Senin, 14 Maret 2016

Nilai-nilai Kemanusiaan Teo. IB - Kelompok V



Nama                          :  Afri Yohanes Sinaga
   Alwi Jauhari Lingga
   Dede Genta Sari Br.Tarigan
                                       Sarah Dearni Sinaga
                                       Yosef Siahaan
                                      
Tingkat / Jurusan      :  I-B / Teologia
Mata Kuliah               :  Ilmu Budaya Dasar
Dosen Pembimbing   :  Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
Si Penggembala Cerita[1]
I.                   Pendahuluan
Novel adalah salah satu karya satra yang kata-katanya mengandung kiasan makna yang mendalam atau makna yang membuat kita ingin terus membacanya. Dalam sajian kali ini kami para penyaji akan membahas beberapa karya seoreng penulis novel yaitu Y.B. mangunwijaya (YBM). Semoga sajian kami ini menambah wawasan kita.
II.                Pembahasan
2.1. Kutipan
Kita bisa merasakan rangsang religiositas melalui pilihan kutipan-kutipan di berbagai buku garapan YBM. Novel Romo Rahadi (1981) memuat dua kutipan impresif. Kutipan dari kitab Amos 5 : 20 “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya.” Kutipan dari Ernest Renan, penulis risalah moncer berjudul “Qu’est ce qu’une nation?” (1882) : “Keragu-raguan adalah sebentuk penghormatan kepada kebenaran.” YBM menaruh dua kutipan di halaman awal, sebelum pembaca masuk ke lembah cerita.
Kutipan puitis dimunculkan di halaman awal novel Burung-burung Rantau (1992). Kutipan berasal dari Robert Musil : “Yang terjadi/ bagi dia/ menjadi lambang dari sesuatu yang/ boleh jadi tidak terjadi,/ tetapi yang dia hayati;/ penghayatan manusia/ selaku keseluruhan dari kemungkinan-/kemungkinannya, manusia potensial/; syair yang tak tertulis dari adanya dia/ yang menjumpai/ manusia/ sebagai tulisan dari yang nyata terjadi.” Pembaca berhadapan kutipan sebelum menikmati lembaran-lembaran cerita. YBM seolah berpesan bahwa kutipan kutipan itu adalah “pengantar” ke “perenungan”.
YBM mencantumkan kutipan religious. Kutipannya berasal dari Kitab Mazmur (105:3): “Hendaklah bersuka hati orang-orang yang mencari Tuhan”. Kutipan ini mengesankan undangan religious, pemaknaan terperantarai kata.
2.2. Bersastra
Ingatan pembaca memang sering ke cerita, menghadirkan ulang melalui tulisan ataupun ucapan merujuk ke “sinopsis” dan telah penilaian. Siasat ini memang bakal membuat novel-novel YBM terus teringat, termiliki tanpa pembatasan ruang dan waktu. Cerita tentang politik, asmara, korupsi, sains, agama, seks, sejarah, keluarga, dalam novel-novel YBM adalah ejawantah[2] “ketulusan”. Bersastra memerlukan ketulusan dengan pengertian kesungguhan. YBM tak sekedar mengasuh kata. Penghadiran cerita selalu memiliki keterlibatan dengan perkara-perkara pokok di kehidupan, ada di orbit sastra kontektual dan mengakar ke realitas. Penggembala cerita ingin susastra adalah urusan kontemplasi. Pengajuan peristiwa dan tokoh mengenai pelbagai tema bermula dan berujung dengan pengikatan : kontemplasi[3]
YBM (1986) pernah berpetuah : “… sastra atau bersastra itu pewahyuan hidup manusia.”  Pewahyuan itu mengandung aktualisasi diri. Bersastra adalah perkara biasa. Kita bisa mengartikan “biasa” sebagai kewajaran, kelumrahan, kelaziman tanpa harus bernalar hierarkis[4] atau diskriminatif.[5] Sastra ada dalam keseharian. Sastra itu hidup. Kita tak menaruh sastra sebagai urusan “jenjang”, “keterpilihan”, “pembeda”. YBM menghendaki sastra ada di laku hidup keseharian agar tak ada “keberjarakan” atau “pengasingan.” Anutan ini memunculkan persembahan cerita berjudul : Romo Rahadi (1981), Burung-burung Manyar (1981), Ikan-ikan Hiu Ido, Homa (1984), Roro Mendut (1983-1986), Balada Becak (1985), Durga Umayi (1991),  Burung-burung Rantau (1992), Balada Dara-dara Mendut (1993), Pohon Sesawi. Novel-novel bergelimbang makna, memuat pesan-pesan berkelimpahan tak selesai diperbincangkan.
Pilihan menggarap novel menjelaskan misi bersastra. YBM tak mengelak dari puisi. “Lembah prosa” memang memikat ketimbang puisi dengan kesadaran tak terjerat bentuk ragawi. Pembaca sulit mengelak bahwa novel-novel YBM adalah lembah prosa, tapi mengandung “kelebatan puisi.” Puisi tanpa pengertian bait atau larik. Novel justru hamparan puisi : menghampiri pembaca dengan kontemplasi puitis. YBM tak harus dijuluki “manusia prosa” atau “manusia puisi.” Prosa adalah “perantaraan” hadir ke siding pembaca secara realitas. Puisi adalah “pendalaman” tanpa pengetatan struktur sastra. YBM memberi jani bahwa suguhan cerita-cerita berpijak ke kontemplasi. YBM (1997) pernah berpendapat bahwa penulis novel serius alias “susastra” senasib dengan dalang, berpamrih mewartakan kesakralan lakon atau cerita. Kita membaca novel-novel YBM sebagai pembuktian gairah susastra.
2.3. Lambang
Penggembala cerita mengajak pembaca menjadi tukang tafsir lambang. Novel-novel YBM adalah jagat lambang. Kita bias mengajukan kutipan di novel Burung-burung Rantau (1992) sebagai pengandaian : “…Dunia lambang tak harus mengikuti logika dan etika tersendiri, bahkan boleh disebut juga suatu Supralogika yang melayang bagaikan awan-awan diatas gunung dan lembah, namun yang mengandung uap air mati-hidup bagai segala yang dibawahnya…” YBM menggunakan rujukan wayang, kita bisa mengalihkan ke garapan novel. YBM pun mengakui wayang adalah referensi. Novel pun menjadi dunia lambang mirip lakon-lakon wayang. Penafsiran atas lambang sering dikerjakan dengan pelbagai tendensi[6]. Novel-novel YBM biasa ditempatkan di urusan-urusan mengandung dilema dan polemik[7]. Tukang tafsir mengajukan argumentasi-argumentasi, berikhtiar mengaitkan novel-novel dengan orbit pemikiran YBM. Novel perlahan bertaburan deretan gagasan muluk dan agung. Pembaca seolah menuruti pamrih YBM saat mengutip perkataan Franz Kafka : “Sastra terbang mencari kebenaran, tetapi dengan niat tegas, tanpa membiarkan sayap-sayapnya terbakar.”
