Senin, 14 Maret 2016

Nilai-nilai Kemanusiaan Teo. ID - Kelompok III



Nama                           : Arnold Brahmana
                                      Ayu Ega Siahaan
                                      Epi Dosniroha Sihombing
                                      H. Primadona Manalu
                                      Litna br. Ginting
Tingkat/Jurusan           : I-D/Theologia
Mata Kuliah                : Ilmu Budaya Dasar
Dosen                          : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th
Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun
Bakdi Soemanto
I.    Pendahuluan
      Dalam sebuah buku/artikel yang berjudul Forum Mangunwijaya IX, tersurat sebuah judul “Pasemon” Dalam Karya Sastra Romo Mangun yang ditulis oleh Bakdi Soemanto (Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM), dimana terdapat sebuah pandangan khusus yang ditujukan kepada Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (lebih dikenal Romo Mangun).
      Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. (lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929  meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun), dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela "rakyat kecil". Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun" dalam bahasa Jawa). Romo Mangun adalah anak sulung dari 12 bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniya. Karya Romo Mangun yang cukup terkenal yakni “sebuah roman” yang berjudul “Burung-Burung Manyar”. Novel ini mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara, Ramon Magsaysay, pada 1996.[1]
      Dalam pemaparan berikut, akan di jelaskan bagaimana sudut pandang seorang Bakdi Soemanto dalam mengamati karya seorang Pastor yang juga merupakan penulis roman/novel.

II.  Pembahasan
      2.1. Mengenang Romo Mangun
            Membaca novel-novel Romo Mangun sembari mengenang sosok beliau, dimana pada skripsi S-1 mengulas karya Romo Mangun, lebih-lebih yang berjudul Romo Rahadi” (1981), mahasiswa pun dengan serta-merta menghubungkan isi maupun isi novel dengan kehidupan pribadi beliau. Mahasiswa bisa menggunakan teori ekspresi, yang akrab dalam jagat pikir semangat zaman romantisme.
             Karya yang pertama dibuat oleh Romo Mangun adalah “Burung-burung Mayar” yaitu gambaran yang dihadirkan tentang seorang bocah sebagai anak kolong, menimbulkan tafsir common sence, bahwa setidaknya Romo Mangun melihat nyata pengalaman seperti itu. Bakdi Soemanto berpendapat bahwa dugaan common sense itu benar, tafsir itu hanyalah salah satu. Sebab seperti penggemar sastra juga memahami bahwa karya sastra adalah multilayers. Yang artinya bahwa karya Romo Mangun terkandung banyak arti, oleh karena itu ulasan ini tepat dipandang sebagai sebuah esai tentang karya-karya Romo Mangun.
      2.2. Karya Romo Mangun
             Romo Mangun sebagai seorang Pastor, menulis Roman. Bagi Romo, roman adalah genre sastra yang lebih bebas ketimbang mitologi. Maka logika lumrah agak susah menerima kenyataan ini, Romo menuliskan kembali cerita-cerita dari Kitab Suci, sehingga dalam seperti dalam khotbah cerita Romo bisa menyambungkan hidup masa kini dengan pengalaman religiositas orang-orang baik yang ditulis didalam kitab Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Romo menulis roman (sebuah bentuk karya sastra baru), yang posisinya berseberangan dengan mitologi. Jika mitologi menjaga komunitas agar tetap terikat oleh semangat kebersamaan, bahkan manusia dengan Tuhan, tapi roman tidak demikian, ia membebaskan diri dari ikatan-ikatan komunitas dan melakukan penjelajahan kemana-mana. Menurut Romo, roman sudah lebih merdeka ketimbang mitolog, tetapi novel lebih banyak menunjukkan adventure, salah satu contohnya: Robinson crusoe, Gulliver’s Travel,Oliver Twist, Sons and Lovers, The girl of Blue Blouse dan lain-lain yang tokoh-tokohnya taking risk.
              Dalam sastra Indonesia, kita mengenal Siti Nurbaya, sebuah roman yang jagatnya sangat terbatas. Walaupun ada tokoh seperti Datuk Meringgih, tetapi ia adalah a Neighbour’s living next door. Berbeda dengan keluarga gerillya mereka yang dilumpuhan, bumi manusia para priayi, Saman, Putri dan lain-lain. Romo menulis sastra masa kini yang jagatnya tinarbuka dan kadang penuh dengan resiko. “Penuh resiko” artinya keberanian Romo dalam mengekspresikan yang dipikirkannya. Pandangan bebas tampak pada novel Romo Rahadi (1981) yang terbitnya bersamaan dengan Mayar, novel ini menghadirkan Romo Rahadi sebagai protagonis, yaitu tentang Rahadi mengalami keterombang-ambingan antara cita-cita hidup selibat atau hidup berkeluarga.
              Penulis mengatakan bahwa novel Romo Mangun mirip dengan cerita atas dasar kenyataan kisah para Romo yang terombang-ambing bahkan bisa sampai membuntingi perawan. Tetapi keberanian Romo Mangun adalah ketegarannya dalam mengekspresikan pengalaman ini yang biasanya disembunyikan. Motto dari Romo Mangun adalah “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya” (Amos 5:20).
      2.3. Kisah dari Karya Romo Mangun
              Disini ditemukan keberanian disatu pihak dan keraguan dipihak lain, Pada Trilogi Roro Mendut, keberanian dan keraguan itu terasa pula sangat jelas. Roro Mendut memang tegar menolak Tumengung Wiroguna, akan tetapi bukan arti tanpa kegemetaran. Hal yang sama juga  tampak pada Genduk Duku. Novel ini mengatakan bahwa Mendut adalah seorang perempuan pemberani, pemberontak, dan memiliki sifat kelakilakian. Dalam disertasi Supriyadi menggambarkan bahwa Roro Mendut lebih mementingkan nilai cinta daripada benda. Novel yang ditulis Roro Mangun ini mempertegas watak Mendut sekaligus mendekonstruksi gambaran yang ada dalam serat dengan mengungkap kandungannya dari dalam: ia seorang perempuan pemberani, bahkan pemberontak. Ini juga menggambarkan bahwa Mendut ibarat Subrododalam pewayangan.
              Novel ini menyajikan Mendut sebagai Srikandi, istri Arjuna yang kedua sekaligus seorang pendekar dan ahli memanah jika demikian sudah klop antara pembuka novel yang melukiskan ombak yang menyandungkan himne kebebasan abadi dengan gambaran tentang Mendut. Keberanian Mendut untuk bilang “tidak” dan menolak menjadi a yes woman dan perawan yang dalam posisi “koma” bukan suatu rekayasa kebudayaan, tetapi justru sifat-sifat alami. Novel ini tampak lebih jelas ada ideologi yang sama, yakni: kemerdekaan, dan didalam kemerdekaan itu tokoh tokoh menemukan makna kemanusiaan  yang sekaligus ada kebesaran, kebanggaan, kecemasan, bahkan keterombang-ambingan. Dalam novel Romo Rahadi gambaran manusianya ada pada keterombang-ambingan itu.
      2.4. Romo Mangun dalam Perspektif Empat Novelnya
              Masih banyak karya Romo yang bisa mendukung pembicaraan, tetapi ada empat novel yang bisa digunakan untuk model  pencermatan pada novel-novel yang belum disentuh. Ketika sastra menempatkan manusia sebagai makhluk martabat dan berharga, saat itulah sastra telah menyentuh aspek terdalam dalam pengalaman manusia. Roro Mendut, Atik, Neti adalah salah satu isu dalam medut. Romo dalam menghadirkan tokoh-tokoh dan juga menyajikan gambaran berbagai macam fenomena kehidupan tidak seperti mereka yang menganut teologi moral, tidak black and white  tetapi utuh, ada putih dan ada hitamnya.

III. Kesimpulan
      Sebagaimana yang sudah diketahui, Romo Mangun adalah seorang Pastor yang juga merupakan seorang penulis roman. Bagi beliau, roman adalah genre sastra yang lebih bebas ketimbang mitologi.[2] Mitologi dapat dipahami sebagai kajian mengenai sebuah mitos.[3] Romo terlihat sangat “penuh risiko” terhadap apa yang dimulainya, hal ini diyakini sebagai bentuk ekspresi apa yang dipikirkannya. Karya Romo menjurus kepada sebuah pandangan tentang manusia yang tidak hitam putih dan mencoba membebaskan pembacanya dari wawasan yang streotipikal[4]. Misal, sebuah karya mengenai Trilogi Roro Mendut, dimana ada ketegasan sebuah ideologi, yakni: kemerdekaan, dan didalam kemerdekaan itu tokoh-tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekaligus ada kebesaran, kebanggaan, kecemasan, bahkan keterombang-ambingan.
              Secara logis, agaknya sulit menerima kenyataan ini, Romo menuliskan kembali cerita-cerita dari Kitab Suci, sehingga seperti dalam khotbah cerita Romo bisa menyambungkan hidup masa kini dengan pengalaman religiositas orang-orang baik yang ditulis didalam kitab Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Romo menulis roman menjadi sebuah bentuk karya sastra baru, yaitu yang posisinya berseberangan dengan mitologi. Jika mitologi menjaga komunitas agar tetap terikat oleh semangat kebersamaan, bahkan manusia dengan Tuhan, tapi roman tidak demikian, ia membebaskan diri dari ikatan-ikatan komunitas dan melakukan penjelajahan kemana-mana.
              Jika dipahami secara sederhana, hematnya Romo Mangun dalam sastranya menempatkan manusia sebagai mahluk yang bermartabat dan berharga, dan disaat itu pula sastra telah menyentuh aspek terdalam pada pengalaman manusia, yaitu religiositas, empati, dan penghormatan. Sastra, sangatlah berbeda dengan teater, dimana sastra hadir secara personal ke dalam batin pembaca. Cara yang diterapak Romo Mangun mengantarkan kita kepada sebuah pasemon yang berwujud simbol-simbol dengan cerita yang alegoris seperti yang dikerjakan Yesus dengan cerita perumpamaan.

