Senin, 14 Maret 2016

Nilai-nilai Kemanusiaan Teo. IB - Kelompok II



Nama                          : Debora ginting
                                      Fandi Herianto
                                      Lantina Bangun
                                      Mei Wastina Samosir
                                      Septaria Br Ginting
Tingkat/jurusan        : I B/Teologi
Mata Kuliah               : Ilmu Budaya Dasar
Dosen                          :Pdt Edward Simon Sinaga M.Th
Manusia Humanis Menurut Romo Mangun[1]
I.            Pendahuluan
Pada pertemuan kita hari, kami para penyaji akan membahas tentang Manusia Humanis Menurut Romo Mangun. Apa saja hal-hal yang menyakut tentangnya pada pertemuan kita di mata kuliah Ilmu Budaya Dasar ini. Semoga pemaparan kami para penyaji dapat berguna dan menambah waawasan kita. Sekian dan terimakasih.
II.                Pembahasan
2.1.Riwayat Hidup Y. B. Mangunwijaya
Yusuf Bilyarta (Y.B) Mangunwijaya dengan nama sebutan Romo Mangun lahir di Ambarawa, 6 mei 1929, anak sulung dari 12 bersaudara, 7 perempuan, dari pasangan Yulianus Sumadi Mangunwijaya dan Serafin Kamdanijah. Kata-kata ayah Bilyarta yang selalu terngiang di telinga Bilyarta adalah bahwa “hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati”. Tempat sekolah dasar Bilyarta di Holland Inlander School (HIS), memberi kepada murid-muridnya bukan hanya hanya latihan kecerdasan, melainkan juga pendidikan kemanusiaan dan berbagai keterampilan, seperti berbicara di muka umum, menulis, berbicara, menyanyi, memainkan peran sandiwara.
Tahun 1943, Bilyarta menyelesaikan sekolah dasarnya di Mangelang. Bilyarta melanjutkan sekolahnya di dua sekolah, pagi Bilyarta meneruskan Sekolah Tekniknya, di Sekolah Mataram. Sore bersekolah di Sekolah Menengah Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI). Di sekolah menengahnya itu, Bilyarta aktif di organisasi Pemuda Katolik. Bilyarta ingin menjadi Rohaniwan yang bekerja tidak demi harta dan kekuasaan, apalagi dengan “tangan-tangan berlumuran darah” yang mengorbankan rakyat.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas di Malang tahun 1951, Bilyarta melanjutkan ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius di Magelang, kemudian ke Seminari Tinggi Sancti Pauli di Yogyakarta. Selesai belajar, Bilyarta ditahbiskan sebagai Pastor oleh Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijapranata, Pr. Bilyarta memilih menjadi Pastor Pr (Praja), organisasi Pastor-pastor Keuskupan yang menekankan kegiatannya untuk rakyat kecil di desa-desa, sesuai dengan janji dirinya sejak lama.
2.2.Konsep-konsep tentang Manusia
2.2.1.      Konsep manusia menurut kebudayaan jawa
Menurut Y. B. Mangunwijaya, citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagat gedhe (makro-kosmos), jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Dalam konsep manusia lama Jawa, kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari menggiring si anak dan memupuk tunas-tunas muda ke pengintegrasian diri dalam seluruh gugusan adat-istiadat dan kebudayaan orangtua serta nenek moyang secara tradisional.kegiatan itu disebut proses sosialisasi, sekaligus mereproduksi anggota-anggota masyarakat yang berfikir dan berbudaya sama melestarikan serta memperkuat sistem yang sudah ada.
Pendidikan sebagai sosialisasi tidak melihat anak memiliki nilai tersendiri, berkepribadian unik dengan status bermartabat sebagai manusia yang harus dihormati, anak hanyalah bernilai sekunder, yang primer ialah kedudukan, kepentingan, dan penghidupan kolektivitas. Maka, sosialisasi berikhtiar menggiring warganya untuk tahu diri dalam sistem pahala dan status.
2.2.2.      Konsep manusia menurut kebudayaan barat