YBM adalah penabur lambang di novel. Pembaca bakal menemukan untaian renungan melalui pilihan-pilihan lambang merujuk ke flora dan fauna. Kosmologi cerita selalu mengembalikan pembaca ke lambang-lambang, menuntun ke pengertian-pengertian berjejak tanpa takabur atau memuja kemodernan dengan idiom-idiom[8] sains dan teknologi. YBM memiliki kompetensi tentang ilmu-ilmu muktahir, tapi selalu mengembalikan cerita ke rumah alam : flora dan fauna. Cerita berlambang, pembaca mengembara ke jagat permaknaan.
Novel Burung-burung Manyar (1981) berkelimpahan lambang. Pembaca bisa termenung saat menikmati cerita dibagian satu dan dua. YBM mirip kawi, mengurai hidup dan mempersembahkan cerita berlebat lambang. Pemberian judul di babak-babak cerita tampak mengesankan, pikat lambang bertaburan imajinasi. YBM dibagian dua mencantumkan ungkapan-ungkapan merujuk ke jagat fauna : “anak harimau mengamuk”, “merpati lepas”, “singa mengerti”, “banteng-banteng muncul”, “elang-elang menyerang”, macan tutul meraung”, “ayam-ayam disamabar”, “cenderawasih terpanah”, “burung kul mendamba”. Pembaca mengalami pengembaraan imajinasi, membaca dan merenung berbekal pengetahuan tentang fauna. Kehadiran novel Burung-burung Manyar (1981) adalah ejawantah kosmologi pengarang di jagat kehidupan tradisional dan modern, berpijak keolahan referensi kebijakan lawas dan selebrasi sains. YMB (1987) memberi pengakuan bahwa novel Burung-burung Manyar (1981) berutang ke Adolf Portman, biology-antropolog  asal Jerman. Buku berjudul Biologie und Geist meresap ke novel.
Urusan flora-fauna juga mengingatkan kita dengan novel Romo Rahadi (1981). Latar Papua memberi rangsang imajinasi hutan, sungai, hewan, gunung. Tokoh-tokoh YBM menjalani hidup tanpa sungkan, menengok ke Barat dan Timur. Mereka memiliki penghidupan sulit teramalkan. Hildegard, Rahadi, Rosi ada di Papua, bercakap dengan lambang dari flora dan fauna, terbahasakan secara lokal dan “terbaca” oleh manusia modern sebagai materi dalam ilmu : biologi dan antropologi. Deskripsi YBM (1981) menegenai Papua atau Irian menamilkan aksentuasi[9] “imajinasi-mengalami” dan “imajinasi-kehadiran” : “Masuk Jayapura, orang dimanja oleh pemandangan yang menakjubkan. Selewat Danau Sentani kita dipameri daratan-daratan yang membentang diantara gunung-gunung rendah yang mengingatkan pada punggung gagak dan badak…” Pengetahuan YBM tentang flora dan fauna juga muncul berlatar kehidupan di Papua.
YBM mirip ahli waris sastra kuno, mengisahkan idup dengan lambang-lambang, merujuk ke flora dan fauna. Zoetmulder dalam buku Kalangwan (1983) memberi uraian tentang pikat flora-fauna. YBM meneruskan siasat penceritaan di masa silam untuk “berpetuah” tentag identitas, bangsa, kemanusiaan, multikulutalisme, agama bereferensi pengetahuan flora-fauna.   
2.4. Hati Nurani
Penggembala cerita tetap menginginkan cerita mengantarkan pesan-pesan berkaitan dengan misi manusia. YBM membahasakan bahwa susastra memiliki historis dan filsafat. YBM juga menghendaki diri sebagai “sastrawan hati nurani”. Sastra tak sekedar cerita. Sastra berurusan dengan hati nurani. Sastra menghampiripembaca sebagai suluh untuk mengalami dan mengartikan hidup, berpijak ke hati nurani.
Pendaran pesan sastra berhati nurani bisa ditilik di nukilan Burung-burung Rantau (1992). Tokoh bernama Neti memberi-menghadirkan diri didunia kaum miskin, berbagi ilmu penghidupan. Lakon empati dan keterlibatan diri menerangkan ada keberpihakan hidup, pewartaan nilai-nilai kemanusiaan, rengkuhan atas kebersamaan tanpa nalar dominatif dan diskriminatif. Neti adalah sarjana dan lahir-tumbuh di keluarga berlimpah harta. Amalan ini memerlukan sengketa argumentasi, keraguan sebelum kelegaan. Neti bermenung alias menggugat misi : “Padahal bukankah kau seharusnya melakukan semua ini demi orang-orang kampung kumuh itu sendiri, jadi murni tanpa motivasi ekstern lain yang asing yang tidak ada sangkut pautnya dengan nasib kehidupan mereka yang ingin kau tolong itu!” YBM memang tak terbia menampilkan peristiwa-peristiwa berhati nurani tanpa pertimbangan-pertimbangan filosofis dan religious.
Kita bias membuka halaman awal mengenai makna penggrapan dan penerbitan Burung-burung Rantau (1992). YBM mempersembahkan novel untuk : “…adik-adik sosiawati-sosiawan serta para peneguh Yayasan Dinamika Edukasi Dasar yang penuh dedikasi mengabdi anak-anak miskin dalam iman, harapan dan cinta sayang segar muda.” Novel ini memang bercabang cerita, bergerak ke segala penjuru arah. YBM pun memberi aksentuasi bahwa cerita bermula dan berakhir demi hati nurani. Sejumput makna tentang keterlibatan dengan kaum miskin, kesadaran berbelas kasih dan menabur kebaikan menimbulkan terang dalam kehidupan. Pengakuan filosofis-religius muncul di lakon kehidupan Neti. Simaklah : “…Neti merasa bahwa justru dia sendirilah yang ditolong oleh kaum kecil di kampung itu, apalai kalau mendengar khotbah di gereja, bahwa Sang Penolong pada hakikatnya hanyalah Tuhan sendiri, bukan kita manusia yang penuh pamrih dan dalih serong mencong oleh kesombongan”.
2.5.Intelektual
Tokoh-tokoh di novel-novel YBM sering sarjana, manusia intelektual, berpengetahuan dengan kiblat Barat-Timur. Nilai-nilai hidup dan kemanusiaan sering disorot dengan mata-intelektualitas, mengarah ke universitas tanpa abai lokalitas. Kehadiran tokoh dan tema perlahan memusat ke urusan hati nurani dan religiolitas. YBM menginginkan tokoh-tokoh itu ada di sarjana arifin, beriman, dan bijak dalam mengurusi pelbagai tema di kehidupan. YBM (1975) pernah menggunkana pemikiran Hatta (1957) berkata : “Berdiam diri melihat kesalahan dan kelemahan masyarakat atau diam berarti mengkhianati semua dasar kemanusiaan, yang seharusnya menjadi pedoman hidup bagi kaum intelektual umumnya… Kaum intelegensia tak saja harus mewujudkan tanggung jawab moral.”
