Senin, 14 Maret 2016

Nilai-nilai Kemanusiaan Teo. IC - Kelompok III



Nama                          : Boris Adi Puttra Manurung
                                      Elvinaria
                                      Frengky Parlan Suriadi Manihuruk
                                      Ipo Sunarsya Malau
                                      Riahta Saragih
Tingkat/Jurusan        : I-C/Theologia
Mata Kuliah               : Ilmu Budaya Dasar
Dosen                          : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
“PASEMON” DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN

I.                   Pendahuluan
Pasemon adalah istilah dari bahasa sastra jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Roman adalah suatu jenis karya sastra yang merupakan bagian dari epik panjang. Karya novel dari Romo Mangun ini sangat terkenal sampai saat ini, Romo Mangun adalah seorang pastor tapi dia juga sekaligus penulis Roman. Bagi Romo, Roman adalah genre sastra yang lebih bebas daripada mitologi. Romo seringkali menyambungkan roman yang ditulisnya dengan kehidupan masa kini. Walaupun roman sudah lebih merdeka dibandingkan mitologi, tetapi novel lebih banyak menunjukkan petualangan.

II.                Pembahasan
2.1.              Mengenang Romo Mangun
Ada banyak gelar yang bisa disandangkan pada sosok yang biasa dikenal sebagai Romo Mangun ini. Ia adalah seorang arsitek, seorang humanis, seorang sastrawan, juga budayawan. Sebagai pendidik, ia juga berperan menghadirkan suatu pendidikan alternatif.[1]
Romo Mangun adalah sebagai seorang pastor yang menulis Roman. Bagi Romo roman adalah genre sastra yang lebih bebas dari pada mitologi. Tetapi sebagai seorang pastor, dia menulis roman seperti cerita-cerita yang pada Kitab Suci sehingga seperti dalam khotbah, Romo Mangun bisa menyambungkan hidup masa kini dengan pengalaman Religiositas orang-orang, baik yang ditulis di dalam Kitab Peranjian Lama dan Perjanjian Baru. Tetapi, dalam kenyataan, Romo menulis Roman, sebuah bentuk sastra baru, yakni yang posisinya berseberangan dengan mitologi.[2]
Jika mitologi menjaga komunitas agar tetap terikat oleh semangat kebersamaan, bahkan manusia dengan Tuhan, Roman tidak demikian, ia membebaskan diri dari ikatan-ikatan komunitas dan melakukan penjelajahan kemana-mana, sedangkan novel lebih bebas lagi ketimbang Roman yang masih suka cerita tentang kisah-kisah Zarathustra, Sidharta. Walaupun Roman sudah lebih terkenal atau bebas ketimbang mitologi, tetapi novel lebih banyak menunjukkan pertualangan. Dalam Sastra Indonesia, kita mengenal Sitti Nurbaya, sebuah Roman yang jagatnya sangat terbatas. Romo Mangun menulis sastra masa kini yang jagatnya tinarbuka dan kadang “penuh dengan resiko”. Yang dimaksud dengan penuh resiko adalah keberanian Romo dalam mengekspresikan yang dipikirannya. Contonhnya novel yang diterbitkan adalah Novel Manyar, novel yang terbit pertama kali pada tahun 1981.[3]

2.2.              Karya-karya Romo Mangun
Ada beberapa karya Romo Mangun yaitu:[4]
2.2.1.      Manyar
Novel Manyar, novel yang terbit pertama kali pada tahun 1981. Isi novel yang ditulis oleh Romo Mangun ini dikemukkan pada awal ketika protagonis itu, si Satadewa (Teto). Walaupun sebenarnya ia masih keturunan raja-raja Mangkunagaran, dialah yang disebut dalam novel Manyar sebagai kakrasana alias balarama atau baladewa yang sering disebut si bule, karena kulitnya putih. Pada saat penulis menuliskan novel ini, tidak ada satupun beban yang dia rasakan, karena ada perasaan merdeka disana (bebas untuk dipublikasikan).
Dalam jagat wayang, walaupun Kakrasana adalah kakak Krishna yang menjadi pengatur strategi keluarga. Pandawa, Kakrasana berpihak pada Korawa. Dengan mengambil jarak dari Pandawa, Kakrasana alias si Setadewa bisa bersikap kritis dan objektif dalam memandang Pandawa.

2.2.2.      Romo Rahadi
Novel Romo Rahadi terbit pada tahun 1981 dan terbitnya bersamaan dengan novel Manyar, novel ini menghadirkan Romo Rahadi sebagai protagonis. Pada novel ini Romo Rahadi mengalami keterombang-ambingan antara cita-cita hidup selibat atau hidup berkeluarga. Mula-mula Rahadi berhubungan dengan Hildegaard dan bahkan Rahadi sempat memegangi punggungnya yang lembab oleh keringat dan tindakan-tindakan lain, kemudian ia bertualang dengan Rosi. Tetapi, keberanian Romo Mangun adalah ketegarannya dalam mengekspresikan pengalaman-pengalamannya ini yang biasanya dia sembunyikan. Ada beberapa moto dari Romo Mangun ini yaitu
1.      Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya? (Amos 5:20).
2.      Keragu-raguan adalah sebentuk penghormatan kepada kebenaran.
3.      It is not simply a happiness that I wish for today, rather a despair in grandeur, moto ini di kutip dari Camus.
Tiga moto itu merupakan inti dari novel Romo Rahadi.

2.2.3.      Trilogi Roro Mendut
Penulis menemukan keberanian di satu pihak dan keraguan pada pihak dan keraguan pada pihak lain, sedikit atau banyak terus-menerus muncul sebagai sub isu pokok dari novel Romo yang lain. Pada Trilogi Roro Mendut, keberanian dan keraguan itu sudah terlihat jelas saat Roro Mendut tegar menolak Tumenggung Wiroguna, akan tetapi  bukan dalam arti tanpa kegemetaran. Memang digambarkan dengan sangat jelas oleh novel ini bahwa Mendut adalah seorang perempuan pemberani, pemberontak, dan memiliki sifat kelaki-lakian. Novel Roro Mendut ini lebih mementingkan nilai cinta daripada benda.
Novel Mendut ini ditulis Romo Mangun untuk mempertegas watak Mendut. Disini tampaklah bahwa Manyar, Romo Rahadi, Mendut adalah novel-novel yang paling berkaitan dan penulis belum sempat melakukan penelitan bagaimana keterkaitan novel-novel, tetapi yang tampak jelas sekilas ada ideologi yang sama yakni kemerdekaan. Dan didalam kemerdekaan itu, tokoh-tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekalgus ada kebesaran, kebanggaan, dan kecemasan bahkan keterombang-ambingan.

2.2.4.  Burung-burung Rantau
Pada novel Burung-burung Rantau (1993) penulis berjumpa seseorang tokoh sipengandrung kemerdekaan. Dalam novel tersebut tokoh Marineti tersebut mewakili bangsa manusia yang membebaskan diri dari komunitas yang percaya dengan takhayul dan terkurung. Neti adalah tokoh yang vision du mondenya bisa seperti bapak-bapak juga seperti ibu-ibu. Banyak orang mengeluh pada Neti tersebut tentang semakin tidak diapresiasikannya kebudayaan sendiri. Pandangan tradisional seperti ini diwakili oleh Jenderal Wiranto (bukan pemimpin partai Hanura), yang berhadapan dengan Neti, putrinya sendiri yang setuju dengan erosi budaya sendiri itu. Yang menarik dalam tokoh Neti ini adalah dia adalah seorang “pemberontak”, untuk kebebasan seperti itu datang dari Neti, seorang perempuan. Krishna mahatma adalah kekasih dari Neti yang keturunan dari Brahmana, dengan tradisi dia tidak boleh bekerja di kalangan orang-orang yang tingkatan kastanya tidak sama dengannya. Tetapi, ia tetap membaktikan dirinya di kalangan paria tersebut. Adapun keputusan Neti dan Krishna, pada akhirnya mereka adalah generasi yang telah menemukan jalan untuk menjadi diri mereka sendiri. Sateadewa, Rahadi, Mendut, dan Neti adalah perwujudan-perwujudan usaha untuk bebas menjadi manusia merdeka.

2.3.              Pendapat Romo Mangun tentang Karyanya[5]
Masih banyak karya Romo yang bisa mendukung pembicaraan dengan isu ini, tetapi dari ke-4 novel ini bisa digunakan untuk pencermatan pada novel-novel yang belum di paparkan pada topik.
Disini tampaklah bahwa Manyar, Romo Rahadi, Mendut dan Burung-burung Rantau adalah novel-novel yang aling berkaitan dan penulis belum sempat melakukan penelitan bagaiman keterkaitan novel-novel, tetapi yang tampak jelas sekilas ada ideologi yang sama yakni kemerdekaan. Dan didalam kemerdekaan itu, tokoh-tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekalgus ada kebesaran, kebanggaan, dan kecemasan bahkan keterombang-ambingan. Dalam kemerdekaan sebagai isu yang hadir dalam Roman atau Novel yang bersifat bebas mempertanyakan yang dogmatik dan definitif, novel mengajak menjelajah cerita yang belum pernah kita kenali sebelumnya.
Ketika satra menempatkan, manusia sebagai makhluk yang mertabat dan berharga saat itulah sastra telah menyentuh aspek terdalam dalam pengalaman manusia Religiositas. Ada tambahan penting yang tak boleh dilupakan: Romo, dalam menghadirkan tokoh-tokoh dan juga menyajikan gambaran berbagai macam fenomena kehidupan tidak seperti mereka yang menganut teologi moral, tidak hitam tidak putih tetapi utuh, ada putih dan ada hitamnya.
Sastra berbeda dengan teater, hadis secara personal kedalam batin pembaca disaat tenang, sunyi, tranquil, sehingga terjadi dialog antara pembaca dan novel pada satu pihak, pada pihak lain seperti Bima Suci, bacaan mengantar pembaca berdialog dengan batin sendiri. Cara Romo menghadirkan pikiran dengan pasemon, dengan simbol-simbol, dengan cerita yang allegorical, seperti diajarkan Yesus dengan cerita perumpamaan.
III.             Refleksi Teologis
Dengan keberanian dari Romo Mangun tersebut kami mengangkat refleksi dari Kisah Para Rasul 4:29, “Para murid memerlukan keberanian baru untuk bersaksi dan berbicara tentang Kristus. Sepanjang kehidupan Kristen kita perlu berdoa supaya mengatasi ketakutan, penolakan, kecaman, dan penganiayaan. Kasih karunia Allah, lewat kepenuhan Roh Kudus, akan membantu kita untuk berbicara tentang Yesus dengan berani (band Matius10:32). Dalam ayat ini ditujukan kepada seorang Romo Mangun, kemungkinan besar karena kitab ini atau dengan isi dalam kitab ini menggerakkan hatinya untuk bisa mengapresiasikan yang ada pada dirinya atau talenta yang ada pada dirinya dengan penuh percaya diri. Dan dari kitab ini bisa dipaparkan bahwa Romo Mangun juga membuat roman dan novelnya itu penuh dengan keberanian seorang perempuan. Dan dapat juga kita lihat pada 2 Timotius 1:7,”sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban.

