Senin, 14 Maret 2016

Menyenangkan Hati Tuhan oleh IV B Kelompok IV



                                      Roles Paringatan Purba
                                      Sri Muliana br Kaban
                                      Tribina Meisana br Ginting          
Tingkat/Jurusan        : IV-B/Teologi
Mata Kuliah               : Liturgika
Dosen                          : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
I.                   Pendahuluan
Dalam sejarah geraja Pengakuan Iman sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk mengikrarkan iman kita kepada Allah. Pengakuan Iman juga pernah menjadi salah satu senjata gereja untuk melawan ajaran sesat yang ingin merongrong kehidupan gereja. Pengakuan iman juga telah lama masuk sebagai unsur-unsur liturgi yang selalu dikumandangakan dalam kehidupan bergereja. Untuk lebih memahami apa sebenarnya makna dan tujuan pengakuan iman ini maka kami akan memaparkan kepada kita apa itu Pengakuan Iman dalam tema peribadahan dalam menyenangkan hati Tuhan dengan nats-nats tematis Alkitab. Semoga sajian ini memberikan pemahaman baru kepada kita.
II.                Pembahasan
2.1  Pengertian Pengakuan Iman
Pengakuan Iman (affirmasi), yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia. Pengakuan iman juga mengandung janji eskhatologis yaitu kasih setia Tuhan yang tetap nyata di dalam hidup umat/gereja.[1] Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan. Karena itu pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat, yang mana kedua tangan dapat dilipat seperti saat berdoa.[2] Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen. Pengakuan Iman juga memberikan kepada kita batas-batas atau rambu-rambu mengenai apa yang dapat disebut sebagai Kristen dan apa yang tidak layak.[3] Seperti Tuhan selalu melebihi (dan tidak identik dengan) rumusan manusia tentang Dia, demikian juga iman selalu lebih besar dan tidak sama dengan rumusan pengakuan iman apapun. Iman pertama-tama menyangkut hati. Stanlay Jones menyebutnya sebagai adventure of the spirit. Suatu petualangan roh. Ia adalah respons yang berasal dari relung hati kita yang terdalam terhadap sesuatu yang kita yakini sebagai yang paling berharga dan paling menentukan dalam hidup kita. Iman karenanya adalah hidup yang tunduk. Bukan sekedar kepala yang menunduk. It is not discussion, it is decision. [4]
2.2  Latar Belakang Pengakuan Iman
Salah satu tantangan gereja pada abad ke-2 adalah  suatu sinkritisme di sekitar gereja yaitu Gnostik. Aliran tersebut  mencoba untuk menguasai gereja dari dalam dan memiliki mazhab-mazhab tersendiri yangnbertentangan dengan doktrin gereja. Melalui sebuah proses, gereja sepakat untuk membangun bendungan terhadap aliran tersebut dan salah satunya adalah pengakuan iman, sebagai ikhtisar pokok-pokok kepercayaan yang menjadi pegangan bagi jemaat, agar jangan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran (Ef. 4:14). Pengakuan yang tertua hanyalah mengenai Kristus : “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor 12:3). Tetapi, pada zaman PB pun pengakuan ini sudah diperluas, seperti yang telah nyata dalam Roma 1:3 ; Filipi 2:5-11 dsb. Kemudian pengakuan itu bekembang menjadi pengkuan iman yang lengkap yaitu pengakuan iman rasuli.[5] Pengakuan iman yang diterima secara oikumenis di seluruh gereja Kristen di dunia adalah pengakuan iman rasuli yang terbagi atas tiga bagian yaitu, pertama ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan. Kedua memuat ajaran tentang Kristus dan karya penebusanNya, sementara bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaanNya. Pada abad ke 6 atau ke-7, pengakuan ini telah diterima sebagai bagian dalam liturgi dalam Gereja Barat.[6]
2.3  Pengakuan Iman dalam Liturgi
Dalam penempatannya pengakuan iman dalam ibadah banyak pandangan menurut tokoh-tokoh.
Luther menempatkan sebelum khotbah: dalam deutsche messe (1525) ia menyuruh jemaat menyanyikan terjemahan Pengakuan Iman Nicea dalam bahasa Jerman sesudah pembacaan Injil.
Butzer menempatkan sesudah Khotbah seperti yang nyata dalam tata kebaktian yang disusun pada tahun 1537 untuk jemaat straszburg: dalam tata kebaktian itu ia menyuruh jemaat menyanyikan pengakuan Iman Rasuli (dengan mazmur atau himnus) sesudah khotbah diucapkan.
Calvin juga dalam (dalam tata kebaktian untuk Straszburg) untuk menempatkan sesudah khotbah, atau lebih tegas, sesudah doa syafaat yang diucapkan sesudah khotbah. Ia selalu memakai pengakuan Iman Rasuli.
Zwingli kadang-kadang menempatkan sebelum, kadang-kadang sesudah khotbah. Dalam tata kebaktian yang disusunya pada tahun 1525 untuk perayaan perjamuan malam yang kudus,  zwingli menyuruh anggota-anggota jemaat laki-laki dan wanita secara bergilir menyanyikan Pengakauan Iman Rasuli.
Micron menempatkan sebelum doa syafat, didahului dengan “supaya nyata bahwa tidak termasuk pada jumlah orang-orang ini, kita akan mengaku iman kita dengan singkat dan dengan gembira sebagai berikut.......”
Sinode Dordrecht (1574) menganggap pengakuan iman sebagai doa dan kerena itu menghubungkan dengan doa syafaat yang mendahuluinya. Pada masa kini ahli-ahli liturgi masi berbeda pendapat tentang tempat pengakuan iman di dalam ibadah.
Van der Leeuw, “sejak semula, Kredo ditempatkan di permukaan Misa Fidelium. Juga reformasi dan Calvin membiarkannya disana. Ibadah, yang mula-mula yang mula-mula mempunyai sifat umum (maksudnya Misa Catechumenorum), sekarang terbatas pada orang percaya saja. Iman hanya dapat diakui oleh orang-orang percaya. Tidak ada gunanya orang-orang lain juga turut hadir.... Bila ini yang kita kwhwndaki, kita baru menempatkan Kredo sesudah Khotbah. Oleh sebab itu, penting sekali bahwa sekarang, sesudah amanat Allah, sesedah pengampunan dan pemberitaan firmannya-Nya dengan pengakuannya, dengan kesediannya untuk melayani”
Menurut Blink, satu-satunya tempat pengakuan Iman yang dapat dipertanggungjawabkan ialah sesudah Khotbah dan sebelum doa syafaat. Kayakinanya ini didasarkan atas tiga sebab. Pertama, salah satu tujuan khotbah ialah pembangunan untuk datang kepada percaya: pembangunan itu dijawab jemaat dengan pengakuan iman. Kedua dalam misa Fidelium (ibadah perayaan perjamuan), Kredo ditempatkan sebelum doa syafaat. Ketiga, pengakuan iman sendiri boleh dianggap seatu doa, suatu penyembahan. Ingat saja akan pengakuan-pengakuan iman yang terdapat dalam Alkitab, umpamanya Filipi 2:11, 1 Timotius 3:16, atau 1 korintus 8:6.
Bagi Golterman pengakuan iman hanya mempunyai satu tempat yang sah yaitu sesudah Khotbah. “Menempatkannya di antara pembacaan Alkitab dan Khotbah seperti yang sering terjadi ada keberatanya yaitu bahwa Kredo lebih dianggap sebagai pemberitaan daripada sebagai puji-pujian. ”[7]