Tokoh-tokoh intelektual dalam novel-novel YBM bergumul dengan seribu pamrih. Puja ide, godaan uang, ambisi profesi, amalan kemanusiaan, idealitas ilmu, dan moral selalu muncul untuk diperdebatkan, tak selesai di untaian kata dan peristiwa. YBM justru meneruskan perdebatan itu ke biografi pembaca saat memandang diri dan Indonesia. Suguhan-suguhan cerita berpolemik ala YBM  memang mengesankan ada jejak sejarah keintelektualan dan kultural di Indonesia. Pamela Allen (2004) menganggap kehadiran novel Burung-burung Manyar (1981) merupakan kesengajaan “mencomot[10]” kesejarahan ideologi dan nalar-imajinasi kultural di masa silam leas ditafsirkan secara kontekstual oleh YBM berlatar Indonesia di masa pembangunan-modernisasi. Peran sarjana berkaitan amalan-amalan kemanusiaan, ujian moralitas, jerat teknologi, ejawantah ilmu di Negara berkembang, religiolitas di zaman bergegas disajikan oleh YBM dalam percabangan cerita. Penggembala cerita seolah ingin “menggoda” pembaca di episode-episode polemik. Suguhan-suguhan polemik dari penggembala cerita itu digenapi dengan dengan seruan : “Cinta akan kebenaran , setia pada kejujuran, penelanjangan kemunafikan, pandu yang menjembatani ide dan realita, detektif yang membuka tabir penipuan terselubung, maharsi yang tanpa gentar mencari yang sejati…” Seruan ini tampak diarahkan bagi kaum sarjana, tokoh di dunia cerita, dan lakon Indonesia.
Pembaca tentu mengingat julukan untuk tokoh Larasati dalam novel Burung-burung Manyar (1981). Larasati dikaruniai “jiwa yang arif”. Keserjanaan untuk berbagi, memberi diri ke seribu lakon kehidupan bersama orang-orang, mewartakan kebaikan-kebenaran-keadilan demi hidup bermartabat. Penampilan tokoh-tokoh dengan “kearifan” dan semaian kebijaksanaan juga mucul dalam novel Durga Umayi (1991). YBM mengajak pembaca merenungi biografi manusia dari pengertian-pengertian pertentangan, memilih dengan pertimbangan tak sepihak. Lacak intelektual diimbuhi kesadaran atas hikmah mitologis. Tokoh-tokoh dalam Durga Umayi (1991) mengesankan ada pertauan dari ingatan mitologis ke persesuaian kondisi manusia Indonesia di zaman tak keruan.
2.6.Esai
Penggembala cerita tak Cuma melenakan pembaca di kubangan imajinasi. Suguhan uraian-uraian berlagak esai sengaja dihadirkan oleh YBM. Esai itu rangsangan ide dan argumentasi untuk berpolemik. Kita bakal menemukan esai menjiwai novel-novel YBM, reprentasi dari kegandrungan[11] memperkarakan pelbagai hal dalam kehidupan. YBM tak cuma penggembala cerita. Ratusan esai pun tersajikan, menghampiri pembaca sebagai untaian renungan, humor, kritik, celotehan, khotbah.
Esai hadir di halaman-halaman novel Burung-burung Manyar (1981). Penjelasan berlajak esai disampaikan melalui tokoh Larasati : “Sebab, siapa berkemauan untuk memilih, dia mengatasi nasib, ia raja yang menguasai dalil rutin belaka… Dari sebab itu, pengetahuan yang mendalam mengenai seluk-beluk pengambilan keputusan dari naluri nasib yang hanaya tunduk kepada kepastian buta, akan dapat menolong kita , memahami hal-hal kolektif, yang seolah-olah merupakan suatu instink keharusan adat maupun kebiasaan nasional; dalam perpaduannya yang serasi dengan segala kreatif, yang serba baru dan khas pribadi. Sebab, walaupun kita adalah manusia dan berbakat kesadaran serta berpotensi emosional mampu memilih dan mengambil keputusan yang berdaulat, kita tidak boleh lupa,kita tertambat dengan berjuta-juta benang halus sutera tak tampak dengan alam raya dan dunia flora dan fauna. Juga dengan tanah-air dan rakyat.”
YBM telah mewariskan novel, cerpen, esai. Warisan-warisan terus terbaca, mengundang orang selalu memberi arti, tak rampung. Penggembala cerita mengantar kita ke perdebatan-perdebatan panjang, menggairahkan, dan bergerak ke terang. Begitu.
III.             Analisa
Dalam sebuah karya sastra yang membuat karya satra itu menarik untuk dibaca adalah kata-kata yang terkandung di dalam sebuah karya sastra tersebut. YBM adalah seorang penggembala cerita. Kita mengenali dia sebagai pengarang cerpen, novel, esai. YBM juga berperan sebagai “peminat kesusastraan”. Dalam karya YBM tidak hanya kata-katanya yang menarik tapi ada banyak hal yang sangat menarik untuk dipelajari dan diketahui, seperti kutipan dari berbagai buku, menggunakan bahasa sastra yang baik, memasukkan lambing-lambang yang menarik, menulis berdasarkan hati nurani, memiliki intelektual yang tinggi, dan menggunakan esai dalam karyanya. Jika kita membaca karya dari YBM kita tidak hanya sekedar membaca karya sastra yang secara umum fungsinya hanyalah untuk hiburan semata, namun dalam karya YBM ini kita juga diajarkan untuk memiliki pemikiran religius karna sering mengutip kata-kata dari kitab suci. Karya YBM ini juga sering menggunakan lambang seperti menggunakan lambing flora atau fauna yang ada di bumi. Tujuannya adalah agar kita jangan hanya mementingkan atau memikirkan diri sendiri namun kita haurs lebih bisa menghargai seluruh ciptaan Tuhan yang ada di dunia ini. Karya YBM ini juga sering membuat perenungan tentang kehidupan manusia terutama kehidupan manusia yang sengsara seperti “Burung-Burung Rantau” tujuannya adalah agar kita merenungkan bagaimana kehidupan kita dan kita harus bisa membuka hati nurani pada sesama. YBM juga sering menggambarkan seorang tokoh yang berpengetahuan tinggi agar kita juga memiliki intelektual yang tinggi seperti tokoh yang ada dalam karyanya tersebut. Dan yang terakhir YPM juga sering membuat pertanyaan-pertanyaan dalam karyanya tujuannya adalah agar pembaca juga harus membuka otak kita dan menganalisa karyanya agar kita lebih memahami dan mengingat karya dari YBM ini.
IV.             Kesimpulan
Setelah kami membahas “Si Penggembala Cerita” ternyata si penggembala cerita itu adalah seorang pengarang yang bernama Y.B. Mangunwijaya dia membuat karya yang sangat hebat, karena dia mengarang karyanya  tidak hanya menggunakan kata-kata satra, tetapi juga mengkaitkan dengan keadaan manusia dan dengan pemikiran logis, makanya dia disebut “Si Penggembala Cerita” bukan sipenulis cerita.
V.                Daftar Pustaka
Manguniwijaya, Y.B., Forum Mangunwijaya IX, Humanisme Y.B. Mangunwijaya, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2015.