IV.             Analisa
Romo Mangun adalah sosok penulis yang karyanya sampai saat ini masih dikenal oleh kalangan masyarakat, umumnya masyarakat Indonesia. Dimana dia mencerminkan kisah para tokoh atau cerita-cerita pada zaman dulu, sehingga para generasi penerus seperti kita tidak lupa akan karya-karya anak bangsa terutama karya Romo Mangun tersebut.
Y.B Mangunwijaya dengan novelnya Burung-Burung Manyar, mencoba melihat revolusi Indonesia dari segi yang objektif bahkan agak cenderung melihatnya dari segi Belanda, dengan memasang protagonis orang Indonesia yang anti republik. Nilai buku ini terutama terletak pada kebenaran pengarang untuk mengisahkan konflik jiwa seorang anti republik semasa masih revolusi, segi informasinya tentang kehidupan tentang gaya humor pengarang yang kadang-kadang terselip ejekan yang penuh kejutan. Yang dimana ada juga karya Romo Mangun ini yang bercerita tentang kemerdekaan bangsa Indonesia, yang dimana pada awalnya Romo Mangun ini adalah satu angkatan dengan Soekarno. Jadi, tidak heran begitu banyak karya-karyanya tentang bangsa Indonesia karena di samping itu juga dia berkolaborasi dengan Soekarno untuk mencetuskan karya-karya mereka, agar pada saat itu bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukannya, dan Romo Mangun ini juga ikut ambil bagian dalam mencetuskan Sumpah Pemuda.
Dalam topik ini ada 4 novel karya Romo Mangun tersebut dan yang pertama adalah Manyar. Manyar menceritakan sikap para tokoh atau pemerannya yang berwatak protagonis. Yang kedua yaitu Romo Rahadi, yaitu menceritakan tentang Romo Rahadi yang mengalami keterombang-ambingan antara cita-cita hidup selibat atau hidup berkeluarga. Romo Rahadi ini juga menceritakan pemerannya yang bersifat protagonis. Dan karyanya yang ketiga yaitu Trilogi Roro Mendut menceritakan bahwa penulis menemukan keberanian di satu pihak dan keraguan pada pihak lain. Pada Trilogi Roro Mendut, keberanian dan keraguan itu sudah terlihat jelas saat Roro Mendut tegar menolak Tumenggung Wiroguna, akan tetapi  bukan dalam arti tanpa kegemetaran, artinya tidak sepenuh hati. Memang digambarkan dengan sangat jelas oleh novel ini bahwa Mendut adalah seorang perempuan pemberani, pemberontak, dan memiliki sifat kelaki-lakian. Novel Roro Mendut ini lebih mementingkan nilai cinta daripada benda. Yang pada pengertian disini Roro Mendut sangat memiliki jiwa keberanian dan jiwa kelelaki-lakian dan di samping itu juga dia lebih mementingkat nilai cinta. Dan yang terakhir yaitu Burung-burung Rantau yang menceritakan tentang seorang tokoh yang didalam novel tersebut ingin mengapresiasikan kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, kita di tuntut agar bisa mengapresiasikan kebudayaan kita tersebut.

V.                Kesimpulan
Seorang pastor yang menulis roman yang selalu bertemakan cerita-cerita pada zaman dahulu, yang ada juga disinggung dengan percintaan, dan seorang pastor menceritakan cerita-cerita menurut Kitab Suci sehingga menjadi suatu kotbah. Dalam ke-4 novel ini menceritakan tentang bagaiman keberanian setiap tokoh dalam mengekspresikan dan mengapresiasikan pengalamannnya. Pada awalnya Romo Mangun tidak berani dalam mempublikasikan pengalamannya, sehingga lama kelamaan tergerak hatinya untuk mengapresiasikan pengalamannya dalam karyanya. Hingga saat ini novel dan roman atau karyanya sampai saat ini di kenal oleh kalangan masyarakat, tetapi mungkin tak banyak lagi orang yang mengenal atau tau tentang karya Romo Mangun.

VI.             Daftar Pustaka
Mangunwijaya, Y.B., Humanisme, Jakarta: Buku Kompas, 2015.
http://www.indomediamangun.com, di unggah pada senin, 14 maret 2016, pukul 08.34 WIB.


[1] http://www.indomediamangun.com, di unggah pada senin, 14 maret 2016, pukul 08.34 WIB.
[2] Y.B. Mangunwijaya, Humanisme, (Jakarta: Buku Kompas, 2015), Hal, 40-41.
[3] Y.B. Mangunwijaya, Humanisme, hal, 42-43.
[4] Y.B. Mangunwijaya, Humanisme,  hal, 44-51.
[5] Y.B. Mangunwijaya, Humanisme, 52.

68 komentar:

  1. Nama : Citra Theresia Tarigan
    Kelompok : 6
    Nim : 15.01.1230
    Kelas : I-C
    Dalam sajian kelompok 3 yang berjudul, “Pasemon dalam karya sastra karya Romo Mangun”. Yang menceritakan seorang pastor, yaitu Romo Mangun Wijaya ternyata selain menjadi pastor dan seorang pembela untuk menegakkan tindakan humanis yang bukan hanya menerapkan cara teori melainkan lebih kedalam praktek langsung, dia juga mempunyai karya-karya yang patut kita banggakan dan karya-karyanya yang Romo terbitkan dalam pemaparan kelompok 3 ini. Menurut kami dari kelompok 6 menanggapi bahwa Mangun menerbitkan karyanya untuk pembaca sadar akan penerapan untuk memperaktekkan dan mengembangkan sikap yang humanis atau menjadi humanism bagi setiap kalangan masyarakat. Kenapa kami para pembahas menanggapi dengan hal tersebut, karena dalam karya-karyanya yang kita ketahui dan para penyaji juga paparkan karya yang dengan judul Mayar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, dan BUrung-burung Rantau. Dengan initi cerita yang sekilas ideology yang sama yakni kemerdekaan. Jika dikatakan merdeka, berarti praktek humanis terjalankan dengan sempurna dan baik. Jadi menurut kami pembahas bahwa semua karya-karya sastra Romo Mangun ini dipaparkan oleh kelompok 3, bahwa dengan orang yang akan membaca krya Romo ini akan lebih mengerti untuk menekankan humanis dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa kami mengatakan seperti, salah satu yang dapat kami ceritakan isi novel karyanya yaitu, cerita nya si Roro Medut punya keberanian dan mempunyai rasa kemanusiaan, kebesaran, dan Roro Mendut lebih mementingkan nilai cinta daripada nilai benda. Itulah tujuan Romo Mangun menurut kami dengan karya-karyanya.
    terima kasih.
    syaloom. salam IBD...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. RIBKA MAIDA
      15.01.1310
      Syalom, dalam pemahaman saya menurut Romo dala Humanisme melalui karya-karyanya membuat saya lebih terubuka lagi untuk dapat menerima orang lain dalam hidup saya. Dan saya belajar bahwa pelayanan itu bukan hanya saja semata-mata untuk seorang yang seiman saja melainkan semua orang, karna Yesus juga mati karena menebus dosa Manusia, yang artinya berarti semua umat. Dan melalui ROMO juga menyadarkan saya bahwa HUMANISME sangat pengting di TEGAKKAN karna mengandung NILAI KEMANUSIAAN, dan Humanisme berhak di miliki oleh siapapun dan tidak melihat siapa dia atau bagaimana latar belakang hidupnya. Karna pada dasarnya KITA ADALAH SATU, jadi tidak ada alasan untu TIDAK MENEGAKKAN HUMANISME. Romo membela hak kaum lemah dikarenakan begitu banyaknya pelanggaran, pendeskriminasian, terjadi pengklompokkan kelompok, terasing dan terjadi desintegrasi/perpecahan. sehingga hak Humanisme seakan hilang dari kaum lemah dan membuat mereka tidak berdaya dan semakin terpuruk dalam keadaan yang telah diciptakan oleh situasi yang tidak merespon kehadiran kaum lemah, ini lah yang menjadi titik pusat pembahasan Romo , dimana romo merindukan agar kita semua mampu menghargai keberadaan yang satu dengan yang lainnya dan kembali lagi pada dasarnya KITA ADALAH SATU.

      Hapus
    2. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Nim : 15.01.1224
      Tngkt/Jur : I-C/Theologia

      Terimakasih atas Pemahaman yang saudari Ribka Maida Sirait, Nim: 15.01.1224 berikan. Memang Tujuan Romo Mangun adalah mencapai manusia yang bermartabat dan berharga, dan juga membangun Nilai-nilai kemanusiaan melalui tindakan, usaha, dan karya Tulisnya. inilah yang menjadi Penekananan Romo Mangun untuk membangun kita sebagai manusia yang sama dihadapan Tuhan. semoga dengan kita belajar Nilai-nilai kemanusiaan, saudara, kita dan seluruh umat manusia bisa menjadi teladan dalam membangun Nilai-nilai kemanusiaan dan menjadi manusia yang bermartabat.

      Salam

      Hapus
    3. Nama : Elvinaria
      NIM : 15.01.1250
      Ting/ Jur : I-C/ Theologia
      Syalom...
      Terimakasih atas pemahaman yang telah diberikan saudari Ribka Maida Sirait. Memang benar pemahaman menurut saudari tersebut. Seperti yang dikatakan Dosen kita dalam penjelasannya di dalam ruangan kelas beberapa waktu yang lalu. Dimana dikatakan bahwa Romo Mangun tersebut tidak ingun menjadi besar melalui karya yang dia buat tapi dia terpanggil ketika melihat orang dalam kemiskinan itu artinya dia tidak tahan melihat orang lama-lama menderita. Itu membuktikan bahwa Romo Mangun ingin menegakkan tentang nilai-nilai kemanusiaan yaitu salah satunya keadilan. Karena kita sendiri tahu bahwa keadilan itu sering tidak didapatkan oleh kalangan-kalangan terendah(orang miskin). Romo Mangun ingin menyadarkan kita sebagai generasi penerus bangsa agar sadar akan nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Romo Mangun bukan ingin membuat orang miskin menjadi hidup mewah tetapi membuat orang miskin semakin bermartabat dan berharga serta mendapatkan fasilitas yang layak.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI

      Hapus
    4. RIAHTA SARAGIH
      15.01.1309
      I-C/THEOLOGI
      Syalom...
      Terimakasih atas masukan dari saudara Ribka, memang disini kita ketahui Romo Mangun menegakkan Humanisme karna mengandung Nilai Kemanusiaan, apalagi sangat ditekankan pada orang miskin, karna orang miskin sering tidak mendapatkan keadilan, perlakuan pada orang miskin kadang dibedakan dengan orang sederhana maupun orang kaya, jadi disini Romo Mangun membangun Humanisme agar setiap orang mendapat keadilan dan tidak pandang bulu. dan banyak karya-karya Romo Mangun yaitu Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, Burung-Burung Rantau, dalam novelnya ini kita diingatkan menerapkan keberanian pada kita dan menerapkan humanisme pada diri kita.

      Hapus
    5. FRENGKY PARLAN SURIADI
      15.01.1264
      1-C/THEOLOGI
      Novel karya Romo Mangun atau Y.B Mangunwijaya adalah sebuah novel yang sarat dengan nilai moral, nasionalisme, dan nilai cinta kasih. Novel karya Romo Mangun ini selain mengingatkan kepada para pembaca tentang perlunya rasa nasionalisme untuk negara kita, juga mengajarkan kepada para pembaca tentang ketulusan cinta kasih yang ditunjukkan oleh para tokoh utama dalam setiap novelnya. Itulah tujuan Romo Mangun untuk menbangun nilai-nilai kemanusiaan melalui tindakan dan usahanya.