2.4  Fungsi pengakuan Iman Dalam Ibadah
Yang dimaksud dengan istilah “pengakuan iman” adalah tulisan-tulisan yang menjelaskan ajaran iman yang dianut oleh gereja atau kelompok tertentu. Ajaran yang dipegang dapat dijelaskan dalam pengakuan iman dalam arti yang sebenarnya adalah konfesi (confessio), tetapi juga dalam tulisan-tulisan yang mempunyai fungsi lain seperti katekismus dan karangan teologis.[8] Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok. Selain untuk membela iman, pengakuan iman juga merupakan identitas pengikrarnya. Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang. Dengan pengakuan iman umat seolah-olah menegaskan, “bukan begitu yang kami percayai, melainkan begini.” Itu sebabnya rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalai penambahan, pengurangan dan perubahan.[9] Apapun rumus yang digunakan, pengakuan iman adalah perbuatan yang mengandung risiko. Kita bukan hanya mengaku percaya tentang Kristus, melainkan kepada Kristus. Kita mengamini Kristus sebagai Kurios kita. Kita mengaku hanya Kristus yang patut kita taati.
2.5  Contoh-contoh Pangakuan Iman dalam Gereja di Indonesia
1.         PENGAKUAN IMAN RASULI
Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria. Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati. Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan Orang Kudus Pengampunan Dosa, Kebangkitan Tubuh dan Hidup Yang Kekal. AMIN.
2.    PENGAKUAN IMAN NICEA
“Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Dan akan Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang Tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari Allah, terang dari terang. Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa, segala sesuatu dijadikan olehnya.Ia turun dari sorga untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita, dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari perawan Maria dan menjadi manusia.Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci. Ia naik ke sorga, duduk di sisi kanan Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; Kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Tuhan yang menghidupkan; yang berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, universal dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang. Amin.”
3.    PENGAKUAN IMAN ATHANASIUS
1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am. 2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar. 13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal. 27. Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus. 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus. 33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam Allah. 34. Satu, sama sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi. 35. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus. 36. Yang menderita untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. 37. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka sendiri. 39. Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal. 40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan.
4.    PENGAKUAN IMAN CHALCEDON
Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).[10]
2.6  Nats-nats Yang Berhubungan dengan Pengakuan Iman
Dalam Perjanjian Lama, Ulangan 6:4-5 adalah ringkasan pengakuan iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi (kata pertama dalam bahasa Ibrani) :
            “Dengarlah, hai orang Israel. TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Kata-kata itu harus dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka harus mengajarkannya dengan tekun kepada anak-anak mereka. Kata-kata itu harus menjadi “tanda” pada tangan dan “lambang” di dahi mereka. Pengakuan iman itu menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, khususnya dalam hubunganNya dengan umatNya.  Tuhan adalah satu-satunya Allah yang harus dikasihi dan dilayani Israel. [11] Iman adalah tanda yang hidup dan harus dihidupi. Untuk itulah bangsa Israel mengajarkan tentang keesaan Allah bagi anak-anaknnya.
Orang Kristen memerlukan pengakuan iman, yaitu : ringkasan isi iman kepercayaannya. Sebab setiap saat orang Kristen harus siap sedia untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap orang yang meminta pertanggung jawab daripadanya tentang pengharapan yang ada padanya (1 Ptr. 3:15).[12]
1.    Allah yang Esa itu, Dialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, dan yang tetap memeliharanya hingga kesudahan alam (Kej. 1:2; Mzm. 24:1-2; 89:12; 104:1 dst.; Kol. 1:16). Allah menyatakan diri dalam karya penciptaan-Nya dan dalam sejarah umat manusia (Mzm. 19:2-3; Rm. 1:19-20) dan secara khusus dan sempurna dalam Yesus Kristus Anak-Nya yang Tunggal (Yoh. 1:18). Oleh pimpinan Roh Kudus kami mengenal dan menyembah Dia sebagai Bapa dalam Yesus Kristus, sebab semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah (Rm. 8:14-15).
2. Allah berbicara kepada manusia, berulang kali dan dalam pelbagai cara dengan perantaraan nabi-nabi, dan pada zaman akhir ini dengan perantaraan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal (Ibr. 1:1-2). Dalam Yesus Kristus Allah menyatakan diri sebagai Allah yang mengampuni dan menyelamatkan manusia dari penghukuman karena dosa, yaitu dengan jalan mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ’Yesus Kristus adalah Tuhan’ bagi kemuliaan Allah, Bapa” (Flp. 2:7-11).
3. Allah hadir dan bekerja di dalam dunia dan dalam gereja melalui Roh Kudus yang memerdekakan manusia dari hukum dosa dan hukum maut (Rm. 8:2; 2 Kor. 3:17). Roh Kudus itu menghidupkan, membarui, membangun, mempersatukan, menguatkan, menertibkan, dan meneguhkan serta memberi kuasa pada gereja untuk menjadi saksi, menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, dan memimpin orang-orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah (Yeh.37; Kis.1:8; Ef.3:16-17; 4:3-4; Rm.8:1; 1 Kor. 12:7,12; 14:26, 33; 2 Tim.1:7; Yoh.16:8-11,13). Karena itu kami mengaku dan memuliakan serta menyaksikan Allah yang Maha Esa dan kekal, yaitu Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yes. 43:10; 44:6; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:13; Flp. 4:20; Ibr. 13:8; Why. 4:8).
2.7     Credo dalam Gereja