[1] Y.B. Manguniwijaya, Forum Mangunwijaya IX, Humanisme Y.B. Mangunwijaya, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2015), 83-93.

[2] Ejawantah : menjelma
[3] Kontemplasi : renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh
[4]Hierarkis : urutan tingkatan atau jenjang jabatan
[5] Diskriminatif : membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya
[6] Tendensi : kecenderungan, kecondongan pada suatu hal
[7] Polemik : tukar pikiran antara dua pihak yang berbeda paham tentang masalah sastra, jika berbentuk tulisan disebut (perang pena)
[8] Konstruksi yang majnanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya, misalnya “kambing hitam”
[9] Aksentuasi : pemberian tekanan suara pada suku kata atau kata
[10] Mengambil atau memegang dengan tangan
[11] Sangat rindu

34 komentar:

  1. Kelompok 1 pembahas dari sajian kelompok 5 “si pengembala cerita”
    Memang sudah sepantasnya seorang romo mangun dikatakan sebagai si penggembala cerita. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya karya sastra yang telah ditulis oleh romo mangun, dan prestasi-prestasi cemerlang yang telah diraih oleh romo. Kami para pembahas akan memaparkan sedikit tentang prestasi yang diraih oleh romo. Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996. Ia banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Buku Sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan buku non-fiksi terbaik tahun 1982. Dan seperti yang telah penyaji paparkan dalam sajiannya, Dalam hampir semua novel karya romo mangun pembaca diajak untuk menjadi tukang tafsir lambang. Novel-novel YBM adalah jagat lambang. Kita bisa mengajukan kutipan di novel Burung-burung Rantau (1992) sebagai pengandaian : “…Dunia lambang tak harus mengikuti logika dan etika tersendiri, bahkan boleh disebut juga suatu Supralogika yang melayang bagaikan awan-awan diatas gunung dan lembah, namun yang mengandung uap air mati-hidup bagai segala yang dibawahnya…”. Dan ternyata romo mangun bukan hanya menulis novel saja dia juga menulis banyak cerpen di antaranya “Lampu Warisan” (Juli 1980), “Sungai Batu” (Agustus 1980), “Colt Kemarau” (Agustus 1980), “Cat Kaleng” (September 1980), “Hadiah Abang” (September 1980), “Malam Basah” (September 1980), dan “Rumah Bambu” (September 1980). Dan seperti yang para penyaji telah paparkan romo mangun menulis cerpen dan novel berdasarkan rasa humanisme yang tinggi dalam dirinya. Dan dalam setiap novel dan cerpen karya romo manggun mengandung kalimat-kalimat yang mengugah hati nurani kita, dan menambah wawasan itelektual kita. Dan bukan hanya dibidang sastra saja romo mangun juga bergelut Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Aga Khan Award, yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kresi perbinta br tarigan
      15.01.1284
      septa rina simanjorang
      15.01.1352
      hendi saputra purba
      15.01. 1267
      bona putra purba
      15.01.1223
      johannes M purba
      15.01.1277
      pertanyaan:
      1. kenapa dalam karya romo mangun menggunakan yang lambang-lambang dan juga kenapa lambang-lambang yang digunakan romo adalah hewan-hewan?

      Hapus
    2. terimakasih atas pertanyaannya, seperti yang dijelaskan oleh bapak dosen kita bahwa lambang adalah bukti sastra menjadi dalam, bahkan budaya itu unik.

      Hapus
    3. Baiklah kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari kelompok pembahas,mengapa dalam karya room mangun digunakan lambing-lambang. Menurut kami Romo mangu menggunakan lambing-lambang agar kita manusia tidak hanya mementingkan diri kita sendiri,agar kita juga sadar kalau masih ada Ciptaan Tuhan lainnya yang bisa saja lebih memberikan kita pelajaran hidup. Terimakasih

      Hapus
  2. Nama : Chandra Syahputra Pasaribu
    NIM : 15-02-568
    Ting/Jur : 1/PAK

    Romo Mangun adalah seorang tokoh yang tidak hanya mememiliki multitalenta tetapi juga seorang penggembala cerita. Dimana melalui ceritanya yang dia sampaikan adalah dia ingin sekali mengembalakan nilai-nilai kemanusiaan. Romo Mangun sangat begitu produktif atau kaya dengan cerita-cerita yang mengadung pesan-pesan moralitas. Yang ingin disampaikan Romo Mangun sangatlah mudah dipahami, karena menyangkut pengalaman hidup sehari-hari. Cerita-ceritanya terkandung seperti renungan, humor, sebagai kritik, namun selalu keluar jiwa kepastorannya (jiwa berkhotbah).
    Sipengembala cerita sangat cocok bagi guru PAK dan Pendeta untuk dikembangkan, karena bisa menuntun hidup. Kesan yang penting adalah Pendeta (Guru) harus berbakat untuk membekali para pendengar supaya meningkatkan moralitas. Mengajarkan Alkitab tentu banyak sekali kisah-kisahnya dengan cara bercerita, suka menolong, dan merawat orang.

    Dari penjelasan di atas, tentu sangat berkaitan langsung bagi kita sebagai pelayan Tuhan terkhusus bagi kita Jurusan PAK dan Teologi. Kita juga tahu bahwa, kita juga akan menjadi Sipenggembala cerita. Lalu apa visi dan misi para penyaji untuk kedepannya dalam menyampaikan firman Tuhan yang dapat menarik perhatian sipendengar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisah seorang Tokoh yang luar biasa.
      Seorang Dokter yang Membangun Nilai Moral

      Berbicara tentang penggembala cerita tentu berkaitan langsung kepada semua orang tanpa terkecuali, seperti orang tua, kakak, abang, dan orang-orang yang memiliki umur yang lebih tua dari pada kita. Begitu juga dengan kisah seorang tokoh yang akan saya sampaikan kepada anda semua, dia adalah seorang tokoh yang kisahnya sangat menarik yang saya ambil dari acara Kick Andy pada tanggal 15 April 2016, semoga ini dapat menambah wawasan kita semua.
      Ada seorang dokter yang sangat sederhana yang memiliki segudang gelar tetapi tidak begitu pepuler. Kebanyakan dokter-dokter pada umumnya adalah orang-orang yang bisa dikatakan cukup mewah, karena pada umumnya mereka selain mendapatkan gaji dari pemerintah, mereka juga mengharapkan bayaran dari pasien dan bahkan kebanyakan dokter tidak mau membantu/menolong pasiennya karena alasan kurang biaya.
      Berbeda halnya dengan seorang dokter yang satu ini, sebut saja Aznan Lelo. Dia adalah seorang dokter yang banyak gelar, dia juga seorang guru, dan seorang professor. Beliau berasal dari keluarga yang kurang mampu dimana orang tuanya tidak tamat SD dan pekerjaan orang tuanya hanya sebagai tukang jahit. Tetapi itu tidak mematahkan semangatnya untuk berkeinginan menjalani kuliah, dengan semangatnya yang luar biasa beliau mengumpulkan kertas-kertas bekas yang tidak dipakai untuk dijual. Memang penghasilannya tidak seberapa tetapi itu dicukupinya untuk kebutuhan kuliahnya tanpa meminta lagi kepada orang tuanya.
      Setelah dia berhasil menjadi seorang dokter, dia tetap sangat sederhana sekali, dimana dia tidak mengharapkan bayaran dari pasien. Katanya ‘’dikasih syukur,tidak dikasihpun tidak apa-apa’’ , dia berpengangan kepada tiga prinsip sebagai seorang dokter, yaitu :’’ jangan meminta bayaran dari pasien, peduli kepada orang yang ingin berguru (belajar), tanggapilah orang yang meminta nasihat’’. Setiap harinya beliau harus mengobati minimal 30-150 orang setiap harinya. Dia hanya di bantu oleh istrinya dan beberapa kariawannya, dimana kariawannya ini juga tidak mendatkan gaji yang sesuai. Dia berkata ‘’uang itu tidak ada apa-apa, misalnya kamu memiliki dua rumah, lalu untuk apa kedua rumah itu, sementara kamu tidak bisa menempati keduanya sekaligus’’.
      Dan pesan terakhirnya kepada adak muda adalah ‘’ apa yang kamu cari dalam hidup ini? Kalau kamu menjawab uang, maka sampai kapanpun kamu tidak pernah bisa menikmati kenikmatan hidup, karena ada orang yang lebih mementingkan uang jarang sekali berkumpul dengan keluarganya karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Karena kenikmatan hidup yang sesungguhnya tidak bisa diukur lewat uang, tetapi adanya terjalin kebersamaan kepada orang-orang yang anda anggap berharga’’.

      Dari kisah seorang tokoh diatas tentu sudah membuka wawasan kita untuk kedepannya, namun pertanyaannya adalah apa tanggapan anda mengenai kisah tersebut?, lalu apa yang anda cari dalam hidup ini?, dan perencanaan atau langkah-langkah apa yang akan atau yang sudah anda lakukan untuk mewujudkan itu semua?

      Hapus
  3. Nama : Johannes.Panjaitan
    NIM : 15.01.1278

    Melalui pengenalan kita terhadap Mangunwijaya marilah kita membuka hati nurani dan sebagai penerus untuk membangun sosok yang peduli terhadap sesama manusia. Kita disadarkan dan berarti kita diharapkan untuk bertindak. Mari kita membawa perubahan yang baik . Perkataan Mother Theresa yang saya kutip “Apabila kita berbuat baik, tetaplah berbuat baik, apabila kita sukses mungkin banyak orang yang akan cemburu tetapi teruskanlah cita-citamu, teruslah bersifat jujur, jangan pernah berhenti walau semuanya hancur dan tetaplah membangun".

