Nama :Antonio Hutagalung
Arjuna
Saragih
Donny Rezky
Sinulingga
Mariati Sitepu
Uten Parlinda
Marbun
Ting/Jur : IV-B/Theologia
M.Kul : Liturgika
Dosen : Pdt, Edward Simon Sinaga M.Th
Votum,
Salam dan Introitus
I.
Latar
belakang masalah
Di
dalam konteks peribadahan orang Kristen pada masa kini, terkhusus gereja
kesukuan ada anggapan bahwasanya unsur liturgi yang paling penting di dalam
peribadahan adalah khotbah. Ada juga beranggapan persembahan dan doa berkat.
Oleh karena itu, terlambat bukanlah hal yang asing bagi mereka. Yang penting
sudah dengar khotbah dan sudah memberi persembahan. Jadi, menurut kami penyebab
ini semua terjadi ialah kurangnya pengertian dan pemahaman mereka mengenai
setiap arti dan makna dari unsur-unsur liturgi. Oleh karena itu, kami akan
membahas 3 unsur ibadah yang berada di awal peribadahan dan mari bersama kita
pelajari arti dan maknanya.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Votum
Kombinasi
Votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil ahli dari gereja-gereja
Nederland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai ibadahnya dengan salam. Hal
ini berjalan terus sampai pada reformasi. Namun berdasarkan kebiasaan Calvin
tersebut soinode Dordrecht (1574) kemudian mewajibkan pemakaian Mazmur 124:8
sebagai votum di dalam kebaktian. Menurut Kuyper, votum itu bukan Doa,
melainkan suatu keterangan khidmat, dalam rapat-rapat biasanya ketua memberikan
keterangan yang semacam itu ia mengatalkan saya membuka rapat. Keteranganya itu
bukan suatu perkataan yang kosong saja, melainkan suatu perbuatan penting, yang
mengubah suatu perkataan yang kosong saja, melainkan suatu perbuatan yang
penting, yang mengubah suatu pertemuan yang tidak teratur menjadi teratur. Votum dapat di bandingkan dengan keterangan
yang diatas, dan ini keduanya memang berbeda derajatnya, votum jauh lebih
penting daripada keterangan ketua seperti keterangan yang diatas, namun
fungsinya tiadak berbeda. Karna oleh ketrerangan yang diatas yang dipimpin oleh
ketua dan ketika ketua memberi keterangan maka rapat yang di lakuakn tadi tidak
dalam teratur dan ketika diberikan pengantar dari ketua maka rapat yang di
lakukan menjadi teratur. Begitu juga dengan votum, anggota-anggota jemaat yang
datang berkumpul di dalam ruang ibadah berubah menjadi persekutuan orang
percaya. dan maksud dari votum adalah meng-konstatir’
hadirnya Tuhan Allah’ di tengah-tengah umatNya. Oleh karna itu, votum harus diucapkan
pada permulaan kebaktian.
Sesuai
dengan keputusan sinode Dordrecht (1574), gereja-gereja di Nederland (dan di
indonesia) memakai rumus Votum “pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang
menjadikan langit dan bumi ” (Maz.124:8). Dan juga di samping Mazmur 124:8
dipakai juga Matius 28:19 sebagai rumus Votum, “Dalam nama Bapa dan Anak Roh
Kudus” rumus ini di pakai juga dalam kebaktian jemaat yang berbahasa jerman di
Straszburg (1525).[1]
Votum adalah suatu keterangan khidmat atau janji yang
khidmat. Votum disamakan dengan kata-kata pembukaan ketua rapat ketika memulai
suatu rapat. Kata pembukaan ketua ini berfungsi menertibkan pertemuan yang
tidak teratur menjadi pertemuan yang teratur. Demikian pula votum, melalui
ucapan votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur. Jadi
secara fungsional votum dan kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara
derajat votum dan kata pembukaan dari ketua rapat itu berbeda. Jika kata
pembukaan ketua rapat itu berhubungan dengan aspek horizontal dari peserta
rapat maka votum lebih dari itu, yaitu menyentuh aspek vertical (hubungan
dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Misalnya
ketua rapat memulai rapat dengan mengatakan kata khidmat “saya membuka rapat”
atau saudara-saudara kita akan segera memulai rapat kita. Sedangkan Votum
“Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” (rumus
votum ini menyangkut dengan Tuhan dan umat-Nya yang berkumpul). Dalam votum
terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang menyusul
setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Lihat rumus votum, Maz.124:8) Jadi maksud votum adalah mengkonstatir
hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada
permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan.
Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir
ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan.[2]
Jadi makna votum ialah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan
bertemu dan bersekutu dengan Allah.
2.2.Pengertian salam
Salam
liturgi yang kita kenal saat ini berasal dari PB dan penulis-penulis perjanjian
Baru mengambil alih dari ibadah Yahudi: dari rumus salam “Selamat!” Selamatlah
engkau... (1 sam. 25:6; 1 Taw. 12:18) dan rumus berkat TUHAN kiranya menyertai
kamu (Rut 2:4). dalam abad-abad pertama
salam di pakai di tiga tempat: sebelum kollekte (Doa), sebelum prefasi (bagian
Doa Konsrekrasi) dan sebelum bubar (akhir kebaktian). Kemudian salam di pakai
juga di bagian-bagian lain : sebelum Khotbah (sebagai pendahuluan) dan mungkin
juga sesudah khotbah. Menurut Pius Parsch salam di ucapkan delapan kali di
beberapa bagian tempat dalam missi Romawi. Dan Kuyper mempunyai anggapan yang
lain. Sebagai ganti salam ia memakai benediksi, atau rumus berkat, ialah
komplemen, penggenap votum. Dan keduanya berkaitan erat. Jemaat mulai dengan
pengakuan bahwa pertolonganya adalah di dalam nama Tuhan, yang telah
melepaskanya dari siksaan dan kematian untuk kehidupan yang kekal.
Bentuk
salam yang paling sederhana ialah yang di pakai oleh jemaat-jemaat dari Gereja
lama, “Tuhan menyertai kamu!”, di jawab oleh jemaat dengan, Dan menyertai
Rohmu! Bentuk ini, seperti yang telah kita dengar, di pakai juga di
tempat-tempat lain dalam liturgika. Oleh karna itu, bentuk tersebut biasanya di
ganti dengan salam rasuli, “Anugerah dan sejahtera adalah dengan kamu dari
Allah Bapa dan dari Yesus Kristus, Tuhan dan dari Roh Kudus”. Salam di ucapkan
tanpa tanpa mengangkat tangan .[3]
Salam bukan
berkat. Karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Bentuk salam yang
paling sederhana yang dipakai oleh gereja lama “Tuhan menyertai kamu” dijawab
oleh jemaat dengan “Dan menyertai rohmu”. Bentuk ini biasa juga diganti dengan
salam rasuli seperti yang dipakai oleh GBKP “Damai sejahtera dari Allah Bapa
dan dari Tuhan Yesus Kristus dan dari Roh Kudus adalah kiranya beserta
saudara-saudara sekalian” (bd. Rom. 1:7; 2 Tim.1:2, 2 Kor.13:13). Melalui Salam
Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya. Jemaat menyambut “Amin 3x.
Artinya jemaat pun menyakini, membenarkan atau mengiakan bahwa Allah sungguh
hadir di tengah-tengah jemaatNya. Amin artinya “Ia benar demikian”.[4]
Salam, introitus berarti sapaan yang diberikan pelayan kepada kita. Salam itu
adalah Firman-sapaan Allah kepada manusia. Dan sapaan itu harus di sambut juga
oleh jemaat yang hadir.
2.3.Pengertian Introitus
Sesudah
votum dan salam banyak Gereja di Indonesia memakai unsur ketiga yang dalam kata
asing disebut dengan Introitus.
Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Dan
pada Gereja Khatolik Roma pada saat ini berusaha memulihkan kembali nyanyian
introitus dengan maksud supaya jemaat turut aktif menyanyikannya seperti
dahulu. Sebab introitus pada hakekatnya adalah nyanyian jemaat. Dan pada masa
zaman reformasi introitus tetap dipakai di dalam kebaktian, umumnya di
nyanyikan oleh paduan suara. Luther juga dalam satu pihak mengusulkan supaya
mazmur introitus di nyanyikan seluruhnya tanpa antifon. Dan juga pada pihak
lain Luther tidak keberatan jika mazmur introitus itu di ganti dengan suatu nyanyian
rohani. Dalam praktik, introitus hanya di pakai jemaat-jemaat besar yang
mempunyai paduan suara. Dan di jemaat-jemaat kecil yang tidak memiliki paduan suara,
introitus di ganti dengan nyanyian jemaat. Kadang-kadang ada jemaat yang
memakai ke dua-duanya: mazmur introitus oleh paduan suara dan nyanyian masuk
oleh jemaat. Namun semakin lama introitus
semakin hilang dan akhirnya tinggal nyanyian jemaat. Berhubung dengan itu,
dalam abad yang ke-19 gereja-gereja Lutheran di Jerman berusaha memulihkan
kembali introitus dengan jalan :
a. Menyanyikan
secara Gregorian oleh paduan suara
b. Menyanyikan
secara Gregorian oleh jemaat; dan
c. Mengucapkan
sebagai “rumus masuk” oleh pelayan dan disambung oleh jemaat dengan gloria
kecil.
Dan
cara yang paling berkembang dan yang paling besar pengaruhnya dalah bagian yang
ke-C. Dan menurut Van der Leeuw, “ kalau jemaat telah menyanyikan suatu
nyanyian masuk, cukuplah di sini dinyanyikan Gloria kecil: hormat bagi Bapa
serta Anak dan Roh Kudus ! ” itulah bentuk pujian –pujian yang Lapider yang gereja punyai.[5]
Kata
Introitus juga berasal dari bahasa Latin yang berarti masuk ke dalam. Di dalam
liturgi-liturgi lama sampai pada perkembangan gereja-gereja reformasi,
introitus dinyanyikan paduan suara dengan bersahut-sahutan atau tidak.
Introitus yang dinyanyikan umumnya diambil dari Mazmur. Introitus dinyanyikan
ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian. Dalam perkembangan
selanjutnya, introitus tidak lagi dinyanyikan. Introitus diambil dari ayat-ayat
Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan Liturgi. Di dalam
Liturgi GBKP, Introitus diucapkan setelah “salam” dan ayat Alkitab yang diambil
di sesuaikan dengan tema Khotbah yakni berdasarkan bahan bacaan untuk
khotbah/renungan.[6]
2.4. Analisa Penyeminar
Votum,
salam, introitus sama pentingnya dengan unsur-unsur liturgi lainnya. Votum,
salam, introitus akan menjadi sumber untuk membangun spritualitas jemaat. Oleh
karena itu jika seorang jemaat terlambat hadir di dalam peribadahan dan
melewatkan votum, salam introitus maka ia tidak hadir dalam pentahbisan itu
(seakan-akan sia-sia untuk Tuhan). Sama halnya seperti absen di sekolah, jika
kita telat dan sudah di absen maka ketika kita datang, status absen kita tetap
absen! Jikalau pun diganti status kita tetap terlambat. Namun, kita tidak boleh
dan tidak mempunyai hak untuk mengatur kehendak Allah. Hanya Allah yang dapat
menilai harga dan ketulusan peribadahan kita.
III.
Kesimpulan
Jadi
dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwasanya yang dimana ketika
memulai ibadah dengan salam rasuli dan menyebutnya votum. Votum/introitus
dimulai di dalam nama Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus (usulan Calvin). Dan permohonan
berkat imam disebut dengan votum dan juga salam adalah bentuk yang paling
sederhana ialah yang di pakai oleh jemaat-jemaat Gereja lama, “TUHAN kiranya
menyertai kamu ”, dan di jawab oleh jemaat dengan “Dan menyertai rohmu”, serta
introitus jika nats pendahuluan yang di ucapkan tidak dapat ditiadakan (di
hilangkan), baiklah introitus di hubungkan dengan tahun gerejawi dan nats
khotbah. Nyanyian masuk merupakan nyanyian jemaat; karna itu, nyanyian ini
tidak boleh di serahkan kepada paduan
suara, seperti yang masih terjadi di beberapa gereja saat ini.
IV.
Daftar
Pustaka
Ch.
Abineno,. J. L, Unsur-unsur Liturgi,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Sumer Internet.
https://yonasmuanley.wordpress.com/.../pendidikan-agama-kristen-liturgi, diakses
pada tanggal 11 maret 2016 pukul 15.59.
[1]
J. L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgi,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 2-6
[2]
https://yonasmuanley.wordpress.com/.../pendidikan-agama-kristen-liturgi, diakses
pada tanggal 11 maret 2016 pukul 15.59.