III. Refleksi Teologis
      Dalam segi pemaknaan yang dapat dipahami, ialah bagaimana Romo Mangun mencoba “mempengaruhi” stigma berpikir orang Kristen dengan menghubungkannya dengan sebuah seni sastra yang mengingatkan kita kepada perumpamaan yang diajarkan Yesus. Matius 5:1-12 mengenai ucapan bahagia, merupakan sebuah cara Yesus bagaimana membangun cara bepikir kita mengenai sebuah keselamatan oleh Allah.

IV. Analisa
      Pasemon sendiri diartikan sebagai sebuah style perbandingan untuk menggambarkan suatu keadaan dalam karya sastra yang membawa kepada peristiwa sejarah yang pernah terjadi dan diketahui umum.
      Sungguh karya Romo Mangun mengingatkan kita bagaimana sebuah karakter dan stigma dibangun dengan baik, dengan pandangan yang dituangkannya dalam roman, sangatlah berbeda dengan mite, mitologi, dan legenda. Pandangan yang bersifat utuh tersebut membebaskan persepktif streotipikal. Bahkan Romo Mangun dengan gamblang menggambarkan berbagai macam fenomena kehidupan secara nyata, tidak seperti mereka yang menganut teologi moral, tidak black and white.
      Sekali lagi, karya Romo Mangun seakan membuka paradigma manusia menuju jalan ke dalam sebuah “tujuan hidup” yang mengarah kepada religiositas.

V.  Daftar Pustaka
a. Sumber Buku
Forum Mangunwijaya IX, Humanisme Y.B. Mangunwijaya, Jakarta: KOMPAS, 2015.
b. Media Elektronik
http://nasional.kompas.com/read/2010/11/11/13214095/Romo.Mangun.Dianugerahi.Bintang.Budaya diakses pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 08.59 WIB.   
https://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi diakses pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 09.02 WIB.


                diakses pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 08.59 WIB.
                [2] Forum Mangunwijaya IX, Humanisme Y.B. Mangunwijaya, Jakarta: KOMPAS, 2015.
                [3] https://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi diakses pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 09.02 WIB.
                [4] penilaian terhadap seseorang berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat
                dikategorikan.

54 komentar:

  1. Pembahasan Kelompok VI (6)
    Nama : Christian Saragih
    Netti Purnama Sari Pasaribu
    Rio Laoli
    Tino Sinaga
    Tommy J. Sipayung
    Wahyu Tarigan
    Ting/Jur : I-D/Theologia
    Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th

    "Romo Mangun" memang seorang tokoh yang membangun Nilai-nilai Kemanusiaan. Pada sajian Kelompok II sudah dibahas tentang "Manusia Humanis". Romo Mangun ini bnayak juga menciptakan karya-karyanya yaitu novel. Membaca novel Romo Mangun berarti membaca humanisme yang dikembangkan Mangunwijaya. Dalam pandangan Ahmad Syafii Maarif, semua napas dan roh novel-novel, serta tindakan konkret Romo Mangun, menunjukkan sosok multidimensi dan multiperhatian.
    Setiap dimensi itu diisinya dengan penuh kesungguhan dan dengan energi yang hampir tanpa batas. Melalui novel, Romo Mangun mencurahkan pandangannya tentang kemanusiaan dan kebangsaan. Ia menulis cerita dengan cara yang sangat jelas dan memakainya sesuai kebutuhan. Romo Mangun adalah sosok pendongeng yang murah hati. Ia bercerita dengan lincah, dengan gaya bahasa sederhana sehingga pembaca dengan mudah bisa menyelami isi novelnya.
    Mangunwijaya benar-benar merayakan perbedaan cara bertutur di dalam novelnya. Kadang seorang Mangun bergaya, seperti seorang kakek yang bercerita dengan menyenangkan kepada cucunya, misalnya dalam Burung-burung Manyar yang diselipi unsur jenaka dan riang walaupun ada novel yang tergolong "sulit" dicerna, seperti Durga Umayi.
    Trilogi roman sejarah Rara Mendut dan novel petualangan Romo Rahadi bisa dibilang merupakan novel-novel yang paling nyaman dan mengasyikkan. Novel ini bisa dinikmati oleh beragam kalangan yang punya selera rasa berbeda-beda. Ditambah Durga Umayi dan Burung-burung Manyar, kedua novel itu memenuhi resep manjur cerita, yakni memiliki karakter terfokus dan terbatas. Ada ketegangan asmara dan soal hidup mati. Novel-novel ini menunjukkan Romo Mangun adalah pencerita piawai dengan tetap berusaha menjaga kedalaman sastra.
    Teks-teks gelap
    Dari sisi gaya penulisan, Romo Mangun tampak mengambil jalan yang unik. Yang dilakukannya berbeda dengan kaidah umum tulisan, misalnya dalam dunia media massa, bahwa paragraf awal harus dibuat semenarik mungkin, sebab paragraf awal bagaikan sinar yang akan menerangi teks-teks di bawahnya. Romo Mangun, dalam rumusan Ayu Utami, justru menempatkan "teks-teks gelap" sebagai paragraf pembuka yang dinamai sendiri oleh Romo Mangun sebagai teks "prawayang".
    Di sisi lain, yang menarik dari novel-novel Mangunwijaya ialah selalu konsisten tidak pernah menggambarkan tokoh lelaki superideal pujaan setiap wanita. Karakter ini mirip seperti tokoh Minke dalam tetralogi Pramoe- dya Ananta Toer atau Ahmad dalam Grotta Azzura karya Sutan Takdir Alisjahbana.
    Mangunwijaya juga tak mau terjebak pada stereotip Barat sebelum postmodern yang membagi perempuan dalam dua karakter utama; perawan murni yang baik-baik dan perempuan penggoda, perempuan korban dan femme fatale. Ia melukiskan tokoh-tokoh perempuan yang senang dengan tubuh mereka tanpa mengeksploitasi seksualitas dan birahi perempuan.

    BalasHapus
  2. sambungan pembahasan kelompok VI (6)


    Ke Indonesiaan
    Tidak berbeda dengan penulis besar dalam sastra Indonesia, seperti Pramoedya dan Sutan Takdir, Mangunwijaya di hampir semua karyanya juga bercerita tentang keindonesiaan, tentang terbentuknya bangsa Indonesia. Keindonesiaan ditulis melalui pemikirannya yang kritis. Tanpa gentar ia mengungkap sisi lain dari kebanyakan kisah-kisah sejarah yang luput diceritakan. Misalnya, dengan berani ia membuat dialog yang mengolok-olok mereka yang dianggap pahlawan, tetapi tanpa ada kebencian di dalamnya.
    Meski kini bangsa Indonesia sudah lama mengenyam kemerdekaan dan tidak lagi dikungkung penjajahan fisik, toh cerita Durga Umayi tetap relevan. Kolonialisme gaya baru, modernitas, dan kapitalisme global kini gantian memerkosa (Ibu) Pertiwi. Perkosaan ini menjadikan Pertiwi layu dan tak berdaya, miskin yang selanjutnya melahirkan kekerasan-demi kekerasan menuntut keadilan. Dari kisah ini pun tertangkap pesan kamanusiaan Romo Mangun, kekerasan hanya akan menghasilkan perlawanan dan kekerasan yang lain sehingga akan saling meniadakan dan menghancurkan.
    Dalam novel Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, sikap Mangunwijaya terhadap penjajahan jelas terlihat. Ikan hiu, ido, dan homa ialah proses makan dimakan. Ikan besar (hiu) memakan ikan kecil, ikan kecil memakan ikan lebih kecil. Oleh karena itu, Ayu Utami menggolongkan karya sastra Romo Mangun dalam kanon sastra Indonesia. Mangunwijaya disejajarkan dengan Pramoedya dan Sutan Takdir.
    Dengan kanon sastra itu berarti karya-karya mereka masuk dalam kesusastraan yang wajib dibaca orang-orang sekolahan untuk memahami keindonesiaan, yang sekaligus juga menjadi patok, tonggak kebesaran kesusastraan Indonesia. Membaca karya ketiga tokoh itu akan mengantar kita belajar memahami persoalan-persoalan kunci dunia melalui pengalaman Indonesia, seperti kolonialisme, modernitas, dan identitas yang kini menjadi pemecah belah manusia.
    Salam IBD..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Epi Sihombing
      Ting/Jur:I-D/Theo
      Nim:15-01-1255