    BalasHapus
  4. Nama :CHRISTIANI
    NIM :15.01.1228
    Ting/Jur :IB/Theologi
    syalom bagi kita semua, pembahasan kita kali ini adalah tentang "Si Penggembala Cerita" yang saya ingin pertanyakan adalah adakah orang-orang yang terpengaruh terhadap novel-novel Romo, dan jika pun ada orang yang terpengeruh kearah yang lebih baik saat membaca novel tersebut, tetapi yang menjadi masalahnya adalah jika ada orang yang dipengeruhi kearah yang baik saat membacanya, tetapi jika orng tersebut tidak membaca novel tersebut ia kembali kewataknya yang semula yaitu seperti pembangka dan juga tak peduli akan lingkungan dan orang sekitar. Pertanyaan saya adalah apakah novel atau karya-karya dari Romo ini hanyalah memberikan nasihat untuk sesaat saja (bius semata)bagi para pembacanya??
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. nama : kresi perbinta
      nim : 15.01.1284
      PEMBAHAS
      terima kasih kepada saudari cristiani kami dari pembahas akan mencoba menjawab pertnyaan dari saudara. menurut kami bukan hanya nasihat sementara karna nasihat-nasihat yang terdapat dalam karya romo mangun itu selama kita masih hidup itu akan tetap berbanfaat bagi kita. karena yang dituliskan di dalam karya tersebut adalah bagaimana kita sebagai sesama manusia menghargai/ peduli terhadap lingkungan dan sesama manusia yang terasingkan. jika saudara bertanya mengenai adakah orang yang terpengaruh karna karya-karya romo. saya bisa pastikan sudah pasti banyak sekali. hanya ini yang mungkin dapat kami jaab trimakasih.

      Hapus
    2. Kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudari Christiani,karya Romo mangun itu tidak hanya sesaat atau sementara, namun jika pembacanya hanya pada saat membaca terarah pada hal yang baik berarti mungkin si pembaca tidak membaca dengan sungguh2 apa maksud dari karya Romo Mangun. dan untuk ada atau tidaknya yang terpengaruh kepada karya-karya Romo mangun,seperti yang sudah dijelaskan Bapak Dosen kita banyak yang terpengaruh oleh karya-karya Romo ini,bahkan Bapak dosen kita saja terinspirasi dari karya Romo Mangun ini. Terimakasih

      Hapus
  5. Nama : Sutra sitompul
    Ting/Jur : 1B/Theologia
    Nim : 15.01.1332
    Syalom bagi kita, pembahasan kita kali ini adalah tentang "Si Penggembala Cerita" yang saya ingin pertanyakan adalah sebenarnya pengembala yang seperti apa yang di arahkan Romo ini kepada pembaca dan apakah kita sebagai mahahasiswa ini sudah bisa di katakan sebagai pengembala? Jika ia harap penyaji jelaskan, Trimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya, perlu kami tekankan kepada saudari sutra bahwa bukan romo yang mengatakan dirinya "Si penggembala cerita" namun bandung mawardi dan maksut bandung mawardi mengatakan romo si penggembala cerita adalah karena ia melihat karya romo yang bukan hanya berbentuk novel tapi juga cerpen, esai,dan bentuk prosa lainnya, dan apakah kita sudah bisa dikatakan sebagai penggembala. Itu tergantung apa yang sudah kita perbuat.

      Hapus
    2. nama: ramoti hutabarat
      nim; 15.01.1304
      saya ingi bertanya maksud saudara alwi " bergantung apa yang kita perbuat" emangnya apa yang harus kita perbuat supaya kita bisa dikatakan sebagai penggembala terima kasiih

      Hapus
  6. sebelum nya saya minta maaf....

    sebenarnya saya sedikit ragu dengan semua karya romo mangun yang katanya begini dan begitu sebab yang saya tau hanya judul-judul buku nya saja yang bisa saya lihat tanpa ada isi-isi karya romo mangun didalam sajian ini. apalagi berbicara tentang hati nurani, bentuk2 kalimat yang menyatakan bahwa romo mangun bercerita dan menggambarkan tentang hati nurani apakah sudah cukup dengan memberikan judul bukunya burung rantau dan semacam nya dengan menghadir2kan nama2 tokoh segala untuk mengerti dan melihat bagaimana posisi hati nurani seseorang itu.? pahitkah atau penuh bahagiah ucapan syukur.?

    terus apa yang perlu saya bongkar dalam hal ini, saya saja tidak mengetahui dimana letak kelebihan dan kekurangan karya2 romo mangun ini, kalaulah para penyaji tidak mempunyai tempat disajian untuk melampirkan kata2 yg menunjukkan hati nurani yg terdapat di dalam karya2 romo mangun paling tidak saudara bicarakan sedikit agar saya ikut mengerti dan terlibat dalam karya romo mangun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nama : kresi perbinta tarigan
      nim : 15.01.1284
      PEMBAHAS
      kami akan mencoba menjawab kebingungan- kebingungan saudara. untuk mengatasi keraguan saudara togatorop saudara bisa membaca karya-karya romo mangun di situs-situs mengenai romo mangun di internet. dan saya yakin jika saudara sudah membacanya/membukanya saudara akan mengerti mengenai karya romo. trimakaris

      Hapus
    2. Baiklah kami juga para penyaji akan menjawab kebingungan dari saudara Andri,ya seperti yang dijelaskan oleh bapak dosen kita ya saudara kita tidak boleh meragukan karya-karya Romo Mangun. Karena apa yang dituliskan oleh karya-karya Romo semua berdasarkan apa yang dilihatnya. Kalau anda ragu atau bingung mungkin Saudara Andri membaca karya-karya Romo belum bersungguh-sungguh atau saja pikiran saudara sedang kacau. Saya setuju dengan saudara Pembahas jika anda masih ragu silahkan anda membuka situs-situs Romo Mangun agar anda tidak ragu lagi dengan karya-karya Romo Mangun. Terimakasih.

