Rabu, 16 Maret 2016

IVB - Ujian Akhir Semester (UAS-Berjalan) Liturgika 2016

Di bawah ini, adalah Tujuh (7) Materi Bahasan atau Sajian dari Tujuh (7) Kelompok setelah pelaksanaan UTS minggu yang lalu.

Yang harus anda lakukan untuk UAS-Berjalan ini adalah, wajib meringkas bahasan dan sajian kelompok setiap minggunya berserta analisa saudara atas setiap materi, dan demi kualitas dan akuratnya analisa saudara, maka jumlah satu (1) komen hanya lima belas (15) kalimat (tidak kurang dan tidak lebih dari 15 kalimat, setiap komen per-minggu-nya)!

Ruang UAS dan komen di bawah ini adalah khusus untuk Kelas IVB. ("Jangan mengirim salah ruang!")

Selamat mengikuti UAS-Berjalan ini.



Unsur Liturgi: Votum, Salam, dan Introitus dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok I
Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok II
Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Kotbah
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok III
Unsur Liturgi: Pengakuan Iman
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok IV
Unsur Liturgi: Doa Syafaat
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok V
Unsur Liturgi: Pemberian Jemaat
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok VI
Unsur Liturgi: Nyanyian dan Paduan Suara
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok VII


Salam
Edward Simon Sinaga, M.Th
NIDN: 2319097201
GKPI - STT ABDI SABDA - MEDAN

240 komentar:

  1. Nama:Uten Perlinda Marbun
    NIM: 12-01-974
    Ting/jur:IVB/Teologi
    Kombinasi votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil ahli dari gereja Neserland. Berdasarkan kebiasaan Calvin sinode Dordrecht (1574) kemudian mewajibkan pemakaian Mazmur 124:8, sebagai votum dalam kebaktian. Kuyper berkata votum itu bukan doa, melainkan suatu keterangan khidmat atau janji khidmat. Votum menyentuh aspek vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Salam dikenal berasal dari PB dan penulis-penulis PB. Salam bukan berkat, sehingga diucapkan tanpa angkat tangan. Selain votum dan salam gereja Indonesia juga memakai unsur ketiga yaitu introitus yang terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Luther tidak keberatan jika Mazmur introitus itu diganti dengan suatu nyanyian rohani. Introitus berasal dari bahasa Latin artinya masuk kedalam. Dalam perkembangan selanjutnya introitus diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun Gereja, kotbah, dan liturgi.
    Melalui pemahaman saya bahwa didalam ibadah yang memakai ketiga unsur diatas yaitu votum, salam, dan introitus yang merupakan adalah unsur yang terpadu, sehingga jika jemaat tidak mengikutinya atau terlambat dipahami jemaat tersebut tidak mengikuti indah sepenuhnya. Karena ketiganya adalah satu paket yang saling melengkapi. Namun votum, salam, dan introitus dapat digantikan dengan doa pembuka dalam sebuah ibadah tertentu misalnya PA. Dan ketiga unsur ini mengingatkan kita pada aturan-aturan tahun gerejawi. Dan membawa kita pada hikmat dan pemahaman akan makna ibadah dan persekutuan dengan Tuhan. Dengan adanya pemahaman yang benar akan ibadah dalam persekutuan maka akan menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelas bersama liturgika Sabtu 02 Maret 2016, ujian berjalan.

      Ringkasan dan Analisa
      Materi pengakuan Dosa, pemberitaan Anugerah, dan Hukum.
      Sejak abad ke-X ada kebiasaan ketika Imam sampai dimezbah, ia tunduk menyembah kepada Tuhan Allah yang disebut dengan Confessio yang diucapkan pada permulaan misa dan waktu komuni. Dalam tata ibadah lutheran pengakuan dosa, doa, dan absolusi dipakai seorang pelayan jemaat, namun di Swiss dan stranzburb pengakuan dosa sebagai akta pelayanan dan jemaat bersama. Luther mengatakan pengakuan dosa harus dilakukan dari hati dan tidak bisa dipaksakan. Dalam tatanan ibadah perjamuan Kudus Calvin masih terdapat beberapa tatanan ibadah yang masih dipertahankan dari ibadah Katolik namun dalam kemasan berbeda. Pemberitaan anugerah itu disebut absolusi yang dimana tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan pengampunan yaitu sebelum doa sesudah kotbah. Calvin berkeyakinan bahwa pada pengakuan dosa harus ditambahkan suatu janji yang memberikan harapan kepada anggota-anggota jemaat tentang pengampunan dosa dan perdamaian. Pengakuan dosa merupakan bagian yang sangat penting bahwa kita adalah berdosa dan menyedihkan hati Tuhan. Kontroversi yang ada seperti Geneva sehingga dalam tata kebaktian di Geneva memakai pengakuan dosa dan meniadakan pemberitaan keampunan, namun umumnya gereja Calvinis pemberitaan keampunan (absolusi) terus dipakai. Tahun 1535 terjadi kecaman di jemaat Lutheran di nurmberg, dan perdebatan yang hebat terjadi dan diskusi berjalan tanpa ada penyelesaian tentang pemakaian dasa umum dan absolusi. Dasa firman berfungsi sebagai cermin menurut Micron, namun Calvin urutan pengakuan dosa, dasa firman, yang berfungsi sebagai pujian-pujian. Sehingga terlihat jelas bahwa pengakuan pberitaan anugerah, dan hukum merupakan satu kesatuan didalam liturgi yang tidak dapat dipisah dan saling melengkapi berdasarkan fungsinya namun yang perlu esensinya berbeda- beda. Pengakuan dosa ada karena Kristus ada, yang mendamaikan kita manusia berdosa dengan Allah bapa, sekalipun dalam konsep gereja kita saat ini bahwa ada tuduhan bahwa kita tidak taat hukum, karena anugerah sehingga hukum tidak perlu. Yang perlu kita ingat bahwa jangan bermain-main dengan anugerah, namun sebagai efektivitasnya bukan membangun jemaat dalam pelanggaran namun membangun pada ketaatan melalui spiritualitas. Sekali lagi Teologi kita bukan menentang hukum namun membangun kita pada kesadaran dan ketaatan tanpa adanya aturan hukum. Karena perlakuan dosa adalah dapat mendukakan hati sesama, terlebih hati Tuhan, sehingga perlu kesadaran dari hati dan berbalik (metanoia) kepada Allah dan tidak berbuat dosa lagi, maka genaplah apa yang sudah dibahas dalam kelas berdasarkan perkataan Dosen bahwa anugerah merupakan efesiensi yang membawa jemaat kepada kesadaran, ketaatan, akan ke berdosaannya melalui hatinya bukan paksaan, karena ketulusan hati dalam kesadaran adalah akan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Kelas liturgi Kamis 07 Maret 2016
      Ringkasan dan Analisa sajian kompak 3
      Materi: Unsur Liturgi, Doa, pembacaan Alkitab, dan kotbah.

      Abad ke-v Imam yang memimpin ibadah akan memberi salam pada jemaat dan kemudian mengucapkan Collecta yaitu dia dengan dan untuk jemaat. Collecta yang dipakai berbeda setiap Minggu, dan untuk hari raya Natal dipakai Collecta dalam Missale Romanum-Romanum. Luther tetap memakai Collecta dalam kebaktian jemaat, namun Butzer dan Calvin meniadakan Collectan dan menggantinya dengan Epiklese yakni doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar firman Allah dapat diberikan dan didengar dengan baik, di Strazsburg Collecta diganti dengan Epiklese dan dihubungkan dengan kotbah. Gerakan liturgika sependapat dengan Kuyper bahwa doa untuk Firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Pembacaan Alkitab dalam gereja lama, umat Kristen berkumpul dan dibacakan kenang-kenangan para rasul dan nabi, setelah itu dilanjutkan dengan memberikan Nasehat atau homiliasupaya jemaat hidup sesuai dengan pesan nats Alkitab yang sudah disampaikan. Kotbah merupakan salah satu alat yang dipakai penyampaian pesan yang tertulis dalam kitab suci, yang disebut dengan kbar baik, dan pemberitaan firman dan sakramen adalah saling melengkapi satu sama lain, kotbah merupakan yang paling penting dalam ibadah. Kotbah bukan pesan subjektivitas, melainkan menyampaikan kbar baik dari Alkitab, tentang kelahiran Yesus, kematian, kebangkitan, kenaikan kesorga, dan kedatanganNya yang kedua kali membawa kehidupan kekal bagi orang percaya. Kotbah ini pertama kali muncul dalam kekristenan dari praktik Yahudi dan berkembang dalam liturgi Kristen. Pada kehidupan gereja awal, bahwa kotbah pengkhotbah sama dengan guru, pemimpin spritual, dan apologetis. Sehingga ungkapan Luther sakramen dengan Firman saling melengkapi, fungsi kotbah bersifat pendidikan, sosial, dan politis, dimana pengkhotbah memberikan cara beribadah yang benar, dan norma bersifat sosial dan etis didalam komunitas. Jadi kotbah sebagai alat untuk mengajar jemaat, membantu jemaat dalam memahami kehendak Allah dalam Injil yang dimana menjadi inti dari pengajaran. Beranjak dari perkataan Paulus (2 timotius 4:2) bahwa Firman harus diberitakan saat kapan pun, sebagai orang Kristen harus saling menegur dalam kasih dan saling menasehati. Karena melalui pendengaran maka iman akan timbul (Roma 10:17), maka pengkhotbah harus menyampaikan Firman yang sesuai dengan kehendak Allah, berdasarkan Homiletik bahwa kotbah harus memberitakan Yesus Kristus (Yohanes 1:1). Jadi dalam pembacaan Firman baik dalam perjanjian lama juga perjanjian baru, intinya adalah Yesus. Maka pemberitaan Firman bukan menunjukkan kehebatan kita didepan jemaat, atau untuk menyenangkan orang tertentu saja, melainkan adanya kerendahan hati dalam penyampaian Firman Tuhan, dan dalam permohonan pertolongan Roh Kudus dalam doa yang tua dari hati untuk membimbing kita agar sesuai dengan kehendak Allah dan dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    3. Peretemua kelas bersama Selasa 12 April 2016
      Materi : Unsur Liturgi:Pengakuan Iman Dalam tema Dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Ringakasan dan Analisa sajian kelompok IV
      Pengakuan iman yaitu bentuk respon umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmaNya. pengakuan iman ini juga penyataan kepercayaan gereja, dalam pergumulan religius dunianya, dengan kesadaran bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka, sehingga pengakuan iman adalah pengikraran bersama untuk mengingat kembali janji babtis-sidi. Tantangan gereja abad ke-2 sinkritisme disekitar gereja yaitu gnostik, yang mencoba menguasai gereja yang bertentangan dengan doktrin gereja. sehingga gereja sepakat untuk membangun bendungan terhadap aliran yang salah satunya pengakuan iman sebagai ikhtisar pokok kepercayaan yang menjadi pegangan jemaat agar tidak terombang ambingkan pengajaran (efesus 4:14). pengakuan tertua adalah “Yesus adalah Tuhan” (1 korin 12:3) yang ahirnya di PB pengakuan ini diperluas (roma 1:3) dan berkembang menjadi pengakuan iman yang lengkap yaitu pengakuan iman rasuli, yang diterima sebagai pengakuan iman yang oikumenis, dan abad ke-6-7 diterima sebagai bagian dari liturgi gereja barat. pengakuan ini dalam ibadah Luther berada sebelum kotbah, sedangkan Butzer dan Calvin berada menempatkan sesudah kotbah, dan Zwingly kadang sebelum juga sesudah, Micron menempatkan sebelum doa syafaat, dan Van der Leeuw menempatkan dipermukaan missa Fildelium, dan Golterman mempunyai tempat yang sah yaitu sesudah kotbah. fungsi pengakuan iman yang adalah tulisan-tulisan yang menjelaskan ajaran iman yang dianut gereja sebenarnya adalah komfesi, dan dapat dijadikan sebagai pembela iman, menyanggah ajaran tertentu, mempersatu umat, dan identitas pengikraran. adapun contoh pengakuan iman di indonesia yaitu pengakuan iman rasuli, pengakuan iman Nicea, pengakuan iman Athanasius, pengakuan iman Chalcedon. nats yang bertentangan dalam PL syema Israel (Ulangan 6:4-5), yang harus dicamkan dalam hati umat Israel, dan harus diajarkan kepada anaknya secara berulang-ulang, iman adalah tanda yang hidup yang harus dihidupi, sehingga bangsa Israel mengajarkan tentang keesaan Allah. orang Kristen memerlukan pengakuan iman, yang dimana harus siap sedia untuk memberi pertanggung jawaban bagi orang yang memerlukan pertanggung jawaban. Credo dalam gereja ada dua yaitu credo rasul Symbolum apostolicum, dan credo panjang Nicaenoconstantinopolitanum, yang kita miliki saat ini merupakan hasil dari sinode para uskup di Milan. Banyak cara dalam pengakuan iman ada yang di ikrarkan, bukan dibacakan, ada juga sebagai jawaban umat pengakuan iman, yang jelas pengakuan iman ini adalah sebagai bukti pengakuan iman jemaat terhadap Allah. Pengkuan iman ini awalnya adalh sebagai senjata gereja pada abad ke-2 dimana banyaknya ajaran sesat yang mengancam keberadaan gereja sehingga di ciptakan senjata gereja, yaitu Kanon, Pengakuan iman, dan Apostolicum. Setelah pengakuan iman ini menjadi bagian dari liturgi maka banyak dari tokoh yang mencoba meletakkan posisinya dalam ibadah, namun makna yang sesungguhnya bukan terletak pada posisinya, melainkan ketulusan hati jemaat saat mengkuakannya di hadapan Allah. Pengakuan ini bukan sebagai pengakuan biasa melainkan kesungguhan yang berdarkan kesadaran bahwa Allah, Yesus, dan Roh kuduslah yang berperan dalam sejarah perjalanan hiduop setiap jemaat, Pengakuan iman yang adalah sebagai alat atau senjata gereja dalam mempertahankan keesaan gereja ditengah-tengah dunia, dan pengakuan terhadap Allah yang luar biasa maka hendak diucapkan dengan tegas penuh keseriusan dan keberanian, semuanya adalah untuk meyenangkan hati Tuhan.

      Hapus

    4. Sajian ke-v, kamis 21 April 2016
      Ringkasan dan Analisa
      Materi : Unsur liturgi, Doa Syafaat Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) Dalam Menyenangkan Hati Tuhan Dengan Nats-nats Thematis Alkitab

      Yesus adalah pendoa syafaat yang utama, Doa syafaat merupkan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain, dikatakan berdiri diantara dua pihak (Tuhan dan pihak lain) yang kita doakan, artinya perantara pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Doa ini juga bentuk karakter doa yang sering kita lihat dalam kehidupan bergereja. Tujuan agar hidup tenang, berkenan kepada Allah, supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Jenis doa syafaat umum, untuk misi, untuk peperangan rohani, doa ini untuk kemuliaan Tuhan. Doa syafaat (ibr Myspat=keadilan), arinya kita meminta keadilan Tuhan dalam Alkitab bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2) para hamba Tuhan (Filipi 1:19), gereja (mazmur 122::6), dan masih banyak hal lainnya, yang dimana juga kita bisa melihat tokoh yang berdoa untuk kepentingan orang lain yaitu Abraham, Daniel Musa dan Harun. Kedudukaan doa syafaat ini biasanya ditempatkan sesudah Firman, namun tidak menutut kemungkinan doa ini semakin lama semakin berkembang tapi Luther dan Calvin menempatkan doa syafaat sesudah kotbah mengikuti gereja lama. Doa syafaat bukan hanya pekerjaan pelayan melainkan jemaat biasa juga dapat melakukannya, karena mereka bukanlah hanya sebagai penonton saja. Sebagaimana juga doa syafaat ini yang sering kita jumpai didalam kehidupan peribadahan kita yang begitu sangat panjang dan membosankan, sehingga meninabobokkan jemaat dalam peribadahan. Menurut saya hal tersebut terjadi karena kurang sosialisasi antara pelayan Tuhan yang notabenenya sudah mengetahui teori dari berdoa syafaat ini melalui pendidikan, akan tetapi kurangnya komunikasi diantara pelayanan dan jemaat untuk memperbinjangkan hal ini. Sehingga kebiasaan ini terus menerus terjadi, sehingga mengubah tradisi yang ada sangat susah, kesalahan terjadi tidak hanya karena pemikiran itu salah, melainkan kurangnya interaksi atau dialog antara pemimpin dengan anggota. Berdasarkan manajemen dan kepemimpinan Kristen bahwa seorang pemimpin itu adalah sumber pemikiran atau gudang dari ide, jadi harus terus melakukan dialog yang baik. Sehingga kita sebagai pelayan kelak agar mampu mensosialisasikan hal yang benar berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh selama belajar. Sebagaimana juga Luther mengatakan bahwa reformasi akan terus berjalan, berarti akan selalu adanya pembaharuan dari tradisi lama kepemahaman baru, sehingga pemahman jemaat akan terbuka akan keadaan doa syafaat yang selama ini, dan tidak ada lagi timbul kontra ketika namanya tidak disebut didalam doa syafaat. Ibadah yang menyenangkan hati Tuhan adalah ibadah dimana terjadinya interaksi atau dialog antara jemaat dengan Tuhan melalui iman kepercayaannya. Dialog jemaat dengan liturgis, dan liturgis dengan Tuhan, demikian sebaliknya, jadi doa syafaat adalah awalnya doa yang mempersiapkan orang percaya dalam penderitaannya oleh karena nama Kristus, maka jadi pendoa syafaat yang menyenangkan hati Tuhan. .

      Hapus
    5. Pertemuan dalam sajia n ke-VI
      Materi : Pemberian Jemaat
      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja Indonesia disebut biasanya disebeut dengan kolekte. Biasanya dilakukan satu kali dalam tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali. Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan. Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Ucapan Syukur dan pujian yang dipanjatkAn kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan dan Khotbah biasanya akan diikuti dengan tantangan penyerahan diri warga Jemaat kepada Tuhan, yang disebut dengan penyerahan persembahan. Pengumpulan persembahan dalam bentuk uang bukan upaya pengumpulan dana, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan, dan Yesus Kristus telah memberikan diriNya kepada manusia, menderita dan berkorban bagi manusia. Sebab itu manusia juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesamanya. Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18), Dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Perjanjian Lama mulai dari kitab Kejadian 4, yaitu persembahan oleh Kain dan Habil. Tidak disebutkan persyaratan persembahan. Fakta ini menyiratkan bahwa di jemaat ada sebagian warga jemaat yang memiliki kepekaan yang amat tinggi untuk menyisihkan sebagian dari hartanya untuk keperluan gereja. Persembahan di Perjanjian Baru adalah sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11). Tuhan Yesus agaknya tidak mengutamakan persembahan dalam arti uang atau benda, tetapi yang jauh lebih penting adalah kesediaan seseorang untuk bertobat (Matius 9:13). Bukan jumlah atau banyak-sedikitnya persembahan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, melainkan bobot pengorbanan yang mendasari persembahan yang diberikan (Markus 12: 41), serta bukti ketulusan hati yang memberikan. Persembahan merupakan bagian integral dalam litirgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Pemberian jemaat merupakan pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama dalam unsur liturgy, dan Persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur. Dengan kolekte, umat beriman beroleh kesempatan dan kemungkinan untuk berpartisipasi dalam bahan persembahan yang disiapkan untuk perayaan kenangan kurban Kristus di altar, Memang yang akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus hanyalah roti dan angggur saja, jadi motivasi pemberian persembahan ini adalah ketulusan hati jemaat karena telah menyadari akan berkat-berkat yang telah diberikan oleh Tuihan Allah.

      Hapus
    6. Pertemuan dalam sajian yang VII
      Mareri :Unsur Liturgy: Nyanyian dan paduan Suara Dalam Thema Peribadahan (Liturgy) Dalam menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan Gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah terlepas dari nyanyian jemaat. PL mencatat bahwa Mazmur yang selalu dipakai dalam ibadah di bait Allah. Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi, Karena liturgi sendiri merupakan perayaan bersama. Maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi, yang melibatkan partisipasi umat, mengungkapkan iman dalam kristus, sesuai dengan masa liturgy, dan juga hakekatnya. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya, dan Nyanyian gerejawi mempunyai aspek kembar. Pada suatu pihak nyanyian adalah wahana (vehikel) pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu. Dalam gereja protestan paduan suara sampai sekarang belum mempuyai kedudukan dan tempat yang pasti. Ada gereja yang tetap menggunakannya dalam ibadah, Ada yang hanya sekali saja dan ada pula yang yang sama sekali tidak mau memakainya. Dalam ibadah jemaat Paduan Suara diberi tempat, karena paduan suara mempunyai fungsi dan peranan tertentu, Yang harus dijaga ialah, jangan sampai paduan suara megambil alih kedudukan dan peranan jemaat secara menyeluruh. Sejak semula, Gereja tidak pernah bisa melepaskan diri dari musik, Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi Gereja, Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja. Makna musik dalam liturgi Gereja dapat menjelaskan beberapa dimensi yang berdasarkan paham Konsili Vatikan II yaitu Liturgis, Krotilogis, dan Eklesiologis. Sehingga musik, paduan suara memang sangat penting dalam peribadahan, namun tetap yang terutama dalam ibadah adalah pemberitaan Firman Tuhan dalam ketulusan dan kerendahan hati setiap umat manusia.

      Hapus
  2. Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Sinulingga, Mariati Sitepu
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu
    Yang saya dapatkan dalam kelas Liturgika pada hari ini adalah bagian yang penting dalam ibadah. Dan pembelajaran hari ini adalah tentang Ibadah Formal dan Ibadah Minggu yang ada di Indonesia. Pertama, hakekat Votum itu adalah penyerahan Ibadah kepada Allah yang ingin kita puja dan sembah pada saat itu, votum juga sebagai tanda penahbisan jikalau kita telah berada dalam sebuah ibadah dan persekutuan. Kedua, Salam adalah sapaan Allah kepada jemaat yang datang melalui peliturgis dan salam adalah penggenap votum. Ketiga, Introitus adalah nyanyian respon jemaat terhadap apa yang Allah lakukan.
    Votum – Salam dan Introitus ini ternyata bisa digantikan dengan nyanyian dan doa pembuka. Namun, didalam doa dan nyanyian tersebut harus terkandung nilai ataupun makna tentang ketritunggalan Allah kita yang Esa itu. Votum – salam – Intoritus mengajak dan mengajari kita tentang bahasa tubuh, dan kedisiplinan. Jika kita mengetahui bahwa bagian ini adalah bagian yang penting maka ini akan secara otomatis mengajari peserta ibadah. Setidaknya mengajari untuk tidak terlambat dalam menghadiri ibadah dan akan bersikap sopan menyambut kedatangan Allah yang Maha Kudus itu.
    Votum (berasal dari vote) yaitu bagaimana kita mengakui dan memberikan suara kita kepada Allah bahwa memang benar ialah yang memelihara dan mempunyai kehidupan manusia. Dalam votum dimateraikan bahwa perkumpulan yang ada menjadi sebuah ibadah dan persekutuan orang-orang Kristen yang mengundang Allah hadir dan datang dalam Ibadah. Semua orang yang berasal dari kalangan, jenis kelamin, perkerjaan, dan karakter yang berbeda dipersatukan oleh Allah yang Esa itu.
    Salam sangat berkaitan erat dengan votum yang juga mengingatkan bahwa Kristus benar-benar hadir ditengah jemaat sehingga jemaat lebih memfokuskan dirinya kepada peribadahan.
    Introitus : Seperti apa yang sudah saya lihat bahwa introitus adalah pengantar kepada bahan kotbah dan pembacaan nats karena biasanya akan dihubungkan dengan itu dan juga dihubungkan dengan tema mingguan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sajian kelompok 2, pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum dalam kelas bersama sabtu 02 april 2016

      Pengakuan dosa ada, karena manusia berdosa. Pengakuan dosa juga ada karena Kristus ada sebagai pengampun dosa. Tujuan dari pengakuan dosa semata-mata bukan hanya agar manusia diampuni dari keberdosaannya setelah itu benas melakukan apa yang ia mau sehingga ia bisa dengan sesuka hati kembali melakukan dosa. Namun pengakuan dosa adalah salah satu unsur liturgi yang dipakai dalam ibadah untuk membangun jemaat atau bisa saja kita katakan sebagai sarana pendidikan kepada jemaat Tuhan untuk hidup dalam ketaatan. Artinya pengakuan dosa bukan untuk dipermainkan melainkan menghodupi pengakuan itu agar tidak lagi melakukan keberdosaannya, pengharapan kita adalah (metanoia = berbalik arah) pertobatan setiap orang dan tidak mengulanginya lagi. Pengakuan dosa bermula dari kesadaran diri manusia atau pengenalan akan keberadaannya sebagai mnusia yang memiliki tabiat keberdosaan, yang tidak sanggup untuk hidup sesuai dengan kedudukannya sebagai imago Dei, namun ketidaksanggupan ini menuntun kita kepada penyerahan.

      Kebetulan ketiga unsur ini adalah unsur yang kita lakukan sebelum kita mendengarkan kotbah, jadi menurut analisa saya ketiga unsur ini adalah persiapan diri seseorang sebelum mendengarkan FirmanNya yang kudus itu.pemberitaan anugerah atau pengampunan dosa membuka jalan kepada Allah bagi kita. Kita percaya, bahwa melalui sarana itu kita mempunyai peluang san berhak berseru kepada Allah dengan penuh kepercayaan bahwa Dia akan mentakan diri sebagai Bapa (yang sayang kepada anakNya) kepada kita. Sebab kita tidak bisa sama sekali datang kepada bapa jika tidak dibimbing oleh Pengantara itu. Dan supaya kita didengar dalam namaNya perlu kita menerima keampunan dalam kehidupan kita dari Dia sang pemilik kehidupan. Jadi pemberitaan anugerah sebagai motivasi kita untuk melakukan kehidupan ke depan. Kita menolak segala sarana lain sebagai pengampunan baik untuk menutupi ataupun memperoleh anugerah, harapan dan kepastian anugerah hanya ada dalam Yesus.

      Hukum : satu fungsi hukum taurat menurut Calvin adalah memberi petunjuk untuk kehidupan baru. Lebih lanjut, hidup sesuai dengan kehendak Allah dilihat sebagai ucapan terimakasih kepada Allah sebagai bentuk yang dipakai untuk kemuliaan namaNya. Jadi menurut saya hukum yang dibacakan setiap minggunya menjadi media cermin bagi setiap jemaat atau sebagai alarm agar apapun yg dilakukan sesuai dengan aturan Tuhan.


      Hapus
    2. Sajian kelompok 3, kelas 4b 07 april 2016.
      materi : doa, pembacaan alkitab dan kotbah

      Doa yang dimaksudkan disini adalah doa sebelum kotbah.  Pepatah bijak mengatakan, doa adalah lahannya pengharapan tumbuh subur. Harapan kita yg sesungguhnya hanya ada dalam Kristus. Trinitas dalam ketiga rupaNya, berjalan menurut fungsionalNya masing-masing. Doa yang dipanjatkan sebelum kotbah, ditujukan kepada Allah agar mengirimkan Roh KudusNya sesuai dengan fungsi Roh Kudus yang menghibur, meneguhkan, memimpin dan menuntun manusia untuk mengerti, memahami, dan mampu menjalankan Firman Tuhan, supaya Alkitab yg dibaca tidak sekedar seperti membaca buku biasa agar Alkitab benar benar menjadi Firman Allah, begitu juga dengan kotbah dan menurut saya doa sebelum kotbah tidak harus panjang tetapi bersifat hening dan menyejukkan.

      Pembacaan Alkitab, yang selama ini kita lakukan ada yang bersifat tunggal juga responsoria. Menurut saya itu tergantung jenis teks yang kita baca, jika ia kitab sejarah atau cerita lebih baik dibaca tunggal tapi jika ia nyanyian atau puisi *seperti Mazmur, lebih enak jika dibaca responsoria agar semua mengambil bagian. Saya yakin ketika membaca alkitab pun Tuhan sudah berbicara kepada jemaatNya.

      Kotbah : sarana Tuhan berbicara, melalui hambaNya. Gereja reformatoris menyatakan ini adalah unsur sebagai pusat ibadah, walaupun menurut saya semua ibadah adalah satu kesatuan. Oleh karena ini adalah sarana Tuhan berbicara, pengkotbah tidak boleh sombong dalam berkotbah, memegahkan diri atau tidak mempersiapkan diri. Pusatnya harus Yesus Kristus. Bagaimana mengajak jemaat berpusat pada Yesus Kristus dan memandang salib Yesus. Agar ketika pulang ibadah Firman itu yang diingat bukan pengkotbahnya, itulah yang dinamakan kotbah yang sukses. Namun bagaimana caranya itu tergantung kepada pengkotbah melihat konteks jemaat dan pergumulannya. Artinya pusat kotbah bukan si pengkotbah tapi Yesus Kristus.

      Hapus
    3. Nama : Sri Muliana Kaban
      NIM : 12.01.968
      Sajian Kelompok 4,
      Penyaji : Tribina Meisana Ginting, Sri Muliana Kaban, Roles Purba, Jhoni Purba
      Pembahas: Sri Ita, Asri Purba, Meri Ginting, Franki Barus.
      -Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab –

      Pengakuan Iman, Credo, Affirmasi, Syahadat adalah istilah yang serupa, yang berarti “penyataan keyakinan”. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia. Seperti bagaimana mulanya pengakuan iman itu ada, tercipta dari pergumulan di sekitar gereja. Pengakuan yang tertua hanyalah mengenai Kristus : “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor 12:3). Namun menurut saya, pengakuan iman pertama adalah Ulangan 6:4-5 adalah ringkasan pengakuan iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi “Dengarlah, hai orang Israel. TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa! Tetapi, pada zaman PB pun pengakuan ini sudah diperluas, seperti yang telah nyata dalam Roma 1:3 ; Filipi 2:5-11 dsb. Kemudian pengakuan itu bekembang menjadi pengkuan iman yang lengkap yaitu pengakuan iman rasuli. Dan banyak lagi sepeti apa yang sudah kita pelajari.

      Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok, selain untuk membela iman, pengakuan iman juga merupakan identitas pengikrarnya.Pengakuan iman adalah salah satu bagian dari liturgi yang begitu penting, pengakuan iman menuntun manusia untuk mengetahui apa yang imani akan Allah yang Tritunggal itu. Bagaimana pengakuan imanbisa menyenangkan hati Tuhan? Seperti Tuhan selalu melebihi (dan tidak identik dengan) rumusan manusia tentang Dia, demikian juga iman selalu lebih besar dan tidak sama dengan rumusan pengakuan iman apapun. Pengakuan iman yang dibuat manusia itu adalah gambaran atau pemikiran manusia tentang Allah, namun bukan sekedar ucapan (harus kita ingat).
      Iman pertama-tama menyangkut hati. Stanlay Jones menyebutnya sebagai adventure of the spirit. Suatu petualangan roh. Ia adalah respons yang berasal dari relung hati kita yang terdalam terhadap sesuatu yang kita yakini sebagai yang paling berharga dan paling menentukan dalam hidup kita. Iman karenanya adalah hidup yang tunduk. Bukan sekedar kepala yang menunduk. It is not discussion, it is decision.

      Iman yang kita percayakan dan kita berikan kepada Yesus sebagai ucapan cinta kita padanya memberi suatu tanggung jawab yang besar bagi setiap orang yang mengakuinya. Jika Ia berjanji akan datang di hari nanti, maka kita juga harus mau berjanji untuk pergi kemana pun yang Ia mau. Pengakuan iman menyatakan bahwa kita adalah milik dari siapa yang kita akui. Dan kita akan melakukan apapun demi menyenangkan hatiNya karena kita adalah milikNya.

      Yang terpenting bukan bagaimana itu dirumuskan dan diwarisi, namun bagaimana itu dihidupi, sehingga kehidupan kita bisa menjadi pengakuan iman yang hidup. Selamat mengikut Dia-

      Hapus
    4. Nama : sri muliana br kaban
      nim : 12.01.968
      Sajian kelompok 5, doa syafaat.
      nama penyaji : ctherine, fetra, tamrin, hotni
      nama pembahas : susi, sonia, ester, junita

      doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain.Yesus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu, semua orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib.

      Karena perantaraan Yesus, kita sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang, memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”

      unsur dari doa syafaat yang sejati yaitu merupakan respon terhadap Firman Tuhan, diwarnai dengan kesungguhan, dan penyangkalan diri, secara tidak egois mengidentifikasikan diri dengan umat Allah, meminta pertolongan, penguatan dan perlindungan, diteguhkan dengan pengakuan dosa,  bergantung pada karakter Allah, dan tujuannya untuk kemuliaan Allah.

      Seperti Daniel, orang-orang Kristen harus datang kepada Allah atas nama orang lain dengan sikap hati yang hancur dan penyesalan, mengakui ketidaklayakan diri dan dengan penyangkalan diri.

      Kita tidak boleh mengatakan, “Saya berhak untuk menuntut ini dari Engkau, Allah, karena saya adalah orang berdosa. Tapi kita harus berdoa, dengan penuh kerendahhatian.

      Doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kita.

      Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.

      Berikut ini sebagian daftar dari orang-orang yang kita perlu doakan: semua yang berkuasa, para hamba Tuhan, Gereja, teman-teman, teman-teman sebangsa; orang-orang sakit, para musuh, mereka yang menganiaya kita, mereka yang membuang kita, dan semua orang.

      Pendoa syafaat bukanlah hanya orang orang Kristen super yang berhak,tapi semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Walaupun tidak semua pandai berdoa di depan umum, tapi doa syafaat juga bukan hanya di ibdah umum. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua.

      Sebenarnya, tidak bersyafaat bagi orang lain merupakan dosa. “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu” (1 sam 12:23). Seperti apa yang dikatakan Luther, karena kematian Kristus tidak ada lagi penghlang bagi setiap manusia menjumpai Tuhan yang disebutnya sebagai imamat am rajani, oleh karena itu setiap orang berhak mendoakan sesamanya manusia. Syafaat (ibr. Myspat) yang artiny keadilan, dimana doa ini meminta keadilan kepada Tuhan terlebih kepada yang mengalami penderitaan karena nama Tuhan. Syafaat bukan menuntut tapi meminta, sehingga diberi atau tidak tetaplah memuji Dia. Selamat menjadi pendoa syafaat-

      Hapus
    5. Materi Liturgika ke 6, Pemberian Jemaat
      Penyaji : Asriani Purba, Merry Ginting, Franky Barus,
      Pembahas : Antonio Hutagalung, Donni Rezky Sinulingga, Uten Perlinda Marbun, Arjuna Saragih, Mariati Sitepu
      Judul Materi : Pemberian Jemaat
      Pemberian itu berasal dari kata “beri” yaitu menyediakan dan menyerahkan apa yang ada pada kita kepada seseorang. Begitu juga dengan pemberian jemaat yaitu menyerahkan apa yang ada pada jemaat kepada Tuhan yang sering disebut dengan persembahan. Persembahan atau pemberian kepada Tuhan bukan menjadi alasan bagi kita untuk mendapat apa yang kita inginkan tetapi kita memberi kepada Tuhan karena kita sudah lebih dulu diberi oleh Tuhan.
      Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa pemberian kita pada intinya adalah untuk Bapa surgawi yang Maha melihat. Yesus berkata, "jika engkau memberi..., maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:3-4) Ketika kita memberi, kita tidak hanya menambahkan uang dalam anggaran gereja, tetapi kita memberikan persembahan syukur kepada Bapa sendiri. Dengan demikian, kita harus memberi "seperti kepada Allah." Tujuan utama kita dalam memberi adalah untuk menyenangkan Dia. Bukan berbicara soal jumlah tapi berbicara bagaimana kita mengakui Dia sebagai pemilik mutlak kehidupan semua manusia dan apa yang ada pada kita.
      Adapun jenis-jenis pemberian jemaat yang saya ketahui adalah :
      1. Persembahan (kolekte)
      2. Persepuluhan
      3. Persembahan ucapan syukur
      4. Persembahan kasualistik
      Sejarah masuknya persembahan kedalam liturgi gerejawi adalah berdasarkan Perjanjian Lama dimana Allah sendiri yang memberikan perintah agar bangsa Israel membawa kurban dalam Ibadah (korban bakaran, korban sajian, korban penghapusan dosa dan korban keselamatan). Namun banyak kini yang beranggapan bahwa karena korban bakaran itu sudah digantikan dengan korban sesungguhnya yaitu Yesus Kristus maka tidak perlu lagi memberi. Namun itu adalah pemahaman yang salah, siapa yang bertemu dengan kasih karunia Tuhan akan diberdayakan untuk memberi dengan berlimpah. Sebab ia melihat kekayaan Allah dalam diri Yesus yang meyerahkan diriNya adahar kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (2 Kor 8:9). Orang Kristen yang sudah diperkaya oleh Sang Pencipta dalam Yesus Kristus semakin meyakini ucapan Yesus bahwa “lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis 20:35.)
      Yang ingin saya ingin bagikan dari jenis pemberian jemaat ini adalah mengenai persepuluhan. Selain ini adalah salah satu perintah yang harus dijalankan sebagai perintah dari Tuhan, ini adalah persembahan yang sangat adil (bnd. 2 Kor 8 : 12). Banyak orang merasa bahwa ia tidak layak memberikan sesuatu kepada Tuhan, sebab ada orang kaya dan orang yang tidak mampu, dan banyak yang membuat jumlah persembahan itu menjadi satu ukuran baik tidaknya persembahan. Namun persembahan itu adalah pemberian dari apa yang ada pada kita bukan dari apa yang tidak ada pada kita. Persepuluhan adalah persembahan dengan jumlah 1/10 dari hasil pendapatan kita sehingga ini cukup adil. Ini bisa berarti: orang yang memiliki banyak baik memberi banyak dan yang berkecukupan memberi cukup.
      Adapun prinsip memberi dalam ajaran agama Kristen adalah “kewajiban sukacita”, artinya memberi kepada Tuhan adalah hal yang wajib karena Allah lebih dulu memberi namun motivasi dalam memberi adalah : 2 Korintus 9:7, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan."

      Hapus
    6. Materi Kelompok 7,
      Nama Penyaji : Ester Hutasoit, Junita Rajaguk-guk, Sonia Ginting, Susi Susanta Barus
      Nama Pembahas : Dwi Erfina, Nurintan Damanik, Rutin Sari, Sweetry Sitohang, Yuwan Fades .
      Judul Materi : Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab

      Tampaknya dalam sejarah alkitab, nyanyian juga sering digunakan bangsa Israel saat melakukan penyembahan kepada Tuhan, selain itu nyanyian juga sering dipergunakan sebagai ungkapan ekspresi hati manusia tentang apa yang ia alami. Mislanya saat menang dari peperangan, saat sedih dan merasakan sesuatu kebahagiaan (yang paling banyak kita lihat dalam kitab sastra). Mungkin ini adlah alasan mengapa hingga saat ini nyanyian dimasukkan ke dalam liturgi gerejawi. Calvin berpendapat bahwa nyanyian jemaat juga adalah bagian yang sangat penting dari liturgi. Yang paling mencolok dalam reformasi kebaktian yang dilakukan Calvin adalah mazmur-mazmur Perjanjian Lama kembali digunakan sebagai lagu jemaat. Penggunaan Pslater (Kitab Mazmur) dalam ibadah gereja malah dapat ditunjuk sebagai ciri khas kebaktian Calvinis selama berabad-abad. Luther juga dalam pengaruhnya dibidang liturgi sangat memperhatikan nyanyian dalam liturgi.
      Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam jenis musik, baik menyangkut jenis musik, nyanyian, maupun alat musik yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja. Nyanyian yang boleh dijadikan menjadi bagian dari liturgi (musik liturgi) adalah nyanyian yang membantu orang dalam beliturgi, yaitu berjumpa dengan Tuhan dan sesamanya. Melalui isi syairnya, nyanyian dapat ikut memperdalam misteri iman akan Yesus Kristus yang sedang dirayakan dalam liturgi. Nyanyian liturgi harus sesuai dengan ajaran iman gereja.
      Nyanyian dalam liturgi juga harus disesuaikan dengan konteks minggu-minggunya dan juga bagian-bagian liturgi (misalnya pengakuan dosa, pembuka, dll). Misalnya nyanyian pembuka yang tepat dapat membantu umat memasuki perayaan liturgi secara siap, bersemangat dan mempersatukan umat yang hadir.
      Oleh karena nyanyian itu adalah doa dan ekspresi dari iman kita, maka nyanyian liturgi sangat mendukung penyembahan dan perjalanan ibadah kita. Selain sebagai sarana berdoa, nyanyian juga bisa menjadi sarana keaktifan setiap jemaat untuk ambil bagian merespon ibadah yang sedang berjalan (kesatuan yang lebih mendalam) dan mengangkat jemaat kearah yang lebih surgawi. Kita sadari atau tidak nyanyian liturgi membuat liturgi menjadi lebih agung dan jenis lagu yang kita nyanyikan ditambah dengan iringan musiknya sangat mempengaruhi konsentrasi kita. Sehingga unsur ini tidak bisa dilepaskan sebab, jemaat Tuhan adalah jemaat yang bernyanyi, menyanyikan dan menyaurakan apa yang sudah Allah perbuat dalam kehidupan manusia.

      Hapus
  3. Nama:Obedy hia
    Nim: 12.01.949
    Ting/jur: IV-B/Theologia
    Votum adalah ialah perjanjian dengan Allah dalam pelaksanaan ibadaH dalam pembukaan ibadah. Perjalanan ibadah haruslah dilakukan dengan votum. Dalam hal ini siapa yng tidak mengikuti votum maka ia tidak ikut dalam peribadahan. Karena itu sama halnya dengan "absen" atau terlambat, dan hal itu tidak dapat menggantikan kehadiran kita, karena kita tidak mengikuti yang namanya votum. Votum hal penting yang harus di ketahui, dalam votum adanya penahbisan dalam peribadahan. Sementara salam adalah pelaksanaan yang dilakukan setelah votum, dimana votum adalah bagian yang memiliki arti sapaan Allah dalam pelaksanaan ibadah. Karena pada gereja mula-mula sapaan ini digunakan dan memiliki arti yaitu Allah menyertai atau memberkati. Dengan pernyataan bahwa Allah benar-benar hadir dan tetap menyertai serta Allah melakukan pelayanan di tengah-tengah jemaat. Sementara introitus merupakan nyanyian yang dilakukan dengan atau tanpa nats pendahuluan. Yang artinya pelaksanaan penyambutan dalam pelaksanaan votum, ini dari zaman ke zaman semakin berubah dan mengalami perkembangan. Yang menuntun dalam penyesuaian kebutuhan ataupun konteks yang ada. Dari tiga hal diatas itu merupakan unsur yng satu bagian dalam liturgi. Peribadahan atau pelaksanaan liturgi ini dilaksanakan dalam peribadahan formal, seperti ibadah minggu dan perayaan. Dimana ketiga unsur ini merupakan hal penting dalam pelaksanaan ibadah. Jadi pemahaman ini memberikan perbaikan bagi setiap orang yang telah paham untuk melakukan ibadah dalam disiplin, konsistensi diri, dan membangun setiap orang untuk merubah sikap ibadahnya, karena ibadah adalah mempersembahkan atau mengorbankan tubuh kepada Tuhan. Oleh karena itu milikilah pemahaman yang benar, dan kurbankanlah persembahan yang baik dihadapan Tuhan di dalam beribadah untuk menyenangkan hati Tuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: obedy hia
      Nim:12.01.949
      Tingkat/Jurusan: IV-B/Theologi
      Hari/Tanggal: Sabtu, 02 Maret 2016
      Kelas bersama
      Materi pengakuan Dosa, pemberitaan Anugerah, dan Hukum.
      Dalam tata ibadah lutheran pengakuan dosa, doa, dan absolusi dipakai seorang pelayan jemaat, namun di Swiss dan stranzburb pengakuan dosa sebagai akta pelayanan dan jemaat bersama. Luther mengatakan pengakuan dosa harus dilakukan dari hati dan tidak bisa dipaksakan.Sedangkan bila kita melihat dalam tatanan ibadah perjamuan Kudus Calvin masih terdapat beberapa tatanan ibadah yang masih dipertahankan dari ibadah Katolik namun dalam kemasan berbeda. Pemberitaan anugerah itu disebut absolusi yang dimana tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan pengampunan yaitu sebelum doa sesudah kotbah. sementara pandangan Calvin berkeyakinan bahwa pada pengakuan dosa harus ditambahkan suatu janji yang memberikan harapan kepada anggota-anggota jemaat tentang pengampunan dosa dan perdamaian. Pengakuan dosa merupakan bagian yang sangat penting bahwa kita adalah berdosa dan harus menyadari akan hal itu. Kontroversi yang ada seperti Geneva sehingga dalam tata kebaktian di Geneva memakai pengakuan dosa dan meniadakan pemberitaan keampunan, namun umumnya gereja Calvinis pemberitaan keampunan (absolusi) terus dipakai. Dasa firman berfungsi sebagai cermin menurut Micron, namun Calvin memiliki pandangan bahwa urutan pengakuan dosa, dasa firman, yang berfungsi sebagai pujian-pujian. Sehingga terlihat jelas bahwa pengakuan pberitaan anugerah, dan hukum merupakan satu kesatuan didalam liturgi yang tidak dapat dipisah dan saling melengkapi berdasarkan fungsinya namun yang perlu esensinya berbeda- beda. Pengakuan dosa ada karena Kristus ada, yang mendamaikan kita manusia berdosa dengan Allah bapa, sekalipun dalam konsep gereja kita saat ini bahwa ada tuduhan bahwa kita tidak taat hukum, karena anugerah sehingga hukum tidak perlu. Yang perlu kita ingat bahwa jangan bermain-main dengan anugerah, namun sebagai efektivitasnya bukan membangun jemaat dalam pelanggaran namun membangun pada ketaatan melalui spiritualitas. Teologi kita bukan melakukan tindakan untuk menentang hukum namun yang diharapkan adalah dapat membangun kita pada kesadaran dan ketaatan tanpa adanya aturan hukum. jadi hendaklah setiap kita yang melaksanakan ibadah sadar terlebih dahulu siapa kita dengan begitu kita mampu untuk menjadi atau melksanakan ibadah itu untuk memasyurkan nama Tuhan dan dapat membut Tuhan senang.

      Hapus
    2. Nama: obedy hia
      Nim: 12.01.949
      Tingkat/Jurusan: IV-B/Theologia
      Hari/tanggal: 08 april 2016
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotba
      Ritus Gallia dan Romawi mengucapkan kollekta dalam ibadah. calvin mengatakan bahwa adalah doa itu diganti dengan epiklese yang dimana artinya doa memohon supaya Roh Kudus hadir di hati jemaat dan pengkhotbah supaya dapat menyampaikan dan menerima firman dengan baik. Karna tampa Roh Kudus firman yang disampaikan bisa saja bukan Firman Allah namun Firman manusia. Kuype juga menyatakan bahwa doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. dan doa formulir ialah doa yang disampaikan melalui formulir dan doa itu di doakan oleh tim doa atau orang yang tergerak hatinya untuk mengikut sertakan diri dalam berpartisipasi. pembacaan Nats yang dilakukan oleh bapa-bapa gereja yaitu Yustinus Martir kepada jemaat pada saat itu sebelum mengajarkan pengajaran mengenai Kristus maka terlebih dahulu dilakukan pembacaat nats Alkitab. sementara Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus. Pada masa kehidupan gereja awal, pengkhotbah itu adalah guru, pemimpin spiritual, dan apologetis. Gereja-gereja awal juga tidak membedakan khotbah dengan pengajaran. Adapun fungsi khotbah yakni bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis. Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas. Pengkhotbah yang juga dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalam komunitasnya. Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pemberi pengajaran akan pengetahuan terlebih tentang Tuhan. Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Khotbah pun membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah dan Injil yang menjadi inti dari pengajaran. yang menjadi perhatian dalam hal ini membuat kita mengerti akan setiap komponen liturgi, tujuannya agar kita yang sudah mengerti dan paham dapat membagikannya bagi sesama untuk bersama-sama melaksanakan cara atau tatanan liturgi ibadah yang berkenan bag Tuhan dan itu membuat Tuhan senang.

      Hapus
    3. Nama: obedy hia
      Nim: 12.01.949
      Ting/Jur: IV-B/Teologi
      Hari/Tgl: 12 april 2016
      Kelas bersama
      Pengakuan iman bukan hanya Pengakuan Iman Rasuli, namun ada juga Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, Pengakuan Iman Athanasius, dan lain-lainnya. Gereja memakai Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel diucapkan saat melakukan Perjamuan Kudus setelah itu umat mengakukan Pengakuan Iman Rasuli. Menurut saya pengakuan iman adalah, di mana jemaat mengikrarkan iman percayanya kepada Allah Tritunggal dan Pengakuan Iman Rasuli ini diucapkan setelah selesai mendengarkan khotbah karena umat telah “dikenyangkan” oleh Firman Tuhan. dalam kaitan ini Umat yang boleh mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli dan lainnya adalah umat yang telah angkat sidi, karena mereka telah mengikuti ajaran Katekismus dari gereja bahwa untuk mengikrarkan iman percayanya umat harus belajar Katekisasi selama (6 bulan-12 bulan), dan dalam pertemuan tersebut yang dilaksanakan harus minimal 60 kali pertemuan dan itu ditekankan dalam gereja, terlebih gereja-gereja suku. Walaupun anak-anak tidak diperkenankan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dan lainnya bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki iman, karena jelas Yesus berkata bahwa, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan sorga". Oleh sebab itu ada kaitannya dengan sekolah minggu yang dimana anak-anak itu di ajar, di perlengkapi, dibina, untuk tahu bagaimana cara, peraturan ataupun dalam kaitan untuk menyenangkan hati Tuhan anak-anak tersebut sudah mampu melaksanakan tatanan peribadahan yang menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    4. Nama : Obedy hia
      NIM : 12.01.949
      Tingkat/Jur : IV-B

      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM

      unsur dalam liturgi Pengakuan Dosa ada karna Kristus Ada, dan dalam konsep gereja khususnya Luther dan calvin karena perkembangan cara penghayatan akan Tuhan dalam kehidupan para teolog-teolog. Pengakuan dosa ini membangun jemaat untuk tidak menambahkan dosa tetapi membangun hal-hal yang baik dan taat, jadi sebenarnya pengakuan Dosa itu adalah membangun spiritualitas umat, di dalam proses kehidupan yang tuhan ijinkan boleh terjadi dan dilalui oleh setiap manusia. unsur pengakuan dosa dapat efektif bila tidak ada yang bertentangan, tidak melawan hukum tetapi untuk membangun ketaatan. dimana juga dalam hal Pemberitaan Anugrah dimasukkan dalam liturgi bersama-sama dengan pengakuan dosa salah satu alasan yang dipakai untuk memasukkan unsur ini ialah: kalau Allah tidak mengampuni dosa jemaat yang berkumpul dalam ibadah, pemimpin ibadah (pengkhotbah) sebentar tidak dapat memmberitakan firman. Keberatan kita terhadap alasan ini sama dengan keberatan kita terhadap pemahaman tentang pengakuan dosa. Walau demikian, unsur ini bisa tetap dipertahankan dengan memahami fungsinya sebagai unsur pemujaan. Ia adalah unsur proklamasi tentang Allah didalam Kristus sebagi Allah yang maha pengampun, pada sisi lain, ia mengungkapkan puji-pujian dan sembah jemaat kepada dia yang mengampuni dosa manusia. Adapun gereja yang menempatkan unsur liturgi ini sebelum pengakuan dosa dalam posisi atau penempatannya, ia dianggap sebagi cermin. Dalam hal ini hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, karena mereka tidak mampu melaksanakan hukum Tuhan dan Ada juga gereja yang menempatkannya sesudah pemberitaan anugerah. Dalam posisinya sedemikian ia dianggap sebagai puji-pujian atas respon terhadap akta anugrah pengampunan Allah, nats-nats umumnya dipakai adalah: keluaran 20:2; Ul 5:6-22; Mat 22:37; Yoh 13 34:35 dan lain-lain. Pada umumnya cara pelaksanaan unsur liturgi ini adalah diminta agar jemaat berdiri ketika hukum kasih dibacakan. Pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah, dan Hukum adalah hal yang harus ada dalam peribadahan, karena didalam peribadahan setiap umat akan mengakui kesalahannya selama dia hidup dan Umat yang mengakui dosanya harus merenungkan dan berjanji tidak akan berbuat kesalahan lagi. dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh manusia yaitu beribadah dengan kesadaran bahwa kita adalah manusia berdosa dan jangan mengabaikan ketentuan-ketentuan dalam beribadah karena itu akan mendukakan hatu Tuhan dalam peribadahanmu.

      Hapus
    5. Judul Sajian : Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Doa adalah komunikasi paling dasar yang dimiliki oleh manusia, jauh sebelum manusia bisa berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. dan terlebih untuk berkomunkasi dengan Tuhan serta memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain, kadang jemaat sering menyebutnya sebagai “mendoakan orang lain” termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang-orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Dengan doa syafaat berarti kita mendoakan orang lain agar mereka mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Tujuan diadakannya doa syafaat ini adalah yang terutama yakni untuk menyampaikan rasa syukur kepada Allah karena segala kebaikan-Nya dan selanjutnya doa syafaat yang dilakukan adalah dalam rangka peduli terhadap orang lain. Dalam banyak doa syafaat di Alkitab, orang-orang kudus yang takut akan Allah memohon kepada-Nya untuk mengalihkan hukuman-Nya (Kej. 18:23-32; Bil. 14:13-19), memulihkan umat-Nya (Neh. 1:1-11), melepaskan orang-orang tertentu dari bahaya (Kis. 12:5,12; Rm. 15:31) dan memberkati umat-Nya (Bil. 6:24-26). Tuhan lebih melihat apa yang ada di dalam hati daripada apa yang nampak di luar, walaupun kita tidak mengatakan bahwa ekpresi berdoa tidaklah penting, karena yang diekpresikan ke luar adalah ungkapan hati. Di sinilah dikatakan bahwa “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:17). Alkitab tidak ada menjelaskan bahwa doa syafaat yang berkenan atau yang benar bagi Allah adalah harus pendek atau harus panjang, namun ada baiknya sebagai pendoa syafaat juga memperhatikan konteks keadaan jemaat. Di dalam Yohanes 17:9, kita dapat melihat bagaimana Yesus mendoakan orang lain “Aku berdoa untuk mereka”. Hal ini menunjukkan bahwa doa syafaat itu adalah doa yang penting untuk dilakukan karena kita mendoakan pribadi/orang lain di dalam persekutuan dengan Tuhan dan itu dapat menyenangkan hati Tuhan. ketulusan jemaat yan perlu bukan panjang pendeknya doa syafaat yang disampaikan jemaat.

      Hapus
    6. Judul Sajian : Pemberian Jemaat
      Persembahan pada awalnya dilakukan dalam bentuk korban bakaran dari hasil ternak dan hasil bumi, tetapi akhirnya bentuk persembahan itu mengalami pergeseran sehingga menjadi benda-benda yang lain seperti uang dan barang-barang perlengkapan gereja. Pemberian jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte, persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali. Pemberian jemaat bararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan di depan ataupun di sisi altar. Persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur, memberikan persembahan kepada Tuhan harus disampaikan dengan hati yang bersukacita dan penuh ucapan syukur. Persembahan merupakan bagian integral dalam liturgi (Rm. 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Tuhan Yesus dengan karya penebusan-Nya telah memperbaharui secara mendasar makna persembahan. Jangankan sepersepuluh, mempersembahkan sepertiga atau setengah dari yang kita miliki pun tidak akan cukup untuk mensyukuri kebaikan Tuhan, oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah menyinggung soal jumlah dalam hal persembahan. Persembahan sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita, hal yang paling utama dalam persembahan adalah hati yang bersyukur dan persembahan juga sebagai wujud nyata pengakuan kita bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa. ucapan syukur atas karya Allah kepada jemaatnya yang dikasih oleh Alah dalam pemeliharaannya sepatya jemaatnya mengasihi Allah dengan memberikan ucapan syukur sebagai tindak nyata manusia yang wajib dilakukan sbagai mana Allah yang lebih dahulu mengasihi umatnya.

      Hapus
    7. Judul Sajian : Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara
      Panduan suara dan nyanyian tentu memiliki peranan dan fingsi dalam kiturgi gereja. Serta memiliki perkembangan dan Sejarah perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan Gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah terlepas dari nyanyian jemaat. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat dan nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya, dan bukan juga karena kebiasaan yang dipakai oleh bangsa-bangsa kafir di daerah-daerah zending di luar Palestina. Jemaat menyanyi karena sebuah sebab yang lebih dalam yaitu karena “karya penyelamatan Allah”. Dalam ibadah jemaat paduan suara diberi tempat, karena paduan suara mempunyai fungsi dan peranan tertentu. Yang harus dijaga ialah, jangan sampai paduan suara megambil alih kedudukan dan peranan jemaat secara menyeluruh. Sedangkan musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi GerejA. Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja. Kekristenan dimulai sebagai sebuah sekte kecil yang dianiaya. Pada mulanya orang Kristen masih menghadiri sinagoga dan Bait Allah di Yerusalem sama seperti Kristus lakukan, dan mungkin masih membawa pada tradisi musik yang sama dalam pertemuan Kristen. Catatan satunya lagu komunal dalam Injil adalah pertemuan terakhir para murid sebelum penyaliban Yesus Kristus. hal ini dapan untuk membuat jemaat semakin mengepresikan iman mereka dalam penghayatan jemaat atas karya Allah dalam kehidupan jemaat.

      Hapus
  4. Nama : Winda Apriantri Br. Sitepu
    NIM : 12.01.977
    Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Parlinda Marbun
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Apriantri Sitepu

    VOTUM, SALAM, dan INTROITUS (1)
    Votum merupakan kontribusi dari Yohanes Calvin, votum adalah suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Allah-lah yang melandasi peribadahan tersebut. Di dalam buku Liturgi Gereja Batak Karo Protestan (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015, hlm. 5), dikatakan bahwa, “Votum adalah pengakuan jemaat atau pun ungkapan kepercayaan yang menjadi dasar kebaktian, karena votum merupakan pernyataan atau ungkapan kepercayaan jemaat, maka votum dibacakan dengan penuh hikmat. Votum tidak menjadi penentu hadir atau tidaknya Tuhan di dalam ibadah, tapi merupakan suatu cara gereja untuk memberi makna yang sakral di dalam perjumpaan dengan Tuhan dan juga dengan sesama manusia, dan votum bukan doa, oleh karena itu jemaat tidak harus tunduk dan menutup mata saat pembacaan votum.” Jadi, menurut saya votum merupakan suatu tanda pentahbisan jemaat sebagai jemaat yang bersekutu dengan Tuhan dan dengan sesamanya dan di dalam votum terletak amanat dan kuasa Tuhan.

    Melalui salam (salutatio) Allah menyatakan bahwa Dia tetap menyertai jemaat-Nya, salam merupakan salam sejahtera dari Allah dan salam damai antar sesama jemaat Tuhan (tanda persaudaraan) dan salam bukanlah berkat. Unsur selanjutnya adalah introitus, introitus berarti “jalan masuk atau masuk ke dalam”, di dalam liturgi-liturgi lama sampai pada perkembangan gereja reformasi, introitus dinyanyikan oleh jemaat secara bersahutan atau tidak dan juga bisa dinyanyikan oleh paduan suara, introitus yang dinyanyikan pada umumnya diambil dari Mazmur. Isi introitus merupakan pujian dan kehormatan untuk Tuhan yang memanggil umat-Nya, introitus boleh berupa nyanyian atau dari ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tema khotbah.

    Di dalam ibadah kasualistik, seperti memasuki rumah baru, perayaan ulang tahun, dan lain-lain, votum, salam, dan introitus boleh digunakan dan juga boleh tidak, kalau pun unsur liturgi ini digunakan maka harus di kontekstualisasikan dengan peribadahan yang akan dilaksanakan. Votum boleh dibawakan oleh setiap warga jemaat, karena menurut Luther dan Calvin bahwa jemaat merupakan “Imamat Am Rajani”, namun di dalam gereja biasanya orang yang membawakan votum, salam, dan introitus adalah orang yang sudah ditahbiskan menjadi pelayan Tuhan. Saat pelaksanaan votum, salam, dan introitus, posisi jemaat biasanya berdiri, hal ini bertujuan untuk menyambut kehadiran Tuhan sebagai Kepala Gereja. Oleh karena itu, baiklah kita kiranya datang sebelum ibadah dimulai dan tidak terlambat, berikanlah waktu, jiwa, tubuh dan raga, dan kesungguhan kita dalam mengikuti setiap peribadahan kepada Tuhan Allah. Karena ibadah yang sejati tidak terbatas pada perayaan di gereja melalui selebrasi, melainkan terwujud di dalam sikap hidup orang percaya, persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1). Menurut Paulus, “inti ibadah Kristen adalah mempersembahkan hidup kepada Tuhan”, tanpa dasar ini, ibadah dalam bentuk apa pun tidak bernilai, makna ibadah akan menjadi hambar.
    Selamat membangun hidup disiplin dalam setiap mengikuti peribadahan kepada Tuhan.
    Syalom, Tuhan Memberkati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Ambarita
      Judul Sajian : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum (2)

      Pengakuan dosa adalah salah satu unsur liturgi yang penting, karena sebelum jemaat mendengarkan Firman Tuhan (khotbah) jemaat harus mengakukan dosanya di dalam pengakuan dosa. Hal ini bertujuan untuk keterbukaan jemaat di hadapan Allah. Pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan. Menurut Ch. De Jonge, di dalam bukunya, Apa Itu Calvinisme? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012, halaman 169), dijelaskan bahwa di samping pengakuan iman secara pribadi di depan imam, ada juga pengakuan dosa secara kolektif di dalam ibadah yang sama dengan pengakuan dosa pribadi yang diakhiri dengan absolution. Pengakuan dosa menurut Yohanes 1:9, akan menghindarkan seseorang dari pendisplinan Allah. Kalau kita lalai dalam mengakui dosa, pendisplinan Allah pasti akan menimpa kita, sampai kita mengakuinya.

      Sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam jemaat abad-abad pertama, tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah (keampunan) di dua tempat yaitu sebelum khotbah (akta jemaat) dan sesudah khotbah (persiapan untuk menerima komuni). Pemberitaan anugerah atau pengampunan dosa adalah tindakan kasih, kemurahan dan anugerah dari Allah. Alkitab memaparkan bahwa semua orang membutuhkan pengampunan dosa dari Allah, karena manusia telah berdosa. Karena itu, di dalam Pengkhotbah 7:20 dituliskan bahwa, “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!” Di dalam Liturgi GBKP, setelah jemaat mengakukan dosanya maka selanjutnya akan ada pengampunan dosa, pengampunan dosa diberikan supaya jemaat layak dan dimampukan untuk mendengarkan Firman Tuhan (khotbah). Ketika menerima pengampunan dosa, jemaat diperdamaikan kembali dengan Allah dan sesamanya.

      Hukum yang biasa dibacakan dalam ibadah adalah dasa firman yang berfungsi untuk puji-pujian. Hukum yang biasa dibacakan ialah dasa firman (Kel. 20:1-17). Yohannes Calvin mengatakan bahwa “hukum sebagai peraturan pengucapan syukur”.