Menurut Romo Mangun salah satu buah kolonialisme di Indonesia yang positif ialah rontoknya pandangan tentang konsep manusia dan pendidikan feodal model kebudayaan Jawa. Pendidikan barat yang dan pendidikan feodal model kebudayaan Jawa. Kebudayaan Barat menekankan bahwa tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan melulu ke dunia akhirat, akan tetapi dihargai sebagai tujuan intrinsik dan sejati pada dirinya, tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat.
Di Barat diakui umum, bahwa bapak filsafat dan gerakan pendidikan modern adalah Socrates (470-399 SM) yang mengajar bahwa setiap manusia dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran. Guru, pembina, pendamping, kita semua sebenarnya hanyalah bidan, yang memang aktif menolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh si manusia atau anak yang bersangkutan itu sendiri.
Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), sebelum Revolusi Perancis, mengingatkan pula bahwa dalam pendidikan hendaknya manusia, dalam hal ini anak didik, haruslah ditanggapi sebagai anak, bukan sebagai orang dewasa berbentuk mini, dan bahwa pendidikan harus mulai dari sutuasi fitri kebaikan alamiah manusiawi. Pendidikan semestinya menjawap daya-daya afektif dan peragai dasar kemanusiaan dalam diri seorang anak.
Menurut Romo Mangun, meskipun ada beberapa tesis fundamental tentang si anak dari Rousseau yang kurang realitis, terlalu romantis, tetapi sinyamelen dasarnya bahwa banyak anak justru dirusak perkembangan sehatnya oleh kaum dewasa dan masyarakat mempunyai inti yang benar. Sehingga tumbuhnya pemahaman tentang hakikat kehidupan dan penghayatan anak yang lebih besar (lebih manusiawi).
2.2.3.      Konsep manusia menurut kebudayaan kontemporer
Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia berdasarkan realitas soaial yang dilihatnya di masyarakat.
 Menurut Mochtar Lubis, ada 7 ciri-ciri manusia Indonesia:
1.      Hipokritis atau munafik. Berpura-pura, lain dimuka,lain di belakang, merupakan suatu ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama, sejak mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya atau sebenarnya  dirasakan atau difikirkannya ataupun yang dikehendakinya ataupun sebenarnya yang dikehendakinya, karena takut mendapatnya ganjaran membawa bencana bagi dirinya.
2.      Segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, tetapi jika ada sesuatu yang sukses, maka manusia Indonesia tidak sungguh-sungguh untuk tampil depan binatang, tepuk tangan, surat pujian, piagim penghargaan dan sebagaimana.
3.      Memiliki jiwa feodal yang tinggi, ABS asal bapak suka.
4.      Percaya takhayul.
5.      Berkarakter lemah, tidak mempunyai prinsip kristen.
6.      Cenderung boros tidak suka bekerja keras.
7.      Empat cemburu dan pao orls dari yang dilirhhtttnys
Manusia Indonesia mempunyai ciri-ciri yang positif:
1.      Memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil kerajinan dan kesenian yang tinggi.
2.      Suka tolong-menolong dan bergontong-royong.
3.      Berhati lembut dan suka damai, memiliki kesabaran hati, memiliki rasa humor yang tinggi.
4.      Adanya ikatan kekeluargaan yang mesra, dan memiliki kecerdasan yang cukup baik, terutama yang menyangkut keadilan.
Dalam masyarakat Indonesia kontemporer, khususnya sejak Orde Baru berkuasa, manusia ideal Indonesia yang sering dikemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya, dasar tingkah laku dan budi pekerti yang berdasarkan kepada kelima sila Pancasila, Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan, Kerakyatan, dan Persatuan Nasional. Namun, menurut Mochtar Lubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika tercipta kondisi masyarakat yang dapat mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari kungkungan masyarakat semi atau neofeodalis lanjutan masyarakat feodalis zaman dahulu.
Menurut Driyarkara, manusia Pancasila adalah manusia yang diakui sebagai subyek yang otonom. Manusia merupakan satu kesatuan jiwa raga, maka hanya pada manusia pula terdapat totalitas. Manusia menyadari dua momen dalam dirinya, yaitu jiwa dan badan, yang merupakan suatu totalitas. Kesadaran itulah membuat manusia daapat mengadakan refleksi bahwa berkat badan, manusia dalah bagian alam semesta, tetapi berkat Rohaninya ia melampauinya. Jiwa Rohani itu merupakan kekhususan manusia dan menempatkannya sebagai pribadi.
Abraham Maslow menyatakan kebutuhan manusia akan identitas ini sebagai metamotif yang mendorong manusia untuk mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya semaksimal mungkin. Arief Budiman menyatakan bahwa manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsep soaiologi, dalam arti untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya itu, usaha harus ditujukan kepada pencarian sistem sosial yang dapat mengembangkan potensi yang unik dari tiap-tiap individu.
2.3.Konsep Manusia menurut Y. B. Mangunwijaya
Konsep manusia menurut Y. B. Mangunwijaya: manusiaa Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein.
Romo Mangun menemukan bahwa yang selalu menjadi korban oleh pihak yang lebih kuat dalam masa kemerdekaan maupun pembangunan adalah rakyat kecil, khususnya yang miskin, terlebih perempuan dan anak-anak. Tokoh Oti dan Loemadara adalah sosok rakyat kecil atau ikan Homa yang menjadi tumbal bagi ikan-ikan Ido yang lebih besar, yang kelak pada akhirnya ikan Ido pun akan disantap oleh ikan-ikan Hiu yang buas dan serakah. Inilah Darwinisme sosial tersebut, siapa yang kuat dialah yang menang.
Menurut Mangunwijaya, konsep manusia yang ingin dikembangkannya adalh manusia yang humanis. Mangunwijaya menawarkan sebuah konsep manusia humanis yang terbebas dari belenggu-belenggu feodalisme, baik feodalisme khas Jawa maupun warisan politik kolonial. Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein.
2.3.1.      Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional
Secara garis besar perkembagan interaksi antarmanusia di dalam kelompok dan di luar kelompok dapat dimulai dari bentuk komunal sangat sederhana dalam kerangka dusun yang tertutup, yang kemudian semakin terbuka dan fase-fase evolusi yang berakselerasi ke hubungan lokal atau religion. Sistem suku kemudian mengalami proses penghayatan yang lebih meluas lagi, pascasuku, yang semakin mengonsolidasi diri dalam kerajaan atau susunan feodalisme, yang variasinya berbentuk banyak, tetapi esensinya sama.
Menurut Romo Mangun, kebudayaan pascasuku tumbuh dari perubahan ekspansi budaya pemburu, nelayan, dan pengembara yang berevolusi ke budaya agraris yang menetap, dari kabupaten sampai kerajaan besar. Kerajaan adalah ekspresi sekaligus infrastruktur yang timbul selaku “keharusan perkara” (sachzwang) dari budaya agraris, sedangkan republik atau kerajaan konstitusional yang kini merupakan bentuk yang dominal memang adalah ekspresi sekaligus infrastruktur dari budaya industri dengan sistem perdagangannya yang khas.
Nasionalisme Indonesia di masa mendatang menurut pandangan Romo Mangun akan kembali seperti ke awal mula dicita-citakan oleh Generasi 1928, yakni:
1.      Kembali ke alur hakikat semulanya yang murni
2.      Pembelaan kawan manusia yang masih dijajah
3.      Pembelaan terhadap yang masih miskin dalam segala hal, termasuk miskin kemerdekaan dan penentuan diri sendiri
4.      Menolong manusia yang tidak berdaya menghadapi para kuasa yang sewenang-wenangnya, yang telah merebut bumi hak pribadinya dan yang memaksakan kebudayaan serta seleranya kepada si kalah.