      Syalom,,,,,
      saya minta maaf sebelumnya kepada saudara Enhot telat menjawab pertanyaannya waktu di kelas pada hari senin tanggal 11 april,,yaitu apa saja karya Romo yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan??
      jawab:
      sebenarnya semua karya-karya Romo Mangun menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan, Karena dalam setiap Karya yang dibuat oleh Romo mangun merupakan panggialan kepada setiap umat manusia supaya melihat kedalam nilai-nilai kemanusiaan. Dalam topik "Pasemon" dalam Sastra Karya Romo Mangun, telah dibahas beberapa novel yang diciptakan oleh Romo, diantaranya yaitu: Burung-Burung Manyar, Trilogi Roro Mendut, Romo Rahadi, dan Burung-Burung Rantau. Dari keempat Novel ini menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan. Novel Burung-Burung Manyar merupakan novel sejarah. Sejarah yang termuat dalam novel ini adalah sejarah Indonesia dari tahun 1934-1978. Tema ideologi dari novel ini adalah "kemerdekaan". Dapat kita lihat tokoh Atik menjadi representasi tokoh-tokoh perempuan dalam karya-karya Mangunwijaya yang cenderung aktif, berani dan cerdas. Novel Trilogi Roro Mendut seorang gadis yang trengginas (pemberontak) dan tak pernah ragu dan gentar untuk menyuarakan isi hati dan pikirannya. Sosoknya dianggap mendobrak tradisi dan tatanan di lingkungan istana Kesultanan Mataram di mana perempuan diharuskan bersikap serba halus dan serba patuh, tetapi ia tak pernah gentar. Bagi Rara Mendut yang pemberani, lebih baik menyambut ajal di ujung keris Sang Tumenggung Wiraguna daripada terpaksa melayani nafsu panglima tua tersebut. Dalam Novel Romo Rahadi, Novel ini membawa pesan supaya lebih berhati-hati dalam pergaulan atau persahabatan dengan lawan jenis. Dan Novel Burung-Burung Rantau, kita bisa melihat sosok Neti, anak manja tapi juga sangat dewasa bertanggung jawab, memilih menjadi sosiawati, atas inisiatif pribadi, seorang diri menjadi guru anak-anak keluarga kumuh di bawah jembatan. Neti benar-benar menghayati sepenuhnya tindakan mulianya ini. Dalam keempat Novel ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu keadilan, kebaikan, dan kebenaran. Jadi semua karya-karya Romo Mangun memiliki nilai-nilai kemanusia ataupun menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan.

      Hapus
  3. Nama. : Ronal Jovi Ginting
    NIM. : 15.01.1313
    Tingkat/Kelas : 1/D

    Syalom
    Dari sajian kelompok 3
    Romo mangun menulis karya-karyanya itu berbentuk Novel,Roman dan sebagai nya hal tersebut di lakukannya agar kaum muda lebih tertarik . Tetapi pada kenyataan nya orang indonesia kususnya pemuda sangat minim memiliki niat untuk membaca sehingga mereka tidak banyak mengetahui tentang nilai-nilai kemanusian yang akibatnya bayak nya generasi muda indonesia yang hancur. Menurut penyaji apakah hal di atas adalah faktor kurangnya penerapan nilai kemanusiaan di negri kita ini apa ada hal-hal lain?.tolong penyaji jelaskan terima kasih.

    Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. 01. Ronal Jovi Ginting (15.01.1313)
      Apa penyebab nilai-nilai kemanusiaan tidak maksimal dalam hal penerapan? Padahal, karya Romo Mangun cukup menyentuh untuk hal-hal kemanusiaan tersebut? Apa minat membaca publik terhadap sebuah karya tulis merupakan salah satu faktornya?

      Jawab :
      Sejatinya, sebuah karya tulis mempunyai ruang tersendiri bagi setiap individu, ada yang merasa bahwa karya tulis merupakan sebuah apresiasi berpikir, dan ada pula individu yang menganggap bahwa karya tulis hanyalah sebuah “imajinasi” antara fakta dan fiksi.
      Namun, mari kita lihat perkembangan negara kita dengan segala keterbatasannya. Hari ini (13/04) saat saya mengikuti perkembangan berita terkini, saya menemukan kabar bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam hasil riset pemeringkatan literasi internasional, Most Literae Nations in the World, yang diterbitkan Central Connecticut State University, Maret silam. Memalukan, bukan? Nah, untuk alasan, saya tidak perlu jauh memaparkan, saya cukup bertanya dengan saudara. Apakah saudara meluangkan waktu 15 menit saja untuk membaca koran di setiap harinya? Kalau anda melakukannya, hal itu akan memicu anda untuk menambah jam membaca yang akan membuat anda “candu” untuk membaca, bahkan akan berdampak kepada emosi jiwa anda untuk membuat sebuah karya tulis.
      Bicara mengenai nilai-nilai kemanusiaan, kita tidak perlu terlalu jauh untuk memikirkan mengapa semua tidak berjalan maksimal. Secara pribadi, saya meyakini setiap manusia mempunyai nilai humanis yang melekat dalam dirinya, namun dalam penerapannya ada kecenderungan keegoisan diri dalam manusia atau bisa kita sebut dengan sikap “gengsi”. Dan bicara mengenai karya Romo Mangun, beliau sangatlah bersahaja dalam membagikan kreatiftias berpikirnya. Coba bayangkan jika beliau hanya melakukan aksi nyatanya tanpa membuat sebuah karya “abadi” yang bisa dikenang? Akan sangat berbeda jika seorang individu diceritakan oleh individu lain, dibanding dengan individu tersebut menuliskan pengalamannya oleh individu itu sendiri. Dan jelas, hal ini merupakan sebuah cara beliau membagi ide-idenya yang sudah terpampang nyata. Lalu, apa tugas kita? Melanjutkan? Benar, kita harusnya melanjutkan. Namun ada hal yang lebih penting. Apa itu? Do something better in different ways. Ya, lakukan lebih lagi dengan tidak hanya melanjutkan, namun memberi sentuhan inovasi ala anak muda kosmodern dewasa ini. Peka terhadap lingkungan sosial, menjaga kebersihan, jujur, berintegritas, cinta tanah air, dan takut akan Tuhan akan membawa kita kepada “kemanusiaan” yang sesungguhnya.

      Terimakasih.

      Hapus
    2. Nama:Epi Sihombing
      Ting/Jur:I-D/Theo
      Nim:15-01-1255

      Trimakasih....saya akan menambah jawaban dari saudara Arnold,dimana Nilai-nilai kemanusiaan yaitu kebaikan, kebenaran, keadilan. Memang penerapan nilai-nilai kemanusiaan didalam masyarakat sangat minim, tidak usah jauh-jauh dalam diri kita sendiri saja masih kurang, kenapa Sudah sering kita dengar nilai kemanusiaan itu te tapi perbuatan masih minim. Romo menulis karya-karya nya supaya memotivasi kita dalam mengaplikasikan nya dalam kehidupan kita, pertanyaan saudara Ronal generasi muda saat ini sudah sangat minim membaca maka pada kenyataan nya orang indonesia kususnya pemuda sangat minim memiliki niat untuk membaca sehingga mereka tidak banyak mengetahui tentang nilai-nilai kemanusian. Sebenarnya tidak harus membaca saja maka kita termotivasi untuk melakukan nilai-nilai kemanusiaan. Dari hal-hal yang kecil saja, pemuda masa kini krisis akan nilai kemanusiaan disebabkan oleh:yang pertama longgarnya pegangan terhadap agama yang kedua kurang efektifnya pembinaan dari orang tua sehingga salah pergaulan karna terlalu hidup bebas,apalagi ingin mengikuti trend ,bisa saja para remaja merokok supaya terlihat keren padahal itu sama sekali tidak benar, karna kecanduan lalu hal-hal lain pun dicoba, seperti narkoba ,seks bebas, tidak mngherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam tekniologi informasi sehingga kemalasan muncul dalam diri manusia untuk membaca, ini semua menimbulkan hal negatif meskipun pengaruh positifnya masih terasa,peniruan gaya hidup sudah tertular dari budaya barat. Melalui pengaruh ini remaja menjadi hidup boros,dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan hidup sosial.karna terbuai dengan perkembangan jaman sehingga manusia menjadi “egois” nah mari kita Peka terhadap lingkungan sosial, menjaga kebersihan, jujur, berintegritas, cinta tanah air, dan takut akan Tuhan akan membawa kita kepada kemanusiaan.
      Trimakasih,,,,,,,salam IBD

      Hapus
  4. Dian Lasmauhur Damanik
    15.01.1241
    I-D/Theologia
    11 april 2016
    KELOMPOK 3 " “Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun
    Bakdi Soemanto"
    tanggapan saya:
    saya hanya menambah pembahasan sedikit tentang Pasemon Romo Mangun Wijaya.
    Pasemon Dalam sastra Jawa tradisional, merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan (dalam karya sastra atau pembicaraan umum) yang mengingatkan orang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi dan diketahui umum. dibalik karya-karya Romo Mangunwijaya yang bersifat duniawi, ternyata Romo Mangunwijaya juga memiliki karya yang diambilnya dari Kitab Suci dgn menghubungkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru.

    saya juga tertarik dengan judul karya Romo Mangunwijaya "Burung-burung Manyar" yaitu yang menceritakan seorang bocah sebagai anak kolong, sangat menarik begitu juga dengan karyanya "Siti Nurbaya", menceritakan kisah seseorang yang dipaksakan menikah dengan Datuk Maringgih pria yang tidak dicintai oleh Siti Nurbaya. ini menggambarkan kisah yang menyedihkan bagi orang yang menikah tanpa dilandasi rasa cinta.
    jadi menurut saya karya-karya Romo Mangunwijaya ini sungguh menarik.
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pembahasan tambahan dan pernyataan saudara yang "menangkap" pembahasan topik ini.