      Hapus
  3. lisda yani purba
    15.01.1288

    syalom
    dari pembahasan kita tadi sore, ada pun pertanyaan saya tentang PASEMON” DALAM SASTRA KARYA ROMO MANGUN
    yang ingin saya tanyakan yaitu , dari keempat karya romo mangunwijaya, karya yang mana paling berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
    syalom, terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tingkat :I-C/Theologia

      Terimakasih atas pertanyaan dari saudari Lisda Purba, Nim:15.01.1288. saya dari kelompok III yang membahas Topik ini akan menjawab Pertanyaan saudari. Membahas Karya Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. (Romo Mangun) tentu membahas nilai-nilai kemanusiaan. Karena dalam setiap Karya yang dibuat oleh Romo mangun merupakan panggialan kepada setiap umat manusia supaya melihat kedalam nilai-nilai kemanusiaan. Dalam topik "Pasemon" dalam Sastra Karya Romo Mangun, telah dibahas beberapa novel yang diciptakan oleh Romo, diantaranya yaitu: Burung-Burung Manyar, Trilogi Roro Mendut, Romo Rahadi, dan Burung-Burung Rantau. Dari keempat Novel ini menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan. Novel Burung-Burung Manyar merupakan novel sejarah. Sejarah yang termuat dalam novel ini adalah sejarah Indonesia dari tahun 1934-1978. Tema dari novel ini adalah Nasionalisme. Dapat kita lihat tokoh Atik menjadi representasi tokoh-tokoh perempuan dalam karya-karya Y.B. Mangunwijaya yang cenderung aktif, berani dan cerdas. Novel Trilogi Roro Mendut seorang gadis yang trengginas (pemberontak) dan tak pernah ragu dan gentar untuk menyuarakan isi hati dan pikirannya. Sosoknya dianggap mendobrak tradisi dan tatanan di lingkungan istana Kesultanan Mataram di mana perempuan diharuskan bersikap serba halus dan serba patuh, tetapi ia tak pernah gentar. Bagi Rara Mendut yang pemberani, lebih baik menyambut ajal di ujung keris Sang Tumenggung Wiraguna daripada terpaksa melayani nafsu panglima tua tersebut. Dalam Novel Romo Rahadi, Novel ini membawa pesan supaya lebih berhati-hati dalam pergaulan atau persahabatan dengan lawan jenis. Dan Novel Burung-Burung Rantau, kita bisa melihat sosok Neti, anak manja tapi juga sangat dewasa bertanggung jawab, memilih menjadi sosiawati, atas inisiatif pribadi, seorang diri menjadi guru anak-anak keluarga kumuh di bawah jembatan. Neti benar-benar menghayati sepenuhnya tindakan mulianya ini. Dalam keempat Novel ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu keadilan, kebaikan, dan kebenaran. Jadi yang paling berpengaruh kepada nilai-nilai kemanusiaan tidak bisa kita patokkan, karena semua sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
      Salam IBD.

      Hapus
    2. Nama : Ipo Sunarsya Malau
      Nim : 15.01.1272
      Ting/Jur : I-C/Theologi
      Syalom..
      Terimakasih atas pertanyaannya kepada saudari lisda purba, yang dimana pertanyaannya dari keempat karya Romo karya mana yang paling berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
      Ya,, saya akan menjelaskan sedikit tentang karya Romo Mangun yang ke empat ini, yang dimana karya yang pertama adalah “Manyar” yang dimana intinya adalah pada cerita ini yang dimana tokoh setadewa adalah tokoh yang kritis dan objektif, nahh pada karya Manyar ini nilai kemanusiaannya yaitu nilai kebenaran.
      Pada karya yang kedua yaitu “Romo Rahadi” yang intinya tokoh utamanya bersifat berani, keberaniannya dalam mengekspresikan pengalaman-pengalaman hidupnya, kemungkinan karya ini nilai kemanusiaanya nilai kebaikan.
      Pada karya yang ketiga yaitu “Trilogi Roro Mendut” yaitu tokoh pemberani, mementingkan nilai cinta dari pada benda, nilainya nilai kebaikan.
      Pada karya yang keempat yaitu “Burung-burung Rantau” yaitu intinya seorang tokoh Marineti yang dimaa dia membebaskan manusia dari komunitas yang percaya dengan takhayul dan terkurung dalam keterpurukan (masyarakat miskin), yaitu nilai keadilan.
      Telah kita ketahui dari penjelasan tersebut keempat karya Romo ini sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan bukan hanya keempat karya ini, dari semua karya Romo saya rasa semua ada pengaruhnya atau sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Timakasih
      Syalom
      Cahyo IBD….

      Hapus
    3. Nama : Elvinaria
      NIM : 15.01.1250
      Ting/ Jur : I-C/ Theologia

      Syalom..
      Terimakasih atas pertanyaan saudari Lisda Purba. Kami dari kelompok III akan menjawab pertanyaan dari saudari Lisda. Dimana pertanyaan saudari Lisda yaitu dari keempat karya romo mangunwijaya, karya yang mana paling berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Kami dari kelompok III mencantumkan 4 karya Romo Mangun yaitu Manyar, Romo Rahadi, Trilogi Roro Mendut, dan Burung-burung Rantau. Dimana ke-4 karya Roma Mangun tersebut mengingatkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan dan ketika kita membaca karya Romo Mangun kita akan menemukan nafas-nafas kehidupan pesan kemanusiaan. Romo Mangun melalui karyanya tersebut mencoba membangun humanisme (kebaikan, kebenaran, serta keadilan). Jadi menurut kami kelompok III ke-4 karya Romo Mangun tersebut tidak bisa dibedakan yang mana yang paling berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan karena setiap karya Romo Mangun memang bertujuan untuk membangun yang namanya nilai-nilai kemanusiaan. Jadi ke-4 karyanya tersebut mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu ke-4 karya tersebut pastinya sama-sama mempengaruhi nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Namun tergantung kepada pembaca dari karya Romo Mangun tersebut artinya tergantung kepada cara pembaca karya Romo Mangun tersebut dalam menanggapi dan mengambil inti dari karya Romo Mangun tersebut.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI

      Hapus
    4. RIAHTA SARAGIH
      15.01.1309
      1-C/THEOLOGI
      Kami ucapkan terimakasih atas pertanyaan dari Lisda, saya dari kelompok 3 akan memberikan jawaban seadanya, yang pertanyaannya adalah dari keempat karya Romo Mangun yang mana yang paling berpengaruh dari nilai kemanusiaan? jadi menurut kami dari keempat karya Romo ini semuanya menyangkut nilai kemanusiaan, karna paradigma(pandangan) pendidikan Mangunwijaya berusaha mengembalikan alur pendidikan nasional dalam makna pendidikan yang sebenarnya, ide-ide pendidikannya terletak pada semangat pemerdakaan manusia,keberpihakannya pada kaum tertindas, demokratisasi,dan persaudaraan sesama manusia. disini sudah dapat kita lihat dan kita ketahu dari keempat novel ini sangat tergantu satu dengan yang lain.

      Hapus
    5. FRENGKY PARLAN SURIADI
      15.01.1264
      1-C/THEOLOGI
      Terima kasih buat pertanyaan saudari Lisda, menurut kami semua karya Romo Mangun sangat berpengaruh karena dari karya ini ada keterkaitan dari setiap novel-novel. keterkaitan dari novel-novel ini ialah ideologi yang sama, yaitu kemerdekaan. Dimana di dalam kemerdekaan itu, tokoh-tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekaligus ada kebesaran, kebanggaan, bahkan keterombang ambingan. Dan novel-novel ini sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai kemanusiaan, karena adanya suatu ideologi yang sama.

      Hapus
  4. Nama : Hendriko Siagian
    NIM : 15.01.1268

    Dari pembahasan IBD kita hari ini (11-04-2016), dengan pembahasan "PASEMON" dalam sastra karya Romo Mangun. Kita banyak membahas mengenai latar belakang Romo Mangun dan hasil karya-karya beliau dari pembahasan kita hari ini. Memang kami melihat sekilas bahwa memang karya-karya dari Romo Mangun tidak ada kaitannya dengan kekristenan, padahal dia berlatar belakang seorang Pastor. Kami berpendapat bahwa orang akan semakin mudah untuk dibentuk dan diajar jika dibenahi dengan pembinaan Rohani. Jadi yang mau kami tanyakan adalah bagaimana sebenarnya peran Novel-novel atau karya-karya dalam bentuk tulisan untuk menyentuh hati si pembaca akan nilai-nilai kemanusiaan yang harus terus dilakukan? Bagaimana peran Novel-novel ini untuk membentuk manusia yang humanis dan memiliki nilai-nilai kehidupan? (Khususnya Novel-novel hasil dari karya Romo Mangun)

    Terima Kasih
    Salam IBD!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Ipo Sunarsya Malau
      Nim : 15.01.1272
      Ting/Jur : I-C/Theologi
      Syalom..

      Ya, terimakasih untuk saudara Hendriko Siagian,
      pertanyaan yang pertama yang dimana saudara bertanya bagaimana peran novel dan karya dalam penulisan untuk menyentuh hati si pembaca
      ya,, kami mengambil ilustrasinya atau penjelasannya pada karya Burung-burung Rantau yang dimana disini dijelaskan bahwa seorang tokoh pemberani ingin membebaskan manusia dari keterkurungan atau keterpurukan jadi pada saat pembaca membaca karya ini kemungkinan hatinya akan tersentuh untuk menolong orang pinggiran jangankan dulu menolong, sekedar menghargai juga kemugkinan sudah cukup bagi Romo Mangun,
      Yng kedua yaitu peran novel untuk membentuk manusia yang humanis dan memiliki nilai-nilai kehidupan, kita lihat sendiri bahwa pada novel ini yaitu Burung-burung Rantau yan dimana pada karyanya ini juga ada di tuliskan bahwa banyak orang berdatangan kepada seorang Marineti bahwa semakin tidak diapresiasikannya kebudayaan. jadi disini seorang tokoh tersebut ingin membangun rasa humanis di dalam diri setiap orang, atau dengan kata lain untuk meningkatkan rasa kebudayaan yang tinggi dan melalui karya ini maka terbentuklah nilai-nilai kehidupan.
      syalom,,
      cahyo IBD..

      Hapus
    2. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tngkt/Jur :Theologia

      Terimakasih atas pandangan dan komentar saudara Hendriko Siagian, Nim: 15.01.1268 terhadap sajian yang telah kami paparkan dengan topic “Pasemon” dalam Sastra Karya Romo Mangun. Saya akan menjawab pertanyaan saudara dimana pertanyaan saudara adalah bagaimana sebenarnya peran Novel-novel atau karya-karya dalam bentuk tulisan untuk menyentuh hati si pembaca akan nilai-nilai kemanusiaan yang harus terus dilakukan? Bagaimana peran Novel-novel ini untuk membentuk manusia yang humanis dan memiliki nilai-nilai kehidupan? (Khususnya Novel-novel hasil dari karya Romo Mangun). Nah disini akan saya terangkan dan mungkin bisa membuat saudara Hendriko menjadi paham. Kita tidak boleh mengatakan karya Romo mangun tidak berkaitan dengan kekristenan. Kita harus terlebih dahulu memahami semua karya Romo mangun. Saya kira motto daripada Romo mangun sedah menyangkut kekristenan, dimana mottonya adalah “Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya? (Amos 5:20).” Mungkin ini bisa lebih membuka wawasan saudara kami Hendriko tentang kaitan karya Romo mangun dengan kekristenan. Karya Romo Mangun yang membela kemanusiaan dan keadilan, memperjuangkan mereka yang terpinggirkan adalah suatu teladan mulia. Patut kita terapkan dalam hidup kita, tentu dengan cara kita sendiri. . Dorongan Romo Mangun ‘mendesak’ kita anak muda, putra-putri Indonesia, yang hidup dalam negara yang merdeka sudah lebih dari setengah abad, seharusnya bisa lebih maju dari generasi dahulu hasil pendidikan budaya kolonial. Jangan pernah merasa nyaman dengan kemanjaan akan teknologi dan materi yang mungkin ada di sekitar kita. Perbuatan Romo Mangun menjadi pedoman bagaimana kita menjalani tugas kita sebagai umat yang masih menggembala di dunia ini. Mangunwijaya selalu ingin membawa dan berusaha menjadikan “manusia sebagai manusia” bukan sebagai alat, robot dan kepentingan bagi manusia lain. Sebagai contoh dalam karyanya yang ditulisnya dimana Perjuangannya mengangkat harkat gelandangan disepanjang kali Code serta keinginan memberikan pendidikan yang selayak-layaknya bagi anak-anak. Sekumpulan anak muda yang peduli pada negerinya dan yang bosan dengan tindakan represif penguasa Orde Baru, merupakan praksis dari gagasannya tentang menjadikan “manusia sebagai manusia.” Bagi Mangunwijaya, polah tingkah anak-anak muda itu tidak perlu ditanggapi dengan kekerasan, semua itu menurut Mangunwijaya akan mematikan kreativitas dan menurunkan harkat dan martabat manusia.