      Hapus
    2. Penyaji : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedi Hia, Winda Apriantri Sitepu
      Judul Sajian : Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah (3)

      Di dalam ibadah, Martin Luther memakai “kollekta” yaitu doa dengan dan untuk jemaat. Sedangkan Yohannes Calvin dan Butzer meniadakan kollekta dan menggantikannya dengan “epiklese”, yaitu doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar Firman Allah dapat diberitakan dan di dengar oleh jemaat dengan baik. Menurut Calvin, “Doa merupakan percakapan yang intim dengan Allah, meskipun doa itu merupakan sebuah percakapan yang intim dengan Allah, sikap hormat yang dalam dan sikap yang tidak kelewat batas harus tetap dipelihara dengan-Nya.” Bagi Calvin, doa itu harus dibentuk oleh Kitab Suci. Harus ada satu disiplin, tidak hanya dalam hal berdoa itu sendiri, tetapi juga harus berdisplin dalam hal isi doanya. Walaupun Roh Kudus ada di hati orang percaya, namun kita tetap harus meminta bimbingan atau pimpinan dari-Nya, karena Roh Kudus juga bekerja untuk membukakan pintu gerbang permintaan doa. Di dalam Roma 8:26, dituliskan “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”

      Di dalam buku Unsur-Unsur Liturgia Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, yang ditulis oleh J.L.Ch. Abineno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, halaman 54), setelah pembacaan Alkitab selesai, maka dilanjutkan dengan memberi pengajaran dan memberi nasihat supaya jemaat mengikuti dan menghidupi segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan nats tersebut. Luther menekankan bila bagian Alkitab yang dibacakan itu jangan ditafsirkan, menurutnya hanya Alkitab yang bisa menafsirkan Alkitab. Calvin sangat menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah.

      Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan yang ada di dalam Alkitab. Menurut saya, khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran dan di dalam gereja khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Sakramen tanpa Firman (khotbah) adalah pemandian dan perjamuan biasa. Karena itu diperlukan Firman, karena melalui Firman (khotbah) Allah berbicara kepada umat dan menurut Luther sendiri bahwa khotbah adalah sentral dari ibadah. Di dalam menyampaikan khotbah hal mengenai waktu juga perlu diperhatikan, karena si pengkhotbah juga harus memperhatikan konteks jemaatnya.

      Hapus
    3. Penyaji : Jhoni Pranata Purba, Roles Purba, Sri Kaban, Tribina Ginting
      Judul Sajian : Unsur Liturgi: Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab (4)

      Di dalam buku Pengantar Perjanjian Lama 1, penulis W.S. Lassor, dkk, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), halaman 252-253, dijelaskan bahwa di dalam konteks bangsa Israel, mereka memakai kitab Ulangan 6:4-5 sebagai ringkasan Pengakuan Iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi (kata pertama dalam bahasa Ibrani): “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kata-kata itu harus dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka harus mengajarkannya dengan tekun kepada anak-anak mereka. Kata-kata itu harus menjadi “tanda” pada tangan dan “lambang” di dahi mereka, pengakuan iman itu menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, khususnya dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya.

      Pengakuan iman di dalam bahasa Latin yaitu “credo”, yang artinya “aku percaya” yang merupakan pernyataan atau pengakuan rangkuman mengenai suatu kepercayaan. Di dalam sejarah gereja pengakuan iman merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk mengikrarkan iman kita kepada Allah dan pengakuan iman juga menjadi salah satu senjata gereja untuk melawan ajaran sesat yang ingin merongrong kehidupan dan ajaran gereja. Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan, dan pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan hikmat, yang mana kedua tangan dapat dilipat seperti saat berdoa. Sebagai tubuh Kristus yang terlihat, gereja dan umat diharapkan tidak hanya untuk memiliki iman yang sama tetapi juga untuk menyatakan iman dengan cara yang sama, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10). Rumusan itu sendiri diharapkan bisa bertindak “sebagai contoh ajaran” (2 Timotius 1:13), karena itu para katekumen wajib mengucapkan pengakuan iman sebelum mereka dibaptis dan orang yang telah dibaptis wajib mengucapkan pengakuan iman sebelum mereka menerima krisma ataupun sidi, pengakuan iman yang biasanya dipakai adalah Pengakuan Iman Rasuli.

      Pengakuan iman bukan hanya Pengakuan Iman Rasuli, namun ada juga Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, Pengakuan Iman Athanasius, dan lain-lainnya. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) memakai Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel diucapkan saat melakukan Perjamuan Kudus setelah itu umat mengakukan Pengakuan Iman Rasuli. Menurut saya pengakuan iman adalah, di mana jemaat mengikrarkan iman percayanya kepada Allah Tritunggal dan Pengakuan Iman Rasuli ini diucapkan setelah selesai mendengarkan khotbah karena umat telah “dikenyangkan” oleh Firman Tuhan. Pada tahun 150 M Pengakuan Iman Rasuli telah tercantum dalam “Symbolum Romanus”, dengan rumusan pengakuan iman sebagai berikut:
      1. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa,
      2. Dan kepada Yesus kristus, anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
      3. Dan kepada Roh Kudus, gereja yang kudus, dan kebangkitan daging.

      Umat yang boleh mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli dan lainnya adalah umat yang telah naik/angkat sidi, karena mereka telah mengikuti ajaran Katekismus dari gereja yang sebagaimana dikatakan oleh Yohanes Calvin bahwa untuk mengikrarkan iman percayanya umat harus belajar Katekisasi selama (6 bulan-12 bulan), dan dalam pertemuan tersebut yang dilaksanakan harus minimal 60 kali pertemuan. Walaupun anak-anak tidak diperkenankan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dan lainnya bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki iman, karena jelas Yesus berkata bahwa, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 19:14).

      Hapus
    4. Nama Penyaji : Chaterine Manurung, Fetra Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab (5)

      Doa adalah komunikasi analog paling dasar yang dimiliki oleh manusia, jauh sebelum manusia bisa berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain, kadang jemaat sering menyebutnya sebagai “mendoakan orang lain” termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang-orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Dengan doa syafaat berarti kita mendoakan orang lain agar mereka mendapatkan yang terbaik dari Tuhan.

      Beberapa tokoh di dalam Alkitab juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah, Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur, Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya. Sepanjang pelayanan-Nya di bumi, Yesus berdoa bagi orang terhilang karena Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka (Luk. 19:10), dengan hancur hati Ia menangisi kota Yerusalem (Luk. 19:41), Yesus juga berdoa bagi murid-murid-Nya, baik secara pribadi (lih. Luk. 22:32) maupun sebagai kelompok (Yoh. 17:6-26), dan Ia bahkan berdoa untuk musuh-musuh-Nya ketika tergantung di kayu salib (Luk. 23:34).

      Tujuan diadakannya doa syafaat ini adalah yang terutama yakni untuk menyampaikan rasa syukur kepada Allah karena segala kebaikan-Nya dan selanjutnya doa syafaat yang dilakukan adalah dalam rangka peduli terhadap orang lain. Dalam banyak doa syafaat di Alkitab, orang-orang kudus yang takut akan Allah memohon kepada-Nya untuk mengalihkan hukuman-Nya (Kej. 18:23-32; Bil. 14:13-19), memulihkan umat-Nya (Neh. 1:1-11), melepaskan orang-orang tertentu dari bahaya (Kis. 12:5,12; Rm. 15:31) dan memberkati umat-Nya (Bil. 6:24-26).

      Menurut saya doa syafaat tidaklah ditentukan oleh panjang dan pendeknya isi doa kita, hanya saja Yohanes Calvin mengatakan bahwa “Berdoa jangan bertele-tele, semakin panjang doa yang diucapkan maka semakin banyak pula kemungkinan kesalahan”. Sedangkan Philip Jacob Spener menekankan bahwa “Berdoa adalah kewajiban orang percaya dan semakin banyak kita berdoa semakin kita mampu menunjukkan rasa syukur kita kepada Tuhan”.

      Tuhan lebih melihat apa yang ada di dalam hati daripada apa yang nampak di luar, walaupun kita tidak mengatakan bahwa ekpresi berdoa tidaklah penting, karena yang diekpresikan ke luar adalah ungkapan hati. Di sinilah dikatakan bahwa “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:17). Alkitab tidak ada menjelaskan bahwa doa syafaat yang berkenan atau yang benar bagi Allah adalah harus pendek atau harus panjang, namun ada baiknya sebagai pendoa syafaat juga memperhatikan konteks keadaan jemaat. Di dalam Yohanes 17:9, kita dapat melihat bagaimana Yesus mendoakan orang lain “Aku berdoa untuk mereka”. Hal ini menunjukkan bahwa doa syafaat itu adalah doa yang penting untuk dilakukan karena kita mendoakan pribadi/orang lain di dalam persekutuan dengan Tuhan dan itu dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    5. Nama Penyaji : Arjuna Saragih, Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting
      Judul Sajian : Pemberian Jemaat (6)

      Persembahana (pemberian jemaat) pada umumnya dilakukan di dalan liturgi peribadahan Kristen. Persembahan pada awalnya dilakukan dalam bentuk korban bakaran dari hasil ternak dan hasil bumi, tetapi akhirnya bentuk persembahan itu mengalami pergeseran sehingga menjadi benda-benda yang lain seperti uang dan barang-barang perlengkapan gereja. Pemberian jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte, persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali. Pemberian jemaat bararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan di depan ataupun di sisi altar.

      Persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur, memberikan persembahan kepada Tuhan harus disampaikan dengan hati yang bersukacita dan penuh ucapan syukur. Dalam Kejadian 4, diceritakan tentang persembahan oleh Kain dan Habil, di dalam nats tersebut tidak disebutkan persyaratan persembahan, mereka hanya mempersembahkan sebagian dari harta yang mereka miliki. Kita tidak tahu mengapa persembahan Kain ditolak, sementara persembahan Habil diterima, kita berhadapan dengan “hak prerogatif/ istimewa” Allah dalam menilai persembahan. Artinya, siapa pun bisa saja mengklaim telah mempraktekkan pemberian persembahan secara benar, tetapi pada hakekatnya penilai sejati hanya Tuhan. Kain bisa saja merasa telah memberikan yang terbaik untuk Tuhan, tetapi di depan Tuhan apa yang dianggap terbaik bagi manusia bisa berarti belum apa-apa di hadapan Tuhan.

      Persembahan merupakan bagian integral dalam liturgi (Rm. 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu samapai sekarang ini. Menurut analisa saya, persembahan yang kita lakukan saat ini bukan lagi sebagai “korban” baik untuk penebusan dosa atau sebagai “alat” untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. Tuhan Yesus dengan karya penebusan-Nya telah memperbaharui secara mendasar makna persembahan. Jangankan sepersepuluh, mempersembahkan sepertiga atau setengah dari yang kita miliki pun tidak akan cukup untuk mensyukuri kebaikan Tuhan, oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah menyinggung soal jumlah dalam hal persembahan. Persembahan sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita, hal yang paling utama dalam persembahan adalah hati yang bersyukur dan persembahan juga sebagai wujud nyata pengakuan kita bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa.


      Hapus
    6. Nama Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Rajagukguk, Sonia Ginting, Susi Barus
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab (7)

      Sejarah perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan Gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah terlepas dari nyanyian jemaat. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat dan nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya. Jemaat menyanyi bukan saja karena tradisi yang di ambil dari ibadah Yunani (dibait Allah dan sinagoge) atau contoh yang diberikan oleh Yesus dan oleh para rasul (bnd. Mrk. 14:20, Kis. 16:25), dan bukan juga karena kebiasaan yang dipakai oleh bangsa-bangsa kafir di daerah-daerah zending di luar Palestina. Jemaat menyanyi karena suatu sebab yang lebih dalam yaitu karena “karya penyelamatan Allah”.

      Dalam ibadah jemaat paduan suara diberi tempat, karena paduan suara mempunyai fungsi dan peranan tertentu. Yang harus dijaga ialah, jangan sampai paduan suara megambil alih kedudukan dan peranan jemaat secara menyeluruh. Sedangkan musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi Gereja. Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja.

      Kekristenan dimulai sebagai sebuah sekte kecil yang dianiaya. Pada mulanya orang Kristen masih menghadiri sinagoga dan Bait Allah di Yerusalem sama seperti Kristus lakukan, dan mungkin masih membawa pada tradisi musik yang sama dalam pertemuan Kristen. Catatan satunya lagu komunal dalam Injil adalah pertemuan terakhir para murid sebelum penyaliban Yesus Kristus.

      Nyanyian dan paduan suara memiliki fungsi sebagai sebagai nyanyian pujian. Bahkan nyanyian dan paduan suara juga sebagai doa, sebagai alat proklamasi, dan sebagai ungkapan hati atas kehadiran Tuhan di tengah kita, ungkapan hati atas perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman kita semua.

      Baik Luther maupun Calvin memandang musik gereja itu penting demi pertumbuhan iman jemaat. Calvin bahkan hanya memperkenankan paduan suara untuk mengiringi nyanyian jemaat di gereja.

      Hapus
  5. Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi kelompok 1 : Votum- Salam-Introitus
    Penyaji: Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny, Mariati, Uten
    Pembahas: devi, Pittor, Noni, Obedy, Winda

    Sesuai dengan keputusan sinode Dordrecht (1574), gereja-gereja di Nederland (dan di Indonesia) memakai rumusan votum "Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi" (Mazmuur 124:8) dan di Jerman (1525) dipakai rumusan votum "Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus."
    Salam bukan berkat. Karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Bentuk salam yang paling sederhana yang dipakai oleh gereja lama "Tuhan menyertai kamu" dijawab oleh jemaat dengan "Dan menyertai rohmu". Melalui Salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaat-Nya lalu jemaat menyambut "Amin 3x." Artinya jemaat pun meyakini, membenarkan dan mengiyakan bahwa Allah sungguh hadir di tengah-tengah jemaat-Nya.
    Kata Introitus berasal dari bahasa Latin yang berarti masuk ke dalam. Introitus dinyanyikan ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian. Dalam perkembangan selanjutnya introitus tidak lagi dinyanyikan melainkan diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah, dan liturgi.
    Ibadah itu adalah mempersekutukan Manusia dengan Allah. Hal ini sangat menggambarkan, membangun bahwa peribadahan itu adalah persekutuan yang kudus. Votum, Salam, Introitus akan menjadi sumber untuk membangun spritualitas jemaat, jika jemaat dapat memahami arti dan makna yang terkandung di ketiga unsur ini.
    Jemaat datang dengan kerinduan yang amat mendalam di setiap peribadahan, memberikan hati, tubuh, jiwa-raga serta mengorbankan waktunya untuk bertemu kepada Tuhan. Votum lah sebagai tanda pentahbisan perjumpaan manusia dengan Allah. Salam dan Introitus sebagai sapaan Allah kepada manusia bahwasanya Ia tetap menyertai kehidupan kita, dan harus ada respon dari kita sendiri (Amin3x=benar demikian).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelas Bersama Liturgika 02 April 2016
      Unsur Liturgi Kelompok 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Ambarita
      Pengakuan Dosa ini disebut dengan confession dan diucapkan bukan saja pada permulaan misa melainkan juga pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Sementara Confiteor (saya mengaku) dan permohonan pengampunan tersebut diucapkan paduan suara menyanyikan Introitus. Pemberitaan Anugerah berbentuk deprekatif (permohonan) dan pemberitaan anugerah itu disebut Absolusi. Hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman (Kel. 20:1-17). Menurut Van der Leew, dasafirman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum (Matius 22:37-40). Pengakuan dosa dialamatkan kepada Tuhan sumber keselamatan, dan pemberitaan Anugerah adalah proklamasi dari Tuhan atau kehadiran Tuhan atas pelanggaran/kejahatan/keberdosaan sehingga manusia hidup di dalam hukum yang benar (ajaran Kasih Kristus). Makna pengakuan dosa adalah manusia kembali diperbaharui dan membangun ketaatan. Pemberitaan Firman Tuhan ialah jawaban Tuhan atas pengakuan dosa kita. Pemberitaan Firman akan menyadarkan iman kita kembali serta memacu kita untuk tidak berbuat dosa lagi. Pengakuan dosa ialah suatu kejujuran dari dalam hati kita yang menyesali dosa yang telah kita perbuat. Pemberitaan Anugerah ada sebagai suatu bukti dari pengampunan dosa yang Tuhan beri. Dan hukum ialah dasafirman Alkitab sebagai penuntun untuk saling mengasihi. Secara Spritualitas dan psikologi momen pengakuan dosa, pemberitaaan Anugerah, dan hukum ada untuk membangun komitmen kesetiaan kepada Tuhan. Ketiga unsur ini adalah hidup dan dilakukan oleh masing-masing jemaat secara pribadi, walaupun dalam konteks persekutuan dalam mengakukan dan merenungkannya harus secara pribadi yang tulus kepada Tuhan. Kejujuran, ketulusan, dan kesetiaan adalah cara yang mutlak untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Kelas Bersama Liturgika 07 April 2016
      Unsur Liturgi Kelompok 2 : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedi Hia, Winda Apriantri Sitepu
      Menurut tata kebaktian yang dipakai jemaat di belahan barat, sesudah Introitus (ingress atau officium), Kyrie Eleison dan Gloria In Excelsis Deo, menyusul Doa yang disebut collecta. Tiap-tiap minggu mempunyai kollektanya sendiri. Butzer dan Calvin meniadakan kollekta dan menggantikannya dengan Epiklese yakni doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar Firman Allah dapat diberitakan dan didengar dengan baik. Pembacaan Alkitab adalah salah satu unsur tetap dari kebaktian gereja. Brink sependapat dengan Lekkerkerker, dengan tegas ia mengatakan pembacaan Alkitab haruslah berbentuk jamak supaya kepenuhan kesaksian kitab suci Nampak sejelas-jelasnya. Khotbah adalah pemberitaan Firman Tuhan, dalam bentuk Homiletika, penafsiran, dll. Doa pribadi, doa sebelum dan sesudah khotbah, serta doa syafaat harus berbeda dan tidak boleh sama, karena semuanya memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Segala Firman yang tertulis di Alkitab (kejahatan maupun kebaikan) dapat menjadi pembelajaran bagi jemaat masa kini untuk merenungkan dan mengambil langkah untuk hidup seperti yang dikehendaki Tuhan. Kitab suci/kisah-kisah tindakan rencana Allah atau karya Allah atas umat dalam Alkitab itu adalah ajaran baik perilak umat yang memberontak, melawan, melanggar, semuanya adalah pembelajaran bagi Gereja. Khotbah harus mandiri, khotbah ialah suatu beban tanggung jawab bagi pelayan Tuhan dan harus disesuaikan dengan konteks yang ada. Khotbah adalah kejujuran, hal-hal yang benar sesuai dengan Firman Tuhan. Khotbah itu adalah janji yang dipenuhi, ajaran yang konkrit sehingga orang (seorang) pengkhotbah akan dihakimi Tuhan atas khotbahnya. Oleh karena itu seorang pengkhotbah yang baik adalah khotbah yang selalu setia akan pesan-pesan kabar baik. Pengkhotbah adalah perwakilan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan, siapapun yang ada di situ, siapapun yang mendengar, khotbah kita tetaplah menjadi perwakilan Tuhan. Doa, Pembacaaan Alkitab, dan Khotbah harus senantiasa berhubungan dan saling memenuhi kebenaran Firman Tuhan, supaya Firman itu menjadi hidup di dalam hati jemaat yang mengikuti kebaktian.

      Hapus
    3. Kelas Liturgika 12/ April 2016
      Unsur Liturgi Kelompok 4 : Pengakuan Iman
      Penyaji : Jhoni Purba, Sri Mulyana Br Kaban, Roles Purba, Tribina Br Ginting
      Sebenarnya Pengakuan Iman tidak mempunyai tempat yang tetap di dalam ibadah jemaat. Fungsi Pengakuan Iman ialah sebagai rangkuman dari Injil yang dibacakan dan sebagai jawab-respon jemaat atas Firman yang diberitakan. Pengakuan Iman mengingatkan kita kepada seluruh umat percaya kepada Kristus adalah satu dan bersama-sama dalam Pengakuan Iman itu karena Kristus. Jika dalam tradisi Romawi, Pengakuan Iman sesudah homilia, dan gereja-gereja Protestan (Indonesia), Lutheran menempatkannya sebelum khotbah, dan Calvinis justru menempatkannya sesudah homilia (khotbah). Dalam praktik di abad mula-mula Baptisan ada dilakukan Pengakuan Iman terlebih dahulu, lalu diselamkan. Namun, kalau sekarang dibabtis dahulu baru mengakui Iman. Kata “Aku” mengingatkan kita bahwa perkara Iman itu adalah personalitas dan Tuhan. Pengakuan Iman ialah suatu bukti dari seseorang Kristen yang mengikrarkannya. Pengakuan Iman dapat saya katakan sebagai penopang, pelindung bagi orang-orang percaya yang ada dalam masalah, kesulitan, ancaman, dll. Saya setuju dengan apa yang dikatakan Pendeta Bertha bahwa Pengakuan Iman itu diikrarkan dengan membuka mata, karena dulunya Pengakuan Iman diakukan dalam keadaan genting (mencekam), ada ancaman dan oleh karena itu mata harus selalu dibuka untuk bisa lebih was-was terhadap sekitar kita. Menurut saya Pengakuan Iman bisa disamakan dengan janji siswa-sumpah pemuda dan harus diikrarkan dengan tulus, tegas, berani, percaya dengan segenap hati. Pengakuan Iman adalah senjata sebagai perisai kita terhadap orang yang penuh dengan kekuatan dunia ini. Pengakuan Iman lebih bersifat kepada peresapan dari hati orang percaya. Argumentasi tentang Pengakuan “Aku Percaya” itu mengambil tahun-tahun yang panjang dalam sejarah itu, melewati proses yang panjang dalam sejarah Gereja, hingga kenyataannya Pengakuan Iman Rasuli (yang Injili itu) ditetapkan sebagai penuntun orang Percaya yang mengaku (substansi=kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus). Jika mengenai tempatnya dalam unsur liturgi saya lebih setuju jika ditempatkan sesudah khotbah dan sebelum berkat, alasannya adalah supaya Pengakuan Iman ini dapat menjadi pelindung kita di dalam setiap aktivitas dan kehidupan kita selanjutnya.

      Hapus
    4. Kelas Liturgika 21 April 2016
      Unsur Liturgi Kelompok 5 : Doa Syafaat
      Penyaji : Fetra Sipayung, Chaterine Manurung, Jhon Tamrin, Hotni Malau
      Menurut Van dee Leew, Doa Syafaat terdiri atas dua bagian yang esensial yaitu Syafaat dan Doa Bapa Kami yang didahului oleh salam doa (Tuhan Menyertai Kamu). Dalam Perjanjian Baru kita mendapati dua macam sikap doa, yaitu berdiri dan berlutut. Keduanya kemudian diambil alih oleh Gereja Lama dan banyak gereja Reformatoris. Gereja Lama memiliki cara seperti Pelayan membangunkan (mengajak) jemaat untuk berdoa atau pelayan lain menyebutkan orang-orang dan/atau hal-hal yang harus di doakan tiap-tiap doa diselingi (dijawab) oleh jemaat dengan “Tuhan Kasihanilah Kami”. Doa Syafaat adalah doa-doa yang masih mempersekutukan orang-orang percaya yang dasar imannya sama dan secara bersama-sama juga menghadapi kesulitan-kesulitan di dunia ini. Kesulitan itu berkaitan dengan iman percayanya, orang Kristen sering ditolak, menghadapi kesulitan, dan bahkan penganiayaan. Letak penempatan doa syafaat Gereja-gereja di Indonesia sangat bervariasi, namun sebagai catatan! Semua Gereja masih menyadari kalau doa syafaat itu menjadi bagian dari ibadah minggu, jadi sepulang dari gereja sudah terbangun di dalam diri jemaat untuk mendoakan orang lain bahkan seluruh dunia ini. Menurut saya pemahaman jemaat mengenai Doa Syafaat adalah suatu alat komunikasi kita dengan Tuhan, dimana dalam komunikasi tersebut kita dapat mengucap syukur, mohon ampun, jodoh, rejeki, dll (namun semua ini hanya bersifat pribadi saja). Jadi pemahaman jemaat mengenai doa syafaat ini hanya terkungkung di dalam ruang wilayah yang kecil (berbeda dalam konteks jemaat Afrika yang mendoakan seluruh dunia ini-Dosen). Khatolik=Doa Syafaat adalah Doa untuk Dunia. Doa Pribadi berarti bersifat pribadi (Masuk kamar-sendiri dan berdoa). Doa Syafaat=bersifat menyeluruh dan semua doa untuk kebutuhan semua umat. Doa Situasional=hampir sama dengan Doa Syafaat (doa kontekstual), contoh Ibadah/doa bersama untuk Tanah Karo. Yohanes 17 menceritakan mengenai doa Yesus kepada Bapa untuk murid-murid-Nya yang akan mengalami penderitaan di dalam dunia ini-doa pergumulan yang terus menerus. Menurut saya Doa Syafaat ialah Doa untuk pergumulan seluruh jemaat Kristen Se-dunia dan doa untuk seluruh berita jemaat yang ada, baik warta jemaaat suka dan duka.

      Hapus
  6. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
    NIM : 12.01.917
    Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
    Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Parlinda Marbun
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Apriantri Sitepu

    Melalui pembahasan sajian pertama setelah UTS ini, saya semakin mengerti tentang perbedaan unsur-unsur liturgika yang ada di gereja Protestan yakni mengenai Votum, salam dan introitus, sebagaimana bahwasanya Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Votum bukanlah "Doa Pembukaan", karena doa pembukaan, yang umumnya dibacakan setelah Votum, bertujuan memohon kehadiran Tuhan dalam peribadahan, sebagaimana votum merupakan kontribusi Yohanes Calvin bagi Gereja Protestan. Votum adalah suatu keterangan khidmat atau janji yang khidmat. Melalui ucapan votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur. Jadi votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Salam telah digunakan sejak zaman para rasul seperti tercermin dalam Surat Paulus (I Kor. 1:3) “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” Gereja Katolik telah mengambil kata salam secara khas yang diucapkan dalam ritus pembuka Tata Perayaan Ekaristi, dan perayaan sabda. Adapun makna salam dalam Injil mengandung makna yang mendalam, yakni dalam kitab Luk 10:5-6 "Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini, dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Melalui Salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya, Jemaat menyambut “Amin 3x, Artinya jemaat pun menyakini, membenarkan atau mengiakan bahwa Allah sungguh hadir di tengah-tengah jemaatNya Amin artinya “Ia benar demikian”. Mengenai introitus pada hakekatnya adalah nyanyian jemaat. Introitus dinyanyikan ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian, introitus diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan Liturgi, di dalam Liturgi GBKP, Introitus diucapkan setelah “salam” dan ayat Alkitab yang diambil di sesuaikan dengan tema Khotbah yakni berdasarkan bahan bacaan untuk khotbah/renungan. Saat pelaksanaan votum, salam, dan introitus, posisi jemaat biasanya berdiri, hal ini bertujuan untuk menyambut kehadiran Tuhan sebagai Kepala Gereja. Oleh karena itu, baiklah kita kiranya datang sebelum ibadah dimulai dan tidak terlambat, berikanlah waktu, jiwa, tubuh dan raga, dan kesungguhan kita dalam mengikuti setiap peribadahan kepada Tuhan Allah. Karena Ibadah yang sejati adalah (Rom. 12:1) penyerahan tubuh kita kepada Tuhan, maka kita akan mempersiapkan diri kita sebaik mungkin dengan menjaga kekudusan dan berusaha selalu berkenan kepada-Nya. Bila Tuhan menerima tubuh kita ini sebagai ibadah yang sejati, saya percaya, Dia akan senantiasa menyertai kita, memberkati hidup kita, memakai kita sebagai alat-Nya, dan menyatakan kuasa-Nya dalam segala aspek hidup kita. Kesimpulan saya, ibadah adalah sebuah sarana penyerahan diri kita kepada Tuhan, sehingga menjadikan kita ini sebagai milik-Nya, yang akan mengalami kuasa penyertaan-Nya dalam hidup kita, Tuhan memberkati kita semua, syalom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
      NIM : 12.01.917
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Unsur Liturgi 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Penyaji : Pepayosa, Nurintan, Rutin, Sweetry, Yuwan
      Pembahas : Joni, Roles, Srimul, Tribina
      Pengakuan dosa merupakan unsur yang penting dalam unsur liturgi suatu Gereja, karena sebagaimana ketika jemaat ingin mendengarkan Firman Tuhan terlebih dahulu mengakukan segala dosanya kepada Tuhan supaya ibadahnya dapat diterima oleh Allah. Hal seperti ini bertujuan supaya dimana terlihat nampak keterbukaan jemaat kepada Tuhan Allah. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengakuan dosa itu maksudnya ialah untuk merendahkan diri dihadapan Allah bertujuan untuk memohon ampun dan melayakkan diri untuk bersekutu dengan Allah. Sebagaimana menurut Martin Luther sendiri bahwa pengakuan dosa itu harus timbul dari hati dan tidak bisa dipaksakan. Disamping iman secara pribadi di depan iman juga ada pengakuan dosa yang diucapkan oleh iman ada juga pengakuan dosa secara kolektif di dalam ibadah yang sama dengan pengakuan dosa pribadi yang diakhiri dengan absolution. Pemberitaan Anugerah adalah bagaian penting juga dalam suatu unsur liturgi dalam suatu ibadah. Sebagaimana bahwa pengakuan dosa merupakan satu bagian yang sangat penting dari suatu kebaktian begitu juga dengan Pemberitaan Anugerah. Sebagaimana Pemberitaan Anugerah atau Pegampunan Dosa adalah tindakan kasih yang menyatakan kemurahan Allah kepada setiap anak-anaknya yang percaya kepadaNya. Jelas dalam kitab Yesaya 1:16-18 “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku”. Artinya bahwa ketika Tuhan Allah telah menghapus dosa-dosa manusia dengan itu pula maka Anugerah itu akan diberikan kepada setiap manusia yang percaya kepadaNya, didalam hal itu maka terlihat jelas bahwa ketika manusia itu sudah mengakukan dosanya dan meminta pengampunan kepada Tuhan berarti dia sudah layak dan dimampukan untuk mendengarkan firman Tuhan bahkan untuk memberitakan firman Tuhan. Menurut yohanes calvin bahwa hukum merupakan sebagai peraturan pengucapan syukur. Dan hukum biasanya dibacakan ialah dasar firman dalam kitab Kej 20:1-17. Pembacaan hukum disambut oleh jemaat dengan puji-pujian. Dengan ketiga hal ini bahwa sangat jelas tentang Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum merupakan satu kesatuan didalam liturgi. Karena pada dasarnya ketiga hal ini pada intinya bahwa jelas mengarah kepada kemuliaan nama Tuhan dan puji-pujian terhadap kebaikan Tuhan serta sebagai wujud untuk merendahkan diri dihadapan Tuhan, bahwa kita adalah manusia yang tak pernah luput dari dosa dan dapat hidup karena oleh karena AnugerahNya. Dan dengan ketiga unsur ini adalah bagian dari usaha setiap diri manusia yang percaya kepadaNya untuk dapat menyenangkan hati Tuhan. Syalom dan Tuhan Yesus Memberkati.

      Hapus
    2. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
      NIM : 12.01.917
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Unsur Liturgi 3 : Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Penyaji : devi, piktor, winda, noni, obedy
      Pembahas : fetra, hotni, jon tamrin,
      Didalam suatu ibadah yang sejati harus ada ketiga unsur ini yakni Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah, jelas dengan adanya ketiga unsur ini ibadah itu akan terasa bermakna dan penuh hikmat. Martin Luther memakai Kollekta didalam suatu ibadah yang dimana maksudnya ialah doa dengan dan untuk jemaat. Dan berbeda jauh dengan Yohanes Calvin dan Butzer yang jelas-jelas meniadakan kollekta dan mengantinya dengan epiklese yaitu doa yang memohon kedatangan roh kudus agar agar firman Allah dapat diberitakan dengan baik dan dapat didengar oleh jemaat. Epiklese ada dua antaralian Epiklese Konsekratoris: Ditempatkan sebelum kisah dan kata-kata Institusi. Ini juga merupakan seruan doa agar Roh Kudus turun dan menguduskan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dan Epiklese Komuni : Ini merupakan seruan doa permohonan agar dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus Roh Kudus mempersatukan umat yang hadir itu dengan Kristus sendiri dan juga dengan seluruh umat beriman dalam kesatuan satu tubuh Kristus. Sebagaimana doa merupakan bentuk penyerahan dirikita kepada Tuhan dan memohon kepada Tuhan agar kuasa Roh KudusNya dapat membimbing dan menghibur kita dalam setiap pergumulan kehidupan kita. Sebagaimana bahwa Yakobus 5:16 “karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh, Doa orang benar bila dengan yakin di doakan sangat besar kuasanya”. Pembacan Alkitab dilakuakan setelah doa dipanjatkan dengan tujuan supaya pelayan tidak semau-maunya saja dalam membacakan Firman Tuhan tetapi meminta bantuan dari pada Roh Kudus untuk memabantu dalam memberitakan kabar kebenaran firman Allah. sehingga jemaat dapat dengan fokus mendengarkan firman Tuhan. Setelah pembacaan firman Tuhan maka dilanjukan dengan khotbah. Menurut Martin Luther sendiri bahwa Khotbah merupakan adalah hal yang sentaral dalam suatu ibadah (pusat dari ibadah tersebut). Khotbah pada kekeristena pertama sekali muncul pada praktik Yahudi. Kemudian praktik tersebut berkembang di dalam liturgi Kristen. Sebagaimana khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan dalam Alkitab. Seperti inti didalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya kedunia ini. Jelas bahwa khotbah adalah bagian dari pemberitaan kebenaran firman Tuhan yang dimana bertujuan mengumumkan keselamatan dan hukuman yang akan berlangsung disini dan kini pada manusia pribadi lepas pribadi. Sebagaimana bahwa jelas didalam kitab 2 Tim 4:2 “Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”. Dengan begitu maka nyatalah apa yang dikatakan dalam kitab Rm. 10:17 “ Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus”. Karena sebagaimana khotbah adalah suatu pesan alkitab yang penting untuk disampaikan kepada jemaat Tuhan, karena sebagaimana melalui pendengaranlah maka akan timbul iman. Dengan begitu maka ketiga hal ini jika dilakukan dengan baik dalam suatu ibadah maka akan sangat menyenangkan hati Tuhan bukan hati manuisa. Syalom dan Tuhan Yesus memberkati.

      Hapus
    3. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
      Unsur Liturgi 4 : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul. Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita, Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita. Pengakuan iman yang diterima secara oikumenis di seluruh gereja Kristen di dunia adalah pengakuan iman rasuli yang terbagi atas tiga bagian yaitu, pertama ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan. Kedua memuat ajaran tentang Kristus dan karya penebusanNya, sementara bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaanNya. Dengan pengakuan iman umat seolah-olah menegaskan, “bukan begitu yang kami percayai, melainkan begini.” Itu sebabnya rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalai penambahan, pengurangan dan perubahan. Pengakuan Iman Rasuli sebagai orientasi awal kepada Alkitab dan analisa awal dari kepercayaan yang menjadi dasar dalam Kristus. Pengakuan iman merupakan:Ikrar atau tekad iman kita kepada TUHAN. Ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah. Pengakuan iman dilakukan dalam rangka mewujudkan penghormatan dan ibadah kita kepada TUHAN Allah. Pengakuan iman merupakan kesaksian yang memperdengarkan kebenaran dan kehendak Allah. Artinya bahwa Kita bukan hanya mengaku percaya tentang Kristus, melainkan hidup dalam Kristus. Kita mengimani Kristus sebagai Kurios kita. Kita mengaku hanya Kristus yang patut kita taat, Pengakuan iman ternyata tidak hanya terdapat di agama Kristen saja tetapi juga terdapat di dalam agama-agama lainnya contohnya di dalam agama Islam yang dikenal dengan syahadat ; Syahadat merupakan rukun islam yang pertama, tanpa syahadat maka rukun islam lainya seperti shalat, puasa, zakat dan haji juga dengan rukun iman (iman akan Allah yang esa, malaikat-malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, hari akhirat, dan takdir) akan runtuh tanpannya. hal ini menjelaskan betapa pentingnya syahadat dalam kehidupan islam. Adapun kedudukan syahadat dalam agama Islam adalah: Ibadah dalam islam adalah satu hal yang sangat esensial. ibadah dipahami sebagai segala hukum yang dilaksanakan atas nama ketetapan Allah dan di ridhai oleh Nya sehingga mendatangkan pahala. Shalat dalam semua rukun islam itulah yang terpenting. dipahami bahwa tempat utama syahadat dalam kehidupan islam terletak di dalam praktik shalat. Puasa merupakan kewajian yang dijalankan setiap muslim sebagai sebuah ketakwaan kepada Allah (QS. 2:183;19:26). menunaikan haji adalah bukti komitmen seorang muslim akan imannya yang dipegangnya sekaligus menunjukkan ketakwaan kepada Allah dan dalam pelaksanaan, syahadat selalu diulang-ulang menjadi perenunggan sepanjang kegiatan haji itu berlangsung. Shyadat ini terdiri dari dua pengakuan yaitu Pengakuan Ketauhidan (Syahadat Tauhid) yaitu hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah SWT, dan Pengakuan Kerasulan (Syahadat Rasul). Dengan mengikrarkan kalimat syahadat yang kedua maka telah menetapkan keyakinan dalam hati dan jiwa bahwa seluruh ajaran Allah dan agama islam disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW, di dalam mengucapkan syahadat ada syarat-syarat yang ditetapkan yaitu keyakinan, keikhlasan, pengetahuan, kecintaan.

      Hapus
    4. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
      NIM : 12.01.917
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Unsur Liturgi 5 : Doa Syafaat
      Penyaji : Fetra, chetrin, jon tamrin, hotni

      Dari sajian yang kelima ini saya dapat menganalisa secara sederhana bahwa, Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan, permintaan dan pujian. Menurut Xavier Leon – Dufour, dalam bukunya ensiklopedi perjanjian baru doa dalam bahasa Yunani mempunyai beberapa arti diantaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan kebebasan si pemberi): kata-kata ini dipakai baik di bidang-bidang profan maupun keagamaan, namun mengandung ide meminta dengan sangat,berdoa dan mengemis. Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di ensiklopedia aklkitab masa kini jilid I, menuliskan bahwa doa merupaklan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui dan memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa latin. Kata "Inter" berarti ANTARA dan "Cedere" yang berarti PERGI. Sehingga inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Doa syafaat berarti kita tidak hanya terfokus kepada diri kita sendiri, tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain atau dengan kata lain menyebut nama orang-lain di dalam doa kita. Karena Yesus sendiri mengajarkan agar kita senantiasa mengingat orang-lain di dalam doa kita.

      Menurut analisa saya doa syafaat tidak ditentukan panjang dan pendeknya suatu doa yang kita panjatkan. Dan saya sangat setuju seperti yang dikatakan kitab Matius 6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Karena makna syafaat itu sendiri ialah Syafaat berarti datang di hadapan Tuhan dengan tujuan menggantikan posisi seseorang. Saya ingin Anda mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah seorang yang menggantikan posisi kita di hadapan Allah untuk selama-lamanya. Firman Tuhan berkata, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Roma 8:26). Ingatlah, Roh Kudus membimbing kita supaya dapat berdoa. Tokoh Sebagai pendoa syafaat Abraham muncul dalam kitab Kejadian 18:22-33. Namun kita akan mempelajari mulai pada Kejadian pasal 12 saat pertama kali Abraham mendengar suara Tuhan lalu dia pergi dari negerinya, sanak saudaranya, rumah dan harta bapaknya serta hanya mempunyai harta yang ada padanya. Kemudian karena menaati firmanNya, Tuhan memberkati Abraham dengan melimpah.

      Hapus

    5. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
      Nama Penyaji : Arjuna Saragih, Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting
      Judul Sajian : Pemberian Jemaat (6)

      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Pemberian berasal dari kata Beri yang berarti menyerahkan, membagikan sesuatu dan menyediakan, sementara jemaat berasal dari bahasa Arab yaitu Djm yang berarti mengumpulkan atau menghimpun dan digunakan oleh orang Kristen untuk menunjukkan istilah ‘umat’ baik untuk suatu Gereja maupun untuk seluruh anggota persekutuan Kristen. Pemberian Jemaat sejak dahulu erat dengan perayaan perjamuan. Arti persembahan adalah, menyerahkan sesuatu, baik berupa benda maupun uang, kepada seseorang yang derajatnya jauh lebih tinggi daripada yang mempersembahkan. Persembahan itu diberikan oleh warga jemaat ketika suatu kebaktian dilaksanakan di tengah-tengah gereja maupun pada kebaktian keluarga (wilayah). Persembahan pada umumnya dilakukan di dalan liturgi peribadahan Kristen. Berbicara tentang persembahan dapat kita fahami bahwa di dalamnya terkandung suatu makna, memberikan sesuatu kepada Allah. Di samping mempersembahkan uang atau materi yang dimiliki, pengertian persembahan yang lebih dalam juga mencakup kesediaan mempersembahkan diri atau hidup kepada Allah. Ia harus berani tampil beda dari dunia atau orang-orang yang tidak mengenal Allah. Bila kita membaca Mat.5:13-14 dikatakan” Kamu adalah garam dan Terang dunia”. Ungkapan ini mengandung arti bahwa selaku orang yang telah menerima bagian keselamatan dari karya Yesus Kristus terpanggil untuk mengaktualisasikan imannya di tengah-tengah dunia ini. Persembahan merupakan bagian integral dalam litirgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Karena Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu samapai sekarang ini. Persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur. Ada beberapa macam nama yang diberikan kepada persembahan atau pngumpulan uang jemaat: Kolekte yang dikumpulkan dalam setiap ibadah, Persembahan Ucapan Syukur, Persepuluhan dan Bantuan.
      Persembahan yang diberikan atau diserahkan berbentuk uang atau natura. Sehubungan dengan hal itu dapat di fahami, bahwa pelayanan di tengah-tengah gereja dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan dana, yang datangnya dari warga jemaat. Namun apabila diamati dengan teliti, ketika seseorang menyerahkan persembahannya untuk Tuhan, sering terperangkap kepada suatu sikap untuk memilih atau memberikan persembahan yang terkecil dari apa yang kita miliki. Di samping itu pada saat menyerahkan persembahan satu hal yang tak boleh dilupakan yakni hendaknya dipersembahkan dengan sukarela serta di dalam kasih dan kemurahan hati (Bdk. Im.22:19; Mat.5:23-24).

      Hapus
    6. Nama : Devi Setiani Natalia Br. Ginting
      Nama Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Rajagukguk, Sonia Ginting, Susi Barus
      Judul Sajian : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab (7)
      Pada tahun 367 Masehi, Konsili di Laodikia memutuskan bahwa jemaat biasa tidak diperbolehkan terlibat aktif di dalam ibadah/misa, hanya penyanyi yang sudah terlatih dan yang memenuhi syarat saja yang diperbolehkan menyanyi, dan penggunaan instrumen tidak diperbolehkan. Namun dari jaman inilah muncul teks-teks himne yang asli. Sejarah perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah lepas dari nyanyian jemaat. Di dalam sejarah perkembangan nyanyian jemaat dari jaman. Perjanjian Lama sampai dengan jaman modern saat ini, dapat dilihat bahwa dalam masing- masing jaman atau pergerakan, terdapat konsep berpikir yang berbeda dalam bentuk dan style nyanyian jemaat. Adapun Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya. Itulah sebabnya, maka jemaat dari mulanya kita temui sebagai jemaat yang menyanyi. Jemaat menyanyi bukan saja karena tradisi yang di ambil dari ibadah Yunani (dibait Allah dan Sinagoge) atau contoh yang diberikan oleh Yesus dan oleh para rasul (bnd. Mrk 14:20, Kis 16:25). Gereja tidak pernah bisa melepaskan diri dari musik. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Sejarah Gereja selanjutnya mencatat bahwa liturgi tidak pernah lepas dari musik. Musik-musik ini banyak tercipta dalam konteks ibadat. Musik dipandang sebagai bagian dari liturgi Gereja. Di dalam Konsili Vatikan II menegaskan hubungan yang secara resmi tidak terpisahkan antara musik dan liturgi Gereja. Beberapa fungsi dari nyanyian dalam sebuah ibadat yakni Musik menjadi salah satu mata rantai liturgi, artinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan rangkaian ibadat. Ibadat akan terganggu [rusak] apabila musik/ nyanyian berjalan tidak sebagaimana mestinya. Memberi bobot/ mempertajam pengungkapan makna iman dan perasaan yang tak cukup bila hanya diungkapkan dengan kata-kata. Sehingga kegiatan ibadat tidak jatuh pada ruang akal-perasaan semata, tetapi memasuki kedalaman (depth) spiritual. Melalui puji-pujian ruang spiritual penghayatan dan kesadaran tentang kebesaran, kuasa dan kasih Tuhan orang-orang percaya menjadi diperkaya. Dalam penghayatan tertentu nyanyian dapat memancarkan daya kuasa yang dapat menyegarkan, memperbaharui dan bahkan mengubah sikap hidup seseorang (I Samuel 16: 16, 23), Memberi kesempurnaan penghayatan ibadat melalui keutuhan, kekhidmatan dan kesucian ibadat. Nyanyian- nyanyian bisa membantu tersentuhnya batin jemaat. dengan demikian nyanyian-nyanyian dalam ibadat manyatu bukan hanya dengan baian-bagian lain liturgi, melainkan juga dengan hati/batin jemaat yang beribadat. Dalam ibadat tidak ada pihak yang menjadi penonton, dan lainnya sebagai tontonan. Sebab pada hakekatnya musik dalam ibadat berfungsi melayani! Ibadat Minggu adalah dramatisasi kehidupan orang percaya dengan Tuhan Allah. Pengiring musik/ pemandu pujian bukan tontonan dan warga jemaat bukan penonton! Mereka semua adalah “audiens” yang rindu berjumpa dengan Tuhan. Suasana ibadat bisa rusak kalau pengiring/ pemandu memerankan diri sebagai “artis pertunjukkan” yang merasa akan ditonton oleh orang lain, sehingga menonjolkan kemerduan suaranya atau ketrampilan bermain musiknya. Oleh karena itu musik/ nyanyian tidak hanya berurusan dengan penguasaan teknik alat musik/ vokal dan penampilan, tetapi juga berurusan dengan soal integritas moral, kebersihan hati pelaku (bandingkan dengan Amos 5: 23).


      Hapus

  7. Nama : Joni Piitor Saragih
    NIM : 12.01.936
    Ting/ Jur : IV-B/ Theologia
    Analisa Sajian I
    Votum, Salam dan Introitus merupakan unsur liturgi di dalam sebuah Ibadah terkhususnya dalam ibdah-ibadah Formal. Namun tidak menutup kemungkinan ketiga unsur ini kita temuka dalam ibadah kasualistik seperti: ibadah Syukuran Rumah Baru, Ibadah budaya contoh mangokkal holi dll. Ketiga unsur ini sangatlah penting dalam sebuah ibadah terkhususnya dalam gereja-gereja yang beraliran protestan, dimana ketiga unsur ini memiliki makna masing-masing dalam rangka melakukan ibadah untuk menyenangkan Tuhan. Sebuah ibadah atau liturgi dikatakan “hidup” jika ibadah itu dapat mencapai tujuannya. Menurut chalvin tujuan ibadah kristen adalah penyatuan dengan Allah, lewat ibadah, jemaat menjadi sehati, sepikir dengan Allah. Jemaat menjadi sadar apakah kehendak Allah bagi mereka. Oleh karena itu menurut saya dalam ibadah perlu ada ketiga unsur tersebut. Votum memang merupakan sebuah unsur Liturgi yang disumbangakan oleh Calvin, sehingga dalam sinode Dordrecht (1574) mewajibkan pemakaian Votum dalam ibadah yaitu diambil dari Mazmur 124:8 sebagai Votum di dalam Kebaktian. Dimana maksud Votum adalah untuk meng-konstatir hadirnya Tuhan Allah di tengah-tengah umat-Nya. Sehingga menurut hemat saya bahwa Votum itu bermakna sebagai bentuk penyerahan seluruh ibadah seutuhnya kepada Allah (kuasa Allah Tritunggal, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus), sehingga Allah boleh memberikan penahbisan bagi jemaatnya yang akan melakukan persekutuan dengan Allah yang Kudus. Sehingga Votum ini diucapkan pada permulaan kebaktian. Dan Salam bermakna sebagai sebuah pernyataan janji Allah kepada jemaat-Nya, dimana ketika Liturgis telah menyerahkan Ibadah itu seutuhnya kepada Allah, maka selanjutnya akan diucapkan Salam yang menjadi sebuah bukti akan janji Allah yaitu penyertaan Allah. Kemudian setelah salam akan dilanjutkan dengan Introitus, dan biasanya ini berupa respon jemaat dengan sebuah nyanyian. Menurut saya dalam membuat sebuah Votum, salam dan Introitus seharusnya harus disesuaikan dengan topik ibadah baik ibadah Formal (sesuai denga topik minggu) maupun kasualitik (Topikal). Contoh dalam Votum di GKPS votumnya sudah ditetukan dan disesuaikan sesuai dengan nama Minggunya. Oleh karena itu saya boleh menyipulkan bahwa teryata memang Votum, Salam dan Introitus itu sangatlah penting unuk diikuti, maka jika ada pemahaman bahwa dalam ibadah kita bisa terlambat asal jangan terlambat untuk mendengarkan Firman Tuhan, itu adalah salah. Oleh karena itu persiapkanlah waktu yang matang & jangan terlambat dalam beribadah! Karena itu akan menyenangkan hati Tuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama Penyaji : Dwi E. P. Ginting, Nurintan Damanik, Rutin sari Saragih, Sweatry Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Judul Sajian : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah dan Hukum
      Pengakuan dosa dan pemberitaan anugrah adalah unsur liturgi yang selalu diberlakukan dalam sebuah ibadah gerejawi terkhusunyadalam ibadah yang bersifat formal. Dimana sejak abad ke X terdapat kebiasaan bahwa ketika imam samapai di mezbah, ia tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan Allah. Pengakuan dosa ini disebut confessio dan diucapkan bukan saja pada permulaan misa, melainkan pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Dimana menurut Luther bahwa ini harus dilakukan oleh setiap orang secara sukarela, dmana tidak ada yang boleh memaksa seseorang untuk mengakukan dosanya. Tetapi dalam Katekismus Luther dia jelas mengatakan bahwa “kita wajib untuk mengakui salah di hadapan Allah dan orang lain, karena hal itu tercantum dalam Doa Bapa Kami, selain itu argumen Luther “kalau kita semua sama-sama orang berdosa, tidak ada alasan mengapa kita tidak mengakui dosa-dosa kita dihadapan umum, yakni pengakuan umum pada kebaktian. Agar melalui pengakuan dosa kita memperoleh dan menerima sesuatu dari Dia. Ini memperlihatkan pentingnya pengakuan dosa dalam setiap ibadah. Dimana Pengakuan dosa ada Karena Kristus ada, dimana tujuan pengakuan dosa bukan hanya sekedar menuntut sebuah pengakuan tindakan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, tapi pengakuan dosa adalah supaya jemaat dibangun menjadi jemaat yang taat serta bertujuan untuk membangun spritual umat. Efektifnya pengakuan dosa tidak menentang hukum tapi membangun ketaatan melalui pengakuan dosa. Tidak persoalan ada nyanyian atau tidak ada nyanyian dalam sebuah ibadah pengakuan dosa karena yang terpenting adalah tujuan pengakuan dosa adalah untuk membangun efektifnya nilai ketaatan. Tuhan senang ketika kita “balik dan tidak melakukan dosa lagi”. Jika kita mau membangun kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan maka minimalisirlah hal-hal yang merugikan orang lain. Kemudian ketka pengakuan dosa telah dilakukan maka pemberian Anugrah akan mengikutinya, artinya ada janji pengampunan dosa yang diberikan Allah bagi setiap orang yang mengakukan dosanya. Seperti pernyataan Luther yang menyatakan bahwa dengan adanya pengakuan dosa kita bisa memperoleh dan menerima sesuatu dari Dia, Pemberian anugrah biasanya diambil dari nats-nats Alkitab. Dan hukum selalu dikaitkan dengan dasa Firman, ini bertujuan supaya jemaat merefleksikan bahwa jikalau kita hidup di dalam Anugrah Allah tapi hukum juga berfungsi untuk mendisiplinkan jemaat. Sehingga dari ketika unsur ini kita diajarkan bagaimana boleh tetap menjaga kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga meningkatkan nilai ketaatan sebagai seorang Hamba.

      Hapus
    2. Penyaji : Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Sitepu
      Judul Sajian : Doa pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Di dalam ibadah unnsur doa juga ada, namun doa yang dimaksud bukanlah seperti doa syafaat, tapi doa yang dimaksud disini adalah lebih kepada doa yang diucapkan sebelum khotbah (doa untuk pemberitaan Firman). Namun doa ini tidak sama dipergunakan, dimana Luther sendiri memakai kollekta dalam ibadah yaitu doa dengan doa dan untuk jemaat, sedangkan Calvin sendiri meniadakannya tapi mengantikannya dengan epiklese yaitu doa yang memohon kedatangan Roh Kudus. Dan dalam pembacaan Alkitab ada dua cara yang berbeda sepanjang sejarah yaitu: dalam gereja lama, pembacaan Alkiitab dibacakan secara leksionari yaitu nats Alkitab bukan hanya dibacakan tapi ditafsir dan memberi makna, pesan dan pengajaran dari nats yang dibaca. Tapi zaman reformasi, teknik pembacaan Alkitab hanya sekedar dibacakan tanpa ditafsir kembali. Dimana pembacan Alkitab sangat erat hubungannya dengan khotbah, dimana sejak masa Yesus dan gereja mula-mula juga sudah menjelaskan pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan Khotbah. Sehingga dapat saya analisa bahwa dalam pemilihan nats pembacaan Alkitab (di gereja sekarang dikenal dengan epistel) harus memiliki pararel yang sama dengan nats khotbah. Kemudian khotbah juga merupakan salah satu unsur liturgia yang selalu ada dalam setiap ibadah, terkhususnya bagi gereja-gereja reformasi. Dimana Luther sendiri mengubah dan menempatkan khotbah atau pemberitaan Firman ditempatkan dalam tempat yang sentral dalam ibadah. Dimana dari sudut Liturgika khotbah harus menmenuhi syarat: khotbah adalah sebagian dari ibadah: yang paling penting adalah ibadah, bukan khotbah, lamanya khotbah tidak boleh lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh menit, khotbah tidak boleh menguasai ibadah, khotbah harus membangun jemaat untuk turut aktif mengambil bagian dalam ibadah. Dimana dalam khotbah tujuan utamanya adalah memberitakan Allah, sehingga dalam khotbah yang perlu diingat adalah Allah bukan yang lain. Dengan kata lain Firman diberitakan agar jemaat memaknai Kristus dalam setiap konteks pergumulan jemaat, sehingga boleh saya simpulkan bahwa jawaban pergumulan jemaat adalah nats Alkitab itu sendiri, sehingga nats Alkitab harus di tentukan sesuai dengan pergumulan jemaat (Khotbah Topikal). Dimana dalam hal ini kita akan dikatakan pengkhotbah yang gagal ketika kita tidak menemukan Yesus didalamnya (melupakan Kristus dalam pemberitaan Firman). Sehingga secara homiletika memang dalam mempersiapkan Khotbah dikatakan, bahwa pengkhotbah memerlukan persiapan yang matang, terkhususnya melakukan hermeneusasi (menafsir nats Alkitab). Dan dalam hal doa, pembaca Alkitab dan Khotbah yang mau dilihat adalah Kristus tidak ada yang lain, Inilah yang akan menyenangkan hati Tuhan

      Hapus
    3. Judul Sajian: Pengakuan Iman dalam Tema nats-nats dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Kelas bersama: 12 April 2016
      Ditinjau dari pisau sejarah, pengakuan iman adalah unsur liturgi yang sudah lama hadir dalam tubuh gereja mula-mula. Dimana di abad ke-2 kekeristenan sudah mengumuli rumusan pengakuan Iman. Dimana pengakuan Iman tertua adalah Tentang pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan kemudian pengakuan iman juga muncul karena koteks yang terjadi pada gereja mula-mula, dimana hadir ajaran-ajaran sesat yang mencoba merongrong ajaran Gereja. Ajaran sesat itu diantaranya adalah ajaran Gnostik, Montanisme dan Marsion, sehingga untuk membentengi ajaran gereja, gereja mencetuskan 3 sejata Gereja yaitu: Kanon, pewarisan jabatan Rasuli dan pengakuan Iman Rasuli. Dan kemudian formulasi pengakuan imanpun berkembang seiring berkembangnya teologi, yang kemudian para teolog-teolog kembali merumuskannya dalam konsili-konsili, yang kemudian menghasilkan rumusan pengakuan iman. Seperti pengakuan Iman Nicea dan kontanstinopel dll, yang pada saat ini juga diwarisi oleh gereja-gereja arus utama, yang dipakai dalam ibadah. Dalam pengakuan iman ada formulasi pengakuan yaitu: pengakuan kepada Allah Bapa, pengakuan kepada Yesus Kristus, Pengakuan kepada Roh Kudus.Pengakuan Iman sangatlah penting dalam sebuah ibadah, karena pengakuan iman bukanlah sekedar formulasi bahasa pengakuan semata, seperti bahasa sekuler sehari-hari. Tetapi pengakuan Iman adalah Iman yang dibahasakan yang mengandung bahasa pengakuan atau ungkapan hati kepada Allah Tritunggal. Yang dimana pengakuan itu adalah pengakuan yang benar-benar diucapkan atas dasar kepercayaan yang benar akan Allah yang diakui beperan dalam kehidupan kita dan mengakui bahwa kita adalah bagian dari-Nya. Walaupun memang pengakuan Iman adalah rumusan teologi yang dirumuskan manusia, namun pengakuan iman bukan hanya sekedar rumusan. Namun yang terpenting dalam pengakuan iman adalah bagaimana kita menghidupi pengakuan itu dalam setiap tindakan kita, contoh ketika kita mengaku bahwa Allah Bapa adalah yang maha kuasa pencipta langit dan Bumi, maka tidak akan ada tindakan untuk mencari kuasa diluar kuasa Allah dan mencoba merusak ciptaan-Nya. Maka saya boleh simpulkan bahwa pengakuan iman yang menyenangkan hati Tuhan adalah ketika pengakuan kita sesuai dengan apa yang kita akui di hadapan Allah, atau menghidupi pengakuan iman tersebut. Seperti apa yang firman Tuhan katakan bahwa Iman tanpa Perbuatan adalah kosong (Yak. 2:20). Sehinga pengakuan Iman bukan persoalah hapal dan tidak hapal, bukan persoalah teknik menucapkan tapi persoalan bagaimana jemaat atau kita menghidupi pengakuan iman tersebut sehingga itu menjadi pengakuan yang hidup di hadapan Allah.

      Hapus
    4. Nama Penyaji : Chaterine Manurung, Fetra Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab (5)
      Doa syafaat dalam ibadah merupakan unsur yang tidak pernah dilupakan.Dimana doa syafaat dalam bahasa Ibrani yaiti myspat yang artinya adalah keadilan yang berarti doa ini ditujukan untuk meminta keadilan Allah terkhusunya bagi orang-orang yang mengalami ketertindasan karena nama Tuhan. Dalam bahasa Simalungun doa syafaat sering disebut sebagai tonggo pangapition yang artinya doa pembelaan atau pertolongan. Berdoa syafaat artinya adalah berdoa untuk orang lain.Doa Syafaat tidak bisa dibatasi pada kebutuhan-kebutuhan individual, karena jika doa syafaat dibatasi oleh kebutuhan-kebutuhan individual maka alur liturgi cenderung diarahkan pada individu, sehingga dalam doa syafaat topik doa juga harus peduli dan melihat isu-isu secara umum. Doa Syafaat juga banyak dilakukan oleh para tokoh-tkoh Alkitab seperti apa yang dilakukan oleh Abraham ketika ia mendoakan keselamatan bagi kota sodom. Dimana jika kita lihat apa isi dari doa syafaat Abraham di sana kita melihat bagaimana Abraham Meminta Keadilan dari Allah ketika ada sekitar 50, 40, 30, sampai dengan 10 orang percaya di Sodom apakah Tuhan juga memusnahkannya? Ini memperlihatkan teryata doa syafaat juga bertujuan untuk meminta keadilan Tuhan bagi orang-orang yang percaya. Tidak hanya Abraham tapi Ester juga berdoa syafaat bagi bangsa Israel di dimasa pembuangan bahkan berpuasa, dan Yesus juga menjadi pendo Syafaat. Oleh karena itu kita dituntut untuk berdoa syafaat bukan saja di dalam kebaktian tapi dalam kehidupan sehari-hari juga praktek doa syafaat dapat dilakukan. Karena Yesus sendiri menjadi teladan dalam kehidupan kita dimana ia juga melakukan doa syafaat Di dalam Yohanes 17:9, “Aku berdoa untuk mereka”. Ayat ini memperlihatkan bahwa betapa pentingnya kita mendoakan orang lain dalam kehidupan kita. Oleh karena itu saya mau katakan bahwa doa yang menyenangkan hati Tuhan adalah doa yang bukan hanya perkara bagaimana kita mendoakan diri kita sendiri tapi juga harus mampu mendoakan orang lain. Selamat menjadi pendoa syafaat yang menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    5. Nama Penyaji: Asriani Purb, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting
      Judul Sajian: Pemberian Jemaat

      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan atau pun di sisi altar. bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta dan pekerja full time, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Persembahan adalah sebuah wujud rasa syukur kita atas apa yang telah Allah berikan dalam kehidupan kita. kita adalah milik Allah seutuhnya artinya segala yang kita miliki juga adalah kepunyaan dan pemberian dari Allah. Paulus mengatakan persembahan. Dimana pemberian jemaat seharusnya diberikan dengan sukarela seperti yang tertulis dalam Alkitab “Hendaklah masing-masing memberikan menurrut kerelaan hatinya jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7). Kita memberi karena Allah juga memberi dan sekaligus ia menjadi teladan dalam memberi, dimana Allah memberikan nyawanya untuk menebus dosa manusia dan Bapa di Sorga memberikan anak-Nya yang tunggal untuk dunia ini (Yoh. 3:16). Pemberian jemaat bukan menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang kekuragan tapi landasan kita dalam memberi adalah karena memang Dialah yang empunya segalanya. Pemberian persembahan adalah sebagai tanda bahwa kita menghargai harta milik Tuhan, mengaku bahwa segala yang ada pada kita adalah milik-Nya. Paulus mengatakan bahwa persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, ini mau menjelaskan bahwa persembahan itu adalah totalitas bukan setengah-setengah. Dalam kaitan Liturgika menurut saya pemberian jemaat ini menjadi sebuah unsur liturgi karena melalui persembahan inilah kita diajarkan bagaimana seharusnya kita merespon berkat yang Tuhan telah berikan sebagai penghormatan kita bagi Allah sumber segalanya. Oleh karena itu melalui ini kita disadarkan betapa pentingnya pola kehidupan atau gaya hidup memberi. Jemaat akan menyadari bahwa ibadah bukan hanya persolan ritual tetapi ibadah juga harus dibuktinyatakan melalui perbuatan yaitu dengan memberi. Selamat membangun hidup yang memberi, ikan teri, ikan tengeri semakin banyak memberi semakin diberkati, Amen.

      Hapus
    6. analisa sajian Kelompok VII: Nyanyian dan Paduan Suara
      Nyanyian jemaat adalah usur yang tidak pernah hilang dari sebuah kebaktian, karena kehidupan peribadahan gereja tidak pernah terlepas dari nyanyian Jemaat. Dimana dalam peribadahan Israel Kuno juga konsep nyanyian sudah dikenal dengan sebuatan Mazmur yang selalu dipakai dalam Bait Allah atau perayaan-perayaan hari besar Israel. Nyanyian jemaat dalam ibadah bertujuan untuk memuji Allah, mengajak hati untuk mengucap syukur serta menyadari keberadaan Allah yang Maha Agung. Melalui nyanyian ini juga jemaat diajak untuk mengungkapkan perasaan, jiwanya kepada Tuhan serta merasakan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Nyanyian itu mengandung pesan, membangkitkan semangat yang bernyanyi kepada Tuhan, memberi suasana sukacita untuk bertemu dengan Allah, mengingatkan hubungan kita kepada Allah dan menguatkan iman percaya kita kepada Allah. Hakekat nyanyian adalah memuliakan Allah secara vertical dan horizontal. Nyanyin menjadi sebuah unsur liturgi karena nyanyian jemaat merangkai unsur-unsur liturgi dan peran simbolis sehingga membentuk suatu perayaan liturgi. Melalui nyanyian jemaat semua yang hadir dipersatukan di dalam Tubuh Kristus. Melalui nyanyian jemaat, umat mengekspresikan persekutuan orang beriman di hadapan Allah. Dalam pemilihan nyanyian jemaat ada beberapa prinsif yaitu: nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman, nyanyian liturgi bisa melibatkan partisifasi umat, nyanyian liturgi harus mengungkapkan iman akan misteri Kristus, nyanyian Liturgi harus sesuai dengan masa dan tema liturgi dan nyanyian liturgi harus sesuai dengan hakekat masing-masing bagian. Nyanyian dalam liturgi adalah sebuah ungkapan hati yang fokusnya adalah kepada karya Allah. Begitu juga dengan paduan suara sebagai salah satu unsur liturgi, dimana paduan suara disini bukan disimpulkan sebagai sekumpulan penyanyi yang tujuannya untuk ditonton dan diberikan penghargaan, namun paduan suara secara liturgika Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat, Paduan suara sebagai wahana pemberitaan firman, Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat (bukan mewakili jemaat) untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu. Artinya paduan suara bukan saja ungkapan dari orang-orang yang bernyanyi itu tapi paduan suara itu berada dipihak jemaat sehingga apa yang diungkapkan oleh paduan suara merupakan ungkapan dari seluruh jemaat. Karena itu ketika paduan suara ada di sebuah kebaktian maka seluruh jemaat harus mengikutinya secara sunguh-sungguh,dan mengambil pesan dari sebuah nyanyian (inilah yang menyenangkan hati Tuhan), bukan bermain-main seakan-akan kita mengangap bahwa paduan suara itu hanyalah bagian daripada orang yang ikut dalam paduan suara tersebut.

      Hapus
  8. Nama : Susi Susanta Barus
    NIM : 12.01.969
    Analisa terhadap sajian kelompok 1 tentang Votum-Salam-Introitus pada tanggal 17 maret 2016

    Votum merupakan kata pembuka. Fungsi dari votum itu sendiri adalah untuk mentertibkan ibadah yang levelnya sampai menyentuh hubungan dengan Tuhan dan antar sesama jemaat yang hadir dalam peribadahan. Dalam Votum terdapat amanat agung Tuhan Yesus. Oleh sebab itu segala sesuatu yang menyusul setelah votum, semuanya berlangsung dalam nama Tuhan. Jadi, Votum menjelaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan.
    Salam merupakan tanda persekutuan. Dengan salam mau ditegaskan bahwa pemimpin inadah tisak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Oleh karena itu Salam juga menunjukkan ikatan emosional antara pimpinan ibadah dan anggota jemaat.
    Introitus pada hakekatnya adalah nyanyian jemaat yang umumnya nyanyian tersebut diambil dari kitab Mazmur. Nyanyian tersebut dinyanyikan ketika yang membawa ibadah memasuki ruangan kebaktian. Pada perkembangan selanjutnya introitus tidak lagi dinyanyikan, melainkan hanya dibaca dan disesuaikan dengan tahun Gerejawi.
    Jadi, ketiga hal ini (Votum-Salam-Introitus) adalah komponen yang penting dalam ibadah. Karena dengan dilsanakannya ketiga hal ini maka jemaat akan bisa merasakan kehadiran Allah dalam ruang peribadahan. Dengan Votum-Salam-Introitus berarti kita mengundang Allah hadir dalam ruang hati kita. Oleh sebab itu dalam melaksanakan peribadahan kita tidak boleh terlambat. Artinya kita harus mengikuti ketiga hal yang telah disebutkan diatas, karena jika tidak mengikutinya itu berarti kita sama saja dengan absen dalam peribadahan tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Susi Susanta Barus
      Nim : 12. 01. 969
      Analisa terhadap sajian kelompok 2 oleh Yuwan, Rutin, Sweetry, Nurintan, dan pepayosa.
      Judul : Pengakuan Dosa-Pemberitaan Anugrah-Hukum
      Analisa
      Pengakuan dosa, pemberitaan anugrah dan hukum adalah tiga hal yang berkaitan dan saling melengkapi. Urutan dari ketiga hal ini berbeda-beda menurut pengertiannya masing-masing, jika Mikron menyatakan bahwa yang pertama dilakukan itu adalah hukum-pengakuan dosa baru pemberitaan Firman. Karena menurutnya hukum itu adalah dasar firman sebagai cermin untuk melihat siapa kita kemudian setelah itu baru kita mampu mengakui kesalahan kita hingga pada akhirnya akan ada janji pengampunan akan dosa. Berbeda halnya dengan Calvin, Calvin mengatakan bahwa kita harus mengaku dosa dulu baru ada pengampunan dan hukum adalah hanya sebuah nyanyian puji-pujian yang diperuntukkab untuk Allah.
      Jadi, menurut saya mengenai urutan bukanlah menjadi masalah yang paling penting adalah bagaimana kita mampu menghayati dan mengakui dosa-dosa kita pada Allah dengan hati yang sungguh-sungguh.
      Seperti yang dinyatakan diatas yang terpenting adalah penghayatankita dalam pengakuan dosa oleh sebab itu pengakuan dosa bisa saja diganti dengan pambacaan mazmur yang merujuk pada sikap pengakuan dosa seperti dalam Mazmur 51.
      Pengakuan dosa fungsinya pada dasarnya adalah untuk membangun spritual jemaat supaya tidak lagi mengulang dosa yang telah ia lakukan. Pengakun tidaklah menjadi sarana untuk melakukan dosa kembali, oleh sebab itu sudah layak dan sepantasnya dosa-dosa yang dilakukan dikurangi dan diminimalisir supaya pengakuan dosa dan tindak kehidupan kita dapat menyenangkan hati Tuhan. Karena yang Tuhan senangi adalah kita kembali dan tidak melakukan dosa kembali, karena itulah Allah menyediakan pengampunan dosa kepada manusia.
      Pengakuan dosa harus diucapkan dari hati karena disitulah kita mengaku ketidaksempurnaan kita sebagai manusia.
      Pemberitaan anugrah berlaku untuk manusia bukan supaya manusia mengulangi terua menerua kesalahannya, namun itu Allah berikan untuk menyatakan kasihnya kepada manusia. Dasar Hukum pada hakekatnya adalah membaca 10 printah Allah dan Dasar teologis dari pembacaan hukum ini diambil dari Yohanes 3:16.
      Yang boleh menjadi refleksi dari pembelajaran hari ini adalah ketiga rangkaian ini adalah sarana kita untuk mengakukan kelemahan kita kepada Allah dan dari situ Allah akan memberi pengampuanan dan penguatan pada manusia. Dari pengakuan hingga pengampunan yang diberikan oleh Allah bukan jalan kita untuk mengulang kembali melakukan dosa, namun dari sana Allah mau menyatakan cinta kepada manusia melalui pengampunan.
      Jadi, sudah seharusnya kita meniadakan kesukaran bagi orang-orang yang ada disekitar kita.

      Hapus
    2. Nama : Susi Susanta Barus
      NIM : 12.01.969
      Analisa sajian ke III yang dibawakan oleh penyaji Noni, Pittor, Obedy, Winda dan Devi dengan Judul : Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Analisa
      Doa adalah salah satu cara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk berkomunikasi dengan Allah. didalam peribadahan doa dolakukan untuk meminta pertolongan kepada Allah untuk turut serta hadir dalam sebuah ibadah selanjudnya supaya ibadah dapat berjalan dengan seturut kehendak Allah. dalam pembacaan Alkitab Kuyper mengatakan bahwa Chotbah sangat berthubungan erat dengan pembacaan alkitab oleh sebab itu nats pembacaan alkkitab tidak bisa di ambil dengan sesuka hati. karena pada dasarnya Pembacaan alkitab akan mengantarkan jemaat untuk lebih memahami khotbah yang akan dibawakan oleh pembawa Firmannya oleh sebab itulah pembacaan Alkitab tidak boleh berdiri sendiri.
      selanjudnya adalah khotbah, khotbah dalam aliran Calvinisme adalah sentral dalam sebuah peribadahan oleh sebab itu penyampaian khotbah dalam ibadah harus memenehui syarat untuk dapat menyentuh pergumulan jemaat. lamanya khotbah ternyata juga harus diperhatikan oleh orang yang akan berkhotbah karena ternnyata daya konsentrasi manusia itu memiliki batas-batas tertentu, oleh karena itu seorang pengkhotbah yang akan berkhotbah harus memperhatikan waktu.
      ketiga unsur ini pada dasarnnya adalah hal yang sangat berhubugan erat karena jika salah satu dari ketiga hal ini ditiadakan maka akan terasa kurang sempurna jalannya ibadah. misalnya jika Khotbah tanpa doa atau jika hanya doa tanpa pembacaan alkitab, tentunya hal tersebut akan terasa kurang nyaman untuk dilakukan. oleh sebab itu dalam peribadahan ketiga unsur ini adalah hal yang wajib baik itu doa, pembacaan firman dan Khotbah. Dalam hal berdoa, ternyata hal yang penting diperhatikan juga adalah mengenai sikap doa itu sendiri. Ternyata tidak ada yang salah dengan sikap berdoa yang seperti apapun, hal yang paling penting adalah hati yang dimiliki dalam penyampaian doa tersebut. Dan dalam pembacaan Alkitab, ternyata pembacaan itu tidak senonoh saja dibacakan melainkan dengan penghayatan yang cukup mendalam terhadapnya. Dan point yang juga tidak kalah penting adalah khotbah, dimana melalui khotbahlah jemaat dapat mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Allah melalui hambanya. Oleh sebab itu dalam menerima Firman itu jemaat harus berdoa terlebih dahulu meminta pertolongan daripada Allah.
      Dalam ketiga unsur ini adalah sama-sama penting, oleh sebab itu janganlah ada hal yang dipermainkan di dalamnya. Baik itu dalam hal berdoa, membacakan Alkitab dan dalam Khotbah.

      Hapus
    3. Nama : Susi Susanta Barus
      Nim : 12. 01.969
      Analisa terhadap sajian kelompok IV yang disajikan oleh Jhoni purba, Sri Muliana, Roles Purba, Tribina Gtg. Dengan judul sajian : Pengakuan Iman dalam tema nats nats dengan tema Alkitab.
      Analisa
      Didalam sebuah zaman yang menakutkan bagi gereja karena kehadiran pengajar-pengajar sesat ingin merorong-rong ke Esaan gereja, disitu gereja tidak hanya berdiam diri gereja membuat senjata untuk melawan serangan-serangan tersebut yakni Pengakuan Iman. Pengakuan iman menjadi salah satu senjata gereja untuk melawan pengajaran-pengajaran sesat, di dalam pengakuan iman ada terdapat rumusan kepercayaan terhadap Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Pengakuan iman lahir dari konsili yang diadakan oleh bapa-bapa gereja terdahulu, dan dalam perumusan pengakuan iman ini ternyata tidaklah mudah, para bapa-bapa gereja telah sangat bergumul sampai akhirnya pengakuan iman ini diresmikan. Dalam prakteknya pengakuan iman ini terjadi pergeseran dimana, jika dahulu pada awalnya dalam pengucapan pengakuan iman dilakukan dengan membuka mata dan dengan lantang mengucapkannya (karena sesuai dengan fungsinya sbg senjata) namun sekarang dalam prakteknya orang mengakukannya dengan menutup mata dan tunduk. Pengakuan iman sangatlah penting bagi orang Kristen karena dengan mengakukan iman itu berarti kita telah mengikrarkan iman kita terhadap Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.karena pengakuan iman ini pada esensinya sangat penting maka pada abad 6-7 diterimalah pengakuan iman di dalam Liturgi tata ibadah. Sebenarnya ada beberapa pengakuan yang lahir dari konsili seperti pengakuan nicea, pengakuan konstantinopel dan nicea-konstantinopel namun yang sering dipakai dalan gereja adalah pengakuan iman Rasuli karena memang pengakuan ini adalah yang paling pendek dari semuanya. Dalam urutan tata liturgi, letaknya berbeda-beda oleh masing-masing tokoh. Jika Luther menempatkan pengakuan iman sebelum khotbah sedangkan Calvin menempatkan pengakuan iman setelah khotbah. Namun harus diketahui bahwa penempatan pengakual iman dalam liturgi bukanlah persoalan karena baik sebelum maupun sesudah khotbah jika diakukan dengan hati tulus maka itu adalah baik.pengakuan iman kita juga berarti penghormatan kepada Allah, dan disitulah kita benar-benar menjadi beda dengan yang lain, yakni memperlihatkan bahwa kita memiliki Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Menurut saya pengakuan iman itu sebuah kalimat wajib oleh Kristen karena disitulah kita mengakukan diri kita sebagai Kristen yang sejati. Dan melalui pengakuan iman juga kita boleh mempermuluakan Allah dengan menyebut bahwa kita mempunyai kepercayaan yang sama yakni percaya kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.demikian kita harus mengakukan iman dalam ibadah dengan tulus dan tidak main-main. Disamping kita harus menghapal pengakuan iman kita harus menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku kita dalam hidup sehari-hari kita harus mencerminkan bahwa kita adalah anak anak Allah.

      Hapus
    4. Nama Penyaji : Chaterine Manurung, Fetra Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Pengenlan pertma bagi kita adalah doa, doa dalam pengajaran Kristen sering sebagai nafas, itu artinya jika kita hidup tanpa doa maka sebenarnya kita sudah mati (kerohanian). Doa adalah alat komunikasi dengan Allah, melalui doa, kita bisa mengungkapkan rasa sykur, suka duka kepada Allah. Melalui doa jugalah kita meminta segala sesuatu kepada Allah.
      Topik kali ini adalah doa syafaat. Yang dimaksud dengan doa syafaat adalah doa yang dipanjatkan kepada Allah uang dimana isi dari doa tersebut adalah mendoakan orang lain bukan diri sendiri. Dalam bahasa Ibrani, syafaat berarti meminta keadilan. Dimana kuta ketahui bagaimana kekristenan pada zamannya mengalami ketertindasan begitu juga dengan orang-orangnya. Oleh sebab itu dibutuhkan keadilan/kebebasan dari ketertindasan yang dialami oleh orang Kristen.
      Oleh karena itulah, semua orang Kristen wajib selalu berdoa untuk orang2 Kristen yang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai hari ini masih dalam ketertindasan dalam mempertahankan imannya kepada Allah.
      Dari hal tersebut, di peroleh pengertian bahwa kita berdoa tidak cukup hanya mendoakan diri kita sendiri melainkan juga mendoakan orang lain. Karena Alkitab juga mengajarkan kita untuk mendoakan orang lain seperti yang dilakukan oleh Abraham yang juga berdoa kepada Allah untuk keselamatan Sodom dan Gomora. Dan dalam kehidupannya juga Yesus menerapkan doa yang tertuju kepada orang lain.
      Demikianlah kehidupan orang Kristen yang sesungguhnya yakni menjadikan doa sebagai identitas. Karena jika kita lihat juga bagaimana Luther yang begitu tekun dalam doanya demikan jugalah kita untuk mampu menjadi hamba Tuhan yang senantiasa bedoa untuk kepentingan umum. Jadilah pemdeta pendoa.

      Hapus
    5. Nama : susi susanta barus
      Ting/jur : Ivb teologi
      Judul sajian : pemberian jemaat
      Jemaat yang menyadari apa yang ada pada dirinya adalah kepunyaan Tuhan maka ia tidak.akan pernah merasa berat untuk memberikan apa yang ada pada dirinya. Yang sering terjadi adalah manusia merasa apa yang ada pada dirinya adalah hasil usahanya sendiri.
      Paulus berkata memberi itu bukan suatu proses kehilangan tapi memberi itu adalah proses menabung. Menabung kebaikan. Dimana kelak akan dituai dan.diperhitungkan apa yang sudah kita berikan bagi Tuhan.dan gereja. Untuk sampai ke dalam tajap itu yg penting adalah manusia seutuhnya harus memahaminbahwa hodupnya adalah persembahan yang sebenarnya. Jika kita sudah sampai pada tahap iman.yang seperti ini maka bukanlah hal yang berat untuk memberikan.sebagian.dari harta kita kepada Tuhan.

      Hapus
  9. Nama : Hotni Malau
    NIM : 12.01.930
    Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Marbun.
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu.
    Analisa terhadap sajian kelompok 1 tentang Votum-Salam-Introitus.
    Melihat pendapat dari ahli-ahli liturgi yaitu Stevens, yang mengatakan bahwa votum artinya janji yang khidmat. Yang artinya melalui votum pertemuan jemaat mendapat sifatnya yang khusus dan dibedakan dengan pertemuan-pertemuan yang lain. Dimana melalui votum orang-orang yang datang berkumpul dari segala tempat (kota dan desa) di dalam kebaktian berubah menjadi jemaat Yesus Kristus. Dan maksud votum adalah untuk meng-konstatir ‘hadirnya Tuhan Allah’di tengah-tengah umat-Nya, yang harus diucapkan pada permulaan kebaktian. Sama halnya dengan salam, menurut Golterman adalah usaha mendapatkan kontak yang artinya Tuhan Allah mau mengadakan persekutuan dengan jemaat yang disampaikan pelayan kepada jemaat. Dan yang perlu kita ketahui juga adalah salam itu bukanlah berkat tetapi hanya salam yang juga butuh jawaban “amin”. Kalau berbicara tentang introitus adalah nats pendahuluan yang diucapkan tidak dapat ditiadakan (dihilangkan). Baiklah introitus dihubungkan dengan tahun gerejawi dan nats khotbah. Introitus ini diucapkan pelayan dan jemaat terus menjawab dengan nyanyian. Dari ketiga unsur yang menjadi bagian dari liturgika ini yaitu votum, salam dan introitus masih dipakai sampai saat ini. Dan ketiganya ini dipakai atau dikombinasikan dalam ibadah. Ketiga unsur ini juga berhubungan atau disesuaikan dengan nama-nama minggu atau sesuai kelender gerejawi. Sehingga dalam pemakaian votum, salam, dan introitus ini memiliki hubungan atau keterkaitan. Perlunya ketiga unsur ini dalam kebaktian adalah untuk menghantarkan jemaat untuk lebih tenang dalam mengikuti peribadahan. Karena didalam unsur inilah jemaat dipersatukan didalam nama yang indah yaitu Yesus Kristus. Dan ketiga unsur ini dipakai bukan hanya dalam ibadah formar tapi dapat juga dipakai dalam ibadah non-formal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Hotni Malau
      NIM : 12.01.930
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Noni Sinaga, Jhoni Pittor Saragih, Obedy Hia, Devi Ginting, Winda Sitepu.
      Pembahas : Hotni Malau, Chaterine Manurung, Fetra Sipayung, Jhon Rein Tamrin Panjaitan.
      Analisa sajian kelompok 3 tentang Doa (Epiklese, Pembacaan Alkitab, Khotbah).
      Doa, pembacaan Alkitab dan khotbah merupakan unsur tetap di dalam kebaktian jemaat. Dan persoalan penempatannya itu berbeda di dalam tiap-tiap gereja. Contohnya saja doa ada gereja yang menempatkan doa sebelum dan sesudah pembacaan Alkitab, dan ada yang menempatkannya diantara pembacaan Alkitab dan kolekte yang berlangsung sebelum khotbah. Yang ternyata mengubah makna atau tugasnya sebagai epiklese, yaitu doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar firman Allah dapat didengar dengan baik. Pembacaan Alkitab juga merupakan pemberitaan firman. Alkitab adalah suatu buku yang tertutup bagi kita dan firman Allah adalah huruf-huruf yang mati tanpa pekerjaan Roh Kudus. Dan pembacaan Alkitab tidak akan ada gunanya bila tidak dilakukan dengan maksud untuk menerangkan kepada jemaat. Dan cara atau usaha yang boleh kita lakukan dalam memungkinkan jemaat mendengarkan firman kita dapat melakukannya dengan cara pembacaan secara berkesinambungan. Khotbah adalah sebahagiaan dari ibadah,dan khotbah harus membangun jemaat untuk turut aktif mengambil bagian di dalam ibadah. Dan khotbah yang baik itu kita harus menemukan Yesus Kristus dan harus menjawab pergumulan dari jemaat itu sendiri. Di dalam khotbah juga yang terjadi itu ialah Alkitab menafsir Alkitab yang artinya nats yang difirmankan memiliki keterkaitan dengan ayat yang lain. Jika berbicara masalah waktu itu dapat dipakai 20-30 menit. Baik pembacaan Alkitab dan khotbah itu disesuaikan dengan kelender gerejawi dan pergumulan dari jemaat. Atau dengan kata lain mengkontekstualisasikan dengan keadaan dan pergumulan jemaat dan harus menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Nama : Hotni Malau
      NIM : 12.01.930
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Yuwan Ambarita, Rutin Saragih, Sweetry Sitohang, Nurintan Damanik, Dwi Pepayosa Ginting.
      Pembahas : Sri Muliana Kaban, Jhoni Purba, Tribina Ginting, Roles Purba
      Analisa terhadap sajian kelompok 2 tentang Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum.
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum, ketiga unsur ibadah ini baru timbul dalam abad-abad pertengahan. Pengakuan dosa disebut confesio dan diucapkan bukan saja pada permulaan misa, melainkan juga pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Pengakuan dosa umpamanya dapat dilakukan di dalam doa atau litani. Pemberitaan Anugerah dan hukum dapat diberitakan di dalam khotbah. Rumus pemberitaan anugerah yang biasa dipakai ialah “Sebagai hamba Yesus Kristus memberikan pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang yang tulus ikhlas telah mengaku dosanya dihadapan Allah”. Pengakuan dosa salah satu unsur esensial dari kebaktian gereja dan ini tidak boleh ditiadakan dari ibadah. Pemberitaan anugerah ini berbentuk permohonan. Sehingga memang ketiga unsur ini tidak boleh hilang dari ibadah, karena lewat ketiga unsur inilah jemaat memiliki waktu atau kesempatan untuk merenung sejenak. Dalam artian memberikan hati dan waktunya untuk memohon ampun atas dosa atau kesalahan yang diperbuat. Di dalam tahap ini jugalah jemaat dapat mengingat sagala kesalahannya terhadap Allah dan sesamanya manusia. Sehingga memang perlu dalam ketiga unsur ini jemaat diberi waktu dalam hal perenungannya sejenak. Dan memang yang terjadi juga dalam gereja-gereja di penghujung pengakuan dosa akan disambung dengan suatu nats yang dipilih menurut tahun gerejawi. Pengampunan dosa itu bukan suatu harapan atau mudah-mudahan, melainkan suatu kenyataan. Kenyataan yang dahsyat dari pemberitaan Kristen yang menjadi dasar khotbah.dan hukum yang biasa itu adalah dibacakannya dasafirman. Tetapi ada juga yang menyanyikannya sebagai pujian. Yang pasti ketiga unsur ini harus diakhiri jemaat dengan meng-Amin-kannya.

      Hapus
    3. Nama : Hotni Malau
      NIM : 12.01.930
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Sri Muliana Kaban, Roles Girsang, Jhoni Purba, Tribina Ginting
      Pembahas : Asri Purba, Franky Barus, Sri Ita Sebayang, Mery Ginting
      Analisa sajian kelompok 4 tentang Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab.
      Pengakuan Iman merupakan salah satu dari senjata gereja untuk melawan ajaran sesat dalam kehidupan gereja pada masaa itu. Dan pengakuan iman dalam gereja di Indonesia ada: Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Athansius, dan Pengakuan Iman Chalcedon. Orang Kristen memerlukan pengakuan iman, yaitu: sebagai ringkas isi iman kepercayaan. Dari pengakuan iman yang kita ikrarkan waktu itu diteguhkan menjadi anggota sidi dan itu dilakukan langsung oleh orangnya melalui mulut dan hatinya. Letak pengakuan iman ini sendiri dalam ibadah ada yang sebelum dan sesudah khotbah. Jadi, perlu atau tidaknya pengakuan iman ini bagi orang Kristen adalah bahwa lewat atau melalui imanlah orang Kristen dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari pada kemampuannya sendiri. Pengakuan iman ini juga menuntut manusia untuk mengetahui apa yang diimani akan Allah yang Tritunggal. Pengakuan iman ini menyatakann keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, khususnya dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya. Dan iman adalah tanda yang hidup dan harus dihidupi. Yang terjadi di dalam kebaktian dalam hal pengakuan iman ini disesuaikan juga dengan tema peribadahan pada hari itu juga. Sehingga tidak akan terjadi keganjalan dalam kebaktian tersebut antara berkaitannya tema, pengakuan iman, dan nats tema Alkitab pada saat kebaktian berlangsung. Dan yang terjadi juga dalam hal pengucapan pengakuan iman ini orang-orang melakukannya dengan menutup mata. Sebenarnya tidak ada yang salah akan hal tersebut hanya yang perlu adalah ketika anggota jemaat yang ingin melangsungkan angkat sidi, pengakuan iman ini harus di beri penjelasan bahwa ini adalah senjata gereja. Karena yang terjadi masih banyak jemaat yang belum memahaminya. Jadi, pengakuan iman sangatlah berperan penting dalam unsure liturgy walaupun bukan sebagai pusat dari ibadah, tapi menjadi salah satu bagian liturgi yang memiliki peran sebagai ajaran gereja.

      Hapus
    4. Nama : Hotni Malau
      NIM : 12.01.930
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Chaterine Manurung, Fetra Sipayung, Hotni Malau, Jhon Tamrin Panjaitan
      Pembahas : Ester Hutasoit, Junita Rajagukguk, Sonia Ginting, Susi Barus.
      Analisa terhadap sajian kelompok V Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab.
      Doa syafaat adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan untuk kepentingan orang lain. Dan doa syafaat ini juga dapat kita katakan kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang lain. Ini kita lakukan agar orang tersebut atau yang kita doakan mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Karena Yesus sendiri mengajarkan kita senantiasa mengingat orang lain di dalam doa kita, hal ini akan menyenangkan hati Tuhan. Dan tujuan dari doa syafaat itu sendiri adalah agar kita dapat hidup tenang dan tentram, baik dan berkenan kepada Allah, supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Dan hal yang perlu juga kita ketahui yaitu adanya jenis-jenis dari doa syafaat adalah: doa syafaat untuk pribadi, doa syafaat untuk umum, doa syafaat untuk misi, dan doa syafaat untuk peperangan rohani. Bahkan Alkitab perihal doa syafaat yaitu: bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa, para hamba Tuhan, gereja, teman-teman, teman-teman sebangsa, orang sakit, para musuh, mereka yang menganiaya kita, mereka yang membuang, dan semua orang. Kemudian masalah penempatan doa syafaat dalam ibadah adalah gereja-gereja ada yang menempatkannya sebelum dan setelah pemberitaan firman.dalam setiap ibadah ketika kita mendengar yang namanya doa syafaat sifatnya adalah panjang. Bahkan ketika urutan dari unsur liturgi ini akan tiba banyak orang yang akan keluar dari ruang ibadah agar mereka tidak terlibat. Di dalam doa syafaat inilah kita memiliki kesempatan untuk mendoakan orang lain. Dan di dalam hal berdoa tidak banyak yang bertalenta untuk melakukankanya. Dan jangan pernah kita mengukur orang mengenal Tuhan lewat doa.

      Hapus
    5. Nama : Hotni Malau
      NIM : 12.01.930
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Penyaji : Asri Purba, Merry Ginting, Frangky Barus, Sri ita
      Judul Sajian Kelompok VI Pemberian Jemaat.
      Demi menyelenggarakan pekerjaan Allah yang besar agar mencapai tujuan akhir dari yang direncanakan Allah maka banyak hal yang harus dilakukan atau berikan dan korbankan sebagai sarana dan fasilitas pendukung pekerjaan Allah itu. Kehidupan seseorang yang sudah mengalami keselamatan dari Allah dalam hidupnya, maka langkah selanjutnya adalah mengikut Tuhan dengan mempersembahkan diri dan semua yang dimilikinya, baik korban persembahan rohani dan korban persembahan jasmaniah-material. Korban-korban persembahan yang diberikan untuk pekerjaan Tuhan adalah bentuk ucapan syukur jemaat kepada Tuhan adalah “persepuluhan”. Pemberian jemaat dalam bentuk persembahan. Dan persembahan ini adalan bentuk ucapan syukur jemaat kepada Kerajaan Tuhan. Karena ucapan syukur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Tetapi yang perlu juga untuk diketahui bahwa Yesus Kristus lebih menekankan persembahan yang hidup daripada sekedar memberi harta milik. Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman atas berkat Allah yang telah diterimanya. Pemberiaan jemaat bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang untuk keperluan geeja. Kemudian masuk dalam unsur liturgi persembahan ini dilakukan dua tau tiga kali dan pelaksanaannya ada sebelum dan sesudah khotbah. Pelaksanaan persembahan berbeda-beda dalam setiap gereja. Pemberian jemaat ini juga sudah dikenal dari zaman PL dan PB. Namun pemberian jemaat ini dikenal dengan banyak sebutan. Pemberian jemaat ini dikenal dengan banyak dalam bentuk yang berbeda-beda. Tetapi yang pastinya pemberian jemaat bukan saja untuk menyenangkan hati manusia dan gereja, tetapi juga untuk menyenangkan Hati Tuhan. Dan pemberian jemaat bukanlah bnetuk atau tanda keselamatan.

      Hapus
    6. Nama : Hotni Malau
      NIM : 12.01.930
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Penyaji : Ester, Junita, Susi, Sonia
      Judul Sajian Kelompok VII adalah nyanyian dan paduan suara.
      Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur dalam liturgi. Nyanyian adalah wahana pemberitaan firman Tuhan. Nyanyian liturgi harus sama atau sesuai dengan masa dan tema liturgi. Yang dimaksudkan disana adalah nyanyian itu harus disesuaikan misalnya: masa paskah. Kesesuaian isi dan melodi lagu dengan masa serta tema liturgi akan membantu umat untuk memperdalam dan memperjelas misteri Iman yang sedang dirayakan. Jemaat menyanyi bukan karena tradisi tetapi jemaat menyanyi karena suatu sebab yang lebih dalam yaitu karena karya penyelamatan Allah. Paduan suara yang dipakai di dalam ibadah jemaat adalah paduan suara jemaat bukan perhimpunan. Di dalam ibadah paduan suara memiliki tugas melayani dan berdiri di pihak jemaat. Dan yang menjadi fungsi paduan suara adalah: pendukung nyanyian jemaat, wahana pemberitaan firman, dan bagian utuh dari jemaat untuk mempersembahkan puji-pujian. Liturgi yang merupakan perayaan iman gereja senantiasa tidak dapat lepas dari pada unsur musik. Nyanyian liturgi juga harus mengungkapkan iman akan Kristus bahwa Kristus benar-benar hadir dalam liturgi dan itu terungkap dari dalam nyanyian liturgi. Tetapi yang terjadi juga dalam gereja masih kurang dalam hal paduan suara. Juga pemakaian musik dalam gereja, masih ada gereja yang belum memakai alat musik sebagai pelengkap unsur liturgi untuk menambahkan keindahan dalam ibadah tersebut. Ketiga unsur ini, nyanyian, paduan suara dan musik tidak disetiap gereja ketiganya ini ada berapa pada posisi yang sama. Karena ketiga ini memang belum lengkap di setiap gereja. Walaupun memang ketiganya merupakan bagian dalam unsur liturgi. Yang juga dipakai sebagai bentuk pernyataan pemberitaan kehadiran Allah dalam ibadah.

      Hapus
  10. Nama:Tri Bina Meisana Br. ginting
    NIM: 12-01-973
    Ting/jur:IVB/Teologi

    Menyenangkan hati Tuhan Kelompok I

    Dalam votum, salam dan introitus, ketiga hal ini memang lah berbeda. Akan tetapi perlu diketahui tujuanya hanya satu yaitu menyenangkan hati Tuhan dan memuji namaNya yang Agung. Dalam peribadahan banyak terdapat unsur-unsur yang merupakan peribadahan memang benar banyaka jemaat dalam peribadahan yang hanya lebih menganggap nilai khotbah yang paling tinggi. Contohnya digereja saya, masih banyak jemaat yang memang lebih terkhusus kepada kaum permata dan kaum bapak. Ketika sebelum khotbah atau masih dalam votum, salam atau introitus mereka pergi keluar. Akan tetapi sudah sampai pada waktu khotbah semuanya masuk. Ternyata yang ada didalam pemahaman jemaat sekarang ini penilaian jemaa terhadap peribadahan yang paling penting itu adalah khotbahnya. Dan juga tanpa disadari sudah meninggalkan unsur liturgi yang lain. Ini lah yang akan kita bawa kejemaat nantinya sebagai bekal pelayanan kita nantinya. Agar pemahaman yang sudah tercuci dalam pemikiran bahawa khotbah yang paling penting dalam kedudukan peribadahan. Tapi banyak unsur ibadah yang juga harus diperhatikan dalam peribadahan. Yang dapat menyenagkan hati Tuhan dan juga termasuk dari memuliakan nama Tuhan. Votum salam dan Introitus adalah sumber untuk membangun spritualitas jemaat. Kita tidak dapat menilain unsur yang tertinggi dalam peribadahan sehinga kita lebih mementingkan hal tertentu saja. Dalam setiap perbidahan semua hal tinggi nilainya dihadapan Allah, akan tetapi tergantung hati dan penyembahan kita saat beribadah kepada Allah. Karena tidak ada yang dapat menilai hati peribadahan itu kepada Allah. Karena hanya Allah yang dapat menilai kesunguhan kita dalam beribadah.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Nama Tri Bina Meisana Br. Ginting
      Ting / Jur IV-B Theologia
      Pengakuan dosa, pemberitan anugrah dan hukum ini juga adalah bagian dari unsur liturgiyang juga terdapat dalam peribadahan. Pengakuan dosa yang terdapat dalam unsur liturgi ada terbagi menjadi dua, yaitu pengakuan dosa secara pribadi dan pengakuan dosa secara kolektif dalam ibadah bersama. Dan memang benar pengakuan dosa yang kita lakukakniu pengakua dosa yang harus berasal dari hati. Pemberitaan anugerah juga terdapat yang berbentuk depreaktif (permohonan) yang diarikan juga dngan absolusi. Memag pemberitaan anugrah dan pengakan doaini berletak alam sebelum khotba itiu akan dimulai. Jadi adanya pengakuan dalam dirikita terhadap dosa yang kita perbuatkepada Tuhan. Hukum sangatberperan penting karena ketika adanya dasar firaman harus ada hukumya ya. Karena dasar fiman dibacakan harus ada hkumnya. Dan ketika tidak ada hukum keitika dasar firman maka dasar firman tidak bisa dibacakan tanpa adanya hukum. Dalam ketiga unsu inimemang mempunyai letak yan berbeda dalam peribadahan. Dalam peribadahan unsur dari pengakuan dosa itu juga adalah doa pengakuan dosa yang kita panjatkan atau kta akukan di hadapan Allah yang dimana kita mengakui segala keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita dalam melakukan kehendak Allah. Pemberitaan anugerah yang tidak terlepas dari unsur ltiurgi yang terdapat dalam peribadahan artinya Berita anugerah merupakan pernyataan anugerah pengampunan dosa terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Jadi pusat yang harus kita fokus tetap pada Yesus Kristus sebagai karya yang nyata. Pemeberitaan Anugerah juga megantarkan manusia sebagai orang berdosa kepada kelayakan kita untuk menerima Firman dan berkat Allah. Sebab kita berdosa setiap hari, dan hanya oleh anugerah Allah kita di selamatkan. Dan melalui pembacaan Hukum , kita diingatkan akan tanggung jawab orang percaya dalam hidup sehari-hari supaya seturut dengan kehendak Allah, Hukum itu dibacakan sebagai “cermin” bagi kita yaitu bagaimana sikap perilaku orang percaya kepada Tuhan dan kepada sesama manusia, sebagai wujud kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia.


      Hapus
    2. Menyenangkan Hati Tuhan Kelompok III
      Nama Tri Bina Meisana
      Doa, pembacaan Alkitab dan khotbah adalah bagian dari unsur liturgi, doa adalah sarana kita berkomunikasi dengan Tuhan. Memanjatkan permohonan kita memita kepada Nya, seperti apa yang dikatakan oleh Matius 7 ayatnya yang ke-7,” minta lah maka engkau akan diberi.....”. Doa juga bagian dari unsur peribadahan karena dengan doa kita dapat meminta penyertaan Tuhan dalam pelaksanan peribadahan tersebut. Dalam pembacaan Alkitab juga sangat berhubugan dengan kotbah karena dengan pembacaan Alkitab lah khotbah itu dihantarkan. Pembacaan Alkitab yang dilakukan untuk mendukng dalam khotbah tersebut. Karena khotbah itu adalah sarana penyampaian firman Tuhan atau apa yang diperintahkan Tuhan melalui khotbah. Jadi bagaimana khotbah bisa dikatakan dapat memberitakan frman Tuhan tanpa ada pembacaan Alkitab. Maka nya tadi juga dikatakan pembacaan Alkitab itu sangat berhungan degan khotbah. Jadi dari ketiga unsur itu harus seiiring berjalan dengan bersama-sama. Ketika doa kita panjatkan untuk perjalanan peribadahan yang akan dilakukan, dan dala perbadahan itu adaya firman Tuhan yang hendak kita dengar sebelumnya ada pembacaa Alkitab yang menyapa kita. Kita juga sebagai hamba Tuhan,tinggal bagaimana cara kita dalam menghidupi ketiga unsur ini yang akan kita lakukan dalam peribadahan. Terkadang dalam peribadaan sering sekali melakukan peribadahan itu hanya sebagai formalitas saja, tanpa mengetahui apa yang menjadi unsur liturgi yang terdapat dalam peribadahan. Dan ini juga yang akan menjadi tugas kita ketika kita sudah mengerti dan memahami, apa yang harus kita bawa kepelayanan kita. Jangan kita biarkan ketika jemat kita nantinya salah dalam pemahaman mengenai unsur liturgi tersebut. Karena apa yang dikatakan oleh kelompok III sudah dengan jelas dikatakan unsur-nsur liturgi sangat penting dalam peribadahan, tujuannya agar kita lebih memaknai apa sebenarnya peribadahan yang dapat menyenagkan hati Tuhan.

      Hapus
    3. Uas berjalan kelompok V
      topik : doa syafaat

      dalam peribadahan adnya unsur doa didalamnya, tapi doa ada berbagaimacam. yang dimaksudkan adalah doa syafaat, doa syafaat juga mempuyai peran yang pentng dalam peribadahan. karena ketika adnya doa syafaat berarti kta tidak lupa akan orang-orang yang ada disekeiling kita dan sekitar kita. kta tidak akan lupa aka tetan hal itu.
      karena Doa syafaat berarti kita tidak hanya terfokus kepada diri kita sendiri. tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain atau dengan kata lain menyebut nama orang-lain di dalam doa kita. Karena Yesus sendiri mengajarkan agar kita senantiasa mengingat orang-lain di dalam doa kita. Sehingga dengan mendoakan orang-lain dengan kesungguhan hati kita, kita akan menyenangkan hati Tuhan. Karena betapa senangnya hati Allah bila kita mendoakan anak-anak-Nya yang lain.
      dalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Doa syafaatjuga berarti kita datang kepada Tuhan sebagai perantara. Dimana ita yang menggantikan posisi orang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.dan juga menyampaikan rasa syukur kepada Allah karena segala kebaikannya. Selanjudnya doa syafaat yang dilakukan adalah dalam rangka peduli terhadap orang lain.

      Hapus
    4. Menyenangkan hati Tuhan VII
      Nyanyian dan Paduan Suara
      Hal yang harus dihayati oleh setiap anggota paduan suara adalah bahwa dirinya bernyanyi untuk melayani dan memuji Tuhan. Kita dilayakkan untuk memuji nama Tuhan karena karya keselamatan-Nya (1 Taw 16:23). Kita bernyanyi bukan untuk menggembirakan dan memuaskan kebutuhan spiritual kita semata. Kita bernyanyi memuji Tuhan sebagai kesaksian iman kita pada sesama manusia dan dunia.
      Dengan demikian, keberadaan paduan suara dalam ibadah bukanlah dalam rangka konser atau pertunjukkan. Jadi, anggota paduan suara tidak boleh memposisikan dirinya untuk berperan sebagai artis/aktor. Paduan suara bukanlah kelompok elit yang berbeda dengan jemaat lainnya yang mengikuti ibadah. Sungguh menyedihkan bila dalam sebuah ibadah, paduan suara menyanyi dengan baik namun jemaat menyanyi dengan lesu dan tidak bersemangat. Muara paduan suara adalah ibadah umat dan bukan berfokus pada dirinya sendiri. Kesadaran ini akan membuat setiap anggota paduan suara bersikap rendah hati di hadapan Tuhan ketika melayani Tuhan. yanyian adalah wahana (vehikel) pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu. Kedua aspek ini erat hubunganya. Aspek kembar inilah yang membedakan nyanyian gerejawi dengan nyanyian-nyanyian lain. Nyanyian gerejawi bersifat homologia, bukan ekspresi religious dari pengubah. Dalam nyanyian gerejawi jemaat tidak melihat pada dirinya (jiwa) dan karya sendiri, tetapi kepada Tuhan Allah dan kepada apa yang Ia kerjakan dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Proklamasi dari karya penyelamatan Allah harus diiringi dengan himnus oleh aklamasi jemaat.

      Hapus
    5. Menyenagkan hati Tuhan VII

      Pemberian Jemaat
      Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupul di sisi altar. Pemberian berasal dari kata Beri yang berarti menyerahkan, membagikan sesuatu dan menyediakan, sementara jemaat berasal dari bahasa Arab yaitu Djm yang berarti mengumpulkan atau menghimpun dan digunakan oleh orang Kristen untuk menunjukkan istilah ‘umat’ baik untuk suatu Gereja maupun untuk seluruh anggota persekutuan Kristen. Persembahan adalah sesuatu yang kita persembahan kepada siapa yang kita sembah. Dan kita di gereja kalau Minggu pasti ada persembahan yang kita berikan bagi pekerjaan Tuhan. Dan setiap minggu pertama kita juga akan memberikan persembahan perpuluhan di rumah Tuhan. Kadang banyak orang yang berpikir bahkan berhitung sama Tuhan seberapa besar persembahan yang dapat kita berikan kepada Tuhan, dan seberapa banyak yang Tuhan kembalikan kepada kita. Ada suatu gereja yang mengajarkan jika kita memberi banyak, maka kitapun diberikan berkat yang berlimpah dan berlipat – lipat kali ganda. Ini ajaran yang keliru. Jika ada jemaat yang miskin berarti tidak ada berkat untuk orang miskin, dan berkat itu hanya jatuh kepada orang kaya saja. Kasihan dong, untuk jemaat yang miskin. Dan juga jika jemaat yang kaya yang sudah memberi banyak berkat tidak sesuai malah mundur dia, kan repot jadinya. Persoalan persembahan dan sejumlah masalah aktual yang berkaitan dengannya ternyata perlu mendapat perhatian serius dari gereja-gereja. Pengumpulan persembahan memang merupakan salah satu unsur liturgis dalam peribadahan gerejawi. Sebagian besar persembahan yang diberikan adalah dalam bentuk uang, meskipun di beberapa gereja – terutama yang berada di wilayah pulau-pulau kecil dan/atau pedalaman – anggota jemaatnya memberikan persembahan dalam bentuk hasil panen ladang atau kebun mereka. Biasanya hasil panen itu kemudian diuangkan untuk mendukung program-program pelayanan jemaat yang bersangkutan, terutama untuk membantu anggota jemaat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi.

      Hapus
  11. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
    N.I.M : 12.01.920
    Ting/Jur : IV B/Theologi
    M.Kuliah: liturgika
    Dosen: Pdt. Edward Simon Sinaga
    Kata Votum artinya dasar. Disini Votum artinya satu pernyataan ataupun ungkapan iman yang menjadi dasar ibadah. Sebagai Pernyataan ataupun ungkapan Iman, maka Votum dibacakan secara hikmat. Oleh karena itu Votum bukanlah suatu Doa. dalam votum terletak amanat, kuasa Tuhan Yesus. Jadi jemaat tidak perlu tunduk dan tutup mata saat membaca votum. Salam adalah sebuah sapaan. Salam sebagai tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dengan salam ini yang mau ditegaskan adalah bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Introitus terdiri dari nyanyian masuk tanpa nats pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat. Bahwa nats introitus dihubungkan dengan tahun gerejawi dan nats khotbah. Jadi Votum, Salam dan Introitus itu adalah tiga unsur ibadah yang saling berkaitan dan mempunyai peran menjadi pembuka dalam setiap peribadahan. Karena ketiga unsur ini membawa jemaat merasakan kehadiran Allah dalam ibadah tersebut. Ketulusan jemaat dalam melakukan ketiga unsur ini dapat menyenangkan hati Tuhan. Dan ketika Ibadah berlangsung jemaat merasakan Allah benar-benar hadir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
      N.I.M : 12.01.920
      Ting/Jur : IV B/Theologi
      M.Kuliah: liturgika
      Dosen: Pdt. Edward Simon Sinaga
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah, dan Hukum. Bahwa pengakuan dosa adalah permohonan pengampunan atas dosa-dosa yang sudah dilakukan. Dan itu diakukan dihadapan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Pemberitaan Anugrah adalah pemberitaan akan pengampunan atas dosa-dosa kita yang sudah dijanjikan Allah kepada manusia. Tuhan menanggapi pengakuan dan permohonan yang sudah kita ucapkan. Pengampunan yang diberitakan itu pun perlu jelas, yaitu bukan dalam bentuk harapan akan tetapi dalam bentuk kenyataan yang sudah terlaksana oleh Allah dalam diri Kristus. Pengampunan yang diberikan itu patut kita syukuri dengan cara menempuh hidup yang baru. Sebab itu berita anugerah segera dilanjutkan dengan petenjuk hidup baru. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama lagi. Pengakuan dosa berarti manusia meredahkan dihadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugrah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan. Menurut Micron Hukum itu mempunyai fungsi sebagai cermin yang menyatakan kepada kita betapa besar dan betapa seringnya kita telah menjadikan Tuhan Allah murka oleh dosa-dosa kita. Menurut Calvin Hukum itu mempunyai fungsi sebagai puji-pujian. Calvin menyatakan bahwa hukum sebagai peraturan pengucapan syukur lebih baik ditempatkan sesudah daripada sebelum khotbah. Jadi dapat saya analisa bahwa pengakuan dosa, pemberitaan anugrah dan hukum merupakan satu kesatuan di dalam liturgi. Dan ketiganya ini sama pentingnya dan fungsinya saling berkaitan satu dengan yang lain.

      Hapus
    2. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
      N.I.M : 12.01.920
      Ting/Jur : IV B/Theologi
      M.Kuliah: liturgika
      Dosen: Pdt. Edward Simon Sinaga
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa sebelum pembacaan Alkitab dan Khotbah itu sebagai permohonan agar Allah melayakkan kita untuk menerima firman Allah dan meminta pertolongan Roh Kudus supaya kita mengerti Firman yang disampaikan oleh hambaNya. Doa tersebut dinaikkan agar ketika Firman itu dibacakan dan dikhotbahkan jemaat bisa merasakan ketenangan, tidak gelisah, dan tetap fokus, sehingga Firman tersebut dapat menjadi pegangan hidup. Doa untuk mendengarkan Firman Tuhan sebaiknya tidak terlalu panjang karena berbeda dengan doa syafaat, cukup mendoakan untuk mendengarkan Firman Tuhan saja. Dan menurut saya Doa itu harus bisa dirasakan jemaat “ sepertinya jemaat merasakan suasana surga” . Pembacaan Firman adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena dalam membaca Firman juga harus tepat tanda baca yang dibacakan agar pembacaan itu sinkron dari ayat ke ayat. Sehingga ketika Firman itu dibacakan kita harus dapat menghantarkan sedikit banyaknya jemaat tahu makna dari Firman yang dibacakan. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Khotbah ini unsur yang sangat penting/sentral dalam ibadah. Khotbah yang disampaikan harus kontekstual dengan jemaat yang mendengarkan supaya khotbah itu dapat diterima dan dihidupi. Dalam berkhotbah juga yang kita hadirkan itu adalah Tokoh Yesus Kristus. Menurut psikologi mendengar manusia yang efektif dan efisien itu menurut saya hanya 15-20 menit. Jadi khotbah itu pun harus disituasikan waktunya agar khotbah yang disampaikan tidak sia-sia dan tidak membuat orang bersungut-sungut. Dalam berkhotbah juga diperlukan ilustrasi untuk menyederhanakan isi khotbah tersebut agar lebih cepat ditangkap oleh jemaat, akan tetapi jangan terlalu banyak ilustrasi karena banyak sekarang jemaat pulang hanya membawa cerita ilustrasi saja yang diingatnya, bukan Firman Tuhan. Karena banyak juga anggapan kalau Pendeta tidak buat lucu-lucu tidak disukai jemaat, sebenarnya bukan ilustrasi itu yang penting tetapi Firman Tuhan itu supaya dapat dihidupi, dirasakan, dan menjadi pedoman dalam hidup jemaat Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
      N.I.M : 12.01.920
      Ting/Jur : IVB/Theologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt Edward Simon Sinaga M.Th
      Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Pengakuan Iman adalah bentuk respon umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan Firman-Nya. Pengakuan iman ini adalah penyataan kepercayaan umat gereja yang ada dalam dunia, di dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan umatnya. Oleh karena itu Pengakuan Iman itu dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat. Dan pengakuan iman juga merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptisa sidi yang pernah diikrarkan. Dalam penempatannya pengakuan iman dalam ibadah ada yang menempatkan sesudah khotbah, ada yang sesudah doa syafaat, ada yang sebelum doa syafaat banyak pendapat-pendapat para tokoh dengan pandangannya masing-masing. Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok dan juga sebagai identitas pengikrarnya. Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang. Kita bukan hanya mengaku percaya kepada Kristus tetapi kita mengamini Kristus dan menaatinya. Nats-nats yang berhubungan dengan pengakuan iman Israel adalah Ulangan 6:4-5. Bahwa kata-kata dalam nats tersebut harus dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka harus mengajarkannya dengan tekun kepada anak-anak mereka. pengakuan iman itu menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, khususnya dalam hubungannya dengan umatNya. Tuhan adalah satu-satunya Allah yang harus dikasihi dan dilayani Israel. Iman adalah tanda yang hidup dan harus dihidupi. untuk itulah bangsa Israel mengajarkan tentang keesaan Allah bagi anak-anaknya. Jadi menurut analisa saya Orang Kristen juga memerlukan pengakuan iman, yaitu ringkasan isi iman kepercayaan kita. sebab setiap saat orang Kristen harus siap sedia untuk memberi pertanggungjawaban kepada setiap orang yang meminta pertanggung jawab daripadanya tentang pengharapan yang ada padanya (1 Petrus 3:15).

      Hapus
    4. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
      N.I.M : 12.01.920
      Ting/Jur: IV B/Theologi
      M. Kuliah: Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th
      Doa Syafaat merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Dengan doa syafaat berarti kita mendoakan orang agar mereka mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Doa syafaat berarti kita tidak hanya terfokus kepada diri kita sendiri. Tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain atau dengan kata lain menyebut nama orang-lain di dalam doa kita. Karena Yesus sendiri mengajarkan agar kita senantiasa mengingat orang-lain di dalam doa kita. Sehingga dengan mendoakan orang-lain dengan kesungguhan hati kita, kita akan menyenangkan hati Tuhan. Karena betapa senangnya hati Allah bila kita mendoakan anak-anak-Nya yang lain. Tujuan kita adalah agar kita dapat hidup tenang dan tentram, baik dan berkenan kepada Allah. Supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan. Jadi menurut Buku Tafsiran Surat-surat Timotius dan Titus pada halaman 17 dikatakan Sebab itu pertama-tama aku menasihatkan : naikkanlah permohonan, doa syafaat untuk semua orang oleh karena Allah ingin menyelamatkan manusia, perlu dinaikkan permohonan dan doa syafaat untuk semua orang, supaya mereka datang kepada kepercayaan. Doa dan syafaat kita tidak boleh kita batasi pada kawan-kawan atau orang-orang yang menyukai kita saja. Doa syafaat kiya harus mencakuo semua orang. Kita tidak hanya berdoa untuk orang baik saja tetapi doa syafaat kita juga harus kepada orang jahat karena semakin banyak perbuatan jahat seseorang, maka semakin banyak ia membutuhkan doa syafaat kita. Catatan dari Bapak Dosen Seperti apapun cara kita datang beribadah kepada Tuhan kesadaran kita yang paling utama kita bangun adalah bahwa jiwaku, rohku sangat membutuhkan Tuhan. Dan dalam konteks itu kita harus menyadari sikap diam, tenang, siap mendengar Tuhan adalah sikap yang harus kita bangun didalam Tuhan.

      Hapus
    5. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
      Ting/Jur : IVB/Theologi
      M. Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th
      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan bukanlah upeti yang dituntut Allah, namun ucapan syukur manusia yang menerima berlimpah berkat. Ucapan Syukur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Jadi apabila di dalam ibadah persembahan dijalankan, maka hal itu bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta. Dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Dalam Perjanjian Lama juga menyampaikan informasi tentang adanya persembahan khusus dari setiap orang yang tergerak hatinya untuk membantu terpenuhinya kebutuhan bagi rumah Tuhan, jadi bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang (Keluaran 35:21). Persembahan di Perjanjian Baru adalah sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11). Jadi Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah dimasa depan. Oleh karena itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19, 2 Korintus 9:8). Menghargai dengan tulus dan gembira setiap pemberian, bersyukur atas setiap bentuk pemberian dan kerelaan memecahkan serta membagi-bagikannya untuk banyak orang lain yang membutuhkan, akan sungguh membuat banyak orang kagum dan bahagia. Yesus sendiri tidak pernah menolak pemberian yang tulus. Semangat kita untuk mempersembahkan sesuatu sebagai bagian yang utuh dari diri kita dengan semangat dihadapan Allah sumber pemenuhan hidup manusia baik rohani maupun jasmani. Dan pemberian itu adalah bagian dari doa yang mempersatukan kita sebagai saudara saudari dalam Tuhan. Kita bisa berdoa dengan kata-kata, dengan nyanyian dan juga dengan pemberian kita kepada Tuhan.

      Hapus
    6. Nama : Dwi Erfina Pepayosa Ginting
      Ting/Jur : IVB/Theologi
      M. Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th
      Unsur Liturgi: Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab.
      Paduan Suara adalah salah satu unsur musik gereja dan merupakan musik vokal. Kehadirannya di dalam ibadah bukan hanya semata-mata untuk mempersembahkan lagu puji-pujian. Lebih dari itu, paduan suara sesungguhnya mempunyai fungsi primer, yaitu menolong jemaat menyanyi dan menolong jemaat juga untuk memahami fungsi setiap nyanyian pada setiap rumpun tata ibadah. Nyanyian liturgi memiliki prinsip untuk melayani seluruh umat beriman karena liturgi merupakan perayaan bersama sehingga nyanyian juga harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Nyanyian liturgi dapat melibatkan partisipasi umat, karena umat akan ikut serta dalam menyanyikannya. nyanyian liturgi juga harus mengungkapkan iman akan Kristus bahwa Kristus benar-benar hadir dalam liturgi dan itu terungkap dalam nyanyian liturgi. nyanyian yang digunakan harus sesuai dengan tempat dan fungsi nyanyian itu didalam liturgi. nyanyian gerejawai suatu alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pembritaan firman Tuhan, karena dalam nyanyian gerejawi jemaat tidak melihat karyanya sendiri tetapi kepada Tuhan Allah dan kepada yang dikerjakan dalam anaknya Yesus Kristus. paduan suara bukan perhimpunan penyanyi tugasnya bukan konser didalam ibadah melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat. paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyiann jemaat, wahana pemritaan firman mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman kepada Tuhan dengan suara yang merdu. Paduan suara adalah tangan kanan pendeta atau pelayan firman, yang harus menunjukkan kemuliaan Surga. Pujian yang dinaikkan oleh paduan suara haruslah merupakan pujian di dalam Roh dan Kebenaran, dan paduan suara harus mendukung jemaat untuk dapat melakukan hal yang sama.11). Karena itu, di dalam ibadah, paduan suara bertugas melayani. Paduan suara haruslah bernyanyi bersama-sama dengan jemaat dengan cara: “menyokong” nyanyian jemaat, yaitu membantu jemaat menyanyikan lagu-lagu yang sulit, dan membawa semangat kepada jemaat, serta menyanyi bergiliran dengan jemaat, misalnya satu bait dinyanyikan oleh paduan suara, satu bait dinyanyikan oleh jemaat, kemudian bersama-sama. Nyanyian yang dinyanyikan sendiri, menurut Abineno, hanya boleh diperdengarkan sebelum kebaktian dimulai dan sesudah berkat.

      Hapus
  12. Votum dan salam adalah dua unsur yang berkaitan erat. Jemaat memulai dengan pengakuan bahwasannya pertolongan mereka adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan segalanya. Sebagai jawaban atas pengakuan ini, Tuhan memberi kepastian tentang anugerah dan kesejahteraan kepada umat-Nya sepanjang ibadah. Jadi dalam bagian ini Liturgos menjalankan fungsi ganda. Pertama, ia mengucapkan votum mengatasnamakan jemaat dan setelah itu salam/benediksi mewakili Allah kepada jemaat. Adapun tujuan dari salam adalah mengingatkan jemaat bahwa Kristus hadir ditengah-tengah mereka sehingga jemaat dapat lebih memfokuskan perhatiannya kepada ibadah. Rumusan salam yang biasa dipakai diambil dari 1 Korintus 1:3, Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu dan Introitus merupakan nyanyian pendek yang dinyanyikan oleh jemaat. Dalam perkembangannya introitus kemudian berubah menjadi pembacaan nats Alkitab sebagai pengantar atau pembimbing ibadah. Nats biasanya diambil dari beberapa ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tema Khotbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: mariati Sitepu
      Nim : 12.01.941
      Ting/Jur: IV-B/Theologia
      Pengakuan dosa dan Pemberitaan Anugerah
      Terdiri dari pembacaan Dasa Titah atau Hukum Kasih, disusul dengan pengakuan dosa dan pemberitaan Anugerah Allah. Hukum Tuhan sangat penting didengar dan dihayati oleh setiap warga jemaat untuk menuntun kepada pengenalan akan dosa, dan memahami bahwa Pembebasan yang Tuhan lakukan dari perbudakan oleh dosa haruslah berwujud dalam ketaatan dan kesetiaan yang sungguh kepada Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan. Kesadaran akan anugerah pembebasan dari Tuhan itu seharusnya membawa kesadaran bagi setiap warga jemaat untuk dengan rendah hati mengakui segala dosa dan kesalahannya dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan hukum adalah unsur yang sama pentingnya setelah Votum, Salam, dan Introitus, ketiga unsur ini tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur ini memiliki esensi yang berbeda-beda dan penempatannya dalam ibadah. Karena dosa manusia maka hubungan Vertikal dengan Allah dan Horizontal dengan manusia itu rusak, sehingga manusia tidak layak dihadapan Tuhan. Yang terpenting adalah pengakuan dosa harus datang dari hati bukan dengan paksaan namun datangnya dari kita yang paling dalam.

      Hapus
    2. Nama: mariati Sitepu
      Nim : 12.01.941
      Ting/Jur: IV-B/Theologia
      Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir disetiap perjalanan hidup manusia beragama, ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar ia memperoleh selamat dan sejahtera dan juga bisa doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan,permintaan dan pujian.Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105)

      "Ingatlah juga bahwa sejak kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus. Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2 Tim. 3:15-17) dan pentingnya membaca Alkitab adalah yang diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Alkitab memperlihatkan kepada kita berapa banyak pekerjaan yang telah Allah lakukan bagi kita, berapa banyak orang yang Allah pimpin pada masa yang silam. Bila kita ingin mengetahui betapa limpah ruah dan luasnya yang Allah sediakan bagi kita, kita harus membaca Alkitab. Demikian juga bila kita ingin mengetahui bagaimana Allah selangkah demi selangkah memimpin orang, kita harus membaca Alkitab dan makna dari khotbah adalah Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik dan juga [sunting | sunting sumber]
      Khotbah memiliki funsi yang bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis, khotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas. khotbah, yang juga dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalm komunitasnya.Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran.Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Khotbah pun membantu umat Krtisten dalam memahami kehendak Allah itu di dalam kehidupan kita.

      Hapus
    3. Nama : Mariati Sitepu
      Nim: 12.01.941
      ting/Jur: IV-B/Theologia

      . Aku percaya kepada allah, Bapa yang maha kuasa Khalik langit dan bumi.

      ( menyatakan bahwa kita mempercayai Allah sang pencipta dan kita memiliki hubungan perjanjian dan persekutuan denganNYa dalam kepercayaan yang sejati dan ketergantungan denganNYA secara kekal )

      2. Dan kepada Yesus Kristus, anakNya yang tunggal Tuhan kita

      (Pengakuan tentang Yesus Kristus ini adalh pusat dari inti iman kristen. Yesus Kristus adalah penyataan Allah, sumber segala kebenaran dan sebagai sentral keselamatan manusia)

      3. Yang di kandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria

      (Pengakuan ini menjelaskan bahwa Yesus Kristus memasuki dunia melalui kelahiran dari anak dara yang adalah manusia sejati, Ia tidak memiliki dosa asal ; kemanusiaanNya, tindakan, sikap, motivasi, kehendak, dan pikiranNya bebas dari dosa dan kesalahan. Yesus juga adalah penggenapan janji Allah dan nubuatan PL ( Yes 7 : 14;9:5 bandingkan dg Mat 1:1-25 ))

      4. Yang menderita sengsara di bawah pemeritahan Pontius Pilatus, disalibkan , mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut

      ( Untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus benar2 mengalami kematian, menanggung penderitaan yang disebabkan dosa orang lain)

      5.Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati

      ( Pengakuan ini untuk mengkonfirmasikan bahwa kebangkitan Kristus adalah murni fakta sejarah. Pada hari ketiga kubur Yesus didapati kosong, tidak seorangpun dapat menemukan jasadNya )

      6. Naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah , Bapa yang maha kuasa

      ( Bagian ini untuk menyatakan kehormatan, otoritas dan kemuliaan Kristus. Saat ini Kristus Yesus bertahta sebagai Raja yang memerintah dan juga memegang jabatan kenabian sebagai pengajar kebenaran melalui karya Roh kudus (Ibrani 1:3;1:13))

      7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati

      (Menyatakan iman akan kedatangan Yesus untuk kedua kali sebagai raja dan Hakim yang akan mengadili setiap orang dan menganugerahkan keselamatan bagi setiap orang yang percaya dalam namaNYa )

      8. Aku percaya kepada Roh Kudus

      (Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah tritunggal, kita mengakui bahwa Roh kudus setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak, sama2 mulia dan layak di sembah. Roh kudus adalah pribadi yang dinyatakan Allah di dalam melaksanakan anugerah keselamatan)

      9. Gereja yang Am dan persekutuan orang kudus

      ( Gereja adalah " Gereja orang2 berdosa " sehingga dapat di pastikan "tidak kudus", jika dalam pengakuan iman ini disebutkan gereja yang kudus, semata2 adalah karena anugerah Allah dan karya Kristus yang telah di nyatakan ditengah2 gereja. Gereja di katakan "Am" artinya "umum" karena yesus Kristus adalah juruselamat untuk dunia dan seluruh dunia. Dan gereja perlu oergi meberitakan Injil dan mengutamakan persekutuan sebagai anggota tubuh Kristus )

      10. Pengampunan Dosa

      (Penumpahan darah Kristus menjadi jaminan pengahpusan dosa )

      11. Kebangkitan tubuh

      ( kebangkita ini bukanlah kebangkita daging yang bersifat fana, atau kebangkitan abstrak, tetapi serpti yang di alami Yesus Kristus sebagai yang sulung di antara orang2 yang meninggal (1 Kor 15:20))

      12. Dan hidup yang kekal, Amin.

      ( Menyatakan iman dan pengharapan akan kehidupan yang akan datang )

      "Percayalah pada Tuhan, Ia selalu bekerja"
      dan ini lah makna dari pengakuan Iman Rasuli tersebut.

      Hapus
    4. Nama : Mariati Sitepu
      Nim :12.01.941
      Ting/jur : Iv-B/Theologia
      Doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain. Peran pengantara dalam doa amat umum dinyatakan di Perjanjian Lama, dalam kasus-kasus Abraham, Musa, Daud, Samuel, Hizkia, Elia, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Kristus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu, semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Karena perantaraan Yesus, kita sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang, memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:34). Contoh syafaat yang indah dapat ditemukan dalam Daniel 9. Bagian ini memiliki semua unsur dari doa syafaat yang sejati. Doa ini merupakan respon terhadap Firman Tuhan (ayat 2), diwarnai dengan kesungguhan (ayat 3) dan penyangkalan diri (ayat 4); secara tidak egois mengidentifikasikan diri dengan umat Allah (ayat 5), diteguhkan dengan pengakuan dosa (ayat 5-15); bergantung pada karakter Allah (ayat 4, 7, 9, 15); dan tujuannya untuk kemuliaan Allah (ayat 16-19).
      Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua. Paulus meminta doa untuk dia dari semua orang percaya di Roma dalam Roma 15:30. Dia juga mendorong orang-orang Kolose untuk berdoa bagi dia dalam Kolose 4:2-3. Dalam Alkitab sama sekali tidak pernah ada permohonan untuk syafaat yang diindikasikan bahwa hanya sekelompok orang tertentu yang boleh berdoa syafaat. Allah memanggil semua orang Kristen menjadi pendoa syafaat. Allah menginginkan bahwa setiap orang percaya aktif dalam doa syafaat.
      dan ini dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    5. Nama: mariati Sitepu
      Nim : 12.01.941
      Ting/Jur: IV-B/Theologia
      Pembahsan: Doa Syafaat
      Doa syafaat berarti berdoa untuk orang lain atau sesuatu yang bukan kebutuhan kita pribadi, namun mencakup kebutuhan orang lain atau kebutuhan yang lebih luas : Lingkungan, bangsa, gereja, bangsa lain, orang lain dan seterusnya. Dalam bahasa Inggris kata yang dipakai adalah "intercession". Pendoa syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Allah untuk menggantikan posisi orang lain. doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain. Peran pengantara dalam doa amat umum dinyatakan di Perjanjian Lama, dalam kasus-kasus Abraham, Musa, Daud, Samuel, Hizkia, Elia, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Kristus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu, semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Karena perantaraan Yesus, kita sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang, memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). Doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kita. Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.Berikut ini sebagian daftar dari orang-orang yang kita perlu doakan: semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); Gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1). Ada konsep yang salah dalam kekristenan sekarang ini bahwa mereka yang menaikkan doa syafaat adalah kelompok khusus dari “orang-orang Kristen super,” yang dipanggil Allah untuk pelayanan syafaat secara khusus. Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua.

      Hapus
    6. Nama : Mariati Sitepu
      Nim : 12.01.941
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Pembahasan : Pemberian Jemaat
      Rasul Paulus memuji jemaat di kota Filipi yang tahu memberi dengan perhitungan sehingga ia tidak pernah mengalami kekurangan. Bahkan lewat Epafroditus, jemaat di kota Filipi ini sering mengirim bantuan, yang bagi Paulus adalah suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. Allah bukanlah berkekurangan sehingga umat-Nya harus memberi, tetapi supaya kita menjadi orang yang diberkati. Senang memberi adalah salah satu sifat dari Allah. Allah memberikan nafas-Nya sendiri sehingga manusia dapat hidup dan bergerak, memberikan taman Eden dan seisinya bagi manusia, bahkan ketika manusia jatuh dalam dosa, Ia justru memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya kita tidak binasa. Pemberian kita itu bukan hanya menyenangkan hati Allah, tetapi juga menarik perhatian Allah dari sorga. emaat Makedonia dipuji oleh Rasul Paulus karena meskipun dari keberadaan mereka yang kurang mampu, namun dapat memberikan persembahan yang berarti bagi pelayanan Tuhan. Dalam 2 Korintus 8:5 disebutkan, "Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami." Tidak ada alasan berkekurangan sehingga kita tidak dapat memberi kepada Tuhan. Bahkan untuk yang banyak mendapat berkat dari Tuhan kita dituntut untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita (Amsal 3:9-10) supaya kita diberkati dengan limpah. Bangsa Israel ditegor oleh Tuhan karena menipu Tuhan dengan tidak memberikan persepuluhan dan persembahan khusus sehingga apa yang mereka kerjakan tidak dapat dinikmati (Maleakhi 3:8-9). Pemberian kita juga menarik perhatian Allah. Suatu kali Yesus berada di Bait Allah dan memperhatikan seorang janda yang miskin yang memasukkan persembahannya ke dalam peti. Janda itu memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Yesus berkata, "sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Markus 12:42-44). Dalam PL, Tuhan memberikan perintah dengan terperinci melalui Hukum Taurat kepada orang Israel untuk dilakukan sebagai kewajibannya terhadap Tuhan dan terhadap sesama. Salah satunya adalah mengenai persembahan Persepuluhan.Landasan awal persembahan itu adalah bahwa saat bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, hanya 11 suku yang mendapat pembagian tanah milik pusaka, sedangkan suku Lewi tidak. Suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan di Kemah Suci. Sehingga Tuhan menetapkan: persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN sebagai persembahan khusus, diberikan TUHAN kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya TUHAN telah berfirman tentang orang Lewi: "Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel." (Bilangan 18:24)

      Hapus
    7. Nama : Mariati Sitepu
      Nim : 12.01.941
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Pembahasan : Nyanyian dan Paduan Suara
      Dalam Perjanjian Lama ada tradisi yang menetapkan suku lewi sebagai petugas di rumah TUHAN (Bait suci). Kedudukan ini meyebabkan orang-orang Lewi mengatur pembagian tugas, supaya ibadat-ibadat dapat berjalan lancar dan menyentuh. Salah satu kelompok yang harus terlibat dalam ibadat itu adalah kelompok musik (baca I Tawarikh 6:31- 32; I Tawarikh 23: 5; 25: 1- 8). Agaknya kelompok nyanyian ini bukan kelompok ala kadarnya, tetapi kelompok yang memang amat serius dalam menjalankan tugasnya (I Tawarikh 25: 7 “…mereka sekalian adalah ahli seni”). Dan di dalam PB Sulit sekali menemukan bagian dari Perjanjian Baru yang secara eksplisit menyebut nyanyian. Hal ini bisa dimaklumi karena memang fokus Perjanjian Baru adalah kisah kehidupan Yesus dan ajaran-ajaranNya (Injil), sedangkan bagian lain adalah surat-surat yang berisi teguran, nasehat, dan pengajaran. Bukan sekedar menyanyi untuk “mengisi” ibadah seperti yang sering terjadi pada saat ini. Seringkali paduan suara yang bertugas, tidak mau menjadi kantoria yang bertugas menuntun jemaat dalam menyanyikan nyanyian jemaat. Andaikata ada kantoria, para anggota sebagian besar mengganggap remeh karena hanya menyanyikan satu suara. Padahal justru menyanyi unisono itu amat sulit. Idealnya sebuah kantoria menyanyikan semua nyanyian jemaat yang ada dengan susunan 4 suara, SATB, baik yang sederhana maupun aransemen khusus. Untuk dapat mencapai hal tersebut, diperlukan pendidikan paduan suara yang progresif hingga tiap anggota dapat menyanyi dengan mandiri tanpa harus “nebeng” kiri-kanan. Jika nyanyian jemaat dapat dilagukan dengan baik dan benar, penuh semangat, maka dengan sendiri ibadah kita akan lebih hidup dan berarti. Ingatlah bahwa seringkali kita lebih mengingat musik yang dinyanyikan di dalam satu ibadah, dibandingkan dengan hal-hal lain. Ada banyak hal yang harus diperhatikan di dalam pelayanan kita sebagai kantoria. Yang terpenting adalah persiapan kita untuk menyanyikan lagu-lagu jemaat haruslah matang. Jangan sampai kita tidak tahu pasti bagaimana cara menyanyikan lagu-lagu tersebut. Hingga jemaat tidaklah terganggu ketika beribadah, dengan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Hal yang juga harus diperhatikan adalah fungsi paduan suara di dalam ibadah adalah sebagai salah satu unsur ibadah. Tidak ada unsur pertunjukan sama sekali jika paduan suara tersebut berfungsi di dalam ibadah. Karena lagu yang dinyanyikan adalah satu kesatuan dalam keseluruhan ibadah dan bukan merupakan konser. Itu sebabnya, jika kita ingin menyampaikan apresiasi kita kepada paduan suara tersebut karena telah menyentuh hati kita, dan dapat mengarahkan kita untuk mengikuti peribadahan dan ini,sehingga dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  13. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
    N.I.M : 12.01.942
    Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
    M.Kuliah : Liturgika
    Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

    (Persentase 1) Votum - Salam – Introitus

    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Sinulingga, Mariati Sitepu
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu

    Votum adalah sebuah pernyataan dalam liturgi Gereja Protestan, biasanya setelah perarakan barisan prosesi yaitu barisan para petugas ibadah. Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut, maka dari itu Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Isi Votum pada umumnya adalah pembukaaan ibadah dengan mengatakan “Ibadah ini dubuka di dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, itu sebabnya diluar ibadah minggu biasanya votum dimasukkan kedalam doa pembuka. Votum juga dapat dikatakan dengan penyebutan dari ke-Tri Tingalan Allah, Putra dan Roh Kudus.

    Salam adalah pernyataan dari Allah yang diasampaikan oleh Pengkotbah. Salam ini menyatakan bahwa Allah mau menyapa kita. Dalam hal ini pengkhotbah menyatakan bahwa penyertaan dan pimpinan Allah-lah yang menyertai dan memimpin setiap orang percaya, yang datang kepada kita terlebih dahulu dibanding dengan kita. Salam bukan berkat, karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Melalui Salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya, lalu jemaat menyambut “Amin 3x, artinya jemaat pun menyakini, membenarkan atau mengiakan bahwa Allah sungguh hadir di tengah-tengah jemaatNya.

    Introitus berarti masuk ke dalam. Di dalam liturgi-liturgi lama sampai pada perkembangan gereja-gereja reformasi, introitus dinyanyikan oleh paduan suara dengan bersahut-sahutan atau tidak, introitus yang dinyanyikan itu umumnya diambil dari Mazmur. Dalam perkembangan selanjutnya, introitus tidak lagi dinyanyikan tetapi introitus diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan Liturgi dan hanya dibaca saja. Pada zaman sekarang, introitus dibuat menjadi pembacaan teks Alkitab yang membuka peribadahan dan berhubungan dengan thema. Ketiga unsur ini adalah unsur pembukaan untuk mengawali sebuah peribadahan Minggu, ketiganya sama pentingnya dan masih dilakukan di gereja-gereja Protestan sampai saat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
      N.I.M : 12.01.942
      Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

      (Persentase : 3) Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Penyaji :Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Ariantri Br. Sitepu
      Pembanding : Chaterine Octavia Manurung, Fetra W. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin Panjaitan

      Doa untuk pembacaan Firman dan khotbah adalah doa khusus untuk memohonkan Kuasa Roh Kudus bekerja ditengah-tengah jemaat, menguasai dan memampukan jemaat memahami dan melakukan Firman yang akan didingarkan. Menurut van der Leeuw hendaknya doa pengantar khotbah ini pendek, tegas dan mesra. Doa pengantar khotbah adalah unsur penting yang harus dilakukan karena dengan doa ini pengundangan akan Roh Kudus akan membantu jemaat merasa suatu ibadah tersebut akan berjalan dengan khusuk, penuh hikmat dan ketenangan, karena Allah benar-benar hadir ditengah-tengah Gerejanya.

      Setelah doa pembacaan Firman dan khotbah dilakukan, maka dilakukanlah pembacaan firman sebagai bahan yang akan diKhotbahkan. Melalui pembacaan Firman dan Khotbah Allah berbicara kepada jemaat. Di dalam Firman ada pengajaran, nasehat, pembangunan, kecaman dan penghiburan. Dan sikap jemaat mendengar pembacaan Firman dan Khotbah haruslah seperti sikap Samuel, sikap seorang hamba (1 Sam 3:10). Pembacaan firman yang baik dengan intonasi yang jelas dan penghafalan yang teliti akan sangat membantu jemaat untuk mengerti nats yang dibaca, apa pesan yang di dapatkan dari isi teks tersebut.

      Setelah penbacaaan bahan khotbah, dilanjutkan dengan kotbah, karena keduanya memang memiliki hubungan yang erat antara keduanya. Sesuai dengan tradisi Gereja, tidak baik sepertinya jika ditengah-tengah penbacaan bahan kotbah dan kotbah diisi dengan acara yang lainnya, seperti koor, vocal group dan lainnya. Khotbah adalah penjelasan Firman Tuhan, maka dari itu bahasannya ataupun isinya seharusnya mengenai masalah dan pergumulan jemaat. Haruslah ilmiah tetapi dalam ranah yang sederhana agar mudah dimengerti oleh jemaat yang hadir dari berbagai kalangan usia, profesi dan pendidikan, mampu menyentuh pengalaman kehidupan pendengarnya, menyentuh bagian emosionalnya dan sangat diharapkan mampu membawa perubahan kepada pendengarnya.

      Seorang pengkotbah yang baik adalah pengkotbah yang telah terlebih dahulu mempersiapkan bahannya dengan menggumuli isi teks Alkitab dan menemukan pesan yang hendak disampaikan oleh teks tersebut yang berhubungan dengan pergumulan jemaat dan meminta dengan kerendahan hati kepada pertolongan Roh Kudus, bukan berkhotbah dengan pengetahuan dan logika semata. Saya sampai saat ini percaya, ketika kotbah yang dipersiapkan dengan matang pasti diberkati oleh Roh Kudus. Sehingga siapapun yang mendengarkannnya dapat meresapi isi Firman dan mendapatkan pelajaran berharga tentang kehidupan ini. Kotbah tersebut mampu menyentuh bagian spiritual pendengarnya dan membawa perubahan kedalam kehidupan pendengar ke arah yang lebih baik melalui pekerjaan Roh Kudus, karena yang memampukan seseorang berkhotbah adalah pekerjaan Roh Kudus.

      Hapus
    2. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
      N.I.M : 12.01.942
      Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

      (Persentase 1) Pengakuana Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry, Noverlindra Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Pembahas : Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban, Tribina Meisana br Ginting

      Pengakuan dosa adalah bukti kesadaran diri karena kita sedang bertemu dengan Tuhan yang Mulia, yang sudah menciptakan kita manusia seperti gambar dan rupa Nya. Pengakuan dosa adalah doa yang dipanjatkan untuk menunjukkan ketidaksanggupan kita hidup di dunia ini sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan. Pengakuan dosa ini dilakukan untuk memperlihatkan keterbatasan manusia untuk melakukan apa yang Allah inginkan, pengakuan dosa biasanya bisa dilakukan dalam bentuk doa pribadi, ataupun bersama-sama dan bisa juga dalam bentuk responsoria yang bersaahut-sahutan. Pengakuan dosa menunjukkan sebuah kondisi yang membawa kita kedalam kesadaran bahwa kita adalah ciptaan yang terbatas, berdosa, kurang setia dan sebagainya.


      Pemberitaan anugerah, dalam Bahasa Latin disebut dengan absolution, yang berarti pengampunan, pembebasan, pelepasan. Tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan (anugerah) di dua tempat yaitu sebelum khotbah (akta pribadi dijadikan akta jemaat) atau sesudah khotbah (sebagai persiapan untuk menerima komuni). Calvin hanya memakai pengakuan dosa umum saja dan meniadakan pemberitaan anugerah, tetapi Calvin tetap mempunyai keyakinan bahwa pada pengakuan dosa harus ditambahkan suatu janji yang memberikan harapan kepada anggota-anggota jemaat yaitu berita pengampunan dosa dan pendamaian.

      Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 20: 1-17), menurut Van Der Leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Kebanyakan para ahli liturgika lebih menyukai hukum atau dasafirman dinyanyikan sebagai puji-pujian daripada dibacakan, tetapi ada juga yang keberatan jika hal itu dinyanyikan.

      Setelah rumpun panggilan berbakti (votum dan salam disertai beberapa unsur introitus) maka rumpun berikutnya adalah pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan petunjuk hidup baru. Yang kita perbuat dalam rumpun kedua ini adalah menyadari bahwa sebenarnya kita tidak layak menerima kebaikan Tuhan, lalu Tuhan baru saja memanggil kita untuk beribadah, Ia mengundang kita karena kebaikanNya. Karena itu sebelum kita meneruskan ibadah, kita berdoa mengakui ketidaklayakan kita dan memohon agar hubungan vertical dan horizontal yang rusak itu dipulihkan kembali. Tuhan menanggapi pengakuan dan permohonan tadi, lalu pelayan liturgis membacakan pemberitaan anugerah yang rumusnya diambil dari perbendaharaan tradisi liturgi gereja atau dari ayat-ayat yang cocok, yang diperbuat oleh liturgis bukanlah pengampunan melainkan memberitakan pengampunan.Pengampunan yang diberikan itu patut kita syukuri dengan cara menempuh hidup baru, yaitu berbalik ke arah yang baru. Saya adalah jemaat yang beraliran Calvinisme dan di dalam gereja saya yaitu GBKP, di dalam tata liturginya, tidak ada pembacaan anugerah tetapi berita pengampunan dosa dan tidak ada pembacaan hukum, begitulah warna-warni liturgi gereja-gereja arus utama pada saat ini.

      Hapus
    3. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
      N.I.M : 12.01.942
      Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

      (Persentase : 4) Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab

      Penyaji : Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban, Tribina Meisana br Ginting
      Pembanding: Asriani Purba, Franky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting, Sri Ita Br. Sebayang

      Pengakuan Iman Rasuli adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat.Di kalangan Gereja katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Pengakuan iman juga mengandung janji eskhatologis yaitu kasih setia Tuhan yang tetap nyata di dalam hidup umat/gereja.

      Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen, pengakuan Iman juga memberikan kepada kita batas-batas atau rambu-rambu mengenai apa yang dapat disebut sebagai Kristen dan apa yang tidak layak.Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok, selain untuk membela iman, pengakuan iman juga merupakan identitas pengikrarnya.Pengakuan iman adalah salah satu bagian dari liturgi yang begitu penting, pengakuan iman menuntun manusia untuk mengetahui apa yang imani akan Allah yang Tritunggal itu.


      Ada beberapa contoh pengakuan iman yang masih dipakai sampai saat ini, yaitu: Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Athanasius, Pengakuan Iman Chalcedon. Dalam Perjanjian Lama, ulangan 6:4-5 adalah ringkasan pengakuan iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi (kata pertama dalam bahasa Ibrani): “Dengarlah, hai orang Israel. TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Kata-kata itu harus dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka harus mengajarkannya dengan tekun kepada anak-anak mereka. Kata-kata itu harus menjadi “tanda” pada tangan dan “lambang” di dahi mereka, pengakuan iman itu menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, khususnya dalam hubunganNya dengan umatNya.

      Tidak semua denominasi Gereja menggunakan Pengakuan Iman Rasuli pada setiap ibdah minggunya, itu bukan berarti gereja itu dapat dikatakan tidak kudus.Karena Pengakuan iman Rasuli ini adalah hasil rancangan ataupun kesepakatan manusia yang membentuknya, bukanlah sebuah firman yang mentok diberikan oleh Allah dan tertulis di dalam Alkitab, jadi pengakuan iman rasuli ini masih ada kemungkinan bisa diubah, tidak seperti Doa Bapa Kami yang memang jelas tertulis di dalam Alkitab. Cara mengucapkan pengakuan iman rasuli ini juga menggunakan berbagai-bagai eksperesi sesuai dengan pribadi yang mengucapkannya, ada yang mengucapkannya dengan menutup mata dan penuh penghayatan, ada yang mengucapkan dengan melipat tangan seperti berdoa, dan ada juga yang mengucapkannya dengan berdiri tegak sambil membuka mata, tidak ada cara yang salah, sesuai dengan bagaimana seseorang menghayati pengakuan iman rasuli ini.

      Hapus
    4. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
      N.I.M : 12.01.942
      Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

      (Persentase 5) Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab

      Penyaji : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra Wulan Sari Haholongan Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Pembahas : Ester Putri Hutasoit, Junita Raja guk-guk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus
      Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Doa syafaat adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepentingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.Doa syafaat berarti kita tidak hanya terfokus kepada diri kita sendiri, tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain atau dengan kata lain menyebut nama orang-lain di dalam doa kita, karena Yesus sendiri mengajarkan agar kita senantiasa mengingat orang-lain di dalam doa kita.
      Tujuan doa syafaat adalah agar kita dapat hidup tenang dan tenteram, baik dan berkenan kepada Allah serta supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Jenis Doa Syafaat adalah doa syafaat untuk Pribadi, doa syafaat untuk Umum, doa syafaat untuk Misi dan doa syafaat untuk Peperangan Rohani. Jenis-jenis doa syafaat membuat kita semakin mudah untuk mendoakan orang-lain, hal ini disebabkan oleh adanya kriteria-kriteria dalam doa syafaat tersebut, sehingga doa-doa syafaat yang kita sampaikan lebih terstruktur dengan baik.
      Dalam Liturgi Klementin (380) doa syafaat ditempatkan sesudah khotbah, mula-mula untuk penjabat-penjabatnya, kemudia untuk anggota-anggotanya dan terakhir untuk dunia: untuk perdamaian dan keselamatannya. Dalam ritus Gallia doa syafaat dihubungkan dengan khotbah dan diucapkan dalam bentuk percakapan: diaken menyebut orang-orang harus didoakan oleh jemaat dan diakhiri oleh uskup dengan suatu doa rangkuman (collectio post precem). Doa syafaat dipindahkan dari ibadah pemberitaan firman ke ibadah perayaan perjamuaan. Dengan perubahan ini doa syafaat makin lama makin erat dihubungkan dengan doa eucharistia.Untuk pelayan syafaat pemimpin-pemimpin Gerakan Liturgia sangatlah menekankan doa-doa formulir.
      Mengharapkan agar orang lain atau hamba Tuhan saja yang melakukan doa syafaat adalah sikap yang salah. Ini sama halnya penonton yang hanya melihat jalannya sebuah pertandingan, tetapi tidak ikut terlibat dalam pertandingan tersebut. Sebagai orang percaya kepada Kristus, kita semua dipanggil untuk terlibat dan bertanggung jawab demi terciptanya suasana damai untuk keselamatan seseorang yang dapat mendatangkan kebaikan dan pujian bagi Tuhan. Unsur doa syafaat dalam sebuah peribadahan itu adalah sangat penting dan sejauh ini gereja-gereja arus utama belum pernah meniadakan doa syafaat dalam sebuah peribadahan.

      Hapus
    5. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
      N.I.M : 12.01.942
      Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

      (Persentase 6) Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat
      Penyaji : Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting, Sri Ita Br.Sebayang

      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte.Persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali.Pemberian berasal dari kata Beri yang berarti menyerahkan, membagikan sesuatu dan menyediakan, sementara jemaat berasal dari bahasa Arab yaitu Djm yang berarti mengumpulkan atau menghimpun dan digunakan oleh orang Kristen untuk menunjukkan istilah ‘umat’ baik untuk suatu Gereja maupun untuk seluruh anggota persekutuan Kristen. Penyerahan diri jemaat itu disebut dengan pemberian Persembahan. Jadi, apabila di dalam ibadah persembahan dijalankan, maka hal itu bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta dan pekerja full time, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan.Yesus Kristus telah memberikan diriNya kepada manusia, menderita dan berkorban bagi manusia, sebab itu manusia juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesamanya.

      Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18), dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Siapa pun bisa saja mengklaim telah mempraktekkan pemberian persembahan secara benar, tetapi pada hakekatnya penilai sejati hanya Tuhan. Perjanjian Lama menyampaikan informasi tentang adanya persembahan khusus dari setiap orang yang tergerak hatinya untuk membantu terpenuhinya kebutuhan bagi rumah Tuhan, jadi bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang (Keluaran 35:21). Persembahan di Perjanjian Baru adalah sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11).

      Bukan jumlah atau banyak-sedikitnya persembahan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, melainkan bobot pengorbanan yang mendasari persembahan yang diberikan (Markus 12: 41). Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu samapai sekarang ini, persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur. Dengan kolekte, umat beriman beroleh kesempatan dan kemungkinan untuk berpartisipasi dalam bahan persembahan yang disiapkan untuk perayaan kenangan kurban Kristus di altar.

      Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah di masa depan, oleh sebab itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19; II Korintus 9:8), karena Tuhanlan pemilik kehidupan ‘persembahkanlah dirimu seutuhnya’ (I Korintus 10:26).. Tuhan adalah pemilik bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan, itu artinya, Tuhan sama sekali tidak tergantung kepada sokongan, bantuan aplagi belas kasihan kita untuk melakukan aktivitasNya, bahkan Tuhanlah yang sesungguhnya empunya hidup kita dan segala apa yang ada pada kita.

      Hapus
    6. Nama : Meri Susunenta Br.Ginting
      N.I.M : 12.01.942
      Tingkat/Jur. :IV-B/Teologi
      M.Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th

      (Persentase 7) : Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Purnama Ellys Rajagukguk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus

      Didalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam ibadah-ibadah di Bait Allah, ibadah pribadi bangsa Israel, bahkan dalam perayaan-perayaan lainnya. Mazmur ini dikumpulkan dari beberapa penulis yang berbeda, seperti: Daud, Musa, bani Asaf, bani Korah. Tradisi menyanyikan Mazmur ini masih digunakan sampai zaman Yesus di Perjanjian Baru. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir.

      Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi, karena liturgi sendiri merupakan perayaan bersama, maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Nyanyian liturgi yang dipilih tidak boleh hanya sekedar semua bisa bernyanyi dengan baik dan indah, tetapi apakah lagu tersebut membawa umat kepada pengalaman iman akan Kristus dan kepada perjumpaan Kristus. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya, itulah sebabnya, maka jemaat dari mulanya kita temui sebagai jemaat yang menyanyi.

      Sejak semula, Gereja tidak pernah bisa melepaskan diri dari musik. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Sejarah Gereja selanjutnya mencatat bahwa liturgi tidak pernah lepas dari musik. Musik-musik ini banyak tercipta dalam konteks ibadat, musik dipandang sebagai bagian dari liturgi Gereja.

      Musik liturgi dapat membantu umat dalam dalam berparti sipasi secara aktif dalam liturgi, konsili Vatikan II seniri mengharapkan agar umat dapat berperan serta secara sadar dan aktif dalam perayaan liturgi. Dalam Konsili Vatikan II musik liturgi bukan saja sekedar untuk selingan, tambahan atau dekorasi, demi untuk memeriahkan sebuah liturgi melainkan musik adalah bagian yang sangat intergral atau sangat penting. Dalam ibadah jemaat Paduan Suara diberi tempat, karena paduan suara mempunyai fungsi an peranan tertentu. Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat. Pertama, paduan suara menjadi alat yang melayani, paduan suara sebagai wahana pemberitaan firman. Pemberitaan firman yang dimaksud bukanlah pemberitaan firman yang memonopoli orang-orang tertentu.

      Hapus
  14. Nama : Asriani Purba
    NIM : I2.01.909
    Tingkat/ Jur : IV-B/ Teologi
    Kelompok I : Votum, Salam, Introitus
    votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur. Jadi secara fungsional votum dan kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara derajat votum dan kata pembukaan dari ketua rapat itu berbeda. Jika kata pembukaan ketua rapat itu berhubungan dengan aspek horizontal dari peserta rapat maka votum lebih dari itu, yaitu menyentuh aspek vertical (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Misalnya ketua rapat memulai rapat dengan mengatakan kata khidmat “saya membuka rapa” atau saudara-saudara kita akan segera memulai rapat kita. Sedangkan Votum “Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” (rumus votum ini menyangkut dengan Tuhan dan umat-Nya yang berkumpul). Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang menyusul setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Lihat rumus votum,Maz.124:8) Jadi maksud votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsure pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Pendeta dapat memimpin ibadah dan Jemaat dapat berdoa, memuji Tuhan dst dalam ibadah Gereja itu hanya berlangusng karena Tuhan dan bukan kehebatan pendeta atau jemaat.
    Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar. Salam adalah tanda persekutuan. Dengan salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Oleh karena itu pengucapan salam juga menunjukkan tanda ikatan emosional antara pemimpin ibadah dan anggota jemaat. Rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2Kor.13:13.
    Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat dan bukan oleh Paduan suara atau vokal group. Ada Gereja yang menggantikan introitus dengan nats pembimbing. Baik introitus maupun nats pembimbing selalu dihubungkan dengan tahun Gerejawi atau nats khotbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Asriani Purba
      NIM : I2.01.909
      Tingkat/ Jur : IV-B/ Teologi
      Kelompok II: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Pengakuan Dosa Sebelum jemaat menghadap Tuhan dalam hadirat-Nya, jemaat lebih dahulu memohon pengampunan Tuhan untuk kemudian melanjutkan ibadahnya. Pemberitaan anugerah adalah unsur pemujaan. Pemberitaan itu diproklamasikan Allah dalam Kristus Yesus sebagai Allah Maha Pengampun, yang mengungkapkan puji-pujian dan sembah jemaat kepada Dia yang mengampuni dosa. Hukum selalu dibicarakan dari Keluaran 20:2-17, Ulangan 5:6-22, Matius 22:37-40, Yohanes 13:34-35, dan lain-lain.
      Kita mengakui bahwa anugerah Allah yang kita terima (keselamatan) belum sempurna, kesempurnaan akan terjadi kelak pada kedatangan Tuhan kedua kali. Itu berarti anugerah yang telah kita terimaa masih harus terus dijaga, apalagi kita sangat rentan dengan dosa yang dapat merusak anugerah Allah. Manusia seringkali melanggar dan merusak perjanjian anugerah Allah. Namun karena Allah adalah setia maka Allah tetap mengasihi manusia dengan tetap memberikan pembaharuan AnugerahNya yang nampak dalam keseluruhan liturgi. Dalam ibadah liturgis tersebut kedua pihak mengulangi dan meneguhkan janji-janji dan tuntutan-tuntutan mereka, Tuhan menerima hormat dan manusia menerima penghiburan serta peneguhan iman. Kejatuhan manusia dalam dosa tidak disebabkan oleh Tuhan Allah, iblis, atau Adam dan Hawa, melainkan bersumber pada hati manusia yang dipenuhi keegoisan untuk menjadi manusia yang bebas tanpa ingin terikat dengan aturan Allah. Alkitab pun tidak menerangkan dengan jelas mengenai sumber dosa, tetapi para penulis Alkitab membimbing manusia kepada pengakuan dosa karena dosa yang dilakukan oleh manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusia itu sendiri. Pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh manusia adalah bentuk upaya manusia mencari keselamatan. Menurut Alkitab, manusia tidak dapat menemui jalan keselamatannya sendiri, hanya ada satu cara manusia menemukan jalan keselamatannya yakni jikalau Tuhan Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia. Inisitif Allah untuk menemui manusia pun turut dinyatakan di dalam liturgy karena liturgi dipandang sebagai sebuah undangan dari Allah untuk merayakan iman. Liturgi adalah kegiatan ibadah baik dalam bentuk seremonial maupun praksis, dan perhatian umat dalam liturgi adalah Kristus. Dalam liturgi, umat memberikan respons terhadap sejarah penyelamatan dan inisiatifAllah. Salah satu respons umat akan karya penyelamatan Allah adalah melalui pengakuan dosa. Menurut Kamus Liturgi Sederhana, pengakuan dosa adalah kegiatan mengakui dosa di hadapan Allah baik secara langsung atau melalui Bapa Pengakuan.

      Hapus
    2. Nama : Asriani Purba
      NIM : I2.01.909
      Tingkat/ Jur : IV-B/ Teologi
      Kelompok III: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa Pembacaan Alkitab dan Khotbah. Dalam ibadah Protestan, pembacaan Alkitab dan Renungan mendapat tempat yang sentral atau mendapat porsi waktu yang cukup lama dari unsure-unsur lainnya karena ibadah Protestan sentralnya adalah Firman Tuhan (Sola Skriptura). Dalam Bacaam Alkitab itulah tercermin bagaimana Tuhan bertemu dengan umat-Nya. Tetapi karena sabda Tuhan itu ditulis dalam budaya (Ibrani dan Yunani) maka perlu diberi penjelasan atau homilia sehingga jemaat mengerti Tuhan yang berbicara kepada-Nya. Atau Tuhan yang dijumpai di Ibadah Gereja. Supaya isi Alkitab yang dibacakan dapat dimengerti maka perlu berdoa mohon pencerahan Roh Kudus.
      Bilamana bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan, bagian itu tidak ada gunanya bagi jemaat”. Firman Allah yang ditafsirkan inilah yang disebut Homilia (khotbah). Memberitakan Firman adalahmengumumkan keselamatan dan hukuman, yang berlangsung di sini dan kini dalam menuntun umatNya menjalani kehidupan yang kudus untuk menerima Mahkota Kehidupan Kekal di dalam kerajaan sorga. Pada waktu pemberitaan Firman kedengaran suatu bunyi yang nyaring di dalam hati anggota-anggota jemaat. Allah hadir, Allah ada di tengah-tengah kita. Saat ini berlangsung suatu pengungkapan rohani yang penuh berkat di dalam kemuliaanNya. Di sini berlangsung apa yang tidak berlangsung di tempat lain: Malaikat Tuhan turun, seorang utusan berdiri di tengah-tengah umat diterangi oleh terang Sorgawi, dan Ia membuat mujizat di dalam hti orang-orang yang putus asa, yaitu bahwa mereka disebut anak-anak Allah pewaris Kerajaan Sorga. Maka Gereja yang hidup adalah Gereja yang memberitakan Firman Tuhan untuk membangun dirinya; bertumbuh dan bekerja memuliakan Allah di dalam jemaat dan di dalam dunia, sehingga jemaat dipersiapkan mengambil bagian dalam Sakramen: Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Khotbah memiliki arti pidato yang terutama menguraikan tentang ajaran agama. Khotbah merupakan salah satu bentuk dari homiletika yang berlangsung dalam ibadah. Istilah khotbah berasal dari kata homilein dan kata benda homilia yang berarti bersama, bergaul, atau persekutuan kontak dengan orang lain, pergaulan, bercakap-cakap, pembicaraan dan percakapan yang dimaksud adalah pemberitaan firman Tuhan. Homiletika adalah kemampuan untuk berkhotbah dan bercakap-cakap tentang Firman Allah sesuai dengan apa yang disaksikan oleh Alkitab melalui pertolongan Roh Kudus. Sementara khotbah itu sendiri adalah bercakap-cakap atau berbicara tentang firman Tuhan dengan bantuan pertolongan Roh Kudus. Ujud khotbah itu ialah khotbah yang memerlukan penekanan yang lebih mendalam pada sentralisasi Alkitab atau dibekali dengan bahan-bahan yang terdapat dalam Alkitab (Kitab Suci).

      Hapus
    3. Penyaji : Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban, Tribina, Meisana br Ginting
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan. Latar belakang maka ada pengakuan iman adalah karena pada masa abad yang ke 2 muncul suatu aliran Gnostik yang ingin menguasai gereja dan untuk menentang akan hal ini maka gereja membuat pengakuan iman yang menjadi senjata gereja untuk mempertahankan gereja. Pengakuan iman adalah tulisan-tulisan yang menjelaskan ajaran iman yang dianut oleh gereja atau kelompok tertentu, ajaran yang dipegang dapat dijelaskan dalam pengakuan iman dalam arti yang sebenarnya adalah konfesi (confessio). Selain untuk membela iman, pengakuan iman juga merupakan identitas pengikrarnya. Orang Kristen memerlukan pengakuan iman, yaitu : ringkasan isi iman kepercayaannya. Sebab setiap saat orang Kristen harus siap sedia untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap orang yang meminta pertanggung jawab daripadanya tentang pengharapan yang ada padanya (1 Ptr. 3:15). Pengakuan Iman bukan hanya Pengakuan Iman Rasuli, tapi ada juga Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Athanasius, Pengakuan Iman Chalcedon. Pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat dan diucapkan dengan suara yang lantang. Pengakuan iman mengajar kita untuk mengenal Dia sepenuhnya dan untuk menolong kita melakukan apa yang diharapkan dari kita sesuai dengan sepuluh firman. Pengakuan-pengakuan gerejawi sebagai warisan iman yang merumuskan makna iman yang diakui orang-orang Kristen. Pengakuan Iman diugkapkan setelah menerima Kotbah, karena dapat dipahami bahwa setelah menerima firman Tuhan, maka dipahami dia semakin bertambah imannya dan lewat pengakuan iman dikrarkannnya. Orang yang mengakukan iman adalah orang yang dewasa dan telah angkat sidi karena dianggap bahwa orang dewasa yang telah bisa untuk mengakukannya dan menghidupi dalam kehidupannya. Pengakuan iman yaitu mengakui ketritunggalan Allah dalam kehidupan yang beroritas untuk setiap aspek kehidupan. Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita, yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita, yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.

      Hapus
    4. Nama : Asriani Purba
      NIM : 12.01.909
      Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
      Kelompok V : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra. W.S.H Sipayung, Hotni Malau, John Rein Tamrin Panjaitan
      Judul Sajian : Unsur Liturgi:Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan Dengan NAts-Nats Thematis.

      Doa Syafaat adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepentingan orang lain. Doa syafaat tidak hanya terfokus pada diri sendiri, tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain. Adapun yang menjadi jenis doa syafaat adalah Doa syafaat untuk pribidi, doa syafaat untuk umum, doa syafaat untuk misi, doa syafaat untuk peperangan rohani. Doa syafaat pribadi dinaikkan untuk seseorang yang bersifat pribadi. Doa Syafaat untuk umum ditunjukkan untuk orang banyak atau kelompok tertentu. Doa syafaat untuk misi adalah doa syafaat yang dinaikkan untuk mendoakan pelayanan misi sebagai penopang dalam pemberitaan injil, sehingga pelayanan yang dilakukan berjalan dengan baik dan kuasa Tuhan dinyatakan. Doa Syafaat untuk peperangan rohani, doa untuk mempertahankan kerohanian supaya tetap berdiri teguh sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala Hal yang dikehendaki Allah. Alkitab mencatat perihal doa syafaat bahwa umat harus berdoa kepada yang maha kuasa (1 Timotius 2:2). Beberapa tokoh dalam Perjanjian Lama juga menjadi pendoa syafaat yaitu Abraham, Musa,Harun, Hur, Daniel, Nehemia, Ester, Paulus. Dalam ibadah jemaat dari abad ke abad do syafaatn biasanya ditempatkan sesudah pemberitaan Firman. Kata kunci dalam doa Syafaat adalah pergumulan. Lanjutan doa dan pergumulan Yesus tentang orang Kristen yang terus dikejar dan menderita karena nam Yesus dan ini masih relevan hingga sekarang. Berdoa Syafaat atas nama kekristenan yang tertindas dan atas kemanusiaan yang tertindas. Doa Syafaat berguna untuk pengondianon yaitu pelindung, pemelihara, dan tempat meminta pertolongan. Dan kita harus tetap terus-menerus berdoa karena Yesus sendiri yang menjadi teladan kita dan Yesus sendiri yang mengajarkan kita untuk berdoa.

      Hapus
    5. Nama : Asriani Purba
      NIM : 12.01.909
      Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
      Judul Sajian : Pemberian Jemaat
      Kelompok 6 : Asriani Purba, Franky Barus, Mary Susunenta Ginting, Sri Ita sebayang.
      Pemberian jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang didalam gereja-gereja Indonesia yang disebut dengan kolekte. Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar. Ucapan syukur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah merupakan tujuan utama persembahan. Penyerahan diri jemaat disebut dengan pemberian persembahan. Yesus Kristus telah memberikan dirinya kepada manusia, menderita dan berkorban bagi manusia. Dengan member persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan. Pemberian dimulai dari kisah Habel dan Kain pada Kejadian 4. Persembahan dalam Perjanjian Baru sebagai symbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11). Pemberian Jemaat sejak dahulu erat kaitannya dengan perayaan perjamuan. Persembahan merupakan bagian integral dalam liturgy. Tuhan adalah pemilik semua ciptaan, dan Tuhanlah yang empunya segala sesuatu yang kita miliki. Ada lima alasan mengapa kita harus memberikan persembahan kepada Tuhan:
      1) Karena perintah langsung dari Allah (Matius 22:37).
      2) Memberi dengan kejujuran, apa yang seharusnya diberikan pada Allah diberikan pada Allah.
      3) Sebagai wujud kasih kepada Allah
      4) Ungkapan rasa terimakasih.
      5) Sebagai bukti dan buah dari iman.
      Rasul Paulus dalam 2 Korintus 8 mengatakan prinsip persembahan Kristen, yaitu suatu ungkapan Rahmat Allah, dapat menjadi Kharisma, diilhami oleh salib Kristus, menyerupai tuaian, memiliki makna simbolis, menyuburkan ucapan syukur kepada Tuhan. Persembahan kita berguna untuk pendewasaan gereja. Dan persembahan adalah ungkapan pemahaman kepercayaan kepada Allah.

      Hapus
    6. Nama : Asriani Purba
      NIM : 12.01.909
      Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
      Judul sajian : Unsur Liturgi: Nyanyian dan Paduan suara dalam tama peribadahan Liturgi dalam menyenangkan Hati Tuhan dengan nats-nats tematis Alkitab
      Dalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam Bait Allah. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir. Nyanyian Liturgi melayani seluruh umat beriman. Nyanyian bisa melibatkan partisipasi umat. Nyanyian liturgy harus mengungkapkan iman akan misteri Kristus. Nyanyian Liturgi liturgy harus sesuia dengan masa dan tema liturgy. Nyanyian Liturgi sehakekat masing-masing bagian. Nyanyian Grejawi mempunyai aspek kembar. Pada satu pihak adalah wahana pemberitaan firman. Pada pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan. Dalam nyanyian gerejawi jemaat melihat kepada Tuhan. Menurut merak paduan suara adalah unsure yang tetap dari ibadah jemaat. Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat. Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat. Musik Liturgi adalah bagian integral yang sangat penting, sarana untuk memuliakan Allah, membantu umat dalam berpartisipasi aktif. Paduan suara dipimpin oleh seorang dirigan. Paduan suara dan alat music dua sarana untuk meningkatkan spritualitas bermazmur lewat nyanyian, memuji Tuhan lewat muusik adalah hal yang dilakukan oleh Daud. Dengan adanya dua hal ini menyadarkan dan meneguhkkan kita bahwa seluruh tubuh kita harus memuji dan memuliakan Tuhan. Pujilah Tuhan dengan suara kita. Dan pujilah Tuhan lewat music kita.

      Hapus
  15. Nama : Jhoni Pranata Purba
    NIM : 12.01.935
    Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Parlinda Marbun
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Apriantri Sitepu
    Votum adalah suatu tanda menandai bahwa Tuhan telah masuk ke dalam Ibadah. Artinya ibadah adalah perintah Tuhan kepada umat, sehingga melalui peribadahan umat berjumpa dengan Tuhan. Votum merupakan suatu pernyataan atau poklamasi bahwa Tuhan sang pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Calvin menjelaskan soinode Dordrecht (1574) kemudian mewajibkan pemakaian Mazmur 124:8 sebagai votum di dalam kebaktian. Menurut Kuyper, votum itu bukan Doa, melainkan suatu keterangan khidmat. Menurut Kuyper votum itu bukan doa, melaikan suatu keterangan khidat. Menurut Van der Leeuw, votum harus diucapkan pelayan, segera sesudah pelayan memasuki ruangan ibadah. Dalam votum terletak amanat, kuasa Allah, Segala sesuatu yang menyusul berlangsung dalam nama-Nya. Votum adalah janji yang khidmat. Introitus di hubungkan dengan tahun gerejawi dan nas khotbah. Nyanyian masuk merupakan nyanyian jemaat; kerena itu, nyanyian ini tidak boleh diserahkan kepada paduan suara seperti yang masih terjadi dibeberape gereja. Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk, bukan pembacaan nas. Umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian. Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus (bnd Yeh 47:1) laksana bahtera (naos) yang masih berlayar menuju pelabuhan abadi. Dalam liturgi, prosesi dalam ibadah biasanya dilakukan dari pintu utama menuju altar dan mimbar. Bagus, apabila umat ikut dalam introitus tersebut, sekalipun tidakpraktis. Dewasa ini, beberapa Jemaat agak sungkan melakukan prosesi pada awal ibadah, biasanya prosesi atau introitus dihapus dan diganti dengan penyerahan Alkitab. Ini hanya dilakukan oleh beberapa petugas liturgi saja. Dalam diskusi kelas sangat menarik saya dapatkan bahwa apabila kita terlambat datang beribadah dan apabila kita tidak ikut Votum maka kita dapat dikatakan ibadah karna kita sudah ketinggalan satu dari unsur liturgi itu, jadi ibadah yang sejati adalah dimana kita mengikuti semua rangkaian ibadah dari awal. Dalam didalam diskusi juga saya mendapatkan bahwa dalam menyambut Votum kita berdiri artinya kita berdiri di depan Allah yang besar dan yang maha Kudus dan kita harus merespon dengan berdiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Ambarita
      Judul Sajian : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum (2)
      Dalam sajian ini saya sendiri menjadi pembanding dari kelompok 4, Yang saya dapatkan dari sajian kali ini adalah ternyata sejak abad ke X terdapat kebiasan iman ketika sampai di mezbah, Ia tunduk nmenyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Luther juga menyebutkan bahwa pengakuan dosa itu harus timbul dari hati dan tidak bisa dipaksakan, hal ini seakan menuntuk keseriusan kita mengaku dihadapan Allah. Pengakuan dosa ini dilakukan dalam ibadah dimana kita menyadari bahwa kita adalah mahluk yang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan, dan dari itu kita harus mengakukan dosa kita supaya kita dilayakkan. Pengakuan dosa juga dapat dilakukan dengan nyanyian seperti yang dilakukan dalam gereja GBKP atau penyaji menjelaskan bahwa saat teduh atau paksa teneng itu juga dapat dikatakan pengakuan dosa. Sesuai kebiasan yang dipakai dalam abad-abad pertama, tata kebaktian Reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah di dua tempat yaitu sebelum Khotbah, atau sesudah khotbah. Hukum yang biasa dibacakan ialah dasa firman (Kel 20: 1-17). Menurut Van der leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen dan Ketiga unsur liturgika ini memiliki perbedaan dalam penerapannya dan tata letaknya dalam ibadah. Namun melalui penjelasan penyaji di kelas bahwa banyak juga gereja yang berairan Calvinis yang tidak melakukan dasa firman. Hal ini terlihat juga dalam gereja Batak Karo Protestan dalam liturginya tidak kita temukan dasa firman. Pemberitaan anugerah juga pernah diperdebatkan dengan hangat oleh tokoh-tokoh gereja seperti Calvin, seperti halnya masing-masing memberikan tanggapanya sehingga membuat keputusan bersama. Menurut Van der leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Kebanyakan para ahli liturgika lebih menyukai hukum atau dasafirman dinyanyikan sebagai puji-pujian daripada dibacakan, tetapi ada juga yang keberatan seperti Kuyper yang mengatakan bahwa apabila dilakukan dengan dinyanyikan adalah hal yang keliru. Hukum Taurat itu dibacakan sebagai “cermin” bagi umat yaitu bagaimana sikap perilaku orang percaya kepada Tuhan dan kepada sesama manusia, sebagai wujud kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia, (Ul. 6: 3-9, Mat.22: 36-39). Dasafirman mempunyai fungsi sebagai cermin, yang menyatakan kepada kita “betapa besar dan betapa seringnya kita telah menjadikan Tuhan Allah murka oleh dosa-dosa kita”.Oleh karena itu dasafirman ditempatkan sebelum Pengakuan Dosa – Janji Pengampunan Dosa. Berbeda dari Calvin, dia berpendapat bahwa dasafirman berfungsi sebagai puji-pujian. Oleh karena itu dasafirman ditempatkan setelah Pengakuan Dosa-Janji Pengampunan Dosa. Adapun kesimpulan bahwa pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum merupakan satu kesatuan di dalam liturgi. Ketiga hal ini sama pentingnya dan fungsinya saling berkaitan satu dengan yang lain. Namun, esensinya jelas berbeda-beda.

      Hapus

    2. Penyaji : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedi Hia, Winda Apriantri Sitepu
      Judul Sajian : Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah (3)

      Sajian ini adalah sajian yang menarik bagi saya dan saya sungguh senang dalam pembahsan ini. Adapun yang saya pahami dari sajian kali ini adalah dalam ritus Gallia dan Romawi mengucapkan kollekta dalam ibadah. Namun saya juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh calvin adalah doa itu diganti dengan epiklese yang dimana artinya adalah doa memohon supaya Roh Kudus hadir di hati jemaat dan pengkhotbah supaya dapat menyampaikan dan menerima firman dengan baik. Karna tampa Roh Kudus firman yang disampaikan bisa saja bukan Firman Allah namun Firman manusia. Saya juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Kuype bahwa doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Namun dalam sajina ini saya juga belum menemukan apa yang dimasud dengan doa formulir. Muncul benak saya apakah itu doa yang sering di ucapkan oleh pendeta GKPI atau HKI dalam permulaan Khotbahnya.
      Dalam point pembacaan Nats menurut saya sudah tepat apa yang dilakukan oleh bapa-bapa gereja yaitu Yustinus Martir kepada jemaat pada saat itu yaitu sebelum mengajarkan pengajaran mengenai Kristus maka terlebih dahulu dilakukan pembacaat nats Alkitab. Hal ini menurut saya supaya pengajaran yang diberikan itu adalah pengajaran yang alkitabiah bukan pengajaran yang dikarang atau pengjaran manusia. Namun dalam sajian ini saya juga belum menemukan apa sebanarnya makna pembacaan nats itu yang sering digunakan dengan sitem responsorya, tunggal dan lain-lain.
      Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus. Pada masa kehidupan gereja awal, pengkhotbah itu adalah guru, pemimpin spiritual, dan apologetis. Gereja-gereja awal juga tidak membedakan khotbah dengan pengajaran. Dengan kata lain pengajaran adalah khotbah. satu hal yang saya dapatkan namun menimbulkan pertanyaan dalam benak saya adalah mengapa khotbah dikatakan tidak boleh lebih dari 20 menit?. Kenapa karena menurut saya khotbah itu bisa saja lebih dari duapuluh menit karena mungkin jemaat ada yang sebagian jemaat yang masi haus akan firman Tuhan jadi harus dilayani lebih lagi. Adapun fungsi khotbah yakni bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis. Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas. Pengkhotbah yang juga dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalam komunitasnya. Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Khotbah pun membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah dan Injil yang menjadi inti dari pengajaran.

      Hapus
    3. Nama : Jhoni Pranata Purba
      Penyaji : Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban, Tribina, Meisana br Ginting
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen. Jika kita melihat dalam sejarah pembentukan Pengakuan Iman, bahwa pada saat itu gereja di hambat dan di serang oleh ajaran yang tidak benar dan berusaha meruntuhkan kepercayaan jemaat mula-mula. Namun para Bapa gereja merumuskan tiga senjata gereja yaitu; kanon, Pengakuan Iman, pewaris jabatan rasuli, dan hal ini berhasil untuk menghalau ajaran genostik, marcion, dan montanisme. Calvin juga dalam (dalam tata kebaktian untuk Straszburg) untuk menempatkan sesudah khotbah, atau lebih tegas, sesudah doa syafaat yang diucapkan sesudah khotbah , ia selalu memakai pengakuan Iman Rasuli. Ajaran yang dipegang dapat dijelasakan dalam pengakuan iman dalam arti yang sebenarnya adalah konfesi (confessio), tetapi juga dalam tulisan-tulisan yang mempunyai fungsi seperti katekismus dan karangan teologi, pengakuan iman juga dapat juga untuk membela iman dan untuk menunjukkan identitas dari pengikrar serta memberi batasan terhadap ajaran yang menyimpang. Pengakuan iman adalah perbuatan yang mengandung resiko, kita bukan hanya mengaku percaya tentang Kristus, melainkan kepada Kristus, kita mengamini Kristus sebagai Kurios kita, kita mengaku hanya Kristus yang patut ditaati. Pengakuan Iman dalam gereja di Indonesia yaitu Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Athanasius, Pengakuan Iman Chalcedon. Ulangan 6: 4-5 adalah ringkasan pengakauan iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi yang berbunyi “Dengarlah, hai Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa, Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu”, kata-kata ini sangat melekat dalam kehidupan orang Israel dan itu sering mereka sampaikan kepada anak-anak mereka. Orang Kristen memerlukan pengakuan iman, yaitu sebagai ringkasan isi iman kepercayaan, sebab setiap orang Kristen harus siap sedia untuk memeberi pertanggung jawaban kepada tiap orang yang meminta pertanggung jawaban daripadanya tentang pengharapan yang datang padanya (1 Pet. 3:15). Adapun nats-nats Alkitab yang berhubungan dengan Pengakuan Iman yang mengatakan Allah itu esa dapat kita lihat dalam kitab (Mzm. 24: 1-2, Kol. 1:6), Allah berbicara melalui prantaraan Yesus Kristus, anakNya yang tunggal (Ibr. 1:1-2), Allah hadir dan bekerja di dunia dan dalam gereja melalui Roh Kudus yang memerdekakan manusia dari hukuman dosa dan hukum maut (Rm. 8:2). Van Der Leeuw mengatakan Pengakauan Iman diikrarkan, bukan dibacakan, bukan didengarkan, dengan itu jemaat perlu berdiri, dan jemaat juga harus turut mengucapkanya “dengan mulut dan hatinya”. Analisa saya sebagai penyaji bahwa Pengakuan Iman ini masih relevan sampai sekarang sebagai jawaban iman kita jika kita berhadapan dengan ajaran sesat yang berusaha menjungkirbalikkan iman kita. Saya berikan contoh dengan kehadiran seksi Yahova yang melakuakn penginjilan individu ke individu dengan mengajarkan pengajaran yang “mirip” namun berbeda, jika kita tidak memiliki senjata yang ampuh maka kita akan menjadi bagian dari mereka. Pengakuan iman memang dibuat dan di turunkan menjadi tradisi gerejawi yang sudah bertahan sampai beribu tahun, namun pengakuan iman ini masi menjawab pergumulan setiap jamannya. Banyak jemaat tidak paham apa pentinggnya mengaku iman percaya kepada Tuhan, dan bahkan dalam prakteknya banyak kita lihat myang mengiikrarkan dengan sembarangan dan tanpa rasa bersalah di hadapan Tuhan. Jika saya dapat beranalisa itu bukanlah menyenangkan hati Tuhan namun sekaligus mengabaikan kebesaran Tuhan itu.

      Hapus
    4. Nama : Jhoni Pranata Purba
      Penyaji : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra Wulan Sari Haholongan Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Judul Sajian : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain, dengan doa syafaat berarti kita mendoakan orang agar mereka mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Adapun jenis-jenis doa syafaat adalah, doa syafaat untuk pribada, doa syafaat untuk umum, doa syafaat untuk Misi, doa syafaat untuk peperangan rohani, doa syafaat dalam Alkitab. Misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1). Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah; Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel; Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel; Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur; Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya. Yesus Juga berdoa dan bersyafaat setiap pagi untuk pelayananya dan berdoa kepada semua diluar dirinya. Dalam ibadah jemaat dari abad ke abad doa syafaat biasanya di tempatkan sesudah pemberitaan firman. Dalam Liturgi Klementin (380) doa syafaat ditempatkan sesudah khotbah, mula-mula untuk penjabat-penjabatnya, kemudia untuk anggota-anggotanya dan terakhir untuk dunia: untuk perdamaian dan keselamatannya. Calvin dan Luther menempatkan doa syafaat sesudah khotbah mengikuti kebiasaan gereja lama. Dalam pertemuan kelas yang saya peroleh dari penjelasa bapak dosen juga adalah doa syafaat dimana kita berdoa kepada gereja yang senantiasa ditindas dan mengalami masa-masa sulit akibat pemberitaan Yesus Kristus, seperti yang terjadi di Negara Timur tengah dan Indonesia. Doa syafaat dalam gereja-gereja sekarang ini banyak yang mengalami pergumulan dimana banyak gereja atau pelayan Tuhan yang tidak mengerti bagaimana sebenarnya mengenai doa syafaat, dan hal ini yang membuat dalam unsur ibadah doa syafaat banyak yang memilih keluar dalam perinadahan. Menurut analisa saya bahwa doa syafaat adalah hal yang sangat perlu dilakukan karena kita tidak bisa hanya mendokan diri kita sendiri saja melaikan kita dituntut untuk merasakan apa yang orang lain rasakan dalam kehidupannya. Doa syafaat tidak hanya dilakukan hanya sebatas tembok gereja namun dalam kehidupan sehari-hari kita seharusnya mengambil sikap berdoa dalam arti syafaat untuk meningkatkan komunikasi kita kepada Tuhan, orang Kristen juga harus bertanggung jawab mendoakan bangsa dan negaranya, karena kita memiliki dua warga Negara yaitu warga Negara Indonesia dan warga kerajaan Allah. Seperti apapun cara kita beribadah kepada Tuhan kesadaran kita yang pertama harus dibangun adalah jiwaku, rohku, membutuhkan Tuhan, dan dalam konteks itu, kita menyadari sikap diam, tenang, dalam arti siap mendengarkan Tuhan, dan mengatur sikap dihadapan Tuhan.

      Hapus
    5. Nama Penyaji : Arjuna Saragih, Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting
      Judul Sajian : Pemberian Jemaat (6)

      Sebuah budaya yang masih melekat pada kehidupan sekarang ini adalah lebih baik menerima daripada memberi, Sehingga seseorang senantiasa mengharapkan menerima saja namun tidak memberi, entah apa yang salah mengapa kebanyakan orang hal memberi ini merupakan suatu hal yang sulit sekali, tidak hanya kepada sesame manusia tetapi juga kepada Tuhan. Hal ini kita lihat dalam kurangnya jemaat yang rela memberikan persembahan atau pemberian jemaat di dalam gereja, munkin hal ini mungkin kesalah pengertian terhadap kolekte. Pemberian Jemaat berarti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupul di sisi altar. Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya.Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan.Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18), Dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Perjanjian Lama juga menyampaikan informasi tentang adanya persembahan khusus dari setiap orang yang tergerak hatinya untuk membantu terpenuhinya kebutuhan bagi rumah Tuhan, jadi bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang (Keluaran 35:21). Persembahan di Perjanjian Baru adalah sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11). Dengan kolekte, umat beriman beroleh kesempatan dan kemungkinan untuk berpartisipasi dalam bahan persembahan yang disiapkan untuk perayaan kenangan kurban Kristus di altar. Ada beberapa macam nama yang diberikan kepada persembahan atau pngumpulan uang jemaat:
      1. Kolekte yang dikumpulkan dalam setiap ibadah
      2. Persembahan Ucapan Syukur [15].
      3. Persepuluhan
      4. Bantuan .
      Beberapa kutipan di dalam Alkitab untuk menambah semangat jemaat untuk memberikan persembahan adalah Roma 12:1, Ulangan 16:16b. Maleakhi 3:10, untuk memotivasi jemaat untuk memberikan persembahan bagi Tuhan melalui gerejaNya dengan penuh sukacita. Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Oleh sebab itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19; II Korintus 9:8).
      Dalam analisa saya masih banyak sekali jemaat saat ini tidak mengerti persembahan kepada Tuhan. Mungkin masih ada pemahaman jemaat bahwa persembahan itu untuk penatua atau diaken. Banyak juga jemaat yang merasa persembahan itu diberikan karna suatu kewajiban yang mengikatnya. Sehingga ketika seseorang tidak memiliki uang maka dia tidak berani ke gereja.

      Hapus
    6. Presentase VII (Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab)
      Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Purnama Ellys Rajagukguk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus

      Didalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam ibadah-ibadah di Bait Allah, ibadah pribadi bangsa Israel, bahkan dalam perayaan-perayaan lainnya. Mazmur ini dikumpulkan dari beberapa penulis yang berbeda, seperti : Daud, Musa, bani Asaf, bani Korah. Tradisi menyanyikan Mazmur ini masih digunakan sampai zaman Yesus di Perjanjian Baru. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan satu bagian dari “Great Hallel” yang ada dalam Mazmur 113-118. Prinsip dalam pemilihan Nyanyian Liturgi terbagi atas lima yaitu:
      1. Nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman
      2. Nyanyian liturgi bisa melibatkan partisipasi umat
      3. Nyanyian liturgi harus mengungkapkan iman akan misteri Kristus
      4. Nyayian liturgi harus sesuai dengan masa dan tema liturgi
      5. Nyanyian liturgi harus sesuai dengan hakekat masing-masing bagian.
      Jemaat menyanyi bukan saja karena tradisi yang di ambil dari ibadah Yunani (dibait Allah dan Sinagoge) atau contoh yang diberikan oleh Yesus dan oleh para rasul (bnd. Mrk 14:20, Kis 16:25), bukan juga karena kebiasaan yang dipakai oleh bangsa-bangsa kafir di daerah-daerah zending di luar Palestina, jemaat menyanyi karena suatu sebab yang lebih dalam: karena karya penyelamatan Allah. Pada suatu pihak nyanyian adalah wahana (vehikel) pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu. Van der Leeuw dan beberapa pemimpin lainnya bersedia memberikan tempat dan tanggung jawab yang lebih besar kepada paduan suara tersebut yaitu sebagai “wakil” jemaat untuk menyanyikan bagian-bagian – misalnya perasaan khidmat dan kasih,permohonan yang mesra, kegembiraan yang meluap-luap, dan lain –lain yang tidak dapat (tidak sanggup) dinyanyikannya. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Musik memiliki tempat atau kedudukan yang sangat penting dalam liturgi.
      Musik memiliki tempat atau kedudukan yang sangat penting dalam liturgi. Makna musik dalam liturgi Gereja dapat menjelaskan beberapa dimensi yang berdasarkan paham Konsili Vatikan II:
      Dimensi Liturgis , Dalam Konsili Vatikan II musik liturgi bukan saja sekedar untuk selingan, tambahan atau dekorasi, demi untuk memeriahkan sebuah liturgi melainkan musik adalah bagian yang sangat intergral atau sangat penting. Dimensi Kristologis, Konsili Vatikan II menunjukkan tujuan musik liturgi sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman. Dimensi Eklesiologis, Musik liturgi dapat membantu umat dalam dalam berparti sipasi secara aktif dalam liturgi. Konsili Vatikan II seniri mengharapkan agar umat dapat berperan serta secara sadar dan aktif dalam perayaan liturgi.
      Analisa saya mengenai nyanyian di GBKP, di GBKP saya melihat bahwa nyanyian itu sudah dikontekstualisasikan dengan alat musik Karo. Namun dalam hal bernyanyi jemaat GBKP kurang menghayati lagu karena sangat jarang jemaat yang menghapal nyanyian. Jadi ketika bernyanyi hanya fokus kepada teks. Saya merindukan jemaat GBKP dapat meresapi lagu seperti yang diperaktekkan oleh karismatik. Bukan lagu yang menentukan kwalitas nyanyian tapi hati.
      Saya juga merindukan GBKP mengembangkan mengembangkan Paduan Suara dan kemampuan Not supaya dalam bernyanyi dapat dengan baik.