Sedangkan dalam kebudayaan Pasca-Indonesia dalam konteks sekarang ini, lawannya adalah perlakuan-perlakuan yang dehumanis.
Sedangkan istilah Pasca-Nasionalisme atau pasca-Indonesia harus dimengerti dalam konteks kesejahteraan. Kata Pasca, menurut Romo Mangan, jauh lebih baik dan lebih bermakna dari pada kata bahasa Inggris post. Seorang pascasarjana bukan orang yang sesudah menjadi sarjana lalu menjadi bukan sarjana. Seseorang tersebut tetap sarjana, tetapi lebih luas pandangannya, lebih banyak dimensinya, lebih dalam visinya, dan lebih dewasa. Konsep Pasca-Nasional mencita-citakan sosok manusia indonesia yang terbuka kepada nilai-nilai kemanusiaan universal, meskipun tetap berpegangan kepada nilai-nilai ke-Indonesiaan.
Menurut Romo Mangun, di bawah rezim Orde Baru, Indonesia mengalami kemajuan ekonomi yang pesat, namun dipandang dari perubahan struktur, Indonesia mengalami kemunduran. Romo Mangun menganggap bahwa pendidikan masa Orde Baru tidak rtbawah Orde Baru sama dengan permasalahan ankata bagi Mangunwijaya, pendidikan harus ditempatkan dalam kerangka evolusi ini, yaitu upaya mengantar murid, bangsa, bahkan umat manusia ke arah pendewasan diri: teremansipasi, merdeka, humanis, dan sanggup bertanggungjawab sendiri.  
2.3.2.      Pasca-Einstein
Perkembangan manusia yang begitu melesat menuntut manusia peka zaman dan terbuka pada nilai-nilai yang baru. Sulit bagi manusia Pasca-Einstein untuk menganut pemahaman tradisional. Dalam arti Romo mangun, tidak ingin manusia berfikir jalan rel atau aspal yang berpikir lurus saja atau manusia Bermatra Tunggal.Menurut Romo Mangan, seluruh gambaran manusia tentang semesta raya menjadi begitu relatif, begitu tergantung pada pengandaian lokasi dan waktu, situasi dan asumsi, sehingga banyak perkara sudah tidak sederhana lagi. Istilah Pasca-Einstein yang juga disebut manusia Bermatra Gatra.
Romo Mangun melontarkan konsep Pasca-Einstein, yang mengajak segenap generasi muda untuk bersikap menurut dinamika relativitas, dengan tidak main mutlak-mutlakan, karena segala sesuatu bersifat relatif. Menurut Romo Mangun konsep Pasca-Einstein itu ditandainya dengan para parakdikma. Antara konsep Pasca-Einstein dan berpikir lateral/nggiwara dapat dibedakan. Perbedaanya adalah berfikir lateral menekankan kbagaimana manusia menyelesaikan suatu masalah, sedangkan pada Pasca-Einstein  atau bermatra-grata menekankan manusia menaggapi suatu masalah.
Paham kemanusiaan Romo mangan dikata tak terlepas dari faham dari faham religiositas. Religius disini tidak harus diartikan sebagai pemeluk agama tertentu, melainkan adanya kecenderungan dan kesadaran akan yang Ilahi, yang mengatasi kekecilan manusia atau kemakhlukan atau ketergantungan. Imam Kristennya, jabatan imamnya, hanyalah titik tolak, sedangkan tujuannya Sadalah kemanusiaan umum. Maka, baginya agama lain bukan menjadi saingan, apalagi musuh, melainkan teman kerja, kolega di dalam membangun kemanusiaan, khususnya dalam membangun kemanusiaan, khususnya dalam melayani rakyat yang miskin.
III.             Kesimpulan
Dalam sajian kami kelompok 2 dibahas tentang kehidupan manusia humanis menurut Romo Mangun. Manusia Humanis adalah manusia yang selalu gigih dan mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan kata lain manusia humanis adalah manusia yang tidak pernah berpikiran untuk menyerah. Manusia humanis bertujuan untuk mengubah sesuatu. Manusia humanis berpikiran bahwa mereka adalah Tuhan. Karena mereka selalu gigih untuk mencari pengetahuan sehingga mereka merasa semua yang ada dapat mereka ciptakan. Mereka merasa mampu melakukan sesuatu tanpa Tuhan. Tapi manusia Humanis tidak sama dengan Atheis.


IV.             Daftar Pustaka
Manguniwijaya, Y.B., Forum Mangunwijaya IX, Humanisme Y.B. Mangunwijaya, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2015.


[1] Y.B. Manguniwijaya, Forum Mangunwijaya IX, Humanisme Y.B. Mangunwijaya, (Jakarta: PT Kompas  Media Nusantara, 2015),18-38

15 komentar:

  1. Syalom,
    Dalam konsep manusia lama Jawa, kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari menggiring si anak dan memupuk tunas-tunas muda ke pengintegrasian diri dalam seluruh gugusan adat-istiadat dan kebudayaan orangtua serta nenek moyang secara tradisional.kegiatan itu disebut proses sosialisasi, sekaligus mereproduksi anggota-anggota masyarakat yang berfikir dan berbudaya sama melestarikan serta memperkuat sistem yang sudah ada.
    Pendidikan sebagai sosialisasi tidak melihat anak m
    Pendidikan sebagai sosialisasi tidak melihat anak memiliki nilai tersendiri, berkepribadian unik dengan status bermartabat sebagai manusia yang harus dihormati, anak hanyalah bernilai sekunder, yang primer ialah kedudukan, kepentingan, dan penghidupan kolektivitas. Maka, sosialisasi berikhtiar menggiring warganya untuk tahu diri dalam sistem pahala dan status.
    Namun pada kebudayaan barat mengatakan bahwa konsep manusia pada saat ini jangan hanya bertujuan untuk persiapan ke akhirat tapi harus ada keikhlasan didalam diri sendiri. Karena juga nilai-nilai itu sudah ada dalam diri kita,tapi tergantung pada si manusia itu menerapkan nilai-nilai itu didalam kehidupannya. Dan pengajarannya harus sesuai dengan tingkatan usia manusia tersebut, ketika dia berusia anak-anak bersikaplah dan perlakukan sebagai anak-anak dan demikian juga pada orang dewasa.
    Tetapi Romo Mangun melihat bahwa anak-anak pada sekarang ini tidak bersikap sesuai dengan usianya melainkan anak-anak pada sekarang ini terlihat dewasa dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa dari si anak tersebut, sehingga si anak lebih akan menjadi lupa dengan perkembangan yang seharusnya dialami pada usianya yang menjadikan perkembangan sehatnya menjadi rusak
    Mochtar Lubis juga membahas tentang kebudayaan Indonesia yang kontemporer dimana kebanyakan bersifat negative yang dilihat dari kelakuan masyarakat Indonesia kebanyakan terlebih pada zaman sekarang ini sehingga sikap-sikap yang harusnya dilakukan danjuga yang telah terkandung dalam dirinya itu tidak terlihat malahan menjadi benar-benar tidak terlihat.
    Berbicara tentang Pancasila,tidak terlepas dari Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti Berbeda-beda tetapi tetap satu. Dari pernyataan tersebut dpat kita lihat atau dapat kita ambil contoh nya, dalam kampus kita STT ABDI SABDA ini, dalam kampus kita ini saja pun belum terlihat nilai-nilai Pancasila dan arti dari Bhineka Tunggal Ika tersebut. Di kampus kita ini, kita sangat beragam,berbeda,memiliki banyak suku tetapi kita tidak menunjukkan ada nya kesatuan dalam perbedaan kita disini.
    Jadi dari kita mempelajari Ilmu Budaya Dasar ini, kita harus bisa membuat perbedaan dalam kampus kita ini menjadi Satu. Dan kita juga harus menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian kita di kampus kita ini. Agar, Humanisme juga terlihat dalam diri kita. Jika kita sudah melihat dalam lingkungan kita maka barulah kita bisa melihat ke dalam Masyarakat Indonesia ini.
    Kelompok 5
    Kelas I-B : 1. Afri Yohanes Sinaga
    2. Alwi Jauhari Lingga
    3.Dede Genta Sari Tarigan
    4. Sarah Dearni Sinaga
    5. Yosefh Siahaan

    BalasHapus
  2. Nama :septarina br simanjorang
    Nim :15.01.1325
    Tingkat:1b

    Syalom. saya sangat bersyukur atas kedatangan IBD dalam diri saya karena saya bisa lebih mengenal para-para tokoh yang sangat memperhatikan Indonesia yang tercinta ini, dan dalam pembahasan kelompok dua ini yang sangat di tekankan Romo Mangun itu tentang konsep-konsep manusia yang harus dikenal dan diperankan manusia dalam hidupnya, karena disini Romo Mangun melihat bahwa banyak orang kecil atau orang yang miskin sangat ditindas, jadi muncul pertanyaan saya.
    Bagaimana seharusnya tanggapan pemerintah dengan orang-orang yang kehilangan haknya, padahal indonesia ini sangat kaya akan budaya, tapi jika saya lihat banyak orang tidak merasakan hal seperti itu karena banyak orang-orang banyak mementingkan dirinya sendiri. jadi pertanyaan saya apa yang harus dilakukan pemerintah akan tanggapan Romo Mangun dan konsep-konsep apa saja yang harus kita bangun untuk orang-orang yang tertindas supaya mereka bisa mengerti apa yang dimaksudkan oleh Romo Mangun? Terima Kasih. Tuhan Yesus memberkati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut kami para penyaji hal atau pun tanggapan yang dapat dilakukan oleh pemerintah terhadap kasus orang-orang yang kehilangan hak nya kami merasa harus diadakan nya perbaikan kinerja para pemerintah dalam menangani semua masalah yang menyangkut nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini guna adanya para pemerintah yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan mendengarkan keluhan rakyat itu sendiri. Jikalau hal apa yang harus kita bangun guna orang yang tertindas mengerti maksud dari Romo mangun ialah kita harus mampu terlebih dahulu mampu membangun rasa untuk memanusiakan manusia. Artinya kita memandang semua orang itu bukan berdasarkan apa yang mereka miliki tetapi semua nya sama dimata kita. Selanjutnya kita dapat menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang mengacu kepada nilai-nilai tersebut. Intinya mulai menerapkan dari diri sendiri (mampu menerapkan apa yang dia pelajari guna menjadikan dia menjadi manusia yang lebih baik lagi.