      Hapus
  7. pertama kami minta maaf kepada saudara-saudara kami kelas I-B karena kami lama menjawab pertanyaan saudara karena bermasalah dengan jaringan internet, terimakasih
    1. Ronika :
    Bagaimana tanggapan para penyaji tentang kaum miskin yang hanya diperhatikan tanpa ada perbuatan?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, menurut kami para penyaji jika kita tidak melakukan sesuatu terhadap orang-orang miskin padahal kita seharusnya mampu untuk membantu orang tersebut berarti kita telah melupakan dan tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan itu sebagai seorang manusia yang humanis kita seharusnya membantu orang tersebut jika kita bisa.
    2. Johannes panjaitan:
    Apa hal yang ditekankan dalam hal ini?
    Bagaimana pandangan Romo dengan lingkungan Indonesia saat ini?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, yang ditekankan dalam karya romo kali ini adalah bagaimana bandung mawardi yang memaparkan keunggulan dari karya-karya romo, dan pertanyaan selanjutnya bagaimana pandangan romodengan lingkungan Indonesia saat ini , menurut kami para penyaji karena romo melihat negeri kita ini memiliki banyak masalah, salah satunya mengenai kemiskinan sehingga ia membuat karyanya ini agar setiap orang yang membacanya terketuk hatinya untuk melakukan seperti yang telah dilakukannya tersebut.
    3. Septarina simanjorang:
    Apakah setiap karya romo dapat mengerti oleh pembaca?
    Apakah karyanya ada tertera di masyarakat?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, jika berbicara tentang mengerti atau tidak itu tergantung orangnya saudara, jika memang setelah membaca karya romo ini seseorang tersebut tergerak hatinya berarti dia mengerti inti dari karya romo ini. Dan pertanyaan saudara selanjutnya tentang karya romo, seperti yang dijelaskan oleh dosen kita yang mengatakan bahwa semua karya romo ini adalah kisah nyata yang dilakukan romo jadi jika saudara menanyakan apa karya romo tertera di masyarakat? Jawabannya adala ia.
    4. Feran barus:
    Adakah dasar lain romo dikatakan sebagai “si penggembala cerita” apakah hanya karena novelnya?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, romo dikatakan sebagai “si penggembala cerita” bukan hanya karena novelnya tapi juga karena dia pengarang cerpen, esai dan berbagai bentuk prosa lainnya, seperti yang sudah kami paparkan pada sajian kami.
    5. Fandi herianto:
    Bagaimana konsepsi romo dalam menanggapi orang miskin?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, seperti yang dijelaskan oleh bapak dosen bahwa semua karya romo tersebut adalah hal yang sudah ia lakukan dahulu baru ia tuangkan dalam bentuk karya tulisan, jadi menurut kami konsepsi romo dalam menanggapi orang miskin sudah tertera dalam berbagai karya romo tersebut.
    6. Debora tarigan:
    Apakah dengan membaca karya-karya romo dapat menghantarkan pembaca untuk melakukan nilai-nilai kemanusiaan?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, ya seperti yang kami katakana pada jawaban kami terhadap pertanyaan septarina simanjorang, itu tergantung orangnya jika dia mengerti dan hatinya tergerak setelah membaca karya romo berarti akan melakukan nilai-nilai kemanusiaan.
    7. Andri:
    Apa implikasi dalam bahasan ini?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, implikasi dari bahasan ini adalah kita harus dapat melakukan hal seperti yang dilakukan romo yaitu melakukan nilai-nilai kemanusiaan.
    8. Angel:
    Apa yang harus kita lakukan?bagaimana yang sudah tau ini mengajak orang lain untuk sepikir dengan romo?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, itu tergantung bagaimana cara yang cocok menurut saudara, contohnya melakukan pendekatan dan menjelaskan keunggulan dari karya romo tersebut anda juga bisa melakukan cara anda sendiri itu tergantung dari metode pendekatan saudara.

    BalasHapus
  8. Nama : Ronika Nursagi Panjaitan
    NIM : 15.01.1316
    Tingkat/Jurusan :IB/Theologi

    Terimakasih kepada bapak Dosen yang telah memaparkan materi ini dikelas dan tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih kepada para penyaji yang telah memaparkan tentang "Si Penggembala Cerita".

    Yang menjadi pertanyaan saya dari "Si Penggembala Cerita" yang telah dipaparkan oleh para penyaji adalah Kita sebagai pendeta juga dapat dikatakan sebagai "Gembala". Oleh karena itu misi apa yang harus kita miliki sebagai gembala agar kita tidak salah dalam menggembalakan jemaat kita?
    Terimakasih
    Salam IBD:)
    Syalom

    BalasHapus
    Balasan
    1. nama: septaria br ginting
      nim : 15.01.1324
      terimakasih atas kesempatannya.
      kita sebagai calon pendeta memanga dapat dikatakan adalah "Gembala". menurut saya misi yang harus kita miliki adalah menjangkau para jemaat dan calon jemaat kita. membangun jemaat yang lebih baik, dan bagi seorang gembala, kita juga bisa keluar dari zona aman dan memberitakan injil di luar zona aman. bisa disebut diluar dari kita, (agama luar dan suku-suku terabaikan,orang-orang yang tidak mengenal agama.) sekian dan terimakasi.
      salam IBD.

      Hapus
    2. Kami akan menjawab Pertanyaan Ronika Panjaitan,menurut kami Misi apa yang harus kita lakukan sebagai Pendeta dala jemaat kita nantinya. Ya yang pasti kita harus bisa terinspirasi dari karya-karya Romo mangun yang melakukan pendekatan dengan orang diluar dari lingkugannya. Jadi kita sebagai Pendeta juga nantinya kita juga harus bisa dekat dengan jemaat kita bukan hanya dalam gereja saja namun di luar gereja juga,kita juga mlakukan perubahan di jemaat kita dengan meniru yang diperbua Romo Mangun. Terimakasih.

      Hapus
  9. 1. Ronika :
    Bagaimana tanggapan para penyaji tentang kaum miskin yang hanya diperhatikan tanpa ada perbuatan?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, menurut kami para penyaji jika kita tidak melakukan sesuatu terhadap orang-orang miskin padahal kita seharusnya mampu untuk membantu orang tersebut berarti kita telah melupakan dan tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan itu sebagai seorang manusia yang humanis kita seharusnya membantu orang tersebut jika kita bisa.
    2. Johannes panjaitan:
    Apa hal yang ditekankan dalam hal ini?
    Bagaimana pandangan Romo dengan lingkungan Indonesia saat ini?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, yang ditekankan dalam karya romo kali ini adalah bagaimana bandung mawardi yang memaparkan keunggulan dari karya-karya romo, dan pertanyaan selanjutnya bagaimana pandangan romodengan lingkungan Indonesia saat ini , menurut kami para penyaji karena romo melihat negeri kita ini memiliki banyak masalah, salah satunya mengenai kemiskinan sehingga ia membuat karyanya ini agar setiap orang yang membacanya terketuk hatinya untuk melakukan seperti yang telah dilakukannya tersebut.
    3. Septarina simanjorang:
    Apakah setiap karya romo dapat mengerti oleh pembaca?
    Apakah karyanya ada tertera di masyarakat?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, jika berbicara tentang mengerti atau tidak itu tergantung orangnya saudara, jika memang setelah membaca karya romo ini seseorang tersebut tergerak hatinya berarti dia mengerti inti dari karya romo ini. Dan pertanyaan saudara selanjutnya tentang karya romo, seperti yang dijelaskan oleh dosen kita yang mengatakan bahwa semua karya romo ini adalah kisah nyata yang dilakukan romo jadi jika saudara menanyakan apa karya romo tertera di masyarakat? Jawabannya adala ia.
    4. Feran barus:
    Adakah dasar lain romo dikatakan sebagai “si penggembala cerita” apakah hanya karena novelnya?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, romo dikatakan sebagai “si penggembala cerita” bukan hanya karena novelnya tapi juga karena dia pengarang cerpen, esai dan berbagai bentuk prosa lainnya, seperti yang sudah kami paparkan pada sajian kami.
    5. Fandi herianto:
    Bagaimana konsepsi romo dalam menanggapi orang miskin?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, seperti yang dijelaskan oleh bapak dosen bahwa semua karya romo tersebut adalah hal yang sudah ia lakukan dahulu baru ia tuangkan dalam bentuk karya tulisan, jadi menurut kami konsepsi romo dalam menanggapi orang miskin sudah tertera dalam berbagai karya romo tersebut.
    6. Debora tarigan:
    Apakah dengan membaca karya-karya romo dapat menghantarkan pembaca untuk melakukan nilai-nilai kemanusiaan?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, ya seperti yang kami katakana pada jawaban kami terhadap pertanyaan septarina simanjorang, itu tergantung orangnya jika dia mengerti dan hatinya tergerak setelah membaca karya romo berarti akan melakukan nilai-nilai kemanusiaan.
    7. Andri:
    Apa implikasi dalam bahasan ini?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, implikasi dari bahasan ini adalah kita harus dapat melakukan hal seperti yang dilakukan romo yaitu melakukan nilai-nilai kemanusiaan.
    8. Angel:
    Apa yang harus kita lakukan?bagaimana yang sudah tau ini mengajak orang lain untuk sepikir dengan romo?
    Jawab:
    Terimakasih atas pertanyaannya, itu tergantung bagaimana cara yang cocok menurut saudara, contohnya melakukan pendekatan dan menjelaskan keunggulan dari karya romo tersebut anda juga bisa melakukan cara anda sendiri itu tergantung dari metode pendekatan saudara.
    Terimakasih..

    BalasHapus
  10. Nama :Ella Angelina Surbakti
    NIM :15.01.1248
    Kelas:I-B

    Syalom bagi kita semua...
    Disini kita membahas tentang si penggembala cerita. Dan didalam pembahasan kita ini si penggembala cerita yaitu Romo Mangun. Dan yang ingin saya tanyakan bagaimana supaya semua orang menjadi si penggembala cerita.
    Dan pertanyaan yang kedua disini para penyaji mengatakan membaca bakal menemukan untaian renungan melalui pilihan-pilihan lambang merujuk ke flora dan fauna dan yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana itu merujuk ke flora dan fauna. Dan apa hubungannya dengan novel tersebut. Terima kasih. Syalom

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami akan menjawab pertanyaan dari Ella Surbakti,bagaimana cara kita menjadi seorang Penggembala Cerita. Ya menurut kami para penyaji yang pasti kita harus bisa menulis cerita,cerpen,prosa dan lainnya. Dan kita juga tidak hanya dalam cerita saja namun kita juga harus bisa dalam prakteknya dalam lingkungan kita. Selanjutnya pertanyaan yang kedua merujuk ke flora dan fauna itu bermaksud agar pembaca lebih mengerti dalam penyampaian dari cerita Romo Mangun. Dan apa hubungannya dengan itu,Romo mangun hanya mengangkat flora dan fauna sebagai lambang dalam ceritanya. Terimakasih.

      Hapus
  11. Nama: Elshita ika verbinna bangun
    NIM: 15.01.1249
    Kelas: 1B

    Syalom bagi kita semua.
    Saya ingin menanyakan kpd para penyaji Unsur-unsur apakah yang dikembangkan oleh penulis dalam karya si pengembala cerita dan bagaimana hubungan si pengembala cerita ini dengan nilai nilai kemanusiaan serta bagi agama lain dan masyarakat lain?

    Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami akan menjawab pertanyaan Elshita Bangun,Unsur-unsur yang dikembangkan Romo dalam cerita nya adalah bagaimana kita memaknai kehidupan kita,bagaimana kita saling menghargai satu dengan yang lain,dan kita diajak untuk lebih dekat dengan sesama kita. Hubungan Romo dengan nilai-nilai kemanusiaan dan masyarakat lain adalah hubungan nya sangat erat karena melalui ceritanya Romo Mangun menyampaikan bagaimana nilai-nilai kemanusiaan itu dan terhadap masyarakat Romo sangat erat juga karena apa? Romo mangun sangat peduli akan masyarakat lain ataupun agama lain. Romo bersifat terbuka dengan agama lai. Terimakasih

      Hapus
  12. nama : septaria br ginting
    NIM : 15.01.1324
    syalom bagi kita semua,
    saya ingin bertanyak pada kelompok 5
    menurut para penyaji kelompok 5, di dalam novel si pengembala cerita, nilai kemanusiaan seperti apa yang paling di tekankan kepada mahasiswa di zaman sekarang ini?
    terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami akan menjawa pertanyaan Septaria Gtg,nilai kemanusiaan yang aling ditekankan oleh Romo adalah saling tolong menolong satu dengan yang lain,saling menghargai,dan nilai keindahan dalam lingkungan kita. Terimakasih.

      Hapus
  13. Terimakasih untuk pertanyaan dari saudara-saudari dan kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saudara sekalian.
    pertanyaan:
    1.Ronika
    Bagaimana dengan orang yang melihat orang miskin tapi hanya melihat saja, diomongan saja berkata kasihan namun tanpa ada tindakan?
    Jawaban: ketika orang meihat orang misikn tapi dia hanya melihat tanpa ada menolong saya rasa itu bukan suatu masalah yang besar karena ketika ada orang yang seperti itu banyak hal yang perlu kita lihat mungkin dia kasihan sementara dia juga sedang tidak memiliki uang sehingga dia merasa iba namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk itu tergantug dalam pikiran kita bagaimana menanggapi orang yang merasa kasihan itu. Dan bisa jadi dia menolong orang tersebut dalam waktu lain ketika dia benar-benar memiliki uang yang bisa dibagi, jadi sebaiknya agar kita tidak melihat kelemahan orang lain saja tanpa kita bellum mengatahui bagaimana sebenarnya dirinya. Karena kita melihat luarnya saja tanpa kita mendalami dia.
    2. Johannes Panjaitan
    Apa yang ingin ditekankan dalam sajian ini? Dan bagaimana pendapat Romo mengenai kebesihan di Indonesia ini?
    Hal yang perlu di tekankan dalam sajian ini.Sajian kami ini merupakan karya romo yang mnyampaikan baagaimana kita harus menyikapi kehidupan ini. Cara kita melatih sikap humanis, spiritualitas dan intelektualitas sehingga saat kita sudah mengerti hal ini kita dapat melakukannya secara perlahan sampai hal itu tetap bisa kita laksanakan tanpa ada paksaan dari siapapun.
    Mengenai keindahan di Indonesia, Romo pelan-pelan untuk menyelesaikan mengenai kebersihan, yang telah di tuliskan dalam karya novelnya, dan dia sudah mengambil tindakan dalam hal kebrsihan.Contonya di Jogja yang dimana dia melayani masyarakat miskin, bergabung dengan tukang becak tanpa melihat latar belakang dari masyarakat yang disekitarnya.
    3.Septaria br. Ginting
    Apakah orang-orang bisa mengerti dengan novel Romo? Dan apakah nilai yang terkandung didalam novel Romo sudah diterima dengan baik oleh masyarakat?
    Saya rasa orang-orang mengerti dengan novel yang ditulis Romo, karena karya Romo tidak susah untuk dipahami,bahasanya yang baik. Romo juga berbicara melalui hati nurani dan mengungkapkan perassan mengenai kehidupan dan orang-orang disekitarnya.Sehingga orang yang membaca bisa langsung mengerti akan maksud tulisan yang ada dinovelnya. Saya rasa novel Romo sangat-sangat baik diterima oleh masyarakat karena karya Romo membahas mengenai nilai-nilai kemanusiaan yang sangat menyadarkan pembaca dalam nilai-nilai yang dibuat oleh Romo.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 4. Feran
      Apakah ada aspek lain agar Romo dikatakan Penggembala Cerita ?
      Bandung Mawardi, Beliau yang menyebutkan dan memberikan Romo julukan sipenggembala cerita. Karena romo menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan misi manusia.karena Romo membahaskan bahwa susastra memiliki historis dan filsafat.Sastra yang tidak sekedar cerita.Namun sastra yang menghampiri pembaca sebagai s uluh untuk mengalami dan mengartikan hidup, yang berpijak ke hati nurani.
      5.Fandi
      Bagaimana konsep romo menanggapi kemiskinan?
      Romo menanggapi kemiskinan dengan bertindak.Romo bertindak dalam mengatasi kemiskinan, yang bergabung da langsung turun kelapangan dengan melihat orang-orang miskin dan romo seorang pastor yang melayani bukan digedung saja tapi dia melayani dengan bergabung dengan masyarakat karena dia sangat prihatin dengan hal yang sperti ini jadi dia mengambil keputusan untuk mengalami kemasyarakat
      6.Debora Tarigan, andri dan angel
      Pertanyaaan yang sama dari Debora, andri dan angel.
      Apakah dengan karya romo dapat mengajak dan mengarahkan orang-orang dengan nilai-nilai kemanusiaan atau ada cara lain? Untuk itu bagaimana caranya mengajak pembaca untuk mewujudkan nilai-nilaitersebut?
      Seperti romo penulis dari karya ini b egitu juga dengan kita pembacanya.Romo menulis dan bertindak juga melakukan nilai-nilai kemanusiaan begitu juga dengan kita pembaca.Kalau kita sudah mengeetahuinya marilah kita melakukannya dimulai dari kita sendiri, lalu perlahan-lahan kita mengajak orag lain untuk melakukan hal yang sama dengan perlakuan kita. Jadi ketika kita sudah melakukan hal yang baik dengan sungguh-sungguh dan ikhlas pastilah ada orag yang ingin melakukan yang seperti kita lakukan selama hal itu baik.
      Pertanyaan Pembahas
      1. Apakah banyak yang terpengaruh dengan karya Romo?
      2. Jadi dalam karya Romo memakai lambang? Apakah bukannya semakin susah?
      Banyak orang yang sangatterpengaruh dalam karya romo karena romo sangat membahas mengenai nilai-nilai kemanusiaan
      Terimakasih untuk pertanyaan dari saudara-saudari dan kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saudara sekalian.