      Hapus
  16. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
    NIM : 12.01.926
    Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
    Mata Kuliah : Liturgika
    Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

    Presentase I (Votum, Salam dan Introitus)

    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Sinulingga, Mariati Sitepu
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu

    Votum, salam, dan introitus sama pentingnya dengan unsur-unsur liturgi yang lainnya. Votum adalah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu dan bersekutu dengan Allah. Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan, dan dalam hal ini votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan, dan dalam votum terdapat amanat dan kuasa Tuhan Yesus. Isi votum pada umumnya adalah pembukaaan ibadah dengan mengatakan “Ibadah ini dibuka di dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.
    Salam berbeda dengan penyampaian doa berkat, di mana salam diucapkan oleh Pengkhotbah tanpa mengangkat tangan. Bentuk salam yang paling sederhana “Tuhan menyertai kamu” dan dijawab “Dan menyertai rohmu”. Melalui salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaat-Nya, dan dengan ini jemaat menyambut “Amin 3x. Artinya jemaat pun menyakini, membenarkan atau mengiakan bahwa Allah sungguh hadir di tengah-tengah jemaatNya di mana Amin artinya “Ia benar demikian”. Dan salam juga berarti sapaan yang diberikan pelayan kepada kita, dan sapaan itu harus disambut juga oleh jemaat yang hadir.
    Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Introitus pada hakekatnya adalah nyanyian jemaat, namun dalam praktiknya introitus hanya dipakai jemaat-jemaat besar yang mempunyai paduan suara, sedangkan di jemaat-jemaat kecil yang tidak memiliki paduan suara, introitus diganti dengan nyanyian jemaat. Introitus yang diambil dari Mazmur dan introitus dinyanyikan ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian. Ketiga unsur yang telah dibahas yaitu votum, salam dan introitus memiliki makna atau tujuan yang penting dalam pelaksanaan ibadah. Di mana penekanan yang jelas dalam paper ini adalah di mana ketika jemaat tidak mengikuti votum, maka dia dapat dikatakan tidak mengikuti rangkaian ibadah dengan baik. Sehingga setiap jemaat diharapkan untuk dapat sebelum peribadahan dimulai, dan juga menurut saya ketiga unsur ini harus dipahami dengan baik oleh setiap jemaat sehingga mampu mengimani setiap pelaksanaan ibadah yang diikuti dan tidak hanya menjadi sekadar rutinitas belaka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
      NIM : 12.01.926
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

      Presentase II (Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum)

      Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Ambarita
      Pembahas : Jhoni Purba, Roles Purba, Sri Kaban, Tri Bina Ginting

      Pengakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam kebaktian. Dengan adanya pengakuan dosa berarti kita datang ke hadirat Tuhan untuk mengatakan hal yang penting yaitu bahwa kita adalah orang-orang berdosa dan bahwa dosa kita sangat menyedihkan hati kita. Di mana kita tidak dapat terus berjalan ketika dosa kita tidak diampuni oleh Tuhan Allah. Dengan adanya pengakuan dosa dari diri kita ini bertujuan agar jemaat yang sudah melakukan dosa memiliki sifat keterbukaan di hadapan Allah bahwa dia telah melakukan dosa dalam hidupnya yang tidak dapat diampuni oleh dirinya sendiri. Dalam melakukan pengakuan dosa, ini berarti bahwa manusia harus benar-benar merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan.
      Pemberitaan anugerah berbentuk depreaktif (permohonan) yang disebut absolusi. Sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama, tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan (anugerah) di dua tempat yaitu sebelum khotbah (akta pribadi dijadikan akta jemaat) atau sesudah khotbah (dipinjam dari biecht umum sebagai persiapan untuk menerima komuni). Pengampunan yang diberikan itu patut kita syukuri dengan cara menempuh hidup baru, yaitu berbalik ke arah yang baru. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui dosanya, dan pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi. Dan dengan pemberitaan anugerah yang berdasar pada karya penebusan Kristus, jadi memang harus selalu berdasarkan pada pengorbanan Yesus Kristus kepada umat berdosa. Dan ketika manusia yang berdosa mengakui dosanya dan menerima Pemberitaan Anugerah, hal ini berarti manusia yang nota-benenya adalah orang berdosa diberikan kelayakan untuk beribadah kepada Allah. Dan petunjuk hidup baru tersebut yang akan menuntun manusia yang berdosa tersebut untuk semakin dekat kepada Tuhan yaitu melalui pengisian firman Tuhan. Sehingga pengampunan dosa tidak menjadi sia-sia. Dan hukum yang biasa dibacakan ialah dasa-firman (Kel 20: 1-17). Menurut Van der leeuw, dasa-firman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasa-firman bagi umat Kristen.

      Hapus
    2. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
      NIM : 12.01.926
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

      Presentase III (Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah)

      Penyaji :Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Ariantri Br. Sitepu
      Pembanding : Chaterine Octavia Manurung, Fetra W.S.H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin Panjaitan

      Dalam peribadahan Luther tetap memakai collecta yaitu doa dengan dan untuk jemaat di dalam kebaktian jemaat. Sedangkan Butzer dan Calvin meniadakan collecta (doa dengan dan untuk jemaat) dan menggantikannya dengan epiklese yakni doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan didengar dengan baik, dan dalam hal epiklese ada gereja yang memakai doa formulir. Doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Dalam doa untuk pemberitaan firman Allah, jemaat memohonkan pimpinan roh Allah sehubungan dengan pelayanan khotbah yang segera akan berlangsung.
      Dalam pembacaan Alkitab dibedakan dalam 2 zaman yaitu pembacaan Alkitab dalam gereja lama dan sesudahnya dan Pembacaan Alkitab Zaman Reformasi sampai Kini. Dalam pembacaan Alkitab dalam gereja lama dan sesudahnya, yaitu di mana semua orang Kristen berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenangan-kenangan para rasul atau kitab nabi-nabi. Kalau pembacaan telah selesai, maka dilanjutkan dengan memberi pengajaran dan memberi nasihat supaya jemaat mengikuti dan menghidupi segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan nats tersebut. Sedangkan mengenai pembacaan alkitab dalam zaman reformasi sampai kini, ditekankan yaitu bila bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan, bagian ini tidak ada gunanya bagi jemaat. Sebelum pembacaan Alkitab diucapkan suatu doa untuk memohon anugerah Roh Kudus. Sehinga jelas ditekankan bahwa pelayan tidak dapat memilih nats atau pembacaan firman seturut keinginannya sendiri.
      Khotbah dalam kekristenan pertama kali muncul dari praktik Yahudi, dan kemudian praktik tersebut berkembang di dalam liturgi Kristen. Dalam buku Homiletik Prinsip dan Metode Berkhotbah dikatakan bahwa khotbah adalah menyampaikan pesan yang berasal dari Allah, yaitu suatu pesan yang otoritatif dan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui khotbah, pendengar diajak mengenal dan bertemu dengan dengan Tuhan, dan itu sebabnya khotbah bukanlah sekadar suatu pembicaraan tentang Allah, melainkan Allah sendiri berbicara melalui Alkitab. Seorang pengkhotbah harus benar-benar menggumuli apa yang akan disampaikannya dalam pemberitaan khotbahnya, dan sangat penting bantuan roh kudus untuk memberkatinya. Karena dalam khotbah jika kita hanya mengandalkan diri kita, dan tidak memusatkan Yesus sebagai pemberitaan kita, maka firman tersebut tidak akan membawa dampak bagi pertumbuhan iman jemaat.

      Hapus
    3. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
      NIM : 12.01.926
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

      Presentase IV (Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab)

      Penyaji : Jhoni Purba, Roles Purba, Sri Kaban, Tri Bina Ginting
      Pembanding : Asri Purba, Franki Barus, Meri Ginting, Sri Ita Sebayang

      Pengakuan Iman adalah bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya, di mana pengakuan iman yang diterima secara oikumenis di seluruh gereja Kristen di dunia adalah pengakuan iman rasuli yang terbagi atas tiga bagian yaitu, pertama ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan, kedua memuat ajaran tentang Kristus dan karya penebusanNya, sementara bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaanNya. Pada abad ke 6 atau ke-7, pengakuan ini telah diterima sebagai bagian dalam liturgi dalam Gereja Barat. Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok, juga merupakan identitas pengikrarnya. Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang. Dengan pengakuan iman umat seolah-olah menegaskan, “bukan begitu yang kami percayai, melainkan begini,” itu sebabnya rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalai penambahan, pengurangan dan perubahan. Apapun rumus yang digunakan, pengakuan iman adalah perbuatan yang mengandung risiko, di mana kita bukan hanya mengaku tentang Kristus, melainkan percaya kepada Kristus. Kita mengamini Kristus sebagai Kurios kita, kita mengaku hanya Kristus yang patut kita taati. Dikenal dua macam credo dalam Gereja, yaitu credo para rasul atau yang disebut dengan “symbolum apostolicum” atau pengakuan iman para rasul, dan credo panjang atau yang disebut dengan credo Nicaeno-constantinopolitanum. Credo para rasul sebagaimana kita miliki sekarang sebenarnya berasal dari surat yang dikirim oleh sinode para Uskup di Milan (yang uskupnya; St. Ambrossius) kepada Paus Siricius sekitar tahun 390 di mana kerangkanya berasal dari dekade terakhir dari abad ke dua Masehi. Credo yang panjang yakni credo Niceano Constantinopolitanum disusun oleh Konsili Nicea (th 325) dan konsili Konstantinopel (th 381) yang menambah pernyataan iman sehubungan dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Dalam penggunaan liturgi sendiri; semula sejak abad V syahadat panjang ini digunakan dalam misa kudus. Kebiasan Timur ini kemudian diikuti oleh Gereja Barat, di mana di Barat sendiri, credo para rasul hanya digunakan dalam baptisan saja. Dan menurut saya dalam pembahasan ini, yang mampu untuk mengakukan imannya adalah mereka yang sudah memiliki ikatan janji yaitu melalui malua (angkat sidi). Sehingga dia benar-benar mampu untuk mengimani iman yang telah dimilikinya dan juga mengamini imannya dalam kehidupannya sehari-hari.

      Hapus
    4. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
      NIM : 12.01.926
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

      Presentase V (Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab)

      Penyaji : Chaterine Manurung, Fetra W.S.H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Thamrin Panjaitan
      Pembahas : Ester Hutasoit, Junita Rajagukguk, Sonia Ginting, Susi Barus

      Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Doa syafaat juga merupakan doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Dalam doa syafaat dijelaskan bahwa kita akan mendoakan pergumulan komunitas orang-orang percaya yang selalu dikejar-kejar karena nama Yesus, di mana mereka mengalami ketidak-adilan. Dan Yesus sendiri telah mengalami penderitaan salib dan hal ini juga diteruskan oleh para muridnya, sehingga inilah yang perlu untuk kita doakan karena pada masa tersebut mereka mengalami ketidak-nyamanan atau ketidak-tenangan.
      Dalam doa syafaat, kita tidak menyatakan pengakuan dosa kita di hadapan Allah, karena dalam doa syafaat fokus kita adalah umum (negara, dunia, orang yang terkena bencana). Secara eksplisit, Alkitab mencatat perihal doa syafaat, misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1). Ada 4 Jenis Doa Syafaat yaitu doa syafaat untuk Pribadi, doa syafaat untuk Umum, doa Syafaat untuk Misi dan Doa Syafaat untuk Peperangan Rohani. Sejalan dengan perjalanan liturgi, doa syafaat ada yang dilakukan sebelum khotbah, ada yang setelah khotbah, dan ada yang dilakukan di dalam perjamuan Kudus.
      Sebenarnya setiap orang bisa menjadi pendoa syafaat, karena yang paling penting adalah bagaimana ketulusan hati kita untuk mendoakan orang lain yang tanpa paksaan. Namun walaupun demikian, ada juga orang yang tidak mau menjadi seorang pendoa syafaat. Tapi ini bukan patokan kita mengatakan bahwa dia tidak mengenal Allah atau tidak memiliki kedekatan dengan Tuhan. Karena memang tidak semua orang mau menjadi seorang pendoa syafaat, dengan berbagai alasan sehingga ketika disuruh untuk menjadi seorang pendoa syafaat, dia lebih memilih untuk menolaknya. Kita melakukan doa syafaat bukan karena tuntutan menjadi seorang kristen harus berdoa, tapi memang kita memiliki kerinduan untuk berbicara dengan Tuhan dan kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Dan menurut saya, doa syafaat itu ada hubungannya dengan nats-nats tematis, di mana sebagai contohnya di dalam Susukkara GKPS tahun 2015 setiap harinya ada topik doa yang harus didoakan oleh jemaat. Dan sampai sekarang doa syafaat masih sangat relevan untuk dilakukan, karena Yesus sendiri yang lebih dahulu mengajarkan kita untuk berdoa.

      Hapus
    5. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
      NIM : 12.01.926
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

      Presentase VI (Pemberian Jemaat)

      Penyaji : Arjuna Saragih, Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting
      Pembahas : Antonio Hutagalung, Donny Sinulingga, Uten Perlinda Marbun, Mariati Sitepu, ArjunaSaragih

      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Pemberian Jemaat berarti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan di depan ataupul di sisi altar. Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18). Dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan.
      Di dalam Perjanjian Lama mulai dari kitab Kejadian 4, yaitu persembahan oleh Kain dan Habil, namum pada ayat ini tidak disebutkan persyaratan persembahan. Sedangkan Persembahan di Perjanjian Baru adalah sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11). Tuhan Yesus agaknya tidak mengutamakan persembahan dalam arti uang atau benda, tetapi yang jauh lebih penting adalah kesediaan seseorang untuk bertobat (Matius 9:13). Pemberian Jemaat sejak dahulu erat dengan perayaan perjamuan. Pada zaman Perjanjian Baru pemberian tersebut masih dinggap sebagai ‘diakono’ jemaat yang dikumpulkan oleh diaken-diaken (pelayan-pelayan meja), untuk agape (perjamuan kasih) dan untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin (Kisah Para Rasul 6:2).
      Dalam abad-abad pertama, pemberian itu mendapat arti yang lain, yakni ketika elemen-elemen perjamuan (roti dan anggur) diangap sebagai korban Kristus, pemberian jemaat juga dianggap demikian. Persembahan merupakan bagian integral dalam liturgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Karena Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah. Persembahan jemaat seharusnya diberikan jemaat dengan sukacita untuk pekerjaan dan kemuliaan nama Tuhan. Sehingga jelas bahwa pemberian jemaat merupakan pemberian persembahan melalui gereja sebagai ucapan syukur atas berkat Allah dan untuk menyenangkan hati Tuhan. Jadi kita harus memulai melakukukannya dalam pribadi kita untuk melakukan perbuatan baik yaitu memberikan persembahan sebagai ucapan syukur atas apa yang telah diberikan Tuhan dalam hidup kita, di mana kita memberi karena kita sudah lebih dahulu sudah diberi oleh Allah.

      Hapus
    6. Nama : Fetra W.S.H. Sipayung
      NIM : 12.01.926
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th

      Presentase VII (Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab)
      Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Purnama Ellys Rajagukguk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus
      Pembahas : Dwi Erfina Pepayosa Ginting, Ruthin Sari Saragih, Nurintan Damanik, Swettry N Sitohang, Yuwan Fades Ambarita

      Sejarah perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan Gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah terlepas dari nyanyian jemaat. Adapun yang menjadi prinsip dalam pemilihan nyanyian liturgi yaitu nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman, nyanyian liturgi bisa melibatkan partisipasi umat, nyanyian liturgi harus mengungkapkan iman akan misteri Kristus, nyayian liturgi harus sesuai dengan masa dan tema liturgi dan nyanyian liturgi harus sesuai dengan hakekat masing-masing bagian. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya. Nyanyian gerejawi mempunyai aspek kembar, di mana pada suatu pihak nyanyian adalah wahana (vehikel) pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu, dan kedua aspek ini erat hubunganya.
      Para pemimpin Gerakan Liturgia berpandangan bahwa paduan suara adalah unsur yang tetapdari ibadah jemaat. Hal itu nyata dari bagan-bagan tata kebaktian yang dipakai oleh gereja saat abad-abad pertama. Adapun yang menjadi syarat paduan suara ialah, pertama, paduan suara yang dipakai di dalam ibadah jemaat adalah paduan suara jemaat, bukan perhimpunan penyanyi, kedua, di dalam ibadah paduan suara berdiri dipihak jemaat, ketiga,di dalam ibadah, paduan suara tidak mempunyai tempat tersendiri, ke empat,di dalam ibadah paduan suara bertugas melayani, kelima, di dalam ibadah, paduan suara tidak boleh menyanyikan nyanyiannya sendiri. Paduan suara mempunyai fungsi di dalam ibadah jemaat berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat dan wahana pemberitaan firman. Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat (bukan mewakili jemaat) untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu. Musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi Gereja. Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja. Dan jelas bahwa nyanyian gerejawi (jemaat) adalah unsur yang tidak dapat terpisahkan dari liturgi gereja. Dan nyanyian gerejawi (jemaat) haruslah menjawab kebutuhan jemaat serta harus memberi kesempatan bagi jemaat untuk meresapi nyanyian gerejawi.

      Hapus
  17. Nama : Roles Paringatan Purba
    NIM : 12.01.959
    Ting/Jur : IV-B/ Teologi
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Perlinda Marbun.
    Pembahas : Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Apriantri Sitepu.

    Votum, Salam dan Introitus (1)
    Kombinasi votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil alih oleh gereja-gereja Nederland. Namum berdasarkan kebiasaan Calvin tersebut sinode Dordrecht (1574) kemudian mewajibkan memakai Mazmur 124:8 sebagai votum di dalam kebaktian. Menurut Kuyper votum itu bukanlah doa, melainkan suatu keterangan hikmat. Votum dapat di bandingkan dengan keterangan diatas dan keduanya memang berbeda derajatnya, votum jauh lebih penting dari pada keterangan ketua seperti keterangan diatas, namun fungsinya tidak berbeda. Votum adalah suatu keterangan hikmat atau janji yang hikmat. Kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara derajat votum dan kata pembukaan ketua rapat berbeda. Kata pembukaan ketua rapat itu berhubungan dengan aspek horizontal dari peserta rapat maka votum lebih dari itu yaitu, menyentuh aspek vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya terdapat dalam pimpinan Tuhan. Jadi makna votum adalah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu dan bersekutu dengan Allah. Salam berasal dari PB dan penulis-penulis yang mengambil alih dari ibadah Yahudi dari rumus salam “slamat” (selamatlah engkau ... 1 Sam. 25:6; 1 Taw. 12:18) dan rumus berkat Tuhan kiranya menyertai kamu (Rut 2:4). Jadi salam bukan berkat, karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan, bentuk salam yang sederhana yang dipakai gereja lama yaitu Tuhan menyertaimu dan dijawab oleh jemaat dengan dan menyertai rohmu. Kata introitus berasal dari kata Latin yang berarti masuk kedalam, introitus dinyanyikan yang umumnya diambil dari Mazmur ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian dan selanjutnya diambil dari ayat-ayat alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan liturgi.
    Pemahaman saya bahwa di dalam ibadah yang memakai ketiga unsur diatas ketika memulai ibadah dengan votum, salam dan introitus adalah suatu unsur yang terpadu dimana ketiga unsur tersebut sama pentingnya, dan akan dapat juga membangun spritualitas jemaat. Ketika jemaat terlambat hadir dalam suatu ibadah tanpa mengikuti ketiga unsur tersebut maka seakan-akan jemaat tersebut tidak sah dalam ibadah itu karena votum, salam dan introitus merupakan suatu pengesahan yang disahkan oleh Tuhan. Ibadah yang sejati ialah penyerahan secara total dihadapan Tuhan, bila Tuhan menerima tubuh kita sebagai ibadah yang sejati maka Dia akan senantiasa menyertai kita dan memakai kita sebagai alat-Nya yang akan mengalami kuasa yang luar biasa dalam hidup kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Roles Paringatan Purba
      NIM : 12.01.959
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Noverlindra Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Pembahas : Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban, Tribina Meisana br Ginting

      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum (2)
      Pengakuan Dosa terbagi dua, yaitu pengakuan dosa secara pribadi dan pengakuan dosa secara kolektif dalam ibadah bersama dan pengakuan dosa itu harus berasal dari hati. Pemberitaan anugerah berbentuk depreaktif (permohonan) yang disebut absolusi. Sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama, tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan (anugerah) di dua tempat yaitu sebelum khotbah (akta pribadi dijadikan akta jemaat) atau sesudah khotbah (dipinjam dari biecht umum sebagai persiapan untuk menerima komuni). Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 20: 1-17). Menurut Van der leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen.
      Pemahaman saya bahwa Doa pengakuan dosa adalah doa pengakuan dosa di hadapan Allah yang mana umat mengakui segala keterbatasan, kelemahan, kepapaan, dan ketidaksempurnaan manusia dan gerejaNya dalam melakukan kehendak Allah. Berita anugerah merupakan pernyataan anugerah pengampunan dosa terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu salib.jadi pusatnya harus tetap Yesus Kristus sebagai karya yang nyata. Pemberitaan Anugerah megantarkan manusia sebagai orang berdosa kepada kelayakan untuk menerima Firman dan berkat Allah, sebab manusia berdosa setiap hari, dan hanya oleh anugerah Allah kita di selamatkan. Melalui pembacaan Hukum Taurat, umat diingatkan akan tanggung jawab orang percaya dalam hidup sehari-hari secara vertikal maupun secara horizontal supaya seturut dengan kehendak Allah. Hukum Taurat itu dibacakan sebagai “cermin” bagi umat yaitu bagaimana sikap perilaku orang percaya kepada Tuhan dan kepada sesama manusia, sebagai wujud kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia, (Ul. 6: 3-9, Mat.22: 36-39). Dasafirman mempunyai fungsi sebagai cermin, yang menyatakan kepada kita “betapa besar dan betapa seringnya kita telah menjadikan Tuhan Allah murka oleh dosa-dosa kita”. Oleh karena itu dasafirman ditempatkan sebelum Pengakuan Dosa – Janji Pengampunan Dosa. Berbeda dari Calvin, dia berpendapat bahwa dasafirman berfungsi sebagai puji-pujian. Oleh karena itu dasafirman ditempatkan setelah Pengakuan Dosa-Janji Pengampunan Dosa. Dalam hal ini, penempatan dasafirman yang dilaksanakan di HKBP sesuai dengan Micron. Oleh karena itu setiap beribadah umat diingatkan bagaimana sikap perilakunya: adakah sesuatu yang sudah dilakukan yang berkenan kepada Allah? adakah pelanggaran-pelanggaran yang diperbuat secara sadar atau tidak? Oleh karena itu pembacaan Hukum Taurat dalam ibadah berfungsi untuk menjadi pemelihara dan cermin dalam kehidupan dihadapan Allah.

      Hapus
    2. Nama : Roles Paringatan Purba
      NIM : 12.01.959
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Apriantri Sitepu.
      Pembahas : Chaterine O. Manurung, Fetra W. S. H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Thamrin Panjaitan.

      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah (3)
      Sejak abad ke-5 ditemui dalam ritus Galia dan Romawi, sesudah Gloria in Excelcis Deo, imam yang memimpin ibadah berbalik kepada jemaat, memberi salam kepadanya sesudah itu ia mengucapkan collecta yaitu doa dan dengan jemaat. Luther tetap memakai collecta yaitu doa dan dengan jemaat, sedangkan Butzer dan Calvin meniadakan collecta dan menggantikannya dengan epiklese yakni doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan didengar dengan baik. Pembacaan Alkitab dalam Gereja lama dan sesudahnya ketika semua orang Kristen berkumpul dan dibacakan mengenai kenang-kenangan para rasul atau kitab-kitab nabi. Setelah itu di beri pengajaran untuk jemaat menghidupi segala hal yang terkandung dalam nats itu. Dalam pembacaan Alkitab zaman Reformasi sampai kini arti dan makna pembacaan Alkitab sudah berubah dimana Luther menekankan pembacaan Alkitab itu tidak ditafsirkan karena tidak ada gunanya bagi jemaat. Pembacaan alkitab juga dihubungkan dengan khotbah dan harus berdoa untuk memohon anugerah Roh Kudus, dengan demikian banyak perkembangan yang terjadi mulai dari zaman reformasi sampai pada masa kini mengenai pembacaan Alkitab ini. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan, dalam tradisi Kristen pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab yang biasa disebut kabar baik. Dalam kekristenan pertama kali muncul dari praktik Yahudi kemudian praktik tersebut berkembang di dalam liturgi Kristen dimana khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus. Menurut pendapat Trillhas antara firman dan sakramen tidak ada perbedaan derajat, sakramen tidak memberikan lebih banyak Roh atau anugerah dari pada firman. Firman dan sakramen tidak mempunyai dua macam anugerah atau dua macam Roh, keduanya mau memimpin kepada satu percaya, satu kepastian dan menjadikan kita satu Tuhan juga. Jadi khotbah sebagai alat untuk mengajar jemaat, membantu jemaat memahami kehendak Allah dalam Injil yang dimana menjadi inti dari pengajaran. Allah pencipta itu ada dan terus ada, keberadaan Allah yang adalah terang, keberadaan Allah yang adalah kasih, keadilan dan kedaulatan Allah, pemeliharaan dan hukuman Allah, semua nyata di dalam Alkitab, harus diajarkan dan diberitakan melalui khotbah. Manusia butuh dan perlu mendengarkan Injil yang olehnya manusia dapat diselamatkan, dilepaskan dari segala penderitaan karena dosa, Injil adalah kekuattan Allah yang menyelamatkan setia orang percaya (Rom. 1:16-17). Dalam doa untuk pemberitaan firman Allah, jemaat memohon pimpinan Roh Allah dengan pelayanan khotbah yang akan berlangsung dimana sebelum pembacaan Alkitab diucapkan suatu doa untuk memohon anugerah Roh Kudus. Maka dalam pemberitaan firman bukan lagi mengandalkan kekuatan dan pikiran kita melainkan adanya penyerahan diri secara utuh kepada Roh Allah untuk dipakai-Nya dalam pembacaan alkitab dan khotbah. Menurut pemahaman saya dengan adanya doa sebelum pembacaan alkitab lalu kemudian khotbah adalah suatu yang sangat pelu karena dalam hal ini kita mau merendahkan hati kita dan berserah secara total di hadapan Allah sehingga kehendak-Nya yang terjadi dan bukan lagi kehendak kita.

      Hapus
    3. Nama : Roles Paringatan Purba
      NIM : 12.01.959
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Joni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana Kaban, Tri Bina Meisana Ginting
      Pembahas : Asriani Purba, Franki Barus, Meri Susunenta Ginting, Sri Ita Sebayang.

      Pengakuan Iman (4)
      Pengakuan iman adalah salah satu bagian dari liturgi yang begitu penting. Pengakuan iman menuntun manusia untuk mengetahui apa yang imani akan Allah yang Tritunggal itu . Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang. Dengan pengakuan iman umat seolah-olah menegaskan, “bukan begitu yang kami percayai, melainkan begini.” Itu sebabnya rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalai penambahan, pengurangan dan perubahan. Pengakuan iman merupakan pengikraran dan sekaligus menjadi suatu tanggungjawab bagi orang Kristen. Ketika ia melawan ajaran sesar dengan pengakuannya maka itu menjadi tanggung jawab yangn harus ia lakukan. Kita bukan hanya mengaku percaya tentang Kristus, melainkan hidup dalam Kristus. Kita mengamini Kristus sebagai Kurios kita. Kita mengaku hanya Kristus yang patut kita taati. Selaku orang Kristen mengapa kita mengakukan iman jawabanya adalah melalui iman kita dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari pada kemampuan kita sendiri, dan hal-hal yang mungkin bagi Allah akan menjadi mungkin juga bagi kita. Iman menghubungkan kita dengan dua realitas atau kenyataan yang tak terlihat oleh mata manusia yaitu Allah dan firman-Nya. Pengakuan Iman yang kita hidupi akan menguatkan kita dalam mengatasi segala macam ujian yang dihadapi setiap hari. Setiap ibadah yang tidak menggunakan Pengakuan Iman dalam ibadah tetap dikatakan ibadah. Kita mengakukan iman percaya kita hendaklahh dengan iman yang sungguh-sungguh supaya melalui iman percaya kita yang telah kita akukan itu dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    4. Nama : Roles Paringatan Purba
      NIM : 12.01.959
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra Wulan Sari Haholongan Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Pembahas : Ester Putri Hutasoit, Junita Raja guk-guk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus

      Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (5)
      Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu tanggapan wajar dari manusia, karena apa yg dilahirkan dari daging adalah daging (Yoh 4:24). Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa latin. Kata "Inter" berarti ANTARA dan "Cedere" yang berarti PERGI. Sehingga inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Dalam ibadah jemaat dari abad ke abad doa syafaat biasanya di tempatkan sesudah pemberitaan firman. Dalam Liturgi Klementin (380) doa syafaat ditempatkan sesudah khotbah, mula-mula untuk penjabat-penjabatnya, kemudia untuk anggota-anggotanya dan terakhir untuk dunia: untuk perdamaian dan keselamatannya. Dalam ritus Gallia doa syafaat dihubungkan dengan khotbah dan diucapkan dalam bentuk percakapan: diaken menyebut orang-orang harus didoakan oleh jemaat dan diakhiri oleh uskup dengan suatu doa rangkuman (collectio post precem). Doa syafaat dipindahkan dari ibadah pemberitaan firman ke ibadah perayaan perjamuaan. Dengan perubahan ini doa syafaat makin lama makin erat dihubungkan dengan doa eucharistia. Calvin dan Luther menempatkan doa syafaat sesudah khotbah mengikuti kebiasaan gereja lama. Doa syafaat adalah termasuk unsur yang sangat penting dalam peribadahan karena dalam pengajaranNya Yesus pun begitu memperhatikan orang lain, melalui doa syafaat itu juga berarti kita memperhatikan sesama kita manusia. Menurut saya doa syafaat sangat penting dimana doa ini dibuat untuk mendoakan perdamaian dan keselamatan dunia bahkan mendoakan semua pergumulan jemaat.

      Hapus
    5. Nama : Roles Paringatan Purba
      NIM : 12.01.959
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting, Sri Ita Sebayang
      Pembahas : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Perlinda Marbun.

      Pemberian Jemaat (6)

      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupul di sisi altar. Pemberian berasal dari kata Beri yang berarti menyerahkan, membagikan sesuatu dan menyediakan, sementara jemaat berasal dari bahasa Arab yaitu Djm yang berarti mengumpulkan atau menghimpun dan digunakan oleh orang Kristen untuk menunjukkan istilah ‘umat’ baik untuk suatu Gereja maupun untuk seluruh anggota persekutuan Kristen.Khotbah biasanya akan diikuti dengan tantangan penyerahan diri warga Jemaat kepada Tuhan. Penyerahan diri jemaat itu disebut dengan pemberian Persembahan. Jadi, apabila di dalam ibadah persembahan dijalankan, maka hal itu bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta dan pekerja full time, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Persembahan jemaat seharusnya diberikan jemaat dengan sukacita untuk pekerjaan dan kemuliaan nama Tuhan. Beberapa kutipan di dalam Alkitab untuk menambah semangat jemaat untuk memberikan persembahan adalah Roma 12:1, Ulangan 16:16b. Maleakhi 3:10, untuk memotivasi jemaat untuk memberikan persembahan bagi Tuhan melalui gerejaNya dengan penuh sukacita. Markus 12:44-43, yaitu seorang janda miskin yang di dalam kemiskinannya memberikan persembahan kepada Tuhan.Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Oleh sebab itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19; II Korintus 9:8). Karena Tuhanlan pemilik kehidupan ‘persembahkanlah dirimu seutuhnya’ (I Korintus 10:26). Tuhan adalah pemilik bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan, itu artinya, Tuhan sama sekali tidak tergantung kepada sokongan, bantuan aplagi belas kasihan kita untuk melakukan aktivitasNya, bahkan Tuhanlah yang sesungguhnya empunya hidup kita dan segala apa yang ada pada kita.Dengan kolekte, umat beriman beroleh kesempatan dan kemungkinan untuk berpartisipasi dalam bahan persembahan yang disiapkan untuk perayaan kenangan kurban Kristus di altar. Memang yang akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus hanyalah roti dan angggur saja. Akan tetapi seluruh bahan persembhan lain seperti uang tetap memiliki makna rohani yang tinggi, terutama makna sebagai ungkapan syukur atas kasih kebaikan Allah atas hidup umat beriman dan makna sebgaai tanggapan atas kasih Allah itu melalui tanda persembahan uang atau barang-barang keperluan gereja dan orang miskin.

      Hapus
    6. Nama : Roles Paringatan Purba
      NIM : 12.01.959
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Purnama Ellys Rajagukguk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus
      Pembahas : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Noverlindra Sitohang, Yuwan Fades Ambarita

      Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) (7)

      Didalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam ibadah-ibadah di Bait Allah, ibadah pribadi bangsa Israel, bahkan dalam perayaan-perayaan lainnya. Mazmur ini dikumpulkan dari beberapa penulis yang berbeda, seperti : Daud, Musa, bani Asaf, bani Korah. Tradisi menyanyikan Mazmur ini masih digunakan sampai zaman Yesus di Perjanjian Baru. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan satu bagian dari “Great Hallel” yang ada dalam Mazmur 113-118.Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya. Itulah sebabnya, maka jemaat dari mulanya kita temui sebagai jemaat yang menyanyi. Jemaat menyanyi bukan saja karena tradisi yang di ambil dari ibadah Yunani (dibait Allah dan Sinagoge) atau contoh yang diberikan oleh Yesus dan oleh para rasul (bnd. Mrk 14:20, Kis 16:25). Bukan juga karena kebiasaan yang dipakai oleh bangsa-bangsa kafir di daerah-daerah zending di luar Palestina. Jemaat menyanyi karena suatu sebab yang lebih dalam: karena karya penyelamatan Allah.Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Sejarah Gereja selanjutnya mencatat bahwa liturgi tidak pernah lepas dari musik. Musik-musik ini banyak tercipta dalam konteks ibadat. Musik dipandang sebagai bagian dari liturgi Gereja. Di dalam Konsili Vatikan II menegaskan hubungan yang secara resmi tidak terpisahkan antara musik dan liturgi Gereja.Musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi Gereja. Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja.

      Hapus
  18. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
    NIM : 12.01.937
    Ting/Jur : IV-B/Theologia
    Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 1
    Judul : Votum, Salam dan Introitus
    Banyak tata Kebaktian dari Gereja-gereja di Indonesia memulai ibadah dengan Votum dan Salam. Namun ada juga yang memakai Introitus yang Nyanyian masuk dengan atau tanpa Nats Pendahuluan, namun kebiasaan ini diambil alih dari gereja Nederland. Gereja-gereja di Nederland dan Indonesia memakai rumus votum “Pertolongan kita adalah didalam Nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” Maz 124:8 karena votum harus pendek dan sederhana. Votum bukan doa, melainkan suatu keterangan khidmat. Dengan votum anggota-anggota jemaat yang datang berkumpul didalam ruang ibadah berubah menjadi persekutuan orang percaya dan mengkonstatir hadirnya Tuhan Allah di tengah-tengah umatnya oleh karena itu Votum harus diucapkan pada permulaan kebaktian.
    Votum, Salam dan Introitus adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena itu merupakan salam antara umat dengan Tuhan. Votum adalah tanda penahbisan pertemuan antara Tuhan dan umat manusia, votum salam pembukaan dijadikan awal dari peribadahan. Calvin mengatakan bahwa peribadahan itu harus ditahbiskan dalam Nama Allah Bapa dan Putra dan Roh Kudus namun Kyper mempunyai anggapan lain sebagai ganti salam ia memakai benediksi atau rumusan berkat yaitu komplemen penggenapan votum, pelayan menjalankan fungsi kembar, pertama mengucap votum atas nama jemaat sesudah itu benediksi kepada jemaat atas nama Tuhan.
    Introitus terdiri atas nyanyian masuk dengan atau tanpa Nats Pendahuluan, introitus pada hakekatnya adalah nyanyian jemaat, pada masa reformasi introitus tetap dipakai dalam kebaktian dan pada umumnya dinyanyikan oleh paduan suara, namun pada satu pihak ia mengusulkan bahwa supaya Introitus dinyanyikan oleh keseluruhan umat tanpa antiphon, introitus hanya dipakai jemaat-jemaat besar yang mempunyai paduan suara, dijemaat kecil yang tidak memiliki paduan suara, introitus diganti menjadi nyanyian jemaat.
    Saya melihat bahwa orang-orang yang melakukan votum, salam dan introitus adalah cara yang baik yang dilakukan untuk menghadirkan Roh Kudus dalam ibadah sehingga hati setiap orang yang beribadah tidak lagi memikirkan hal-hal yang membebani mereka, namun mereka dapat memberikan hati dan pikiran mereka untuk melakukan peribadahan yang serius, karena votum dianggap sebagai saluran komunikasi dan sapaan manusia dengan Tuhan .
    Saya melihat bahwa jikapun ada ibadah yang tidak menekakan Votum dan hanya panggilan beribadah biasa tidaklah menghalang hadirnya Roh Kudus itu didalam hati setiap umat. Namun kehadiran Roh Kudus itu dilihat dari kesucian dan keberanian serta ketulusan jemaat tersebut untuk datang beribadah kepadanya. Karena dikatakan di dalam bukunya bahwa “jika ada dua atau tiga orang berkumpul dengan mengandalkan Tuhan maka ia akan hadir”.
    Namun saya juga melihat bahwa dalam melakukan ibadah jemaat diarahkan terlebih dahulu diarahkan untuk memanjatkan permohonannya dan permohonan kehadiran pertolongan dari pada Tuhan sang pencipta. Kita dapat melihat bahwa melalui votum kita diajak untuk bertemu dan bertegur sapa dengan Tuhan melalui votum dan penyerahan diri setiap umat. kita akan memperoleh respon yang baik dari Tuhan yaitu melalui berkat yang akan kita terima pada akhir ibadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
      NIM : 12.01.937
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 2
      Judul : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Pengakuan dosa disebut Confessio diucapkan bukan hanya pada permulaan Misa, melainkan juga pada saat-saat yang lain, misalnya pada waktu komuni. Setelah pengakuan Iman diucapkan para pembantu imam menjawab dengan suatu permohonan pengampunan yang sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama. Tata kebaktian reformatories menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan (Anugerah) di dua tempat yaitu sebelum dan sesudah khotbah.
      Menurut Van der leeuw, pengakuan dosa umum tidak menggantikan pengakuan dosa pribadi dan absolusi yang berlangsung, sehingga dalam pengakuan dosa bukan hanya mengaku dosa sendiri tetapi ikut juga dengan jemaat yang lain. Allah tidak mengampuni dosa pribadi tapi firman keselamatannya membebaskan dari dosa. Sehingga pengampunan dosa sangat penting dalam kebaktian, setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan Anugerah, pengakuan dosa menjadi dasar dalam pemberitaan khotbah karena jika belum mangaku dosa keseluruhan maka si pengkhotbah tidak dapat berkhotbah.
      Pemberitaan Anugerah dan pengakuan dosa tidak dapat dipisahkan. Landasan teologis dalam pegakuan dosa dapat kita lihat dari Yohanes 1:9. pengakuan dosa ini masih sangat relevan untuk dilakukan karena dosa yang dilakukan setiap orang itu berbeda, dalam penuntun untuk mengakui dosa mengajak kita untuk merenung dalam kehidupan. Dapat juga dikatakan bahwa hal itu masih relevan. Dalam dasa hukum yang masih dilakukan, bahwa dasa hukum itu dilakukan untuk meyebutkan 10 hukum taurat. Pengakuan dosa ada karena Kristus ada dalam konsep gereja teologi yang berkembang, ada tuduhan gereja melakukan dosa akan diampuni, sebab itu jangan mempermainkan ibadah, unsur pengakuan dosa tidak ada yang bertentangan namun harus membangun ketaatan sebab mau seperti apapun model ibadah kita tapi jika kita tidak mengakukan dosa kita secara efektif maka sia-sialah segalanya.
      Pengakuan dosa disampakan sebagai sumber keselamatan, pelaksanaan doa pengampunan dosa dibuat sebagai tuntunan kepada umat manusia, dimana agar manusia mampu mengakukan dosanya dihadapan Tuhan maupun dihadapan seluruh jemaat. Dalam pengakuan dosanya dalam peribadahan diarahkan bukan hanya pengakuan dosa pribadi namun juga mengakukan dosa jemaat yang lain. karena Allah tidak menyukai kalau kita egois dan hanya menyatakan kehendak kita sendiri namun kita diarahkan juga untuk mengakukan dosa-dosa jemaat dan saudara kita yang lain karena liturgis dan doa-doa hanyalah penuntun dan jemaat harus membangun dan merasakan damai dalam mengakukan pengakuan dosa. Setelah selesai mengakukan dosa maka kita akan memperoleh pemberitaan Anugerah.

      Hapus
    2. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
      NIM : 12.01.937
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 3
      Judul : Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Doa sudah ada sejak abad ke 5 yang ditemukan dalam ritus Gallia Romawi. Di Nederland doa untuk pemberitaan firman sering dicampur dengan doa syafaat sehingga fungsi semulanya menjadi hilang. Kyper menekankan bahwa doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat karena itu agar dijaga supaya tidak dicampurkan,
      Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dalam kebaktian gereja, pada saat ini gereja-gereja pada umumnya mengikuti kebiasaan-kebiasaan abad-abad pertama dan membaca baik dalam PL maupun PB. Lekkerker mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan pembacaan Alkitab yang tunggal,ia lebih menyukai pembacaan jamak sebab dengan demikian Firman Allah dari keseluruhan Alkitab diberitakan, pada abad-abad pertama pembacaan Alkitab dilakukan oleh seorang pembaca anagignoskon lector kemudian seorang pembaca surat dan seorang diaken dalam Missale Romanum ditetapkan pada hari raya kematian. Pembacaan Alkitab biasanya diakhiri dengan “berbahagialah orang yang mendengar Firman Allah dan yang memeliharanya,Haleluya! dan dijawab oleh jemaat dengan nyanyian Haleluya,Haleluya,Haleluya!”.
      Pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan Khotbah hal demikian telah terdapat dalam ibadah sinagoge. Hubungan yang erat antara pembaca Alkitab dan khotbah ini kita dapati juga dalam Kisah Para rasul 13. Luther mengatakan bahwa “bilamana bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan, bagian itu tidak ada gunanya bagi jemaat” calvin mengatakan sebelum pembacaan Alkitab diucapkan dahulu suatu doa untuk memohon Anugerah Roh Tuhan.
      Khotbah harus memenuhi syarat pertama,khotbah adalah sebagian dari ibadah, yang paling penting adalah ibadah kedua, lamanya khotbah tidak boleh lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh menit ketiga, khotbah tidak boleh menguasai kabaktian, khotbah benar merupakan bagian yang berdiri sendiri, tapi bagian lain tidak tahluk padanya keempat, khotbah harus membangun jemaat untuk turut aktif mengambil bagian dalam ibadah.
      Menurut Alders dan Beekenkamp pada saat ini terdapat dua pendirian yang berat sebelah, gereja katolik Roma lebih mementingkan sakramen dari pada khotbah dan Gereja Protestan lebih mementingkan khotbah dari pada sakramen, Pendirian ini tidak benar sebab di dalam ibadah bukan hanya sakramen atau bukan hanya khotbah yang mendapat tekanan, keduanya sama penting keduanya merupakan pusat liturgy. Trillhaas mengatakan Antara Firman dan sakramen tidak ada perbedaan derajat, sakramen tidak memberikan lebih banyak Roh atau Anugerah dari pada Firman. Firman dan sakramen tidak mempunyai dua macam anugerah atau dua macam Roh. Keduanya mau memimpin kepada satu percaya, satu kepastian dan menjadikan kita satu dalam milik Tuhan.
      Saya melihat bahwa hendaknya doa penyampaian Firman tidak disamakan dengan doa syafaat. Dalam pembacaan Alkitab dalam gereja yang sering saya ikuti bahwa pembacaan dilaksanakan secara jamak dimana dalam pembacaan jamak mengajak jemaat untuk seluruhnya turut serta dalam memperhatikan dan mengikuti alur cerita/firman yang akan disampaikan sehingga jemaat bukan hanya sekedar duduk mendengar. Karena Khotbah itu ialah janji yang dipenuhi,ajaran dan pengkhotbah yang baik adalah Khotbah yang selalu setia akan pesan kabar baik. Khotbah yang disampaikan haruslah khotbah yang apa adanya,pengkhotbah adalah perwakilan Tuhan untuk menyampaikan kabar baik yang disampaikan bukan tentang siapa kita tetapi tentang siapa yang kita beritakan oleh sebab itu khotbah yang disampaikan itu haruslah khotbah yang jujur khotbah tidak memerlukan waktu yang panjang sehingga firman yang disampaikan didengarkan oleh jemaat yang datang beribadah, firman dan sakramen tidak memiliki perbedaan yang konkrit tentang menghadirkan Roh Kudus karena keduanya memimpin kepada satu kepercayaan,kepastian dan menjadikan kita satu dalam Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
      NIM : 12.01.937
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 4
      Judul : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Hampir semuaKebaktian dari Gereja-gereja di Indonesia memakai Pengakuan Iman sebagai Unsur Liturginya. Pengakuan Iman erat hubungannya dengan pelayan baptisan, Ini disebabkan karena setiap pelaksanaan baptisan pengakuan iman lah yang diucapkan, Sesudah pelayanan baptisan, mereka di urapai diberkati dan dipakaikan baju putih. Ditempat baptisan orang orang yang turut dalam baptisan kudus masuk ke dalam gereja dan turut ambil bagian dengan anggota jemaat lain dalam pelayanan perjamuan kudus. Pada abad ke 5 pengakuan iman mulai dipakai dalam ibadah jemaat disebelah Timur, pengakuan ini dipakai sebelum Khotbah. Namun reformasi melanjutkan pemakaian pengakuan iman di dalam ibadah, tetapi tempatnya tidak tentu, kadang sebelum dan kadang sesudah ibadah berlangsung. Banyak perbedaan pendapat anatar para ahli Liturgi pada jemaat mula-mula bahwa iman hanya dapat dilakukan oleh orang percaya. Pengakuan iman kini ditempatkan sebelum khotbah dan sebelum doa syafaat. Dari antara ke tiga pengakuan iman ini yaitu, Pengakuan iman Nicea, Pengakuan iman Athanasius dan Pengakuan Iman Rasuli. Yang dipakai ialah Pengakuan Iman Rasuli yang paling banyak digunakan oleh gereja-gereja saat ini. Pengakuan iman itu sendiri dilakukan dengan cara diikrarkan bukan di dengar kan ataupun bukan dibaca, tetapi jemaat harus mengaku imannya oleh sebab itu jemaat harus bangun berdiri tanpa dipimpin oleh Pendeta mengaku dengan mulut dan hatinya artinya turut mengucapkan dengan suara yang nyaring, dan diakhiri dengan kata Amin. Analisa ahli sejarah dalam pengakun iman itu jangan tutup mata karena pengakuan iman itu disebut sebagai komitmen orang percaya, pengakuan iman ini mengingatkan semua orang percaya kepada Kristus. Gereja mula-mula menjadi percaya itu sudah menjadi keberanian ditengah-tengah ancaman. Sementara saat ini orangtua anak-anaklah yang dalam keberaniannya dituntut untuk menyerahkan anaknya untuk dibaptis. Dalam abad pertama pengakuan iman disempurnakan dalam penyelaman, namun sekarang dibaptis dulu baru mengakukan iman percayanya. Argumentasi tentang pengakuan percaya itu mengambil tahun-tahun yang panjang atau melewati masa yang panjang dalam sejarah gereaj. Sehingga kenyataannya pengakuan iman rasuli (yang injili) ditetapkan sebagai penuntun orang percaya dalam mengaku (substansinya kepada Allah Bapa, putranya yang tunggal dan kepada Roh Kudus). Pengakuan iman senagai perisai karena pengenalan akan Tuhan adalah sifatnya sangat pribadi dan kita bisa melihat bagamana Tuhan sebagai Roh yang tersembunyi, namun bekerja dalam hati setiap orang.

      Hapus
    4. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
      NIM : 12.01.937
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 5
      Judul : Doa Syafaat
      Sejarah Doa Syafaat, adalah dalam ibadah Jemaat dari abad ke abad, Doa syafaat biasanya ditempatkan sesudah pemberitaan Firman. Doa Syafaat dihubungkan dengan Khotbah dan diucapkan dalam bentuk percakapan, kemudian doa syafaat dipindahkan diibadah pemberitaan Firman, ke ibadah perayaan perjamuan. Doa syafaat makin lama makin erat dihubungkan dengan doa Euchanistia. Doa syafaat ditempatkan sebelum dan sesudah konsekrasi roti dan anggur. Menurut Van Der Leeuw pemakaian Doa Syafaat terdiri dari dua bagian yang esensial; Doa syafaat dan Doa Bapa Kami didahului oleh salam Doa, yag dimaksud salam Doa ialah:”Tuhan Menyertai Kamu!”, diucapkan oleh pelayan. Sebagai ucapan jawaban Jemaat mengucapkan “Dan menyertai Rohmu”. Dalam perjanjian Baru, kita mendapati dua macam sikap doa: Berdiri dan Berlutut, kemudian keduanya diambil alih oleh Gereja lama dan banyak Gereja Reformasi. Pertama, Berlutut waktu berdoa sampai sekarang masih tetap dipengaruhi oleh kebiasaan Katolik Roma yakni penyembahan terhadap tubuh dan darah Kristus di dalam Hosti. Kedua, seorang Protestan tidak begitu cepat menyatakan apa yang terkandung didalam hatinya. Umumnya doa Syafaat adalah doa-doa yang masih mempersekutukan orang-orang percaya yang dasar imannya sama dan secara bersama juga menghadapi kesulitan-kesulitan di dunia yang sama. Kesulitan berkaitan dengan iman percayanya. Orang Kristen sering ditolak, sering menghadapi kesulitan bahkan menghadapi penganiayaan. Masalah letak penempatan doa syafaat gereja-gereja di Indonesia sangat berfariasi, namun, dengan catatan bahwa semua gereja masih meyadari bahwa doa syafaat itu sebagai bagian dari ibadah minggu. sehingga dapat dipahami spritualitas berdoa bagi dirinya dan bagi orang lain untuk semua gereja bahkan dunia. Masa sulit Yesus mejadi Tema dalam Doa syafaat (Yoh 17) sehingga gereja-gereja membuat doa secara kontekstual. Doa syafaat berkelanjutan tentang sejarah Yesus utuk memohon perlindungan (mendoakan orang Kristen yang mengalami penindasanakibat kepercayaan kepada Kristus dan perjalanan kehidupan orang percaya karena Tuhan). Sehingga dalam pelaksanaan doa syafaat bukan tentang doa ucapan syukur yang harus dipanjatkan namun doa-doa bagi orang-orang yang sedang mengalami penindasan. Kata pangondianon dalam budaya Toba mempunyai arti yang sangat dalam yaitu tidak ada kekuatan-kekuatan yang lain selain dari kekuatan Yesus Kristus.

      Hapus
    5. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
      NIM : 12.01.937
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 6
      Judul : Pemberian Jemaat
      Tata laksana liturgy (yang telah teredaksi secara permanen) ternyata jika belum dipelajari dan dimaknai mengakibatkan kesan monoton. Disanalah gereja-gereja suku terkhusus menyusun kembali model-model liturgy dan pada dasarnya mempertimbangkan jemaat dan kategorial.
      Abineno melihat secara konkret tentang perjanjian lama. Konteks Indonesia Abineno melihat bahwa itu lebih baik dibuat pemberian jemaat bukan sebagai persembahan. Tujuan gereja memakai persembahan adalah supaya uang/materi yang diberikan bukan lagi uang atau materi yang seperti biasa tetapi untuk Tuhan. Persembahan dalam klasik kuno artinya kurban, tetapi pada saat ini disebut sebagai persembahan (ucapan syukur). Pemberian jemaat itu untuk gereja, sehingga perlu management keuangan/laporan yang disiplin sehingga dalam warta jemaat tidak menjadi batu sandungan atau bahan cerita bebas dalam jemaat, sehingga perlu disiplin untuk mengajarkan lembaga-lembaga kecil untuk management keuangan.
      Diperlukna management semua aktifitas kategorial gereja agar berkomitmen disiplin dan terbuka tentang persembahan dan pemberian, mengingat semua perkumpulan di gereja dalam beribadah juga masing-masing mengumpulkan pemberian/persembahan. Gereja sumatera identik dengan membangun sifatnya fisik lebih khusus barang-barang yang tidak bergerak. Pemberian ini akan tiba saatnya beasiswa atau diakonia bagi jemaat berprestasi. Sangat memotifasi bahwa gereja dan pemberian itu adalah hidupnya dan hidup gereja adalah pemberiannya. Marilah gereja membangun pemberian itu.

      Hapus
    6. Nama : Junita Purnama Ellys Rajagukguk
      NIM : 12.01.937
      Ting/Jur : IV-B/Theologia
      Analisa Sajian Menyenangkan Hati Tuhan 7
      Judul : Nyanyian dan Paduan Suara
      Nyanyian sangat bernada mazmur karena liturgy yang kita tata haruslah liturgy yang membangun umat. Dalam ranah teologi dapat dikatakan bahwa Tuhan senang dipuji oleh jemaat (melalui nyanyian yang lebih dari satu orang). dalam peribadahan dikatakan bahwa “anggini jamita do ende I”. unsure teologi menyebutkan bahwa beribadah bukan memuliakan siapa-siapa, bukan mengidolakan siapa-siapa tetapi ibadah itu hanya untuk memuliakan Tuhan. Fungsi nyanyian paduan suara juga untuk memuliakan Tuhan. Paduan suara menjadi suara yang paling mandiri dalam semua jenis music, karena hanya tarik nafas maka akan mengeluarkan suara. Fungsi music suara tentu harus menampilkan keseimbangan/kualitas penjiwaan lagu. Nyanyian dan paduan suara sebenarnya dalam memuji Tuhan haruslah mepersembahkan yang baik, baik itu music ataupun suara. Suara juga adalah music disanalah disatukan not dan penjiwaan. Peribadahan yang utuh didukung oleh unsure-unsur yang penting.

      Hapus
  19. Nama: Sonia Angelina br. Ginting
    Nim: 12.01.966
    Ting/Jur: IV-B/Teologi
    M.Kul: Liturgika
    Dosen: Pdt. Edward S. Sinaga

    Pertemuan I
    Judul: Votum, Salam, dan Introitus
    Penyaji: Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny R. Sinulingga, Mariati Sitepu

    Votum adalah unsur dari ibadah yang bertujuan untuk membuka sebuah peribadahan.Votum biasanya dibawakan oleh pemimpin ibadah, untuk mengundang jemaat agar mempersiapkan diri dalam memulai ibadah. Dalam sejumlah gereja yang menganut Calvinis, seperti contohnya: "Pertolongan kita adalah dalam nama Bapa Putera dan Roh Kudus, Amin."
    Kemudian jemaat biasanya menjawab dengan: "Amin" atau melantunkan dalam bentuk nyanyian, misalnya Kidung Jemaat No. 478 c, "Amin" sebanyak 3 kali. Ini dilakukan untuk memateraikan peribadahan atas nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Menurut saya Votum ini sangatlah penting dilakukan, untuk menghadirkan ketritunggalan Allah sebagai kudusnya pribadahan yang dilakukan. Karena Allah itu Kudus maka peribadahan yang dilakukan juga harus Kudus.
    Salam dalam sebuah kebaktian adalah sapaan Allah kepada jemaatnya karena telah memanggil Allah hadir dalam peribadahan, namun ini bukan berkat yang disampaikan Allah. Ketika salam ini dinyatakan, ini adalah tanda kesediaan Allah hadir untuk jemaat, jika jemaat menyadari makna dan arti salam dalam ibadah, saya rasa tidak akan ada lagi ibu-ibu dalam gereja masih berbicara dalam gereja saat ibadah dimulai, saya rasa tidak akan ada lagi jemaat Tuhan yang masih mengaktifkan Handphonenya. Perlu memberikan pengertian khusus bagi jemaat untuk makna dan arti dari Salam ini, sehingga jemaat juga memahami, Allah memang benar-benar sedang hadir dalam peribadahan, dan ini akan membuat kekudusan peribadahan berjalan dengan baik.
    Introritus adalah nyanyian samubutan dari jemaat, biasanya dilakukan dengan bersahut-sahutan. Pada zaman reformasi, nyanyian jemaat yang diakukan itu adalah berbentuk paduan suara, saya sangat setuju ketika nyanyian ini berbentuk paduan suara, karena nyanyian yang bermodelkan paduan suara akan melibatkan semua orang untuk bernyanyi memuji Tuhan. Kita dapat bayangkan bagaimnana jika introitus yang dilakukan oleh Luther dengan Paduan Suara dapat dilakukan di kebaktian pada jaman yang sekarang, maka itu akan membuat semua jemaat akan memuji Allah dengan kehadirannya dalam peribadahan. Introitus yang dilakukan dalam peribadahan yang sekarang adalah dengan membuka mazmur Alkitab sebgai penyesuaian dengan bahan khotbah dalam ibadah. Ini dilatarbelakangi ada pihak lain yang mengubah paduan suara menjadi pemabacaan mazmur, karena dianggap lebih efektif daripada harus melakukannya dengan bernyanyi. Ketiga unsur dalam ibadah ini dapat mengubahkan kita yang akan menuju medan pelayanan apa sebenarnya arti dan makna ketiga unsur ini, kita dapat memberikan pemahaman dan pemikiran ini kepada jemaat agar mereka juga menyadari dan mngerti akan keberlangsungan ibadah dalam hidupnya, dapat dilakukan dalam PJJ, P.a moria(kaum ibu), P.a Mamre(kaum bapak), Permata(muda-mudi)dan ka.kr, dengan ini maka peribadahan yang dilakukan akan menumbuhkan iman spritualitas jemaat.