      Hapus
    3. Lanjutan jawaban untuk saudara Hendriko Siagian, Nim:15.01.1268.

      Mereka justru perlu diajak berdialog, kalaupun cenderung nakal yang kurang ajar, cukuplah mereka disentil telinganya. Kepedulian, atau lebih tepatnya kekaguman Mangunwijaya pada para pemuda dimanifestasikan dalam tulisan-tulisannya, dimana dia suka mengambil contoh anak-anak muda cerdas, sederhana dan kreatif, seperti misalnya Sutan Syahrir dan Muhammad Hatta dan bukan Soekarno yang hebat, jenius dan meledak-ledak. Mangunwijaya juga begitu peduli pada permasalahan religiositas yang menyentuh sendi-sendi kemanusiaan dan bukan sosok seram agama yang diformal-institusionalkan. Praksis-praksis keagamanan yang membela kemanusiaan, Kemanusiaan lekat dengan agama. meminjam istilah indah penuh makna ini, semakin memanusiakan manusia. Karya-karya Mangunwijaya selalu menggambarkan dunia yang mempunyai idealisme, manusia jujur, asli, otentik. Tokoh – tokoh yang ditampilkan memerankan diri mereka sendiri dan menjalin irama indah kehidupan. Tokoh-tokoh tersebut menjadi otentik karena tenang berpegang pada keyakinan mereka sendiri, yang selalu bersikap terbuka untuk setiap dialog, yang tidak pernah mengkristalkan prasangka, kecurigaan dan ketakutan terhadap orang lain. Mereka adalah pemuja keindahan akan eksistensi manusia yang berlainan, mereka adalah yang terbang mencari makna bagi realitas dan yang kemudian kembali pulang untuk sebuah keyakinan, dan itulah impian Mangunwijaya selama hidupnya. Semoga dengan penjelasan ini saudara Hendriko dan kita semua bisa memahami peran karya romo mangun dalam membentuk nilai-nilai kemanusiaan.

      Hapus
    4. Nama : Elvinaria
      NIM : 15.01.1250
      Ting/ Jur : I-C/ Theologia
      Syalom..
      Saya dari kelompok III akan menjawab pertanyaan dari saudara Hendriko Siagian. Dimana pertanyaan saudara yaitu tentang bagaimana sebenarnya peran novel-novel atau karya-karya dalam bentuk tulisan untuk menyentuh hati si pembaca akan nilai-nilai kemanusiaan yang harus terus dilakukan? Dan bagaimakah peran novel-novel ini untuk membentuk manusia yang humanis dan memiliki nilai-nilai kehidupan? (Khususnya novel-novel hasil dari karya Romo Mangun). Jadi saya dari kelompok III akan menjawab bahwa novel-novel karya Romo Mangun memang tidak ada kaitannya dengan Kekristenan tetapI ada kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang telah dijelaskan Dosen kita bahwa ketika Romo Mangun berbicara (membuat karyanya) atas nama nilai—nilai kemanusiaan banyak orang yang dapat menerimanya. Dimana kita melihat pada zaman sekarang ini banyak orang yang tidak perduli lagi dengan yang namanya nilai-nilai kemanusiaan tidak terkecuali juga orang-orang yang beragama Kristen. Disini sebenarnya karya Romo Mangun tersebut dapat mempengaruhi yang namanya Kekristenan. Ketika orang sudah Kristen belum tentu mereka memelihara dan menjalankan yang namanya nilai-nilai kemanusiaan. Contohnya dapat kita lihat masih adanyanya stratifikasi dalam gereja misalnya orang miskin bergabung dengan komunitas orang miskin dan sebaliknya orang kaya bergabung dengan komunitas orang kaya. Disini terlihat bahwa nilai-nilai kemanusiaan tidak berjalan ketika tidak adanya keadilan kepada kaum miskin karena kita tahu bahwa keadilan adalah salah satu nilai-nilai kemanusiaan. Jadi menurut saya sebenarnya karya Romo Mangun tersebut dapat mempengaruhi Kekristenan dengan berjalannya nilai-nilai kemanusiaan. Namun tergantung kepada orang yang berada dalam kekristenan tersebut. Tergantung bagaimana ia menanggapi dan menjalankan nilai-nilai kemanusiaan tersebut setelah dia membaca karya Romo Mangun tersebut. Dan disinilah terlihat peran karya Romo Mangun tersebut untuk membentuk manusia yang humanis tersebut.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI

      Hapus
    5. terima kasih banyak buat jawaban yang sudah dipaparkan oleh saudara-saudari penyaji pembahasan ini (Boris Manurung, Elvinaria Ginting, Ipo Malau) yang sudah menambah wawasan kita seluruhnya.

      Hapus
    6. RIAHTA SARAGIH
      15.01.1309
      1-C/THEOLOGI
      Terimakasih atas pertanyaan Hendriko, saya dari kelompok 3 akan menanggapi nya, dan pertanyaan nya adalah bagaimana peran novel dalam bentuk karya sastra ini untuk menyentuh hati si pembaca? dan bagaimana peran novel untuk membentuk nilai humanis dan memiliki nilai kegidupan, yaaa jadi menurut saya cara untuk menyentuh hati sipembaca itu tergantug diri nya sendiri, seperti jika kita baca novel tapi hanya membaca biasa saja (hanya untuk mengisi waktu kosong), maka kita tidak akan dapat mendalami maksud novel tersebut, jika kita hanya menganngapnya sebagai hiburan bagaimana mungkin hati kita tersentuh?, tapi jika kita betul-betul membaca nya dengan pengertian maka dengan itu hati kita akan tersentuh dan juga dari itu kita bisa mengerti bahwa karya Romo Mangun ini terdapat ini nilai humanisme. pertama sebenarnya kita harus betul-betul menaruh hati dalam membaca novel nya maka kita akan dapat menerapkan nilai humanisme tersebut.
      syaloom.

      Hapus
  5. Nama :Angelica Precilya
    NIM : 15.01.1214

    Syalom
    Melalui pembahasan penyaji kelompok III dengan judul "PASEMON" telah membahas beberapa karya yang Romo Mangun hasilkan selama ia hidup. Sosoknya yang humanis terlihat dari pelayanannya menjadi seorang pastor, pekerjaannya sebagai arsitek dan sastrawan, merupakan hal yang jarang digeluti oleh seorang pastor.Menjadi seorang pastor adalah zona nyaman seorang Romo Mangun, tetapi karena sosoknya yang humanis, ia mau menggeluti profesi yang lain, itu artinya Romo Mangun berani keluar dari kenyamanannya, jika dalam Katolik sering disebut Ekslausitas,dan dalam bahasa asing, saya menyebutnya Break The Limit. Hal ini menjadi gambaran baru bagi kita calon-calon hamba Tuhan, untuk dapat meneruskan sikap Romo Mangun di dalam pelayanan kita. Di pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa beliau sangat iba jika melihat kaum miskin, itulah yang menggerakkkan hatinya untuk melayani menjadi seorang pastor, jadi pelayanannya itu bukanlah atas dasar gerejani. Dari karya-karyanya pun terlihat kalau beliau tidak ada membuat karya yang bertema teologi, hal ini menjadi tanda tanya besar bagi kita,tetapi karena kita yang sudah paham mengenai sosok Romo Mangun, kita berpikir, karena sosoknya yang humanis. Pertanyaan saya, adakah tantangan, hambatan atau cemoohan kepada Romo Mangun pada saat menulis karya-karyanya yang tidak bertemakan teologi ?

    Syalom
    Terima Kasih
    Bravo IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Nim : 15.01.1224
      Tngkt/Jur : I-C/Theologia

      Terimakasih atas pemahaman dan pertanyaan yang saudari Angelica Precilya, Nim: 15.01.1214 berikan, dimana topiknya adalah “Pasemon” dalam Sastra karya Romo Mangun. Pertanyaannya, adakah tantangan, hambatan atau cemoohan kepada Romo Mangun pada saat menulis karya-karyanya yang tidak bertemakan teologi ?
      Sebelum menjawab, saya akan memberikan sedikit wawasan bagi kita tentang apa yang ada dalam diri Romo mangun yang seorang Pastor dan juga peduli akan masyarakat kecil. Bertemu dengan Romo Mangun, Tengah, laksana bertemu dan budaya. Ungkapan dan kata-katanya membawa pada kesadaran akan citra dan hakikat kemanusiaan sendiri. Perjuangannya terhadap kemanusiaan direalisasikan lewat pengabdian pada sesama. Misalnya, perbaikan rumah dan tempat tinggal kaum tersisih yang berada di pinggir Sungai Kali Code, Yogyakarta dengan esensi dan hakikat. Karya-karyanya merefleksikan hakikat manusia, baik di bidang sosial, politik, agama, beberapa tahun silam. Walaupun ia seorang pastor Katolik, namun pengabdiannya pada sesama tidak terbelenggu konvensi primordialistik keagamaan. Dalam pengamatan Romo Mangun, realitas, praksis kehidupan, terdapat tidak sedikit orang menganut secara formal agama tertentu namun praktek kehidupannya ternyata tidak mencerminkan sikap dan perilaku orang beragama. Lalu, apa fungsi dan peran agama bila tidak mampu menciptakan manusia yang berperikemanusiaan? Oleh karenanya, menurut Mangun, religiositas pada kodratnya inklusif. Sedang agama adalah eksklusif. Religiositas (iman dan takwa) mempersatukan, karena ia adalah sikap dasar yang menjiwai setiap orang walaupun berbeda agama. Maka yang terpenting adalah bukan to have religion tetapi being religius. Inilah yang harus dihargai dan diusahakan serta didialogkan. Karena itu, fungsi religiositas (iman dan takwa) “mengatasi” agama. Orang boleh menganut agama apa pun secara formal. Namun mereka mempunyai religiositas yang sama, yang sifatnya mempersatukan. Empat persoalan penting dunia sekarang dan masa depan adalah menjamin dan memekarkan keadilan sosial, nilai-nilai moral, kemerdekaan manusia dan perdamaian. Agama diakui Romo Mangun walaupun mempunyai fungsi praktis tetapi bukan segala-galanya. Agama terbatas. Agama pada dasarnya lebih pada inti kehidupan yang mengolah the last thing, yang paling final. Tetapi, kehidupan manusia tidak hanya pada yang final, ada persoalan-persoalan kontemporer sifatnya, sedangkan hal-hal yang paling final tidak bisa diterapkan pada semua wilayah kehidupan, tetapi tidak langsung. Demikian satu sisi pokok pemikiran Romo Mangun, yang intinya ingin memadukan dunia transenden dengan dunia nyata. Sehingga agama dunia transenden dapat membumi dan memanusiakan manusia sekaligus membangun manusia baru. Jadi menurut saya bahwa karya romo mangun secara langsung memang tidak bertemakan teologi, tetapi secara tidak langsung melalui isi-isi karyanya dan juga yang saya jelaskan diatas sudah mengandung teologi, bahkan lebih dari teologi. Jadi hambatan, tantangan dan cemooh kemungkinan besar ada bagi orang yang tidak menerima Kebaikan Romo dan yang berfikiran sempit yang belum mendalami apa maksud dan tujuan Romo Mangun menulis Novel dan Sastra lainnya sementara ia adalah seorang Pastor yang seyogianya menuliskan buku-buku Teologi.

      Hapus
    2. Syalom

      Terima kasih atas penjelasan dari saudara Borris. Dari pernyataan saudara Borris yang menyatakan Religiolitas "mengatasi" agama, saya tidak sependapat dengan saudara. karena bagi saya agama menjadi patron kita , yang artinya menjai cerminan kita sebagai manusia yang humanis. Bagaimana mungkin kita dapat mengatasi agama, sedangkan pengertian agama itu sendiri adalah "tidak kacau" artinya agama mengatasi kekacauan yang dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan beragama. saya lebih setuju jika saudara Borris mengatakan, agama hadir untuk mencipatakan religiolitas dimana religolitas merupakan tujuan humanisme itu sendiri.
      Intinya agama adalah petunjuk bagi kita untuk dapat bereligiolitas dan berhumanis.

      Terima kasih

      Hapus
    3. Nama : Ipo Sunarsya Malau
      Nim : 15.01.1272
      Ting/Jur : I-C/Theologi
      syalom
      Terimakasih kepada saudari angel sembiring,
      yang pertanyaannya adalah adakah tantangan, hambatan atau cemoohan kepada Romo Mangun pada saat menulis karya-karyanya yang tidak bertemakan teologi,
      ya, menurut saya pribadi, kemungkinan besar ada hambatan, tantangan ataupun cemoohan orang lain kepada Romo Mangun, contohnya dari begitu banyak karya Romo yang ditulis oleh Romo sendiri terlebihnya karyanya yang bertemakan teologi, kemungkinan banyak menimbulkan ke irian di dalam hati masyarakat, istilahnya orang tersebut tidak mau kalau Romo namanya bagus dikalangan masyarakat.
      Tetapi jika kita kembali ke buku panduan kita kami tidak menemukan ada atau tidaknya penjelasan tentang hambatan, tantangan, cemoohan orang lain terhadap Romo Mangun

      Namun yang kita ketahui juga kami disini membahas karya Romo Mangun yang bertemakan cinta bukan Teologi.
      terimakasih,,
      syalom
      cahyo IBD

      Hapus
    4. Syalom

      Terima kasih atas penjelasan dari saudari Ipo Sunarsya Malau. Berarti jelas dari analisa saudari ipo bahwsannya ada hambatan dan tantangan yang dihadapi Romo pada saat menuliskan karya-karyanya yang tidak bertemakan teologi. Berdasarkan dari penyajian kelompok III memang tidak ada karyanya bertemakan teologia, tetapi setelah saya membaca lebih dalam mengenai riwayat seorang Romo Mangun, Beliau ada menuliskan karya yang berjudul teologi, contohnya yang saya baca,"Memuliakan Allah,mengangkat manussia". Jadi dari karya-karyanya ini saya mengambil kesimpulan, apakah setelah ia mendapat keaman dari khalayak ataupun pembaca yang mengetahui bahwa beliau adalah seorang pastor, sehingga Romo Mangun menuliskan karyanya yang bertemakan teologi. Itulah sebabnya saya mempertanyakan mengenai tantangan dan hambatannya kepada saudara penyaji.

      Terima kasih
      Aurevoir..

      Hapus
    5. Syalom

      Terimakasih atas pemahaman dan pertanyaan dari saudari Angelica Precilya. menyangkut pernyataan mengatasi agama, saya tidak mengatakan kita mengatasi agama, tetapi Religiositas yang mengatasi agama. Dimana Religiositas (iman dan takwa) mempersatukan, karena ia adalah sikap dasar yang menjiwai setiap orang walaupun berbeda agama. Maka yang terpenting adalah bukan to have religion tetapi being religius. Inilah yang harus dihargai dan diusahakan serta didialogkan. Karena itu, fungsi religiositas (iman dan takwa) “mengatasi” agama. Orang boleh menganut agama apa pun secara formal. Namun mereka mempunyai religiositas yang sama, yang sifatnya mempersatukan. Dari pernyataan ini saudara boleh menyimak ulang jawaban saya supaya tidak salah pengertian.
      Menyangkut masalah Buku atau Karya Romo Mangun yang tidak bertemakan Teologi, itu bukan menjadi masalah, juga saudara tadi menyatakan setelah membaca lebih dalam riwayat Romo Mangun, Beliau ada menuliskan Buku bertema Teologi. Karena Romo Mangun itu seorang Pastor yang Eksklaustrasi dan multi Talenta.
      Terimakasih
      Salam

      Hapus
  6. Romo mangun merupakan seorang pastor juga seaorang arsitek, di karyanya yang berjudul kemanusiaan sang burung manyar, beliau pernah tinggal disana selama 6 tahun dan beliau memperdayakan manusia yang kurang mampu. Jadi bagaimana tanggapan para penyaji terhadap perintah yang kurang memperdulikan pendidikan di indonesia.. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Tngkt/Jur :I-C/Teologia
      Nim :15.01.1224

      Terimakasih atas pertanyaan Saudara Johnson Parningotan.
      Pendidikan merupakan sarana untuk membangun landasan intelektual anak bangsa. Dengan didukung oleh UUD 1945 pasal 32 ayat 2 menyebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Aturan tersebut memberikan gambaran bahwa penyelengaraan pendidikan dasar merupakan kewajiban pemerintah sekaligus hak masyarakat.
      Faktanya memang saat ini telah terselenggara, akan tetapi hanya di beberapa daerah. Padahal anggaran program tersebut tidak lagi dari APBN melainkan dari APBD masing-masing daerah, seiring dengan otonomi daerah. Hal tersebut berarti daerah sepenuhnya mengendalikan sendiri program di daerahnya. APBN hanya sebagai biaya operasional sekolah (BOS) saja. Pemerintah daerah harus proaktif membuat kebijakan mengajak peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan gratis ini. Dengan menjalankan dengan sungguh-sungguh bukan tidak mungkin program ini bisa diwujudkan. Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.” (UU Sisdiknas Pasal 34, ayat (2)). Inilah dasar hukum mengapa pendidikan dasar harus gratis.
      Namun, pada kenyataannya begitu banyak anak-anak yang masih berusia sekolah yang terlantar dijalanan tanpa mendapatkan perhatian yang serius oleh Pemerintah. Anak-anak tersebut kerap berkata bahwa alasan mereka mengemis dijalanan ialah karena tidak memiliki uang untuk sekolah. Padahal, pemerintah kita sendiri telah menjamin terselenggaranya wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar. Begitu banyak program, namun mengapa begitu banyak anak-anak yang masih terlantar dijalanan yang masih bermimpi untuk bersekolah? Bahkan masyarakat sendiripun kerap membentuk tim untuk mengajarkan anak-anak jalanan yang tidak bersekolah tersebut. Namun dimana perhatian dari Pemerintah sendiri? Apabila hal ini berlanjut, tidak dapat diragukan lagi akan begitu banyak anak-anak kurang mampu, anak-anak Indonesia yang kehilangan mimpinya. Bisakah anda bayangkan apabila hal itu terjadi?
      Namun untuk menanggapi pemerintah yang kurang peduli akan pendidikan, tentu kita layak untuk mengkritik pemerintah melalui suara rakyat, karena Anak-anak bangsa harus melanjutkan perjuangan pahlawan bangsa untuk membawa Indonesia kearah yang lebih baik lagi.

      Hapus
    2. Nama : Elvinaria
      NIM : 15.01.1250
      Ting/ Jur : I-C/ Theologia
      Syalom...
      Terimakasih atas pertanyaan dari saudara Johnson Parningotan. Dimana pertanyaannya yaitu tentang bagaimana tanggapan para penyaji terhadap pemerintah yang kurang memperdulikan pendidikan Indonesia. Menurut pendapat saya pendidikan adalah hal yang paling penting untuk didapatkan setiap masyarakat dimana saja pun mereka bertempat tinggal. Dengan adanya pendidikan cara berpikir seseorang akan lebih maju dan membangun dalam kehidupan bermasyarakat. Dan menurut saya dengan berpendidikan atau contohnya seperti saat sekarang ini kita mempelajari Ilmu Budaya Dasar. Dengan adanya mata kuliah tersebut kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi akan lebih mengerti apa itu budaya, apa saja yang ada dalam budaya, apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam suatu budaya, serta bagaimana cara mengembangkan budaya yang ada tersebut. Jadi menurut tanggapan saya sebagai penyaji dari kelompok ini pemerintah yang kurang memperdulikan yang namanya pendidikan bisa disebut dengan pemerintah yang gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemerintah. Pemerintah tersebut seharusnya memperdulikan pendidikan tersebut karena seperti yang telah kita pelajari dalam IBD dengan pendidikan seseorang juga dapat mulai berpikir tentang nilai-nilai kemanusiaan. Bagaimana orang bisa menjalankan nilai-nilai kemanusiaan jika seseorang tidak pernah tahu apa sebenarnya nilai-nilai kemanusiaan tersebut( Seperti yang dikatakan Romo Mangun). Dan melalui pendidikan tersebut kita dapat mengetahui apa sebenarnya nilai-nilai kemanusiaan itu.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI


      Hapus
    3. Nama : Ipo Sunarsya Malau
      Nim : 15.01.1272
      Ting/Jur : I-C/Theologi
      Syalom
      begitu banyak anak negeri atau anak bangsa yang belum mendapatkan pendididkan yang sewajarnya, jangankan mendapatkan pendidikan, yang belum merasakan bagaimana itu pendididkan pun masih sangat banyak khususnya yang berumur 6/7 tahunan.
      dari berbagai latarbelakang yang berbeda.

      Pemerintah telah banyak membuat program demi kesejahteraan anak bangsa. Karena mereka adalah generasi-generasi penerus bangsa.
      jadi menurut saya, kalau kita tetap menuntut pemerintah, kita kurang benar, mengapa? karena bukan cuman pendidikan yang harus di pikirkan pemerintah tetapi juga negara kita.
      Maka dari itu mengapa tidak kita saja yang mulai. istilahya mari kita bangun sesuatu yang bentuk umum dan berlandaskan pendidikan, contohnya seperti kita bangun Rumah Baca. Tetapi tetap kita dibawah tanggung jawab pemeritah. Terimakasih

      syalom
      cahyo IBD

      Hapus
  7. nama: Dewi Aprianna Br Pinem
    NIM : 15.01.1240
    syalomm
    Saya ingin bertanya kepada para penyaji kelompok III judul penyaji adalah "Pesemon karya-karya Romo Mangun", menarik bagi saya mengenai kata pesemon ini. Saya ingat kembali dengan kata-kata saudari Rori Girsang yang mengatakan arti dari kata pesemon adalah sindiran halus. dengan rasa penasaran saya pun mencari makna kata tersebut dan saya melihat memang benar arti dari kata Pesemon adalah sndiran halus. yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah pengaruh yang ditimbulkan kepada para pembaca atau para pendengar dengan adanya sindiran Romo Mangun melalui karya-karyanya tersebut? dan apakah melalui sindirin tersebut ada perubahan yang ditimbulkan?
    terimakasih..
    syalom..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Elvinaria
      NIM : 15.01.1250
      Ting/ Jur : I-C/ Theologia

      Syalom...
      Terimakasih atas pertanyaan saudari Dewi Aprianna Br Pinem. Dimana pertanyaan saudari yaitu apakah ada pengaruh yang ditimbulkan kepada para pembaca atau para pendengar dengan adanya sindiran Romo Mangun melaui karya-karyanya tersebut? Dan apakah melalui sindiran tersebut ada perubahan yang ditimbulkan. Seperti pertanyaan dari saudara Hendriko dan saudari Lisda dimana saya mengatakan bahwa terpengaruh tidaknya pembaca dan pendengar karya Romo Mangun tersebut tergantung kepada pembaca dan pendengar itu sendiri dalam menanggapi sindiran yang ada pada karya Romo Mangun tersebut dan apakah ada perubahan yang ditimbulkan ya menurut saya ada perubahan yang ditimbulkan apabila seseorang membaca karya Romo Mangun tersebut. Namun kita tidak tahu apakah pengaruh yang ditimbulkan ialah pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk. Seperti yang telah saya katakan terdahulu bahwa pengaruh tersebut tergantung kepada bagaimana cara pembaca atau mendengar dalam menanggapi dan menerima apa yang telah dia baca dari karya Romo Mangun tersebut. Demikianlah jawaban saya.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI

      Hapus
    2. terimakasih buat jawaban yang diberikan oleh saudari Elvinaria kiranya dari jawaban saudara menambah wawasan kita bersama.
      Tuhan memberkati
      Syalomm..