      Hapus
  5. Willy Yones Siregar
    15.01.1341
    Theologia


    Dalam pembahasan ini kita dapat melihat bahwa usaha romo mangun untuk membangun kembali nilai-nilai kemanusiaan melalui karya-karya nya. bagaimana keadaan yang Romo saksikan di tengah-tengah lingkungan kehidupan manusia sudah sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. maka dari itu, ada satu yang menjadi pertanyaan saya mengenai pembahasan ini. yaitu bagaimana manusia khususnya masyarakat indonesia atau apa respon yang diberikan terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh Romo Mangun dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan itu. ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. 02. Willy Yones Siregar (15.01.1341)
      Apa respon yang seharusnya diberikan terhadap humanisme?

      Jawab :
      Singkat saja, meresponnya yakni dengan melakukan apa yang sudah berjalan dengan menambahi ide-ide ataupun inovasi baru yang dapat mendukung suasana kemanusiaan lebih hangat dan bersahaja.

      Terimakasih.

      Hapus
    2. Nama:Epi Sihombing
      Ting/Jur:I-D/Theo
      Nim:15-01-1255

      Dari pertanyaan Willy Siregar menurut kami setiap dalam hal apapun itu pasti ada pro dan kontra dalam menanggapi hal tersebut, dan menurut kami, Indonesia atau kalangan masyarakat menanggapi atau respon mereka terhadap karya-karya Romo Mangun itu kembali pada dirinya pribadi, bagaimana ia merespon karya-karya tersebut. tidak akan mungkin saya dan anda memiliki pendapat yang sama.mungkin ada orang merespon baik dan bahkan melakukan dan mengingatkan dia kembali untuk penerapan Humanisme, ada juga orang mungkin tidak sependapat bahkan menolak apa yang dibuat oleh Romo Mangun sendiri, sedangkan Yesus saja memberitakan hal baik masih ada pendapat manusia yang berbeda, apalagi dengan Romo Mangun yang hanya manusia biasa..
      Terimakasih...salam IBD

      Hapus
    3. Trimakasih untuk pertanyaannya
      Saya sedikit menambahi bahwa sesuai dengan gambaran yang dijelaskan dalam sajian, Karya-karya Romo Mangun baik sastra maupun bentuk seni tulisan, semua berada dalam posisi nilai yang baik. Ideologi yang sama yakni kemerdekaan. Dan di dalam kemerdekaan itu, tokoh-tokoh menemukan banyak makna kemanusiaan yang sekaligus adalah kebesaran, kebanggan, dan kecemasan bahkan dikatakakan keterombang-ambingan menuju kebebasan. Dikatakan respon masyarakat, itu tidak dapat dipungkiri. tidak ada pandangan yang sama. Mereka yang membaca dan minat terhadap karya Romo Mangun sudah seharusnya meneladani semua nlai yang tercantum di dalam dan mengembangkannya. Bahkan jika kita tahu bahwa Romo seorang Rohaniawan, Arsitek, sekaligus Sastrawan, dan disebut sebagai manusia Humanis, seharusnya kita bangga bahwa masih ada orang yang peduli dan memperhatikan khalayak masyarakat di tengah-tengah kesulitannya dan ketidaktahuannya, dengan berdemonstrasi tanpa merusak dan bersuara sumbang, melainkan melalui karya-karyanya sendiri. Demikian...
      Syalom

      Hapus
  6. Nama:Christian Saragih
    Nim :15 01 1231
    Kelas :1D
    Seorang Romo Mangun membangun nilai kemanusiaan melalui novel-novel yang di karangnya,dan juga menyalurkan kepeduliannya secara membagi ilmu arsitekturnya kepada masyarakat di pinggiran kali Jodo.Hal ini menunjukkan seorang Romo yang begitu sangat gigih membangun dan mengajarkan nilai- nilai kemanusiaan.Bangsa Indonesia sampai saat ini belum mendapat sosok yang seperti Romo setelah kepergiaannya.Untuk merubah derajat nilai kemanusiaan dalam bangsa ini tentu sangat di butuhkan sosok seorang reformator. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sangat sulit ditemukan pejabat atau tokoh di negeri ini yang mampu memberi perhatian terhadap nilai kemanusiaan seperti yang pernah diperkenalkan oleh Romo Mangun kepada bangsa ini.Apakah pejabat saat ini hanya peduli dengan diri sendiri dan kurang paham tentang rasa nasionalisme?
    ...Salam kesetiaan dan rasa kebersamaan untuk kita semua..

    BalasHapus
    Balasan
    1. 03. Christian Saragih (15.01.1231)
      Mengapa sulit untuk mendapatkan orang atau tokoh yang seperti Romo Mangun yang peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan?

      Jawab :
      Jelas tidak ada yang sulit, kawan. Kemudian apa kendalanya? Diri anda sendiri. Sudahkah anda melakukan aksi untuk hal-hal kemanusiaan? Misal, peduli dengan lingkungan, dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak merokok pada tempat yang dilarang, menjaga kebersihan diri, dan belajar sebaik-sebaiknya ketika kita diberi kesempatan dalam menempuh studi.
      Intinya, mari bangun citra diri anda sebagai reformator bangsa yang bijaksana, jujur, dan berintegirtas. Jangan hanya menilai individu atau kelompok dari persepktif orang awam, buktikan anda seorang yang akademika dan serius membidangi bidang anda, bahkan jika boleh lakukan diluar ekspetasi anda terhadap apa yang dibebankan kepada anda. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

      Terimakasih.

      Hapus
    2. Nama:Epi Sihombing
      Ting/Jur:I-D/Theo
      Nim:15-01-1255

      Syalom,,,,

      Saya sependapat dengan pernyataan dari saudara Arnold, kenapa kita tidak menemukan sosok seperti Romo Mangun karna sama halnya seperti yang dikatakan oleh saudara Arnold dan kita juga mengetahuinya bahkan generasi muda yang bersekolah di sekolah keagamaan saja rasa humanis itu sudah terkikis bahkan sekarang mungkin terhitung yang bersikap humanis, dan saya juga memberitahukan kepada saudara Christian untuk memikirkan perkataan anda tentang "tidak ada" saya bertanya kembali apakah udah semua orang Indonesia anda ketahui tidak ada seperti Romo Mangun?? kalau menunut saya mungkin ada karakter seperti Romo Mangun tetapi tidak terlihat. Terimakasih

      Hapus
  7. Nama : Susanto Marpaung
    Nim : 15.01.1331
    Kelas : 1-D/Theologia
    Dalam membangun nilai kemanusiaan Romo Mangun sangat gigih melalui novel-novelnya dan banyak karya-karyanya yang membangun semangat dalam berbangsa dan bernegara. Tinggal kita yang kurang menghargai perbuatan-perbuatannya, maka muncul pertanyaan saya , bagaimanakah cara kita menghargai atau menerapkan semangat Romo Mangun dimasa sekarang, kita tahu bahwa zaman sekarang ialah zaman dimana nilai-nilai kemanusiaan sudah tak di pandang lagi.....????
    syalomm
    salam sebangsa setanah air..

    BalasHapus
    Balasan
    1. 04. Susanto Marpaung (15.01.1331)

      Bagaimanakah cara kita menghargai atau menerapkan semangat Romo Mangun dimasa sekarang, kita tahu bahwa zaman sekarang ialah zaman dimana nilai-nilai kemanusiaan sudah dipandang sebelah mata?

      Jawab :
      Pertanyaan saudara hampir mengena dengan pertanyaan-pertanyaan oleh peserta diskusi lain yang diatas, silahkan anda membaca dengan saksama.

      Namun, sederhana saja, saya ingin menambahkan, bahwa manusia yang beradab pasti memiliki nilai humanis dalam dirinya, pemicunya pun berada di dalam dirinya sendiri. Dan jika dihubungkan dengan dewasa ini, mari ciptakan gaya anda atau kekhasan anda sendiri dalam memaknai. Karena bukan zamannya lagi kita hanya mengikuti perkembangan, namun berpikirlah untuk menjadi kreator demi majunya sebuah pergerakan untuk ke arah yang lebih baik.

      Terimakasih.