    BalasHapus
  20. Nama: Sonia Angelina br. Ginting
    Nim: 12.01.966
    Ting/Jur: IV-B/Teologi
    M.Kul: Liturgika
    Dosen: Pdt. Edward S. Sinaga
    Pertemuan II- Kelas Bersama, Sabtu 02 April 2016

    Judul: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah, Hukum
    Pnyaji: Dwi E. Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Ambarita

    Pengakuan Dosa, ini dilakukan sebelum dimulainya Khotbah dalam ibadah. Menurut Luther, pengakuan dosa harus berasal dari hati, kerinduan dari hati bukan paksaan, pengakuan dosa yang dilakukan akan menuntun jemaat untuk menginagat kembali dan menyadari bahwa manusia adalah mahkluk yang berdosa dihadapan Tuhan, dan ketika hati mengakukan dosa dihadapan Allah maka
    Kuasa Roh Kudus yang akan bekerja menuntun jemaat dalam peribadahan. Kecenderungan orang-orang belum bisa mengakuakan dosanya dihadapan Allah, bahkan mereka belum mngerti apa makna dan pengertian pengakuan dosa dalam sebuah ibadah. Beranjak dari ajaran Katolik, mereka memiliki ruang khusus untuk mengakukan dosanya kepada Allah, den gan adanya ruangan ini maka jemaat akan berluas hati untuk mengakukan dosanya dihadapan Tuhan. Luther dan Calvin menegaskan bahwa, pengakuan Dosa haruskeluar dari dalam diri dan hati manusia kepada Allah, yang dimaksudkan adalah bagaimana kita juga dapat menyadari pengakuan dosa yang kita lakukan bukan untuk mempermalukan kita dihadapan Allah, namun menyadari betapa kita sangat menyesali akan dosa-dosa yang kita lakukan. Pengakuan dosa menjadi sarana akan jemaat dan kita untuk tetap mengingat bahwa kita manusia yang berdosa, dan itu hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Sehingga tidak ada orang yang akan bermegahkan diri saat dia menyadari Yesus telah mati dan menebus dosanya, banyak juga orang-orang yang beranggapan bahwa dosanya sudah dilunaskan oleh Kebangkitan Yesus, sehingga menjadikan manusia kurang dalam menyadari bahwa manusia itu adalah mahkluk yang berdosa dihadapan Allah. Pengakuan dosa yang dilakukan akan menuntun kita untuk terus mengingat dan merenungkan bahwa kita akan terus manusia nyang berdosa dan dilayakkan oleh Allah melalui anaknya Yesus Kristus dengan bantuan Roh Kudus untuk kita dapat bersama dengan Allah.
    Tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan (anugerah) di dua tempat yaitu sebelum khotbah (akta pribadi dijadikan akta jemaat) atau sesudah khotbah (sebagai persiapan untuk menerima komuni). Calvin hanya memakai pengakuan dosa umum saja dan meniadakan pemberitaan anugerah, tetapi Calvin tetap mempunyai keyakinan bahwa pada pengakuan dosa harus ditambahkan suatu janji yang memberikan harapan kepada anggota-anggota jemaat yaitu berita pengampunan dosa dan pendamaian.
    Pemberitaan Anugrah yang dilakukan dalam peribadahan adalah bentuk dari respon Allah yang memberikan pengampunan kepada jemaaat atau manusia yang mengaakukan dosanya, ini merupakan bentuk bagaimaana Allah sangat mengasihi manusia apabila mereka menyadari bahwa dia adalah manusia yang berdosa dan mengakukannya kepada Allah. Pemberitaan Anugarah ini menjadi peneguhan kepada jemaat setelah mengakukan dosa, bahwa Allah telah mengampuni manusia. Hukum yang terkandung juga dalam unsur ibadah, merupakan sebagai ingatan yang harus dilakukan dan dijalankan untuk respon pemberitaan anugrah yang Allah berikan. Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 20: 1-17), menurut Van Der Leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen, kebanyakan para ahli liturgika lebih menyukai hukum atau dasafirman dinyanyikan sebagai puji-pujian daripada dibacakan, tetapi ada juga yang keberatan jika hal itu dinyanyikan. Hingga sekarang gereja Calvin masih menggunakannya dalam bertuk nyanyian contoh dalam PEE.GBKP no. 129 " Yesus Tuhanku Kam Ulu Kegeluhenku".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Sonia Angelina br. Ginting
      Nim: 12.01.966
      Ting/Jur: IV-B/Teologi
      M.Kul: Liturgika
      Dosen: Pdt. Edward S. Sinaga

      Pertemuan III
      Judul: Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Penyaji: Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Ariantri Br. Sitepu

      Doa, dalam peribadahan doa kerap kali digunakan, biasanya untuk memulai dan untuk mengakhiri, doa dilakukan dalam pembukan sebelum mendengarkan Firman Tuhan adlaah bertujuan untuk mengundang Roh Kudus yang bekerja dan memenuhi setiap hati manusia yang hadir. Doa yang dimaksudkan adalah bagaimana kerinduan hati kita dan persiapan diri kita, baik tubuh, jiwa, roh kita yang akan menerima Firman Tuhan. Menurut van der Leeuw hendaknya doa pengantar khotbah ini pendek, tegas dan mesra. Doa pengantar khotbah adalah unsur penting yang harus dilakukan karena dengan doa ini pengundangan akan Roh Kudus akan membantu jemaat merasa suatu ibadah tersebut akan berjalan dengan khusuk, penuh hikmat dan ketenangan, karena Allah benar-benar hadir ditengah-tengah Gerejanya.
      Roh kudus yang akan mengajari kita dan menuntun kita untuk mengerti akan Firman yang akan sampai kepada kita melalui doa. Secara tidak langsung Doa ini adalah bagaimana kita mengakomunikasikan diri kita kepada Allah untuk kebersediaan kita menerima FirmanNya, setelah diawali dengan Doa maka Roh Kudus juga yang akan mengajari kita dalam bertindak untuk kehidupan kita selanjutnya, sehingga orang yang merasakan Roh Kudus benar-benar hadir dalam dirinya, mereka akan fokus dan tenang dalam mendengarkan Firman Allah.
      Pembacaan Alkitab, ini merupakn pengantar bagi kita untuk sampai kepada khotbah. Pembacaan Alkitab ini adalah Firman Tuhan yang sampai kepada jemaat agar jemaat juga mengerti akan Firaman yang akan disampaikan nantinya, dan kebanyakan ini juga menjawab pergumulan jemaat karena pemabacaan Alkitab ini juga yang akan membawa jemaaat kedalam perenungan.
      Bagi aliran Protestan menurut Calvin dan Luther, puncak sebuah ibadah adalah khotbahnya. Khotbah disini dapat dikatakan sebagai Allah ssendiri yang berfirman melalui Roh Kudus kepada hambanya yaitu Pendeta yang membawakan Firman untuk diberitakan kepada jemaat Tuhan. Ketika khotbah sudah dimulai dalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus, tentu saja ibadah ini akan menjadi Kudus sebab Allah telah berbicara melalui hambanya. Dalam Pelayanan masih banyak terlihat ketika khotbah berlangsung, masi banyak jemaat yang keluar dan merokok, menurut analisa saya mereka beranggapan bahwa khotbah itu adalah waktunya istirhat jika dibandingkan saat masih sekolah, karena cenderung masihg ada jemaat terkhususnya diperkampungan masih ada jemaat yang kurang paham akan makna dari khotbah itu sendiri. Ini perlu menjadi perenungan bahwa, perlunya memberi pekmahaman dalam jemaat bahwa khotbah itu bukan suatu unsur untuk membuat situasi yang tidak fokus dalam beribadah, namun inilah yang menjadi fokus utama, karena ini berkaitan dengan Allah yang berbicara kepada Jemaat Tuhan. Dan untuk kita sebagai pelayan Tuhan dimasa depan, ini dapat menjadi perenungan yang dalam dalam peribadahan, karena Firman Tuhan yang harus disampaikan bukan candaan, tawaan yang berlebih yang ditampilkan, namun bagaimana Firman itu, Kristus itu yang harus diberitakan kepada Jemaat Tuhan, karena kecenderungan pengkhotbah yang sekarang adalah kurang dalam menggali pesan dari Firman Allah, mengapa saya katakan dalam berkhotbah tidak diperlukan humor yang berlebihan ? karena itu akan sangat membuat bukan Firman lagi yang akan diingat oleh jemaat melainkan pengkhotbhnya. Seorang hamba, atau pelayan Tuhan harus mampu merendahan dirinya dihadapan Allah, buakn untuk meninggikan namanya, karena secara tidak langsung itu sudah mencuru kemuliaan Tuhan, memang perlu memberikan perumpamaan-perumpamaan yang sesuai dengan khotbah, namun bukan humor yang berlebihan. Sama seperti Yesus yang mengajarkan Murid-muridNya dengan banyak perumpamaan sehingga muridnya mengerti akan ajaran Yang Yesus berikan, dan ini hanya untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Nama: Sonia Angelina br. Ginting
      Nim: 12.01.966
      Ting/Jur: IV-B/Teologi
      M.Kul: Liturgika
      Dosen: Pdt. Edward S. Sinaga

      Pertemuan IV(Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab)

      Penyaji : Jhoni Purba, Roles Purba, Sri Kaban, Tri Bina Ginting
      Pembanding : Asri Purba, Franki Barus, Meri Ginting, Sri Ita Sebayang

      Pada abad ke 6 atau ke-7, pengakuan ini telah diterima sebagai bagian dalam liturgi dalam Gereja Barat. Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok, juga merupakan identitas pengikrarnya. Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang. Dengan pengakuan iman umat seolah-olah menegaskan, “bukan begitu yang kami percayai, melainkan begini,” itu sebabnya rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalai penambahan, pengurangan dan perubahan. Apapun rumus yang digunakan, pengakuan iman adalah perbuatan yang mengandung risiko, di mana kita bukan hanya mengaku tentang Kristus, melainkan percaya kepada Kristus. Pengakuan iman rasuli yang dilakukan pada setiap ibadah dan diadopsi beberapa gereja ini mengajarkan ajaran 3 hal yang penting yaitu: ajaran mengenai pengenalan kita kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa dan sang Pencita, yang dua pengenalan kita akan Yesus Kristus yang telah berkorban untuk umat manusia dan semua karya penyelamatanNya, serta yang ketiga adalah pengenalan kita kepada Roh Kudus yang senantiasa bersama kita umat Allah di dunnia. Ada beberapa contoh pengakuan iman yang masih dipakai sampai saat ini, yaitu: Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Athanasius, Pengakuan Iman Chalcedon. Dalam Perjanjian Lama, ulangan 6:4-5 adalah ringkasan pengakuan iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi (kata pertama dalam bahasa Ibrani): “Dengarlah, hai orang Israel. TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Kata-kata itu harus dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka harus mengajarkannya dengan tekun kepada anak-anak mereka. Kata-kata itu harus menjadi “tanda” pada tangan dan “lambang” di dahi mereka, pengakuan iman itu menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, khususnya dalam hubunganNya dengan umatNya. pengakuan iman rasuli ini merupakan salah satu dari senjata gereja, yang seharusnya ini dilakukan dengan cara yang benar. Artinya adalah ketika musuh datang menyerang, kita dapat menggunakan senjata gereja ini untuk melawan musuh yang ada dihadapan kita, karena itu lakukanlah dan akukanlah iman rasuli ini dengan tagas dengan tetap imani dan percaya bahwa Allah memang benar-benar berada bersama kita dan kita hidup dalam Allah dan kita telah diselamatkan oleh Allah. Dalam peribadahan terkhususnya dalam gereja arus utama, masih belum mengerti akan cara melakukam atau mengakukan iman rasuli, mereka cenderung merenungkan dan dengan menutup mata, menurut saya ketika pengakuan iman rasuli ini diakukan, ada baiknya jika kita mengucapkannya dengan mata yang terbuka, dengan hati dan sikap yang siap untuk mengucapkannya kaena ini adalah merupakan senjata kita. Ini sekarang adalah menjadi tugas kita untuk memberikan pemahaman kepada jemaat Tuhan ketika didalam pelayanan, untuk membuka mata ketika pengakuan iman rasuli ini di ucapkan dalam peribadahan.

      Hapus
    3. Nama: Sonia Angelina br. Ginting
      Nim: 12.01.966
      Ting/Jur: IV-B/Teologi
      M.Kul: Liturgika
      Dosen: Pdt. Edward S. Sinaga

      Pertemuan ke-V (Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab)

      Penyaji : Chaterine Manurung, Fetra W.S.H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Thamrin Panjaitan
      Pembahas : Ester Hutasoit, Junita Rajagukguk, Sonia Ginting, Susi Barus

      Doa syafaat adalah doa yang dipimpin oleh satu orang untuk mendoakan pergumulan orang lain. Di dalam doa syafaat ini tidak dibutuhkan untuk ucapan syukur, dalam artian untuk diri sendiri, namun lebih kepada pergumulan yang memang sangat membutuhkan doa syafaat. Doa syafaat adalah bagian dari jenia doa yaitu, yang pertama, doa sendiri atau doa pribadi, kedua, doa Situasional atau kontekstual, ketiga, doa bersama-sama atau semalam suntuk, keempat adalah doa Syafaat. Dalam gereja arus utama khususnya menggunaakan doa syafaat namun belum mengarti akan tujuan dan makna dibalik doa syafaat itu sendiri. Doa syafaat yang dimaksudkan adalah bagaiaman kita dapat mendoakan setiap pergumulan dan masalah yang terjadi disekitar kita, bukan hanya mendoakan keluarga saja namun juga menjangkau keseluruh aspek kehidupan terkhususnya untuk orang lain. Didalam menjalankan doa syafaat ini harus mengerti akan t8ujuan dari doa yang akan kita lakukan, dalam artian, doa syafaat tidak dibutuhkan pengakuan dosa-dosa kita, karena dalam doa syafaat pengakuan dosa cukup dapat dilakukan dengan doa pribadi yang kita lakukan setiap harinya, doa syafaat ini terfokus kedalam topik yang akan kita doakan. Tujuan kita adalah agar kita dapat hidup tenang dan tentram, baik dan berkenan kepada Allah. Supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan. Jadi menurut Buku Tafsiran Surat-surat Timotius dan Titus pada halaman 17 dikatakan Sebab itu pertama-tama aku menasihatkan : naikkanlah permohonan, doa syafaat untuk semua orang oleh karena Allah ingin menyelamatkan manusia, perlu dinaikkan permohonan dan doa syafaat untuk semua orang, supaya mereka datang kepada kepercayaan.
      Menurut saya doa syafaat adalah doa yang menyatakan segala permohonan, perlindungan dan penghiburan kepada Allah untuk orang-orang disekitar kita, baik itu lingkungan, negara bahkan dunia. bagaiman kita ketahui salah satu tokohy Alkitab yaitu Abraham yang mendoakan kota Sodom dan Gomora, ketika Abraham melakukan tawar4 menawar kepada Tuhan dalam kejadian 12, ini menunjukikan doa syafaat ini sudah ada sejak zaman Alkitab. Inilah yang harus dikembangkan ketika seseorang melakukan doa syafaat ini mendoakan seluruh pergumulan yang dialami oleh orang lain. Dalam banyak doa syafaat di Alkitab, orang-orang kudus yang takut akan Allah memohon kepada-Nya untuk mengalihkan hukuman-Nya (Kej. 18:23-32; Bil. 14:13-19), memulihkan umat-Nya (Neh. 1:1-11), melepaskan orang-orang tertentu dari bahaya (Kis. 12:5,12; Rm. 15:31) dan memberkati umat-Nya (Bil. 6:24-26). Dan dalam Yohanes 17 juga kita dda;at melihat bagaimana Yesus juga berdoa untuk murid-muriNya, karena saat itu juga Yesus mengetahui bahwa suatu saat murid-muridNya juga akan menderita. Sudah saatnya kita selaku anak Tuhan dapat menjadi pendoa syafaat yang benar dan berkenan dihadapan Allah serta dapat menyenangkan hati Tuhan melalui doa syafaat yang kita berikan, dan inni menjadi pegangan kepada kita agar kiranya dapat memilah perbedaan doa pribadi dan doa syafaat sehingga makna itu dapat tersampaikan kepada kita dan kepada jemaat Tuhan.

      Hapus
  21. Nama: Yuwan Fades Ambarita
    Nim: 12. 01. 980
    Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Sinulingga, Mariati Sitepu
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu
    Yang saya dapatkan dalam kelas liturgika hari ini adalah mengenai unsur liturgi dalam ibadah formal. Namun walaupun pada umumnya ini dipergunakan untuk ibadah formal tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ibadah-ibadah kasualistik seperti: acara ibadah ucapan syukur dan pada saat persekutuan doa situasional (PDS). Votum yang diucapkan oleh pemimpin liturgi mengungkapkan kehadiran Allah di tengah-tengah pertemuan umat dan di dalam votum itu terletak amanat kuasa Allah.
    Menurut Van der Leeuw, dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Allah. Segala sesuatu yang menyusul berlangsung dalam namaNya.
    Votum yang disampaikan pemimpin liturgis dalam ibadah adalah proklamasi “tanda” kehadiran Allah dalam ibadah sehingga ibadah itu berlangsung di dalam nama Tuhan. Maka dalam ibadah itu Allah hadir bersama-sama jemaat dan sekaligus menjadikan orang-orang yang datang dalam ibadah itu menjadi persekutuan orang-orang percaya.
    sebuah moment dimana bahwa Allah hadir dan menanti umat untuk datang menerima karunia didalam peribadahan tersebut, ibadah yang telah diserahkan kedalam kuasa Tritunggal yang kudus menyatakan bahwa hanya Allah lah yang berkuasa didalam ibadah tersebut.
    Salam merupakan tanda persekutuan bukan berkat. Tanda salam menggambarkan kehangatan dari persekutuan yang telah dibangun bersama-sama, menurut pemahaman saya ketika Allah menyapa kita hal serupa juga harus kita lakukan kepada sesama kita.
    Setelah votum maka introitus disampaikan yaitu pembacaan Alkitab dan jemaat menyambutnya dengan menyanyikan ”haleluya, haleluya, haleluya”. Introitus sesungguhnya adalah prosesi atau perarakan masuk sebagaimana umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian atau Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus, laksana bahtera berlayar menuju pelabuhan abadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Yuwan Fades Ambarita
      NIM : 12.01.980
      Tingkat/ Jurusan : IV-B/ Teologi
      Unsur Liturgi II : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Penyaji : Dwi Erfina Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Pembahas : JoniPranata Purba, Roles Paringatan Purba, Srimuliana Kaban, Tribina Meisana Ginting
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      I Yohanes 1
      1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
      Setiap beribadah umat diingatkan sebagai orang berdosa yang menyesali dosanya dan tetap merindukan kasih karunia dan umat meminta pengampunan, anugerah Tuhan yang terlah nyata di dalam pengorbanan Yesus Kristus.
      Pengakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dari kebaktian. Bila kita datang di hadirat Allah, sesaatpun kita tidak dapat menunggu untuk mengatakan hal yang penting yaitu bahwa kita adalah orang-orang berdosa dan bahwa dosa kita sangat menyedihkan hati kita. " Kita tidak dapat terus berjalan tanpa dosa kita diampunan oleh Tuhan Allah, Kita telah mulai dalam nama-Nya kita telah memuliakan nama itu.
      pengkuan dosa itu harus timbul dari hati dan tidak bisa dipaksakan. Dalam hal ini kesadaran sebagai umat yang berdosa memang harus betul-betul direnungkan. Sebab Allah yang kudus tidak akan pernah bisa bergaul dengan manusia yang berdosa, oleh karena itu ketika manusia mengakui segala dosa dan pelanggarannya maka Allah menurut kasih setiaNya akan mengampuni dan menguduskan manusia berdosa itu agar layak bersekutu dengan Dia yang Mahakudus.
      Setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah Allah tentang pengampunan dosa yang diambil dari nas Alkitab, misalnya. (Yes.54: 10, Yeh.33: 11a, Maz.103: 8,10,13, Yoh.3: 16).pelayan (Imam) yang melayani dalam ibadah tersebut akan menyampaikan pengampunan dosa yang sudah nyata didalam Yesus Kristus yang Telah memperdamaikan manusia dengan Allah.
      Umat percaya menyadari anugerah Allah yang dilimpahkan Allah kepada Mereka. Secara khusus karunia diterima dalam ibadah dimana Allah melayani Umatnya dalam ibadah itu. sebagai respon atas Anugerah Allah yang di terima maka umat bersyukur kepada Allah. Berita pengampunan yang disampaikan pelayan (sebagai imam) menjadi pendamaian dari Allah, penguatan, penghiburan, sukacita dan pengharapan bagi umat di tengah-tengah dunia ini (2Tes.2: 15,17). Berita pengampunan ini disusul dengan suatu pujian: Kemuliaan bagi Allah di tempat maha tinggi.
      setiap beribadah umat diingatkan bagaimana sikap perilakunya: adakah sesuatu yang sudah dilakukan yang berkenan kepada Allah? adakah pelanggaran-pelanggaran yang diperbuat secara sadar atau tidak? Oleh karena itu pembacaan Hukum Taurat dalam ibadah berfungsi untuk menjadi pemelihara dan cermin dalam kehidupan dihadapan Allah. Setelah manusia mengakui dosa-dosa nya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa manusia sesuai dengan pemberitaan anugerah pengampunan dosa. Bagaimana supaya umat memperoleh tuntunan dalam menjalani hidup ini? Maka dari itulah Allah memberikan Hukum sebagai petunjuk hidup baru supaya manusia tau hendak kemana dia berjan, supaya manusia tau apakah yang dilakukannya berkenan atau tidak dihadapan Allah.

      Hapus
    2. Nama: Yuwan Fades Ambarita
      Nim: 12.01.980
      Ting/Jur: IV-B/Teologi
      Pertemuan III
      Judul: Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Penyaji: Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Ariantri Br. Sitepu.
      Pembanding: Chaterine O. Manurung
      Fetra W.S.H. Sipayung
      Hotni Malau
      Jhon Rein Thamrin Panjaitan
      Kita berdoa karena Allah memerintahkan kita berdoa, Allah mengkhendaki kita berdoa dan Allah berkenaan pada doa-doa kita. Doa-doa kita menjadi berarti karena perintah Allah bukan karena kita.
      sejak abad ke-5 ditemui dalam ritus Gallia dan Romawi, sesudah Gloria in excelcis Deo, imam yang memimpin ibadah berbalik kepada jemaat, memberi salam kepadanya dan sesudah itu ia mengucapkan collecta yaitu doa dengan dan untuk jemaat.
      Yustinus Martir menulis ibadah jemaat yakni pada hari Minggu, semua orang Kristen berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenangan-kenangan para rasul atau kitab nabi-nabi. Kalau pembacaan telah selesai, maka dilanjutkan dengan memberi pengajaran dan memberi nasihat supaya jemaat mengikuti dan menghidupi segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan nats tersebut.
      Yohanes Calvin dan pemimpin-pemimpin gereja yang lain pun erat menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah. Sebelum pembacaan Alkitab diucapkan suatu doa untuk memohon anugerah Roh Kudus. Kuyper mengakui bahwa ada gunanya bila khotbah erat berhubungan dengan pembacaan Alkitab. Dengan jalan demikian, pelayan tidak dapat memilih nats atau pembacaannya semau-maunya saja sehingga pikiran maupun perhatian jemaat tetap fokus.
      Beragam cara memberitakan firman Tuhan kita temukan dalam sejarah kekristenan. Salah satunya dengan apa yang kita kenal dengan “ Kotbah”. Berkhotbah didalam sebuah ibadah minggu biasa atau pada hari-hari raya Gereja tentu berarti ikut bersama jemaat memasuki sebuah ibadah liturgis yang tersusun rapi dalam kelender Gereja. Khotbah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah gereja setiap minggu atau pada hari raya kristiani. Tradisi berkhotbah diambil dari tradisi Yahudi, yang berpusat pada Tora dan buku para Nabi, yang menceritakan perbuatan-perbuatan Allah dalam sejarah. Khotbah lebih banyak berupa pengajaran dan itulah yang sering kita jumpai dalam gereja. Pengajaran yang berpusat kepada kehidupan Tuhan Yesus kristus. Khotbah bukan ajang pertempuran antara ajaran-ajaran yang dianut sipengkhotbah, seorang pengkhotbah bukan mengkhotbahkan agamanya tetapi mengkhotbahkan Yesus kristus sebagai juruselamat manusia.
      Sedikit saya memasukkan buah pemikiran johannes Werneck. Padanan kata “Khotbah” dalam bahasa batak adalah “Jamita”, namun kata “jamita ” masih mengandung arti yang lain. Johannes Werneck dalam kamusnya 1905 memperkenalkan kata Jamita yang mengandung beragam arti. Dalam pemahaman umum jamita berarti berita atau cerita dan dalam konteks Gereja kata itu berarti berkhotbah (“predigt”) dalam konteks bahasa batak , marjamita sama artinya dengan bercerita (“Erzaehlen”) dan berkhotbah (“Predigen”). “Manjamitai” artinya “menceritakan sesuatu”- “mamaritahon” . Dalam satu karangan yang lain menjelaskan wujud dan fungsi pemberitaan seperti berikut, “memberitakan firman ialah mengumumkan keselamatan dan hukuman yang akan berlangsung di sini dan kini pada kita, dan dalam pengumuman itu sendiri datanglah keselamatan dan hukuman yang diumumkan.” Mengenai pemberitaan firman atau khotbah, Rasul Paulus berkata, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Tim. 4:2). Khotbah adalah sesuatu pesan Alkitab yang penting untuk disampaikan kepada jemaat Tuhan, karena melalui pendengaranlah maka iman akan timbul. “Jadi, iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Rm. 10:17).

      Hapus
    3. Yuwan tobatak15 April 2016 21.59

      Nama: Yuwan Fades Ambarita
      Nim: 12.01.980
      Ting/Jur: IV-B/Teologi
      M.Kul: Liturgika
      Dosen: Pdt. Edward S. Sinaga
      Pertemuan IV
      Judul: Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Penyaji: Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban ,Tribina Meisana br Ginting
      Pengakuan Iman (affirmasi), yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Salah satu tantangan gereja pada abad ke-2 adalah suatu sinkritisme di sekitar gereja yaitu Gnostik. Aliran tersebut mencoba untuk menguasai gereja dari dalam dan memiliki mazhab-mazhab tersendiri yang bertentangan dengan doktrin gereja. Melalui sebuah proses, gereja sepakat untuk membangun bendungan (senjata Gereja) terhadap aliran tersebut yaitu: Kanon, Pengakuan Iman, Succesio Apostolica (Jabatan Rasul) dan pada bahasan kali ini yang lebih ditekankan adalah pengakuan iman, sebagai ikhtisar pokok-pokok kepercayaan yang menjadi pegangan bagi jemaat, agar jangan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran (Ef. 4:14). Dalam penempatannya pengakuan iman dalam ibadah banyak pandangan menurut tokoh-tokoh.
      Luther menempatkan sebelum khotbah: dalam deutsche messe (1525) ia menyuruh jemaat menyanyikan terjemahan Pengakuan Iman Nicea dalam bahasa Jerman sesudah pembacaan Injil.
      Butzer menempatkan sesudah Khotbah seperti yang nyata dalam tata kebaktian yang disusun pada tahun 1537 untuk jemaat straszburg: dalam tata kebaktian itu ia menyuruh jemaat menyanyikan pengakuan Iman Rasuli (dengan mazmur atau himnus) sesudah khotbah diucapkan.
      Calvin juga dalam (dalam tata kebaktian untuk Straszburg) untuk menempatkan sesudah khotbah, atau lebih tegas, sesudah doa syafaat yang diucapkan sesudah khotbah. Ia selalu memakai pengakuan Iman Rasuli.
      Zwingli kadang-kadang menempatkan sebelum, kadang-kadang sesudah khotbah.
      Dalam realitas pergumulan Gereja masa kini, banyak warga gereja yang kurang memahami bagaimana cara mengikrarkan pengakuan iman tersebut, terkadang dilakukan sambil menutup mata dan juga menundukkan kepala. Namun jika kita melihat dari sejarah pergumulan para pendahulu kita (bapa-bapa Gereja), pengakuan ini merupakan sebuah sikap dimana kita sedang memproklamasikan apa yang kita imani, jika beranjak dari sana tentulah kita harus mengambil posisi siap, tegap dan mata terbuka serta mengucapkannya dengan lantang. Supaya orang yang meragukan iman percaya kita melihat bahwa kita seorang Prajurit (laskar Kristus) yang siap mempertahankan keutuhan iman percaya kita. Banyak juga warga gereja memahami bahwa ini merupakan syarat atau tanda untuk seseorang yang hendak dibaptiskan dan disidikan. Yang menjadi pertanyaan bagaimana mungkin seorang anak kecil bisa mengikrarkan imannya? Ini memang tergantung doktrin Gereja penganut paham tersebut sesuai dengan hasil sinodenya. Tetapi saya sebagai penganut Lutheran sedikit beranalisa tentang pengakuan iman rasuli ini, secara logika memang seorang anak kecil tidak akan bisa mengikrarkan pengakuan iman rasuli tersebut, namun si anak tersebut akan dijamini oleh orangtuanya supaya dia dibabtiskan. Dan orangtua tersebut akan berjanji kelak jika si anak beranjak dewasa dia akan selalu di ingatkan agar selalu mengikuti persekutuan kristen dan puncaknya ketika sudah benar-benar dewasa si anak akan belajar katekisasi sebagai bekal untuk diadisidikan. Ketika dia disidikan dan dia telah bisa mengikrarkan imannya, orang tua yang telah berjanji kepada Tuhan melalui hambanNya telah memenuhi janjinya. Disini saya melihat bahwa baptisan melahirkan iman atau babtisan mendahului iman.

      Hapus
    4. Yuwan tobatak22 April 2016 15.22

      analisa untuk kel. V
      Kamis 21 April 2016
      Nama : Yuwan Fades Ambarita
      Penyaji : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra Wulan Sari Haholongan Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Judul Sajian : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa latin. Kata "Inter" berarti ANTARA dan "Cedere" yang berarti PERGI. Sehingga inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan "syafaat" sebagai perantara atau pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Jadi "DOA SYAFAAT" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain.
      Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Dengan doa syafaat berarti kita mendoakan orang agar mereka mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Seperti penjelasan bapak dosen bahwa dalam bahasa batak doa syafaat dalam pengertian bahasa Batak Toba yaitu “Tangiang Pangondianon” yang artinya adalah perlindungan, pemeliharaan, pertolongan. Kisah murid-murid ditaman Getsemane meyadarkan kita supaya kita (murid-murid Yesus) tau bahwa oleh karena namaNya kita akan diburu, disiksa dan dikejar-kejar. Untuk itu mari kita doakan supaya kita(Kristen di seantero jagat raya) tetap dalam perlindungan kasih Kristus. Doa syafaat itu adalah doa rekonsiliasi. Dalam doa syafaat kesadaran yang perlu dibangun adalah bahwa dan jiwaku rohku sangat membutuhkan Tuhan. Dalam konteks itu kita harus menyadari sikap diam, tenang, itulah yang harus kita bangun dihadapan Tuhan. Ketika kita sudah mempercayakan seseorang untuk memimpin atau membawa kita dalam syafaat hendaknya jangan ada lagi doa diatas doa sebab dialah yang menjadi pengantara sgala ucapan syukur dan permohonan kita kepada Allah.

      Hapus
    5. Nama: Yuwan Fades Ambarita
      Nim: 12.01.980
      Analisa Pertemuan Ke VI PEMBERIAN JEMAAT
      Pemberian Jemaat itu identik dengan kasih Agave.
      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte . Persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali. Pemberian Jemaat berarti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupul di sisi altar. Ucapan Syukur dan puji-pujian yang dipanjatken kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Khotbah biasanya akan diikuti dengan tantangan penyerahan diri warga Jemaat kepada Tuhan. Penyerahan diri jemaat itu disebut dengan pemberian Persembahan. Jadi, apabila di dalam ibadah persembahan dijalankan, maka hal itu bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta dan pekerja full time, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Persembahan merupakan bagian integral dalam litirgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Karena Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu samapai sekarang ini. Persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur. Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Oleh sebab itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19; II Korintus 9:8). Karena Tuhanlan pemilik kehidupan ‘persembahkanlah dirimu seutuhnya’ (I Korintus 10:26). Tuhan adalah pemilik bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan, itu artinya, Tuhan sama sekali tidak tergantung kepada sokongan, bantuan aplagi belas kasihan kita untuk melakukan aktivitasNya, bahkan Tuhanlah yang sesungguhnya empunya hidup kita dan segala apa yang ada pada kita

      Hapus
    6. Nama: Yuwan Fades Ambarita
      Nim: 12.01.980
      Analisa Pertemuan Ke VII
      Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Di Alkitab tercatat bahwa Tuhan Yesus ber-Nyanyi ( Matius 26:30 ), ada kemungkinan Nyanyian itu berasal dari Mazmur 114-118 krn terjadi pada Perjamuan Paskah. Tradisi Gereja yg ber-Nyanyi ini ad. kelanjutan dari tradisi Agama Yahudi yg memberi tempat penting bagi ber-Nyanyi dlm Ibadah di bait Allah ( Tradisi ini bisa dilihat di Kitab Nyanyian Mazmur ).
      Kemudian dlm perjalanannya, Murid-murid Tuhan Yesus mulai mengadakan kebaktian yg makin terpisah dari Ibadah Agama Yahudi, namun kebiasaan ber-Nyanyi ini tetap dilanjutkan ( Kolose 3:16 ), ayat dlm Kitab Kolose ini mau memperlihatkan bahwa Nyanyian mempunyai fungsi Didaktis ( Pengajaran ) dlm menanamkan Firman Kristus dan utk lengkapnya bahwa dari awalnya, Gereja memandang Nyanyian sebagai sarana Belajar dan Mengajar tentang Kristus ( Efesus 5: 18-19 ).
      Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi. Karena liturgi sendiri merupakan perayaan bersama, maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Dalam memilih nyanyian yang dilakukan adalah tidak hanya memperhatikan kepentingan mayoritas, tetapi juga harus memperhatikan kelompok mioritas. Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat. Pertama, paduan suara menjadi alat yang melayani (mengintensifkan nyanyian jemaat). Kedua, paduan suara menjadi alat yang melayani nyanyian jemaat, paduan suara hanya dapat menjalankan fungsinya dalam kombinasi dengan nyanyian jemaat. Paduan suara sebagai wahana pemberitaan firman. Pemberitaan firman yang dimaksud bukanlah pemberitaan firman yang memonopoli orang-orang tertentu. Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat (bukan mewakili jemaat) untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu.
      ” Gereja yg tidak ber- Nyanyi bukanlah Gereja ”
      Tulis KARL BARTH seorang Teolog besar di abad ke 20, tetapi tentunya bukan asal ber- Nyanyi melainkan ber- Nyanyi dgn Baik dan Benar.

      Hapus
  22. Nama : Nurintan Damanik
    Nim : 12/01.948
    Ting/Jur : IV-B/Teologi
    Hal : UAS Berjalan
    Sajian I
    Kombinasi Votum dan Salam adalah kebiasaan yang diambil ahli dari gereja-gereja Negerland. Mereka memulai ibadah dengan Salam pada abad pertama dan pada abad samapi abad reformasi. Sehingga berdasarkan kebiasaan Calvin dalam sinode Dordercht 1574 kemudian mewajibkan pemkaian Mazmur 124:8 sebagai Votum dalam kebaktian, maksud dari Votum ini adalah untuk meng-konstatir “hadirnya Tuhan Allah” ditengah-tengah umat-Nya. Maka dari itu Votum harus diucapkan diawal kebaktian votum adalah suatu keterangan khidmat atau jani khidmat, votum ini disamakan dengan kata pembukaan, sehigga dengan adanya Votum ini sehingga jemaat yang tidak teratur akan menjadi teratur. Votum adalah menyentuh aspek vertical (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat) yang hadir. Votum yaitu pertolongan dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dimana rumus votum ini menyangkut Tuhan dan umat-Nya yang sedang berkumpul, didalam votum terdapat amanat kuasa (eksosia) Tuhan Yesus. Kata salam dapat digunakan sebelum khotbah yang digunakan sebagi pendahuluan dan juga sesudah khotbah yang dipergunakan untuk mengakhiri. Dalam pengantian kata salam mereka memakai bendiksi atau rumus berkat ialah pengenap votum, kedua ini sangat berkaitan sehingga pengakuan jemaat bahwa pertolongan mereka adalah ada di dalam nama Tuhan. Salam sederhana yang digunakan oleh jemaat gereja lama adalah “Tuhan menyertai kamu” dan jawaban para jemaat adalah “Dan menyertai Rohmu.” Dalam pengertian ini salam bukanlah berkat, karena salam itu diucapak bukan dengan mengagkat tangan, salam introitus adalah sapaan yang diberikan pelayan kepada jemaat oleh sebab itu sapaan ini harus disambut oleh jemaat yang hardir dikarenakan ini adalah sapaan Firman Allah. Dan unsur yang ketiga yang digunakan oleh jemaat adalah introtius yaitu yang terdiri dari nyanyian masuk atau tanpa nats pendahuluan. Introtius pada hakekatnya adalah nanyian jemaat, sehingga pada zama reformasi ini tetap dipergunakan dalam kebaktian yang pada umumnya dinyanyikan oleh paduan suara Tetapi Luther menyarankan supaya mazmur introtius itu dinyanyikan seluruhnya, karena luter tidak keberatan jika introtius ini diganti dengan nyanyian rohani. Introtius ini diartikan masuk kedalam, introtius ini dipergunakan saat membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian. Tetapi dengan berkembangnya zaman introtius ini tidak lagi digunakan dengan nyanyian melainkan mereka mengambilnya dari ayat-ayat Alkitab yang telah disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah, liturgy. Votum, Salam dan Introtius ini memiliki kepentingan yang sama didalam unsur-unsur liturgy lainnya, dimana dengan adanya votum, salam, introtius hal ini akan menjadi sumber dalam membangkitakan spritualitas setiap jemaat. Dimana pada saat mulainya ibadah dengan salam rasuli dan disambut dengan votum, votum/introtius yang dimuali dengan nama Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sehingga bagi jemaat yang telambat hadir maka ibadah itu tidak akan sempurna bagi dia karena ia tidak mengikutinya dari awal peribadahan itu. Dikarenakan dia tidak masuk dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, memang mendengar dan menerima firman Tuhan, tetapi ia tidak menerima pentahbisan dari Tuhan pada saat itu sehingga seakan-akan dia sia-sia dalam mengikuti peribadahan tersebut. tetapi kita sebagia manusia tidak dapat mengatakannya dikarenakan kita tidak tahu bagaimana kerendahan hatinya meminta berkat kepada Allah dengan kerendahan hatinya, dan ketulusan dikarenakan hanya Tuhan yang dapat mengatakan ia layak atau tidak dalam peribadahan tersebut. Oleh sebab itu ketiga hal ini sangatlah dipergunakan dalam ibadah maka kita sebagai jemaat harus mampu untuk melakukanya dalam kehidupan kita dalam peribadahab kita haruslah tepat waktu agar kita mendapat pentahbisan dari Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nurintan Damanik
      Nim : 12/01.948
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian II
      Pengakuan dosa sering disebut dengan Confenssio, ucapan ini tidak hanya digunakan dalam permulaan misa tetapi juga pada saat lain yaitu pada waktu komuni. Di tata-tata kebaktian Lutheran pengakuan dosa, doa dan absolusi ini digunakan dalam persiapan dari pelayan dan jemaat, pengakuan dosa ini didapati sebagai akta jemaat dan absolusi sebagai pemberitaan anugrah kepada pelayan dan jemaat bersama. Dalam buku katekismus Besar Luther ia mengatakan bahwa pengakuan dosa haruslah dari hati, dalam hal tidak dapat dipaksakan karena jika itu dipaksakan itu sama halnya dengan tidak ada artinya, karena bukan ketulusan hatinya ia mengungkapkan dosanya kepada Allah bukan dengan serius dalam pengampunan itu sehingga ia masih pantas dikaki Paus. Sedangkan didalam gereja Katolik mereka dipaksa untuk mengakukan dosa dan berpuasa, karena bagi mereka barang siapa yang tidak mendengar kabar baik maka ia tidak akan hidup menurut kabar baik tersebut. Menurut Calvin dalam perjamuan kudus katolik masih mempertahankan tatapi dalam kesamaan sangat berbeda, yaitu dalam hal misa mareka memakai mazmur pembukaan, votum diganti sebagai tahbisan mezbah di misa dan pengakuan dosa itu sebagai pembritaan anugrah setelah mencerminkan pengakuan dosa yang diucapkan oleh imam sebelum menuju mezbah. Pembertiaan anugerah diartiakn dalam absolusi, dalam abad pertama dalam tata ibadah reformatories menempatkan pengakuan dosa dan pembritaan kemampuan (anugerah) ditempatkan dalam dua hal yaitu: sebelum khotbah atau sesudah khotbah. Pengakuan dosa adalah pengakuan yang sangat penting dari kebaktian, pada saat kita datang kepada Allah, banyak hal penting yang akan kita sampaikan pada-Nya, bahwa kita adalah orang-orang yang berdoa dan mengatakan bahwa dosa-dosa kita sangat menyedihkan hati. Rumusan yang dapat dipergunakan dalam pengakuan dosa dalam bebagai bentuk dapat kita lihat dalam Alkitab (Mzm. 25; 51; 130; dan Yes. 59:12-13; Rm. 7). Dalam beberapa tempat seperi Geneva pemberitaan kampuan (anugerah) itu dianggap sebagai Novum, sehingga dalam ibadah Geneva Calvin memakia pengakuan dosa yang umum dan ia meniadakan pemberitaan keampunan. Dan pemberitaan keampunan (absolusi) terus dipakai oleh gereja-gereja calvinis pada tahun 1581 di Nederland mereka mnyetujui adanya absolusi dalam kebaktian, sehingga didalam sinode mereka mnetapkan “karena peningkatan dan penguraian dosa telah berlangsung dalam pembritaan Firman”, maka dari itu mereka tidak lagi memakai sautu bentuk itu dengan tersendiri. Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman dan dasafirman ini tidak dapat dibacakan tanpa hukum, sebab bagi umat kristen hukum yang memberi inti yang legitim kepada dasafirman. Dengan mingikuti adanya votum, salam dan introtius, maka hal yang harus kita ikuti adalah pengakuan dosa pembritaan anugrah dan petunjuk hidup baru dimana Allah memanggil kita untuk beribadah, dima kita sebagia umat manusia memiliki hubungan yang terputus dengan Allah sehingag membuat hubunhan kita juga terputus dengan manusia. Dalam pengakuan dosa kita berdoa agar hubungan Vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan manusia supaya dipulihkan Allah kembali, setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Ketika sesorang itu mengikuti ibadah dengan baik maka dia mengalami suatu anugerah pemgampuan dosa yang dari pada Allah setealah ia mengakukan semua dosanya, sehingga Allah memberi pengampuan kepadanya yang diikuti dengan petunjuk hidup baru agar setiap manusia itu hidup dalam firman Allah dan sesuai dengan khendak Allah dan tidak akan melakuka dosa yang sama. Didalam pengakuan dosa kepada Tuhan seseorang itu harus merendahkan dirinya dan memohon anugerah yang dari pada Allah, sehingga dengan itu Allah akan memberikan perintah yang baru agar manusia itu melakukannya sesuai dengan khendak dan tang diinginkan Allah.

      Hapus
    2. Nama : Nurintan Damanik
      Nim : 12/01.948
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian III
      Pada abad ke 5dalam tata kebaktian yang dipakai Jemaat di belahan barat itu dapat ditemukan dalam ritus Gallia dan Romawi, iman yang memimpin ibadah adalah berbalik kepa jemaat memberi salam dan setelah itu mengucapkan collecta yaitu doa denga jemaat. Dalam hari raya natal yang digunakan kollekta dalam Missale Romanum, Luther tetap menggunakan kollekts di dalam kebaktian jemaat sedangkan calvin meniadakan kollekta dan mengantinya dengan “epiklese” yaitu doa yang yang memohon kedatanga Roh Kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan dapat didengar dengan baik. Doa untuk pembritaan firman (khotbah) sering dicampurbaurkan dengan doa syafaat (sesudah khotbah) maka hilanglah fungsinya semula, dan untuk epiklese ada gerja yang memakai doa formulir. Pembacaan Alkitab bagi orang kristen haruslah berkumpul disuatu tempat dan pembacaan para rasul dan nabi-nabi akan dilakukan melalui kenang-kenagan mereka, setelah itu mereka akan memberi pengajaran dan nasihat supaya jemaat itu mengikuti dan menghidupi segala yan dibritakan didalam nats. Dalam pengakuan Kupyer khotbah memiliki hubungan erat dengan pembacaan Alkitab, maka dari itu pelayan tidak dapat memilih nats atau pembacaannya sehinnga pikiran maupun perhatian jemaat tetap focus. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan, ini dalam agama kristen dikatakan sebagai kabar baik yang tertulis sehingga Alkitab sebagai sumber pemritaan Firman Tuhan melau proses pemritaan firman tidak merupakan suat kesatuan dengan unsur-unsur liturgiyang lain. Pemritaan firman dan sakramen adalah satu , karena setiap kali makan roti dan minum cawan itu merupakan pemritaan kematian Tuhan sampai ia datang dan yang paling penting adalah ibadah yang secara keseluruhan, dan khotbah haruslah membangunjemaatuntuk aktif menggambil bagian didalam ibadah. sakramen tidak memberikan lebih banyak Roh atau Anugerah dari Firman firman dan Roh tidak sama tetapi keduanya saling membutuhkan dikarenakan sakramen dan firman saling membutuhkan. Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan Alkitab seperti inti dalam kehidupan, kematian, kebangitan, pengarapan akan Yesus Kristus, dalam kehidupan gereja awal pengkhotbah adalah guru, pemimpinspritual dan apologetic dengan kata lain pengajaran adalah khotbah fungsi khotbah adalah bersifat pendidikan dan cara beribadah dan norma yang bersifat sosial dan etis didalam sebuah komunitas. Khotbah sangat erat kaitannya dan fungsinya sebagai pengajaran dalam gereja, sehingga khotbah digunakan sebagai alat pengajaran dalam mengajar umat yang digunakan oleh seorang pemimpin , maka melalui khotbah jemaat dapat memahami khendak Allah dan injil yng menjadi inti pengajaran. Melalu pendengaran akan khotbah maka iman kan timbul, maka dari itu dikatakan bahwa iman itu timbul dari pendengaran oleh firman Kristus. Oleh sebab itu ibadah dalam pemberian salam yang diberikan oleh imam dan melakukan ucapan collecta dalam artian doa untuk jemaat dan epikese dipindahkan dalam khotbah, tetapi doa dala pemritaan firman Allah dan doa syafat itu sangatlah berbeda. Doa untuk pembritaan firman adalah doa untuk roh Allah dapat memimpin seorang pemimpin khotbah agar ia mampu untuk menyampaikan isi firaman itu kepada jemaat, sedangkan doa epiklese ini digunakan sebgai penerangan roh kudus supaya pembacaan firman itu berhubungan dengan apa yang akan diucapkan dalam meminta anugerah roh kudus. Dan jemaat akan mampu menerima Khotabah atau firman yang diberitakan pelayan tersebut dan jemaat mampu mengidupi firman itu didalam diri mereka masih-masing

      Hapus
    3. Nama : Nurintan Damanik
      Nim : 12.01.948
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Hal : UTS berjalan
      Sajian : 4

      Dalam ibadah minggu kita mengucapkan adanya pengakuan Iman Rasuli, pengakuan iman ini bukan sekedar rumusan yang dihafal tetapi harus diucapkan dengan hati yang tulus dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengakuan iman ini disebut sebagai Ikrar iman kepada Allah, yaitu sebagai ungkapn diri dan ibadah terhadap Allah dalam kesaksian atas kebenaran dan khendak Allah, pengakuan Iman ini tidak hanya dilakukan dalam gereja tetapi didalam kehidupan pribadi kita sehari-hari dapat diwujudkan dan dapat dinyatakan secara nyata. Didalam peribadahan pengakuan tidak memiliki tempat yang tetap karena pengakuan ini dapat dinyatakan dalam bentuk nyanyian, juga didoakan yaitu digunakan dalam sesudah khotbah dan juga setelah pembacaan Alkitab atau sebelum doa syafat. Pengakuan ini memiliki fungsi disemua tempat baik dalam rangkuman dari injil dibaca sabagai jawaban jemaat atas firman yang diberitakan dan pengakuan iman baik dinyanyikan oleh jemaat reformator. nyanyian Kredo berarti menyatakan dengan jelas bahwa pengakuan iman adalah akta jemaat bukan akta pelayanan. Pengakuan iman dapat juga diucapkan bersama-sama oleh jemat, dalam puji-pujian maupun sebagai pengakuan untuk menanti firman yang didengarnya tetapi pengakuan iman harus dilakukan dengan berdiri. Dalam PL Yosua mengatakan “aku dan seisi rumahku kami akan beribadah kepada Tuhan” (Yos 24:15) dan didalam PB pengakuan iman terdapat dalam (Mat. 16:16, Kis. 8:37)ini diucapkan atau dinyanyikan dalam babtisan. pengakuan iman dikenal dengan nama symbolum apostolicum, ini diucapkan pada saat seseorang dibabtis. istilah ini menunjukkan bahwa melalui pengucapan rumusan seseorang telah membuktikan penyerahan dirinya kepada Allah. Kredo adalah rumusan ajaran dasar gereja disusun dengan dasar Alkitab, pada zaman jemaat masih buta huruf mereka mengunakan pengakuan iman,digunakan Doa Bapa Kami dan sepuluh perintah Tuhan yang menyebarkan ke gereja-gereja barat.Rasuli mencerminkan ajaran para rasul yang merupakan pergmulan orang Kristen di Roma. Pengakuan iman dikatakan bersifat Trinitarian (percaya Allah Tritunggal) pengakuan percaya merupakan inti dari iman Kristen yang menyatakan Yesus Kristus adalah Anak Allah Bapa yang Tunggal, Tuhan kita. Roh kudus adalah Tuhan Allah sendiri, percaya kepada Roh perintah Tuhan Yesus dan menghasilkan buah Roh Kudus.dalam Mat. 16:15 “pengakuan iman rasuli harus diawali dengan pernyataan Aku percaya, kepercayaan itu harus bersifat pribadi tidak ikut-ikutan dengan orang lain” ; Rm. 11:13 “Aku percaya pada Allah Bapa yang Maha kuasa Khalik Langit dan Bumi” dimana Allah pencipta segalanya. Wah. 21:1-4 “kebangkitan daging dan hidup yang kekal” Kudus berarti mengakui karya dan peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman, orang yang dipimpin dengan Roh Kudus dan melakukan khendak-Nya. Didalam Ef. 4:1-6 “gereja yang kudus adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepala.” anak kristus yang telah lahir baru yang diberi Allah kuasa untuk menjadi anak-Nya. Kis. 1:8 “percaya akan Roh Kudus” dimana Roh Kudus itu dikatakan Pribadi Allah. Didalam karunia yang telah diberikan Roh kudus, kita akan hidup baru mampu melakukan khendak sebagai status yang telah diberikan sebagai anak Tuhan. Pengakuan adalah bagian penting yang harus dilakukan dalam perumusan ibadah, pengakuan menunjukkan iman terhadap ketritunggallan Allah. Pengakuan digunakan dalam tiga senjata gereja untuk melawan ajaran sesat. Pengakuan iman adalah bagian kehidupan gereja yang akan membimbing jemaat untuk lebih kuat untuk mengkokohkan imannya, setiap orang harus mampu untuk melakukan tiga senjata gereja. Dengan mendengarkan firman didalam Alkitab dan kepercayaan terhadap Kristus. kita mampu melakukan segala sesuatu melalui Allah dan melalui Firaman Allah, Pengakuan Iman ini sebagai penguatan hidup manusia.


      Hapus
    4. Nama : Nurintan Damanik
      Nim : 12/01.948
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian : 5
      Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut dalam kehidupan bergereja, secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Sering jemaat mendoakan orang lain termasuk didalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang yang kelaparan ditempat lain atau negara lain, dalam artia kita mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya. Dalam komunikasi dibutuhkan dua pribadi yang saling berinteraksi, dengan tujuan menjalin sebuah relasi. Doa adalah komunikasi dialog paling dasar yang dimiliki oleh manusia, jauh sebelum manusia bisa berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. Doa adalah sebuah saluran langsung antara individu dengan Tuhan. Untuk mengurangi 'noise' di dalam komunikasi, sebagaimana layaknya komunikasi modern pada peradaban manusia, maka doa pun membutuhkan sebuah keteduhan atau kontemplatif untuk mengurangi gangguan. Dan sebagaimana komunikasi antar manusia yang memiliki tujuan dan objek pembicaraan (pesan) maka doa pun demikian. Syafa'at adalah salah satu bagian di antaranya. Yang menjadi Tujuan dari doa syafaat ini adalah Agar kita dapat hidup tenang dan tenteram, Baik dan berkenan kepada Allah, Supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Sedangkam jenis-jenis doa syafaat adalah: General Intercession (Doa Syafaat secara Umum) Berdoa syafaat secara umum, biasanya disertai dengan daftar apa yang harus akan didoakan, Doa Syafaat Masa Krisis contoh ketika terjadi bencana alam atau wabah, Doa Syafaat bagi seseorang contoh berdoa bagi seorang pemimpin gereja kelompok, organisasi ataupun bangsa, Doa Syafaat Peperangan Melawan kuasa kegelapan, maka melalui jenis-jenis doa syafat ini kita mampu dengan mudah mendoakan oraag lain dengan baik dan struktur. Secara eksplisit, Alkitab mencatat perihal doa syafaat. Misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1). Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah; Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel; Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel; Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur; Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya. DOA Syafaat di dalam kehidupan bergereja juga TIDAK hanya dilakukan oleh Hamba Tuhan dalam hal ini pendeta atau pengurus gereja, melainkan seluruh umat Kristen. Doa syafaat dipindahkan dari ibadah pemberitaan firman ke ibadah perayaan perjamuaan. Dengan perubahan ini doa syafaat makin lama makin erat dihubungkan dengan doa eucharistia, dalam Missale Romanum, doa syafaat ditempatkan disebelum dan sesudah konsekrasi roti dan anggur. Calvin dan Luther menempatkan doa syafaat sesudah khotbah mengikuti kebiasaan gereja lama. Sebagai ciptaan Tuhan kita harus mampu untuk menjadi pelayan Tuhan dalam mendoakan umat manusia dan sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kita diajarkan untuk memuji Tuhan agar mendapat damai dan keselamatan dari Dia.



      Hapus
    5. Nama : Nurintan Damanik
      Nim : 12/01.948
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian VI
      Kolekte adalah pemberian jemaat atau persembahan jemaat yang dilakukan dalam peribadahan digereja Indonesia. Pemberian jemaat ini dijadikan dalam persembahan yang dilakukan sekali bakan ada juga gereja melakukanya dua sampai tiga kali. Pemberian jemaat adalah pemberian yang sukarela yang dilakukan pada saat peribadahan, sehingga persembahan itu dapat diletakkan di depan atau di dsisi altar. Persembahan yang dilakukan oleh jemaaat adalah bukan suatu upeti yang diharuskan oleh Allah tetapi adalah pemberian jemaat atas rasa syukur mereka terhadap apa yang telah Allah berikan kepada mereka. Hal utama dilakukan persembahan ini adalah suatu ucapan sykur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah didalam peribadahan, persemahan yang dilakukan sebelum khotbah adalah suatu penyerahan diri kepada Allah bukan dipandang sebagai pengumpulan dana semata tetapi itu dilambangkan dengan pernyataan Iman dan penyerahan diri kepada Tuhan. Maka hal yang dapat kita ambil adalah mengnai berkat yang telah Allah berikan kepada manusia bukan soal seberapa banyak persembahan yang telah dikumpulkan. Dimana Yesus rela mati untuk menebus dosa-dosa manusia, demikian halnyalah manusia ini harus mampu berkorban bagi sesamanya, sebgaimana yesus memberika tubuh dan darahnya bagi manusia demikian halnyalah dengan manusia yang harus selalu berbuat baik terhadap yang lain. Sehingga didalam memberikan persembahan tersebut manusia tidak perlu takut akan apa yang akan dia dapatkan dihari esok dan bahkan dimasa yang akan datang. Pemberian jemaat semakinlah berkembang karena menurut manusia bahwasanya pengorbanan yang yesus lakukan mealui penyaliban dikayu salib dan perjmauan kudus yaitu mememcahkan roti dan memebri minum anggur dianggap sebagai korban Kristus. Sehingga sama halnya dengan pemberian jemaat dianggap sebagai pegorbanan manusia atau ucapan syukur manusia kepada Allah. Pemberian jemaat didalam ibadah dimana paulus menekankan hubungan yang erat antara pnyerahan diri Yesus kristus dan pemberian persembahan jemaat adalah suatu bentuk pemuliaan orang kristen terhadap Yesus Kristus. Dapat dikatakan bahwa persembahan ini adalah suatu ucapan syukur, didalam kolekte umat beriman akan memiliki kesempatan dan berpartisipasi dalam penyerahan kurban. Dalam persembahan kurban itu diganti dengan tubuh dan darah Kristus itu menjadi roti dan anggur. Dan bahkan persembahan yang melalui uang itu dipergunakan sebagai persembahan kepada keperluan gereja itu sendiri dan juga kepada jemaat yang kurang mampu dan bahkan orang yang miskin diluar gereja tersebut. Perlu kita ketahui bahwa persembahan yang diberika jemaat tersebut adalah bentuk sukacita dan pekerjaan Allah dalam hidup setiap manusia akan kemuliaan Tuhan Allah. Yang dimana persembahan ini juga dikatakan sebagai pemeliharaan Allah dimasa depan maka setiap manusia yang melakukanpersembahan itu janganlah pada saat ia mendapat kelimpahan tetapi pada saat-sat serba kekurangan bahkan disaat kita tidak miskin, karena berapapun yang kita persembahakn kepada Allah itu merupakan rasa ucapan syukur kita dimana ia telah melindunggi hidup kita dan bahkan memberi sautu kelimpahan hidup bagi kita. sebagaiman yang tertulis dalam 1 kor. 10: 26 dimana Tuhan adalah pemilik kehidupan dimana persembahan diri adalah miliknya seutuhnya. Dimana Allahlah pemilik segala bumi beserta isinya, Tuhan tidak pernah memaksakan kita ataupun menunggu belaskasihan manusia untuk melakukan segala perintah Tuhan, kareana apa yang kita miliki semata-mata berasal dari Tuhan dan pada waktunya akan kemabali kepada-Nya.

      Hapus
    6. Nama : Nurintan Damanik
      Nim : 12/01.948
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian VII
      Nyanyian dan paduan suara adalah suatu unsur yang digunakan didalam peribadahan, nyanyian jemaat berjalan dengan sering berkembangnya gereja dimana gereja tidak akan telepas dari nyanyian jemaat. Nyanyian liturgi adalah nagian yang terpenting didalam liturgi, sehingga dalam pemilihan liturgi tidak hanya mmeperhatikan mayoritas tetapi harus memperhatikan minoritas dalam kelompok. Nyanyian liturgy harus memberi kesempatan umat untuk berpartisipasi, adalah terlibat dalam nyanyian liturgi, yang dimana Kristus akan hadir dalam liturgi sehingga terungkap dalam nyanyian liturgi itu. Isi syair dan melodi nyanyian liturgi harus benar-benar sesuai dengan citarasa iman umat dan bukan malah mengaburkan misteri iman dengan member asosiasi yang lain. Peran liturgi adalah suatu wahana pemritahan Firman Tuhan dan yanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemritaan itu. nyanyian gerejawi jemaat tidak melihat pada dirinya (jiwa) dan karya sendiri, tetapi kepada Tuhan Allah dan kepada apa yang Ia kerjakan dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Didalam sejarah paduan suara belum ada tempat, tetapi gereja-gereja masih mengunakannya dalam peribadahan ada yang menggunakan dalam peribadahan sekali dan ada juga gereja yang tidak menggunakannya. paduan suara yang dipakai di dalam ibadah jemaat adalah paduan suara jemaat, bukan perhimpunan penyanyi.Tiap-tiap jemaat hanya boleh mempunyai satu atau dua paduan suara. Dalam menjalankan tugasnya paduan suara harus takluk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh gereja.Tugasnya bukanlah untuk membuat “konser” di dalam ibadah, melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat. Ibadah paduan suara ini berpikir bahwasanya ia berpihak apada Jemaat. Pemimpin-pemimpin Gerakan Liturgia tidak setuju dengan pendirian ini. Menurut mereka paduan suara adalah sebagin dari jemaat, sehingga paduan suara tidak dapat menyanyikannya dengan sendiri. Sedangkan didalam liturgy paduan suara telah memiliki tempat dikarenakan paduan suara tersebut memiliki fungsi dan peranan tersendiri, maka yang perlu diperhatikan adalah supya paduan suara tidak mengambil alih kedudukan jemaat secara menyeluruh. Dimana paduan suara memiliki fungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat, wahana pemritaan firman, dan merupakan bagian tubuh dari jemaat. Maka dari itu paduan suara ini sangat berguna bagi jemaat karena melalui ini juuga kita dapat melakukan nyanyian jemaat secara bersama-sama.

      Hapus
  23. Nama : Noni Zeine Sinaga
    NIM : 12.01.946
    Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
    Analisa kelompok 1
    Nama kelompok : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Parlinda Marbun
    Judul: “Votum, Salam, dan Introitus”
    Votum adalah pernyataan “dalam nama” sebagaimana Kolose 3:17. Votum adalah sebuah pernyataan dalam liturgi Gereja Protestan, yang dibacakan oleh Pendeta, biasanya setelah perarakan Majelis (Introit). Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus”. Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.
    Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk. Umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian. Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus (bnd Yeh 47:1) laksana bahtera (naos) yang masih berlayar menuju pelabuhan abadi. Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nas Alkitab. Bacaan ini diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana perayaan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini disambut jemaat dengan menyanyikan “Haleluya” yang artinya “Pujilah Tuhan!”
    Salam, sebagaimana assalamalaikum (damai bagimu) dalam Islam, merupakan sapaan: “Salam sejahtera, Tuhan besertamu” (vobiscum Dominum, Lord be with you) yang diucapkan oleh seseorang yang hendak berbicara kepada seseorang (orang-orang) lain dalam suatu pertemuan. Jadi salam tersebut adalah salam antar manusia sebelum seseorang mulai berbicara kepada orang banyak. Salam itu adalah Firman-sapaan Allah kepada manusia sehingga sapaan itu harus di sambut juga oleh jemaat yang hadir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Noni Zeine Sinaga
      NIM : 12.01.946
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
      Analisa kelompok 2
      Nama kelompok: Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Noverlindra Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Judul: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum

      Setelah jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk mengaku dosa-dosa tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui doa pengampunan dosa, jemaat memohon dalam kerendahan hati dan mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh 33:11). Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji Tuhan dengan mengucapkan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin”.

      Selesai pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah. Pemberitaan anugerah bukanlah rumus absolusi saat imam membebaskan manusia dari dosanya. Pemberitaan anugerah Allah yang di dalam Kristus telah mendamaikan diri-Nya dengan dunia dan berdasarkan kematian Kristus rela untuk mengampuni dosa kita. Rumus pemberitaan anugerah yang dipakai ialah “Sebagai hamba Yesus Kristus saya (kami) memberitakan pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang yang dengan tulus ikhlas telah mengaku dosanya di hadapan Allah” , kemudian disambung dengan suatu nas yang dipilih menurut tahun gerejawi.

      Setelah kita mengaku segala dosa dan kejahatan kita dan memohon pengampunan kepada Allah maka Dia pun memberi pengampunan dan keselamatan umat-Nya. Keselamatan itu tidak otomatis akan kita miliki selamanya, bisa saja hilang oleh pelanggaran-pelanggaran kita kemudian. Karena itu keselamatan itu harus dijaga dan dipelihara serta dikerjakan selagi kita masih hidup di dunia (Flp 2:12). Tuhan itu Mahabaik dan Mahakasih, Dia tidak membiarkan umat-Nya berjalan sendiri dalam menjaga, memelihara dan mengerjakan keselamatan itu. Dengan penuh kasih dan kesetiaan Dia memberi hukum Tuhan atau pun firman-Nya sebagai petunjuk hidup baru kepada kita.

      Hapus
    2. Nama : Noni Zeine Sinaga
      NIM : 12.01.946
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
      Analisa kelompok 3
      Nama kelompok: Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Ariantri Br. Sitepu
      Judul: Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Bila isinya diperhatikan secara seksama, terlihat bahwa setiap doa mempunyai jiwa dan semangat yang sesuai dengan tahun gerejawi dan di dalamnya terkandung pernyataan yang penuh keyakinan tentang Allah. Demikian juga harapan-harapan serta permohonan yang berkaitan dengan keselamatan manusia. Dalam beberapa bagian, seruan yang kuat didasari oleh pemahaman akan ke-tritunggal-an Allah yang sangat menonjol.
      Doa sebelum pembacaan firman Tuhan yang memohon kepada Roh Kudus untuk membuka pikiran kita agar mengerti Kitab Suci. Firman Allah yang dibaca atau didengar hanya dapat dimengerti dengan suatu mujizat yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam hati pengkhotbah maupun pendengar, sehingga dengan perantaraan kata-kata manusia (homilia/khotbah) dapat kita dengar suara Tuhan yang berfirman kepada kita. Tanpa pertolongan Roh Kudus, Alkitab adalah suatu buku yang tertutup bagi kita dan firman Allah adalah huruf-huruf yang mati (Lukas 24 : 44 – 45).

      Setelah doa (epiklese), maka evangelium (kabar baik, Injil) dibacakan oleh pengkhotbah sebagai nas untuk pemberitaan firman (homilia/khotbah).
      Martin Luther menegaskan, “Bilamana bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan, bagian itu tidak ada gunanya bagi jemaat”. Firman Allah yang ditafsirkan inilah yang disebut homilia (khotbah). Memberitakan firman adalah mengumumkan keselamatan dan hukuman, yang berlangsung di sini dan kini dalam menuntun umat-Nya menjalani kehidupan yang kudus untuk menerima mahkota kehidupan kekal di dalam kerajaan sorga.

      Pada waktu pemberitaan firman kedengaran suatu bunyi yang nyaring di dalam hati anggota-anggota jemaat. Allah hadir, Allah ada di tengah-tengah kita. Saat ini berlangsung suatu teofani (pengungkapan) rohani yang penuh berkat di dalam kemuliaan-Nya. Di sini berlangsung apa yang tidak berlangsung di tempat lain: malaikat Tuhan turun, seorang utusan berdiri di tengah-tengah umat diterangi oleh terang sorgawi, dan Ia membuat mujizat di dalam hati orang-orang yang putus asa, yaitu bahwa mereka disebut anak-anak Allah pewaris kerajaan sorga. Maka gereja yang hidup adalah gereja yang memberitakan firman Tuhan untuk membangun dirinya; bertumbuh dan bekerja memuliakan Allah di dalam jemaat dan di dalam dunia, sehingga jemaat dipersiapkan mengambil bagian dalam sakramen: baptisan kudus dan perjamuan kudus.

      Hapus
    3. Nama : Noni Zeine Sinaga
      NIM : 12.01.946
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
      Analisa kelompok 4
      Nama kelompok: Jhoni Pranata Purba, Roles Purba, Sri Muliana Kaban, Tribina Ginting
      Judul: Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Pengakuan Iman (bahasa Latin: credo) merupakan pernyataan atau pengakuan rangkuman mengenai suatu kepercayaan. Dalam bahasa Latin, kata credo berarti "Aku Percaya". Dalam bahasa Indonesia, istilah kredo umumnya digunakan oleh umat Katolik, sedangkan pengakuan iman digunakan oleh umat Kristen dan Katolik.
      Pengakuan Iman Rasuli (bahasa Latin: Symbolum Apostolorum atau Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para Rasul adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul.
      Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.
      Dalam pengakuan Iman Rasuli, yang diawali oleh kata “aku percaya” yang menyatakan sikap Kristen kepada Tuhan. Percaya adalah penghubung pribadi antara umat Kristen dengan Tuhan. Hidup dalam percaya berarti hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dengan menaruh kepercayaan sepenuhnya dengan Dia (BJ. Boland, Intisari Iman Kristen).
      Di dalam Pengakuan Iman Rasuli terdapat tiga oknum yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang bagi orang adalah berupa tiga oknum menjadi satu. Inilah yang disebut seperti diatas sebagai konsep “Tritunggal”. Allah memiliki satu “Aku” yang satu yang memiliki sifat rangkap tiga, tiga bentuk dasar pribadi (Harun Hadiwijono, Iman Kristen).
      Kredo (pengakuan iman) ini adalah rumusan ajaran dasar gereja perdana, yang dibuat berdasarkan amanat agung Yesus untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:18-20), karena itu dari kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah Tritunggal dan Allah Sang Pencipta.

