang itu memiliki kesadaran pada dirinya sendiri. Ketika seseorang itu memiliki kesadaran pada dirinya sendiri tentu rasa Humanisme itu akan berpengaruh sehingga rasa religius seseorang juga akan semakin meningkat, bagaimana seseorang tersebut bisa menerapkan di dalam pribadinya sehingga berguna bagi dirinya dan orang lain, tentu kasih akan semakin nyata di dalam kehidupannya. Begitu juga dengan nasionalisme, seseorang memiliki rasa nasionalisme ketika dia bisa menghargai bangsa nya, rasa menghargai itu ada ketika peri kemanusiaan dan religius yang menumbuhkan kasih itu ada. Dan semuanya akan terwujud ketika kita memiliki rsa kesadaran pada diri kta sendiri dan membenahi setiap pribadi kita sehingga kita juga bisa menerapkannya pada sekeliling kita. Jadi Humanisme, Religius, dan Nasionalisme sangat berhubungan dan berkaitan dimana dalam mewujudkan Religius kita yang sesungguhnya pasti kita membutuhkan namanya toleransi beragama dan itu kita dapatkan dari Humanisme dalam diri kita sendiri. Dan Nasionalisme yang kita junjung tinggi pasti kita dapatkan dengan cara berkorban untuk saling tolong menolong dalam mewujudkan negara yang maju dan itu juga kita dapatkan dalam Humanisme pada diri kita sendiri.
    Pada pertemuan yang mencakup seluruh kelas kemarin, penyaji/pembahas mengatakan bahwa pendidikan adalah hal yang paling utama menyangkut kemanusiaan dan rasa Humanisme itu ada ketika kita memiliki keadilan. Dalam hal ini, saya masih kurang puas Pak pada pernyataan penyaji mengenai pendidikan yang berpengaruh terserbut dan saya minta agar Bapak bisa memperjelas mengenai pernyataan penyaji tersebut dan disini penyaji juga menyatakan dasar Humanisme itu adalah kasih dan belaskasihan. Saya tidak mengerti atas dasar apa penyaji mengatakan belaskasihan juga sebagai dasar Humanisme. Saya mohon untuk penjelasan Bapak dan teman kami yang menyakan pernyataan ini.
    Syalom sekian dan terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syela T. S. Br Bangun
      I – C / Teologia
      15. 01. 1333
      Pertemuan II

      Syalom Pak,

      Dalam bahasan mengenai sajian dua yang dapat saya simpulkan bahwa, dalam diri manusia terdapat dua faktor yang mempengaruhi Humanisme seseorang tersebut. Yang pertama adalah Humanisme seseorang yang condong terhadap pendidikan, dimana pendidikan dapat mempengaruhi Humanisme manusia tersebut, bisa kearah yang positif dan bisa kearah yang negatif dan tergantung pada seseorang tersebut memilih yang mana. Karna Humanisme yang condong kepada pendidikan akan selalu berkembang. Yang kedua adalah Humanisme seseorang yang condong terhadap budaya, dimana budaya sangat menentukan baik atau buruknya Humanisme seseorang dari dia lahir sehingga apabila budaya yang dia dapatkan dari lahir adalah budaya yang buruk, maka Humanisme seseorang tersebut juga akan buruk, dan begitu juga sebaliknya apabila budaya yang ditanamkan sejak lahir adalah budaya yang baik, maka Humanisme seseorang tersebut juga akan baik karena budaya tidak bisa berkembang melainkan ditentukan sejak lahir.
      syalom dan sekian terima kasih.

      Hapus
    2. nama : Syela T.S Br Bangun
      nim :15.01.1333

      Uas berjalan kelompok 3.
      "Pasemon dalam karya sastra Romo Mangun"

      Romo mangun sebagai seorang sastrawan yang mengemban tugas juga sebagai rohaniwan dan arsitektur, ia berusaha b dan bekerja untuk membenahi negara lewat karyanya. Seorang Romo bukan hanya ditugaskan untuk menjadi pelayan Tuhan, tetapi dia ditugaskan untuk menjadi seorang pembebas, dia membebaskan orang miskin dari keterpurukannya, membangkitkan orang miskin menjadi orang yang lebih sederhana kehidupannya semakin meningkat.Romo mangun tidak pernah ingin menjadi besar, dan tidak pernah muluk-muluk berkarya tapi jiwanya yang terpanggil untuk memperdulikan manusia melalui karya-karyanya. Di sajian ini menceritakan bagaimana karya-karya Romo yang memasukkan istilah "Pasemon", yang dimana pasemon adalah ucapan yang disampaikan secara tidak langsung kepada seseorang yang dianggap kurang bisa menempatkan diri. Karya-karya atau novel yang dibuat oleh Romo mangun bersifat ideologi kemerdekaan dalam arti lain novel tersebut membuka wawasan atau memperluas cara berfikir kita tentang apa nilai-nilai kemanusiaan serta mengetahui apa itu nilai kemanusiaan, kita juga dspat memikirkan bagaimana caranya agar nilai-nilai kemanusiaan tersebut dapat terwujud dalam kehidupan kita. Dalam karyanya Romo mangun berpendapat bahwa ketika sastalra menempatkan manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan berharga saat itulah sastra telah menyentuh aspek terdalam dalam pengalam manusia yang religiositas ,artinya manusia yang memiliki kepercayaannya yang berbeda-beda. Romo mangun menuangkan karya sastraanya dengan menulis segala pengalaman religiositas yang ada dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru. Y.B mangunwijaya dalam karya-karyanya yaitu sastra manyer, romo rahadi dan trilogi roro mendut , ia menulis dalam bukunya berisikan tentang pengalaman hidupnya. Namun di dalam setiap isi karya sastranya tidak terlepas pula dari nilai-nilai kemanusiaan, salah satunya ialah karya sastra trilogi roro mendut, sosok dari perempuan yang keberaniannya tegas seperti laki-laki yang berjuang untuk melawan keraguan. Begitu banyak karya romo yang sangat membangun, baikpun itu nembangun pendidikan kita, baik pun itu membangun rasa sosial kita terhadap sesama kita yang kurang mampu. Dengan melalui karya-karya romo ini semakin tinggilah kesadaran dalam diri setiap manusia untuk lebih meningkatkan rasa humanismenya. Walaupun karya nya kebanyakan menceritakan tentang percintaan tetapi tetap selalu terarah kr hal yang positif, karna rasa cinta bukan hanya dituju kepada seorang kekasih saja. Untuk itu mari kita mulai mengasihi sesama kita, seperti orang pinggiran, karna bagaimanapun juga mereka saudara kita. Jadi dalam karya-karya romo ini, tujuannya ialah untuk mengigatkan pembaca agar tau bagaimana menerapkan humanis dalam kehidupan bermasyarakat. Dan bukan hanya teori melainkan harus juga dengan praktek.

      Hapus
    3. nama : Syela T.S Br Bangun
      nim : 15.01.1333

      Uas berjalan kelompok 5
      "Pengembala cerita".
      begitu banyak pengetahuan yang kita ketahui dari karya-karya Romo mangun, yang tentunya sangat membangun bagi diri kita.Romo Mangun bukan hanya bertugas untuk menulis karya sastra tetapi Romo Mangun adalah seorang pastor yang mengemban tugas sebagai seorang pengembala manusia dan dia juga memiliki bakat menjadi seorang pengembala cerita, dengan karya-karya sangat membangun masyarakat. Dalam setiap karyanya dia selalu menerapkan nilai-nilai humanisme.Si pengembala cerita mempertegas kepada kita bahwa mengantarkan pesan-pesan terhadap cerita-cerita isi novel tersebut dan membahas setiap novel-novel yang telah dikarangnnya sendiri.Y.B.M membuat kita menjadi takjub maupun terangsang religiolitas bahkan menafsir cerita agar mendapat kan pesan maupun tujuan melalui kutipan-kutipan yang di munculkan di halaman awal novel.Dalam buku-bukunya, Romo mengaitkannya dengan flora dan fauna ataupun dengan lambang-lambang (perumpamaan) yang didalamnya mengandung arti dan makna yang tersembunyi.Romo Mangun merupakan seorang yang banyak kata -kata sehingga muncul banyak karya - karya yang dia hasilkan baik dari lingkungan sekitarnya , dan kejadian - kejadian yang ia lihat.Begitu banyak dampak-dampak positif yang dapat kita terima dari Roma Mangun.Romo Mangun juga memiliki pemikiran yang religius, intelektualnya tinggi, dan juga spiritualnya tinggi. Esai sebagai untaiana renungan, humor, kritik, celotehan, dan khotbah. Esai sengaja dihadirkan Romo Mangun sebagai bentuk perhatiannya agar pembaca tidak hanya berimajinasi tetapi mampu membuat pembaca berasumsi ataupun berpengetahuan secara luas serta termotivasi untuk keluar dari pemikiran yang sudah usang.Seorang Romo Mangun menjadi sipengembala cerita yang berasal dari pengembala umat. Sipengembala cerita ini secara universal memberikan suatu Nilai-nilai Kemanusiaan dimana didalamnya ada nilai kebaikan, saling menghargai dan saling membangun kearah yang lebih baik lagi.
      Beliau menjadi bintang dan menjadi seorang yang popular, walaupun sejak awal dia tidak pernah terpikir untuk hal itu karena tujuan utamanya adalah “menggembalakan banyak orang melalui karyanya dan juga memanusiakan manusia”. Semoga sari karya-karyanya kita juga sebagai pemuda bisa mencontoh intelektual seorang Romo Mangun.

