Selasa, 15 Maret 2016

Analisa Ibadah IVA, Senin - Jumat, Setelah UTS Maret - Mei"16 Kampus STT Abdi Sabda

Tugas analisa Ibadah Kampus ini adalah setelah pelaksanaan UTS yang lalu,
01. Ibadah Jumat, 11 Maret 2016, Ibadah Suku - GKPA.
02. Ibadah Senin, 14 Maret 2016, Ibadah Harian Kampus, liturgis, Edy Krisman T, pengkotbah, Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung.
03. Ibadah Jumat, 18 Maret 2016, Ibadah Harian Kampus, liturgis, ...?, pengkotbah,...?

Salam
Edward Simon Sinaga, M.Th
NIDN: 2319097201
GKPI - STT ABDI SABDA - MEDAN

495 komentar:

  1. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Senin, 14 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Yesaya 50: 4-9
    (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung )

    Menjadi hamba Allah berarti bersedia memberi diri secara total untuk diperbarui senantiasa oleh Allah, dan bersedia menghadapi tantangan. Kese-diaan memberi diri total dan sedia menghadapi tantangan adalah kunci keabsahan pelayanan seorang hamba sebagai "mulut" Allah. Hamba Allah tidak berhak menyuarakan suara lain, selain suara Allah sendiri. Bila tidak, ia bukan lagi hamba Allah sejati, tetapi hamba palsu.

    Hamba Sejati. Syair yang diungkapkan Yesaya ini mengingatkan kita kepada Yesus Kristus sebagai Hamba Sejati. Apakah rahasianya sehingga Dia dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu? Pertama, Dia memelihara hubungan dengan Bapa di sorga. Dia telah didisiplin untuk mengutamakan Allah dan mendengarkan firman Allah tiap pagi. Maka kata-kata yang diucapkan-Nya pada orang banyak bukanlah kata-kata-Nya sendiri, tetapi kata-kata dari lidah seorang murid. Kedua, Dia telah menerima semua proses pembentukan yang Allah ijinkan. Proses pembentukan itu berat, tetapi melaluinya Dia terbentuk tegar.

    Derita Hamba sejati. Hamba Allah yang sejati taat kepada firman dan yang tabah menanggung derita itu memiliki wewenang illahi. Dia kini memanggil orang yang merindukan kebebasan dan mendambakan kehidupan yang berbahagia. Hamba Allah itu kini memperhadapkan kita dengan tawaran: hidup atau mati, terang atau gelap, berkat atau kutuk? Sudahkan Anda masuk dan menikmati karya penebusan Yesus Kristus?

    Bukan sekadar percaya. Sekadar menjadi orang percaya adalah perkara mudah. Dibutuhkan kesediaan untuk dicemooh, dipukul, dilukai sebagai konsekuensi ketaatan kepada firman Tuhan. Dalam saat demikianlah hamba Tuhan belajar berteguh hati di dalam Tuhan. Rela menyerahkan diri dididik Tuhan, ditempa keteguhan imannya. Dan yakin bahwa Tuhan tak akan mempermalukan hamba-Nya.

    BalasHapus
  2. Nama : Anggianita Br Sembiring
    NIM : 12.01.903
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Laporan Analisa Khotbah (Josua Sigaringging)
    Jumat, 11 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
    Tema ibadah kampus yang dibawakan oleh suku Angkola ialah Dipilih untuk memuliakan Tuhan. Bahan nya terambil dari Yes 43:16-21. Dalam Minggu gerejawi, hari ini Minggu Passion VI yang dalam bahasa latin Passion yang artinya sengsara). Seperti simbol Salib yang menjadi simbol sentral orang Kristen. Punya makna ganda, lambang penderitaan sekali gus lambang kemuliaan. Tiada salib, tiada mahkota. Karya keselamatan melalui salib Yesus. Peristiwa penyaliban merupakan hukuman untuk seseorang yang dianggap melakukan kesalahan yang sangat berat. Jika Yesus mengalami sengsara, bukan karena menerima hukuman atas kesalahannya, melainkan menanggung kesalahan kita agar kita mengalami keselamatan. Seharusnyalah saat kita memandang salib, mengingatkan kita betapa besar pengorbanan Yesus untuk menyelamatkan kita dan sekali gus mengingatkan kita untuk merespons Karya Agung Yesus dengan menjadi orang Kristen yang bertanggungjawab untuk memuliakan Tuhan. Minggu ini juga disebut Minggu JUDIKA bahasa latin Judica yang artinya Berilah Keadilan.
    Tuhan mengharapkan umat pilihanNya untuk tidak menyesali kehidupan yang sedang dijalani, namun sebaliknya untuk senantiasa memiliki pengharapan pengharapan baru di dalam dan bersama dengan Tuhan yang hidup sepanjang masa. Dalam ayat 19 dan 20 dikatakan adanya pembaharuan hidup melalui pertobatan, tidak ada hentinya pertobatan itu, jika berhenti maka iman kita juga berhenti. Jangan hanya terarah kepada masa lalu, adanya karya masa lalu untuk masa kini. Pembaharuan iman dan kemiskinan tak akan ada habisnya.
    Bagaimana kehidupan kita dihadapan Tuhan, apakah kita seperti bangsa Israel yang hidup hanya mengenang masa lalu yang indah-indah saja, dan kuatir dengan hidup yang sedang dijalani ini. Mari kita senantiasa mengingat janji Tuhan yang menyertai kita dan memberikan hal-hal yang baru kepada kita, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup disepanjang jaman. Mari kita jalani hidup ini dengan berpengharapan pada Tuhan, serta menyakini Tuhan memberikan hal-hal yang baru pada kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Khotbah (Pdt. Jon Riahman Sipayung)
      Jumat, 14 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      Yesaya 50: 4-9 tema: Memberi semangat baru bagimu
      Berkaitan dengan anak semester IV yang dimana mereka akan menghadapi ujian untuk penyaringan, apakah tetap Stay in atau Stay Out. untuk menghadapi penyaringan harus ada pengharapan, dan pengharapan yang baru kita dapat dar Tuhan sehingga kita layak menjadi murid Kristus dan tetap Satay in di STT.
      Lidah seorang murid itu seharusnya tidak sembarangan ngomong, salah satu syarat menjadi murid Yesus adalah “Sangkalah diri sendiri” (Markus 8:34). Apa artinya? Sederhananya, “Biarlah ia berkata “tidak” kepada dirinya sendiri dan “ya” kepada Kristus. Seseorang yang mau menjadi murid Yesus harus berani mengatakan “tidak” kepada semua tindakan, termasuk ucapannya pada cinta alaminya terhadap hal-hal yang mudah dan menyenangkan. Ia harus berkata “tidak” untuk kepentingan dan kenyamanannya sendiri. Sebaliknya ia, tanpa ragu-ragu akan mengatakan “ya” pada suara dan perintah Tuhannya. Ia harus mampu berkata seperti Paulus, “Hidupku bukannya aku lagi, melainkan Krsitus yang hidup di dalam aku.”Bisakah kita menjadi murid yang baik itu? Jelas bisa! Kini masalahnya mau atau tidak. Yesaya 50:4-9 menolong kita untuk menjadi murid yang baik. Ia mengajarkan beberapa hal. seorang murid haruslah memiliki lidah selayaknya seorang murid supaya dapat berkata-kata dan memberikan semangat kepada yang lesu. Lidah yang mau diajar, dilatih dan diperintah. Itu berarti setiap tutur kata kita hendaknya konsisten dan berdasarkan pada kebenaran. Seorang murid yang baik pasti akan terlatih dengan ucapan-ucapan gurunya. Yang kemudian mempertajam pendengaran setiap pagi dan membuka telinga. Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga lahiriah ini pertanda mengingatkan kita supaya lebih banyak mendengar ketimbang berbicara apalagi membual. Tuhan juga menciptakan kita dengan telinga batin. Nurani tempat di mana kebenaran itu terus menerus disuarakan. Tidak mungkin kita akan konsisten dan punya integritas kalau tidak terlebih dahulu mendengar suara Tuhan. Apa yang biasa terjadi setiap pagi? Apakah kita menyempatkan diri dan memberi ruang bagi suara itu? Ataukah ruang batin kita sudah penuh sesak dengan suara tuntutan yang lain. Dan memberi punggung, pipi dan muka. Hal ini gambaran resiko seseorang ketikan berjalan dan menyatakan kebenaran. Banyak orang tidak mau mengambil resiko seperti ini dan akhirnya kompromi. Perkataannya tidak pernah konsisten. Tergantung situasi yang menguntungkannya. Semuanya itu telah dialami Yesus. Ketika seseorang mengikutiNya maka hal yang serupa dimintaNya. Ingat, Dia tidak menjanjikan kenyaman melainkan kemuliaan.
      Jadi, yang mau mencintai hidup dan menggapai hari-hari hidup maka jaga dan pelihara mulut kita.

      Hapus
    2. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa bacaan Mazmur oleh Liturgis (Yuan Ambarita)
      Jumat, 18 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      Setiap orang Kristen harus sadar bahwa orang kristen seharus nya memiliki iman kepada Kristus. Iman membuka pintu kepada suatu hubungan yang luar biasa dengan Allah yang hidup dan mahakuasa. Pahlawan-pahlawan iman adalah mereka yang memiliki hubungan yang akrab dan karib dengan Allah.Bagi mereka Allah adalah segalanya, Allah adalah taruhan hidup mereka.Allah adalah kekuatan mereka, sukacita, penghiburan, jalan keluar dan penolong mereka itulah yang menjadi hal penting dalam Mazmur 12:1-2.
      Bacaan Mazmur yang dibacakan oleh Liturgis yaitu Mazmur 12:1-9 saya tertarik pada ayat 7 dikatakan : Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji...- nats ini adalah nats penguat yang dimana nats ini boleh dikatakan sebagai janji-janj Tuhan kepada kita ketika keadaan menjadi sedemikian sulit. Sekaligus mengingat bahwa tak sekalipun Ia mengingkari apa yang telah Ia janjikan. Janji yang bisa dipercaya. Perkataan yang tak pernah Ia ingkari. Saya selalu ingat bahwa Ia selalu ada untuk saya. Sampai hari ini saya buktikan bahwa penyertaan-Nya sungguh sempurna. Dalam hal ini, masalah yang muncul bukanlah seberapa bisa Allah menggenapi janji-janjiNya, namun seberapa besar keyakinan kita akan janji-janji Allah. Sekalipun kita tahu bahwa janji Allah bisa dipercaya, kita lebih suka memilih untuk meragukan-Nya.Kita membiarkan diri kita diombang-ambingkan oleh kebimbangan, bukannya menancapkan janji Allah itu sebagai sauh yang kuat. Sungguh berharap bahwa renungan pada hari ini akan memupus keraguan kita akan janji-janji-Nya. Jika seorang ayah dalam bencana di Armenia itu bisa berbuat sedemikian dramatis hanya untuk memenuhi janjinya kepada anaknya, apalagi Bapa kita di surga.

      Hapus
    3. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Khotbah (Randa Sembiring)
      Senin, 1 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      Maz. 150:1-6, Puji-pujian bagi Tuhan adalah kata yang tidak asing di telinga kita dan seringkali pujian¬pujian dikaitkan dengan nyanyian atau lagu-lagu yang dinyanyikan di gereja. Namun di dalam Alkitab terutama dalam firman Tuhan hari ini kita mendengar begitu banyak perintah Tuhan untuk memuji Dia, cara untuk memuji Tuhan bukan hanya dengan melantunkan nyanyian bagi Tuhan namun bisa juga dengan musik atau dengan tari-tarian. Banyak cara untuk memuji Dia namun yang terpenting di sini adalah dalam ayat 6 yaitu biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. Apakah kita termasuk orang yang masih bernafas? Sudah pasti kita termasuk orang-orang yang bernafas dan sudah sepantasnya atau sewajibnya kita yang bernafas memuji Dia. Banyak orang Kristen dalam kehidupannya hanya asal-asalan dalam memuji Tuhan, tiap minggu mereka pergi ke gereja hanya sebagai ibadah ritual. Banyak orang Kristen saat-saat ini bila diberitahu tentang firman Tuhan mengenai memuji Tuhan maka mereka akan berkata bahwa suara mereka tidak bagus, namun anehnya bila lagu pop, mereka menyanyikan dengan sungguh-sungguh. Apakah menyanyi lagu dunia itu salah? Tidak ada yang salah dengan menyanyi namun yang salah adalah bila kita tidak bisa menyanyi lagu untuk Tuhan namun bisa menyanyi lagu dunia maka itulah yang salah. Banyak juga orang berkata saya tidak bisa menari di gereja tetapi anehnya mereka bisa menari di tempat hiburan. Ini adalah hal yang salah dan kita tidak boleh melakukan hal tersebut. Mari biarlah melalui firman Tuhan hari ini kita mau bertobat untuk mulai belajar memuji Tuhan kita. Mari kita belajar untuk setiap hari kita mau memuji Tuhan kita atas anugerah-Nya yang diberikan bagi kita. Dan biarlah mulai hari ini kita mau belajar memuji Dia karena selagi kita masih diberi nafas oleh Tuhan mari kita memuji Dia dengan apa yang bisa kita lakukan untuk-Nya.
      Beberapa alasan yang diberikan oleh pengkhotbah dalam memuji Tuhan yaitu:
      1. Diciptakan untuk kemasyuran-Nya (bdk Ibr. 13:15), yang dimana keberadaan-Nya di tempat yang maha kudus.
      2. Allah adalah Allah yang besar pencipta alam semesta, dan Allah itu perkasa.
      3. Puji Tuhan dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang (ay 3-5)
      4. Dalam keadaan apapun kita hendaknya tetap memuji Tuhan, begitupun dalam keadaan buruk juga harus memuji Tuhan.
      Jadi ketika pengkhotbah bertanya mengenai adakah yang ingin masuk surga setelah kluar dari ruangan capel ini? Banyak yang ragu dalam menjawab pertanyaan tersebut, karena saya pernah mendengar statmen “Banyak orang yang ingin masuk surga, namun tidak mau masuk surga diluan”, hal inilah yang memperlihatkan kurang nya kepercayaan kita, dalam arti kita percaya masuk surga namun tidak yakin .
      Gbus

      Hapus
    4. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Khotbah (Pdt. Kaleb Manurung)
      Senin, 4 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      Mazmur 30:1-13, Mamzur ini ditulis oleh seseorang yang pernah mengalami sakit yang parah, yang hampir membawanya kepada kematian. Sama seperti kebanyakan dari kita, pemazmur adalah seorang yang gemar memuji Tuhan ketika ia berada dalam situasi yang menyenangkan. Namun, ia sangat terkejut ketika sakit-penyakit itu datang. Dengan sungguh-sungguh dia berdoa, mohon kesembuhan dari Tuhan. Betapa senang hati pemazmur ketika Tuhan mendengarkan permohonannya. Begitu menakjubkan baginya. Ratapan dalam hatinya langsung diganti dengan tari-tarian sukacita. Pemazmur menggambarkan penderitaan sebagai tangisan malam yang pasti akan berlalu oleh pagi hari yang penuh sorak-sorai. Mazmur ini diakhiri dengan komitmen yang sangat indah: tekad pemazmur untuk memuji Tuhan selama-lamanya.
      Pujian Adalah Penyembahan kasih kepada Allah sebagai jawaban terhadap kasih-Nya yang telah lebih dulu diberikan kepada kita. (1Yoh. 4:9-10). Hal ini digambarkan sebagai 'korban syukur kepada Allah' (Ibr. 13:15), yang bertentangan dengan ibadah yang dipersembahkan kepada sesuatu yang lebih rendah daripada Allah (Kel. 20:2-4). Puji-pujian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Kristen. Jika ada orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan atau hanya memuji Tuhan saat berada di gereja, berarti ia orang Kristen yang 'tidak normal'. Normalnya, orang Kristen pasti suka memuji Tuhan di mana pun dan kapan pun. Bahkan Daud memuji-muji Tuhan tujuh kali dalam sehari (baca Mazmur 119:164). Jangan anggap remeh puji-pujian bagi Tuhan itu! Ada kuasa yang dahsyat saat kita memuji Tuhan sebab Ia bersemayam di atas pujian yang dinaikkan oleh umatNya (baca Mazmur 22:4).
      Kapan waktu yang tepat memuji Tuhan? Saat lagi happy, tidak ada masalah, sehat, menerima berkat? Tidak. Memuji Tuhan itu di segala keadaan dan setiap waktu, terutama waktu dalam kesesakan dan pergumulan berat. Mengapa? Karena dengan memuji-muji Tuhan iman kita kembali dibangkitkan; segala kekuatiran dan ketakutan sirna oleh karena hati dan pikiran kita tertuju kepada Tuhan. Dahsyatnya kuasa puji-pujian itu dirasakan oleh Paulus dan Silas. Saat mereka dijebloskan dalam penjara karena memberitakan Injil, "...kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka...terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua." (Kisah 16:25-26). Meski sedang terjepit dan dalam ujian yang berat Paulus tetap tegar dan masih bisa memuji-muji Tuhan. Ketika mereka menaikkan pujian Tuhan hadir dan melawatnya. Perkara besar pun terjadi: Gempa bumi, sendi-sendi penjara goyah, pintu terbuka dan belenggu terlepaskan. Di tengah segala cara manusia untuk menemukan rasa amannya, kiranya hanya di dalam Allah dan karena dikasihi oleh-Nya semata yang membuat kita merasa aman, teguh dan kokoh melalui pujian kita kepada-Nya.

      Hapus
    5. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Perjamuan Kudus (Janjahaman Damanik)
      Jumat, 8 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      Perjamuan kudus merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan bergereja yang dirayakan. Ia memiliki sejarah panjang hingga mencapai pemahaman dan prakteknya dewasa ini. Berdasarkan sejarah liturgi, perjamuan kudus atau ekaristi (eucharistia = pengucapan syukur) dipahami sebagai berikut: Pertama, tanda kebersamaan. Ini merupakan inti dari perjamuan kudus yang ditampakkan melalui praktek ibadah gereja abad-abad pertama. Ibadah perjamuan tidak dilakukan secara individu, melainkan bersama dan dalam komunitas. Penampakkannya diawali dengan pengucapan syukur yang berupa persembahan in natura berupa: roti, anggur, dan air. Sejak semula hingga kini, persembahan dan perjamuan merupakan satu kesatuan. Umat sendiri memberikan persembahan dengan mengantarnya ke altar untuk kemudian dibagikan di antara mereka dalam makan bersama yang disebut komuni (communio = kebersamaan).
      Tradisi Alkitab mengungkapkan, setiap kali umat Allah datang menghadap hadirat Tuhan (beribadah), juga termasuk ibadah perjamuan kudus mereka selalu membawa “korban” atau persembahan kepada Tuhan. Hal ini dilakukan sesuai dengan perintah Tuhan kepada mereka bahwa: Setiap orang yang datang menghadap Tuhan, janganlah ia menghadap dengan tangan hampa, tetapi masing-masing membawa persembahan sesuai dengan berkat yang diberikan Tuhan kepadanya. (bnd, Ul 16: 16-17) dan persembahan itu adalah yang terbaik, tidak cacat atau sesuatu yang buruk, (Ul 17: 1). Dalam Perjanjian Lama, Persembahan erat hubungannya dengan upacara korban. Dalam Imamat pasal 1 – 7 terdapat beberapa contoh jenis persembahan korban seperti; korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan, korban penghapusan dosa dan korban penebusan salah. Ibadah Israel juga mengenal persembahan persepuluhan dalam bentuk hasil ladang, ternak atau uang (lih. Ul 14:22-27), bahkan ada peraturan yang menetapkan denda 20 % bagi penyimpangan persepuluhan (lih. Im 27:31). Dapat kita lihat bahwa Korban atau persembahan dalam Perjanjian Lama selalu dihubungkan dengan kebebasan atau keselamatan jiwa. Umat Allah sadar bahwa dirinya berdosa dihadapan Allahnya, maka dengan hati yang tergerak dan terbuka, mereka datang membawa persembahannya kepada Tuhan yang dapat menyelamatkan jiwanya. “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik Lukas 6: 43.

      Hapus
    6. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Bacaan Mazmur (Anggianita Br Sembiring)
      SEnin, 11 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      Mazmur 39:1-14, Jika sadar bahwa umur kita ada batasnya, apa yang harus kita perbuat dengan waktu yang sangat singkat ini? Waktu adalah anugerah Tuhan, karena itu jangan pernah sia-siakan. Selagi kita masih bernafas berarti ada kesempatan bagi kita mengumpulkan harta di sorga dan berkarya bagi Tuhan. Bagi kita sebagai orang percaya, kematian bukan lagi menakutkan, dan kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi tidak perlu tenggelam dan duka yang berlarut-larut. Rasul Paulus menasihatkan, "...saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia." (1 Tesalonika 4:13-14).
      Dengan demikian kita dapat tabah menghadapi kematian, karena semua orang tanpa terkecuali akan mengalaminya.
      Bacaan Mazmur ini diangkat karena berhubungan denga kepergian sang bapak dosen yang begitu baik yang sangat penyabar dengan ke-khasnya sebagai Bapak dosen degan jiwa kebapaannya. Dari kejadian itu memperlihatkan kepada manusia bahwa umur manusia ada batasnya dan kita tidak tau kapan kiita akan dipanggil oleh-Nya.
      Pemazmur melihat bahwa setiap usaha manusia adalah kesia-siaan, tidak ada yang kekal. Oleh sebab itu pemazmur bertanya dalam ayat 7 “Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap.” Hanya kepada Tuhan Ia berharap tidak ada kesia-siaan. Pengharapan di sini adalah pengharapan yang penuh iman, bukan pengharapan yang kosong. Pengharapan ini bersifat mendesak, bukan dalam jangka waktu yang lama. Terlihat di sini bahwa di dalam Tuhan tidak ada kesia-siaan karena kita diberi iman untuk berharap kepada Tuhan, Mari kita tetap berpengharapan kepada Tuhan.

      Hapus
    7. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Khotbah (Andre Purba)
      Jumat, 15 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      1Tawarikh 16 : 31-36
      Salah satu cara agar kita tetap dapat memuji Allah dan menceritakan segala kebaikan-Nya kepada orang lain adalah dengan cara mengingat setiap kebaikan yang telah Allah nyatakan dalam kehidupan kita. Hidup bersama-sama dengan Allah akan membawa sorak-sorai, syukur dan pujian. Inilah hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini. Sungguh begitu indahnya hidup bersama-sama dengan Tuhan. Kita hidup dan berjalan bersama Raja penguasa alam semesta.
      Orang percaya layak mensyukuri imannya kepada Yesus Kristus, sebab Ia telah datang untuk hidup diantara kita. Ia datang menggembalakan kita umat percaya, sehingga kita beroleh sukacita dariNya. Ucapan syukur kepada Tuhan itu tidak terbatas oleh waktu dan keadaan. Syukur kepada Tuhan tidak hanya ketika ulang tahun, naik jabatan, lulus dari pendidikan, rumah baru, sembuh dari penyakit. Namun syukur dan pujian akan selalu mengalir ‘tak hentinya kepada Tuhan sebab Ia yang telah menebus kita dari dosa dan juga yang memberikan kasihNya tetap dan kekal selamanya.
      Bila kita mengingat setiap detail kebaikan Allah dalam kehidupan kita, hal itu akan mendorong kita untuk semakin giat menceritakan keajaiban-Nya kepada banyak orang dan melalui perbuatan kita biarlah ibadah yang kita lakukan dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  3. Tanggal : Jumat, 11 Maret 2016
    Liturgis : Hernita Siregar
    Analisa : Epistel (Yos 12:1-8)
    Yudas tergolong murid Yesus, tetapi Yudas ternyata tidak percaya kepada Yesus. Ia tidak menunjukkan perilaku pengikut yang benar-benar menerima Yesus, yang melayani Dia (seperti Marta dan Lazarus), membuat banyak orang lain percaya kepada Yesus (seperti Lazarus), dan bahkan ikut berperan untuk mempersiapkan kematian-Nya (seperti Maria). Yudas mencoba menipu dengan berpura-pura membela, kebaikan (Yoh 12:4-6).
    Semua hal ini kembali menunjukkan kepada kita bahwa murid Yesus sejati menampakkan kesejatiannya melalui tindakan nyata, bukan sekadar pembelaan prinsip yang “baik”. Tindakan-tindakan Marta, Lazarus, dan Maria menunjukkan kesesuaian dengan rencana yang hendak diwujudkan Allah melalui Yesus. Sebagai murid-murid Yesus, kita pun ditantang untuk menunjukkan kesehatian kita dengan rencana Allah, seperti yang diteladankan Maria. Pergumulan, rasa syukur, relasi, dan penundukan diri Maria sebagai murid Yesus membuahkan tindakan yang bersesuaian dan tepat dengan rencana Tuhan, dan bahkan dihargai-Nya. Jauh berbeda dari tindakan Yudas yang katanya demi prinsip yang “baik” padahal didasari kepentingan egosentris.
    Kita dipanggil untuk meneladani ketiga orang ini, khususnya Maria. Sebagai murid, tindakan kita seharusnya bukan sekadar demi membela prinsip ’benar’, melainkan dilandaskan oleh kebenaran firman, relasi yang hidup dengan Tuhan, ketaatan, dan penyertaan kuasa Roh Kudus. Agar peka seperti Maria, kita perlu sungguh-sungguh belajar firman Tuhan dengan rendah hati. Jangan berhenti sebatas pengertian, melainkan dengan hati menerima kehendak-Nya lalu dengan taat dan semangat mewujudkannya dalam tindakan nyata. Tuhan dipermuliakan dan sesama diberkati. Dengan sikap seperti ini, kita akan dijauhkan dari godaan untuk memanipulasi hal baik untuk kepentingan sendiri semata-mata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tanggal : 14 Maret 2016
      Pengkotbah : Pdt. Dr. Jhonriahman Sipayung
      Kotbah : Yesaya 50:4-9
      Yes 50:4-9 merupakan Nyanyian Hamba yang ketiga, dalam Nyanyian Hamba ketiga ini. Hamba Allah rela menjadi murid yang taat kepada Allah. Setiap hari ia duduk di bangku sekolah milik Allah untuk berguru pada-Nya. Telinganya disendengkan untuk mendengar segala pengajaran-Nya. Lidahnya tidak putus-putus memperkatakan firman Allah agar dapat menguatkan hati yang lemah dan semangat yang pudar (Yes 50:4-5). Bahkan saat orang-orang yang dilayaninya menolak dan menghinanya ia tetap setia menjalankan tugas kehambaannya sebab ia yakin Allah ada di pihaknya dan akan membela serta membuktikan kebenarannya (Yes 50:7-9). Allah sendiri menyatakan: "Inilah hamba-Ku yang berhasil" (Yes 50:10-11).
      Tuhan Yesus adalah Hamba Allah yang berhasil. Walau ditolak bahkan dibunuh, Ia tetap setia menjalakan misi-Nya menyelamatkan manusia. Pelayanan-Nya berdampak kepada transformasi hidup orang yang dilayani-Nya. Anda dan saya adalah buah-buah pelayanan-Nya. Kita sekarang adalah hamba-hamba Allah yang dipanggil untuk menyaksikan karya Kristus itu kepada semua orang. Mari kita meneladani Tuhan Yesus dengan taat kepada Allah dan tidak gentar menghadapi penolakan serta tekanan dunia ini. Allah akan memelihara dan membela kita

      Hapus
    2. Tanggal : 18 Maret 2016
      Liturgis : Yuwan Fandes Ambarita
      Analisa : Pembacaan Mazmur (Mazmur 12:1-9)
      Mazmur ini menggambarkan suatu masa penganiayaan yang lain lagi, yaitu saat masyarakat tercerai-berai. Sambil meratapi keadaan di mana kebohongan dan kepalsuan merajalela, pemazmur juga mengutarakan keyakinannya yang kokoh kepada Allah yang tetap disembah oleh golongan minoritas yang setia.
      Doa Orang Yang Setia, tolonglah kiranya, Tuhan. Pemazmur berbicara bagi orang-orang yang setia, yaitu orang-orang saleh yang telah dianiaya oleh orang-orang yang besar mulut yang mengucapkan kata-kata pujian yang kosong dan memakai bahasa mendua. Seperti halnya Elia, pemazmur berbicara seakan-akan dirinya merupakan satu-satunya orang benar yang masih tersisa dan belum bergabung dengan orang-orang berbesar mulut itu.
      Dan Pada relita kehidupan kita pada saat ini kita mengalami hal yang sama seperti Pemazmur ini, kecurangan demi kecurangan terus terjadi dalam masyarakat kita. Dusta demi ambisi pribadi, dusta demi keuntungan materi, dan dusta demi mempertahankan kedudukan, merupakan pemandangan yang dapat kita lihat setiap hari. Belum lagi penindasan dan pengeksploitasian orang-orang yang miskin dan lemah terus berlangsung tanpa ada satu pembelaan yang berarti bagi mereka. Apakah kenyataan ini membuat kita prihatin dan berontak? Ataukah kita tidak peka lagi karena kita mungkin ikut terlibat di dalamnya?
      Apa Pemazmur, ketika melihat masyarakat di sekelilingnya penuh dusta dan kecurangan, ia hanya berseru ‘tolong’ sebagai ungkapan permohonannya (Mazm 12:1). Mengapa hanya satu kata singkat yang diungkapkan kepada Allah? Apakah masalahnya terlalu sederhana? Sebaliknya Ia kebingungan dan ketakutan karena orang saleh telah habis, demikian pula orang-orang yang setia telah lenyap. Habisnya orang saleh dan lenyapnya orang setia ini bisa jadi karena kematian, pergi dari masyarakat, atau tidak lagi menjadi saleh. Dalam konteks ini nampaknya banyak orang yang meninggalkan kesalehan dan kesetiaannya. Inilah yang mendorongnya dengan kuat untuk minta tolong dan karena terlalu mendesak dan menyesak maka ia hanya mampu mengatakan satu kata ‘tolong‘.
      Kondisi masyarakat di sekeliling pemazmur memang sangat parah. Menjadi orang fasik bukan lagi suatu hal yang memalukan, bahkan seperti sudah menjadi kebanggaan dan hal yang patut dipamerkan (Mazm 12:8). Jika sudah demikian maka masyarakat tidak lagi peka terhadap amoralitas ataupun kebejatan yang terjadi di sekeliling mereka. Semua itu sudah menjadi bagian hidup mereka. Bagaimana pemazmur dapat bertahan, sehingga ia tidak habis lenyap? Ia melandasi hidupnya dengan keyakinannya kepada firman Tuhan yaitu bahwa Ia akan menjaga dan melindunginya. Dengan kata lain, firman Tuhanlah yang menopang dan menyokong kehidupannya, sehingga walau apa pun yang terjadi di sekitarnya ia tidak akan menjadi habis ataupun lenyap. Ia tetap akan setia dan hidup benar.

      Hapus
    3. Tanggal : 1 April 2016
      Liturgis : Brama Picer Lee Pasaribu
      Analisa : Pembacaan Mazmur (Mazmur 27)
      Ketakutan yang dirasakan oleh manusia bersumber dari rasa ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk mengatasi suatu konflik atau krisis yang terjadi dalam hidupnya.Ketika menghadapi tantangan dan serangan yang begitu hebat dari musuh-musuhnya (2-3), Daud tidak hancur, tidak gentar, dan tidak meragukan Allah sedikit pun. Ia pasti mempunyai kunci hidup tegar dan kokoh menghadapi krisis, yang sangat diperlukan oleh Kristen di Indonesia supaya Kristen dapat melewati setiap badai yang saat ini melanda negara kita dengan tetap teguh berpegang pada kebenaran iman kristen. Apa saja kunci itu?

      Daud tidak membiarkan pikiran dan hatinya dikuasai oleh krisis yang dihadapi sehingga hanya terpaku kepada krisis saja. Sebaliknya ia tetap memfokuskan pikirannya kepada kebesaran dan siapakah Allah bagi dirinya (1). Kristen yang terpaku kepada permasalahan hidupnya cenderung membesar-besarkan masalah itu. Jika ia terfokus kepada Allah maka masalah apa pun akan terlihat kecil sehingga ia tidak akan gentar. Namun yang harus diingat adalah apa yang dilakukan Daud bukanlah seperti yang diajarkan oleh kekuatan berpikir positif dari gerakan zaman baru. Ketika Daud berhasil menghadapi dan mengatasi krisis yang terjadi, hal itu dikarenakan Allah secara pribadi yang bertindak (6). Tindakan Allah ini bukan didorong karena kekuatan pikiran Daud namun karena hubungan pribadi yang indah antara Daud dan Allah (4). Orang yang mempunyai hubungan yang indah dengan Allah adalah orang yang tinggal di Rumah Allah (5). Akankah Allah diam saja ketika tamunya diganggu kenyamanan dan keamanannya? Kedekatan Daud dengan Allah tidak dicapai melalui aktivitas agama maupun aktivitas rohani yang bernuansa magis. Kedekatan itu dibina melalui kehidupan doa yang sehat dimana ketergantungannya kepada Allah sangat diutamakan (7-12).

      Hapus
    4. Tanggal : Senin 4 April 2016
      Pengkotbah : Pdt. Kaleb Manurung M.Th
      Analisa : Kotbah ( Mazmur 30:2-13)
      Mazmur ini menceritakan pengalaman seorang yang baru luput dari maut, yaitu diselamatkan dari penyakit berat. Pemulihannya yang luar. Biasa menimbulkan ucapan syukur penuh sukacita dan membuat dia merenungkan pelajaran-pelajaran yang telah dia peroleh dari penderitaannya. Mzm 30:1-3. Pujian karena pemulihan. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan. Maksud pemazmur jelas adalah untuk mengagungkan Tuhan, sebab Dia telah diselamatkan dari dunia orang mati dan dari liang kubur. Tidak heran perasaan sukacita pemazmur diekspresikan dengan tari-tarian kegembiraan yang meluap-luap (Mazm 30:11) dan mengajak semua anak Tuhan mensyukuri kebaikan-Nya (Mazm 30:4). Memang Tuhan pernah marah karena pemazmur mengkhianati-Nya, tetapi kemurahan-Nya jauh melampaui kemurkaan-Nya (Mazm 30:5). Kita semua adalah orang-orang yang pernah mengalami kengerian maut dalam lumpur rawa dosa. Oleh kasih karunia-Nya, Kristus telah mati untuk menebus kebinasaan kita dan memberikan kita hidup sejati, bahkan ketika kita masih menjadi musuh Allah ( Rom 5:8-10). Ungkapkan syukur Anda kepada-Nya dengan memberitakan kebaikan-Nya kepada orang lain. Nyatakan akibat kebaikan-Nya itu pada diri kita, agar mereka melihat kesaksian hidup kita, dan menerima pertobatan.

      Hapus
    5. Tanggal : Jumat 8 April 2016
      Pengkotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Analisa : Kotbah ( Wahyu 5:11-14)
      Anak Domba itu adalah Yesus Kristus, Banyak orang ragu untuk percaya kepada Yesus., Bermunculan sikap mempertanyakan ketuhanan Yesus Kristus. Jika fakta masakini demikian, mengapa kita mempertaruhkan segenap hidup kita dan komit untuk taat kepada-Nya? Bagian ini memberi kita jawab telak dengan mengajukan beberapa alasan kuat. Pertama, penulis Wahyu beroleh suatu penglihatan eskatologis. Sebuah gulungan kitab yang bertuliskan dua sisinya ternyata hanya dapat dibuka oleh Yesus. Bahwa dua sisi gulungan itu berisi tulisan adalah hal yang tidak lazim sebab gulungan biasanya hanya ditulisi satu sisinya saja. Ini mungkin menunjuk pada sejarah karya Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, atau dua sisi karya Allah mewujudkan Kerajaan-Nya yaitu Perjanjian Anugerah dan Penghakiman. Apa persisnya kita tidak tahu. Yang jelas hanya Yesus yang layak, sebab Dia adalah Singa Yehuda (menunjukkan kemenangan-Nya), yaitu Anak Domba yang bertakhta di surga (Wahy 5:5-7). Kematian dan kebangkitan-Nyalah penggenap rencana-rencana Allah dalam gulungan itu.
      Kedua, tidak saja kelayakan Yesus dipaparkan di sini, tetapi juga kewajiban umat untuk menyembah Yesus. Doa-doa atau semua ungkapan permohonan iman kita hanya Dia yang dapat menampung dan mengabulkannya (Wahy 5:5). Juga semua umat layak memuji menyembah Dia, sebab kita telah dibeli-Nya dengan harga darah-Nya sendiri (Wahy 5:9-10). Nasib kita telah diubah-Nya. Jauhnya langit dari bumi pun belum dapat melukiskan kontras keadaan kita tanpa Dia dan di luar anugerah-Nya dengan keadaan dan status kita ketika dijadikan pewaris Kerajaan-Nya dan imam-imam bagi Allah (Wahy 5:10b). Untuk memuji sang Domba-Singa yang perkasa ini, seluruh malaikat surga, umat tebusan, dan semua penghuni surga dan bumi menaikkan puji sembah mereka (Wahy 5:9-10,12-14).

      Hapus
    6. Tanggal : Senin 11 April 2016
      Pengkotbah : Jhoni Purba
      Analisa : Kata-Kata Bunda Teresa
      Tulisan ini bertuliskan mengenai orang baik dan perbuatan baik, jika manusia berlaku baik dan membela kebenaran maka akan banya tantangan yang dihadapinya.
      Bila orang benar diserang, difitnah dan diancam, kepada siapakah ia berlindung? Adakah tempat yang cukup aman di bumi ini bagi orang benar? Di manakah perlindungan sejati? Saya mengambil jawaban dari kita Mazmur dimana Pemazmur menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya. Maka, ia tidak usah takut akan musuh seperti apa pun karena kepercayaannya bahwa Tuhan adalah perlindungannya (Maz 27:1-3). Lebih dari pada itu, pemazmur yakin bahwa tempat paling aman adalah rumah Tuhan, yaitu kehadiran Tuhan dalam hidupnya karena di hadirat Tuhanlah pemazmur terlindungi dari mara bahaya (Maz 27:4-6). Maka, dengan mantap pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan segera menyelamatkan dia (Maz 27:7), dan jawaban Tuhan tidak jauh dari keyakinannya, yaitu agar pemazmur mencari wajah-Nya ( Maz 27:8), maksudnya tentu meminta firman atau juga belajar dari firman- Nya. Maka, pemazmur minta sungguh Tuhan mengajarnya supaya ia semakin yakin akan perkenanan Tuhan atasnya ( Maz 27:7-10). Permohonan pemazmur semakin mendesak karena desakan dari para musuh yang telah memfitnahnya dan ingin menghabiskannya. Namun, pemazmur tetap berpegang pada kepercayaannya, yaitu Tuhan yang akan menyelamatkannya. (Mazm 27:11-13) Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk menantikan Tuhan (Mazm 27:14). Pemazmur mempercayakan hidupnya ke tangan Tuhan, yang diyakininya sebagai perlindungan sejati. Hadirat Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman. Bila Tuhan yang melindungi, siapakah musuh yang dapat mengganggu? Menurut saya ini adalah suatu jawaban yang tetap agar kita menjadi orang yang baik dan benar.

      Hapus
    7. Tanggal : Senin 15 April 2016
      Pengkotbah : Andre Purba
      Analisa : 1 Tawarik 16:31-36
      Mazmur Daud ini mengajar kita beberapa prinsip penting dalam ibadah yang menyenangkan hati Tuhan. Dikala beribadah, memang kita bersyukur, berdoa, bernyanyi, dan bermazmur sebagaimana diungkapkan dalam panggilan untuk beribadah (Taw 16:8-13). Tetapi, inti dari ibadah adalah keyakinan bahwa Allah ada dan hadir dan berkenan didapati oleh mereka yang mencari dan meninggikan Dia. Allah adalah Allah perjanjian yang setia kepada janji-janji-Nya. Tema utama mazmur ini adalah penggenapan janji Allah menjadikan Israel umat-Nya, memberi mereka tanah perjanjian, membuat mereka suatu umat yang di dalam dirinya tanda-tanda kehadiran Allah terbaca dengan jelas (1Taw 16:14-27). Kedatangan tabut perjanjian adalah salah satu penggenapan puncak dari janji Allah. Adalah kewajiban umat Allah untuk tidak melupakan hal tersebut. Mengingat-ingat kesetiaan Allah dan penggenapan janji-janji-Nya adalah inti dari penyembahan. Ibadah yang benar akan melahirkan semangat kesaksian. Umat yang menyembah Tuhan dan menyadari bahwa kemuliaan Allah tidak terbatas akan terdorong oleh kerinduan untuk mengajak segenap bangsa, bahasa, dan ciptaan untuk mengakui kemuliaan Allah itu (1Taw 16:28-34).

      Hapus
    8. Tanggal : Senin 18 April 2016
      Pengkotbah : Swasti Br Sembiring
      Analisa : Kotbah (1 Korintus 12:14-26)
      Paulus menggambarkan jemaat seperti tubuh. Suatu gambaran yang pas! Satu tubuh namun banyak anggota. Tiap anggota punya fungsi dan kegiatan berbeda-beda, namun tidak mungkin lepas dan terpisah satu dari yang lain. Yang satu memerlukan yang lain. Masing-masing diperlukan oleh yang lain. Demikianlah seharusnya realita jemaat sebagai tubuh Kristus. Itu harus menjadi prinsip kerja sama dalam jemaat, prinsip ibadah, prinsip pengembangan jemaat dan pelayanannya, prinsip penggunaan karunia-karunia rohani.
      Tubuh yang salah aturan main sangat negatif dampaknya, maka pentingnya aturan main di atas dapat lebih dipahami bila membayangkan apa akibat dari salah aturan. Apa jadinya bila seluruh anggota tubuh kita adalah mata? Apa jadinya bila semua anggota tubuh kita mogok kerja karena bukan mata? Apa yang harus dibuat untuk mencegah kekacauan dan kelumpuhan tersebut? Maka dari ituWarga gereja harus belajar menghargai keunikan tiap orang. Warga gereja harus menilai kemampuannya sendiri dan kemampuan orang lain dalam perspektif kebersamaan tubuh Kristus. Seperti Penggalan lirik lagu Rohani yang menyatakan “Kami rendahkan diri dihadapan Mu membawa hancur saat saat bertemu agar kami saling melengkapi tubuh-Mu seperti kau dan Yesus adalah sautu, Karena itu kita harus menjadi satu seperti Yesus adalah satu.

      Hapus
    9. Tanggal : Jumat 22 April 2016
      Pengkotbah : Andi Barus
      Analisa : Kotbah (Kis 11:1-18)
      Allah tidak membeda-bedakan orang. Perhatian dan cinta kasih-Nya tidak bisa dibatasi hanya di wilayah tertentu. Rahmat dan anugrah-Nya tidak dicurahkan hanya kepada tokoh tertentu, suku tertentu, gender tertentu, atau budaya tertentu saja. Oleh sebab itu Allah tidak boleh dibatasi karya-Nya di kawasan orang Yahudi. Dengan perkataan lain Allah tidak membangun tembok, tetapi Allah justru membangun jembatan.
      Di dalam diri Kristus, Allah meninggalkan surga dan masuk ke dalam dunia, bahkan menjadi manusia dan berkomunikasi dengan manusia. Allah juga solider dengan manusia sampai kepada penderitaan manusia yang paling dalam yaitu kematian. Peristiwa salib bisa dipahami oleh orang yang sangat sederhana maupun orang yang paling jenius. Jalan kehidupan Yesus mengatasi jalan-jalan politik, jalan ekonomi, jalan perdamaian dst, yang sedang dirintis oleh manusia. Kesetiaan yang dibangun umat-Nya mengatasi kesetiaan terhadap bangsa, mengatasi fanatisme suku atau budaya.
      Seperti lagu anak KAKR yang menyatakan bahwa Yesus itu ada untuk semua orang yaitu :
      “Yesus cinta semua anak,
      Semua anak di duani,
      kunin, putih dan hitam
      Semua di cinta Yesus,
      Yesus cinta semua anak di dunia

      Hapus
  4. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
    NIM : 12.01.932
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

    Laporan Analisa Ibadah (Kotbah)
    Jumat, 11 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
    (Pengkotbah : Josua Sigalingging)
    Memberitakan Firman Tuhan adalah salah satu kesempatan terbesar yang dipercayakan pada manusia. Ini juga merupakan salah satu tanggung jawab terbesar manusia. Pemberitaan Firman adalah suatu seni mengkomunikasikan kebenaran ilahi melalui kepribadian manusia. Seorang pemberita Firman pada intinya adalah seorang komunikator. Dia menerima kebenaran dari Tuhan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada manusia. Allah memberikan wahyu, manusia menyiapkan penyajiannya.
    Yesaya 43:16-21 “Umat yang Memberitakan Kemasyuran Tuhan ”
    Tuhan telah melakukan periswa besar bagi umatNya. Ketika umat Tuhan ke luar dari Mesir, mereka dikejar oleh pasukan Mesir dan mereka tak dapat lagi melarikan karena mereka dihempang oleh sungai. Mereka akan mati konyol. Tetapi Tuhan dengan kedahsyatan kuasaNya dapat membelah laut sehingga ada tempat yang kering untuk menjadi jalan bagi umatNya, melepaskan diri dari kejaran musuh. Tuhan membebaskan mereka. Setelah umat berhasil melewati sungai yang telah kering itu, dan tentara Mesir yang mengejar mereka masuk melewati sungai itu, tiba-tiba sungai itu kembali tertutup dengan air yang hebat. Bukan hanya peristiwa membelah laut, tetapi juga setiap pertempuran dalam mengarungi perjalanan Mesir menuju Tanah Perjanjian, Tuhan memberi kemenangan bagi umatNya. Semua peristiwa lama itu menjadi kenangan luar biasa bagi umat Tuhan. Peristiwa besar itu memang cukup dibanggakan umat Tuhan. Tak terlupakan. Sayang sekali…..peristiwa hebat yang Tuhan lakukan itu bukannya menjadi dasar untuk menumbuhkan kesetiaan umat kepada Tuhan. Mereka bangga tapi bukan untuk kemuliaan Tuhan.
    Peristiwa yang Tuhan perbuat menunjukkan betapa dalam cinta kasih bagi umat pilihanNya. Tuhan adalah Pembebas. Pembebasan ini bukan hanya merupakan peristiwa masa lalu saja tetapi Tuhan terus mengulangi karyaNya dalam bentuk baru. Posisi umat Tuhan berada di pembuangan. Tuhan segera berkarya untuk melepaskan umatNya dari buangan Babel. Dapatkah umat Tuhan belajar dari masa lalu. Tuhan telah berkarya bagi nenek moyang mereka tetapi mereka tidak setia kepada Tuhan. Kini, Tuhan akan membebaskan mereka, akankah mereka akan memahsyurkan Tuhan dengan memberitakan perbuatan Tuhan yang ajaib itu ? Itulah yang Tuhan kehendaki, agar setiap umat yang telah merasakan perbuatan-perbuatan besar yang Tuhan telah lakukan dapat direspon dengan memberitakan kemahsyuran Tuhan. Tuhan selalu melakukan peristiwa demi peristiwa dari masa lalu dan rentetannya yang tak pernah selesai. Kedatangan AnakNya, sang pembebas ke dalam dunia adalah juga rentetan peristiwa masa untuk pembebasan umatNya. Karena itu, kita hendaknya menyambut sang pembebas yang kita kenal di dalam Kristus Yesus. Kita yang telah merasakan pembebasan yang Tuhan lakukan hendaknya ikut serta memahsyurkanNya dan memberitakan kemahsyuranNya sampai ke ujung bumi. Amin




    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Kotbah)
      Senin, 14 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (Pengkotbah : Pdt.Dr. Jon Riahman Sipayung)
      Tidak semua dosen memakai jubah ketika berkhotbah di dalam ibadah di dalam Capel, hanya acara perjamuan kudus saja dosen memakai jubah ketiga ibadah seperti perjamuan kudus. Saya juga terkejut ketika pengkotbah pada ibadah ini memakai jubah. Dan saya menjadi tertarik untuk melihat makna pemakaian jubah di dalam Liturgi. Berikut ini saya akan menjelaaskan secara singkat mengenai jubah di dalam liturgi yang saya kutip dari J.L.Ch. Abineno, Gereja dan Ibadah Gereja (Jakarta BPK-Gunung Mulia, 1986)160-168.
      Pada Masa Reformasi Martin Luther,para reformator tidak begitu setuju dengan “pakaian jabatan” yang dipakai oleh para klerus dalam ibadah yang membedakan mereka dengan jemaat. Dasar pemikiran adalah gereja tidak mengenal “hierarki” antara umat dan klerus; gereja sifatnya adalah “Imamat Am Orang-Orang Percaya”. Dengan dasar pemikiran ini pada tahun 1524, Marthin Luther menasihatkan supaya “pejabat-pejabat” gereja menjauhkan diri dari pakaian-pakaian indah dan mewah terlebih menganggapnya sebagai pakaian yang lebih suci daripada pakaian-pakaian lain karena Tuhan tidak lebih berkenan kepada “pejabat-pejabat” gereja yang memakai “pakaian jabatan” daripada yang tidak memakai “pakaian jabatan”. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1524 Luther berkhotbah di Wittenberg dengan pakaian toga sarjananya (bukan seperti pakaian para klerus) yang dinamai dengan “Schaube” dan dari pakaian toga-sarjananya inilah timbul apa yang kemudian dalam gereja-gereja Luteran disebut “talar injili” (tunica talaris) yaitu baju toga (pakaian akademis) berwarna hitam sebagai baju biasa yang dikenakan oleh seorang sarjana. Ketika Calvin berkhotbah dia mengenakan baju ini. Dan ini kemudian diikuti oleh badan-badan sending yang datang ke Indonesia. Gereja-gereja beraliran Reformeed (Calvinis) memakai “robe” (jubah panjang) dan gereja-gereja beraliran Lutheran memakai “toga” (jubah kesarjanaan, pakaian akademis). Tetang hal ini Luther memberikan kebebasan penuh kepada pengikut-pengikutnya dengan syarat kebebasan itu tidak disalah-gunakan. Pada tahun 1854, Sinode Den Haag memutuskan bahwa toga harus dipakai oleh para pelayan dalam pelayanannya, namun itu bukan dipahami sebagai “pakaian jabatan” tetapi supaya kelihatan lebih khidmat: “pelayanan yang khidmat harus dilayani dalam pakaian yang khidmat”.
      Sikap Para ahli Liturgi Tentang Pakaian Liturgi, Kuyper ; tidak menyetujui adanya “Pakaian jabatan” dalam gereja karena itu adalah penyangkalan akan imamat-am-orang orang percaya. Kalaupun hal itu masih dipakai di dalam pelayanan-pelayanan gereja baiklah itu dipahami dan dianggap sebagai hasil dari suatu masa silam. Sebab letaknya kejahatan bukan pada pakaian yang berasal dari materi, tetapi dalam hati manusia.
      Faber ; “pakaian jabatan” tidak mempunyai kuasa penyelamatan, tetapi dia juga berpendapat bahwa penyia-nyiaan “pakaian jabatan” dapat menganggap rendah nilai pelayanan. Di beberapa bagian dari Jerman pakaian-pakaian itu masih terus dipakai sampai sekarang, demikian pula di Swedia dan ditempat-tempat lain. Dia berpendapat bahwa pakaian mempunyai pengaruh suggestif atas daerah sekelilingnya, dalam hal ini atas jemaat.
      Van der Leeuw; Dia mengatakan bahwa ketika Zwingli (pada tahun 1523) dan Luther (pada tahun 1524) berkhotbah dalam pakaian akademis (=talar, tabberd, toga) mereka saat itu memutuskan hubungan dengan kebiasaan gerejawi. Tetapi hal itu tidak lama, karena “toga” segera dijadikan “pakaian liturgis” baru. Pakaian liturgis kita ialah toga dengan bef ; kita harus memakainya dalam tiap-tiap ibadah yang kita hadiri. Alangkah baiknya juga kalau penatua-penatua dan diaken-diaken juga memakai “pakaian liturgis”.

      Hapus
    2. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Kotbah)
      Jumat, 18 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (Pengkotbah : Pdt. Br Sinaga (ibu asrama))

      Lukas 19:28-40 “Bersukacita”
      Semua orang ingin hidup bersukacita dan bergembira. Dan Alkitab pun kerap kali mengingatkan kita untuk hidup dengan bersukacita. Tapi pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari sukar sekali mewujudkan sukacita di dalam diri kita. Hidup yang sehat adalah hidup yang bersukacita. Tapi masalahnya adalah kita harus benar-benar berjuang keras untuk menjadi sukacita. Karena sering kali kita harus menjumpai situasi dalam hidup yang tidak membawa sukacita. Nah hal-hal seperti itulah yang akhirnya menurunkan kadar sukacita dalam hidup kita. Filipi 4:4-7, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Yang pertama, Paulus meminta kita untuk bersukacita. Salah satu ciri khas kehidupan Kristiani adalah kehidupan yang penuh sukacita. Nah, pertanyaannya adalah bagaimanakah kita dapat hidup bersukacita. Yang saya ingin tekankan adalah sukacita Kristiani bukanlah bersumber dari situasi yang kita hadapi melainkan dari Kristus sendiri. Sukacita dari Kristus adalah sukacita hidup bersama Kristus, yang berarti bahwa kita tidak sendirian. Kristus mendampingi dan akan memberi kekuatan kepada kita untuk menghadapi segala tantangan hidup. Salah satu cara yang jelas untuk merefleksikan bahwa kita ini hidup bersyukur adalah kita mempunyai wawasan hidup yang positif. Jadi orang yang bersyukur itu cenderung positif, dia tidak melihat hidup itu gelap atau suram. Dia menantikan hari esok, dia tahu bahwa ada berkat Tuhan untuk hari esok, dia bersedia membantu orang, dia bersedia memercayai orang karena dia tahu bahwa masih ada kesempatan untuk orang itu bisa berubah dengan dia menolongnya. Dengan kata lain dia positif; dia berpandangan positif. Hatinya penuh sukacita karena hatinya penuh sukacita maka dia melihat hidup itu dengan lebih cerah. Dengan kata lain, kita bisa melihat siklus, makin seseorang bersyukur, makin dia bersukacita. Dan makin dia bersukacita makinlah dia positif melihat hidup ini. Dan yang kita tahu pasti adalah Tuhan pun akan bersukacita, melihat anak-anak-Nya hidup bersyukur.

      Hapus
    3. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Kotbah)
      Senin, 28 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (Pengkotbah : Randa Sembiring)
      Mazmur 150 1-6, “Mengapa kita memuji Tuhan?” Memuji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang Kristen. Karena itu dalam setiap peribadatan puji-pujian selalu mendapat porsi yang cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Hal ini menandakan bahwa pujian merupakan bagian penting dalam kehidupan orang percaya.
      Mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu? Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuranNya. Tuhan berkata, "umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anakNya kita harus taat melakukannya. Ibrani 13:15: "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umatNya, karena itu Ia selalu hadir dan bertahta di atas pujian kita. Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup kita biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita. KehadiranNya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita: memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita. Daud menulis: "Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu." (Mazmur 147:1). Marilah kita memuji Tuhan di segala waktu seperti yang dilakukan Daud. "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2), tidak terbatas hanya pada saat kita beribadah di gereja saja. Sebagai manusia Daud pun pernah dan sering mengalami masalah atau pun tekanan dalam hidupnya, namun ia tidak menjadi putus asa dan terus-menerus tenggelam dalam kepedihan, ia tetap memuji-muji Tuhan. Inilah sikap yang patut kita teladani.


      Hapus
    4. maaf y pak ini saya salah membuat tanggal, sebenarnya ibadah tanggal 28 maret ini adalah analisa ibadah saya 1 april pak. karena 28 maret ini masih paskah ke II pak....
      mmksh y pak......

      Hapus

    5. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Kotbah)
      Senin, 4 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (pendoa syafaat : Audita Silalahi)
      Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang kita sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya.
      Di dalam doa syafaat ini ada kata “berkatilah kami dan biarlah kami seakan-akan memuji dan memuliakan-Mu”. Secara logika saya tidak dapat mengatakan ini kepada sang Pencipta, karena kata seakan-akan diatas dapat diartikan berpura-pura. Apakah doa itu untuk berpura-pura atau apakah doa itu hanya sebatas kata-kata belaka yang tidak mempunyai makna?
      Doa adalah komunikasi analog paling dasar yang dimiliki oleh manusia, jauh sebelum manusia bisa berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. Doa adalah sebuah saluran langsung antara individu dengan Tuhan. Untuk mengurangi “noise” di dalam komunikasi, sebagaimana layaknya komunikasi modern pada peradaban manusia, maka doa pun membutuhkan sebuah keteduhan atau kontemplatif untuk mengurangi gangguan. Dan, sebagaimana komunikasi antar manusia yang memiliki tujuan dan objek pembicaraan (pesan), maka doa pun demikian. Ternyata doa itu tidak hanya kata-kata belaka yang tidak memiliki makna. Doa itu keberserahan kita sepenuhnya kepada sang Pencipta, karena berkat yang melimpah yang telah kita terima dan juga penyertaan yang kita mohon kepada sang Pencipta bentuk dari keberserahan kita kepada-Nya. Jadi, doa itu bukan sebatas kata-kata, bukan sebatas ungkapan hati, bukan sebatas seremonial tetapi doa itu adalah bentuk keberserahan kita kepada sang Pencipta.


      Hapus
    6. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Kotbah)
      Jumat, 8 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (Pengkotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik)

      Wahyu 5:11-14
      Ayat ini menceritakan tentang sebuah gulungan kitab yang menyingkapkan masa depan bumi dan kerajaan Allah. Tidak ada seorang pun yang layak membukanya dan ini membuat Yohanes sebagai penerima wahyu menjadi sangat sedih (ay. 4), karena tidak ada seorang pun yang bisa mengungkapkan rahasia masa depan bumi dan kerajaan Allah. Dan itu berarti Yohanes maupun kita semua akan hidup dalam keadaan yang serba tidak menentu, tidak ada jaminan dan pengharapan akan terjadi sesuatu yang baik di masa depan kita.
      Tetapi puji nama Tuhan karena ternyata ada yang layak membuka gulungan kitab tersebut, yaitu Yesus Kristus. Dialah satu-satunya yang layak. Sebab Yesus telah membuktikan kemenanganNya dengan darahNya di kayu salib. Tidak ada kuasa lain yang lebih hebat dariNya. Perhatikan bahwa Anak Domba yang disebutkan itu mempunyai 7 tanduk dan 7 mata (ayat 6) yang melambangkan kesempurnaan kemenangan dan kekuasaanNya. Hal ini berarti jelaslah bahwa Yesus Kristus yang memegang kendali atas sejarah dunia dan umat manusia, bukan iblis dan kejahatan manusia. Tidak heran jika kemudian keduapuluh empat tua-tua dan empat makhluk, bahkan seluruh malaikat surga dalam ayat 9, 11-14 menyanyikan pujian bagi Kristus. Jika kebenaran seperti itulah yang kita pegang, maka melalui nyanyian pujian semua makhluk, kita diingatkan untuk memusatkan diri pada pujian dan penyembahan, terus beriman kepada Kristus, bukan kepada yang lain.
      Paskah yang baru kita peringati membawa kita kembali pada kemenangan Kristus. Peringatan Paskah mungkin sudah berlalu, tetapi penghayatan kita terhadap Paskah tidak boleh ikut berlalu. Kalau saat ini kita bisa bersukacita dalam keselamatan yang Allah telah berikan, jangan kita melupakan pengurbanan-Nya. Sering kita tidak menghargai pengurbanan Kristus bagi kita. Walaupun keselamatan itu cuma-cuma, tetapi dibayar mahal oleh Allah sendiri melalui kematian Kristus. Ini harus mendorong kita untuk senantiasa memuji-muji Anak Domba yang telah disembelih.
      Karena itu ketika kita kembali menjalani hari-hari kita dengan beban-beban hidup yang mungkin masih sama, biarlah cara kita menyikapi, atau menghadapinya sekarang berbeda. Kita menjadi lebih kuat, lebih beriman karena kemenangan Kristus juga berarti adalah kemenangan kita orang-orang yang percaya kepadaNya. Karena itu Jangan pernah tergoda untuk percaya kepada kuasa-kuasa yang lain, dan janganlah pernah meninggalkanNya.
      Hanya dalam Kristus yang telah menang atas segala sesuatu kita dapat meletakkan pengharapan dan jaminan atas masa depan yang indah bersamaNya.

      Hapus
    7. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (pembacaan Mazmur)
      Senin, 11 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (pembacaan Mazmur : Anggianita Sembiring)

      Mazmur 39:1-14 "Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan!" Mazmur 39:6.

      Sebagai raja israel hidup Daud penuh kenyamanan: harta kekayaan yang melimpah dan memiliki pasukan tentara yang siap menjaga negerinya. Meski demikian Daud tidak pernah memegahkan diri. Dia sadar bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, hanya sementara waktu. Segala sesuatu ada akhirnya. Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Itulah sebabnya Daud berdoa, "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:5). Bukan saja alam semesta dan segala isinya, umur manusia pun ada akhirnya.

      Jika sadar bahwa umur kita ada batasnya, apa yang harus kita perbuat dengan waktu yang sangat singkat ini? Waktu adalah anugerah Tuhan, karena itu jangan pernah sia-siakan. Selagi kita masih bernafas berarti ada kesempatan bagi kita mengumpulkan harta di sorga dan berkarya bagi Tuhan. Bagi kita sebagai orang percaya, kematian bukan lagi menakutkan, dan kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi tidak perlu tenggelam dan duka yang berlarut-larut. Rasul Paulus menasihatkan, "saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia." (1 Tesalonika 4:13-14).

      Dengan demikian kita dapat tabah menghadapi kematian, karena semua orang tanpa terkecuali akan mengalaminya. Bila selama hidup di dunia ini kita dengan setia mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dan menjalani hidup selaras dengan firman Tuhan, maka kita pun dapat berkata seperti Rasul Paulus, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a).

      Hapus
    8. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Jumat, 15 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (khotbah: Andre Yovandi Purba)

      1 Tawarikh 16:31-36 “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya”
      Tabut Perjanjian (Ul. 31:26), Tabut Allah (1 Sam. 3:3) atau juga disebut dengan Tabut Kesaksian berisikan Loh Batu kesepuluh Hukum Taurat, Roti Manna dan Tongkat Harun. Sesuai dengan perintah Tuhan untuk membuat suatu tabut dan di taruh di dalam kemah kudus.
      Tabut Perjanjian adalah tabut yang suci sebagai tanda kasih setia Tuhan atas umatNya. Tabut Perjanjian menjadi tanda kehadiran Allah diantara umatNya. Maka Daud menyanyikan syukur dan puji-pujian kepada Tuhan ketika Tabut itu dibawa ke Yerusalem.
      Nas yang menjadi bahan khotbah ini adalah bahagian dari nyanyian pujian Daud kepada Allah ketika membawa Tabut Perjajian ke Yerusalem. Tuhan itu Raja atas segala bangsa dan segenap alam semesta. Segala sesuatu ada dibawah kuasaNya. Penghakiman-Nya sungguh amat dahsyat dan kasih setiaNya kekal selama-lamanya. Setiap orang yang merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya akan bersyukur dan memuji Tuhan.
      Hidup bersama-sama dengan Allah akan membawa sorak-sorai, syukur dan pujian. Inilah hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini. Sungguh begitu indahnya hidup bersama-sama dengan Tuhan. Kita hidup dan berjalan bersama Raja penguasa alam semesta.
      Orang percaya layak mensyukuri imannya kepada Yesus Kristus, sebab Ia telah datang untuk hidup diantara kita. Ia datang menggembalakan kita umat percaya, sehingga kita beroleh sukacita dariNya. Ucapan syukur kepada Tuhan itu tidak terbatas oleh waktu dan keadaan. Syukur kepada Tuhan tidak hanya ketika ulang tahun, naik jabatan, lulus dari pendidikan, rumah baru, sembuh dari penyakit. Namun syukur dan pujian akan selalu mengalir ‘tak hentinya kepada Tuhan sebab Ia yang telah menebus kita dari dosa dan juga yang memberikan kasihNya tetap dan kekal selamanya.
      Orang beriman patutlah bersyukur, sebab iman kepada Kristus Yesus adalah tanda keberadaan kasih setia Tuhan atas hidup kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita maupun melupakan kita, maka janganlah kita menjauhkan diri dariNya maupun melupakanNya, rayakanlah imanmu maka engkau akan bersorak-sorai dalam hidupmu. Tuhan besertaku, besertamu dan beserta kita semua.

      Hapus
    9. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Senin, 18 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (khotbah: Swasti Sembiring)

      1 Korintus 12:14-26 “BERSATU DALAM KEPELBAGAIAN”

      Kata-Kata yang mengatakan bahwa Tubuh itu adalah satu dan kesatuan cukup sering kita dengarkan. Tetapi, dalam hal pengaplikasiannnya mungkin ada sedikit realitas yang melenceng dari pemahaman kata-kata yang kita dengarkan. Kesatuan dan keutuhan yang disebut dengan integritas merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan kristiani, sebab Kristus sendiri telah menyatukan orang-orang percaya dalam kepelbagaian ciptaanNya. Oleh karena itu dalam perikop 1 Koorintus 12 : 14-26 ini menyatakan bagaimana sesungguhnya keberadaan dari perbedaan-perbedaan itu yang harus dipahami dan disyukuri.
      Salah satu yang disampaikan oleh Paulus adalah pengajaran tentang kharisma yaitu karunia-karunia Roh. Kata ini menekankan kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam memberikan kemampuan dan tanggungjawab khusus kepada jemaat Kristen. Karunia ini untuk menguatkan jemaat melalui kehidupan yang penuh sukacita, damai sejahtera dan pelayanan serta peribadatan yang benar. Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita; jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati; siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Paulus juga menggambarkan jemaat seperti tubuh. Suatu gambaran yang pas! Satu tubuh namun banyak anggota. Tiap anggota punya fungsi dan kegiatan berbeda-beda, namun tidak mungkin lepas dan terpisah satu dari yang lain. Yang satu memerlukan yang lain. Masing-masing diperlukan oleh yang lain. Jadi Paulus sangat menekankan, bahwa kasih adalah karunia yang paling utama diatas semua karunia-karunia dan kepelbagaian dari setiap anggota jemaat. Jadi Paulus sangat menekankan, bahwa kasih adalah karunia yang paling utama diatas semua karunia-karunia dan kepelbagaian.

      Hapus
    10. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Jumat, 22 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB
      (khotbah: Andi Barus)

      Petrus adalah seorang Yahudi dan berprofesi sebagai Rohaniawan sedangkan Kornelius adalah seorang Romawi sekaligus bekerja sebagai tentara. Secara politik ke dua orang ini berseberangan bahkan bermusuhan yang satu lemah dan yang satu kuat karena bersenjata. Namun, ada satu hal yang menyatukan mereka; keduanya mendapat pengilhaman dari Roh Kudus. Petrus mendapat penglihatan aneh untuk ukuran ke-Yahudiannya. Sementara Kornelius mendapat pesan untuk mengundang Petrus ke rumahnya (ay. 9). Mereka sangat berbeda, tetapi ada sesuatu yang lebih besar dari mereka yang mempertemukan keduanya untuk saling meneguhkan. Kisah Kornelius membuat Petrus mengerti maksud dan Visi yang ia lihat.
      Dari Kis 11:1-8 ini terlihat bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang. Perhatian dan cinta kasih-Nya tidak bisa dibatasi hanya di wilayah tertentu. Rahmat dan anugrah-Nya tidak dicurahkan hanya kepada tokoh tertentu, suku tertentu, gender tertentu, atau budaya tertentu saja. Oleh sebab itu Allah tidak boleh dibatasi karya-Nya di kawasan orang Yahudi. Dengan perkataan lain Allah tidak membangun tembok, tetapi Allah justru membangun jembatan.
      Di dalam diri Kristus, Allah meninggalkan surga dan masuk ke dalam dunia, bahkan menjadi manusia dan berkomunikasi dengan manusia. Allah juga solider dengan manusia sampai kepada penderitaan manusia yang paling dalam yaitu kematian. Peristiwa salib bisa dipahami oleh orang yang sangat sederhana maupun orang yang paling jenius.
      Jalan kehidupan Yesus mengatasi jalan-jalan politik, jalan ekonomi, jalan perdamaian dll, yang sedang dirintis oleh manusia. Kesetiaan yang dibangun umat-Nya mengatasi kesetiaan terhadap bangsa, mengatasi fanatisme suku atau budaya.
      Dalam dunia yang penuh dengan pertentangan dan krisis, dan bahkan ketika primordialisme tumbuh subur, Kekristenan harus merangkul dan membangun jembatan-jembatan komunikasi. Injil Kerajaan Allah adalah kabar baik yang harus disampaikan dengan berpedoman kepada Yesus. Fanatisme atau ekslusifisme bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Memeluk Kristus erat-erat dan merasa diri selamat sementara melihat orang lain dengan penuh kecurigaan sangat bertentangan dengan semangat Yesus atau jiwa inkarnasi.
      Bukan saatnya menghindari orang lain tetapi inilah saatnya merangkul orang lain dalam semangat persaudaraan dan semangat cinta kasih. Sebab Yesus bukan milik kita saja, tetapi Yesus adalah milik semua orang.

      Hapus
  5. Nama : Tiar Mauli Sinambela
    Nim : 12.01.971
    Ting/Jur : IV-A/Theologia

    Liturgis : Hernita Siregar
    Pengkhotbah: Josua Sigalingging

    Analisa Ibadah "Khotbah" Jumat, 11 Maret 2016 (Ibadah Liturgi GKPA )
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21

    Yesaya 43:16-21 yang menjadi perenungan kita hari ini berbicara tentang nubuat-nubuat akan mujizat-mujizat yang menyertai keluaran yang baru. Yesaya 40:3 “Ada suara yang berseru-seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” Kita dapat membandingkan dengan mujizat sebelumnya dalam Kel.14:21-29 yang luar biasa:

    Bagaimana Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, Tuhan menguakkan air laut, membuat laut itu menjadi tanah kering. Orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut. Namun orang Mesir yang mengejar dikacaukan. Musa mengulurkan tangannya keatas laut dan air berbalik sehingga seluruh pasukan Firaun yang menyusul orang Israel mati dan tidak ada yang tertinggal. Demikianlah Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Demikianlah bangsa Israel menyeberang Laut Teberau sehingga mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa hambaNya itu.

    Nubuat Yesaya ini dapat dipahami, karena Pasal 40 – 55 berasal dari masa pembuangan orang-orang Yehuda di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Allah membebaskan umatNya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup baru. Nubuat-nubuat ini adalah nubuat penghiburan. Dan sesuai tema utama Kitab Yesaya seputar pembebasan yang dikerjakan Allah.

    Jemaat yang dikasihi Tuhan!
    Lewat rangkaian minggu passion, kita lebih merasakan bahwa passion Yesus sungguh luar biasa, semua Dia hadapi sekalipun harus digantung di kayu salib semata-mata agar manusia selamat. Puji Tuhan, kita masuk nominasi yang diselamatkan. Karenanya biarlah kita juga mempunyai passion atau hasrat dan tekad untuk merespons passion Tuhan dengan tetap memuliakan Tuhan.

    PERFICIT, QUI PERSEQUITUR yang artinya yang berhasil adalah dia yang terus bertahan. Walaupun ada kerikil, bukit batu, tebing cadas, badai gelombang yang kita alami dalam memuliakan Tuhan, haruslah kita lalui dengan tekun, sabar dan penuh kesetiaan serta jangan menyerah kalah. Yang pasti di ujung derita itu ada bahagia dan sukacita. Bagaimana seorang dapat teguh dalam Tuhan tanpa kesusahan. Untuk mendapat kekuatan, kita harus berolah raga atau latihan. Untuk memperoleh iman yang kuat, kita harus ditempatkan di tempat yang sukar. Hanya melalui banyak kesusahan kita dapat memasuki Kerajaan Allah. Kita mendapat hak istimewa menjadi kuat dalam kekuatan Allah di dalam segala situasi dan untuk memuji Allah karena salib Kristus. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah " Senin, 14 Maret 2016 "

      Liturgis : Edi Kerisman Tarigan
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung

      Nats Khotbah : Yesaya 50: 4-9
      Sebagai mahluk sosial, pastinya kita pernah mengalami situasi hidup seperti yang dituliskan nabi Yesaya tersebut bahwa terkadang akan ada tekanan-tekanan dalam hidup yang akan kita rasakan dari sekitar kita yang akan menguji ketaan pada Tuhan. Jika tidak dapat dikontrol lagi maka hal inilah yang dapat mengakibatkan kemarahan, sakit hati, dengki, caci-maki, dendam.
      Nas ini adalah bahagian dari nubuatan Mesias yang akan datang menyelamatkan umat Israel. Bahwa nubuatan ini disampaikan ketika umat Israel hidup pada masa-masa pembuangan. Dalam nas ini diberitakan bagaimana “Hamba Tuhan” itu tetap dapat mengontrol kehidupannya yang walaupun hidup dalam tekanan yang berat nama dia tetap memiliki “Lidah seorang murid”, “Mendengar sebagai seorang murid”, sehingga kesetiaannya sebagai seorang murid ditengah-tengah tekanan yang berat membuat dia dilayakkan menjadi orang benar di hadapan Allah. Lebih tegas lagi di nyatakan bahwa sebenarnya adalah kesia-siaan melawan seorang Hamba Tuhan yang telah dibenarkan oleh Allah, sebab Tuhanlah yang akan memberikan pertolongan, dan orang-orang yang memberikan perlawanan itu sesungguhnya seperti pakaian yang using yang akan dimakan ngengat.

      Jika kita kembali kepada konteksnya bahwa memang umat Israel sedang diteguhkan dalam penderitaanya, bahwa Tuhan akan tampil memberikan pertolongan kepada mereka, Mesias akan memikul semua penderitaan, penghinaan dan malu karena Kasih Allah yang besar kepada umatNya yang berdosa itu.

      Kita dapat melihat dalam kisah pelayanan Tuhan Yesus bagaimana Ia tampil menjadi “Hamba Tuhan” yang setia kepada BapaNya yang di sorga.

      Memiliki Lidah seorang murid: bahwa semua sabda yang keluar dari perkataanNya memberikan semangat baru keada setiap orang yang mendengar dan sabda yang keluar dari perkataanNya itu menjadi keselamatan manusia.

      Memiliki Pendengaran seperti seorang murid: bahwa kekuatan dalam pelayanan Tuhan Yesus adalah karena kesetiaanNya kepada BapaNya yang di sorga, Dia berbuat dan bertindak selalu mendengar tuntunan Tuhan.

      Tuhan Yesus menjadi “Hamba Tuhan” yang menderita memikul semua penderitaan dosa manusia, Ia taat ketika harus di aniaya dan dipermalukan.

      Sungguh melalui nas ini kita dapat melihat bagaimana Tuhan Yesus telah memperlihatkan kepada kita bahwa nubuatan yang dituliskan oleh nabi Yesaya bukan hanya kata-kata, tulisan-tulisan ataupun pengharapan kosong. Semuanya itu telah digenapi oleh Yesus Kristus Tuhan kita yang membawa keselamatan bagi seluruh umat manusia yang percaya akan keampunan dosa yang dibawa olehNya.

      Sebagai umat yang percaya kepada Yesus patutlah kita mengsyukuri pertolongan dan penyelamatanNya dalam kehidupan kita dari kuasa maut, bahwa karena penderitaan kita-lah Tuhan Yesus harus menanggung semua penderitaan itu. Sehingga bagaimana juga kita diteguhkan berbuat dalam kehidupan kita menerapkan hidup sebagai “Hamba Tuhan” yang setia. Memiliki lidah dan pendengaran seperti seorang murid. Kita tetap setia dan taat mendengar semua tuntunan Tuhan dalam hidup kita.

      Sering kita dikalahkan sikap yang tidak mau memaafkan ketika lidah dan pendengaran kita dikendalikan oleh perasaan dan orientasi danging kita. Sehingga yang timbul hanyalah amarah, sakit hati, dengki, caci maki. Sehingga tanpa kita sadari bahwa kita tidak lagi menjadi orang-orang yang bebas mengendalikan diri, karena orang lainlah yang sesungguhnya mengendalikan kita.

      Sehingga ketaatan itu bukan hanya hati dan perasaan namun panca indera juga harus dilatih dan diajar untuk dapat taat kepada Tuhan. Berusahalah dan bergiatlah senantiasa menjadi murid-murid Allah yang sejati, agar kita keselamatan Allah semakin nyata dalam hidup kita.



      Hapus
    2. Analisa Pembacaan Mazmur " 18 Maret 2016 "
      (Mazmur 12:1-9)
      (Ayat 1)
      Untuk pemimpin biduan menjelaskan bahwa mazmur ini diberikan kepada direktur musik (pemimpin koor) untuk dinyanyikan menggunakan alat musik gesek delapan tali. Daud sebagai seorang tokoh yang terkenal sebagai penyanyi (Am. 6:5), penyair (II Sam. 1:17, 19-27, 3:33-34), pemain musik (I Sam. 16:16-23; 18:10). Selain itu, Daud juga adalah pendorong dan pencipta perayaan ibadah secara meriah (bdk. I Taw. 15-16).

      (Ayat 2-5)
      Pada bagian ayat ini, pemazmur meminta pertolongan kepada TUHAN karena kejahatan telah melenyapkan orang-orang saleh. Situasi saat itu yang tergambar dalam teks, yakni tidak ada lagi kejujuran di antara mereka dan terjadi penindasan terhadap orang-orang yang lemah (ayat 6).
      Mereka tidak lagi mengakui kekuasaan TUHAN sehingga mereka berkata “Dengan lidah kami, kami menang! … Siapakah tuan atas kami?” Hal ini menunjukan bahwa umat tidak lagi menghormati TUHAN. Mungkin karena hal inilah Mazmur yang bersifat ratapan ini ada.
      Kata ‘dusta’ (ayat 3) dalam terjemahan KJV diterjemahkan dengan ‘vanity’ yang berarti kesombongan, sedangkan dalam NIV diterjemahkan dengan ‘lie’ yang berarti kebohongan. Ini berarti umat pada waktu itu sudah tidak taat lagi kepada TUHAN sehingga kebohongan dan kesombongan ada di antara mereka. Bahkan kata-kata rayuan (LAI menerjemahkannya dengan bibir manis) dan hati yang munafik menjadi sifat umat pada waktu itu. Sehingga pemazmur memohon kepada TUHAN agar menghapuskan, melenyapkan, menyingkirkan (dalam terjemahan bahasa Ibrani) orang-orang yang demikian.

      (Ayat 6-9)
      Pada bagian ini ternyata terungkap lagi keadaan pada waktu itu, yaitu penindasan kepada orang-orang yang lemah dn miskin. Dalam NIV diterjemahkan beberapa hal yaitu ‘weak (lemah), groaning (yang merintih) and needy (membutuhkan)’. Orang-orang yang dengan kebohongan, kesombongan dan kata-kata rayuan telah menganiaya orang-orang yang lemah, merintih kesakitan dan membutuhkan. Sehingga TUHAN berkata “sekarang juga Aku bangkit, Aku member keselamatan bagi orang yang menghauskannya (NIV ‘yearns’ artinya merindukan).Keselamatan adalah janji dari TUHAN, bahkan pemazmur pun mengatakan bahwa “janji TUHAN adalah murni, bagaikan perak yang yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.” Pemazmur mengatakan hal ini karena ia ingin mengatakan bahwa janji TUHAN tidak keluar dari kebohongan, sama seperti yang dilakukan mereka yang merayu dengan kata-kata manis namun semuanya adalah kebohongan belaka. Bahkan kata murni itu dalam NIV diterjemahkan dengan ‘flawless’ yang berarti sempurna, mulus dan tanpa cacat.

      Pada ayat ke-8, terlihat pengakuan iman dari pemazmur yang menyakini bahwa hanya TUHANlah yang akan menepati janji itu, bahkan lebih dari itu pemazmur meyakini dalam harapannya bahwa TUHAN akan menyelamatkan dan melindungi mereka selamanya.

      Ayat ke-9, sepertinya pemazmur mengkritik keadaan waktu itu. Ternyata kebusukan itu bukan datang dari orang-orang fasik, tetapi datang dari anak-anak ciptaan TUHAN.

      REFLEKSI
      Di dunia ini kejahatan semakin merajalela, akibatnya banyak orang yang merasa dibuat tidak adil dan teraniaya. Mazmur 12:1-9 ini memperlihatkan keadaan umat pada waktu itu, di mana terdapat kebohongan di antara mereka, kesombongan dan rayuan-rayuan, bahkan terjadi penganiayaan terhadap orang-orang yang lemah, orang-orang yang merintih dan yang membutuhkan. Pada akhirnya pemazmur mengatakan kebusukan itu muncul dari antara anak-anak manusia. Melihat realitas sekarang ini, kebanyakan dari orang-orang yang percaya kepada-Nya adalah orang-orang yang menjadi perusak dalam Gereja-Nya. Bahkan pun orang yang dianggap ‘suci’ sekalipun ternyata adalah salah satu pembuat kebusukan dalam umat-Nya. Namun di tengah-tengah kondisi yang seperti itu, pemazmur mempunyai keyakinan bahwa TUHAN akan memberi keselamatan bagi mereka yang menghauskannya, dan janji itu diyakini oleh pemazmur akan ditepati oleh TUHAN sebab janji TUHAN adalah murni, sempurna, mulus dan tidak bercacat.



      Hapus
    3. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Mulai tanggal 19-28 Maret Kampus Libur dalam rangka libur Paskah. Sehingga ada 3 kali Ibadah harian kampus tidak dilakukan yaitu:
      Senin, 21 Maret 2016
      Jumat, 25 Maret 2016 ( Jumat Agung )
      Senin, 28 Maret 2016 ( Paskah II )

      Dan ibadah harian kampus dilakukan kembali pada hari Jumat, 01 April 2016

      Hapus
    4. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Laporan Analisa Ibadah Harian Kampus " Senin, 01 April 2016

      Pengkotbah :Randa Sembiring
      Nats Khotbah :Mazmur 150 1-6 " Penuhi hidupmu dengan pujian bagi Tuhan Memperdalam akar iman: "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!"

      Refleksi Khotbah:
      Puji-pujian bagi Tuhan adalah kata yang tidak asing di telinga kita dan seringkali pujian¬pujian dikaitkan dengan nyanyian atau lagu-lagu yang dinyanyikan di gereja. Namun di dalam Alkitab terutama dalam firman Tuhan hari ini kita mendengar begitu banyak perintah Tuhan untuk memuji Dia, cara untuk memuji Tuhan bukan hanya dengan melantunkan nyanyian bagi Tuhan namun bisa juga dengan musik atau dengan tari-tarian. Banyak cara untuk memuji Dia namun yang terpenting di sini adalah dalam ayat 6 yaitu biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan.

      Apakah kita termasuk orang yang masih bernafas? Sudah pasti kita termasuk orang-orang yang bernafas dan sudah sepantasnya atau sewajibnya kita yang bernafas memuji Dia. Banyak orang Kristen dalam kehidupannya hanya asal-asalan dalam memuji Tuhan, tiap minggu mereka pergi ke gereja hanya sebagai ibadah ritual.

      Banyak orang Kristen saat-saat ini bila diberitahu tentang firman Tuhan mengenai memuji Tuhan maka mereka akan berkata bahwa suara mereka tidak bagus, namun anehnya bila lagu pop, mereka menyanyikan dengan sungguh-sungguh. Apakah menyanyi lagu dunia itu salah? Tidak ada yang salah dengan menyanyi namun yang salah adalah bila kita tidak bisa menyanyi lagu untuk Tuhan namun bisa menyanyi lagu dunia maka itulah yang salah. Banyak juga orang berkata saya tidak bisa menari di gereja tetapi anehnya mereka bisa menari di tempat hiburan. Ini adalah hal yang salah dan kita tidak boleh melakukan hal tersebut. Mari biarlah melalui firman Tuhan hari ini kita mau bertobat untuk mulai belajar memuji Tuhan kita. Mari kita belajar untuk setiap hari kita mau memuji Tuhan kita atas anugerah-Nya yang diberikan bagi kita. Dan biarlah mulai hari ini kita mau belajar memuji Dia karena selagi kita masih diberi nafas oleh Tuhan mari kita memuji Dia dengan apa yang bisa kita lakukan untuk-Nya.

      Hapus
    5. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Harian Kampus, Senin 04 April 2016
      Liturgis : Jessika Bangun
      Pengkhotbah: Pdt. Kaleb Manurung, M.Th

      Analisa Nats Pengantar Renungan " Wahyu 5:11-14"
      "Hanya Yesus Kristus Yang Sanggup Menebus"

      Refleksi
      Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, iblis menjadi penguasa dunia. Tidak ada seorang pun yang bisa mengungkapkan rahasia masa depan bumi dan kerajaan Allah. Itu berarti kita semua mahluk akan hidup dalam keadaan yang serba tidak menentu, tidak ada jaminan dan pengharapan akan terjadi sesuatu yang baik di masa depan kita.

      Tetapi puji nama Tuhan karena ternyata ada yang layak membuka gulungan kitab tersebut, yaitu Yesus Kristus. Dialah satu-satunya yang layak. Sebab Yesus telah membuktikan kemenangan-Nya dengan darah-Nya di kayu salib. Tidak ada kuasa lain yang lebih hebat dari-Nya.

      Hal ini berarti jelaslah bahwa Yesus Kristus kini memegang kendali atas sejarah dunia dan umat manusia, bukan iblis. Tidak heran jika kemudian keduapuluh empat tua-tua dan empat makhluk, bahkan seluruh malaikat surga menyanyikan pujian bagi Kristus (ayat 9, 11-14). Jika kebenaran itu yang kita pegang, maka melalui nyanyian pujian semua makhluk, kita diingatkan untuk memusatkan diri pada pujian dan penyembahan, terus beriman kepada Kristus, bukan kepada yang lain.

      Karena itu ketika kita kembali menjalani hari-hari kita dengan beban-beban hidup yang mungkin masih sama, biarlah cara kita menyikapi atau menghadapinya sekarang berbeda. Kita menjadi lebih kuat, lebih beriman karena kemenangan Kristus juga berarti adalah kemenangan kita orang-orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu Jangan pernah tergoda untuk percaya kepada kuasa-kuasa yang lain, dan janganlah pernah meninggalkan-Nya.

      Hanya dalam Kristus yang telah menang atas segala sesuatu kita dapat meletakkan pengharapan dan jaminan atas masa depan yang indah bersama-Nya.

      Hapus
    6. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Harian, Jumat 08 April 2016

      Makna “SAAT TEDUH”
      Adalah saat Jemaat Tuhan memfokuskan dan menyerahkan seluruh keberadaannya, tubuh, jiwa masuk ke “Wilayah Kerajaan Allah yang Kudus”. Penyerahan secara pribadi melalui doa pribadi dan dilanjutkan penyerahan secara “persekutuan orang-orang kudus” melalui nyanyian bersama. Di dalam saat-saat penyerahan diri seutuhnya ini harus dipahami dan disadari bahwa kita sedang “berdiri di hadirat Allah yang Mahakudus”. Karena itu perilaku kita harus diam/tenang, penuh penyerahan dan penuh penghormatan menyambut “kehadiran” Allah di dalam ibadah. Itu berarti kita memfokuskan perhatian, pikiran dan perasaan hanya pada “kebenaran, damai sejahtera dan sukacita” Tuhan Allah saja, tidak melayang atau terbagi memperhatikan, memikirkan dan merasakan hal-hal lain sehingga kemanusiaan kita benar-benar “diperbaharui” selama ibadah berlangsung (baca Kolose 3:2,10 dan Roma 14:17). Lebih jauh makna saat teduh ini termuat dalam nyanyian Kidung Jemaat No. 17.

      Doa Syafaat
      Syafaat berasal dari bahasa Ibrani Syofet berarti pengantara. Doa syafaat berarti doa umum oleh pengantara yang mendoakan missi gereja, warga jemaat, pemerintah dan orang-orang yang belum percaya (baca, I Timotius 2:1-2). Setiap orang percaya dapat menjadi pengantara doa yang menaikkan doa syafaat sesuai pokok-pokok doa yang ditentukan. Warga jemaat yang hadir harus sepakat mengaminkan di dalam hati masing-masing terhadap setiap pokok-pokok doa yang dinaikkan pengantara doa.

      Hapus
    7. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Harian Kampus " Senin, 11 April 2016 dan Jumat, 15 April 2016"

      Saya meminta maaf pak, karena saya tidak bisa mengikuti ibadah harian kampus pada tanggal 11 dan 15 April 2016, karena pada tanggal 11-16 April saya pulang kampung ke Pekanbaru sebab ada keluarga saya yang sakit dan kedatangan dan kehadiran saya sangat dibutuhkan ditengah-tengah keluarga. oleh karena itu juga, ada 1 minggu saya tidak mengikuti perkuliahan. Untuk itu saya mohon maaf tidak bisa mengikuti peribadahan kampus. Terima kasih

      Hapus
    8. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Liturgis : Roles Purba
      Pengkhotbah : Swasty Sembiring

      Analisa Ibadah Harian Kampus, Senin 18 April 2016

      MAKNA “DOA BAPA KAMI” DAN BERKAT

      Makna DOA BAPA KAMI
      Disebut doa penutup, karena doa ini adalah doa terakhir dalam ibadah dan tidak boleh lagi ada doa yang lain. Itulah sebabnya yang menjadi doa penutup dalam setiap ibadah adalah doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya, yakni “Doa Bapa Kami”.

      Agar lebih memahami mengapa kita harus berdoa dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus, kita harus kembali memahami arti dan makna keseluruhan unsur-unsur liturgi yang telah diuraikan secara jelas sekalipun singkat di atas. Bahwa seluruh unsur-unsur liturgi direkat dalam satu kesatuan persekutuan jemaat yang terwujud di dalam menaikkan dan mengaminkan secara bersama “Doa Bapa Kami”.

      Ketika menaikkan “Doa Bapa Kami”, berarti kita secara bersama :
      - Memuji Allah disorga dan memberi tempat baginya berkuasa di bumi.
      - Memohon belas-kasihan Allah untuk memelihara hidup jasmani kita.
      - Mengaku sebagai orang berdosa sekaligus memohon pengampunanNya.

      Pada hakikatnya ketika kita berdoa dalam mengakhiri ibadah, Tuhan Yesus sendiri-lah yang mengajak kita untuk berdoa. Karena Dia yang mengajar berdoa, maka doa yang kita serukan adalah doa sebagaimana yang telah diajarkanNya kepada kita.
      Tuhan Yesus telah mengajarkan, agar tidak berdoa seperti orang munafik (baca Mat. 6: 5) dan jika kita berdoa, harus dalam suasana teduh. Itulah sebabnya Tuhan Yesus bersabda; “Tetapi jika kamu berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” Mat. 6:6. Makna dari “masuk ke dalam kamar dan tutuplah pintu” adalah agar sebelum dan selama kita berdoa kepada Tuhan Yesus, kita harus dalam keadaan terkonsntrasi penuh dengan menutup rapat “pintu hati” kita terhadap segala bisikan “dunia” yang sering mengganggu kekhusukan kita pada saat berdoa.

      Makna Berkat
      Sejak semula, Allah telah memberi berkat kepada manusia yang diciptakanNya itu. Bukankah manusia diciptakan setelah segala sesuatu telah tersedia dan tertata dengan baik? Belum lagi berkat khusus kepada Abram (Abraham) sebagaimana terekam dengan sempurna dalam Kejadian 12:1-9. Juga, Tuhan berfirman kepada Musa, agar ia memberitahukan kepada Harun dan anak-anaknya agar mereka memberkati orang Israel demikian; “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engaku; TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” –Bil. 6: 24-26-. Itulah juga ungkapan berkat TUHAN yang sampai kepada kita setiap mengikuti ibadah Minggu di Gereja Tuhan ini. Apa makna yang sesungguhnya dari berkat itu? Tuhan Allah memberi jawabannya! Maka nama TUHAN “terletak” di dalam kehidupan kita (baca Bil. 6: 27).

      Hapus
  6. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 18 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Lukas 19:28-40
    (Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga “Ibu Asrama Tabernakel” )

    Setiap manusia pasti mempunyai impian dalam hidupnya. Ia akan terpukul apabila impian yang mulai dibangunnya hancur berantakan. Orang-orang yang menyambut Yesus dengan sangat antusias adalah orang-orang yang memimpikan dibangunnya kembali Israel seperti pada zaman kejayaannya dahulu. Ketika Yesus menaiki keledai dengan perlahan-lahan, teriakan orang-orang yang menyambutnya itu menyatakan impian- impian mereka (Lukas 19:38). Semakin dekat kota, orang-orang itu pasti mempunyai suatu "penglihatan" bahwa tembok Yerusalem akan semakin tinggi dan kokoh, dan akan menjadi pusat kerajaan teokratis yang akan menggantikan kerajaan Romawi.

    Namun ketika Yesus melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Ia bukannya melihat tembok Yerusalem yang menjulang tinggi, namun puing-puing kehancuran. Apa yang Yesus dengar bukanlah sorak- sorai sukacita dari orang banyak yang mempunyai impian, namun suara tangisan dan teriakan minta tolong dari mereka yang mengalami penderitaan. Di bait Allah Ia mendapati orang-orang yang berjual-beli. Mereka mengubah bait Allah yang seharusnya sebuah rumah doa, menjadi sarang penyamun yang merampok para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Impian orang banyak yang berseru-seru itu menjadi kosong belaka, karena realitanya berbeda.

    Banyak Kristen mempunyai impian melambung dan begitu bersemangat membangun kerajaan-kerajaan bagi kemuliaan Allah. Namun kemudian satu demi satu impian mereka itu hancur. Mempunyai semangat dan antusiasisme yang tinggi seperti itu bagus, namun pertanyaannya adalah apakah impian kita itu berasal dari Allah?
    Kerinduan kita bersama adalah menghadirkan perwujudan Kerajaan Allah dalam dunia, di mana Kristus memerintah sebagai Raja dalam hati insan yang bertobat. Ketika Yesus telah menjadi raja dalam hati manusia, berarti manusia harus bisa menjaga hatinya agar tidak berbuat sesuka hatinya dan menjauh dari kehendak Tuhan. Manusia telah dipimpin oleh Allah, jadi manusia harus mengikuti setiap apa yang diperintahkan Allah. Dalam Tema Minggu ini diingatkan bahwa mengiringi Yesus dengan bergembira dan Memuji Allah. Sering sekali kita manusia melakukan kehendak Tuhan, dan menerima berkat Tuhan dengan bersungut-sungut jika apa yang diberikan Tuhan itu tidak sesuaii dengan apa yang kita inginkan. Jadi, pertahankanlah iman kita dengan mengiringi Yesus dengan bergembira dan memuji Allah yang menjadi Pusat penyembahan kita.

    BalasHapus
  7. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 1 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
    (Pengkhotbah : Randa Sembiring)

    Ada istilah batak yang mengatakan “Puji Tuhan Haleluya, Puji Diri Hamamago”. Jika direnungkan istilah ini, ini adalah istilah yang tepat yang menggambarkan orang yang memuji Tuhan akan diberkati dan orang yang memuji dirinya akan mendapatkan kegagalan. Orang yang selalu memuji diri berarti orang yang tidak pernah menganggap orang lain ada. Dia selalu merasa paling benar, dia selalu berasa paling hebat sehingga muncul sifat egoistis yang tidak memperdulikan perasaan orang lain.
    Dalam Firman Tuhan ini, kita dibekali untuk hanya memuji Tuhan. Mengapa kita harus memuji Tuhan ? Tuhan patut dipuji karena dia telah menciptakan manusia, sebagai yang diciptakan oleh Allah kita harus patuh kepada pencipta kita. Untuk itu kita harus memasyurkan namanya dengan segala perbuatan kita, dengan mulut kita. Seperti yang tertulis dalam Ibrani 13:15 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”, kita harus menggunakan mulut kita hanya untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk memuliakan diri sendiri, dan memuliakan orang lain. Kemudian, mengapa kita harus memuji Tuhan ? karena Tuhan maha perkasa (Mazmur 150:2), dengan keperkasaan Tuhan dia memberikan berkat kepada Manusia, dan menjauhkan manusia dari cengkraman maut.

    Dalam firman Tuhan ini kita juga dibekali dengan apa kita harus memuji Tuhan ?, dalam Mazmur 150: 3-5, pemazmur membekali kita bahwa pujila Tuhan dengan gendang, ceracap, dan alat musik lainnya. Disini pemazmur ingin manusia memuji Tuhan dengan alat-alat musik yang kontekstual, dimana pada zaman itu alat-alat musik seperti gendang, ceracap itulah alat musik mereka. Bagaimana dengan kita, jika kita menggunakan gondang, ogung, atau alat musik batak lainnya untuk memuji Tuhan ? kita sering beranggapan bahwa alat-alat musik itu adalah alat musik untuk menyembah leluhur, memanggil arwah, tetapi dalam peribadahan untuk memuji Tuhan alat musik itu dapat kita gunakan tetapi hanya untuk menyembah Tuhan bukan menyembah yang lain.

    Memuji Tuhan dengan nyanyian akan lebih mendorong umat untuk lebih mengingat kembali apa telah diberikan Tuhan kepadanya sehingga umat dapat memuji Tuhan dengan khikmat. Ada pendapat Marthin Luther yang mengatakan “ Iblis akan berlari Tunggang langgang mendengar nyanyian orang Kristen yang bernyanyi dari imannya kepada Tuhan”, jadi dengan nyanyian yang sejuk kepada Tuhan, kuasa jahat akan menjauh dari kehidupan kita.

    Tema minggu kita adalah Biarlah Segala yang bernafas memuji Tuhan. Ternyata, bukan hanya manusia saja yang memuji Tuhan, tumbuh-tumbuhan dan hewan pun memuji Tuhan, akan tetapi caranya saja yang berbeda.
    Jadi karena manusia sebagai makhluk ciptaan yang sempurna, tugas manusia adalah memasyurkan Allah dan memberitakan Allah sehingga semua bangsa dapat memuji Tuhan, dan ibadah kita dapat menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
  8. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Senin, 4 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Mazmur 30:1-13
    (Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th)

    Pujian adalah ucapan syukur kepada Tuhan, ucapan syukur dengan kerendahan hati dan mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada dirinya.
    Kapan ucapan syukur sungguh-sungguh muncul di hati orang percaya secara tulus? Bukan hanya pada saat ia merasakan pertolongan Tuhan pada waktunya. Tetapi lebih lagi pada saat ia merasa tidak butuh pertolongan Tuhan, ternyata kemudian keadaan berbalik menjadi kacau, dan ternyata Tuhan siap dan masih mau menolong dirinya.

    Inilah yang terjadi. Pemazmur pernah merasa diri aman. Karena percaya bahwa Tuhan berkenan kepadanya, pemazmur menjadi sombong, merasa tidak akan ada apa-apa yang bisa menggoyah hidupnya ( Mazm 30:6-7a). Ia lupa Tuhan! Maka Tuhan sepertinya tidak hadir lagi dalam hidupnya ( Mazm 30:7b).

    Kemudian kesulitan datang, pemazmur merasa sendirian dan ketakutan. Bayangkan, situasinya bagaikan seseorang sedang meregang nyawa karena hampir direnggut oleh maut dalam rawa hisap. Ia berteriak-teriak tanpa daya. Dalam keadaan kepepet, baru pemazmur ingat lagi kepada Tuhan dan berseru minta tolong kepada-Nya (Mazm 30:10). Berbagai alasan diungkapkan agar Tuhan menolongnya, namun alasan utama adalah ia takut mati (Mazm 30:9) Tiba-tiba tangan Tuhan terulur meraih dan mengangkatnya (Mazm 30:3).

    Tidak heran perasaan sukacita pemazmur diekspresikan dengan tari-tarian kegembiraan yang meluap-luap ( Mazm 30:11) seraya mengajak semua anak Tuhan mensyukuri kebaikan-Nya (Mazm 30:4). Memang Tuhan pernah marah karena pemazmur mengkhianati-Nya, tetapi kemurahan-Nya jauh melampaui kemurkaan-Nya (Mazm 30:5).

    Kita semua adalah orang-orang yang pernah mengalami kengerian maut dalam lumpur rawa dosa. Oleh kasih karunia-Nya, Kristus telah mati untuk menebus kebinasaan kita dan memberikan kita hidup sejati, bahkan ketika kita masih menjadi musuh Allah (Rom 5:8-10*). Ungkapkan syukur Anda kepada-Nya dengan memberitakan kebaikan-Nya kepada orang lain. Nyatakan akibat kebaikan-Nya itu pada diri Anda, agar mereka melihat kesaksian hidup Anda, dan bertobat!

    Memuji Tuhan dan mengucap sykur (Thanks Giving), kita harus memuji Tuhan karena Tuhan telah melepaskan kita dari penyakit, dan Tuhan selalu bersama kita melewati masa Krisis.untuk itu marilah kita belajar untuk memuji Tuhan dengan harmoni hati yang kita miliki.

    BalasHapus
  9. Nama : Desna Sonia Sembiring
    Nim : 12.01.914
    Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
    Analisa Ibadah : Yesaya 43:16-21
    Pengkhotbah : Josua Sigalingging
    Hari/Tanggal : Jumat, 11 Maret 2016
    Analisa saya : Melalui Yesaya 43:16-21 ini mengartikan bahwa TUHAN selalu senantisa menolong dan melindungi bangsa Israel dari segala perkara yang dihadapinya, ayat 16 menyatakan TUHAN telah membuat jalan raya melalui laut dan jalan/lorong itu melalui air hebat ayat ini menyatakan bahwa TUHAN mengalahkan musuh yang hendak menghancurkan umatNya, bukan melalui peristiwa di laut Teberau saja TUHAN menyelamatkan bangsa Israel, melainkan segala pertempuran yang dihadapai bangsa Israel TUHAN memberi kemenangan kepada Israel. TUHAN juga berfirman kepada bangsa Israel untuk tidak mengingat hal-hal yang dahulu, hal-hal dari zaman purbakala, ayat ini menyatakan supaya bangsa Israel tidak berkeluh-kesah mengingat-ingat keluaran yang dahulu, tidak bersedih hati memperhatikan pembebasan dari zaman purbakala tetapi TUHAN mengatakan untuk melihat bahwa TUHAN membawa keluar dari Babel dengan keajaiban.
    Ketika saya membaca Yesaya 43:16-21 perhatian saya kepada ayat 16-19 saya suka dengan ayat ini karena ayat ini mengandung pesan supaya tidak mengingat-ingat hal-hal yang dahulu tetapi melihat sesuatu yang baru yang telah dibuat TUHAN dan yang telah tumbuh, artinya dari ayat ini ada suatu harapan, masa depan, hal baru yang telah Tuhan rancang untuk kehidupan manusia. Berbicara mengenai masa lalu tidak semua manusia dapat melupakan masa lalu karena apa yang telah terjadi itu menjadi sebuah sejarah dalam hidup manusia, masa lalu bisa mengenai kesenangan dan bisa mengenai kesedihan, antara senang dan sedih, kesedihanlah yang paling membekas dan sulit untuk melupakannya mengapa karena pengalaman pahit itu terus melekat di dalam pikiran dan hal ini banyak membuat manusia terkena sakit karena dampak dari berfikir. Kembali kepada masa lalu dan tetap berada di masa lalu itu merupakan hal yang tak penting yang hanya membuang waktu saja dan membuat kita ketinggalan untuk melangkah lebih maju. Kita dapat menoleh ke masa lalu dengan catatan menjadikan masa lalu sebagai cerminan atau contoh untuk melangkah menjadi lebih baik lagi, kita harus ingat bahwa Tuhan telah menumbuhkan suatu rencana yang baru, adanya Pengharapan karena Tuhan selalu turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Filipi 3:13-14 mengatakan “saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”, dan dari pekerjaan yang Tuhan lakukan membuat semua makhluk yang hidup memuji Allah sehingga biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan (Mazmur 150 : 6).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Analisa Ibadah : Yesaya 50: 4-9
      Thema : Aku Memberi Semangat Baru Bagimu
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jon Riahman Sipayung
      Hari/Tanggal : Senin, 14 Maret 2016
      Analisa saya : Yesaya 50:4-9 tentang nyanyian ketiga ‘Hamba Allah’ dimana seorang murid yang sedang menerima pelajaran biasa (bnd Ibr 5:8) yang selalu memusatkan perhatian hidupnya kepada Allah, wibawa dan ketepatan kata-katanya menempatkan dirinya menjadi nabi yang khas dan tunggal, melalui penderitaan yang dialaminya hal itu menandakan pengorbanan dan kesetiannya kepada Allah. Secara batiniah, ia memanfaatkan kecemaran dan keterkucilannya untuk menjelaskan kepercayaan yang ada kepada Allah saja. Hamba Allah dalam Yesaya 50:4-9 ini yang dimaksud adalah Tuhan Yesus, Tuhan Yesus banyak berkorban mengalami penderitaan hal itu menandakan kasihnya (Yoh 13:6), sebagai orang percaya manusia sudah sepatutnya mencerminkan sikap kasih yang telah Tuhan lakukan. Banyak pelajaran yang patut kita contoh dari perbuatan seorang Hamba Allah salah satunya ialah dalam menggunakan lidah (4), dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita: dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah (Yak 3:9). Jadi, Lidah yang tak bertulang perlu dijaga jangan mengecewakan orang lain, dan biarlah melalui perkataan kita memberi semangat kepada orang lain karena dapat menyenangkan hari-hari bagi sesama dan inilah yang menjadi pohon dalam kehidupan ini seperti dalam Amsal 15:4 Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. Jadi, jadilah hamba yang setia yang dapat memberi semangat, support karena hamba yang setia tidak akan dipermalukan karena Allah menolongnya (Yes 50:7).

      Hapus
    2. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Analisa Ibadah : Pembacaan Mazmur (Mazmur 12:1-9)
      Liturgis : Yuwan Fandes Ambarita
      Hari/Tanggal : Jumat, 18 Maret 2016
      Analisa saya : Mazmur 12:1-9 merupakan seruan permohonan yang dipanjatkan pada pembukaan doa permohonan jemaah. Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari anak-anak manusia, orang saleh yang simaksud disini bukan umat Israel secara keseluruhan (bnd 97:10-12; 148:14), tetapi orang saleh yang dimaksud adalah orang yang lemah dan miskin (bnd ay 6; 86:1-2; 132:9; 16), orang saleh habis karena dosa kebohongan menguasai hati dan pikiran orang yang berkuasa dan kuat (ay 6). Hati adalah tempat kehendak dan perencanaan (bnd 20:5; 21:3; 2 Sam 7:3; Yes 10:7; Yer 22:17), kata-kata dan perbuatan manusia ditentukan oleh sikap hatinya karena dari hatinyalah terpancar pribadinya (bnd Hak 16:15; 1 Sam 9:19). Ayat 4-5 merupakan Keluhan umat yang berdoa yang menyuarakan keluhan semua orang yang tertindas, orang lemah dan miskin (bnd ay 6), maka sekarang dengan penuh pengharapan, umat memanjatkan permohonan kepada Tuhan supaya Dia mengerat bibir yang manis dari para penindas yang congkak, agar mereka mengetahui bahwa bukan mereka tuan di atas bumi, tetapi Tuhan.
      Tuhan menjawab keluh kesah dan permohonan umatNya yang tertindas, jawaban Tuhan ialah bahwa Tuhan akan bangkit dan segera bertindak untuk menyelamatkan yang tertindas, Dia adalah tempat perlindungan orang miskin dan yang diperas (bnd Yes 25:4; maz 9:10, 13, 19). Istilah “orang yang lemah dan miskin” dalam doa-doa permohonan mazmur mempunyai arti yang cukup luas, miskin ialah orang yang membutuhkan pertolongan Tuhan, orang yang percaya dan berharap kepada kasih setiaNya.

      Hapus
    3. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Analisa Ibadah : Pembacaan Mazmur (Mazmur 27:1-14)
      Liturgis : Brama Picer Lee Pasaribu
      Hari/Tanggal : Jumat, 01 Maret 2016
      Analisa saya : Mazmur 27:1-14 mengenai nyayian kelepasan yang dibagi menjadi 4 unsur dimana ay 1-3 mengenai Kepercayaan yang sepenuh hati yaitu suatu nyanyian keriangan yang tak terbendung, dimana segala ancaman dan kebutuhan hidup ini diatasi oleh Tuhan sendiri, (ay 1) ada kesejajaran tiga ganda yaitu Tuhan itu terangku, keselamatanku dan benteng hidupku, (ay 2, 3) pemazmur mengatakan walaupun akau berhadapan dengan para penentang, orang banyak, resiko peperangan, musuh-musuh terguling dalam kegelapan, terang Tuhan tetap menyelamatkan karena pengerahan tentara yang besar tidak mampu mempengaruhi kedamaian hati berdasarkan keselamatan-Nya, dan ancaman pertentangan yang terus menyebar tidak mempunyai kekuasaan untuk mengalahkan perlindunganku.
      Ay 4-6 mengenai Kerinduan yang teragung, dimana (ay 4) mengenai kerinduannya untuk tingal bersama Tuhan, untuk memandang kemurahan dan untuk menikmati bait-Nya, ini suatu kerinduan terhadap kehadiran Allah yang mesra dan dapat dirasakan, yang sicarinya melalui cara yang telah ditentukan dalam upacara korban di Bait Allah (bnd ay 6), (ay 5) Allah menaungi dan memberi gunung batu di bawah kakinya, (ay 6) tidak ada musuh yang dapat meneroboos mencapai insan yang selalu berdiam di tempat korban (bnd Ibr 2:14, 15).
      Ay 7-12 mengenai Doa demi kelepasan dari bahaya, doa ini memperagakan ketiga unsur hakiki dari doa syafaat, (ay 7-9a) Ia bersumber pada undangan Allah, (ay 9b-10) menyerahkan segenap beban itu kepada Allah sendiri tanpa ada bantuan tangan manusia, dan (ay 11-12) memohon permintaan khusus kelepasan tersebut, terutama berupaya untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah.
      Ay 13-14 mengenai Tuhan yang tak pernah gagal, kata-kata ini kembali ke suasana sekarang, yang merupakan kesaksian dan seruan yang kuat pada ketahanan yang teguh, kesimpulan dari nyanyian penghormatan ini menekankan kelemahan insani, namun menonjolkan kenyataan campur tangan Tuhan, kepastian akan kelimpahan Tuhan dan kesabaran iman yang mnanti dengan penuh keyakinan. Bnd Mazmur 62;1, 5; 123:1, 2; Yes 40:31.

      Hapus
    4. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Bahan Khotbah : Mazmur 30 : 2-13
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th
      Hari/Tanggal : Senin, 04 April 2016
      Analisa saya : Mazmur 30 ini mengenai ratapan menjadi tarian sukacita. Dimana pasal 2-6 menenjelaskan mengenai “Apa yang telah diperbuat Allah”. pasal 2-4 menjelaskan suatu ringkasan dimana tema utamanya adalah tindakan Allah dalam mengangkat Daud dari kedalaman sumur kematian, tempat dia terjatuh dan terbenamnya orang-orang lain tanpa tertolong lagi. Kelepasan ini telah mengecewakan musuh-musuhnya, yang menyangka bahwa nasib buruk tersebut sudah diluar kekuasaan atau kemungkinan campur tangan ilahi (bnd Maz 3:2). Pasal 5-6 merupakan pernyataan syukur dimana pengalaman perseorangan dilihat sebagai lukisan dari dasar umum cara Allah berhubungan dengan manusia, yaitu menempatkan batasan bagi kegelapan dan senantiasa memberikan jaminan kedatangan fajar dan pengharapan. Pasal 7-11 menjelaskan mengenai nasib buruk pemazmur dimana pada pasal 7 nampaknya seolah-olah Tuhan telah menjadikan ia kuat dan tegak seperti gunung-gunung. Pasal 8 menjelaskan dimana penyakit atau sengsara yang tiba-tiba mengingatkan dia, bahwa kesejahteraan dirinya melulu karena berkat Allah. pasal 9 pemazmur yang berseru kepada Tuhan. pasal 10 menanyakan apa untungnya bagi Allah dengan kematiannya, karena sekali ia memasuki liang kubur ia tidak lagi bisa memuliakan Dia. Pasal 11 pemazmur berseru dan meminta pertolongan kepada Allah. pasal 12-13 mengenai keputusan yang patut dikenang dimana kenyataan jawaban Allah yang tidak dapat dibantah, yang dengannya kedukaan berubah menjadi kesukaan (bnd Yer 31:13), patut dihargai dengan ucapan syukur. Dari mazmur 30 ini dilihat maka hati pemazmur sungguh senang ketika Tuhan mendengarkan permohonannya. Ratapan dalam hatinya langsung diganti dengan tari-tarian sukacita. Pemazmur menggambarkan penderitaan sebagai tangisan malam yang pasti akan berlalu oleh pagi hari yang penuh sorak-sorai. Mazmur ini diakhiri dengan komitmen yang sangat indah: tekad pemazmur untuk memuji Tuhan selama-lamanya. Dengan demikian ada beberapa butir pengajaran yang dapat disimpulkan dari Mazmur ini: 1) Tuhan sanggup memberikan kesembuhan, juga dari penyakit yang sangat parah, 2) kesembuhan itu terjadi karena kemurahan-Nya, 3) dalam keseluruhan proses itu kita diajarkan untuk percaya kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri, dan, 4) kemurahan Tuhan yang kita hendaklah membuat kita memuliakan Dia, bukan memegahkan diri sendiri. Melalui mazmur 30 ini saya merefleksikan ke dalam pribadi saya yaitu 1 Kor 10:13 bahwa hidup ini penuh dengan pergumulan, tetapi dalam pergumulan tersebut Tuhan selalu setia menopang, memelihara, memberikan jalan keluar hingga akhirnya menjadi sukacita (Pengkhotbah 3:11).

      Hapus
    5. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Bahan Khotbah : Wahyu 5:11-14
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Hari/Tanggal : Jumat 08 April 2016
      Analisa saya : Dalam perikop ini disebutkan tentang Gulungan Kitab dan Anak domba. Gulungan kitab ini berisi pernyataan dari apa yang telah Allah tetapkan utuk keadaan akhir dari dunia dan Umat manusia. Kitab ini menerangkan bagai mana dunia ini akan di hukum dan menggambarkan kemenangan Allah dan umatNya atas segala kejahatan.
      Tetapi tidak ada seorangpun yang mampu membuka gulungan kitab itu baik yang disorga maupun yang di bumi, kecuali: ” Sesungguhnya singa dari suku Yehuda,yaitu tunas Daud, telah menang,sehingga ia dapat membuka gulungan Kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” Kristus dilukiskan seperti singa yang menunjukkan bahwa Dia yang memerintah segala isi bumi dan Dia berasal dari Suku dan keturunan Daud. Gelar Yesus sebagai Mesias yang menang dan raja yang kekal seperti halnya juga juga-janji jani yang telah dibuat dengan Daud (band.Yesaya 11: 1,10). Kristus yang menampakkan diri sebagai ”Anak domba”Allah membawa tanda-tanda bahwa Ia telah disembelih, dikorbankan, sebagai tanda penyerahan dirinya mati disalipkan semata-mata hanya untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Karena itu hanya Dialah yang layak dan yang berkuasa dan menang oleh karena kematiannya sebagai ”kurban” bagi manusia yang berdosa.”Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka materai-materainya;karena Engkau telah disembelihdan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi satu Kerajaan dan menjadi Imam-Imam bagi Allah kita dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi” (ayat9-10) Itulah Kristus yang telah menang dan hanya Dia yang layak menerima kuasa hormat dan kemuliaan ” Anak domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa dan kekayaan,dan hikmat,dan kekuatan dan hormat dan kemuliaan dan puji-pujian” ( ayat12) Tetapi sebaliknya barang siapa yang menolak korban-Nya yaitu Dirinya yang telah menebus dengan mengorbankan diriNya di Salib maka akan datang hukuman, mendapat murka dari Allah (bd.Ayat 6:16-17)
      Karya Kristus bagi dunia adalah melalui pengorbananya yang telah dinubuatkan para nabi ( bandingkan Bacaan Zakaria 9: 9 -14) dan Dia telah meninggalkan tahta Surgawi dan datang seperti seorang hamba Ia telah mengosongkan diriaNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7) Dialah Raja Damai yng dinantikan, karena melalui KaryaNyalah kita diperdamaikan dengan Allah, dan itu merupakan kunci dari perdamaian dengan sesama manusia. Dengan menerima pengampunan dari Tuhan kita dimampukan berdamai dengan sesama dan kita sebagai pengikut Kristus harus meneladani DiriNya, PengorbananNya, PengampunanNya, dan melalui Dialah satu-satunya jalan keselamatan, dunia dan akhirat. Paskah yang baru kita peringati membawa kita kembali pada kemenangan Kristus. Peringatan Paskah mungkin sudah berlalu, tetapi penghayatan kita terhadap Paskah tidak boleh ikut berlalu. Karena itu ketika kita kembali menjalani hari-hari kita dengan beban-beban hidup yang mungkin masih sama, biarlah cara kita menyikapi, atau menghadapinya sekarang berbeda. Kita menjadi lebih kuat, lebih beriman karena kemenangan Kristus juga berarti adalah kemenangan kita orang-orang yang percaya kepadaNya. Karena itu Jangan pernah tergoda untuk percaya kepada kuasa-kuasa yang lain, dan janganlah pernah meninggalkanNya. Hanya dalam Kristus yang telah menang atas segala sesuatu kita dapat meletakkan pengharapan dan jaminan atas masa depan yang indah bersamaNya.

      Hapus
    6. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Analisa Ibadah : Ucapan Berkat (Bilangan 6:22-27)
      Petugas : Anggianita Sembiring
      Hari/Tanggal : Senin, 11 April 2016
      Analisa saya : Bilangan 6:22-26 merupakan salah satu dari berkat-berkat Israel yang paling indah, yang diungkapkan dalam tiga pasang permohonan yang diajukan kepada TUHAN, Allah Israel dimana pertama, TUHAN diundang secara positif untuk memberkati umat (bersama dengan panenan, ternak, binatang besar maupun kecil, musim baik, keturunan) dan secara negatif melindungi mereka dari segala kejahatan, panen buruk, musuh, ternak yang mandul, tanpa keturunaan. Kedua, TUHAN diundang untuk mengarahkan wajahnya kepada umatNya dengan menerimanya dengan senang (bnd Maz 31:17) dan untuk memberikan kasih karunianNya kepada mereka. Ketiga, Tuhan diundang menghadapkan wajahnya kepada umatNya dalam pengakuan dan persetujuan serta memberikan kebahagiaan, keutuhan dan kesempurnaan yang menyeluruh.
      Pada konteks sekarang ini kitalah yang disebut bangsa Israel yang baru, ucapan berkat Bilangan 6:22-26 ini diucapkan di akhir ibadah oleh pelayan Tuhan (pendeta, pertua, diaken) namun yang menjadi perbedaannya pada saat pemberkatan pendeta mengangkat tangan sementara pertua dan diaken tidak mengangkat tangan. Membaca Bilangan 6:22-26 ini menurut saya ini merupakan suatu hal yang membahagian karena TUHAN hadir untuk memberkati, melindungi, menyinari dengan wajahNya, memberi kasih karunia, menghadapkan wajahNya dan memberi damai sejahtera. Orang tua saja yang merangkul, memeluk anak-anaknya, anak-anaknya merasa nyaman apalagi ini TUHAN Sang Maha Pencipta melindungi dan memberkati umatNya merupakan hal yang sungguh luar biasa yang memberikan kenyamanan.

      Hapus
    7. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Bahan Khotbah : 1 Tawarikh 16:31-36
      Pengkhotbah : Andre Yovandhi Purba
      Hari/Tanggal : Jumat, 15 April 2016
      Analisa saya : Nats ini merupakan suatu nyanyian ucapan syukur kepada Allah karena penyertaan Tuhan didalam perjalanan hidup mereka yang telah melindungi dan melepaskan mereka dari bangsa-bangsa yang lain karena bangsa Israel akan berhadapan dengan mereka dan dari segi kekuatan Israel tidak akan sanggup mengalahkan mereka. Tapi karena Allah yang selalu menyertai bangsa Israel itulah yang membuat bangsa Israel menjadi tenang dan tidak gentar menghadapinya. Oleh karena Daud dan bangsa Israel telah melihat penyertaan Tuhan dalam segala masalah yang dihadapinya, mereka melihat perbuatan-perbuatanNya yang ajaib (ay.9,12), maka Daud menyuruh Asyaf dan saudara-saudaranya menyanyikan syukur bagi Tuhan. Bernyanyi mengucap syukur bagi Tuhan merupakan suatu ungkapan isi hati yang paling dalam bagi Tuhan. Mereka mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan karena merasakan penyertaan Tuhan sejak mereka keluar dari Mesir dan menjadi suatu bangsa yang diberkati oleh Tuhan. Ungkapan iman mereka melalui nyanyian itu bukan hanya bangsa Israel yang bersukaria tapi ikut diajak semua bumi dan langit bersorak-sorai melihat kekuasaan Tuhan. Biarlah gemuruh laut…, pohon-pohon dihutan…,semuanya bersuyur kepada Tuhan karena Tuhan itu baik, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya, juga kita sering tidak setia kepadaNya dan tidak melalukan perintah Tuhan tapi Dia tetap setia dan mengasihi kita. Kebaikan Tuhan itu tidak perlu diragukan oleh karena itu mereka mengatakan bahwasanya kasih setiaNya untuk selama-lamanya. Berbeda dengan kebaikan manusia yang sering berubah-ubah kadang baik kalau mereka itu cocok dengan kehendak hatinya tapi akan berubah kalau mereka menyakiti hatinya berbeda dengan kebaikan Tuhan yang tetap selamanya. Umat Israel tidak perlu lagi minta pertolongan kepada ilah-ilah lain karena ada Tuhan siap setiap saat menolong mereka. Dan itu sudah menjadi pengalaman iman mereka disepanjang kehidupannya. Terbukti dalam ayat 36 seluruh umat mengatakan : amin, pujilah Tuhan, terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Melalui pengalaman hidup kita sebagai orang beriman, kita diajak melihat setiap kali ada masalah-masalah didalam perjalanan kehidupan kita pasti ada selalu yang menolong kita yaitu Tuhan. Kita perlu melihat kebelakang bagaimana Tuhan itu menyelamatkan kita dari tantangan-tantangan yang kita hadapi. Pada waktu kita merasa kita tidak mampu menghadapi tantangan itu tetapi kita bisa lewati kalau kita mengandalkan Tuhan. Tapi sering terjadi didalam perjalanan kehidupan yaitu mengandalkan kekuatannya, pikirannya sehingga terjadi keputusasaan. Kehadiran Allah didalam kehidupan kita akan membuat kita menjadi rendah hati dan sangat mengarapkan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Pengalaman-pengalaman iman kita didalam pertolongan Tuhan yang nyata didalam kita biarlah kita saksikan juga kepada dunia ini, kepada saudara-saudara kita, salah satu dengan cara bernyanyi bersorak-sorai memuji memuliakan nama Tuhan. kita mengucap syukur senantiasa karena kita rasakan kasih setia Tuhan didalam kehidupan kita. Bersukacitalah senantiasa didalam Tuhan, sekali lagi kukatakan bersukacitalah (Filipi 4:4), karena Tuhan selalu ada beserta kita. Amin.

      Hapus
  10. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
    Nim : 12.01.945
    Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
    Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
    Pengkhotbah : Josua Galingging
    Ibadah Kampus jumat, 11 Maret 2016
    Bacaan : Johanes 12:1-8
    Khotbah : Yesaya 43-16-21
    Tema : Dipilih untuk memuliakan Tuhan
    Tuhan sudah mempunyai rencana untuk kita masing-masing. Dan jikalau kita menjawab panggilanNya dengan mengatakan “Ya”, kita sudah memuliakan Tuhan.
    Tuhan menciptakan manusia bukan supaya manusia hidup dan berbuat sekehendak hatinya. Tuhan menciptakan manusia supaya manusia tahu, ia harus memuliakan Allah pencipta. Inilah tujuan kita diciptakan, tujuan kita ditebus. Memuliakan Tuhan dengan ketaatan dalam melakukan printah-Nya. Tolak ukurnya bukan seberapa hebat tindakan kita atau seberapa besar dampaknya. Perbuatan yang tampak sepele sekalipun, asalkan mulap dari kasih Allah yang memenuhi hati kita, tetap bermakna. Memuliakan Allah bukan dimaksudkan untuk mengundang pujian dari manusia, melainkan untuk menyenangkan hati-Nya. Memuliakan Tuhan bukan berarti membuuat Dia lebih mulia, karena Dia sudah mulia dan tidak kekurangan kemuliaan. Kemuliaan sudah sempurna dan tidak perlu ditambahkan lagi oleh manusia. Memulaikan Tuhan berarti mengakui dan menghargai kemuliaan Tuhan atas segalanya dan membuat kemuliaan-Nya dikanal melalui hidup kita. Paulus berkata bahwa kita dapat memuliakan nama-Nya melalui bagaimana kita menjalani hidup dan beraktivitas. Kita dipilih Tuhan unutuk memuliakan namanya bukan sekedar melalui nyanyian di gereja, tetapi apabila hal-hal sederhana yang kita lakukan dan tunjukkan, menyatakan bagaimana kita hidup mengandalkan Tuhan dalam perkara hidup sehari-hari, maka nama Tuhan kita dapat dikenal orang dan kita memuliakan Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
      Ibadah Kampus Senin, 14 Maret 2016
      Bacaan : Yesaya 50:4-9a
      Khotbah : Lukas 19:28-40
      Tema : Berseru dan Berpenggarapan
      Terkadang kita berseru kepada Tuhan ketika kita membutuhkan atau ketika ada permintaan kita kepada-Nya “ada udang di balik batu”, pengharapan kita itu sering hanya kepentingan ataupun keperluan secara pribadi saja. Jikalau hanya kesenangan dunia baru kita berseru untuk memuji nama Tuhan maka kitalah me siliahna. Kita bersurak karena Yesus datang kedunia, Dia datang dengan keserdehanaan dengan menunggangi seekor keledai supaya kita senang, Dia mau mengalami semua penderitaan supaya kita mendapat sukacita. Begitu pula Dia mati di kayu silang supaya kita mendapatkan kehidupan sampai selama-lamanya. Berseru bukan karena supaya kita mendapatkan apa yang kita harapkan tapi berseru karena Yesus sudah menyelamatkan kita dari kuasa dosa. Dalam minggu palmarum ini kita diajak supaya berseru untuk menyambut kadatangan Yesus dengan mengatakan “ Pujilah nama-Nya dengan penuh suka cita”. Seruan ini janganlah berlaku hanya sejenak saja, ataupun hanya ikut-ikutan saja, tapi harus kita serukan sepanjang hidup kita dan sepenuh hati kita sebagai pengikut Kristus. Janganlah karena ada harapan kita kepada Kristus maka kita berseru memuji nama-Nya, tapi kita lakukanlah itu dalam kehidupan kita itulah tandanya kita sudah diselamatkan Kritus. Jangan kita sama seperti orang Jahudi yang menyambut Yesus dengan antusiasme tinggi, tapi setelah itu dengan suara yang kuat dihadapan pontius pilatus menyatakan Salibkan Dia. Orang kristen harus konsekwen dan konsisten dalam berseru memuji nama Tuhan.

      Hapus
    2. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
      Pengkhotbah : Pdt. Sinaga (Ibu Asrama)
      Jumat, 18 Maret 2016
      Bacaan : Yesaya 50:4-9a
      Khotbah : Lukas 19: 28-40
      Tema : Bersukacita
      Banyak hal yang membuat kita bersukacita. Ada yang bersukacita karena keinginannya tercapai, ada yang berrsukacita karena hatinya lagi berbunga-bunga dan lain-lain. Tetapi didalam nats khotbah pada hari ini ingin mengatakan bahwa ada kasus yang terjadi dimana mereka bersukacita karena kedatangan sang raja yaitu Tuhan Yesus yang memasuki Yerusalem. Pandangan mereka tentang kedatangan Tuhan sangat berbeda dengan maksud kedatangan Tuhan Yesus, mereka beranggapan bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke Yerusalem mebawa akan membuat mereka sejahtera. Tetapi pola pikir mereka salah, ketika mereka melihat Tuhan datang dengan memakai keledai maka mereka kecewa besar. Karena mereka beranggapan bahwa kedatang sang raja berarti Dia akan datang dengan keadaan yag mewah tetapi nyatanya Tuhan datang dengan kesederhanaan yaitu dengan menunggangi keledai. Kedatangan Tuhan Yesus bertujuan memba damai, kesederhanaan. Apa yang kita pikirkan tidak selamanya itu yang terjadi, dan apa yang kita pikirkan jangan menginginkan hal itu terjadi. Karena setiap apa yang kita pikirkan tidak harus terjadi didalam realita kehidupan kita. Pahit, maupun manis, siap atau tidak siap haruslah tetap kita jalani dan tetaplah setia dan tetaplah yakin ada Tuhan Yesus yang membantu menampung semua curahan hatimu. Oleh kerena itu tetaplah setia serta ujilah Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Jumat, 25 Maret 2016 libur paskah.
      Tapi saya melakukan ibadah Jumat Agung bersama dengan anggota Mitra Kekelengen serta dengan jemaat di Rg Marlias Klasis Lau Baleng.
      Pengkhotbah : Winner Pinem
      Bacaan : Lukas 23:46
      Khotbah : Yohanes 19:28-30
      Tema : Kematian-Nya membawa Kemenangan
      Makna kematian Yesus adalah untuk keselamatan bagi umat berdosa yang mau percaya kepada-Nya. Bagi iman Kristen ada jaminan dan kepastian keselamatan yanng diterima setiap orang yang percaya kepada Yesus, ada kepastian akan pengampunan. Kemudian, setela kemaitian ada kebangkitan Tuhan Yesus, melalui kebangkitan-Nya Yesus kristus membuktikan diri sebagai Tuhan yang mengalaahkan Dosa dan kematian. Dengan kebangkitan Yesus Kristus, kita juga akan dibangkitkan sesudah kematian menjemput kita. untuk itu kita harus sunguh-sunguh mendekatkan diri kepada Tuhan, sebab itulah arti salib. Salib terdiri dari dua buah garis yaitu garis vertikal dan horizontal. Vertikal artinya keatas yang artinya kita harus membangun relasi atau hubungan yang baik dengan Allah. Sementara garis mendatar atau horizontal bermakna bahwa setiap orang kristen itu harus membangun hubungan yang baik dengan lingkungannya, dengan sesama manusia ciptaan Tuhan. Dan melalui penyaliban Tuhan Yesus hari ini maka manusia mendapat penebusan dosa.

      Hapus
    4. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
      Pengkhotbah : Randa Pandia
      Jumat, 01 April 2016
      Bacaan : Yohanes 20:19-31
      Khotbah : Mazmur 150:1-6
      Tema : Memuji Nama Tuhan
      Kenapa kita harus memuji Tuhan?
      Karena Tuhan telah menciptakan manusia dan oleh sebab itu sebagai ciptaan Tuhan yang baik maka manusia harus memberitakan firman Tuhan melalui puji-pujian kita. Dengan apa kita memuji nama Tuhan, yaitu dengan sangkakala dan itulah yang tertulis dalam masmur 150:1-6. Lalu apakah kita sudah memuji nama Tuhan? Sedangkan burung-burung mampu untuk memuji nama Tuhan. Dengan suara kicauan yang sangat merdu di setiap pagi itulah menandakan bahwa nama Tuhan terpuji dengan suara kicauannya. Lalu kita, apakah yang menjadi alasan kita untuk tidak mampu memuji nama Tuhan. Apakah karena berbagai masalah yang kita hadapi atau apakah karena rintangan-rintangan yang kita hadapi. Kita telah menerima penebusan dari Tuhan, dengan rela mengorbankan anak-Nya yang Tunggal. Kita telah menyalibkan dia dengan dosa kita. laluu apa respon kita akan hal itu, apalagi yang menjadi alasan kita untuk tidak mampu memuji kebesaran-Nya. Pujilah nama tuhan dengan segenap hati dan setiap saat atau dalam keadaan apapun. Beritakanlah kebesarannya, mau sampai kapankah kita menyalibkan Yesus jikalau kita kita tetap tidak mampu untuk merespon kebesaran-Nya.

      Hapus
    5. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th
      Liturgis : Jesika Perangi-angin
      Senin, 04 April 2016
      Bacaan : Wahyu 5:11-14
      Khotbah : Mazmur 3:1-13
      Tema : Pujian dan Ucapan syukur kepada Allah
      Pujian adalah ungkapan hati manusia yang diungkapkan dengan berbagai ekspresi. Manusia memiliki kelemahan dan kelebihan, dan melalui kelebihan dan kelemahann manusia tersebut maka pujian akan manusia didapatkan dari orang lain. Dengen kerendahan hati, orang lain akan memuji manusia dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki temannya. Ciri-ciri manusia didunia ini ada dua yakni manusia yang sombong yang dimana manusia yang tidak mampu untuk melontarkan kata-kata pujian kepada orag lain disaat orang itu memiliki kelebihan atau bahkan orang itu patut untuk di puji. Manusia seperti ini adalah manusia yang tidak mampu melihat orang lain senang, dia akan menyatakan bahwa kelebihan yang dimiliki orang lain itu adalah hanya kebetulan saja atau bahkan itu hanya kode alam. Orang seperti ini adalah orang yang sepele akan perubahan yang dilakukan oleh orang lain. Yang kedua adalah manusia yang memiliki kerendahan hati. Manusia seperti ini adalah manusia yang senantiasa dengan gampang melontarkan kata-kata pujian kepada orang lain. Karena dia sadar bahwa kelebihan yang dimiliki orang lain itu adalah pemberian atau anugrah dari Tuhan hingga dia dengan senang memuji dia. Dengan dia memuji orang lain maka dia sudah mampu mengucap syukur kepada Tuhan karena dia dapat melihat kebesaran Tuhan melalui kelibahan orang lain. Ketika ia memuji orang lain dengan kelebihan itu maka yang ia puji itu bukanlah manusia tetapi penciptan-Nya. Bersyukur dan memuji Tuhan adalah keharusan dan kewajiban bagi setiap orang percaya. Oleh karena itu bagi setiap manusia yang percaya patut dan harus bersyukur dan menuji nama Tuhan..

      Hapus
    6. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Janjahaman Damanik
      Liturgis : levina Br Kemit
      Jumat, 08 April 2016
      Bacaan : Mazmur 30:2-13
      Khotbah : Wahyu 5:11-14
      Ayat ini menceritakan tentang sebuah gulungan kitab yang menyingkapkan masa depan bumi dan kerajaan Allah. Sebuah gulungan kitab yang bertuliskan dua sisinya ternyata hanya dapat dibuka oleh Yesus. Bahwa dua sisi gulungan itu berisi tulisan adalah hal yang tidak lazim sebab gulungan biasanya hanya ditulisi satu sisinya saja. Ini mungkin menunjuk pada sejarah karya Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, atau dua sisi karya Allah mewujudkan Kerajaan-Nya yaitu Perjanjian Anugerah dan Penghakiman. Apa persisnya kita tidak tahu. Anak Domba itu adalah Yesus Kristus, Banyak orang ragu untuk percaya kepada Yesus., Bermunculan sikap mempertanyakan ketuhanan Yesus Kristus. Perhatikan bahwa Anak Domba yang disebutkan itu mempunyai 7 tanduk dan 7 mata (ayat 6) yang melambangkan kesempurnaan kemenangan dan kekuasaanNya. Karena itu ketika kita kembali menjalani hari-hari kita dengan beban-beban hidup yang mungkin masih sama, biarlah cara kita menyikapi, atau menghadapinya sekarang berbeda. Kita menjadi lebih kuat, lebih beriman karena kemenangan Kristus juga berarti adalah kemenangan kita orang-orang yang percaya kepadaNya. Karena itu Jangan pernah tergoda untuk percaya kepada kuasa-kuasa yang lain, dan janganlah pernah meninggalkanNya. Hanya dalam Kristus yang telah menang atas segala sesuatu kita dapat meletakkan pengharapan dan jaminan atas masa depan yang indah bersamaNya.

      Hapus
    7. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Kata-kata Bijak Bunda Teresa)
      Pembacaan Masmur : Anggianita Br Sembiring
      Liturgis : Jhoni Pranata Purba
      Senin, 11 April 2016
      “Berikan yang terbaik dari apa yang engkau miliki dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi tetaplah berikan yang terbaik. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikirkan atas perbuatan baik yang engkau lakukan. Percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur dan Dia melihat ketulusan hatimu”.
      Dilihat dari kata-kata bijak ini maka kita diminta agar jangan takut memberi dan berbuat baik. Didalam kita melakukan perbuatan baik itu memang terkadang tidak akan pernah berkecukupan, selalu ada kekurangan apalagi di mata orang lain. Akan tetapi melalui kata-kata bijak ini maka kita akan termotivasi untuk selalu berbuat baik walaupun terkadang perbuatan baik yang kita lakukan itu dihari esok sudah dilupakan orang lain, namun tetaplah berbuat baik. Karena ketika kita melakukan hal yang terbaik maka itu kita lakukan kepada Tuhan, dan mata Tuhan selalu melihat perbuatan yang kita lakukan, mata Tuhan selalu tertuju pada ketulusan hati kita. Jangan pernah terhalang perbuatan baik kita oleh karena pikiran orang lain. Jangan pernah hiraukan apa yang dikatakan orang tentang apa yang kita lakukan dalam berbuat baik. tetaplah berbuat baik dan jangan takut untuk memberi kepada orang lain ketika orang lain membutuhkan.

      Hapus
    8. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Kata-kata Bijak Bunda Teresa)
      Pembacaan Masmur : Anggianita Br Sembiring
      Liturgis : Jhoni Pranata Purba
      Senin, 11 April 2016
      “Berikan yang terbaik dari apa yang engkau miliki dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi tetaplah berikan yang terbaik. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikirkan atas perbuatan baik yang engkau lakukan. Percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur dan Dia melihat ketulusan hatimu”.
      Dilihat dari kata-kata bijak ini maka kita diminta agar jangan takut memberi dan berbuat baik. Didalam kita melakukan perbuatan baik itu memang terkadang tidak akan pernah berkecukupan, selalu ada kekurangan apalagi di mata orang lain. Akan tetapi melalui kata-kata bijak ini maka kita akan termotivasi untuk selalu berbuat baik walaupun terkadang perbuatan baik yang kita lakukan itu dihari esok sudah dilupakan orang lain, namun tetaplah berbuat baik. Karena ketika kita melakukan hal yang terbaik maka itu kita lakukan kepada Tuhan, dan mata Tuhan selalu melihat perbuatan yang kita lakukan, mata Tuhan selalu tertuju pada ketulusan hati kita. Jangan pernah terhalang perbuatan baik kita oleh karena pikiran orang lain. Jangan pernah hiraukan apa yang dikatakan orang tentang apa yang kita lakukan dalam berbuat baik. tetaplah berbuat baik dan jangan takut untuk memberi kepada orang lain ketika orang lain membutuhkan.

      Hapus
    9. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Laporan Analisa kebaktian kampus (Khotbah)
      Pengkhotbah : Andre Yovandi Purba
      Liturgis : Frtra Wulan Sari Sipayung
      Jumat, 15 April 2016
      Renungan : 1Tawarikh 16 : 31-36
      Mazmur ini dilanjutkan dengan seruan mengajak, bukan hanya umat Israel, tetapi segenap bumi dan semua bangsa untuk membesarkan nama Tuhan. Mereka tentu sudah melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan dahsyat dan ajaib yang dilakukan Tuhan atas umat-Nya. Dia bukan hanya Tuhan atas umat-Nya Israel, melainkan Tuhan atas semua bangsa dan segenap alam. Tuhan Pencipta adalah Allah yang mengatasi segala ilah lain. Dia adalah Raja bukan hanya atas Israel tetapi Raja dunia ini. Respons umat sungguh tepat: "Amin! Pujilah TUHAN!".
      Mengucap syukurlah kepada Tuhan dengan segenap hati, makan Tuhan akan melimpahkan berkatnya yang berkelimpahan untuk umatnya, Mazmur Daud ini mengajar kita beberapa prinsip penting dalam ibadah yang menyenangkan hati Tuhan. Dikala beribadah, memang kita bersyukur, berdoa, bernyanyi, dan bermazmur sebagaimana diungkapkan dalam panggilan untuk beribadah (Taw 16:8-13). Tetapi, inti dari ibadah adalah keyakinan bahwa Allah ada dan hadir dan berkenan didapati oleh mereka yang mencari dan meninggikan Dia. Allah adalah Allah perjanjian yang setia kepada janji-janji-Nya. Tema utama mazmur ini adalah penggenapan janji Allah menjadikan Israel umat-Nya, memberi mereka tanah perjanjian, membuat mereka suatu umat yang di dalam dirinya tanda-tanda kehadiran Allah terbaca dengan jelas.

      Hapus
  11. Nama : Tolopan Riah Silalahi
    NIM : 12.01.972
    Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

    Liturgis : Arnita Siregar
    Pengkhotbah : Yosua Galingging
    Bahan Khotbah : Yesaya 43:16:21
    Tanggal ibadah : tanggal 11 Maret 2016
    Ibadah Suku : Gereja Angkola (GKPA)

    Bagian ini menyatakan bahwa Allah akan memperlihatkan kedaulatan-Nya dengan menggulingkan Kerajaan Kasdim dan membawa kembali bangsa Yahudi ke Palestina dia akan menjatuhkan bangsa Kasdim dari kedudukan mereka yang sangat menonjol dan membuat mereka lari ke luar Babel, sebelum Persia datang dengan serangan yang gencar, Dialah Allah yang sama yang membuat jalan melintasi Laut Merah bagi bangsa Ibrani pada waktu peristiwa Keluaran, dan yang menenggelamkan kereta-kereta perang Mesir yang mengejar mereka, tetapi, kelepasan yang akan Dia berikan waktu ini bahkan akan jauh melebihi peristiwa Keluaran dalam hal kemuliaan. Sebab Dia akan memimpin bangsa Yahudi yang telah bebas itu melalui Padang Gurun Siria yang panas membakar, lalu Dia membuat sungai-sungai di sana memuaskan kehausan mereka (barangkali ini mengiaskan pemeliharaan berkelanjutan yang Dia berikan kepada para perintis pada tahun-tahun awal, di mana mereka mengalami kekurangan dan penderitaan). Kehadiran Allah; untuk ini mereka akan memuji Allah mereka (ayat Yesaya 43:21) Allah akan menghukum Babel dan melepaskan umat-Nya. Mereka akan menerima "sesuatu yang baru ,yaitu masa baru dengan pengampunan, berkat, pemulihan, dan kehadiran Allah. agian ini menyatakan bahwa Allah akan memperlihatkan kedaulatan-Nya dengan menggulingkan Kerajaan Kasdim dan membawa kembali bangsa Yahudi ke Palestina. Dia akan menjatuhkan bangsa Kasdim dari kedudukan mereka yang sangat menonjol dan membuat mereka lari ke luar Babel, sebelum Persia datang dengan serangan yang gencar. Tetapi, kelepasan yang akan Dia berikan waktu ini bahkan akan jauh melebihi peristiwa Keluaran dalam hal kemuliaan. Sebab Dia akan memimpin bangsa Yahudi yang telah bebas itu melalui Padang Gurun Siria yang panas membakar, lalu Dia membuat sungai-sungai di sana memuaskan kehausan mereka (barangkali ini mengiaskan pemeliharaan berkelanjutan yang Dia berikan kepada para perintis pada tahun-tahun awal, di mana mereka mengalami kekurangan dan penderitaan), binatang-binatang gurun yang diceritakan bersukacita dengan tersedianya air ini adalah gambaran dari bangsa-bangsa lain yang akan memperoleh manfaat karena menjadi saksi dari pemulihan bangsa Yahudi. Dahulukala Jahwe telah menebus Israil dari Mesir (Yes 43:16-17), tapi sekarang dengan lebih adjaib lagi Ia akan menebusnja dari pembuangan(Yes 43:19-21), maka keadjaiban dahulu boleh dilupakan(Yes 43:18).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : Edy Krisman Tarigan
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jhonriahman Sipayung
      Bahan Khotbah : Yesaya 50 : 4-9
      Hari/ Tanggal : 14 Maret 2016


      Yesaya 50 ini adalah nubuat dan menggambarkan Kristus, sebab Kristus juga melakukan tiga langkah yang penting dalam hidupNya: Pertama , dengan lidahNya menyampaikan firman Tuhan dan berbagai pelajaran, kotbah , teguran, penghiburan serta memberi dorongan kepada yang letih lesu dan berputus asa kedua, dengan telingaNya yang tajam dan terlatih selalu siap mendengar keluhan, permohonan, penuh pemahaman serta kepedulian kepada semua lapisan masyarakat ketiga, dalam sikap taat kepada Bapa , dengan konsistensi yang tinggi, rela mengorbankan jiwa raga serta kemuliaanNya demi kasihNya kepada umat manusia yang berdosa. Selain lidah seorang murid, Tuhan Allah itu juga mengaruniakan hamba-Nya telinga untuk mendengarkan seperti seorang murid, kemampuan untuk berbicara seperti seorang murid itu diperlengkapi dengan karunia pendengaran sehingga Allah mempertajam pendengarannya setiap pagi supaya bisa mendengarkan seperti seorang murid. Setiap hari Allah membuka telinganya untuk mendengarkan pewahyuan-Nya yang baru, Hamba itu dikaruniai telinga untuk mendengarkan pewahyuan Allah setiap hari seperti seorang murid yang baik dengan memberikan perhatian, hikmat, dan taat pada apa yang diwahyukan.
      Perikop ini merupakan nyanyian hamba YHWH yang ketiga (Yes. 50:4-9) dari empat nyanyiannya dalam kitab Yesaya. Tiga nyanyian hamba lainnya ditemukan dalam Yes. 42:1-4; 49:1-6; 52:13—53:12). Ini Nyanyian Hamba Tuhan yang ketiga. Hamba tidak digambarkan sebagai seorang nabi tetapi lebih-lebih sebagai seorang berhikmat, murid Tuhan yang rajin, Yes 50:4-5. Dengan tabah hati dan berkat pertolongan Tuhan, Hamba itu menanggung penganiayaan, Yes 50:7-9. Hamba itu menanggung penganiayaan hingga Tuhan menjadikannya jaya, Sampai dengan Hamba sendiri berbicara, lalu nabi angkat bicara. Nas ini adalah bahagian dari nubuatan Mesias yang akan datang menyelamatkan umat Israel, bahwa nubuatan ini disampaikan ketika umat Israel hidup pada masa-masa pembuangan ini diberitakan bagaimana “Hamba Tuhan” itu tetap dapat mengontrol kehidupannya yang walaupun hidup dalam tekanan yang berat nama dia tetap memiliki “Lidah seorang murid”, “Mendengar sebagai seorang murid”, sehingga kesetiaannya sebagai seorang murid ditengah-tengah tekanan yang berat membuat dia dilayakkan menjadi orang benar di hadapan Allah. Lebih tegas lagi di nyatakan bahwa sebenarnya adalah kesia-siaan melawan seorang Hamba Tuhan yang telah dibenarkan oleh Allah, sebab Tuhanlah yang akan memberikan pertolongan, dan orang-orang yang memberikan perlawanan itu sesungguhnya seperti pakaian yang using yang akan dimakan ngengat. Jika kita kembali kepada konteksnya bahwa memang umat Israel sedang diteguhkan dalam penderitaanya, bahwa Tuhan akan tampil memberikan pertolongan kepada mereka, Mesias akan memikul semua penderitaan, penghinaan dan malu karena Kasih Allah yang besar kepada umatNya yang berdosa itu.

      Hapus
    2. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : Yuan Fades Ambarita
      Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga “Ibu Asrama
      Bahan Khotbah : Luk 19:28-40
      Hari/ Tanggal : 18 Maret 2016
      Yang dianalisa dalam ibadah ini adalah khotbah.

      Bersukacita karena Yesus memasuki Yerusalem dan karena Yesus dianggap Mesias oleh orang-orang disekitar Yesus, dan Di sini kita temukan catatan yang sama dalam Injil Matius dan Markus mengenai Kristus yang menunggangi keledai dalam kemenangan (bagaimana adanya) sambil memasuki Yerusalem, dengan naik keledai yang masih mudah bukan hanya sebagai tanda Ia datang membawa kedamaian dan kasih sayang, tetapi Yesus naik keledai betina, sebagai transportasi rakyat jelata, tak ada kegagahan, tak ada keperkasaan, tak ada kecemerlangan, yang ada ialah kesederhanaan, tepatnya: kerendahan dan kehinaan atas naik keledai sebagai kendaraan rakyat jelata berarti Yesus merasakan bagaimana berada di tempat rakyat jelata, mendengar ratapan rakyat, mengenali keluh-kesah dan kebutuhan rakyat. Hatinya peka terhadap kebutuhan rakyat, ingin berbuat demi rakyat, bersama rakyat. Yesus seakan-akan berkata kepada orang-orang Yerusalem bahwa ia datang bukan dengan kekerasan, Aku datang bukan dengan pedang di tangan. Aku naik keledai. Aku datang menawarkan perdamaian dan kasih sayang. Meneladan pada Yesus berarti kehadiran kita di rumah, di sekolah, di gereja datang dengan membawa perdamaian dan kasih sayang bukan menjadi perusak, pecundang atau pembawa pertikaian dan pertengkaran.
      Mereka memuji Allah oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat, segala mujizat yang diperbuat Kristus, terutama kebangkitan Lazarus, yang secara khusus disebutkan dalam Yohanes 12:17-18. Mujizat itu membangkitkan kembali ingatan orang, karena mujizat-mujizat dan perbuatan belas kasih yang baru terjadi akan menghidupkan ingatan orang mengenai hal-hal yang terjadi sebelumnya. Kemenangan Kristus dan puji-pujian sukacita dari murid-murid-Nya akan kemenangan-Nya itu membuat marah kaum Farisi yang angkuh, yang merupakan musuh-musuh Kristus dan kerajaan-Nya. Ada beberapa orang Farisi di antara orang banyak yang bukannya turut bergabung dengan mereka, malah menjadi berang atas tindakan mereka, mereka berpikir bahwa Kristus, yang menjadi teladan kerendahan hati yang terkemuka, tidak akan membenarkan penyambutan seperti ini, dan oleh karenanya berharap bahwa Ia menegor murid-murid-Nya (ay. 39). Akan tetapi, adalah kehormatan bagi Kristus bahwa, jika Ia membenci penghinaan yang dilakukan orang-orang yang angkuh, ia menerima pujian. Terlepas dari apakah orang-orang memuji Kristus atau tidak, Ia akan, dan harus dipuji (ay. 40): Jika mereka ini diam, dan tidak memberikan puji-pujian terhadap kerajaan Mesias, jika Kristus tidak dipuji maka batu-batu ini akan berteriak. Ini kemudian, secara harfiah digenapi ketika orang-orang mengolok-olok Kristus di kayu salib dan bukannya memberikan puji-pujian bagi-Nya, dan murid-murid-Nya sendiri pun tenggelam dalam kesunyian yang mendalam, maka terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah. Kaum Farisi ingin membungkam puji-pujian yang diberikan kepada Kristus, namun mereka tidak berhasil karena sebagaimana Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini, maka Ia juga dapat membangkitkan puji-pujian yang merdu dari mulut anak-anak tersebut.

      Hapus
    3. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : Brama Picer lee
      Pengkhotbah : Randa Sembiring
      Bahan Khotbah : Mazmur 150:4-6
      Hari/ Tanggal : 01 April 2016
      Epistel :Yoh 20:19-31
      Yang saya analisa ialah Epistel

      Alkitab menyatakan bahwa Yesus itu Allah. Inilah landasan dari iman Kristen dan sangat penting bagi keselamatan kita. Kalau Kristus bukan Allah, tidak mungkin Ia mengadakan pendamaian bagi dosa-dosa dunia ini, peristiwa kebangkitan diwartakan dalam Injil Yohanes sebagai penjelasan mengapa Yesus yang baru saja dimakamkan itu tidak lagi diketemukan lagi di situ, dan mengapa para murid tidak lagi merasa kehilangan dia, bahkan kini mereka semakin merasakan kehadirannya. Agak ada miripnya dengan ingatan mengenai akan orang-orang yang sudah mendahului tetapi tetap menjadi bagian hidup kita. Diceritakan bagaimana Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya ketika mereka mengunci diri ketakutan akan para penguasa Yahudi, Yesus mengucapkan salam damai sejahtera dan kemudian menghembusi mereka dengan Roh (Yoh 20:21-22; lihat juga ay. 26). Saat itu juga ketakutan mereka lenyap dan mereka mulai merasakan kedamaian. Memang pengalaman ini belum terjadi pada banyak orang lain sehingga barulah kelompok kecil ini yang melihat Yesus yang telah bangkit dan juga bekas luka paku dan tusukan tombak mereka saksikan.
      Tomas dalam Yoh 20:24-29 mengolah kesulitan ini, Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan memintanya meraba bekas luka itu sendiri bila tindakan ini bakal membuatnya percaya. Tomas diminta memutuskan sendiri apa dia yang kini datang itu sama dengan yang dulu diikutinya. Kepercayaan yang sedemikian besar dari pihak yang bangkit itu membuat Tomas mengenalinya. Ia berseru, “Tuhanku dan Allahku!” Saat itulah mata batin Tomas terbuka. Melihat Yesus berarti melihat Allah Yang Maha Tinggi yang mengutus Yesus ke dunia ini. Dalam kisah kebangkitan ini penulis Injil memerankan diri sebagai “murid yang dikasihi” yang ikut mendengar dari Maria Magdalena bahwa Yesus tak ditemukan di makam. Bersama Petrus ia lari ke makam dan mendahuluinya. Ia menjenguk ke dalam dan tampaklah kain kafan di tanah. Petrus masuk dan mendapati kafan terletak di tanah, kain peluh yang tadinya di kepala Yesus didapatinya terlipat tidak di tanah, tapi di tempat lain. Murid yang tadi ikut masuk dan melihat yang dilihat Petrus. Saat itulah “ia percaya” (Yoh 20:8), maksudnya percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Dapat dibayangkan betapa murid yang tak disebut namanya ini kemudian merasa dikuatkan ketika mendengar kata-kata Yesus kepada Tomas tadi.
      Bagaimanapun juga, dalam pertumbuhan iman masih perlu bantuan dari yang dipercaya atau dari orang yang bisa membantu mempersaksikan kebenaran iman. Hal ini dapat disimak lewat kisah penampakan Yesus kepada Maria Magdalena (Yoh 20:11-18). Dikatakan dalam ay. 16 bahwa perempuan itu melihat Yesus tapi tidak segera mengenalinya. Baru setelah mendengar sapaan “Maria!”, ia bisa mengenali Yesus. Maria Magdalena seperti domba yang mengenal suara gembalanya (Yoh 10:4). Tapi seandainya Maria Magdalena tidak melihat orang yang disangkanya sebagai tukang kebun tadi, boleh jadi panggilan “Maria!” tadi tak segera berarti. Kita ingat dahulu kala Samuel muda berulang kali mendengar dirinya disapa oleh Tuhan, tapi hanya mengira sedang dibangunkan oleh Eli. Baru setelah Eli menjelaskan apa yang terjadi, maka Samuel pun mulai mengerti dan mendengar betul. Yohanes sendiri memberi penjelasan dalam Yoh 1:13, yaitu orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari keinginan jasmani…melainkan dari Allah. Inilah yang berpadanan dengan hembusan nafas kehidupan dalam Kej 2:7. Dalam peristiwa penampakan kepada para murid itulah lahirlah kemanusiaan baru.

      Hapus
    4. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : Jesika Bangun
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th
      Bahan Khotbah : Maz. 30: 1-13
      Hari/ Tanggal : Senin, 04 April 2016
      Bacaan Mazmur : Mazmur 86:1-17
      Yang saya analisa ialah bacaan Mazmur
      Mazmur merupakan bunga rampai yang kanan kiri mengutip ayat-ayat dari mazmur-mazmur lain ternyata sejak ini dikarang di zaman belakangan, yaitu di zaman Yunani, ditinjau dari segi sastera tidak ada banyak kesatuan dalam syair ini. Ia terdiri atas dua doa permohonan yang diucapkan seseorang yang dicobai, Maz 86:1-7,11-17, dan di antaranya disisipkan sebuah puji-pujian pendek, doa yang umum untuk Memohon Pertolongan. Sendengkanlah telinga-Mu jawablah aku, dengan kata-kata Yang umum pemazmur menyatakan keperluannya, tiap-tiap permintaan disertai dengan alasan mengapa Allah harus mengabulkannya. Dia berseru kepada Allah agar mau mendengar, sebab dia dalam keadaan miskin; mau memeliharanya, sebab dia adalah orang saleh; mau menyelamatkannya, sebab dia selalu percaya kepada-Nya; mau membuatnya bersukacita, sebab dia beribadah dengan tulus. Imannya didasarkan pada kenyataan bahwa Allah adalah "pengampun," yang memperlihatkan kasih setia dan pengampunan. kita mengenali doa yang tulus dari seorang yang sedang menghadapi kesusahan pribadi, sifat umum dari penderitaannya membuat pesan mazmur ini bisa dipakai semua orang yang sedang menghadapi kesulitan dan Kurangnya rincian spesifik inilah yang membuat beberapa penafsir menganggap mazmur ini lebih bersifat untuk umum daripada untuk perorangan kendatipun pada dasarnya ini adalah renungan pribadi, penulis mazmur kadang-kadang mengidentifikasi dirinya dengan komunitasnya. Persoalannya Allah sudah menyendengkan telinganya untuk kita namun bagaimana kita menjadi orang yang dikasihi oleh Tuhan? Dan menurut analisa saya ialah;
      1. Hidup dalam kasih, menjauhi keributan (Jangan mencari musuh, menerima orang apa adanya)
      2. Hidup dalam kekudusan, jauhkan dari dosa (Hidup dalam kekudusan dan kebenaran)
      3. Hidup dalam iman, karena Allah kita dahsyat, jauhi kekuatiran.
      Kehidupan orang Kristen sungguh-sungguh tidak bisa dipisahkan dari ketaatan, sebab kita harus hidup dalam kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri. Jadi harus ada penyangkalan diri! Seringkali kita taat asal itu menyenangkan hati dan menguntungkan kita, bila harus berkorban dan itu sakit bagi daging, kita akan memberontak dan menolak untuk taat. Tuhan menghendaki kita untuk taat di dalam segala perkara, dan selalu ada upah bagi orang-orang yang taat. Karena itu sebagai orang percaya hendaknya kita belajar taat kepada Tuhan: memahami kehendakNya dan melaksanakan firmanNya dengan sungguh-sungguh. Ketaatan membuka kesempatan bagi kita untuk mengalami dan merasakan campur tangan Tuhan, Jangan taat hanya karena kita sedang dalam masalah dan pergumulan yang berat, lalu ketika keadaan membaik kita sudah tidak lagi taat kepada Tuhan; atau kita taat karena kita sungkan kepada hamba Tuhan dan supaya dilihat dan dipuji oleh orang. Sia-sialah ketaatan yang demikian! Biarlah ketaatan kita kepada Tuhan didasari oleh karena kita takut akan Dia dan sangat mengasihi Dia, Ingat, kedatangan Tuhan sudah semakin dekat! Dia datang untuk menjemput anak-anakNya yang hidup dalam ketaatan sampai akhir. Alkitab menyatakan bahwa mereka tetap hidup meski berada dalam perapian karena Tuhan menjadi pembelanya. Mereka mengalami pertolongan Tuhan yang dahsyat dan luar biasa ( Daniel 3:16-27).

      Hapus
    5. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : Levina Kaban
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Janjahaman Damanik
      Epistel : Wahyu 5:11-14
      Hari/ Tanggal : Jumat, 08 April 2016

      Yang saya analisa ialah kotbah
      Yohanes dapat melihat Tuhan Yesus. Sebelumnya, Tuhan tidak terlihat oleh Yohanes. Demikian juga dalam nas ini penglihatan Rasul Yohanes menjadi lebih luas, sehingga dia sadar bahwa sekian banyak malaikat juga ikut menyembah Tuhan Yesus. angka laksa, yaitu 10.000, adalah angka yang paling besar dalam bahasa Yunani. Secara harfiah, Yohanes berkata bahwa di situ ada beberapa laksa kali beberapa laksa ditambah beberapa ribu kali beberapa ribu malaikat, tetapi rupanya yang ingin dimaksudkan Yohanes adalah bahwa jumlah malaikat itu tak terhitung, seperti juga dalam Daniel 7:10 dan Ibrani 12:22, penglihatannya diperluas, sehingga dia dapat melihat sekian banyak malaikat di surga. Demikian juga dalam nas ini, Yohanes dapat mendengar semua yang diciptakan oleh Allah. Dengan menyebut di surga dan di bumi dan di bawah bumi dan di laut dan di dalamnya, Yohanes sungguh menegaskan bahwa pujian ini disampaikan oleh semua makhluk yang ada. Itulah yang perlu direnungkan, dan bukan rincian yang jauh dari maksud Yohanes, seperti misalnya: "Siapa memuji Dia di laut?" Ayat ini merupakan puncak dari pujian yang dapat disamakan dengan riak yang meluas sampai menjangkau seluruhnya. Oleh karena penebusan-Nya menjangkau seluruh ciptaan-Nya, maka pujian bagi Dia juga datang dari seluruh ciptaan-Nya.
      Allah Bapa (Dia yang duduk di atas takhta) dipuji. Tuhan Yesus (Anak Domba) dipuji. Dan dalam pasal, baik Dia yang duduk di atas takhta maupun Anak Domba dipuji, Para pembaca sudah mengerti bahwa mereka memiliki pahala yang indah yang dijanjikan jika mereka melakukan kehendak Allah sampai kesudahannya. Dalam pembaca mengetahui mengenai waktu tersebut, yaitu saat Penebus dan Raja kita meminta dari Allah Bapa supaya warisan-Nya disiapkan untuk diwariskan melalui pembersihan yang dahsyat, sehingga Dia dapat mendirikan kerajaan-Nya, dan mereka yang setia turut serta memerintah bersama Dia. Yohanes tidak takut sekalipun ia dibuang ke pulau Patmos, walau pulau Patmos adalah pulau yang gersang dan boleh dikatakan tidak ada kehidupan, namun dalam keadaan ia terbuang ke pulau tersebut ia tetap bersuka cita dan ia dapat penglihatan dan mampu menginjili karena ia percaya Allah selalu beserta dia baik keadaan susah atau senang, dan tempat terhina sekalipun Allah selalu beserta Yohanes. Ibadah ialah sikap hati, bukan dimana suasana indah dan nyaman, tetapi tergantung pada sikap hati, seperti Yohanes yang selalu memuji Tuhan.

      Hapus
    6. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : joni pranata Puba
      Pembaca Mazmur : anggianita Sembiring
      Mamur : Mazmur 39:1-14
      Hari/ Tanggal : Jumat, 11 April 2016

      yang saya analisa ialah saat teduh
      Saat teduh adalah saat di mana kita benar-benar menyediakan waktu secara khusus dan fokus untuk berkomunikasi dengan Allah, melalui perenungan firman Tuhan dan doa Saat teduh adalah saat di mana kita benar-benar datang kepada Tuhan dan berkata secara bertanggungjawab, “Inilah aku Tuhan. merenung dan Saat teduh adalah saat di mana kita benar-benar menyediakan waktu secara khusus dan fokus untuk berkomunikasi dengan Allah, melalui perenungan firman Tuhan dan doa Saat teduh adalah saat di mana kita benar-benar datang kepada Tuhan dan berkata secara bertanggungjawab, “Inilah aku Tuhan. memang waktu bersaat teduh yang paling baik memanglah di pagi hari. Namun, tidak mutlak dilakukan di pagi hari. Kita memang tidak dapat memaksakan orang-orang yang merasakan sakit kepala yang parah di pagi hari untuk bersaat teduh (Tetapi kita harus memaksa orang-orang yang alasannya adalah malas bangun pagi. Tetapi memang keunggulan dari waktu pagi hari adalah kita memiliki waktu sepanjang hari untuk melaksanakan firman Tuhan yang kita renungkan pada pagi tadi. Bila kita melaksanakannya pada pagi hari, kita akan memiliki kesadaran bahwa Allah menyertai kita sepanjang hari ini. Teguran atau dorongan semangat yang kita alami pada saat teduh pagi tadi akan menguasai kita sepanjang hari itu.
      Yang terpenting adalah kita selalu menyediakan waktu untuk menyendiri bersama Tuhan, bersaat teduh*, kapanpun kita memerlukannya. Bagaimana caranya? Bagi saya saat teduh bisa kita ciptakan kapanpun kita mau. Jadi dalam sehari, bukan cuma 1x saat teduh, tetapi lebih dari itu. Di luar saat teduh yang 1x itu, kapanpun ketika kita sedang sedih, sedang bingung, dan ingin menanyakan sesuatu kepada Tuhan, kita juga perlu untuk bersaat teduh*. Bila memungkinkan, kita dapat pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri (misal: bisa kamar, lapangan luas, atau atap rumah dan mencurahkan seluruh isi hati kita kepada Tuhan, baik perasaan bahagia maupun sedih – kapanpun itu. Ini juga bersaat teduh. Kita menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan – inilah arti dari bersaat teduh. namun pada saat ibadah kampus dilakukan saat teduh dilakukan setelah kebaktian sehingga suasana ibadah kurang hikmat.



      Hapus

    7. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      NIM : 12.01.972
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologi

      Liturgis : Fetra Wulandari
      Pengkotbah : Andre Yovandi Purba
      Bahan Kotbah : 1 Taw 16:31-36
      Tanggal ibadah : tanggal 15April 2016

      Nats kita ini merupakan suatu nyanyian ucapan syukur kepada Allah karena penyertaan Tuhan didalam perjalanan hidup mereka yang telah melindungi dan melepaskan mereka dari bangsa-bangsa yang lain karena bangsa Israel akan berhadapan dengan mereka dan dari segi kekuatan Israel tidak akan sanggup mengalahkan mereka. Tapi karena Allah yang selalu menyertai bangsa Israel itulah yang membuat bangsa Israel menjadi tenang dan tidak gentar menghadapinya. Oleh karena Daud dan bangsa Israel telah melihat penyertaan Tuhan dalam segala masalah yang dihadapinya, mereka melihat perbuatan-perbuatanNya yang ajaib (ay.9,12), maka Daud menyuruh Asyaf dan saudara-saudaranya menyanyikan syukur bagi Tuhan. Bernyanyi mengucap syukur bagi Tuhan merupakan suatu ungkapan isi hati yang paling dalam bagi Tuhan. Mereka mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan karena merasakan penyertaan Tuhan sejak mereka keluar dari Mesir dan menjadi suatu bangsa yang diberkati oleh Tuhan. Ungkapan iman mereka melalui nyanyian itu bukan hanya bangsa Israel yang bersukaria tapi ikut diajak semua bumi dan langit bersorak-sorai melihat kekuasaan Tuhan. Umat Israel tidak perlu lagi minta pertolongan kepada ilah-ilah lain karena ada Tuhan siap setiap saat menolong mereka. Dan itu sudah menjadi pengalaman iman mereka disepanjang kehidupannya. Terbukti dalam ayat 36 seluruh umat mengatakan : amin, pujilah Tuhan, terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.
      Raja Daud juga terkenal dengan Mazmurnya, dengan nyanyian puji-pujiannya, Daud bersukacita. Puji-pujian Daud atau ucapan syukur menjadi life Stylenya dan ia tidak dapat berbuat apa-apa tanpa bersyukur dan menyembah Allah dalam setiap hidupnya, Daud merasakan kemuliaan Allah. Namun yang sering ialah yang menghambat manusia untuk memuji Tuhan ialah karena sukacita atau keadaan hatinya yang bergembira sehingga lupa memuji Tuhan dan justru sebaliknya sering dan kebanyakan orang memuji Tuhan dalam keadaan dukacita dan karena kegalauan dan kehancuran hati, sehingga ia datang dan memuji Tuhan. Namun yang seharusnya ialah baik suka maupun duka tetap muliakan Tuhan dan Bersyukur dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang percaya layak mensyukuri imannya kepada Yesus Kristus, sebab Ia telah datang untuk hidup diantara kita. Ia datang menggembalakan kita umat percaya, sehingga kita beroleh sukacita dariNya. Ucapan syukur kepada Tuhan itu tidak terbatas oleh waktu dan keadaan. Syukur kepada Tuhan tidak hanya ketika ulang tahun, naik jabatan, lulus dari pendidikan, rumah baru, sembuh dari penyakit. Namun syukur dan pujian akan selalu mengalir ‘tak hentinya kepada Tuhan sebab Ia yang telah menebus kita dari dosa dan juga yang memberikan kasihNya tetap dan kekal selamanya.

      Hapus
  12. Laporan analisa ibadah kampus 11 Maret 2016 STT Abdi Sabda
    Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
    Nim :12.01.976
    Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
    Liturgis :Hernita Siregar (Ibadah liturgi GKPA)
    Epistel :Yohanes 12:1-8
    Dalam kitab Yohanes ini menceritakan tentang kasih setia tentang seorang pelayan Tuhan yang sejati dimana ia member yang terbaik pada sang tuannya (ayat 3), kasihnya ini dibuktikan dari kesediannya untuk menyangkal diri lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya dan biasanya perempuan Israel tidak diijinkan untuk menggeraikan rambutnya di depan umum, dan hanya wanita tuna susilan yang melakukan seperti itu. Maria tahu resikonya jika ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya yaitu orang-orang akan menilainya sebagai seorang wanita yang kurang baik namun Maria melakukan ini karena ia merasa penting bahwa bagaimana sang tuan menilai hidupnya, hal inilah menunjukkan bahwa Maria menyangkal dirinya akan keinginan-keinginan dan kepentingn lainnya di hadapan orang lain yaitu menunduk dan menyerahkan seluruh hidupnya di bawah kaki Yesus. Sehingga dari hal tersebut Yesus berkata “Biarkan dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku, dari hal tersebut jelas sekali bahwa murid Yesus sendiri ternyata juga belum memahami bahwa hidup Yesus akan berakhir tetapi Maria bukan hanya mendengarkan perkataan Yesus tetapi dia juga menaruh simpatinya atas apa yang akan terjadi pada Yesus, Maria jelas bahwa ia mengungkapkan kasih dan kesetiannya kepada Yesus dan lebih ingin mengenal Yesus lebih dekat lagi. Melalui kitab Yohanes 12 ini dapat ditarik bahwa tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut, semua orang bisa saja mengakui atau mengklaim dirinya adalah seorang yang melayani Tuhan dengan baik, namun perempuan yang bernama Maria ini sudah benar-benar terbukti yang terlihat dari penyangkalan dirinya dengan bersedia memberi yang terbaik bagi Tuhan. Salah satu peristiwa yang disadari Maria dari hal tersebut dan dengan rela hati melakukannya yaitu semua hanya karena anugerah Tuhan dan demia Yesus yang sangat luar biasa yang telah dialami Maria dengan Yesus, melalui pengalaman Maria ini semua orang diajak untuk belajar sikap yang merendahkan diri dihadapan Tuhan, membuang semua rasa angkuh dan sombong juga yang sering mengandalkan harta kekayaan yang terdapat dalam diri kita, maka Maria inilah yang bisa salah satunya teladan yang bisa atau patut dicontoh setiap orang ia merendahkan dirinya dengan menyangkal dirinya, dan diketahui juga bahwa minyak yang dipakai untuk membasuh kaki Yesus sangatlah mahal pada masa itu tapi hal tersebut tidak dipersoalkan. Jadi melalui epistel disampaikan bahwa setiap orang mampu memberikan yang terbaik bagi Tuhan da;am hidupnya sekalipun itu dengan merendahkan diri dihadapan Tuhan dan itu memang yang selayaknya dilakukan manusia selakuk manusia yang sudah ditebus dan diselamatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 13. Laporan analisa ibadah kampus 14 Maret 2016 STT Abdi Sabda
      Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Liturgis :Edi Tarigan
      Bacaan Pagi :Mazmur 123:1-4
      Dalam hal ini kita dapat melihat sepanjang perjalanan umat Tuhan dari Mesir menuju ke tanah perjanjian bangsa Israel senantiasa mengalami hal–hal kebaikan dan muzizat dari Tuham yang dinyatakan dalam mereka, akan tetapi mereka tetap saja dihantui rasa ketakutan dikarenakan karena mereka terus tertuju kepada kesukaran di padang gurun dan pasukan Firaun yang mengejar mereka. Sehingga Musa berulang kali mengingatkan bangsanya supaya mereka tidak takut dan tetap melihat keselamatan yang datangnya daripada Tuhan (Keluaran 14:13-14). Dan jika dibandingkan dalam Mazmur 123 ini merupakan konteks berharap kepada Tuhan, dimana umat Tuhan dengan kerendahan hati mereka berharap kepada Tuhan. Pertanyaan yang penting disini perlu merupakan mengapa kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan? Yang menjadi jawaban dari ini merupakan agar kita mengalami ketakutan dalam menjalankan hidup, tapi penting juga bahwa jika pandangan kita terus dan hanya terus tertuju pada situasi dan kondisi yang ada maka hal ini akan memudahkan kejatuhan manusia pada ketakutan sama halnya dengan bangsa Israel. Dan sekarang yang mau diperlihatkan saat ini adalah dalam menghadapi berbagai pergumulan penting mengarahkan hidup dan pandangan kepada Tuhan, jadi penting untuk membenahi diri dan mengarahkan diri pada Yesus yang memimpin iman (Ibrani 12:2). Disini banyak hal yang dialami orang percaya dan mulai hanya memandang kepada Tuhan, dimana walaupun berbagai penghinaan didapat kesetiaan mereka tetap pada Tuhan dan tidak ada lagi rasa takut ketika mereka hanya tertuju pada Tuhan. Hanya dengan memohon dan meminta pengasihan, pengharapan dan memandang hanya kepada Tuhan yang dilakukan bangsa dan dari hal ini dapat kita ambil hikmahnya yaitu kerendahan hati dan pengharapan yang sebenarnya ialah tertuju kepada Tuhan.

      Hapus
    2. Laporan analisa ibadah kampus 18 Maret 2016 STT Abdi Sabda
      Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah :Ibu asrama
      Bahan Kotbah :Lukas 19:28-40
      Dalam perjalanan Yesus ke Yerusalem, ketika Ia telah kedekat Betfage dan Betania, dimana Yesus menyuuruh muridNya agar pergi ke sebuah kampung dan ketika tiba disana mereka akan muda yang tertambat mendapati seekor keledai dan melepasnkannya, jika ada orang yang bertanya katakan “Tuhan memerlukannya”. Murid-murid tersebut melakukan sesuai yang diperintahkan Yesus, mereka membawa keledai itu kepada Yesus lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus untuk naik keatas, dan sementara Yesus mengendarai keledaiNya murid Yesus menghamparkan pakaiannya di jalan. Saat itu mulailah murid Yesus bergembira, bersukacita, dan mereka sambil berkata “diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di surga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi” dan ketika Yesus datang tersebut semua beranggapan Yesus yaitu mesias datang untuk melakukan muzizat (dalam pikirannya sejahtera dan makmur). Hal ini dapat kita tarik maknanya bahwa Yesus datang bukan untuk supaya kita makmur, dan kenyataan yang terlihat ialah Yesus datang dengan kesederhanaanNya. Tuhan Yesus datang dengan kehadiran-Nya yaitu misi-Nya, dan dilihat lebih jelasnya banyak yang memang berkata Hosana pada saat itu justru menghujat Yesus, justru mulut yang sama dengan mengatakan Hosana juga menghujat Yesus. Jadi yang dapat diteladani dari kisah ini bahwa Yesus masuk ke kota yerusalem member gambaran bahwa Yesus bukan seorang takut mati, Ia berani mati, padahal ada kemungkinan besar Yesus bisa menyelamatkan diri tetapi demi ketaatan-Nya Allah, dengan sadar dan memikul salib, hal ini menunjukkan cinta Tuhan Yesus kepada manusia, dan memberkati orang-orang yang tetap memuji Dia.

      Hapus
    3. Laporan analisa ibadah kampus 01 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Liturgis : Brama Pasaribu
      Mazmur :Mazmur 27:1-14
      Epistel ini menceritakan tentang bagaimana pemazmur mengenali dan mengakui Allah yaitu sebagai terang, keselamatan benteng hidupnya, pengenalan dan keyakinannya tersebut membawa dia pada keyakinan yang teguh walaupun ancaman atau bahaya yang sedang menghadangnya (ayat 1-3), adapun ancaman tersebut seperti penjahat; peperangan tidak mengurangi keyakinan pemazmur kepada Tuhan. Tempat perlindungan aman pada saat tersebut bagi pemazmur adalah di dalam Tuhan, kata yang dipakai disini ialah rumah Tuhan dan bait-Nya, yang dimaksud disini bukanlah wujuf fisik dari kehadiran Tuhan tapi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan dalam peribadahannya Allah menyatakan kehadirannya, berkat-Nya kepada umat manusia. Bertolak juga pada keyakinan pemazmur tersebut ia berani meminta pertolongan kepada Tuhan atas kejadian-kejadian yang dialaminya dalam kehidupannya, ia meminta melalui berbagai motivasi yang membuat pemazmur memohon dengan mencari wajah Tuhan artinya mencari perkenannya, kalau Tuhan berkenan sehingga dari permohonan tersebut bahwa memang benar-benar Tuhan tidak pernah gagal dalam rencana-Nya atas kehidupan manusia dan juga memperlihatkan kebaikan Tuhan yang luar biasa dan keselamatan yang datang dari Allah itu adalah ajakan kepada semua orang untuk menantikan Tuhan dalam hidup-Nya serta ada kesabaran. Jika dibandingkan dalam kehidupan sekarang ketika dalam menghadapi berbagai pergumulan hanya kepada Tuhan ada keselamatan, apalagi melalui mazmur ini tadi kita sudah ketahui bagaimana sifat-sifat Allah, dan ketika manusia percaya dan meyakini bahwa Allah adalah senantiasa tempat perlindungan maka kita tetap selalu datang dan berdiam di dalam Tuhan dan akan merasakan bahwa memang dekat bersama Tuhan mendapat rasa aman dan ketentraman yang sangat luar biasa. Tidak ada manusia yang super siapapun dia pasti mengalami juga yang namanya ketakutan, hal ini terjadi misalnya ketika menghadapi bahaya, dan diketahui juga bahwa memang manusia tidak sanggup menyelamatkan diri, bahkan zaman sekarang sering terdengar atau juga sering dibaca di surat kabar, radio, tv, dan lainnya sekalipun banyak orang kaya, yang punya kekuasaan, pintar, tetapi setiap datang berbagai bahaya tidak dapat menghadapinya karena itu hanya Tuhan yang benar-benar yang mampu oleh karena itu setiap manusia tetaplah menunggu kedatangan Tuhan dalam hidupnya. Kita juga melihat dunia ini penuh dengan berbagai gejolak, berbagai-bagai datang dalam kehidupan tidak hanya terjadi di negeri kita bahkan juga terjadi di negeri-negeri lain seperti adanya goncangan seperti kerusuhan antarwarga, bencana alam (gunung meletus, banjir, gempa) tetapi bagi orang-orang seperti dalam Mazmur ini ketika ia dekat dengan Tuhan ia tidak akan khawatir dan cemas akan hidupnya karena Allah adalah tempat perlindungan,kekuatan, pertolongan yang pasti bagi umat manusia. Hanya satu yang paling penting bahwa penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Besar semua ketakutan dalam hidup dapat dihadapi bersama dengan Tuhan sebagai pelindung bagi semua orang.

      Hapus
    4. Laporan analisa ibadah kampus 04 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung M. Th
      Bahan Khotbah:Mazmur 30:2-13
      Adapun thema dari bahan kitab ini ialah Pujian dan Syukur Kepada Allah dan Dampaknya Bagi Kita. Mazmur ini adalah nyanyian syukur seorang yang disembuhkan dari suatu penyakit yang telah membawanya ke ambang pintu maut, yang kegembiraannya meluap itu dapat dimengerti, karena dia seperti memperoleh kembali hidupnya yang begitu berharga yang rasanya seperti sudah hilang. Setelah kesembuhannya pemazmur melihat Allah dan karya-Nya dalam wakt secara lain, yaitu Tuhan adalah Allah yang sesaat saja apabila marah tetapi yang seumur hidup menunjukkan kasih setianya namun kalau dilihat sekarang ini kebanyakan orang-orang sekarang belum atau tidak pernah mengalami hal yang serupa dimana kesembuhan dilihat sebagai hasil pengobatan yang baik daripada berasal dari Tuhan meskipun latar belakangnya berbeda perlu juga adanya penyadaran kembali ke kata-kata Yesus bin Sirakh bahwa dokter dan obat juga diciptakan Tuhan atau apabila ini sukar diterima zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Rm 8:18) dan Sesudah kesembuhannya pemazmur mengundang saudara-saudaranya seiman untuk bersyukur kepada Tuhan bersama dengannya dalam nyanyian pujian dan syukur yang menceritakan kebaikan Tuhan.
      Dimana disini juga yang penting yaitu menceritakan kerendahan hati yang dikatakan bahwa hanya orang yang rendah hati mengakui adanya kelebihan orang lain dan sebaliknya dengan orang yang sombong cenderung hanya mengakui kelemahan walaupun dia tahu ada kelebihan orang tersebut. Begitu juga dengan kehidupan setiap harinya sudah banyak diketahui bahwa pertolongan Tuhan atas kehidupan manusia begitu luar biasa tapi itu seringkali tidak disadari manusia dimana manusia hanya menganggap itu hanya rutinitas yang dilakukan Allah saja dan bukan dianggap kemurahan hati Tuhan atas mereka, tetapi jika ada kerendahan hati manusia akan mampu mengucap syukur kapan dan dimanapun. Mazmur 30 ini menceritakan ucapan syukur yang bersifat pribadi dari Daud, dalam tema ada dikatakan tadi yaitu pujian dan ini merupakan kata kerja terutama kepada Allah dan adanya ajakan kepada manusia agar memuji Tuhan, melakukan doa pujian. Satu pertanyaan yang penting harus dijawab yaitu mengapa kita memuji Allah? Hal yang bisa dijawab dari pertanyaan bahwa memang bukan karena oleh pertolongan Tuhan, perbuatan Allah atas kehidupan kita, tetapi memuji, bersyukur adalah kewajiban kita sebagai manusia, dan bagaimana juga dengan orang yang bergumul? Jadi orang yang sedang mengalami kesusahan, berbagai pergumulan permasalahan yang didapatkan, dan justru waktu bergumul juga harus memuji Tuhan, menyanyi bagi Tuhan kita sehingga melalui hal tersebut kita merasa semakin dekat dengan Tuhan kapan dan dimanapun. Akhirnya suatu hal yang mengesankan dari Mazmur ini ialah pengakuan Mazmur akan kesombongannya di waktu sehat dan kesadaran akan ketidak ada apa-apanya dalam waktu penderitaan, dan pengalaman ini patut kita teladani untuk belajar merendahkan diri dihadapan Tuhan dengan pujian dan syukur kepada Tuhan.

      Hapus
    5. Laporan analisa ibadah kampus 08 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengkotbah :Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Bahan Kotbah dari wahyu 5:11-14, ini ditulis oleh Yohanes pada saat ia berada di pulau Patmos (pulau pembuangan) yang tidak ada satupun ada yang indah dipandang mata, dimana walaupun ia ditempat pengasingan dia tidak pernah merasa sendirian karena ia yakin Tuhan ada disana. Kenyamanan menurut Yohanes ada pada hati yang bersyukur. Dimana disini juga menceritakan mengenai pujian bagi Anak domba yang disembelih yang layak disembah, Ia bukan dilayakkan tetapi memang Ia adalah seorang yang layak dipuji, disembah, dimuliakan, dipuji dengan memuliakannya dengan suara yang nyaring, dan nyanyian luar biasa. Jadi bacaan ini menceritakan tentang sebuah gulungan kitab yang menyingkapkan masa depan bumi dan kerajaan Allah dimana dikatakan juga bahwa tidak seorangpun yang layak membukanya dan ini membuat Yohanes sebagai penerima wahyu menjadi sedih (ayat 4), karena tidak ada satupun yang bisa mengungkapkan rahasia masa depan bumi dan kerajaan Allah, itu artinya baik Yohanes maupun kita, dan semua makhluk hidup tidak ada yang mengetahuinya walaupun punya pengetahuan yang tinggi. Tetapi ada satu yang bisa membuka kitab gulungan itu yaitu Ia yang layak dipuji yaitu Yesus sendiri karena hanya Dia yang bisa membuktikan kemenangan-Nya dengan darah-Nya di kayu salib dan tidak ada kuasa yang lebih hebat dari-Nya. Jika dilihat dalam ayat 6 dikatakan seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, hal ini menunjukkan Yesus Kristus memegang kendali atas sejarah dunia dan umat manusia, bukan iblis dan kejahatan manusia. Maka tidak heran makhluk-makhluk dan tua-tua itu Ayat 11-14 menyanyikan pujian bagi Kristus, jika kebenaran itu dipegang semua umat manusia maka melalui pujian dan penyembahan juga beriman kepada Kristus kita diingatkan untuk memusatkan diri pada pujian dan penyembahan juga beriman kepada Kristus, karena Ia yang layak disembah dan dipuji karena sebagai seorang yang rela berkorban untuk menyelamatkan umat-Nya sehingga ia dijadikan korban sembelihan yang seharusnya itu bukan Ia yang mengembannya, bukan karena Ia tidak bisa menyelamatkan diri, tetapi memang karena Ia sangat mengasahi manusia sehingga untuk menyelamatkan manusia Ia berkorban.

      Hapus
    6. Laporan analisa ibadah kampus 11 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Liturgis :Jhoni Purba
      Ayat bacaan dari Mazmur Mazmur 39:1-14, Daud adalah seorang raja yang hidupnya penuh dengan kenyamanan baik dari segi harta kekayaan yang berlimpah-limpah, dia memiliki tentara yang kapanpun siap menjaga negerinya dan ia juga terkhususnya, namun Daud tidak pernah tinggi hati dalam hal ini tetapi selalu belajar untuk rendah hati. Daud menyadari bahwa hidupnya hanya sebentar, hanya sementara waktu dan kapanpun saja ia bisa meninggal itu dapat dilihat dalam ayat 6 yang dikatakan yaitu: “Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan” dan Daud juga berkata “masa hidup kami 70 tahun dan jika kami kuat, 80 tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap (Mazmur 90:10)”, sehingga dari sini Daud berkata “Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa, Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan”. Dari sini dapat dilihat bahwa umur setiap manusia sangat terbatas, maka apa sebenarnya yang seharusnya dilakukan dengan hidup yang hanya sebentar di dunia ini? Jawabannya adalah yang sangat penting bahwa waktu memang anugerah Tuhan, sehingga ini janganlah disia-siakan oleh setiap orang. Selaku manusia yang sudah nafas kehidupan itu artinya masih ada kesempatan untuk melakukan hal-hal yang baik selama masih hidup. Sebagai seorang yang percaya memang dalam Kristen kematian itu bukanlah dianggap hal yang sangat menakutkan, bahwa kita berpikir akan ditinggalkan dan berlarut-larut dalam duka, dan rasul Paulus juga mengatakan bahwa semua yang masih hidup tidak mengetahui orang yang sudah meninggal, dan juga mengatakan bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka sebagai orang percaya bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia (1 Tes 4:13-14). Maka dengan demikian sebagai orang yang percaya tabah dalam menghadapi kematian karena setiap orang mengalami kematian.

      Hapus
    7. Laporan analisa ibadah kampus 15 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengkotbah :Andre Purba
      Bahan kotbah dari Kejadian 1 Tawarikh 16:31-36, nats ini berisi nyanyian syukur Daud bagi Tuhan yang telah mengijinkan Daud membawa kembali Tabut Allah ke Yerusalem (tabut perjanjian Allah dengan Daud, keluaran 25), untuk sebuah acara yang istimewa. . Disini ada ajakan dari seorang raja yaitu Daud dimana dalam memimpin bangsanya ia menulis lagu agar melalui lagu itu ia dan bangsanya bisa bersama-sama memuji Allah, oleh sebab itu ia berkata “bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, biarlah bersuka hati orang yang mencari Tuhan (1 Tawarikh 16:8)”, dan hingga kini lagu itu bertahan menjadi bagian dalam buku kidung pujian di Israel yang tidak hentinya dinyanyikan (Mazmur 105:1-15). Jadi ajakan untuk mengucap syukur bukan hanya sekedar sebagai peringatan tetapi itu dilakukan dalam kehidupan orang Kristen, karena banyak hal yang disyukuri dalam kehidupan kita setiap hari dimana Allah masih tetap member nafas kehidupan bagi kita, memberi kita hujan, panas, kesehatan, makanan, damai sejahtera, bahkan juga seperti petani bisa menabur dan menuai.Karena semua hal tersebut adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita sehingga kita patut memuji dan menyembah Dia dan kita tidak mampu membayar itu semua, oleh karena itu sepatutnya kita sebagai orang yang diberi anugerah oleh Allah belajar untuk merendahkan hati dan mempunyai hati yang selalu mengucap syukur kepada Tuhan. Kita melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, sehingga melalui perbuatan tingkah laku dalam kehidupan setiap hari kemuliaan Allah terpancar melalui kita. Jadi selayaknya Allah yang kudus itu dipuji dan disembah seperti ayat 31 Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah orang berkata di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja!", jadi kita manusia ciptaan Allah yang seharusnya dijaga untuk tidak melakukan hal yang tidak baik, tetapi seharusnya melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, dengan memuji,dan menyembah Dia senantiasa.

      Hapus
    8. Laporan analisa ibadah kampus 18 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengkotbah :Swasti Br. Sembiring
      Bahan Kotbah :1 Kor 12:14-26
      Dalam nats ini menceritakan bahwa kita adalah tubuh Kristus yang mempunyai fungsi masing-masing. Sama seperti bagian dari tubuh manusia mengenai fungsi tangan, kaki, mata, mulut dan lain sebagainya dimana masing-masing memiliki ciri khas, keunikan dan fungsi masing-masing. Tidak ada satupun anggota tubuh atau bagian dari tubuh manusia dapat berdiri sendiri karena semuanya saling membutuhkan dan saling melengkapai. Jadi sesuai nats sebelumnya mengatakan bahwa tidak dapat kaki berkata "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", mata berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." Artinya bahwa disini semua bagian-bagian tersebut saling membutuhkan, tidak dapat salah satu berkata kepada yang lain itu tidak ada fungsinya, tidak ada gunanya bahkan yang tertulis dalam ayat 22 dikatakan bahwa yang paling kecil, yang paling lemah dan tidak disangka itu tidak memiliki fungsi justru mempunyai fungsi yang sangat besar dan sangat dibutuhkan. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari manusia bahwa sikap seorang akan yang lainnya hendaklah menunjukkan bahwa ia satu di dalam Kristus, ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa seorang mengejek yang lainnya contohnya mengenai kulit. Tetapi yang penting juga dipegang bahwa tidak akan ada dianggap orang cantik dengan kulit putihnya kalau tidak ada yang berkulit hitam, selain itu juga dapat kita lihat dalam karakter setiap pribadi seseorang yang tentunya sangat berbeda dimana mungkin yang satu menganggap yang lain itu tidak baik, mengatakan bahwa yang dilakukan orang lain itu sangat buruk, tidak bisa melakukan apa-apa, membatasi kemampuan seseorang namun sebenarnya ia mempunyai karakter dan kemampuan tertentu yang mungkin lebih baik. Tetapi yang perlu kita ingat bahwa sebenarnya dengan keperbedaan karakter setiap orang, keberagaman itu menunjukkan kesatuan di dalam Kristus.
      Jadi kita adalah anggota tubuh Kristus yang memiliki peran dan fungsi khusus masing-masing dimana melalui perbedaan ini bukan untuk menonjolkan kelebihan kita masing-masing dan menganggap yang lain rendah, namun melalui perbedaan dan keberagaman kita itu saling melengkapi karena tidak dapat seseorang itu mengerjakan sesuatu itu sendiri akan tetapi membutuhkan yang lain untuk saling melengkapi dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya oleh karena itu perlu sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling bekerja sama sebagai satu tubuh di dalam kristus.

      Hapus
    9. Laporan analisa ibadah kampus 22 April 2016 STT Abdi Sabda
      Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengkotbah :Andi Barus
      Bahan kotbah :Kisah Para-Rasul 11:1-18
      Dalam nats ini menjelaskan mengenai penglihatan Petrus yang dapat dilihat dalam kitab Kisah Para Rasul 10:10-20, dimana ketika ia dipertanyakan oleh orang-orang Kristen Yahudi mengapa ia datang kerumah orang yang bukan Yahudi, ia masuk dan makan bersama mereka. Ternyata pada masa itu sebenarnya tidak diperbolehkan bagi orang-orang Yahudi sehingga melalui pertanyaan ini Petrus menjawab melalui penglihatan di Yope dimana ketika rohnya diliputi kuasa ilahi. Dalam tafsiran mengenai penglihatannya dikatakan bahwa ia harus pergi ke suatu tempat yaitu ketempat orang kafir untuk menyampaikan kabar sukacita yaitu kabar keselamatan kepada orang kafir tersebut. Jadi melalui penglihatan ini Petrus menceritakan kepada orang-orang Yahudi bahwa memang kabar keselamatan itu harus disampaikan kepada semua orang bukan kepada orang yahudi saja, dimana Allah juga membuka pintu bagi orang-orang yang belum mengenal-Nya, berita keselamatan ini tidak dibatasi hanya sebatas bangsa Yahudi saja sehingga melalui pemberitaan yang disampaikan Petrus ini semua orang bisa diselamatkan dan dari jawaban Petrus ini orang Yahudi dapat mengerti dan semakin mempermuliakan Allah yang kuasa-Nya tidak terbatas. Melalui penjelasan ini dapat kita pahami bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh kasih dan adil bagi semua umat-Nya. Ia tidak membatasi keselamatan itu bukan hanya kepada umat-Nya saja, atau orang-orang tertentu saja akan tetapi keselamatan itu bagi semua orang yang mau mendengarkan, mengakukan Dia, dan percaya kepada Dia tanpa melihat bagaimana latar belakang orang tertentu. Sama halnya seperti orang kafir tersebut Allah tidak memandang dia hanya karena bukan orang Yahudi, namun karena kasih anugerah Allah, dan Allah adalah adil sehingga keselamatan bagi semua orang percaya yang berkenan kepada-Nya. Semua rencana Tuhan ini dapat dilihat juga melalui pekerjaan Roh Kudus yang senantiasa hadir menuntun manusia seperti pada teks ini dimana Petrus juga mendapat penglihatan melalui Roh Kudus, Petrus dipakai oleh Tuhan menjadi alat-Nya untuk memberitakan keselamatan-Nya bagi semua orang. Sehingga ini dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan masa sekarang bahwa kita semua umat manusia dipakai Tuhan untuk menjadi alat-Nya untuk memberitakan keselamatan, kemulian-Nya untuk itu kita senantiasa berdoa memohon agar Roh Kudus senantiasa hadir dalam menuntun, memampukan kita dalam mengemban tugas yang diberikan-Nya.

      Hapus
  13. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 8 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Wahyu 5:11-14
    (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik)

    Banyak orang ragu untuk percaya kepada Yesus. Bahkan di antara orang yang menamakan diri Kristun pun, bermunculan sikap mempertanyakan ketuhanan Yesus Kristus. Jika fakta masakini demikian, mengapa kita mempertaruhkan segenap hidup kita dan komit untuk taat kepada-Nya?

    Bagian ini memberi kita jawab telak dengan mengajukan beberapa alasan kuat. Pertama, penulis Wahyu beroleh suatu penglihatan eskatologis. Sebuah gulungan kitab yang bertuliskan dua sisinya ternyata hanya dapat dibuka oleh Yesus. Bahwa dua sisi gulungan itu berisi tulisan adalah hal yang tidak lazim sebab gulungan biasanya hanya ditulisi satu sisinya saja. Ini mungkin menunjuk pada sejarah karya Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, atau dua sisi karya Allah mewujudkan Kerajaan-Nya yaitu Perjanjian Anugerah dan Penghakiman. Apa persisnya kita tidak tahu. Yang jelas hanya Yesus yang layak, sebab Dia adalah Singa Yehuda (menunjukkan kemenangan-Nya), yaitu Anak Domba yang bertakhta di surga. Kematian dan kebangkitan-Nyalah penggenap rencana-rencana Allah dalam gulungan itu.

    Kedua, tidak saja kelayakan Yesus dipaparkan di sini, tetapi juga kewajiban umat untuk menyembah Yesus. Doa-doa atau semua ungkapan permohonan iman kita hanya Dia yang dapat menampung dan mengabulkannya. Juga semua umat layak memuji menyembah Dia, sebab kita telah dibeli-Nya dengan harga darah-Nya sendiri. Nasib kita telah diubah-Nya. Jauhnya langit dari bumi pun belum dapat melukiskan kontras keadaan kita tanpa Dia dan di luar anugerah-Nya dengan keadaan dan status kita ketika dijadikan pewaris Kerajaan-Nya dan imam-imam bagi Allah. Untuk memuji sang Domba-Singa yang perkasa ini, seluruh malaikat surga, umat tebusan, dan semua penghuni surga dan bumi menaikkan puji sembah mereka. Teruskan semangat reformasi: tempatkan Yesus dan karya-Nya di pusat iman dan ibadah kita.

    BalasHapus
  14. Nama : Maria Rosalina Saragih
    NIM :12.01.940
    Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
    Mata Kuliah : Liturgika
    Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
    Analisa Ibadah
    Tanggal : 14 Maret 2016
    Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
    Nats : Yes. 50:4-9
    Lagu “Yesus sayang padaku”, merupkan pujian hangat kepada Tuhan yang menyentuh jiwa. Lagu ini menyatakan bahwa betapa besar kasih Tuhan kepada semua ciptaan-Nya, dengan berbagai profesi, karakter, kehidupan, pergumulan yang berbeda. Manusia harus menyadari bahwa dalam kejenuhan, kelelahan, kebingungan, kehampaan, dan lain sebagainya Yesus sangat memperhatikan anak-Nya. Firman Tuhan itu tidak jauh dari manusia, karena Alkitab dimiliki oleh sebagian besar orang Kristen. Tidak perlu khawatir, karena Yesus mengajari manusia melalui apa saja yang dilewatinya.
    Lagu pujian “Jika Jiwaku Berdoa”, menyatakan kerendahan diri sebagai manusia yang diciptakan Tuhan tidak ada apa-apanya jika tidak ikut campur tangan Tuhan dalam hidupnya. belajar menerima apa saja yang direncanakan Tuhan dalam hidup, tidak mengatur sendiri jalan hidupnya karena Tuhanlah yang berkuasa atas hidup setiap orang. percaya saja bahwa Yesus telah mempersiapkan sebuah mahkota yang indah jika manusia itu mau tekun menjaga persekutuannya di dalam Tuhan.
    Dalam Khotbah, disampaikan bahwa Tuhan senantiasa meneguhkankan mahasiswa dalam mengawali minggu. Dia akan memberi semangat baru bagi yang letih lesu, namun Allah juga menginginkan manusia itu datang dan memohon kepada-Nya dengan kerendahan hati. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin mahasiswa sering mengumbar janji, oleh karena itu jagalah mulut. Mulut bisa menjadi sesuatu yang berbahaya bagi setiap orang. Dengan mulut sesorang bisa menjadi benci kepadanya. Karena mulut hati seseorang bisa terluka dan membencinya. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya ialah jangan mau diperhamba oleh uang. Mempertajam pendengaran itu penting, melihat sekeliling, jeli terhadap apa yang sedang dibutuhkan, berarti tidak hanya menerima kasih namun juga dengan jeli memberi kasih kepada setiap orang. kesetiaan juga sangat perlu dalam pencapaian proses, mungkin sulit ketika ada saja yang membaut manusia itu jatuh dan sulit bangkit, ada keengganan untuk melawan hal-hal duniawi, namun yang perlu diyakini adalah hidup hamba yang setia tidak akan dipermalukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      PERTEMUAN DPA
      Tanggal : 14-Maret-2016
      DPA : Pdt. Jon Renis Saragih, M.Th
      Nats : Lukas 15:11-23
      Tema : Kasih Allah Yang Tidak Terbatas
      Mahasiswa bisa mengingat kembali bagaimana kadaaannya saat pertama kali masuk ke STT Abdi Sabda. Beberapa mahasiswa memiliki alasan yaitu “ingin melayani”. Setelah beberapa tahun berlalu, proses demi proses pembelajaran, banyak hal yang telah didapat dan terlewati. Mungkin juga banyak telah berubah dalam pribadi setiap mahasiswa, keadaan yang jatuh membuat mahasiswa tersebut berada jauh dari tahap yang pernah diimpikan. Namun, kembalilah ke tahap awal keberimanan, yaitu: “ingin melayani”, sebuah pikiran yang polos dan penuh makna ketika dalam benak mahasiswa yang baru masuk kuliah di STT mendalami arti kata malayani.
      Dalam prosesnya kadanga sulit, tetapi apapun yang telah hilang dalam proses pencarian menjadi relasi hubungan dengan Bapa. Semua yang boleh terjadi walau begitu sulit dan sesak, jadikanlah itu bekal untuk meninggalkan dunia akademik. Mungkin mahasiswa sering tenggelam dan sulit bangkit melawan hal-hal yang membuat jenuh, tetapi kembalilah kepada titik kepolosan seperti dulu.
      Ketika manusia jatuh tidak ada kata terlambat baginya jika ia kembali kepada Bapa. Kasih yang begitu besar itu mampu mengangkat manusia yang dosanya sangat besar. Seorang Bapa tidak akan mungkin membiarkan anaknya sakit karena terus bekerja. Oleh karena itu, bukan pekerjaan yang perlu namun hubungan yang baik kepada Bapa itu yang terpenting bagi seorang Bapa terhadap anaknya. Nilai atau peringkat yang tertinggi didapat tidak membuat Bapa sangat senang, namun kesehatan rohani atau kerendahan hati itu yang menyenangkan hati Bapa.
      Hubungan Bapa dengan anak itu jauh lebih indah dibanding hubungan tuan dan hamba. Mahasiswa mungkin telah melakukan hal-hal yang menjalankan tugas sebagai hamba, namun ternyata itu tidak cukup bagi Allah. Yang dibutuhkan Allah adalah bagaimana hubungan anak dengan Bapanya. Bapa akan senang jika relasi apapun tidak menghancurkan hubungan-Nya dengan anak-Nya. Bisa dilihat ternyata mahasiswa banyak yang sibuk sendiri dengan berbagai urusan pelayanannya, sehingga lupa akan sudah bagaimana hubungannya dengan Allah. Memang yang dilakukannya baik, baik di mata manusia belum tentu baik di mata Bapa. Tujuan mahasiswa mungkin baik demi pelayanan, namun mahasiswa tidak begitu menjaga hubungannya dengan Bapanya.
      Terlihat sebagian besar mahasiswa merasa kelelahan dan jenuh dengan banyaknya tugas dan seminar-seminarnya, namun sebenarnya masih ada peluang untuk kembali, yang terpenting jangan hilang iman yang dulunya teguh. Beberapa hal lagi yang penting adalah belajar memenejemen waktu, karena level tingkat 4 (empat) sekarang adalah level seminar, tetap semangat, jangan seminar itu menjadi lawan. Bagi mahasiswa yang bergumul mengenai CP II, ingat bahwa ini adalah porsi belajar. Tampillah di daerah di mana kita ditempatkan sebagai orang yang berada di daerah itu, beradaptasi itu sangat penting bagi siapapun. Banyak mahasiswa yang merasa takut dalam menghadapi CP II, demi mengurangi rasa takut perlu mempersiapkan diri dari sekarang, karena siap tanda aman. Anda Pasti Bisa.

      Hapus
    2. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Tanggal : 18 Maret 2016
      Pengkhotbah : Pdt. T. Sinaga, S.Th (Ibu Asrama)
      Nats : Luk.19:28-40
      Epistel : Yes. 50:4-9a
      Ada dua hal yang membuat manusia bersukacita, yaitu yang pertama karena hal-hal yang duniawi, yang kedua karena kedatangan Mesias (Sang Juruselamat). Maka dari kedua hal itu, yang manakah sukacita kita selama ini. Bersukacita karena hal yang duniawi itu memang manusiawi, tetapi sebagai manusia ciptaan Allah yang berasal dari surga, atau pewaris kerajaan surga manusia dituntut untuk bersukacita hanya karena hal-hal duniawi saja. Baiklah manusia itu bersukacita karena dia menyadari bahwa dia adalah anak Tuhan. sekarang yang menjadi pertanyaan sekaligus persoalan adalah apakah kita yang mengaku anak Allah sudah mengenal Allah dengan sungguh-sungguh? Semua manusia menanti-nantikan Sang Juruselamat, namun ketika Yesus datang semua orang menjadi menghujat Allah. Dalam kehidupan berasrama mahasiswa mungkin sering mengalami rasa kekecewaan, namun yang tidak boleh terlewati adalah mampukah kita bersukacita di tengah-tengah kekecewaan yang mungkin telah melukai hati kita. hidup sukacita juga harus ditunjukkan dalam kehidupan berasrama, mematuhi peraturan asrama, beribadah, tepat waktu, serta berdisiplin dalam segala hal walau tidak ada yang memperhatikan. Dari semuanya itu tetaplah setia kepada Tuhan untuk memujinya sampai di ujung usia kita. setia dalam proses pertumbuhan yang membentuk kita menjadi anak yang selalu bersukacita dalam hal apapun. Dari khotbah ini dapat ambil kesimpulan bahwa jangan membiarkan kekecewaan mengurangi sukacita kita untuk memuji Tuhan.
      Dalam kaitannya dengan khotbah, lagu KJ. 344 “Ingat Akan Nama Yesus”, meneguhkan untuk selalu mengingat janji-janji Yesus kepada orang yang selalu berserah kepada-Nya walau dalam keadaan apapun. Dalam keadaan ini penyerahan kepada Yesus akan membawa menghiburan yang akan membawa sukacita dalam hati manusia yang datang kepadanya. Lagu KJ yang berjudul “Ikut Dikau saja Tuhan”, memang dalam prosesnya sangat sulit namun yang mau Yesus janjikan akan ada damai sejahtera yang didapat ketika ada penyerahan hati. Dipertegas lagi dalam lagu KJ. “Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu”, tidak seharusnya mengeluh walau dalam kekecewaan dan keputus asaan. Semua kesusahan yang dialami tidak lebih besar dari berkat yang diberikan Tuhan kepada anak-anak-Nya. Jika kita mencoba menghitung berkat Tuhan, maka kemampuan logika manusia tidak akan mampu mengukur semua berkat yang pernah diterimanya.

      Hapus
    3. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Tanggal : Jum’at, 08 April 2016
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Nats : Why. 5:11-14
      Epistel : Maz. 30:2-13
      Pem. Mazmur : Maz. 55:1-11
      Kitab Wahyu ditulis menjelang abad 1 M. Pulau Patmos artinya adalah tempat pembuangan, berkarang, ini adalah tempat yang tidak menarik. Pada zamannya dulu, pemerintah Romawi menggunakan pulau Patmos sebagai tempat-tempat kejahatan. Yohanes ditempatkan di Pulau Patmos tidak menderita, berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya ketika berada di Pulau itu. Allah memberi penglihatan kepadanya. Ternyata Allah juga hadir di tempat yang tidak menarik sekalipun, Allah tetap menyetakan kemuliaan-Nya di mana Ia mau menyampaikan sesuatu kepada murid-Nya. Tempat yang buruk bukan menjadi tolak ukur bagi Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya, kuasa Allah tidak terbatas dalam bentuk tempat.
      Dalam kehidupan pelayanan zaman sekarang, mutasi menjadi masalah bagi para pelayan. Jika dibandingkan dengan Yohanes, Yohanes tidak mengeluh. Sebab kenyataan tidak terletak pada tempat, tetapi pada hati. Ketenangan hati tidak perlu bantuan orang lain, hanya berserah kepada Yesus dan memaknai salib-Nya. Di mana ada kehidupan di situ ada keselamatan yang hidup. Meskipun di dunia, marilah memberikan pancaran surgawi.
      Penyampaian Firman adalah memberitakan apa yang ada dalam hati Allah yang kudus, untuk dapat melakukankannya, hati seseorang yang memberitakannya juga harus kudus dan tak bercacat, sehingga perlu kerendahan hati. Penyampaian Firman yang paling ditekankan adalah menunjukkan kasih, kita menegur sesama dengan landasan kasih bukan untuk menghakiminya. Segala sesuatu yang disampaikan atas nama Allah itu juga harus mengerti hati Allah, memberitakan Firman dengan kerendahan hati untuk menunjukkan kemuliaan Tuhan bukan kemuliaan seseorang ataupun menjelekkan orang lain.

      Hapus

    4. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Tanggal : Senin, 04 April 2016
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th
      Nats : Maz. 30:2-13
      Pujian kepada Tuhan itu hendaknya dalam keadaan sadar dan dari dalam hati. Pujian kepada sesama juga membutuhakan kerendahan hati untuk manusia itu bisa menyadari kelebihan orang lain, demikian jugalah untuk Tuhan. Harus ada kerendahan hati, dan kesadaran bahwa Allah memiliki sesuatu yang ada untuk dipuji. Terkadang manusia tidak bisa memuji sesama karena ada ketinggian hati untuk tidak mengakui kelebihan orang lain. Kalau kita menyadari betapa dalam kasih Tuhan kepada manusia, kita juga akan menyadari pujian yang akan kita sampaikan kepada Tuhan. dalam nats ini, diawali dari pujian dan diakhiri dengan pujian, menandakan bahwa segala sesion hidup tidak terlepas dari pemujian kepada Tuhan.
      Perlu kesadaran akan kasih Tuhan untuk kita bisa bersyukur dan datang untuk memuji Dia. Ternyata pujian itu memiliki kuasa, dengan pujian yang kta sampaikan kepada Allah kita akan memacu Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya. Oleh karena itu, nyanyian puji-pujian mampu mengalahkan kuasa jahat. Banyak jiwa yang bertobat hanya ketika dia mendengar puji-pujian kepada Tuhan, jiwanya menyadari bahwa Allahlah yang layak disembah dan memiliki kuasa yang mampu mengubahkan semuanya.
      Pujilah Tuhan kapan dan di mana saja, untuk itu jangan pernah lupa memuji Tuhan karena itulah kekuatan manusia yang didapat dari Allah yang memberikan Roh-Nya untuk melinkupi manusia yang bersyukur pada-Nya. Dalam 1 Tes.5:18, bersyukur itu adalah kehendak Tuhan. manusia sebagai ciptaan harus melakukan apa kehendak Bapanya bukan hanya sekedar menikmati hidup ini. Tidak ada gunanya mengeluh, karena mengeluh hanya melemahkan rohani manusia itu saja. Dengan apakah aku bersyukur dan memuji Tuhan? denga segenap hati dan jiwa. Firman Tuhan ini mendorong kita untuk memuji Tuhan denga segenap hati yang penuh keharmonisan.
      Dalam lagu pujian “Berserah kepada Yesus”, menyatakan pujian kepada Yesus bahwa hanya di dalam Yesus saja ada kekuatan yang benar-benar membangun. Manusia tidak memiliki apa-apa untuk disombongkan, namun manusia memiliki Yesus yang bisa dibanggakan dalam segala hal.

      Hapus
    5. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Tanggal : 18 April 2016
      Liturgis : Roles P. Purba
      Pengkhotbah : Swasti Sembiring
      Pembacaan Mazmur : Maz.3:1-9
      Epistel : 1 Kor. 12:11
      Nats : 1 Kor.12: 14-26
      Dalam nats menjelaskan mengenai keanekaragaman, dari hal ini kita mungkin sering menganggap adanya perbedaan menjadi bentuk ketidak adilan Allah. Namun, sesungguhnya dari hal ini kita bisa melihat bahwa Allah itu adil. Allah menyukai keanekaragaman. Manusia harus menerima keanekaragaman, karena itu adalah ciptaan Allah. Kita adalah salah satu bentuk keanekaragaman itu atau perbedaan itu, Allah saja menerima manusia apa adanya, mengapa manusia yang satu tidak bisa menerima manusia lainnya?.
      Nats ini mengajarkan kita untuk bisa menerima, menghargai satu sama lain. Perbedaan ada bukan untuk diperbandingkan, bukan untuk dipersaingkan, bukan untuk perpecahan, ataupun bukan untuk dijadikan konflik, karena perbedaan itu indah. Banyak anggota, tapi satu tubuh. Banyak orang yang tidak suka perbedaan, dan itu berarti dia tidak menghargai dirinya sendiri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lain. Setiap angota memiliki tugasnya masing-masing, karena setiap kehidupan sudak diatur oleh kepala anggota dalam satu tubuh itu. Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, seperti itulah jalan kehidupan manusia yang adalah anggota sebenarnya sudah diatur oleh kepala anggota.
      Sesunggunya setiap anggota saling membutuhkan satu sama lain. Jika satu anggota bersukacita, maka semua anggota juga bersukacita. Banyak karakter yang berbeda ditiap-tiap anggota; ada yang giat bekerja, ada yang hanya diam-diam saja, ada yang biasa-biasa saja, dan lain sebagainya. Namun perbedaan itu membantu kita untuk sadar bahwa setiap anggota itu saling melengkapi dalam setiap karakternya satu sama lain.
      Jagalah keragaman itu, saling menghargai itu sangat indah, tidak ada yang lebih tinggi, semua sama. Kita adalah anggota. Satu sakit semua juga akan ikut merasakan sakit. Untuk itu jagalah anggota tubuh, karena kita adalah satu, kita kuat jika kita bersatu. Kita tubuh, maka Yesus Kristuslah kepala dari tubuh itu. Kristuslah yang menggerakkan semua anggota itu, maka janganlah lari dari kepala, karena jika lari dari yang telah dirancang-Nya anggota itu akan sakit atau dalam arti kehidupannya anggota itu akan tersesat.

      Hapus
    6. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM : 12.01.940
      Ting./Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Tanggal : 22 April 2016
      Liturgis : Anrul Datubara
      Pengkhotbah : Andi Barus
      Nats Khotbah : Kis.11:1-8
      Analisa mengenai Doa Pembuka, dalam doa pembuka liturgis berdoa untuk membuka ibadah dengan ucapa syukur kepada Allah. Mengucap syukur atas berkat yang diberikan Tuhan kepada semua civitas Abdi Sabda yang telah dapat berkumpul bersama untuk mengikuti ibadah kampus. Dosen, staff pegawai, dan mahasiswa merupakan tiga kelompok yang selalu berhubungan di dalam kampus setiap harinya. Ketiga kelompok ini dapat berkumpul juga dalam memuji dan memuliakan Nama Tuhan, merupakan suatu kebahagiaan yang luar biasa seperti perkumpulan ibadah suatu keluarga. Mengucap syukur atas perkumpulan ini merupakan hal mungkin jarang dirasakan setiap orang, namun sebenarnya berkumpul dengan seluruh anggota Abdi Sabda menjadi kebahagiaan tersendiri yang sadar akan kasih Allah dalam kehidupan berkampus.
      Dalam khotbahnya, dapat teranalisa bahwa orang yang percaya akan diberi kuasa untuk membabtis umat tidak lagi hanya dengan air melainkan dengan Roh Kudus. Sebagai orang percaya tidak sepatutnya kita menolak perintah Allah untuk kehidupan kita, manolak perintah Roh Allah yang sedang mengajar dan mengarahkan kita. Mungkin manusia sering tidak percaya apakah itu layak dilakukan ketika manusia itu mengingat kembali hukum duniawi yang sudah ditetapkan. Manusia sering tidak lagi menjalankan perintah Allah hanya karena perintah atau hukum duniawi ataupun adat istiadat yang sudah mendarah daging dalam diri manusia itu. Allah akan memakai siapa saja yang mana Ia ingin pakai untuk menyatakan jalan-Nya, manusia yang telah dipilih Tuhan sebenarnya tidak dapat menolak dengan cara apapun. Kalau memang sudah ditetapkan sebagai pelayan harus menjadi pelayan-Nya. Apa yang bisa diperbuat manusia ketika Tuhan sudah menetapkan hidupnya untuk menjadi pelayan-Nya? Allah memerlukan pertobatan orang berdosa, Allah ingin setiap manusia yang percaya dapat membawa jiwa-jiwa datang kepada-Nya dan bertobat. Pertobatan bukan hanya kepada bangsa-bangsa yang telah percaya namun kepada bangsa-bangsa yang sama sekali belum pernah mendengar berita tentang Tuhan Yesus juga.
      Roh Kudus hadir untuk menyertai setiap manusia. Petrus percaya bahwa ia disertai Roh Kudus. Dalam setiap keberadaan kita marilah kita nyatakan bahwa kita adalah murid-Nya yang membawa kita dalam berita tentang Yesus Kristus. Menunjukkan identitas sebagai murid-murid-Nya merupakan sikap orang percaya kepada Allah yang telah disertai oleh Roh Allah. Marilah menunjukkan identitas sebagai Anak Allah yang akan membawa jiwa-jiwa untuk bertobat kepada Allah, dengan melalui tindakan dan perkataan kita sebagaimana orang percaya. Memulianya dengan cara menerima Roh Kudus itu dahulu dalam diri sendiri sehingga pelayan-Nyapun membawa jiwa-jiwa untuk mengenal Allah nyata dalam kuasa Roh itu.

      Hapus
  15. Nama : Fimanta Br Munthe
    Nim : 12.01.927
    Ting/Jur : IV-A/Theologia
    Tanggal : 11 Maret 2016
    Liturgis : Arnita Siregar
    Pengkhotbah : Yosua Galingging
    Bahan Khotbah : Yesaya 43:16:21
    Ibadah Suku : Gereja Angkola (GKPA)

    Analisa : Doa Syafaat
    Menurut analisa saya Doa adalah nafas hidup orang Kristen. Dimana dengan Doa kita dapat berbicara dengan Tuhan melalui perkataan dalam Doa kita. Karena itu sering kita katakan bahwa Doa adalah alat komunikasi dengan Tuhan. Dimana dalam Doa kita, kita bisa mengungkapkan segala persoalan hidup kita kepada Tuhan serta meminta pertolongan yang datangnya dari Tuhan. Namun disini yang menjadi analisa saya yaitu Doa Syafaat. Doa Syafaat tersebut sedikit bebrbeda dengan Doa biasanya. Dimana Doa Syafaat tersebut mendoakan lebih detail dan lebih banyak lagi topik doanya dibandingkan seperti doa sebelum khotbah.
    Doa Syafaat tersebut mendoakan banyak hal atau dalam arti lain mendoakan secara meluas atau secara keseluruhannya. Seperti yang saya lihat ketika Ibadah Kampus Pendoa Syafaat mendoakan banyak hal yang berkaitan dengan civitas STT ABDI SABDA. Dalam Doa Syafaat tersebut Pendoa Syafaat mendoakan organisasi yang ada dalam kampus seperti organisasi PMTS, IMT GKPI, PMT HKI, MK serta semua kegiatan yang diadakan didalamnya. Namun tidak haya itu saja Pendoa Syafaat juga mendoakan orangtua, dosen, pegawai, stambuk 2014 yang melaksanakan penyaringan, Tingkat 3 dan tingkat 4 yang melaksanakan CP, dan tingkat akhir yang melaksanakan Skripsi dan seminar. Begitulah yang dapat saya analisa tentang bagaimana Doa Syafaat itu yang mendoakan lebih detail atau secara menyeluruh.



    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 14 Maret 2016
      Liturgis : Edy Krisman Tarigan
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jhonriahman Sipayung
      Bahan Khotbah : Yesaya 50 : 4-9
      Analisa : Khotbah (Yesaya 50:4-9)
      Menurut analisa saya dari Khotbah pada tanggal 14 Maret 2016 yang diambil dari Yesaya 50 :4-9) yaitu tentang bagaimana menjadi murid atau hamba Tuhan yang baik. Sering menjadi pertanyaan bisakah kita menjadi murid ata hamb yang baik bagi Tuhan?? Menurut analisa saya ya pasti bisa. Yang menjadi menjadi masalahnya mau atau tidak kita menjadi murid yang baik tersebut. Yesaya 50:4-9 tersebut memberi kita jalan atau cara untuk menjadi murid yang baik tersebut. Dari Yesaya 50:4-9 tersebut kita bisa mendapatkan beberapa cara agar kita bisa menjadi murid ataupun hamba Tuhan yang baik, diantaranya:
      1. Dalam ayat 4a dikatakan bahwa untuk menjadi murid yang baik haruslah memiliki lidah yang dapat berkata-kata dan memberikan semangat kepada yang letih lesu.Setiap tutur kata kita hendaknya konsisten dan berdasarkan pada kebenaran. Seorang murid yang baik haruslah bisa mengatur serta mengendalikan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.
      2. Dalam ayat 4b:5 dikatakan bahwan Tuhan memberikan 2 telinga kepada kita. Disini artinya Tuhan memberikan 2 telinga kepada kita agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara apalagi berbicara dengan penuh dusta. Tidak mungkin kita bisa konsisten dan berintegritas kalau kita tidak tidak mendengar sura Tuhank. Maka gunakanlah telinga kita untuk mendengarkan suara-suara yang baik (suatu sumber perkataan yang membangun).
      3. Dalam ayat 6 dikatakan bahwa Tuhan memberikan punggung, pipi, dan muka. Dari sini kita dapat mengingat bahwa Tuhan tidak memberikan kenyamanan bagi pengikut-Nya tapi Tuhan memberikan kemuliaan kepada setiap pengikut-Nya. Dalam ayat ini dikatakan bahwa banyak resiko ketika berjalan dan menyatakan kebenaran. Banyak sekali tantangan menjadi pengikut Yesus.


      Hapus
    2. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 18 Maret 2016
      Liturgis : Yuan Fades Ambarita
      Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga “Ibu Asrama
      Bahan Khotbah : Luk 19:28-40
      Yang dianalisa dalam ibadah ini adalah khotbah.
      Analisa : Khotbah (Lukas 19:28-40)
      Dalam Lukas 19:28-40 ini dijelaskan bahwa Tuhan Yesus Kristus selalu berada di depan dan rela mati untuk kita ciptaan-Nya. Ia berada paling depan diantara pengikut-Nya. Jika ia rela untuk berada di depan untuk menderita dan mati bagi kita semua, akankah kita menarik diri dari segala pelayanan yang mampu kita lakukan bagi-Nya? Itu bisa kita jawab dalam hati kita masing-masing. Kalau Tuhan sudah rela mati dan berkorban demi kita apa salahnya kita melakukan pelayanan yang bisa kita lakukan untuk memuliakan nama-Nya. Tuhan Yesus rela mati bagi ciptaan-Nya agar kita semua dimenangkan. Dimenangkan arti-Nya bebas dari belenggu Dosa. Tuhan mencucurkan darah-Nya yang Kudus untuk membersihkan segala dosa-dosa kita agar kita bebas dari yang dinamakan Maut. Yesus mati di Kayu Salib bukan karena dosa-dosa-Nya tapi karena kita umat-Nya yang telah berdosa. Dia rela demi mempertangungjawabkan kita sebagai makhluk yang telah diciptakan-Nya

      Hapus
    3. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 01 April 2016
      Analisa : Pembacaan Mazmur 27:1-14
      Liturgis : Brama Picer lee
      Pengkhotbah : Randa Sembiring
      Bahan Khotbah : Mazmur 150:4-6
      Epistel :Yoh 20:19-31
      Yang saya analisa ialah Epistel
      Doa permohonan ini berisikan kepercayaan yang sebulat-bulatnya meminta pd Allah. Dengan mengandalkan Tuhan, pemazmur mohon perlindungan Allah terhadap orang yang menuduhnya dengan tidak semena-mena, Tinggal dalam bait Allah, dalam perlindungan Tuhan merupakan kebahagiaan tertinggi. Karena seperti di tulis dalam ayat 5-6 “ sebab ia melindungi aku dalam pondoknNya pada waktu bahaya, Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Maka sekarang tegakkanlah kepalaku, dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak sorai, aku mau mau bernyanyi dan bermazmur bagi Tuhan”.
      minta Dalam mazmur ini seorang, yang penuh kepertanyaan (Maz 27:1-6) minta pertolongan Jahwe terhadap orang-orang yang menuduhnya tanpa alasan. Kesukaan yang tertinggi untuk orang ini ialah tinggal dalam Bait-Allah. dimana ia pasti akan mendapat perlindungan dan kerelaan Jahwe. Agaknja lagu ini dinjanjikan oleh dua golongan penjanji (Maz 27:1-6,7-13) sedang suatu kurban dipersembahkan untuk membajar nadar (Maz 27:6).

      Hapus
    4. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 04 April 2016
      Analisa : Pembacaan Mazmur 27:1-14
      Liturgis : Jesika Bangun
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th
      Bahan Khotbah : Maz. 30: 1-13
      Analisa :Bacaan Mazmur : Mazmur 86:1-17
      Dalam ayat ini menjelaskan doa minta pertolongan ini dengan penuh belas kasihan terutama pada ayat 11-12 yaitu “tunjukkanlah, dan bulatkanlah” menunjukkan bagaimanakah pandangan pemazmur atas intervensi Allah dalam hidupnya. “Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu. Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Tujuan dari ini adalah mendatangkan rasa takut dan hormat kepada Allah dan memuliakan nama Tuhan. Satu pelajaran penting dalam hal ini adalah peranan Allah ketundukan manusia kepada Allah. Tanpah karya Allah tidak ada satu manusia pun dapat dating dengan sendirinya kepada Allah. Dalam pembacaan mazmur ini, bisa kita refleksikan dalam kehidupan kita. disini ternyata Daud berharap pertolongan dari Tuhan, dan bahkan dia memposisikan dirinya minta dikasihani. Dan kita lihat sendiri dari kisah hidup Daud bagaimana Tuhan melepaskan dia dari cengkraman masalah – masalah yang menghantuinya. Dari situ kita juga melihat bahwa Daud menggunakan masalah sebagai sarana untuk mengenal lebih dalam lagi siapa Tuhan yang ia sembah. Akhirnya hingga gelar “orang yang mengejar hati Tuhan” pun ia raih.
      Sama seperti Daud, kita cukup mengambil 1 keputusan saja. Yakni MELIBATKAN TUHAN. Bergantung dari tingkat kesulitan dan jenisnya… jalan keluar yang Tuhan berikan pun bervariasi… namun satu hal yang pasti: bersama dengan Tuhan tidak ada hal yang mustahil. Selalu ada jalan keluar dan selalu membawa kemuliaan bagi namaNya. Kehidupan orang Kristen sungguh-sungguh tidak bisa dipisahkan dari ketaatan, sebab kita harus hidup dalam kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri. Jadi harus ada penyangkalan diri! Seringkali kita taat asal itu menyenangkan hati dan menguntungkan kita. Bila harus berkorban dan itu sakit bagi daging, kita akan memberontak dan menolak untuk taat. Tuhan menghendaki kita untuk taat di dalam segala perkara, dan selalu ada upah bagi orang-orang yang taat. Karena itu sebagai orang percaya hendaknya kita belajar taat kepada Tuhan: memahami kehendakNya dan melaksanakan firmanNya dengan sungguh-sungguh. Ketaatan membuka kesempatan bagi kita untuk mengalami dan merasakan campur tangan Tuhan. Jangan taat hanya karena kita sedang dalam masalah dan pergumulan yang berat, lalu ketika keadaan membaik kita sudah tidak lagi taat kepada Tuhan; atau kita taat karena kita sungkan kepada hamba Tuhan dan supaya dilihat dan dipuji oleh orang. Sia-sialah ketaatan yang demikian! Biarlah ketaatan kita kepada Tuhan didasari oleh karena kita takut akan Dia dan sangat mengasihi Dia.

      Hapus
    5. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 8 April 2016
      Tanggal : Jumat 8 April 2016
      Pengkotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Analisa : Perjamuan Kudus
      Perjamuan kudus yang kita lakukan ini adalah sakral. Maka tidak sembarang orang mengikuti dan melakukannya. Perjamuan kudus merupakan salah satu sakramen dalam gereja yang waktu pelaksanaannya tidak sama antara denominasi yang satu dengan lainnya. Perjamuan kudus merupakan perintah langsung dari Tuhan Yesus kepada gereja-Nya untuk dilakukan dalam setiap pribadahan yang dilakukan oleh gereja. Di dalam perjamuan ini Tuhan mau menyatakan diri-Nya di tengah-tengah kita melalui roti dan anggur, agar kita semua dengan hati yang pasti selalu mengingat dan menghayati secara nyata arti dan makna kematian Tuhan Yesus Kristus untuk kita semua, sehingga persekutuan dengan Tuhan, bertambah teguh serta iman percaya kita dikuatkan. Sebab dari roti yang seketul, kita yang banyak ini dipersatukan menjadi satu tubuh di dalam Kristus
      Tekanan yang diberikan oleh Yesus adalah makna perjamuan kudus itu sendiri. Artinya, bukan pada seberapa banyak atau seberapa sering perjamuan kudus itu dilakukan dan diikuti oleh umat-Nya. Tetapi bagi Yesus bagaimana umat-Nya memberi makna mendalam terhadap perjamuan kudus itu sendiri. Demikian pula minuman ini adalah anugerah Tuhan buat kita, serta menjadi tanda persekutuan kita dengan Kristus. Seperti Firman Tuhan kepada kita dalam Yohanes 17 : 21 Ia berdoa untuk kita demikian: "Supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku". Inilah Firman Tuhan atas perjamuan yang kita peringati saat ini. Karena itu hendaklah kita dengan penuh harapan dan sukacita mengambil bagian dalam tanda persekutuan keselamatan Allah bagi segenap manusia dan seisi dunia. Ia memanggil setiap orang yang mengaku segala kesalahannya, yang menyesali perbuatan-perbuatannya dan ingin bertobat. Dan juga kepada orang-orang yang rendah hati yang memikul beban dosa dipanggil dan diterima oleh Tuhan di dalam Perjamuan AnakNya Yesus Kristus. Arti dan makna perjamuan kudus bagi kita adalah supaya kita semakin hari semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita tidak bermain-main dengan dosa. Kita tidak menyia-nyiakan pengorbanan Yesus bagi kita.

      Hapus
    6. Liturgis : joni pranata Puba
      Pembaca Mazmur : anggianita Sembiring
      Mamur : Mazmur 39:1-14
      Hari/ Tanggal : Jumat, 11 April 2016
      Analisa saya pada ayat ini Tuhan sangat sedih bila melihat kehidupan orang Kristen yang tidak bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa baru dan membawanya kepada Kristus bila mereka lebih dulu tersandung oleh karena perbuatan-perbuatan orang Kristen sendiri? Oleh karena itu mari kita koreksi hidup kita terlebih dahulu sebelum melangkah ke luar menjangkau jiwa-jiwa di luar sana. Mari kita mulai dari hal-hal sederhana terlebih dahulu yaitu menjaga lidah atau perkataan kita. Banyak orang Kristen yang meremehkan dan menganggap sepele hal ini sehingga sering kita temukan ada orang Kristen yang masih suka berkata-kata kasar, menggosip, memfitnah, memaki-maki orang lain dan juga mengucapkan perkataan-perkataan yang negatif yang menunjukkan ketakutan, kekuatiran, keragu-raguan, ketidakpercayaan, sakit-penyakit dan sebagainya. Ayub mengingatkan, "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Ketika seseorang memperkatakan hal-hal yang negatif ia sedang mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya; ia sedang mendatangkan hal-hal negatif atas dirinya sendiri. Semakin ia sering menggemakannya, seluruh tubuhnya semakin dicemarkan oleh perkataan-perkataan yang diucapkannya sendiri. Apakah Tuhan tidak tahu dengan perkataan-perkataan yang kita ucapkan? Tuhan sangat memperhatikan setiap kata yang kita ucapkan. Kita mengetahui hal ini karena Daud berkata, "...sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.
      Bagi kita yang mau terus belajar mendisiplinkan dan menundukkan lidahnya di bawah kendali Roh Kudus, yang akan ia perkatakan adalah perkataan iman, selalu positif, suka memperkatakan firman dan mulutnya penuh dengan puji-pujian bagi Tuhan. Hanya melalui kuasa Roh Kudus kita akan mampu melakukannya! Karena hidup di dunia ini hanya sementara waktu maka kita harus mengembangkan semua talenta yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, agar kelak ketika Tuhan Yesus datang kita dapat mempertanggungjawabkannya seperti hamba yang setia, sehingga si tuan berkata: "Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21). Perkara sorgawi harus menjadi fokus dan prioritas utama kita, bukan yang ada di dunia ini, "Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan." (Kolose 3:3-4). Karena itu apa pun yang dikerjakan di dunia ini harus untuk sesuatu yang telah Tuhan tetapkan. Jika menyadari ini kita akan membuat pilihan hidup yang benar, memprioritaskan sesuatu yang bersifat kekal lebih daripada hal-hal yang sifatnya fana. " (Filipi 4:8). Karena dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, seberat apa pun tantangan, ujian dan penderitaan takkan melemahkan dan membuat kita menyerah di tengah jalan. Walaupun situasi sulit dan tidak menyenangkan sekalipun, kita akan tetap sabar, tidak mengeluh dan bersungut-sungut. "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10). "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Roma 8:18

      Hapus
    7. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Liturgis : Fetra Wulandari
      Pengkotbah : Andre Yovandi Purba
      Bahan Kotbah : 1 Taw 16:31-36
      Tanggal ibadah : tanggal 15April 2016
      Analisa : Doa Safaat
      Yang saya analisa dari Doa Gihon Sitorus. Doa merupakan landasan dan sumber kekuatan dalam pelayana bagi Hamba Tuhan. Tanpa doa, kita menjadikan diri kita sendiri sebagai sumber kekuatan dan keberhasilan. kita terancam untuk menjadi putus asa ketika menghadapi masalah dan kita gampang tergoda untuk menjadi sombong bila kita berhasil. Doa membuat kita bergantung kepada Allah. Doa juga menolong kita untuk bisa menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. Doa membuat Allah berjalan di depan kita dan doa menolong kita untuk bersandar kepada pertolongan Allah.Doa yang berkenan kepada kehendak Allah bukanlah doa yang mementingkan diri sendiri, melainkan doa yang mengutamakan terlaksananya rencana Allah. Rasul Paulus mendorong agar Timotius berdoa bagi semua orang, termasuk bagi pemerintah Romawi yang berkuasa pada saat itu. Doa Syafaat tersebut mendoakan banyak hal atau dalam arti lain mendoakan secara meluas atau secara keseluruhannya. Seperti yang saya lihat ketika Ibadah Kampus Pendoa Syafaat mendoakan banyak hal yang berkaitan dengan civitas STT ABDI SABDA. Dalam Doa Syafaat tersebut Pendoa Syafaat mendoakan organisasi yang ada dalam kampus seperti organisasi PMTS, IMT GKPI, PMT HKI, MK serta semua kegiatan yang diadakan didalamnya. Namun tidak haya itu saja Pendoa Syafaat juga mendoakan orangtua, dosen, pegawai, stambuk 2013 yang melaksanakan penyaringan, Tingkat 3 dan tingkat 4 yang melaksanakan CP, dan tingkat akhir yang melaksanakan Skripsi dan seminar. memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri. Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua. Allah memanggil semua orang Kristen menjadi pendoa syafaat. Allah menginginkan bahwa setiap orang percaya aktif dalam doa syafaat. Betapa indah dan tingginya hak yang kita miliki untuk bisa datang dengan penuh keberanian ke hadapan tahta Allah yang Mahakuasa dengan doa dan permohonan kita.

      Hapus
    8. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 18 April 2016

      Pengkhotbah : Swasti Br Sembiring
      Bahan Khotbah : 1 Korintus 12:14-26

      Analisa saya disini adalah Paulus menulis tentang karunia-karunia Roh Kudus yang dianugerahkan kepada tubuh Kristus. Karunia ini adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan dan pelayanan jemaat yang mula-mula. Allah berkehendak agar karunia ini akan terus bekerja sampai Kristus datang kembali. Begitu juga dengan banyak anggota tetapi satu tubuh . karena banyak manusia pada zaman sekarang ini mementingkan diri sendiri. Seharusnya kita selaku Hamba Tuhan memenuhi kebutuhan manusia dan untuk menguatkan dan membangun kerohanian jemaat (1 Korintus 12:7,14-30; 14:3,12,26) dan juga orang percaya secara pribadi (1 Korintus 14:4) yaitu, untuk menyempurnakan orang percaya dalam "kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas" (1 Timotius 1:5; bandingkan 1 Korintus 13:1-13). Intinya adalah kita semua sama tidak ada perbedaan.
      Dalam efesus 4:1 juga mengatakan “sebab itu aku menasehatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidup sebagai orang-orang yang dipanggil berpadanan dengan panggilan itu”. Dalam ayat ini juga mengatakan supaya saling membantu, dan berusaha memelihara kesatuan Roh. Layaknya kita juga seperti Paulus yang mendoakan kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda

      Hapus
    9. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal :22 April 2016

      Pengkhotbah : Andy Satria Barus
      Bahan Khotbah : Kis 11:1-18

      Analisa yang saya ambil adalah bahwa Keputusan Petrus diambil berdasarkan doa dan tuntunan Roh Tuhan, sebaliknya Korneliuspun dituntun oleh Tuhan untuk secara aktif mencari Petrus untuk mendapatkan keselamatan itu.Kejadian ini sepenuhnya atas pekerjaan Tuhan, yang dikerjakan oleh Petrus dan Kornelius dengan percaya dan taat. Petrus datang mengatasi keraguannya, dan Kornelius menerima Petrus, dan percaya penuh atas segala yang Petrus ucapkan - semuanya dengan tuntunan Roh Tuhan belaka, dan seketika itupun Roh Kudus turun atas mereka.
      1.Tindakan Petrus didasarkan atas kesaksian pribadinya atas tuntunan Roh Tuhan.
      2. Tuntunan itu terjadi ketika Petrus sedang berdoa.
      3. Penglihatan atas tuntunan Ilahi itu terjadi sampai 3 (tiga) kali.
      4. Perginya Petrus ke Kaisarea pun atas perintah Roh Tuhan.
      5. Bahwa Roh Tuhanpun bekerja atas Kornelius, orang asing itu - sehingga ia menyuruh orang menjemput Petrus.

      Hapus
  16. Nama : Edy Kerisman Tarigan
    NIM : 12.01.921
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
    Analisa : Khotbah
    Jumat, 11 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB dalam ibadah GKPA
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21
    Pengkhotbah : Josua Sigalingging


    Dalam ibadah ini yang diambil dari khotbah mingguan yang akan disampaikan gereja-gereja yang tergabung dalam UEM, ialah mengenai “umat yang memberitakan kemasyuran Tuhan”. Dalam Yesaya 43:16-21 didalam khotbah ini mengajak semua jemaat untuk memberitakan kebaikan dan kemulian Tuhan. Jadi didalam setiap kehidupan yang berjalan sehari-hari tentu hal yang tidak mudah untuk dalam mengadapi tantangan, tetapi disini kita dituntut agar dalam setiap perbuatan kita sehari-hari itu untuk kemulian nama Tuhan saja. Tanpa kita sadari dalam hidup kita Tuhan sudah diberikan Tuhan secara gratis berkat, kesehatan, dan keselamatan yang datang dari pada-Nya, oleh karena itu patutlah dalam setiap kehidupan kita, harus memuliakan nama-Nya.
    Memang dalam kehidupan kita selalu berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita, dan hal ini tekadang yang membuat kita tidak semangat dalam menjalani hidup. Tetapi memang seharusnya kita tidak memkirkan diri, dan masalah kita terus-menerus. Hal ini yang harus kita sadari, dalam Yesaya Pasal 40 – 55 berasal dari masa pembuangan orang-orang Yehuda di Babel, dimana pada saat itu penuh penderitaan. Tetapi ada harapan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya, bahwa Allah akan membebaskan umat-Nya. Jadi sebagai orang percaya kita juga jangan terus menyerah karena harus kitatau bahwa Aalha selalu melihat umat-Nya. Dan penyertaan Allah adalah penyertaan yang setia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa (Khotbah)
      Senin, 14 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Yesaya 50: 4-9
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung

      Dalam khotbah yang disampaikan pada hari ini dalam Yesaya 50: 4-9 menuntut kita untuk selalu siap bersedia. Memang dalam mempertahankan apa yang benar adalah hal yang tidak mudah unuk dlakukan. Jika kita ingin membuat suatu yang benar maka ada saja hal sesuatu yang menghalangi kita untuk melakukannya. Mungkin saja ini akan memancing kita untuk marah dan kecawa. Tetapi bagaimanakah seorang hamba yang selalu siap bersedia itu?
      Jka kita kembali lagi kepada konteks Yesaya, kita melihat bagaiman konsep hamba yang siap bersedia itu. Perlu kita ketahui konteks pada zaman Yesaya ialah pada masa pembuangan. Jika kita lihat bagaimana umat Tuhan mendeita pada zaman ini. Tetapi sebagai hamba yang telah dikatakan sebagai “mulut” pelulah kita bepikir, harus seperti apa. Rahasia dari semua ini adalah sebenarnya hubungan dekat seorang hamba dengan Tuhan-nya. Jadi apapun yang dideritanya itu semua sudah sia yakini sebagai pembentukan yang Allah berikan. Memang proses itu berat. Tapi tanpa proses kita tidak akan sampai kepada tujuan.
      Jadi marilah kita tetap semangat sebagai hamba yang dimana walaupun banyak yang dikorbankan, baiklah itu sebagai proses pembentukan diri kita yang diberikan Tuhan pada kita. Dan ingat Tuhan tidak akan membiarkan kita selalu dalam pendertaan. Itulah makna dari hamba yang sejati.

      Hapus
    2. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa : Khotbah
      Jumat, 18 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Lukas 19:28-40
      Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga “Ibu Asrama Tabernakel STT Abdi Sabda Medan”

      Dalam renungan kali ini kita membahas tema mengenai “sukacita” yang diambil dalam Lukas 19:28-40. Banyak hal yang membuat kita bersukacita, misal sedang jatuh cinta, dapat hal yang baru dan lain sebagainya. Dalam injil Lukas Yesus datang ke Yerusalem, dan banyak orang yang bersukacita, karena Dia datang dengan keledai, dan dengan rendah hati. Tetapi mulut yang bersukacita ataupun mulut yang sama menghujat Yesus. Dan ketika Yesus sampai ke kota Yerusalem ia menangis melihat keadaan. Karena pada waktu itu bait menjadi tempat jual beli.
      Dalam hal ini sekarang banyak dari kita orang Kristen yang mempunyai impian ataupun keinginan yang bgitu baik. Tapi pada kenyatanya satu pun dari kita hanya sedikit yang mampu bertahan mencapai keinginan itu. Jadi apa yang kita ingini belum tentu itu kehendak kita. Sama seperti orang-orang yang menyabut Yesus tapi pada kenyataanya mereka jugalah yang menghujat. Jadi semua suka cita ang datangnya dari Tuhan biarlah itu yang menjadi peneguhan diri kita dalam mengadapi sesuatu.
      Sesuatu yang diciptakan Tuhan adalah baik. Baik waktu susah, senang, walaupun begitu kita harus tetap setia mengelu-elukan Yesus. Jika sukacita ada Yesus, jika sakit hati ada Yesus, dan ada banyak mdia yang dipakai Tuhan. Sampai akhir dunia tetap setia memuji Yesus.

      Hapus
    3. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa : Khotbah
      Senin, 4 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 30:1-13
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th

      Pujian adalah ungkapan syukur dalan berbagai cara dan bentuk. Orang yang rendah hati sealu mengakui kelebihan orang. Tetapi orang yang sombong sulit mengakui kelebihan orang. Pujian kepada Allah adalah ungkapan hati, kita tidak menyadari betapa baik Tuhan. Dan Mazmur ini adalah ucapan syukur dari Daud. Dan pujian ini terbagi dalam 2 bagian yaitu:
      1. Pujian karena terlepas dari penyakit, yang membawa pada kematian.
      2. Perubahan yang terjadi dari yang pahit, keedihan menjadi kepada sukacita, yang memuji dan memuliakan Allah.
      Jadi dalam tema ini ada ajakan untuk pujian/memuji Allah. Mengapa aku bersyukur dan memuji Allah? Karena bersyukur dan memuji Allah adalah kewajiban kita. Karena Allah suka dengan pujian, oleh karena kebaikan Allah yang patut untuk di puji, dan layak untuk dipuji. Dan kuasa nyanyian memiliki kekuatan yang luar biasa.

      Hapus
    4. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa : Khotbah
      Jumat, 8 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Wahyu 5:11-14
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik

      Kitab yang ditulis Yohanes pada akhir abab 1 Masehi, dalam kesepia di pulau Patmos. Pulau Patmos bukan pulau yang indah seperti pulau-pulau yang lain. Kita tahu bahwa Yohanes adalah salah satu seorang Rasul. Meskipun Yohanes seorang Rasul tetapi dia mengalami penderitaan. Tuhan memberi penghiburan kepada Yohanes di pulau Patmos, walaupun di sbuah tempat pengasingan. Yohanes percaya Tuhan ada ditempat walaupun Yohanes tidak mengenal baik tempat yang dia huni.
      Hal ini sering terjadi dalam kehidupan kita yang selalu takut ataupun kauatir dngan apapun yang kita hadapi. Dan karena rasa takut yang kita punya kita selalu salah langkang. Sering kita lebih percaya dengan hal-hal yang membuat kita lebih tenang. Hal ini sangat mudah sekali menggoncangkan keimanan kita pepada Tuhan.
      Dan hal ini menjadi refleksi bai kita supaya jangan takut dimanapun kita berada. Nyaman atau tidak nyaman, ini bukan mengenai tempat, tapi Yesus/hati yang bersyukur pada Tuhan itulah yang nyaman.

      Hapus
    5. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa : Kata Mutiara (Bunda Teresia)
      Senin, 11 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Liturgis : Jhoni Purba

      Dalam ibadah hari ini sedik berbeda dar yang lainnya. Dalam ibadah pada kali ini ada pempacaan kata mutiara dari seorang tokoh terkenal yaitu Bunda Teresia. Dalam pembacaan kata mutiara yang disampaikan saya menganalisa ada sesuatu yang baik mengenai “Berbuat Baik” yang diabacakan. Dalam kata mutiara ini berbuat baik adalah hal yang memang wajib dilakukan oleh setiap orang, walaupun memang banyak resiko dan tangtangan. Berbuat baik adalah hal tidak mudah, apalagi kepada musuh, tetapi dari berbuat baik kita bisa mengasihi orang yang kita benci. Hal ini yang tekankan Bunda Teresia dalam perkataanya. Tidak ada salahnya berbuat baik.
      Berbuat baiklah walaupun kamu dibenci, itu adalah hal yang memang mungkin mustahil dalam hidup, tetapi hal ini adalah sesuatu yang memiliki nilai yang memang tidak bisa ternilai. Jadi tidak ada alasan untuk kita untuk tidak berbuat baik. Jadi berbuat baiklah.

      Hapus
  17. Nama : Anova Talenta Milala
    Nim : 12.01.904
    Ting/Jur : IV-A/ Theologia
    Pengkhotbah : Josua Sigalingging
    Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
    Jumat, 11 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21
    Berbicara tentang hal yang baik, atau apa itu yang baik, dan bagaimana yang baik itu? Tentu dapat menimbulkan perdebatan. Apa yang baik menurut saya, belum tentu baik bagi orang lain. Demikian juga, apa yang baik menurut pandangan kita, belum tentu baik bagi Allah. Jadi dalam Yesaya 43:16-21 digambarkan bahwa bagaimana umat tidak memahami kebaikan yang diperbuat Allah ketika umat berada di Babel. Mereka mengeluh dengan nasib yang mereka alami sebagai bangsa terjajah ataupun tertindas. Mereka terus bersedih karena mengenang ketika mereka keluar dari Mesir sebagai orang yang merdeka. Jadi dalam nats ini Yesaya mengingatkan umat bahwa Allah masih dapat melakukan perkara yang lebih besar dari apa yang pernah mereka alami di Mesir. Tindakan Allah memperlakukan umat demikian tentu ada maksudnya, yaitu agar umat semakin dewasa dan hidup berkenan kepada-Nya. Di tengah pengalaman pahit dan tidak menyenangkan, umat diuji untuk tetap berharap dan setia kepada Tuhan. Dimana dalam ayat 21, Allah menegaskan bahwa umat yang telah Ia bentuk akan memberitakan kemasyuran-Nya. Artinya bahwa dibalik pembentukan yang menyakitkan, Allah mempersiapkan umat untuk menerima perkara yang lebih besar. Jadi kita juga sebagai anak-anak Allah, mungkin sering mengalami pergumulan atau masalah atapun bahkan sedang mengalaminya. Dan mungkin juga dalam hati kita sering bertanya apa sebenarnya maksud Tuhan akan semuanya ini. Jadi melalui nats renungan ini mengingatkan kita bahwa Allah memakai hal-hal pahit untuk menyatakan perkara yang lebih besar kepada kita, sama halnya seperti Yesus yang mengalami penderitaan kematian dan kebangkitan-Nya. Jadi kita harus mengetahui dan menyadari bahwa apapun yag kita alami, baik itu kesenangan maupun penderitaan Tuhan tidak akan pernah lepas tangan, Tuhan memiliki rancangan tersendiri atas kehidupan ini. Seperti ilustrasi yang diberikan oleh pengkhotbah mengenai dua orang anak yang ditempatkan di dua ruangan yang berbeda, satu penuh dengan mainan dan satu lagi seperti kandang. Dari lanjutan cerita itu dapat kita maknai bahwa dibalik penderitaan yang menyakitkan pasti ada hal yang baik yang menyenangkan telah menunggu kita, jika kita berpengharapan kepadanya. Karena Firman Tuhan menyatakan kepada kita bahwa kuasa dan kasihNya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang sampai selamanya. Dia tetaplah Allah yang sama yang berkuasa penuh atas kehidupan ini. Jadi tetap berpengharapan kepadanya, dan menunjukkan perilaku dan perbuatan kita sebagai anak Allah dalam kita menjalani kehidupan agar menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah : Pdt.Dr. Jon Riahman Sipayung
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Senin, 14 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Nats Khotbah: Yesaya 50: 4-9
      Melalui nats ini, kita dapat melihat bagaimana sebenarnya profil menjadi seorang murid atau hamba Tuhan yaitu, bagaimana kehidupan seorang murid dalam hal persekutuannya dengan Tuhan?, bagaimana penghayatan dan sikap seorang murid dalam menghadapi penderitaan?, bagaimana keyakinan seorang murid terhadap Tuhannya?, dan bagaimana keyakinan itu berdampak khusus dalam diri murid itu sendiri baik dalam kaitannya langsung dengan Tuhan maupun kepada sesamanya. Kitab Yesaya berisi banyak nubuat tentang Hamba Tuhan, (Yes.49:1-57:21) yang pada akhirnya bermuara pada Yesus Kristus. Dimana pelayanan-Nya yang membawa pendamaian bagi dosa, dan keselamatan bagi semua bangsa. Dimana dalam Yesaya 50: 4-9 dikatakan bahwa Demi melaksanakan panggilan-Nya, Ia menundukkan diri menjadi murid Tuhan. "Lidah" dapat berarti "bahasa", atau dapat pula berarti "kemampuan berbicara" (ay. 4). Dikaruniai "lidah seorang murid" berarti "diajar untuk mengatakan apa yang didengar dari Tuhan". Dengan demikian dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Dan kata-kata Sang Hamba disini juga berarti menegaskan dan menggarisbawahi kata-kata Tuhan yang mengampuni dan menyelamatkan. Itu yang Tuhan harapkan dari Hamba-Nya. Sebab itu setiap pagi Tuhan membukakan dan menajamkan pendengaran-Nya. Segenap kehidupan Sang Hamba harus diserahkan untuk meneruskan firman Tuhan yang Ia dengar. Berserah berarti juga tetap taat dan setia meski orang lain menolak pemberitaan-Nya (ay. 6). Dalam menanggung derita dan aniaya ‘Hamba Allah’ itu tidak merasa takut apalagi malu sebab Ia tahu bahwa Ia menyatakan kebenaran Allah. Dan sangat yakin bahwa Allah ada di pihaknya dan akan membela serta membuktikan kebenaran-Nya (ay. 7-9). Jangan biarkan "lidah" kita menjadi "lidah yang tak bertulang", yang tidak bisa kita kontrol. Sebaliknya berusahalah dengan segenap daya menjadikan lidah kita sebagai "lidah seorang murid". Artinya lidah seorang yang sudah diajar, yaitu yang dikendalikan sehingga bermanfaat. Banyak pelayan Tuhan yang kegunaannya menjadi sangat berkurang karena lidah yang tidak dikekang. Entah karena kata-kata yang sembarangan atau kuasa rohani yang bocor melalui percakapan yang sembrono (Pkh. 5:2). Mungkin juga karena kata-kata digunakan bukan untuk memberitakan kebenaran melainkan untuk menyenangkan pendengaran orang lain. Maka yang ada hanyalah penyesatan, yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan (Mat. 12:36-37). Salah satu ukuran kedewasaan atau kematangan rohani seseorang adalah apa yang dikeluarkan dari mulutnya. Jadi kita sebagai hamba-hamba Tuhan yang akan nantinya terjun ke medan pelayanan, hendaknya kita melihat pelayanan Yesus Kristus, yang selalu ditanai dengan tiga hal yaitu lidah-Nya menyampaikan firman Tuhan dan berbagai pelajaran, kotbah, teguran, penghiburan serta memberi dorongan kepada yang letih lesu dan berputus asa. Telinga-Nya yang tajam dan terlatih selalu siap mendengar keluhan, permohonan, penuh pemahaman serta kepedulian kepada semua lapisan masyarakat. Dan dalam sikap taat kepada Bapa, dengan konsistensi yang tinggi, rela mengorbankan jiwa raga serta kemuliaanNya demi kasihNya kepada umat manusia yang berdosa. Amin.

      Hapus
    2. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Ibadah bacaan Mazmur oleh Liturgis (Yuan Ambarita)
      Jumat, 18 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Nats: Mazmur 12:1-9
      Dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya iman memiliki dua dimensi yaitu dimensi sekarang dan dimensi yang akan datang. Dimensi sekarang berkenaan dengan kehidupan yang sedang kita jalani dan pergumulkan, serta terlihat secara kasat mata. Dimensi kedua yaitu dimensi yang akan datang, berkenaan dengan pengharapan kita di dalam Tuhan, arah pandang yang tertuju kepada janji-janji Tuhan yang saat ini tidak kelihatan dan masih belum terjadi, namun yang kita yakini bahwa pada saat yang tepat Tuhan pasti menggenapiNya, sebab janji Tuhan adalah murni. Namun, ini sering juga menjadi pergumulan bagi kita, karena sikap kita yang sering berubah-ubah, iman kita melemah, sehingga kadang-kadang kita mengeluh dan tidak lagi menaruh pengharapan penuh kepada Tuhan, karena sering sekali apa yang kita inginkan belum terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi harus kita ingat bahwa di dalam Mazmur 12:1-9 khususnya di ayat 7 dikatakan bahwa "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." Sebagai umat tebusan Tuhan, banyak hal yang terjadi di dalam hidup ini yang membuat kita kagum untuk bersyukur kepada Tuhan. Sebelum melakukan hal yang lain, hal pertama yang patut kita syukuri adalah keselamatan yang kita terima dari Tuhan. Seberapa seringkah kita bersyukur atas keselamatan yang dikarunikan Tuhan kepada kita? Jika kita jarang bersyukur, maka kita perlu meluangkan waktu sejenak untuk berdoa dan bersyukur. Ketika kita bersyukur kepada Tuhan, maka kita pasti merasakan kasih Tuhan yang memenuhi hidup kita. Kita harus tahu bahwa setan selalu menghalangi ketika kita hendak bersyukur kepada Tuhan. Sebab kehidupan yang dipenuhi dengan ucapan syukur selalu menyenangkan hati Tuhan. Itulah sebabnya setan akan berusaha untuk menghalanginya. Teruslah mengucap syukur dari pagi hingga malam. Dengan demikian, kita akan melihat betapa indah kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, bahwa kita melewati hari-hari hidup kita dengan kasih karunia Tuhan. Ia membawa kita kepada kemenangan, dapat kita rasakan bahwasanya Tuhan senantiasa menjaga kita hingga sampai saat ini, jadi tetaplah bersyukur dan berpengharapan kepadaNya. Karena perlu kita ingat bahwa hanya satu perkara yang tidak bisa dilakukan oleh Allah kita yang serba bisa yaitu melupakan dan mengingkari janji-Nya kepada kita.

      Hapus
    3. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah : Randa Sembiring
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Senin, 1 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
      Mazmur 150 ini merupakan mazmur yang diawali dan diakhiri dengan pujian “Pujilah Tuhan”. Di dalam nats ini telah kita lihat bahwa umat diajak memuji Tuhan melalui penggambaran Allah itu sendiri, yakni tempat maha kudusNya, cakrawalaNya yang kuat, keperkasaanNya dan kebesaranNya yang hebat (ayat 1-2). Di sini pemazmur menempatkan dirinya bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan dan hanya Tuhanlah yang pantas untuk mendapat pujian yang begitu luar biasa. Tempat maha kudusNya menunjukkan bahwa tak seorangpun dapat menghampiri tempat itu, selain daripada Allah sendiri. Lalu cakrawalaNya yang kuat menunjukkan bahwa cakrawala buatan Tuhan begitu kuat. Ada begitu banyak isi daripada alam semesta ini dan berbagai hal terjadi di dalam dunia ini, tetapi cakrawala tersebut masih tetap saja sebaimana adanya. Selanjutnya, dikatakan pujilah Dia karena keperkasaan dan kehebatanNya. Di sinilah pemazmur menyadari bahwa tiada yang lebih hebat dan kuat selain daripada Allah bahkan diriNya sendiri tidaklah apa-apa di hadapan Allah. Dan pada ayat 3-5, umat diajak memuji Tuhan dengan diiringi semua alat musik yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang memperoleh penghormatan yang demikian. Dengan kata lain, semua alat yang diciptakan manusia, terlepas dari alat musik saja, hendaknya memuji Tuhan. Hal ini juga menuntut manusia dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, itu juga bertujuan untuk memuliakan Allah. Pada ayat yang terakhir (6) semua mahkluk diajak untuk bergabung bersama untuk memuji Tuhan. Di sinilah terlihat keyakinan iman pemazmur bahwa segala yang ada berasal daripada Allah dan semua ciptaan itu memiliki tujuan yang pada akhirnya mengkrucut menjadi satu, yakni memuji Tuhan. Ada beberapa alasan mengapa kita harus memuji Tuhan yaitu:
      1. Kita diciptakan Tuhan untuk memasyurkan nama-Nya (Ibr. 13:15)
      2. Allah adalah Allah yang besar, dan karena segala keperkasaan-Nya.
      Dan harus juga kita ketahui bahwa Allah berada dalam ruang dan waktu, artinya kita sebagai ciptaanNya tidak hanya memuji Tuhan di gereja ataupun hanya sewaktu ibadah, tetapi kita juga harus memuji Tuhan setiap waktu yaitu dengan perbuatan atau perlakuan kita setiap saat. Memuji Tuhan lah yang kita buat menjadi gaya hidup kita, perlakuan kita, bahasa yang keluar dari mulut kita adalah bahasa yang bagus.

      Hapus

    4. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Janjahaman Damanik
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Jumat, 8 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Nats Khotbah : Wahyu 5:11-14
      Jika kita mengingat kembali bagaimana perjalanan gereja mula-mula, dimana orang-orang percaya yang mengalami penderitaan, ditangkap, disiksa dan dibunuh secara sadis. Namun, sekalipun umat Tuhan mengalami penganiayaan yang sangat menyakitkan tetapi iman mereka tidak goyah pada Yesus Kristus. Yohanes turut melihat dan merasakan penderitaan itu. Yohanes menyaksikan penyiksaan terhadap orang-orang percaya, sementara ia sendiri dibuang ke pulau Patmos. Jika berbicara mengenai kitab Wahyu, Kitab Wahyu secara keseluruhan menggambarkan kekejaman pemerintahan Romawi terhadap orang-orang percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Kristus yang bangkit diimani sebagai yang berkuasa atas segala bumi. Ia patut dipuji dan dimuliakan. Kristus menjadi jaminan bagi setiap orang percaya untuk beroleh kehidupan kekal. Secara khusus, kitab Wahyu memberikan penguatan kepada orang-orang percaya atas penderitaan yang dialami. Nas bacaan kita memperlihatkan bagaimana malaikat dan seluruh makhluk memperdengarkan suara nyaring untuk memberikan pujian kepada Yesus Kristus (12) : "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!". Bagaikan nyanyian yang bersahutan, suara nyaring itu dibalas dengan pujian sehingga seluruh makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya : "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" Ini merupakan pengakuan orang-orang percaya pada Kristus. Pada ayat 14 dijelaskan tentang tua-tua yang jatuh tersungkur dan menyembah. Yohanes hendak menggambarkan bahwa seluruh kuasa-kuasa dunia ini menjadi tak berarti di hadapan Sang Anak Domba. Anak Domba menggambarkan Kristus yang telah mengorbankan diriNya. Pengorbanan Kristus merupakan karya terbesar karena memberikan perdamaian, pengampunan dan keselamatan. Di dalam pengorbanan Kritus itu pula orang-orang percaya beroleh hidup kekal. Firman Tuhan ini membawa kita pada sebuah gambaran hidup yang indah. Hidup adalah anugerah Allah. Oleh sebab itu, kita layak mensyukuri segala pemberian Allah. Sebagai anak-anak Allah, maka kita adalah ahli-ahli waris dari janji-janjiNya. Anak-anak Allah akan mewarisi kehidupan kekal. Inilah yang telah dijanjikan Allah bagi anak-anakNya. Janji Allah itu begitu indahnya, melampaui segala sesuatu yang ada pada diri kita. Di tengah-tengah kehidupan ini kita terkadang diperhadapkan dengan gelombang kehidupan. Ini hanya merupakan ujian, sejauhmana kedalaman iman percaya kita pada firman Tuhan. Setiap orang yang percaya pada firman Tuhan, ia akan selalu merasakan kasih setia Tuhan di dalam hidupnya. Jadi khusunya bagi hamba-hamba Tuhan yang nantinya akan melayani di medan pelayanan, kita harus tetap bersyukur dimana pun nantinya akan ditempatkan. Dan kita harus yakin bahwa Tuhan senantiasa beserta kita.

      Hapus
    5. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Bacaan Mazmur (Anggianita Br Sembiring)
      Senin, 11 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Analisa saya dari pembacaan mazmur yang diambil dari Mazmur 39:1-14, Sebagai raja israel hidup Daud penuh kenyamanan: harta kekayaan yang melimpah dan memiliki pasukan tentara yang siap menjaga negerinya. Meski demikian Daud tidak pernah memegahkan diri. Dia sadar bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, hanya sementara waktu. Segala sesuatu ada akhirnya. Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Itulah sebabnya Daud berdoa, "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:5). Bukan saja alam semesta dan segala isinya, umur manusia pun ada akhirnya.
      Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang ini, sementara kita tidak tau kapan hari kematian kita tiba?, yang harus kita lakukan adalah merasa bahwa hidup kita di dunia ini hanyalah sebentar saja, sehingga dalam setiap waktu kita menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan, segala rencana hidup kita juga serahkan sepenuhnya kepadaNya, sadarlah bahwa kita hanya berencana di dunia ini, namun Dia yang menentukan. Sehingga tidak ada lagi yang merasa dirinya hebat. Dan hendaklah segala perbuatan yang kita lakukan harus didalam nama Yesus, lakukan segala perbuatan yang baik di mata Tuhan, sehingga kapanpun kematian itu datang, kita telah siap dengan bekal kita dalam kehidupan di dunia ini dan kita tidak merasa takut.

      Hapus
    6. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah : Andre Yovandi Purba
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Jumat, 15 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Yang menjadi bahan khotbah terambil dari 1Tawarikh 16 : 31-36, Tabut Perjanjian adalah tabut yang suci sebagai tanda kasih setia Tuhan atas umatNya. Tabut Perjanjian menjadi tanda kehadiran Allah diantara umatNya. Maka Daud menyanyikan syukur dan puji-pujian kepada Tuhan ketika Tabut itu dibawa ke Yerusalem. Dalam bacaan ini dijelaskan bahwa Daud sangat bersuka cita ketika tabut perjanjian kembali ke Yerusalem. Sehingga Daud memberikan pujian dengan penuh sukacita kepada Tuhan. Tuhan itu Raja atas segala bangsa dan segenap alam semesta. Segala sesuatu ada dibawah kuasaNya. PenghakimanNya sungguh admat dahsyat dan kasih setiaNya kekal selama-lamanya. Setiap orang yang merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya akan bersyukur dan memuji Tuhan. Hidup bersama-sama dengan Allah akan membawa sorak-sorai, syukur dan pujian. Inilah hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini. Sungguh begitu indahnya hidup bersama-sama dengan Tuhan. Kita hidup dan berjalan bersama Raja penguasa alam semesta. Jadi kita sebagai orang yang percaya “pujian” lah yang kita buat menjadi gaya hidup kita. The Velosif of Worship, persekutuan penyembahan pujian. Jadu bagi yang sudah merasakan kuasa Tuhan di dalam hidupnya, tidak patut lagi untuk memuji diri sendiri karena segala kemuliaan untuk Tuhan (Soli deo gloria). Ketika kita melakukan tindakan dalam kita menjalani kehidupan kita sehari-hari, hendaknya kita melakukannya untuk Tuhan (Kol. 3:23). Sebagai orang percaya selayaknya mensyukuri imannya kepada Yesus Kristus, sebab Ia telah datang untuk hidup diantara kita. Ia datang menggembalakan kita umat percaya, sehingga kita beroleh sukacita dariNya. Ucapan syukur kepada Tuhan itu tidak terbatas oleh waktu dan keadaan. Syukur kepada Tuhan tidak hanya ketika ulang tahun, naik jabatan, lulus dari pendidikan, rumah baru, sembuh dari penyakit. Namun syukur dan pujian akan selalu mengalir tiada hentinya kepada Tuhan sebab Ia yang telah menebus kita dari dosa dan juga yang memberikan kasihNya tetap dan kekal selamanya. Jadi tetaplah melakukan yang terbaik untuk menyenagkan hati Tuhan. Terpujilah Tuhan karena Ia baik. Amin

      Hapus
    7. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa Ibadah (Doa Syafaat) Agus Hamonangan
      Senin, 18 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Doa adalah percakapan rohani dengan Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab atau saat Tuhan berbicara kepada kita, dan kita menjawab. Itulah yang disebut doa. Doa bukan percakapan satu arah. Dan kita tahu, dalam Alkitab tertulis, "Tetaplah berdoa" (I Tes 5:17). Doa syafaat berarti berdoa untuk orang lain atau sesuatu yang bukan kebutuhan kita pribadi, namun mencakup kebutuhan orang lain atau kebutuhan yang lebih luas : Lingkungan, bangsa, gereja, bangsa lain, orang lain dan seterusnya.
      Dalam bahasa Inggris kata yang dipakai adalah "intercession". Pendoa syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Allah untuk menggantikan posisi orang lain. Dan yang dapat saya analisa bahwa, di dalam doa syafaat dalam ibadah kampus ini, bahwa sebelum memanjatkan doa-doa yang akan disampaikan, pendoa syafaat mengucapkan syukur, karena Tuhan telah memberi kesempatan untuk bersekutu dan beribadah, dan berterima kasih juga, atas firman yang telah disampaikan, agar firman yang telah sampai tidak hanya di dengan namun juga dilakukan dalam kehidupan. Dan disini juag pendoa syafaat mendoakan semua yang mengikuti ibadah baik mahasiswa, dosen dan pegawai, agar diberkati pribadi lepas pribadi. Organisasi-organisasi yang ada dikampus agar diberkati, agar semuanya program-program yang telah direncanakan berljalan dengan baik. Pendoa syafaat juga mendoakan agar di dalam memulai perkuliahan diberkati, dan juga aktifitas dalam satu minggu ini. Disini juga berdoa untuk negara indonesia, agar menuntun setiap pemimpin dalam memimpin negara ini agar semakin maju dan semakin baik kedepannya. Dan agar kiranya Tuhan mengampuni setiap dosa yang telah kami perbuat agar layak disebut sebagai anak Tuhan, dan aktifitas selanjutnya tetap Tuhan yang memberkati. Jadi dapat dilihat bahwa, pendoa syafaat memanjatkan permohonan orang lain kepada Tuhan, jadi tidak hanya untuk pribadinya sendiri.

      Hapus
    8. Nim : 12.01.904
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Pengkhotbah : Andi Satria Barus
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Jumat, 22 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Nats khotbah Kisah Para Rasul 11: 1-18
      Dalam bahan khotbah ini mengenai kedatangan Petrus ke rumah Kornelius seorang komandan dalam pasukan tentara Romawi. Dimana awalnya ada keberatan dalam dirinya ataupun ada pergumulan dalam dirinya, tapi karena Tuhan memberikan penglihatan suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai di depannya yang di dalamnya ada segala jenis binatang liar, dan binatang menjalar dan burung-burung. Dan ia mendengar suara yang berkata kepadanya agar ia memakan binatang-binatang tersebut. Tetapi Petrus tidak mau memakannya sebab binatang-binatang tersebut adalah pantangan (Kis. 10:10). Setelah itu ada oorang yang memanggil Petrus ke rumah Kornelius. Dan hal luar biasa, turun Roh kudus kepada semua orang yang mendengar berita keselamatan, setelah itu, orang –orang tersebut dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Setelah Petrus kembali ke Yerusalem, rasul-rasul dan orang Yahudi telah percaya kepada Yesus mendengar berita bahwa orang yang bukan Yahudi juga telah menerima firman Tuhan. Sehingga mereka mengkritik Petrus yang sudah berkunjung ke rumah orang bukan Yahudi dan belum disunat. Sehingga dengan tenang Petrus menjelaskan mulai dari awal sampai dia pergi dari rumah Kornelius. Dengan sangat jelas dikatakan bahwa Tuhan memberikan kasihNya kepada orang bukan Yahudi sama hal nya juga Tuhan memberikannya kepada rasul-rasul yang pertama percaya kepada-Nya. Setelah di dengar oleh rasul-rasul tersebut, mereka diam dan memuji Tuhan. Jadi, dapat kita lihat bahwa dalam pelayanan Petrus ke rumah Kornelius dan juga orang-orang bukan Yahudi, sehingga diyakini rasul-rasul maka keselamatan bukan hanya kepada orang yahudi tetapi untuk semua manusia (Yoh. 3:16). Dan dikatakan juga bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mencegah pekerjaan Tuhan. Sehingga rasul-rasul juga mengatakan bahwa “kepada orang Yahudi juga diberikan Tuhan jalan pertobatan agar mereka mendapatkan kehidupan”. Jalan pertobatan, hidup baru yang terbuka seluas-luasnya kepada semua manusia yang menerima kasih Tuhan, tujuannya agar manusia menerima kehidupan yang kekal, tidak hanya hidup di bumi tetapi kehidupan sampai selama-selamanya yang sudah dikehendaki Yesus Kristus. Mengubah pola pikir, perkataan yang sudah menjadi kebiasan bukan hal gampang, tetapi tidak ada mustahil bagi Tuhan, kalau kita mau merubahnya tentu Tuhan pasti akan bekerja. Dan dalam aplikasi dari khotbah tersebut juga dapat saya analisa bahwasanya kita juga harus mampu memberikan berita keselamatan kepada orang-orang yang bukan seagama dengan kita, dan tidak menganggap mereka sebagai musuh kita. Agar setiap yang kita lakukan dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  18. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
    NIM : 12.01.915
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 11 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21
    Ibadah Liturgi GKPA
    (Pengkhotbah : Josua Sigalingging)
    Air adalah unsur dasar penunjang kehidupan semua mahluk hidup. Karena itu tak ada mahluk hidup yang dapat bertahan tanpa ketersediaan air. Organ tubuh manusia, 70%-nya juga terdiri dari air. Ya, demikianlah pentingnya air dalam kehidupan kita. Karena itu, penulis Deutero Yesaya (Yesaya Kedua) menggambarkan Allah sebagai Sang Pemberi Air, sebagai Sang Pemberi Hidup. Bahkan air akan dipancarkanNya di padang gurun dan air akan dialirkanNya melalui padang belantara (ay.19). Pancaran air di tempat-tempat mustahil inilah yang menunjukkan bahwa masih ada harapan bagi Israel yang saat itu mengalami kehancuran setelah Kerajaan Yehuda runtuh. Keberadaan air itu semata untuk “memberi minum umat pilihan-Ku” (ay.19). Ayat ini menunjukkan secara sederhana prinsip kehidupan ini: di mana ada air di sana ada kehidupan, di mana ada air di sana ada pengharapan. Tuhan Allah telah menyediakan air-Nya bagi Israel dulu, dan bagi kita saat ini. Saat Tuhan menyatakan diriNya sebagai Sang Pemberi Air, di saat yang sama Ia menyatakan bahwa diriNya adalah Sang Sumber Hidup dan Pemberi Harapan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      NIM : 12.01.915
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Pengkhotbah : Pdt.Dr. Jon Riahman Sipayung
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Senin, 14 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda Pukul 10.00 WIB.
      Nats Khotbah: Yesaya 50: 4-9
      1. Kalau Tuhan Allah menolong, itu bukan berarti hamba Tuhan itu bebas dari penderitaan. Tetapi dia teguh, kuat menanggung penderitaannya, sekalipun punggung dan pipinya dipukul serta janggutnya dicabuti.
      2. Pertolongan Tuhan Allah itu nyata dalam sikapnya yang tidak berbuat noda, tidak mendapat noda; tidak merasa malu, tidak mendapat malu. Artinya sekalipun menderita tetap sanggup bertahan dalam kebenaran; sanggup dipermalukan.
      Kita semua adalah hamba Tuhan, sebab kita semua dikehendaki untuk melakukan pekerjaanNya dengan mentaati perintahNya. Tetapi kita juga adalah murid Tuhan. Sebagai murid Tuhan, kita harus selalu mendengarkan ajaran Sang Guru kita. Kita harus fokus ke depan, artinya terus mengembangkan diri. Kita harus terus mengembangkan dan meneguhkan iman dan spiritualitas (kerohanian) kita. Dengan itu Tuhan Allah menolong kita. Dengan begitu, sebagai hamba Tuhan yang adalah muridNya, kita akan tetap teguh, kuat dan sanggup menanggung segala penderitaan. Sebagai hamba yang taat dan murid yang menurut, kita akan tetap teguh berpegang pada kebenaran tanpa merasa malu dalam menghadapi segala pencobaan dan penderitaan.
      Mari kita terus belajar menjadi hamba yang taat dan murid yang mendengarkan Dia dan terus mengembangkan spiritualitas kita. Mari menjadi hamba yang taat dan murid yang menurut di manapun kita berada: di masyarakat, di studi, di gereja dll. Tuhan Allah pasti menolong kita
      “Kekuatan memikul salib lebih baik dari pada kebebasan dari memikul salib”

      Hapus
    2. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      NIM : 12.01.915
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah : Pembacaan Mazmur
      (Mazmur 12:1-9)
      Liturgis : Yuwan Fandes Ambarita
      Hari/Tanggal : Jumat, 18 Maret 2016
      Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah (Mazmur 12:7).
      1. Berjalan dengan iman menuntut siap menanggung resiko. Pahlawan-pahlawan iman adalah mereka yang siap menanggung resiko. Seperti Abraham yang disebut dengan “bapa orang beriman” (bnd Kejadian 12:1-9). Pahlawan iman tidak pernah melihat masalah besar melainkan melihat Allah besar yang mampu menyelesaikan masalah.
      2. Berjalan dengan iman, menuntut taat pada janji-janji Allah. Iman berasal dari janji-janji Allah, ditopang oleh janji-janji Allah, dan dituntut oleh janji-janji Allah. Karena itu ketaatan pada janji Allah merupakan persyaratan mutlak hidup beriman, walau untuk itu kita dibunuh dengan pedang bahkan dunia ini tidak layak bagi kita seperti dialami para pahlawan iman (Ibrani 11:35-40).
      3. Berjalan dengan iman, menuntut pandangan yang tertuju hanya pada Allah. Artinya percaya penuh bahwa pertolongan dari Allah yang memberi kemampuan bagi kita.
      Perjalanan hidup para tokoh Alkitab, baik sebelum maupun sesudah menjadi pahlawan iman tidak terlepas dari berbagai masalah dan tantangan.Alkitab juga menjelaskan bahwa mereka selalu memandang kepada Allah ketika mereka diperhadapkana berbagai masalah. Tetapi itu semua dilakukan untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      NIM : 12.01.915
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Pengkhotbah : Randa Sembiring
      Laporan Analisa Ibadah (Khotbah)
      Senin, 1 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda
      Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
      Dari sini kita memahami bahwa menyanyi dengan cara yang benar memiliki dampak yang baik bagi kehidupan kita. Namun sebagai makhluk yang bernafas ‘apakah kita sadar bahwa menyanyi itu penting bagi hidup kita? Dan lebih lagi, sebagai umat Tuhan, apakah kita sadar dan tahu bahwa menyanyi bagi Tuhan atau memuji Tuhan adalah kewajiban dan keharusan kepada semua yang bernafas? Marilah kita perhatikan apa yang dikatakan bagian Firman Tuhan ini. Mazmur ini adalah panggilan kepada segala yang bernafas untuk memuji Tuhan. Di dalamnya ada 13 kali seruan untuk memuji Tuhan. Di dalamnya juga terdapat prinsip-prinsip yang menolong kita memahami bagaimana memenuhi panggilan untuk memuji Tuhan secara utuh. Tempat kita memuji Tuhan yaitu di dalam kekudusanNya, dalam kuasa dan perananNya sebagai pencipta (ay. 1). Alasan mengapa kita memuji Tuhan yaitu karena kemahakuasaannya dalam semua karya-Nya dan dalam sifat-sifatNya (ay. 2). Bagaimana cara memuji Tuhan (ay. 3 – 5). Kita dapat memujiNya dengan iringan alat musik yang menggambarkan suasana, tenang, sukacita dan sorak. Namun perlu kita sadari bahwa, musik bukan tujuan utama, tetapi hanya sarana yang menolong kita. Tanpa musikpun, orang masih bisa tetap bernyanyi. Siapa yang harus memuji Tuhan (ay.6)? Dalam ayat 6 ditegaskan “biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan”. Secara umum, “segala yang bernafas” mengacu kepada segala yang hidup (ciptaan Tuhan) tanpa terkecuali untuk menyenangkan hati Tuhan. Apalagi kita yang telah diberi nafas oleh Tuhan .

      Hapus
    4. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      NIM : 12.01.915
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Tanggal : Senin 4 April 2016
      Pengkotbah : Pdt. Kaleb Manurung M.Th
      Analisa : Kotbah ( Mazmur 30:2-13)
      Daud sadar dan mengenali siapa dirinya sesungguhnya di hadapan Tuhan, dia menyesal akan kesombongannya selama ini, lalu ia memposisikan dirinya selaku orang yang memohon dikasihani. Dalam kelemahannya dan kerendahan hatinya, ia bermohon dan minta tolong kepada TUHAN. Ia menyatakan bahwa hanya TUHAN penolongnya, pemazmur tidak lagi sombong dan bermegah atas dirinya sendiri, dia pasrah hanya kepada TUHAN. Saat ini ia hanya mengharapkan kasih karunia Tuhan untuk menolongnya dari keterpurukannya itu. Daud menyadari bahwa hidupnya adalah hanya karena pengasihan dari TUHAN saja. Ia mengaku dan membuat suatu komitmen dalam dirinya, TUHAN adalah satu-satunya penyelamatNya, yang pantas menerima puji-pujian dan syukur untuk selama-lamanya.
      Semua yang kita miliki adalah kepunyaan Allah, yang diberikan kepada kita untuk dipakai demi kebaikan dan kepentingan hidup kita dan hidup orang lain. Baiklah kita pakai apa yang ada pada kita dalam rangka memuji dan memulikan namaNya. Perlu ada refleksi diri, agar jangan tumbuh sifat egois dan kesombongan dalam hidup kita. Sebab keselamatan bagi kita tidak ditentukan oleh harta, kedudukan dan kuasa yang ada pada kita, tetapi hanya oleh kasih karunia Tuhan Allah semata. TUHAN akan marah melihat tingkah laku kita yang melenceng jauh dari jalanNya lalu menghukum kita, tetapi jangan takut! TUHAN tetap mengasihi dan mau menolong hidup kita dari segala beban yang kita pikul, TUHAN sanggup mengubah hidup kita menuju hidup yang penuh dengan sukacita jika kita mau berbalik kepadaNya.

      Hapus
    5. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      NIM : 12.01.915
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Tanggal : Jumat 8 April 2016
      Pengkotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Analisa : Kotbah ( Wahyu 5:11-14)
      1. Tuhan telah menawarkan jalan keselamatan melalui pengorbanan Anak Domba Allah yang telah mati tersalib, dan kepadaNya telah diberikan kuasa di surga dan dibumi, yang menerimanya akan selamat dan yang menolak akan binasa.
      2. Melalui ini kita diajak untuk merenung kembali tentang sikap hidup kita selama ini,( sspiritualitas kita) apa yang telah kita perbuat, apa yang masih kurang, apa yang masih perlu kita diperbaiki, untuk disempurnakan.
      3. Kristus Melalui PengorbananNya telah membuka jalan Damai yaitu Damai dengan Allah dan damai dengan sesama, untuk itu melalui pertolongan Kuasa Roh Kudus sudah seharusnya terjadi tranformasi dalam kehidupan setiap pribadi, dalam Keluarga, dan dalam Jemaat sebagai tanda kerajaan Allah telah ada didalam diri kita, dalam keluarga, dan ditengah-tengah Jemaat, dan menjadi garam dan terang di dunia sekitar kita sebagai tanda kehadiran Kerajaan Damai.
      4. Untuk misi Perdamaian ada ”pengorbanan”, rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri/egoisme sebagai mana ditekankan Oleh Rasul Paulaus ;”Sebab tidak ada seorangpun diantara kita yang hidup untuk dirinya sendiri,dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup,kita hidup untuk Tuhan,daan jika kita mati kita mati untuk Tuhan,jadi baik hidup atau mati,kita adalah milik Tuhan” . Inilah satu keteladanan yang perlu kita nyatakan dalam kehidupan sehari hari.
      5. Dalam konteks ”damai dalam Kristus” dibutuhkan perenungan yang mendalam, dan pembelajaran akan makna ”perdamaian” sehingga kita senantiasa : belajar mengubah pikiran, belajar mengubah perasaan, dan nilai hidup, dan juga belajar mengubah prilaku , dalam terang Firman Tuhan.

      Hapus
  19. Nama : Ade Trisna Hutabara
    NIM : 12.01.900
    Ting\Jur : IV-A\ Theologi
    Ibadah Kampus, Jumat 11 Maret 2016 di capel STT AS (Ibadah Suku Angkola)
    Pengkotbah : Yoshua Sigalingging
    Liturgis : Arnita Siregar
    Pendoa Syafaat : Alfrida Dina Hasibuan
    Nats Kotbah : Yesaya 43:16:21
    Analisa : ketika bangsa Israel pada waktu itu selama 40 tahun lamanya berada di negeri pembuangan dan pada ayat ini menceritakanbagaimana mereka hendak keluar menuju tanah perjanjian yang Allaj perintahkan itu. Allah tidak melupakan bangsa Israel ketika dalam pembuangan, Allah tetap memelhara dan memperhatikan umatnya yang hidup dalam penindasan. Oleh sebab itu ketika bangsa Israel terindas Allah menyuruh supaya mereka tetap berpengharapan kepada Allah, sebab Allah akan memberikan jalan keluar bagi mereka yang berseru kepada-Nya. Namun kendati demikian bangsa Israel haruslah tetap percaya dan bersabar menunggu penggenapan janji Allah itu. Ketika mereka dalam perjalanan pulang menuju tanah perjanjian Allah memberikan suatu pengharapan bagi mereka. Pengharapan yang tidak sia-sia yang mereka nanti-nantikan. Walupun manusia sering mengingkari kehendak Allah namun Allah tetap setia kepada janji-janjiNya. Ketika bangsa Israel melihat bahwa nyata Kuasa Allah bagi kehidupan mereka, maka Amereka akan memuji kemasyuran dan kebesaran Allah yang menyertai perjalanan mereka mulai dari berada di tanah perbudakan hingga menuju tanah perjanjian. Seluruh umat akan melihat bahwa Allah itu berkuasa dan bertanggung jawab atas segala ciptaan-nya. Sekalipun musuh menghampiri kita tak kan dibiarkan-Nya kita kalah oleh musuh tapi Tuhan akan senantiasa menolong dan menopang kita. Penderitaan yang dialami oleh umat-NYa bangsa Israel adalah penderitaan yang menjadikan mereka sadar akan pemeliharaan Allah dalam perjalanan kehidupan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\ Theologi
      Ibadah Kampus, Senin 14 Maret 2016 di Capel STT AS
      Pengkotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
      Liturgis : Edy Kerisman Tarigan
      Nats Kotbah : Yesaya 50:4-9
      Analisa: Yesaya pasal 50 ini masuk kedalam bagian deutro Yesaya yang memuat kisah umat Israel pada masa pembuangan. Dalam masa pembuangan Yesaya menyampaikan kata-kata penghiburan dan pengharapan akan pemulihan dari Tuhan. Umat Israel terbuang karena ketidakpedulian terhadap perintah Tuhan. Mereka lebih suka menyembah dewa , mereka melakukan penindasan dan kekerasan terhadap sesama. Oleh sebab itu Tuhan mengutus seorang hamba kepada bangsa yang bebal. Antara seorang hamba dan tuan memiliki hubungan yang khusus. Seorang hamba adalah yang sedia untuk menerima pengajaran dan Tuhan akan membuka telinganya artinya Tuhan akan memampukan seseorang tersebut. Sebagai seorang hamba Tuhan ditengah masyarakat yang pernah di kecewakan oleh Tuhan akan sulit untuk menerima pengajaran yang benar. Umat yang selama ini dipermainkan oleh nabi-nabi palsu akan memandang setiap nabi yang berasal dari Allah akan dipandang sebagai nabi palsu. Atau umat akan sulit menerima pengajaran yang benar. Hal ini yang harus dilalui oleh hamba Tuhan sama seperti Yesaya. Sebagai seorang haba Tuha harus rela bertahan ditengah penderitaan, walaupun mereka mengalami penderitaan tetapi ia tetap setia dengan pengharapan Allah menolongnya.
      Keyakinan dari hamba Tuhan akan pertolongan Tuhan, dan Ia akan meneguhkan hatinya seperti keteguhan gunung batu. Maksud dari ungkapan ini adalah hamba bertindak karena kehendak dari Tuhan. Walau hal itu menghadapi konsekuensi yang berat, hamba Tuhan harus tetap bertaha. Oleh karena perlindungan Tuhan ia tidak takut menghadapi musuh atau lawan. Ia memandang dirinya benar dihadapan Tuhan. Itu jugalah sebabnya hamba Tuhan “menentang” pendengarnya: sesungguhnya Tuhan Allah menolong aku, siapakah yang berani menyatakan aku bersalah. Sebagai Hamba Tuhan harus selalu sedia mendengar perintah Tuhan. Hamba yang mempertajam pendengaran agar lebih mengerti kehendak Tuhan. Pemahaman yang benar menentukan relasi yang tepat.

      Hapus
    2. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Jumat 18 Maret 2016 di Capel STT AS
      Pengkotbah : Randa Sembiring
      Nats Kotbah : Mazmur 30:1-13
      Analisa : Dalam kitab Mazmur ini kita juga dapat melihat bahwa ibadah atau puji-pujian itu bersifat universal dan ditujukan hanya kepada Allah. Di dalam puji-pujian itu terkandung suatu pengakuan akan eksistensi Allah dan apa yang telah dilakukan-Nya, dan bagaimana seharusnya makhluk yang bernapas mengalami Allah yang besar itu. Bagian ini hendak mengajak kita untuk menyadari bahwa segala yang bernapas hidup dalam ketergantungan penuh kepada Allah, sumber kehidupan, penguasa atas seluruh kosmos dan pergerakan sejarah. Memuji Tuhan haruslah mengubah kita, mentransformasi kehidupan kita. Seluruh hidup kita haruslah memuji Tuhan, sebab Dia itu perkasa, besar, dan hebat (ya.2). Paling tidak, itulah yang dialami oleh pemazmur seperti terekspresikan dalam teks renungan ini. Itulah sebabnya pemazmur hendak memakai berbagai metode dan alat yang ada (dalam tempat kudus, cakrawala yang kuat, dengan sangkakala, gambus, kecapi, rebana, tari-tarian, seruling, dan ceracap) untuk kemuliaan nama Tuhan. metode dan alat puji-pujian yang disebutkan oleh pemazmur sangat tepat dengan konteks zamannya pada waktu itu. Oleh sebab itu selagi manusia masih diberikan kesempatan untuk bernafas maka harus dapat memuji Tuhan dengan segala kemampuan, kesempurnaan yang Tuhan berikan kepada diri kita pribadi. Tidak ada alasan untuk tidak memuji Tuhan mengagungkan nama-Nya yang perkasa. Sehingga lewat mulut kita nama Tuhan semakin dipermuliakan dan semakin banyak jiwa-jiwa yang hendak memuji nama Tuhan dalam berbagai bentuk dan ekspresi. Marilah kita memuji Tuhan dengan segala ekspresi, kemampuan dan bagian kita masing-masing. Dan kita hendak memuji Tuhan selama kita masih hidup dan bernafas, karena hidup kita hanya untuk meluiakan nama Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Senin 04 April 2016 di Capel STT AS
      Pengkotbah : Pdt. Kaleb Manurung M.Th
      Nats Kotbah : Mazmur 30:1-13
      Mazmur Daud pada pasal yang ke 30 ini, bagaiman raja Daud ia tidak luput dari berbagai persoalan dan pergumulan hidup. Kedudukannya sebagai raja tidak menjamin bahwa hidupnya akan berjalan mulus-mulus saja. Hal ini menjadi contoh bahwa pergumulan dan kesulitan itu dapat datang pada siapa saja tanpa memandang kedudukan dan jabatan seseorang. Namun ditengah pergumulan yang dihadapinya, sebagaimana dikatakan dalam nas ini, dia berteriak minta tolong dan berseru kepada TUHAN. TUHAN menjawab permohonannya, lalu hidup Daud dipulihkan. Atas pertolongan TUHAN itu, ia memanjatkan nyanyian syukur, memuji dan memuliakan nama TUHAN. Pemulihan dari TUHAN itu mangubah ratapan Daud menjadi tarian penuh sukacita.
      Mazmur ini adalah mazmur puji-pujian (nyanyian syukur) perseorangan (Daud). Dalam perkembangan selanjutnya, mazmur ini dipakai dan dinyanyikan ketika diadakannya pentahbisan Bait Suci. Dan sejak tahun 165 SM, bangsa Yahudi mengadakan perayaan pentabisan Bait suci setiap tahun, di saat-saat itulah biasanya mazmur ini dinyanyikan (band. Yoh 10:22). Sebuah kesaksian dari Daud atas besarnya kasih karunia TUHAN bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Tuhan tetap berkarya, memperbaiki, menyelamatkan orang-orang yang mau datang bermohon kepadaNya. Tidak seorang pun yang ditolak oleh Tuhan (ay 3; band Ratapan 3:22).Daud memberitahukan dan mengajak semua orang agar bernyanyi dan memulikan nama TUHAN atas segala kebaikanNya. Daud menyadari bahwa hidupnya adalah hanya karena pengasihan dari TUHAN saja. Ia mengaku dan membuat suatu komitmen dalam dirinya, TUHAN adalah satu-satunya penyelamatNya, yang pantas menerima puji-pujian dan syukur untuk selama-lamanya.
      Semua yang kita miliki adalah kepunyaan Allah, yang diberikan kepada kita untuk dipakai demi kebaikan dan kepentingan hidup kita dan hidup orang lain. Baiklah kita pakai apa yang ada pada kita dalam rangka memuji dan memulikan namaNya. Perlu ada refleksi diri, agar jangan tumbuh sifat egois dan kesombongan dalam hidup kita. Sebab keselamatan bagi kita tidak ditentukan oleh harta, kedudukan dan kuasa yang ada pada kita, tetapi hanya oleh kasih karunia Tuhan Allah semata.

      Hapus
    4. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Jumat 08 April 2016 di Capel STT AS
      Pengkotbah : Pdt. Dr. J. J. Damanik
      Nats Kotbah : Wahyu 5: 11-14
      Analisa : Dalam perikop ini disebutkan tentang Gulungan Kitab dan Anak domba. Gulungan kitab ini berisi pernyataan dari apa yang telah Allah tetapkan utuk keadaan akhir dari dunia dan Umat manusia. Kitab ini menerangkan bagai mana dunia ini akan di hukum dan menggambarkan kemenangan Allah dan umatNya atas segala kejahatan.
      Tetapi tidak ada seorangpun yang mampu membuka gulungan kitab itu baik yang disorga maupun yang di bumi, kecuali: ” Sesungguihnya singa dari suku Yehuda,yaitu tunas Daud, telah menang,sehingga ia dapat membuka gulungan Kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” Kristus dilukiskan seperti singa yang menunjukkan bahwa Dia yang memerintah segala isi bumi dan Dia berasal dari Suku dan keturunan Daud. Gelar Yesus sebagai Mesias yang menang dan raja yang kekal seperti halnya juga juga-janji jani yang telah dibuat dengan Daud (band.Yesaya 11: 1,10). Kristus yang menampakkan diri sebagai ”Anak domba”Allah membawa tanda-tanda bahwa Ia telah disembelih, dikorbankan, sebagai tanda penyerahan dirinya mati disalipkan semata-mata hanya untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Karena itu hanya Dialah yang layak dan yang berkuasa dan menang oleh karena kematiannya sebagai ”kurban” bagi manusia yang berdosa.
      Karya Kristus bagi dunia adalah melalui pengorbananya yang telah dinubuatkan para nabi ( bandingkan Bacaan Zakaria 9: 9 -14) dan Dia telah meninggalkan tahta Surgawi dan datang seperti seorang hamba; ... Ia telah mengosongkan diriaNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia” ( Pilipi 2:7) Dialah Raja Damai yng dinantikan, karena melalui KaryaNyalah kita diperdamaikan dengan Allah, dan itu merupakan kunci dari perdamaian dengan sesama manusia. Dengan menerima pengampuna dari Tuhan kita dimampukan berdamai dengan sesama dan kita sebagai pengikut Kristus harus meneladani DiriNya, PengorbananNya, PengampunanNya, dan melalui Dialah satu-satunya jalan keselamatan, dunia dan akhirat.
      Kristus melalui pengorbanan-Nya telah mebuka jalan damai yaitu damai dengan Allah dan dengan sesame, untuk itu melalui pertolongan kuasa Roh Kudus sudah seharusnya terjadi perubahan dalam kehidupan setiap pribadi dalam keluarga juga tentunya. Sebagai tanda kehadiran kerajaan damai.

      Hapus
    5. NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Senin 11 April 2016 di Capel STT AS
      Pembacaan Mazmur : Anggianita Sembiring
      Nats Kotbah : Mazmur 39:1-4
      Analisa : raja Daud adalah seorang yang nyaris sempurna di mata Tuhan, segalanya telah diberikan Allah kepadanya. Namun walupun demikian Daud masih saja merasa dirinya fana di dunia ini. Lakukanlah yang terbaik kepada Tuhan disisa umur kita. Manusia harus meyadari bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan yang derajatnya lebih rendah daripada Allah, sebab Allah yang menciptakan segala makhluk hidup. Dalam Mazmur ini bagaimana Raja Daud menyampaikan isi hatinya sebagai manusia yang fana, yang tiada artinya dihadapan Tuhan, ketika menghalau musuh maka Allah ada dipihaknya. Menyatakan bahwa raja Daud senantiasa memerlukan pertolongan Tuhan . dalam kesesakan dan keluh kesah yang dialaminya tidak membuat Daud jauh daripada Tuhan
      Demikan juga halnya dalam kehidupan manusia dalam menghadapi banyak tantangan tidak melupakan Tuhan dalam setiap perbuatannya. Kekuatan Tuhan akan senantiasa hadir dan meyertai bagi mereka yang memerlukan pertolongan Tuhan. Menjaga setiap perbuatan agar tidak terjatuh kedalam pencobaan (ay 2) merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh mereka yang meminta pertolongan kepada Tuhan. Yang menjadikan Tuhan sebagai sumber pertolongan yang sejati. Tuhan yang empunya kehidupan ini. Oleh sebab itu manusia hanya bisa berpasrah diri dan menikmati setiap proses kehidupan ini serta berjalan dijalan terang kasihNya.

      Hapus
    6. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Senin 18 April 2016 di Capel STT AS
      Khotbah : 1 Korintus 12: 14-16
      Pengkotbah : Swasti Sembiring (Mahasiswi Semester Akhir)
      Analisa :
      Dalam nats ini bagaimana Paulus menggatakan anggota tubuh yang satu berkaita dengan anggota tubuh yang lainnya. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari salah satu anggota tubuh, karena semua saling berkaitan denggan yang lain. Dalam kepelbagaian itu membuka peluang untuk melakukan banyak hal untuk memuliakan Tuhan. Tubuh merupakan kombinasi dari banyaknya anggota. Dalam nats ini jelas terlihat bahwa Tuhan telah menempatkan pada tempatnya dengan baik. Allah telah menempatkan kaki dibawah, telinga disebelah kepala, demikian pula tangan dan mata di depan, dan lain sebagainya. Kristus adalah kepala tubuh itu sendiri yang membuat para pengikutnya menjadi satu karena saling berbagi dalam satu roti dan satu cawan perjamuan kudus. Dengan jelas sekali Kristus memproklamasikan hak istimewa progrative, karenanya walaupun mata bukan tangan, tidak boleh mata mengatakan kepada tangan “aku tidak memerlukanmu”. Mata anggota yang mulia dalam tubuh, tetapi mata memerlukan tangan untuk medapatkan apa yang dilihat oleh mata tadi dan sekaligus untuk membela mata juga. Dengan demikian Paulus mengajarkan bahwa tiap-tiap anggota jemaat memerlukan anggota yang lain dan menolongnya.

      Hapus
    7. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Jumat 22 April 2016 di Capel STT AS
      Khotbah : Kisah Para Rasul 11: 1 – 18
      Pengkotbah : Andi Barus (Mahasiswa tingkat akhir)
      Analisa :
      Bagaimana Petrus mengunjungi rumah Kornelius dan berita ini tersebar samapai ke Yerusalem. Petrus menceritakan bahwa alasannya menerima Kornelius adalah karena Tuhan telah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain. Tuhanlah yang menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus. Tuhan jugalah yang menyuruh Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius. Melalui tiga kali penglihatan makanan haram, Petrus diingatkan bahwa apa yang dinyatakan halal bagi Allah tidak boleh dinyatakan haram. Ini terjadi untuk mengubah pola pikir Petrus yang masih cenderung sempit memandang sasaran pekabaran Injil. Petrus akhirnya sadar bahwa dia tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Dasar keberaniannya untuk pergi ke rumah Kornelius adalah karena Allah telah membuka jalan dan mengubahkan cara berpikirnya. Dalam diri Petrus terjadi perubahan pola pikir yang amat drastis. Dia dan para rasul lain awalnya berpikir bahwa injil hanya diperuntukkan bagi orang bersunat/Yahudi dan inilah yang mereka lakukan selama ini. Tetapi kemudian, saat Allah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain, Petrus mau terbuka pada karya Allah tersebut dan menjadi alatNya untuk memberitakan Injil kepada bangsa lain. Meskipun mengetahui bahwa dia akan menerima kritik dari teman-teman Yahudinya, tetapi dia berani untuk menghadapi resiko tersebut dengan tetap taat kepada Allah. Injil tidak lagi dipahami sempit dalam golongan Yahudi saja, tetapi menjadi lebih universal. Allahlah yang pertama sekali membuka jalan dan pola pikir tersebut untuk menyatakan karunia keselamatan yang sama kepada bangsa lain secara lebih universal.

      Hapus
    8. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Jumat 22 April 2016 di Capel STT AS
      Khotbah : Kisah Para Rasul 11: 1 – 18
      Pengkotbah : Andi Barus (Mahasiswa tingkat akhir)
      Analisa :
      Bagaimana Petrus mengunjungi rumah Kornelius dan berita ini tersebar samapai ke Yerusalem. Petrus menceritakan bahwa alasannya menerima Kornelius adalah karena Tuhan telah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain. Tuhanlah yang menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus. Tuhan jugalah yang menyuruh Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius. Melalui tiga kali penglihatan makanan haram, Petrus diingatkan bahwa apa yang dinyatakan halal bagi Allah tidak boleh dinyatakan haram. Ini terjadi untuk mengubah pola pikir Petrus yang masih cenderung sempit memandang sasaran pekabaran Injil. Petrus akhirnya sadar bahwa dia tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Dasar keberaniannya untuk pergi ke rumah Kornelius adalah karena Allah telah membuka jalan dan mengubahkan cara berpikirnya. Dalam diri Petrus terjadi perubahan pola pikir yang amat drastis. Dia dan para rasul lain awalnya berpikir bahwa injil hanya diperuntukkan bagi orang bersunat/Yahudi dan inilah yang mereka lakukan selama ini. Tetapi kemudian, saat Allah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain, Petrus mau terbuka pada karya Allah tersebut dan menjadi alatNya untuk memberitakan Injil kepada bangsa lain. Meskipun mengetahui bahwa dia akan menerima kritik dari teman-teman Yahudinya, tetapi dia berani untuk menghadapi resiko tersebut dengan tetap taat kepada Allah. Injil tidak lagi dipahami sempit dalam golongan Yahudi saja, tetapi menjadi lebih universal. Allahlah yang pertama sekali membuka jalan dan pola pikir tersebut untuk menyatakan karunia keselamatan yang sama kepada bangsa lain secara lebih universal.

      Hapus
    9. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Ting\Jur : IV-A\Theologi
      Ibadah Kampus, Jumat 22 April 2016 di Capel STT AS
      Khotbah : Kisah Para Rasul 11: 1 – 18
      Pengkotbah : Andi Barus (Mahasiswa tingkat akhir)
      Analisa :
      Bagaimana Petrus mengunjungi rumah Kornelius dan berita ini tersebar samapai ke Yerusalem. Petrus menceritakan bahwa alasannya menerima Kornelius adalah karena Tuhan telah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain. Tuhanlah yang menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus. Tuhan jugalah yang menyuruh Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius. Melalui tiga kali penglihatan makanan haram, Petrus diingatkan bahwa apa yang dinyatakan halal bagi Allah tidak boleh dinyatakan haram. Ini terjadi untuk mengubah pola pikir Petrus yang masih cenderung sempit memandang sasaran pekabaran Injil. Petrus akhirnya sadar bahwa dia tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Dasar keberaniannya untuk pergi ke rumah Kornelius adalah karena Allah telah membuka jalan dan mengubahkan cara berpikirnya. Dalam diri Petrus terjadi perubahan pola pikir yang amat drastis. Dia dan para rasul lain awalnya berpikir bahwa injil hanya diperuntukkan bagi orang bersunat/Yahudi dan inilah yang mereka lakukan selama ini. Tetapi kemudian, saat Allah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain, Petrus mau terbuka pada karya Allah tersebut dan menjadi alatNya untuk memberitakan Injil kepada bangsa lain. Meskipun mengetahui bahwa dia akan menerima kritik dari teman-teman Yahudinya, tetapi dia berani untuk menghadapi resiko tersebut dengan tetap taat kepada Allah. Injil tidak lagi dipahami sempit dalam golongan Yahudi saja, tetapi menjadi lebih universal. Allahlah yang pertama sekali membuka jalan dan pola pikir tersebut untuk menyatakan karunia keselamatan yang sama kepada bangsa lain secara lebih universal.

      Hapus
  20. Nama : Desy Ristiana Saragih
    Nim : 12.01.916
    Ting/jur : IV-A/ Teologi
    Analisa Ibadah : 11 Maret 2016
    Khotbah : Yes. 43:16-21 ( Josua Galingging)
    Dalam nats khotbah yang sudah disampaikan pada ibadah kali ini, dimana yang dapat saya dapat dalam Yesaya 43:16-21 dimana kehidupan ini seperti air. Air adalah unsur dasar penunjang kehidupan semua mahluk hidup. Karena itu tak ada mahluk hidup yang dapat bertahan tanpa ketersediaan air. demikianlah pentingnya air dalam kehidupan kita. Karena itu, penulis Deutero Yesaya (Yesaya Kedua) menggambarkan Allah sebagai Sang Pemberi Air, sebagai Sang Pemberi Hidup. Bahkan air akan dipancarkanNya di padang gurun dan air akan dialirkanNya melalui padang belantara (ay.19) yang mengatakan “Sebab Aku akan membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku”. Disini dijelaskan kepada kita bahwasanya Pancaran air di tempat-tempat mustahil inilah yang menunjukkan bahwa masih ada harapan bagi Israel yang saat itu mengalami kehancuran setelah Kerajaan Yehuda runtuh. Keberadaan air itu semata untuk “memberi minum umat pilihan-Ku” (ay.19). Ayat ini menunjukkan secara sederhana prinsip kehidupan ini: di mana ada air di sana ada kehidupan, di mana ada air di sana ada pengharapan. Seperti dalam Alkitab, Tuhan Allah telah menyediakan air-Nya bagi Israel dulu, dan bagi kita saat ini. Saat Tuhan menyatakan diriNya sebagai Sang Pemberi Air, di saat yang sama Ia menyatakan bahwa diriNya adalah Sang Sumber Hidup dan Pemberi Harapan. Karena itu, tak salah jika renungan atau firman Tuhan yang kita baca tiap hari ini diberi nama Pancaran Air Hidup di mana air Tuhan memancar melaluinya. Kita diberi air, hidup, supaya kita hidup menghargai air dan hidup itu. setelah selesai membaca renungan , kita dapat memikirkan dan merenungkan sperti meraih segelas air putih, minumlah dan rasakan kasihNya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desy Ristiana Saragih
      Nim : 12.01.916
      Ting/jur : IV-A/ Teologi
      Analisa Ibadah : 14 Maret 2016
      Khotbah : Yes. 50:4-9 ( Pdt. Dr. J. Sipayung)
      Yang dapat saya analisa dalam khotbah hari ini dengan perikop “ketaatan Hamba Tuhan” dimana dalam perikop ini ada dua hal yang menarik menurut saya yaitu Kalau Tuhan Allah menolong, itu bukan berarti hamba Tuhan itu bebas dari penderitaan. Tetapi dia teguh, kuat menanggung penderitaannya, sekalipun punggung dan pipinya dipukul serta janggutnya dicabuti. Pertolongan Tuhan Allah itu nyata dalam sikapnya yang tidak berbuat noda, tidak mendapat noda; tidak merasa malu, tidak mendapat malu. Artinya sekalipun menderita tetap sanggup bertahan dalam kebenaran; sanggup dipermalukan. Dari hal yang diatas timbul pertanyaan bagi kita dapatkah kita bisa menjadi hamba seperti Tuhan Yesus yang rela menderita dan rela mati? mungkin kita sebagai hamba Tuhan harus bisa menjadi seperti Tuhan yang tahan akan penderitaan. Kita semua adalah hamba Tuhan, sebab kita semua dikehendaki untuk melakukan pekerjaanNya dengan mentaati perintahNya. Tetapi kita juga adalah murid Tuhan. Sebagai murid Tuhan, kita harus selalu mendengarkan ajaran Sang Guru kita. Kita harus fokus ke depan, artinya terus mengembangkan diri. Kita harus terus mengembangkan dan meneguhkan iman dan spiritualitas (kerohanian) kita. Dengan itu Tuhan Allah menolong kita. Dengan begitu, sebagai hamba Tuhan yang adalah muridNya, kita akan tetap teguh, kuat dan sanggup menanggung segala penderitaan. Sebagai hamba yang taat dan murid yang menurut, kita akan tetap teguh berpegang pada kebenaran tanpa merasa malu dalam menghadapi segala pencobaan dan penderitaan.Mari kita terus belajar menjadi hamba yang taat dan murid yang mendengarkan Dia dan terus mengembangkan spiritualitas kita. Mari menjadi hamba yang taat dan murid yang menurut di manapun kita berada: di masyarakat, di tempat kerja / studi, di gereja dll. Tuhan Allah pasti menolong kita.

      Hapus
    2. Nama : Desy Ristiana Saragih
      Nim : 12.01.916
      Ting/jur : IV-A/ Teologi
      Analisa Ibadah : 1 April 2016
      Khotbah : Mazmur 150:1-13 (Randa Sembiring)
      Memuji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang Kristen. Karena itu dalam setiap peribadatan puji-pujian selalu mendapat porsi yang cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Hal ini menandakan bahwa pujian merupakan bagian penting dalam kehidupan orang percaya.Mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu? Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuranNya. Tuhan berkata, "umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anakNya kita harus taat melakukannya. Ibrani 13:15: "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umatNya, karena itu Ia selalu hadir dan bertahta di atas pujian kita. Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup kita biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita. KehadiranNya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita: memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita. Daud menulis: "Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu." (Mazmur 147:1). Marilah kita memuji Tuhan di segala waktu seperti yang dilakukan Daud. "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2), tidak terbatas hanya pada saat kita beribadah di gereja saja. Sebagai manusia Daud pun pernah dan sering mengalami masalah atau pun tekanan dalam hidupnya, namun ia tidak menjadi putus asa dan terus-menerus tenggelam dalam kepedihan.
      Mari kita ubah keadaan yang buruk dan kepedihan hati menjadi sorak kemenangan dengan kuasa puji-pujian. Masalah dan pencobaan boleh saja datang, tetapi sebagai umat Tuhan kita harus belajar untuk tetap mengucap syukur dan memuji-muji Dia. Kalahkanlah kesedihan kita dengan puji-pujian.Saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasaNya: mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan. Memuji Tuhan itu juga baik bagi kita sendiri (baca Mazmur 147:1-6) dan mendatangkan kuasa yang luar biasa bagi kita. Dikatakan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat." (Mazmur 84:5, 7).

      Hapus
    3. Nama : Desy Ristiana Saragih
      Nim : 12.01.916
      Ting/jur : IV-A/ Teologi
      Analisa Ibadah : 4 April 2016
      Khotbah : Mazmur 30:1-13 (Pdt. K. Manurung, M. Th)
      Sering kali di dalam kehidupan sehari-hari kita merasa ragu untuk menceritakan pada orang lain bahwa sesungguhnya kita ini ragu-ragu akan keberadaan Tuhan. Bagaimana tidak ragu? Kita merasa telah melakukan cukup banyak untuk Tuhan. Kita berkorban untuk Dia. Kita menghabiskan tenaga , waktu dan pikiran bahkan uang. Tidak jarang pekerjaan dan keluarga menjadi korban gara-gara pelayanan di gereja. Banyak orang dalm menjalani kehidupan ini pernah bertanya berapa lama kepada TUHAN atau tidak? Kadang dalam perjalanan melayani TUHAN dan tatkala diperhadapkan pada kondisi tertentu saya pernah bertanya demikian. Berapa lama lagi TUHAN? Berapa lama lagi TUHAN. Sering orang bertanya kepada Tuhan karena banyak rintangan yang dihadapinya. Maka terlontar kata-kata seperti sebuah nyanyian yang mengatakan “Tuhan berapa lama lagi? sampai kapan aku kwatir, sampai kapan ku bersedih Tuhan”. Dan bahkan juga ada orang berfikir kenapa setiap orang kriten dalam melakukan ibadah selalu bernyanyi bersorak-sorak dan bertepuk tangan. puji-pujian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Kristen. Jika ada orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan atau hanya memuji Tuhan saat berada di gereja, Bahkan Daud memuji-muji Tuhan tujuh kali dalam sehari (baca Mazmur 119:164). Jangan anggap remeh puji-pujian bagi Tuhan itu! Ada kuasa yang dahsyat saat kita memuji Tuhan sebab Ia bersemayam di atas pujian yang dinaikkan oleh umatNya (baca Mazmur 22:4). Memuji-muji Tuhan adalah kunci yang menggerakkan pintu sorga terbuka dan tanganNya terulur bagi kita!

      Hapus
    4. Nama : Desy Ristiana Saragih
      Nim : 12.01.916
      Ting/jur : IV-A/ Teologi
      Analisa Ibadah : 8 April 2016
      Khotbah : Wahyu 5:11-14 ( Pdt. Dr. J. J. Damanik)
      Dalam renungan yang disampaikan kepada kita semua tentang Pertama, dengan kebangkitan-Nya, Yesus hadir di mana saja dan kapan saja, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagaimana ia hadir dan masuk dalam kehidupan sehari-hari para murid, bahkan ketika mereka sudah melupakan Dia, Yesus pun selalu hadir, masuk, dan menyertai kita dalam kehidupan kita sehari-hari, juga pada saat kita sibuk dan kita tidak memikirkan Dia.Kedua, kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita adalah kehadiran yang membawa berkah sebagaimana kehadiran-Nya dalam kehidupan para murid membuat usaha mereka yang semula tidak ada hasilnya (tidak menangkap apa-apa) menjadi berhasil secara melimpah. Bersama Tuhan, usaha-usaha kita tentu akan lebih berhasil secara optimal dan hidup kita menjadi lebih berbuah secara melimpah.Ketiga, kehadiran Yesus yang menjamin hidup kita, sebagaimana ia telah menyediakan sarapan bagi para murid, hendaknya semakin meningkatkan komitmen kita untuk sungguh mencintai Dia dan setia menjalankan tugas perutusan dari-Nya sesuai dengan tugas, peran dan panggilan kita masing-masing.

      Hapus
  21. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 15 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Renungan : 1Tawarikh 16 : 31-36
    (Pengkhotbah : Andre Yovandi Purba)

    Tabut Tuhan melambangkan kehadiran Tuhan dan berkat-Nya atas umat-Nya. Itu sebabnya respons Daud dan umat Israel diungkapkan lewat mazmur ucapan syukur yang begitu indah.

    Mazmur ucapan syukur ini dimulai dengan ajakan untuk mensyukuri kebaikan Tuhan dengan bernyanyi, bermegah, mencari wajah Tuhan, dan mengingat perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Lalu segala perbuatan Tuhan dijabarkan pada ayat-ayat berikutnya. Pada intinya karya Tuhan atas umat-Nya bisa dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Tuhan mengikatkan diri-Nya dengan Perjanjian kekal kepada umat-Nya. Salah satu isi janji-Nya adalah memberikan tanah Kanaan sebagai milik pusaka Israel. Kedua, Tuhan menjanjikan pemeliharaan-Nya atas umat-Nya. Dia tidak membiarkan bangsa-bangsa lain mengusik milik-Nya.

    Mazmur ini dilanjutkan dengan seruan mengajak, bukan hanya umat Israel, tetapi segenap bumi dan semua bangsa untuk membesarkan nama Tuhan. Mereka tentu sudah melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan dahsyat dan ajaib yang dilakukan Tuhan atas umat-Nya. Dia bukan hanya Tuhan atas umat-Nya Israel, melainkan Tuhan atas semua bangsa dan segenap alam. Tuhan Pencipta adalah Allah yang mengatasi segala ilah lain. Dia adalah Raja bukan hanya atas Israel tetapi Raja dunia ini. Respons umat sungguh tepat: "Amin! Pujilah TUHAN!".

    Tidak ada yang lebih disukai Tuhan daripada pujian dan ucapan syukur yang sungguh-sungguh keluar dari hati yang tulus. Tentu lebih indah dan dahsyat kalau pujian dan syukur itu tidak semata-mata berbentuk ibadah atau persekutuan, tetapi berwujud pelayanan yang memberkati sesama manusia. Mereka yang masih hidup dalam kegelapan dosa dan menyembah ilah-ilah hampa, kiranya melihat Tuhan yang hidup melalui hidup anak-anak-Nya.

    Mengucap syukurlah kepada Tuhan dengan segenap hati, makan Tuhan akan melimpahkan berkatnya yang berkelimpahan untuk umatnya,

    BalasHapus
  22. Nama : Dear Mando Purba
    Nim : 12.01.913
    Tanggal : Jumat, 11 Maret 2016
    Pengkotbah : Josua Sigalingging
    Tema ibadah yang dibawakan dalam liturgy suku Angkola ialah dipilih untuk memuliakan Tuhan.
    Salah satu dokumen penting gereja reformed adalah katekismus Westminster. Sebuah dokumen yang berisi tentang pengakuan iman dan sistem teologi reform yang didasarkan pada kebenaran firman Tuhan. Dokumen Westminster ini dimulai dengan sebuah pertanyaan yang mungkin tidak sangat jarang kita pertanyakan sebelumnya, bahkan mungkin tidak pernah ditanyakan oleh orang dari kepercayaan manapun di dunia. Pertanyaan itu adalah “apakah tujuan utama manusia?” katekismus kemudian menjawab, “tujuan utama manusia adalah untuk memuluakan Allah dan menikmati Dia selamanya”.
    Sebagai makhluk yang bereksistensi, manusia memiliki tujuan. Namun sebagai makhluk ciptaan, tujuan itu tidak ditemukan dalam diri manusia itu sendiri. Dengan kata lain manusia tidak pernah tahu apa tujuan hidup manusia sebenarnya, kecuali yang bersangkutan mencari jawaban kepada yang menciptakannya. Di dalam Alkitab kita menemukan jawaban sangat jelas bahwa tujuan hidup manusia adalah memuliakan-Nya.
    G.I. Williamson menjelaskan bahwa ungkapan memuliakan Allah hendaknya diartikan sebagai mencerminkan kemuiaan Allah. seperti halnya langit yang menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala yang memberitakan pekerjaan-Nya (Mazmur 19:2). Williamson mengatakan bahwa inti dari aktivitas memuliakan Allah adalah ketika hidup kita berpusat kepada Allah. masalahnya, siapakah yang menjadi poros hidup kita saat ini? Orang lain, uang dan harta, jabatan, atau Tuhan Yesus sendiri? Orang tebusan Tuhan seharusnya memiliki Tuhan sebagai poros hidupnya. Maka dengan demikian tujuan Allah atas hidup manusia telah terpenuhi.
    Matahari mempunyai cahaya sendiri, tetapi bulan tidak punya cahaya sendiri. Bulan hanya memantulkan 8% dari cahaya matahari yang diterimanya; dia menjadi reflektor untuk memancarkan kembali cahaya itu kepada benda-benda lain. Andaikata saya mengambil cermin lalu memakainya sebagai reflektor untuk memantulkan kembali cahaya ke arah sumber cahaya tersebut, apakah dengan demikian sumber cahaya itu bisa menjadi lebih bercahaya? TIDAK! Tetapi di sini ada satu pengertian yang penting, yaitu KEMBALI KEPADA ASAL ltulah maknanya!
    Dalam Majalah Momentum, artikel yang ditulis Pdt.Stephen Tong mengatakan bahwa Allah mau kita kembali kepada asal. Allah mau kita hidup dalam arah yang benar. Berapa banyak orang yang mempunyai arah hidup yang salah? Berapa banyak orang yang mempunyai suara yang bagus tetapi tidak memakai suara itu untuk Tuhan? Berapa banyak orang yang namanya kristen tetapi menyanyi di kelab malam? Berapa banyak orang yang namanya anak-anak Tuhan tetapi menyanyi untuk memuja hawa nafsu? Di sinilah letak perbedaan antara anak-anak Tuhan dan mereka yang tidak mengenal Tuhan. Jika asalnya dari Tuhan Maka segala kemuliaan hanya Bagi Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Senin, 14 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Yesaya 50: 4-9
      (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung )

      La Rouchefoucauld mengatakan Allah memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, agar kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara. Serta ada ungkapan yang mengatakan “Wajah yang kotor tidak akan menyakiti hati seseorang, tetapi lidah yang kotor pasti akan menyakiti hati seseorang”.
      Lalu Jackie Chan seorang actor laga Internasional berkata bahwa “kita Cuma mempunyai dua tangan, tidak mungkin bisa menutup ribuan mulut diluar sana yang bercerita tentang kitajadi gunakanlah kedua tangan kita untuk menutup telinga saja”
      Lidah adalah salah satu bagian tubuh manusia yang kecil. Lidah memang kecil tetapi mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan seorang manusia. Dengan lidah kita dapat menyadarkan kesalahan seseorang sekaligus juga bisa menjatuhkan seseorang, ini semua tergantung bagaimana kita menggunakan Lidah sesuai fungsinya. Banyak hal negative yang dapat dilakukan lidah, antara lain adalah: memfitnah, bergosip, mengutuk, mencaci-maki, menghakimi.
      Hamba TUHAN tidak digambarkan sebagai seorang nabi tetapi sebagai seorang murid yang berhikmat. Kehidupan hamba TUHAN yang siap melayani adalah bagaikan kehidupan murid yang mau dipersiapkan oleh TUHAN, Sang Guru Agung. TUHAN mempersiapkan, membentuk dan memperlengkapi hamba-Nya sedemikian rupa sehingga tiap pagi mempertajam pendengaran hamba-Nya. Bagaikan seorang murid yang sedang belajar, maka syarat utama untuk berhasil adalah mau mendengar Sang Guru. Ini bukan mendengar sambil lalu tapi sungguh-sungguh membuka telinga, hati dan pikiran untuk mendengarkan Firman TUHAN secara cermat dan kesiapan untuk menghidupi Firman TUHAN dalam keseharian. Seorang murid yang mau mendengarkan dengan baik, akan mampu menyerap perkataan dan ajaran Sang Guru dengan baik. Pendengarannya bagaikan pisau yang terus diasah dan dipertajam. Seorang murid yang memiliki pendengaran yang tajam akan menangkap suara Sang Guru dengan tepat, akibatnya dia pun dimampukan berkata-kata secara tepat. TUHAN mengaruniakan lidah yang mampu mengatakan apa yang telah didengar oleh telinga dari TUHAN. Lidah seorang murid adalah lidah yang tidak sembarangan berbicara tapi lidah yang telah diajar TUHAN berbicara yang benar, tepat serta menjadi berkat (ay 4). Itulah lidah yang digerakkan oleh pendengaran akan Firman TUHAN. Seorang murid yang perkataannya bersumberkan pendengaran akan Firman TUHAN akan melahirkan kehidupan pelayanan yang menjadi berkat bagi orang lain. Ia akan dimampukan mengucapkan perkataan yang memberikan semangat kepada mereka yang letih lesu.

      Hapus
    2. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Analisa Ibadah 18 Maret 2016
      Khotbah : Luk 19:28-40 (Pdt. T. Br. Sinaga)
      Kerendahan hati Yesus
      Keledai, binatang yang kerap mendapat ejekan karena image "keras kepala" dan "bebal', yang melekat kuat bagi sebagian orang ternyata dipilih Tuhan Yesus menjadi tunggangan saat Yesus masuk ke Yerusalem. Peristiwa Yesus masuk Yerusalem ini merupakan momen penting dalam permulaan kesengsaraan yang akan dijalani-Nya.
      Ada alasan yang dipakai untuk menunjukkan kenapa keledai yang dipilih. Alasannya keledai melambangkan "humility" atau kerendahan hati atau kemiskinan. Keledai itu memang kontras dengan kuda yang sosoknya anggun dan gagah, jadi keledai itu seolah menggambarkan kesederhanaan. Sebenarnya tidak demikian karena keledai adalah tunggangan yang sangat berharga dan mulia di Timur Tengah. Keledai itu adalah tunggangan yang dipakai para pemimpin zaman dahulu. Abraham saja memakai keledai sebagai tunggangannya. Yair sebagai Hakim, dalam kitab Hakim-Hakim 10 memakai keledai sebagai tunggangannya saat memerintah Israel selama 22 tahun. Abigail, istri dari Nabal seorang yang kaya menunggangi keledai dalam 1 Samuel 25. Dalam 1 Raja-Raja 1:38 Raja Salomo menaiki keledai setelah diurapi sebagai Raja.
      Keledai yang disebutt dalam Injil tidaklah sama dengan keledai Eropa yang terkenal "keras kepala". Keledai di Timur Tengah justru disukai dan dikenal karakteristiknya sebagai hewan yang pintar, sabar, taat, lembut dan tangguh. Keledai bahkan mampu menanjak di pegunungan melebihi kekuatan seekor kuda. Keledai juga sering dipakai pada masa damai sedangkan kuda dipakai pada masa perang.
      keledai itu sendiri menunjukkan Yesus sebagai Mesias yang mulia. Tapi jelas bukan Mesias atau Raja yang ada dalam konsep atau pemikiran orang Yahudi pada umumnya. Mereka mungkin mengharapkan Mesias itu menunggang kuda dan akan memimpin perlawanan melawan Romawi seperti kaum Zelot. Tapi Yesus sebagai Mesias datang untuk membawa misi damai. Dengan menunggang keledai, Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah Raja Damai, bukan Raja yang datang dengan kuda sebagai tunggangan perang. Dia datang bukan untuk menaklukkan dengan peperangan tetapi dia datang dengan cinta, anugerah, kasih, belas kasihan dan pengorbanan-Nya. Ini jelas dinyatakan dalam nubuatan Zakharia bahwa dia datang dengan damai dan untuk melakukan penebusan dengan darah-Nya.
      Sumber: Smith’s Bible dictionary

      Hapus
    3. Nama : Dear Mando purba
      NIM : 12.01.913
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 1 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
      (Pengkhotbah : Randa Sembiring)
      Tema mingguan adalah biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. B e r g e r a k, Peka Terhadap Rangsang (iritabilitas), Memerlukan Makan (nutrisi), Tumbuh dan Berkembang, Berkembangbiak (reproduksi),adaptasi ,regulasi, Ekskresi dan yang terakhir adalah bernafas.
      Bernafas merupakan salah satu ciri-ciri makhluk hidup. Setiap saat makhluk hidup selalu bernapas. Bernapas adalah proses pengambilan oksigen dari udara bebas serta melepaskan karbon dioksida dan uap air. Oksigen digunakan untuk pembakaran zat makanan yang disebut proses oksidasi biologis.
      כל הנשמה תהלל ×™×” הללו־×™×” (kol ha•ne•sya•mah te•ha•lel yah hale•lu-yah.)
      Nafas yang diberikan Allah kepada kita seharusnya digunakan untuk memuji-Nya. Selama kita hidup kita wajib memuji Pencipta kita. Dengan nafas-Nya Allah menciptakan segala sesuatu dan dengan nafas kita kita memuja-Nya. Kitab Mazmur diawali dengan berkat Allah bagi orang benar (Mazmur 1 ayat 1] dan diakhiri dengan semua ciptaan memuji Pencipta yang menyayangi mereka.
      Secara Kesehatan Tabloit Genius Beauty mengatakan , terdapat beberapa manfaat aktivitas menyanyi bagi kesehatan yaitu:
      • Meningkatkan kualitas hidup. Menyanyi dapat menjadi jalan untuk menemukan kegembiraan. Selain itu, mampu memberikan efek anti-depresi
      • Menyanyi dengan teknik pernafasan yang tepat akan membuat darah penuh dengan oksigen. Mungkin pada awalnya mengalami pusing. Namun seiring dengan hal tersebut, fungsi kerja jantung dan pernafasan meningkat.
      Dari sini kita memahami bahwa menyanyi dengan cara yang benar memiliki dampak yang baik bagi kehidupan kita. Namun sebagai mkhkluk yang bernafas ‘apakah kita sadar bahwa menyanyi itu penting bagi hidup kita? Dan lebih lagi, sebagai umat Tuhan, apakah kita sadar dan tahu bahwa menyanyi bagi Tuhan atau memuji Tuhan adalah kewajiban dan keharusan kepada semua yang bernafas? Mazmur ini adalah panggilan kepada segala yang bernafas untuk memuji Tuhan. Di dalamnya ada 13 kali seruan untuk memuji Tuhan. Di dalamnya juga terdapat prinsip-prinsip yang menolong kita memahami bagaimana memenuhi panggilan untuk memuji Tuhan secara utuh.
      Tempat kita memuji Tuhan yaitu di dalam kekudusanNya, dalam kuasa dan perananNya sebagai pencipta (ay. 1).
      Alasan mengapa kita memuji Tuhan yaitu karena kemahakuasaannya dalam semua karya-Nya dan dalam sifat-sifatNya (ay. 2).
      Bagaimana cara memuji Tuhan (ay. 3 – 5). Kita dapat memujiNya dengan iringan alat musik yang menggambarkan suasana, tenang, sukacita dan sorak gempita. Namun perlu kita sadari bahwa, musik bukan tujuan utama, tetapi hanya sarana yang menolong kita. Karena ada bahanyanya, jika kita tidak arahkan dengan benar. Tanpa musikpun, orang masih bisa tetap bernyanyi.
      Siapa yang harus memuji Tuhan (ay.6)? Dalam ayat 6 ditegaskan “biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan”. Secara umum, “segala yang bernafas” mengacu kepada segala yang hidup (ciptaan Tuhan) tanpa terkecuali (Bdk. Maz 148). Apalagi kita yang telah diberi nafas oleh Tuhan (Bdk. Kej 2:7).
      Sumber:
      WS Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, sastra dan nubuatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994.
      Setya Nurachmandani dan Samson Samsulhadi, Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010

      Hapus
    4. Nama : Dear Mando purba
      NIM : 12.01.913
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 4 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 30:1-13
      (Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th)
      Seorang yang (rupanya) sembuh dari sakit parah mengucapkan syukur kepada Tuhan. Dua kali dikatakan bagaimana sakitnya dan bagaimana penderita minta tolong, Maz 30:2-6,7-12. Barangkali penyanyi ini mengiringi korban syukur yang dipersembahkan orang yang sembuh dari penyakit, Maz 30:5,12. Dalam judul, Maz 29:1, dikatakan bahwa mazmur ini dipakai dalam perayaan ulang tahun pentahbisan bait Allah.
      Ucapan syukur yang tulus
      Kapan ucapan syukur sungguh-sungguh muncul di hati orang percaya secara tulus? Bukan hanya pada saat ia merasakan pertolongan Tuhan pada waktunya. Tetapi lebih lagi pada saat ia merasa tidak butuh pertolongan Tuhan, ternyata kemudian keadaan berbalik menjadi kacau, dan ternyata Tuhan siap dan masih mau menolong dirinya.
      Inilah yang terjadi. Pemazmur pernah merasa diri aman. Karena percaya bahwa Tuhan berkenan kepadanya, pemazmur menjadi sombong, merasa tidak akan ada apa-apa yang bisa menggoyah hidupnya (ayat 7-8a). Ia lupa Tuhan! Maka Tuhan sepertinya tidak hadir lagi dalam hidupnya (ayat 8b).
      Kemudian kesulitan datang, pemazmur merasa sendirian dan ketakutan. Bayangkan, situasinya bagaikan seseorang sedang meregang nyawa karena hampir direnggut oleh maut dalam rawa hisap. Ia berteriak-teriak tanpa daya. Dalam keadaan kepepet, baru pemazmur ingat lagi kepada Tuhan dan berseru minta tolong kepada-Nya (ayat 11). Berbagai alasan diungkapkan agar Tuhan menolongnya, namun alasan utama adalah ia takut mati (ayat 10)! Tiba-tiba tangan Tuhan terulur meraih dan mengangkatnya (ayat 4).
      Tidak heran perasaan sukacita pemazmur diekspresikan dengan tari-tarian kegembiraan yang meluap-luap (ayat 12) seraya mengajak semua anak Tuhan mensyukuri kebaikan-Nya (ayat 5). Memang Tuhan pernah marah karena pemazmur mengkhianati-Nya, tetapi kemurahan-Nya jauh melampaui kemurkaan-Nya (ayat 6).
      Kita semua adalah orang-orang yang pernah mengalami kengerian maut dalam lumpur rawa dosa. Oleh kasih karunia-Nya, Kristus telah mati untuk menebus kebinasaan kita dan memberikan kita hidup sejati, bahkan ketika kita masih menjadi musuh Allah (Roma 5:8-10).
      Ada kuasa dalam puji-pujian. Kita sering melupakan hal itu. Padahal Alkitab berulang kali mengingatkan kita mengenai kuasa yang begitu besar yang bersemayam di balik puji-pujian. Lihatlah bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7.
      Sumber buku: (ed) Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang: Gandum Mas)

      Hapus
    5. Nama : Dear Mando purba
      NIM : 12.01.913
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 8 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Wahyu 5:11-14
      (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik)
      John Wesley seorang penulis dan negarawan yang sangat terkenal, sebelum mengenal Kristus pernah berkata: “Jika aku percaya bahwa Yesus Kristus itu Anak Allah, dan Juru Selamatku, maka aku tidak akan menulis atau berbicara lagi tentang hal-hal yang lain, melainkan hanya mengenai Yesus saja. Dari pernyataan ini, dapat kita ambil kesimpulan bahwa begitu pentingnya: Iman Kepercayaan itu. Dan ini dibuktikannya setelah dia mengenal dan percaya kepada Kristus.
      Sebenarnya tidak sulit bagi seseorang untuk mempertanggung jawabkan, kepercayaannya terhadap Yesus Kristus, apa bila ia mendasarkan kepercayaannya itu kepada nubuatan Firman Tuhan. Alkitab bukan saja mengajar kita tentang Kristus, sebagai Juru Selamat, tetapi juga menyatakan dengan jelas tentang ke IlahianNya sebagai Tuhan dan pemilik hidup kita ( Maz 100: 3)
      1.Tuhan telah menawarkan jalan keselamatan melalui pengorbanan Anak Domba Allah yang telah mati tersalib, dan kepadaNya telah diberikan kuasa di surga dan dibumi, yang menerimanya akan selamat dan yang menolak akan binasa
      2.Kita diajak untuk merenung kembali tentang sikap hidup kita selama ini,( sspiritualitas kita) apa yang telah kita perbuat, apa yang masih kurang, apa yang masih perlu kita diperbaiki, untuk disempurnakan
      3.Kristus Melalui PengorbananNya telah membuka jalan Damai yaitu Damai dengan Allah dan damai dengan sesama, untuk itu melalui pertolongan Kuasa Roh Kudus sudah seharusnya terjadi tranformasi dalam kehidupan setiap pribadi, dala Keluarga, dan dalam Jemaat sebagai tanda kerajaan Allah telah ada didalam diri kita, dalam keluarga, dan ditengah-tengah Jemaat, dan menjadi garam dan terang di dunia sekitar kita sebagai tanda kehadiran Kerajaan Damai
      4.Untuk missi Perdamaian ada ”pengorbanan”, rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri/egoisme sebagai mana ditekankan Oleh Rasul Paulaus ;”Sebab tidak ada seorangpun diantara kita yang hidup untuk dirinya sendiri,dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup,kita hidup untuk Tuhan,daan jika kita mati kita mati untuk Tuhan,jadi baik hidup atau mati,kita dalah milik Tuhan” ( Roma 14 : 7, 8 ) Inilah satu keteladanan yang perlu kita nyatakan dalam kehidupan sehari hari
      5.Dalam konteks ”damai dalam Kristus” dibutuhkan perenungan yang mendalam, dan pembelajaran akan makna ”perdamaian” sehingga kita senantiasa : belajar mengubah pikiran, belajar mengubah perasaan, dan nilai hidup, dan juga belajar mengubah prilaku , dalam terang Firman Tuhan.

      Hapus
    6. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Tigkat : IVA/Teologi
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 11 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Renungan : Mazmur 39:1-14
      (Pengkhotbah : Anggianita Sembiring)
      Karena Anggi hanya membacakan Firman, maka saya mencoba untuk sedikit menggali nats tersebut. Dalam Maz. 39, Daud menggambarkan bahwa ia sedang menghadapi masalah yang sangat berat hingga ia tidak memiliki semangat hidup lagi. Jika kita memperhatikan kehidupan Daud, kita dapat mengerti bahwa kehidupan yang dijalaninya sama sekali bukanlah kehidupan yang mudah dan tanpa masalah sama sekali, justru sebaliknya ia melewati banyak pergumulan, dan aneka ragam kelemahan manusiawi yang membuatnya pernah jatuh dalam berbagai macam dosa dan disiplin Tuhan.
      Masalah dapat terjadi karena: kesalahan/dosa kita sendiri, kejahatan/kesalahan orang lain, niat jahat Iblis, dan atas seizin Tuhan karena rencana-Nya dan disiplin-Nya. Secara Psikologi dari buku yang saya baca ketika seseorang sedang pusing menghadapi masalah, maka reaksinya adalah: A) Menyalahkan situasi/keadaan, B) Menyalahkan orang lain, C) Menyalahkan Tuhan, D) Menyalahkan diri sendiri (larut dalam penyesalan dan keputusasaan sehingga tidak bisa bangkit dari kegagalan), E) Stress/depresi dikuasai ketakutan akan masa depan, F) Lari dari kenyataan (alkohol, obat terlarang, pergaulan yang salah, dan hobi/kesenangan). Dalam beberapa kasus ada orang yang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain atau dirinya sendiri. Contoh: mencuri, merebut milik orang lain dengan paksa, menipu, atau mematikan diri sendiri.
      Namun ada hal yang dicontohkan Daud kepada mahasiswa ketika dalam persoalan yaitu:
      a. Memahami penyebab masalah tersebut (Ayat 1)
      Kis. 27:10-11, 21-27, Paulus menyarankan untuk tidak menghabiskan waktu meratapi nasib dalam keputusasaan, melainkan mempercayai Tuhan. Paulus menghendaki agar tabah, artinya kuat dan berani menghadapi masalah. Paulus tidak menghabiskan waktu untuk meratapi nasibnya dan menyalahkan orang lain, situasi, atau bahkan Tuhan sekalipun. Paulus memahami penyebab masalahnya.
      b. Mencari pertolongan dan penyertaan Tuhan (Ayat 7)
      Dalam keadaan terancam untuk ditertawakan dan dicela oleh musuh-musuhnya karena kesalahannya, Daud tetap mengandalkan Tuhan. Daud berdoa dan menangis mencari pertolongan serta pembelaan Tuhan.
      c. Membereskan akar masalah (Ayat 8)
      Daud berdoa agar Tuhan menolongnya untuk melepaskan dirinya dari dosa-dosanya. Doa ini merupakan sebuah doa pertobatan, yang berarti Daud membereskan akar masalahnya.

      Hapus
  23. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
    Nim : 12. 01. 979
    Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
    Laporan Analisa : Khotbah
    Oleh : Josua Sigaringging (Jumat, 11 Maret 2016)
    Ibadah kali ini dihiasi dengan budaya Angkola. Baik petugasnya, corak ibadahnya dan isi unsur liturginya juga berbau Angkola. Kali ini bahan kotbah terambil dari Yes 43:16-21. Kalau dilihat dari Almanak GBKP, thema yang diberikan merupakan ‘dipilih untuk memuliakan Tuhan’. Dan Minggu ini merupakan Minggu Passion VI (Judika) yang artinya Jemaat di ajak untuk berinteraksi kepada Tuhan dan juga dirinya. Agar bisa menyadari bahwa dirinya mempunyai harapan kehidupan tanpa menyesali apa yang dilakukan. Akan tetapi ini semua tidak berarti bahwa berlanjutnya kelakuan biasa yang diperbuat. Semuanya penuh pengharapan ketika ada pembaharuan yang kita lakukan.
    Pengharapan itu adalah Yesus yang dinantikan sebagai pengharapan untuk perubahan. Dimana pembaharuan hidup yang dikatakan dalam ayat 19-20 yaitu melalui pertobatan. Tidak cukup sekali. Karena kita adalah manusia biasa. Akan tetapi selalu diperbaharui oleh pertobatan dan hingga sampai kita akan selalu menyadarkan diri kita sendiri. Belajar dari kesalahan dan kedewasaan, dimana bangsa Israel juga mengalami yang kita alami. Sama-sama kita dan Israel mempunyai kesalahan. Ketika ia hanya melihat dari kesenangan manusiawi yang diberikan Tuhan, tanpa menjadikan pelajaran didalam kehidupannya. Akan tetapi yang diharapkan adalah senantiasa kita menyadari kehidupan yang diberikan Allah kepada kita adalah berkat yang patut disyukuri dan dibarengi dengan kesadaran kita masing-masing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Khotbah
      Oleh : Pdt. Dr. Jon Riahman Sipayung (Senin, 14 Maret 2016)
      Bahan Kotbah kali ini terambil dari Yes 50: 4-9. Dengan suaranya yang lembuh 1 kalimat yang terucap dari mulut Bapak dosen yang sangat saya ingat didalam Alkitab ‘Aku memberi semangat bagiMu’. Berketepatan pada hari ini saya sangat lelah, ketika saya harus terlambat ke kampus. Bisa dikatakan karena malas bergerak dari rumah, yang saya fikirkan adalah satu jam akan berada diangkot untuk satu mata kuliah. Tetapi dengan keharusan saya bergerak juga walaupun datang terlambat. Ketika sudah selesai masuk kuliah saya pun beribadah dan menulis sambil mendengar satu kata yang diberikan bapak itu.
      Allah sangat setia didalam setiap hal yang dimulainya, tanpa meninggalkan apa yang dilakukan-Nya. Itu lah arti dari semangat yang dikatakan dalam Yesaya hari ini. setiap manusia seharusnya mendengarkan hal ini. Khusus sebagai hamba yang dikatakan bapak Dosen, karakter hamba yang sudah diberikan semangat bila kita sadari. Satu syaratnya adalah kita memang harus menyadarinya bahwa semangat sebenarnya sudah diberikannya. Akan tetapi keinginan daging kita selalu lebih besar. Jangan khawatir masih ada waktu untuk menyadarinya.
      Tidak sampai disitu tentunya, ketika kita sudah menyadari pemberian semangat Allah, kita juga bisa harus memberi semangat kepada Allah. Itulah tanda kesetiaan kita. karakter hamba itu bisa menjadikan kita berkembang didalam kehidupan kita.

      Hapus
    2. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Khotbah
      Oleh : Ibuk Asrama (Jumat, 18 Maret 2016)
      Bahan khotbah kali ini adalah Lukas 19: 28-40. Dengan wajah yang penuh dengan sukacita ibuk asrama menyampaikan apa yang menjadi bahan renungan kita kali ini. Sesuai dengan dithemakan yaitu bersorak kerena berpengharapan. Ya, memang seperti apa yang menjadi thema, itu yang menjadi ekspresi ibuk asrama kita kali ini. tidak terlepas dari perjalanan Yesus ke Yerusalem khususnya kedekat Betfage dan Betania. Disini Yesus meminta muridnya ke sebuah kampung. Dan meminta untuk membawa keledai kepada Yesus untuk keperluan Yesus. Walau beberapa yang akan dilewati Yesus pada sat itu akan beranggapan bahwa Yesus adalah penolong baginya secara fisik. Oleh karena itu semua bersorak-sorai untuk Yesus walau dengan apa yang difikirkannya lain dengan tujuan Yesus sebenarnya. Akan tetapi Yesus tahu, dan dengan tanpa ragu Yesus terus meneruskan perjalananNya tanpa rasa gentar demi misinya.
      Kita dapat merefleksikannya dengan apa yang menjadi tujuan penting kita didalam mengikut Yesus, karena tidak cukup dengan perkataan saja tetapi dengan hati yang tulus, tanpa harus mempertaruhkan Yesus demi diri sendiri. Seperti yang dilakukan orang-orng didalam Lukas 19: 40.

      Hapus
    3. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Khotbah
      Oleh : Randa Sembiring (Jumat, 01 April 2016)
      Bahan Alkitab hari ini, terambil dari Mamur 150:4-6. Dilihat dari Almanak GBKP thema yang ada adalah Pujilah Tuhan Semua yang Bernafas. Pada pengujung mazmur ini tetap memberikan motivasi kepada kita agar disetiap waktu kita dapat sadari bahwa kita benar-benar harus bersyukur atas kebaikan-Nya melalui puji-pujian. Sebagai sumber kehidupan didalam hidup kita. Dia mencipta atau berkarya didalam diri kita, sehingga terlihat bahwa kita adalah Ciptaannya.
      Sebagai ucapan syukur tentunya kalau kita maknai, bukan sebagai keharusan yang tidak menentu. Tanpa kita sadari bahwa selama ini manusia hanya meminta dan meminta. Tanpa memikirkan apa yang diberikan Allah itu sebenarnya lebih dari cukup. Hanya untuk bersyukur dalam doa harian atau puji-pujian yang menjadi peneguhan didalam hati kita yang dapat membuat kita ingat kepada sumber hidup kita. tanpa memikirkan hal negatif didalam setiap kehidupan yang di liputi dengan setiap ketakutan kita. Dengan mensyukuri dan memberi pujian untuk Allah yang Maha Kudus, kita berarti sudah menunjukkan tanggungjawab kita sebagai Karya Allah.

      Hapus
    4. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Khotbah
      Oleh : Pdt. Kaleb Manurung, M. Th (Senin, 04 April 2016)
      Bahan Kotbah terambil dari Mazmur 30: 1-13. Kayaknya thema minggu-minggu dibelakangan ini adalah mengenai Pujian ‘Praise’ kepada Allah. Tampaknya mengingatkan seorang pemazmur ini juga dengan mazmur yang ditulisnya dengan beberapa pengalamannya. Sehingga apa yang dilakukannya didalam hidupnya mengingatkan peting sekali menaikkan pujian bagi Allah. Dimana Daud meminta kepada Allah agar Allah lah yang menjadi perlindungannya dan paling utama diandalkan Daud adalah Allah. Kalau dilihat di ayat yang ke 6, Daud sepertinya sudah mendahuli kalimat dalam Luk 23: 46, bahwa ia menyerahkan segala kehidupannya, karena ia meraa bahwa Allah yang setiap dianggapnya adalah pembebas bagi kehidupanya.
      Sehingga mazmur ini diberikan pada kita untuk meyakinkan kita dengan keteguhan iman kita didalam mengikut Dia. Apakah kita sudah mengandalkan Dia didalam setiap kehidupan kita, sehingga kita dapat menjadikan-Nya sebagai benteng hati kita. tanpa memikirkan kekhawatiran kehidupan yang kita jalani. Karena Allah adalah pembebas yang dikatakan Daud, adalah Allah pembebas didalam kehidupan kita, bila kita menyadarinya.

      Hapus
    5. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Khotbah
      Oleh : Pdt. Dr. Janjahaman Damanik (Jumat, 08 April 2016)
      Dalam Almanak GBKP Wahyu 5:11-14 ini menjadi bahan Kotbah yan menjelaskan tentang kehormatan, Kemuliaan dan Kuasa senantiasa kepadaNya. Hanya didalam ibadah kita ini menjadi bahan Epistel ibadah. Tidak mengurangi makna sebenarnya. Setelah kematian Tuhan Yesus yang kita peringati diminggu lalu, hari ini kita jua diajak untuk ingat juga makna dari kematian-Nya. Kejelasan dalam wahyu 5: 11-14 ini menunjukkan bahwa kematian-Nya bukan lah sebuah kekalahan bagi-Nya. Tetapi menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang patut di hormati, diMuliakan dan yang berKuasa atas manusia.
      Tampaknya memang sangat berkaitan apa yang kita bahas selama ini dalam peribadahan senin, jumat dan thema belajar kita dalam Liturgika kali ini. Tanpa kita sadari bahwa ini semua untuk ‘Menyenangkan Hati Tuhan’. Misi Allah yang sudah terlihat didalam Alkitab, sehingga dibahas dialam peribadahan. Allah ternyata menyatakan Kehormatan-Nya didalam pribadi Yesus. Yang dahulu dikenal oleh bangsa sebelumnya sampai di kita pada hari ini. tidak ada batas didalam menyatakan kebenarannya, melalui Kemuliaan yang sudah dipancarkannya. Sehingga pengharapan kita tidak pudar karena Dia, dan hanya Dia lah yang pantas dipuji karena kehormatan, kemuliaan dan KuasaNya untuk ciptaanNya.

      Hapus
    6. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Liturgis dan Pembaca Mazmur
      Oleh : Joni Purba dan Anggianita br Sembiring (Jumat, 11 April 2016)
      Peribadahan kali ini terlihat sangat berbeda. Ketika suasana duka melipiti Kampus tercinta kita, karena sosok Bapak yang dikagumi harus berpulang. Hari pun mendung terlihat hari ini memang menutupi sebagian kehidupan kampus kita, saya pribadi juga ikut didalaamnya. Dan yang saya fikir juga karena hari ini dimulai perbedaan cara peribadahan kita dalam pembacaan Mazmur. Bagi saya sebenarnya tidak menjadi masalah yang khusus atau umum sekali pun. Tetapi sebenarnya membawa suasana yang mendung. Sehingga peribadahan kali ini menyentuh. Ketika Liturgi membacakan kata-kata dari bunda Teresia.
      Yang membuat kita sadar akan apa yang harus kita lakukan demi melakukan tanggung jawab kita kepada Allah. Kemudian pembacaan Mazmur dari Mazmur 39: 1-14. Yang terdapat didalamnya Mazmur Daud tentang doanya yang berisi tentang permohonannya, sebelum ia meninggalkan semuanya, harapannya ialah agar ia dapat bersuka cita didalam Tuhan. Tidak ada ubahnya dengan kita juga, di ingatkan agar kita dapat menyadarkan diri kita bahwa kita membutuhkan permohonan dari Tuhan. Karena kita adalah milik Tuhan seperti lagu pujian kita hari ini. dalam keadaan suka atau duka, harus dapat menjadikan Allah yang utama.

      Hapus
    7. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Liturgis
      Oleh : Fetra Sipayung (Jumat, 15 April 2016)
      Peribadahan ke-2 ini saya mendengarkan perkataan Madam Teresia dari Liturgis, yang intinya mengingatkan tentang memberikan yang terbaik kepada orang lain. Bukan karena sesuatu yang akan diperoleh kita memberi kepada orang lain. Tetapi karena Tuhan telah memberikan kepada kita. Karena orang lain tidak akan mempengaruhi kehidupan kita. akan tetapi Allah lah yang sangat mempengaruhi kehidupan kita. Ditambah dengan lagu dari KJ No. 280 “Aku Percaya” yang dibawa liturgis. Semakin memperkuatkan kepercayaan kepada Tuhan yang kekal. Yang mempengaruhi setiap kehidupan kita. Dia yang kita kenal oleh Sabda-Nya, yang menciptakan dunia sertaIa yang mengsihi kita manusia. sungguh luar biasa apa yang ia berikn kepada kita. sehingga kita digerakkan agar apa yang kita peroleh, itu juga yangkita berikan kepada orang lain. Yang saya ingat juga memang sangat berkaitan juga dengan bahan Kotbah kita hari ini. Manusia harus mengingat apa yang sudah Allah berikan, dan harus kita tunjukkan didalam diri kita. sehingga didalam diri kita terdapat sifat kebaikan yang Allah berikan bagi kita dan terpancar bagi orang lain.

      Hapus
    8. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Khotbah
      Oleh : Swasti (Senin 18 April 2016)
      Ibadah senin ini dibuka dengan renungan singkat yang bahan Alkitabnya terambil dari 1 Kor 12:14-26. Dimana mengingatkan kita kembali didalam renungan ini bahwa kita merupakan satu kesatuan (Unity). Meskipun banyak perbedaan yang terdapat didalam kehidupan kita masing-masing. Akan tetapi Allah lah menjadikan kita karya yang paling indah untuk bersatu. Kalau kita lihat banyak perbedaan atau dapat dikatakan keragaman yang kita miliki disetiap manusia. Keragaman itu lah yang sebenarnya dinamakan dengan tubuh kristus. Ini lah yang disampaikan oleh Rasul Paulus ke Korintus agar jemaat-jemaat menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
      Paaulus juga menngatakan bahwa keragaman itu ada karena masing-masing memilki fungsinya tersendiri. Bukan untuk membandingkan yang satu dengan yang lain supaya timbul perpecahan, tidak. Akan tetapi bukan perpecahan yang di inginkan. Satu tubuh yang saling bekerja sama guna satu tujuan lah, yang ingin diwujudkan disini. Sehingga ketika salah satu unsur tubuh ini lemah, tubuh yang lain akan merasakannya juga. Itulah tanda kerjasama yang ingin ditujukkan oleh Roh Kudus melaui perkataan Paulus di korintus. Sehingga dapat kita dapat melakukan apa yang dikatakan Paulus itu penting. Tugas gereja didalam mewujudkan adanya persekutuan lah yang menggerakkan kita akan dapat menghargai persekutuan kita. Karena bukti kita setia kepada Allah itu terbuktu dari persekutuan kita sendiri. Oleh karena itu perpecahan tidak akan terjadi dalam kehidupan kita. Dan yang paling penting adalah kesadaran kita sebagai karya Tuhan yaitu: “Keanekaragaman itu adalah Kekayaan yang kita terima dari Allah untuk menerima hadiah yang paling berharga yaitu Unity (Kesatuan) ” .

      Hapus
    9. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12. 01. 979
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Laporan Analisa : Doa Syafaat
      Oleh : Feby Sirait (Jumat, 22 April 2016)
      Berkaitan dengan Mata Kuliah liturgika dalam bahasan kita satu hari yang lalu tentang unsur ibadah yaitu dalam bagian doa syafaat, saya merasa penting untuk dibahas khususnya didalam peribadahan kali ini. Sebenarnya saya rasa tidak ada yang salah untuk doa syafaat biasanya khusus didalam doa Feby sirait. Akan tetapi seperti ada yang kurang menurut saya. ditambah lagi kemaren bapak Dosen katakan esensi dari Doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17 dan Doa Abraham itu harus diingat dan tidak boleh dilupakan. Dimana dalam doa ini pengharapan yang dibangun adalah agar kita tidak lupa akan doa mohon perlindungan dan penyertaan kepada Allah, agar makna dari doa itu tidak hilang. Sedikit ada yang mengganjal kita lihat ketika kita sudah belajar dari Liturgika kita kali ini. karena seperti biasa kita berdoa kita hanya berdoa untuk kepuasan saja. Dikarenakan tanpa kita bermohon perlindungan Tuhan, kita tidak sanggup untuk menjalaninya. Seperti topik-topik yang didalam doa pendoa syafaat. Ada 5 topik yang didoakannya.
      1. Ucapan Syukur
      2. Doa untuk Orang Tua
      3. Rektorat
      4. Pemimpin yang ada didalam Kampus
      5. Orang-orang Lemah.
      Yang pertama memang diawali dengan ucapan bersyukur. Ini adalah pembuka doa yang memang harus kita panjatkan. Dan untuk melengkapi bagian dari peranan kita sebagai mahasiswa yang sudah belajar liturgika harus kita lengkapi doa syafaat itu dengan meminta perlindungan dan penyertaan Tuhan setiap doa kita.

      Hapus
  24. Nama : Riosa Br. Sembiring
    Nim : 12.01.956
    Ting/Jur : IV-A/Teologi

    Analisa Ibadah
    Jum’at, 11 Maret 2016
    Pengkotbah: Josua Galingging
    Epistel: Yohanes 12:1-8
    Kotbah: Yesaya 43:16-21
    Analisa Kotbah:
    Allah memiliki banyak cara untuk menyatakan betapa Ia mengasihi kita anak-Nya. Kita telah dipilih sabagai anak tebusan-Nya. Ia menyediakan banyak jalan bagi kemudahan perjalanan kehidupan kita. Bahkan melalui hal yang mustahil oleh akal manusia Ia lakukan untuk menyatakan kasih-Nya kepada bangsa Israel. Lebih spesialnya lagi Allah mengakhiri setiap kehidupan orang-orang yang menginginkan kematian bangsa pilihan-Nya itu. Tetapi hal yang pernah Allah lakukan dulu sudah berlalu, kini Ia telah menyediakan hal yang lebih besar dan luar biasa yang sudah tumbuh. Dan melalui Jalan itu, binatang hutan, serigala, burung akan memuliakan Dia. Inilah yang dikehendaki oleh Allah kita. Ia menginginkan ada respon terhadap apa yang Ia lakukan bagi kita. Bilalah hewan itu saja memuliakan Tuhan, bagaimana dengan kita anak-Nya yang spesial ini. Sudah tahukah kita, bahwa kita adalah umat yang Ia bentuk bagi-Nya yang akan memberitakan kemasyuran-Nya. Dan bukan hanya untuk kesenangan pribadi kita yang sia-sia. Semua hal yang ada dalam kehidupan kita ini adalah untuk Allah. Jika Yesus telah mati untuk kita anak-Nya yang berdosa, sudahkah kita berkomitmen untuk hidup bagi Dia yang telah mati bagi kita? Jika harus nyawa ganti nyawa itu masih ada, bagaimana kita dapat menggantikan dosa kita yang sejak dalam kandungan telah kita emban? Tidak secara kebetulan kita dipilih oleh-Nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Senin, 14 Maret 2016-04-15
      Pengkotbah: Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
      Liturgis: Edy Kerisman Tarigan
      Epistel: Yesaya 50:4-9a
      Kotbah: Lukas 19:28-40
      Analisa Kotbah:
      Minggu ini disebut sebagai minggu palmarum (palem) yaitu hari minggu sebelum minggu paskah dan merupakan permulaan pekan suci menjelang perayaan paskah. Yesus masuk ke Yerusalem supaya genaplah apa yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Arak-arakan dengan daun palem menandakan perayaan kemerdekaan orang Yahudi. Dan keledai dalam tradisi timur merupakan lambang binatang yang damai. Maka raja yang itu datang dengan menunggangi keledai berarti hendak menunjukkan bahwa Ia datang dengan membawa damai. Yesus Kristus selalu memiliki cara untuk menyatakan kuasa dan siapa diri-Nya. Tapi terkadang manusia yang lamban untuk mengerti. Yesus sering kali juga mengutip Perjanjian Lama untuk menyatakan diri-Nya yang dulu telah dinubuatkan oleh para nabi. Ia dielu-elukan di Yerusalem sebagai tanda bahwa Ia memang Raja Damai yang memberi kedamaian dan bahkan kedamaian itu sampai ke sorga di tempat yang mahatinggi. Damai yang dibawa Kristus tidak sebatas di dunia yang fana ini. Ia dan segala keberadaan-Nya selalu menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang patut disembah dan dipuji. Ia dipuji dan dielu-elukan bukan berarti Ia tidak besar ketika manusia tidak memuji-Nya. Kemuliaan dan damai-Nya tidak bergantung pada manusia. Yesus datang membawa damai melalui kematian-Nya di kayu salib. Kebangkitan-Nya adalah bukti nyata damai yang Ia ingin sampaikan kepada manusia kini telah terwujud dengan nyata. Dan lidah kita diciptakan bukan untuk mengutuk tetapi untuk memuliakan dan memuji Tuhan kita.

      Hapus
    2. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Jum’at, 18 Maret 2016
      Pengkotbah: Pdt. T. Br. Sinaga
      Liturgis: Yuwan Ambarita
      Epistel: Yesaya 50:2-9a
      Kotbah: Lukas 19: 28-40
      Analisa Kotbah:
      Proses kehidupan setiap manusia adalah berbeda-beda. Yang menjadi permasalahan adalah tahukah kita proses itu adalah cara Tuhan menyatakan diri-Nya bagi kita. Perkualiahan di STT Abdi Sabda adalah modal kita menemukan siapa Tuhan kita itu sebenarnya. Jikalaulah kini kita berada dalam asrama sebagai bentuk karantina kita mendisiplinkan diri dalam peribadahan dan banyak hal, jangan biarlah ternodai dengan tabiat-tabiat buruk kita. Satu misal yang bisa kita angkat adalah disiplin mempergunakan uang ketika kiriman bulanan datang. Berfoya-foya adalah tabiat kita. Mencukupkan diri dengan apa yang kita perlukan adalah kata firman Tuhan. Banyak yangkita ingingkan tetapi sebenarnya tidak kita butuhkan. Mampu membuat struktur dan menertibkan diri dengan hal-hal yang positif adalah keharusan bagi kita yang harus kita pelajari sejak dini, supaya kelak sifat boros tidak ada dalam diri kita. Hal ini dapat kita lakukan bilasaja kita telah mengenal dengan baik siapa yang menjadikan kita. Para murid telah mengenal siapa Gurunya, sehingga apa yang diperintahkan Guru kepada mereka langsunglah mereka lakukan. Pergilah ke kampung sebelah dan kamu akan mendapati seekor keledai muda yang tertambat yang belum pernah ditunggangi, katakah Aku memerlukannya. Ucapan Yesus sangat dipercayai oleh murid-murid-Nya. Bahwasanya benar apa yang Ia katakan itu. Bukankah ini adalah iman. Mereka percaya pasti ada hasil, maka mereka lakukan. Kini kembali kepada kita, sudahkah kita percaya?

      Hapus
    3. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Jumat, 1 April 2016
      Pengkotbah: Randa Pandia
      Liturgis: Brama Picar Lee Pasaribu
      Epistel: Yohanes 20:19-31
      Kotbah: Mazmur 150:1-6
      Analisa Kotbah:
      Mengapa kita harus memuji Tuhan? Kita harus tahu bahwa kita diciptakan adalah untuk memuji Tuhan. Allah merindukan setiap aspek kehidupan manusia dipenuhi dengan pujian akan kebesaran-Nya. Itu sebabnya Ia telah melahirbarukan manusia dan memberikan perintah agar bersaksi tentang nama Yesus sampai keujung bumi. Kita juga diperintahkan untuk memuji Tuhan. Tuhan berfirman: “biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan”. Sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus, ketaatan merupakan gaya hidup. Kita memuji Tuhan juga karena kasih setia-Nya kekal. Tuhan mengasihi manusia tanpa batas. Allah bukanlah manusia yang kasihnya terbatas. Allah bertahta di atas pujian kehadiran Allah disertai dengan hadirat-Nya yang kudus yang membebaskan, memulihkan, menyembuhkan, mencerahkan, menolong bahkan memberkati umat-Nya. Maka kita akan sampai pada pemahaman bahwa tidak ada kenikmatan dan keindahan yang lebih besar dari menaikkan mazmur puji-pujian kepada Tuhan. Raja Daud dengan jujur bersaksi bahwa indah dan layaklah bagi manusia untuk memuji Tuhan. Baik dalam keadaan tertekan maupun bersuka, ia tetap menguatkan hatinya dan berharap kepada Allah melalui pujiannya.

      Hapus
    4. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Senin, 4 April 2016
      Pengkotbah: Pdt. Kaleb Manurung, M. Th
      Liturgis: Jesika Bangun
      Epistel: Wahyu 5: 11-14
      Kotbah: Mazmur 30: 2-13
      Analisa Kotbah:
      Pujian dan syukur kepada Allah dan dampaknya bagi hidupku adalah tema kotbah ini. Pertanyaannya adalah mengapa manusia harus bersyukur? Bersyukur adalah keharusan/kewajiban umat Allah. Apa itu memuji? Orang yang memiliki hati yang rendah adalah orang yang mengakui kelebihan orang lain. Dalam arti inilah seharusnya manusia harus mensyukuri perbuatan Allah yang besar. Dalam nats ini, Daud menyatakan pujian dan syukurnya mulai dari awal nats sampai akhir nats. Unsur penting yang harus kita ketahui lagi adalah bahwa melalui pujian dapat mengalahkan kuasa gelap. Yesus berkata bahwa hati dan mulut sangat berkaitan, apa yang keluar dari mulut adalah ungkapan hati. Dan ungkapan syukur yang dikumandangkan Daud adalah ungkapan syukur yang ideal. Apa yang diungkapkan Paulus dalam pasal ini adalah mendorong kita supaya kita belajar bersyukur karena ini adalah yang disukai oleh Tuhan. Kita tidak akan sampai pada ungkapan bagaimana bersyukur itu, ketika kita tidak segenap hati mengenal dan mengerti siapa yang kita sembah. Kerendahan hati adalah proyek utama kita untuk dapat bersyukur melalui pujian. Sadar atau tidak sadarnya kita sebenarnya adalah kewajiban kita kini bersyukur kepada Allah. Karena kita adalah butaan tangan Allah, yang segambar dengan-Nya. Kita hamba-Nya. Hamba harus tunduk dan taat pada Tuannya. Dengan keadaan inilah maka kewajiban kita sebagai hamba untuk bersyukur dan memuji-Nya sama seperti Daud.

      Hapus
    5. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Jum’at, 8 April 2016
      Pengkotbah: Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Liturgis: Levina Kaban
      Epistel: Mazmur 30: 2-13
      Kotbah: Wahyu 5:11-14
      Analisa Kotbah:
      Pulau Patmos adalah pulau pembuangan. Disana adalah tempat pelaku kejahatan dihukum oleh pemerintahan Romawi. Allah merencanakan memberikan sebuah penglihatan/wahyu kepada Yohanes. Keberadaan Yohanes di pulau itu, tidak membuat ia menjadi stress dan merasa sendiri. Karena ia yakin bahwa Tuhan ada disana. Hal ini didasari oleh perasaan nyamannya, karena syukurnya kepada Tuhan. Ini menjadi refleksi bagi kita manusia yang selalu melihat bahwa kenyamanan itu selalu didasari pada keberadaan kita yang diakui oleh orang lain, baik secara ekonomi, sosial dan sebagainya. Akibat rasa syukur Yohanes yang begitu besar, maka ia sendiri tidak mampu membahasakan bahasa sorga dengan bahasa manusia. Yang ia tahu bahwa Anak Domba itu, layak menerima kuasa, pujian, hikmat, kekayaan, kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan. Ia akan tetap terpuji walau manusia terkadang lupa memuji-Nya. Yang menjadi masalah adalah kini, manusia dengan segala kelemahannya menginginkan pujian, dan bahkan terkadang gila pujian (pengakuan dari orang lain bahwa ia adalah benar, besar, bersahaja). Letak kemuliaan Allah bukan pada manusia, tetapi memang Allah kita adalah Allah yang mulia. Manusia adalah manusia yang berdosa. Supaya layak memuliakan dan memuji Tuhan maka manusia diampuni melalui pengampunan dosa, dan disanalah letak kehidupan. Melalui pengampunan ini, maka Yohanes walau berada dalam pulau Patmos tetap sanggup memuji Tuhan. Tuhan berkata kepada ku kini: “kamu harus disini untuk melayani Aku”. Dan kini jawabku: “ya Tuhan”.

      Hapus
    6. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Senin, 11 April 2016
      Pemazmur: Anggianita Sembiring
      Liturgis: Joni Pranata Purba
      Bacaan Mazmur: Mazmur 39: 1-14
      Analisa Mazmur:
      Doa minta tolong yang diungkapkan oleh Daud dalam mazmurnya adalah menandakan bahwa sebenarnya manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia adalah makhluk yang terbatas dan selalu akan bergantung kepada penciptanya, karena manusia adalah ciptaan. Doa pengharapan ini adalah ciri khas manusia ketika sudah terjatuh kedalam kesusahan/kesesakan. Tetapi hal ini adalah kondrat dasar manusia sebagai ciptaan Tuhan. Apa yang terjadi hanya Dia yang tahu dan mengerti. Karena memang hanya Dia pemenuh segala kesusahan dan kesesakan. Apa yang dapat dilakukan manusia tanpa Tuhannya. Bahkan rambut dikepala manusiapun dapat terhitung oleh-Nya. Kesesakan yang ada dalam diri kita kini adalah milik Tuhan. Daud dengan pergumulannya menyerahkan semua-Nya ke dalam tangan Tuhan, tidak ada yang disembunyikannya, semua diutarakannya bahkan sampai suatu saat ketika ia akan mati ia akan bersukacita ketika Tuhan memperhatikannya. Tapi terkadang manusia ingin menanggung kelemahannya sendiri dan menganggap bahwa ia mampu menyelesaikannya dengan kekuatannya. Merasa malu atau tidak mengenal siapa sang penghibur itu adalah dua dilema. Tapi bila kita seperti Daud, menempatkan masalah dan menaruhnya dihadapan Tuhan, apakah Tuhan akan mendengar? Mau melihat? Saya fikir Tuhan kita dari dulu dan kini dan sampai selamanya tidak akan berubah kasih sayang-Nya kepada manusia. Ia masih mendengar suara kita minta tolong. Jangan takut dan kuatir akan pergumulanmu.

      Hapus
    7. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Jum’at, 15 April 2016
      Pengkotbah: Andre Purba
      Liturgis: Petra Sipayung
      Kotbah: 1 Tawarikh 16:31-36
      Analisa Kotbah:
      Gaya hidup Daud adalah dengan mazmur, puji-pujian, menarinya. Ini ia lakukan karena ungkapan syukurnya karena tabut perjanjian telah kembali ke Yerusalem. Daud dalam perjalanan kehidupannya tidak melihat bahwa kesenangan adalah batu sandungannya dalam mempermuliakan Allah. Ia berkata, “justru di dalam sukacitaku, aku tidak akan goyah”. Ini adalah ungkapan terbalik yang terjadi kini kepada kita manusia. Kita cendrung jatuh ke dalam pencobaan karena kesedihan/dukacita. Daud katakan bahwa ia sangat merindukan dunia kembali pada kondisi semula untuk mempermuliakan Tuhan. Melaluinyalah, maka kita manusia akan menyadari bahwa jika kita mengetahui bahwa Tuhan itu baik, kita tidak akan berani tidak berbuat baik. Jadi, bagaimana sebenarnya kehidupan kita ini? Apakah kita manusia yang selalu jatuh ke dalam dosa ini adalah sebenarnya tidak mengenal Tuhan. Ungkapan syukur melalui pujian bahwa Tuhan itu baik (34) menandakan ia sangat mengenal Tuhan. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengenal Dia, yang telah mengenal kita sejak dalam kandungan ibu kita. Apakah karena kita belum mengenal-Nya, maka sampai kini kejahatan dalam dunia ini semakin membara terjadi. Kita selalu katakan bahwa kita ingin menuju surga itu, tetapi di dalam hidup ini sering kali kita menciptakan neraka bagi orang lain. Pergumulan bangsa Israel dulu adalah ketika mereka harus hidup bersama dengan bangsa lain, melalui penjajahan yang mereka alami. Dan kini, Tuhan katakan bahwa kita harus bisa hidup di tengah-tengah bangsa lain untuk menyatakan bahwa Ia baik, dan kita mengenal-Nya. Sadarkah kita hal ini?

      Hapus
  25. Nama : Eka Surya Darma Purba
    NIM : 11.01.788
    Laporan Analisa : Khotbah
    Oleh : Josua Sigaringging (Jumat, 11 Maret 2016)
    Yesaya 43:16-21 ini berbicara tentang nubuat-nubuat akan mujizat-mujizat yang menyertai keluaran yang baru. Yesaya 40:3 “Ada suara yang berseru-seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” Kita dapat membandingkan dengan mujizat sebelumnya dalam Kel.14:21-29 yang luar biasa:
    Bagaimana Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, Tuhan menguakkan air laut, membuat laut itu menjadi tanah kering. Orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut. Namun orang Mesir yang mengejar dikacaukan. Musa mengulurkan tangannya keatas laut dan air berbalik sehingga seluruh pasukan Firaun yang menyusul orang Israel mati dan tidak ada yang tertinggal. Demikianlah Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Demikianlah bangsa Israel menyeberang Laut Teberau sehingga mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa hambaNya itu.
    Nubuat Yesaya ini dapat dipahami, karena Pasal 40 – 55 berasal dari masa pembuangan orang-orang Yehuda di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Allah membebaskan umatNya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup baru. Nubuat-nubuat ini adalah nubuat penghiburan. Dan sesuai tema utama Kitab Yesaya seputar pembebasan yang dikerjakan Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 14 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Yesaya 50: 4-9
      (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung )
      Tuhan Raja sorgawi yang mulia juga sering menunjukkan penghargaanNya kepada orang-orang sederhana, seperti dalam Yesaya 50 tadi. Di sini tampil satu pribadi yang sangat menarik sebab walaupun hidupnya sederhana bahkan menderita, namun juga kuat, tabah , taat, rela berkorban dan memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Tuhan! Mengenai dia, dalam Alkitab diberi judul Ketaatan hamba Tuhan.Coba kita tinjau sepintas keistimewaannya: Dia merasa sudah diberi oleh Tuhan lidah seorang murid supaya dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu. Sebagaimana Tuhan yang menjadi gurunya, maka hamba itu dengan perkataannya telah menghibur sesamanya, memberi dorongan serta pengharapan kepada yang berputus asa. Setiap hari ia juga terlatih untuk mendengar dengan penuh pemahaman, sampai hanya melaksanakan kehendak guru dan Tuhannya tanpa memberontak. Kesediaannya melayani orang lain sedemikian besar sampai ia rela dipukuli punggungnya, disakiti pipinya dan diludahi wajahnya. Saudara, sampai di sini kita lalu ingat kepada Yesus Kristus. Bukankah nasib hamba Tuhan tadi begitu miripnya dengan Yesus Kristus? Kalau begitu pribadi dalam Yesaya 50 ini adalah nubuat dan menggambarkan Kristus, sebab Kristus juga melakukan tiga langkah yang penting dalam hidupNya: Pertama , Dengan lidahNya menyampaikan firman Tuhan dan berbagai pelajaran, kotbah , teguran, penghiburan serta memberi dorongan kepada yang letih lesu dan berputus asa. Kedua, Dengan telingaNya yang tajam dan terlatih selalu siap mendengar keluhan, permohonan, penuh pemahaman serta kepedulian kepada semua lapisan masyarakat. Ketiga, Dalam sikap taat kepada Bapa , dengan konsistensi yang tinggi, rela mengorbankan jiwa raga serta kemuliaanNya demi kasihNya kepada umat manusia yang berdosa.

      Hapus
    2. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Jumat, 18 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Lukas 19:28-40
      (Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga “Ibu Asrama Tabernakel” )
      I. Yesus Kristus selalu berada di depan dan rela untuk menderita dan mati bagi kita. Ia maju ke depan, sebagai tawanan Roh, ke Yerusalem, dan mengetahui dengan baik apa yang akan terjadi atas diri-Nya di situ. Meskipun demikian, Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem (ay. 28). Ia berada paling depan di antara rombongan para pengikut-Nya, seakan-akan Ia tidak sabar untuk segera berada di tempat tersebut, dan siap mengalami, terjun ke lapangan, dan bertindak. Jika Ia rela berada di depan untuk menderita dan mati bagi kita semua, akankah kita menarik diri dari segala pelayanan yang mampu kita lakukan bagi-Nya?
      II. Bukanlah hal yang bertentangan dengan kerendahan hati Kristus atau dengan keadaan-Nya yang hina pada waktu itu untuk masuk dengan terang-terangan ke dalam Yerusalem tidak lama sebelum Dia mati. Dengan cara demikian, Ia membuat diri-Nya lebih diperhatikan, dan kehinaan kematian-Nya akan tampak semakin hebat.
      III. Kristus berhak berkuasa atas segala makhluk ciptaan dan dapat memanfaatkan mereka kapan saja sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak ada manusia yang memiliki hak atas kepunyaannya untuk menentang Kristus, karena gelar-Nya adalah yang terutama dan tertinggi. Kristus mengutus murid-murid-Nya untuk membawa keledai muda dari palungan yang disediakan tuan dan pemiliknya ketika Ia membutuhkan pelayanan mereka, dan Ia dapat melakukannya, karena punya Dialah segala binatang hutan dan binatang peliharaan.
      IV. Kristus mengetahui dan dapat menggerakkan hati semua manusia. Ia dapat menggugah hati mereka yang memiliki keledai muda untuk setuju melepaskan binatang tersebut, segera setelah diberi tahu bahwa Tuhan membutuhkannya.
      V. Mereka yang melakukan perintah Kristus pasti akan selalu berhasil (ay. 32): Pergilah mereka yang disuruh itu dan mereka mendapati segala sesuatu seperti apa yang Ia beritahukan kepada mereka serta kesediaan tuan pemiliknya untuk menyerahkan binatangnya. Merupakan suatu kelegaan bagi utusan-utusan Kristus bahwa mereka akan membawa hasil dari apa yang menjadi alasan pengutusan mereka, jika Tuhan benar-benar membutuhkannya.

      Hapus
    3. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 1 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
      (Pengkhotbah : Randa Sembiring)
      Mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu? Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuranNya. Tuhan berkata, "umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anakNya kita harus taat melakukannya. Ibrani 13:15: "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umatNya, karena itu Ia selalu hadir dan bertahta di atas pujian kita. Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup kita biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita. KehadiranNya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita: memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita. Daud menulis: "Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu." (Mazmur 147:1). Marilah kita memuji Tuhan di segala waktu seperti yang dilakukan Daud. "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2), tidak terbatas hanya pada saat kita beribadah di gereja saja. Sebagai manusia Daud pun pernah dan sering mengalami masalah atau pun tekanan dalam hidupnya, namun ia tidak menjadi putus asa dan terus-menerus tenggelam dalam kepedihan, ia tetap memuji-muji Tuhan. Inilah sikap yang patut kita teladani.
      Mari kita ubah keadaan yang buruk dan kepedihan hati menjadi sorak kemenangan dengan kuasa puji-pujian. Masalah dan pencobaan boleh saja datang, tetapi sebagai umat Tuhan kita harus belajar untuk tetap mengucap syukur dan memuji-muji Dia. Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati kita dengan kuasa puji-pujian.
      Saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasaNya: mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan

      Hapus
    4. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 4 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 30:1-13
      (Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th)
      Semua yang kita miliki adalah kepunyaan Allah, yang diberikan kepada kita untuk dipakai demi kebaikan dan kepentingan hidup kita dan hidup orang lain. Baiklah kita pakai apa yang ada pada kita dalam rangka memuji dan memulikan namaNya. Perlu ada refleksi diri, agar jangan tumbuh sifat egois dan kesombongan dalam hidup kita. Sebab keselamatan bagi kita tidak ditentukan oleh harta, kedudukan dan kuasa yang ada pada kita, tetapi hanya oleh kasih karunia Tuhan Allah semata.

      Yeremia 9:23-24 berkata, "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."

      TUHAN akan marah melihat tingkah laku kita yang melenceng jauh dari jalanNya lalu menghukum kita, tetapi jangan takut! TUHAN tetap mengasihi dan mau menolong hidup kita dari segala beban yang kita pikul, TUHAN sanggup mengubah hidup kita menuju hidup yang penuh dengan sukacita jika kita mau berbalik kepadaNya (Mat. 11:28).

      TUHAN adalah sumber kesembuhan! Kesembuhan dari segala macam penyakit. Berharaplah hanya pada TUHAN, jangan pada yang lain apalagi pada diri sendiri.

      Hapus
    5. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 8 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Wahyu 5:11-14
      (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik)
      Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, iblis menjadi penguasa dunia. Tidak ada seorang pun yang bisa mengungkapkan rahasia masa depan bumi dan kerajaan Allah. Itu berarti kita semua mahluk akan hidup dalam keadaan yang serba tidak menentu, tidak ada jaminan dan pengharapan akan terjadi sesuatu yang baik di masa depan kita.

      Tetapi puji nama Tuhan karena ternyata ada yang layak membuka gulungan kitab tersebut, yaitu Yesus Kristus. Dialah satu-satunya yang layak. Sebab Yesus telah membuktikan kemenangan-Nya dengan darah-Nya di kayu salib. Tidak ada kuasa lain yang lebih hebat dari-Nya.

      Hal ini berarti jelaslah bahwa Yesus Kristus kini memegang kendali atas sejarah dunia dan umat manusia, bukan iblis. Tidak heran jika kemudian keduapuluh empat tua-tua dan empat makhluk, bahkan seluruh malaikat surga menyanyikan pujian bagi Kristus (ayat 9, 11-14). Jika kebenaran itu yang kita pegang, maka melalui nyanyian pujian semua makhluk, kita diingatkan untuk memusatkan diri pada pujian dan penyembahan, terus beriman kepada Kristus, bukan kepada yang lain.

      Karena itu ketika kita kembali menjalani hari-hari kita dengan beban-beban hidup yang mungkin masih sama, biarlah cara kita menyikapi atau menghadapinya sekarang berbeda. Kita menjadi lebih kuat, lebih beriman karena kemenangan Kristus juga berarti adalah kemenangan kita orang-orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu Jangan pernah tergoda untuk percaya kepada kuasa-kuasa yang lain, dan janganlah pernah meninggalkan-Nya.

      Hanya dalam Kristus yang telah menang atas segala sesuatu kita dapat meletakkan pengharapan dan jaminan atas masa depan yang indah bersama-Nya.

      Hapus
    6. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 11 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Renungan : Mazmur 39:1-14
      (Pengkhotbah : Anggianita Sembiring)
      Sebagai raja israel hidup Daud penuh kenyamanan: harta kekayaan yang melimpah dan memiliki pasukan tentara yang siap menjaga negerinya. Meski demikian Daud tidak pernah memegahkan diri. Dia sadar bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, hanya sementara waktu. Segala sesuatu ada akhirnya. Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Itulah sebabnya Daud berdoa, "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:5). Bukan saja alam semesta dan segala isinya, umur manusia pun ada akhirnya.

      Jika sadar bahwa umur kita ada batasnya, apa yang harus kita perbuat dengan waktu yang sangat singkat ini? Waktu adalah anugerah Tuhan, karena itu jangan pernah sia-siakan. Selagi kita masih bernafas berarti ada kesempatan bagi kita mengumpulkan harta di sorga dan berkarya bagi Tuhan. Bagi kita sebagai orang percaya, kematian bukan lagi menakutkan, dan kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi tidak perlu tenggelam dan duka yang berlarut-larut.

      Hapus
    7. Nama :Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 15 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Renungan : 1Tawarikh 16 : 31-36
      (Pengkhotbah : Andre Yovandi Purba)
      Hidup bersama-sama dengan Allah akan membawa sorak-sorai, syukur dan pujian. Inilah hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini. Sungguh begitu indahnya hidup bersama-sama dengan Tuhan. Kita hidup dan berjalan bersama Raja penguasa alam semesta.

      Orang percaya layak mensyukuri imannya kepada Yesus Kristus, sebab Ia telah datang untuk hidup diantara kita. Ia datang menggembalakan kita umat percaya, sehingga kita beroleh sukacita dariNya. Ucapan syukur kepada Tuhan itu tidak terbatas oleh waktu dan keadaan. Syukur kepada Tuhan tidak hanya ketika ulang tahun, naik jabatan, lulus dari pendidikan, rumah baru, sembuh dari penyakit. Namun syukur dan pujian akan selalu mengalir ‘tak hentinya kepada Tuhan sebab Ia yang telah menebus kita dari dosa dan juga yang memberikan kasihNya tetap dan kekal selamanya.

      Orang beriman patutlah bersyukur, sebab iman kepada Kristus Yesus adalah tanda keberadaan kasih setia Tuhan atas hidup kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita maupun melupakan kita, maka janganlah kita menjauhkan diri dariNya maupun melupakanNya, rayakanlah imanmu maka engkau akan bersorak-sorai dalam hidupmu. Tuhan besertaku, besertamu dan beserta kita semua.

      Hapus
  26. Nama : Irna Bestania Damanik
    Nim : 12.01.931
    Ting/jur : IV-A/ Teologi
    Analisa Ibadah : 11 Maret 2016
    Khotbah : Yes. 43:16-21 ( Josua Galingging)
    Dalam ibadah ini adalah ibadah menggunakan tata ibadah suku angkola. Yang mana sama seperti ibadah suku yang lainnya dalam ibadah ini juga semua petugas ibadah memakai bahasa dan budaya angkola. Pada Yesaya 43: 16- 21 pengkhotbah mengatakan bahwa kehidupan kita ini sama seperti air. Air adalah unsur dasar penunjang kehidupan semua mahluk hidup. Karena itu tak ada mahluk hidup yang dapat bertahan tanpa ketersediaan air. demikianlah pentingnya air dalam kehidupan kita. Dalam nats kotbah ini juga dapat kita lihat bahwa Ada begitu banyak hal yang sudah diperbuat oleh Tuhan kepada bangsa Israel, namun Tuhan juga ingin bangsa Israel bukan hanya mengenang pada jaman dulu Tuhan menolong mereka, tetapi Tuhan menginginkan mereka untuk melihat kedepan, dimana Tuhan tetap akan melakukan hal-hal yang baru kepada bangsa Isreal. Tuhan ingin bangsa Israel yang hidup di Babel memiliki pengharapan yang baru, bahkan jauh lebih besar dari apa yang pernah mereka dengar dan saksikan. Demikian juga dengan kita apakah kita sudah menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang dipilih-Nya. Semua hal yang ada dalam kehidupan kita ini adalah untuk Allah. Apakah dalam hidup kita sudah ada komitmen bahwa hidup kita hanya untuk Dia karena Dia telah mati bagi kita. Dan dalam khotbah ini yang paling ditekankan adalah bahwa kita dipilih oleh-Nya tidak secara kebetulan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Irna Bestania Damanik
      Nim : 12.01.931
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Senin, 18 Maret 2016-04-15
      Pengkotbah: Pdt. T. Br. Sinaga
      Liturgis: Yuwan Ambarita
      Kotbah: Lukas 19:28-40
      Analisa Kotbah:
      Dalam nats kotbah Lukas 19: 28- 40 ini dapat kita lihat ada beberapa karakter Yesus selain dari pemberani, Yesus juga Yesus merencanakan segala sesuatu dengan cermat, tidak gegabah.
      Lukas 19:28 mengatakan “bahwa Yesus berjalan mendahului murid-muridNya ke Yerusalem (dengan diam-diam) untuk apa??? Untuk mempersiapkan segala sesuatu. Misalnya :Ia telah menghubungi sipemilik keledai yang akan ditungangiNya sehingga nanti bila murid-muridNya datang mengambil maka sipemilik sudah maklum. Bahkan sudah dipersiapkan bahasa sandinya : Tuhan memerlukannya. Kita perlu belajar dari Yesus untuk merencanakan sesuatu dengan baik. Tidak asal jadi, tidak asal jalan. Yesus bukan orang yang berpendapat ,”persiapan dan perencanaan tidak perlu. Yesus mengatur strategi dan taktik yang tepat, cerdik seperti ular.
      Yesus tahu bahwa musuh-musuhNya sedang mencari kesempatan untuk membunuh Dia. Ia tidak takut. Tetapi ia tidak mau ditikam dari belakang. Musuh-musuhNya tentu ingin membunuhNya diam-diam. Kita juga berhadapan dengan banyak musuh-musuh yang ingin menghancurkan kekristenan. Untuk menghadapi kehidupan ini : jangan takut, tapi jangan nekat. Kita harus memiliki strategi dan taktik yang tepat.
      Yang menarik dari kisah ini adalah cara Yesus masuk ke Yerusalem. Yesus masuk kota Yerusalem dengan memilih cara dan gaya seperti Raja. Tetapi bukan raja yang pergi berperang. Oleh karena itu Ia tidak menunggang kuda, tetapi keledai. Binatang lambang perdamaian dan kasih sayang. Yesus seakan-akan berkata kepada orang-orang Yerusalem bahwa ia datang bukan dengan kekerasan, Aku datang bukan dengan pedang di tangan. Aku naik keledai. Aku datang menawarkan perdamaian dan kasih sayang. Meneladan pada Yesus berarti kehadiran kita di rumah, di sekolah, di gereja datang dengan membawa perdamaian dan kasih sayang bukan menjadi perusak, pecundang atau pembawa pertikaian dan pertengkaran. Naik keledai sebagai kendaraan rakyat jelata berarti Yesus merasakan bagaimana berada di tempat rakyat jelata, mendengar ratapan rakyat, mengenali keluh-kesah dan kebutuhan rakyat. Hatinya peka terhadap kebutuhan rakyat, ingin berbuat demi rakyat, bersama rakyat. Pelayan Tuhan turunlah dari ketinggianmu dengar apa yang diharapkan anggota jemaat.

      Hapus
    2. Nama : Irna Bestania Damanik
      Nim : 12.01.931
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Jum’at, 14 Maret 2016
      Pengkotbah: Pdt. Jonriahman Sipayung
      Liturgis: Edy Krisman Tarigan
      Kotbah: Yes 50: 4- 9
      Analisa Kotbah:
      Berdasarkan nats kotbah ini ada 2 hal yang sangat menarik yaitu: pertama, Kalau Tuhan Allah menolong, itu bukan berarti hamba Tuhan itu bebas dari penderitaan. Tetapi dia teguh, kuat menanggung penderitaannya, sekalipun punggung dan pipinya dipukul serta janggutnya dicabuti. Kedua, Pertolongan Tuhan Allah itu nyata dalam sikapnya yang tidak berbuat noda, tidak mendapat noda; tidak merasa malu, tidak mendapat malu. Artinya sekalipun menderita tetap sanggup bertahan dalam kebenaran; sanggup dipermalukan. Kita semua adalah hamba Tuhan, sebab kita semua dikehendaki untuk melakukan pekerjaanNya dengan mentaati perintahNya. Tetapi kita juga adalah murid Tuhan. Sebagai murid Tuhan, kita harus selalu mendengarkan ajaran Sang Guru kita. Kita harus fokus ke depan, artinya terus mengembangkan diri. Kita harus terus mengembangkan dan meneguhkan iman dan spiritualitas (kerohanian) kita. Dengan itu Tuhan Allah menolong kita. Dengan begitu, sebagai hamba Tuhan yang adalah muridNya, kita akan tetap teguh, kuat dan sanggup menanggung segala penderitaan. Sebagai hamba yang taat dan murid yang menurut, kita akan tetap teguh berpegang pada kebenaran tanpa merasa malu dalam menghadapi segala pencobaan dan penderitaan.

      Hapus
    3. Nama : Irna Bestania Damanik
      NIM : 12.01.931
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 1 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
      (Pengkhotbah : Randa Sembiring)
      Tema dalam kotbah ini adalah biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. Mengapa kita harus memuji Tuhan? Kita harus tahu bahwa kita diciptakan adalah untuk memuji Tuhan. Memuji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang Kristen. Karena itu dalam setiap peribadatan puji-pujian selalu mendapat porsi yang cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Hal ini menandakan bahwa pujian merupakan bagian penting dalam kehidupan orang percaya. Mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu? Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuranNya. Tuhan berkata, "umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anakNya kita harus taat melakukannya. Saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasaNya yaitu mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan. Ada beberapa contoh yang menunjukkan kepada kita tentang perbuatan Tuhan yang ajaib ketika pujian penyembahan dinaikkan:
      a. Kisahnya Yosua dengan robohnya tembok Yerikho.
      Untuk merobohkan tembok yang sangat kokoh Allah memberikan petunjuk kepada Yosua bagaimana cara merobohkannya. Bukan dengan palu godam dan alat-alat buatan manusia, melainkan melalui pujian sorak-sorai dan tiupan terompet seluruh rakyat Israel.
      b. Kisahnya raja Yosafat.
      Untuk mengahadapi suatu pasukan yang besar dan lengkap dengan senjata peperangan, justru Yosafat bukan memperkuat barisan pasukannya melainkan memperkuat barisan pujian penyembahan kepada Allah.
      c. Dalam Perjanjian Baru kisah yang sangat luar biasa terjadi dalam kehidupan rasul Paulus. Ketika ia berada dalam penjara dengan keadaan terpasung Allah melakukan perkara yang sangat dahsyat pada saat Paulus dan Silas menaikkan pujian penyembahan kepada Allah, Mujizat terjadi dengan sangat ajaib. Sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus, ketaatan merupakan gaya hidup. Kita memuji Tuhan juga karena kasih setia-Nya kekal.

      Hapus
    4. Nama : Irna Bestania Damanik
      NIM : 12.01.931
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 4 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 30:1-13
      (Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th)
      Berdasarkan isinya Mazmur 30 ini digolongkan sebagai mazmur pengucapan syukur perseorangan. Temanya adalah puji-pujian kepada Tuhan. Ay. 2-4. Pengalaman hidup apakah yang membuatnya ini memuji Tuhan. Ay. 5-6. Pemazmur juga mengajak orang-orang lain untuk memuji Tuhan. (ay.5) Selain menyanyi, hal apa lagi yang harus kita lakukan bagi Tuhan? Mengapa kita harus menyanyi dan bersyukur? (ay.6), Ay. 7-11. Apa yang diungkapkan pemazmur ketika ia mengalami kesenangan dan kesedihan?, Ay. 12-13. Apa yang dilakukan pemazmur ketika ia mengalami pertolongan dari Tuhan? Mamzur ini ditulis oleh seseorang yang pernah mengalami sakit yang parah, yang hampir membawanya kepada kematian. Sama seperti kebanyakan dari kita, pemazmur adalah seorang yang gemar memuji Tuhan ketika ia berada dalam situasi yang menyenangkan. Namun, ia sangat terkejut ketika sakit-penyakit itu datang. Dengan sungguh-sungguh dia berdoa, mohon kesembuhan dari Tuhan.
      Betapa senang hati pemazmur ketika Tuhan mendengarkan permohonannya. Begitu menakjubkan baginya. Ratapan dalam hatinya langsung diganti dengan tari-tarian sukacita. Pemazmur menggambarkan penderitaan sebagai tangisan malam yang pasti akan berlalu oleh pagi hari yang penuh sorak-sorai. Mazmur ini diakhiri dengan komitmen yang sangat indah: tekad pemazmur untuk memuji Tuhan selama-lamanya.
      Dengan demikian ada beberapa butir pengajaran yang dapat disimpulkan dari Mazmur ini: 1) Tuhan sanggup memberikan kesembuhan, juga dari penyakit yang sangat parah, 2) kesembuhan itu terjadi karena kemurahan-Nya, 3) dalam keseluruhan proses itu kita diajarkan untuk percaya kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri, dan 3) kemurahan Tuhan yang kita hendaklah membuat kita memuliakan Dia, bukan memegahkan diri sendiri. Sadar atau tidak sadarnya kita sebenarnya adalah kewajiban kita kini bersyukur kepada Allah. Karena kita adalah butaan tangan Allah, yang segambar dengan-Nya.

      Hapus
    5. Nama : Irna Bestania Damanik
      Nim : 12.01.931
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Jum’at, 8 April 2016
      Pengkotbah: Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Liturgis: Levina Kaban
      Epistel: Mazmur 30: 2-13
      Kotbah: Wahyu 5:11-14
      Analisa Kotbah:
      Ayat ini menceritakan tentang Tindakan Anak Domba mengambil gulungan kitab. reaksi yang timbul ketika Anak Domba mengambil gulungan kitab itu pertama-tama datang dari keempat makhluk dan keduapuluh empat tua-tua yang mengelilingi takhta itu. Reaksi terhadap Anak Domba yang mengambil gulungan kitab itu datang dari kalangan yang lebih luas lagi dengan adanya banyak malaikat yang turut menyanyikan madah pujian bersama-sama dengan makhluk-makhluk dan tua-tua itu. Hal lain juga menyebut bahwa setelah para malaikat yang tinggi pangkatnya itu memberi teladan, maka diteruskanlah nyanyian pujian kepada Kristus itu oleh para malaikat bawahan. Yohanes melihat dan mendengar sejumlah besar malaikat-malaikat, makhluk-makhluk dan tua-tua itu yang memuji Kristus, Anak Domba yang disembelih itu. Maksud nyanyian pujian mereka paling jelas seperti ini: Engkau layak menerima pengakuan dari segala sesuatu bahwa Engkau mempunyai kuasa dan kekayaan dan hikmat dan kekuatan dan hormat dan kemuliaan dan puji-pujian. Anak Domba yang disebutkan disini mempunyai 7 tanduk dan 7 mata (ayat 6) yang melambangkan kesempurnaan kemenangan dan kekuasaanNya. Dalam nats ini juga dikatakan bahwa Yohanes tidak takut sekalipun ia dibuang ke pulau Patmos, walau pulau Patmos adalah pulau yang gersang dan boleh dikatakan tidak ada kehidupan, namun dalam keadaan ia terbuang ke pulau tersebut ia tetap bersuka cita dan ia dapat penglihatan dan mampu menginjili karena ia percaya Allah selalu beserta dia baik keadaan susah atau senang, dan tempat terhina sekalipun Allah selalu beserta Yohanes.

      Hapus
    6. Nama : Irna Bestania Damanik
      Nim : 12.01.931
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Senin, 11 April 2016
      Pemazmur: Anggianita Sembiring
      Liturgis: Joni Pranata Purba
      Bacaan Mazmur: Mazmur 39: 1-14
      Analisa Mazmur:
      Pada ibadah kali ini, tidak ada khotbah melainkan hanya renungan saja, maka dari itu saya akan mencoba menganalisa renungan yang terambil dari Mazmur 39:1 14.
      Ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan seringkali yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata negatif sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa dan marah. Berhati-hatilah, sebab ucapan kita ibarat benih, suatu saat akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah. Ada tertulis: "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya." (Amsal 18:20). Pilihan ada pada kita: memperkatakan yang baik atau buruk. Bila sampai hari ini kita belum melihat apa yang baik janganlah bersungut-sungut atau mengomel, tetap perkatakan yang positif, ucapkanlah berkat, maka suatu saat berkat atau hal-hal positif itu akan benar-benar terjadi dalam hidup kita. Ada kalimat bijak: 'Your word will save your world!' Artinya perkataan kita dapat menyelamatkan dunia, perkataan kita dapat membentuk hidup kita. Jika kita memperkatakan yang positif, maka yang positif ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Begitu pula sebaliknya! Karena itu "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6). Sebagai orang percaya kita memiliki kuasa perkataan yaitu perkataan di dalam nama Yesus. Itu bukanlah perkataan biasa, melainkan perkataan yang mengandung kuasa dahsyat bila diucapkan dengan iman
      Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif. Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita.

      Hapus
  27. Nama : Septy Mega Silvia Purba
    NIM : 12.01.932
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

    Hari : Jumat, 11 Maret 2016
    Liturgis : Arnita Siregar
    Pengkhotbah : Josua Galingging
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21

    Untuk apakah kita memuliakan? Untuk apakah kita bersyukur kepada Tuhan? Danapakah kita bersyukur dan memuliakan Tuhan hanya ketika kita merasakan sukacita?
    Melalui nats ini saya melihat bahwa berbagai macam cara yang dilakukan Allah di dalam setiap perjalanan hidup kita untuk membuktikan kasih-Nya kepada semua ciptaan-Nya. Selama 40 tahun Bangsa israel di pembuangan, Allah tidak pernah melupakan mereka,Allah membawa mereka kembali dari perbudakan. Mereka dibebaskan oleh Raja Pembebas yang mengasihi mereka, Allah tidak membenci bangsa Israel dan membuangnya ke tempat perbudakan, namun hal ini dilakukan agar semua mahluk mengaku bahwa Allah itulah yang Maha Kuasa dan pengasih. Pembebasan Allah berlaku buat setiap orang yang tetap berpengharapan kepada-Nya. Dia adalah Allah Israel dan menjadi Allah kita sampai hari ini, maka untuk itu kita harus tetap berpengharapan kepada Allah yang Maha Kuasa kita. Allah tidak hanya menunjukkan kasih-Nya lewat sukacita, namun dari duka pun Allah membuktikan Kasih-Nya kepada segala ciptaan-Nya.
    Kata-kata Bijak: “Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan, namun bersyukurlah karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita arti kesungguhan”.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Hari : Senin, 14 Maret 2016
      Liturgis : Edy Krisman Tarigan
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jon Riahman Sipayung
      Nats Khotbah : Yesaya 50:4-9

      Dalam nats ini kita diingatkan selaku kita anak Theologia bagaimana memiliki hati seorang “Hamba” yang sangat berkorban demi nama Tuhan Allah kita yang Maha Tinggi. Kita melihat bagaimana Yesaya mengaku perbuatan Allah di dalam kehidupan yang ia alami yaitu Allah yang memberikan “Lidah dan telinga hamba”, artinya Allah telah membantu Yesaya melalui lidah dan telinga agar mampu mendengar keluhan bangsa Israel yang berada di pembuangan pada saat itu. Hal ini bukanlah hal yang mudah dilakukan, dimana pada saat itu keadaan bangsa Israel sangatlah tertindas tetapi Yesaya mampu memberitakan bagaimana Kuasa Allah di tengah-tengah penderitaan mereka. Yesaya memberikan seluruh hidupnya demi memberitakan Kuasa Tuhan, dia memberikan punggung, muka dan juga pipinya diludahi oleh orang di dalam pelayanannya. Hal ini bukanlah pengorbanan yang sia-sia namun hal ini dilakukan untuk satu tujuan yaitu untuk meneguhkan iman bangsa Israel. Keyakinan yang dipegang oleh Yesaya di dalam pelayanannya adalah bahwa Allah akan menolong, menopang dan tetap meneguhkan hatinya. Jadi di dalam keyakinan yang hati yang kuat kepada Tuhan akan membantu kita menjadi seorang”hamba”. Ketika kita memiliki hati “hamba” yakinlah Allah akan selalu menolong setiap pelayan kita.
      Kata-kata bijak: “Jika kita melayani Tuhan maka hidup ini akan lebih berari” John Gardne.

      Hapus

    2. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Hari : Jumat, 18 Maret 2016
      Liturgis : Yuwan Fades Ambarita
      Pengkhotbah : Pdt. T. Sinaga
      Pembacaan Mazmur : Mazmur 12:1-9

      Pembacaan Mazmur ini dilakukan setelah dilakukan doa pribadi untuk memulai suatu peribadahan yang dilakukan di Chapel STT-AS. Dalam pembacaan mazmur ini perikopnya adalah tentang “Doa Minta Tolong Terhadap Orang Yang Curang”. Dari bacaan ini saya melihat ayat ini sesuai dengan konteks memulai peribadahan, dimana di dalam memulai peribadahan bagi orang-orang yang masih memiliki hati yang curang, yang tetap berkata dusta, berkata dengan bibir yang manis Tuhan akan menepati janjinya untuk memurnikan semua sifat tersebut. Jadi jemaat diajak untu datang memohon kepada Tuhan agar meminta Tuhan menopang kita manusia dan menyadari bahwa manusia hidup dalam dunia yang jahat. Dan Tuhan Allah kita telah menebus kita dari dosa tersebut melalui Yesus Kristus yang rela mati bagi kita yang berdosa di dunia yang jahat ini (Galatia 1:4 “yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita. Untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini. Menurut kehendak Allah dan Bapa kita”). Inilah yang harus kita sadari dan keyakinan kita bahwa Tuhan telah menebus kita jadi kita harus tetap memohon kepada-Nya. Di dalam memulai peribadahan milikilah hati yang bersih agar di dalam peribadahan kita menikmati dan mengerti dan mengimani peribadahan itu. Dan hal ini boleh menyenangkan hati Tuhan.
      Kata-kata bijak: Pikirkan apapun yang akan kamu ucapkan. Karena setiap ucapan yang keluar dari mulutmu, tak akan bisa kamu tarik kembali

      Hapus
  28. Nama : Reka Christiany Br Purba
    NIM : 12.01.954
    Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
    Analisa Ibadah : Khotbah
    Pengkhotbah : Josua Sigalingging
    Jumat, 11 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB, tata ibadah suku Angkola (GKPA)
    Yang menjadi nats khotbah pada tanggal ini adalah Yesaya 43:16-21. Ada begitu banyak yang sudah diperbuat Tuhan untuk bangsa Israel, Tuhan menginginkan bangsa Israel untuk melihat kedepan. Dimana Tuhan akan tetap melakukan hal-hal yang baru bagi bangsa Israel. Tuhan menjanjikan kepada bangsa Israel akan adanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tuhan mengharapkan agar umat pilihan-Nya tidak merasa menyesal akan apa yang dahulu yang mereka rasakan. Kita senantiasa akan mengingat janji Tuhan yang menyertai kita. Karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup disepanjang zaman. Kasih Allah terhadap umatNya adalah kekal, bahwa aka nada kelepasan umat yang telah lama menderita di pembungan di Babel. Tuhan akan membuka pengampunan kepada umatNya yang menjadi menderita akibat dosa mereka. Dalam nas ini dinubuatkan bahwa Tuhan akan membuka kehidupan yang baru kepada umatNya dan Tuhan akan dimasyurkan atas perbuatan kasihNya. Firman Tuhan ingin menyatakan kepada kita bahwa kuasa dan kasihNya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang sampai selamanya. Dia tetaplah Allah yang sama yang berkuasa penuh atas kehidupan ini. Tuhan ada dan bekerja dalam kehidupan ini menyatakan keadilanNya yang penuh dengan pengampunan dan kasih setia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
      Senin, 14 Maret 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan Nats Khotbah adalah Yesaya 50:4-9. Kita boleh mengartikan Hamba Tuhan itu kepada semua yang disebutkan di atas, termasuk kepada Yesus. Bahkan kita juga boleh mengartikan hamba Tuhan itu juga kepada kita orang-orang beriman jaman sekarang, baik sebagai jemaat maupun perorangan. Pertama Hamba Tuhan, dulu maupun sekarang, orang lain atau kita sendiri, adalah pilihan Allah. Bukan kita yang memilih Dia, namun Dialah yang memilih dan menetapkan kita menjadi hambaNya. Hamba Tuhan itu selanjutnya orang yang berada di bawah otoritas Allah, milik Allah. Sebagaimana makna kata “hamba” umumnya, maka hamba Tuhan itu adalah orang-orang yang hidup dipegang, dikendalikan dan diperintah oleh MajikanNya yaitu Allah sendiri. Bukan sebaliknya. Jika saudara dan saya memposisikan diri sebagai hambaNya maka baiklah kita sadar tak ada hak kita mengatur dan menentukan sendiri hidup kita, apalagi mengatur hidup Allah. Kedua: Allah memberikan RohNya kepada hamba-hambaNya. Dia tidak hanya menjadikan kita sebagai alat, pelayan atau suruhanNya, melainkan juga menaruh RohNya ke atas kita. Roh Allah atau Roh Kudus itulah sumber kekuatan dan kemampuan kita. Roh itulah yang memberanikan dan menyemangati serta melindungi kita sebagai hambaNya. Ketiga: Allah menyuruh hamba-hambaNya, termasuk kita sekarang, menyatakan hukum, kebenaran dan keadilan. Pemberian Roh bukanlah untuk menyenangkan, memberi privilese atau hak istimewa, atau membanggakan kita, melainkan semata-mata untuk melaksanakan kehendak Allah yaitu tegaknya hukum dan keadilan di dunia. Seorang hamba tidak pernah diijinkan bertindak atas diri sendiri dan untuk kepentingannya sendiri, melainkan semata-mata demi Tuannya. Begitu jugalah hamba-hamba Tuhan, dulu maupun sekarang.

      Hapus
    2. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Randa Sembiring Pandia
      Jumat, 01 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats khotbah adalah Mazmur 150:1-6. Tidak ada hal yang rasanya lebih menyenangkan bagi kita ketika kita menerima pujian yang tulus dan penghargaan dari orang lain. Demikian juga Tuhan, Ia sangat menyukai pujian yang dinaikkan dengan tulus kepada Dia. Dan yang lebih menyenangkan lagi, ketika kita memberikan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, dan ketika kita memberi Dia kesukaan, hati kita sendiri pun akan dipenuhi dengan sukacita. Bahkan pemazmur menyerukan supaya segala yang bernafas juga memuji-muji Tuhan. Kata-kata pujian itu tidak cukup hanya ada di benak kita saja, namun harus diekspresikan. Pujian dan penyembahan jangan hanya dilakukan di tempat ibadah saja. Hendaklah itu ke luar dari dalam hati kita setiap saat. Kita memuji Dia karena apa yang telah Dia perbuat atas kita, dan kita menyembahNya karena Dia adalah Tuhan dan Allah kita. Pujian yang kita naikkan senantiasa menghasilkan pengharapan. Kelihatannya memuji Tuhan sudah merupakan sekedar kebiasaan saja, atau orang-orang Kristen memenuhi seruan itu karena dilatarbelakangi oleh agama yang diikutinya atau karena faktor keturunan saja. Sudah beberapa kali dikhotbahkan bahwa Tuhan adalah Allah Yang Maha Kuasa, dan Esa. Oleh karena itu Ia patut dipuji karena ke-Mahaan-Nya. Tidak hanya itu saja, kebaktian di gereja untuk memuji Tuhan sepertinya sudah kebiasaan dengan menggunakan alat musik tunggal, yaitu organ. Wajar saja memang bila hal itu digunakan, namun bagaimana dengan alat musik lainnya, dapatkah digunakan untuk mengiringi pujian yang dinyanyikan. Pengunaan alat musik merupakan salah satu ekspresi untuk memuji Tuhan. Namun, jemaat hanya bisa memahami bahwa pujian dapat dikumandangkan dengan bernyanyi saja dan diringi oleh alat musik organ.

      Hapus
    3. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M. Th
      Senin, 04 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats khotbah adalah Mazmur 30:1-13. Mazmur 30 adalah mazmur pengucapan syukur erseorangan. Kuncinya adalah puji-pujian kepada Tuhan. Mazmur ini diakhiri dengan komitmen yang sangat indah yaitu tekad pemazmur untuk memuji Tuhan selama-lamanya. Ada beberapa pengajaran yang kita dapat dalam Mazmur 30:1-13 adalah pertama, Tuhan sanggup memberikan kesembuhan juga dari penyakit yang sangat parah. Kedua, kesembuhan itu terjadi karena kemurahan-Nya. Ketiga, dalam keseluruhan proses itu kita diajarkan untuk percaya kepada Tuhan bukan kepada diri sendiri. Keempat, kemurahan Tuhan yang kita hendaklah membuat kita memuliakan Dia bukan memegahkan diri. Kita belajar dari hati Daud, dia memuji Allah untuk selama-lamanya, setiap saat sampai tiba ajalnya. Memuji Allah harus menjadi salah satu gaya hidup kita. Sebaliknya, berpikir dan berkata negatif, menjatuhkan semangat, merendahkan, menyakiti dan mengancam orang lain harus ditinggalkan atau dilepaskan.

      Hapus
    4. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Mazmur
      Pemazmur : Anggianita Sembiring
      Senin, 11 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats yaitu Mazmur 39:1-14. Sebagai orang percaya kita memiliki kuasa perkataan yaitu perkataan di dalam nama Yesus. Itu bukanlah perkataan biasa, melainkan perkataan yang mengandung kuasa dahsyat bila diucapkan dengan iman. Ini berarti Tuhan akan mengerjakan apa yang kita perkatakan. Jika Tuhan yang melakukan, tidak ada yang mustahil, karena Ia sanggup menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Namun kadang yang kita lihat dan alami justru sebaliknya, yaitu kesulitan demi kesulitan. Jangan berkecil hati, percayalah dan terus perkatakanlah, maka seperti Tuhan menggenapi janjiNya kepada Yusuf, hal yang sama akan dilakukanNya bagi kita. Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif. Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita. Sesuatu yang luar biasa pasti akan terjadi.

      Hapus
    5. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Jumat, 08 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats khotbah adalah Wahyu 5:11-14. Dalam penglihatan Yohanes ini memperlihatka pada kita kuasa, kemuliaan dan kekayaan Tuhan yang ‘tak terjangkau. Kunci kehidupan ada pada Anak Domba yang disembelih yaiu Yesus Kristus. Maka tidak akan henti-hentinya puji-pjian dipanjatkan padaNya, egala mahluk menyembah dan memuliakan Dia sampai selamanya. Penglihatan ini jika diperhadapkan dengan kondisi jemaat mula-mula, maka mereka diharapkan untuk kuat dan tabah menghadapi tekanan dan penganiayaan dari orang-orang yang anti-Kristus. Sebab iman yang dimiliki oleh orang Kristen adalah kepada Dia penguasa kehidupan. Walaupun kita menyatakan diri sebagai orang Kristen, namun dalam prakteknya bisa saja kita telah mengesampingkan Tuhan dalam hidup ini. Bisa jadi diri kita atau manusialah yang kita puja bukan lagi Tuhan. Bisa jadi yang kita cari bukan lagi kebenaran Tuhan tetapi kebenaran manusia, bisa jadi yang kita hormati bukan lagi Tuhan tetapi Tuhan, bisa jadi sedang kita minta bukanlah berkat Tuhan tetapi keinginan daging. Penglihatan ini dinyatakan pada kita saat ini supaya kita dapat melihat kembali kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. Supaya kita kembali ke jalan yang benar, bagaimanapun cara manusia berbuat sesuai dengan keinginannya, tetapi kuasa, kekayaan, kemuliaan dan pujian kepada Tuhan tidak akan terlepas dari kehidupan ini. Sebab segala sesuatu ada pada kuasaNya.

      Hapus
    6. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Andre Yhovandi Purba
      Jumat, 15 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats khotbah adalah 1 Tawarikh 16:31-36. Seorang raja Daud terkenal dengan bagaimana dia memuji Tuhan. Dalam kehidupan Daud, puji-pujian sebagai ucapan syukur. Dalam ayat 34 bahwa raja Daud merasa kasih setia Tuhan. Dalam ayat 35 bahwa mempertahankan kemerdekaan karena kita sudah dimerdekakan dari dosa. Beberapa peristiwa yang berkenaan dengan Tabut Perjanjian diantaranya: Ketika Umat Israel menyeberangi sungai Yordan ke Kanaan, sungai itu terbelah menjadi dua ketika mereka membawa tabut Perjanjian; Orang Filistin menderita penyakit yang sangat parah ketika mereka merebut Tabut Perjanjian; Ketika Daud membawa Tabut Perjanjian ke rumah Obed-Edom selama tiga bulan, Tuhan memberkati keluarga itu beserta dengan segala yang dipunyainya; Ketika Tabut Perjanjian dibawa oleh Daud dengan arakarakan sukacita ke Yerusalem, namun dalam perjalanan Tuhan murka dan membunuh Uza karena mengulurkan tangannya ke Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian adalah tabut yang suci sebagai tanda kasih setia Tuhan atas umatNya. Tabut Perjanjian menjadi tanda kehadiran Allah diantara umatNya. Maka Daud menyanyikan syukur dan puji-pujian kepada Tuhan ketika Tabut itu dibawa ke Yerusalem.

      Hapus
    7. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Swasti Sembiring Kembaren
      Sebib, 18 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats khotbah adalah 1 Korintus 12:12-26. Hidup dalam kesatuan, hidup rukun, adalah panggilan bagi setiap orang Kristen. Orang yang menginginkan perpecahan bukanlah cerminan hidup dalam Kristus. Setiap orang percaya harus memiliki benih kesatuan sejak ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya, karena benih kesatuan ini adalah benih yang berasal dari Allah dan yang dibawa Yesus kedalam diri kita. Ini bukan benih yang berasal dari keinginan daging manusia, seperti yang terjadi ketika manusia membangun Menara Babel. Tentu kita semua mendambakan kesatuan, bukan? Baik itu kesatuan dalam keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Meskipun kita senantiasa mendambakan kesatuan dalam persekutuan, namun dalam realiata kadang ada terjadi keretakan, perpecahan. Apa penyebabnya? Penyebab yang paling mendasar adalah adanya rasa superioritas, yakni perasaan yang selalu menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain. Tinggi hati adalah musuh utama dalam mewujudkan kesatuan. Kesatuan menjadi sebuah realita bila masing-masing anggota memiliki sifat rendah hati, yang seorang mengganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri. Untuk itu hendaklah kita meninggalkan dan melenyapkan segala tembok pemisah yang hanya merusak persekutuan. Marilah kita membangun persekutuan kita di atas dasar iman kepada Yesus Kristus. Paulus berkata: “Karena tidak seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Kesatuan yang sejati hanya ada di dalam Yesus Kristus.

      Hapus
    8. Nama : Reka Christiany Br Purba
      NIM : 12.01.954
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Theologia
      Analisa Ibadah : Khotbah
      Pengkhotbah : Andi Barus
      Jumat, 22 April 2016 Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Dengan nats khotbah adalah Kisah para Rasul 11:1-18. Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat, yaitu orang-orang Yahudi yang telah dipertobatkan dan masih memelihara pentingnya sunat, berselisih pendapat dengan dia. Mereka mengecam perbuatan Petrus yang telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka sebagai suatu kejahatan. Mereka beranggapan bahwa dengan berbuat demikian berarti Petrus telah menodai, jika bukan mengkhianati, kehormatan akan jabatan kerasulannya, sehingga harus dibawa ke hadapan jemaat. Begitu jauh mereka dari memandang Petrus sebagai orang yang tidak dapat berbuat salah, atau sebagai pemimpin tertinggi dari jemaat, di mana semua harus memberikan pertanggungjawaban kepada dia sementara ia tidak perlu bertanggungjawab kepada siapa pun. Petrus dianggap telah menyalahi aturan tersebut, ketika ia pergi, hidup, dan tinggal, serta melakukan pelayanan di antara kelompok tak bersunat (ay. 2). Sebagian jemaat Yahudi, yang adalah kelompok bersunat mempersalahkan Petrus atas perbuatannya itu karena telah melanggar aturan sosial di kalangan jemaat perdana. Petrus yang ingin mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada mereka menyatakan bahwa pelayanan itu terjadi bukan karena keinginannya, melainkan terjadi karena pekerjaan Roh Kudus.

      Hapus
  29. Hari ini ruang komen Analisa Ibadah Senin dan Jumat di Kampus STT Abdi Sabda ini resmi ditutup, terimakasih bagi saudara-saudari yang telah memberi respons yang serius dan cepat dalam bekerja karena itu teruslah mengirimkan analisa-analisa ibadah selanjutnya di ruang balas komen saudara; dan bagi saudara-saudari yang belum mengirim analisa ibadahnya kesempatan ini telah tertutup mengingat pengiriman itu seharusnya sudah harus dimulai sejak Kelas Bersama. Pesan: "Hargailah waktu dan cepatlah dalam memberi respons!" Selasa, 12 April 2016 yang lalu. Salam

    BalasHapus
  30. Nama : parinduan Tambunan
    NIM : 12.01.951
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 11 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21
    (Pengkhotbah : Josua Sigalingging)
    Secara garis besar nas ini menyatakan bahwa kasih Allah terhadap umatNya adalah kekal, bahwa akan ada kelepasan umat yang telah lama menderita di pembungan di Babel. Tuhan akan membuka pengampunan kepada umatNya yang menjadi menderita akibat dosa mereka. Dalam nas ini dinubuatkan bahwa Tuhan akan membuka kehidupan yang baru kepada umatNya dan Tuhan akan dimasyurkan atas perbuatan kasihNya.
    Bagaimanapun pergolakan politik antar bangsa ketika itu, Tuhan memiliki kedaulatan penuh atas kehidupan. Sehingga nubuat ini sekaligus memberikan penghiburan kepada umatNya untuk tidak berputus asa dan tetap berpengharapan bahwa Tuhan akan memberikan kelepasan atas umatNya.
    Tuhan akan membuat sesuatu yang baru, “Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara”. Tuhan mengungkapkan bagaimana kedaulatanNya atas kehidupan ini untuk memberi kehidupan.
    Tuhan memiliki rancangan tersendiri atas kehidupan ini, Ia pasti bertindak walaupun manusia menimbang-nimbang kemustahilan. Nubuat ini adalah pengharapan akan datangNya Mesias untuk memberi kelepasan kepada umatNya. Hal inilah yang dapat kita lihat di dalam Yesus Kristus, bahwa Ia telah menggenapi nubuatan ini. Kehidupan baru dalam kehidupan ini telah dinyatakan, bukan hanya kelepasan kepada umat Israel tetapi juga kepada seluruh bangsa-bangsa. Lewat Yesus Kristus, Allah membentuk kembali imtanya menjadi umat yang baru yang mempercayai Allah sebagai tuhan dan Juruselamat yang membuat mereka terbebas dari Dosa sehingg di ayat 21, “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.’ Artinya ketika manusia telah menjadi manusia Baru maka ada tugas yang harus dilakukan oleh manusia itu, yaitu “ memasyurkan nama-Nya”. Memasyurkan nama-Nya bukan hanya lewat bibir atau nyanyian syukur saja. Tetapi juga dalam tindakan. Memberitakan Firman Tuhan ke seluruh keluarga, teman, kerabat, hingga ke seluruh bangsa. Hingga semua orang boleh berkata “ Allah itu baik bagi semua orang”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 14 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Yesaya 50: 4-9
      (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung )
      Teks ini merupakan nyanyian hamba Tuhan. Di sini hamba Tuhan ini menempatkan dirinya sebagai seorang murid. Dia mendengarkan Sang Guru. Dia tidak memberontak. Dia tidak menoleh ke belakang. Dia fokus pada ajaran Sang Guru dan mengarahkan pandangan dan langkahnya ke depan. Karena itu Sang Guru, Tuhan Allah, selalu menolong dia.
      Ada 2 hal yang sangat menarik disini:
      1. Kalau Tuhan Allah menolong, itu bukan berarti hamba Tuhan itu bebas dari penderitaan. Tetapi dia teguh, kuat menanggung penderitaannya, sekalipun punggung dan pipinya dipukul serta janggutnya dicabuti.
      2. Pertolongan Tuhan Allah itu nyata dalam sikapnya yang tidak berbuat noda, tidak mendapat noda; tidak merasa malu, tidak mendapat malu. Artinya sekalipun menderita tetap sanggup bertahan dalam kebenaran; sanggup dipermalukan.
      Kita semua adalah hamba Tuhan, sebab kita semua dikehendaki untuk melakukan pekerjaanNya dengan mentaati perintahNya. Tetapi kita juga adalah murid Tuhan. Sebagai murid Tuhan, kita harus selalu mendengarkan ajaran Sang Guru kita. Kita harus fokus ke depan, artinya terus mengembangkan diri. Kita harus terus mengembangkan dan meneguhkan iman dan spiritualitas (kerohanian) kita. Dengan itu Tuhan Allah menolong kita. Dengan begitu, sebagai hamba Tuhan yang adalah muridNya, kita akan tetap teguh, kuat dan sanggup menanggung segala penderitaan. Sebagai hamba yang taat dan murid yang menurut, kita akan tetap teguh berpegang pada kebenaran tanpa merasa malu dalam menghadapi segala pencobaan dan penderitaan.
      Teks Yesaya 50:4-9 ini adalah teks yang sekaligus berupa refelksi bag kita sebagai orang-orang percaya Yang diangkat menjadi Hamba atau murid Tuhan. teks ini menolong kita untuk menjadi murid yang baik. Ia mengajarkan beberapa hal:
      1. Ayat 4a, Milikilah lidah seorang murid supaya dapat berkata-kata dan memberikan semangat kepada yang lesu. Lidah yang mau diajar, dilatih dan diperintah. Itu berarti setiap tutur kata kita hendaknya konsisten dan berdasarkan pada kebenaran. Seorang murid yang baik pasti akan terlatih dengan ucapan-ucapan gurunya.
      2. Ayat 4b-5, Mempertajam pendengaran setiap pagi dan membuka telinga. Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga lahiriah ini pertanda mengingatkan kita supaya lebih banyak mendengar ketimbang berbicara apalagi membual. Tuhan juga menciptakan kita dengan telinga batin. Nurani tempat di mana kebenaran itu terus menerus disuarakan. Tidak mungkin kita akan konsisten dan punya integritas kalau tidak terlebih dahulu mendengar suara Tuhan. Apa yang biasa terjadi setiap pagi? Apakah kita menyempatkan diri dan memberi ruang bagi suara itu? Ataukah ruang batin kita sudah penuh sesak dengan suara tuntutan yang lain.
      3. Ayat 6. Memberi punggung, pipi dan muka. Hal ini gambaran resiko seseorang ketikan berjalan dan menyatakan kebenaran. Banyak orang tidak mau mengambil resiko seperti ini dan akhirnya kompromi. Perkataannya tidak pernah konsisten. Tergantung situasi yang menguntungkannya. Semuanya itu telah dialami Yesus. Ketika seseorang mengikutiNya maka hal yang serupa dimintaNya. Ingat, Dia tidak menjanjikan kenyaman melainkan kemuliaan.

      Hapus
    2. Nama : parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 18 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Lukas 19:28-40
      (Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga “Ibu Asrama Tabernakel” )
      Dengan menunggangi keledai muda yang masih sangat kuat dan segar, YESUS menuruni lereng bukit Zaitun menuju kota. Pada jaman itu keledai adalah tunggangan kehormatan. Biasanya dalam keadaan damai, raja Israel akan menunggangi keledai. Yang menarik adalah YESUS akan menunggangi keledai tapi tidak punya keledai. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi YESUS benar jauh dari kemapanan kehidupan. Para murid masih harus mencari keledai itu dan berharap kemurahan hati orang untuk meminjamkan keledainya.
      Para pengikut YESUS yang mengiringi menghamparkan pakaian mereka di jalan sebagai tanda penyambutan gembira. Mereka yang telah datang bersama YESUS dari Galilea mulai bergembira dan memuji ALLAH karena segala mujizat yang telah mereka lihat dan mungkin saja mereka berharap akan mengalami mujizat yang lebih banyak di Yerusalem. Mereka menyambut YESUS sebagai DIA yang akan datang yaitu RAJA yang mempunyai kekuasaan Ilahi; bukan raja politis. Oleh karena itu orang-orang Farisi meminta YESUS menghentikan para pengikut-Nya yang sangat bersemangat itu. Akan tetapi YESUS tidak mau menghentikan sebab apa yang mereka katakan tentang diriNya itu benar: Mesias telah datang. Tindakan YESUS masuk Yerusalem dengan cara ini merupakan simbol penghayatan religius. YESUS diiringi puji-pujian para murid yang memuliakan TUHAN. Peristiwa ini ditulis Lukas untuk mengatakan bahwa YESUS adalah Raja Mesias yang dinanti-nantikan. DIA datang membawa damai sejahtera dan kemuliaan bagi TUHAN.
      Kedatangan Sang Raja damai selalu dinantikan masyarakat. Di zaman ini pun banyak orang menantikan para pembawa damai yang menyelamatkan dunia dari kehancuran. Di tengah peperangan, kemiskinan, pertarungan kekuasaan, dan pelbagai kejahatan yang semakin merajalela, masyarakat menantikan datangnya para pembawa damai. Apakah kedatangan kita telah membawa damai bagi sekitar kita? Jika kita bangga dan bersyukur karena menjadi pengikut KRISTUS, Sang raja Damai, maka mestinya kita pun bersedia mengikuti jejak KRISTUS dengan menjadi pembawa damai di mana pun kita berada. Manusia juga banyak memiliki keinginan untuk memiliki atau mendapatkan sesuatu dari Tuhan. kadang dengan Antusiasnya mereka meminta dengan sungguh-sungguh sampai pada akhirnya dia lupa tentang tugas nya di bumi ini. Akhirnya ketika Tuhan tidak mengabulkannya atau memberikan sesuatu tapi tidak sesuai dengan keinginannya maka dia akan bersungut-sungut. Tugas kiita di dunia ini adalah untuk membangun kerajaan Allah. Bukan untuk membangun kerajaan kita masing-masing sesuai dengan kehendak kita. mari kita puji dan akui Dia yang datang dalam nama Tuhan, bukan malah diam seperti para ahli taurat yang tidak mengakui Yesus itu.

      Hapus
    3. Nama : parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah
      Senin, 4 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 30:1-13
      (Pengkhotbah : Pdt. Kaleb Manurung, M.Th)
      Sering saya mendengar beberapa orang di luar Kristen berkata, "Orang Kristen itu aneh. Setiap ibadah di gereja selalu bernyanyi, ada yang sambil bertepuk tangan dan ada bergoyang-goyang. Di persekutuan mereka juga selalu bernyanyi." Memang, puji-pujian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Kristen. Jika ada orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan atau hanya memuji Tuhan saat berada di gereja, berarti ia orang Kristen yang 'tidak normal'. Normalnya, orang Kristen pasti suka memuji Tuhan di mana pun dan kapan pun. Bahkan Daud memuji-muji Tuhan tujuh kali dalam sehari (baca Mazmur 119:164). Jangan anggap remeh puji-pujian bagi Tuhan itu! Ada kuasa yang dahsyat saat kita memuji Tuhan sebab Ia bersemayam di atas pujian yang dinaikkan oleh umatNya (baca Mazmur 22:4).
      Daud dalam Mazmur nya ia sedang memuji Tuhan. dimana ia memuji Tuhan sebagai rasa ucapan syukur karena Tuhan mengalahkan musuh-musuh nya yang selalu menyerangnya. Mazmur ini adalah mazmur thanks giving to the Lord. Dalam teks ini dilahirkan sebuah perenungan, Kapan waktu yang tepat memuji Tuhan? Saat lagi happy, tidak ada masalah, sehat, menerima berkat? Tidak. Memuji Tuhan itu di segala keadaan dan setiap waktu, terutama waktu dalam kesesakan dan pergumulan berat. Mengapa? Karena dengan memuji-muji Tuhan iman kita kembali dibangkitkan; segala kekuatiran dan ketakutan sirna oleh karena hati dan pikiran kita tertuju kepada Tuhan. Jadi dibalik puji-pujian ada kuasa yang besar yang akan kita dapatkan dan rasakan serta itu akan membuat roh kita kuat. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuji Tuhan, baik senang maupun duka mari kita memuji Tuhan


      Hapus
    4. Nama : parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 1 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Mazmur 150:1-6
      (Pengkhotbah : Randa Sembiring)

      Sedikit berbagi, mazmur 150 ini adalah mazmur kesukaan saya. Mazmur ini juga dpakai oleh komposer-komposer paduan suara dunia yang terkenal seperti John F. Pamintuan dan ernani Aguirar. Dalam bahasa latin ayat pertama “laudate dominum in sanctis eus laudate eum in firmamen to virtu tis eus”. Mari memuji Tuhan di tempat-Nya yang maha kudus.
      Allah yang tinggal di tempat jauh dan maha kudus itu begitu dekat dengan manusia yang penuh dengan noda-noda kekotoran (transenden dan imanen). Mazmur ini semakin mengekspresikan dirinya memuji Tuhan dengan menggunakan alat-alat musik. Penghayatan penulis mazmur ini sangat menggugah hati pembaca. Seperti memberikan pengaruh roh yang kuuat sehingga kita tertantang untuk memuji Tuhan.
      Memuji Tuhan haruslah mengubah kita, mentransformasi kehidupan kita. Seluruh hidup kita haruslah memuji Tuhan, sebab Dia itu perkasa, besar, dan hebat. Paling tidak, itulah yang dialami oleh pemazmur seperti terekspresikan dalam teks ini. Itulah sebabnya pemazmur hendak memakai berbagai metode dan alat yang ada (dalam tempat kudus, cakrawala yang kuat, dengan sangkakala, gambus, kecapi, rebana, tari-tarian, seruling, dan ceracap) untuk kemuliaan nama Tuhan. Saya melihat bahwa metode dan alat puji-pujian yang disebutkan oleh pemazmur sangat tepat dengan konteks zamannya pada waktu itu.
      Biarlah segala ynag bernafas memuji Tuhan. Dan begitulah seharusnya kehidupan kehidupan seorang Kristen. Hidup yang selalu berisi dengan pujian. Seorang percaya ketika dalam suatu kejatuhan, atau kesesakan tidak akan berhenti di sana, karena tempat mereka bukanlah di sana, tetapi di tempat di mana mereka dapat memuji Allah, dengan nyanyian, dengan tarian, dengan seluruh alat musik, karena seorang percaya haruslah memuji Allah. Halleluya!

      Hapus
    5. Nama : parinduan tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 8 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Nats Khotbah : Wahyu 5:11-14
      (Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jan Jahaman Damanik
      Dalam penjelasan khotbah yang disampaikan dalam ibadah, saja sebagai mahasiswa tidak mendapat inti dari khotbah yang dijelaskan karena menurut homiletika, m=berkhotbah itu mempercakapkan Yesus., bukan untuk mengkritik, bukan untuk melawak dengan sindiran-sindiran dan mengejek jemaat yang sedang beribadah.
      Teks wahyu ini adalah teks tentang seekor anak domba. Anak Domba menggambarkan Kristus yang telah mengorbankan diriNya. Pengorbanan Kristus merupakan karya terbesar karena memberikan perdamaian, pengampunan dan keselamatan. Di dalam pengorbanan Kritus itu pula orang-orang percaya beroleh hidup kekal. Pengorbanan Kristus merupakan belas kasihNya kepada umatNya. Sekalipun mereka mengalami penganiayaan, penderitaan namun Tuhan senantiasa menyertai dan memberikan keselamatan. Firman Tuhan ini membawa kita pada sebuah gambaran hidup yang indah. Hidup adalah anugerah Allah. Oleh sebab itu, kita layak mensyukuri segala pemberian Allah. Itulah kehidupan bahagia. Tuhan memberikan waktu bagi kita menikmati kehidupan ini. Kita harus menggunakan kesempatan hidup yang Tuhan berikan untuk menyembah Dia, memuji Tuhan, berdoa dan mendengar firmanNya. Hidup seperti itu akan membuat kita makin merasakan betapa besar kemurahan Tuhan memelihara dan memberkati kita.Sebagai anak-anak Allah, maka kita adalah ahli-ahli waris dari janji-janjiNya. Anak-anak Allah akan mewarisi kehidupan kekal. Inilah yang telah dijanjikan Allah bagi anak-anakNya. Janji Allah itu begitu indahnya, melampaui segala sesuatu yang ada pada diri kita. Di tengah-tengah kehidupan ini kita terkadang diperhadapkan dengan gelombang kehidupan. Ini hanya merupakan ujian, sejauhmana kedalaman iman percaya kita pada firman Tuhan. Setiap orang yang percaya pada firman Tuhan, ia akan selalu merasakan kasih setia Tuhan di dalam hidupnya. Firman ini mengajak kita semua untuk hidup sebagai pribadi anak-anak Allah; dan menjadikan setiap keluarga/rumah tangga sebagai keluarga Allah. Hidup sebagai keluarga Allah haruslah diwarna dengan sukacita, karena kita memiliki pengharapan akan hidup kekal. Demikianlah kita hidup sebagai anak-anak Allah sambil menantikan Janji Allah yang penuh sukacita dan kebahagiaan kekal. Belas Kasih Allah mengingatkan kita agar jangan khawatir, jangan takut, jangan putus asa sekalipun ada pergumulan. Kita orang-orang yang telah dibenarkan mestinya menyerahkan kehidupan kita pada Tuhan Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus Kristus, kita mengalami ketenangan hidup. Kita menikmati kehidupan ini sebagai anugerah Tuhan. Dan lebih utama lagi, kita memiliki kepastian akan keselamatan yang kekal itu, hanya karena anak domba yang layak disembah itu. Dia lah ynag membuat kita layak untuk menerima itu, maka mari kita memuji, kita layak mempermuliakan dia, karena hanya bagi Dia lah layak segala pujian dan kehormatan.

      Hapus
    6. Nama : parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 11 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Renungan : Mazmur 39:1-14
      (Pengkhotbah : Anggianita Sembiring)
      Ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan seringkali yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata negatif sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa dan marah. Berhati-hatilah, sebab ucapan kita ibarat benih, suatu saat akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah
      Pilihan ada pada kita: memperkatakan yang baik atau buruk. Bila sampai hari ini kita belum melihat apa yang baik janganlah bersungut-sungut atau mengomel, tetap perkatakan yang positif, ucapkanlah berkat, maka suatu saat berkat atau hal-hal positif itu akan benar-benar terjadi dalam hidup kita. Ada kalimat bijak: 'Your word will save your world!' Artinya perkataan kita dapat menyelamatkan dunia, perkataan kita dapat membentuk hidup kita. Jika kita memperkatakan yang positif, maka yang positif ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Begitu pula sebaliknya! Karena itu "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6).
      Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif. Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita. Sesuatu yang luar biasa pasti akan terjadi!
      "...tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." Markus 11:23. Jangan berkecil hati, percayalah dan terus perkatakanlah, maka seperti Tuhan menggenapi janjiNya kepada Yusuf, hal yang sama akan dilakukanNya bagi kita.

      Hapus
    7. Nama : Parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Ibadah Khotbah
      Jumat, 15 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Renungan : 1 Tawarikh 16 : 31-36
      (Pengkhotbah : Andre Yovandi Purba)
      Nats kita ini merupakan suatu nyanyian ucapan syukur kepada Allah karena penyertaan Tuhan didalam perjalanan hidup mereka yang telah melindungi dan melepaskan mereka dari bangsa-bangsa yang lain karena bangsa Israel akan berhadapan dengan mereka dan dari segi kekuatan Israel tidak akan sanggup mengalahkan mereka. Tapi karena Allah yang selalu menyertai bangsa Israel itulah yang membuat bangsa Israel menjadi tenang dan tidak gentar menghadapinya. Oleh karena Daud dan bangsa Israel telah melihat penyertaan Tuhan dalam segala masalah yang dihadapinya, mereka melihat perbuatan-perbuatanNya yang ajaib (ay.9,12), maka Daud menyuruh Asyaf dan saudara-saudaranya menyanyikan syukur bagi Tuhan.
      Bernyanyi mengucap syukur bagi Tuhan merupakan suatu ungkapan isi hati yang paling dalam bagi Tuhan. Mereka mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan karena merasakan penyertaan Tuhan sejak mereka keluar dari Mesir dan menjadi suatu bangsa yang diberkati oleh Tuhan. Ungkapan iman mereka melalui nyanyian itu bukan hanya bangsa Israel yang bersukaria tapi ikut diajak semua bumi dan langit bersorak-sorai melihat kekuasaan Tuhan. Biarlah gemuruh laut…, pohon-pohon dihutan…,semuanya bersuyur kepada Tuhan karena Tuhan itu baik, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya, juga kita sering tidak setia kepadaNya dan tidak melalukan perintah Tuhan tapi Dia tetap setia dan mengasihi kita. Kebaikan Tuhan itu tidak perlu diragukan oleh karena itu mereka mengatakan bahwasanya kasih setiaNya untuk selama-lamanya. Berbeda dengan kebaikan manusia yang sering berubah-ubah kadang baik kalau mereka itu cocok dengan kehendak hatinya tapi akan berubah kalau mereka menyakiti hatinya berbeda dengan kebaikan Tuhan yang tetap selamanya. Melalui pengalaman hidup kita sebagai orang beriman, kita diajak melihat setiap kali ada masalah-masalah didalam perjalanan kehidupan kita pasti ada selalu yang menolong kita yaitu Tuhan. Kita perlu melihat kebelakang bagaimana Tuhan itu menyelamatkan kita dari tantangan-tantangan yang kita hadapi. Kehadiran Allah didalam kehidupan kita akan membuat kita menjadi rendah hati dan sangat mengarapkan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Pengalaman-pengalaman iman kita didalam pertolongan Tuhan yang nyata didalam kita biarlah kita saksikan juga kepada dunia ini, kepada saudara-saudara kita, salah satu dengan cara bernyanyi bersorak-sorai memuji memuliakan nama Tuhan.

      Hapus
    8. maaf sebelum nya kepada bapak dosen terkusus dan kepada teman-teman kelas IVA, saya terlambat mengirimkan komentar dan analisa saya untuk kelompok empat di blog. ini dikarenakan media saya untuk mengirimkan setiap komentar dan analisa (laptop) mengalami kerusakan dan saya harus menunggu perbaikan laptop saya selama 4 hari terhitung tanggal 14 april 2016. kepada bapak dosen saya minta maaf atas keterlambatan saya ini. semoga bapak dapat memakluminy

      Hapus
  31. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Senin, 18 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : 1 Korintus 12:14-26
    (Pengkhotbah : Swasti Sembiring)


    Thema yang disampaikan oleh pengkhotbah adalah Keanekaragaman adalah Kekayaan. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada satu semboyan yang menyatakan keanekaragaman yaitu "Bhineka Tunggal Ika." Semboyan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beragam agama, bahasa dan suku bangsa. Namun, keberagaman itu tidak berarti menutup kemungkinan untuk bekerja bersama-sama. Paulus memakai keragaman ini melalui kesatuan tubuh dengan banyak anggota, untuk menggambarkan kesatuan gereja Kristus.

    Diakui bahwa tubuh kita terdiri dari bagian-bagian yang unik, khas, berbeda bentuk dan fungsinya. Peranan dan fungsi masing-masing anggota tubuh itu baru bisa dirasakan apabila ditempatkan dalam kesatuan tubuh. Di luar kesatuan itu masing- masing anggota tidak bisa berfungsi dan berperan sebagaimana mereka dibentuk. Kesatuan tubuh itu sedemikian solidnya sampai- sampai ketika gigi kita yang berlubang terasa nyeri maka kepala kita juga ikut pusing dan, pada akhirnya, seluruh anggota tubuh terganggu aktivitasnya.

    Kiasan ini sebenarnya merupakan adaptasi Paulus dari kuil Asklepius di Korintus. Dalam kuil tersebut terdapat banyak sekali anggota- anggota tubuh secara terpisah. Paulus ingin menekankan kepada jemaat tentang kesatuan tubuh Kristus. Jemaat Kristen di Korintus adalah gambaran tentang keadaan tubuh Kristus yang sebenarnya. Melalui penjelasan tersebut Paulus mengarahkan bagaimana jemaat Tuhan seharusnya hidup.

    Ada orang-orang yang diberikan fungsi khusus dalam rangka kesatuan jemaat. Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa karunia yang satu lebih bernilai dibandingkan karunia lainnya, meskipun satu sama lainnya berbeda. Tetapi, Paulus mengingatkan bahwa mereka bisa berfungsi sebagai tubuh Kristus hanya bila mereka menyadari kebergantungan dan kesatuan dengan bagian tubuh lainnya.

    Keanekaragaman adalah kekayaan, banyaknya perbedaan berarti mengetahui bahwa Tuhan memiliki kekayaan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. didalam keanekaragaman itu terdapat karunia-karunia Allah yang berbeda. yang menjadi perenungan bagi kita, apakah kita telah memakai karunia-karunia Allah itu untuk memuliakan Tuhan ? dan apakah kita telah menggunakan karunia-karunia Allah itu untuk membantu sesama manusia ? ketika kita telah diberikan karunia oleh Allah, kita harus mempergunakannya dengan baik dengan memuliakan namaNya dan membantu sesama manusia.

    BalasHapus
  32. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Ibadah Khotbah
    Jumat, 22 April 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Renungan : Kisah Para Rasul 11:1-18
    (Pengkhotbah : Andi Barus)

    Kita hidup dalam suatu masyarakat yang terkotak-kotak berdasarkan suku, agama, atau apa saja yang sesuai dengan kepentingan kita atau kelompok kita. Dalam kehidupan sosial yang terkotak-kotak seperti itu, tiap anggota kelompok harus taat kepada aturan-aturan menurut kehidupan sosial itu. Pola kehidupan seperti inilah yang terjadi di zaman jemaat perdana, di mana orang bersunat dan orang tidak bersunat dilarang berinteraksi di luar kelompoknya.

    Petrus dianggap telah menyalahi aturan tersebut, ketika ia pergi, hidup, dan tinggal, serta melakukan pelayanan di antara kelompok tak bersunat. Sebagian jemaat Yahudi, yang adalah kelompok bersunat mempersalahkan Petrus atas perbuatannya itu karena telah melanggar aturan sosial di kalangan jemaat perdana. Petrus yang ingin mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada mereka menyatakan bahwa pelayanan itu terjadi bukan karena keinginannya, melainkan terjadi karena pekerjaan Roh Kudus. Penceritaan ulang Petrus tentang apa yang terjadi menegaskan peran Roh Kudus dalam mengubah pandangan yang sudah terkotak-kotak dan kaku tersebut. Juga mengubah hati mereka yang terbelenggu tradisi menjadi hati yang hangat dan penuh kasih melihat petobat-petobat baru, tak peduli apa latar belakang mereka. Petrus tak sendirian karena ada rekan-rekan bersunat yang menjadi saksi pekerjaan Roh Kudus yang membaptis orang-orang tidak bersunat itu.

    Pekerjaan memulihkan relasi antar manusia adalah pekerjaan yang tidak mudah, kalau tidak dapat dikatakan mustahil. Namun kitab Kisah Para Rasul, mengajar kita bahwa pemulihan itu adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam gereja dan dunia ini. Pekerjaan itu dimulai dengan pemulihan relasi manusia dengan Tuhan lewat pertobatan dan lahir baru. Kemudian dilanjutkan dengan penerimaan ke dalam lingkup persaudaraan seiman di dalam gereja. Tugas gereja dan tugas kita adalah menerima tanpa membeda-bedakan. Ingat kita pun diterima Tuhan apa adanya!

    Allah juga menciptakan kita dengan sifat yang berbeda-beda dan mendapatkan karunia yang berbeda-beda. Kita harus menggunakan hal tersebut untuk memuliakan Tuhan dan berbakti kepada sesama, menggunakan perbedaan itu sebagai suatu media untuk mempersatukan hal-hal untuk menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
  33. Nama :Hafdon Tuah Purba
    NIM :12.01.929
    Ting/ Jur :IV-A / Teologi
    Analisa Ibadah Kampus
    Jumat, 11 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
    Nats Khotbah : Yesaya 43:16-21
    Pengkhotbah : Josua Sigalingging
    Analisa Khotbah Yesaya 43:16-21 “Umat Yang Yemberitakan Memasyuran Tuhan”
    Menjadi bangsa yang terjajah dan terbuang sangatlah menyakitkan bagi bangsa Israel, yang diasingkan di negeri Babel. Bahkan jati diri sebagai umat pilihan Tuhan seakan-akan tidak berarti lagi. Mereka mengeluh dengan keadaan yang mereka alami sebagai bangsa terjajah. Mereka terus bersedih karena mengenang ketika mereka keluar dari Mesir sebagai orang yang merdeka. Dalam kondisi seperti itu Tuhan tetap mengasihi mereka dan memberikan pengharapan baru. Melalui Yesaya Dia menghibur dan mengingatkan umatNya bahwa Tuhan akan melakukan perkara yang lebih besar dari apa yang pernah mereka alami di Mesir. Jika Tuhan mengijinkan mereka masuk ke dalam pembuangan agar umat semakin dewasa dan hidup berkenan kepadaNya.
    Di tengah pengalaman pahit dan tidak menyenangkan, umat diuji untuk tetap berharap dan setia kepada Tuhan. Dibalik pembentukan yang menyakitkan, Allah mempersiapkan umat untuk menerima perkara yang lebih besar dan keajaiban yang besar sebab bagi Allah tiada yang mustahil (Lukas 1:37). Adakah kita sedang mengalami pergumulan berat dalam hidup ini sehingga membuat kita bertanya apa maksud Tuhan dengan semua yang kita alami?
    Ternyata Allah itu tidak terselami, tiada yang mustahil bagiNya sehingga tidak heran bahwa Allah membentuk kita terkadang melalui hal-hal pahit untuk menyatakan perkara yang lebih besar kepada kita. Tapi percayalah Allah akan menolong kita untuk melihat jalan di padang gurun. Allah kita adalah Allah yang sangat perduli dan setia. Dengan demikian umat yang telah Ia bentuk akan memberitakan kemuliaan dan kemasyuranNya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting/ Jur :IV-A / Teologi
      Analisa Ibadah Kampus
      Senin, 14 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Pengkhotbah : Pdt. Dr. Jon Riahman Sipayung
      Analisa Khotbah Yesaya 50:1-9 “Aku Memberi Semangat Baru Untukmu”
      Konteks kehidupan dalam kitab Yesaya 50, Israel dalam masa pembuangan. Artinya israel sedang merasakan kekhawatiran, galau, dan pengharapannya mulai kabur kepada Allah. Yang namanya manusia pasti tidak terlepas dari apa yang dirasakan oleh bangsa Israel. Dengan permasalahan yang demikian khotbah ini meneguhkan agar setiap manusia berpengharapan kepada Tuhan. Dalam tradisi Israel, hamba adalah sesuatu yang tidak lajim ditemukan di tengah-tengah kehidupan, dan seorang hamba adalh milik tuannya, dan hamba harus tuduk kepada tuanya bahkan seorang hamba harus perperilaku sesuai kehendak tuannya.dan seorang tuan akan memberikan semangat dan motivasi yang baru kepada hambanya.
      Yesaya 50:4 mengatakan bahwa Tuhan memberikan lidah yang baru kepada hambaNya, agar bisa menyemangati yang lain.kita adalah supporter, yaitu penolong atau pendukung yang lain dalam menghadapi pergumulan. Saya merasa inilah yang harus dipupuk dan dikembangkan dalam kehidupan umat beragama. Lidah seorang hamba itu tidak berbicara dengan sembarangan, atau sering dikatakan manusia sekarang mulut ember atau bocor. Yakobus berkata: lidah yang diberikan Tuhan hendaklah dipergunakan untuk memuliakan dan memuji Tuhan. Lidah perlu dijaga agar memperoleh hari-hari yang baik, dan lewat perkataan jangan sampai menimbulkan sakit hati orang lain baik itu melalui makian atau juga janji manis tapi hendaklah lidah seorang hamba itu seperti lidah yang “bertulang” bisa dikuasai hati. Hendaklah melalui perkataan yang keluar dari mulut kita itu bisa memotivasi orang lain dan mendatangkan hari-hari yang baik.
      Pendengaran dan pandangan juga perlu dipertajam agar bisa melihat mana yang perlu didukung dan tidak salah dukung karena seorang hamba harus kuat mendengar. Seorang hamba juga tidak menghindar dari penderitaan (Yesaya 50:6). Artinya ada kesetiaan kepada Tuhan dan hamba yang setia dalam semua kondisi Tuhan tidak hanya menguatkan tapi Tuhan akan menolong hingga hamba tidak terkena noda bahkan sampai akhirnya setiap hamba akan beroleh kemenangan. (Because You Are Not Alone).

      Hapus
    2. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting/ Jur :IV-A / Teologi
      Analisa Ibadah Kampus
      Jumat, 18 Maret 2016 di Chapel STT Abdi Sabda pukul 10.00 WIB
      Pengkhotbah : Pdt. T. Br. Sinaga S.Th
      Analisa Khotbah Lukas 19:28-40 “Bersukacita”
      Yesus datang dengan menunggangi keledai betina menandakan bahwa Yesus datang sebagai Raja pembawa damai dan penuh kerendahan hati. Bukan seperti raja duniawai yang datang berkuda membawa pedang serta menumpas darah lawan, tapi Yesus datang penuh dengan kasih. Banyak orang yang senang dengan kedatangan Yesus, untuk menunjukkan rasa hormat dan senang mereka kepada Yesus, yang dipercaya sebagai Raja Agung itu, para murid menghamparkan pakaian mereka di jalan yang akan dilewati Yesus. Tradisi ini merupakan suatu bentuk penghormatan yang sangat mulia pada zaman itu, dan para murid melakukannya hanya untuk Yesus. Mereka menyambut kedatangan Yesus itu dengan kegembiraan dan pujian.
      Sayang sekali, tidak semua orang pada waktu itu senang dengan kedatangan Yesus. Orang-orang Farisi meminta Yesus untuk menegor murid-murid-Nya yang memuji Dia (ay. 39). Sebenarnya, melalui permintaan ini orang-orang Farisi tersebut hendak menegaskan kepada Yesus bahwa mereka tidak setuju dan tidak senang kalau Yesus disambut dengan segala penghormatan, pengakuan, dan pujian seperti yang dilakukan oleh para murid tersebut. Merekalah (orang-orang Farisi) yang seharusnya mendapatkan penghormatan dan pujian itu, bukan Yesus. Namun, di ayat 40 dengan tegas Yesus “menolak” permintaan mereka tersebut, dengan berkata: “Jika mereka (para murid) ini diam (seperti kamu, orang-orang Farisi), maka batu ini akan berteriak (untuk memuji Allah)”. Jadi, jauh lebih baik membiarkan mereka berteriak kalau untuk memuji Allah, daripada tampil “sok suci, sok alim, sok pietis” namun tidak mampu menggunakan hidupnya untuk menghormati dan memuji Allah dengan benar. Kalau membaca teks sebelum nas khotbah hari ini (Luk. 19:11-27), maka nampaknya tepatlah perumpamaan itu bagi orang-orang Farisi, yaitu hamba yang ketiga yang tidak memanfaatkan kesempatan dan potensi yang ada untuk “menyenangkan” tuannya, akhirnya dia “gigit jari”. Itulah orang-orang Farisi, mereka-mereka yang tidak mengisi kehidupannya untuk “menyenangkan” Tuhan, orang-orang yang tidak mengembangkan potensi yang ada untuk kemuliaan Tuhan, biasanya “sedih” kalau melihat orang lain berbuat sesuatu yang baik yang tidak bisa mereka lakukan. Akibatnya memang penghakiman, dan itulah yang terungkap di seluruh pasal 19, kehancuran di kota monumental mereka, Yerusalem (Luk. 19:41-44).
      Teks khotbah ini mengajak kita diajak untuk merenungkan bagaimana Yesus sesungguhnya adalah Raja Agung, Tuhan Pemilik kehidupan kita, sangat layak mendapatkan kehormatan, kemuliaan dan pujian, sebab penderitaan yang dialami-Nya adalah untuk kepentingan kita umat manusia. Jadi, sudah seharusnya kita mengarahkan segala puji-pujian bahkan kehidupan kita untuk kemuliaan Sang Raja dan Tuhan kita yang Agung itu.
      Bagi orang percaya, kedatangan Yesus, secara khusus pada masa-masa penderitaan-Nya itu, sesungguhnya menjadi pengharapan akan datangnya kemenangan dan kemuliaan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Atas dasar itulah orang percaya seharusnya menyambut kedatangan Tuhan itu dengan sukacita dan pujian bagi Allah. Sebaliknya, bagi mereka yang masuk dalam kelompok orang-orang Farisi, berita sukacita itu tersembunyi bagi mata mereka, tampil seperti orang yang mengerti namun sesungguhnya tidak mampu memahami dan menyelami makna penderitaan Tuhan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, sebagai orang percaya, marilah kita mengarahkan seluruh kehidupan kita menyambut dan memuji Tuhan Allah kita yang datang dalam kerendahan hati sekaligus membawa kedamaian, kemenangan, dan kemuliaan. “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan” (Luk. 19:38a). Diberkatilah mereka yang menyambut Raja yang datang dalam nama Tuhan itu!

      Hapus