[3]
J. L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgi,
6-10
[4] https://yonasmuanley.wordpress.com/.../pendidikan-agama-kristen-liturgi, diakses
pada tanggal 11 maret 2016 pukul 15.59.
[5]
J. L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgi,
10-13
[6]
https://yonasmuanley.wordpress.com/.../pendidikan-agama-kristen-liturgi, diakses
pada tanggal 11 maret 2016 pukul 15.59.
Terimakasih kepada Kelompok I, di atas telah saya cantumkan materi sajiannya.
BalasHapusKelompok yang akan membahas sajian ini besok, seharusnya sudah mengirimkan bahan bahasan mereka di ruang komen ini, untuk didiskusikan besok di ruang kuliah, agar sajian Kelompok I ini lebih mendalam.
Sekali lagi, kepada semua mahasiswa yang mengontrak Liturgika ini, sebaiknya pukul 20.00 wib malam, kelompok yang ditugaskan untuk membahas sajian seperti yang tertera di atas, seharusnya sudah mengirimkan bahasannya ke ruang komen ini, agar semua peserta kelas sudah bisa membaca masukan kelompok pembahas pada malam terakhir sebelum penyajian materi besok harinya.
Terimakasih, salam.
Nama : Devi Setiani Ginting, Joni Vittor Saragih (12.01.936), Obedi Hia (12.01.949), Noni Sinaga, Winda Apriantri Br. Sitepu (12.01.977)
BalasHapusTingkat/ Jurusan: IV-B/ Teologi
Kami dari kelompok 3, pertama kami meminta maaf kepada bapak dosen, para penyaji yaitu kelompok 1 dan kepada teman-teman IV-B, karena kami tidak memberikan contoh yang baik kepada teman-teman. Dan doakan kami pak supaya kami tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan ini menjadi pembelajaran bagi kami agar menghargai waktu dan membangun hidup yang disiplin.
Kami dari kelompok 3 memberikan tanggapan atau pun kesimpulan dari bahasan kelompok 1 tentang “Votum, Salam, dan Introitus”. Ada pun tanggapan yang kami cantumkan yaitu;
1. Votum
Votum merupakan unsur liturgi yang dipraktekkan dalam liturgi peribadahan gereja terkhususnya gereja arus utama. Karena dari buku yang kami baca votum itu merupakan sumbangsih dari Yohanes Calvin. Pengadaan votum dalam sebuah liturgi peribadahan gereja bertujuan untuk penyerahan ibadah kepada Allah (Tritunggal) untuk menyerahkan seutuhnya kepada-Nya, dan untuk menghadirkan Allah dalam ibadah dan persekutuan yang kudus.
2. Salam
Salam merupakan sapaan Allah, namun salam bukan berkat. Salam dalam ibadah biasanya ada dua yaitu salam sebelum khotbah dan salam sesudah khotbah. Melalui salam Allah menyatakan bahwa Dia tetap menyertai jemaat-Nya. Jemaat mula-mula dalam ibadah mereka juga menggunakan salam yang sederhana, yaitu “Tuhan menyertai kamu” dan jemaat menjawab “dan menyertai Rohmu”.
3. Introitus
Introitus artinya masuk ke dalam. Introitus mulanya berupa nyanyian, namun bukan berarti introitus tidak bisa diambil dari ayat-ayat Alkitab. Introitus bisa berupa nyanyian dan ayat-ayat Alkitab.
Ketiga unsur liturgi ini yaitu votum, salam, dan introitus adalah kesatuan utuh dalam sebuah liturgi. Dan ketiga unsur ini merupakan unsur yang selalu ada dalam peribadahan formal (ibadah Minggu) dan perayaan Gerejawi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ketiga unsur ini juga diberlakukan dalam ibadah-ibadah kasualistik, contohnya ibadah syukuran memasuki rumah baru, acara mangokkal holi, dan lain-lain. Dan menurut kami pembuatan votum itu juga harus sesuai dengan tahun gerejawi dan konteks ibadah lainnya (topikal).
Yang menjadi pertanyaan dasar bagi kami adalah, apakah kalau ketiga unsur ini tidak ada di dalam sebuah ibadah, apakah itu tidak dapat dikategorikan ibadah yang menyenangkan hati Tuhan?