      Hapus
    4. nama : Syela T.S Br Bangun
      Nim : 15.01.1333

      UAS berjalan kelompok 6
      “Dehumanisme Politik Agama di Indonesia”

      Dalam pemaparan ini kita diajak untuk menghargai setiap agama-agama yang di Indonesia, dan memberikan hak yang sepantasnya.Dimana dalam konteks bangsa Indonesia yang secara sosiologis sangat plural, cara pandang keagamaan yang toleran, pluralis, dan peaceful sangat diperlukan untuk menjaga bumi pertiwi ini agar tidak larut dalam konflik, tidak tenggelam dalam jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan. Menurut Musdah Mulia masih banyak Agama-agama yang tidak diakui. sementara ruang pengakuan sudah tertutup sehingga terciptalah Dehumanisme, dan Dehumanisme ini sangat berkaitan dengan politik Agama di Indonesia.
      Dehumanisme politik agama tersebut menyebabkan para penganut selain 6 agama tersebut tidak mendapatkan pembinaan dari pemerintah. penganut 6 agama dimaksud, mereka juga tidak memperoleh dana bantuan, fasilitas dan berbagai perlindungan yang di berikan pemerintah, padahal mereka adalah sesam anak bangsa dan inilah yang disebut diskriminatif. Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Fakta kebhinekaan agama di Indonesia melatarbelakangi adanya prinsip kebebasan beragama dalam konstitusi. UUD 1945, terutama setelah diamandemen secara tegas pula mencantumkan hak atas kebebasan beragama. pilihannya.
      Maka dar itu perlu ada Syarat bahwa semua kegiatan penyebaran agama itu tidak menggunakan cara-cara kekerasan, pembodohan, penipuan serta pemaksaan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam kebebasan beragama kita perlu juga yang dinamakan Pluralisme agama adalah lawan dari eksklusivisme agama. Dalam konteks bangsa Indonesia yang secara sosiologis sangat plural. cara pandang keagamaan yang toleran, pluralis, dan peaceful sangat diperlukan untuk menjaga bumi pertiwi ini agar tidak larut dalam konflik, tidak tenggelam dalam jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan.Dalam kebebasan beragama kita perlu juga yang dinamakan Pluralisme agama adalah lawan dari eksklusivisme agama. maka dari itu marilah kita hendaknya saling menghargai antar umat yang beragama, baik resmi maupun tidak setiap orang punya hak atas kepercayaannya.

      Hapus
  30. Joel F Pasaribu
    1-c/Theologia
    14.01.1146
    pertemuan I
    dari pemaparan sajian 1 dapat saya simpulkan bahwa romo mangun memberikan defenisi tentang kesalah gunaan metode canggih "teknologi canggih" yang sering di pakai oleh anak-anak muda/ generasi muda saat ini, karena romo mangun melihat konteks pada zaman saat ini bahwa banyak anak muda yang hidupnya brantakan sehingga romo mangun membangun metode cara penggunaan teknologi canggih untuk zaman saat ini.
    dan hal ini banyak membangun kehidupan saya setelah saya mengikuti metode yang di paparkan oleh romo mangun.



    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari pemaparan sajian 2 dapat saya simpulkan bahwa manusia dan budaya tidak dapat di pisahkan karena budaya dapat di kelola/di pakai hanya manusia saja,sedangkan budaya hanya lah sebuah nama yang dapat di besarkan oleh manusia hingga keseluruh bumi.
      siapa yang tidak kenal dengan budaya, mungkin tidak ada. namun ada juga manusia yang tidak terlalu memakai budaya itu mungkin bnyak alasan,seperti kemungkinan dari nenek moyang mereka yang tidak memakaibudaya yang sudah di tentukan.
      jadi bagi kita yang sudah mempelajari dan mengerti tentang pentingnya kebudayaan marilah kita membangun budaya kita yang sudah ditetapkan ke pada kita.

      Hapus
  31. Sri Fitriani siahaan
    1-c/ Theologia
    15.01.1328
    pertemuan I
    Dari pemaparan sajian 1 dapat saya simpulkan bahwa romo mangun mengajak kita untuk menghargai arti pentingnya kehidupan yang baik dengan kerasnya kehidupan di zaman saat inngenal arti, dan membangun generasi muda untuk lebih membangun metode-metode yang baik,contohnya bagi kita yang sekolah teologia/kependetaan yang akan memimpin gereja-gereja di dunia ini dan jemaat-jemaat yang akan kita arahkan lebih baik lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sri fitriani Siahaan
      1-c/ theologia
      15.01.1328
      pertemuan II
      Dari pemaparan sajian 2 dapat saya simpulkan bahwa manusia dan budaya itu tidak dapat dipisahkan karena budaya terlahir untuk menghiasi hidup manusia karena budaya itu mempunyai warna yang indah agar manusia dapat beraktivitas, seperti suku-suku yang ada di dunia ini mempunyai budaya masing-masing yang sering digunakan dalam acara-acara.

      Hapus
  32. Nama: Ridho Ezra Suranta Karo-Karo
    Kelas: IC/Teologi
    Nim: 15.01.1311


    Syallom Pak…..

    Saya membahas Kelompok I Romo Mangun yang meliputi persoalaan imam kegerejaan, pluralitas, keagamaan, pendidikan sastra, dan kebudayaan kemanusiaan pada umumnya. Namun itu sikap optimistis dan sikap pestimistis yang mencerminkan Mis: sebuah siposium. Faham humanisme religius ini tampak romo mangun sebagai pastoral yang tidak konvensional. Gereja diaspora Romo Mangun menjelaskan mengidealkan gereja sebagai rumah Tuhan. Namun memiliki istilah yang terbuka antara lain multisent, multiconnection, glenak glenik Dll. Humanisme Romo Mangun bkn ideologi universal yang abstrak yang memiliki pemikiran nasionalis. Corak inteletual dari kaum muda didirikan ini menurut Romo Mangun dengan corak militer istilah kaum muda jepang menumbuhkan angkatan 19. dari praspen pendidikan dan pasca Indonesia.mencari dasar humanisme millennium ketiga kelahiran aljazai dalam forum 2001 membedaka n dua macam Negara di eropa. Sekular natural diamana Negara didsitu sudah dipisahkan dan tidak mengurus agam tersebut. Sekular pluralis disitu agam-agama sangat peduli akan hal tersebut dia bisa mengurus agama itu dengan sebgaik mungkin. Mungkinkan Negara sudah mapan dan sudah mulai kebebasan yang begitu panjang sehingga semua bisa mengurus tugasnya masing-masing. Dari ideology kebebasan dan itu masih di jajah oleh bangsa lain dan belum mengalami evolusi historis penjajahan dari bangsa asing adalah factor penting dalam pendekatan humanisme yang baik. Dominasi pemikiran seolah-olah mempunyai ide satu-satunya di capainya bagi orang-orang. Humanisme bukan hal yang mengenai perdebatan namun mencakup oleh agama seperti pancasila yang memiliki sila yang ada. Dan dari perdebatan persoalaan itu Romo Mangun juga mengidealkan pendidikan. Pendidikan harus bersifat terbuka ke arah masa depan yang harus dicapai sebaik mungkin reformasi lama ide-ide baru Romo Mangun disebut sebagai sosialisasi pada kaum feodai dan orde baru.

    BalasHapus
  33. Nama: Ridho Ezra Suranta Karo-Karo
    Kelas: IC/Teologi
    Nim: 15.01.1311
    Manusia Humanis Menurut Romo Mangun

    Syallom Pak…..