      Hapus
  8. Nama :Judika Sitorus
    Nim :15.01.1821
    Ting/jur :ID/Teologia

    Memancarkan kembali karya-karya Romo Mangun dalam bentuk novel, sehingga masyarakat yang melihat nya semakin mempunyai nilai-nilai humanis untuk membangun masyarakat indonesia, menyadarkan masyarakat indonesia untuk memiliki nilai-nilai humanis, seperti yang telah pernah di perbuat oleh romo mangun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas penyerapan saudara mengenai topik ini. Dan jika memiliki pertanyaan yang mengena, kiranya saudara dapat menuliskan pertanyaan tersebut dalam forum diskusi ini. Salam Kemanusiaan!

      Hapus
  9. Nama : Wahyu Bayu Tarigan
    Nim : 15.01.1340
    ting/jur : 1-D/theologia

    Syalom.

    Sosok Romo Mangun bukan asing lagi bagi kita. Demikian juga debgan karyanya. Begitu banyak karya-karya Romo yang memberikan motivasi bagi kita semua. Romo sangat kreatif dalam penyampaian buah pikirannya, memberikan sebuah kesan dan pesan tentang kehidupan ini. Novel-novel Romo digemari oleh setiap kaum pelajar, guru dan beberapa lapisan masyarakat, novelnya juga dijadikan sebuah pedoman ataupun bahan studi. Dalam hidup yang kita jalani merupakan dampak dari pemikiran kita, dan pemicunya juga berasal dari diri kita. Kita tahu, bahwa pemicu dan pemikiran itu berasal dalam diri kita tapi terkadan pemicu dan pemikiran itu tidak senada sehingga kejenuhan, kebingungan, merasa udah benar dan kesalah pahaman muncul begitu saja.
    Pertanyaan saya kepada penyaji adalah Bagaimana cara agar pemicu dan pemikiran kita bisa bersatu atau bersenada di dalam satu tujuan dan terbuka? sedangkan begitu banyak pengetahuan yang membuat kita tidak bisa mengendalikan diri bahkan sifat induvidu menjadi kesenagan diri karena teknologi yang tidak dapat dikendalikan.

    salam sejahtera dan salam IBD,
    Tuhan memberkati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih buat pertanyaan Saudara wayhu Tarigan

      Antara pemicu dan pemikiran yang anda maksud sebenarnya sama dengan minat dan kemauan yang masih kurang maksimal. COba saja ada niat dan tekad kita untuk menembus sebuah jalan yang kelam menuju kesuksesan, yang pastinya kita akan sangat bahagia dan merasa bangga atas perjuangan diri kita sendiri, dan kita tidak akan pernah merasa kesulitan dan mempersulit diri. itu adalah gambarannya. Begitu juga dengan pemicu dan pemikiran ini, bukan hanya menemukan sebuah kebenaran. Orang berbuat jahat (mencuri, membunuh, merampok dll)sekalipun bahkan mengalami penyesalan ketika mereka telah terbukti dan dinyatakan terdakwa, karena saat mereka melakukan kejahatan, pemikiran mereka tidak menyatu dengan hal-hal yang membawa mereka pada keselamatan dan kebenaran,tidak menyatu dengan solusi atau jalan pintas, sehingga cepat mengambil keputusan untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan diri yang berakhir pada keterpurukan. Demikian dengan hal ini, anda yang mengetahui diri anda seperti apa dan anda sendirilah yang harus melawan keinginan daging anda untuk menjauh dari kemalasan dan perkuat tekad serta minat. Supaya walaupun ada pro-kontra dalam pikiran anda mengenai banyaknya hal yang perlu dan sulit untuk diproses khususnya terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan yang di bangun dalam karya-karya Romo Mangun, anda bisa dengan cepat menyerap, menerapkan dan membangunnya dalam diri anda sendiri. Demikian yang dapat saya jelaskan. Trimakasih
      Syalom :)

      Hapus
    2. Wahyu Tarigan (15.01.1340)

      Bagaimana cara agar pemicu dan pemikiran kita bisa bersatu atau bersenada di dalam satu tujuan dan terbuka?

      Jawab:

      Sederhana saja menurut saya, tapi untuk pelaksanaan sebenarnya bukan sulit, tapi sebagai individu kita terlalu menunda-nunda sesuatu yang baik dalam diri kita. Maka dari itu, hal yang harus kita lakukan untuk mengharmonisasikan perbuatan dan tindakan dimulai dari kedisiplinan diri kita sendiri. Mau sebanyak apapun kecanggihan, ilmu, tapi jika tanpa disiplin, semua akan menjadi runyam.

      Disiplin butuh pengorbanan, namun berbuah menjadi sebuah apresiasi yang layak kita terima, baik dari orang lain maupun pribadi kita akan merasa bahwa "saya sanggup berbeda dengan orang lain untuk mengendalikan diri". ada rasa kepuasan diri yang melekat dalam diri kita, walaupun pada akhirnya kita harus menjaga hal itu sebagai bentuk integritas diri.

      Hapus
  10. Nama : Enhot Efraim Girsang
    Ting/Jur : I-D/Teologia
    NIM : 15.01.1253

    Syaloom…..
    Sebelumnya terima kasih atas penjelasan yang diberikan oleh penyaji dan tim pembahas pada perikop tentang “Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun oleh Bakdi Soemanto. Menarik, ketika kita ketahui seorang sosok Romo Mangun yang dibalik jiwa kehumanisannya juga merupakan seorang sastrawan. Romo Mangun memberikan pemikiran dan pemaparan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang dituangkannya lewat Novel. Sebelumnya pada sajian ke-2, kita telah mengetahui bahwa dalam pembentukan karakter suatu bangsa dalam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dibutuhkan yang namanya “pendidikan”. Di sebagian orang-orang Indonesia sudah banyak yang tidak menyukai karya tulis seperti novel, khususnya dalam kaum muda. Di zaman teknologi ini, manusia cenderung melakukan aktivitas dengan bantuan teknologi, khususnya seperti Smartphone yang saat ini paling di bawa orang kemanapun. Dan jika kita pahami, di masa modern ini manusia lebih memilih sesuatu yang cepat dan instan, baik dalam kebutuhan jasmani dan rohaninya. Romo Mangun menghadirkan karya sastranya lewat novel yang bertujuan untuk memberikan atau memaparkan bagaiman itu nilai-nilai kemanusiaan. Timbul pertanyaan di benak saya, kalau manusia sekarang sudah lebih memilih teknologi dalam menunjang aktivitasnya dan dalam memperbaharui informasinya khususnya kaum muda. Dan sebagian besar novel yang ditulis oleh Romo Mangun adalah di pasarkan dalam bentuk buku, yang dijual di took buku ataupun bias di dapatkan di perpustakaan. Bagaimana cara masyarakat Indonesia di zaman modern ini, untuk lebih meluangkan waktu dalam membaca Novel karya dari Romo Mangun ini, yang disamping masyarakat Indonesia yang saat ini di era Digital? Dan bagaimana pandangan anda terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini, karena di masa-masa yang akan datang minat masyarakat Indonesia dalam membaca Novel dalam bentuk buku akan berpeluang untuk tidak diminati lagi yang diakibatkan oleh zaman teknologi sekarang ini? Apa hal yang harus dilakukan terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini, agar tetap bertahan, sehingga dimasa yang akan datang dapat di lihat lagi?
    Terima kasih…….
    Salam IBD………

    BalasHapus
    Balasan
    1. Litna Br Ginting
      I D/ Theologi
      15.01.1284

      saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara Enhot Girsang.
      1. Bagaimana cara masyarakat Indonesia di zaman modern ini, untuk lebih meluangkan waktu dalam membaca Novel karya dari Romo Mangun ini, yang disamping masyarakat Indonesia yang saat ini di era Digital?
      Menurut pendapat saya adalah ini kembali kepada kesadaran dan pribadi orang indonesia itu sendiri. jika dia mengganggap bahwa membaca novel karya romo mangun itu penting .Pasti saat waktu luar kita akan gunakan untuk membaca novel Romo Mangun tersebut. Apa lagi dengan teknologi-teknologi yang sekarang yang semakin canggih ini. memudahkan kita dalam mengakses tentang novel romo mangun itu.
      2.Dan bagaimana pandangan anda terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini, karena di masa-masa yang akan datang minat masyarakat Indonesia dalam membaca Novel dalam bentuk buku akan berpeluang untuk tidak diminati lagi yang diakibatkan oleh zaman teknologi sekarang ini?
      Apa hal yang harus dilakukan terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini, agar tetap bertahan, sehingga dimasa yang akan datang dapat di lihat lagi?
      Kita tahu bahwa kemajuan zaman ini semakin hari semakin berkembang.Dan pasti banyak diantara kita yang selalu bergantung pada teknologi yang ada. jadi bagaimana cara yang harus dilakukan terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini sehingga di masa akan datang bisa dapat dilihat lgi.Jadi menurut saya dengan kemajuan zaman,kita tahu bahwa banyak orang berbakat dalam hal mendesain blog.dari blog saja kita bisa mengeluarkan Inspirasi kita mungkin dalam bentuk perkataan kita yang mengajak untuk orang indonesia membaca karya-karya Romo Mangun.

      Hapus
    2. Trimakasih Untuk pertanyaan saudara Enhot Girsang
      (H. Primadona 15.01.1265)
      Tentang *cara meluangkan waktu, pandangan terhadap karya-karya Romo Mangun, dan apa yang harus dilakukan agar karyanya tetap bertahan dan dikenang di masa mendatang*. Dari ketiga bagian ini, sebenarnya kita mudah menjangkau ide dan jawabannya. Disinilah kita dituntun dan diharapkan untuk bisa bersikap Profesional. Kenapa, karena memang lebih banyak pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting daripada membaca suatu cerita atau suatu novel dari karya seseorang, dan itu bagi orang-orang pekerja dan pengusaha besar mungkin tidaklah penting. Namun seperti yang sudah saya katakan, luang waktu berarti diwaktu itulah kita menyempatkan diri. Menggunakan waktu istirahat yang mungkin sempit adalah jalan utama bagi mereka yang masih perhatian dan peduli serta ingin tetap mempertahankan nilai-niliai kemanusiaan yang terkandung dalam suatu karya (karya Romo Mangun) dan mengajarkannya menjadi sebuah ajaran yang memanusiakan manusia, sehingga nantinya dapat diingat dan dikenang di masa yang akan datang. Bagaimana kita menanggapi karya-karya Romo Mangun sepertinya tidak perlu diperpanjang lagi. Kita mulai pertama kali berjumpa dengan tokoh “Romo Mangun” melalui karya-karyanya, memanglah banyak realita yang kita temukan berdasarkan pemikiran dan pengalamannya sendiri yang benar-benar nyata terjadi. Bahkan sampai pada zaman inipun, kita masih saja menemukan hal-hal yang sangat bertolakbelakang dengan ketiga prinsip Humanisme yaitu Kasih, Keadilan, dan Kemanusiaan. Dalam hal ini, Romo Mangun hadir bukan sekedar pengarang atau penyuara atas karyanya, tetapi juga memberikan gambaran tentang kehidupan manusia yang masih hidup dalam ketidaktahuan, ketidakadilan, dan ketidakpastian. Ia membagi ide-idedan pemikirannya, supaya orang banyak (khusus Indonesia) baik pemimpin maupun kelas rendah saling melihat dan saling berpartisipasi betul untuk bersama-sama membangun tempat kelahirannya “menjadi lebih baik lagi”(ucapan Pak Jokowi) dengan prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih luas dan bermakna. Sekian yang dapat saya sampaikan. Trimakasih
      Syalom 

      Hapus
    3. Enhot Efraim Girsang (15.01.1253)

      Bagaimana cara masyarakat Indonesia di zaman modern ini, untuk lebih meluangkan waktu dalam membaca Novel karya dari Romo Mangun ini, yang disamping masyarakat Indonesia yang saat ini di era Digital?
      Dan bagaimana pandangan anda terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini, karena di masa-masa yang akan datang minat masyarakat Indonesia dalam membaca Novel dalam bentuk buku akan berpeluang untuk tidak diminati lagi yang diakibatkan oleh zaman teknologi sekarang ini? Apa hal yang harus dilakukan terhadap karya-karya novel Romo Mangun ini, agar tetap bertahan, sehingga dimasa yang akan datang dapat di lihat lagi?

      Jawab:
      Saat bicara karya, berarti kita juga harus melihat selera. Selera saya dan selera anda pastilah berbeda. Dan saat ini, kita juga tidak boleh "memaksa" untuk kalangan lain menyukai Novel Romo Mangun.
      Disatu sisi, karya beliau merupakan karya yang imajinatif dan visioner, namun jika kita boleh mengerti, secara pribadi saya bertanya, apakah saudara tahu siapa Romo Mangun jika tidak melaksanakan studi Ilmu Budaya Dasar di STT Abdi Sabda? Belum tentu pula saudara "aktif" mencari tokoh mengenai kemanusiaan jika Dosen Pengampu tidak mengangakat topik tersebut. Nah, begitu pula dengan kalangan lain secara luas.
      Namun, kita masih bisa membaginya dengan tindakan nyata kita yang sudah mengecap topik ini, kita harusnya lebih bisa berkspersi lebih humanis atau setidaknya bersikap humanis. Sebenarnya ini lebih kepada bagaimana anda yang sudah paham membuat orang paham lewat sikap dan tindakan kita.

      Dan untuk masalah minat membaca, kita akui bangsa Indonesia yang mempunyai masyrakat berjuta-berjuta masih kurang dalam menyadari arti dan fungsi dari kegiatan membaca. Tetapi, kita harus juga melihat apa latar-belakangnya. Kita paham, bahwa pendidikan Indonesia belum merata, dimana masih banyak masyarakat yang belum menyentuh pendidikan formal, bahkan ada akses listrik yang belum terpenuhi.

      Sederhananya, untuk mempertahankan, marilah kita melakukan "penularan" lewat aksi humanis kita yang sudah kita bisa pahami lewat visi dan misi seorang Romo Mangun.

      Hapus
  11. Sulastri Putri
    15.01.1330
    1-D/ Teologi
    Syalom,
    Kepada penyaji kelompok III, seperti dalam kelas saya diijinkan untuk menyampaikan pertanyaan saya, dan akan saya sampaikan juga lewat blog ini.Pada pembahasan kita mengenai pasemon mengenai Romo Mangun oleh Bakdi Soemanto dalam artikelnya, terdapat suatu pemaparan yaitu Penulis mengatakan bahwa novel Romo Mangun mirip dengan cerita atas dasar kenyataan kisah para Romo yang terombang-ambing bahkan bisa sampai membuntingi perawan. Tetapi keberanian Romo Mangun adalah ketegarannya dalam mengekspresikan pengalaman ini yang biasanya disembunyikan. Motto dari Romo Mangun adalah “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya” (Amos 5:20).
    Dalam hal ini timbul suatu prtanyaan dalam benak saya, kira-kira menurut saudara penyaji apa yang menjadi dasar atau mungkin suatu makna yang tersembunyi yang tidak dipaparkan, bagi Romo Mangun sehingga menyimpulkan motto yang terdapat dalam Amos 5:20 tersebut?
    Sekian dan terima kasih,
    Syalom IBD, 


    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Epi Sihombing
      NIM : 15.01.1255
      Tingkat/Jur : 1D/Teologi
      Trimakasih atas pertanyaan saudari Sulastri,,, memang pada akhir paragraph 2.2 bisa anda baca, yaitu “Penulis mengatakan bahwa novel Romo Mangun mirip dengan cerita atas dasar kenyataan kisah para Romo yang terombang-ambing bahkan bisa sampai membuntingi perawan. Tetapi keberanian Romo Mangun adalah ketegarannya dalam mengekspresikan pengalaman ini yang biasanya disembunyikan. Motto dari Romo Mangun adalah “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya” (Amos 5:20)”. tentu ada makna dari motto Romo Mangun (Amos 5:20) dimana Amos mengatakannya kepada orang-orang yang tidak percaya atau yang tidak mengenal siapa itu Tuhan sehingga muncul ungkapan Amos bagi Bangsa Israel, mungkin anda bisa membaca ayat yang sebelumnya lalu sambungkan ke ayat yang ke 20, memang jika kita hanya membaca ayat yang ke 20 membuat kita bingung apa latar belakan Amos mengatakan seperti itu, disana dijelaskan dimana bangsa Israel menyimpang dari jalan Tuhan mereka beribadah akan tetapi itu semua ibadah yang munafik sehingga Allah membenci ibadah mereka , sehingga Amos mengatakan kepada bangsa Israel “celakalah mereka yang menginginkan hari Tuhan apakah guna dari hari Tuhan itu karna kau membuat hari Tuhan itu hari kegelapan bukan terang“. Romo disana menggambarkan kehidupan manusia yang tidak memilliki sifat yang humanis . Nah disini Romo bisa mengaitkan juga dengan karya-karyanya dimana Romo membuat novelnya kisah para Romo yang terombang-ambing bahkan bisa sampai membuntingi perawan. Dari karya Romo ini dimana para tokoh yang dibuat dalam novel Romo telah menyimpang dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga Romo mengajak kita para pembaca novel Romo supaya memiliki sifat humanis atau kemanusiaan, biarlah hari Tuhan itu memiliki makna dalam kehidupan kita dengan memiliki sifat yang humanis.
      Trimakasih,,,,salam IBD.

      Hapus
    2. Baik, Trimakasih buat penjelasan kembali pertanyaan saudari Sulastri Marbun

      Berdasarkan buku sajian yang saya baca, saya rasa kita agaknya kurang memperhatikan maksud dari ayat atau isi Alkitab tersebut. Menurut pemahaman saya, ayat itu memang berasal dari ide atau pemikiran Romo Mangun yang menempatkannya dalam karyanya sendiri. Yang dimaksud disini adalah bahwa ayat Alkitab tersebut dikhususkan dalam karya Romo Mangun yang berjudul " Romo Rahadi" dimana kisah seorang tokoh Rahadi hidup dalam keterombang-ambingan cita-cita hidup dan hidup keluarga. Rahadi hidup dalam kekelaman, dan dianggap protagonis serta berada dalam keraguan. Namun dalam kenyataannya Rahadi bisa melewati semuanya atas keberanian dan kebenaran yang ia perbuat. Ia mendapatkan kemerdekaan ketika ia tidak lagi terpikat dengan dunia yang menghimpitnya. Mungkin itulah yang mendasari pemikiran Romo Mangun mengangkat ayat Alkitab tersebut sebagai bukti dari kehidupan Romo Rahadi yang dulunya berada dalam keterombang-ambingan menuju kebebasan atau kemerdekaan yang sesungguhnya. demikian yang bisa saya jelaskan. Trimakasih
      Syalom :)

      Hapus
    3. Sulastri Putri (15.01.1330)

      Apa dasar atau mungkin suatu makna yang tersembunyi yang tidak dipaparkan oleh Romo Mangun, sehingga beliau memiliki motto yang terdapat dalam Amos 5:20?