      Hapus
  3. Nama : Sutra sitompul
    Ting/jur : 1b/ Theologi
    Nim : 15.01.1332

    Dalam sajian kelompok 2 dibahas tentang kehidupan manusia humanis menurut Romo Mangun.Manusia Humanis adalah manusia yang selalu gigih dan mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan kata lain manusia humanis adalah manusia yang tidak pernah berpikiran untuk menyerah. Manusia humanis bertujuan untuk mengubah sesuatu. Manusia humanis berpikiran bahwa mereka adalah Tuhan. Karena mereka selalu gigih untuk mencari pengetahuan sehingga mereka merasa semua yang ada dapat mereka ciptakan. Mereka merasa mampu melakukan sesuatu tanpa Tuhan.
    Yang menjadi pertanyaan saya adalah Apakah manusia yang tidak mau berusaha dan gampang putus asa tidak manusia HUMANISME, Sebab manusia zaman sekarang gampang putus asa dan bisakah manusia sekarang di sebut manusia Humanisme?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk pertanyaan dari Saudari Sutra. Dan kami akan mencoba menjawab dari kelompok 2.
      Manusia yang tidak mau berusaha dan gampang putus asa, menurut kami itu bukanlah manusia yang Humanisme. Dimana arti dari Humanisme yaitu aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Jadi, manusia yang Humanisme harus memiliki tujuan yang jelas di dalam hidupnya, bukan malah gampang berputus asa atau tidak mau berusaha. Sebab orang yang berputus asa berarti orang yang kehilangan tujuan arah hidupnya.
      Terima Kasih.

      Hapus
  4. Nama : Ronika Nursagi Panjaitan
    NIM : 15. 01. 1316
    Tingkat/Jurusan: I-B / Teologi
    Syalom 
    Sebelumnya Terimakasih buat Bapak Dosen kami yang telah berusaha menyediakan pokok pembahasan ini di kelas dan Terimakasih buat saudara-saudari Penyaji dan Pembahas.
    Manusia Humanis menurut Romo Mangun adalah Manusia yang sadar bahwa hidup di dunia ini tidak sejati. Dan Beliau merupakan teladan yang baik bagi kita karena ia membangun kepedulian terhadap sesama manusia khususnya rakyat kecil. Dalam hal ini beliau menerapkan Nilai-nilai kemanusiaan dengan melihat keluar yaitu orang-orang yang miskin dan terlantar. Kebanyakan diantara kita beranggapan bahwa Humanisme itu adalah paham yang “baik” namun yang menjadi pertanyaan saya :
    1. Mungkin tidak sih humanisme itu merupakan paham yang sepenuhnya baik atau adakah kemungkin bahwa paham ini buruk jika dianut sepenuhnya ?
    2. Saya pernah membaca bahwa dikatakan Humanisme kerap kali disejajarkan dengan ateisme, sekularisme, dan bahkan Filsafar Barat. Bagaimana pendapat para Penyaji dalam menanggapi hal ini ?
    3. Konsep Humanisme seperti apa yang sebenarnya ingin dibangun oleh tokoh taladan ini mengenai Humanisme itu sendiri?
    4. Lalu apabila kita flashback sedikit kembali pada Konteks PAMB yang dilaksanakan di Kampus kita tercinta ini STT ABDI SABDA MEDAN apakah nilai-nilai kemanusiaaan itu sudah sepenuhnya terbangun?. Lalu Menurut saudara-saudari penyaji hal-hal apa yang perlu diperbaharui dan bahkan keluar dari yang dinamakan tradisi ?

    Terimakasih
    Salam IBD.

    BalasHapus
  5. Nama : Ella Angelina Surbakti
    NIM : 15.01.1248
    Kelas: I-B

    Syalom bagi kita semua
    Terkait dalam kasus Mirna yang belakangan ini menjadi tranding topik. Dimana pada 6 Januari yang lalu, diduga Mirna tewas karena secangkir kopi. Polda Metro Jaya telah menyelidiki bahwa Mirna tewas bukan karena penyakit yang dideritanya, melainkan karena teman Mirna yang bernama Jesika telah menaruh racun pada secangkir kopinya.
    Dan yang ingin saya tanyakan adalah apakah tersangka atau Jesika tidak memiliki Nilai Nilai kemanusiaan? Dan bagaimana menurut para penyaji menanggapi kasus tersebut?
    Terima kasih.
    Syalom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaan dari saudari Ella Angelina Surbakti. Dan kami dari kelompok 2 akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudari Ella..
      Benar yg saudari katakan bahwa kasus Mirna beakangan ini menjadi tranding topik. Dan bahkan kita juga sudah mengetahui apa yg menjadi penyebab kematian dari Mirna. Korban meninggal memang bukan karena penyakit yang di deritanya melainkan korban meninggal karena dibunuh oleh temannya sendiri yg bernama Jesika. Diduga tersangka membunuh korban karena kecemburuan tersangka kepada korban . Tersangka cemburu karena korban memiliki pacar. Dan diduga tersangka suka kepada korban , dn ini bisa dikatakan dengan LGBT , tersangka menyukai sesama jenisnya. Dari situ bisa kita simpulkan bahwa tidak ada lagi nilai-nilai kemanusiaan pada tersangka. Sebagai manusia , kita diciptakan Tuhan dengan akal dan pikiran bahkan perasaan . Tersangka disitu dapat kita katakan dia adalah orang yg tidak memiliki perasaan . Memang tersangka tidak membunuhnya secara langsung , namun bukankah mereka adalah teman ? seorang teman tidak mungkin melukai temannya , bahan sampai membunuhnya. Dan kiranya tersangka mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatan yg sudah dilakukannya.
      Terimakasih ...

      Hapus
  6. Nama : Inmawani br Saragih
    NIM : 15.01.1271

    Syalom bagi kita semua.
    Terimakasih untuk para penyaji dan pembahas juga bapak dosen kami yang sudah memaparkan bahasan kita kali ini.

    Bahasan kita kali ini masih sangat berkaitan erat dengan pendidikan. Saat diskusi kita di kelas, saya sempat menanyakan kepada para penyaji tentang "yakinkah penyaji pendidikan dapat memanusiakan manusia atau menjadikan manusia itu manusia yang humanis? dikaitakan dengan teroris yang juga memiliki pendidikan yang tinggi" dan penyaji menyimpulkan bahwa teroris juga merupakan manusia yang humanis. Nah, karena kemarin tidak ada kesempatan untuk menyanggah, saya akan sedikit mempertanyakan kembali jawaban penyaji yaitu saudara Fandi Tambunan. Bagaimana bisa seorang manusia humanis yang harusnya memiliki nilai-nilai kemanusiaan dapat memusnahkan atau membunuh manusia yang lainnya? Karena sesuai dengan bahasan kita sebelumnya pada kelas bersama, humanisme itu dikaitkan dengan kebaikan dan nilai-nilai kemanusiaan. Jadi baikkah menurut para penyaji teroris yang sudah membunuh orang itu? dan sekali lagi saya mempertanyakan kepada para penyaji, yakinkah para penyaji bahwa teroris adalah manusia yang humanis? Saya harap para penyaji dapat menjawab pertanyaan saya ini.

    Terimakasih.
    Tuhan Yesus memberkati.

    BalasHapus
  7. Nama : Ella Angelina Surbakti
    NIM : 15.01.1248
    Kelas: I-B

    Syalom bagi kita semua
    Terkait dalam kasus Mirna yang belakangan ini menjadi tranding topik. Dimana pada 6 Januari yang lalu, diduga Mirna tewas karena secangkir kopi. Polda Metro Jaya telah menyelidiki bahwa Mirna tewas bukan karena penyakit yang dideritanya, melainkan karena teman Mirna yang bernama Jesika telah menaruh racun pada secangkir kopinya.
    Dan yang ingin saya tanyakan adalah apakah tersangka atau Jesika tidak memiliki Nilai Nilai kemanusiaan? Dan bagaimana menurut para penyaji menanggapi kasus tersebut?
    Terima kasih.
    Syalom.

    BalasHapus
  8. Nama : Ramoti Rai Reja Hutabarat
    Nim : 15.01.1304
    Tingkat / jurusan : I-B/ Teologi

    Syalom bagi kita semua.
    Berbicara mengenai Humanisme, humanisme ini sangat lah penting bagi manusia demi membekali diri kemasa depan yang lebih baik. Begitu juga dengan pembahasan kita pada sajian pertama yaitu mengenai nasionalisme. Jika kita menggabungkan kedua tersebut, maka negara kita ini akan maju. tapi pada saat ini nilai nasionalisme para remaja sekarang sudah hilang dimana mereka tidak lagi mengenal budaya nya tersebut baik itu budaya dalam berbicara,budaya dalam etika, dan budaya dalam sehari-hari lainnya. Seolah-olah budaya itu tidak ada artinya. Dan begitu juga pendidikan dinegeri kita ini, negeri Indonesia. berbicara mengenai pendidikan, pendidikan dinegeri kita ini lemah. dan jika kita kembali ke zaman Habibie dimana beliau memiliki AQ yang tinggi sehingga beliau mampu menciptakan suatu pesawat di Indonesia. Tetapi hal tersebut kurang dimanfaatkan negara dimana banyak yang iri hati kepada beliau tersebut bahkan sampai keluar kata-kata yang kurang enak didengar. Dari sini dapat kita lihat bahwasannya negara kurang peduli dengan orang-orang yang bisa diandalkan. Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia kita harus mendukung dengan perkembangan negara kita ini . Supaya negara kita ini maju begitu juga dengan nasionalisme, jika kita melihat rasa nasionalisme, saya salut melihat saudara Ahok dimana rasa nasionalisme beliau tersebut sangatlah tinggi demi mempertahankan negara kita ini kedepan lebih baik. Dan jika kita dapat meniru seperti Ahok membela yang benar, pasti negara kita ini lama kelamaan akan menjadi negara nasionalisme dan humanisme demi kemajuan negara kita ini kedepannya.

    Terima Kasih Salam IBD

    BalasHapus
  9. Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.

    Terimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam IBD.

    BalasHapus
  10. Nama : Chandra Syahputra Pasaribu
    NIM : 15-02-568
    Ting/Jur : 1/PAK

    Berbicara membangun nilai-nilai kemanusiaan tentu sangat menarik sekali di untuk diperbincangkan karena hal ini tidak mudah di terapkan, seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali orang yang berbicara tentang hal-hal yang membangun nilai-nilai kemanusiaan namun sedikit yang menerapkannya.
    Contoh : Layaknya Nabi-Nabi palsu yang menceritakan hal-hal yang benar kepada banyak orang, seakan-akan dialah yang paling benar namun penerapannya dalam kehidupan tidak ada sama sekali. Begitu juga dengan kita sebagai hamba Tuhan yang akan melayani di masyarakat.
    Apakah kita hanya berbicara tanpa harus berbuat? Dan kalau memang kita ingin berbuat hal-hal yang membangun nilai-nilai kemanusiaan, langkah apa yang sepatutnya kita lakukan sebagai pada mahasiswa pada saat ini?

    BalasHapus
  11. Nama : Elshita Ika Verbinna Br Bangun
    NIM: 15.01.1249
    Tingkat/jurusan: 1B/theology
    Syalom
    Berbicara tentang humanis yang dikatakan Romo Mangun bahwa nilai nilai kemanusiaan itu harus dilestarikan dimana ketika kita dapat menjalankan nilai nilai kemanusiaan tersebut maka wujud harapan bangsa Indonesia tercapai. Tetapi yang kita lihat sekarang belum tercapai karena dinegara kita masih ada korupsi , kejahatan , penipuan dan lain-lain. Untuk itu Romo Mangun datang membangun semangat , harapan , motivasi kepada manusia.
    Pertanyaan saya adalah mengapa pada zaman sekarang belum dapat kita menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan kita sehari-hari dan cara apa yang digunakan agar manusia itu sadar , mengerti akan hal hal yang dilakukannya? Terimakasih. syalom

    BalasHapus
  12. Syalom bagi kita semuanya, maaf sebelumnya atas kehadiran saya. Saya ingin mengingatkan bagi kita semua agar memperhatikan dari 2.2.3 disana ada dicantumkan isi butir-butir pancasila tetapi mohon diperhatikan urutannya yaitu pada uru 3 dan 5. Terima kasih sekedar mengingatkan kita sebagai dasar negara kita ini. Mohon maaf sebelumnya, jika saya yang salah sama-sama kita memperbaikinya. Syalom.

    BalasHapus