Dikenal dua macam credo dalam Gereja, yaitu credo para rasul atau yang disebut dengan “symbolum apostolicum” atau pengakuan iman para rasul, dan credo panjang atau yang disebut dengan credo Nicaeno-constantinopolitanum. Credo para rasul sebagaimana kita miliki sekarang sebenarnya berasal dari surat yang dikirim oleh sinode para Uskup di Milan (yang uskupnya; St. Ambrossius) kepada Paus Siricius sekitar tahun 390. Kerangkanya sendiri kiranya berasal dari dekade terakhir dari abad ke dua Masehi. Namun sepanjang abad pertengahan teks credo ini diyakini sebagai Pengakuan iman yang langsung berasal dan diucapkan para rasul. Seluruh isis iman dari credo para rasul itu tentu sesuai dengan isi iman yang diajarkan oleh Gereja Perdana sebagaimana terungkap dalam kitab Suci Perjanjian Baru. Untuk keperluan katekese, pegangan iman berhubungan dengan ajaran sesat, dan terutama untuk keerluan upacara baptisan sekaligus katekesenya, pelan-pelan dirumuskan kumpulan pernyataan iman yang pokok dari iman gereja. Kata credo atau aku percaya jelas langsung menunjuk Sitz Im Leben (latar belakang konteksnya) dari pengakuan iman ini, yaitu dari lingkungan upacara baptis. Dalam tradisi apostolica dari tahhhun 215, hipolitus dari Roma melaporkan bahwa kepada orang yang dibaptis diajukan pertanyaan: “Percayakah kamu akan Allah, Bapa yang maha Kuasa?” Maka yang dibaptis akan menjawab: “aku percaya”. Setelah itu dia akan dibaptis di kolam. Kedua kalinya pembaptis bertanya: “percayakah kamu akan Yesus Kristus, Putra Allah, yang lahir dari perawan Maria oleh roh Kudus, yang disalibkan pada zaman pontius Pilatus, wafat dan dimakamkan dan pada hari ketiga bangkit dari orang mati, naik ke surga, duduk di sisi Bapa dan akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati?” Maka orang yang dibaptis menjawas menjawab: “Aku percaya”, dia dibenamkan kedua kalinya. Kembali di tanya: “percayakah kamu akan Roh Kudus, gereja kudus dan kebangkitan badan?” dan orang dibabtis akan mengatakan  “Aku Percaya”.  Maka tampak bahwa credo para rasul berasal dari lingkungan upacara pembaptisan yang dilangsungkan secara dialogis, yaitu antara pemimpin dan orang yang akan dibaptis. [13]
Credo yang panjang yakni credo Niceano Constantinopolitanum disusun oleh Konsili Nicea (th 325) dan konsili Konstantinopel (th 381) yang menambah pernyataan iman sehubungan dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Dalam penggunaan liturgi sendiri; semula sejak abad V syahadat panjang ini digunakan dalam misa kudus. Kebiasan Timur ini kemudain di ikuti oleh Gereja Barat. Di Barat sendiri, credo para rasul hanya digunakan dalam baptisan saja. Sejak abad XI diundangkan bahwa credo para rasul tetap dalam Misa Kudus. Baru pada tahun 1970 selaras dengan pembaharuan Ordo Missae sebagaimana dikehendaki oleh Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI memperbolehkan kedua credo digunakan sebagai pilihan dalam Misa Kudus kita.[14]
2.8  Cara-cara Dalam Pengakuan Iman
Van der Leeuw mengatakan Pengakuan Iman diikrarkan, bukan dibacakan, bukan didengarkan. Untuk itu jemaat perlu bangkit berdiri sebagai tanda kesedianya untuk membaktitikan diri dalam pelayanan Tuhan. Jemaat perlu juga turut mengucapkan kata-kata pengakuan iman “dengan mulut dan hatinya”. Pelayan perlahan-lahan dan dengan jelas mengucapkan tiap-tiap kalimat. Jemaat mengikutinya dengan mulut dan hati. Dalam pengakuan bersamaini terletak suatu berkat besar. Teranglah bahwa pengakuan iman dapat juga dinyanyikan. Seperti yang dikehendaki oleh Luther dan Calvin. Tetapi lebih baik, kalau kita mengucapkan bersama-sama.
Brink berpendapat “Credo adalah jawaban, pengakuan jemaat. Karena itu Apostolicum tidak boleh dibacakan oleh pendeta dan didengarkan oleh jemaat. Karena itu, jemaat harus bangun berdiri. Pengakuan iman dalam ibadah adalah ulangan mingguan dari pengakuan iman yang kita ikrarkan waktu kita diteguhkan menjadi anggota sidi; selain itu penting sekali bahwa jemaat sendiri mengaku dengan mulut dan hatinya, artinya turut mengucapkanya (meresitasinya) dengan suara yang nyaring.”
Golterman mengusulkan supaya pelayan dan jemaat, yang sama-sama mengucapkan pengakuan imannya, mengakhirinya dengan “Amin!”, jadi bukan dengan nyanyian.[15]
III.    Analisa Penyaji
Melalui pembahasan mengenai pengakuan Iman bahwa pengakuan iman tidak punya tempat yang tetap di dalam ibadah jemaat. Umumnya pengakuan iman di ucapkan (dinyanyikan, didoakan) sesudah khotbah, tetapi kadang-kadang juga sesudah pembacaan Alkitab atau sesudah doa syafaat. Pengakuan Iman sangat perlu sebagai rumusan iman kita di dalam rangkaian ibadah. Pengakuan iman juga menjelaskan iman kita kepada tritunggallan Allah. Pengakuan iman dulunya pernah juga digunakan sebagai senjata gereja untuk melawan ajaran sesat namun menurut analisa kami sebagai penyaji pada saat ini juga Pengakuan Iman juga perlu dipegang untuk melawan ajaran-ajaran yang melemahkan iman kita. Seperti Saksi-Saksi Jehowa. Ketika seseorang mulai percaya kepada Kristus, maka diharapkan bahwa dia dapat memperoleh Firman Tuhan melalui Alkitab dan dia akan dibimbing ke dalam kepercayaan secara pribadi kepada Kristus. Untuk menjangkau dua tujuan ini, maka sangat menolong sekali membawa mereka melalui Pengakuan Iman Rasuli sebagai orientasi awal kepada Alkitab dan analisa awal dari kepercayaan yang menjadi dasar dalam Kristus
Pengakuan iman merupakan:
1.  Ikrar atau tekad iman kita kepada TUHAN.
2.  Ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah.
3.  Pengakuan iman dilakukan dalam rangka mewujudkan penghormatan dan ibadah kita kepada TUHAN Allah
4.  Pengakuan iman merupakan kesaksian yang memperdengarkan kebenaran dan kehendak Allah.
            Selaku orang Kristen mengapa kita mengakukan iman jawabanya adalah melalui iman kita dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari pada kemampuan kita sendiri, dan hal-hal yang mungkin bagi Allah akan menjadi mungkin juga bagi kita. Iman menghubungkan kita dengan dua realitas atau kenyataan yang tak terlihat oleh mata manusia yaitu Allah dan firman-Nya. Pengakuan Iman yang kita hidupi akan menguatkan kita dalam mengatasi segala macam ujian yang dihadapi setiap hari.          
IV.        Kesimpulan
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengakuan iman adalah salah satu bagian dari liturgi yang begitu penting. Pengakuan iman menuntun manusia untuk mengetahui apa yang imani akan Allah yang Tritunggal itu . Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang. Dengan pengakuan iman umat seolah-olah menegaskan, “bukan begitu yang kami percayai, melainkan begini.” Itu sebabnya rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalai penambahan, pengurangan dan perubahan. Pengakuan iman merupakan pengikraran dan sekaligus menjadi suatu tanggungjawab bagi orang Kristen. Ketika ia melawan ajaran sesar dengan pengakuannya maka itu menjadi tanggung jawab yangn harus ia lakukan. Kita bukan hanya mengaku percaya tentang Kristus, melainkan hidup dalam Kristus. Kita mengamini Kristus sebagai Kurios kita. Kita mengaku hanya Kristus yang patut kita taati.
V.     Daftar Pustaka
1.      Sumber Buku
Abineno J. L. Ch., Unsur-Unsur Liturgia, Jakarta: BPK-GM, 2000.
Darmaputera Eka, Spritualitas Siap Juang, Jakarta: BPK-GM, 2003.
DarmaPutera Eka, 365 Anak Tangga Menuju Hidup Berkemenangan, Jakarta: BPK-GM, 2010.
End Thoman Van Den, Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Jonge Christian de, Apa itu Calvinisme?, Jakarta: BPK-GM, 2008.
Hadiwijono Harun, Inilah Syahadatku, Jakarta : BPK-GM, 2006.
Ismail Andar, Selamat Berbakti, Jakarta: BPK-GM, 2008.
Lassor W.S, dkk., Pengantar Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-GM, 2013.
Martasudjita E.P.D, Misteri Kristus, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011.
2.      Sumber Elektronik
http://kutikata.blogspot.co.id/2009/04/makna-unsur-unsur-dalam-liturgi.html,diakses tanggal 12 February 2016 pukul 09.00 wib.
https://solafide18.wordpress.com/2009/03/15/penjelasan-liturgi-gki/, diakses tanggal 12 February 2016 pukul 09.00 wib.


[1] http://kutikata.blogspot.co.id/2009/04/makna-unsur-unsur-dalam-liturgi.html, diakses tanggal 12 February 2016 pukul 09.00 wib.

[2] https://solafide18.wordpress.com/2009/03/15/penjelasan-liturgi-gki/, diakses tanggal 12 February 2016 pukul 09.00 wib.
[3] Eka Darmaputera, Spritualitas Siap Juang, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 12.
[4] Eka DarmaPutera, 365 Anak Tangga Menuju Hidup Berkemenangan, (Jakarta: BPK-GM, 2010),365.
[5] Thoman Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 40.
[6] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 344-345.
[7] J. L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 81-82.
[8] Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme?, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 74.
[9] Andar Ismail, Selamat Berbakti, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 89.
[11] W.S Lassor, dkk., Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 252-253.
[12] Harun Hadiwijono, Inilah Syahadatku, (Jakarta : BPK-GM, 2006).
[13]E.P.D Martasudjita, Misteri Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 30.
[14] Ibid, 31.
[15] J. L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, 82-84

25 komentar:

  1. Kelompok VI sebagai pembahas kelompok IV
    Nama : Asriani Purba
    Franki Barus
    Meri Susunenta Ginting
    Sri Ita Sebayang
    Yang kami dapatkan dari bahan sajian liturgika kali ini adalah:
    1. Pengakuan Iman merupakan respon umat tentang siapa Tuhan yang memberi pengampunan Dosa dan Firmannya, pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji babtis /sidi yang pernah diikrarkan. Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen.
    2. Latar belakang pengakuan iman adalah suatu tantangan gereja pada abad ke-2 adalah suatu sinkritisme di sekitar gereja yaitu Gnostik untuk menguasai gereja. untuk membangun bendungan terhadap aliran tersebut dan salah satunya adalah pengakuan iman, sebagai ikhtisar pokok-pokok kepercayaan yang menjadi pegangan bagi jemaat, agar jangan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran (Ef. 4:14).
    3. Penempatan Pengakuan iman dalam liturgi menurut tokoh:
    a. Luther : sebelum khotbah
    b. Butzer : sesudah Khotbah
    c. Calvin : sesudah khotbah
    d. Zwingli : kadang sebelum dan kadang sesudah khotbah
    e. Micron : sebelum doa syafaat
    f. Van der Leeuw : sesudah amanat Allah
    g. Brink : sesudah khotbah dan sebelum doa syafaat
    4. Pengakuan iman dapat dipakai untuk karangan-karangan yang ditulis untuk membela iman, untuk menyanggah salah satu ajaran tertentu atau untuk mempersatukan suatu kelompok. Selain untuk membela iman, pengakuan iman juga merupakan identitas pengikrarnya. Fungsi lainnya adalah memberi batasan dan penegasan terhadap ajaran yang menyimpang.
    5. Contoh-contoh Pangakuan Iman dalam Gereja di Indonesia
    a. Pengakuan Iman Rasuli
    b. Pengakuan Iman Nicea
    c. Pengakuan Iman Athanasius
    d. Pengakuan Iman Chalcedon
    6. Nats-nats Yang Berhubungan dengan Pengakuan Iman, dalam Perjanjian Lama, Ulangan 6:4-5 adalah ringkasan pengakuan iman Israel yang disebut Syema oleh orang Yahudi, dan orang Kristen memerlukan pengakuan iman, yaitu : ringkasan isi iman kepercayaannya. Sebab setiap saat orang Kristen harus siap sedia untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap orang yang meminta pertanggung jawaban daripadanya tentang pengharapan yang ada padanya (1 Ptr. 3:15).
    7. Dikenal dua macam credo dalam Gereja, yaitu credo para rasul atau yang disebut dengan “symbolum apostolicum” atau pengakuan iman para rasul, dan credo panjang atau yang disebut dengan credo Nicaeno-constantinopolitanum.

    Yang kami kritiki adalah:
    1. Masih adanya salah pengetikan dalam sajian ini.
    2. Ketika adanya pandangan dari berbagai tokoh penyaji belum membuat kesimpulan sebenarnya dimana tempat yang tepat pengakuan iman dalam liturgi.

    Pertanyaan :
    1. Dimanakah posisi pengakuan iman yang tepat menurut penyaji ?
    2. Apakah ketika didalam ibadah itu tidak ada pengakuan iman, ibadah itu dapat dikatakan ibadah yang benar ?
    3. Menurut para penyaji bagaimanakah cara-cara untuk mengakukan pengakuan iman yang benar ?
    4. Kenapa ketika kita angkat sidi yang harus kita ucapakan pengakuan Iman Rasuli, bukan pengakuan Iman yang lainnya seperti pengakuan Iman Nicea, Chalcedon, atau Athanasius ?
    5. Siapakah yang layak untuk mengucapkan pengakuan iman ?
    6. Menurut para penyaji apakah semua Gereja punya pengakuan Iman ?
    Kontribusi Pembahas:
    1. Menurut Tony Lane, dalam buku runtut Pijar, Pengakuan Iman Athanasius terdiri dari dua bagian: satu mengenai ketritugallan dan satu lagi mengenai diri Yesus Kristus.
    2. Dalam buku Katekismus besar Martin Luther pengakuan iman mengajar kita untuk mengenal Dia sepenuhnya dan untuk menolong kita melakukan apa yang diharapkan dari kita sesuai dengan sepuluh firman.
    3. Pengakuan-pengakuan gerejawi sebagai warisan iman yang merumuskan makna iman yang diakui orang-orang Kristen. Kita perlu belajar dari para pendahulu kita bagaimana mereka mempertanggungjawabkan iman percaya mereka dalam konteks pergumulan mereka pada saat itu, dengan cara demikian, kita akan diperkaya secara teologis dan spiritual dalam pertumbuhan iman.

    BalasHapus
  2. Nama : Jhoni Pranata Purba
    Nim : 12.01. 935
    Terima kasih kami ucapkan kepada taman kami yang telah memebrikan pertanyaan kepada kami kelompok empat, terkhusus terima kasih kepada kelas IV A yang telah memberikan pertanyaan kepada kelompok kami pada kelas bersama pada hari selasa.
    1. Jawaban atas pertanyaan Yosepina Ananda Gurusinga.
    Pertanyaan : ketika kita berbicara mengenai Pengakuan Iman, bagaimanakah mengenai Ibadah yang tidak melakukan pengakuan iman ? dan salahkah jika didalam renungan kita melakukan Pengakuan Iman ?
    Jawaban: ibadah yang tidak menggunakan Pengakuan Iman atau mengikrarkan pengakuan iman tetap dikatakan ibdah. Seperti yang kita lihat dalam ibadah kasualistik sering juga kita lihat tidak menggunakan pengakuan iman. Seperti contoh acara ulang tahun, acara wisuda, namun dalam ibdah kasualistik juga sering juga kita melihat adanya pengakauan Iman di dalam ibadahnya. Seperti penguburan, ibadah pelepasan dan lain-lain.
    saudari Yosepina juga mengaitkan ibadah kita yang tidak lagi menggunakan pengakuan iman menurut saya tidak ada masalah. Mengapa ?
    karna kita sudah menyebutkan itu adalah ibadah kreatif atau ibadah harian. Jadi Yosepina jangan heran. Esendi ibadah tidak hilang dalam ibadah kampus kita. Namun jika di dalam ibadah gerejawi seperti hari minggu saya tidak setuju tidak dilakuakan pengakuan iman. Karna itu perupakan pengakuan kita di depan Allah. Tekad kita di depan Allah. Tanggung jawab kita kepada Allah, penghormatan ibadah kita kepada Alla, kesaksian yang diperdengarkan kepada Allah.

    Jika Yosepina mengatakan salahkah dalam ibadah renungan kita mengakukan iman kita. Menurut saya tidak salah sama sekali artinya saudari mau mengakukan iman saudari dalam situasi tersebut. Pengakuan iman tidak hanya dilakukan dalam ibadah tapi juga dapat menjadi rumusan iman kita jika kita mengalami hambatan dari ajaran sesat yang bertentangan yang berusaha merongrong iman percaya kita. Namun jika bisa saya tambahkan janganlah kita mengakukan iman kita dengan main-main. Haruslah dengan iman kepada Allah. Supaya melalui pengakuan yang kita perdengarkan dengan mulut kita dapat menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertanyaan Yosepina yang kedua:
      Saya tidak mengetahui bagaimana Pengakuan Iman yang di nyanyikan bagaimana lagunya namun saya pernah mendengar lagu di Kidung jemaat kita yang mengatakan aku percaya kepada ketika oknum dalam pengakuan Iman yaitu Allah, Anak Yang Tunggal Yesus, dan Roh Kudus.
      namun mengenai lagu yang ada dalam gereja lutheran saya tidak paham. Karena dalam gereja Lutheran juga pada masa kini kita tidak pernah melihat ini dinyanyikan. Namun semua mengucapkanya dengan berdiri dan di ucapkan secara bersama sama.

      Hapus
    2. Nama : Jhoni Pranata Purba
      NIM : 12.01.935
      Saya akan berusaha menjawab pertanyaan yang disampaikan Edy Krisman Tarigan.
      Pertanyaan : Pengakauan Iman, apakah itu tradisi saja atau bagaimana dalam ibadah?
      Jawaban : Pengakuan Iman tidak dapat kita pungkiri adalah rumusan yang telah dibuat oleh bapa-bapa gereja kita dahulu. Adapun rumusan iman itu dilakukan untuk melawan hambatan gereja dari ajaran sesat pada saat itu. Hambatan yang datang dari Genostik, Marcion, dan juga montanisme yang berusaha menjungkir balikkan pehaman ortodok pada saat itu. Untuk melawan ini maka bapa gereja merumuskan 3 senjata gereja. Kanon, Pengakuan Iman, dan pewaris jabatan gereja. Mulai saat ini gereja masih mempraktekkan ajaran ini sampai sekarang. Namun muncul pertanyaan apakah ini hanya tradisi belaka atau bagaimana dalam ibadah. Saya mau mengatakan bahwa itu bukan hanya sebagai tradisi saja namun itu adalah senjata gereja sampai sekarang ini yang harus tetap di jaga dan di ikrarkan. Mengapa ?
      apakah saudara tidak merasa pada saat ini juga banyak sekali ajaran yang mau merebut kepercayaan kita ?
      apakah saudara melihat bagaimana sekarang orang Kristen yang tidak mengerti Pengakuan Iman yang mereka pahami itu dengan baik sehingga dia juga meninggalkan iman percayanya kepada Tuhan ?
      Justru sekarang kita tidak menggunakan pengakuan iman menjadi hal yang penting dalam kehidupan bergereja. Namun dahulu pengakuan iman itu menunjukkan identitas kita. Siapa yang kita percayai ?
      kita bisa menyebutkan pengakuan iman kita dengan rumusan yang indah dan sistematis. Jadi sekali lagi kami mau tegaskan itu memang rumusan tradisi namun berarti itu dilakukan karna tradisi. Relevan digunakan sampai sekarang. Banyak manusia tidak mengerti atau mengenal Tuhan Yang mereka percayaai. Namun Pengakuan Iman adalah jawabanya.


      Hapus
    3. Pertanyaan Kedua Edi Krisman Tarigan: bagaiman Pengakuan Iman itu dapat diucapkan dengan Iman. Realita tidak semua melakukan dengan iman tidak sepeti yang kita lihat pada jaman dahulu.
      Jawaban: Pengakuan Iman Itu Pengakuan iman merupakan:
      1. Ikrar atau tekad iman kita kepada TUHAN.
      2. Ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan ALLAH.
      3. Pengakuan iman dilakukan dalam rangka mewujudkan penghormatan dan ibadah kita kepada TUHAN ALLAH
      4. Pengakuan iman merupakan kesaksian yang memperdengarkan kebenaran dan kehendak ALLAH.
      Jadi menjawab pertanyaan anda. Namanya juga sudah pengakuan Iman jadi jika tidak dilakukan dengan iman apakah menurut anda itu pengakuan iman ? yang adanya hanya pengakuan bibir saja namun tidak menyenangkan hati Tuhan. Kita dibenarkan hanya oleh iman dan karna imanlah kita diselamatkan. Kita bisa belajar dari satu contoh yang mengakukan imanya kepada Tuhan dengan tegas adalah Yosua misalnya kita melihat Yosua mengaku imannya: ”…aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN”. ( Yos 24:15).
      mengenai pertanyaan yang anda sebutkan mengenai pengucapan “aku percaya kepada Allah, bapa” dan “aku percaya kepada Allah Bapa”. Menurut saya tidak ada masalah, karna itu merupakan kesalahan pengucapan yang telah menjadi tradisi. Namun menurut saya tidak menghilangkan makna Pengakuan Iman itu. Saja pengakuan iman hanya benar jika kita lakukan dengan Iman.

      Hapus
    4. Saya akan menjawab pertanyaan yang disampaikan Maston Silitonga kepada kami penyeminar.

      Pertanyaan : Bahwa Saudara mengatakan bahwa ada juga gereja GBI yang telah melakukan pengakuan Iman.
      Jawaban : saya mau tegaskan bahwa gereja Karismatik itu tidak hanya GBI. Namun masi banyak sekali gereja karismatik yang tidak melakukan hal yang sama oleh gereja GBI. Namun saya kebetulan tidak pernah melihat atau mendengar pengakuan iman dalam gereja karismatik. Bukan berarti saya tidak pernah ibadah di gereja karismatik. Saya punya pengalaman gereja di gereja karismatik selama 3 bulan di Bethany Nginden Surabaya. Namun seiring dengan apa yang telah dilakukan oleh gereja GBI itu belum saya ketahui lebih lagi namun adapun ku percaya bahwa:
      1. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
      2. Allah yang Mahaesa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga Pribadi di dalam satu.
      3. Yesus Kristus adalah Anak Allah yang Tunggal dilahirkan oleh perawan Maria yang dinaungi oleh Roh Kudus, bahwa Yesus telah disalibkan, mati, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga dari antara orang mati, bahwa Ia telah naik ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan, Juruselamat dan Pengantara kita.
      4. Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.
      5. Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam Darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
      6. Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.
      7. Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa Firman Allah dan Roh Kudus, karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.
      8. Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.
      9. Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain.
      10. Kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.
      11. Tuhan Yesus Kristus akan turun dari Sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati dan mengangkat semua umat-Nya yang masih hidup lalu bersama-sama bertemu dengan Dia di udara, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini.
      12. Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.

      Tolak Ukur pengakuan Iman itu yang saya pahami adalah Alkitab. Pengakuan Iman itu tidak boleh tidak Alkitabiah atau lari dari kata Alkitab.

      Hapus
    5. terimakasih atas jawaban saudara Joni Purba.
      sebenarnya secara nyata apa yang anda katakan dalam jawaban anda itu sangat benar tapi, saya masih penasaran, mengapa hanya didalam ibadah gerejawi saja kita ucapkan, bukankah Pengakuan iman itu penting didalam setiap kita beribadah, dengan katalain apa yang membedakan ibadah gerejawi dengan ibadah kreatif atau harian, apakah memang ketika pengakuan iman ada dalam jemaat mula-mula, peraturan itu ada, atau bagaimana proses terjadinya itu, sehingga kita bisa mengatakan bahwa pengakuan iman itu diucapkan hanya pada ibadah gerejawi.

      Hapus
    6. jawaban saya yang mungkin bisa saya jawab mengenai pertanyaan anda ini bahwa memang dalam prakteknya pengakuan iman cenderung kita lakukan dalam ibadah yang kita bisa bilang ibadah formal. namun pengakuan iman bagi saya hanya bisa dilakukan oleh orang yang telah angkat sidi saja artinya orang yang telah mengalami kematangan iman dan ia telah mengikrarkan imannya di depan Allah. Dalam Ibadah kasualistik mungkin yang hadir bukan hanya orang dewasa namun juga anak kecil. atau ibadah yang kita sebutkan itu tidak memiliki tata ibadah. namun kalau bisa saya usulkan kepada saudara pengakuan iman itu bisa anda tawarkan dilakukan setiap peribadahan. atau anda kreatif bisa menggubah menjadi nyanyian yang indah.

      Hapus
  3. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari teman kami Bg. Maston yang bertanya akan bahwasannya ada juga gereja GBI yang melakukan Pengakuan Iman.
    Dan menurut saya adalah, memang ketika saya juga pernah digerja kharismatik tepatnya gereja JKI, beberapa kali saya mengikuti kebaktian disitu memang tidak ada dilakukannya Pengakuan Iman. Akan tetapi itu tidak menutup kemungkinan, untuk kita mengambil keputusan bahwa gereja kharismatik tidak mengikrarkarkan Pengakuan Iman. Karena kita ketahui bahwa Pengakuan Iman itu adalah bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga akan menjawab pertanyaan dari teman kami Yosephina Gurusinga
      Berbicara tentang pengakuan iman, bagiamana gerja yang tidak melakukan hal tersebut.
      Menurut saya ketika dalam suatu peribadahan tidak melakukan pengakuan iman bukan berarti peribadahan itu tidak menyenagkan hati Tuhan, tidak. Makna dan arti ibadah itu tidak akan hilang atau menjadi rusak ketika suatu gereja dalam peribadahannya tidak melakukan pengakuan iman. Ibadah itu tidak akan mengurangi makna ketika tidak adanya pengakuan iman tersebut. Karena menyenagkan hati Tuhan tidak hanya dengan mengakukan iman kita. Akan tetapi perbuatan dan pengimanan apa yang sudah kita terima.
      Dan juga apakah dalam renungan kita salah melakukan pengakuan iman. Saya merasa bahwa dalam renungan tidak ada yang menjadinkendala ketika adanya pengakuan iman yang kita perbuat dalam ibadah. Karena peribadahan yang Tuhan inginkan adalah yang tulus yang tujuannya hanya memuji dan memuliakan nama Tuhan.

      Hapus
    2. dan juga pertanyaan yosepina yang mengenai pengakuan iman yang digantikan dengan nyanyian.
      menurut saya, saya juga pernah mendengar kalau pengakuan iman bisa digantikan dengan nyanyian. tapi itu menjadi suatu yang masih tanda tanya, karena saya tidak tahu dengan pasti tentang pengakuan iman yang digantikan dengan nyanyian tersebut.

      Hapus
    3. saya menjawab pertanyaan edi k. Tarigan.
      yang bertanya tentang bagaimana sebenarnya mengakukan iman dengan iman, kalau dilihat sekarang kenyataannya, kebanyakan mengakukan iman tidak lagi dengan imannya. ya menurut saya adalah itu yang menjadi pergumulan kita sebagi pelayan Tuhan. kurangnya pemahaman kita tentang pengakuan iman kita. dalam peribadahan tanpa kita sadari bahwa ketika kita megakukan iman kita hanya sebagai formalitas kita. tidak memang benar-benar dari diri dan hati kita yang mengakukannya.
      yang menjadi jalan keluarnya adalah, lebih dahulu kita harus tau benar apa yang menjadi arti dari pengakuan iman tersebut. ini juga lah gunanya kita belajar liturgika yang belajar mengenai pengakuan iman, agar mulai dari kita dapat memberi pemahaman tentang pengakuan iman, agar kita dapan mengakukan iman kita yang memang benar berasal dari iman kita.

      Hapus
    4. saya akan menjawab pertanyyan edi yang berikutnya yang mengenai apakah jika kita loihat pengakuan iman yang sekarang apakah itu hanya dari tradisi atau bagaimana...
      ya, jika kita lihat memang benar poengakuan iman itu hasil dari yang dahulu yang dilakukan sampai sekarang. tanpa diungkiri memang pengakuan berasal dari tradisi yang dilakukan pada zaman dahulu, tapi bukan hanya sekedar tradisi saja tapi yang mau kita lihat dan pahamai adalah sejarahnya yang sampai saat ini masih kita anggap sebagi suatu yang dapat memenangkan kita.

      Hapus
  4. Nama : Sri Muliana br Kaban
    NIM : 12.01.968

    Terimakasih untuk pertanyaan teman-teman dari kelas A.
    Pertanyaan Yosefina :
    1. ketika berbicara mengenai pengakuan iman, ketika ibadah tidak ada pengakuan iman tidak pas menurutnya. Apakah tidak salah ketika ibadah/renungan secara bersama mengucapkan pengakuan iman?
    Jawaban : menurut saya, pengakuan iman adalah salah satu unsur ibadah yang sangat penting yang ada dalam peribadahan. Pengakuan iman adalah ikrar atau janji bahkan tanggung jawab yang harus dipegang oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Namun jika kita kembali lagi kepada pengertian ibadah sebagai persekutuan jemaat dengan Allah, saya kira pengakuan iman tidak menjadi tolak ukur keberlangsungan ibadah tersebut. Seperti pertanyaan yang disampaikan oleh pembahas bagaimana jika pengakuan iman tidak diucapkan apakah ibadah itu tidak benar. Ibadah itu tetap benar walaupun tidak ada pengakuan iman. Kita teringat konteks terciptanya pengakuan iman pada gereja awal, dimana mereka mencipakan socio apostolica sebagai senjata untuk menyatakan bahwa kepercayaan mereka bukan begitu tapi begini. Artinya itu diucapkan kepada orang-orang diluar dari kelompok mereka. Nah, sekarang ketika tidak ada lagi ajaran-ajaran sesat yang demikian, mungkin itu yang manjadi alasan bagi beberapa gereja yang tidak mengucapkan itu pada setiap ibadahnya. Lagipula, pengucapan pengakuan iman yang kita lakukan sekarang bukan lagi dihadapan para “musuh” tetapi dihadapan sesama kita. Sehingga pengakuan iman yang lebih nyata adalah menghidupi apa yang kita percayai dalam kehidupan kita (seperti apa yang sudah kami buat di blok). Namun menurut apa yang yang sudah menjadi kesepakatan dan kebiasaan kita, jika ibadah hari Minggu dan ibadah-ibadah yang sesuai tahun kalender gerejawi semua masih memasukkan pengakuan iman dalam unsur litugi.
    2. Apakah pengakuan iman bisa dinyanyikan?
    Jawaban : saya sebagai penyaji menanggapi bahwa pengakuan iman yang secara umum menganut keTritunggalan Allah , dapat digantikan dengan nyanyian. Misalnya lagu KJ. No. 280, “Aku Percaya”.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertanyaan Edi Krisman Tarigan
      1. Apakah dalam gereja, Pengakuan Iman hanya sebagai tradisi yang harus diwarisi?
      Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini, pengakuan iman bukanlah sebatas warisan yang diturunkan dari gereja lama. Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya bahwa pengakuan iman yang lahir dari pergumulan gereja dan konsili-konsili gereja adalah rumusan bapa-bapa gereja (manusia) untuk menunjukkan keyakinan mereka kepada dunia. Apa yang menjadi tantangan bagi gereja mereka hadapi dengan rumusan ini, dan itulah yang tetap kita warisi hingga saat ini. Karena itu adalah hasil pergumulan gereja maka sebenarnya pengakuan iman itu bisa dikritisi, jika terdapat kesalahan. Nah, yang menjadi penekanan adalah bukan tentang pengucapan atau penggunaan pengakuan itu setiap minggunya sehingga terkesan hanya sebagai unsur liturgi yang sudah ada sejak dulu. Namun pengakuan iman itu sebagai ikrar atau janji yang mengandung resiko. Mengapa saya katakan demikian? Karena ketika kita mengaku mengasihi seseorang kita harus menunjukkan dari sikap kita sebagai bukti. Begitu juga dengan pengakuan iman ini, mengaku berarti menjadikan milik. Sehingga tidak bisa tidak kita menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus

    2. Pertanyaan Maston Silitonga :
      1. Gereja Betany juga punya pengakuan iman kok, namun tidak diucapkan setiap minggu. Bagaimanakah dengan itu? Mengapa penyaji mengatakan tidak? Apa dasarnya?
      Jawaban : terimaksih untuk pertanyaan abang kami Maston, namun perlu diperhatikan kebetulan itu adalah pernyataan saya. Saya menyatakan demikian karena saya menjawab pertanyaan dari pembahas kelompok 6, dimana pertanyaannya, “apakah semua gereja memiliki pengakuan iman?”. Nah, saya katakan tidak. Sebab seperti apa yang sedang kita pelajari, pengakuan iman yang mengandung keTritunggalan Allah, perlu kita ketahui tidak semua gereja mengakui ini. Itulah dasarnya mengapa kami katakan demikian, mungkin mereka memiliki pengakuan iman tetapi berbeda dengan kita. Saksi-Saksi Yehuwa tidak menerima ajaran tentang Allah Tritunggal yang mengatakan bahwa Allah itu hanya satu (dalam hakekatNya), tetapi mempunyai 3 pribadi yang setingkat. Mereka beranggapan bahwa Allah betul-betul hanya satu secara mutlak, dan bahwa Yesus dan Roh Kudus bukanlah Allah. Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Musa mengingatkan orang-orang Israel bahwa (Yehuwa) itu Allah kita, (Yehuwa) itu esa’. (Ulangan 6:4) Yesus Kristus mengulangi kata-kata tersebut (Markus 12:28,29) Oleh karena itu, mereka yang menerima Alkitab sebagai Firman Allah tidak menyembah suatu Tritunggal yang terdiri dari tiga pribadi atau tiga allah dalam satu allah. Sebenarnya, kata ‘Tritunggal’ bahkan tidak pernah muncul dalam Alkitab. Allah yang benar adalah satu Pribadi, terpisah dari Yesus Kristus. (Yohanes 14:28; 1 Korintus 15:28) Roh kudus Allah bukanlah suatu pribadi. Itu adalah tenaga aktif Yehuwa, yang digunakan oleh Yang Mahakuasa untuk melaksanakan maksud tujuan-Nya”.
      Menurut mereka orang kristen tidak menyembah ‘tiga allah dalam satu allah’! walaupun kita tidak pernah mengatakan dan melakukan demikian namun pemikiran mereka tetap demikian. Bandingkan dengan pengakuan iman yang sudah kami buat. Pengakuan iman yang semuanya mengandung keTritunggalan Allah. Begitu juga dengan gereja karismatik yang lain, artinya pengakuan iman yang kita anut ini tidak semua ada ada digereja lain. Terimakasih.

      Hapus
  5. Nama : Roles Paringatan Purba
    NIM : 12.01.959
    Ting/Jur : IV-B/ Teologi

    Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah memberikan masukan dan kritikan dan pertanyaan kepada kami kelompok empat, terkhusus juga buat teman-teman kami kelas IV A yang telah memberikan pertanyaan kepada kelompok kami pada kelas bersama hari selasa, tanggal 12 April 2016.
    1. Jawaban atas pertanyaan Yosevina Gurusinga: Setiap ibadah yang tidak menggunakan Pengakuan Iman dalam ibadah tetap dikatakan ibadah. Karena pertama kita harus melihat dulu esensi dari ibadah itu apa, yaitu untuk memuji dan menyembah Allah, jadi saya rasa walaupun dalam ibadah itu tidak ada pengakuan imannya tetap dikatakan ibadah. Contohnya saja dalam ibadah harian, saat teduh, ibadah kasualistik, bahkan ibadah di kampus kita juga tidak lagi memakai pengakuan iman. Intinya memang esensi dari ibadah itu yang tidak boleh hilang karena kita ibadah yaitu penyembahan kepada Allah. Namun yang kita bicarakan saat ini yaitu ibadah yang sudah ditetapkan dalam kelender gerejawi atau ibadah hari minggu yang memakai liturgi dan saya memang menekankan harus memakai pengakuan iman dalam ibadah ini, karena memang ini adalah pengakuan iman kita kepada Allah yang menjadi tekat kita. Kita mengakukan iman percaya kita hendaklahh dengan iman yang sungguh-sungguh supaya melalui iman percaya kita yang telah kita akukan itu dapat menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2. Jawaban atas pertanyaan Edi Krisman Tarigan: Ketika berbicara pengakuan iman tidak terlepas dari sejarah gereja dan dogmatika dimana pengakuan iman adalah rumusan dari bapa-bapa gereja dahulu yang merumuskan pengakuan iman ini untuk sebagai senjata melawan ajaran-ajaran sesat pada saat itu. Namun ketika saudara mempertanyakan apakah ini hanya tradisi atau bagaimana dalam ibadah? Saya rasa ini bukan hanya tradisi yang di wariskan oleh bapa-bapa gereja namun ini adalah merupakan senjata gereja hingga sampai sekarang ini. Kita dapat melihat banyak sekali orang Kristen yang tidak mengerti dan paham tentang iman yang mereka pahami saat ini sehingga udah tergoyahkan. Jadi pengakuan iman ini masih sangat relevan sampai saat ini yaitu untuk melawan dan mempertahankan iman kita kepada Allah Bapa, Putranya Yesus Kristus dan Persekutuan Roh Kudus, sehingga walaupun banyak sekarang ini aliran-aliran gereja yang sasat. Karena banyaknya orang kristen yang tidak mengerti dan paham lagi mengenai iman percayanya salah satu sulusinya yaitu dengan mengikrarkan iman percaya kita yaitu kepada Allah Bapa, Putranya Yesus Kristus, dan Persekutuan Roh Kudus yang kita percayai sehingga itu dapat menyenangkan hati TUHAN.
      3. Jawaban atas pertanyaan Maston Silitonga: Setelah beberapa kali saya beribadah di Gereja Kharismatik saya tidak pernah menemukan adanya pengakuan iman seperti yang bisa kita lakukan. Namun bukan berarti saya mau katakan mereka tidak punya pengakuan iman, hanya saja pengakuan iman mereka tidak sama seperti pengakuan iman kita. Mereka mempunyai dogma sendiri dan punya tata gereja sendiri, dan seperti yang sudah di cantumkan saudara Joni Purba bahwa mereka juga punya pengakuan iman hanya saja tidak di ikrarkaan tiap minggunya seperti kita. Tetapi selama saya pernah beribadah di gereja kharismatik saya belum pernah mendengarnya. Intinya bahwa pengakuan iman itu adalah merupakan respon umat tentang siapa Tuhan yang mereka imani yang telah memberikan pengampunan dosa.

      Hapus
  6. Nama: mastonsilitonga
    Nim: 11.01.818
    Ting/jur: IV-A/Theologia
    Unsur-Unsur Liturgi:Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
    Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
    Secara tradisional pengakuan iman rasuli ini dibagi ke dalam 12 bagian seperti tersebut di atas; yang disebabkan oleh legenda bahwa pengakuan ini disusun bersama-sama oleh kedua belas murid. Tetapi sebenarnya ada pembagian lain yang lebih mendasar yaitu pembagian yang sifatnya Trinitaris (berdasarkan ke-Tritunggalan Allah)..Apabila kita mengikuti pembagian Trinitaris ini maka kita mendapatkan pembagian sebagai berikut:
    1. Bagian pertama yang berisikan kepercayaan kepada Allah sebagai Bapa yang menciptakan langit, bumi dan segenap isinya (pasal 1).
    2. Bagian kedua, berisikan kepercayaan kepada Yesus Kristus yang adalah Anak Allah yang telah mengosongkan diriNya menjadi manusia dan berkurban bagi manusia yang telah jatuh dalam kuasa dosa (pasal 2-7).
    3. Bagian ketiga, berisikan kepercayaan kepada Roh Kudus yang mempersekutukan umat Allah dan yang mengampuni dosa serta memberikan hidup yang kekal (pasal 8-12).
    Coba para penyaji menggali sedikit atau menganalisa tentang 12 bagian tradisional pengakuan iman rasuli tersebut

    BalasHapus
  7. Nama:Uten Perlinda Marbun
    NIM:12-01-974
    Tingkat/jurusan:IVB/Teologi
    Kelompok IV, kelas bersama Selasa 12 April 2016 di aula

    Berdasarkan pembahasan kita mengenai pengakuan Iman, dimana dulunya pengakuan ini muncul akibat pergumulan gereja yang merongrong gereja atas ajaran-ajaran sesat, sehingga orang Kristen membuat senjata untuk membentengi gereja pada abad ke-2 yang salah satunya pengakuan iman, jadi pengakuan iman ini adalah hasil dari sidang sinode untuk memenuhi kebutuhan gereja pada saat itu, berarti pengakuan iman ini pasti bisa di tinjau ulang kembali sesuai dengan keadaan zaman dan pergumulan gereja saat ini, namun yang terlihat semenjak pengakuan iman ini menjadi bagaikan dari liturgi apakah tidak perlu ditinjau ulang karena pergumulan gereja saat juga saat banyak dari dunia yang penuh dengan gejolak, berarti iman Kristen dari abad 2 -sekarang iman masih sama saja karena pengakuan iman tersebut masih di warisi gereja sampai sekarang, yang menjadi pertanyaan dalam pembahasan begitu banyak pengakuan iman yang Kita lihat, Dimanakah posisi pengakuan tersebut dalam gereja suku saat ini, karena yang sering saat lihat adalah hanya pengakuan iman Rasulullah saja, atau apakah semua pengakuan iman yang ada didalam sajian juga diwarisi gereja suku sampai hari ini?

    BalasHapus
  8. Nama : Asriani Purba
    NIM :12.01.909
    Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
    Pertanyaan : Bagaimanakah tanggapan penyaji tentang latar belakang atau pengalaman hidup bapa-bapa gereja tentang pengakuan iman sehingga mereka memiliki pemahaman yang berbeda tentang letak pengakuan iman dalam ibadah dan juga tata cara melakukan pengakuan iman.

    BalasHapus
  9. Nama : Rutin Sari Saragih
    NIM :12.01.961
    Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
    Pertanyaan : Dalam merumuskan pengakuan iman banyak ahli-ahli teolog yang menyatakan bahwa pengakuan iman ini dilakukan dalam ibadah. Seperti Calvin dia menyatakan bahwasanya pengakuan iman dilakukan sesudah khotbah jadi apakah alasan Calvin sebenarnya menempatkan pengakuan iman ini dilakukan sesudah khotbah?

    BalasHapus
  10. Nama : Hotni Malau
    NIM :12.01.930
    Tingkat/Jurusan : IV-B/ Teologi
    Pertanyaan : menurut penyaji bagaimanakah cara kita untuk melakukan pendekatan kepada jemaat agar mereka benar-benar memahami sebetulnya bahwa pengakuan iman itu adalah senjata gereja untuk melawan ajaran sesat?

    BalasHapus
  11. Nama : Antonio Hutagalung
    NIM : 12.01.906
    Ting/Jur : IV-B/Teologi
    MEMBERI MASUKAN SAJIAN IV
    Gereja mendapat tugas dari Kristus untuk mengabarkan ajaran Kristus kepada semua makhluk (Markus 16:15), karena itu maka gereja merasa perlu untuk memiliki suatu rumusan merangkum seluruh ajaran Kristus agar bisa diungkapkan dan diingat oleh semua orang. Dengan rumusan itu diharapkan “Supaya seia sekata dan jangan ada perpecahan…., supaya kamu erat bersatu seia sepikir (1 Kor 1 :10).” Karena itu para katakumen wajib mengucapkan pengakuan iman sebelum mereka dibaptis, dan yang telah dibaptis wajib mengucapkan pengakuan iman sebelum menerima sidi.
    Menjaga keutuhan gereja dari ajaran-ajaran sesat dan perlunya setiap orang Kristen siapa yang dipercayai mereka dalam pengikraran mereka di ibadah bentuk gereja, dan juga perlunya melestarikan dan menyebarkan iman umat Kristiani.
    Dikalangan gereja Katolik Roma, kredo ini disebut dengan doa syahadat singkat, dan yang lahir juga berdasarkan amanat agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20, dan kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya ialah Tritunggal dan Allah Sang Pencipta.
    Pengakuan iman rasuli memformulasikan inti kepercayaan Kristiani guna dijadikan sebagai standard dalam gereja dan pedoman dalam melawan bidah.

    BalasHapus
  12. Ruang komen ini resmi ditutup - terimakasih respons yang sangat cepat dari saudara-saudari! Salam.

    BalasHapus