      Hapus
    3. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272
      Syalom Dewi Pinem
      Terimakasih atas pertanyaannya yang mengenai tentang sindiran halus tersebut. Kemungkinan menurut kami dalam sindiran halus tersebut tertuju pada seorang yang kurang memperdulikan masyarakat miskin dan mungkin bahkan tidak memperdulikan orang pinggiran, saya contohkan seperti orang yang berada, dia tidak mau berbagi baginya harta adalah segala-galanya. Dengan melalui sindiran ini kemungkinan besar ada terjadi perubahan dal diri orang tersebut istilahnya tergerak hatinya dalam mengasihi atau memperdulikan masyarakat yang kurang mampu.

      Demikian menurut saya trimakasih
      syalom
      cahyo IBD :)

      Hapus
    4. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom saudari Dewi Pinem
      Ya terimakasih buat saudari dewi yang telah memberi pertanyaan tentang sindiran halus, kemungkinan besar Romo menuliskan karyanya lewat sindiran kepada orang-orang yang kurang memperdulikan masyarakat miskin, atau tidak memperdulikan orang pinnggira. Oleh sebab itu Romo membuat karya ini supaya orang-orang yang hanya memperdulikan dirinya saja dan mengabaikan orang lain tergerak hatinya untuk membantu dan bahkan mengasihi orang-orang pinggiran tersebut.
      hanya itu yang bisa saya paparkan,
      terimakasih
      syalom
      cahyo IBD

      Hapus
  8. Nama : Anggika Ginting
    NIM : 15.01.1215
    Ting/jur : I-C/Teologia

    Syaloom…!!!
    Trima kasih kepada kelompok 3 yang sudah memaparkan sajiaannya yang berjudul “PASEMON”. Jadi, pertanyaan saya pada kesempatan kali ini sangat simple dan singkat. Pertama dulu tolong untuk para penyaji menjelaskan kepada saya tentang maksud Romo Mangun yang menuliskan tentang Pasemon yang bertentangan/berseberangan dengan Mitologi? Dan pertanyaan saya yang selanjutnya adalah mengapa Romo Mangun menuliskannya dengan berbentuk cerita kitab suci? Apa maksud dari Romo Mangun tersebut. Tolong para penyaji jelaskan kepada saya..!!
    Trima kasih…
    Syaloom...!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Tgkt/Jur: I-C/Theologia
      Nim : 15.01.1224.

      Terimakasih atas pertanyaan saudara Anggika Ginting, Nim: 15.01.1215, berikan kepada kami. Pertanyaan pertama saudara Anggika kurang tepat. Karena dalam sajian yang telah dipaparkan bukan Pasemon yang bertentangan dengan Mitologi, tetapi Roman, sebuah sastra baru, yakni yang posisinya berseberangan dengan Mitologi. Begitu juga pertanyaan kedua dari saudara, dimana saudara menanyakan mengapa Romo Mangun menuliskannya dengan berbentuk cerita kitab suci?, pertanyaan saudara ini kurang tepat karena yang kami paparkan adalah Romo Mangun sebagai seorang Pastor menulis Roman yang logika lumrah agak susah diterima, dimana mestinya Romo menuliskan kembali cerita-cerita dari kitab suci, seperti dalam kothbah, tetapi malah menulis karya sastra seperti Roman. Mungkin Saudara kurang memperhatikan pertanyaan saudara ini. Namun akan saya jelaskan setelah saya perbaiki pertanyaan saudara, dimana Roman berseberangan dengan Mitologi karena Mitologi menjaga komunitas agar tetap terikat oleh semangat kebersamaan, bahkan Manusia dengan Tuhan. Sedangkan Roman membebaskan diri dari ikatan-ikatan komunitas dan melakukan penjelajahan kemana-mana. Dan Cara Romo menghadirkan pikiran dengan pasemon, dengan simbol-simbol dengan cara yang allegorical, seperti dikerjakan Jesus dengan cerita perumpamaan.
      Salam...

      Hapus
    2. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom,,
      kepada saudara Anggika, benar apa yang dikatakan oleh saudara Boris, yang dimana pernyataan yang anda paparkan itu menyimpang, tidak sesuai dengan apa yang kami paparkan,
      jadi mari kita simak dengan seksama sajian kelompok 3 ini agar lebih kita pahami
      terimakasih syalom..

      Hapus
  9. Citra Theresia Tarigan
    I-C/Theology
    15.10.1230

    Beberapa minggu kita sudah melewatkan pembahasan untuk melakukan penerapan dalam humanis untuk kehidupan masyarakat. Dan pasti kita sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui pembahasan-pembahsan ini sudah jauh mengerti bagaimana praktek yang harus kita lakukan dalam masyarakat menyangkut humanis. Untuk pembahasan ini akan menyangkutkan dalam pelayanan kita kelak yang akan menjadi hamba Tuhan. yang saya tanyakan bagaimana penyaji jika anda sendiri akan menghadapi suatu Gereja yang didalam nya kurang menerepkan humanis, dan apa tidakan anda dalam hal tersebut setelah anda mengetahui tujuan-tujuan Romo Mangun dalam karya-karya nya ?
    Terima Kasih.. Salam IBD..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Elvinaria
      NIM : 15.01.1250
      Ting/ Jur : I-C/ Theologia

      Syalom...
      Terimakasih atas pertanyaan dari saudari Citra. Dimana pertanyaannya yaitu tentang bagaimana penyaji jika anda sendiri akan menghadapi suatu Gereja yang didalam nya kurang menerapkan humanis, dan apa tidakan anda dalam hal tersebut setelah anda mengetahui tujuan-tujuan Romo Mangun dalam karya-karya nya ? saya salah satu penyaji dari kelompok III akan menjawab bahwa tindakan yang akan saya lakukan ketika saya sendiri menghadapi suatu gereja yang didalamnya kurang menerapkan humanis yaitu sebagai seorang yang menjadi pelayan di dalam gereja itu yang dimana saya sudah pernah belajar tentang apa itu Humanis dalam pelajaran IBD maka saya akan memberikan penerangan tentang apa itu Humanis dan apa fungsinya dalam kehidupan kita setiap manusia yang beragama agar jemaat dalam gereja itu membuka cakrawala pemikirannya dan sadar akan pentingnya diterapkan Humanis dalam ruang lingkup kehidupan. Dan tindakan saya ketika saya mengetahui tujuan Romo Mangun dalam karya-karyanya tersebut ya pastinya saya akan menekankan apa sebenarnya maksut yang Romo Mangun dalam penerbitan karya-karyanya. Demikianlah jawaban dari saya.
      TERIMAKASIH
      SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI

      Hapus
    2. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      12.01.1272

      syalom
      kepada saudara citra, mari kita ingat kembali apa yang telah dikatakan oleh bapak dosen kita,
      bahwa pembahas tidak boleh memberi pertanyaan.
      baik, saya akan menjawab pertanyaan saudari,,
      yang dimana pertanyaannya adalah bagaiman penyaji jika ada suatu gereja yang kurang menerapkan humanis, apa tindakan penyaji setelah mengetahui tujuan Romo dalam karya ini, menurut yang saya pahami dari topik ini yang diman Romo Mangun membangun nilai-nilai kemanusiaan melalui karya sastra yang dimana dalam sastra itu ia menggambarkan pengalaman para tokoh-tokoh dahulu dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan begitu juga Romo langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat. oleh sebab itu pada saat gereja mengalami kurangnya humanisme, pada saat itulah kita mencari tahu apa penyebabnya gereja kurang menerapkan humanis. banyak hal yang melatarbelakangi penyebab tersebut, salah satunya gengsi, yang dimana pada saat itulah kita mendekat istilahnya kita dekatkan diri kita kepadanya, dan kita memberi solusinya, agar dia lebih menerapkan humanis di dalam hidupny.
      terimakasih
      syalom

      Hapus
    3. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tgkt/Jur :I-C/Theologia

      Terimakasih atas pertanyaan saudari Citra Theresia, Nim: 15.01.1230. dalam hal ini saya akan mejelaskan bagaimana cara saya untuk menghadapi hal demikian. Saya akan menjelaskan secara Alkitabiah dimana saya ambil dari Kitab Nabi Amos, yaitu Amos 5:7-13. Keserakahan Manusia senantiasa terjadi sepanjang hidup manusia. Dalam kitab suci (Amos 1-6) diceritakan bagaimana nabi Amos tampil dipanggung sejarah Israel pada saat bangsa Israel mencapai puncak kemakmurannya sekitar tahun 750 SM. Sebagai seorang Nabi, ia di utus untuk mengingatkan mereka untuk bertobat. Mereka harus membenci yang jahat dan mencintai yang baik serta menegakkan keadilan (Amos 5:15). Situasi masyarakat atau bangsa Israel pada waktu Nabi mos tampil adalah sebagai berikut:
      1. Kekayaan dikuasai oleh sekelompok kecil orang yang merusak mereka sendiri.
      2. Orang yang berkuasa dan kaya menipu dan memeras orang-orang kecil.
      3. Ibadat bangsa Israel penuh dengan kepalsuan sehingga dibenci oleh Tuhan (Amos 5:21-27).
      Nabi Amos selain penyambung lidah Allah selain mengecam perilaku umat Israel yang tidak berkenan kepada Allah juga menunjukkan jalan keluar yang akan ditempuh untuk menghindari hukuman Allah yaitu: Pertobatan mendasar (Amos 5:4-6). Dan pada bagian Akhir masa baktinya, Nabi Amos menyampaikan janji keselamatan dari Allah bagi sisa-sisa Israel (Lih Amos 9:11-15).
      Demikianlah Cara yang bisa saya lakukan untuk membangun manusia Humanis.
      Terimakasih
      Salam....

      Hapus
  10. Nama: Desi Natalia Br sinulingga
    Nim : 15.01.1238

    Trimakasih kepada kelompok 3 yang telah memaparkan sajiannya kepada kita semua.
    Disini saya ingin bertanya yaitu menurut para penyaji, apakah negara yang tidak peduli terhadap perkembangan pendidikan atau memang kita (manusia) yang tidak peduli terhadap perkembangan pendidikan yang terjadi di negaranya sendiri ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Boris Adi Puttra Manurung
      Tngkt/Jur : I-C/Theologia
      Nim : 15.01.1224

      Terimakasiah atas Pertanyaan Saudari Desi Sinulingga, Nim:15.01.1238 berikan kepada kami. Saya akan menjawab Pertanyaan saudara tentang: apakah negara yang tidak peduli terhadap perkembangan pendidikan atau memang kita (manusia) yang tidak peduli terhadap perkembangan pendidikan yang terjadi di negaranya sendiri ?.
      Nah, mari kita perhatikan, Ada beberapa hal yang membuat pendidikan di Indonesia semakin melenceng dari cita-cita bangsa. Pertama, kecenderungan pendidikan Indonesia yang semakin elitis dan tak terjangkau rakyat miskin. Dalam hal ini, pemerintah dituding membuat kebijakan yang diskriminatif sehingga menyulitkan rakyat kecil mengakses pendidikan. Kedua, lahirnya sistem pendidikan yang tidak memberdayakan. Dalam konteks ini, kebijakan yang dibentuk semata-mata untuk mendukung status quo dan memapankan kesenjangan social. Ketiga, kurangnya orientasi pendidikan terhadap pembangunan moral. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat realitas anak-anak yang bertindak amoral, sehingga sering dikatakan pendidikan minus budi pekerti.