      Hapus
    4. Nama : Noni Zeine Sinaga
      NIM : 12.01.946
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
      Analisa kelompok 5
      Nama kelompok: Chaterine Manurung, Fetra W.S.H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Judul: Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab.
      Doa syafaat (intercessory prayer) berasal dari kata “inter” yang berarti antara dan “cedere” yang berarti pergi. Karena itu diartikan dengan pergi atau berdiri diantara dua pihak yang berarti berdiri diantara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Oleh sebab itu doa syafaat merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut. Doa syafaat adalah salah satu karakter doa yang disebut dalam kehidupan sehingga saat manusia berdoa atas nama orang lain termasuk mendoakan bangsa dan negara. Doa syafaat tidak terfokus kepada diri kita sendiri tetapi mampu mendoakan orang lain. Hal ini diperlukan karena Yesus sendiri mengajarkan kita senantiasa mengingat orang lain di dalam doa kita, sehingga melalui tindakan tersebut mampu menyenangkan hati Tuhan.
      Adapun tujuan doa syafaat agar kita dapat hidup tenang dan tenteram, baik dan berkenan kepada Allah dan supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Mengenai jenis doa syafaat yaitu doa syafaat untuk pribadi, doa syafaat untuk umum, doa syafaat untuk misi dan doa syafaat untuk peperangan rohani. Berdoa syafaat adalah wujud nyata tali pengikat yang kuat diantara sesama manusia. Mendoakan orang lain adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada orang Kristen. Yesus juga melakukan hal berdoa untuk orang lain seperti dalam Yohanes 17 yang merupakan doa yang dinaikkan oleh Tuhan Yesus kepada Bapa di sorga untuk orang yang percaya. Kemudian masalah penempatan doa syafaat dalam ibadah adalah gereja-gereja ada yang menempatkannya sebelum dan setelah pemberitaan firman. Di dalam doa syafaat inilah kita memiliki kesempatan untuk mendoakan orang lain. Dan di dalam hal berdoa tidak banyak yang bertalenta untuk melakukannya, namun ketika meminta Roh Kudus bekerja atas dirinya maka hal itu akan dapat dilakukan.

      Hapus
    5. Nama : Noni Zeine Sinaga
      NIM : 12.01.946
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
      Analisa kelompok 6
      Nama kelompok : Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Ginting, Sri Ita Sebayang
      Judul: “Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat”

      Pemberian jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja Indonesia disebut dengan kolekte. Persembahan atau pemberian kepada Tuhan bukan menjadi alasan bagi kita untuk mendapat apa yang kita inginkan tetapi kita memberi kepada Tuhan karena kita sudah lebih dulu diberi oleh Tuhan. Persembahan merupakan bagian integral dalam liturgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan ke dalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Persembahan adalah sebuah wujud rasa syukur kita atas apa yang telah Allah berikan dalam kehidupan kita. Kita adalah milik Allah seutuhnya artinya segala yang kita miliki juga adalah kepunyaan dan pemberian dari Allah. Paulus mengatakan persembahan. Dimana pemberian jemaat seharusnya diberikan dengan sukarela seperti yang tertulis dalam Alkitab “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7). Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah dimasa depan. Oleh karena itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19; 2 Korintus 9:8). Menghargai dengan tulus dan gembira setiap pemberian, bersyukur atas setiap bentuk pemberian dan kerelaan memecahkan serta membagi-bagikannya untuk banyak orang lain yang membutuhkan, akan sungguh membuat banyak orang kagum dan bahagia. Yesus sendiri tidak pernah menolak pemberian yang tulus. Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18), dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Siapa pun bisa saja mengklaim telah mempraktekkan pemberian persembahan secara benar, tetapi pada hakekatnya penilai sejati hanya Tuhan.

      Hapus
    6. Nama : Noni Zeine Sinaga
      NIM : 12.01.946
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
      Analisa kelompok 7
      Nama kelompok : Ester Putri Hutasoit, Junita Purnama Ellys Rajagukguk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus
      Judul: “Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab”

      Dalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam ibadah-ibadah di Bait Allah, ibadah pribadi bangsa Israel, bahkan dalam perayaan-perayaan lainnya. Mazmur ini dikumpulkan dari beberapa penulis yang berbeda, seperti : Daud, Musa, bani Asaf, bani Korah. Tradisi menyanyikan Mazmur ini masih digunakan sampai zaman Yesus di Perjanjian Baru. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir. Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi, karena liturgi sendiri merupakan perayaan bersama, maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Jemaat beryanyi karena suatu sebab yang lebih dalam misalnya karena karya penyelamatan Allah. Pada suatu pihak nyanyian adalah wahana pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu. Para pemimpin gerakan liturgia berpandangan bahwa paduan suara adalah unsur yang tetap dari ibadah jemaat. Paduan suara mempunyai fungsi di dalam ibadah jemaat sebagai pendukung nyanyian jemaat dan wahana pemberitaan firman. Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Musik memiliki tempat atau kedudukan yang sangat penting dalam liturgi. Nyanyian liturgi harus memberi kesempatan umat untuk berpartisipasi, adalah terlibat dalam nyanyian liturgi, yang dimana Kristus akan hadir dalam liturgi sehingga terungkap dalam nyanyian liturgi itu. Isi syair dan melodi nyanyian liturgi harus benar-benar sesuai dengan cita rasa iman umat dan bukan malah mengaburkan misteri iman dengan member asosiasi yang lain.

      Hapus
  24. Nama: Franki Barus
    Nim 12.01.928
    Ting/ Jur: IV B/ Teologia
    Votum, Salam dan Introitus
    Votum artinya adalah mengundang hadirnya “Tuhan Allah” di tengah umat-umat-Nya, sehingga votum harus diucapkan pada permulaan kebaktian.Votum itu jangan dianggap sebagai formula yang bergantung sah atau tidak sahnya suatu ibadah, seperti yang diajarkan oleh pemimpin-pemimpin gerakan liturgi dan kuyper. “suatu proklamasi, yang diucapkan oleh pelanyan tentang pertolongan dan keselamatan Allah, yang telah memanggil dan mengumpulkan jemaat untuk maksud itu,” Votum adalah suatu keterangan khidmat atau janji yang khidmat. Jadi maksud votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Jadi makna votum ialah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu dan bersekutu dengan Allah. Salam dikatakan bahwa bentuk salam yang paling sederhana ialah yang dipakai oleh jemaat-jemaat dari Gereja lama, “Tuhan kiranya menyertai kamu”, dijawab oleh jemaat dengan, “dan menyertai Rohmu”. Salam liturgi yang kita kenal saat ini berasal dari PB dan penulis-penulis perjanjian Baru mengambil alih dari ibadah Yahudi: dari rumus salam “Selamat!” Selamatlah engkau... (1 sam. 25:6; 1 Taw. 12:18) dan rumus berkat TUHAN kiranya menyertai kamu (Rut 2:4). dalam abad-abad pertama salam di pakai di tiga tempat: sebelum kollekte (Doa), sebelum prefasi (bagian Doa Konsrekrasi) dan sebelum bubar (akhir kebaktian). Salam bukan berkat. Karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Bentuk salam yang paling sederhana yang dipakai oleh gereja lama “Tuhan menyertai kamu” dijawab oleh jemaat dengan “Dan menyertai rohmu”. Bentuk ini biasa juga diganti dengan salam rasuli seperti yang dipakai oleh GBKP “Damai sejahtera dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus dan dari Roh Kudus adalah kiranya beserta saudara-saudara sekalian” (bd. Rom. 1:7; 2 Tim.1:2, 2 Kor.13:13). Melalui Salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya, jemaat menyambut “Amin 3x, sesudah votum dan salam banyak Gereja di Indonesia memakai unsur ketiga yang dalam kata asing disebut dengan Introitus. Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Kata Introitus juga berasal dari bahasa Latin yang berarti masuk ke dalam. Di dalam liturgi-liturgi lama sampai pada perkembangan gereja-gereja reformasi, introitus dinyanyikan paduan suara dengan bersahut-sahutan atau tidak. Introitus yang dinyanyikan umumnya diambil dari Mazmur. Introitus dinyanyikan ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian. Dalam perkembangan selanjutnya, introitus tidak lagi dinyanyikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Franki Barus
      Nim 12.01.928
      Ting/ Jur: IV B/ Teologia
      Pengakuana Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Pengakuan dosa yang disebut dengan Confessio dan di ucapkan bukan saja pada permulaan misa, melainkan juga pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Pemberitaan anugrah merupakan permohonan pengampunan yang dipakai dalam misa, serta pemberitaan anugrah itu disebut absolusi. Hukum merupakan dasar firman, dasar firman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum. Dalam susunan Tata Ibadah Perjamuan Kudus yang di susun oleh Calvin, kita bisa melihat ada beberapa tatanan ibadah Katolik yang masih dipertahankan, namun dalam kemasan berbeda, seperti introitus dalam misa Katolik dapat dilihat dalam mazmur pembukaan, Votum menggantikan tahbisan mezbah di misa katolik, sedangkan doa pengakun dosa dan pemberitaan anugerah sesudahnya mencerminkan pengakuan dosa yang diucapkn oleh imam waktu menuju ke Mezbah. Pemberitaan anugerah, seperti yang nyata di atas, berbentuk depreaktif (permohonan). Sungguhpun demikian, pemberitaan anugerah itu disebut absolusi. Sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama, tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan (anugerah) di dua tempat yaitu sebelum khotbah (akta pribadi dijadikan akta jemaat) atau sesudah khotbah (dipinjam dari biecht umum sebagai persiapan untuk menerima komuni). Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 20: 1-17). Menurut Van der leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Bila keduanya terlampau panjang boleh dibacakan saja inti hukum. Setelah rumpun panggilan berbakti (votum dan salam disertai beberapa unsur introitus) maka rumpun berikutnya adalah pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan petunjuk hidup baru. Yang kita perbuat dalam rumpun kedua ini adalah menyadari bahwa sebenarnya kita tidak layak menerima kebaikan Tuhan. Tuhan baru saja memanggil kita untuk beribadah. Ia mengundang kita karena kebaikanNya. Kita menyadari bahwa hubungan kita dengan Tuhan terputus, sehingga terputus dan rusak pula hubungan kita dengan orang lain. Karena itu sebelum kita meneruskan ibadah, kita berdoa mengakui ketidaklayakan kita dan memohon agar hubungan vertical dan horizontal yang rusak itu dipulihkan kembali. Tuhan menanggapi pengakuan dan permohonan tadi. Lalu pelayan liturgy membacakan pemberitaan anugerah yang rumusnya diambil dari perbendaharaan tradisi liturgi gereja atau dari ayat-ayat yang cocok.

      Hapus
    2. Nama: Franki Barus
      Nim 12.01.928
      Ting/ Jur: IV B/ Teologia
      Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Sebelum dan sesudah berkhotbah dimulai dengan doa, artinya untuk menghadirkan kuasa Allah agar Allah itu sendiri yang memberitakan Firman langsung kepada jemaat dan memampukan mereka memahami makna firman tersebut. Teks Alkitab harus berhubungan dengan khotbah atau homili, karena setiap teks yang dibacakan di maksudkan untuk diterangkan kepada jemaat. Sehingga pengkotbah hanya memiliki usaha agar firman dapat didengar oleh jemaat dan kesuksesan atau keberhasilan khotbah berada di tangan Allah itu sendiri. Menurut tata kebaktian, yang dipakai di jemaat-jemaat di belahan Barat. Sejak abad ke-5 ditemui dalam ritus Gallia dan Romawi, sesudah Gloria in excelcis Deo, imam yang memimpin ibadah berbalik kepada jemaat, memberi salam kepadanya dan sesudah itu ia mengucapkan collecta yaitu doa dengan dan untuk jemaat. Kebiasaan ini diambil alih oleh gereja-gereja di Nederland, tetapi doa untuk pemberitaan firman (khotbah) sering dicampurbaurkan dengan doa syafaat (sesudah khotbah) sehingga hilang fungsinya yang semula. Yustinus Martir menulis ibadah jemaat yakni pada hari Minggu, semua orang Kristen berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenangan-kenangan para rasul atau kitab nabi-nabi. Kalau pembacaan telah selesai, maka dilanjutkan dengan memberi pengajaran dan memberi nasihat supaya jemaat mengikuti dan menghidupi segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan nats tersebut. Martin Luther sangat menekankan bila bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan, bagian ini tidak ada gunanya bagi jemaat. Yohanes Calvin dan pemimpin-pemimpin gereja yang lain pun erat menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah. Sebelum pembacaan Alkitab diucapkan suatu doa untuk memohon anugerah Roh Kudus. Kuyper mengakui bahwa ada gunanya bila khotbah erat berhubungan dengan pembacaan Alkitab. Dengan jalan demikian, pelayan tidak dapat memilih nats atau pembacaannya semau-maunya saja sehingga pikiran maupun perhatian jemaat tetap fokus. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut Kabar Baik. Dalam bahasa Yunani, Kabar Baik ini disebut Yunani eungalion. Alkitab sebagai sumber pemberitaan Firman Tuhan adalah melalui proses. Pemberitaan firman tidak merupakan suatu kesatuan dengan unsur-unsur liturgika yang lain. Pemberitaan firman dan sakramen adalah satu, sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Pertama: khotbah adalah sebagian ibadah, yang paling penting ialah ibadah secara keseluruhan. Kedua: lamanya khotbah, tidak boleh lebih dari dua puluh menit. Ketiga: khotbah tidak boleh menguasai kebaktian. Khotbah yang benar merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi bagian-bagian yang lain tidak takluk padanya. Keempat: khotbah harus membangun jemaat untuk turut aktif mengambil bagian di dalam ibadah.

      Hapus
  25. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
    Nim : 12.01.911
    Tingkat : IV-B
    Votum, Salam dan Introitus
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Sinulingga, Mariati Sitepu Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu

    Kombinasi Votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil ahli dari gereja-gereja Nederland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai ibadahnya dengan salam. Hal ini berjalan terus sampai pada reformasi, namun berdasarkan kebiasaan Calvin tersebut sinode Dordrecht (1574) kemudian mewajibkan pemakaian Mazmur 124:8 sebagai votum di dalam kebaktian. Menurut Kuyper, votum itu bukan Doa, melainkan suatu keterangan khidmat, Keteranganya itu bukan suatu perkataan yang kosong saja, melainkan suatu perbuatan penting, yang mengubah suatu perkataan yang kosong menjadi suatu perbuatan yang penting, yang mengubah suatu pertemuan yang tidak teratur menjadi teratur. Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang menyusul setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Lihat rumus votum, Maz.124:8), Jadi maksud votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan. Bentuk salam yang paling sederhana ialah yang di pakai oleh jemaat-jemaat dari Gereja lama, Tuhan menyertai kamu!, di jawab oleh jemaat dengan, Dan menyertai Rohmu! Salam di ucapkan tanpa tanpa mengangkat tangan karena Salam bukan berkat. Melalui Salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya dan jemaat menyambut Amin 3x yang artinya jemaat pun menyakini, membenarkan atau mengiakan bahwa Allah sungguh hadir di tengah-tengah jemaatNya. Amin artinya Ia benar demikian. Kata Introitus juga berasal dari bahasa Latin yang berarti masuk ke dalam. Introitus dinyanyikan ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian dan diambil dari mazmur, namun dalam perkembangan selanjutnya, introitus tidak lagi dinyanyikan. Introitus diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan Liturgi. Jadi, dengan memulai ibadah dengan nama Tritunggal adalah sebuah penabisan peribadahan di dalam nama Tritunggal. Votum persekutuan Allah dengan manusia, peribadahan itu persekutuan yang kudus yang akan membangun peribadahan yang spiritualitas dan dalam Salam Allah menyapa manusia maka manusia akan berdoa. Ketiga unsur ini masih belum dipahami oleh jemaat kerena itulah jemaat masih suka terlambat dalam ibadah dan jemaat hanya berpikir bahwa yang penting itu khotbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
      Nim : 12.01.911
      Tingkat : IV-B
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum

      Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Ambarita
      Pembahas : Jhoni Purba, Roles Purba, Sri Kaban, Tri Bina Ginting

      Sejak abad ke X, terdapat kebiasaan bahwa ketika Imam sampai di mezbah, ia tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan Allah. Pengakuan dosa ini disebut Confessio dan diucapkan bukan saja pada permulaan misa, melainkan juga pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Menurut Luther dalam bukunya, Katekismus Besar, ia mengatakan bahwa pengkuan dosa itu harus timbul dari hati dan tidak bisa dipaksakan. Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui  dosanya. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi, pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan. Jadi, Pengakuan dosa dialamatkan pada Tuhan sebagai sumber keselamatan. Dan pemberitaan anugerah adalah proklamasi atau penyataan Tuhan atau kehadiran Tuhan atas pelanggaran sehingga manusia hidup dalam hukum yang benar. Makna pengakuan dosa manusia diperbarui dan membangun komitmen dan ketaatan pada Tuhan. Secara psikologi moment pengakuan dosa ini bisa membangun rasa malu pada Tuhan, diri sendiri, dan sesama sehingga tidak lagi melakukan dosa itu lagi. Pelaksanaan pengakuan dosa sebagai penuntun saja sehingga jemaat dituntut untuk mampu melakukan pengakuan dosanya sendiri. Unsur ini dilakukan oleh pribadi masing-masing jemaat. Liturgi dan doa hanya penuntun saja, jemaat harus membangun dan merasakan dalam pengakuan dosanya ptibadi. Dalam Alkitab yang tertulis dalam 1 Yoh 1:9 jelas tertulis bahwa kitalah yang harus dan wajib mengakui semua dosa kita maka Allah yang Setia dan Adil akan mengampuni segala dosa kita. Jadi, mengaku salah maka pengampunan akan diberi dan pentunjuk hidup baru akan diberi untuk menuntun hidup kita yang baru untuk kita lakukan dan untuk membuat kita semakin dekat denganNya.

      Hapus
    2. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
      Nim : 12.01.911
      Tingkat : IV-B
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah Penyaji :Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Zeine Sinaga, Obedi Hia, Winda Ariantri Br. Sitepu Pembanding : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra W.S.H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin Panjaitan

      Sejak abad ke-5 ditemui dalam ritus Gallia dan Romawi, sesudah Gloria in excelcis Deo, imam yang memimpin ibadah berbalik kepada jemaat, memberi salam kepadanya dan sesudah itu ia mengucapkan collecta yaitu doa dengan dan untuk jemaat. Luther tetap memakai kollekta di dalam kebaktian jemaat. Butzer dan Calvin meniadakan kollekta dan menggantikannya dengan epiklese yakni doa yang memohon kedatangan Roh Kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan didengar dengan baik. Pembacaan Alkitab dalam Gereja Lama dan sesudahnya yaitu ketika semua orang kristen berkumpul dan dibacakan mengenai kenangan-kenangan para rasul atau kitab nabi-nabi. Setelah itu diberi pengajaran untuk jemaat menghidupi segala hal yang terkandung dalam nats itu. Jadi, doa sebelum khotbah karena khotbah adalah ajaran tentang iman sehingga umat selalu dibangun dalam keberimanan. Kisah rencana Allah pada umat manusia atau karyaNya pada umat manusia semua tertulis dalam Alkitab. Dalam Alkitab tertulis semua ajaran, baik itu tentang perilaku umat yang taat ataupun yang memberontak. Walaupun tertulis tentang umat yang memberontak atau melawan Allah semuanya itu adalah sebuah pembelajaran bagi kita umatNya ataupun GerejaNya. Kisah Kain dan Habel, Penyangkalan Petrus dan masih banyak kisah yang lain tentang pemberontakan umat namun semua itu bukan untuk diteladani atau diulang tapi untuk kita pelajari dan tidak diulang. Oleh karena itu Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Dan Khotbah adalah sesuatu pesan Alkitab yang penting untuk disampaikan kepada jemaat Tuhan, karena melalui pendengaranlah maka iman akan timbul. Jadi, iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus. (Rm. 10:17). Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus. Dalam konteks gereja-gereja yang ada di sekitar kita, gereja pada umumnya membangun firman yang oikumene (nats dan tema sama, contohnya UEM) untuk membangun persekutuan semua jemaat, tapi nats UEM ini bisa diganti sesuai dengan konteskan pergumulan jemaat.

      Hapus
    3. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
      Nim : 12.01.911
      Tingkat : IV-B
      Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Penyaji kelompok IV : Jhoni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Sri Muliana br Kaban, Tribina Meisana br Ginting
      Pembahas : Asri Purba, Franky Barus, Meri Ginting, Sri ita Sebayang
      Pengakuan Iman (affirmasi), yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan karena itu pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat. Pengakuan iman janji orang percaya karena itulah pengakuan iman dilakukan atau diikarkan. Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen. Salah satu tantangan gereja pada abad ke-2 adalah suatu sinkritisme di sekitar gereja yaitu Gnostik dan aliran tersebut mencoba untuk menguasai gereja dari dalam dan memiliki mazhab-mazhab tersendiri yang bertentangan dengan doktrin gereja. Melalui sebuah proses, gereja sepakat untuk membangun bendungan terhadap aliran tersebut dan salah satunya adalah pengakuan iman, sebagai ikhtisar pokok-pokok kepercayaan yang menjadi pegangan bagi jemaat, agar jangan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran (Ef. 4:14). Supaya jemaat tidak terombang-ambing oleh rupa-rupa pengajaran yang sesat maka itu gereja membuat benteng yaitu jabatan gerejawi, kanon dan pengakuan iman. Ketiga hal ini diwariskan gereja agar gereja tidak bisa diruntuhkan oleh ajaran sesat yang saat itu sedang menjamur di lingkungan gereja. Pengakuan iman yang diterima secara oikumenis di seluruh gereja Kristen di dunia adalah pengakuan iman rasuli yang terbagi atas tiga bagian yaitu, pertama ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan, Kedua memuat ajaran tentang Kristus dan karya penebusanNya, sementara bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaanNya. Semua umat percaya pada Kristus adalah satu dan bersama dalam kesatuan atau pengikaran iman itu karena Kristus. Pengakuan iman itu ikrar atau janji maka itu senjata, senjata kita untuk mengahadapi duniawi atau proklamasi Kristen atau syaadat Kristen. Pengakuan iman adalah bukti kita telah menjadi milik Allah dan Allah telah ada dalam kita dan kata amin untuk menegaskan bahwa apa yang kita katakan kita percayai. Pada zaman reformasi letak pengakuan iman sangat bervariasi Luther dan Zwingli meletakannya sebelum khotbah sedangakan Calvin dan Buzer meletakannya sesudah khotbah. GKI SU sendiri Pengakuan iman diletakkan setelah khotbah hal ini karena setelah unsur-unsur liturgi yang lain telah dilakukan ketika salam, votum dan introitus jemaat disapa oleh kehadiran Allah, lewat pujian manusia telah memuji dan menyembah Allah ada lewat khotbah manusia di kuatkan dalam iman dan saat itulah pengakuan iman diikrarkan agar jemaat semakin mengimani imannya pada Tritunggal.

      Hapus
    4. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
      Nim : 12.01.911
      Tingkat : IV-B
      Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Penyanji Kelompok V: Chaterine Oktavia Manurung, Fetra Wulan Sari Haholongan Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Pembahas : Ester Hutasoit, Junita Rajagukguk, Sonia Ginting, Susi Barus
      Doa syafaat merupakan doa yang dipanjatkan untuk orang lain. Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Jadi "doa syafaat" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Doa syafaat berarti kita tidak hanya terfokus kepada diri kita sendiri, tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain atau dengan kata lain menyebut nama orang-lain di dalam doa kita. Doa syafaat adalah doa-doa yang memepersatukan orang percaya (interpretation prayer) mempersatukan orang percaya yang dasar imannya sama dan secara bersama juga mengahadapi kesulitan ataupun sama-sama mempunyai masalah yaitu tentang pergumulan iman. Doa syafaat adalah doa yang kontekstual ataupun doa situasional dengan keadaan yang dihadapi sekarang oleh dunia ataupun negara dan daerah tertentu. Fokus doa syafaat adalah orang yang mengalami kesulitan ataupun pergumulan sebab orang Kristen sering ditolak dan dianiaya karena itu doa syafaat itu mendoakan orang Kristen dan keimanannya. Sejarah doa syafaat bisa kita lihat dari gereja mula-mula bagaimana orang Kristen disiksa bahkan harus beribadah dalam katakombe hal itu mereka berdoa bersama-sama untuk saling menguatkan satu sama lain. Dalam Yohanes 17 Yesus sendiri telah mengajarkan kita dan telah memberi contoh bagi kita bahwa Ia berdoa untuk murid-muridNya yang akan mengalami salib Kristus juga dan agar murid diberi para kesabaran. Doa syafaat bersifat umum ataupun general dan dipimpin oleh satu orang, doa pribadi bersifat pribadi kita yaitu tentang hidup kita, keluarga, sahabat ataupun teman, doa berantai dilakukan secara bersama namun berganti-gantian dan dilakuakan sambil berpengangan tangan. Letak doa syafaat sendiri masih sangat bervariasi namun satu yang menjadi catatan bagi kita yaitu doa syafaat masih sangat relevan dilakukan di gereja sebagai bagian dalam ibadah minggu dan masih sangat dibutuhkan. Hal itu karena setiap jemaat yang bergereja juga dapat terbangun spiritualnya dalam hal membangun sesama dan diri sendiri dalam doa. Walaupun begitu doa bukanlah ukuran manusia mengenal Tuhan ataupun tolak ukur manusia itu dekat dengan Tuhan karena tidak ada yang dapat mengukur kedekatan manusia dengan Tuhan. Kita berdoa karena kita melanjutkan doa Yesus yang terdahulu. Kita berdoa karena tidak ada satupun yang dapat menolong kita dan hanya Tuhan yang dapat menolong kita tidak ada manusia lain.

      Hapus
    5. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
      NIM : 12.01.911
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia


      Presentase VI (Pemberian Jemaat)

      Penyaji : Arjuna Saragih, Asriani Purba, Frangky Barus, Meri Susunenta Br.Ginting
      Pembahas : Antonio Hutagalung, Donny Sinulingga, Uten Perlinda Marbun, Mariati Sitepu, ArjunaSaragih
      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali. Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupul di sisi altar. Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya dan Persembahan bukanlah upeti yang dituntut Allah, namun ucapan syukur manusia yang menerima berlimpah berkat. Ucapan Syukur dan puji-pujian yang dipanjatken kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Penyerahan diri jemaat itu disebut dengan pemberian Persembahan Jadi, apabila di dalam ibadah persembahan dijalankan, maka hal itu bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta dan pekerja full time, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Yesus Kristus telah memberikan diriNya kepada manusia, menderita dan berkorban bagi manusia. Sebab itu manusia juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesamanya. Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18), Dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Gereja pakai kata persembahan supaya uang yang diberi itu melebihi uang duniawi karena itu untuk Tuhan. Kristen klasik, korban bakaran untuk permohonan maaf dan penebusan dosa, jemaat mula-mula hasil bumi sebagai ucapan syukur mereka. Dalam gereja sangat diperlukan manejemen keuangan yang disiplin dan terbuka sehingga dalam warta jemaat tidak menjadi batu sandungan jemaat. Pemberian jemaat harus dimanejemen aktifitas kategorial gereja agar komitmen aktifitas kattegorial dan disiplin gereja serta terbuka dalam hal pemberian/persembahan. Hal itu mengingat setiap kegiatan kategorial contonya PA kategorial mengumpulkan persembahan. Uang gereja bukan hal yang sepele tapi itu bisa jadi sesuatu yang besar jika bisa digunakan dengan baik dan terbuka.

      Hapus
    6. Nama : Chaterine Oktavia Manurung
      NIM : 12.01.911
      Tingkat/Jurusan : IV-B/Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Sinaga, M.Th
      Presentase VII (Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab)
      Penyaji : Ester Putri Hutasoit, Junita Purnama Ellys Rajagukguk, Sonia Angelina Ginting, Susi Susanta Barus
      Pembahas : Dwi Erfina Pepayosa Ginting, Ruthin Sari Saragih, Nurintan Damanik, Swettry N Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Sejarah perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan Gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah terlepas dari nyanyian jemaat. Didalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam ibadah-ibadah di Bait Allah, ibadah pribadi bangsa Israel, bahkan dalam perayaan-perayaan lainnya. Tradisi menyanyikan Mazmur ini masih digunakan sampai zaman Yesus di Perjanjian Baru bahkan Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir. Prinsip dalam Pemilihan Nyanyian Liturgi 1. Nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman, 2. Nyanyian liturgi bisa melibatkan partisipasi umat 3. Nyanyian liturgi harus mengungkapkan iman akan misteri Kristus 4. Nyayian liturgi harus sesuai dengan masa dan tema liturgi 5. Nyanyian liturgi harus sesuai dengan hakekat masing-masing bagian. Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Jemaat menyanyi bukan saja karena tradisi yang di ambil dari ibadah Yunani (dibait Allah dan Sinagoge) atau contoh yang diberikan oleh Yesus dan oleh para rasul (bnd. Mrk 14:20, Kis 16:25). Bukan juga karena kebiasaan yang dipakai oleh bangsa-bangsa kafir di daerah-daerah zending di luar Palestina. Jemaat menyanyi karena suatu sebab yang lebih dalam: karena karya penyelamatan Allah. Nyanyian gerejawi mempunyai aspek kembar yaitu pada suatu pihak nyanyian adalah wahana (vehikel) pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu. Aspek kembar inilah yang membedakan nyanyian gerejawi dengan nyanyian-nyanyian lain bahwa nyanyian gerejawi bersifat homologia, bukan ekspresi religious dari pengubah. Dalam nyanyian gerejawi jemaat tidak melihat pada dirinya (jiwa) dan karya sendiri, tetapi kepada Tuhan Allah dan kepada apa yang Ia kerjakan dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Pertama, paduan suara yang dipakai di dalam ibadah jemaat adalah paduan suara jemaat, bukan perhimpunan penyanyi. Kedua, di dalam ibadah paduan suara berdiri dipihak jemaat. Paduan suara mempunyai fungsi di dalam ibadah jemaat : 1. Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat 2. Paduan suara sebagai wahana pemberitaan firman 3. Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat (bukan mewakili jemaat) untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu. Kalau bisa dibilang “adiknya” khotbah yaitu nyanyian dan paduan suara karena jemaat bisa tersentuh lewat lagu-lagu dan musik yang dilantunkan. Oleh sebab itu setiap lagu yang ada dalam tata ibadah harus menyentuh dan cocok dalam setiap unsur liturgi. Hal yang terpenting adalah setiap pujian yang dilantunkan atau ditampilkan harus untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk “pamer” punya suara bagus.

      Hapus
  26. Nama : Antonio Hutagalung
    NIM : 12.01.906
    Tgkt/Jur : IV-B/Teologi
    Kelas Liturgika 17 Maret 2016

    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Marbun
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu.
    VOTUM, SALAM, DAN INTROITUS

    Votum, Salam, dan Introitus adalah bagian dari Liturgi. Tujuan Liturgi adalah membuat keteraturan dalam suatu peribadahan, sehingga ibadah tidak menjadi berantakan dan menjadi teratur sehingga menyenangkan hati Tuhan. Menyenangkan hati Tuhan ialah melakukan secara penuh ibadah itu sehingga votum, salam, dan introitus itu memiliki peranan yang penting. Ketika kita tidak mengikuti ibadah tidak menghadiri ketiga unsur ini maka persepsi saya mengatakan ngak sah seorang beribadah jika telat. Votum, salam dan introitus berhubungan dengan ibadah minggu. Votum ialah penahbisan atau disebut kata-kata pembukaan suatu ibadah, dan kemudian salam dibahas dengan cara bersahut-sahutan , dan introitus itu dilakukan sebagai respon votum dan salam.
    Votum, salam, dan introitus berhubungan sesuai dengan nama-nama minggu. Dalam gereja Lutheran secara khusus yang membawakan ketiga unsur ini ialah semua orang sebab GKPI mengakui imamat Am orang percaya, namun otoritas dan sistem organisasi maka mengutamakan para imam gereja dalam memimpi ibadah. Posisi votum dalam ibadah dapat diganti dengan doa pembuka, votum bukanlah doa, namun doa pembuka dapat dilakukan pengganti votum. Ketiganya ini dilaksanakan dalam bentuk ibadah formal dan perayaan bukan ibadah harian yang tidak dimungkinkan dalam melakukan votum. TUHAN ialah Maha Kuasa, maka untuk menyambutNya perlu dengan rasa hormat dengan berdiri. Apa itu ibadah? Penyembahan dan pengorbanan, serta pujian dan syukur.
    Menciptakan ibadah yang disiplin dan disilin rohani ialah menyenangkan hati Tuhan dan mengikuti ibadah secara penuh. Teologi Liturgi reformasi membangun hal yang sangat baik dalam beribadah. Salam itu sangat diperlukan itu dikarenakan bahwa Tuhan Yesus Kristus selalu menyapa seseorang selalu dalam menyambut seseorang, salam damai sejahtera bagimu. Votum, Salam, Introitus banyak dianut dalam gereja-gereja Reformator dikarenakan bahwa votum itu akan menjadi formula ketertiban dalam melakukan suatu ibadah. Introitus sering digunakan dalam bentuk lagu pujian-pujian menyatakan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah Yang Maha Kuasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Antonio Hutagalung
      NIM : 12.01.906
      Tgkt/Jur : IV-B/Teologi
      Penyaji : Dwi Erfina Pepayosa Ginting, Nurintan Damanik, Rutin Saragih, Sweetry Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Pembahas : Joni Pranata Purba, Roles Paringatan Purba, Srimuliana Kaban, Tribina Meisana Ginting
      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
      Pengakuan dosa ialah salah satu tata ibadah dalam suatu peribadahan yang dilaksanakan dalam ibadah yang formal maupun non formal (sehari-hari, ibadah mingguan, ibadah bulanan, ibadah tahunan, hari-hari besar, dan dalam bentuk disiplin rohani). Pengakuan dosa ialah suatu bentuk pengakuan diri kepada Allah akan keberdosaan manusia itu sendiri dengan cara berdoa serta mengakukannya, sebab seperti yang tertulis: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. Simul Iustus Et Peccator ialah suatu bentuk dari teologi Luther tentang keberadaan manusia dalam dosa, yang dimana Simul Iustus Et Peccator adalah Orang yang berdosa sekaligus menerima anugerah, sehingga pengakuan dosa itu sangat perlu seperti dalam berbagai yang tertulis dalam 1 Yohanes 1:9, dan sebagai bukti kembalinya kita pada Allah. Simul Iustus Et Peccator ialah sekalipun seseorang yang percaya telah ditebus, masih perlu pengakuan dosa itu dikarenakan manusia akan selalu dibaharui hari demi hari, dan akan menjadi sempurna. Simul Iustus Et Peccator mengajarkan kita bahwa manusia itu akan selalu mengakui dosanya sebagai bentuk hidup baru dan sebagai cermin, koreksi, dan sebagai wadah komitmen untuk ingin dibaharui dan ingin dipulihkan dari keberdosaan dan agar berkomitmen tidak berbuat dosa lagi.
      Dalam Hukum Keyahudian, sebelum Masehi seseorang yang mengakui dosanya dihadapan Allah ialah dalam bentuk berkabung, membuat pasir dikepalanya, dan mencium tanah. Anugerah ialah sebagai bukti bahwa ketika kita mengakui dosa ternyata pengampunan itu hanya karena anugerah Allah semata. Pemberitaan Anugerah adalah sebagai salah satu bentuk iman, dengan kita mendengarkan pemberitaan Anugerah, kita yakin dan percaya Tuhan Yesus Kristus adalah kepastian keselamatan kita yang telah memutuskan kutuk dosa dan Yesus adalah penghubung kita dengan Allah. Pemberitaan Anugerah itu sangatlah penting sebab untuk itulah Pekabaran Injil datang untuk memberitakan kebenaran dan pertobatan serta kabar sukacita yang diberitakan untuk kita semua. (1 Yohanes 3:16; Mat 28:19-20), melalui pemberitaan Anugerah itu kita melihat bahwa ternyata Allahlah yang patut kita puji dan sembah, oleh karena kasih, berkat, dan karunia-Nya. Injil ialah kekuatan Allah yang menyelamatkan sehingga Injillah yang memberitakan kebenaran akan kematian Tuhan dikayu salib dan setiap manusia akan mempunyai keyakinan iman keselamatan (Rom 1: 18-19)
      Oleh pemberitaan Anugerah, kita harus mengubah cara pandang kita kepada sesama. Dalam bahasa Batak Unang leas roham mangida angka donganmu, secara dogmatis, kita tidak lebih kudus dari seorang pembunuh keji sebab kita semua adalah berdosa dan dibenarkan oleh Iman dan Anugerah. Hukum Taurat ialah suatu bentuk cerminan akan setiap orang Kristen dan suluh dalam perjalanan iman setiap kehidupan orang Kristen. Tidak salah Hukum Taurat karena itu mencakupi mengasihi Allah dan sesama, terlebih pula Tuhan Yesus Kristus datang untuk menggenapi Hukum Taurat itu. Ketiganya ini memiliki kesinkronan dalam penjelasannya: seseorang haruslah terlebih dahulu mengakui dosanya di hadapan Allah dalam bentuk kesungguhan datang kepada Tuhan, seperti kondisi manusia yang berdosa pada mulanya, kemudian anugerah itu hadir untuk menyelamatkan manusia, dan kemudian firman itu menjadi penerang. Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui dosanya. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi, pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan.

      Hapus
    2. Nama : Antonio Hutagalung
      NIM : 12.01.906
      Tgkt/Jur : IV-B/Teologi
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Devi Setiani Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Apriantri Sitepu.
      Pembahas : Chaterine O. Manurung, Fetra W. S. H. Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Thamrin Panjaitan.
      Kelompok III
      DOA, PEMBACAAN ALKITAB, DAN KHOTBAH

      Doa adalah unsur yang penting dalam sebuah liturgi, doa sangatlah diperlukan dalam melakukan suatu peribadahan secara khusus dalam mendengarkan khotbah agar khotbah tersebut diurapi oleh Tuhan. Doa sebelum dan sesudah firman dalam sebuah teologi itu seperti menabur firman dalam sebuah tanah dibutuhkan kesiapan hati dalam mendengarkan khotbah. Doa adalah nafas orang percaya, bagaimana doa adalah sebagai bentuk respon. Doa ialah komunikasi dengan Allah, di dalam doa tidak selalu Allah yang mendengarkan akan tetapi ada kalanya kita yang mendengarkan suara Allah. Doa adalah komunikasi timbal balik antara Allah dengan manusia, maka dari itu diperlukannya berdoa dalam mendengarkan khotbah, itu berarti kita mengandalkan Allah dalam doa di dalam sgala hal. Doa dalam pembukaan dapat berbentuk salam damai sejahtera, dan ditutup dengan respon dan peneguhan.
      Pembacaan Alkitab dapat menggunakan teknik baca agar teks yang disampaikan dapat mudah diterima oleh pendengar, dan dalam bentuknya bisa berbentuk
      1. Puitis: gaya bahasa, lagu tidak tetap, bergantung pada karakter yang diucapkan. Setiap kata mempunyai karakter.
      2. Dramatisir : Karakter dan tokoh yang ada melalui nada/lagu sipembaca
      3. Teater: ditambah dengan pengapresiasian dengan alat peraga melalui gerakan tubuh.
      Teknik ini menyampaikan bahwa membaca Alkitab harus dimengerti, ditangkap, diaminkan jemaat, sipembaca, dan jemaat bisa membayangkan peristiwa yang terjadi. Khotbah yang benar ialah yang sesuai dengan FirmanNya dan menjawab apa yang menjadi pergumulan jemaat. Khotbah yang kontekstual ialah khotbah yang dimana tempat (desa, semi kota, kota), siapa yang mendengar (Tergantung Usia, Pendidikan, Profesi/pekerjaan) serta apa masalah atau pergumulan yang terjadi ditempat tersebut. Perlunya mengenal kontekstualisasi dan kasualistis di dalam berkhotbah.
      Teknik penyampaian bisa berkomunikasi, struktur kata, tempo, gerakan tubuh juga. Tidak ada yang salah dalam hal membuat ilustrasi dalam menyampaikan pesan Firman asalkan memudahkan jemaat dalam mengingat khotbah yang disampaikan, karena dengan demikian jemaat akan mudah dalam mengingat khotbah yang disampaikan. Sikap dalam berkhotbah pun diperlukan selama ibadah agar tidak terjadi keributan di dalam bait Allah itu sendiri. Salam Terima Kasih.

      Hapus
    3. Nama : Antonio Hutagalung
      NIM : 12.01.906
      Tgkt/Jurusan : IV-B/Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Kelompok : IV
      Judul : Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam tema Peribadahan dalam menyenangkan hati Tuhan dengan nats-nats tematis Alkitab
      Arti Pengakuan Iman: berasal dari bahasa Latin Credo merupakan pernyataan atau pengakuan rangkuman mengenai suatu kepercayaan. Dalam bahasa Latin disebut Aku percaya, istilah ini biasanya dipakai oleh umat Katolik dan pengakuan iman digunakan oleh umat Kristen.
      Latar Belakang: Gereja mendapat tugas dari Kristus untuk mengabarkan ajaran Kristus kepada semua makhluk (Markus 16:15), karena itu maka gereja merasa perlu untuk memiliki suatu rumusan merangkum seluruh ajaran Kristus agar bisa diungkapkan dan diingat oleh semua orang. Dengan rumusan itu diharapkan “Supaya seia sekata dan jangan ada perpecahan…., supaya kamu erat bersatu seia sepikir (1 Kor 1 :10).” Karena itu para katakumen wajib mengucapkan pengakuan iman sebelum mereka dibaptis, dan yang telah dibaptis wajib mengucapkan pengakuan iman sebelum menerima sidi. 4
      Sejarah dan tujuan Pengakuan Iman : Pengakuan iman dimulai dari symbol ikan yaitu ICTUS (IESOUS CHRISTOS THEOS UIOS SOTER) dan dikemudian hari melawan ajaran-ajaran sesat, gereja merasa perlu menyusun rumusan pengakuan iman untuk memberi garis batas tegas antara ajaran yang benar dan ajaran yang salah.
      Ada dua pengakuan iman yang menduduki tempat khusus dalam Agama Kristen, yaitu:
      1. Doa Syahadat Nicea/ Pengakuan iman (kredo) Nicea Konstantinopel (antara 325-381). Pengakuan iman ini diterima oleh Gereja Katolik, Gereja Orthodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, Gereja Assyria Timur, dan hampir semua umat Protestan.
      2. Pengakuan Iman Rasuli/ Kredo Para Rasul (sebelum tahun 390). Pengakuan iman yang merupakan warisan khas iman Kristen Barat ini diterima oleh Gereja Katolik dan hampir semua umat Protestan.
      Kredo yang dipahami dan dianut oleh Lutheran dan Kalvinis ialah 3 berasal dari gereja Katolik yaitu: Kredo Para Rsul, Kredo Nicea Konstantinopel, dan Athanasius. Contoh dalam gereja Lutheran perumusan yang HKBP lakukan selaku Gereja terbesar se-ASEAN melakukan rumusan dalam bentuk Panindangion Haporseaon HKBP pada tahun 1951 dan 1996. Contoh dalam gereja Kalvinis perumusan yang GBKP lakukan melakukan sidang sinode 1979. Dan masih banyak lagi macam-macam aliran yang merumuskan pengakuan imannya seperti Anglikan, Zwingli, Baptis-Injili, Anabaptis, Pentakosta maupun Kharismatik.
      Mengapa begitu penting pengakuan Iman ini? Menjaga keutuhan gereja dari ajaran-ajaran sesat dan perlunya setiap orang Kristen siapa yang dipercayai mereka dalam pengikraran mereka di ibadah bentuk gereja, dan juga perlunya melestarikan dan menyebarkan iman umat Kristiani.
      Dikalangan gereja Katolik Roma, kredo ini disebut dengan doa syahadat singkat, dan yang lahir juga berdasarkan amanat agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20, dan kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya ialah Tritunggal dan Allah Sang Pencipta.
      Pengakuan iman rasuli memformulasikan inti kepercayaan Kristiani guna dijadikan sebagai standard dalam gereja dan pedoman dalam melawan bidah. Isi esensinya ialah Yesus Kristus Tuhan, Anak Allah.

      Hapus
    4. Nama : Antonio Hutagalung
      Nim : 12.01.906
      Mata Kuliah: Liturgika
      Tingkat : IV-B/Teologi
      Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab.
      Doa Syafaat berbeda dengan doa-doa yang biasa dilakukan dalam doa biasa, doa syafaat tidak hanya dilakukan di dalam liturgy dalam gereja sebab doa syafaat dapat dilakukan tidak hanya ibadah kasualistik, ibadah formal seperti ibadah mingguan, bulanan, tahunan, dan kegiatan besar.
      Doa syafaat juga dapat dilakukan tidak hanya dalam ibadah seperti perkumpulan, namun ibadah harian. Syafaat dalam bahasa Indonesia, Inggris Intersesion Prayer, dan bahasa Batak Toba ialah tangiang pangondianon.
      Doa Syafaat adalah doa yang dipanjatkan dalam bentuk perwakilan, mendoakan orang lain dengan cara mewakilinya. Kita tidak berdoa bagi kita, namun bagi orang-orang yang disekitar kita maupun universal.
      Tokoh-tokoh Alkitab yang melakukan doa syafaat ialah seperti Abraham yang senantiasa berdoa untuk Sodom dan Gomora dalam wujud supaya Allah tidak membinasakan mereka (Kejadian 18:26-33), demikian juga dengan Musa yang berdoa bagi bangsa Israel, dan juga Yesus Kristus sendiri, Daud, dan pasukan Doa lainnya yang selalu berdoa syafaat.
      Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya. Tinjauan Alkitabiah Secara eksplisit, Alkitab mencatat perihal doa syafaat. Misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1)
      Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah; Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel; Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel; Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur; Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya.
      DOA Syafaat di dalam kehidupan bergereja juga TIDAK hanya dilakukan oleh Hamba Tuhan dalam hal ini pendeta atau pengurus gereja, melainkan seluruh umat Kristen. Doa Syafaat Profetik
      Doa syafaat profetik adalah doa syafaat yang berhubungan dengan nubuatan, suara Tuhan, untuk disampaikan kepada jemaat/orang lain dan atau untuk menjadi beban doa. Orang yang melakukan doa syafaat profetik, berdoa bukan saja atas pergumulan orang lain tetapi menerima beban doa di dalam dirinya dari Roh Kudus. Dia akan berhenti berdoa setelah Roh Kudus menyampaikan jawaban atau memberikan konfirmasi bahwa Surga telah mendengar dan/atau memberi respon.
      Doa syafaat profetik adalah salah satu spesifikasi doa syafaat yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang percaya pada tingkat panggilan tertentu. Misalnya, panggilan untuk menjadi pendoa syafaat. Pesan Tuhan adalah ciri khas dari sebuah doa syafaat profetik atau selanjutnya kita sebut doa profetik. Petrus mengalami hal yang sama di dalam roh saat berdoa di loteng sebuah rumah di Yope. Pesan Tuhan jelas. Tuhan tidak menginginkan Petrus menyampaikan Injil secara eksklusif kepada bangsa Yahudi saja tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain.

      Hapus
  27. Nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
    Nim :12.01.934
    Ting/Jur: IV-B/Teologi.
    Ringkasan dan analisa pemabahasan kelompok I menyenangkan hati Tuhan.

    Votum adalah kebiasaan yang di ambil ahli gereja-gereja Nederland. Dalam votum terletak amanat,kuasa hadirnya Tuhan ditengah-tengah umat-Nya dan makna votum adalah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu dan bersekutu dengan Allah. dan salam adalah dimana Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaat-Nya. Votum dan salam dua unsur yang berkaitan erat, dimana jemaat memulai dengan pengakuan bahwasanya pertolongan mereka adalah dalam nama Tuhan. Dala bagian ini, liturgos menjalankan fungsi ganda,pertama mengucapkan votum mengatas namakan jemaat, kemudian salam mewakili Allah kepada jemaat. Tujuan salam adalah mengingatkan jemaat bahwa Kristus hadir ditengah-tengah mereka dan ayat Alkitab yang sering dipakai dalam rumusan salam adalah 1 Korintus 1:3. yang kemudian dilanjutkan dengan Introitus yang berarti masuk kedalam.Dalam Gereja lama sampai masa Reformasi, introitus dinyanyikan paduan suara dengan bersahut-sahutan. Akan tetapi dalam perkembangannya introitus tidak lagi dinyanyikan, tapi diambil dari ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja.
    Dalam hubungan dengan thema menyenangkan hati Tuhan, semua ini dilakukan manusia ataupun gereja lama adalah semata-mata jelas hanya untuk memuliakan dan menyengkan hati Tuhan. Akan tetapi perlu kita sadari bahwa, dalam masa dewasa atau sekarang ini kebanyakan besar jemaat tidak lagi mengerti apa makna dan arti dari unsur-unsur liturgi ini. yang mereka ketahui hanyalah itu bagian dari ibadah minggu yang sudah disusun oleh pimpinan gereja mereka masing-masing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Nim :12.01.934
      Ting/Jur: IV-B/Teologi.
      Ringkasan dan analisa pemabahasan kelompok II Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam thema menyenangkan hati Tuhan.

      Pengakuan dosa disebut confessio dan diucapkan bukan saja pada permulaan misa,melainkan. juga pada saat lain. pengakuan dosa harus timbul dari dalam hati dan tidak bisa dipaksakan. Ada juga pengakuan dosa secara kolektif di dalam ibadah,yang sama dengan pengakuan dosa pribadi yang diakhiri dengan absolution. Pemberitaan anugerah berbentuk permohonan sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama,tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan keampunan didua tempat, yakni sebelum khotbah dan setelah khotbah. Setelah dipersatukan,jemaat dibawa menghadap hadirat Tuhan dalam doa.Karena jemaat hadir sebagai umat yang berdosa dihadapan Allah,dan diadakanlah ritual pengakuan dosa.Jemaat diberi kesempatan pribadi lepas pribadi untuk mengakui dosa yang mereka lakukan.Lalu kemudian jemaat menerima doa janji pengampunan dosa,karena ketika menerima pengampunan dosa,jemaat diperdamaikan kembali dengan Allah dan sesamanya. Kumudian disusul dengan pembacaan hukum. Hukum yang biasa dibacakan adalah dasahfirman (Keluaran 20:1-17). Menurut Van der Leeuw, dasahfirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Matius 22:37-40), sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasahfirman umat Kristus.

      Hapus
    2. Nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Nim :12.01.934
      Ting/Jur: IV-B/Teologi.
      Ringkasan dan analisa pemabahasan kelompok III Unsur Liturgi: Doa,Pembacaan Alkitab dan Khotbah dalam menyenangkan hati Tuhan.

      Doa dalam pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Dalam doa pemberitaan firman,jemaat memohon pimpinan Roh Kudus dengan pelayan khotbah yang akan berlangsung. Doa digunakan sebagai penerangan Roh Kudus dan memohon Roh Kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan didengar dengan baik. pembacaan Alkitab dengan khotbah juga harus berhubungan, dan sebelum pembacaan Alkitab, diucapkan suatu doa untuk memohon Anugerah Roh Kudus. Dan Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan dalam tradisi Kristen. pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut dengan kabar baik. Hubungan yang erat antara Pembacaan Alkitab dan Khotbah dapat dijumpai dalam Kisah Para Rasul 13:15. Disana diceritakan tentang ibadah Sinagoge di Anthiokia yang dikunjungi oleh Rasul Paulus dan Barnabas. Kemudian kebiasaan ini diambil alih oleh gereja lama, dalam Apologia I (ps. 67), Justinus Martyr menulis tentang ibadah jemaat yaitu, "pada hari minggu semua orang Kristen yang diam di kota-kota dan di daerah pedalaman, berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenangan-kenangan Rasul Paulus atau Kitab-kitan Nabi-Nabi. Jika sudah selesai, ketua mengajar dab meberikan nasihat-nasihat supaya mengikuti segala contoh yang terkandung di dalam pembacaan itu."

      Hapus
    3. Nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Nim :12.01.934
      Ting/Jur: IV-B/Teologi.
      Ringkasan dan analisa pemabahasan kelompok IV, Unsur Liturgi:Pengakuan Iman dalam tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab.

      Pengakuan iman adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, didalam pergumulan dengan realitas dunianya, dan juga merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan. Karena pengakuan iman di ikrarkan dengan berdiri tegak dan khidmat, dan tangan dilipat layaknya berdoa. Salah satu tangtangan gereja pada abad ke-2 adalah suati Sinkretisme di sekitar gereja yang Gnostik. Aliran tersebut mencoba menguasai gereja dari dalam dan memiliki mazhab yang bertentangan dengan doktrin gereja, yang kemudian gereja sepakat membangun bendungan terhadap aliran ini, dan salah satu cara adalah Pengakuan Iman. Sebagai ikhtisar pokok kepercayaan yang menjadi pegangan bagi jemaat agar jangan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran (Ef. 4:14). Pengakuan iman yang diterima secara oikumenis seluruh gereja kristen di dunia ini adalah pengakuan iman rasuli.

      Dalam masalah penempatan pengakuan iman dalam ibadah, banyak pandangan para tokoh-tokoh, diantaranya yaitu: Luther menempatkannya sebelum khotbah, Butzer sesudah khotbah, Calvin menempatkan sesudah khotbah/sesudah doa syafaat, Zwingli kadang sebelum dan kadang sesudah khotbah. Fungsi dari pengakuan iman ini adalah sebagai ikrar/tekad iman kita kepada Tuhan, ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggung jawab iman kita dihadapan Allah, dilakukan dalam rangka mewujudkan penghormatan dan ibadah kita kepada Tuhan Allah dan kesaksian yang memperdengarkan kebenaran dan kehendak Allah.

      Hapus
    4. nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Nim : 12. 01. 934
      tngkat : IV-B
      analisa pembahasan kelompok 5.
      Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya.

      Secara eksplisit, Alkitab mencatat perihal doa syafaat. Misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1).[1].

      Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah; Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel; Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel; Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur; Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya.
      DOA Syafaat di dalam kehidupan bergereja juga TIDAK hanya dilakukan oleh Hamba Tuhan dalam hal ini pendeta atau pengurus gereja, melainkan seluruh umat Kristen.

      Hapus
    5. nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Nim :12. 01. 934
      tingkat : IV-B
      analisa kelompok 6.

      Pemberian Jemaat adalah syukur jemaat kepada Tuhan atas berkat yang Tuhan berikan kepada Jemaat. Jadi persembahan adalah pernyataan syukur kepada tuhan. Tempatnya setelah Khotbah. Karena persembahan adalah respon umat terhadap Tuhan yang telah memberkatinya.
      Yang dimaksudkan dengan pemberian atau persembahan jemaat ialah apa yang dalam gereja-gereja di Indonesia disebut kolekte atau korba. Kolekte biasanya dikumpulkan satu kali daam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga mengumpulkannya dua atau tiga kali.
      Persembahan jemaat mula-mula diberikan innatura atau hasil bumi yaitu buah-buahan, minuman, dll. Pemberian jemaat dikumpulkan untuk agape (perjamuan kasih) dan untuk orang-orang miskin, janda, anak yatim piatu, orang narapidana serta orang asing didalam jemaat.

      Hapus
    6. nama : Jhon Rein Tamrin Panjaitan
      Nim : 12. 01. 934
      tingkat : IV-B
      analisa kelompok 7.
      NYANYIAN PADUAN SUARA


      Nyanyian merupakan salah satu unsur yang paling penting dari ibadah jemaat. Paduan suara disalahgunakan oleh para pemimpin gereja, terutama dalam abad pertengahan, tetapi penyalagunaan itu tidak boleh kita pakai sebagai alas an untuk menolaknya dari dalam ibadah jemaat. Untuk itu, perlu diperhatikan syarat-syarat yaitu:
      a) Paduan suara yang dipakai dalam ibadah jemaat adalah paduan suara gereja, bukan perhimpunan penyanyi
      b)Di dalam ibadah paduan suara berdiri di pihak jemaat
      c) Di dalam ibadah, paduan suara tidak mempunyai tempat tersendiri
      d)Di dalam ibadah, paduan suara bertugas melayani
      e)Di dalam ibadah, paduan suara tidak boleh menyanyikan nyanyian sendiri.

      Hapus
  28. Nama. : Sweetry Noverlindra Sitohang
    NIM. : 12.01.970
    Tingkat IVb jur. Teologi
    Analisa thd kel. 1
    Votum adalah salah satu keputusan dari sinode Dordrech dan pada awalnya hanya digunakan oleh Kaum Calvinis saja. Votum itu sendiri adalah suatu janji khidmat. Di dalam votum terletak amanat kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Maksud Votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah umatNya. Jadi makna votum adalah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu dan bersekutu dengan Allah. Salam itu adalah Firman sapaan kepada manusia. Salam bukanlah berkat, oleh sebab itu salam tidak mengangkat tangan. Melalui salam, Allah menyatakan bahwa ia tetap menyertai jemaatNya. Terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Introitus terdiri dari nyanyian masuk atau tanpa nats pendahuluan. Dalam perkembangan selanjutnya, introitus tidak lagi dinyanyikan. Introitus diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan liturgi. Jika diperhatikan sekilas, ketiga hal ini terlihat seolah-olah sama. Ketiga hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan pada permulaan ibadah. Hal ini menyatakan bahwa untuk datang ke hadirat Tuhan (beribadah), kita harus terlebih dahulu dalam suatu pentahbisan. Selanjutnya kita disapa oleh Allah dalam salam, barulah ibadah kita dimulai dengan Introitus, yang bisa dikatakan sebagai simbol bahwa kita sudah memasuki hadirat Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama. : Sweetry Noverlindra Sitohang
      NIM. : 12.01.970
      Tingkat IVb jur. Teologi
      Analisa thd kel. 3
      Doa yang dimaksudkan dalam hal ini adalah doa formula/formulir. Doa ini adalah doa yang dihanturkan pada saat memulai berkhotbah. Mengingat kembali apa yang disampaikan dalam mata kuliah homiletika I, bahwa ketiga hal itu merupakan unsur-unsur dalam berkhotbah. Untuk menjadi pengkhotbah yang baik, minimal satu dari ketiga hal ini haruslah kita kuasai. Mereka menekankan bahwa doa untuk pemberitaan Firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Dalam doa untuk pemberitaan Firman Allah, jemaat memohonkan pimpinan Roh Allah sehubungan dengan pelayanan khotbah yang akan segera berlangsung. Pemberitaan Firman ialah mengumumkan keselamatan dan hukuman yang akan berlangsung di sini dan kini pada kita. Dan dalam pengumuman itu sendiri datanglah keselamatan dan hukuman yang diumumkan. Mengenai pemberitaan Firman atau khotbah, Rasul Paulus berkata, "Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran". ketiga unsur ini walaupun berbeda, tetapi saling berkaitan dan terikat satu sama lain. Meskipun memiliki esensi yang berbeda, namun saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dan harus kita persiapkan sematang mungkin tanpa boleh mengabaikan salah satupun diantaranya.

      Hapus
    2. Nama. : Sweetry Noverlindra Sitohang
      NIM. : 12.01.970
      Tingkat IVb jur. Teologi
      Analisa thd kel. 2

      Pengakuan dosa ini disebut Confessiodan diucapkan bukan saja pada permulaan misa, melainkan juga pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Menurut Luther dalam bukunya, Katekismus Besar, ia mengatakan bahwa pengkuan dosa itu harus timbul dari hati dan tidak bisa dipaksakan. engakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dari kebaktian. Bila kita datang di hadirat Allah, sesaatpun kita tidak dapat menunggu untuk mengatakan hal yang penting yaitu bahwa kita adalah orang-orang berdosa dan bahwa dosa kita sangat menyedihkan hati kita. Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 20: 1-17). Menurut Van der leeuw, dasafirman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40) sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui dosanya. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi, pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah member perintah yang baru untuk dilakukan. Dalam perkembangannya, Gereja mulai memperbaharui liturginya. Dan ada beberapa gereja yang tidak memakai salah satu dari ketiga hal tersebut. Bagaimanapun juga, sebelum kita memanjatkan setiap permohonan kita, maka kita terlebih dahulu kita bercermin lewat hukum, kemudian mengakukan siapa kita di hadapan Allah, tentang seluruh keberdosaan kita selanjutnya memohon pengampunan dosa dari padaNya.

      Hapus
    3. Nama : Sweetry Noverlindra Sitohang
      NIM : 12.01.970
      Sajian Kelompok 4,

      Penyaji : Tribina Meisana Ginting, Sri Muliana Kaban, Roles Purba, Jhoni Purba
      Pembahas: Sri Ita, Asri Purba, Meri Ginting, Franki Barus.

      -Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab –

      Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan. Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen. Pengakuan Iman juga memberikan kepada kita batas-batas atau rambu-rambu mengenai apa yang dapat disebut sebagai Kristen dan apa yang tidak layak. Luther menempatkan sebelum khotbah: dalam deutsche messe (1525) ia menyuruh jemaat menyanyikan terjemahan Pengakuan Iman Nicea dalam bahasa Jerman sesudah pembacaan Injil. Calvin dalam tata kebaktian untuk Straszburg untuk menempatkan sesudah khotbah, atau lebih tegas, sesudah doa syafaat yang diucapkan sesudah khotbah. Ia selalu memakai pengakuan Iman Rasuli. Adapun beberapa pengakuan iman yang sering digunakan di Indonesia ialah Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Athanasius dan Pengakuan Iman Chalcedon. Pengakuan ini merupakan hal yang sangat hakiki dan saya kira ini menunjuk kepada identitas kita juga. Jadi terbersit di benak saya, mengapa gereja-gereja di Indonesia (teolog-teolog Indonesia) tidak berkumpul untuk berembuk dan merumuskan suatu pengakuan iman yang memang diperuntukkan bagi orang Indonesia, dengan konteks Indonesia. Untuk usia sekarang, saya kira gereja kita sudah bisa menyatakan pengakuan imannya sendiri. Dalam hal ini, Abineno dalam bukunya “Garis-Garis Besar Hukum Gereja” juga menyatakan kerinduan yang mendalam akan adanya pengakuan iman “sendiri” dari gereja-gereja di Indonesia, tidak hanya sekedar menjiplak atau mengambil alih pengakuan iman dari gereja Barat khususnya. Hal ini penting menjadi pergumulan kita bersama. Sebab kembali lagi kita melihat kepad konteks, bahwa konteks sangat mempengaruhi penghayatan seseorang akan apa yang diimaninya. Baiklah iman yang kita akukan tersebut menjadi pengakuan yang sungguh-sungguh dan penuh penghayatan.

      Hapus
    4. Nama : Sweetry Noverlindra Sitohang.
      NIM : 12.01970
      Tingkat/Jur. : IVB/Teologi
      Analisa terhadap kel. 7

      Nyanyian dan paduan suara dalam gereja sangat mendukung suasana peribadahan. Ibadah semakin indah ditambah dengan semarak nyanyian dan puji-pujian. Sehingga gereja tak ketinggalan soal musik dan perkembangannya. Mulsi dari keyboard, musik midi, drum, saxophone dan alat musik lainnya sudah bermunculsn di gereja. Seperti yg dikstskan bapak dosen, bahwa gereja sekarang sudah mrnjadi pabrik yg memproduksi prnyanyi. Jika kita lihat konteks saat ini, hampir tak ada manusia yg tak suka bernyanyi. Apapun ungkapan hatinya hendaknya dilantunkan lewat nyanyian. Namun tak demikian dengan ersembahaj pujian yg ada di gereja saat ini. Sudah banyak motif di dalamnya, ada yg ingin pamer kemampuan, ada yg sekedar memenuhi syarat saja, misalnya dia adalah anggota pemuda gereja dan kegiatan rutinnya adalahbernyanyi di tiap ibadah,dan ini menjadikan persembahan pujian bukan lagi benar2 persembahan yg menyenangkan hati Tuhan, melainkan hanya menjadi formalitas semata. Sehingga saya kira perlu saat ini kita mulai memikirkan tentang efektifitas dan juga efisiensi (ini mengingat beberapa gereja yg memasukkan banyaknya persembahan pujian dlm peribadahan) nyanyian dan paduan suara dalam liturgi gereja dengan memertimbangkan hal-hal lainnya. Agar nyanyian dan paduan suara benar-benar mjd pujian yg menyenangkan hati Tuhan..