    Saya ingin membahas kelompok II berbicara tentang pendidikan setiap manusia mempu nyai pendidikan setiap manusia mempunyai pendidikan yang cukup mengesankan menurut mangunwijaya citra manusia ibaratkan tradisional jawa citra wayang. Konsep manusia tidak sebagai didikan jawa yang memiliki status posisi dan pramida tatanan heirarki. Konsepnya manusia jawa kedudukan manusia dan memupuk adapt istiadat dan kebudayaan yang sudah diajari orang tua kita dan nenek moyang dulu. Pendidikan itu penting dan memiliki nilai tersendiri status martabat sebgaia manusia akan dihormati. Romo Mangun buah kolonialisme di Indonesia yaitu positik rontoknya pendidikan di bagian barat memiliki metamorfosa yang masa kegelapan abad pertengahan para bangsawan. Menurut Romo Mangun ada beberapa tesis yang kurang romantis dan perkembangan kaum anak kurang romantis dan perkembangan kaum anak dan dewasa yang secara sehat. Manusia yang kontemporer yaitu hipokritik atau munafik, berpura-pura, lain dimuka dan itu perlu kita kkekuatan untuk membunyikan dan dirasakan apa yang dikehendaki. Dari yang say abaca ini kita dapat cirri positifnya yaitu
    1. Memiliki rasa artistik yang tinggi,
    2. Suka tolong menolong & gotong-royong, berhati lembut dan suka berdamai,
    3. adanya ikatan kekeluargaan yang mesra.
    Menurut driyakara pancasila ialah suatu otonom memiliki kesatuan raga dan jiwa dan dia menyadari dirinya dan merefleksikan jiwa rihaniawiny. Selama orde baru berkembang banyak garis haluan Negara yang utuh namun tidak abstrak dalam diri kita. Konsep yang menurut Mangunwijaya itu ialah Romo Mangun tidal lepas dari perjalanan hidup yang unik dari pengalaman hidupnyakorban rakyat kecil terlebih-lebih perempuan dan laki-laki. Mangunwijaya seorang kaya kemanusiaaan yang arti luas dan btk spesifik khusus pastor dihayati jalur-jalur operasional dalam pasca Indonesia & pasca nasional perkembangan interaksi manusia yang memiliki fase-fase berikutnya. Menurut Romo Mangun kembali kembang akar-akar mula awal cita-cita generasi 1982 pasca Indonesia yang perlakuan humanisme. Pasca nasionalis konteksnya kesejahteraan mis pasca sarjana bukan orang sarjana tetapi orang yang sudah sarjan. Dalam pasca Einstein inilah kitanmemandang perilaku kita kedepan cita-cita kita kedepan kita melihar rel dan jalan aspal sebgaimana kita memandang lurus seperti masa depan kita sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Ridho Ezra Suranta Karo-karo
      Tingkat/jurusan : IC/ Teologi
      Nim : 15.01.1311

      Syaloom…
      Dalam sajian 4 kita akan membahas tentang
      Keberpihakan kaum Miskin, konteks yang melatarbelakangi dan gambaran kaum miskin dalam belada becak karya Y.b mangunwijaya
      Novel dibagi 7 yang menceritakan seorang lelaki yang lulus SMA yang sehari-hari melamun dan menghayal. Namun di suatu ketika seorang lelaki tersebut bercinta segitiga dengan lilian. Tetapi dari situ kita beranggapan bahwa karya sastra sebuah cerita tersebut adalah tiruan plato. Yang mempelajari dari fakta-fakta lain. Bila kia meneliti rasa kita secara mendalam kita akan menemukan bahwa perasaan “celaka” itu hanyalah “rasa tidak mau menerima keadaan yang sedang dialami lahir maupun batin. Seandainnya ia kaya sedikit atau tidk mau menerim keadaan karena ada lebih kaya maka ia akan tetap merasa celaka. Sehingga ia tergantung pada dirinnya sendiri karena tidak mau menerima keadaan yang sedang dialami. Mis kita memabaca BB karya mangunwijaya menyarankan agar teks-teks sastra dan teks non sastra dipilih yang didasarkan pada tema wacana yang akan dikembangkan. Meutia hatta melihatnya mangun sebagai peladuk yang mecoba menggali permasalahan massa kini dengan melihat ke masa lalu, dan selalu memperjuangkan rakyat kecil. Tak hanya Yusuf atau gus yang di deskripsikan mangun dengan apik, tetapi juga Bu Dullah. Akan tetapi sehari-hari ternyata tetapi saja dipenuhi dengan khayalan di sela-sela pekerjaan mengelas, menyambung besi. Kemiskinan dan penindasan hamper setua umur umat manusia.sayanya tidaklah banyak diantara mereka yang mengaku sebagai pengikut kristus untuk mau menjalani panggilannya dalam wadah kasih, yang menjadi inti dasar kekristenan. kita selalu diingat untuk membantu orang disaat sukar dan dinyatakan berulang kali balik di perjanjian lama dan perjanjian baru. Sementara orang hina membenci saudara yang miskin berarti berbuat dosa. Room mangunwijaya membawa kesadaran terhadap orang-orang di pinggir jalan. Keberpihakan terhadap kaum yang lemah adalah salah satu bentuk buktinya kemerdekaan seseorang dalam hidup. Biarlah dari semua ini Romo mangunwijaya berpikir dan hati membantu saudara yang kesusahan dan membutuhkan pertolongan karena kita adalah manusia yang akan melayani jemaat, saat jemaat membutuhkan kita kapanpun kita berada.

      Hapus
    2. Nama :Ridho Ezra Suranta Karo-Karo
      Tingkat/Jur :IC/Teologi
      Nim :15.01.1311
      Syallom…
      Kita tak melelu mengurusi kata, kita mesti berjalan ke pengarang sebagai referensi. Pengarang itu bernama Y.B. Mangunwijaya (1929-1999). YBM adalah penggembala cerita. Kita mengenali sebagai pengarang cerpen, novel, esai. YBM juga berperan sebagai “peminat kesusastraan”. Manusia manuangkan ide, keinginan dan apa yang di pikirkan melalui kata-kata. Penggembala cerita merupakan seseorang yang hidup dengan banyak kata-kata (cerita) dan di tuangkan dan membuat orang terpesona melalui kutipan cerita, bersastra, lambang, hati nurani dan esai. Namun dari pada itu kita harus mengenal siapa Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. YBM (Yusuf Bilyarta Mangunwijaya) lahir di Ambarawa, kabupaten Semarang 06 Mei 1929. Ia meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada usia 69 tahun. Dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk "rakyat kecil"). Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun(atau dibaca "Romo Mangun" dalam bahasa Jawa). Romo Mangun ini adalah seorang yang suka membuat Novr yang berjudul Burung-Burung Manyar. Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996. Ia banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: “Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa,Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar” dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Kutipan berasal dari Robert Musil : “Yang terjadi/ bagi dia/ menjadi lambang dari sesuatu yang/ boleh jadi tidak terjadi/ tetapi yang dia hayati/ penghayatan manusia/ selaku keseluruhan dari kemungkinan-/kemungkinannya/ manusia potensial/ syair yang tak tertulis dari adanya dia/ yang menjumpai/ manusia/ sebagai tulisan dari yang nyata terjadi”. Ingatan pembaca memang sering ke cerita, menghadirkan ulang melalui tulisan ataupun ucapan merujuk ke “sinopsis” dan telaah penilaian. Siasat ini memang bakal membuat novel-novel YBM terus teringat, termiliki tanpa pembatasan ruang dan waktu. Bersastra memerlukan ketulusan dengan pengertian kesungguhan.YBM tak sekedar mengasuh kata.Penghadiran cerita selalu memiliki keterlibatan dengan perkara-perkara pokok di kehidupan, ada di orbit sastra kontektual dan mengakar ke realitas. Penggembala cerita ingin susastra adalah urusan kontemplasi. YBM (1986) pernah berpetuah: “sastra atau bersastra itu pewahyuan hidup manusia”. Pewahyuan itu mengandung aktualisasi diri. Bersastra adalah perkara biasa. Kita bisa mengartikan “biasa” sebagai kewajaran, kelumrahan, kelaziman tanpa harus bernalar hierarkis atau diskriminatif. Sastra ada dalam keseharian.Sastra itu hidup. YBM memberi jani bahwa suguhan cerita-cerita berpijak ke kontemplasi.YBM (1997) pernah berpendapat bahwa penulis novel serius alias “susastra” senasib dengan dalang, berpamrih mewartakan kesakralan lakon atau cerita. Penggembala cerita mengajak pembaca menjadi tukang tafsir lambang.Novel-novel YBM adalah jagat lambang. Kita bias mengajukan kutipan di novel Burung-burung Rantau (1992) sebagai pengandaian : “Dunia lambang tak harus mengikuti logika dan etika tersendiri, bahkan boleh disebut juga suatu Supralogikayang melayang bagaikan awan-awan diatas gunung dan lembah, namun yang mengandung uap air mati-hidup bagai segala yang dibawahnya” YBM menggunakan rujukan wayang, kita bias mengalihkan ke garapan novel. Penafsiran atas lambang sering dikerjakan dengan pelbagai tendensi.

      Hapus
    3. Nama : Ridho Ezra Suranta Karo-Karo
      Tingkat/Jur :IC/Teologi
      Nim :15.01.1311

      Lanjutan UAS Berjalan dari kelompok 5:
      Novel-novel YBM biasa ditempatkan di urusan-urusan mengandung dilemma dan polemik. Tukang tafsir mengajukan argumentasi-argumentasi, berikhtiar mengaitkan novel-novel dengan orbit pemikiran YBM. Novel perlahan bertaburan deretan gagasan muluk dan agung. YBM adaahl penabur lambang di novel. Pembaca bakal menemukan untaian renungan melalui pilihan-pilihan lambang merujuk ke flora dan fauna.Kosmologi cerita selalu mengembalikan pembaca ke lambang-lambang, Nover yang berjudul Burung-burung Manyar (1981) berkelimpahan lambang. Pembaca bias termenung saat menikmati cerita dibagian satu dan dua. YBM mirip kawi, mengurai hidup dan mempersembahkan cerita berlebat lambang. Pembaca mengalami pengembaraan imajinasi, membaca dan merenung berbekal pengetahuan tentang fauna.Kehadiran novel Burung-burung Manyar (1981) adalah ejawantah kosmologi pengarang di jagat kehidupan tradisional dan modern, berpijak keolahan referensi kebijakan lawas dan selebrasi sains.Dikaitkan dengan Urusan flora-fauna juga mengingatkan kita dengan novel Romo Rahadi (1981).Latar Papua memberi rangsang imajinasi hutan, sungai, hewan, gunung. Si pengembala cerita mempertegas kepada kita bahwa mengantarkan pesan-pesan terhadap cerita-cerita isi novel tersebut dan membahas setiap novel-novel yang telah dikarangnnya sendiri. Logika dimengerti sebagai kerangka atau peralatan teknis (organon) yang diperlukan manusia supaya penalarannya berjalan dengan tepat; dan dengan demikian, logika dapat diterapkan pada ketiga macam ilmu pengetahuan tadi sebagai batu uji untuk mengetahui sahnya keilmiahan mereka. Tokoh-tokoh di novel-novel YBM sering sarjana, manusia intelektual, berpengetahuan dengan kiblat Barat-Timur. Nilai-nilai hidup dan kemanusiaan sering disorot dengan mata-intelektualitas, mengarah ke universitas tanpa abai lokalitas. Penggembala cerita tak Cuma melenakan pembaca di kubangan imajinasi.Suguhan uraian-uraian berlagak esai sengaja dihadirkan oleh YBM. Esai itu rangsangan ide dan argumentasi untuk berpolemik. Kita bakal menemukan esai menjiwai novel-novel YBM, reprentasi dari kegandrungan memperkarakan pelbagai hal dalam kehidupan. Esai hadir di halaman-halaman novel Burung-burung Manyar (1981). Penjelasan berlajak esai disampaikan melalui tokoh Larasati: “Sebab, siapa berkemauan untuk memilih, dia mengatasi nasib, ia raja yang menguasai dalil rutin belaka. Analisa yang saya dapat dari sajian ini ialah kita sebagai seorang pemimpin membuat karangan kita sendiri seperti YBM (Yusuf Bilyarta Mangunwijaya) yang telah membuat nnovelnya tersendiri yang memikat para pengunjung penjuru dunia dan adalah seorang membuat novel yang sangat indentik dengan nilai-nilai kemanusiaan. kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu Kita bisa menuangkan perkataan kita itu melalui tulisan, sehingga jalan kehidupan kita dapat di buat sebagai cerita bahkan itu tidak di batasi oleh usia. Itu terlihat pada penggembala cerita yang bernama Y.B.Mangunwijaya (1929-1999), menjalani hidup bersama kata, menaruh ide dan imajinasi di jagat kata bahkan di sebut sebagai hidup bergelimang cerita. Pembaca bakal menemukan untaian renungan melalui pilihan-pilihan lambang merujuk ke flora dan fauna. YBM dikenal dengan karangan karyanya di cerpen, novel dan esai. Y.B.M membuat kita menjadi takjub maupun terangsang religiolitas bahkan menafsir cerita agar mendapat kan pesan maupun tujuan melalui kutipan-kutipan yang di munculkan di halaman awal novel,

      Hapus
    4. Nama : Ridho Ezra Suranta Karo-Karo
      Jur/Tingkat : IC/Teologi
      Nim : 15.01.1311
      Syallom…
      Pada sajian kali ni kita akan membahas sajian 6 yang berjudul
      Dehumanisme Politik Agama di Indonesia
      Pada saat ini banyak isu-isu tentang agama-agama yang belum diakui terjadi dehumanisasi politik dalam agama terhadap penganut agama yang tidak diakui. Romo Mangun sangat gencar menawarkan konsep manusia humanis untuk melawan semua bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Dehumanisme pemerintah dalam bidang pembangunan agama ditandai dengan berbagai kebijakan dan dominasi yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi terhadap penganut agama minoritas, khusunya penganut agama-agama diluar 6 agama yang “diakui” pemerintah. Selain itu, dikenal juga ratusan kepercayaan local(indigeneous religions), seperti Parmalim di Sumatera Utara, Kaharingan di Kalimantan, Sapto Darmo di Jawa Tengah, Sunda Wiwitan di Kuningan, Jawa Barat, Tolotang di Sulawesi Selatan. Persoalannya, pemerintah tak sungguh-sungguh mengatur kehidupan umat beragama dengan prinsip humanisme yang menjamin kebebasan beragama bagi semua warga sesuai landasan Pancasila dan Konstitusi, serta semboyan bhineka tunggal ika. Dari situlah muncul kebijakan dehumanisme berupa pencantum kolom agama dalam KTP. Pemerintah Jokowi mengajukan kebijakan baru, boleh mengosongkan kolom agama di KTP bagi penganut diluar 6 agama yang diakui. Dehumanisme politik agama tersebut menyebabkan para penganut selain 6 agama tersebut tidak mendapatkan pembinaan dari pemerintah seperti penganut 6 agama dimaksud, mereka juga tidak memperoleh dana bantuan, fasilitas dan berbagai perlindungan yang diberikan pemerintah, padahal mereka adalah sesama anak bangsa. Hanya dengan cara itu, pemerintah dapat memenuhi hak sipil dan politik semua penganut agama dan kepercayaan dinegeri ini, termasuk juga mereka yang mengaku tidak beragama. Fakta kebhinekaan agama di Indonesia melatarbelakangi adanya prinsip kebebasan beragama dalam konstitusi. UUD 1945, terutama setelah diamandemen secara tegas pula mencantumkan hak atas kebebasan beragama. Artinya, kebebasan beragama di Indonesia telah menjadi konstitusional dari setiap warga Negara Indonesia.
      1.UUD 1945 pasal 28 E
      Ayat 1 : Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya.
      Ayat 2 : Setiap orang berhak diatas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
      2.UUD 1945 pasal 29 ayat 2 : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
      3. UU No.12 tahun 2005 pasal 18
      Ayat 1 : Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama.
      Ayat 2 : tidak seorang pun boleh dipaksa sehingga mengganggu kebebasan untuk menganut atau menerima suatu agama atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya.
      Maka dar itu perlu ada Syarat bahwa semua kegiatan penyebaran agama itu tidak menggunakan cara-cara kekerasan, pembodohan, penipuan serta pemaksaan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Karena itu, dalam upaya dakwah atau penyebaran agama, tidak dibenarkan melakukan pemberian bantuan apapun, pembagian bahan makanan, pemberian beasiswa atau dan kemanusiaan kepada anak-anak dari keluarga miskin atau pelayanan kesehatan gratis dengan syarat harus masuk ke dalam agama tertentu. Dalam kebebasan beragama kita perlu juga yang dinamakan Pluralisme agama adalah lawan dari eksklusivisme agama. Dalam konteks bangsa Indonesia yang secara sosiologis sangat plural, cara pandang keagamaan yang toleran, pluralis, dan peaceful sangat diperlukan untuk menjaga bumi pertiwi ini agar tidak larut dalam konflik, tidak tenggelam dalam jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan. “Yesaya 59:4, tidak ada yang mengajukan pengaduan dengan alasan benar, dan tidak ada yang menghakimi degan alasan teguh”. Hal itu bukan menjadi alasan yang benar bagi mereka, karna mereka juga butuh perhatian dari Negara dan tidak seharusnya dihakimi.
      Salam IBD...
      Bravo IBD...

      Hapus
  34. Nama : Anggika Ginting
    NIM : 15.01.1215
    Ting/jur : I-C/Teologia

    UAS berjalan kelompok I: Dalam peringatan kematian ke-100 hari Romo Mangun banyak sekali buku yang diterbitkannya dan buku tersebut sangat berpengaruh dan membawa pesan simbolis yang dapat membawa kita ke zaman era baru, yang didalamnya meliputi keagamaan, pendidikan, sastra, kebudayaan, serta kemanusiaan. Romo Mangun terinspirasi dari rakyat miskin untuk berkeinginan untuk menjadi Pastor, dia sangat berbeda dengan Pastor-pastor yang lain yang menjadi Pastor karena panggilan keagamaan. Karena pada zaman sekarang ini banyak orang berkeinginan untuk menjadi Pastor hanya karena panggilan dan menjadi ajang berpolitik, bukan karena niat yang akan dia lakukan. Bagi Romo Mangun perbedaan agama bukanlah menjadi alasan untuk saling membenci dan menjadi pemisah hubungan manusia, yang ingin Romo Mangun inginkan yaitu bagaimana dalam perbedaan tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama untuk kepeduliaan terhadap rakyat kecil. Romo Mangun tidak tahan melihat rakyat miskin terlalu lama dalam penderitaannya, Romo ingin membuat orang miskin mempunyai martabat dan hak. Dan juga yang menjadi keinginan Romo, yaitu supaya rakyat miskin dapat menjadi perhatian pemerintah, dan supaya pemerintah membuat program untuk membantu orang yang kurang mampu dan dapat menciptakan lowongan pekerjaan. Analisa saya : saya sependapat dengan Romo Mangun, karena pengalaman saya pribadi sewaktu perayaan Paskah di Lau Baleng, saya bertanya kepada salah satu penduduk disana bahwasanya tidah ada lagi hubungan antara satu sama yang lain dikarenakan perbedaan agama, bahkan ada yang bersahutan pun tidak. Maka dari itu Romo tegas mengatakan supaya kita jangan terpisah oleh karena agama, tetapi bagaimana agama dapat menjalin hubungan dengan baik. Pada zaman penjajahan dulu, ada perbedaan yang sangat mempengaruhi masyarakat Indonesia yaitu antara kolonial Belanda dan Jepang, khususnya pada perkembangan pemikiran masyarakat Indonesia. Kita mengetahui bahwa pada kolonial Belanda, rakyat Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak, yang tujuannya yaitu untuk meningkatkan kualitas serta dapat memajukan rakyat Indonesia. sedangkan pada kolonial Jepang rakyat Indonesia hanya sebagai alat pemanfaatan bagi Jepang, yang tujuannya supaya rakyat Indonesia membantu Jepang dalam peperangan demi kepentingan Jepang. Maka dari itu Perhatian Romo lebih kepada tahun 1928 ketimbang tahun 1945, karena pada tahun 1928 tersebut rakyat Indonesia menghasilkan Corak Intelektual dan lahirnya gagasan Sumpah Pemuda yang membuat Indonesia lebih lagi terutama dalam pemikiran dan keinginan kuat untuk maju. Dalam Prospek pendidikan Romo Mangun menegaskan tentang bagaimana seharusnya dalam proses pendidikan yang baik. Romo mengiginkan supaya murid dan para guru dapat menjalin hubungan kerjasama dan menjalin hubungan layaknya sebagai keluarga, memberi peluang bagi murid untuk mengutarakan pengalaman mereka. Dan murid tidak sama dengan militer, yang dididik secara keras. murid haruslah dididik secara baik dan bermutu, supaya anak dapat menemukan jati dirinya yang sesungguhnya, dan dengan demikian anak bertumbuh serta berkembang dengan baik, itulah yang diinginkan Romo Mangun.

    BalasHapus
  35. Nama : Anggika Ginting
    NIM : 15.01.1215
    Ting/jur : I-C/Teologia

    UAS berjalan kelompok II: Romo Mangun adalah sorang Pastor dan karena Uskup Agung menyuruh Romo untuk melanjutkan pendidikannya, maka dia melanjutkan pendidikannya dan selain menjadi Pastor, Romo Mangun juga disebut sebagai arsitek dan sastrawan. Dalam buku Romo Mangun tentang konsep manusia menurut kebudayaan Jawa, status dan kedudukan masih menjadi budaya bagi mereka, karena terlihat dalam pendidikan kebudayaan Jawa yang menjadi utama adalah bukan mereka yang memiliki kemampuan ataupun keahlian, tetapi bagaimana jabatan dan statusnya. Dalam kebudayaan Jawa pun diketahui bahwa masih terikat dengan nasib, yang berarti Yang Maha Kuasalah (Ki Dalang) yang menjadi penentu sesuai dengan kedudukan dan status. Sedangkan dalam kebudayaan Barat, mengatakan bahwa setiap manusia sudah hamil dan pendamping, guru, pembina hanyalah sebagai bidan dan bagaimana seharusnya pekerjaan bidan terhadap manusia tersebut. Artinya bahwa kenyataannya si-anak sudah memiliki kebenaran didalam dirinya, hanya bagaimana para pendamping (bidan) mewujudkan kebenaran tersebut. Hal ini pun menekankan supaya jangan salah dalam mengeluarkan Bayi (kebenaran) tersebut, karena akan berakibatkan fatal, dan bayi yang dikeluarkan tersebut kemungkinan akan cacat bahkan meninggal. Dalam manusia Indonesia Kontemporer ini saya mendapat kesimpulan bahwa kebanyakan manusia masih menggunakan topeng (munafik) dalam arti lain disebut “lain dibibir, lain dihati”, itu dikarenakan takut akan ganjaran yang diterimanya dan juga karena masih sangat kecil (minimal) kesadaran manusia. Disamping dari pada itu manusia juga memiliki nilai yang positif dalam dirinya, yaitu punya rasa gotong-royong, kesabaran, serta masih banyak lagi yang menjadi nlai yang baik dalam setiap kepribadiaan manusia. Tetapi dalam hal ini manusia diajak untuk menjadi manusia ideal, berlandaskan pada ke-5 Pancasila yang didalamnya terkandung nilai-nilai baik dan nilai tersebut dapat menjadi pendorong untuk membentuk dirinya. Di dalam topik ini ada konsep kemanusiaan yang di tuliskan Romo Mangun dalam buku terbitannya yaitu Manusia Pasca-Indonesia yang meliputi Konsep Manusia Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein. Kata pasca berasal dari bahasa Inggris: post yang artinya sesudah atau sebelum, jadi Manusia Pasca Indonesia adalah sbuah konsep terbebas dari belenggu-belenggu feodalisme penjajahan (kolonial). Dalam Pasca-Nasional menekankan keterbukaan kepada kemanusiaan yang bersifat meluas (universal), tetapi tidak melupakan nilai-nilai ke-Indonesiaan, seperti kupu-kupu yang terbang jauh tetapi tidak melupakan identitasnya yaitu post-kepompong. Dalam kata lain, Indonesia boleh saja memplajari kebudayaan-kebudayaan dan bahasa-bahasa luar(asing), tetapi jangan pernah melupakan bahasa dan kebudayaan yang sudah menjadi asal-usul. Dalam Pasca-Einstein ini Romo Mangun tidak ingin manusia berjalan dalam rel atau aspal yang berfikir lurus-lurus saja atau juga disebut sebagai manusia bermatra tunggal tetapi harus saling memperhitungan satu sama dengan yang lain, A harus memperhitungkan B, dan B juga harus memperhitungkan C dan seterusnya. Romo Mangun ingin supaya orang muda berfikir kreatif dan jangan langsung menyerah ketika gagal dalam melakukan hal sesuatu, tetapi jiwa muda haruslah terus bersemangat dan mencoba jalan lain.

    BalasHapus
  36. Terimakasih atas resposnya dalam UAS Berjalan ini, saya akhirnya resmi menutup ruang komen UAS IBD ini Selasa Malam, 12 April 2016, pukul 21.07. wib. Salam IBD

    BalasHapus
  37. Nama : Anggika Ginting
    NIM : 15.01.1215
    Ting/jur : I-C/Teologia

    UAS berjalan sajian 3.
    Dalam hal ini kita dapat mengetahui latar belakang bahwa selain sebagai Pastor, arsitek, sastrawan, seorang humanis dan juga seorang budayawan , Romo Mangun juga sebagai penulis Roman. Dapat kita artikan bahwa Pasemon adalah peristiwa / kejadian sejarah yang pernah terjadi sebelunnya dan memiliki makna tersendiri. Romo Mangun juga mengajak kita supaya kita dapat bercermin dan mengambil makna dari karya-karya Romo tersebut. Romo menulis roman dalam bentuk cerita-cerita Alkitab, itu mungkin karena Romo adalah seorang Pastor makanya dia menuliskan roman dalam gaya Alkitab, ataupun supaya roman yang ditulis Romo tersebut dapat mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembacanya. Kita juga mengetahui bahwa roman ini sifatnya bertentangan/ berseberangan dengan Mitologi (mitos), karena sifat dari roman yaitu “bebas” , sedangkan mitologi sifatnya “terikat/terbatas”. Dalam topik ini kita akan membahas karya-karya Romo Mangun, yaitu: Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, dan Burung-burung Rantau, serta makna yang disampaikannya dalam karya tersebut. Menurut pemahaman saya tentang ke-4 karya Romo Mangun tersebut, dimana disana menegaskan tentang perjungan dan kebebasan (merdeka). Dimana kita lihat dalam cerita tesebut ada terjadi pemberontakan, keberanian, dan keinginan untuk menentang pemerintahan. Jadi, dengan karya-karya Romo Mangun tersebut mengajak kepada pembacannya untuk mengingat kembali sejarah (Pasemon), serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu. Analisa sejarah: Kita mengetahui bahwa banyak sekali sejarah-sejarah dalam perjuangan memperebutkan kemerdekaan ini, serta banyak pertumpahan darah yang terjadi didalamnya. Dan setelah mendapat kemerdekaan tersebut pun, masih banyak terjadi pertentangan-pertentangan yang terjadi, Khususnya pada masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto. Dalam hal tersebut, menerangkan kepada kita bagaimana gigihnya perjuangan-perjuangan demi memperebutkan Tanah Air ini. Dalam peristiwa tersebut, berkaitan dengan karya-karya Romo mangun yaitu khususnya dalam Romo Rahadi dan Burung-burung Rantau. Dengan ini Romo ingin mengajak kita supaya kita yang membaca karyanya memiliki sifat Nasionalisme dan jiwa Pancasila. Jadi, kesimpulannya bahwa Romo Mangun ingin mengajak kita, supaya kita mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah yang memiliki makna yang dapat kita terapkan dalam kehidupam kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Anggika Ginting
      NIM : 15.01.1215
      Ting/Jur : I-C/ Teologia

      Dalam pembahasan kelompok 4 yang membahas mengenai ( Balada Becak), kita dapat melihat bahwa R. Mangunwijaya bertujuan untuk mengenalkan kepada kita cerita tentang Yusuf (yus) seorang tukang becak, percintaannya, dan perjuangannya.
      Dari cerita “Balada Becak” tersebut, kita mengetahui bahwa bagaimana seorang Yusuf dengan gigih dan ketekunannya dalam menggapai mimpinya. Di sisi yang berlainan dia(yus) juga berjuang demi mendapatkan cinta sejatinya. Untuk menggapai semuanya itu, Yus berjuang keras sehingga dia tidak lagi mengenal mana daratan dan lautan. Nah..sosok seperti Yusuf inilah yang semestinya ditiru oleh semua orang, baik dalam perjuangannya maupun percintaannya. Menurut penganalisaan saya bahwa pada zaman yang modern ini banyak sekali orang yang mengalami seperti yang di alami Yusuf (yus) pada saat ini. Tetapi kenyataannya, orang tersebut tidak memiliki perjuangan yang sama dengan Yusuf. Orang tersebut hanya pasrah sepenuhnya dengan apa yang dia kerjakan atau juga dapat dikatakan dengan “pasrah kepada nasib”. Seseorang tidak berusaha untuk berjuang memperbaiki nasibnya, dia hanya berfikir bahwa nasib yang dia alami saat ini tidak dapat dirubah “hanya Tuhan yang dapat merubah”.
      Dari novel BB (Balada Becak) ini, Yusuf memberikan banyak pelajaran kepada kita, dan inilah tujuan dari R. Mangunwijaya untuk menuliskan novel ini. Supaya setiap orang yang membaca Novel karya Romo Mangun ini dapat termotivasi dan dapat menginspirasi para pembacanya. Romo mangun ingin menegaskan bahwa “ Hidup adalah Perjuangan” (Life is a Struggle) bukan sekedar nasib (fate) yang harus dipasrahkan. Romo menginginkan kita untuk mengikuti jejak si Yus, supaya kita lebih lagi dalam memperjuangkan hidup. Langkah demi langkah harus kita lalui, dan sedikit demi sedikit harus kita kerjakan. Seperti pepatah mengatakan bahwa “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”, yang artinya bahwa setiap orang yang tekun dalam pekerjaannya pasti akan mendapatkan upah yang sesuai, serta tetap berdoa dan memohon kepada Tuhan.
      Trima kasih... Salam IBD..

      Hapus
    2. Nama : Anggika Ginting
      NIM : 15.01.1215
      Ting/Jur : I-C/ Theologia

      Dalam sajian ke 5 yang berjudul “ Si Pengembala Cerita”, tersebut kita mengetahui bahwa R. Mangunwijaya selain sebagai Pastor, Arsitek, dan sastrawan, Dia juga pandai bercerita dan membuat cerita yang dapat menginspirasi para pembacanya. Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya bahwa karya-karya Romo Mangunwijaya sudah menjadi populer dan digemari banyak orang, khususnya di Indonesia ini. Burung-burung Rantau, Roro Mendut, Balada Becak (BB), dan masih banyak lagi Karya-karya Romo Mangun yang didalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan, Pancasila, serta Humanisme.
      Dalam buku-bukunya, Romo mengaitkannya dengan flora dan fauna ataupun dengan lambang-lambang (perumpamaan) yang didalamnya mengandung arti dan makna yang tersembunyi. Menurut saya mengapa Romo membuatnya demikian, supaya para pembaca merasa tertarik untuk membacanya, dan akan menemukan apa yang menjadi arti dari lambang(perumpamaan) tersebut. Dari sini lah saya sangat kagum kepada kekreatifan Romo mangun, menurut saya Romo adalah orang yang sangat berpotensial, memliki banyak akal, dan orangnya sangat kreatif.
      Seperti cerita Burung-burung Manyar, yang mengisahkan seorang yang bernama Teto yang berjuang kepada pihak yang salah, serta malu yang dia dapatkan, baik itu kepada keluarga Atik yang mengurusnya, terlebih-lebih kepada “Larasati” wanita yang dicintainya. Teto terus berjuang demi untuk menutupi malu yang dia sudah lakukan sebelumnya.
      Menurut cerita yang sudah saya baca, “gengsi” yang dirasakan Teto terhadap Larasati, membawanya semakin terus berjuang untuk memperbaiki kesalahan yang telah dia lakukan. Saya akan memberikan satu cerita lain: Adalah seseorang, sebut saja namanya “ucok” yaitu anak dari keluarga yang “miskin” dan tidak memiliki apapun yang dibanggakan. Ucok tertarik pada seorang gadis cantik dan memiliki latar belakang keluarga yang makmur. Ucok malu bertemu dengan gadis tersebut, karena mengingat akan keluarganya yang tidak memiliki apa-apa. Tetapi, dengan demikian Ucok terus berjuang dan belajar keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, serta mencoba untuk merubah nasib keluarganya. Singkat cerita Ucok sudah mendapatkan gelar sarjana dan mempunyai pekerjaan yang dapat dikatakan lumayan. Tetapi, lama sudah berlalu si gadis tersebut sudah menikah dengan laki-laki lain. Nah..dari cerita tersebut Menurut saya pribadi “gengsi” tidaklah salah, jika itu dapat memotivasi dan memiliki rasa keinginan untuk maju, seperti yang cerita Ucok tersebut.
      Inilah yang diinginkan Romo Mangunwijaya di dalam buku-bukunya, yaitu supaya dari karya-karya yang Dia terbitkan, dapat memberikan pelajaran bagi para pembacanya. Dan supaya kita dapat mengikuti langkah tokoh-tokoh cerita yang ada didalamnya.
      Trima kasih..
      Syaloom…Salam IBD..!!