      Hapus
    2. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom
      kepada saudari desi coba saudara lihat pertanyaan Jhonson yang dimana pertanyaan saudari dan saudara jhonson sama
      silahkan anda lihat juga jawabannya, jawabnya telah saya paparkan
      terimakasih syalom

      Hapus
  11. Jawaban Untuk Pertanyaan yang disampaikan dikelas pada Topik "Pasemon" Dalam Sastra Karya Romo Mangun.

    1. Jawaban untuk pertanyaan Rory Girsang dari Topik “Pasemon” dalam Sastra Karya Romo Mangun, dalam pertemuan dikelas (11/04/2016). Yang menanyakan bagaimana arti singkat yang sebenarnya dari pasemon, karna yang saya ketahui pasemon menurut adat jawa bisa juga diartikan sebagai sindiran halus. Tolong dijelaskan bagaimana hubungannya dengan pengertian menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah!.
    Dalam sajian telah kami memaparkan arti Pasemon dimana artinya adalah istilah dari bahasa sastra jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan (dalam karya sastra atau pembicaraan umum) yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Dan yang saudari pahami bahwa Pasemon juga bisa diartikan suatu cara ekspresi berupa sindiran halus dalam bentuk kiasan yang menunjukkan suatu sikap pada saat dan tempat tertentu. Pasemon juga merupakan ucapan yang disampaikan secara tidak langsung kepada seseorang.
    Nah, disini artinya bahwa Pasemon itu merupakan Sindiran halus kepada orang-orang tertentu dan saat-saat tertentu tetapi dalam konteks tertentu. Namun dalam topik ini, arti pasemon itu lebih diartikan kedalam ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dengan harapan setelah membaca karya-karyanya ini ada perubahan kearah yang lebih baik. Bebeda dengan pasemon yang dalam arti sindiran yang merupakan ungkapan yang disampaikan secara tidak langsung kepada seseorang yang salah menempatkan diri. Misalnya seorang jawa yang merasa dirinya sudah diberi Pasemon biasanya akan segera bertindak untuk memperbaiki diri.
    Mengapa kami mengatakan demikian, kita bisa melihat karya Romo Mangun seperti Burung-burung Manyar, Burung-burung Rantau, Romo Rahadi dan Trilogi Roro Mendut. Keempat Novel ini menceritakan sejarah. Novel ‘Burung-burung Manyar’ (1981) dan novel ‘Romo Rahardi’ (1981), demikian Bakdi mengatakan, menampilkan gambaran kehidupan, ialah hidup banyak risiko. Burung-burung Manyar’ adalah novel obyektif dalam melihat revolusi Indonesia, begitu juga dengan novel berikutnya. Dari sini terlihat bahwa novelnya menceritakan peristiwa sejarah meskipun ada kemungkinan besar sindiran untuk orang-orang tertentu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2. Jawaban untuk pertanyaan saudari Ribka Sirait, yang menanyakan: Penghargaan bentuk apa saja yang didapatkan Romo Mangun dan bagaimana Respon para pembaca hasil karya Romo Mangun yang para penyaji ketahui yang terkusus untuk para pembaca karya Romo yang sudah diapresiasikan!.
      Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996. Ia juga menjadi orang Indonesia kedua setelah Goenawan Mohammad yang mendapat penghargaan The Professor Teeuw Award di Leiden, Belanda, untuk bidang susastra dan kepedulian terhadap masyarakat. Ia banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Buku Sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan buku non-fiksi terbaik tahun 1982.
      Dalam bidang arsitektur, ia juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur, yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta. Ia juga menerima The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada tahun 1995, sebagai bukti dari dedikasinya terhadap masyarakat miskin.. Hasil jerih payahnya untuk mengubah perumahan miskin di sepanjang tepi Kali Code mengangkatnya sebagai salah satu arsitek terbaik di Indonesia. Romo Mangun termasuk dalam daftar 10 arsitek Indonesia terbaik. Juga penghargaan Kincir Emas untuk penulisan cerpen dari Radio Nederland.
      Sejauh yang kami ketahui bahwa respon pembaca akan Novel Romo Mangun ini adalah memberi apresiasi atas karya-karyanya termasuk Novel yang diterbitkannya. Melalui Novel-novelnya pembaca menjadi mempunyai pola pikir yang lebih luas lagi tentang nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai contoh pendapat Prof. Dr. Bakdi Sumanto, Dosen jurusan sastra inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM, Bakdi Sumanto mengungkapkan, kritikus sastra Jakob Sumarjo memberi komentar, bahwa ‘Burung-burung Manyar’ adalah novel obyektif dalam melihat revolusi Indonesia. Bahkan, cenderung dari kacamata Belanda. Tokoh protagonisnya pun, walau orang Indonesia, bersikap kritis terhadap Republik dan bahkan anti Republik.
      Pada novel “Romo Rahardi’ Bakdi melihat pandangan bebas dari seorang pastur, dalam hal ini Romo Mangun. Novel ini menghadirkan Romo Rahardi sebagai protagonis. Romo Rahardi mengalami keterombang-ambingan antara hidup selibat dan hidup berkeluarga.
      Dari penjelajahan empat novel karya Romo Mangun, Bakdi Sumanto menyebutkan, bahwa sastra berbeda dengan teater, hadir secara personal ke dalam batin pembaca yang di saat tenang, sunyi, tranquil, sehingga terjadi dialog antara pembaca dan novel pada satu pihak, pada pihak lain seperti Bima Suci, bacaan untuk mengantar pembaca berdialog dengan batin sendiri.
      “Cara Romo menghadirkan pikiran dengan pasemon, dengan simbol-simbol dengan cara yang allegorical, seperti dikerjakan Jesus dengan cerita perumpamaan.

      Hapus
    2. Rory Juliani Girsang
      15.01.1317
      I-C/ Teologia
      Terimakasih kepada penyaji sudah menanggapi pertanyaan saya, mengenai perbedaan arti pasemon melalui cara pandang yang berbeda pula.
      kembali saya ingin bertanya kepada penyaji, apakah pasemon ini sendiri sudah mempunyai dampak yang besar terhadap nilai-nilai kemanusiaan saat ini, khususnya di negara kita Indonesia? Tolong penyaji tanggapi,
      Syalom

      Hapus
    3. Terimakasih atas pertanyaan Saudari Rory Juliani Girsang.
      Jadi Jika Saudara bertanya apakah Pasemon ini sendiri sudah mempunyai dampak yang besar terhadap nilai-nilai kemanusiaan saat ini, Khususnya di negara kita indonesia?
      Mari kita mulai dalam diri kita sendiri, bagi orang yang menerima dan memahami maksud dari Pasemon dalam sastra Romo Mangun ini pasti akan berdampak besar dalam perubaan dirinya terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

      Hapus
  12. Nama : Rexy agriva ginting
    Nim : 15-01-1308

    terima kasih
    jadi disini saya ingin bertanya kepada kelompok tiga, bahwasanya kita ketahui sekarang ini banyak sekali terjadi kekacauan di negara kita ini, padahal kita ketahui agama sudah berkembang pesat di negara kita ini, jadi saya ingin bertanya kepada penyaji, bagaimana tanggapan para penyaji mengenai hal ini. dan yang kedua, bagaimanakah cara romo mangun menyampaikan novelnya agar manusia dapat mengerti dan menjalankan yang baik...

    Salam IBD...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kekacauan yang terjadi di negara kita itu semua adalah atas ulah orangnya bahkan ulah kita juga, nah mari kita tanyakan kepada diri kit sendiri apakah kita telah berbuat yang baik? jika belum mari kita perobahi, dari diri kita sendiri, kita jangan hanya bisa memberi nasihat kepada orang lain tapi diri kita saja tak bisa kita nasihati.
      yang kedua cara Romo agar novelnya dimengerti dan dijalankan oleh manusia, dengan Romo membuat ilustrasi pada novelnya misalnya tentang membebaskan orang dari kemiskinan
      trimakasih syalom

      Hapus
    2. Terimaksih atas pertanyaan saudara Rexi Agriva Ginting, Nim: 15.01.1224, dimana pertanyaannya adalah bagaimanakah cara romo mangun menyampaikan novelnya agar manusia dapat mengerti dan menjalankan yang baik?

      Membaca novel Romo Mangun berarti membaca humanisme yang dikembangkan Mangunwijaya. Semua napas dan roh novel-novel, serta tindakan konkret Romo Mangun, menunjukkan sosok multidimensi dan multiperhatian. Setiap dimensi itu diisinya dengan penuh kesungguhan dan dengan energi yang hampir tanpa batas. Melalui novel, Romo Mangun mencurahkan pandangannya tentang kemanusiaan dan kebangsaan. Ia menulis cerita dengan cara yang sangat jelas dan memakainya sesuai kebutuhan. Romo Mangun adalah sosok pendongeng yang murah hati. Ia bercerita dengan lincah, dengan gaya bahasa sederhana sehingga pembaca dengan mudah bisa menyelami isi novelnya. Mangunwijaya benar-benar merayakan perbedaan cara bertutur di dalam novelnya. Kadang seorang Mangun bergaya, seperti seorang kakek yang bercerita dengan menyenangkan kepada cucunya, misalnya dalam Burung-burung Manyar yang diselipi unsur jenaka dan riang walaupun ada novel yang tergolong ”sulit” dicerna, seperti Durga Umayi. Trilogi roman sejarah Roro Mendut dan novel petualangan Romo Rahadi bisa dibilang merupakan novel-novel yang paling nyaman dan mengasyikkan. Novel ini bisa dinikmati oleh beragam kalangan yang punya selera rasa berbeda-beda. Ditambah Durga Umayi dan Burung-burung Manyar, kedua novel itu memenuhi resep manjur cerita, yakni memiliki karakter terfokus dan terbatas. Ada ketegangan asmara dan soal hidup mati. Novel-novel ini menunjukkan Romo Mangun adalah pencerita piawai dengan tetap berusaha menjaga kedalaman sastra.

      Hapus
  13. Nama : Jon Andre Samuel Damanik
    Ting/Jur : I-C/Teologia
    Nim : 15.01.1280

    Syaloom...
    Pada pembahasan kali ini kita mengetahui bahwa Pasemon merupakan istilah dari bahasa sastra jawa tradisional, yang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Pasemon berupa ucapan atau ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan yang mengingatkan seseorang kepada peristiwa sejarah, dongeng atau mitos yang pernah terjadi diketahui umum. Disini melalui karya-karyanya, Romo mengajak kita untuk lebih mengingatkan kita dalam menjunjung tinggi Humanisme. Seperti salah satu contoh novel Romo yaitu mengenai Roro Mendut, yang lebih mementingkan nilai cinta daripada benda, yang memiliki keberanian dalam bertindak dan salah satunya lagi yaitu novel yang berjudul Burung-burung Rantau yang menceritakan seorang tokoh yang sangat ingin mengekspresikan budayanya sendiri. Oleh karena itu, kita dituntut untuk lebih berani dalam bertindak dan dalam mengekspresikan budaya kita sendiri. Sehingga muncul pertanyaan dalam benak saya, yaitu bagaimana tanggapan para penyaji mengenai tujuan Romo dalam novel tersebut, apakah tujuan tersebut dapat kita lakukan dalam kehidupan kita yang manakala kita saja masih banyak yang tidak mengetahui budayanya sendiri?