      Hapus
  29. Sajian kelompok 2, pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum dalam kelas bersama sabtu 02 april 2016
    Mengaku dosa. Apa yang dilakukan dalam pengakuan dosa? Apakah tidak cukup bagi Tuhan bahwa aku sudah minta maaf dan minta ampun? Apakah kesalahanku yang 5, 10 tahun yang lalu yang harus aku akui? Bagaimana sikap kita ketika kita mengakui dosa?

    PENGAKUAN DOSA: APA ITU?

    Ibadah adalah sebuah perjumpaan. Perjumpaan umat dengan Allah yang datang ke dunia untuk “bercakap—cakap”. Sama seperti Allah yang ingin senantiasa bercakap—cakap dengan manusia dan perempuan pertama di taman Eden (lih. Kejadian 3), demikian juga Allah ingin berjumpa dengan umat—Nya.

    Lalu, apa yang terjadi? Dalam Kejadian 3 jelas bahwa dosa itu menghalangi hubungan antara Allah dan manusia. Mereka berdua merasa takut kepada Tuhan dengan membuat cawat dari daun-daunan karena mereka telanjang.

    Di hadapan Tuhan kita adalah orang—orang yang “telanjang”, tidak ada satupun yang tertutupi. Dalam kelemahan, kita melakukan banyak dosa. Kita adalah makhluk lemah yang berkali-kali melakukan kesalahan. Kesadaran inilah yang membawa kita datang untuk mengakui dosa dan kesalahan; sengaja atau tidak sengaja.

    Lalu, dosa yang mana? Tentu bukan dosa yang sudah ditumpuk—tumpuk dan kita ingat—ingat terus (Terjemahan bebas ilustrasi Anthony de Mello: ketika seorang berdoa dan mengatakan: “Tuhan ampuni dosa saya setahun yang lalu.” setelah setiap hari berdoa. Apa jawab Tuhan? “Dosa yang mana? Aku sudah melupakan, anak—Ku”). Tuhan tidak mengungkit—ungkit kesalahan. Hanya diperlukan dari kita pengakuan yang tidak berbelit-belit dan kesediaan untuk mengisi hidup baru yang Tuhan beri itu dengan sebaik—baiknya.
    Pengakuan/pernyataan ini hanyalah Minggu per Minggu karena setiap Minggu sudah diakui dan sudah dihapuskan 0leh Tuhan.
    Pengakuan bukan merupakan kesempatan untuk melakukan dosa lagi dan lagi. Kalau kemarin kertas yang diberikan kepada kita, kita coret dengan “gambar” yang tidak baik, maka hidup ke depan adalah kesempatan untuk mencoret dengan baik dan indah; berusaha lebih baik dan lebih baik lagi.
    Dan pemberitaan Anugrah adalah pengucapan pengampunan Dosa seperti yang sering kita dengar : Kiranya Allah mahakuasa mengasihi engkau dan mengampuni dosa mu dan memimpin engkau kepada kehidupan yang kekal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sajian kelompok 3, kelas 4b 07 april 2016.
      materi : doa, pembacaan alkitab dan kotbah
      Doa berarti mengarahkan hati kepada Tuhan. Maka doa tidak membutuhkan banyak kata, dan tidak terikat pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus. Yang berdoa adalah hati, bukan badan. Maka yang berdoa sebetulnya juga bukan manusia, melainkan Roh Allah sendiri (lih. Rm 8:26). Itu berlaku untuk doa pada umumnya, dan juga untuk doa di dalam Gereja. Tetapi untuk doa Gereja sebagai doa bersama, perlu sedikit keseragaman demi kesatuan doa dan pengungkapan iman.
      Doa Gereja merupakan doa resmi atau “liturgi”, yang dapat disebut “kebaktian” (sebab kata Yunani leitourgia berarti “kerja bakti”) atau lebih baik “ibadat resmi Gereja”. Yang pokok bukan sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah “karya Kristus Imam Agung, serta Tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu liturgi tidak hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama untuk menghantar umat Kristen ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus. Memang, “liturgi suci tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja” tetapi dalam kerangka doa Gereja, liturgi merupakan pengantar utama ke dalam misteri Kristus, sebab dalam liturgi orang berdoa bersama Kristus, mengambil bagian dalam penyerahan Kristus kepada Bapa-Nya.Inti pokok doa adalah kesatuan pribadi dengan Putra dalam penyerahan-Nya kepada Bapa. Itulah sebabnya Gereja selalu berdoa “dengan perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus”. Itu tidak mungkin tanpa Roh Kudus. Maka doa Kristen adalah suatu gerakan dinamis: dalam Roh, bersama Kristus, menghadap Bapa.dalam pembacaan Alkitab ataupun Mazmur, Setiap pembacaan Kitab Suci harus selalu diakhiri dengan kata-kata “Demikianlah Sabda Tuhan”. Kata-kata ini merupakan pernyataan resmi bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri sebab Allah hadir ketika Kitab Suci dibacakan. Dan umat menjawab “Syukur kepada Allah”.
      Aklamasi “Syukur kepada Allah” (Deo gratias) dipergunakan oleh umat sejak abad keempat sebagai jawaban atas pernyatan “demikianlah sabda Tuhan”. Umat menjawab: “syukur kepada Allah”, untuk menyatakan kepercayaannya bahwa apa yang baru disampaikan benar-benar sabda Tuhan. Umat tidak berhenti pada jawaban singkat itu, bahkan menanggapi sabda itu dengan mazmur tanggapan yang tidak lain adalah suatu madah untuk memuji Tuhan dengan kata-kata yang diilhami oleh Roh Kudus. Jika kita memahaminya dan mengulang refreinnya benar-benar, maka kita akan memberikan tanggapan / jawaban secara tepat atas sabda Tuhan. dalam kotbah Kehadiran Firman dalam seluruh bagian liturgi menjadi jaminan bagi manfaat ibadah yang membangun pertumbuhan kerohanian jemaat. Roh Kudus leluasa bekerja melalui Firman untuk memperlengkapi umat Tuhan. Tuhan Yesus sebagai Raja atas segala gereja dipermuliakan dari awal hingga akhir ibadah.

      Alkitab memuat semua tema penting tentang kehidupan dan kematian. Kitab Mazmur dan kitab-kitab lain dalam Alkitab menyediakan garis besar liturgi ibadah yang diperlukan untuk berbagai tema misalnya untuk Paskah, Natal, perayaan, kedukaan, persekutuan dst. Kerajinan dan ketekunan menggali Alkitab akan menjadi bekal utama dalam menyusun liturgi ibadah yang memperkenan hati Tuhan. Alkitab bermanfaat bagi kerohanian pribadi dan juga seluruh jemaat. Kiranya kita dapat selalu mengucapkan: FirmanMu itu pelita bagi liturgiku dan terang bagi ibadahku (Maz. 119:105). (Mee Fang & John Chambers).

      Hapus
    2. Kelas Liturgika 17 Maret 2016
      Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
      Banyak tatakebaktian dari gereja-gereja di Indonesia mulai dengan votum dan salam. disamping itu juga diantaranya yang memakai introitus: nyanyian. yang dimana kebiasaan ini diambil dari gereja-gereja di Nederlan. dan ini tidak di kenal gereja lama dalam abad abad pertama. menurut Kuyper votum itu bukan doa tetapi suatu keterangan hikmat: dalam rapat-rapat biasa ketua memberikan keterangan seperti membuka rapat. perkataan itu bukan perkataan kosong saja tetapi suatu perbuatan penting yang mengubah sesuatu pertemuan yang tidak teratur menjadi teratur.artinya votum jika mulai membacakan votum di dalam sebuah peribadahan, dari sikap yang tidak teratur supaya sikap menjadi teratur, yang membentuk sebuah peribadahan yang tekun dan nyaman karna untuk mengundang datangnya atau hadirnya Tuhan Allah ditengah umatNya. dan harus di ucapkan pertama kali ibadah.
      Dalam liturgi GKI yang lalu, votum dan salam merupakan satu rangkaian, sehingga ketika pengkhotbah menyampaikan votum, langsung disambung dengan salam, baru jemaat menjawabnya dengan pernyataan: “Amin… amin… amin.” (yang berarti “Percaya”).

      Dalam pemahaman saat itu, tentu votum dan salam dihayati sebagai bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dijawab sekaligus. Votum dan salamnya sekaligus diaminkan.

      Tetapi saat ini melalui studi yang lebih mendalam tentang liturgi, pemahamannya sudah berubah. Bahwa votum itu memang dijawab dengan “Amin” dan Salam dijawab dengan “Dan Besertamu juga.”

      Mana yang benar? Sekali lagi: ini bukan soal salah dan benar, tetapi soal penghayatan dan pemberian maknanya. Kalau dulu kita hanya mengikuti “Votum dan Salam” yang digabung, itu karena kita mengikuti liturgi dari gereja Belanda, yang memang begitu dari sononya. Dan kalau akhir-akhir ini ada beberapa teolog (karena ada yang pendeta maupun bukan) yang meneliti dan memberikan hasilnya yang disepakati dalam Persidangan Sinode, ya itulah kesepakatan kita bersama dalam kebersamaan kita sebagai GKI. Dan oleh karena itu, maka akan diterangkan tentang: Votum dan Salam itu.

      Apa itu Votum?
      Votum adalah sebuah pengakuan. Ingat istilah bahasa Inggris dalam pemilihan umum? Vote. Kata ini berakar dari bahasa yang sama dengan votum. Votum itu berarti pengesahan/dukungan suara. Jadi ketika votum itu dinyatakan, itulah pernyataan dari Allah yang menunjukkan bahwa Allah-lah yang menjadi sumber dari segala pertolongan umat.

      Karena itu Votum bahwa: “Pertolongan kita berasal dari Tuhan, pencipta langit dan bumi” (atau dengan pernyataan yang lain). Pernyataan ini adalah pernyataan pengkhotbah yang mewakili Allah di hadapan umat. Dalam pernyataan ini maka jemaat menjawabnya dengan: “Amin… amin… amin.” (percaya).

      Yang sering ditanyakan; bagaimana sikap jemaat ketika votum dinyatakan? Sama seperti kebiasaan kita yang dari dulu, maka ketika votum diucapkan, jemaat dengan sikap berdiri (kecuali untuk yang tidak bisa berdiri; menunjukkan kesiapan untuk mendengar pernyataan Allah itu dan mengakuinya; dengan mengucapkan “amin”. Ini bukan doa, karena itu bukan dengan memejamkan mata tetapi menunduk dan meresapi makna kata-kata yang diucapkan pengkhotbah dan menjawabnya dengan penuh keyakinan.

      Apa itu Salam?
      Salam adalah pernyataan dari Allah yang dinyatakan juga oleh Pengkhotbah. Salam ini menyatakan bahwa Allah mau menyapa kita. Dalam hal ini pengkhotbah menyatakan bahwa penyertaan dan pimpinan Allah-lah yang menyertai dan memimpin setiap orang percaya, yang datang kepada kita terlebih dahulu dibanding dengan kita. Lalu mengapa jemaat menjawabnya dengan “Dan beserta saudara juga”?

      Karena di sinilah makna persekutuan orang beriman; bahwa jemaat saling memberikan salam satu dengan yang lain, supaya semua merasakan “Syalom” (damai sejahtera) dalam hidupnya. Apakah tidak boleh pengkhotbah yang menjadi alat di tangan Tuhan mendapatkan damai sejahtera? Tentu jawabnya harus, karena itu salam juga disampaikan oleh jemaat.

      Hapus
    3. Nama: Arjuna Saragih
      Analisa Kelompok 4. Pengakuan Iman.
      engakuan iman mengingatkan kita sebagai umat yang percaya bahwa Kristus adalah satu. Pengakuan iman juga menunjukkan bahwa kita adalah milik Allah. pengakuan iman juga merupakan benteng bagi gereja untuk menghadang ajaran-ajaran sesat. Pengakuan merupakan sebuah sarana untuk memulai sebuah kepercayaan dan keyakina terhadap apa yang seharusnya dipercaya dan diyakini. Setiap agama tentu memiliki keyakinannya masing-masing. Untuk meyakini apa yang di percaya itulah maka adanya pengakuan Iman. Pengakuan Iman ini akan menunjukkan arah doktrin agama tersebut. Ini berarti pengakuan iman kita itu mengikatkan diri kita dalam kesatuan Roh dengan gereja segala abad-abad yang lampau, gereja pada masa kini maupun gereja yang akan datang. Suatu ikatan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pengakuan iman mempersatukan kita dengan sesama pengikut Kristus, baik dengan mereka yang masih hidup maupun dengan mereka yang telah meninggal di segala abad dan tempat.Pengakuan iman itu Ikrar atau tekad iman kita kepada Tuhan, Ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah. pengakuan Iman dilakukan dalam rangkamewujudkan penghormatan ibadahkita kepada Tuhan, pengakuan Iman merupakan kesaksian yang memperdengarkan kebenaran dan kehendak Allah.Agar iman kita mengarah menuju keselamatan, itu harus berpusat kepada Tuhan Yesus Kristus. Untuk memiliki iman kepada Yesus Kristus berarti kita harus memercayai-Nya dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Iman adalah lebih dari sekadar kepercayaan yang pasif. Kita mengungkapkan iman kita melalui tindakan—oleh cara hidup kita.

      Hapus
    4. Nama: Arjuna Saragih
      doa syafaat:
      Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus.
      doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain. Peran pengantara dalam doa amat umum dinyatakan di Perjanjian Lama, dalam kasus-kasus Abraham, Musa, Daud, Samuel, Hizkia, Elia, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel.
      Kristus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu, semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib.
      Karena perantaraan Yesus, kita sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang, memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5)
      “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:34).
      Contoh syafaat yang indah dapat ditemukan dalam Daniel 9. Bagian ini memiliki semua unsur dari doa syafaat yang sejati. Doa ini merupakan respon terhadap Firman Tuhan (ayat 2), diwarnai dengan kesungguhan (ayat 3) dan penyangkalan diri (ayat 4); secara tidak egois mengidentifikasikan diri dengan umat Allah (ayat 5), diteguhkan dengan pengakuan dosa (ayat 5-15); bergantung pada karakter Allah (ayat 4, 7, 9, 15); dan tujuannya untuk kemuliaan Allah (ayat 16-19).
      Seperti Daniel, orang-orang Kristen harus datang kepada Allah atas nama orang lain dengan sikap hati yang hancur dan penyesalan, mengakui ketidaklayakan diri dan dengan penyangkalan diri.
      Daniel tidak mengatakan, “Saya berhak untuk menuntut ini dari Engkau, Allah, karena saya adalah salah satu dari pendoa syafaat-Mu yang khusus dan terpilih.” Dia mengatakan, “Saya orang berdosa,” dan akibatnya, ‘Saya tidak berhak untuk menuntut apa-apa.”
      Doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kita.
      Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.
      Berikut ini sebagian daftar dari orang-orang yang kita perlu doakan: semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); Gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1).
      Ada konsep yang salah dalam kekristenan sekarang ini bahwa mereka yang menaikkan doa syafaat adalah kelompok khusus dari “orang-orang Kristen super,” yang dipanggil Allah untuk pelayanan syafaat secara khusus.
      Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua
      Sebenarnya, tidak bersyafaat bagi orang lain merupakan dosa. “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu” (1 Samuel 12:23)Jelas bahwa doa syafaat itu merupakan bagian dari kehidupan Kristen untuk semua orang percaya
      Selanjutnya, Paulus meminta doa untuk dia dari semua orang percaya di Roma dalam Roma 15:30. Dia juga mendorong orang-orang Kolose untuk berdoa bagi dia dalam Kolose 4:2-3.

      Hapus
  30. Nama : Rutin Sari Saragih
    Nim : 12.01.961
    Ting/ Jur : IV-B/ Teologi
    Penyaji : Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Donny Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Marbun
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu
    Analisa saya tehadap sajian kelompok 1: VOTUM-SALAM DAN INTROITUS
    Banyak pendapat ahli-ahli liturgikan menyatakan pendapatnya tentang votum ada yang menyatakan jika dalam ibadah itu tidak ada votum, berarti ibadah itu kurang sempurna. Ada juga menyatakan votum itu sebagai doa dalam ibadah. Calvin pencetus adanya Votum dalam ibadah, bahkan hingga saat ini juga votum tetap dipakai dalam gereja Protestan. Namun sebagian ahli menyatakan bahwa votum itu bukan doa, melainkan suatu keterangan khidmat, dalam rapat-rapat biasanya ketua memberikan keterangan itu bukan suatu perkataan yang kosong saja, melainkan suatu pernuatan yang penting. Salam ini identik dilakukan dalam ibadah Katolik dengan memakai “salam maria”. Salam ini digunakan tanpa mengangkat tangan. Gereja Lama menggunakan salam yaitu seperti “ Tuhan Menyertai Kamu”. Introitus adalah akta ibadah untuk memulai ekaristi dalam gereja Barat. Dalam setiap peribadahan haruslah tetap untuk menyenangkan hati Tuhan, artinya peribadahan itu harus seturut dengan kehendak Allah dan bertujuan untuk memuliakan dan memuji Dia. Ketiga rangkaian ini tidak dapat dipisahkan dari peribadahan, dikarenakan dalam setiap peribadahan tiga hal ini harus dilaksanakan, sehingga dalam peribadahan itu dapat dikatakan sacral dan sesuai dengan kata peribadahan yang baik. Unsur-unsur liturgy peribadahan, harus mendukung dalam keteraturan peribadahan sehingga peribadahan itu dapat menyenangkan hati Tuhan. Jemaat harus merasakan kehadirat Tuhan dalam peribadahan itu, sehingga dalam peribadahan itu terjadi hubungan spiritual dan dapat menyenangkan hati Tuhan. Ketiga hal ini yangdirasakan oleh jemaat dalam hal ibadah, untuk menyenagkan hati Tuhan. Votum, Salam Dan Introitus tidak dapat dipisahkan dalam ibadah gereja Protestan, Introtius sebagai jalan masuk jemaat dalam ibadah. Tuhan hadir dalam ibadah jika benar-benar jemaat menghayati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rutin Sari Saragih
      Nim : 12.01.961
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Dwi Pepayosa Ginting, Nurinta Damanik, Rutin Sari Saragih, Sweetry Noverlindra Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
      Pembahas : Jhoni Pranata Purba, Roles Purba, Sri Muliana Kaban, Tribiana Ginting
      Analisa saya terhadap sajian kelompok 2: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah dan Hukum
      Ketiga unsur liturgy ini dipakai di dalam ibadah orang Kristen, walaupun hal ini dimulai di Roma Katolik pada abad ke X, dimana ada tujuan diantara ketiga unsur ini yaitu untuk menyenangkan hati Tuhan. Pengakuan dosa itu diporlamirkan jemaat di dalam ibadah sebagai suatu bukti merendahkan diri manusia terhadap dosa-dosa manusia terhadap Tuhan. Sesudah pengakuan dosa setelah itu Pemberitaan Anugrah atau sebagai janji pengampunan dosa, setelah manusia sudah mengakukan dosanya dengan penuh penghayatan diri terhadap Allah. Hal ini Allah telah memberikan janji pengampunan dosa itu setelah dilayangkan pengampunan dosa dengan sungguh-sungguh penghayatan dari hati. Dalam Hukum juga ditetapkan dalam peribadaha, namun hal ini hanya sebagain besar gereja saja yang memakai ini, sebab gereja GBKP tidak memakai ini, dan biasanya ini dilakukan sebelum khotbah, berbeda dengan abad pertengahan. Dimana waktu itu dilayangkan sesudah khotbah, hal inilah yang diperbaharui oleh Luther dan Calvin. Jadi ketiga unsur litugi ini disebut sebagai “cermin” jemaat untuk dapat melakukan hal yang lebih baik, tetapi dalam melakukan hal ini ada proses agar dapat benar-benar penghayatan. Terkhusus bagi penganut Luteran rata-rata memakai hal ini dalam ibadah. Dari Mazur 25 dan Mazmur 51 dimana Daniel juga memakai hal ini sebagai tanda seruan kepada Tuhan, bukti kasihnya kepada Allah. Suatu cerminan hal ini bagi unsur liturgy ini, seiring berjalanya waktu, hal ini selalu mengalami perkembangan tanpa ada unsur menghilangkan hal ini dalam peribadahan. Yesus Kristus telah menebus manusia dari keberdosaanya, sehingga manusia itu selamat dan kekal dari keberdosaanya. Tapi hanya berdasarkan penghayatan, bukti yang nyata bagi manusia akan keselamatan. Secara keseluruhan mulai dari pengampunan dosa hingga hukum, semuanya mengarah kepada kemuliaan nama Tuhan dan puji-pujian terhadap kebaikan Tuhan serta sebagai wujud untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan bahwa kita adalah manusia berdosa yang hidup hanya karena anugrahnya. Dengan demikian, ketiga hal ini bisa juga dikatakan sebagai usaha kita menyenangkan hati Tuhan dengan mengumendangkan kemuliaanya Namanya, dan mengagungkan kebesaranya Kuasaanya. Allah selalu setia kepada kita jika kita tetap bersama-sama dengan kita karna Allah itu tetap bersama kita.

      Hapus
    2. Nama : Rutin Sari Saragih
      Nim : 12.01.961
      Ting/ Jur : IV-B / Teologi
      Penyaji : Noni Sinaga, Jhoni Pittor Saragih, Obedy Hia, Winda Sitepu
      Pembahas : Hotni Malau, Chatrine Manurung, Fetra Sipayung, Jhon Rein Tamrin Panjahitan
      Analisa saya terhadap sajian kelompok 3: Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah

      Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah merupakan unsur tetap di dalam kebatian jemaat. Menurut tata kebatian, yang dipakai di jemaat-jemaat di belahan Barat. Sejak abad ke-5 ditemui dalam ritus Gallia dan Romawi, sesudah Gloria in excelcis Deo. Imam yang memimpin ibadah berbalik kepada jemaat, memberi salam kepadanya dan sesuda itu ia mengucapkan collecta yaitu doa dengan dan untuk jemaat. Awalnya Yustinus Martir menulis ibadah jemaat, ibadah minggu. Pembacaan Alkitab dalam gereja lama pembacaan Alkitab ini teguh dipegang, Agustinus memilih nats dari bagian-bagian Alkitab yang dibacakan dalam ibadah. Namun pembacaan Alkitab pada zaman Reformasi sampai kini, Luther dan Calvin menekankan bila bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan. Namun calvin dan pemimpin-pemimpin gereja yang lain pun erat menghubungkan pembacaan Alkitab dengan Khotbah. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Khotbah adalah sebagaian ibadah, yang paling penting ialah dalam ibadah keseluruhan. Dalam khotbah itu disampaikan pengkotbah secara Fsikologi dimana kefokusan dalam mendengarkan khotbah itu selama 15 menit saja. Doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Dalam doa untuk pemberitaan firman, jemaat memohon pimpinan Roh Allah dengan pelayanan khotbah yang akan berlangsung. Doa digunakan sebagai penerangan Roh Kudus dan memohon kepada Roh Kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan di dengar dengan baik. Jadi ketiga hal ini tetap dipakai dalam ibadah, sebagai bentuk seruan kepada Tuhan, untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Rutin Sari Saragih
      Nim : 12.01.961
      Ting/ Jur : IV-B/ Teologi
      Penyaji : Tri bina Ginting, Sri Muliana Kaban, Roles Purba, Jhoni Pranata Purba
      Pembahas : Asriani Purba, Frangky Barus, Mery Ginting, Sri Ita Sebayang
      Pengakuan Iman dalam tema peribadahan dalam menyenangkan hati Tuhan dengan Nats-nats tematis dalam Alkitab
      Pengakuan Iman adalah rumusan oleh bapa-bapa gereja, pada abad ke-2. Namun pada abad ke 6 ini sudah dipakai dalam gereja barat sebagai liturgi dalam ibadah. Pengakuan iman ini juga seluruh umat yang beribadah akan memproklamirkan pengakuan iman terhadap Allah, hal ini nampak ada hubungan jemaat dengan Tuhan. Pengakuan iman yang diterima secara oikumenis di seluruh gereja Kristen yang ada di dunia ini. Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian yang didalamnya terkandung Trinitatis. Yang pertama adalah ajaran tentang Allah bapa dan pencipta, yang kedua adalah memuat ajaran tentang Kristus dan karyaNya penebusanya dan yang ketiga memuat ajaran Roh Kudus dan pekerjaanya. Berbagai ahli-ahli teolog melontarkan pendapatnya tentang penempatan pengakuan iman dalam ibadah, berbagai pendapat itu menyatakan cocoknya dalam menempatkan pengakuan iman, ada baiknya dibuat sesudah khotbah dan ada juga yang menyatakan bahwa menempatkan pengakuan iman itu sebelum khotbah. Inilah pendapat para ahli-ahli teolog yang banyak melontarkan pendapatnya masing-masing, sehingga hal ini diadopsi gereja-gereja yang memakainya. Ini hanyalah masalah teknis saja, tetapi jika menurut saya ada baiknya ini dibuat sebelum khotbah, hal ini saya adopsi pernyataan Luther yang menyatakan pengakuan iman itu dibuat sebelum khotbah. Saya sebagai aliran dari Luther menyatakan bahwa pengakuan iman itu dilakukan sebelum khotbah, karna menurut Luther punjak ibadah adalah Khotbah, sehingga dalam ibadah itu pengakuan iman yang pertama dilakukan, sehingga dilanjutkan dengan khotbah dan ditutup dengan doa penutup, saya merasa sangat setuju jika pengakuan iman itu dilakukan sebelum khotbah. Karna sebelum khotbah kita sudah mengakukan pengakuan iman kita sehingga dilanjutkan oleh khotbah. Sehingga resmilah bahwa khotbah itu puncak dari ibadah tersebut. Pengakuan dosa ini saya juga merasa bahwa hal ini hanya dilakukan orang yang sudah angkat sidi, sebab ketika ia sudah angkat sidi ia sudah dapat bertanggung jawab atas dirinya. Melalui hal itu kita dapat merenungkan kasih Allah itu begitu besar kepada Anak-anaknya, melalui pengakuan iman. Pengakuan iman itu begitu penting dalam ibadah, tanpa pengakuan iman kurang menikmati ibadah, karna lewat pengakuan iman itu kita serukan pada Tuhan.

      Hapus
    4. Nama : Rutin Sari Saragih
      NIM : 12.01.930
      Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
      Kelompok V : Chaterine Oktavia Manurung, Fetra. W.S.H Sipayung, Hotni Malau, John Rein Tamrin Panjaitan
      Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan Dengan NAts-Nats Thematis.

      Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekananya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyetujui rohnya. Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam Dia, selalu secara penuh masuk kedalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah. Pada zaman pembuangan ditekankan doa syafaat, walaupun memang hal ini sudah ada sejak zaman Bapa leluhur Kej 18: 22). Syafaat khususnya penting dalam doa-doa Musa. Tuhan senantiasa tetap bebas untuk melaksanakan kehendak-nya. Doa tentu tak dapat diabaikan dalam pelayanan para nabi. Penerimaan penyataan Firman dari Allah sudah melibatkan nabi yang penuh doa ke dalam hubungan dengan Allah. Ezra dan Nehemialah yang menekankan kesalehan dalam PL. Doa bermanfaat pada setiap saat, sama dengan pada jam-jam yang ditetapkan (Mzm 55: 17; Dan 6: 10). Doa syafaat ini lebih ditekankan mendokan orang-orang yang secara khusus, artinya ada hal yang ingin di doakan. Sehingga doa syafaat ini dilakukan waktu ibada umum, ada hal yang khus didoakan di dalamnya, inilah penekananya adanya kesalehan dalam rohani bagi orang Kristen dengan adanya doa. Gerakan yang dibawakan Flip Jakob Spener yang menekankan kesalehan, hal ini berkembang hingga pada saat ini baik itu di ibada persekutuan, di dalam ibadah ini juga ditekankan doa syafaat, inilah inisiatif orang untuk mendoakan sesuatu hal.

      Hapus
  31. Nama : Ester Putri Hutasoit
    NIM : 12.01.925
    Ting/Jur : IV-B/Teologia
    Hal : Ringkasan dan Analisa
    Votum, Salam dan Introitus
    Votum menyentuh aspek vertical (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang menyusul setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Lihat rumus votum, Maz.124:8). votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Jadi makna votum ialah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu dan bersekutu dengan Allah. Salam, introitus berarti sapaan yang diberikan pelayan kepada kita, Salam itu adalah Firman-sapaan Allah kepada manusia dan sapaan itu harus di sambut juga oleh jemaat yang hadir. Introitus diambil dari ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan Liturgi. Di dalam Liturgi GBKP, Introitus diucapkan setelah “salam” dan ayat Alkitab yang diambil di sesuaikan dengan tema Khotbah yakni berdasarkan bahan bacaan untuk khotbah/renungan.
    Analisa Mahasiswa :
    Melalui pemaparan ini, menjelaskan bahwa Votum, Salam dan Introitus merupakan satu kesatuan yang sangat penting dalam peribadahan. Esensi liturgi yang terdapat dari ketiga unsur ini adalah sebagai unsur yang membangun spritualitas jemaat, dan membangun kedisiplinan jemaat dalam beribadah. Ketiga unsur ini sudah dipakai oleh gereja-gereja di Indonesia (gereja arus utama), gereja-gereja mencoba mengkontekstualisasikan Votum, Salam, dan Introitus sesuai dengan liturgi, dan khotbah yang seperti dilakukan GBKP. Ketiga unsur yang penting ini membawa jemaat untuk menyatakan kehadiran Allah ditengah-tengah jemaat dan menyertai jemaat melalui peribadahan yang dilakukan. Votum, Salam, dan Introitus menyentuh aspek-aspek yang terpenting dalam hati jemaat, yaitu hubungan Vertikal dengan Allah dan hubungan Horizontal. Dalam analisa saya, saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh pembahas kelompok satu (kelompok tiga) bahwa Votum, Salam, dan Introitus ini tidak hanya digunakan atau dilangsungkan dalam ranah kebaktian yang formal atau dalam ibadah minggu, namun ketiga unsur ini juga tidak menutup kemungkinan dilakukan dalam ibadah kasualistik, dalam pengamatan saya peribadahan yang saya angkat adalah ibadah Pekan-Pekan (ibadah yang dilakukan dalam satu minggu berturut-turut) dalam GBKP, pekan-pekan yang dimaksud adalah Pekan Keluarga, Pekan Penatalayanan, Pekan Doa. Dalam peribadahan ini saya melihat bahwa digunakannya ketiga unsur ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Ester Putri Hutasoit
      NIM : 12.01.925
      Ting/Jur : IV-B/Teologia
      Hal : Ringkasan dan Analisa
      Pengakuana Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah dan Hukum merupakan unsur ibadah yang muncul pada abad pertengahan. Luther dalam bukunya mengatakan bahwa pengakuan dosa itu harus datang dari dalam hati dan tidak bisa dipaksakan. Dalam tata ibadah yang disusun oleh Calvin, masih terdapat tatanan liturgi Katolik yang masih dipertahankan, namun dikemas secara berbeda. Di samping pengakuan iman secara pribadi di depan imam, ada juga pengakuan dosa secara kolektif di dalam ibadah yang sama dengan pengakuan dosa pribadi yang diakhiri dengan absolution. Calvin hanya memakai pengakuan dosa secara umum saja dan meniadakan keampunan dosa, Calvin tetap mempunyai keyakinan bahwa pada pengakuan dosa harus ditambahkan suatu janji yang memberikan harapan kepada anggota-anggota jemaat tentang pengampunan dosa dan pendamaian. Pengakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dari kebaktian. Hukum dalam tata kebaktian beberapa ahli liturgia memiliki fungsi yang berbeda-beda. Menurut Micron urutannya adalah dasa firman-pengakuan dosa-pemberitaan anugerah. Dalam hal ini, dasa firman berfungsi sebagai cermin. Menurut Calvin, urutannya adalah pengakuan dosa-pemberitaan anugerah-dasa firman, di sini dasa firman berfungsi sebagai puji-pujian. Lekkerker bersama ahli liturgia lainnya kebanyakan menyetujui dasa firman sebagai puji-pujian, meskipun tidak menyalahkan pendapat Micron.
      Analisa Mahasiswa :
      Dari pemaparan ini saya dapat menganalisa bahwa Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum adalah unsur yang sama pentingnya setelah Votum, Salam, dan Introitus, ketiga unsur ini tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur ini memiliki esensi yang berbeda-beda dan penempatannya dalam ibadah. Karena dosa manusia maka hubungan Vertikal dengan Allah dan Horizontal dengan manusia itu rusak, sehingga manusia tidak layak dihadapan Tuhan. Yang terpenting adalah pengakuan dosa harus datang dari hati bukan dengan paksaan. Melalui ibadah yang kita lakukan kita akan menerima anugerah pengampunan dosa ketika kita mengaku dosa dihadapan Tuhan. Petunjuk hidup baru akan diterima ketika pengampunan dosa sudah diterima. Petunjuk hidup baru mempunyai fungsi menuntun umat untuk hidup bersama-sama dengan Allah, hidup sesuai dengan kehendak Allah. Pengampunan yang diterima adalah jaminan bagi umat untuk tidak melakukan dosa yang sama (metanoia). Dalam membangun ketaatan spiritual jemaat sangat dibutuhkan hukum sebagai unsur liturgi yang penting dalam peribadahan. Dalam PL hukum yang dimaksud adalah hukum taurat sebagai penuntun hidup jemaat. Dan kemudian akan digenapi di daam PB oleh Yesus Kristus sebagai sumber Keselamatan manusia. Dengan demikian hukum bukan sumber keselamatan, tetapi Yesus Kristuslah sumber keselamatan. Tetapi bukan berarti hukum tidak penting sebagai petunjuk hidup baru.

      Hapus
    2. Nama : Ester Putri Hutasoit
      NIM : 12.01.925
      Ting/Jur : IV-B/Teologia
      Hal : Ringkasan dan Analisa
      Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa adalah tindakan menghubungkan diri denga Tuhan, atau tanpa perkataan doa berfungsi mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan, mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan. Pembacaan Firman merupakan unsur yang tidak tidak dapat dipisahkan dari khotbah. Menurut Calvin sebelum pembacaan Firman diakukan, diucapkan dulu satu doa memohon tuntunan kepada Tuhan. Kotbah adalah sebagian dari ibadah, yang paling penting ialah ibadah, bukan kotbah, kotbah tidak boleh lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh menit, dan kotbah tidak boleh menguasai kebaktian, kotbah benar merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi bagian-bagian yang lain tidak takluk padanya, kotbah harus membangun jemaat untuk turun aktif dan mengambil bagian di dalam ibadah. Khotbah memiliki peranan yang sangat penting, karena memalalui khotbah mereka yang tidak pernah sama sekali datang keperibadahan melalui khotbah mereka akan percaya dan mendengarkan firman Tuhan.
      Analisa Mahasiswa :
      Ketiga unsur ini juga merupakan unsur yang paling penting dalam peribadahan. Khotbah merupakan hal yang paling sentral dalam ibadah. Penyampaian khotbah menurut saya haruslah semaksimal mungkin. 15-20 menit adalah waktu yang cukup bagi jemaat untuk mendengarkan firman Tuhan, selebihnya jemaat akan merasa bosan. Isi khotbah haruslah yang menceritakan tentang tokoh Tuhan Yesus, yang merupakan teladan bagi jemaat. Dalam pembacaan Firman Tuhan juga harus memakai notasi yang baik, sehingga jemaat dengan mudah dapat mengerti apa yang sedang kita bacakan dan agar jemaat dapat menghayatinya. Hal yang paling sensitive adalah, ketika kita menyampaikan khotbah, tidaklah baik jika pemahaman jemaat diisi oleh ilustrasi-ilustrasi yang terkadang membuat jemaat bingung. Dalam berdoa kita juga harus bisa menuntun jemaat masuk kedalam pergumulan mereka sehingga apa yang didoakan dapat membantu pergumulan jemaat. Dengan demikian ketiga unsure ini dapat menjawab seluruh pergumulan jemaat. Ibadah yang menyenangkan hati Tuhan adalah ibadah yang didalamnya memuji dan memuliakan nama Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Ester Putri Hutasoit
      NIM : 12.01.925
      Ting/Jur : IV-B/Teologia
      Hal : Ringkasan dan Analisa
      Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab

      Pengakuan Iman (affirmasi), yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen. Pengakuan Iman juga memberikan kepada kita batas-batas atau rambu-rambu mengenai apa yang dapat disebut sebagai Kristen dan apa yang tidak layak. Sebenarnya pengakuan iman tidak mempunyai tempat yang khusus dalam ibadah. Pengakuan iman mengingatkan kita sebagai umat yang percaya bahwa Kristus adalah satu. Pengakuan iman juga menunjukkan bahwa kita adalah milik Allah. pengakuan iman juga merupakan benteng bagi gereja untuk menghadang ajaran-ajaran sesat. Sebagai Pengakuan saya lebih setuju jika pengakuan ini diikrarkan dengan berdiri tegak, dan membuka mata, melambangkan bahwa kita benar-benar milik Allah dan mengaku bahwa Allah adalah satu-satunya. Penempatan pengakuan iman dalam ibadah, saya lebih setuju pengakian iman ini diikrarkan setelah khotbah. Menurut saya adalah setelah mendengarkan Firman dengan mengakukan iman Firman yang kita dengarkan dapat kita resapi sebagai jawaban pergumulan kita. Dan jika kita juga mengakukan Pengakuan Iman tersebut, sama halnya bahwa kita memperlihatkan kepada banyak orang secara visual, bahwa ita telah melakukan kepercayaan Iman kita. Secara structural dari Pengakuan Iman juga akan memperlihatkan bahwa siapa saja yang kita percayai atau “alamat kepercayaan kita”. Maka secara fungsional “Pengakuan” itu adalah pebuktian terhadap banyak orang dan terkhusus kepada Tuhan. Kepribadian setiap manusia juga akan terlihat dari sebuah pengakuan yang diperbuatnya, karena setiap orang yang mengakukan Ikrar (Pengakuan Iman) maka sama halnya kepribadian manusia tersebut telah melakukan tindakan kejujuran. Maka orang Kristen yang mengucapkan Pengakuan Iman tersebut adalah penunjukan bahwa Yesus itu dijadikan menjadi teladan bagi setiap manusia, sebab kata “pengakuan” telah memperlihatkan kepribadian manusia yang “bersikap jujur dan bertanggungjawab”.

      Hapus
    4. Nama : Ester Putri Hutasoit
      NIM : 12.01.925
      Ting/Jur : IV-B/Teologia
      Hal : Ringkasan dan Analisa
      Unsur Liturgi : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      "DOA SYAFAAT" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut di dalam kehidupan bergereja. Doa syafaat berarti kita tidak hanya terfokus kepada diri kita sendiri, tetapi kita mampu untuk mendoakan orang lain atau dengan kata lain menyebut nama orang-lain di dalam doa kita. Doa adalah komunikasi yang dasar yang dimiiki oleh manusia untuk menaikkan rasa syukur kepada Tuhan. Dalam bahasa batak doa syafaat diartikan sebagai Tamiang Pangondion yaitu doa meminta perlindungan, keselamatan. Doa syafaat di mulai pada zaman gereja mula-mula karena pada saat itu pergumulan yang dirasakan oleh jemaat adalah perhumulan yang sangat hebat. Doa syafaat bukanlah doa aktivitas yang biasa kita naikkan kepada Tuhan.
      Beberapa tokoh di dalam Alkitab juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah. Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel. Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel. Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur. Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya.
      Dalam doa syafaat yang paling utama adalah mendoakan orang lain. Baik orang-orang yang tertindas, Negara dan sebagainya. Menurut saya doa syafaat tidak diukur dari sebaik apa kata-kata yang dipergunakan di dalam doa syafaat tersebut, yang paling utama adalah iman kita dalam menyampaikan rasa syukur dan mendoakan setiap pergumulan yang ada pada orang lain.

      Hapus
  32. Ruang Pengisian Komen untuk UAS ini resmi saya tutup. Sabtu, 09 April 2016, pukul 14.37 wib sore. Bagi mahasiswa-i yang belum ada komennya sejak materi bahasan setelah UTS ini dimulai, maka saudara-i akan mengikuti UAS Tertulis akhir Mei 2016 nanti.

    Terimakasih bagi saudara-saudari yang sudah memulai UAS Berjalan ini, silahkan setiap minggunya saudara-i langsung mengirimkan UAS Berjalannya, sampai akhirnya materi ke-7 nantinya kita bahas. Salam.

    BalasHapus
  33. Nama : Sri Ita Sebayang
    Nim : 12.01.967
    Ting/Jur : IV-B/ Teologi
    Kalas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi klompok 1 : Votum Salam dan Introitus
    Penyaji :Antonio Hutagalung, Arjuna Saragih, Doni Rezky Sinulingga, Mariati Sitepu, Uten Parlinda Marbun
    Pembahas : Devi Ginting, Joni Pittor Saragih, Noni Sinaga, Obedy Hia, Winda Sitepu.
    Mengenai mata kuliah yang saya dapatkan dari bahasan mengenai votum, salam dan introitus ialah ketiga unsur ini merupakan bagaian dari liturgi. Kita sebagai umat Kristiani malaksanakan kabaktian merupakan kewajiban atas ungkapan syukur, dalam kebaktian unsur liturgi tampak tersusun dan tidak mengikat, Liturgi dipahami sebagai bagian tak terpisahakan dari ibadah. Sehingga pertemuan jemaat melalui votum dimateraikan menjadi ibadah dan kebaktian Gereja yang sifatnya dibedakan dengan pertemuan-pertemuan yang lain jadi dapat dikatakan melalui votum orang-orang berkmpul dari segala tempat kabaktian berubah menjadi Jemaat Yesus Kristus. Mereka duduk bukan lagi menjadi tuan A atau tuan B, melainkan hamba-hamba Kristus. Dan Introitus marupakan jalan masuk biasanya dalam praktiknya introitus merupakan nyanyian masuk yang dinyanyikan jemaat sebalum votum-salam nyanyian ini merupakan puji-pujian, yang biasanya dinyanyikan dalam bentuk Gloria. Salam merupakan sebuah sapaan, segera setelah votum, liturgis mengucapkan salam. Dan ini bukan salam biasa seperti “selamat datang” melainkan salam liturgi, salam bukan merupakan doa, maka salam diucapakan dan diterima bukan dengan mata terpejam (buku pendukung selamat berbakti oleh Andar Ismail). Di dalam gereja GBKP ada beberapa bentuk salam dalam bentuk responsoria dan disambut dengan kata “amin” bisa juga dinyanyikan. Salam merupakan bentuk tegur sapa, oleh karena itu kita perlu berhati-hati dalam memodifikasi votum dan salam supaya fungsinya tidak berubah.
    Jadi bagian liturgi baik itu votum, salam, dan introitus jika kita mamahmi dan memaknai yang telah ada bagi kegiatan berjalannnya suatu peribadahan ini sangat indah, jadi bagi kita terkhusunya yang telah belajar tentang mata kuliah liturgika juga dengan dosen kita yang mengampu mata kuliah ini, kita wajib bersyukur karena kita diijinkan untuk belajar mengnai liturgik. Namun ilmu yang telah kita dapat kita pakai di dalam kehidupan kita bergereja su paya keindahan liturgi kita tidak mengalami pergeseran makananya. Supaya apa yang diinginkan oleh Tuhan melalui hambanya, dapat menyenangkan hati-Nya, karena tujuan menyenangkan hati Tuhan dapat kita hidupi dan jalankan di dalam pelayanan kita.

    BalasHapus
  34. Nama : Sri Ita Sebayang
    Nim : 12.01.967
    Ting/Jur : IV-B/ Teologi

    Kelas bersama liturgika Sabtu 02 Maret 2016
    Unsur liturgi klompok 2 : Pengakuan Dosa , pemberitaan Anugrah, Hukum
    Penyaji : Yuwan, Rutin, Sweetry, Nurintan, dan pepayasa
    Pembahas : joni, roles sri muliana, tribina
    Pengakuan dosa pemebritaan Anugrah dan Hukum merupakan unsur yang saling berkaitan. pengakuan dosa sangat penting ketika kita mengikuti kebaktian, karena jika kita tidak terlebih dahulu mengakukan dosa kita berarti masih ada unsur ketidaksiapan di dalam melaksanakan kebaktian, mengapa saya mengatakan seperti itu, ketika kita ingin benar-benar beribad ah jadi secara tidak langsung hati kita sudah pasti tertuju atas dosa yang telah kita perbuat, jadi ungkapan hati sering mengatakan apakah aku sudah layak untuk ikut melaksanakan kebaktian? Pemikiran seperti itu yang sering tibul ketika ingin kebakatian, oleh karena itu kita datang kehadirat Tuhan untuk mengaku atas dosa-dosa kita. Mungkin kita sebagai manusia susah untuk mengatakan dosa kita kepada sesama kita, mungkin kita malu atau sebagainya. Tetapi ketika kita mengakukannya kepada Tuhan kita tidak perlu menyembunyikannya karena sebelum kita ungkapkan Tuhan sudah tau apa yang menjadi seruan kita atas pengakan dosa kita, karena bagi Tuhan tidak ada yang dapat ditutupi sebab Dia tau semuanya tentang kita. Jadi disini saya mengatakan jika kita mengakukan dosa dari diri kita kepada Tuhan berarati kita juga jemaat yang lainnya memeliki keterbukaan kepeda Tuhan atas dosa yang telah kita perbuat. Dan dosa itu tidak dapat diampuni atas diri kita sendiri, jadi dengan rendah hati kita meminta supaya Tuhan mengampuni dosa kita. Suatu kebenaran, kalau Tuhan mengampuni, Ia mengampuni secara tuntas. Ia tidak akan mengingat-ingat lagi dosa kita (bdk. Yes 43:25). Jadi, dosa kita dilupakan, di-delete. Bagian kejahatan dan dosa dalam buku kehidupan kita diformat ulang oleh Tuhan, menjadi lembaran putih bersih kembali. jadi marilah kita Akui semua dosa kita. Jangan menyembunyikan dosa. Dosa yang disembunyikan tidak diampuni
    Pemberitaan anugrah merupakan berbentuk depreaktif (permohonan), dan pemberitaan anugrah disebut absolusi. Abad pertama didalam tata kebaktian reformatoris mengenai pengakuan dosa dan pemebritaan keampunan (anugrah) diletakkan sebelum khotbah. Jadi disini saya menganalisa bahwa kampunan anugrah hanya kita terima dari Tuhan, karena anugrah yang kita dapatkan bukan dari sesama kita manusia tetapi hanya dari Yesus kita mendapatkan anugrah, jadi ketika kita berbuat dosa maka hanya anugrah Tuhan Allah yang dapat membebaskan dan menolong kita dari perbutan dosa kita. Anugrah Allah itu dinyatakan dengan membacakan bagaian dari Firman Tuhan yang menyatakan bagaimana kasihnya kepada umat, bagian yang bias dipilih antara lain Yohanes 3:16 yang menyatakan bagaimana anugrah Allah itu benar-benar nyata ia berikan kapada umat. Jadi dalam hal ini umat harus menanggapinya dengan menyatakan syukur kepada Allah dan menerima Firman serta melakukannya dalam kehidupan setiap hari. Mengenai hukum merupakan suatu dasar Firman untuk mengtahuai siapa kita dan bagaimana cerminan diri kita jadi hukum dapat diberitakan di dalam khotbah. Jadi hukum merupakan suatu unsur yang membuat kita mengerti betapa besarnya anugrah keselamatan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, karena keselamatan yang kita peroleh bukan dari hukuman atas perbuatan melainkan anugrah Allah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga bagian ini merupakan saling berkaitan dan sangat berpengaruh didalam liturgi. Semoga apa yang kita pelajari dapat menjadi pedoman kita di dalam pelayanan kita dan menyenangkan hati Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Sri Ita Sebayang
      Nim : 12.01.967
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Unsur Liturgi klompok 3 : Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Penyaji :devi, piktor, winda, noni, obedy
      Pembahas : fetra, hotni, jon tamrin
      Jadi di dalam liturgi bagian ini juga merupakan bagian yang sangat penting. Doa merupakan bukti relasi yang akrab dengan Tuhan karena tanpa doa kita tidak bias menjalin suatu persekutuan yang akrab dengan Allah. Jadi sangatlah benar bahwa jika doa merupakan ukuran paling konkrit dari akrab atau renggangnya hubungan kita dengan Tuhan mengapa? Karena doa adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan Allah, oleh Karen itu jika tidak menciptakan sendiri jembatan itu (tidak memulai sesuatu dengan doa) maka hubungan kita dengan Allah akan menjadi renggang begitu juga sebaliknya. Kita sebagai orang percaya doa yang dinaikan umumnya dialamatkan pada Allah, namun benar pula bahwa tidak semua orang Kristen mengalamatkan doanya kepada Allah karena tidak sedikit orang-orang Kristen masih percaya dan menyembah allah lain, bahkan mereka menciptakan tuhan sendiri untuk disembah, jadi sebagai orang Kristen hendaklah kita mengalamatkan doa kita kepada Tuhan yang sesungguhnya, karena dialah yang dapat menjawab dan memberikan segala sesuatu yang kita harapkan dan kita minta dan kita harapakan terjadi dalam hidup kita.
      Di dalam liturgi Yahudi pembacaan kitab suci memegang posisi yang penting dalam liturgi karena diyakini bahwa kitab suci diturunkan oleh Allah sendiri dan dirayakan dalam hari raya khusus (shavout). Jadi pembacaan Alkitab merupakan suatu hal yang sufah baisa kita lakukan di dalam kehidupan orang percaya megapa saya mengatakan seperti itu, karena di dalam kita mengdakan renungan setiap harinya pasti tidak terpelas dari pembacaab Alkitab, baik buku-buku renungan yang kita beli seperti manna sorgawi, dan sebagainya disana telah dibuat nats pembacaan Alkitab dan ini biasanya dicocokan dengan isi renungan baik dalam kedaan pagi maupun untuk malam. Jadi pembacaan kitab merupakan unsur yang penting sebagai perenungan yang menyapa kita setiap harinya jadi ini sangat penting dilakukan setiap harinya. Jadi kita sebagai umat Tuhan marilah kita membaca Alkitab dan merenungkannya dalam kehidupan kita. Sehigga pelajaran kita ini benar-benar kita hidupi.

      Khotbah merupakan salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik. Cara mengkomunikasikan khotbah berebada dengan cara komunikasi yang lain. Khotbah di bukit merupakan salah satu contoh yang dilakukan Yesus. Jadi sebagai pengkhotbah memberikan penegtahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat social dan etis di dalam sebuah komunitas, dan juga sebagai guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah. Jadi di dalam gereja khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Dan khotbah juga membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah. Jadi dapat disimpulkan ketiga unsur ini sangat penting dilkaukan karena ketiga hal ini menjadi hal biasa yang kita lakukan terkhususnya bagi umat yang percaya, jadi biarlah kita memaknai arti panggilan melalui bahasan kita ini dan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Nama : Sri Ita Sebayang
      Nim : 12.01.967
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Unsur Liturgi klompok 4 : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab.
      Penyaji : Jhoni Pranata Purba Roles Paringatan Purba Sri Muliana br Kaban Tribina Meisana br Ginting
      Pembahas : asri purba franki barus meri ginting sri ita sebayang
      Pengakuan iman ini merupakan hal penting didalam peribadahan dimana Pengakuan iman merupakan hal yang wajib dinyatakan oleh umat Kristiani dalam setiap iabadah hari minggu khususnya gereja-gereja arus utama (main stream) anggota PGI. Pengakuan iman sering disebut dengan “kredo” ; Inggris Creed, lazimnya memeliki otoritas berisi pokok-pokok ringkasan kepercayaan yang disetujui dan dibenarkan oleh orang-orang percaya dan dapat diterima oleh semua gereja. Dengan demikian pengakuan iman tidak harus berkaitan dengan suatu denominasi gereja saja, melainkan pengakuan yang universal (oikoumenis ). Di dalam Alkitab Perjanjian Baru pengakuan Baru, pengakuan iman ditemukan dalam beberapa ayat, seperti, “engkau adalah mesias, anak Allah yang hidup”, sebagai pengakuan Petrus (Mat 16:16), Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah”, merupakan pengakuan sida-sida dari Etiopia (Kis 8:37) dan ayat-ayat lainnya. Secara umum rumusan pengakuan ini didasari oleh ketritunggalan Allah (Mat 28:19). Di samping Pengakuan Iman Rasuli ada banyak bentuk pengakuan iman lainnya yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan lokal atau wilayah. Namn yang lebih universal yang dapat diterima oleh banyak gereja adalah pengakuan iman Nicea, Konstantinopel dan pengakuan Iman Athanasius. Kemudian ketiga pengakuan iman ini dikenal sabagai tiga simbol oikoumenis yakni symbolum Apostolicum (pengakuan Iman Rasuli) adanya pengakuan iman merupakan jawaban gereja terhadap munculnya ajaran sesat (bidat) yang menyangkal ke- Allah-an Yesus saat itu, dan kemudian pengakuan iman ini dipakai oleh gereja sebagai bahan pengajaran umum dan juga dalam ibadah.
      Setiap pengakuan harus berfungsi di tengah-tengah kehidupan gereja dalam arti:
      a. Sebagai ungkapan iman.
      “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang kami lihat dan yang telah kami dengar (Kis. 4:20). “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata (2Kor. 4:13).
      b. Sebagai kesaksian dan pertanggungjawaban pengharapan.
      “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang peng-harapan yang ada padamu.” (1Ptr. 3:15 bnd. 2Tim. 1:8; 2:25).
      c. Sebagai pegangan untuk membedakan ajaran yang benar dari ajaran yang salah.
      d. Untuk memelihara kesatuan iman
      e. Sebagai pegangan untuk menyatakan kebenaran iman dan melanjutkannya kepada generasi yang berikut.
      Jadi dapat disimpulkan pengakuan iman memiliki landasan Alkitab yang kuat dan disertai latar belakang sejarah gereja yang panjang. Tujuan pengakuan iman adalah untuk maksud baptisan (dewasa) meneguhkan pokok- pokok ajaran dari aliran sesat, dan terakhir merupakan respon syukur jemaat atas pelayanan firman Tuhan yang dilayankan pada ibadah hari minggu. Hal inilah membuat pengakuan iman tetap perlu diikrarkan setiap ibadah hari minggu. Dengan tujuan ketika kita mengakukan pengakuan iman kita dengan sikap yang tegas maka itu akan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Sri Ita Sebayang
      Nim : 12.01.967
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi

      Unsur Liturgi kelompok 5 : Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (liturgi) dalam menyenangkan hati Tuhan dengan nats-nats thematis Alkitab
      Nama Penyaji : Chatrine Manurung, Fetra Sipayung, Hotni Malau, Jhon Rein Tamrin
      Doa adalah percakapan rohani dengan Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab atau saat Tuhan berbicara kepada kita, dan kita menjawab, itulah yang disebut doa. Doa bukan percakapan satu arah, Dan kita tahu dalam alkitab tertulis, “tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17). Doa juga memperbaharaui dan membersihakan diri kita, ini merupakan keinginan Tuhan. Doa adalah nafas rohani untuk memperkuat roh kita. Peran pengantara dalam doa amat umum dinyatakan di dalam perjanjian lama, kasus-kasus Abraham, Musa Daud, Samuel, Hizkia Elia, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel. Kristus digambarakan dalam perjanjian baru sebagai pendoa Syafaat utama, dan Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah kita Dia mati di salib. Doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kiya, doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.
      Jadi siapakah yang dikatakan pendoa Syafaaf ? Pendoa Syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Tuhan untuk menggantikan posisi orang lain yang sudah jauh dari Tuhan atau hidup tanpa Tuhan. Jadi sebelum berdoa untuk orang lain, pendoa syafaat harus sudah mendapat pengampunan dosa dari Tuhan. Kita tahu bahwa pendoa syafaat adalah seseorang yang datang di hadapan Tuhan dengan membawa haknya. Hak-hak pendoa syafaat itu diterima dari Tuhan yang dimulai dari pengampunan dosa sampai menjadi anak Tuhan. Dan karena sudah mendapat pengampunan dari Tuhan maka kita dapat membimbing orang lain untuk mendapat pengampunan dosa juga. Prinsip yang sama dengan hal ini adalah anugerah, kasih, rahmat Tuhan dan mengampuni tanpa syarat. Sebagai pendoa syafaat kita kita harus memperhatikan hal-hal ini, pada saat berdoa di hadapan Tuhan jangan melakukan doa dengan syarat, karena pendoa syafaat yang menerima kasih dari Tuhan tanpa syarat. Perlu kita ketahui bahwa Abraham adalah Pendoa Syafaat yang Mengagumkan, sebagai pendoa syafaat Abraham muncul dalam kitab Kejadian 18:22-33. Abraham dibenarkan karena iman. Pada waktu Abraham berdoa syafaat untuk Lot, doa itu dijawab dan digenapi oleh Tuhan, tanah Sodom dan Gomora diselamatkan oleh Tuhan melalui doa syafaat Abraham. Sebagai pendoa syafaat kita mendapat banyak pengalaman rohani dan sudah seharusnya pendoa syafaat bersyukur kepada Tuhan dan meninggikan nama Tuhan, jika kita berdoa untuk orang lain, mereka juga akan mendapat pengalaman rohani sama seperti yang kita alami. Jadi kita harus sama seperti Abraham yang berdoa untuk menyelamatkan Lot yang dimana Abraham berdoa dengan:
      1. Berdoa dengan Iman
      2. Berdoa dengan rendah hati
      3. Berdoa dengan berani
      4. Berdoa untuk komunitas
      5. Berdoa dengan kesabaran dan ketekunan.
      Jadi doa syafaat adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepentingan orang lain, ketika berdoa syafaat kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.

      Hapus
    4. Nama : Sri Ita Sebayang
      Nim : 12.01.967
      Ting/Jur : IV-B/Teologi
      Unsur liturgi klompok 6 : Pemberian Jemaat
      Penyaji : Asriani Purba Frangky Barus Meri Susunenta Br.Ginting Sri Ita Sebayang
      Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte. Persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali. Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupun di sisi altar.
      Jemaat Makedonia dipuji oleh Rasul Paulus karena meskipun dari keberadaan mereka yang kurang mampu, namun dapat memberikan persembahan yang berarti bagi pelayanan Tuhan. Dalam 2 Korintus 8:5 disebutkan, "Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami." Tidak ada alasan berkekurangan sehingga kita tidak dapat memberi kepada Tuhan.
      Ucapan Syukur dan puji-pujian yang dipanjatken kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan. Persembahan kita juga bernilai “Oikumene” dan dalam rangka mewujudkan kesatuan tubuh Kristus (1 Kor. 12). Persembahan kita mempersatukan setiap orang percaya di tengah-tengah gereja, milik pribadi menjadi milik bersama-sama. Pemberian jemaat telah dimulai sejak zaman Perjanjian Lama, persembahan yang diberikan jemaat masih dalam bentuk hasil ternak dan pertanian sebagai bentuk ucapan syukur dan tanda keselamatan, sementara di dalam Perjanjian Baru, makna persembahan juga mengalami pergeseran, Yesus Kristus lebih menekankan persemabahan yang hidup daripada sekedar memberi harta milik. Jadi persembahan merupakan bagaimana cara kita member dengan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    5. Nama : Sri Ita Sebayang
      Nim : 12.01.967
      Ting/Jur : IV-B/ Teologi
      Unsur liturgi kelompok 7: Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Nama penyaji : Ester Putri HutasoitJunita Purnama Ellys Rajagukguk Sonia Angelina Ginting Susi Susanta Barus.
      Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya. Itulah sebabnya, maka jemaat dari mulanya kita temui sebagai jemaat yang menyanyi. Di Alkitab tercatat bahwa Tuhan Yesus ber-Nyanyi ( Matius 26:30 ), ada kemungkinan Nyanyian itu berasal dari Mazmur 114-118 krn terjadi pada Perjamuan Paskah. Tradisi Gereja yg ber-Nyanyi ini ad. kelanjutan dari tradisi Agama Yahudi yg memberi tempat penting bagi ber-Nyanyi dlm Ibadah di bait Allah ( Tradisi ini bisa dilihat di Kitab Nyanyian Mazmur ).
      Namun apa yang menjadi Kelemahan bahwa Umat / Jemaat kurang memahami sifat sebuah Nyanyian padahal tiap Nyanyian mempunyai Karakter, Pesan, dan Makna yg berbeda. Banyak Orang mengira bahwa semua Nyanyian Gereja sama seperti nyanyian lainnya, padahal tidak semua Nyanyian Gereja merupakan Pujian, ada pula Nyanyian yang bersifat lain seperti, Mis: Penyesalan, Pengakuan Percaya, Penyerahan Diri, Pengucapan Syukur, Pengakuan Dosa, dll.
      Paduan suara mempunyai fungsi di dalam ibadah jemaat :
      1. Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat. Pertama, paduan suara menjadi alat yang melayani (mengintensifkan nyanyian jemaat). Kedua, paduan suara menjadi alat yang melayani nyanyian jemaat, paduan suara hanya dapat menjalankan fungsinya dalam kombinasi dengan nyanyian jemaat.
      2. Paduan suara sebagai wahana pemberitaan firman. Pemberitaan firman yang dimaksud bukanlah pemberitaan firman yang memonopoli orang-orang tertentu.
      3. Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat (bukan mewakili jemaat) untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu.
      Jadi dari fungsi-fungsi dari paduan suara ini terlihat jelas bahwasannya di dalam liturgi juga sangat memeliki perenan yang penting
      Luther maupun Calvin memandang musik gereja itu penting demi pertumbuhan iman jemaat. Melalui dokumentasi yang ada kita melihat bahwa paduan suara anak di Geneva yang merupakan bagian dari sekolah, memiliki tugas untuk membentuk dan mendukung nyanyian jemaat. Paduan suara anak tersebut menyanyi mazmur satu suara. Aransemen mazmur lebih digunakan untuk di rumah, bukan untuk di gereja. Calvin membedakan antara nyanyian jemaat, musik paduan suara, permainan orgel dan nyanyian liturgi. Bagi Calvin nyanyian paduan suara di dalam ibadah dapat membuat perhatian orang teralih dari syair hingga orang hanya mendengarkan musiknya saja tanpa memperhatikan pesan yang ada di dalam lagu tersebut. Itu adalah salah satu keberatan Calvin. Di dalam ibadah, Luther menggunakan paduan suara untuk mendukung pelaksanaan nyanyian jemaat.Itu adalah tugas dan tanggung jawab paduan suara yang terutama. Bukan sekedar menyanyi untuk “mengisi” ibadah seperti yang sering terjadi pada saat ini.Seringkali paduan suara yang bertugas, tidak mau menjadi kantoria yang bertugas menuntun jemaat dalam menyanyikan nyanyian jemaat. Andaikata ada kantoria, para anggota sebagian besar mengganggap remeh karena hanya menyanyikan satu suara. Padahal justru menyanyi unisono itu amat sulit. Jadi dapat dikatakan bahawa nayanyian paduan suara itu sangat erat hubungannya dengan kiturgika. Nyanyian gerejawi (jemaat) haruslah menjawab kebutuhan jemaat serta harus memberi kesempatan bagi jemaat untuk meresapi nyanyian gerejawi. Paduan suara merupakan pendukung serta wahana pemberitaan firman.

      Hapus