Syalom, Tuhan Memberkati.
salah satu kelemahan yang saya lihat dalam setiap peribadahan sehingga nampak kurang serius atau ribut sebelum diadakan ibadah adalah bahwa kurangnya pemahaman jemaat tentang rumah ibadah dan gereja. jika semua jemaat mengerti ketika ia mau beribadah itu datang kerumah ibadah dan jumpa Tuhan. maka harusnya atau mestinya harus menjaga sikap. syair lagu PEE GBKP mengatakan "Ku dahi rumah persembahen, segelah aku jumpa Tuhan". artinya ibadah itu jumpa bersama TUhan. jika kesadaran ini sudah baik maka kita dapat merasakan bagaimana semua unsur-unsur lirurgi itu salah satunya adalah VOTUM. banyak jemaat yang merasa jenuh atau malas ketika disuru berdiri untuk VOTUM. jika saya boleh bertanya, bagaimana lah seharusnya kita mensosialisasikan ini kepada jemaat ?
BalasHapuskarna tantangan kita sekarang adalah mereka merasa ibadah karismatik yang tidak memiliki liturgi itu menjadi pilihan yang baik pada masa kini...
menurut saya apa yang disosialisasikan oleh GBKP kepada jemaat sangat bagus untuk dikembangkan, ketika bahan ini menjadi pembelajaran yang dibuat dalam PJJ (PA Keluarga), dengan demikian semua orang akan mengetahu dan menyadari bagaimana ia seharusnya bersikap ketika sudah sampai di rumah ibadah.
Hapusmenurut pembelajaran yang sudah kita terima tadi bahwa Votum - salam - dan introitus itu bisa digantikan dengan doa pembuka dan nyanyian seperti apa yang dilakukan oleh gereja tetangga. bujur
terima kasih buat Srimulyana Kaban yang sudah memberikan masukan kepada saya. Namun dalam Prakteknya penatua juga masi banyak yang tidak mengerti dengan keberadan liturgi kita ...
Hapuscobak saudara saya tanyak.. bagaiman menurut saudara GBKP harus menjelaskan minggu-minggu seperti JUDIKA.LETARE,PALMARUM. dan lain-lain jika dikaitkan dengan liturgi 52 Minggu ?
saya masi kurang pemahaman dengan itu ?
Saudara Jhoni, berdasarkan Pertanyaanmu yang pertama diatas, menurut saya votum tidak mungkin di tiadakan dari ibadah Minggu, sekali Pun ada beberapa di antara jemaat yang malas untuk mengikuti ibadah, dan bahkan mereka lebih menyukai ibadah karismatik yang tidak memakai votum dalam ibadah, saran saya selagi masih ada kesempatan dan masih ada jemaat yang mau mengikuti votum dalam ibadah berarti masih ada kesempatan untuk mensosialisakannya kepada mereka dan memberikan pemahaman supaya mereka tidak berpindah hanya gara-gara votum.
Hapusterimakasih kak uten atas masukannya ...
Hapusmarii kita belajar lebih banyak lagi supaya kita semakin paham dan bisa menyenangkan hati tuhan dalam peribadahan kita..
salam liturgiii
Sama-sama Joni, Karena semuanya harus diawali dari pelayan jika jemaat melihat pelayan kondusif dan disiplin terhadap ibadah dan semua peraturan-peraturan dalam gereja maka jemaat yang setia akan tetap setia, dan yang kurang setia akan sadar akan hal tersebut, Tuhan Yesus memberkati.