    Terima kasih...
    Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom
      apakah kita dapat melakukannya? saya pikir itu tergantung pada diri kita sendiri
      apakah kita mau? atau tidak?
      kalau kita mau tentu dengan usaha yang maksimal pasti berhasil karena kita pasti akan dibantu oleh Tuhan dalam setiap ketidak mampuan kita
      kalau kita tidak mau
      otomatis kita tak bisa melakukannyaa
      terimakasih
      syalom

      Hapus
    2. Terimakasih atas pertanyaan saudara Jon Andr Damanik, Nim: 15.01.1280. dimana pertanyaaanya tentang apakah tujuan tersebut dapat kita lakukan dalam kehidupan kita yang manakala kita saja masih banyak yang tidak mengetahui budayanya sendiri?
      saya kira untuk hal itu marilah belejar terlebih dahulu akan budaya masing-masing, setelah itu kita bisa menerapkan dan mengekspresikan budaya kita sendiri supaya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain jika salah mengekspresikannya.
      Terimakasih
      salam..

      Hapus
  14. Nama :Ridho Ezra Suranta Karo-Karo
    Kelas :1C/Teologi
    Nim :15.01.1311

    Syallom....
    Saya membahas kelompok III tentang
    "Pasemon" Dalam karya sastra karya roko mangun
    Pasemon adalah istilah dari bahasa sastra jawa tradisionalyang merupakan istilah gaya perbandingan yang mirip dengan alusio. Novel adalah suatu benda karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ektrinsik. Romo seringkali menyambungkan romo yang ditulisnya dengan kehidupan masa kini. Mengenai romo bangun banyak gelar dan sosok yang bisa dikenal sebagai romo bangun ini. Romo mangun adalah seorang pastoral yang menulis roman.tetapi sebagai pastoral di menulis cerita-cerita dalam satu kitab suci yang bisa karang menjadi suatu cerita khotbah. Dari cerita tersebut dia bisa menyambungkan hidup masa kini dengan pengalaman religiositas baik ditulis dari perjanjian baru dan perjanjian lama dan kenyataanya dia menulis dalam bentuk karya sastra. dari ceritanya dia menghubungkan dengan motologi dimana komunitas ini agar tetap terikat oleh kebersamaan manusia dengan Tuhan. Walauapun romon sudah terkenal atau bebas ketimbang motologi. Romo mangun menulis karyanya masa kini yang jagat raya tinarbuka dan kadang "penuh dengan rasikan"maksud keberanian romo dalam mengespresikan pemikiran.karya romon mangun begitu banyak yaitu
    1. Novel manyar
    2. Romo pahadi
    3. Trilogi roro mendut
    4. Burung-burung rantau
    Dari novel ini berkaitan dan penulis belum sempat melakukan penelitian bagaimana keterkaitan novel tersebut.ketika sastra menempatkan, manusia sebagai makhluk motologi dan berharga saat itulah sastra menyentuh aspek manusia religiositas. Romo dapar menghadirkan tokoh dan berbagai macam fenomena yang menganut teologi moral. Romo mangun sosok penulis yang karyanya sampai saat ini masih dikenal masyarakat indonesia. Dan kisah pars tokoh cerita zaman dulu, sehingga penerus akan karya-karya bangsa indonesia.

    Syallom.......
    Salam IBD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom
      terimakasih kepada saudara Ridho atas pandangan dan tanggapannya
      semogaa dari paparan anda kita lebih memiliki wawasan yang luas
      terimakasih
      syalom

      Hapus
  15. Nama : Krismay Pasaribu
    Ting/Jur : I-C/Theologi
    NIM : 15.01.1285
    Syaloom...
    membahas mengenai Pasemon dalam karya sastra Romo Mangun. Bahwa Romo Mangun adalah seorang multi talenta (seorang arsitektur, rohaniawan dan sastrawan)yang sangat membantu masyarakat terutama masyarakat Indonesia untuk bergerak dan menggunanakan hati dan pikiran agar dapat membangun humanisme itu pribadi lepas pribadi. dalam membangun hal itu di butuhkan yang namanya ketekunan, keberanian, ketegaran hidup dan kesetiaan ke pada Tuhan sebagai pencipta dan juruselamat manusia.dengan keteguhan dan kegigihan Romo Mangun dia mendapatkan penghargaan melalui talentanya dan bahkan dia sudah berani menerapkan yang namanya nilai-nilai kemanusiaan.
    melalui hal ini, kia sudah melihat kehidupan Romo Mangun sebagi pejuang seperti dalam segi peduli masyarakat kecil dan menjadi contoh untuk kita. Melalui hal ini menjadi timbul pertanyaan saya apakah mungkin 50 tahun ke depan kita dapat menjadi manusia humanis dan menerapkan nilai-nilai kemanusiaan bahkan saling mencintai maupun mengasihi satu sama lain melalui topik, pasemon dalam karya sastra Romo Mangun ini di tengah-tengah ketidak peduliian, kesombongan, ketidak percayaan pribadi lepas pribadi yang tidak mau berubah dan tidak peka terhadap kehidupan Romo Mangun yang multi talenta?
    terima kasih.
    Tetap Semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom
      terimakasih kepada saudari Krismay
      kami rasa itu semua kembali kepada diri kita sendiri
      sebelum kami menjawab kami mau bertanya kepada saudari
      apakah 50 tahun kedepan anda akan menerapkan nilai-nilai humanis pada diri anda?

      Hapus
  16. Nama: fidewana Sari Saragih
    Tingkat :1-c/Teologia
    Nim:15.01.1263
    syaloom,......
    pembahasan mengenai pasemon dalam karya sastra dari ROMO MANGUN bahwa dalam karyanya berbeda tapi ada satu penekanan adanya kemerdekaan ,bukan hanya teori melainkan ada praktek juga.Romo mangun sendiri tidak mau terkait dengan komunitas - komunitas yang kurang baik.Dalam pembahasan ini saya mau bertanya ,penekanan yang seperti apakah yang dimaksudkan dalam penekanan adanya kemerdekaan ini?Dan dari catatan yang diberikan oleh bapak dosen kita disebutkan bahwa dalam karya sastra Romo mangun berarti menemukan nafas- nafas kemanusiaan.Apakah maksud dari pernyataan tersebut??
    Sekian dan terima kasih....salamm IBD,,,...

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari analisa yang saya dapatkan mengenai pasemon ini , berarti dalam nilai - nilai kemanusiaan ini haruslah kita mengingat sejarah -sejarah yang ada dan diketahui oleh umum.Namun saya berfikir ,tidak semua orang bisa mengingat dan bahkan ada orang yang tidak tau sama sekali akan sejarah ini.misalnya :sejarah kemerdekaan Indonesia.Dalam hal seperti ini apakah orang yang demikian pantas disebut sebagai orang yang cinta akan tanah atau negaranya sedangkan ia sendiri tidak tau akan sejarah negaranya??tolong penyaji berikan jawabannya..

      Hapus
    2. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tgkt/Jur:I-C/Theologi

      Terimakasih atas pertanyaan saudari Fidewana Sari Saragih, Nim:15.01.1224.
      Dimana pertanyaan saudari adalah penekanan yang seperti apakah yang dimaksudkan dalam penekanan adanya kemerdekaan ini? Dan dari catatan yang diberikan oleh bapak dosen kita disebutkan bahwa dalam karya sastra Romo mangun berarti menemukan nafas- nafas kemanusiaan.Apakah maksud dari pernyataan tersebut? dan pertanyaan berikutnya dari analisa yang saya dapatkan mengenai pasemon ini , berarti dalam nilai - nilai kemanusiaan ini haruslah kita mengingat sejarah -sejarah yang ada dan diketahui oleh umum.Namun saya berfikir ,tidak semua orang bisa mengingat dan bahkan ada orang yang tidak tau sama sekali akan sejarah ini.misalnya :sejarah kemerdekaan Indonesia.Dalam hal seperti ini apakah orang yang demikian pantas disebut sebagai orang yang cinta akan tanah atau negaranya sedangkan ia sendiri tidak tau akan sejarah negaranya?
      Pertama Penekanan yang dimaksud disni adalah Menekankan Nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap orang, memberi peluang bagi orang-orang terpinggirkan untuk mengecam pendidikan dan bebas dari penindasan Pemerintah. yang kedua yang dimaksud dengan menemukan nafas-nafas kemanusiaan adalah untuk menghargai setiap pribadi karena manusia itu berharga dan bermartabat. Yang ketiga mari terlebih dahulu belajar akan sejarah negara kita dan menghargai setiap pemuka-pemuka negara itu. Juga sebagai orang yang cinta akan negaranya berarti memberikan segala usaha dan ide-ide untuk membangun Kemerdekaan bagi setiap orang dimana ide tersebut bersifat membangun. menjunjung tinggi keadilan dan kehormatan bangsa dan negara. dan dalam hal ini mari mulai dari diri sendiri supaya menjadi teladan bagi Semua.
      Terimakasih
      Salam...

      Hapus
  17. Nama;Victor sebastian Silalahi
    Tingkat:IC
    Nim : 15. 01. 1339
    syalom dan salam damai sejahtera...
    dari pembahasan mengenai Pasemon dalam karya sastra Romo Mangun dimana pada kesimpulan para penyaji menyatakan romo mangun tidak berani mempublikaasikan identitasnya. yang menjadi pertanyaan saya, apa yang melatarbelakangi hal tersebut sehingga beliau tidak mempublikasaikan identitasnya?
    terimakasih

    BalasHapus
  18. Nama :Desima simajuntak
    Nim :15.01.1239
    Ting/jur:Teologia
    syalom
    Dalam pembahasan yang sudah ada di blog kelompok 3 yang topiknya "Pasemon dalam sastra karya Romo Mangun", ada beberapa karya Romo yang sudah di buat oleh para penyaji, yang menarik menurut saya adalah "Romo Rahadi", karena ada 3 motto Romo Mangun, tapi yang paling menarik motto yang 1 yaitu: Bukankah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada cahaya? (Amos 5:20), nah yang menjadi pertanyaan saya , apa yang melatarbelakangi Romo Mangun menjadikan Amos 5:20 ini sebagai motto nya beliau ?
    SYALOM KEMBALI DAN TERIMA KASIH.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ipo Sunarsya Malau
      I-C/Theologi
      15.01.1272

      syalom
      terimakasi pada saudari desi
      Buknkah hari Tuhan itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tiada bercahay adalah yang menjadi motto Romo salah satunya,
      yang dimana pada motto ini mengingatkan bahwa manusia yang liberal itu harus diubah, karena menganggap dirinya itu berhasil hanya dengan karyanya dan usahanya sendiri jadi disini Romo ingin mengubah manusia yang liberal menjadi manusia yang sosial
      trimakasih syalom

      Hapus
  19. SYELA BANGUN

    melalui pembahasan ini membuat saya menjadi bertanya dalam hal bagaimana cara terkhusus nya kita untuk menghadapi hambatan dan rintangan melalui hidup berhumanisme?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Boris Adi Puttra Manurung
      Nim :15.01.1224
      Tgkt/Jur :I-C/Theologia

      Terimakasih atas pertanyaan saudari Syela Bangun. Namun saya kira Pertanyaannya kurang akurat. hambatan dan rintangan dalam hal apa maksudnya disini?
      Terimakasih
      Salam

      Hapus
  20. Ruang komen ini resmi ditutup - terimakasih respons yang sangat cepat dari saudara-saudari! Salam budaya.

    BalasHapus