      Jawab:
      Bicara Alkitabiah, mari kita pahami isi kalimat tersebut, dimana menurut pemahaman saya secara berpikir dan beberapa buku mengenai Kitab Amos dan pemaknaanya, lebih kepada bahwa janganlah kita menganggap diri kita saleh karena sudah melaksanakan seluruh usaha dalam memuliakan Tuhan, beribadah. Mengapa? Sebagai manusia yang serba kekurangan, kiranya kita bisa memahami panggilan kita sebagai orang yang hidup dalam Tuhan, yang artinya haruslah panggilan kita meluas sampai kepada seluruh segi hubungan kepada manusia.

      Maka dari itu, sosok Romo Mangun sangat mengisnpirasi kita dalam hal disiplin, militansi, dan berintegritas dalam melaksanakan panggilan kemanusiaan. Yakinlah, bahwa di dalam setiap diri manusia, manusia mempunya humanisme yang harus sering "di asah" agar semakin tajam untuk menembus batas-batas ataupun benteng keputus-asaan dalam diri manusia-manusia yang butuh bimbingan ke arah yang lebih baik lagi.

      Hapus
    4. Terima Kasih, atas jawaban yang telah disampaikan oleh para penyaji, semoga pada pembahasan ini kita semakin mengerti dan dapat memahami kehumanismean yang dikembangkan oleh Mangunwijaya mengenai “Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun oleh Bakdi Soemanto tersebut.
      Terima Kasih,
      Syalom,

      Hapus
  12. Sulastri Putri
    15.01.1330
    1-D/ Teologi
    Syalom,
    Kepada penyaji kelompok III, seperti dalam kelas saya diijinkan untuk menyampaikan pertanyaan saya, dan akan saya sampaikan juga lewat blog ini.Pada pembahasan kita mengenai pasemon mengenai Romo Mangun oleh Bakdi Soemanto dalam artikelnya, terdapat suatu pemaparan yaitu Penulis mengatakan bahwa novel Romo Mangun mirip dengan cerita atas dasar kenyataan kisah para Romo yang terombang-ambing bahkan bisa sampai membuntingi perawan. Tetapi keberanian Romo Mangun adalah ketegarannya dalam mengekspresikan pengalaman ini yang biasanya disembunyikan. Motto dari Romo Mangun adalah “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya” (Amos 5:20).
    Dalam hal ini timbul suatu prtanyaan dalam benak saya, kira-kira menurut saudara penyaji apa yang menjadi dasar atau mungkin suatu makna yang tersembunyi yang tidak dipaparkan, bagi Romo Mangun sehingga menyimpulkan motto yang terdapat dalam Amos 5:20 tersebut?
    Sekian dan terima kasih,
    Syalom IBD, 


    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Epi Sihombing
      NIM : 15.01.1255
      Tingkat/Jur : 1D/Teologi


      Untuk saudari Sulastri jawabannya sudah saya jelaskan di pertanyaan anda yang pertama silahkan di baca TRIMAKASIH,,,,,,

      Hapus
    2. SulastriPutri
      15.01.1330
      1-D/ Teologi
      oke, baiklah kepada saudari Epi, maaf hal ini hanya sedikit kesalahan teknik dalam mengirim,
      Sekian dan terima kasih,
      Syalom,

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rovina Helpriani Silalahi
      NIM : 15.01.1318
      Tingkat/ Jur. : 1-D/ Teologia
      Syalom,
      Dalam pembahasan kita saat ini yaitu membahas tentang karya-karya Bapak Romo Mangun yaitu “Pasemon”. Kita tahu bahwa selain dikenal sebagai penulis, bapak Romo juga dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, aktivis dan yang paling termulia dari beliau ialah pembela "rakyat kecil". Sudah begitu banyak karya-karya bapak Romo yang beredar. Dan dari setiap karya-karyanya selalu mengarah atau bersifat adventure (petualangan).
      Saya melihat dari pemaparan teman-teman penyaji di blog, bahwa ada kalimat yang bertuliskan bahwa novel Romo Mangun mirip dengan cerita Kisah para Romo yang terombang-ambing bahkan bisa sampai membuntingi perawan. Tolong para penyaji jelaskan maksud dari kalimat tersebut. Dan di dalam kesimpulan para penyaji juga mengatakan bahwa karya Romo Mangun menjurus kepada sebuah pandangan tentang manusia yang tidak hitam putih dan mencoba membebaskan pembacanya dari wawasan yang streotipikal. Apa maksud dari kalimat tersebut?
      Sekian dan terima kasih,

      Salam IBD

      Hapus
    2. Rovina Silalahi (15.01.1318)

      Untuk hal keterombang-ambingan, atau membuntingi perawan, saudari Rovina boleh melihat penjelasan saya mengenai hal tersebut dalam balasan saya kepada Sulastri Putri.

      Dan untuk pertanyaan, bahwa karya Romo Mangun menjurus kepada sebuah pandangan tentang manusia yang tidak hitam putih dan mencoba membebaskan pembacanya dari wawasan yang streotipikal, hal ini lebih berbicara bagaimana Romo Mangun ini menularkan nilai-nilai positif yang kiranya bisa di adopsi banyak orang secara luas. Streotipikal diartikan sebagai sebuah pengalaman berpikir yang sempit dalam artian sosok individu dapat dikategorikan sebagai seorang inivdidu yang hanya berpikir dalam 1 perspektif dan praksis berpikir yang sempit mengikuti dimana ia berpijak dan berkembang, sehingga dapat menimbulkan sebuah "ketidakpuasan" terhadap apa yang dia inginkan, malah sebenarnya individu ini sendirilah yang "belum/tidak/menolak" mengikuti perkembangan.

      Hapus
  14. Nama : Netti Purnama Sari Pasaribu
    Ting/Jur : I-D/Theologi
    NIM :15.01.1297
    Syalom buat kita semua..
    Saya sangat tertarik dengan pembahasan kita kali ini pada kelompok 3 tentang “pasemon” dalam sastra karya Romo Mangun Bakdi Soemanto. Dalam karya Romo Mangun yang dimuat dalam novel baik untuk kita baca dimana banyak terkandung nilai-nilai di dalamnya, Yang dapat membentuk kita untuk sadar akan nilai-nilai kemanusiaan. Dan dengan adanya novel karangan Romo Mangun tersebut maka karya-karya itu dapat kita kenang. Dalam hal ini yang menjadi pertanyaan saya yaitu dengan melihat nilai-nilai yang terkandung dalam karya Romo Mangun, apakah sudah ada penerapan karya Romo Mangun yang sudah dilakukan oleh bangsa Indonesia? Tolong penyaji berikan contohnya!
    terima kasih, syalom...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Netti Pasaribu (15.01.1297)

      Apakah sudah ada penerapan karya Romo Mangun yang sudah dilakukan oleh bangsa Indonesia? Tolong penyaji berikan contohnya!

      Jawab:
      Menurut saya, sudah. Contoh? Tidak perlu terlalu jauh. Kita merupakan bagian dari contoh penerapan nilai-nilai kemanusiaan oleh Romo Mangun yang dilaksanakan oleh Dosen Pengampu kita yang mengajak kita secara khusus Angkatan 2015 untuk mampu lebih menunjukkan integritas, humanisme, bukan malah keakuan (senioritas) nantinya jika kelas kita menjadi seorang senior kelak.