      Hapus
    3. Nama : Anggika Ginting
      NIM : 15.01.1215
      Ting/Jur : I-C/ Theologia

      UAS Berjalan sajian ke 6...
      Syaloom...!!!
      Dalam sajian ke 6 ini yang berjudul “Dehumanisme Politik Agama di Indonesia”, yaitu dimana kita ketahui bahwa definisi dari “dehumanisme” yaitu, penghilangan harkat/martabat dalam ber-agama. Dan “politik agama” adalah langkah untuk memajukan dan meningkatkan kualitas/kuantitas dalam agama.
      Diskriminasi(pemerasan), eksploitasi(selfish), dan kekerasan melanda bangsa Indonesia, dan berpengaruh penuh terhadap masyarakat beragama. Khususnya terhadap agama kebudayaan(parmalim), dan agama-agama diluar dari agama ke-6 yang diakui oleh pemerintah. Perhatian dan bantuan pemerintah pun sudah mulai pudar kepada agama-agama yang tidak diakui atau pun dapat dikatakan agama kebudayaan(cultural religion).
      Agama bukanlah alasan untuk melakukan tindakan diskriminasi dan eksploitasi, agama juga tidak pernah mengajarkannya. Didalam Alkitab mengajarkan untuk saling mengasihi sesama manusia, tidak memandang perbedaan agama(universal). Tidak ada agama yang salah, selama agama masih memberikan hal baik dan tidak terlepas dari norma/nilai-nilai yang ada, agama itu masih dapat dikatakan “benar”. Agama dapat diibaratkan seperti “Dahan Pepohonan”, selama dahan tersebut masih melekat pada pokoknya, dahan tersebut masih ikut serta dalam bagian pohon. Arti yang saya dapatkan dari ilustrasi tersebut adalah “jika agama masih tertuju kepada Allah Yang Esa” agama tersebut dapat dikatakan benar.
      Romo Mangunwijaya ingin menegaskan bahwa rasa humanisme harus diterapkan didalam kehidupan beragama. Jiwa pluralisme kiranya dapat menjadi pegangan, supaya tindakan pendehumanisasian terhadap agama lain dapat diatasi. Selain dari agama yang dianut, juga menerima kebenaran agama-agama yang lain, dan menjalin hubungan yang baik serta romantis di antara kepelbagaian agama. Cinta kasih harus dibangun di antara umat beragama, dan Bhineka tunggal ika sebagai alas yang kuat untuk hidup delam keagamaan. Inilah yang yang menjadi cita-cita Romo Mangunwijaya didalam bukunya ataupun karya-karyanya.
      Trima-kasih..
      Salam IBD...!!!

      Hapus
  38. Nama : Nova Kembaren
    NIM : 15.01.1299
    Tingkat/ Jurusan : I-C/ Theologia

    UAS Berjalan III

    Dalam karya sastra dari Romo Mangun yang berjudul " Pasemon " (11/04/16)
    Pasemon merupakan istilah dari sastra Jawa Tradisional yang berarti sebuah cerita atau ungkapan peristiwa sejarah.
    Melalui karya dari Romo Mangun Wijaya dimana kita dapat belajar dari sikap beliau dalam mengambil langkah awal dalam mewujudkan Humanisasi dan Nilai-nilai Kemanusiaan di dalam hidup ini.
    Disini beliau yaitu Romo Mangun Wijaya merupakan seorang Rohaniwan/ Pastor yang humanis. Tidak hanya seorang Pastor tetapi juga seorang Sastrawan dan Arsitek.
    Didalam kita membaca dan memahami hasil dari karya sastra Romo Mangun kita mendapatkan menemukan penemuan melalui pemikiran yang baru. Dimana didalam karya-karya dari Beliau banyak terkandung nilai-nilai baik itu Nilai Kebenaran, Keadilan dan juga Kebenaran. Yang hendak mengajak kita untuk menerapkannya didalam kehidupan kita .


    BalasHapus
    Balasan
    1. UAS Berjalan Kelompok IV

      Balada Becak

      Nama : Nova Kembaren
      NIM : 15.01.1299
      Tingkat/ jurusan : I-C/ Theologia

      Syalom..

      Terimakasih kepada Bapak Dosen kami yang tetap berjuang untuk menyediakan materi ini dikelas demi membangu Nilai-Nilai Kemanusiaan.
      “Balada Becak” Karya dari Romo Mangun menggambarkan atau melukiskan tentang perjuangan Yusuf seorang anak muda yang hidup di keberpihakan dunia. Disini beliau yaitu Romo Mangun hadir dalam topik ini dalam menanggapi kaum yang terpinggirkan ataupun disebut dengan orang pinggiran yang ingin mengecam atau merasakan yang namanya Pendidikan namun dengan adanya halangan yaitu masalah Biaya. Adapun point yang menjadi menarik dari topik ini ialah Bagaimana seseorang itu sekalipun terbelakang namun Ia mempunyai Mimpi dan Harapan.
      Diceritakan juga bagaimana awal pertemuan dari Yusuf dan Riri. Dimana Yus adalah sosok seorang tukang becak yang disukai oleh Riri. Jelas terlihat perbedaan status antara kedua orang ini. Namun tidak menutup kemungkinan untuk mereka bersama. Yusuf seorang pekerja keras dan sabar.Dikarenakan cinta tidak memandang status tentang siapakah dia, berasal dari manakah ( Bibit, Bebet, Bobot) nya.Dalam karya Romo ini mengajak kita untuk tetap membangun Nilai-nilai Kemanusian yang dimana kita harus memiliki rasa saling perduli, saling menghormati ataupun menghargai dan membantu yang berbeban yang berada dibawah garis kemiskinan.Agar kita sama-sama dapat merasakan Keadilan yang ada baik itu dalam segala hal terutama Pendidikan dan juga orang pinggiran.

      Atas nama pokok pembahasan dan pembelajaran ini kami (Nova Kembaren I-C, Septaria Ginting dan Ronika Nursagi Panjaitan kelas I-B) kami bertiga telah melakukan wawancara dengan beberapa bapak tukang becak didepan STT ABDI SABDA yaitu :

      1.Gayus Sinurat memiliki 4 orang anak, istrinya br. Nababan, lama menarik becak mulai dari tahun 1999 sampai sekarang, sempat bekerja diperusahaan namun dipecat, tamatan terakhir SMK Katholik Gunung Mulia, pendapatan/hari 50 ribu, beralamat di Jalan Purwodadi gg. Kenangan.
      2.Jan fasen Kaulana Saragih memiliki 3 orang anak, istrinya br. Sinaga, pernah bekerja di Seribu Dolok namun dipecat dan pindah ke Medan, belakangan ini penghasilan tidak menentu, paling keras 50 ribu dalam sehari.
      3.Op. Markus Siagian, pendapatan terkadang sampai 50 ribu tetapi terkadang juga hanya lepas makan sehari.
      4. Wak Ujang pendapatan 40 ribu dalam sehari, sama halnya dengan tukang becak lainnya terkadang hanya mendapat uang cukup untuk makan saja.
      Dalam melakukan wawancara ini kami mendapat halangan dikarenakan harus ada sewa yang hendak di antarkan ketempat tujuan disamping itu dikarenakan waktu kami juga terbatas.
      Salam IBD
      Terima Kasih

      Hapus
    2. Nama : Nova Kembaren
      Kelas : I-C
      NIM : 15.01.1299

      UAS BERJALAN KE- V

      Romo mangun adalah seorang Pastor, Arsitek dan juga sastrawan. Dia dikatakan sebagai si penggembala Cerita karena Keberaniannya untuk membela kaum-kaum miskin dan terpinggirkan tanpa memperdulikan latar belakang seseorang. karya Romo Mangun ini membangun Nilai-nilai Kemanusiaan dan Pesan Moralitas. Dia menyangkutkan Nilai Kemanusiaan tersebut dengan mengambil Ceerita-cerita di kehidupan sehari-hari. Untuk menolong seseorang dia terlebih dahulu menggerakkan hati nuraninya. Dan Dia juga sering menggunakan lambang untuk sampaikan pesan moralitas.
      Terima Kasih