      Hapus
    2. jadi mengenai lambang-lambang saya rasa itu tidak mempersulit ini merupakan satu keunikan dari romo karena dia ingin pembaca lebih megerti akan niovelnya dan lambang-lambang adalah cara yang berbeda yang dibuat romo
      terimakasih

      Hapus
    3. jadi mengenai lambang-lambang saya rasa itu tidak mempersulit ini merupakan satu keunikan dari romo karena dia ingin pembaca lebih megerti akan niovelnya dan lambang-lambang adalah cara yang berbeda yang dibuat romo
      terimakasih

      Hapus
    4. 4. Feran
      Apakah ada aspek lain agar Romo dikatakan Penggembala Cerita ?
      Bandung Mawardi, Beliau yang menyebutkan dan memberikan Romo julukan sipenggembala cerita. Karena romo menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan misi manusia.karena Romo membahaskan bahwa susastra memiliki historis dan filsafat.Sastra yang tidak sekedar cerita.Namun sastra yang menghampiri pembaca sebagai s uluh untuk mengalami dan mengartikan hidup, yang berpijak ke hati nurani.
      5.Fandi
      Bagaimana konsep romo menanggapi kemiskinan?
      Romo menanggapi kemiskinan dengan bertindak.Romo bertindak dalam mengatasi kemiskinan, yang bergabung da langsung turun kelapangan dengan melihat orang-orang miskin dan romo seorang pastor yang melayani bukan digedung saja tapi dia melayani dengan bergabung dengan masyarakat karena dia sangat prihatin dengan hal yang sperti ini jadi dia mengambil keputusan untuk mengalami kemasyarakat
      6.Debora Tarigan, andri dan angel
      Pertanyaaan yang sama dari Debora, andri dan angel.
      Apakah dengan karya romo dapat mengajak dan mengarahkan orang-orang dengan nilai-nilai kemanusiaan atau ada cara lain? Untuk itu bagaimana caranya mengajak pembaca untuk mewujudkan nilai-nilaitersebut?
      Seperti romo penulis dari karya ini b egitu juga dengan kita pembacanya.Romo menulis dan bertindak juga melakukan nilai-nilai kemanusiaan begitu juga dengan kita pembaca.Kalau kita sudah mengeetahuinya marilah kita melakukannya dimulai dari kita sendiri, lalu perlahan-lahan kita mengajak orag lain untuk melakukan hal yang sama dengan perlakuan kita. Jadi ketika kita sudah melakukan hal yang baik dengan sungguh-sungguh dan ikhlas pastilah ada orag yang ingin melakukan yang seperti kita lakukan selama hal itu baik.
      Pertanyaan Pembahas
      1. Apakah banyak yang terpengaruh dengan karya Romo?
      2. Jadi dalam karya Romo memakai lambang? Apakah bukannya semakin susah?
      Banyak orang yang sangatterpengaruh dalam karya romo karena romo sangat membahas mengenai nilai-nilai kemanusiaan
      Terimakasih untuk pertanyaan dari saudara-saudari dan kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saudara sekalian.

      Hapus
  14. Terimakasih untuk pertanyaan dari saudara-saudari dan kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saudara sekalian.
    pertanyaan:
    1.Ronika
    Bagaimana dengan orang yang melihat orang miskin tapi hanya melihat saja, diomongan saja berkata kasihan namun tanpa ada tindakan?
    Jawaban: ketika orang meihat orang misikn tapi dia hanya melihat tanpa ada menolong saya rasa itu bukan suatu masalah yang besar karena ketika ada orang yang seperti itu banyak hal yang perlu kita lihat mungkin dia kasihan sementara dia juga sedang tidak memiliki uang sehingga dia merasa iba namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk itu tergantug dalam pikiran kita bagaimana menanggapi orang yang merasa kasihan itu. Dan bisa jadi dia menolong orang tersebut dalam waktu lain ketika dia benar-benar memiliki uang yang bisa dibagi, jadi sebaiknya agar kita tidak melihat kelemahan orang lain saja tanpa kita bellum mengatahui bagaimana sebenarnya dirinya. Karena kita melihat luarnya saja tanpa kita mendalami dia.
    2. Johannes Panjaitan
    Apa yang ingin ditekankan dalam sajian ini? Dan bagaimana pendapat Romo mengenai kebesihan di Indonesia ini?
    Hal yang perlu di tekankan dalam sajian ini.Sajian kami ini merupakan karya romo yang mnyampaikan baagaimana kita harus menyikapi kehidupan ini. Cara kita melatih sikap humanis, spiritualitas dan intelektualitas sehingga saat kita sudah mengerti hal ini kita dapat melakukannya secara perlahan sampai hal itu tetap bisa kita laksanakan tanpa ada paksaan dari siapapun.
    Mengenai keindahan di Indonesia, Romo pelan-pelan untuk menyelesaikan mengenai kebersihan, yang telah di tuliskan dalam karya novelnya, dan dia sudah mengambil tindakan dalam hal kebrsihan.Contonya di Jogja yang dimana dia melayani masyarakat miskin, bergabung dengan tukang becak tanpa melihat latar belakang dari masyarakat yang disekitarnya.
    3.Septaria br. Ginting
    Apakah orang-orang bisa mengerti dengan novel Romo? Dan apakah nilai yang terkandung didalam novel Romo sudah diterima dengan baik oleh masyarakat?
    Saya rasa orang-orang mengerti dengan novel yang ditulis Romo, karena karya Romo tidak susah untuk dipahami,bahasanya yang baik. Romo juga berbicara melalui hati nurani dan mengungkapkan perassan mengenai kehidupan dan orang-orang disekitarnya.Sehingga orang yang membaca bisa langsung mengerti akan maksud tulisan yang ada dinovelnya. Saya rasa novel Romo sangat-sangat baik diterima oleh masyarakat karena karya Romo membahas mengenai nilai-nilai kemanusiaan yang sangat menyadarkan pembaca dalam nilai-nilai yang dibuat oleh Romo.

    BalasHapus
  15. Hari ini Sabtu, 30 April 2016, pukul 15.20 wib, ruang komen ini resmi ditutup. Terimakasih atas respons dan partitipasi saudara-saudari. Salam

    BalasHapus