      Hapus
  15. Nama :Tino Sinaga
    Nim :15.01.1334
    Ting/Jur:I-D/Theologia
    Disini saya memberi kesimpulan kepada saya mengatakan adalah:
    Bakdi, demikian panggilannya, memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro Mendut’ dan ‘Burung-burung Rantau’. Empat novel yang terbit dekade 1980-an itu sebagian dari karya Romo Mangun yang mencapai lebih dari 20.
    Bakdi melihat, Romo Mangun menulis sastra masa kini yang jagatnya “tinarbuka” (terbuka), dan kadang penuh risiko. Novel ‘Burung-burung Manyar’ (1981) dan novel ‘Romo Rahardi’ (1981), demikian Bakdi mengatakan, menampilkan gambaran kehidupan yang meminjam kata-kata Bung Karno, deskripsi tentang vivere pericoloso, ialah hidup yang nyerempet-nyerempet bahaya alias banyak risiko.
    “Yang dimaksud dengan penuh risiko adalah keberanian Romo dalam mengekspresikan yang dipikirkannya,” ujar Bakdi Sumanto.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Epi Sihombing
      NIM : 15.01.1255
      Tingkat/Jur : 1D/Teologi

      Trimakasih kepada saudara Tino Sinaga buat tambahannya, yang telah memberikan kesimpulan dari sajian kami kel 3 yaitu "Pasemon karya-karya Romo Mangun" semoga dengan karya-karya Romo Mangun ini kita bisa mengaplikasikan prinsip-prinsip dari Romo Mangun ini yaitu "kehumanisan"

      Hapus
  16. Nama : Epi Sihombing
    NIM : 15.01.1255
    Tingkat/Jur : 1D/Teologi

    Trimakasih kepada saudara Tino Sinaga buat tambahannya, yang telah memberikan kesimpulan dari sajian kami kel 3 yaitu "Pasemon karya-karya Romo Mangun" semoga dengan karya-karya Romo Mangun ini kita bisa mengaplikasikan prinsip-prinsip dari Romo Mangun ini yaitu "kehumanisan"

    BalasHapus
  17. NAMA :EVELINSALSALINA
    NIM :15.01.1257
    TINGKAT/JURUSAN : ID/ THEOLOGI
    Cara Romo Mangun dalam menekankan nilai-nilai kemanusiaan melalui karya-karya tulisnya mungkin salah satu cara yang baik untuk mengenalkan nilai-nilai itu sendiri. Tetapi sepertinya topik mengenai nilai-nilai kemanusiaan di kalangan bangsa Indonesia sekarang ini bukan lagi topik yang menarik, padahal itulah permasalahan terbesar yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Kurangnya keingin tahuan dan kepedulian terhadap nilai-nilai itulah sebenarnya yang menimbulkan masalah besar ini. Kurangnya minat untuk membaca atau memang keegoisan yang sudah semakin tinggi, dan banyak kemungkinan lain. Pertanyaan saya kepada penyaji : kira-kira trobosan baru seperti apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa teologia untuk membuat topik ini menjadi sesuatu yang menarik dan membuat bangsa Indonesia berlomba-lomba untuk saling menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Evelin Salsalina (15.01.1257)

      Terobosan baru seperti apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa teologia untuk membuat topik ini menjadi sesuatu yang menarik dan membuat bangsa Indonesia berlomba-lomba untuk saling menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut?

      Jawab:
      Seperti jawaban-jawaban sebelumnya, kita harus meyakini bahwa di dalam setiap individu memiliki namanya nilai-nilai humanisme. Namun dalam penerapannya, bisa saja berbeda. Hal ini pasti di dasari oleh dengan faktor lingkungan, kebiasaan, kebudayaan, kedisiplinan, bahkan etika.

      Nah, jika bicara mengenai inovasi ataupun terobosan apa yang bisa kita lakukan sebagai Mahasiswa Teologi, maka kita dapat memampukan diri kita telebih dahulu dalam hal berdisiplin, tepat waktu, jujur, berintegritas, menjaga diri secara baik, dan mau bergerak ke arah yang lebih maju. Karena, dengan kita memulai sesuatu yang baik dari diri kita, maka tanpa perlu kita bersusah payah, kita akan mampu mengatur, mengajak, mempengaruhi orang untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Dan satu hal lagi, kemauan yang tinggi untuk bertransformasi juga merupakan sebuah semangat yang harus dibangun dalam melaksanakannya.

      Hapus
  18. Nama : Dina Laura Sirait
    Kelas/ Tingkat : I-D/ Theologi
    Nim : 15.01.1242
    romo magun lebih gampang dimengerti, bagaimana cara romo mendapatkan perhatiaan dari kalangan yang tidak gemar membaca supaya inti dari nilai-nilai kemanusiaan yang dipaparkan oleh romo mangun ini bisa sampai kepada mereka.?????
    salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dina Sirait (15.01.1242)

      Untuk pertanyaan Dina, langsung saya jawab, bahwa sebenarnya kita tidak bisa langsung "paku mati" terhadap opini saudari. Romo Mangun bukan lebih gampang dimengerti, namun saudari mampu berpikir untuk masuk dalam ranah Romo Mangun, tetapi ada banyak orang yang juga berpikir Romo Mangun hanyalah tokoh yang terbilang biasa-biasa saja.

      Ini sebenarnya masalah selera atau bagaimana memaknai sesuatu dengan pengalaman berpikir kita ataupun pengalaman kita bersosial.

      Bukan hanya Romo Mangun yang bicara mengenai Nilai-Nilai Kemanusiaan, misal ada Nelson Mandela, Marthin Luther King, Bunda Theresa, Mahatma Ghandi, dan lain sebagainya. Dan mereka punya "penggemar" nya tersendiri, bahkan kalau secara pribadi saya lebih condong kepada sosok Mahatma Ghandi dan Marthin Luther King.

      Hapus
  19. Nama : James Simson Simanullang
    Nim : 15.01.1273
    Kelas/Theologi : I-D / Theologi
    Apa perbedaan roman dengan mite, mitologi,dan legenda???? Apakah yang dikembangkan romo mangun itu dapat di gambarkan terhadap yang diberikan romo mangun tersebut???? Apakah pengalaman sejarah itu memang benar-benar bisa menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin dijelaskan oleh romo mangun kepada kita.
    salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. James Simanullang (15.01.1273)

      Langsung saja kepada jawaban, saudara James yang terkasih, jelas semua itu berbeda. Berikut penjelasannya, dan berharap saudara James bisa mengerti.

      Roman : sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Bisa juga roman artinya adalah "kisah percintaan"
      Mite/Mitologi : ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.
      Legenda : cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah;
      -- hidup tokoh cerita yang masih hidup

      Singkat saja, jika anda memang sudah membaca paper di atas, maka anda dapat mengerti bahwa Romo Mangun hanya membuat sebuah "konsep" berpikirnya melalui sebuah seni. Nah, dalam hal ini Romo Mangun menuangkannya dalam bentuk karya sastra.

      Malah, seperti Iwan Fals, yang mempunyai semangat revolusi tinggi dan mempunyai nilai kemanusiaan yang kuat, ia memampukan dirinya untuk menuangkan ide atau pemikirannya lewat seni musik, karya lagu.

      Dan kembali, Romo Mangun menuliskan itu pasti dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi beliau, dan hal itu pasti bisa menggambarkan keterkaitan sejarah dengan aksi kemanusiaan yang ia lakukan.

      Hapus
  20. Nama :Rio Kriston Laoli
    Nim :15.01.1312
    Kelas :1d/ Teologi


    syalom...
    Pada sajian kelompok 3 kita telah mempelajari karya karya Romo Mangun yang berbentuk novel. saya ingin bertanya pada penyaji pada kesimpulan penyaji yang menyebutkan bahwa Romo sangat terlihat penuh resiko. jadi apakah resiko/tantangan yang paling menghambat dari tujuannya Romo Mangun tersebut??
    terima kasih. syalom..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rio Kriston Laoli (15.01.1312)

      Singkat saja, mengapa Romo Mangun kami sebutkan sangat penuh risiko, sebenarnya pemaknaan kata tersebut adalah mengenai bagaimana Romo Mangun berani terbuka dan berkespresi secara mendalam mengenai pengalaman yang dijalani, apalagi beliau hidup pada era pemerintahan yang terbilang cukup "menyiksa", dimana, pergerakan dibatasi oleh penguasa.

      Hapus
  21. Nama :Rio Kriston Laoli
    Nim :15.01.1312
    Kelas :1d/ Teologi


    syalom...
    Pada sajian kelompok 3 kita telah mempelajari karya karya Romo Mangun yang berbentuk novel. saya ingin bertanya pada penyaji pada kesimpulan penyaji yang menyebutkan bahwa Romo sangat terlihat penuh resiko. jadi apakah resiko/tantangan yang paling menghambat dari tujuannya Romo Mangun tersebut??
    terima kasih. syalom..

    BalasHapus
  22. Nama: Januwar Mamanda Sitepu
    Nim : 15.01.1274
    Ting/Jur: I.D/Teologi

    Shalom
    Terima kasih atas waktu yang diberikan para penyaji,disini dalam topik pembahasan kita kelompok 3 yang berjudul " “Pasemon” Dalam Sastra Karya Romo Mangun Bakdi Soemanto ".
    Jadi saya ingin bertanya
    1. Didalam moto hidup Romo Mangun "Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya?” apa sebenarnya arti dan makna moto Mangun jika kita hubungkan dengan topik kita yakni PASSMO tersebut?
    2. Didalam merancang atau membuat novel ini pasti ada tantangan dan permasalahan yang dihadapi Romo,jadi apa tantangan dan hambatan yang dihadapi Romo sehingga terciptanya berbagai karya-karya sastra Romo?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Januar Sitepu (15.01.1274)

      Dengan segala hormat, kami menyarankan jika ingin bertanya, kiranya saudara bisa melihat dan membaca pertanyaan apa saja yang sudah ditanyakan di kolom comment di atas agar tidak terjadi pengulangan pertanyaan yang seperti saudara lakukan.

      Kiranya saudara bisa melihat dari pertanyaan dan jawaban saya terhadap saudari Sulastri dan Rio Laoli.

      Terimakasih.

      Hapus
  23. Ruang komen ini resmi ditutup - terimakasih respons yang sangat cepat dari saudara-saudari! Salam budaya.

    BalasHapus