      Hapus
  39. RIBKA MAIDA
    15.01.1310
    KELOMPOK 3
    Syalom, dalam pemahaman saya menurut Romo dala Humanisme melalui karya-karyanya membuat saya lebih terubuka lagi untuk dapat menerima orang lain dalam hidup saya. Dan saya belajar bahwa pelayanan itu bukan hanya saja semata-mata untuk seorang yang seiman saja melainkan semua orang, karna Yesus juga mati karena menebus dosa Manusia, yang artinya berarti semua umat. Dan melalui ROMO juga menyadarkan saya bahwa HUMANISME sangat pengting di TEGAKKAN karna mengandung NILAI KEMANUSIAAN, dan Humanisme berhak di miliki oleh siapapun dan tidak melihat siapa dia atau bagaimana latar belakang hidupnya. Karna pada dasarnya KITA ADALAH SATU, jadi tidak ada alasan untu TIDAK MENEGAKKAN HUMANISME. Romo membela hak kaum lemah dikarenakan begitu banyaknya pelanggaran, pendeskriminasian, terjadi pengklompokkan kelompok, terasing dan terjadi desintegrasi/perpecahan. sehingga hak Humanisme seakan hilang dari kaum lemah dan membuat mereka tidak berdaya dan semakin terpuruk dalam keadaan yang telah diciptakan oleh situasi yang tidak merespon kehadiran kaum lemah, ini lah yang menjadi titik pusat pembahasan Romo , dimana romo merindukan agar kita semua mampu menghargai keberadaan yang satu dengan yang lainnya dan kembali lagi pada dasarnya KITA ADALAH SATU.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelompok 4
      Syalom, melalui pembahasan belada becak yang dapat di mengerti adalah mangun wijaya mengingatkan kita pada potret pemuda indonesia yang berjuang penuh untuk meraih kemerdekaan yang bebas, walaupun berdiri dalam kondisi yang tidak mendukung (miskin, bodoh, kekurangan), namun yang di ingat kan kembali pada kita yakni semangat yang tetap mau memperjuangkan. kembali pada Yusuf atau Yus yang berjuang dalam kehidupannya meskipun dalam kondisi yang tidak mendukung dirnya. Namun yang menjadi pembelajaran buat kita adalah BAHWA KEMISKINAN TIDAK MENJADI ALASAN UNTUK MENGHANCURKAN MARTABAT, artinya Semua kita punya Hak untuk memiliki Martabat dalam menjalani hidup ini. Dan dalam Belada Becak juga mengingatkan kita untuk TETAP Bermimpi walapun kondisi yang tidak mendukung, dan tetaplah berlari dalam menjalani setiap roda kehidupan sampai pada tujuannya, karna semua adalah proses dalam meraih kemerdekaan atau kemenangan.

      Hapus
    2. KELOMPOK 5
      Syalom, Pengembala Cerita memberikan pandangan terkhusus dalam dunia pelayanan. Bahwa harus mampu menjadi pengembala cerita yang dimana isi penyampaian ceritanya ialah pengkabaran berita baik(injil), menjadi pengembala cerita haruslah membuka sebuah pikiran yang inklusif, agar penyampaian pengembala itu dapat di mengerti yang para audiens. pengembalaan certia juga meendidik kita untuk lebih lagi mampu menghasilkan karya-karya melalui cerita yang kita sampaikan. dalam pengembalaan cerita dituntut untuk memiliki relasi yang luas serta pengetahuan yang mapan, agar yang disampaikan tidak sekedar sampai tapi juga dapat dimengerti.

      Hapus
    3. KELOMPOK 6
      Dengan adanya usulan dari Musdah Muliah yang menulis tentang penghapusan agama dalam kolom KTP ini sebenarnya menyuarakan bahwa agama tradisional itu harus dihargai, bagaimana bisa kita menerima dan menghargai agama besar di Indonesia yang notabenenya itu berasal dari luar Indonesia tetapi kurang menghargai agama asli Indonesia,yang lahir di Indonesia. menghargai agama minoritas itu perlu, dalam kaitan toleransi umat beragama.

      Hapus
    4. KELOMPOK 7
      Pluralisme itu perlu, dengan membuka diri atau bersifat inklusif maka tercerminlah jiwa pluralis. sikap menutup diri (Eksklusif) perlu untuk digilangkan dalam upaya menjaga dan memelihara keberagaman budaya, agama yang ada di Indonesia. sikap menerima dan menghargai keberagaman itu sebagai anugrah dari Tuhan. perselisihan dalam keberagaman itu tidak perlu ada, justru didalam keberagamanlah kita dipersatukan bukan dipisahkan.

      Hapus
  40. Nama : Joel F Pasaribu
    NIM : 14.01.1146
    Tingkat/Jurusan : II-B (I-C)/Teologia

    Syalom,
    UAS Berjalan (Pert. Ke-IV)
    Sipenulis novel Balada Becak (Y.B.Mangunkusuma) dan Romo Mangun adalah dua gambar yang berbeda namun pemikiran yang sama-sama bisa menciptakan motivasi dan juga inspirasi bagi kita.
    Ya, jadi miskin atau kaya tak membuat arah tujuan keberhasilan itu gagal. Dalam novel ini menceritakan bagaimana belajar untuk mencintai, bagaimana belajar untuk berusaha dan berjuang, dan juga bagaimana harus berpikir maju untuk kedepannya. Inilah sebenarnya wujud pemuda Indonesia yang selama ini sudah sangat jarang ditemukan. Buku novel BALADA BECAK tidak menjadikan kita menjadi pemuda/pemudi Indonesia sekarang ini harus menjadi seorang Bung Tomo melainkan menjadikan kita seperti anak panah yang siap diluncurkan dari busurnya. Maksudnya yaitu selalu siap sedia untuk maju dan mengenai sasaran yaitu keberhasilan untuk mengurangi kemiskinan seperti dalam novel tersebut. Ajaran-ajaran dari sang Romo juga patut di teladani dan perlu dicontoh untuk kita.
    Yusuf dan Romo mengajarkan kita untuk terus berusaha mendayung roda kehidupan di Indonesia dan juga roda pelayanan yang akan datang.
    terima Kasih.

    BalasHapus
  41. Nama : Joel Fernando Pasaribu
    Tinggkat/Jurusan : II-B/Teologia
    NIM : 14.01.1146
    Syalom
    Dalam pembahasan topik "Si Penggembala Cerita" dapat dipahami bahwasannya Y.B.Mangunwijaya merupakan tokoh humanisme atau tokoh yang menjunjung tinggi dan memuliakan kemanusiaan. julukan humanisme bukan datang dari Romo sendiri.tetapi yang memanggil dia adalah tokoh-tokoh yang membahas karya-karya dari Romo Mangun. Topik Si Penggembala cerita ini merupakan cara B.Mawardi untuk menjelaskan bahwa banyak talenta yang dimiliki oleh Romo Mangun yang membawakan dia dengan sebutan Si Penggembala Cerita. Karena dia adalah seorang gembala (Seorang Pastor) dan juga seorang Gembala dalam Karya sastranya. Romo Membangun Humanisme dengan karya sastra yang ditulisnya. Romo Mangun tidak pernah bermimpi menjadi besar, tetapi perbuatannya yang besar terhadap manusia menjadikan ia menjadi orang yang lebih dianggap besar. Dilihat dari dulu ia seorang Pastor yang Eksklaustrasi. B. Mawardi melihat Romo Mangun seperti Yesus kecil yang memakai cerita dalam mengarahkan kita supaya melihat romo itu menjadi seorang bapak/guru yang suka bercerita, dimana suatu kothbah akan lebih menarik jika diterangkan dengan seakan bercerita. hal positif yang didapat dari sini adalah bagaimana kita mampu bercerita baik tentang diri kita maupun orang lain yang memiliki nilai moral dalam setiap cerita. Romo Mangun tidak mengangkat gaya ngetren tetapi lebih kepada nilai humanitasnya. dalam bahasan ini kita bisa melihat bahwa Romo membuat cerita menggunakan Kutipan, Sastra, Lambang, Hati Nurani, inteliktual, dan esai. Romo mangun merupakan penggembala yang penuh dengan ide dan imajinasi. dimana romo sangat berminat di bidang kesusastraan. Romo mangun begitu peduli akan kehidupan terutama kehidupan masyarakat yang kurang mampu. banyak karyanya berkaitan dengan lambang, contohnya burung-burung Rantau. Mangun memberi aksentuasi bahwa cerita bermula dan berakhir demi hati nurani. Cerita Mangun mengesankan ada jejak sejarah keintelektualan, dan juga berlagak esai juga dibuatnya,oleh karena ide dan imajinasinya sangat tinggi sehingga ia bisa disebut manusia kata-kata. Mangun memilih singgah di "Lembah Prosa" diman ceritanya mengandung pesan niali kemanusiaan yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Romo Mangun adalah sekaligus seorang yang sosok sastrawan membingkai dan melebur langsung dengan denyut keseharian Rakyat kecil yang tersisihkan oleh kehidupan penuh mengharukan. sebagai sang gembala umat, ia mewajibkan dirinya membaur dengan kehidupan sehari-hari terlebih diantara rakyat kecil.
    Dalam Topik ini saya mengambil refleksi dari Yohanes 10:1-21, yang menceritakan tentang gembala yang baik. dalam perumpamaan itu Yesus menjadi gembala yang baik. yesus menggambarkan Bagaiman Gembalayang baik.
    Salam IBD....

    BalasHapus