HapusMelalui pembahasan materi di kelompok satu Minggu lalu saya banyak mengingat dan belajar dari gereja Katolik yang ada di kampung saya sendiri (Katolik St. Thomas paroki tarutung bolak) daerah Sibolga. Beranjak dari perkataan saudara Jhoni diatas yang mengatakan kelemahan dari peribadahan gereja-gereja kita saat ini ketika disuru berdiri ada beberapa di antara jemaat yang tidak mau, dan kurangnya menghargai atau kurang memahami akan makna rumah ibadah. Memang benar saya juga merasakan demikian di gereja saya, tapi yang saya lihat dari pengalaman ketika saya mengikuti ibadah gereja dan misa di gereja Katolik yang saya sebut diatas sungguh luar biasa aman, tertip, dan disiplin, mengapa saya katakan demikian? Ketika jemaat sudah masuk kedalam gereja mereka berdoa dan tidak ada lagi yang berbicara semuanya sunyi dan penuh keseriusan (bisa saya katakan jatuh jarum ke lantai bisa terdengar itu lah karena tidak ada lagi Suara), jadi hal seperti ini perlu di buat jadi contoh pembelajaran melalui sosialisasi pengalaman kepada jemaat-jemaat kita. Yang menjadi pertanyaan, apakah suatu kedisplinan jemaat dalam gereja itu suatu tradisi yang turun menurun? Karena tidak mungkin saya rasa ketika ada setengah dari jemaat memulai kedisiplinan rasa rasa jemaat yang lain juga pasti akan ikut sadar akan kedisplinan dan menjaga sikap dalam ibadah gereja. Agar apa yang kita harapkan melalui pembelajaran Minggu lalu bahwa votum, salam, dan introitus adalah mengajari kita pada bahasa tubuh yaitu memuji dalam penyembahan kepada Tuhan agar setiap ibadah yang kita lakukan dapat menyenangkan hati Tuhan.
BalasHapusMenurut saya kak ten, kedisplinan yang ada di Rk itu bukan berdasarkan warisan semata, namun kedisplinan itu tercipta menurut saya adalah karna pemahamn yang benar akan suatu hal. Jadi terciptanya kedisplinan itu bukan warisan semata, melainkan pemahaman yang baik akan peribadahan itu sendiri. Oleh sebab itu, kita sebagai hamba yang telah dipilih oleh Allah, sudah menjadi tugas kita untuk memberi pemahaman yang benar kepada jemaat demikian kita akan menyenangkan hati Tuhan.
HapusYang saya dapat dalam pembelajaran kali ini adalah betapa penting dan bermaknanya Votum-salam-introitus yang semula saya sendiri kurang memaknai hal tersebut. Ketiga hal ini ternyata menjadi pemanggilan Allah dalam permulaan ibadah untuk hadir kedalam hati setiap umat dan sekaligus untuk menetapkan kedisplinan kepada umat bahwasanya ketika votum telah dibacakan itu berarti kondisi harus sudah benar-benar kondusif. Namun secara pribadi saya melihat dalam gereja-gereja suku (terkhusus di GBKP) pemaknaan akan votum-salam-introitus masih kurang, saya mengatakan hal inu karena pada kenyataannya ketikapun sudah memasuki votum masih banyak jemaat yang belum datang dan masih berbicara diantara para jemaat. Menurut saya itu disebabkan karena jemaat belum memiliki pemahaman yang benar akan ketiga hal ini. Oleh sebab itu harus terua-menerus di tegaskan kepada para jemaat pentingnya votum-salam-introitus tersebut baik dalam PA, PJJ, dll. Supaya jelas dimengerti oleh jemaat mengenai makna dari ketiga hal ini.
BalasHapusMenurut saya RK lebih paham mengenai ketiga hal ini, saya mengatakan demikian karena saya melihat kondisi peribadahan di Katolik lebih disiplin dan tenang. Dan hal inilah yang seharusnya kita terapkan dalam peribadahan di masing-masing gereja kita.
Trima kasih Tuhan memberkati:)
Nama : Roles Paringatan Purba
BalasHapusNIM : 12.01.959
Ting/Jur : IV-B/ Teologi
setelah saya mendapatkan pembelajaran ini di dalam kelas dan bagaimana makna dan arti dari ketiga hal ini membuat tumbuh suatu komitmen dalam diri saya bahwa ketika saya tidak mengikuti votum, salam dan introitus dalam suatu ibadah itu berarti saya tidak ikut dalam suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut.oleh karena itu setelah mempelajari arti dan makna dari ketiga hal ini semakin menumbuhkan kedisiplinan dalam diri saya agar tepat waktu untuk beribadah. kalau teman-teman melihat masih kurangnya pemaknaan dari ketiga hal ini di dalam jemaat kita, hal apakah yang kita harus perbuat untuk dapat memberikan penjelasan kepada jemaat sementtara di dalam jemaat sering juga kita melihat bahwa semua punya kesibukan masing-masing, sehingga ada ungkapan mengatakan tidak apa-apa terlambat yang penting ibadah? apakah cukup hanya dengan memberi penjelasan mengnai hal ini saja? toh tiap mau ibadah pasti selalu ada kesibukan masing-masing? trimakasih.
Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.
BalasHapusTerimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam.