Rabu, 16 Maret 2016

IVA - Ujian Akhir Semester (UAS-Berjalan) Liturgika 2016

Di bawah ini, adalah Tujuh (7) Materi Bahasan atau Sajian dari Tujuh (7) Kelompok setelah pelaksanaan UTS minggu yang lalu.

Yang harus anda lakukan untuk UAS-Berjalan ini adalah, wajib meringkas bahasan dan sajian kelompok setiap minggunya berserta analisa saudara atas setiap materi, dan demi kualitas dan akuratnya analisa saudara, maka jumlah satu (1) komen hanya lima belas (15) kalimat (tidak kurang dan tidak lebih dari 15 kalimat, setiap komen per-minggu-nya)!

Ruang UAS dan komen di bawah ini adalah khusus untuk Kelas IVA. ("Jangan mengirim salah ruang!")

Selamat mengikuti UAS-Berjalan ini.



Unsur Liturgi: Votum, Salam, dan Introitus dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok I
Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok II
Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Kotbah
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok III
Unsur Liturgi: Pengakuan Iman
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok IV
Unsur Liturgi: Doa Syafaat
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok V
Unsur Liturgi: Pemberian Jemaat
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok VI
Unsur Liturgi: Nyanyian dan Paduan Suara
dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
(Band. J.L.Ch. Abineno, 2000)
Kelompok VII


Salam
Edward Simon Sinaga, M.Th
NIDN: 2319097201
GKPI - STT ABDI SABDA - MEDAN

267 komentar:

  1. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

    Unsur-Unsur Liturgi
    Votum, Salam, dan Introitus

    Votum adalah Kata Pembuka yang dipakai dalam peribadahan untuk mengundang kehadiran Kristus dalam peribadahan itu. Votum ini biasanya menggunakan Mazmur 124 : 8 “ Pertolongan kita hanya di dalam Nama Allah....”, ini adalah tanda bahwa kita mengundang Allah untuk hadir dalam ibadah ini.

    Salam bukan berkat, melainkan tanda persekutan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Salam ini juga menandakan bahwa pemimpin ibadah selalu bersama-sama dengan jemaat dalam peribadahan dan Salam ini juga dapat dikatakan sebagai sapaan Allah kepada jemaat yang bersekutu dengan dirinya.

    Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nats Alkitab. Introitus ini juga sering disebut sebagai firman atau yang menjadi dasar kehidupan bagi manusia. Introitus ini juga dapat dikatakan sebagai jalan masuk dalam peribadahan yang telah dimulai dengan Votum, biasanya introitus ini disambut oleh jemaat dengan nyanyian “haleluya, haleluya, haleluya”.

    Dalam setiap unsur-unsur liturgi dalam peribadahan, votum, salam, dan introitus adalah unsur liturgi yang pertama dalam peribadahan. Dalam unsur-unsur liturgi votum, salam, dan introitus ada sebuah pengantara dalam peribadahan itulah yang sering disebut dengan liturgis. Liturgis adalah sebagai media Allah untuk menyampaikan votum, salam, dan introitus kepada jemaat. Allah menyampaikan pesannya melalui liturgis dan liturgis menyampaikan pesan Allah kepada jemaat. Karena setelah dibuka dengan votum berarti seluruh kelanjutan ibadah berarti dimulai dalam persekutuan dengan Tuhan, maka seluruh umat Allah diharapkan agar tidak ada lagi yang terlambat sehingga melewatkan saat-saat untuk mengundang Allah dalam votum. Selain itu, sikap tubuh di dalam peribadahan juga sangat mendukung dalam kehikmadan peribadahan. Sikap umat saat diundang untuk bangkit berdiri juga berarti bahwa adanya penghormatan yang diberikan bagi Allah. Peribadahan yang di buka dalam Allah Tritunggal harus benar-benar dimaknai oleh umat, kedisiplinan jemaat dan pelayan menunjukkan bahwa jemaat menghargai saat-saat peribadahan dengan Allah, ketiga hal itu sangat penting dalam peribadahan untuk menyenangkan hati Tuhan. Untuk itu perlu dihindari untuk bermain-main dalam beribadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A

      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM


      Pengakuan Dosa ada karna Kristus Ada, dan dalam konsep gereja kita akhirnya theologia yang berkembang, pada awalnya dulu ada gereja yang tidak taat hukum, tidak mengandalkan hukum, tetapi mengandalkan anugerah. Pengakuan dosa ini harus efektif, jemaat dibangun untuk tidak menambahkan dosa tetapi membangun hal-hal yang baik dan taat, jadi sebenarnya pengakuan Dosa adalah membangun spiritualitas umat, bukan membangun kejahatan. Jadi efektifnya unsur pengakuan dosa, tidak ada yang bertentangan, tidak melawan hukum tetapi untuk membangun ketaatan. Pengakuan dosa membangun efektifnya sikap ketaatan dan Nilai kesejahteraan adalah jemaat memanimalisir untuk tidak merugikan orang lain. Jika kita membangun menyenangkan hati Tuhan, kita harus memanimalisir untuk merugikan orang lain.

      Pemberitaan Anugerah adalah permohonan, dan janji Tuhan akan pengampunan dosa manusia. Pemberitaan Anugrah dimasukkan dalam liturgi bersama-sama dengan pengakuan dosa salah satu alasan yang dipakai untuk memasukkan unsur ini ialah: kalau Allah tidak mengampuni dosa jemaat yang berkumpul dalam ibadah, pemimpin ibadah (pengkhotbah) sebentar tidak dapat memmberitakan firman. Keberatan kita terhadap alasan ini sama dengan keberatan kita terhadap pemahaman tentang pengakuan dosa. Walau demikian, unsur ini bisa tetap dipertahankan dengan memahami fungsinya sebagai unsur pemujaan. Ia adalah unsur proklamasi tentang Allah didalam Kristus sebagi Allah yang maha pengampun, pada sisi lain, ia mengungkapkan puji-pujian dan sembah jemaat kepada dia yang mengampuni dosa manusia. Salah satu rumus yang biasanya dipakai: “sebagi hamba Yesus Kristus kami memberitakan pengampunan dosa kepda tiap-tiap orang yang mengaku dosanya dengan tullus dan iklas dihadapan Allah” rumus ini dilanjutkan dengan mengutip sebuah nats Alkitab seperti Yoh 3:16.

      Ada gereja yang menempatkan unsur ini sebelum pengakuan dosa dalam posisinya sedemikian, ia dianggap sebagi cermin. Dalam hal ini hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, karena mereka tidak mampu melaksanakan hukum Tuhan dan Ada juga gereja yang menempatkannya sesudah pemberitaan anugerah. Dalam posisinya sedemikian ia dianggap sebagai puji-pujian atas respon terhadap akta anugrah pengampunan Allah, nats-nats umumnya dipakai adalah: keluaran 20:2; Ul 5:6-22; Mat 22:37; Yoh 13 34:35 dan lain-lain. Pada umumnya jemaat berdiri ketika hukum kasih dibacakan.

      Pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah, dan Hukum adalah hal yang harus ada dalam peribadahan, karena didalam peribadahan setiap umat akan mengakui kesalahannya selama dia hidup dan Umat yang mengakui dosanya harus merenungkan dan berjanji tidak akan berbuat kesalahan lagi. Liturgi gereja haruslah dapat menyenangkan Hati Tuhan, ketika umat telah mengakui dosanya dan bertobat, maka peribadahan yang menyenangkan hati Tuhan akan tercapai.

      Hapus
    2. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A


      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Doa adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan, atau tanpa perkataan, Mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan; dalam doa kita dapat meminta dan memohon kepada Tuhan. Dalam pemberitaan firman, harus dimulai dengan doa, doa yang meminta agar dalam pemberitaan firman diberkati, dan firman yang diberitakan sesuai dengan kehendak Allah. Melalui doa, umat dapat mengucap syukur dan memuji Tuhan dan selain itu, doa juga selalu menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

      Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari setiap kebaktian gereja. Sejak dahulu pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Pembacaan Alkitab menjadi satu hal yang penting sebelum pemberitaan (penjelasan) khotbah; pembacaan Alkitab menjadi satu kewajiban dimana memulai pemberitaan Firman. Pembacaan Alkitab akan lebih bermakna jika orang pembaca memberikan harmoni membaca yang baik sesuai dengan isi alkitab yang dibaca tersebut.

      Khotbah adalah percakapan iman; Khotbah harus membangkitkan dialog, percakapan iman dalam pendengar. Percakapan efektif mengandung unsur pertanyaan dan jawaban. Agar khotbah dapat merupakan percakapan iman dan tidak bersifat monolog, pengkhotbah harus belajar mengidentifikasi dri dengan pendengar; Khotbah juga dikatakan Percakapan dari hati ke hati, khotbah bukan karena engkau harus mengatakan sesuatu, tetapi karena engkau mempunyai sesuatu yang harus dikatakan. Dalam Khotbah pusatnya adalah Kesaksian iman tentang kristus, tentang Allah (1 Yohanes 1:1-4); Menyaksikan berarti menjadi sakksi dari apa yang yang dilihat, dari apa yang dialami, dari apa yang dihayati. Khotbah yang benar adalah khobah yang dapat menambah pertumbuhan iman jemaat, yang mengena ke hati jemaat, tetapi pada zaman sekarang banyak khotbah yang langsung “menembak” seseorang mungkin seseorang itu mempunyai kesalahan pribadi dengan pengkhotbah atau yang lain. Jadilah pengkhotbah yang baik, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, mengabarkan firman Tuhan.

      Dalam ketiga unsur ibadah ini, yang paling sering ditunggu oleh jemaat adalah Khotbah, ini dikarenakan jemaat ingin ditumbuhkan imannya lewat pemberitaan Firman yang baik dan sesuai dengan kehendak Allah. Ketiga unsur ibadah ini adalah satu rangkaian pemberitaan firman Tuhan yang tidak dapat dipisah, ini dikarenakan sebelum penjelasan khotbah, maka harus dimulai dengan doa, dan membaca Alkitab, setelah itu baru penjelasan khotbah agar umat dapat sama-sama belajar untuk mengerti akan firman Tuhan, ketiga unsur ini haruslah dijalankan agar peribadahan kita dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A

      PENGAKUAN IMAN

      Pengakuan Iman yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya, pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat ataugereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia, Pengakuan iman juga mengandung janji eskhatologis yaitu kasih setia Tuhan yang tetap nyata di dalam hidup umat atau gereja. Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan, Karena itu pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat, yang mana kedua tangan dapat dilipat seperti saat berdoa. Sebuah pengakuan iman, atau credo, atau Syahadat, fungsinya adalah sebagai suatu rumusan baku mengenai apa yang harus kita percayai sebagai orang Kristen. Pengakuan Iman juga memberikan kepada kita batas-batas atau rambu-rambu mengenai apa yang dapat disebut sebagai Kristen dan apa yang tidak layak.

      Pada zaman gnostik, beredar ajaran-ajaran sesat, sehingga gereja mengeluarkan tiga benteng untuk melawan ajaran tersebut, yaitu Kanon, Pengakuan Iman, dan Succesio Apostolika (pewarisan jabatan rasuli).

      Ada Gereja yang memakai pengakuan iman sebagai unsure liturgi tetapi ada pula Gereja yang tidak memakainya dalam liturgy ibadah. Sejak semula pengakuan iman erat hubungan dengan orang yang dibaptis. Pada acara baptisan, sang calon baptisan menjawab soal-soal yang berhubungan dengan pengakuan imannya, Misalnya: Uskup, percayakan engkau kepada Allah, Bapa Yang Mahakuasa- orang yang dibaptis menjawab: aku percaya (sesudah itu ia diselamkan) dan seterusnya. Pada abad ke-5 pengakuan iman mulai dipakai dalam ibadah Jemaat di sebelah Timur (Antiokhia dan Konstantinopel). Kemudian dipakai di Gereja Barat di misa Romawi pada tahun 1014. Di Gereja Barat, pengakuan iman ditempatkan setelah khotbah dan permulaan ibadah Perjamuan Kudus. Seterusnya dalam Gereja Roma sekarang pemakaian Pengakuan Iman setelah Khotbah, Gereja Reformasi juga memakai pengakuan iman dalam tata ibadah jemaat dengan urutan yang tidak sama, ada Gereja yang sebelum khotbah tetapi ada pula yang melakukannya setelah khotbah, hal ini bergantung dari tujuan pengakuan iman tersebut. Pengakuan iman yang biasa dipakai adalah: Pengakuan Iman Rasuli (PIR), Pengakuan Iman Nicea ( PIN), Pengakuan Iman Athanasius.
      Pengakuan iman ini harus diucapkan dengan suara yang lantang, dan merenungkan atau mengimani pengakuan iman tersebut sebagai petanda bahwa percaya kepada Allah Tritunggal.

      Hapus
    4. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A

      DOA SYAFAAT

      Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara. Doa syafaat ialah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral, di luar negeri doa ini di kenal dengan nama intercession; karena barisan doa yang dipanjatkan adalah untuk memberi penguatan kepada orang yang mendapat pergumulan dan mendoakan segala bentuk pergumulan dalam gereja, bangsa dan negara. Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya) dalam bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anak-Nya yang datang meminta, mencari dan mengetok (Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan “roh, jiwa dan tubuh” manusia dengan Tuhan Allah dalam suatu waktu, ruang dan kondisi/keadaan. Doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan”. Maka, doa berkaitan dengan pengangkatan hati kita kepada Tuhan atas dasar kasih kita kepada-Nya, untuk mengucap syukur ataupun untuk memohon rahmat dan pertolongan-Nya.

      Dalam gereja-gereja suku terkhusus suku batak toba, doa syafaat ini disebut dengan tangiang pangondianon, yang artinya doa perlindungan. Doa syafaat diartikan sebagai doa meminta perlindungan dari segala kesulitan yang terjadi di dalam kehidupan ini. Pada zaman sekarang, gereja-gereja sering melaksanakan doa syafaat ini setelah warta gereja, dan yang didoakan adalah umat yang memberikan ucapan syukur, dan yang memberikan persepuluhan; hal ini dapat membuat makna doa syafaat itu menjadi pudar. Doa syafaat adalah unsur-unsur peribadahan yang penting yang harus ada dalam setiap ibadah, karena doa syafaat ini adalah doa yang dikhususkan untuk menyerahkan pergumulan yang dirasakan oleh jemaat kepada sang penciptanya. Doa syafaat ini adalah doa yang menegaskan bahwa tanpa perlindungan Tuhan jemaat tidak aakan mampu menjalani situasi yang sulit dalam kehidupannya.

      Doa syafaat adalah salah satu unsur yang penting untuk mewujudkan peribadahan yang menyenangkan hati Tuhan, doa yang benar dan menyampaikan setiap pergumulan dengan yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menjawab doa. Menyenangkan hati Tuhan dalam peribadahan adalah hal yang sangat penting dalam mewujudkan peribadahan yang baik sehingga dalam peribadahan yang baik iman jemaat dapat semakin bertumbuh dan berkembang serta mewujudkan dengan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  2. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
    NIM : 12.01.932
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Di dalam Agenda GKPS dikatakan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus, yang menciptakan langit dan bumi” Amin. Makna dari votum ini adalah bahwa ibadah itu dibuka di dalam Nama Allah, AnakNya Yesus Kristus dan Roh Kudus, serta menjelaskan “hadirnya Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus di tengah-tengah umatNya”, dimana anggota jemaat yang hadir menjadi satu tubuh di dalam Tuhan sebagai persekutuan orang-orang percaya.
    Votum yang diucapkan oleh pemimpin liturgi mengungkapkan kehadiran Allah di tengah-tengah pertemuan umat dan di dalam votum itu terletak amanat kuasa Allah.
    Kuyper berpendapat bahwa votum adalah keterangan khidmat, yang mengubah suatu pertemuan yang tidak teratur menjadi suatu pertemuan yang teratur, anggota-anggota jemaat yang datang berkumpul di dalam ruang ibadah berubah menjadi persekutuan orang percaya. Menurut Van der Leeuw, dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Allah. Segala sesuatu yang menyusul berlangsung dalam namaNya.
    Votum yang disampaikan pemimpin liturgis dalam ibadah adalah proklamasi “tanda” kehadiran Allah dalam ibadah sehingga ibadah itu berlangsung di dalam nama Tuhan. Maka dalam ibadah itu Allah hadir bersama-sama jemaat dan sekaligus menjadikan orang-orang yang datang dalam ibadah itu menjadi persekutuan orang-orang percaya.
    Pandangan pemimpin-pemimpin gerakan liturgi tentang votum ini, sebaiknya diberi catatan-catatan. Pandangan secara teologis bahwa Allah adalah bebas, Dia dapat hadir di mana saja dan kapan saja. Kehadiran Allah tidak dibatasi ruang dan waktu, tidak dibatasi votum. Dia berkuasa atas semua dan berada di atas semua.
    Rumusan votum dengan kalimat ”Di dalam nama Allah Bapa dan nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus” atau ”Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” (Mat.28: 19; Mzm.124: 8) janganlah dipahami sebagai formula magis yang menentukan kehadiran Allah. Biarlah itu dimengerti sebagai proklamasi perayaan keselamatan umat Allah bahwa segala karya atau kerja dimulai di dalam nama Tuhan Yesus (Kol.3: 17). Sejumlah keterangan dan informasi tentang votum, yang paling gamblang menyatakan bahwa votum sama pengertiannya dengan bismilah.
    Setelah votum maka introitus disampaikan yaitu pembacaan Alkitab sesuai dengan tahun gerejawi dan jemaat menyambutnya dengan menyanyikan ”haleluya, haleluya, haleluya”. Inilaah beberapa unsur-unsur perayaan iman (liturgi) yang ada di gereja-gereja indonesia saat ini, semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menyenangkan hati Tuhan. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah Dan Hukum

      Pada masa Perjanjian Lama, kalau seseorang melakukan kesalahan, maka dia harus membawa korban tebusan dan seorang imam harus mengadakan perdamaian bagi orang itu dengan Tuhan, sehingga pendosa tersebut dapat memperoleh pengampunan (Im 19:20-22). Musa dan imam-imam yang hidup sesuai dengan zamannya menjadi perantara antara bangsa Israel yang telah berbuat dosa dengan Tuhan (Kel 32:20).Sedangkan di dalam Perjanjian Baru tidak ada perantara lagi, karena Yesus adalah perantara satu-satunya antara manusia dengan Tuhan (Lih 1 Tim 2:5; Ibr 3:1; Ibr 7:22-27; Ibr 9:15; Ibr 12:24). Inilah bukti dari Kasih Allah kepada manusia, Dia memberi dirinya untuk menyelamatkan Manusia.
      Liturgi adalah suatu perayaan Iman terhadap Kasih Allah kepada Manusia, unsur liturgi pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum adalah sebuah perayaan iman yang membuktikan Kasih Allah kepada manusia. Di dalam buku unsur-unsur Liturgika pada bab II, dikatakan bahwa ketiga unsur ini baru timbul dalm abad-abad pertengahan; Pengakuan dosa mula-mula adalah doa pribadi imam dan konfesi yang diucapkan oleh anggota-anggota jemaat dalam devosi-devosi pribadi dan pemberitaan anugerah diambil alih dari absolusi di dalam biecht (pengakuan dosa pribadi kepada imam). pada akhir abad ketiga unsur ini di pakai di dalam kebaktian. Reformasi melanjutkan dan mengkonsolidasikan perkembangan itu. Di dalam buku apa itu Calvinisme, dijelaskan juga bahwasanya ketiga unsur liturgi yang ada di dalam peribadahan Protestan dan Calvinis saat ini adalah warisan dari ibadah Katolik Roma.
      Ibadah merupakan suatu aktifitas agama yang dikemas sedemikian rupa sehingga tampak kesakralannya. Kesakralan itu dikemas melalui suatu tata liturgi, sehingga umat yang beribadah masuk dalam situasi yang khusuk, beralih dari dunianya, dari aktifitas kesehariannya, dan merasakan ‘kehadiran Tuhan’ (God Presence) di dalam ibadah itu.
      Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui dosanya. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup yang baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi. Pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan. Menurut saya konsepan terbentuknya unsur liturgi ini sudah menyenangkan hati Tuhan, dan yang terpenting adalah penghayatan manusia akan ketiga unsur liturgi ini,yaitu pengakuan dosa, Pemberitaan Anugerah Dan Hukum; kasih dan anugerah yang telah diberi Allah kepada manusia perlu direnungkan agar memang hukum yang telah diberi oleh Allah untuk memandu hidup bersama Allah dapat kita laksanakan dan kita hidupi.

      Hapus
    2. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Menurut kamus besar bahasa Indonesia, doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan, sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan; berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan,permintaan dan pujian. Menurut Xavier Leon – Dufour, dalam bukunya ensiklopedi perjanjian baru doa dalam bahasa Yunani mempunyai beberapa arti diantaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan kebebasan si pemberi): kata-kata ini dipakai baik di bidang2 profan maupun keagamaan, namun mengandung ide meminta dengan sangat,berdoa dan mengemis. Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di ensiklopedia alkitab masa kini jilid I, menuliskan bahwa doa merupaklan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah; Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui dan memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa, maka dikatakan doa adalah suatu relasi antara manusia dengan Allah yang didalamnya manusia roh manusia berkomunikasi, memohon, meminta, memuji dan mengakui keberadaan Allah yang transendental.
      Sebelum pembacaan Firman Tuhan, maka pelayan Firman akan menaikkan doa, doa di bagian ini adalah doa untuk memohon pimpinan Roh Kudus dalam rangka pembacaan dan penguraian Firman Tuhan (dulu sering disebut dengan doa epiklese), inilah fungsi doa pelayanan Firman, yaitu sebagai harapan agar Tuhan sendirilah yang menyertai dan menolong pembacaan dan pemberitaan Firman dan pembacaan firman Tuhan yang sudah ditentukan selalu dihubungkan dengan isi khotbah.
      Pembacaan firman Tuhan sebagai Epistel dibacakan untuk menghantar jemaat kepada khotbah. Pembacaan firman Tuhan yang diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengikuti tradisi Gereja dari abad pertama. Pembacaan ini dikaitkan dengan nas khotbah supaya saling melengkapi. Fungsi pembacaan ini membawa jemaat ke dalam suatu hubungan yang hidup dengan firman Allah di dalamnya ada ajaran, penguatan, tuntunan hidup baru, pengharapan dan penghiburan
      Menurut Luther, pemberitaan firman Tuhan memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan sekadar khotbah atau pidato, Praktik pengajaran yang benar adalah melalui homili; asal kata homili sendiri berasal dari kata homileo yang berarti berbicara, bercakap-cakap dalam rangka mengajar. Pemberitaan firman Tuhan inilah yang menjadi pusat peribadahan dan tanpanya, ibadah tidak dapat berlangsung.
      Ibadah protestan berpusat pada pemberitaan Firman, artinya Tuhan yang menyapa umat dalam ibadah adalah Tuhan yang memberi firman kepada mereka; Ia hadir di dalam ibadah dan bertindak melalui firmanNya. Karena itu, setiap pemberitaan firman (khotbah) adalah penyampaian maksud dan kehendak Tuhan kepada manusia. Untuk itu, khotbah berisi pesan firman, dan bukan pesan pengkhotbah.
      Khotbah mendapat tempat yang penting dalam ibadah, karena melalui khotbah warga jemaat terbangun dalam iman, mendapat peneguhan, penghiburan serta tuntunan hidup ke arah jalan yang dikehendaki Tuhan dan dalam pelaksanaannya di awali dengan doa permohonon tuntunan Roh kudus. Khotbah selalu diarahkan untuk pertobatan, pembangunan rohani warga jemaat serta diupayakan untuk dapat menjawab pergumulan warga jemaat.

      Hapus
    3. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
      NIM : 12.01.932
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

      Menyenangkan Hati Tuhan IV

      Pengakuan Iman
      Pengakuan Iman (affirmasi), yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya; Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia, pengakuan iman juga mengandung janji eskhatologis yaitu kasih setia Tuhan yang tetap nyata di dalam hidup umat/gereja.2
      Liturgi Protestan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah umat Protestan. Liturgi berasal dari bahasa Yunani λείτούργιά yang artinya kerja atau layanan kepada masyarakat, liturgi Protestan memiliki beberapa perbedaan dengan liturgi Katolik, terkait dengan Reformasi Gereja pada abad ke-16. Liturgi ini disusun oleh para tokoh reformasi gereja dengan pemahaman teologis mereka terhadap ibadah itu sendiri.
      Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita, yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita, yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita; Pengakuan Iman Pengakuan iman merupakan respons umat setelah menerima Sabda Tuhan. Pengakuan iman bukanlah sebuah doa, namun deklarasi keyakinan dan kerenanya perlu disampaikan dengan sikap tubuh tegak dan dengan mata terbuka.
      Pengakuan iman yang dilakukan di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) adalah sebelum khotbah, sekalipun ada Gereja-gereja lain melakukannya sesudah khotbah. Pengakuan ini ditujukan kepada Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Melalui pengakuan iman ini umat mengakui keberadaan Allah, tindakan Allah, sumber dan akhir kehidupan, yang mengatur ciptaan dan memberi kehidupan kepada manusia di dunia dan di akhirat. Melalui pengakuan iman umat menunjukkan identitasnya di dunia ini sebagai orang yang beriman dan mengungkapkan bahwa dalam karya Allah melalui Yesus Kristus, umat memperoleh kehidupan serta kesatuan orang percaya di dalam Yesus sebagai dasar mempersatukan segala latar belakang kemajemukan manusia.
      Pengakuan iman ternyata tidak hanya terdapay di agama Kristen saja tetapi juga terdapat di dalam agama-gama lainnya contohnya di dalam agama Islam yang dikenal dengan syahadat ; Syahadat merupakan rukun islam yang pertama. Syahadat merupakan tanda keislaman seseorang, belum dikatakan seorang muslim jika belum mengetahui ataupun belum pernah membaca syahadat, syahadat sendiri merupakan landasan utama seluruh ajaran islam dan juga merupakan ruh bagi agama islam. Shyadat ini terdiri dari dua pengakuan yaitu Pengakuan Ketauhidan (Syahadat Tauhid) yaitu hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah SWT, dan Pengakuan Kerasulan (Syahadat Rasul).
      Dengan mengikrarkan kalimat syahadat yang kedua maka telah menetapkan keyakinan dalam hati dan jiwa bahwa seluruh ajaran Allah dan agama islam disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW, di dalam mengucapkan syahadat ada syarat-syarat yang ditetapkan yaitu keyakinan, keikhlasan, pengetahuan, kecintaan.
      Hampir sama halnya di dalam pengakuan iman Kristen yaitu memiliki hakekat yang sama, hakekat nya itu adalah mengucapkan pengakuan iman dan syahadat adalah penagkuan dari hati dan iman kepercayaan kepada Tuhan yang di imani; pengakuan iman itu tidak hanya sebatas kata-kata tetapi penyataan kepercayaan seseorang kepada sang pencipta yang memberi dia kehidupan, inilah pengakuan iman yang menyenangkan hati Tuhan.


      Hapus
    4. Nama : Jefri hamonangangan Damanik
      Nim : 12.01.932
      Ting/Jur : IV-A/Theologi

      Menyenangkan Hati Tuhan V
      Doa Syafaat
      Doa itu adalah ungkapan hati seseorang kepada Tuhan yang diungkapkan sebagai permohonanya kepada Tuhan dan orang percaya akan mengutarakan permohonannya kepada Tuhan dengan penuh iman. Dalam persekutuan orang kristen di gereja, doa sangat kuat dipraktekkan. Sejak perjanjian lama, praktek doa sudah sangat jelas dipraktekkan, bagaimana Abraham berdoa untuk lot di Sodom dan Gomora, Salomo berdoa ketika bait suci didirikan, sampai kepada Yesus di Perjanjian Baru. Hingga kepada perjalanan gereja dari masa ke masa, doa menjadi unsur yang penting dalam ibadah.
      Doa atau berdoa adalah kata yang sangat populer yang dikenal oleh semua orang, baik Kristen maupun yang bukan Kristen. Doa dalam pengertiannya yang secara universal selalu berhubungan dengan sesuatu yang berada di luar kehidupan normal seorang manusia yang lebih bersifat supranatural. Doa adalah suatu dimensi yang berhubungan dengan alam roh. Semua orang dapat berdoa sesuai dengan keyakinan atau sesuatu yang dipercayainya memiliki kuasa yang diluar kekuatan/kuasa manusia biasa. Sehingga doa juga merupakan suatu “medan magneet” yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan sesuatu roh supranatural diluarnya.
      Dalam komunikasi dibutuhkan dua pribadi yang saling berinteraksi, dengan tujuan menjalin sebuah relasi. Doa adalah komunikasi analog paling dasar yang dimiliki oleh manusia, jauh sebelum manusia bisa berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. Doa adalah sebuah saluran langsung (direct line) antara individu dengan Tuhan. Untuk mengurangi noise di dalam komunikasi, sebagaimana layaknya komunikasi modern pada peradaban manusia, maka doa pun membutuhkan sebuah keteduhan atau kontemplatif untuk mengurangi gangguan. Sebagaimana komunikasi antar manusia yang memiliki tujuan dan objek pembicaraan (pesan), maka doa pun demikian. Syafa'at adalah salah satu bagian di antaranya.
      Di dalam unsur liturgi ada terdapat doa syafaat, doa Syafaat (Syafa'at) itu adalah salah satu karakter doa dan sering disebut di dalam kehidupan bergereja, secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai “mendoakan orang lain” termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit penyakit, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, mendoakan orang-orang yang menderita dan lain-lain.

      Hapus
    5. Nama : Jefri hamonangangan Damanik
      Nim : 12.01.932
      Ting/Jur : IV-A/Theologi

      Menyenangkan Hati Tuhan VI

      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Pemberian jemaat pada mulanya berupa innatura (hasil bumi dan ternak). Sejak abad XI diganti dengan persembahan uang. Persembahan ini dipakai untuk biaya penyelenggaraan ibadah, kesejahteraan para pelayan penuh dan diakonia; pemeliharaan janda-janda miskin, yatim-piatu (baca , Imamat 14: 28-29). Pemberian Jemaat adalah ungkapan syukur manusia kepada Allah akan kasih setiaNya yang selalu melimpah di dalam kehidupan manusia. Pemberian jemaat ini juga dipakai bukan untuk membuat sebuah Gereja menjadi kaya tetapi membuat Gereja menjadi saksi dan alat Allah di dunia ini. Jadi jika ada gereja yang hadir didunia ini memiliki motivasi keduniawian maka hal itu perlu diperhatikan agar memang hakikat sebgai Gereja selalu melekat di dalam Gereja. Sebab melalui pemberian jemaat, kerajaan Allah ditengah dunia semakin dinyatakan. Budaya saling membantu (marsitoguan, maknanya lebih dalam gotong-royong yang umumnya menjadi edukasi dasar nenek moyang masyarakat Indonesia) menjadi kekuatan dalam kehidupannya masyarakat. Hal ini berawal dari tanggungjawab kekeluargaan-kekerabatan-kemasyarakatan yang benar dengan tujuan maju dengan tidak mengaharap dan menuntut balasan-tampa pamrih. Pertumbuhan Batak juga dapat berkembang cepat itu hanya oleh pemberian jemaat yang digunakan Gereja sebagai alat Tuhan di dunia ini untuk memuliakan nama Tuhan; pertumbuhan yang dimaksud adalah bukan hanya fisik (gedung) saja melainkan juga secara pelayanan gereja (rohani). Gereja-gereja Batak juga menjalankan Tri Tugas panggilanya sebagai Gereja dan sebagai berkat. Pemberian jemaat juga lah yang membuat perkembangan Gereja-gereja Batak saat ini cepat perkembangannya dan ini juga di pengaruhi oleh budaya yang ada di tanah Batak. Gereja Kristen Protestan Simalungun memahami pemberian jemaat ini adalah suatu wujud rasa syukur kepada Allah akan Kasih Allah yang telah diterima oleh manusia dan pemberian jemaat itu digunakan untuk keperluan Gereja.

      Hapus
    6. Nama : Jefri hamonangangan Damanik
      Nim : 12.01.932
      Ting/Jur : IV-A/Theologi

      Menyenangkan Hati Tuhan VII

      Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama).
      Paduan suara merupakan perpaduan suara yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keinginan untuk menyanyi, sekedar sebagai kesukaan perorangan. Secara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa paduan suara adalah sekelompok orang yang bernyanyi, dan memang di dalam bahasa Inggris, yang dikenal sebagai paduan suara, yaitu chorus atau choir berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu kelompok bernyanyi yang penampilannya menjadi satu, dan berbeda dari penampilan solo. Kata ini awalnya digunakan dalam drama Yunani, dan serupa dengan kata Perancis choeur, Jerman chor, Itali coro, Inggris kuno quire, dan termasuk bernyanyi secara unisono (satu suara) maupun polifonik (berbagai suara sahut menyahut).
      Paduan suara bertugas melayani, paduan suara haruslah bernyanyi bersama-sama dengan jemaat dengan cara: “menyokong” nyanyian jemaat, yaitu membantu jemaat menyanyikan lagu-lagu yang sulit, dan membawa semangat kepada jemaat, serta menyanyi bergiliran dengan jemaat, misalnya satu bait dinyanyikan oleh paduan suara, satu bait dinyanyikan oleh jemaat, kemudian bersama-sama. Nyanyian yang dinyanyikan sendiri, menurut Abineno, hanya boleh diperdengarkan sebelum kebaktian dimulai dan sesudah berkat.
      Paduan suara adalah tangan kanan pendeta atau pelayan firman, yang harus menunjukkan kemuliaan Surga. Pujian yang dinaikkan oleh paduan suara haruslah merupakan pujian di dalam Roh dan Kebenaran, dan paduan suara harus mendukung jemaat untuk dapat melakukan hal yang sama.
      GKPS disebut juga sebagai Gereja yang bernyanyi. Hal ini terbukti bahwa hampir di setiap pelaksanaan ibadah selalu ada paduan suara atau koor. Paduan suara ini berfungsi sebagai sarana umat untuk memuji Allah dan sekaligus sebagai khotbah yang disuarakan kepada warga jemaat melalui nyanyian. Melalui paduan suara ini diungkapkan pujian, pemujaan kepada Allah yang mempunyai peran ganda yaitu secara horizontal dan vertikal. Dikatakan horizontal karena isi nyanyian paduan suara itu adalah peneguhan, penguatan, penghiburan, pengharapan. Vertikal karena ditujukan untuk memuji Allah, membersaksikan segala karya Allah dalam kehidupan (Kel.15, Maz.105, 1Taw.16, Why.15).

      Hapus
  3. Nama : Anggianita Br Sembiring
    NIM : 12.01.903
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji :Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
    Perumus :Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
    Melalui pembahasan sajian pertama setelah UTS ini, saya semakin mengerti tentang perbedaan unsur-unsur liturgika yang ada di gereja Protestan yakni mengenai Votum, salam dan introitus, terkhusus nya seperti yang saya lihat pada liturgi yang ada di GBKP.Yang dimana arti dari liturgi adalah ibadah, baik berbentuk seremonial maupun praksis. Ibadah yang sejati tidak terbatas pada perayaan di Gereja melalui selebrasi, me-lainkan terwujud di dalam sikap hidup orang percaya di dunia sehari-hari melalui aksi. Aksi ibadah meliputi pelayanan, tindakan, tingkah laku, hidup keagamaan, spiritualitas, praksis hidup, cara berpikir, pola pikir, menanggapi, dan sebagainya. Paulus menegas-kan pengertian ibadah sebagai berikut: Ibadah yang sejati (logike latreia) ialah mem-persembahkan tubuhmu (soma) sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Rm 12:1). Menurut Paulus, inti ibadah Kristen adalah mem-persembahkan hidup kepada Tuhan. Tanpa dasar ini, ibadah dalam bentuk apa pun tidak bernilai. Ibadah menjadi hambar jika ia terbatas hanya pada perayaan.
    Banyak tata kebaktian dari gereja-gereja Indonesia memulai dengan Votum dan salam. Kebiasaan ini diambil alih dari gereja-gereja Neiderland. Votum bukanlah doa, melainkan suatu keterangan hikmat. Kata Votum berasal dari bahasa Latin yang artinya “Tahbisan” dengan kata lain mensyahkan. Melalui Tahbisan diyakini “kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya” (bd.Matius 18:20). Oleh karena itu Votum diucapkan pada permulaan kebaktian.
    Kalau Votum bukanlah doa begitu juga dengan Salam bukan berkat. Karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Bentuk salam yng paling sederhana yang pipakai oleh gereja lama “Tuhan menyertai kamu” dijawab oleh jemaat dengan “Dan menyertai rohmu”. Bentuk ini biasa juga diganti dengan salam rasuli seperti yang dipakai oleh GBKP “Damai sejahtera dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus dan dari Roh Kudus adalah kiranya beserta saudara-saudara sekalian” (bd. Rom. 1:7; 2 Tim.1:2, 2 Kor.13:13). Melalui Salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya. dalam GBKP khususnya Jemaat menyambut dengan nyanyian “Amin 3x. Artinya jemaat pun menyakini, membenarkan atau mengiakan bahwa Allah sungguh hadir di tengah-tengah jemaatNya. Amin artinya “Ia benar demikian” (bh. Karo: tuhu bage kal me).
    Kata Introitus juga berasal dari bahasa Latin yang berti masuk ke dalam. Di dalam liturgi-liturgi lama sampai pada perkembangan gereja-gereja reformsi, introitus dinyanyikan paduan suara dengan bersahut-sahutan atau tidak. Introitus yang dinyanyikan umumnya diambil dari Mazmur. Introitus dinyanyikan ketika yang membawa kebaktian memasuki ruangan kebaktian.
    Dalam perkembangan selanjutnya, introitus tidak lagi dinyanyikan. Introitus diambil dari ayat-ayt Alkitab yang disesuaikan dengan tahun gereja, khotbah dan Liturgi. Di dalam Liturgi GBKP, Introitus diucapkan setelah “salam” dan ayat Alkitab yang diambil di sesuaikan dengan thema Khotbah yakni berdasarkan bahan bacaan untuk khotbah/renungan.
    Dalam GBKP introitus disebut “nyanyian masuk” yang dinyanyikan jemaat sebelum Votum – Salam. Biasanya di nyanyikan dengan kata gloria (bnd. Lagu “Hormat Bagi Allah Bapa). Votum artinya dasar. Disini Votum berrtisatu pungkapan kepercayaan yang jadi landasan dlam kebaktian, dan Votumbukanlah doa. Kemudian masuk ke Salam, yang dimana salam dapat dikatakan sebagai sebuah “sapaan”. Dan Salam bukan doa atau berkat.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 31 Maret 2016
      Unsur Liturgi 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
      Penyaji : Desi P. Br Ginting, Desy R. Saragih, Fimanta Munthe, Irna B. Damanik, Naomi E. Br Tarigan
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela
      Pengakuan dosa adalah sebuah kesadaran dirikarena kita berjumpa dengan Allah yang maha kudus, yang sudah menciptakan kita segambar denga-Nya dengan tujuan khusus, sehingga kita harus mengakui dosa kita agar kita layak sebagai gambar dan rupa-Nya. Pengakuan dosa ini juga sebagai doa agar kita berserah kepada Tuhan melalui mohon ampun agar kita boleh kembali sebagai gambar Allah yang baik. Dalam GBKP pengakuan dosa bisa dilakukan dengan cara responsoria ataupun dinyanyikan. Pengakun dosadimulai dengan kondisi yang membawa kita kedalam kesadaran bahwa kita orang yang terbatas, berdosa, kurang sungguh-sungguh. Pengkondisian ini dalam GBKP bisa dilakukan dengan metode seperti dalam bentuk bacaan/ narasi atau refleksi.
      Semua manusia sesungguhnya adalah orang-orang yang berdosa. Itu sebabnya pengakuan dosa diberikan waktu kepada jemaat untuk merenungkan kenyataan-kenyataan dosa-dosa pribadi, dengan cara merenungkan dan menyesali semua dosa yang telah dilakukan. Melalui peminpin liturgi jemaat menyatakan penyesalannya dengan pengakuan dosa secara pribadi maupun secara persekutuan sebagai orang percaya. Setelah pengakuan dosa secara moncolok (pemimpin liturgi mewakili jemaat keseluruhan), sebagai tanda bahwa sungguh-sungguh menyesali dosa dan bertekad membaharui hidupnya sesuai dengan Firman Tuhan, jemaat menyampaikan itu melalui nyanyian. Karena itu nyanyian yang dipilih sehubungan dengan pengakuan dosa dan tekad hidup baru. Selanjutnya ialah Pemberitaan anugerah, disini pembawa Liturgi atas nama Allah menyampaikan berita anugrah yakni pengampunan dosa kepada jemat yang sungguh-sungguh menyesal akan dosanya dan bertekad menjaukan diri dari dosa, yaitu dengan nyayian, penekanan nyanyian ini adalah ucapan syukur karena jemaat telah menerima pengampunan dosa dari Tuhan Allah. Dan sekarang sudah siap untuk mendengar pemberitaan Firman Allah, hukum diletakkan setelah khotbah, yang dimana dibackan ialah dasa firman (Kel 20:1-17), dan hukum ini memberikan arti yang legitim yang dimana kepada dasafirman inilah bagi imat Kristen, dan pembacaan hukum ini akhirnya disambut oleh jemaat dengan puji-pujian.

      Hapus
    2. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 7 April 2016
      Unsur Liturgi 3 : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi

      Perumus : Longbet F. Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring
      Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar dari manusia', karena 'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak 'mengindahkan' setiap doa(Yes 1:15; 29:13). Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.
      Doa yang akan dibahas saat ini adalah Doa untuk pembacaan Firman (Epiklese). Doa ini khusus untuk memohonkan Kuasa Roh Kudus bekerja ditengah-tengah jemaat, menguasai dan memampukan jemaat memahami dan melakukan Firman yang akan didingarkan (doa ini menurut van der Leeuw hendaknya pendek, tegas dan mesra). Doa untuk pembacaan Firman (Epiklese) diatakan juga sebagai permohonan, harapan, dan pujian kepada Tuhan.
      Pembacaan Firman dan khotbah/renungan. Melalui pembacaan Firman dan Khotbah Allah berbicara kepada jemaat. Di dalam Firman ada pengajaran, nasehat, pembangunan, kecaman dan penghiburan. Dan sikap jemaat mendengar pembacaan Firman dan Khotbah haruslah seperti sikap Samuel, sikap seorang hamba (1 Sam 3:10).
      Pembacaan Firman ini dilakukan setelah pembacaan firman yang pertama, boleh juga dikatakn epistele, yang kemudian dilanjutkan dengan khotbah, dan keduanya boleh dikatakan mepunyai hubungan yang erat. Dalam tradisi Gereja tidak seharusnya atau boleh dikatakn tidak layak jikalau diantar pembancaan epitele dan pembacaan Firman dilakukan seperti koor, vocal group, deklamasi, dan sebagainya. Namun beberapa pengalaman yang saya lihat belakangan ini, bahwasannya banyak terjadi seperti koor, vocal group, deklamasi, dan sebagainya diantar pembacaan epistel dengan khotbah. Padhal idealnya, tidak perlu ada unsur tambahan diantara pembacaan epistel dengan khotbah. Kotbah merupakan penjelasan Firman Tuhan, jadi bahasanya harus merakyat, ilmiah tapi sederhana, menyentuh pengalaman kehidupan, pengalaman emosional, dengan tujuan membawa perubahan bagi pendengar. Khitbah juga bagian terpenting dalam ibadaha, yang dimana berfungsi sebagai percakapan untuk memperkuat iman, dan sebagai tujuan kepercayaan pendengar untuk percaya kepada Tuhan.

      Hapus
    3. Pengakuan Iman adalah bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia. Pengakuan iman juga mengandung janji eskhatologis yaitu kasih setia Tuhan yang tetap nyata di dalam hidup umat/gereja.Pengakuan Iman dilkakukan setelah mendengar Firman Tuhan, jemat dengan sikap berdiri yang menunjukkan kesungguh-sungguhan membaharui iman dan pengharapannya dengan mengucapkan rumusan pengakuan iman secara bersama-sama.
      Dalam GBKP Pengakun kiniteken (Pengakuan Iman) pada dasarna adalah pengakuan kepercayaan orang Kristen kepada Tuhan. Beberapa sittuasi sejarah yang pernah mempengaruhi dasar pengakuan iman dalam kebaktian atau ibadah. PengakunIman awalnya dipakai untuk melawan ajaran “gnostik” yang menyangkal “ketritunggalan Tuhan”. Dalam Gereja kuno, pengakuan iman disebut juga Kredo. Kredo ini adalah rumusan ajaran dasar Gereja perdana, yang dibuat berdasarkan amanat agung Yesus untuk menjadikan segala bangsa muridnya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:18-20). Karena itu, dari kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah Tritunggal dan Allah sang Pencipta. Pada saat itu gereja-gereja kuno memulai pengakuan iman dengan kata Yesus adalah Tuhan (bdn. Shadat). Pada saat itu, kaisar mengganggap dirinya adalah tuhan. Jadi siapa yang tidak menyembah kaisar maka akan dihukum mati. Oleh karena itu, pengakuan iman dijadikan sebuah Shadat yang mempertaruhkan nyawa. Bukan saja hanya sebagai perlawanan kepada gnostik.Dalam beberapa denominasi, tempat pengakuan iman berbeda-beda, dan tergantung konsep teologianya berdasarkan unsur-unsur liturgi. Dalam pengkuan Iman, sikab jemaat seharusnya berdiri tegak sebagaimana memproklamirkan keparcayaannya bukan berdoa. Umumnya pengakuan iman diucapkan sesudah khotbh, tetapi kadang-kadang juga sesudah pembacaan Alkitab atau sebelum doa syafaat. Namun fungsinya sama yakni: Pertama, sebagai rngkuman dari Firman yang dibacakan, dan kedua, sebagai jawaban jemaat atas Firman yang diberitakan.

      Hapus
    4. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 12 April 2016
      Unsur Liturgi 3 : Doa Syafaat
      Penyaji : Longbet Finaldo Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Br. Sembiring
      Pembahas : Edy Kerisman Tarigan, Hafdon Tuah Purba, Septy Mega Silvia Purba, Wenty Karolina Surbakti
      Doa Syafaat
      Doa syafaat adalah sebuah doa komunal yang dimana daam doa syafaat kita mendoakan semua orang di sekitar kita. Pada awalnya doa yafaat itu diperuntukan untuk mendoakan orang yang sedang menderita yang membutuhkan perlinungan dari Tuhan. Namun, dengan berjalannya waktu doa syafaat ini semakin berkembang. Yang dimaksud doa syafaat ialah doa umum atau doa pastoral. Isi dari pada doa syafaat adalah disamping isi dari warta jemaat, juga untuk gereja, pemerintah, untuk orang-orang yang hidup dalam kesusahan, untuk pekerjaan, dll.
      Dalam GBKP khusunya Doa Syafaat dalam tradisi gereja, syafaat juga dikatakn sebagai doa untuk mendoakan orang lain atau bisa juga dikatakan sebagai doa meminta pertolongan Tuhan untuk orang lain. Doa untuk kepeluan pribadi ditempatkan dalam bagian yang lain yaitu diikuti dengan nyanyian Kyrie, yaitu Tuhan kelengilah. Namun dalam prakteknya syafaat juga sering dipakai untuk mendoakan diri sendiri.
      Jenis doa ini bermacam-macam dalam liturgi, ada yang menempatkannya sebelum pembacaan firman pertama, ada juga sebelum khotbah, namun dalam Gereja GBKP, doa syafaat ini dilakukan setelah kolekte atau persembahan berjalan. Hal ini dilakukan GBKP Karena fungsi dari syafaat itu sendiri yaitu mendoakan orang lain, itu sebabnya GBKP membuatnya setelah khotbah dengan alasan stelah mendengarkan khotbah akan ada pembaharuan iman dari Firman Tuhan yang telah didengarkan sehingga Tuhanlah sebagai penolong kita untuk berfikir yang yang baik dan juga untuk mendoakan orang lain begitu juga diri sendiri. Dalam radisi gereja, Doa Bapa kami juga termasuk dalam doa syafaat, oleh karena itu ada beberap Gereja menempatkan Doa Bapa Kami sebelum khotbah, ada juga sesudah khotbah, dan juga setelah khotbah, namun tidak sebagai doa penutup dalam kebaktian.

      Hapus
    5. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Unsur Liturgi 3 : Pemberian Jemaat
      Penyaji : Anggianita Sembiring, Jefri Hamonangan Damanik, Rocky Sembiring, Rosalina Simanullang
      Pembahas : Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
      Pemberian Jemaat
      Pemberian jemaat ialah sebagai tanda ungkapan terimakasih atau syukur atas perbuatan dan kasih karunia Tuhan. Bentukna cukup bervariasi; ada dalam bentuk uang, hasil ladang, dan sebagainya. Keadaan persembahen ini cukup bervariasi ada yang dijalankan sebelum khotbah, ada juga setelah khotbah. Nats penghantar sebelum persembahan dijalankan berebentuk bimbingan dan ajakan kepada jemaat agar jemaat memberikan dengan pengertian yang baik memberi dengan sukacita. Dalam Alkitab bimbingan sebelum persembahan ini disesuaikan dengan pendapatan atau ekonomi jemaat. Oleh karena itu, bisa saja dicari teks Alkitab yang tepat dan juga bisa dimodifikasi bahasanya dengan baik menurut pengertin inti teks (umpamana 2 Korintus 9 : 7; Tawarikh 29: 14; Kisah Rasul 20: 35; Ibrani 13: 15 – 16; Mazmur 96: 8; dst).
      Memberi persembahan telah merupakan kelaziman dalam kehidupan bergereja maupun lembaga Kristen. Gereja dengan segala kegiatannya membutuhkan pembiayaan. Dan sumber pembiayaan tersebut adalah bersumber dari partisipasi jemaat yaitu melalui persembahan jemaat, artinya gereja bertumbuh dan berkembang tidak terlepas dari kesediaan jemaat itu sendiri. Dengan demikian kita pahami bahwa kita telah menjadikan diri kita sebagai teman sekerja Allah, karena kita telah ikut dalam pelayanan Tuhan (Mat. 25:40). Dalam memberi persembahan suatu hal karena kita pahami adalah bahwa kita bukan memberi kepada manusia melainkan kepada Tuhan. Meskipun yang tampak oleh mata kita adalah memberi untuk kepentingan Gereja atau pelayanan kepada sesama.
      Dalam kehidupan manusia memberi adalah suatu sikap yang terpuji dan selalu mendapat pujian dari orang lain. Banyak sekali orang didunia ini memberi dengan tujuan masing-masing atau dengan motivasi masing-masing, di suatu sisi ia hendak dipuji dan disisi lain ia memang memberi dengan ikhlas atau sukarela. Terkait dengan hal ini dalam hal ajaran Kriten memberi adalah merupakan sebagai suatu tanda ucapan syukur atas apa yang telah diterimanya di dalam hidupnya, atas berkat-Nya yang berkelimpahan yang telah diberikan Allah kepadanya. Bukti dari orang beriman didalam ajaran Kristen ialah ketika hidup mereka hidup didalam memberi. Hidup orang Kristen adalah hidup untuk memberi (Life is For Giving) Luk. 6:3-36, bnd. Mark. 10:17-22; 12:44)

      Hapus
    6. Nama : Anggianita Br Sembiring
      NIM : 12.01.903
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Unsur Liturgi 3 : Pemberian Jemaat
      Penyaji : Edy Kerisman Tarigan
      Hafdon Tuah Purba
      Septy Mega Silvia Purba
      Wenty Karolina Surbakti
      Pembahas : Desi Permata Sari Br Ginting
      Desy Ristiana Saragih
      Fimanta Munthe
      Irna Bestania Damanik
      Naomi Eliana Br Tarigan
      NYANYIAN dan PADUAN SUARA
      Nyanyian Jemaat
      Nyanyian jemaat merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam ibadah jemaat. Jika nyanyian jemaat dapat dilagukan dengan baik dan benar, penuh semangat, maka dengan sendiri ibadah kita akan lebih hidup dan berarti. Ingatlah bahwa seringkali kita lebih mengingat musik yang dinyanyikan di dalam satu ibadah, dibandingkan dengan hal-hal lain.
      Ada banyak hal yang harus diperhatikan di dalam pelayanan kita sebagai kantoria. Yang terpenting adalah persiapan kita untuk menyanyikan lagu-lagu jemaat haruslah matang. Jangan sampai kita tidak tahu pasti bagaimana cara menyanyikan lagu-lagu tersebut. Hingga jemaat tidaklah terganggu ketika beribadah, dengan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
      Nyanyian jemaat ditempatken dan di pilih menurut unsur dan struktur liturgi. Fungsinya untuk memperkuat setiap unsur liturgi. Dalam beberapa kejadian nyanyian lebih efektif menyentuh pengertian dan perasaan dari pada bacaan.
      Secara umum ada 3 kategori nyanyian, yaitu: Mazmur, Hymne, Nyanyian rohani. Fungsinya dalam struktur liturgi ialah; penyembahan / pengagungan, puji-pujian bagi Tuhan, pengakuan dosa / penyesalen, ucapan syukur atas pengampunan, tekad, kesaksin, pengajarn, doa, dsb.
      Agar nyanyian bisa menjadi saran ekspresi hati jemaat, oleh karena itu perlu ada wadah untuk ngelatij jemaat agar bisa bernyanyi dengan hati karena nyanyian atau pujian yang baik datang dari pada totalitas diri kita sendiri.
      Paduan Suara Gereja
      Paduan suara berfungsi untuk memandu, membantu jemaat dalam mengungkapkan perasaannya dengan baik, sehingga jiwa lagu muncul dengan baik. Umumnya lagu-lagu produk Eropah memiliki kekuatan / jiwa lagu dalam kombinasi kata dan harmony. Oleh karena tidak semua jemaat dapat bernyanyi dalam bentuk harmony, maka fungsi Paduan suara ialah memunculkan jiwa setiap lagu dengan memberikan harmonisasi yang baik. Fungsinya agak mirip dengan fungsi organis.
      Hal yang juga harus diperhatikan adalah fungsi paduan suara di dalam ibadah adalah sebagai salah satu unsur ibadah. Tidak ada unsur pertunjukan sama sekali jika paduan suara tersebut berfungsi di dalam ibadah. Karena lagu yang dinyanyikan adalah satu kesatuan dalam keseluruhan ibadah dan bukan merupakan konser. Itu sebabnya, jika kita ingin menyampaikan apresiasi kita kepada paduan suara tersebut karena telah menyentuh hati kita, sebaiknya ucapan terima kasih dan pujian tersebut disampaikan setelah ibadah selesai melalui kata-kata yang tulus dan bukan dengan tepukan tangan di tengah ibadah.
      Ingatlah, hanya TUHANlah yang menjadi pusat perhatian kita di dalam ibadah. Kita beribadah di hadapan Tuhan, kepada Tuhan, untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Hanya DIA-lah yang layak menjadi pusat perhatian.
      Bukan berarti kita tidak boleh menghargai paduan suara yang menyanyi tetapi kita harus dapat membedakan dan menempatkan diri, sebagai apa fungsi paduan suara tersebut pada saat itu. Jika kita sedang berada di malam pentas seni, tentu sudah selayaknya kita menunjukkan apresiasi kita melalui tepuk tangan kita namun di dalam ibadah, pusat perhatian kita hanyalah untuk Tuhan kita.
      Paduan suara yang bertugas juga bukan sekedar mempertunjukkan kemampuan paduan suara tersebut. Namun benar-benar menunjang jemaat dalam menyanyikan nyanyian jemaat. Itulah fungsi utama paduan suara di dalam ibadah kita. Jika ada lagu baru yang belum dikenal, paduan suara dapat mengajak jemaat untuk menyanyikan lagu baru tersebut.

      Hapus
  4. Kelas Liturgika 17 Maret 201

    Unsur Liturgi: Votum, Salam, dan Introitus dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab

    Votum, berarti “dasar” atau “dalam nama”.
    Yang memateraikan/menahbiskan setiap ibadah ialah jika ibadah itu dimulai di dalam nama atau demi nama Allah Tritunggal : “Demi nama Allah Bapa, dan Nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus, khalik langit dan bumi, Amin!” Ini adalah suatu pernyataan atau ungkapan iman Kristen yang mendasari ibadah atau sebagai pernyataan akan dasar ibadah. Karena itu, hal ini harus dinyatakan seluruh peserta ibadah dengan penuh khidmad, sekalipun yang menyampaikan adalah Liturgos atau pemimpin ibadah. Pada saat ini liturgos adalah “alat atau mulut” yang dipakai Allah menyapah umatNya dengan “menaruh perkataan-perkataanNya” di mulut sang liturgos tsb. (bnd. Yeremia 1:9).

    Introitus, yang berarti jalan masuk.
    Introitus adalah jalan masuk bagi jemaat untuk memasuki ibadah yang telah ditahbiskankan dalam nama Allah Tritunggal sebagai dasar konstruksi ibadah yang telah dinyatakan melalui Votum. Karena Introitus adalah jalan masuk ke dalam satu persekutuan kudus dengan Tuhan Yesus, maka yang membuka jalan hanyalah Dia, yang kepadaNya kita hendak bersekutu. Itulah sebabnya, Introitus selalu diambil atau didasarkan pada Firman Tuhan. Karena sesungguhnya, Tuhan Yesus sendiri-lah yang membuka jalan masuk bagi jemaatNya dalam setiap ibadah.
    Dalam sejarah terbentuknya tahun gerejawi, terlihatlah bahwa ayat-ayat introitus ini biasanya diambil dari bahasa latin, dan untuk memudahkan mengingatnya, maka setiap kata pertama dari ayat itu, dibuat menjadi nama dari hari minggu itu.
    Sebagai rasa sukacita jemaat atas kemurahan Tuhan yang telah memenerimanya masuk ke dalam persekutuan, maka setelah pembacaan Introitus, jemaat menyambut dengan menyanyikan “Haleluya, Haleluya, Haleluya”. (bahasa Ibrani, berarti : Pujilah Tuhan). Nyanyian haleluya ini menumbuhkan sikap memuji Tuhan dari segenap hati, yang tidak akan pernah berkesudahan.

    Doa Introitus.
    Doa Introitus, pada hakikatnya adalah doa pembukaan untuk memasuki ibadah. Isi doa juga lazimnya selaras dengan Introitus, dengan maksud untuk lebih memberi makna “berhadapan dengan Tuhan” kepada setiap jemaat yang hadir sebagai “orang-orang kudus” dalam persekutuan ibadah itu.
    Dengan selesainya doa introitus ini berarti jemaat yang hadir beribadah sudah “benar-benar” memasuki Kerajaan Allah dan “berhadapan” dengan Allah yang diyakini “benar-benar hadir” dalam ibadah.
    Berhadapan dengan Allah bukan secara fisik saja, tetapi terutama secara roh. Roh kitalah -- yang terus menerus diperbaharui agar semakin kudus – berhadapan dengan Allah Roh Kudus (bnd. Kolose 3:10).
    Oleh karena itu ketika liturgi sampai pada Votum,Introitus dan Doa, sepatutnya semua peserta ibadah /kebaktian berada pada sikap “diam dengan hormat” menundukkan diri seutuhnya (tubuh serta jiwa) di hadirat Allah. Yang “diam” adalah tubuh, yang “hormat” adalah jiwa. Tidak ada yang sedang berjalan mencari tempat duduk, berbisik-bisik atau hal-hal lain; seperti mengantuk !
    Selanjutnya Liturgis yang membacakan doa inipun harus memperhatikan pembacaan doa ini secara tepat. Karena doa ini adalah doa bersama, maka hendaklah Listurgist membacanya dengan seksama, dengan tempo yang tepat, jangan terlalu cepat sehingga sulit dihayati oleh jemaat atau terlampau lambat. Pembacaan doa ini ini tidak seperti membacakan laporan atau pengumuman. Naik turunnya suara/penekanan pada perkataan tertetnu perlu dipahami dengan baik, supaya doa itu tidak dibaca datar atau terus-menerus dengan suara yang lembut atau keras, dan jangan pula dalam membaca doa itu suaranya tidak suara bersandiawara atau yang dibuat-buat tetapi hendaklah suara liturgist betul-betul berasal dari penghayatan yang sungguh-sungguh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelas Liturgika Pengganti "Sabtu, 02 April 2016 "

      Kelompok II
      " Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "

      PENGAKUAN DOSA DAN JANJI TUHAN
      Dalam hal Jemaat mendengar dan menerima serta untuk mengamalkan Firman Tuhan yang baru diaminkan, maka Jemaat merasa disadarkan akan keberdosaanya. Jika kita menyadari secara benar bahwa kemanusiaan kita adalah serakah, munafik dan suka menipu, tetapi apabila hal ini menyatakan itu kepada hadirin saat Ibadah, sudah barang tentu hadirin langsung akan merasa tersinggung dan marah-marah, kurang merasa senang dengan tuduhan itu. Karena itu maka GKPI melalui keputusan Sinode Am-nya tahun 1989 memberi kesempatan kepada setiap warga berdoa dalam hati dengan maksud agar pada kesempatan itulah Pribadi lepas Pribadi dengan Jujur mengaku dan berdoa memohon pengampunan Dosa yang dilakukannya. Liturgis tentu saja tidak mengetahui dosa setiap jemaat, karena itu jemaatlah yang harus mengakuinya kepada Tuhan seperti ada tertulis dalam Mazmur 32:5 “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata:”Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku”.

      Hapus
    2. Lanjutan Analisa Kelas Liturgika Pengganti "Sabtu, 02 April 2016 "

      Kelompok II
      " Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "

      DOA PENGAMPUNAN DOSA
      Anggota Jemaat menyadari dan mengenal siapa dia sebenarnya di hadapan Tuhan, sebagai orang berdosa. Maka dengan adanya hal seperti itu, selayaknyalah meminta pengampunan dosa dari Tuhan. Pengertian berdosa sudah begitu lumrah dan kata dosa dipakai secara enteng sekali. Kalimat “ Tuhan ampunilah dosa kami”, kita ucapkan dengan sangat ringan dan datar, dan dosa dipersempit artinya menjadi kesalahan atau pelanggaran.

      Hadirin atau Jemaat tidak akan marah dan tidak ada merasa keberatan jika pemimpin Liturgis berkata kita adalah orang berdosa dalam PENGAKUAN sesungguhnya. Dosa bukanlah berbentuk pelanggaran atau kesalahan, mari kita baca pengakuan Petrus dalam Lukas 5 :1-11. apa yang mengakibatkan Petrus sehingga ia berseru dalam ayat 8 itu: “Tuhan pergilah daripadaku karena aku ini orang berdosa! Jelas hal itu ia katakan bukan ketika ia membuat kesalahan atau pelanggaran, melainkan ketika ia merasa takjub(ay.9) atas kebaikan dan keagungan Tuhan. Petrus menyadari kualitas dirinya begitu berbeda dari Tuhan, sehingga ia merasa tidak layak berada di hadapan Tuhan.

      Bagi orang yang sudah menerima FirmanNya akan menyadari bahwa dia sudah terjerat dan ketahuan di hadapan Tuhan akan keberadaannya, maka dengan sendirinya akan memohon dengan kesungguhan hati seraya rendah hati untuk diampuni oleh Tuhan.
      Pada Gereja purba dan hingga sampai saat ini adalah sama, sepikul seperasaan dan sehati berseru : Kyrie Eleison, Christy Eleison. Kyrie Eleison yang berasal dari bahasa Yunani dipergunakan dari sejak Gereja mula-mula (Jemaat Rasul-rasul) hingga saat ini. Kasihanilah kami ya Tuhan, atau Tuhan’ Kasihanilah kami.
      Melalui ungkapan itu bahwa sebenarnya hubungan manusia itu sudah terputus, tidak tersambung lagi sebagaimana layaknya seperti lampu yang mati karena sakelarnya belum tersambung, maka perlu ada pertolongan untuk menyambung kembali sehingga boleh menyala. Dan hanya Dia yang dapat melakukan dan mengerjakan pekerjaan itu (yang mengetahui). Karena itu sebelum meneruskan ibadah, kita berdoa mengakui ketidaklayakan kita dan memohon agar hubungan vertikal serta horizontal yang rusak itu dipulihkan kembali. Tuhan menanggapi pengakuan dan permohonan tadi karena hanya Dia lah yang benar dan dapat mengampuni/menghapuskan dosa : maka Tuhan menjawabnya serta memberikan anugerah yang rumusannya berupa “janji” dibarengi penghiburan bukan memberikan pengampunan tetapi memberitakan pengampunan, bukan dalam bentuk harapan, melainkan dalam bentuk kenyataan yang sudah terlaksana oleh Allah atau dalam Kristus. Dan oleh pemberitaan pengampunan itu, maka Jemaat dipenuhi oleh sukacita, lalu terdengarlah pujian atau keagungan bagi Tuhan yang diucapkan oleh Liturgis : “Segala kemuliaan di tempat yang maha tinggi” dan hadirin dengan spontanitas mengaminkannya (sikap Jemaat dalam hal tersebut adalah berdiri.

      Hapus
    3. Lanjutan Analisa Kelas Liturgika Pengganti "Sabtu, 02 April 2016 "

      Kelompok II
      " Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "

      Pengertian Hukum Tuhan atau Petunjuk Hidup Baru
      Setelah kita mengaku segala dosa dan kejahatan kita dan memohon pengampunan kepada Allah maka Dia-pun memberi pengampunan dan keselamatan umatNya. Keselamatan itu tidak otomatis akan kita miliki selamanya, bisa saja hilang oleh pelanggaran-pelanggaran kita kemudian. Karena itu Keselamatan itu harus dijaga dan dipelihara serta “dikerjakan” selagi kita masih hidup di dunia (baca: Filipi 2:12). Tuhan itu Mahabaik dan Mahakasih. Dia tidak membiarkan umatNya berjalan sendiri dalam menjaga, memelihara dan mengerjakan keselamatan itu. Dengan penuh kasih dan kesetiaan Dia memberi HUKUM TUHAN atau pun FIRMANNYA sebagai PETUNJUK HIDUP BARU kepada kita. Sesuai Agenda GKPI, Petunjuk Hidup Baru ini, diambil dari kesepuluh Hukum Tuhan dan penjelasannya sampai pada kesimpulannya atau dari Firman Tuhan sebagai pengganti Hukum TUHAN.

      Hapus
    4. Lanjutan Analisa Kelas Liturgika Pengganti "Sabtu, 02 April 2016 "

      Kelompok II
      " Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "

      Petunjuk
      Adalah sesuatu yang mengarahkan setiap orang untuk berjalan dan melakukan segala sesuatu di dalam kehidupan sehingga dia tidak terjatuh atau tersesat. Dalam satu percakapan Thomas dengan Tuhan Yesus, Thomas bertanya; “Tuhan, kami tidak tahu kemana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Yesus menjawab; “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.( Yoh. 14: 5-6). Barang siapa mengaku dan menerima bahwa hanya Yesus-lah jalan, kebenaran dan hidup, menjadikan Yesus sebagai “batu penjuru” yang mengarahkan hidupnya;“Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya tidak akan dipermalukan” (1 Ptrs 2: 6).

      Dengan demikian, “petunjuk” hidup baru yaitu Firman /Hukum Tuhan adalah “batu penjuru” sebagai “KOMPAS” yang mengarahkan jalan kehidupan kita. Benarlah bahwa “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”(Mazmur 119:105) yang membuat kita tidak lagi hanyut dalam kehidupan yang terikat oleh kehendak dunia (kronos), melainkan melangkah pasti dengan petunjuk FirmanNya melalui persekutuan denganNya dalam kehidupan “kairos” yaitu hidup yang BENAR dan KUDUS meski masih hidup di dunia yang bengkok hati (baca: Yos 1: 7 – 8).

      Hapus
    5. Lanjutan Analisa Kelas Liturgika Pengganti "Sabtu, 02 April 2016 "

      Kelompok II
      " Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "

      Hidup Baru
      Adalah kehidupan yang telah “diperbaharui” oleh TUHAN, dengan mengampuni dosa kita. Melalui kematian dan kebangkitan AnakNya Tuhan Yesus Kristus, kita telah diubahkan dari MANUSIA LAMA yang penuh kegelapan menjadi MANUSIA BARU yang hidup dalam terang Allah.”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5 : 17).

      Kehidupan lama kita, adalah kehidupan yang penuh noda kejahatan, kemaksiatan, kesombongan, keserakahan, kedengkian, dendam, perzinahan, percabulan, dursila, pertengkaran, perseteruan, ketegaran tengkuk dan lain-lain, yang membelenggu kita dalam kegelapannya (baca: Kolose 3:5-8). Tetapi karena begitu besar kasih Allah kepada kita, maka Dia mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (baca Yoh 3:16). Hanya karena kasih karunia Allah, maka hidup kita menjadi baru (ekleisia).

      Dalam kehidupan kita sebagai jemaat TUHAN; “persekutuan orang-orang kudus”, kekudusan itu belum sempurna. Karena itu selama kita hidup di dunia sesungguhnya berada dalam “proses : terus-menerus diperbahurui” agar sifat-sifat MANUSIA LAMA semakin terbuang berganti dengan sifat-sifat MANUSIA BARU (baca: Kolose 3: 5-10).

      Setiap ibadah Minggu, kita menerima HUKUM TUHAN atau FIRMAN TUHAN sebagai PETUNJUK HIDUP BARU, berarti dengan sadar kita MAU membuang sifat-sifat MANUSIA LAMA dan dengan penuh sadar pula MENGENAKAN sifat-sifat MANUSIA BARU. Jika kita benar-benar hidup sesuai petunjuk hidup baru yang diberikan Tuhan, maka dari Minggu ke Minggu, kehidupan kita harus lebih BENAR dan KUDUS. Artinya, harus ada perubahan; semakin beriman dan kudus!! Inilah buktinya kita sedang mengalami “PROSES: TERUS-MENERUS DIPERBAHARUI”.

      Proses diperbaharui ini hanya dan harus berlangsung dengan PERTOLONGAN ALLAH ROH KUDUS yang memberi KEKUATAN untuk menjalaninya. Kerena itu dalam setiap pembacaaan Petunjuk Hidup Baru, kita selalu diajak oleh liturgis untuk memohon kekuatan kepada Tuhan: “Ya Allah, Bapa kami, berilah kami KEKUATAN untuk melakukan yang sesuai dengan Hukum-hukumMu / FirmanMu, amin”.

      Hapus
    6. Makna Pemberian Anugerah
      Setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah Allah tentang pengampunan dosa yang diambil dari nas Alkitab, misalnya. Yes.54: 10, Yeh.33: 11a, Maz.103: 8,10,13, Yoh.3: 16). Sesuai dengan jabatan pelayan (sebagai imam) menyampaikan pengampunan dosa yang sudah nyata di dalam Yesus Kristus. Dia yang mendamaikan diriNya dengan dunia atau manusia berdosa dan jemaat menyambutnya dengan gloria: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha tinggi. Amin.”
      Sambutan jemaat ini sebagai pujian dan kemuliaan kepada Allah yang telah setia menepati janjiNya, (Keselamatan yang sudah nyata di dalam Kematian-Kebangkitan dan KenaikanNya).

      Salah satu isi berita anugerah setelah doa pengakuan dosa adalah:
      “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi Kasih setiaKu tidak akan beranjak dari padamu, dan perjanjian damaiKu tidak akan bergoyang, Firman Tuhan yang mengasihani engkau”(Yes.54:10). Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi.

      Setiap beribadah umat diingatkan sebagai orang berdosa yang menyesali dosanya dan tetap merindukan kasih karunia dan umat meminta pengampunan, anugerah Tuhan yang terlah nyata di dalam pengorbanan Yesus Kristus.
      Berita pengampunan yang disampaikan pelayan (sebagai imam) menjadi pendamaian dari Allah, penguatan, penghiburan, sukacita dan pengharapan bagi umat di tengah-tengah dunia ini (2Tes.2: 15,17). Berita pengampunan ini disusul dengan suatu pujian: Kemuliaan bagi Allah di tempat maha tinggi. (di beberapa Gereja jemaat menyanyikannya dengan lagu Gloria, dan menurut penulis itu lebih baik.)

      Hapus

    7. Kelas Liturgika " Kamis, 07 April 2016 "

      Kelompok I:
      Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Doa Pembacaan Alkitab dan Khotbah.
      Dalam ibadah Protestan, pembacaan Alkitab dan Renungan mendapat tempat yang sentral atau mendapat porsi waktu yang cukup lama dari unsure-unsur lainnya karena ibadah Protestan sentralnya adalah Firman Tuhan (Sola Skriptura). Dalam Bacaam Alkitab itulah tercermin bagaimana Tuhan bertemu dengan umat-Nya. Tetapi karena sabda Tuhan itu ditulis dalam budaya (Ibrani dan Yunani) maka perlu diberi penjelasan atau homilia sehingga jemaat mengerti Tuhan yang berbicara kepada-Nya. Atau Tuhan yang dijumpai di Ibadah Gereja. Supaya isi Alkitab yang dibacakan dapat dimengerti maka perlu berdoa mohon pencerahan Roh Kudus.

      Pembacaan Firman Tuhan (Epistel)
      Sebagai jemaat yang sudah diampuni dosa-dosanya maka jemaat harus menampakkan pembaharuan dalam seluruh aspek hidupnya. Pelayan pun membacakan Epistel (arti dasar: surat rasuli) sebagai petunjuk hidup baru bagi jemaat yang sudah diampuni dosanya. Pembacaan itu diakhiri dengan sebuah berkat bagi yang mau mendengar dan melakukan firman Tuhan.

      Pembacaan firman Tuhan sebagai Epistel dibacakan untuk menghantar jemaat kepada khotbah. Pembacaan firman Tuhan yang diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengikuti tradisi Gereja dari abad pertama. Pembacaan ini dikaitkan dengan nas khotbah supaya saling melengkapi. Fungsi pembacaan ini membawa jemaat ke dalam suatu hubungan yang hidup dengan firman Allah di dalamnya ada ajaran, penguatan, tuntunan hidup baru, pengharapan dan penghiburan.

      Khotbah mendapat tempat yang penting dalam ibadah, karena melalui khotbah warga jemaat terbangun dalam iman, mendapat peneguhan, penghiburan serta tuntunan hidup ke arah jalan yang dikehendaki Tuhan. Dalam pelaksanaannya di awali dengan doa permohonon tuntunan Roh kudus, pembacaan firman yang sudah ditentukan dan penyampaian khotbah dengan durasi waktu 25-30 menit. Pembacaan firman Tuhan yang sudah ditentukan selalu dihubungkan dengan isi khotbah. Khotbah selalu diarahkan untuk pertobatan, pembangunan rohani warga jemaat serta diupayakan untuk dapat menjawab pergumulan warga jemaat.
      Hubungan yang erat antara pembacaan Alkitab dan khotbah dapat dijumpai dalam Kis.13: 15 dyb. Di sana diceritakan tentang ibadah sinagoge di Anthiokia yang dikunjungi oleh Rasul Paulus dan Barnabas. Sesudah pembacaan Taurat dan Kitab Nabi-nabi, Khadim bertanya kepada mereka, apakah mereka mau mengatakan sesuatu.

      Kebiasaan ini diambil alih oleh Gereja lama. Dalam Apologia I (ps. 67) Justinus Martyr menulis tentang ibadah jemaat antara lain seperti berikut, “Pada hari Minggu semua orang Kristen yang diam di kota-kota dan di daerah-daerah pedalaman, berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenang-kenangan Rasul Paulus atau Kitab-kitab Nabi-nabi jika waktu mengizinkan. Kalau pembaca telah selesai, ketua mengajar dan memberikan nasihat-nasihat supaya kami mengikuti segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan itu”

      Pembacaan Alkitab mengikuti buku Almanak setiap aliran gereja. Ini memberi keuntungan bahwa tema khotbah selalu komprehensif. Pendeta tidak boleh hanya menyampaikan khotbah berdasarkan ayat-ayat kesukaannya. Pendeta tidak punya agenda pribadi, tetapi agenda Gereja. Menurut penulis penyusunan bahan khotbah berdasarkan Almanak ini memberi keuntungan jemaat mendapatkan kekayaan Alkitab (sebab bagaimanapun setiap pribadi pengkhotbah selalu memiliki keterbatasan termasuk memilih ayat).
      Pendeta menutup khotbahnya dengan doa. Isinya adalah respons jemaat terhadap khotbah, sekaligus permohonan agar Roh Kudus memampukan jemaat melaksanakan khotbah dalam hidup sehari-harinya.

      Hapus
    8. Maaf Pak, Kelas Liturgika Kamis, 07 April 2016 ini adalah pembahasan sajian kelompok III bukan kelompok I, maaf Pak saya salah ketik.

      Hapus
    9. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur : IV-A/Theologia

      Analisa Pembahasan Sajian Kelompok IV Selas, 12 April 2016 Tentang " Unsur Liturgi: Pengakuan Iman dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "

      Makna Pengakuan Iman:
      Pengakuan Iman atau “Credo” adalah pernyataan dan ikrar setiap orang percaya tentang kebenaran kepercayaan yang diimaninya. Masing-masing agama mempunyai pengakuan iman yang menyatakan siapa, dan bagaimana Tuhan yang dipercaya dan disembahnya. Gereja di sepanjang sejarah telah merumuskan beberapa pengakuan iman dan awalnya pengakuan iman Gereja singkat saja; “ Yesus Kristus adalah Kirye/Tuhan”, mirip dengan Thomas yang sangat sulit untuk percaya, tapi menjadi orang pertama menyatakan kepercayaannya kepada Yesus dengan mengatakan; ”Ya, Tuhanku dan Allahku” (Baca Yoh. 20: 24-29).

      Allah adalah Kasih. Untuk mewujudkan kasihNya, IA menciptakan Dunia dan Manusia. Manusia tidak taat dan berdosa, maka untuk menyelamatkan manusia berdosa, Ia menjadi Manusia (Manusia Allah/Theantropos) yaitu Yesus Kristus. Setelah keselamatan disampaikan maka Yesus meninggalkan kita dan kemudian hadir dalam wujud Roh Kudus untuk menolong orang percaya memelihara dan mengerjakan keselamatan itu. Inilah inti dari PENGAKUAN IMAN RASULI yang terbagi dalam tiga bagian besar dan memuat 12 pengakuan.

      GKPI mengikuti rumusan “Pengakuan Iman Rasuli” seperti tertera dalam “Katekismus Martin Luther”.
      Pertama, mengakui Allah sebagai Bapa yang menciptakan alam semesta serta segala isinya dan yang memelihara semuanya itu. Tuhan Allah Bapa adalah Tuhan yang ‘imanent” yaitu Tuhan yang tetap tinggal di dalam kita, tapi Ia juga adalah Tuhan yang “transenden” yaitu yang melampaui (beyond) alam dan melampaui segala sesuatu.

      Kedua, mengakui Allah sebagai Anak (Yesus Kristus) adalah Firman yang menjadi Manusia (Theantropos) datang ke dunia dan diam di antara kita (baca: Yoh. 1:14), yang telah mengorbankan diriNya dan menderita, mengalahkan maut untuk mendatangkan keselamatan jiwa kita.

      Ketiga, mengakui Allah sebagai Roh Kudus adalah Tuhan yang diam di dalam kita (Gereja/orang percaya). Ia yang menuntun hidup, termasuk hati, pikiran dan kehendakkita dan yang menjelaskan rencana Allah bagi kita, yakni keselamatan dan hidup yang kekal. Allah Roh Kudus, adalah “Penolong” bagi kita (baca Yoh. 14:16). Ia juga adalah “Penghibur” bagi kita (baca Yoh. 14: 26), sebagai “Guru” (baca Lukas 12:11-12) dan sebagai “Pemimpin” (baca Yoh. 16: 13).

      Makna dari pengakuan iman ini, adalah untuk “meng-iya-kan dan meng-amin-kan dengan iman” (iman yang melampaui akal, ilmuh pengetahuan dan logika) apa yang dikerjakanNya pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang didasarkan pada Alkitab yang berbicara tentang Allah : Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus.

      Pengakuan iman, di samping “ikrar” dari setiap orang percaya kepada Allah Tritunggal, juga merupakan intisari dari pengajaran Alkitab dan pengajaran Gereja. Dengan pengakuan iman terhadap Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, bukan berarti Allah itu ada tiga oknum. Tuhan itu tetap “esa” atau satu (baca Ul.6:4; Markus 12: 29 & 32; 1 Tim. 1: 17; 1 Tim. 2: 5).

      Itulah rahasia Allah yang terdalam dalam kehidupan kita orang-orang percaya. Karena demikian dalam dan tingginya rahasia Allah dalam menyatakan diriNya kepada kita, dan tidak seorang pun manusia dapat memahami secara sempurna, (baca Roma 11:33-35) itulah sebabnya dalam ibadah setiap Minggu selalu diajak untuk menyatakan atau berikrar tentang iman percaya (credo) dengan berdiri sambil menundukkan kepala di hadirat Allah Mahakudus.

      Hapus
    10. Nama : Tiar Mauli Sinambela
      Nim : 12.01.971
      Ting/Jur: IV-A/Theologia

      Analisa Sajian Kelompok 5 Pada Kamis 21 Aprilo 2016 Tentang " Unsur Liturgi: Doa Syafaat
      dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab "


      Doa Syafaat
      Syafaat berasal dari bahasa Ibrani Syofet berarti pengantara. Doa syafaat berarti doa umum oleh pengantara yang mendoakan missi gereja, warga jemaat, pemerintah dan orang-orang yang belum percaya (baca, I Timotius 2:1-2). Setiap orang percaya dapat menjadi pengantara doa yang menaikkan doa syafaat sesuai pokok-pokok doa yang ditentukan. Warga jemaat yang hadir harus sepakat mengaminkan di dalam hati masing-masing terhadap setiap pokok-pokok doa yang dinaikkan pengantara doa.

      Abraham adalah Pendoa Syafaat yang Mengagumkan
      Sebagai pendoa syafaat Abraham muncul dalam kitab Kejadian 18:22-33. Namun kita akan mempelajari mulai pada Kejadian pasal 12 saat pertama kali Abraham mendengar suara Tuhan lalu dia pergidari negerinya, sanak saudaranya, rumah dan harta bapaknya serta hanya mempunyai harta yang ada padanya. Kemudian karena menaati firmanNya, Tuhan memberkati Abraham dengan melimpah.

      Keponakannya yang bernama Lot juga ikut bersama-sama dengan Abraham dan Lot pun diberkati oleh Tuhan. Tetapi pada suatu saat di antara kedua orang tersebut muncul persoalan oleh karena harta mereka yang sangat banyak. Sperti juga kita yang kadang-kadang berpikir jika harta semakin banyak, maka karya Tuhan semakin baik. Tetapi kita harus ingat bahwa ada kemungkinan hasilnya lebih buruk daripada waktu yang lalu. Umat Allah yang ingin menjadi pendoa syafaat harus sadar dan bangun dari lamunan keduniawian bahwa harta menyelesaikan segala masalah: Harta dapat menjadi berhala.

      Kuasa Tuhan yang Maha Kudus dapat membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Walaupun keadaan pendoa syafaat lemah dan tidak lebih baik, dia harus mempercayai bahwa dia berkenan di hati Tuhan dan berdoa sesuai dengan pokok doa yang diinginkan Tuhan sehingga dia dapat dipakai dengan dahsyat. Walaupun demikian pada saat kedua orang tersebut berpisah, Abraham menyesali hal itu. Tetapi di dalam Alkitab tertulis bahwa persoalan tersebut tidak menjadi masalah untuk Abraham. Perlu diingat apa yang dilakukan oleh Abraham pada saat terjadi peperangan di Sodom dan Gomora. Setelah beberapa saat Lot pindah ke kota tersebut, Abraham pergi ke tempat peperangan itu untuk menyelamatkan Lot. Dari hal ini kita harus mengambil pelajaran mengenai hati Abraham yang menolong Lot. Apakah Anda bersukacita jika orang yang memfitnah dan mengecewakan Anda menderita kesusahan? Anda harus berdoa supaya perasaan seperti itu hilang karena seorang pendoa syafaat yang sungguh-sungguh harus mampu berdoa untuk memberkati orang yang telah menganiaya. Tuhan juga berfirman, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44). Tetapi untuk melakukan firman Tuhan ini tidaklah mudah. Hal tersebut jarang terjadi karena mengasihi musuh biasanya hanya dalam hati saja. Tetapi kalau firman ini dapat mengubahkan diri kita maka kita dapat mengasihi.

      Setelah Lot diselamatkan dalam peperangan, Tuhan berfirman akan memusnahkan semua tanah Sodom oleh karena dosa mereka. Sodom dan Gomora akan dimusnahkan karena Tuhan tidak menemukan sepuluh orang benar. Kita akan mengamati apa yang didoakan oleh Abraham untuk menyelamatkan Lot di hadapan Tuhan.

      Hapus
    11. Kamis, 12 Mei 2016

      Analisa Sajian Kelompok VI Tentang:
      " Unsur Liturgi: Pemberian Jemaat" dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab

      Pengajaran Alkitab mengenai “memberi” merupakan penyataan Allah sendiri. Karena Tuhan Allah telah “memberi” AnakNya yang Tunggal menjadi “korban persembahan penebus dosa” semua umat manusia. Oleh karena itu persembahan jemaat merupakan suatu kurban berdasarkan atas kurban Kristus.
      Alkitab mencatat, Kain dan Habel adalah manusia pertama kali memberi persembahan kepada Allah. Bahwa Tuhan Allah “menerima” persembahan Habel, dan “menolak” persembahan Kain (baca Kej. 4: 1-5) adalah peringatan bagi kita bahwa Allah tidak sembarangan menerimana persembahan. Dia Hanya menerima persembahan yang terbaik dan dipersembahkan dengan hati yang tulus ikhlas sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus sebagai sumber segala berkat (band. K.J. 289:8) Sebab siapakah kita sehingga dapat memberi kepada Tuhan? Persembahan yang kita berikan haruslah persembahan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya (seperti Habel), tidak secara asal-asalan saja (seperti Kain).
      Persembahan pada mulanya berupa innatura (hasil bumi dan ternak). Sejak abad ke-11 diganti dengan persembahan uang. Persembahan ini dipakai untuk biaya penyelenggaraan ibadah, kesejahteraan para pelayan penuh dan diakonia; pemeliharaan janda-janda miskin, yatim-piatu (baca , Imamat 14: 28-29).


      Hapus
    12. Kamis, 12 Mei 2016

      Analisa Sajian Kelompok VII Tentang :
      Unsur Liturgi: Nyanyian dan Paduan Suara
      dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab

      Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menuliskan tentang kerinduan Tuhan agar kiranya umat percaya memuji Tuhan dengan penuh kesungguhan dan kekudusan. Sebagai orang percaya kita harus mempersiapkan hidup kita dalam memuji Tuhan. Ini adalah sikap orang percaya. Ibadah ini berkaitan dengan himne (nyanyian) yang sebagai ungkapan atas rasa syukur atas tuntunan Allah di dalam ibadah. Ini tentu berkaitan dengan musik. Di dalam Mazmur ini ada ajakan untuk memuji Tuhan.
      Mazmur ini didaraskan/dinyanyikan di dalam ibadah. Alat-alat musik menopang nyanyian itu sendiri. Musik akan memuji Tuhan saat umat percaya bernyanyi dengan baik. Peranan musik (rohani) juga amat penting di dalam menenangkan hati, sebagaimana Daud memainkan kecapi di hadapan raja Saul.

      Makna Nyanyian Pujian.
      Ibadah selalu diawali dengan Nyanyian Pujian. Nyanyian pujian adalah suatu ungkapan pengagungan, penyembahan, pengudusan, pengharapan, pengakuan, penyesalan, penyerahan diri, doa serta keyakinan kepada Tuhan. “Pujilah Allah kita, hai kamu semua hambaNya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar…” –baca Wahyu 19:5-7—“Pujilah Tuhan hai jiwaku, pujilah namaNya yang kudus hai segenap batinku“ –Mazmur 103 : 1— kedua ayat inilah antara lain yang menjiwai setiap umat dalam menyanyikan pujian kepada Tuhan. Melalui nyanyian pujian, kita menyatakan keyakinan bahwa Tuhan Allah hadir untuk memimpin ibadah itu seperti termuat jelas dalam Kidung Jemaat No. 18 “Allah Hadir Bagi Kita”. Dalam setiap menyanyikan kidung pujian kepada Tuhan, haruslah dari dalam hati dan jiwa yang penuh sukacita dan dalam pemujian yang benar baik dan penuh hormat. Pemandu kidung dan Pemusik Gereja sangat diharapkan dapat memandu sidang jemaat agar selalu bernyanyi dengan benar dan baik dan penuh dengan nyala emosi penyembahan dan pemujian kepada Tuhan Yesus.
      Nyanyian-nyanyian dalam tata ibadah merupakan respon atau jawaban jemaat yang berisi ucapan syukur, permohonan, pengharapan serta pengakuan, dsb -- yang dinyanyikan -- terhadap Tuhan Allah yang berbicara kepada kita melalui pelayan liturgi dalam urutan-urutan tata ibadah.
      Selain itu makna teologis music liturgy dan nyanyian pujian dalam ibadah/kebaktian, adalah hubungan antara nyanyian dan pemberitaan firman. Untuk itu text nyanyian itu menjadi unsur yang sangat penting. Hal yang prinsip dalam pemberitaan Firman Allah melalui teks nyanyian terlihat dalam tiga hal: Pertama, isi text itu terutama merupakan garis vertical yang dari atas ke bawah. Umat membutuhkan Firman yang memberi hidup itu, dan itu datang dari pihak Allah. Kedua, serentak dengan itu, nyanyian itu juga merupakan garis vertical dari bawah ke atas, yaitu ucapan syukur serta pujian umat kepada Allah. Ketiga, jemaat melayani sesamanya melalui nyanyian itu.




      Hapus
  5. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
    Ting/Jur : IV-A/Theologia
    Tanggal : Kamis, 21 Maret 2016
    Sajian : Kelompok I
    Judul : Votum, Salam, dan Introitus

    Ayat Alkitab yang sering digunakan dalam Votum adalah: Mazmur 124:8 “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”. Ayat ini merujuk pada tindakan memanggil nama Tuhan, mengakui Dia sebagai sumber pertolongan. Sungguh luar biasa, karena anugerah Tuhan maka kita berada dalam perlindungan-Nya. Ia tidak mau milik-Nya rusak binasa. Pengalaman membuktikan bahwa ketika kita hidup dalam ancaman kebinasaan, kita tetap mengalami pertolongan tangan Tuhan tepat pada waktu-Nya. Sepanjang sejarah, manusia beriman tak henti-hentinya mengalami kemelut. Walaupun kita sadar akan keadaan ini, masih sering kita hanyut terbawa arus kemelut karena kecerobohan sendiri. Allah pemilik hidup ini, tak membiarkan buah tangan-Nya binasa begitu saja (Mazm 124:1). Pemazmur yakin akan peranan tangan Tuhan yang ajaib itu. Ia memuji Tuhan karena pertolongan yang ajaib itu berasal dari Tuhan, Pencipta langit dan bumi ( Mazm 124:6-8)."Pertolongan TUHAN". Penyataan "TUHAN" ingin menegaskan kedaulatan TUHAN sebagai Allah Israel yang telah mengikat perjanjian dengan umat-Nya Israel. Allah yang berdaulat bukan saja memberikan pertolongan tetapi menyatakan diri sebagai pemilik tunggal kehidupan umat-Nya. Totalitas keberadaan umat adalah dalam tangan-Nya, tidak dibiarkannya seorang pun atau kuasa mana pun merebut umat-Nya dari tangan-Nya. TUHAN menjamin keselamatan umat-Nya. Sehingga melalui Votum ini sebagai pernyataan atau ungkapan kepercayaan, dan votum dibacakan dengan hikmat. Votum tidak jadi menentukan hadir tidaknya Tuhan di dalam ibadah orang Kristen, tetapi satu cara gereja untuk memberi makna “sakral” dalam perjumpaan dengan Tuhan bagitupun sesama manusia.
    Sedangkan salam adalah bentuk “sapaan Tuhan Allah melalui Liturgis. Di dalam liturgi GBKP Votum dan salam di satukan. Dalam Roma 1:7 “Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus”
    Kata-kata kasih karunia dan damai sejahtera merupakan cara orang Kristen untuk saling menyapa di dalam surat (Rm 1:7; 1Kor 1:3; 2Kor 1:2; Gal 1:3; Ef 1:2; Flp 1:2; Kol 1:2; 1Tes 1:1; 2Tes 1:2; 1Tim 1:2; 2Tim 1:2,Tit 1:4, Flm 1:3; 1Ptr 1:2; 2Ptr 1:2; 2Yoh 1:3). Kasih karunia (charis) di sini dipergunakan dalam arti ungkapan salam secara Yunani, chairein. Damai sejahtera memiliki padanan Ibrani dan Aram, shalom, yang mengandung pengertian yang kompleks yaitu kemakmuran. kesehatan jasmaniah, dan keberhasilan. Tetapi salam kristiani ini menekankan apa yang telah dilakukan Allah di dalam hidup orang-orang percaya. Sekalipun demikian orang harus senantiasa ingat bahwa ini adalah sebuah bentuk salam-bukan acuan tersendiri untuk kasih karunia dan damai sejahtera. Frasa ini harus diterima secara keseluruhan: kiranya kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian. Maka dari ini salam sangat penting diucapkan. Jika tiba Introitus maka akan dilakukan pembacaan satu ayat Alkitab dengan dilanjutkan dengan lagu-lagu Pujian. Sebagai ungkapan hati dari jemaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
      NIM : 12.01.944
      Tanggal : Sabtu 2 April 2016
      Sajian : Kelompok II
      Judul : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan hukum
      Di dalam gereja Katolik abad pertengahan, Sakramen itu terdiri atas tiga bagian yaitu :
      1. penyesalan batin yang sungguh.
      2. pengakuan dosa dengan mulut dihadapan iman, yang memberi absolusi (kelepasan dari dosa) atas nama Tuhan; karena ia mendapat “kuasa” itu dari tangan Tuhan sendiri menurut Mat 16:19;
      3. Penebusan dosa dengan amal (penintensia). Dengan sakramen ini imam dapat memelihara dan menguasai jemaat dengan baik sekali. Bagi banyak orang memang besarlah harga pengakuan dosa itu, demikian pula pengampunan yang diberi oleh Gereja dan usaha mereka untuk beramal buat membuktikan penyesalannya.
      Jikalau kita menyebut amalan-amalan, perlu juga kita menguraikan penghapusan sikasa (Indulgensia), karena itulah yang sangat menjelaskan kesalehan secara Katolik Roma pada masa itu. Tambahan pula pertikaian tentang penghapusan siksa itulah asal-mulanya gerakan pembaharuan Gereja.
      Indulgensia itu timbul dari praktek pengampunan dosa. Sesudah pengakuan dosa dan pengampuanan dosa itu oleh absolusi yang diberi oleh iman, maka haruslah dibuktikan kesungguhannya penyeslan itu dengan menaklukkan diri kepada rupa-rupa hukuman atau usaha penintensia). Akan tetapi mungkin pula sebagian dari hukuman itu terhapus lagi, berdasarkan amalan-amalan istimewa yang telah dilaksanakan orang penintensia. Penghapusan demikian dinamai Indulgensia. Praktek Indulgensia Gereja Roma lebih meluas lagi, ketika penghapusan itu bukan saja boleh didapatkan berdasarkan amalan manusia, tetapi kemuadian dijual pula,bpleh dibeli dengan uang.
      Inilah yang menjadi salah satu melatar belakangi Reformasi, Martin Luther (1483-1546) dan Johannes Calvin (1509-1564) sebenarnya tidak bertujuan mengubah dan menciptakan liturgi Protestan yang tersendiri atau berbeda dengan liturgi Roma Katolik Abad-abad Pertengahan, walaupun mereka tidak ingin berteologi Gereja Roma. Pembaruan para Reformator adalah pembaruan teologi, walaupun kemudian mau tak mau berdampak pada pembaruan liturgi. Tujuan pembaruan para Reformator adalah sekitar masalah praktek beragama umat Kristen dan teologi waktu itu yang dialaskan pada ajaran pimpinan Gereja. Reformasi liturgi mengambalikan dasarnya ke dalam Alkitab.
      sumber :H. Berkhof. Dr. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta : BPK-GM, 2010), 112-117

      Hapus
    2. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
      NIM : 12.01.944
      Tanggal : Kamis, 7 April 2016
      Sajian : Kelompok III
      Judul : Doa, Pembacaan Alkitab dan Kotbah

      a. Doa
      Doa adalah permohonan untuk mengharap, memuji, meminta sesuatu kepada Tuhan.
      Doa Bapa kami. Suatu bentuk sapaan yang tidak biasa dalam doa Perjanjian Lama, namun amat berarti bagi orang percaya Perjanjian Baru. Tiga permohonan pertama dari doa ini berkenaan dengan Allah dan rencana-Nya; dan empat permohonan terakhir berkenaan dengan manusia dan kebutuhannya. Dimuliakan. Di sini maksudnya adalah "disembah, diperlakukan sebagai kudus." Datanglah Kerajaan-Mu. Kerajaan Mesianis. Bukan hanya orang Yahudi tetapi semua orang percaya di dalam Kristus harus sangat menantikan kedatangan Kerajaan tersebut.
      Makanan kami secukupnya. Permohonan pertama tentang kebutuhan pribadi mempergunakan istilah pada hari ini (setiap hari), yang hanya dijumpai satu kali saja di dalam bahasa Yunani sekular (Arndt, hlm. 296). Pandangan mengenai artinya berbeda di antara "setiap hari," "diperlukan untuk hidup," dan "untuk hari selanjutnya." Tetapi tidak ada alasan kuat untuk mengubahnya. Ampunilah kami akan kesalahan kami. Dosa dianggap sebagai hutang moral dan rohani terhadap kebenaran Allah. Tidak termasuk di sini dosa orang yang belum dilahirkan baru (doa ini hanya diajarkan kepada para murid saja), ini hanya mencakup dosa orang percaya yang harus diakui oleh mereka. Seperti kami juga mengampuni. Pengampunan dosa, entah di bawah Hukum Musa atau di dalam Gereja, senantiasa melalui kasih karunia Allah dan berlandaskan pada pendamaian Kristus. Sekalipun demikian, kasus seorang percaya yang mengaku dosa dan memohon pengampunan dari Allah tetapi ia sendiri tidak mengampuni orang lain bukan hanya tidak pantas, namun juga munafik. Kerelaan untuk mengampuni menjadi lebih mudah bagi orang Kristen apabila mereka ingat betapa besarnya pengampunan Allah kepada mereka (Ef 4:32). Sikap tidak mau mengampuni itu dosa, dan karena itu perlu diakui juga. Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Bandingkan Yak 1:13,14; Luk 22:40. Suatu permohonan kepada Allah yang mahakuasa agar memelihara si pemohon dari pencobaan yang tidak perlu. Pujian bagi Allah dalam Mat 6:13 merupakan suatu sisipan liturgis dari 1Taw 29:11.

      b. Pembacaan Alkitab Dan Kotbah
      Iman timbul dari pendengaran Roma 10:16, Banyak berita dapat didengar oleh manusia, tetapi tidak setiap berita menimbulkan iman. Seseorang menjadi percaya kepada Kristus karena mendengar firman Kristus melalui para utusan-Nya. Iman adalah tanggapan posistif yang kemudian berkembang menjadi kepercayaan yang mantap. Berapa banyak kesempatan tidak kita manfaatkan dengan benar untuk berbicara kepada siapa Tuhan pertemukan kita. Sayang sekali,
      pendengaran mereka kita isi dengan berita yang tidak menyangkut kebutuhan jiwa yang terutama yakni keselamatan. Mereka butuh firman Kristus, tetapi yang kita sodorkan berita lain yang juga penting, tetapi bukan yang terpenting. Mungkin kita segan, tak mempunyai keberanian atau bermasa bodoh.
      Tanggapan yang menyelamatkan. Sulit sekali bagi orang Israel untuk menanggapi berita keselamatan dalam karya Kristus. Benih-benih penolakan bertumbuh subur dan kemudian membuahkan sikap yang terus menerus menentang dan membantah. Tanggapan ditentukan oleh pikiran, dan pikiran merupakan arena peperangan antara kuasa terang dan kuasa gelap. Hanya pikiran yang dikuasai oleh Roh Kudus yang peka, untuk kemudian tanggap akan setiap firman Kristus yang menyelamatkan. Pemaparan menjelaskan kepada kita bahwa ketiga unsur ini berkaitan, melalui ketig unsur ini jemaat diundang untuk mempertajam imannya, melalui tuntunan Roh Kudus.
      Sumber : Charles F. Pfeiffer . Everett & F. Harison, The Wyclife Bible Commentary (Malang:Gandum Mas, 2001) dan Redaksi Santapan Harian, (Jakarta:Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, 2010)

      Hapus
    3. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
      NIM : 12.01.944
      Tanggal : Selasa, 12 April 2016
      Sajian : Kelompok IV
      Judul : Pengakuan Iman
      Pada tahun 312-337 terjadinya hambatan-hambatan pertumbuhan Gereja salah satunya hambatannya yaitu Aliran sesat seperti Gonostik, Montanisme maka gereja membuat tiga (3) senjata yaitu :
      1.Kanon dari kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
      2.Pengakuan Umat untuk menetapkan ajaran Gereja (Pengakuan Iman)
      3.Jabatan Uskup, selaku pengganti rasul-rasul dan pembela Kebenaran.
      Salah satu senjatanya yaitu Syahadat Para Rasul yang menjadi pembahasan dari kelompok empat. Syahadat Para Rasul adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul.
      Pokok Pengakuan Iman Rasuli:
      1.Percaya kepada Allah, Bapa, Khalik langit dan bumi (Penciptaan)
      Dalam pengakuan tersebut terkandung makna: seluruh hidup manusia ada dalam genggaman tangan Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala-galanya. Seluruh pergumulan dan masalah dapat disampaikan dan diselesaikan oleh Allah karena Dia Bapa kita.Segala sesuatu berasal dari padaNya karena Dialah Khalik langit dan bumi.
      2.Percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal (Penebusan)
      Percaya kepada Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus tidak berarti kita percaya pada dua Tuhan.Kita percaya kepada Allah yang sudah memperkenalkan diriNya didalam Yesus Kristus. Artinya: Kita percaya pada Yesus Kristus, yang sudah menyatakan kepada kita, siapa dan bagaimana Allah yang hidup itu sesungguhnya. Sebab itu Yesus Kristus diberi gelar Immanuel, artinya : Allah menyertai kita (Matius 1:23b).
      3.Percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan kuasa/karya Roh Kudus (Pengudusan)
      Roh Kudus adalah hakekat Tuhan Allah sendiri.Percaya kepada Roh Kudus berarti mengakui karya dan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman juga dalam kehidupan gereja Tuhan.
      Syahadat Para Rasul adalah identitas umat Kristen Indonesia. Syahadat Para Rasul adalah warisan Gereja Lama yang tetap dipakai Gereja Protestan maupun Katolik. Upaya ini menandakan adanya “hubungan persekutuan orang percaya segala masa” antara “gereja masa kini” dengan Gereja lama. Syahadat Para Rasul tetap relevan sejauh diimani gereja adalah iman akan Allah Tritunggal yang dikomunikasikan oleh rumusan ini. Syahadat Para Rasul akan kehilangan makna apabila ia dalam bentuk rumusan yang dikenal kini dianggap menjadi “kriteria iman”, menjadi pengakuan yang sifatnya yuridis-formal, yang tanpanya dianggap bukan menggambarkan iman yang benar. Di dalam Syahadat Para Rasul ada iman yang dinamis yang dikomunikasikan kepada setiap orang dalam setiap masa. Iman yang dinamis ini membuka jalan bagi penafsir akan bagaimana orang Kristen hidup di tengah-tengah kepelbagaian. Di sana dikomunikasikan tentang spiritualitas Allah itu terkandung spiritualitas keadilan akan kemanusiaan. Persoalan kemanusiaan menjadi realita bagi semua orang. Persoalan ini masih hidup dan terus menerus membutuhkan tanggapan dari orang percaya akannya. Teologi Kristen membuka wacana bahwa Allah yang orang Kristen imani adalah Allah yang berdialog bagi umat manusia, dan hal ini pun juga disampaikan dalam Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan Iman Rasuli selanjutnya mengingatkan setiap orang percaya untuk hidup dalam komitmen kesetiaan akan iman percayanya. Juga di sana pula gereja mengaku bahwa ia telah dipanggil dan dikhususkan untuk mengabdi kepada Allah. Iman Kristen adalah iman kepada Allah Tritunggal, Syahadat Para Rasul menyaksikan hal ini sekaligus penanda bagi semua orang percaya untuk terus menghadapkan wajahnya kepada Tuhan untuk memperoleh hidup (Am 5:6).
      Sumber : Bayu Kaesarea Ginting, Skripsi Suatu Tinjauan Teologi Religionum Tentang Syahadat Kristen-Islam dan Implkasinya Teologisnya Bagi Keberagaman Umat Kristen-Islam di Indonesia, (Medan : STT Abdi Sabda, 2014), 51-53

      Hapus
    4. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : Kamis, 21 April 2016
      Sajian : Kelompok V
      Judul : Doa Syafaat

      Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara.Yang dimaksud dengan doa syafaat ialah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral. Doa syafaat dilakukan sesudah khotbah seperti Gereja-gereja Calvinis dan ada yang menempatkan doa syafaat setelah Pengakuan Dosa dan atau sebelum Khotbah (mis. Gereja Kristen Kalam Kudus, Gereja Pantekosta di Indonesia). Dalam sikap berdoa pemimpin-pemimpin gerakan Liturgia mengehendaki supaya doa syafaat dimulai oleh pelayan dengan salam “Tuhan menyertai kamu” dam dijawab oleh jemaat dengan “Dan menyertai Rohm. Hal ini yang dituliskan di dalam buku unsur-unsur liturgia.Tetapi sesuai dengan hasil yang dilakukan dalam kelas liturgika dinyatakan bahwa Doa Syafaat itu adalah doa Perlindungan seperti doa Yesus kepada murid-muridnya (Yoh 17 dan doa Syafaat Abraham (Kej 18). Isi dari doa Yesus yaitu
      Setelah meyakinkan para murid tentang jati diri-Nya,hubungan-Nya dengan Bapa, dan misi-Nya, Yesus kini sebagai imam merangkumkan semua itu dalam doa. Yesus memajukan diri-Nya sendiri di dalam doa ini (Yoh 17:1-5). Tetapi perhatian-Nya yang utama adalah pada para murid-Nya. Di dalam kedua bagian ini unsur pengabdian tercampur secara kuat dengan permohonan. Syafaat bagi para murid-Nya ini bertujuan mempertegas hubungan-Nya yang tiada tara dengan Bapa dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi fakta salib serta meneruskan misi Yesus yang dibebankan-Nya di pundak mereka. Inti syafaat Yesus adalah agar para murid dan semua pengikut Yesus dijaga dan dipelihara oleh Bapa dari dunia yang jahat, serta dipersatukan dengan Bapa, Sang Pemilik segala sesuatu, dalam persekutuan kudus yang mempermuliakan-Nya.
      Doa syafaat Yesus dalam pasal Yoh 17 ini terdiri dari tiga bagian: ayat Yoh 17:1-5; ayat 17:6-13; dan ayat Yoh 1 7:14-26. Perikop hari ini ( Yoh 17:1-5) adalah permohonan Yesus agar Bapa menerima segala karya Yesus yang telah dikerjakan-Nya seturut rencana dan kehendak Bapa (Yoh 17:1), karya Yesus sesuai dengan pemberian kuasa dari Allah kepada-Nya, adalah memberikan hidup kekal kepada setiap orang yang ditetapkan Bapa untuk menerimanya (Yoh 17:2). Hidup kekal itu adalah pengenalan sejati terhadap Bapa, Sang Sumber Kehidupan, dan menyambut Yesus yang melalui-Nya rencana Allah terwujud (Yoh 17:3), dengan menyelesaikan semua pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya, Yesus telah mempermuliakan Bapa (Yoh 17:4). Sebagai tanda bahwa Bapa berkenan akan pekerjaan Yesus dan Ia telah menyelesaikan misi-Nya secara sempurna dan tuntas maka Yesus memohon agar Bapa memuliakan Dia (Yoh 17:1,5). Doa Yesus berbeda dengan doa kita dalam hal sifat hubungan dan isi doa kepada Allah. Doa Yesus sepenuhnya memaparkan hubungan intim Anak dan Bapa, satu dalam kehendak, misi, dan kuasa karena satu hakikat. Karena itu hidup kekal identik dengan atau akibat dari mengenal Kristus, yaitu mengenal Allah. Doa Syafaat dilakukan karena pada tema Alkitab ada suatu konteks dan situasi yang sulit sehingga memohon perlindungan kepada Tuhan atas situasi itu.



      Hapus
    5. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : Kamis, 12 Mei 2016
      Sajian : Kelompok VI
      Judul : Pemberian Jemaat
      Masalah dan pergumulan jemaat pada saat ini dengan soal memberi. Dalam jemaat pada saat ini ditemukan bahwa pemberian dalam jemaat itu sangat terbatas ke gereja apa yang mengakibatkannya menurut pandangan etika kristen bahwa alasannya adalah :
      1. Kurangnya kesadaran dalam jemaat untuk memberi.
      2. Jemaat belum memahami pemakaian uang di dalam gereja artinya gereja kurang trasparansi kepada jemaat mengenai pengelolaan uang itu.
      Untuk itu jemaat dan gereja mendapat tegoran dalam hal memberi. Dalam sebuah perkataan “janganlah kamu menghitung berepa banyak yang kamu beri kedepan Tuhan yang mempunyai segala sesuatu yang kamu miliki pada saat ini. Dan sering pertanyaan muncul dibenak kita Apa dasarnya manusia harus memberi? Adapun beberapa ayat teologi mengenai alasan mengakapa kita harus memberi yaitu:
      1. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (1 Korintus 3:7)
      2. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Luk 12:48)
      3. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Luk 6:38)
      4. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa,
      tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." (Ul 16:16b-17).
      Dari ayat ini disimpulkan bahwa setiap orang Kristen berkewajiban memberi sesuai dengan kemampuannya. Sebagai tanda ucapan syukurnya kepada Allah yang telah mencurahkan (memberikan) berkatnya kepada Manusia.

      Hapus
    6. Nama : Naomi Eliana Br Tarigan
      Ting/Jur : VII-A/Theologia
      Tanggal : Kamis, 12 Mei 2016
      Sajian : Kelompok IV
      Judul : Nyanyian dan Paduan Suara
      Gereja perdana sudah mengenal musik, yakni musik yang berakar pada musik ibadat Yahudi. Dalam Perjanjian Baru, kita mencatat bahwa Yesus dan para murid menyanyi kidung hallel (Mat 26:30;Mrk 14:26). Umat beriman juga bisa bernyanyi dalam ibadat mereka. Maka, penulis surat Efesus dan Kolose berkata: “ berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati”(Ef 5:19; Kol 3:16). Sejarah Gereja selanjutnya mencatat bahwa liturgi tidak pernah lepas dari musik. Nyanyian gregorian yang dikumpulkan oleh Paus Gregorian Agung pada abad ke-7 merupakan contoh klasik jenis musik nyanyian yang bertahan hingga hari ini. Demikian pula alat-alat musik yang digunakan juga terus berkembang dalam sejarah musik Gereja. Meskipun pada mulanya Gereja sangat berhati-hati dengan alat-alat musik, akan tetapi akhirnya Gereja pelan-pelan menerima penggunaan alat-alat musik itu di dalam liturgi, sejauh alat musik tersebut mampu mendukung liturgi.
      Musik memiliki tempat atau kedudukan yang sangat penting dalam liturgi. Pentingnya musik liturgi ini dapat kita lihat berdasarkan Konstitusi Liturgi Vatikan II yang memberi satu bab tersendiri untuk menjelaskan musik liturgi (Bab VI:SC 112-121). Berdasarkan paham Vatikan II itu, kita dapat merumuskan tempat musik dalam liturgi dalam beberapa poin.
      a. Musik merupakan bagian liturgi sendiri yang penting dan Intergral.
      Bagi Konsili Vatikan II musik liturgi bukan sekedar untuk selingan, tambahan, atau “dekorasi” demi kemeriahan liturgi, melainkan” merupakan bagian Liturgi yang meriah yang penting atau integral”. Dengan kata lain, musik liturgi itu sendiri. Musik harus digunakan dan diadakan dalam rangka perayaan liturgi.
      b. Musik memperjelas misteri Kristus
      Konsili Vatikan menunjukkan tujuan musik liturgi sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman. pemuliaan Allah dan pengudusan manusia merupakan isi karya penebusan Yesus Kristus yang dirayakan dalam perayaan liturgi.
      c. Musik mengungkapkan peran serta umat secara aktif
      musik Liturgi dapat membantu umat dalam berpartisipasi secara aktif dalam liturgi. sebuah lagu pembukaan yang tepat dan baik akan membantu umat memasuki perayaan liturgi secara siap, bersemangat, serta mempersekutukan umat yang hadir.

      Hapus
  6. Nama : Rocky Meliala
    Nim : 12.01.957
    Ting/Jur : IV-A/Theologia
    Tanggal : Kamis, 21 Maret 2016
    Sajian : Kelompok I
    Judul : Votum, Salam, dan Introitus
    Penyaji :Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
    Perumus :Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
    Votum adalah Votum adalah sebuah pernyataan dalam liturgi Gereja Protestan, yang dibacakan oleh Pendeta, biasanya setelah perarakan Majelis (Introit). Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut.Ayat Alkitab yang sering digunakan dalam Votum adalah: Mazmur 124:8 “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”.Votum atau Tahbisan. Votum adalah kata Latin yang berarti nasar atau janji (kepada dewa). Selanjutnya kata ini berarti permohonan, harapan dan keinginan. Kata ini diambil oleh pengikut-pengikut Calvin lalu diterjemahkan menjadi keterangan atau janji khidmat yang diucapkan oleh pemimpin Ibadah pada permulaan Ibadah. Jadi pada dasarnya dalam Ibadah votum merupakan pengakuan mengenai pertolongan dalam keselamatan Allah mendahului segala sesuatu, juga mendahului apa yang akan terjadi dalam Ibadah (band. Mzm. 121:2).
    Salam. Ucapan dari pemimpin Ibadah kepada jemaat dan dari jemaat kepada pemimpin Ibadah. Salam yang diucapkan dalam Ibadah jemaat adalah tanda persekutuan.Salam adalah pernyataan dari Allah yang dinyatakan juga oleh Pengkhotbah. Salam ini menyatakan bahwa Allah mau menyapa kita. Dalam hal ini pengkhotbah menyatakan bahwa penyertaan dan pimpinan Allah-lah yang menyertai dan memimpin setiap orang percaya, yang datang kepada kita terlebih dahulu dibanding dengan kita. Lalu mengapa jemaat menjawabnya dengan “Dan beserta saudara juga”?

    Karena di sinilah makna persekutuan orang beriman; bahwa jemaat saling memberikan salam satu dengan yang lain, supaya semua merasakan “Syalom” (damai sejahtera) dalam hidupnya. Apakah tidak boleh pengkhotbah yang menjadi alat di tangan Tuhan mendapatkan damai sejahtera? Tentu jawabnya harus, karena itu salam juga disampaikan oleh jemaat.

    Sikap jemaat, ya tentu bukan juga sikap berdoa, tetapi seperti juga ketika kita memberi salam kepada orang lain, menyapa dengan menatap kepada yang disapanya.
    introitus merupakan unsur ke tiga sesudah votum dan salam dan biasanya dipakai sebelum memasuki khotbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rocky Meliala
      Nim : 12.01.957
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Sajian : Sajian Kedua (II)
      Judul Sajian :Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela
      Dipandang dari sisi manusiawi, pengakuan atau penyampaian dosa-dosanya sendiri akan membebaskan seseorang dan merintis perdamaiannya dengan orang lain. Melalui pengakuannya, seseorang memandang dengan tepat dosa-dosanya di mana ia bersalah karenanya, menerima tanggung jawab atas dosa-dosa tersebut; dan dengan demikian orang tersebut membuka diri kepada Allah dan persekutuan dengan Gereja demi masa depannya yang baru. lalu setelah itu di lanjutkan dengan pemberitaan anugrah yang di maksudkan untuk menyampaikan karunia yang di berikan Allah kepada manusia akibat buah dari pengakuan dosanya sehingga manusia layak untik mendapat pengampunan yang benar sehingga manuisa dapat bersatu dengan kristus.Hukum adalah cermin bagi jemaat untuk sadar akan dosa dosanya.hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman. Dalam hal ini hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, karena mereka tidak mampu melaksanakan hukum Tuhan sehingga jemaat akan sadar akan semua apa yang ia perbuat di dunia ini baik atau buruk . sehingga ia akan memperbaharui tinggah laku dan hidupnya.

      Hapus
    2. Nama : Rocky Meliala
      NIM : 12.01.957
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 7 April 2016
      Analisa Sajian : Sajian Ketiga (III)
      Judul Sajian : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi

      Perumus : Longbet F. Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring
      Doa adalah tindakan menghubungkan diri denga Tuhan, atau tanpa perkataan, Percakapan antara Allah dan manusia Dalam doa kita memuji kebesaran dan keagungan Tuhan dalam doa kita mengaku semua kesalahan dan dosa kita, dan dalam doa kita menaikan permohonan atau permintaan kepada Tuhan dan dalam doa kita tidak boleh lupa mengucap syukur kepada Tuhan.
      Alkitab penuh dengan fakta bahwa betapa doa itu penting, berkuasa dan efektif. Musa berdoa, dan laut Tiberau terbelah dua dan Elia berdoa, hujan tidak turun selama 3 setengah tahun lamanya dan masih banya mujizat-mijizat yang terjadi dalam Alkita dikarenakan doa.
      Secara sederhana, kita perlu membaca dan mempelajari Alkitab karena Alkitab itu kata-kata Allah yang ditujukan kepada kita. 2 Timotius 3:16 mengatakan bahwa Alkitab ”dinafaskan Allah.” Dengan kata lain, itu adalah Firman Tuhan untuk kita. Khotbah adalah inti dari ibadah dan puncak dari ibadah, oleh karena itu khotbah merupakan hal yang tidak bisa di pisahkan dari ibadah. bahkan khotbah sangat berperan dalam pertumbuhan iman jemaat.
      Sumber :Buku Lukman Tambunan " Khotbah dan Retorika"Jakarta BPK-Gunung Mulia, 2010 hlm 9

      Hapus
  7. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
    Nim : 12.01.945
    Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji :Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
    Perumus :Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka
    Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
    Votum adalah suatu tanda menandai bahwa Tuhan telah masuk ke dalam Ibadah. Artinya ibadah adalah perintah Tuhan kepada umat, sehingga melalui peribadahan umat berjumpa dengan Tuhan. Votum merupakan suatu pernyataan atau poklamasi bahwa Tuhan sang pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Menurut Kuyper votum itu bukan doa, melaikan suatu keterangan khidat. Menurut Van der Leeuw, votum harus diucapkan pelayan, segera sesudah pelayan memasuki ruangan ibadah. Dalam votum terletak amanat, kuasa Allah, Segala sesuatu yang menyusul berlangsung dalam nama-Nya. Votum adalah janji yang khidmat. Menurut Abineno ibadah yang dimulai dengan votum, salam, introitus diambil alih dari gereja Herformd di negerri Belanda. Bila kita mengamati struktur tata ibadah GBKP kita mendapat kesan kuan nilai-nilai teologi calvin telah teresap didalamnya umpamanya: ibadah diawali dengan votum, salam dan itroitus, yang menyatakan bahwa ibadah itu ditahbiskan di dalam nama Allah Tritunggal yang mulia dan berdaulat, yang menyapa jemaat dengan salam; disambut dengan nyanyian pujia yang menggunakan kebesaran dan kemahakuasaan Allah sebgai pencipta dan pemeliharaan alam semesta dan seluruh isinya. Kemudian manusia menyadari dirinya yang berdosa di hadapan Tuhan yang mulia dan kudus itu. Introitus di hubungkan dengan tahun gerejawi dan nas khotbah. Nyanyian masuk merupakan nyanyian jemaat; kerena itu, nyanyian ini tidak boleh diserahkan kepada paduan suara seperti yang masih terjadi dibeberape gereja. Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk, bukan pembacaan nas. Umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian. Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus (bnd Yeh 47:1) laksana bahtera (naos) yang masih berlayar menuju pelabuhan abadi. Dalam liturgi, prosesi dalam ibadah biasanya dilakukan dari pintu utama menuju altar dan mimbar. Bagus, apabila umat ikut dalam introitus tersebut, sekalipun tidakpraktis. Dewasa ini, beberapa Jemaat agak sungkan melakukan prosesi pada awal ibadah. Biasanya prosesi atau introitus dihapus dan diganti dengan penyerahan Alkitab. Ini hanya dilakukan oleh beberapa petugas liturgi saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Unsur Liturgi 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
      Penyaji : Desi P. Br Ginting, Desy R. Saragih, Fimanta Munthe, Irna B. Damanik, Naomi E. Br Tarigan
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela
      Pengakuan dosa adalah ungkapan kesadaran bahwa kita berada di posisi yang salah, Allah sangat menginginkan pengakuan kita. ketika Allah bertanya kepada Adam, Allah sudah tahu dimana adam bersembunyi. Oleh karena itu, pertanyaan itu dilontarkan bukan karena Allah ingin tahu, tetapi karena Allah ingin menunjukkan bahwa Adam berada di posisi yang salah. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ezra, dia mengakui bahwa bangsanya sedang berada dalam posisi yang salah, Ezra mengungkapkan bahwa dirinya malau dan mendapat cela karena cinta kasih Allah selama masa pembuangan ternyata dibalas oleh bangsa Israel dengan meninggalkan perintah Tuhan. Posisi yang salah itulah yang membuat Ezra berlutut di hadapan Tuhan untuk mengakui semua dosa bangsa Israel, Itulah makna dan pentingnya sebuah pengakuan dosa di hadapan Allah yang mahatahu. Pengakuan dosa menurut Yohanes 1:9 akan menghindarkan seseorang dari pendisiplinan Allah, kalau kita lalai dalam mengakui dosa, pendisiplinan Allah pasti akan menimpa kita, sampai kita mengakuinya. Sebagaimana dijelaskan bahwa dosa-dosa kita telah diampuni pada saat keselamatan, namun hubungan kita dengan Allah secara sehari-hari harus tetap dipertahankan, dan hal ini tidak akan terjadi kalau masih ada dosa yang belum diakui. Karena itu perlu mengakui dosa-dosa kita saat itu terjadi, supaya hubungan yang benar dengan Allah terus terpelihara. Setelah pegakuan dosa menyusul pemberitaan firman. Tentang unsur ibadah ini, van de leeuw mengganggap hal ini sebagai sakramen, ia mengatakan bahwa berdasarkan jabatannya pelayanan mengucapkan pengakuan dosa. Pengakuan dosa itu bukan suatu harapan melainkan suatu kenyataan, kenyataan yang dahsyat dari pemberitaan kristen yang menjadi dasar khotbah. Golterman tidak terlalu setuju dengan pandangan ini, pemberitaan anugrah rumusan absolusi yang saat iman membebaskan manusia dari dosanya, rumusan pemberitaan anugrah yang biasa dipakai sebagai hamba Yesus Kristus memberitaan pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang dengan tulus dan iklas yang telah mengaku dosanya dhadapan Allah. Menurut pimpinan-pimpinan gereja liturgika pengakuan dosa kyrce elession dan pemberitaan anugerah harus diucapkan, didengarkan oleh jemaat sambil berlutut. Pada saat mempersembahkan puji-pujian ia berdiri. Lekkerker mengatakan bahwa alangkah baiknya bila kita sekarang mendengar dan mengucapkan dasafirman sebagai puji-pujian kepada Allah Tuhan kita. Hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman (Kel. 20:1-7). Menurut van de Leeuw dasafirman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum (Mat. 22:37-40) sebab inti hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasafirman bagi umat kristen. Bila keduanya terlalu panjang boleh dibacakan saja inti hukum, pembacaan hukum disambut oleh jemaat dengan puji-pujian.

      Hapus
    2. Nama : Nelta Valentina Br Tarigan
      Nim : 12.01.945
      Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
      Unsur Liturgi 3 : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
      Perumus : Longbet F. Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring
      Doa adalah tindakan menghubungkan diri denga Tuhan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia yang tertulis dalam kitab Perjanjian Lama (Kej 15:1-6). Berbicara dengan Tuhan secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Pembacaan Alkitab itu sama dengan Epistel, dimana setelah selesai pembacaan Alkitab biasanya diakhiri dengan “berbahagialah orang yang mendengar Firman Allah dan memeliharana. Haleluya-haleluya” dijawab oleh jemaat dengan nyanyian “Haleluya! haleluya! Haleluya!”. Pembacaan Alkitab dan Khotbah itu harus memiliki hubungan karena epistel itumerupakan pengantar kepada khotbah oleh sebab itu Luther sangat menekankan hubunagn ini, “Bilamana bagian Alkitab yang dibacakan itu tidak ditafsirkan, bagian itu tidak ada gunanya bagi jemaat”. Calvin juga menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah. Sebelum pembacaan Alkitab di ucakapkan dulu suatu doa untuk memohon anugrah Tuhan agar firman Allah diterangkan dengan baik.
      Khotbah adalah bagian penting dari ibadah. Karena ibadah adalah wadah utnuk menumbuhkan iman maka khotbah merupakan percakapan yang menumbuhkan iman. Penyaji memaparkan khotbah itu terikat dengan waktu, khotbah tidak boleh menguasai kebaktian dan khotbah juga merupakan bagi yang berdiri sendiri.
      Khotbah juga berkembang setiap zaman. Karena khotbah itu tujuannnya adalah pertumbuhan gereja. Khotbah itu menjadi bagian penting dalam ibadah karena visi khotbah adalah untuk membuat orang percaya kepada Dia dan pernah mendengar tentang Dia. Sehingga mereka mampu memberitakanNya ketika mereka diutus.
      khotbah terbagi atas tiga bagian, yakni pendahuluan, isi dan penutup.....
      a. Bagian pendahuluan berupa puji-pujian kepada tuhan, ajakan untuk bertakwa, dan mensyukuri segala nikmat-Nya.
      b. Bagian isi menguraikan tema Khotbah. Bagian inilah yang memuat materi-materi utama
      c. Bagian penutup berupa pesan-pesan dan doa
      adapun yang menjadi tujaun khotbah adalah
      • Melalui pengkhotbah, Tuhan secara pribadi berbicara lewat pesan FirmanNya, untuk membawa jemaat pendengarnya semakin dekat dan tergantung padaNya.
      • Firman itu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim 3: 16)
      • Firman itu pertama-tama diterapkan kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya, baru kepada para pendengarnya
      Jadi khotbah yang baik itu dapat dilihat dari beberapa sisi yakni:
      Sisi isi khotbah
      • Penjelasan Firman Tuhan yang dimengerti dengan baik – Jangan bikin bingung
      • Poin-poin berkesinambungan
      • Tujuan khotbah dapat dimengerti dengan baik
      • IIustrasi yang menjelaskan kata-kata dan teks Firman Tuhan yang cukup mudah dipahami
      • Ilustrasi dan hubungan teks dengan realitas kehidupan sehari-hari dapat diterima dengan akal sehat
      • Aplikasi khotbah dapat mudah dimengerti
      • Mampu mengubah pendengar dan menimbulkan kesan yang lama dan mendalam
      Khotbah yang baik: Sisi penyampaian
      • Khotbah disampaikan dengan bahasa yang mudah dan mudah dimengerti
      • Intonasi yang baik dan dinamis
      • Kalimat yang membangun dan memberi pengharapan positif
      • Disampaikan dengan bahasa tubuh yang tepat
      • Memiliki aspek humor yang wajar dan relevan
      • Penggunaan waktu yang pas

      Hapus
    3. Unsur Liturgi Ke-4 : Pengakuan iman
      Penyaji : Anova Talenta Milala, Ade Trisna Hutabarat, Eka Surya Darma Purba, Maria Rosalina Saragih.
      Pembahas : Rosalina Manulang, Jefri Damanik, Rokky Meliala.

      Berdasarkan pembahasan dalam kelas bersama tentang unsur liturgi yang ke-4 tentang pengakuan iman maka dapat saya tangkap adalah dimana pengakuan iman itu adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh gereja-gereja Kristen, khususnya gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul. Dan yang dapat mengucapkan pengakuan iman rasuli ini adalah orang yang memiliki iman, artinya bahwa kenapa didalam gereja sekarang ini terkususnya gereja GBKP orang yang sudah ngawan (angkat sidi) baru bisa mengucapkan pengakuan iman? Karena orang yang sudah angkat sidi adalah orang yang sudah memiliki iman, dan mereka adalah orang yang sudah paham atau mengerti akan apa yang mereka akukan. Mereka sudah dibina selama 6 bulan lamanya akan hal tersebut, jadi orang yang sudah angkat sidi ketika mengucapkan pengakuan iman mmereka maka mereka tidak dalam hal menghapal lagi tetapi dengan iman mereka. Didalam mengucapkan pengakuan iman rasuli itu maka posisi kita haruslah tegak dan tegas. Didalam kita mengucapkan pengakuan iman Rasuli itu maka suara kita harus jelas dan tegas, pengakuan iman rasuli itu ibarat kita mengatakan perasaan kita kepada Tuhan. Dihadapan kita Tuhan telah siap mendengarkan perkataan kita, oleh karena itu nyatakanlah itu dengan jelas dan tegas. Dan kenapa didalam gereja-gereja sekarang ini pengakuan iman rasuli yang dipakai kanapa tidak pangakuan iman yang lain padahal esensinya sama? Ya mungkin itu adalah hasil daripada hasil sidang konvesi gereja masing-masing, dan hasil sidang konvesi itulah yang dianut oleh generasi penerus gereja tersebut. Dan tidak semua gereja-gereja mempunyai pengakuan iman rasuli seperti gereja saksi jahova mareka tidak mempercayai yang namanya Trinitas, oleh karena itu merekatidak mempuanyai pengakuan iman rasuli. Oleh karena itu banyak anggota-anggota jemat kita pindah gereja karena didalam gereja kharismatik meraka tidak memiliki unsur liturgi yang begitu teratur. Dan didalam gereja kharismatik mereka mendapatkan kesenanga, apa yang mereka haeapkan didalam gerejanya tidak mereka temukan dalam gereja kita sehingga mereka berpindah gereja. Pengakuan iman dalam agam kristen sama halnya dengan mmengucap syadat dalam agama islam, dimana mengucap syahadat suatu agama berarti mengakui di hadapan Tuhan dan jemaat –Nya, bahwa ia telah mengakui “yang di pertuhankan” di dalam agama itu sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah, dan bahwa hanya para utusan atau rasul Tuhan itulah sebagai panutan. Itu artinya mengucap syahadat sama nilainya dengan mengucap sumpah. Maka tidak mungkin orang mengakui dua atau tiga syahadat sekaligus. Orang yang mengakui lebih dari satu syahadat adalah orang yang tidak jujur.

      Hapus
    4. Unsur Liturgi Ke-5 : Doa Syafaat
      Penyaji : Riosa Sembiring, Malem Kerina Tarigan, Longbet Finaldo Rumah Horbo, Parinduan Tambunan
      Pembahas : Hafdon Tuah Purba, Septy Mega Silpia, Edi Krisman Tarigan, Wenti Karolina Surbakti
      Pemahaman yang saya dapat dari sajian kali ini adalah Doa syafaat itu diiibaratkan unsur ibadah yang harus ada. Doa syafaat itu ibarat leher yang menyambungkan kepala dengan tubuh. Artinya bahwa doa itu adalah penyambung atau penghubung manusia dengan Tuhannya. Melaui doa manusia dapat berkomnikasi dengan Tuhan maha pencipta dan melalui doa itu manusia dapat mencurahkan semua isi hatinya dan semua pergumulannya. Artinya bahwa leher itulah yang diibaratkan dengan Doa dan kepala diibaratkan dengan Tuhan dan tubuh diibaratkan dengan manusia. Jadi dari esensi ini terlihat bahwa doa syafaat itu adalah unsur peribadahan yag sangat penting didalam peribadahan. Doa syafaat itu adalah mendoakan orang-orang yang disekeliling kita. Dalam sejarahnya doa syafaat itu dilakukan ketika ada masa-masa yang sulit untuk diselesaikan. Akan tetapi sekarang ni dapam gereja-gereja kita masa sekarang ini sudah tidak melakukan itu lagi, semua kejadian sudah didoa syafaatkan. Doa syafaat itu adalah meminta perlindungan yaitu seperti yang dilakukan Tuhan Yesus kepada murid-muridnya (Yoh. 17:1-25). Doa syafaat itu butuh kedamaian, perlindungan. Daidalam doa syafaat itu yang didoakan adalah orang-orang yang meminta ataupun orang-orang yang sukarela untuk didoakan. Didalam doa syafaat itu ada baiknya kita mendoakan orang-orang yang mebutuhkan perlindungan, jangan kia doakan orang yang nyaman dengan keadaannya namun kita memandang keadaannya memerhatinkan. Berdoa syaaat itu ada baiknya seperti yang dilakukan Yesus kepada murid-muridnya, Tuhan Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri tetapi ia memperhatikan keselamatan daripada murid- muridnya. Juga sepert yang dilakukan oleh Abraham ketika mendoakan orang-orang yang jahat terhadap kota Israel, ia berdoa bukan untuk kepentingannya melainkan untuk memperjuangkan keselamatan orang lain.

      Hapus
  8. Nama : Tolopan Riah Silalahi
    Nim : 12.01.972
    Ting/Jur : IV-A/Theologia
    Analisa Sajian : Sajian Pertama (I)
    Judul Sajian : Unsur Liturgi; Votum, Salam, dan Introitus
    Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab

    Votum adalah pembacaan ayat-ayat suci pada acara kebaktian di gereja Protestan sebelum khotbah dan dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Votum adalah kata pembuka oleh liturgis, votum dibawakan untuk memulai peribadahan itu, sehingga didalam peribadahan itu berjalan dengan khidmat karena janji Tuhan akan ditekankan dalam peribadahan itu. Votum disamakan dengan kata-kata pembukaan ketua rapat ketika memulai suatu rapat. Kata pembukaan ketua ini berfungsi menertibkan pertemuan yang tidak teratur menjadi pertemuan yang teratur dengan demikian pula votum, melalui ucapan votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur, Jadi secara fungsional votum dan kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara derajat votum dan kata pembukaan dari ketua rapat itu berbeda. Lihat rumus votum, Maz.124:8) Jadi maksud votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar. Salam adalah tanda persekutuan, dengan salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. introitus adalah akta ibadah untuk memulai ekaristi dalam Gereja Barat. introitus boleh dinyanyikan atau diucapkan ketika pemimpin ekaristi mendekati altar. Dalam gereja Protestan, introitus merupakan nas pembimbing yang diucapkan setelah votum dalam. Biasanya nas pembimbing diambil berdasarkan tahun gerejawi, rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13. Kini intoritus menempatkan kebaktian jemaat dalam suasana dari bagian sejarah selamat, yang dari padanya kita hidup pada saat ini, Arti intoritus benar terpelihara dalam ibadah gereja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      Nim : 12.01.972
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Sajian : Sajian Kedua (II)
      Judul Sajian :Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum


      Menurut Luther dalam bukunya, Katekismus Besar, ia mengatakan bahwa pengkuan dosa itu harus timbul dari hati dan tidak bisa dipaksakan. Selain dari pada itu, orang yang merasa serba tahu, yang berbuat dengan sesuka hatinya atas kebebasan yang sudah diterimanya, yang merasa tidak perlu mengaku dosa-dosanya. Mereka memang pantas untuk tetap berada di bawah kaki Paus untuk diusik serta dipaksa mengaku dosa, berpuasa dan sebagainya. Di samping pengakuan iman secara pribadi di depan imam, ada juga pengakuan dosa secara kolektif di dalam ibadah yang sama dengan pengakuan dosa pribadi yang diakhiri dengan absolution. Umat mengaku bahwa dirinya berdosa kepada Tuhan dan sesama (yes. 59:1-6), sehingga sangat penting permohonan pengampunan dosa dalam liturgi umat tidak dapat terus berjalan tanpa dosannya diampuni oleh Tuhan, karena dosa itu pemisah hubungan antara Tuhan dan manusia. Supaya hubungan itu dipulihkan maka dari manusia perlu pengakuan bahwa dirinya berdosa. Ada beberapa ahli liturgi yang pernah merumuskan urutan dari ketiga hal ini, dan dua pendapat dari Calvin dan Micron, ternyata persoalan letak juga berpengaruh terhadap fungsinya, terkhusus bagi pengakuan dosa. Hukum dalam tata kebaktian adalah beberapa ahli liturgia memiliki fungsi yang berbeda-beda. Hukum yang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 20: 1-17) dasa firman tidak bisa dibacakan tanpa hukum (Mat 22: 37-40). Sebab inti hukum yang memberikan inti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Hukum adalah cermin bagi umat bagaiman bersikap dan berperilaku yang berporos dalam dua sumbu yaitu mengasihi tuhan dan sesama manusia Umat diingatkan akan tanggungjawab orang percaya dalam hidup seharihari secara vertikal dan horizontal. Hukum itu adalah suatu tolak ukur atau cermin untuk mengetahui dosa manusia. Hukum itu tidak menyelamatkan tetapi bukan berarti hukum itu tidak perlu, hukum itu sangat perlu bagi umat manusia (Rom 3:20).

      Hapus
    2. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      Nim : 12.01.972
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Sajian : Sajian Ketiga (III)
      Judul Sajian : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Doa collekta adalah doa untuk jemaat, kollekkta menggantikan menjadi epiklese yaitu doa yang memohon kedatangan roh kudus agar firman Allah dapat diberitakan dan didengar dengar dengan baik. Epiklese kemudian dipindahkan tempatnya dan dihubungkan dengan khotbah dan doa itu tetap sebelum khotbah. Kyuper menekankan bahwa doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat karena itu harus dijaga supaya keduanya jangan dicampuradukkan, doa dalam pemberitaan Firman Allah, jemaat memohon pimpinan roh Allah sehubungan dengan pelayanan khotbah yang segera akan berlangsung. Doa tersebut pendek, tegas dan mesra. Lekkerker setuju menempatkan epiklese sebelum khotbah; arti teologisnya bahwa tanpa penerangan atau kesaksian roh kudus, Alkitab adalah aksara atau huruf mati bagi jemaat.
      Membaca bahan bacaan yang layak dibaca adalah suatu kesibukan yang bermanfaat, sehingg setiap salinan Alkitab tidak tersedia untuk digunakan secara pribadi, maka pembacaan Alkitab dilakukan di hadapan jemaat yang berkumpul. Tidak ada satu kata pun dari antara semua hal yang Musa perintahkan yang tidak dibacakan oleh Yosua dengan suara keras di hadapan seluruh jemaat Israel, termasuk para wanita, anak-anak, dan penduduk asing yang ada di tengah-tengah mereka.” (Yosua 8:34, 35) Tua maupun muda, penduduk asli maupun asing, secara kiasan, perlu mengukir dalam hati dan pikiran mereka, tingkah laku apa yang akan menghasilkan berkat Yehuwa dan apa yang akan membuat-Nya tidak senang. Pembacaan Alkitab yang dilakukan secara tetap tentu pastilah akan membantu kita dalam hal ini.

      Pemberitaan firman tidak merupakan suatu kesatuan dengan unsur-unsur liturgika yang lain. Pemberitaan firman dan sakramen adalah satu, sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Pertama: khotbah adalah sebagian ibadah, yang paling penting ialah ibadah secara keseluruhan, Kedua: lamanya khotbah, tidak boleh lebih dari dua puluh menit. Ketiga: khotbah tidak boleh menguasai kebaktian. Khotbah yang benar merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi bagian-bagian yang lain tidak takluk padanya. Keempat: khotbah harus membangun jemaat untuk turut aktif mengambil bagian di dalam ibadah. Sehingga khotbah yang disampaikan bukan pemikiran subjektif si pengkhotbah, pesan dari teks Alkitab itu yang menjadi inti khotbah, Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus dan pada masa kehidupan gereja awal, pengkhotbah itu adalah guru, pemimpin spiritual, dan apologetis. Dengan kata lain pengajaran adalah khotbah. Adapun fungsi khotbah yakni bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis. Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Khotbah pun membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah dan Injil yang menjadi inti dari pengajaran ini sehingga dalam satu karangan yang lain menjelaskan wujud dan fungsi pemberitaan seperti berikut, “memberitakan firman ialah mengumumkan keselamatan dan hukuman yang akan berlangsung di sini dan kini pada kita, dan dalam pengumuman itu sendiri datanglah keselamatan dan hukuman yang diumumkan.

      Hapus
    3. Nama : Tolopan Riah Silalahi
      Nim : 12.01.972
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Analisa Sajian : Sajian Keempat (IV)
      Judul Sajian : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab


      Pengakuan iman adalah ungkapan yang digunakan untuk menerjemahkan istilah Latin, credo (Inggris creed, yang berarti “Aku percaya” Istilah kredo atau pengakuan iman ini digunakan untuk menunjuk pada pernyataan iman, pokok-pokok ringkas kepercayaan Kristen, yang diterima umum oleh semua gereja. Atas dasar itu, kredo (pengakuan iman) tidak digunakan untuk pernyataan iman yang berkaitan dengan suatu denominasi gereja Pernyataan iman suatu denominasi gereja lazimnya disebut konfesi (confession). Jadi, kredo (pengakuan iman) mengacu pada keseluruhan gereja (oikumenis), yang berisi pernyataan-pernyataan kepercayaan yang diterima oleh semua gereja, Sebuah kredo (pengakuan iman) telah diterima sebagai suatu ringkasan pokok-pokok iman Kristen yang formal dan universal. Pengertian Pengakuan Iman adalah pernyataan iman Kristen yang dirumuskan dan dipakai dalam kehidupan Gereja Kristen di belahan Barat, Seperti pernyataan iman lainnya, Pengakuan Iman Rasuli mempunyai tiga bagian mengenai Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Sekitar akhir abad ke-4 pernyataan iman ini mulai disebut Pengakuan Iman Rasuli, setelah berkembang legenda bahwa kedua belas rasul bersama-sama merumuskannya. Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita, Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita, Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.
      Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Necea-Konstantinopel mempunyai latar belakang pembaptisan dan Orang-orang yang akan dibaptis harus menyatakan lebih dahulu apa yang dipercayai oleh gereja dalam bentuk tanya-jawab dan tanya-jawab ini di kemudian hari berkembang menjadi apa yang kini kita sebut katekese atau katekisasi (Yunani, katekhein). Pengakuan-pengakuan iman ini konteks awalnya adalah pengajaran untuk persiapan baptisan bagi para calon baptis (katekumen). Konteks baptisan itu nampak dari strukturtrinitas pengakuan pengakuan iman itu dan Baptisan dilayankan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan karena itu pengakuan iman disusun sesuai dengan ketiga unsur itu. Pengakuan-pengakuan iman seperti inilah yang beredar di kebanyakan jemaat-jemaaat Pengakuan Iman Rasuli kemungkinan besar adalah bentuk pengakuan iman yang paling dikenal di Gereja Barat. Pengakuan iman ini terdiri dari tiga bagian utama, yang berhubungan dengan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ada juga bahan-bahan yang berhubungan dengan gereja, penghakiman dan kebangkitan. Sedangkan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel adalah pengakuan iman yang bentuknya lebih panjang, yang memasukkan bahan-bahan tambahan berhubungan dengan pribadi Kristus dan karya Roh Kudus. Dalam menjawab kontroversi tentang keilahian Kristus, Pengakuan Iman Necea-Kontantinopel memasukkan penegasan-penegasan kuat tentang kesatuan-Nya dengan Allah, termasuk ungkapan-ungkapan “Allah dari Allah” dan “sehakikat dengan Bapa.”Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan iman ini disebut “rasuli” karena isinya mengungkapkan pokok-pokok pengajaran para rasul sebagaimana yang diajarkan para rasul seperti tercermin dalam Alkitab (PB) dan Gereja mengambil tindakan dalam menghadapi tantangan dan hambatan gereja dengan membuat 3 senjata gereja yaitu:
      1. Kanon/ukuran atau patokan
      2. Pengakuan Iman (Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat)
      3. Pewarisan Jabatan Rasuli.

      Hapus
    4. Doa Syafaat
      doa Syafaat adalah harapan, doa syafaat adalah suatu situasi dan ada hal-hal yang sangat sulit dihadapi dan adanya gejolak dalam hati. sehingga ada doa syafaat yang butuh perindungan dan butuh kedamaian. Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah; Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel; Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel; Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur; Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya boleh kita lihat doa doa Abraham (Kej 18)ini adalah salah satu doa syafaat versi Perjanjian Lama.
      dalam PB doa syafaat dibawakan Yesus sendiri, dimana agar semua menjadi satu.semua manusia menjadi satu tubuh sama seperti Yesus dengan Bapa menjadi satu. jadi Yesus juga berdoa kepada Allah sama seperti manusia juga berdoa. jadi Yesusjuga berdoa memohon perlindungan Allah, dimana ketika ia ingin disalibkan, dan ia juga berdoa bagi orang banyak yang ada di sekitar Yesus. doa syafaat adalah doa memohon perlindungan, penyertaan dan pertolongan dari Tuhan. doa syafaat lebih efektif dengan jemaat karena langsung ada hubungan dan respon dengan jemaat. doa syafaat adalah doa yang sangat bermakna dan doa komunal. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain.

      Hapus
  9. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
    Nim : 12.01.915
    Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
    Analisa Sajian : Sajian Pertama (II)
    Judul Sajian : Unsur Liturgi:
    Votum, Salam, dan Introitus
    Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab
    Votum meruapakan pengakuan kehadiran Allah di tengah umat-Nya, sehingga di letakkan pada bagian permulaan kebaktian. Votum merupakan pernyataan amanat dan kuasa Allah, Ibadah ini tidak akan berlangsung tanpa kehadiran Allah sendiri. Rumusan votum biasanya diambil dari Mzmur 124:8, yaitu : “Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi”. Ayat ini menunjukkan pengakuan Daud akan pertolongan Tuhan, tatkala ia ada dalam bahaya, Tak ada wilayah di luar kekuasaan Tuhan, sebab Dialah yang menjadikan langit dan bumi. Jika ayat ini kembali diperdengarkan dalam ibadah, kita dapat memiliki perasaan, hormat, syukur, sikap berserah dan bersandar pada pertolongan Tuhan. Karena itu, votum perlu dihayati dengan sungguh-sungguh dan jangan dianggap enteng atau sekedar pelengkap.
    Salam biasanya diucapkan langsung sesudah votum, dengan rumusan; Kasih Karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:7). Kasih Karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau (II Tim 1:2).
    Ada dua macam pengertian tentang salam: yang pertama ialah salam ini merupakan salam sejahtera dari Allah untuk umat-Nya. Oleh karena itu, seorang Pendeta mengucapkan salam dengan mengangkat tangan kanannya ke atas, dan jemaat menjawab “Amin” (artinya: sungguh dan pasti). Dalam pengertian yang pertama ini kata “damai sejahtera” atau syalom (bahasa Ibrani) berarti pengharapan agar si penerima salam damai itu dihindarkan dari bahaya. Yang kedua, salam ini merupakan salam damai diantara anggota jemaat, sehingga diucapkan secara bersahutan yaitu jemaat menjawab” dan menyertai saudara juga”. Dalam pengertian yang kedua ini salam merupakan tanda persaudaraan. Jadi, jemaat tidak perlu menundukkan kepala, Kata “kasih karunia” atau kharis (bahasa Yunani) berarti sukacita, kesenangan, indah, menarik. Jadi ada suatu pengharapan agar si penerima kasih karunia itu memiliki hidup yang penuh sukacita, kesenangan, indah, dan menarik.

    Introitus
    Terdiri dari nas/ayat pendahuluan dan nyanyian. Maksudnya ialah untuk menyatakan sifat yang khusus dari kebaktian jemaat dalam hubungannya dengan Tuhan (dalam tahun Gerejawi atau tema khotbah hari itu). Setelah Firman Tuhan itu dibacakan, jemaat menjawabnya dengan nyanyian yang sesuai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      Nim : 12.01.915
      Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
      Analisa Sajian : Sajian Kedua (II)
      Judul Sajian : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah Dan Hukum
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah Dan Hukum:

      Terdiri dari doa dan nyanyian pengakuan dosa, yang menggambarkan kerendahan manusia di hadapan Tuhan, sekaligus menjawab panggilan Tuhan yang mau menerima manusia berdosa, menyelamatkannya, dan memperbaharui kehidupannya. Dosa dosa yang diakui semestinya jelas dan kongkrit, bukan sekedar dikatakan “ampunilah dosa dan kesalahan kami”, Sebab dosa yang konkrit membawa kita pada pertobatan yang konkrit pula, sedangkan dosa yang tidak kongkrit mengakibatkan pertobatan yang tak jelas. Dosa tidak hanya secara pribadi, tetapi juga secara komunal (kelompok), yaitu dosa sebagai keluarga, sebagai gereja, sebagai masyarakat, sebagai bangsa dan negara, bahkan sebagai manusia; pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan. Dalam gereja-gereja kesukuan pada saat ini biasanya pengakuan dosa ini dibarengi dengan nyanyian dalam bahasa daaerah sehingga jemaat lebih meresapi pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah yang disampaikan oleh liturgis.
      Ada gereja yang menempatkan unsur ini sebelum pengakuan dosa dalam posisinya sedemikian, ia dianggap sebagi cermin. Dalam hal ini hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, karena mereka tidak mampu melaksanakan hukum Tuhan. Ada juga gereja yang menempatkannya sesudah pemberitaan anugerah. Dalam posisinya sedemikian ia dianggap sebagai puji-pujian atas respon terhadap akta anugrah pengampunan Allah, Nats-nats umumnya dipakai adalah: keluaran 20:2; Ul 5:6-22; Mat 22:37; Yoh 13 34:35 dan dll.
      Hukum yang biasa dibacakan adalah dasa firman, Menurut van der Leeuw, dasafirman tidak bleh dibacakan tanpa inti hukum sebab inti hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasa firman bagi umat Kristen Kebanyakan ahli liturgia lebih suka kalau hukum dinyanyikan sebagai puji-pujian daripada dibacakan. Hanya kyper yang berkeberatan, “menyanyikan hukum kami anggap sebagai suatu kekeliruan”. Hukum itu tidak saling dinyanyikan, sebaliknya dalam nama Tuhan, jadi oleh pelayan-pelayan-Nya, hukum itu diperhadapkan kepada kita. Itu yang menyebabkan mengapa kami berlainan dengan Calvin berpendapat bahwa hukum sebagai peraturan pengucapan syukur lebih baik ditempatkansesudah daripada Sebelum khotbah.
      Ada pun dasar Theologis dari ketiga unsur ini adalah:
      1. Pengakuan dosa di Kitab Mazmur 51.
      2. Pemberitaan Anugrah di Kitab Yohanes 3:16.
      3. Hukum di Kitab keluaran 20:2; Ulangan 5:6-22; Matius 22:37; Yohanes 13 34:35 dll.

      Hapus
    2. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      Nim : 12.01.915
      Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
      Analisa Sajian : Sajian Ketiga (III)
      Judul Sajian : Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa
      Doa untuk pembacaan Firman, Doa ini khusus untuk memohonkan Kuasa Roh Kudus bekerja ditengah-tengah jemaat, menguasai dan memampukan jemaat memahami dan melakukan Firman yang akan didengarkan. Doa Pembacaan Alkitab dan Khotbah dalam ibadah Protestan, pembacaan Alkitab dan renungan mendapat tempat yang sentral atau mendapat porsi waktu yang cukup lama dari unsur unsur lainnya karena ibadah Protestan sentralnya adalah Firman Tuhan. Dalam bacaan Alkitab itulah tercermin bagaimana Tuhan bertemu dengan umat-Nya. Tetapi karena sabda Tuhan itu ditulis dalam budaya (Ibrani dan Yunani) maka perlu di beri penjelasan sehingga jemat mengerti Tuhan yang berbicara kepada-Nya. Atau Tuhan yang dijumpai di ibadah gereja. supaya isi Alkitab yang dibacakan dapat dimengerti maka perlu berdoa memohon pencerahan Roh Kudus. Dan Doa setelah khotbah. Memohon agar Roh Kudus menolong jemaat untuk dapat melakukan Firman yang sudah di dengarkan (singkat).
      Pembacaan Alkitab.

      Bagian Alkitab yang dibaca fungsinya adalah sebagai pengantar untuk masuk kedalam khotbah/Renungan. Setelah membaca bagian ini disebutkan oleh pemimpin kebaktian “Berbahagialah yang mendengar Firman Tuhan dan melakukannya dalam hidupnya”, Disambut jemaat dengan “Haleluya 3X di nyanyiakan. Artinya jemaat menyambut kebaikan Allah melalui FirmanNya yang menguatkan itu dengan haleluya (puji Tuhan/terpuji Tuhan/mulialah Tuhan).

      Khotbah
      Melalui pembacaan Firman dan Khotbah Allah berbicara kepada jemaat, Di dalam Firman ada pengajaran, nasehat, pembangunan, kecaman dan penghiburan. Dan sikap jemaat mendengar pembacaan Firman dan Khotbah haruslah seperti sikap Samuel, sikap seorang hamba(1Sam3:10).
      Bagi gereja-gereja reformasi, khotbah merupakan bagian sentral dari kebaktian, sehingga memakan waktu yang paling panjang. Namun demikian, lamanya khotbah tidak boleh lebih dari 25-30 menit. Khotbah adalah penyampaian Firman Tuhan, maka khotbah mesti berdasar pada bagian dari Alkitab dan sudah dipelajari atau ditafsirkan secara bertanggungjawab, untuk dikontekstualkan dalam hidup kita masa kini. Maka, pengkhotbah semestinya menyampaikan Firman secara menarik, tetapi bukan sekedar lucu, Jemaat pun diharapkan mendengar dengan tekun dan menerimanya dalam hati dan pikiran, lalu memiliki tekad baru untukmelakukannya.


      Hapus
    3. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      Nim : 12.01.915
      Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
      Analisa Sajian : Sajian Keempat (IV)
      Judul Sajian : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab

      Rumusan sebuah pengakuan iman (atau credo = aku percaya) berkali-kali mengalami penambahan, pengurangan dan perubahan. Pengakuan iman merupakan pengikraran dan sekaligus menjadi suatu tanggungjawab bagi orang Kristen.
      Makna Pengakuan Iman Rasuli adalah:
      1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang maha kuasa khalik langit dan bumi ( menyatakan bahwa kita mempercayai Allah sang pencipta dan kita memiliki hubungan perjanjian dan persekutuan denganNya dalam kepercayaan yang sejati dan ketergantungan denganNya secara kekal).
      2. Dan kepada Yesus Kristus, anakNya yang tunggal Tuhan kita (Pengakuan tentang Yesus Kristus ini adalah pusat dari inti iman Kristen. Yesus Kristus adalah pernyataan Allah, sumber segala kebenaran dan sebagai sentral keselamatan manusia).
      3. Yang di kandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria ( Pengakuan ini menjelaskan bahwa Yesus Kristus memasuki dunia melalui kelahiran dari anak dara adalah manusia sejati, Ia tidak memiliki dosa asal; kemanusiaanNya, tindakan, sikap, motivasi, kehendak, dan pikiranNyabebas dari dosa dan kesalahan, Yesus juga adalah penggenapan janji Allah dan nubuatan PL ( Yes 7:14, 9:5 & Mat 1:1-25).
      4. Yang menderita sengsara di bawah pemeritahan Pontius Pilatus, disalibkan , mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut ( Untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus benar2 mengalami kematian, menanggung penderitaan yang disebabkan dosa orang lain).
      5. Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati ( Pengakuan ini untuk mengkonfirmasikan bahwa kebangkitan Kristus adalah murni fakta sejarah, Pada hari ketiga kubur Yesus didapati kosong, tidak seorangpun dapat menemukan jasadNya ).
      6. Naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah , Bapa yang maha kuasa ( Bagian ini untuk menyatakan kehormatan, otoritas dan kemuliaan Kristus. Saat ini Kristus Yesus bertahta sebagai Raja yang memerintah dan juga memegang jabatan kenabian sebagai pengajar kebenaran melalui karya Roh kudus (Ibrani 1:3;1:13).
      7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati (Menyatakan iman akan kedatangan Yesus untuk kedua kali sebagai raja dan Hakim yang akan mengadili setiap orang dan menganugerahkan keselamatan bagi setiap orang yang percaya dalam namaNYa ).
      8. Aku percaya kepada Roh Kudus (Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah tritunggal, kita mengakui bahwa Roh kudus setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak, sama-sama mulia dan layak di sembah. Roh kudus adalah pribadi yang dinyatakan Allah di dalam melaksanakan anugerah keselamatan).
      9. Gereja yang Am dan persekutuan orang kudus ( Gereja adalah " Gereja orang2 berdosa " sehingga dapat di pastikan "tidak kudus", jika dalam pengakuan iman ini disebutkan gereja yang kudus, semata-mata adalah karena anugerah Allah dan karya Kristus yang telah di nyatakan ditengah2 gereja. Gereja di katakan "Am" artinya "umum" karena yesus Kristus adalah juruselamat untuk dunia dan seluruh dunia, Dan gereja perlu pergi meberitakan Injil dan mengutamakan persekutuan sebagai anggota tubuh Kristus ).
      10. Pengampunan Dosa (Penumpahan darah Kristus menjadi jaminan penghapusan dosa ).
      11. Kebangkitan tubuh ( kebangkita ini bukanlah kebangkita daging yang bersifat fana, atau kebangkitan abstrak, tetapi serpti yang di alami Yesus Kristus sebagai yang sulung di antara orang2 yang meninggal (1 Kor 15:20).
      12. Dan hidup yang kekal, Amin ( Menyatakan iman dan pengharapan akan kehidupan yang akan datang ).

      Hapus
    4. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      Nim : 12.01.915
      Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
      Analisa Sajian : Sajian Kelima (V)
      Doa Syafaat
      Doa syafaat adalah untuk kita dan sekeliling kita, dan pada dasarnya untuk meminta perlindungan, penyertaan, dan pertolongan. ajiPendoa syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Tuhan untuk menggantikan posisi orang lain yang sudah jauh dari Tuhan atau hidup tanpa Tuhan. Jadi sebelum berdoa untuk orang lain, pendoa syafaat harus sudah mendapat pengampunan dosa dari Tuhan. Kita tahu bahwa pendoa syafaat adalah seseorang yang datang di hadapan Tuhan dengan membawa haknya. Hak-hak pendoa syafaat itu diterima dari Tuhan yang dimulai dari pengampunan dosa sampai menjadi anak Tuhan. Dan karena sudah mendapat pengampunan dosa maka kita dapat membimbing orang lain untuk mendapat pengampunan dosa juga. Prinsip yang sama dengan hal ini adalah anugerah, kasih, rahmat Tuhan dan mengampuni tanpa syarat. Sebagai pendoa syafaat Abraham muncul dalam kitab Kejadian 18:22-33, Namun pada Kejadian pasal 12 saat pertama kali Abraham mendengar suara Tuhan lalu dia pergi dari negerinya, sanak saudaranya, rumah dan harta bapaknya serta hanya mempunyai harta yang ada padanya. Kemudian karena menaati firmanNya, Tuhan memberkati Abraham dengan melimpah. Keponakannya yang bernama Lot juga ikut bersama-sama dengan Abraham dan Lot pun diberkati oleh Tuhan. Tetapi pada suatu saat di antara kedua orang tersebut muncul persoalan oleh karena harta mereka yang sangat banyak, Seperti juga kita yang kadang-kadang berpikir jika harta semakin banyak, maka karya Tuhan semakin baik. Tetapi kita harus ingat bahwa ada kemungkinan hasilnya lebih buruk daripada waktu yang lalu, Umat Allah yang ingin menjadi pendoa syafaat harus sadar dan bangun dari lamunan keduniawian bahwa harta menyelesaikan segala masalah, Harta dapat menjadi berhala. Kuasa Tuhan yang Maha Kudus dapat membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Walaupun keadaan pendoa syafaat lemah dan tidak lebih baik, dia harus mempercayai bahwa dia berkenan di hati Tuhan dan berdoa sesuai dengan pokok doa yang diinginkan Tuhan. Walaupun demikian pada saat kedua orang tersebut berpisah, Abraham menyesali hal itu. Tetapi di dalam Alkitab tertulis bahwa persoalan tersebut tidak menjadi masalah untuk Abraham. Perlu diingat apa yang dilakukan oleh Abraham pada saat terjadi peperangan di Sodom dan Gomora. Setelah beberapa saat Lot pindah ke kota tersebut, Abraham pergi ke tempat peperangan itu untuk menyelamatkan Lot. Dari hal ini kita harus mengambil pelajaran mengenai hati Abraham yang menolong Lot. Kita harus berdoa supaya perasaan seperti itu hilang karena seorang pendoa syafaat yang sungguh-sungguh harus mampu berdoa untuk memberkati orang yang telah menganiaya. Tuhan juga berfirman, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44), Tetapi untuk melakukan firman Tuhan ini tidaklah mudah, Hal tersebut jarang terjadi karena mengasihi musuh biasanya hanya dalam hati saja. Tetapi kalau firman ini dapat mengubahkan diri kita maka kita dapat mengasihi,
      Setelah Lot diselamatkan dalam peperangan, Tuhan berfirman akan memusnahkan semua tanah Sodom oleh karena dosa mereka, Sodom dan Gomora akan dimusnahkan karena Tuhan tidak menemukan sepuluh orang benar, Abraham berdoa dengan sikap yang mengakui keadilan Tuhan, yaitu menghadap Tuhan dengan iman bahwa apa yang dijanjikan oleh Tuhan menurut firman Allah akan digenapi, Allah berkenan terhadap doa yang didoakan oleh orang yang beriman.

      Hapus
    5. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      Nim : 12.01.915
      Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
      Analisa Sajian : Sajian Keenam (VI)
      Judul Sajian : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
      Persembahan Syukur merupakan bentuk tanggungjawab jemaat atas pertumbuhan dan pengembangan pelayanan dalam jemaat. Hal itu sebagai respon jemaat atas pengorbanan Kristus di kayu salib yang telah menyelamatkan jemaat dari perbudakan dosa dan maut. Dalam jemaat mula-mula, persembahan syukur diadakan dalam bentuk makan dan minum bersama dalam suatu perjamuan kasih. Pola tersebut dianggap secara ekonomi sebagai suatu pemborosan dan tidak membawa keuntungan untuk pertumbuhan iman jemaat serta tidak memotivasi jemaat secara murni datang beribadah karena panggilan Tuhan, sehingga dalam perkembangan gereja selanjutnya, persembahan syukur diadakan dalam bentuk uang unuk menunjang perkembangan pelayanan gereja secara menyeluruh. Hal pemberian, persembahan, dan pelayanan umat kepada TUHAN tampak sebagai inti dan unsur persembahan dalam ibadah berbeda sama sekali artinya dengan persembahan duniawi. Persembahan dalam ibadah ialah cermin penyerahan diri umat pada pengabdian yang rela dan setia, dengan segenap hati, dengan seluruh tindak tanduk-nya, bukan hanya selama kebaktian, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari juga. Tujuan persembahan ialah pada sikap hidup yang mengabdi dengan rela dan setia kepada TUHAN. Dengan kata lain, harus ada hubungan antara ibadah dan sikap hidup sehari-hari. Yang satu mewarnai yang lain secara timbal balik dan harmonis. Pemberian jemaat dikumpulkan untuk agape (perjamuan kasih) dan untuk orang-orang miskin. Dalam abad-abad pertama pemberian ini menjadi bagian yang paling penting dalam diakoni jemaat. Pemberian itu dibagi-bagikan bukan saja kepada orang-orang miskin, janda-janda, anak-anak yatim piatu dan orang-orang hukuman, melainkan juga kepada orang-orang asing di dalam jemaat. Namun dalam perkembangannya, pemberian jemaat (persembahan syukur) diperuntukkan untuk menunjang biaya kehidupan pelayan Tuhan dalam melakukan tugas pelayanannya, biaya-biaya administrasi gereja.
      Beberapa hal tentang persembahan yang hidup:
      1. Yesus mati dengan cara seperti korban (Ibr 12:2 Mata tertuju kepada Yesus Kristus); Dalam Perjanjian Lama persembahan adalah binatang yang hidup (bukan bangkai binatang). Yesus telah menjadi korban/persembahan yang hidup, melalui rencana Allah sekaligus menyelamatkan manusia. Yesus menjadi korban yang hidup dan berkenan dimata Allah.
      2. Persembahan yang kudus (Luk 10:30-35 contoh orang Samaria yang murah hati, seharusnya yang melayani/melakukan persembahan hidup adalah Imam dan orang lewi, karena kapasitas mereka sebagai pelayan. Namun justru orang samaria yang melakukan “persembahan yang kudus” dengan melakukan tindakan pertolongan pada orang itu).
      3. Persembahan yang sempurna (Ibr 7:26-27). Yesus adalah persembahan/korban yang sempurna, tanpa cacat dan cela.
      4. Bersifat sukarela (1 Taw 29:6 . Persembahan yang sukarela adalah puji-pujian kita Maz 119:108)
      5. Persembahan yang hidup adalah persembahan Sukacita (2 Kor 9:7).

      Hapus
    6. Nama : Desi Permata Sari br. Ginting
      Nim : 12.01.915
      Tingkat/Jurusan : IV-A/ Teologia
      Analisa Sajian : Sajian Ketujuh (VII)
      Judul Sajian : NYANYIAN dan PADUAN SUARA
      Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara yang membawakan musik paduan suara terdiri atas beberapa bagian suara.
      Musik paduan suara adalah musik yang dinyanyikan oleh paduan suara ataukoor (Belanda), yang berasal dari bahasa Yunani Choros (di bahasa Inggris disebut sebagai Choir), yang berarti gabungan sejumlah penyanyi di mana mereka mengombinasikan berbagai suara ke dalam suatu harmoni.
      Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka di dalam suatu harmoni yang terdiri atas empat bagian, yaitu Sopran (suara tinggi wanita),Alto (suara rendah wanita), Tenor (suara tinggi pria), dan Bass (suara rendah pria).
      Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula ditulis atau diaransir di dalam lebih dari empat bagian suara tadi. Musik paduan suara dapat diubah dengan iringan instrumen maupun tanpa iringan instrumen, biasanya disebut acapella, tetapi sebagian besar karya-karya musisi terkemuka ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen.
      Sebenarnya paduan suara sudah mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena paduan suara sudah dikenal dan membawakan lagu-lagu pujian di Kenisah-kenisah Sumeria pada kira-kira tahun 1000 sebelum masehi. Di Yunani Kuno, paduan suara bahkan diajarkan di sekolah-sekolah, di mana pada masa itu juga sering berlangsung berbagai macam lomba paduan suara, seperti yang ada di Indonesia. Paduan suara biasanya dipimpin oleh dirigen atau choirmaster atau pada zaman sekarang disebut conductor. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara (sopran, alto, tenor, dan bass), walaupun tidak dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan, bila menyanyi dengan satu suara, itu dinamakan atau diistilahkan secara unisono.
      Beberapa Jenis Paduan Suara
      Kelompok paduan suara dapat dikategorikan sebagai berikut:
       Paduan suara campuran (yaitu dengan suara pria dan suara wanita). Jenis ini yang paling lazim, biasanya terdiri atas suara sopran, alto, tenor, dan bass, sering disingkat sebagai SATB. Sering pula salah satu atau beberapa jenis suara tersebut dibagi lagi menjadi dua atau lebih, misalnya SSAATTBB (setiap jenis suara dibagi dua) dan SATBSATB (paduan suara tersebut dibagi menjadi dua yang masing-masing terdiri atas empat jenis suara) Kadangkala jenis suara baritone juga dipisahkan, misalnya SATBarB, seringkali dinyanyikan oleh penyanyi bersuara bass tinggi.
       Paduan suara wanita, biasanya terdiri atas jenis suara sopran dan alto yang masing-masing dibagi dua, sering disingkat SSAA, bentuk lain adalah tiga suara, yaitu sopran, mezzo-sopran, dan alto, kadang disingkat SMA.
       Paduan suara pria, biasanya terdiri atas dua bagian tenor, baritone, dan bass, sering disingkat TTBB atau ATB, Jika kelompok suara tertinggi dengan teknik falsetto pada jangkauan nada alto, Jenis lain paduan suara pria adalah suara yang tertinggi atas suara SATB, seperti paduan suara campuran, namun bagian sopran dinyanyikan oleh anak laki-laki (sering disebut treble) dan bagian alto dinyanyikan oleh pria dengan teknik falsetto(sering disebut contratenor).
       Paduan suara anak, biasanya terdiri atas dua suara SA, tiga suara SSA, atau kadang lebih dari itu.

      Hapus
  10. Nama : Irna Bestania Damanik
    NIM : 12.01.913
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji :Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
    Perumus :Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
    Votum adalah sebuah pernyataan dalam liturgi Gereja Protestan, yang dibacakan oleh Pendeta, biasanya setelah perarakan Majelis (Introit). Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Votum bukanlah "Doa Pembukaan", karena doa pembukaan, yang umumnya dibacakan setelah Votum, bertujuan memohon kehadiran Tuhan dalam peribadahan. Votum merupakan kontribusi Yohanes Calvin bagi Gereja Protestan. Bacaan votum dalam liturgi gereja biasanya berbunyi:"Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi".
    Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar. Salam adalah tanda persekutuan. Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat dan bukan oleh Paduan suara atau vokal group. Dalam setiap unsur-unsur liturgi dalam peribadahan, votum, salam, dan introitus adalah unsur liturgi yang pertama dalam peribadahan.
    Dalam liturgi GKPS, ada lima model Votum yang dipakai dalam peribadahan yaitu model A, B, C, D, dan E. Dan dalam setiap model votum ini memiliki perbedaan masing-masing. Pemakaian model Votum ini dipakai secara bergantian setiap minggunya. Votum dapat diumpamakan sebagai cap/meterai. Dengan votum, kita yang hadir bukan lagi sebagai tuan Saragih atau nyonya / nona Damanik, tulang atau amboru, tapi sebagai sesama umat Tuhan. Dengan votum ini, hati-pikiran dan iman kita telah dijamin oleh Firman Tuhan. Jika Ia telah menjamin diri-Nya hadir di dalam persekutuan, inilah yang kita imani. Votum bukan bermaksud mengurung Allah dalam ruangan ibadah menurut kemauan kita, tetapi sebaliknya bahwa kita bersedia dikurung oleh kemauan Allah. Kemauan Allah ialah agar kita menyembah-Nya.Votum mestinya dipahami atau diimani sebagai suatu proklamasi yang diucapkan oleh pelayan tentang keselamatan dari Allah, yang telah memanggil dan mengumpulkan jemaat untuk maksud itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Irna Bestania Damanik
      NIM : 12.01.913
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Unsur Liturgi 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
      Penyaji : Desi P. Br Ginting, Desy R. Saragih, Fimanta Munthe, Irna B. Damanik, Naomi E. Br Tarigan
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela
      Sakramen Pengakuan Dosa (sering juga disebut Sakramen Tobat atau Sakramen Rekonsiliasi) adalah salah satu dari tujuh sakramen dalam Gereja Katolik disebut juga "Misteri" dalam Gereja Timur di mana penerimanya memperoleh belas kasihan Allah berupa pengampunan atas dosa yang diakui dan disesalinya. Melalui sakramen ini mereka juga sekaligus didamaikan dengan Gereja yang telah mereka lukai karena dosa-dosa mereka. Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui dosanya. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup yang baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi. Pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan.
      Pemberitaan anugerah bukanlah rumus absolusi saat iman membebaskan manusia dari dosanya. Pemberitaan anugerah ini yang mengantarkan jemaat untuk kelayakan mendengar firman Tuhan begitupun berkomunikasi dengan sesama manusia. Dan setiap orang yang telah diampuni dipanggil untuk menunjukkan pertobatan dalam hidupnya dengan menjalankan kehidupan yang baru, membawa pemulihan dan kedamaian di dalam kehidupan setiap hari, hukum disampaikan agar jemaat dibawa ke dalam peringatan hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia, sehingga tercipta suatu hubungan yang harmonis di lingkungan jemaat Gereja. Dalam gereja-gereja kesukuan pada saat ini biasanya pengakuan dosa ini dibarengi dengan nyanyian dalam bahasa daerah sehingga jemaat lebih meresapi pengakuan dosa dan pengakuan dosa dan pemberitaan anugearah yang disampaikan oleh liturgis. Dalam liturgi Gereja GKPS sendiri Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum masih digunakan dalam peribadahan. Tetapi ketiga unsur liturgi ini tidak selalu dipakai secara bersamaan setiap minggunya di dalam peribadahan. Ini dikarenakan dalam setiap peribadahan yang dilakukan setiap minggunya sudah ditentukan model apa yang akan dipakai. Dan dalam model itu ada model yang ketiga unsur ini tidak digunakan secara bersamaan di dalamnya. Di dalam agenda GKPS ketiga unsur liturgi ini masih dipakai sampai saat ini. Karena ibadah yang kita bangun di dalam gereja kita masing-masing adalah ibadah yang harus menyenangkan hati Tuhan, dan kalau kita sudah mengaku dosa dihadapan Allah maka ibadah yang meyenangkan hati Tuhan akan tercipta dengan sendirinya.

      Hapus
    2. Nama : Irna Bestania Damanik
      NIM : 12.01.931
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Unsur Liturgi 3 : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
      Perumus : Longbet F. Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring
      Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan. Dengan berdoa manusia diajarkan tentang satu hal, bahwa sebagi makhluk Allah kita memiliki sangat banyak kekurangan dan kelemahan, tanpa bantuan sang Khalik kita tidak akan bias memahami setiap kejadian di muka bumi ini. Manusia hanya sebutir kerikil di tengah samudera lautan pasir, yang sangat kecil.
      Pembacaan Alkitab itu menyebabkan para pendengar selalu menanti dengan bersemangat. Mereka selalu ingin mengetahui lanjutannya; selalu ingin mengetahui kebenaran apa yang akan diuraikan nanti. Dengan sendirinya, keadaan seperti itu menguntungkan sekali bagi orang yang berkhotbah.
      Ibadah protestan berpusat pada pemberitaan Firman (bnd, konsep sola scriptura). Artinya Tuhan yang menyapa umat dalam ibadah adalah Tuhan yang memberi firman kepada mereka. Ia hadir di dalam ibadah dan bertindak melalui firmanNya. Karena itu, setiap pemberitaan firman (khotbah) adalah penyampaian maksud dan kehendak Tuhan kepada manusia. Untuk itu, khotbah berisi pesan firman, dan bukan pesan pengkhotbah. sebuah khotbah yang baik melibatkan teks Alkitab, mewartakan Injil, menghubungkan Firman Tuhan bagi kehidupan umat Allah, adalah terorganisasi dengan baik dan mudah dimengerti, menangkap imajinasi pendengarnya, disampaikan dengan baik, dan orang-orang berorientasi terhadap kehidupan di Tuhan dunia. Sebuah Khotbah Yang Baik Melibatkan Teks Alkitabiah, Khotbah Yang Baik Memproklamasikan Injil, Khotbah Yang Baik Menghubungkan Firman Tuhan Bagi Kehidupan Umat Allah, Sebuah Khotbah yang baik adalah terorganisasi dengan baik dan mudah dimengerti, sebuah khotbah yang baik melibatkan imajinasi dari pendengar, sebuah khotbah yang baik disampaikan dengan baik, khotbah mengarahkan pendengar untuk hidup baik di dunia. Ketiga unsur ibadah ini tidak dapat dipisahkan dalam sebuah peribadahan. Karena dalam berkotbah harus dimulai dengan doa terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan pembacaan Alkitab dan yang terakhir ialah penjelasan dari kotbah itu.

      Hapus
    3. Nama : Irna Bestania Damanik
      Nim : 12.01.931
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : IV
      Sajian : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Pengakuan iman merupakan:Ikrar atau tekad iman kita kepada TUHAN, Ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan ALLAH, Pengakuan iman dilakukan dalam rangka mewujudkan penghormatan dan ibadah kita kepada TUHAN ALLAH, Pengakuan iman merupakan kesaksian yang memperdengarkan kebenaran dan kehendak ALLAH. Pengakuan iman bukan hanya dilakukan di dalam gedung gereja namun secara konkret perlu kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan Pengakuan Iman Rasuli pada jaman dulu dikenal dengan nama symbolum apostolicum (apostolicum dari bahasa Yunani apostolos, artinya rasul ). Pengakuan Iman ini selalu diucapkan pada saat seseorang akan dibaptis. Penggunaan istilah “symbolum” (“tanda”, “simbol” atau “bukti”) menunjukkan bahwa melalui pengucapan rumusan ini seseorang telah membuktikan sesuatu yang tersembunyi di baliknya, yaitu penyerahan diri kepada Allah Tritunggal melalui baptisan. Dalam bahasa Latin, Pengakuan Iman Rasuli disebut CREDO yang artinya aku percaya. Kredo ini adalah rumusan ajaran dasar Gereja perdana yang disusun berdasarkan isi Alkitab. Secara garis besar, pengakuan iman ini dapat dikatakan bersifat Trinitarian (percaya Allah Tritunggal), dengan isi utamanya atau esensinya adalah Yesus Kristus, Anak Allah. Ada 3 Pokok Pengakuan Iman Rasuli:Percaya kepada ALLAH, BAPA, Khalik langit dan bumi, Percaya kepada YESUS KRISTUS, ANAK ALLAH yang tunggal, Percaya kepada ROH KUDUS, Gereja yang kudus, dan kuasa/karya ROH KUDUS. Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita. Ada 3 senjata gereja yaitu: ascosio apostolica, kanon, pengakuan iman. Pengakuan Iman bukanlah Doa.
      Sekalipun ditutup dengan kata “Amin”, pengakuan iman bukanlah sebuah doa melainkan sebagai suatu ikrar (seperti sudah dijelaskan di atas). Kata “Amin” disini merupakan bentuk permohonan kita kiranya Tuhan Allah menerima pengakuan iman yang telah kita ikrarkan.
      Dalam gereja GKPS ada tiga pengakuan iman, yaitu pengakuan iman rasuli, pengakuan iman niceanum, pengakuan iman athansianum. Yang mana ketiga pengakuan iman ini dipakai secara bergantian sesuai dengan model kebaktian yang dipakai, tetapi yang paling sering dan umum di gunakan adalah pengakuan iman rasuli.

      Hapus
    4. Nama : Irna Bestania Damanik
      Nim : 12.01.931
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : V
      Sajian : doa syafaat
      Sebelum mempelajari tentang doa syafaat, kita harus bertanya terlebih dahulu, "Apakah doa itu? Apa pikiran Anda tentang doa?". Kita dapat mengemukakan bermacam-macam jawaban, tetapi hubungan atau keterkaitannya hampir sama. Doa adalah percakapan rohani dengan Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab atau saat Tuhan berbicara kepada kita. Syafaat berarti datang di hadapan Tuhan dengan tujuan menggantikan posisi seseorang. Pendoa syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Tuhan untuk menggantikan posisi orang lain yang sudah jauh dari Tuhan atau hidup tanpa Tuhan. Jadi sebelum berdoa untuk orang lain, pendoa syafaat harus sudah mendapat pengampunan dosa dari Tuhan. doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain. Pada perjanjian lama dikatakan bahwa doa syafaat terdapat dalam kasus-kasus Abraham, Musa, Daud, Samuel, Hizkia, Elia, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Kristus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu, semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa latin. Kata "Inter" berarti ANTARA dan "Cedere" yang berarti PERGI. Sehingga inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan "syafaat" sebagai perantara atau pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Jadi "DOA SYAFAAT" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.
      Doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kita. Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri. Ada konsep yang salah dalam kekristenan sekarang ini bahwa mereka yang menaikkan doa syafaat adalah kelompok khusus dari “orang-orang Kristen super,” yang dipanggil Allah untuk pelayanan syafaat secara khusus.

      Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain.

      Hapus
  11. Nama : Maston Silitonga
    NIM : 11. 01. 818
    Ting/ Jur : IV-A/ Theologia
    Judul : VOTUM, SALAM DAN INTROITUS

    Bila ada gereja yang mau memakai votum, baiklah itu jangan dianggap sebagai formula. Sebagaimana halnya ketakutan para gereja-gereja seperti di Jawa dan Toraja yang menganggap kalau votum hampir sama dengan formula-formula mistik. Artinya, agar votum tidak jatuh sebagai formula yang dipahami sah dan tidak sahnya ibadah ditentukan oleh votum.
    Di Indonesia, votum sering digabungkan dengan salam. Kuyper, memakai benediksi (rumus berkat) sebagai pengganti salam. Oberman mengatakan hal ini keliru, karena berkat akan datang kemudian. Dalam salam, kita juga jangan keliru dengan penggunaan bahasa. Sebagaimana, ketika dalam salam ada terdapat kata “rohmu” maka akan mengingatkan kepada roh orang mati. Sebut saja seperti orang tionghoa yang ketika mendengar kata roh, mereka akan berpikir akan roh-roh orang mati. Ada baiknya kata “roh” dapat diganti menjadi kata “saudara” atau “engkau”.
    Unsur ketiga yang sering dipakai adalah introitus (nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan). Mengenai introitus, ada kalanya jika nas pendahuluan yang diucapkan tidak dapat ditiadakan (dihilangkan). Ada baiknya introitus dihubungkan dengan tahun gerejawi dan nas khotbah. Selanjutnya nyanyian masuk baiklah menjadi nyanyian jemaat. Artinya, yang bernyanyi hendaklah jemaat bukan diserahkan penuh kepada paduan suara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Maston Silitonga
      NIM : 11. 01. 818
      Ting/ Jur : IV-A/ Theologia
      Judul : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum

      Pengakuan dosa adalah kesadaran jemaat kepada Allah akan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Ada baiknya pengakuan dosa dibuat dalam berbagai bentuk. Artinya, dengan memakai rumus pengakuan dosa yang beragam tidak menjadikan pengakuan dosa menjadi sebuah kebiasaan yang tidak ada manfaatnya. Hal ini juga mengingat situasi yang beragam dalam ibadah sehingga alangkah lebih baik jika pengakuan dosa dibuat beragam. Selanjutnya, keberagaman dalam pengakuan dosa membuat jemaat lebih memahami makna pengakuan dosa.
      Berbeda dengan pengakuan dosa, pemberitaan anugerah merupakan jawaban atas pengakuan dosa jemaat. Pemberitaan anugerah mengingatkan kita bahwa pemberitaan anugrah ialah bersifat pribadi antara kita dengan Allah atas jawaban dari permohonan kita dalam pengampunan dosa. Sekalipun demikian, pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah bukan berarti tentang dosa pribadi kita melainkan bersama-sama dengan para jemaat datang kepada Tuhan. Penempatan pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah pada abad-abad pertama tata kebaktian reformatoris ditempatkan sebelum dan sesudah khotbah. Selanjutnya, dalam pengakuan dosa bukan berarti dosa-dosa kita diampuni melainkan firman keselamatan-Nya yang membebaskan kita dari dosa.
      Sebagaimana jemaat sebagai manusia pastilah memiliki kesalahan atau dosa. Mengingat akan hal itu, maka pentinglah dibuat pengakuan dosa, pemberitaan anugerah, dan hukum. Sebagaiman ketiga hal itu merupakan respon kita dalam ibadah dan menghadap Tuhan. Artinya jemaat benar-benar diajak dan diajarkan untuk mengenal hubungan dirinya dan memperbaiki hubungannya dengan Tuhan. Untuk itu peristiwa inilah yang dapat kita katakan untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Nama :maston silitonga
      Nim : 11.01.818
      Ting/jur : IV-A/Theologia
      Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa adalah tindakan menghubungkan diri denga Tuhan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia yang tertulis dalam kitab Perjanjian Lama (Kej 15:1-6). Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir disetiap perjalanan hidup manusia beragama, ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar ia memperoleh selamat dan sejahtera. Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari setiap kebaktian gereja. Pembacaan itu telah temui dalam ibadah sinagoge. Kotbah dan sakramen, keduanya saling membutuhkan, kotbah keluar dari sakramen dan kembali lagi kepadanya, kotbah berlangsung “diantara baptisan dan perjamuan”. Jadi khotbah itu itu memiliki peranan yang sangat penting, karena memalalui khotbah mereka yang tidak pernah sama sekali datang keperibadahan melalui khotbah mereka akan percaya dan mendengarkan firman Tuhan. jika seseorang yang ingin berkhotbah tetapi tidak mempersiapkannya terlebih dahulu maka itu tidak khotbah namanya, dan tidak ada nilainya. Doa harus erat hubungannya dengan firman, doa harus diucapkan sebelum firman Allah diberitakan. Pembacaan Alkitab dilakukan diusulkan agar dibaca secara sistem prikop atau pembacaan secara berkesinambungan. Pembacaan Alkitab harus memperhatikan tahun gerejawi dan perikop-perikop yang telah ada. pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Hal ini telah terdapat dalam ibadah sinagoge. Dalam lukas 4 :16-22 dicerikan bahwa ketika Tuhan Yesus datang di Nazaret pada hari sabat, seperti biasa, pergi ke sinagoge. Hubungan yang erat antara pembacaan Alkita dan khotbah ini kita dapati juga dalam kisah para rasul 13:15. Itu diceritakan dalam ibadah sinagoge di Antiokhia yang dikunjungi oleh Rasul Paulus dan Barnabas.

      Hapus
    3. Nama: mastonsilitonga
      Nim: 11.01.818
      Ting/jur: IV-A/Theologia
      Unsur-Unsur Liturgi: Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Dalam pelaksanaannya, pengakuan iman Rasuli merupakan rumusan pengakuan iman yang sering dipergunakan dalam ibadah jemaat. Rumusan yang paling awal dari pengakuan iman jemaat mula-mula adalah “Yesus adalah Tuhan” (I Korintus 12: 3). Rumusan ini dipandang terlalu pendek sebagai pokok iman bagi agama kristen yang sedang berkembang dengan pesat pada masa itu. Gereja pada masa perkembangannya yang pesat ini memerlukan pokok-pokok iman yang dapat menjadi pedoman yang jelas bagi warganya agar tidak ““iombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.” (Efesus 4: 14). Pengakuan iman yang kita ucapkan dalam ibadah tidak saja merupkan bagian liturgi. tetapi juga merupkan janji kita untuk terus berpegang pada dasar-dasar iman yang benar, taat dan setia kepada Kristus Yesus sampai kapan pun. walaupun hambatan untuk menyatakan ketaatan dan kesetiaan itu sangat sukar. Perlu diperhatikan bahwa pengakuan iman bukanlah sebuah doa. Pengakuan iman merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang kita yakini dengan benar perihal pokok-pokok iman kita kepada Allah. Oleh sebab itu, dalam mengucapkan pengakuan iman kita jangan mengambil sikap doa (menundukkan kepala, melipat tangan dan memejamkan mata) melainkan mengambil sikap tegap, berdiri sempurna, pandangan lurus ke depan dan dengan suara mantap mengucapkan tiap baris rumusan pengakuan iman yang kita ucapkan. Pengakuan iman yang kita ucapkan dalam ibadah tidak saja merupkan bagian liturgi tetapi juga merupkan janji kita untuk terus berpegang pada dasar-dasar iman yang benar, taat dan setia kepada Kristus Yesus sampai kapan pun walaupun hambatan untuk menyatakan ketaatan dan kesetiaan itu sangat sukar. Dalam mengucapkan pengakuan iman sering kita mengawalinya dengan ucapan: “Bersama dengan gereja segala abad dan tempat…” Ini berarti pengakuan iman kita itu mengikatkan diri kita dalam kesatuan Roh dengan gereja segala abad-abad yang lampau, gereja pada masa kini maupun gereja yang akan datang. Suatu ikatan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pengakuan iman mempersatukan kita dengan sesama pengikut Kristus, baik dengan mereka yang masih hidup maupun dengan mereka yang telah meninggal di segala abad dan tempat.

      Hapus
    4. Nama: MastonSilitonga
      NIM: 11.01.818
      Ting/Jur: IV-A/Theologia
      Judul : Doa syafaat
      Sebelum mempelajari tentang doa syafaat, kita harus bertanya terlebih dahulu, "Apakah doa itu?. Doa adalah percakapan rohani dengan Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab atau saat Tuhan berbicara kepada kita, dan kita menjawab. Itulah yang disebut doa. Doa bukan percakapan satu arah. Dan kita tahu, dalam Alkitab tertulis, "Tetaplah berdoa" (I Tes 5:17). Syafaat berarti datang di hadapan Tuhan dengan tujuan menggantikan posisi seseorang.sehingga dapat kita katakan doa syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Tuhan untuk menggantikan posisi orang lain yang sudah jauh dari Tuhan atau hidup tanpa Tuhan. Dan karena sudah mendapat pengampunan dosa maka kita dapat membimbing orang lain untuk mendapat pengampunan dosa juga. Sebagai pendoa syafaat kita harus memperhatikan hal-hal ini. Pada saat berdoa di hadapan Tuhan jangan melakukan dengan syarat. Karena pendoa syafaat yang menerima kasih dari Tuhan tanpa syarat harus dapat berdoa tanpa syarat. Oleh karena itu iman orang benar yang memiliki motivasi, tujuan serta pengharapan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, akan menghasilkan sebuah doa yang benar dalam menyenangkan hati Tuhan. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat" (I Petrus 3:12). Berdoa dengan berani. Tuhan ingin memakai kita untuk berdoa syafaat, supaya tidak membatasi Tuhan untuk hal itu? Yang artinya menyatakan kuasa Tuhan dalam doa kuasa doa syafaat, dan kita sebagai pendoa syafaat harus mempunyai hati yang berani.

      Hapus
  12. unsur liturgi Votum, Salam dan Intoitus
    Votum, salam dan introitus diambil alih dari gereja-gereja di Nederland.
    Votum adalah pengakuan Allah hadir dalam ibadah. votum itu bukan doa melainkan suatu keterangan hikmat. Votum artinya janji yang khidmat, kata pembuka, dimana tanda Allah hadir dalam peribadahan tersebut. Votum sering kali dibuka dengan menggunakan Mazmur 128:4 “ Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi”.
    Sesudah votum menyusullah salam, salam adalah bentuk sapaan Allah melalui hambanya. Salam bukan Berkat, sehingga salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Salam adalah tanda persekutuan, salam di dasarkan yang terdapat di dalam Rut 2:4 dan 2 Timotius 4:22.
    Introitus atau Introit (Lat. ’masuk’), introitus merupakan nas pembimbing yang diucapkan setelah votum dan salam. Biasanya nas pembimbing diambil berdasarkan tahun gerejawi. teks introitus yang akan menghantarkan jemaat ke dalam pengoreksian diri, perenungan, dan mengakui tentang keterbatasan, kelemahan dan dosa. Votum, salam, introitus terdapat di dalam tata ibadah untuk keteraturan ibadah dan menyatakan semua firman Tuhan.
    Dalam peribadahan jemaat di undang untuk berdiri ketika memasuki votum, salam dan introitus, jemaat diundang berdiri artinya tanda hormat untuk menyambut kehadiran Allah di dalam peribadahan tersebut. Di gereja GBKP sebelum memasuki votum salam introitus, dimulai dengan lagu pembuka dimana lagu pembuka ini untuk menghantarkan liturgis ke mimbar, votum salam dan introitus merupakan tiga rangkaian yang bersatu. Ketika liturgis memberikan salam di akhiri dengan amin, maka jemaat menyambut dengan menyanyikan amin tiga kali setelah itu liturgis membacakan nats introitus kemudian di sambut dengan lagu pujian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : II
      Sajian : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah Dan Hukum
      Analisa Saya : Pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum adalah bagian dari unsur-unsur liturgi. Yang dimana unsur-unsur liturgi ini adalah buah dari para reformator karena latar belakang misa Katolik yang tidak sesuai dengan Alkitab. Pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum pada liturgi dilatarbelakangi oleh Calvin dimana Calvin ingin kembali kepada tata kebaktian gereja kuno, yang dianggap lebih sesuai dengan Alkitab.
      Pengakuan dosa adalah cerminan dari kesadaran umat tentang manusia di hadapan Tuhan. Dengan mengaku diri sebagai manusia berdosa, Allah diagungkan. Rumusan pengakuan dosa yang dapat dijadikan contoh adalah pengakuan dosa yang ada dalam Maz 51. Salah satu tokoh Alkitab yang mengaku dosa karena kesalahannya dan memohon pengampunan adalah Daud dimana Daud mengambil Batsyeba dari Uria dengan membuat perintah kepada prajurit agar saat berperang Uria menjadi berisan terdepan maksud dari Daud adalah agar Uria terbunuh di dalam peperangan, dari kejadian inilah Daud diperingatkan oleh Natan maka Daud sungguh menyesal dan mendapat murka, malapetaka dari Allah (2 Samuel 12).
      Selesai pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah. Yang dimaksud adalah pemberitaan anugerah Allah di dalam Kristus telah mendamaikan dirinya dengan dunia dan berdasarkan kematian kristus, rela untuk mengampuni dosa kita. Nats pemberitaan anugerah yang biasa dipakai dengan memilih salah satu nats menurut tahun gerejawi seperti Yoh 3:16.
      Hukum biasa dibacakan adalah dasafirman. Hukum yang dimaksud disini adalah pembacaan 10 hukum Taurat dalam ibadah Gereja, hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, nats-nats yang dipakai adalah: keluaran 20:2; Ul 5:6-22; Mat 22:37; Yoh 13 34:35. Umumnya jemaat berdiri ketika hukum kasih dibacakan. Calvin berpendapat bahwa hukum sebagai peraturan pengucapan syukur lebih baik ditempatkan sesudah daripada sebelum khotbah.
      Gereja GBKP yang beraliran calvinis memakai unsur-unsur liturgi pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum, dimana pengakuan dosa itu dilakukan dengan pembacaan secara bergantian oleh liturgis dan jemaat, dalam pengakuan dosa direspon oleh jemaat dengan bentuk nyanyian. Adapun ayat pengakuan dosa diambil dari Maz 51: 3-8; 1 Yoh 1:6-8, 10; Yesaya 59:12-13. Setelah selesai pengakuan dosa maka disambut dengan lagu pujian setelah selesai masuk kepada pemberitaan anugerah yang dibacakan oleh liturgis kepada jemaat tanda dosa-dosa itu sudah diampuni Allah, dalam pemberian anugerah jemaat diundang untuk berdiri. Adapun nats pemberitaan anugerah diambil dari Mazmur 32: 1-2; Yesaya 1:18; Matius 11:28-30; Yoh 3:16 setelah itu bernyanyi kembali.
      Mengenai hukum di GBKP tidak ada pembacaan hukum karena setelah pemberitaan anugerah masuk ke dalam tata ibadah yaitu pembacaan Alkitab kemudian memasuki khotbah.

      Hapus
    2. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : III
      Sajian : Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa adalah tempat dimana kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan, di dalam doa kita bisa bersyukur, bahkan curhat dengan Tuhan. Di saat kita berdoa, Tuhan tahu bahwa kita sedang berusaha (Mat 7:7-8) dan saat itulah Tuhan menegrti bahwa kita sebagai anaknya sedang mengandalkan Dia. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar doa kita terjawab, yang pertama kita harus tinggal di dalamnya, yang kedua meminta sesuatu yang seturut kehendaknya, yang ketiga percaya. Dasar kita harus berdoa adalah Yoh 16:24 yang mengatakan “sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu”. Contoh tokoh Alkitab yang berdoa kepada TUHAN adalah Hana yang memohon kepada Tuhan agar memiliki seorang anak, dengan kesungguhan hatinya maka Tuhan mengabulkan doanya dan Hana memiliki anak yang ia beri nama yaitu Samuel. Samuel artinya yang diminta dari pada Tuhan (1 Samuel 1:1-28), doa orang yang benar bila dengan yakin di doakan sangat besar kuasanya (Yak 5:16). Tuhan itu hanya sejauh doa.
      Pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Pembacaan Alkitab adalah injil, kabar kesukaan, proklamasi bahwa Allah menerima pemberitaan-Nya sabagai raja. Hubungan yang erat antara pembacaan dan khotbah menuntut bahwa Alkitab dibaca supaya ditengkan (ditafsirkan) dan diterapkan.
      Khotbah adalah Percakapan iman, Kesaksian iman tentang kristus, tentang Allah (1 Yohanes 1:1-4). Khotbah itu menyampaikan Firman Tuhan, terdiri dari tafsiran dan terapan. Kotbah adalah sebagian dari ibadah, yang paling penting ialah ibadah, bukan kotbah, kotbah tidak boleh lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh menit. Adapun jenis-jenis khotbah adalah Khotbah Misioner, Khotbah gereja-bangsa, khotbah Uskup, Khotbah Biarawan, Khotbah kaum mistik dan Khotah sebelum Reformasi. Khotbah bukanlah yang menjadi puncak atau yang terpenting dalam ibadah karena dari semua unsur-unsur liturgi mulai dari persiapan (konstitori) untuk menghantar liturgis naik ke mimbar, votum, salam sampai ke berkat semua unsur-unsur liturgi itu memiliki arti dan makna kesatuan yang sama tidak ada terdapat perbedaan. Jadi, ketika ada jemaat mengatakan dalam unsur liturgi ini “aku merasa di bagian liturgi ini tidak seru” dan tidak mengikutinya itu sama saja telah mengurangi arti dan makna liturgi, sementara semua unsur liturgi itu memiliki arti dan makna yang sama.

      Hapus
    3. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : IV
      Sajian : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      pengakuan iman merupakan pernyataan atau pengakuan rangkuman mengenai suatu kepercayaan, dalam Bahasa Latin, kata credo berarti "Aku Percaya". Pengakuan iman adalah tulisan-tulisan yang menjelaskan ajaran iman yang dianut oleh gereja atau kelompok tertentu. Pengakuan Iman Rasuli merupakan pengakuan iman oikumenis yang diterima oleh seluruh gereja Kristen di dunia. Berdasarkan tradisi gereja, pengakuan ini disusun oleh 12 rasul Tuhan Yesus, masing-masing rasul menyumbangkan satu pasal. Bentuk lengkap pengakuan inni baru muncul sekitar tahun 700, namun bagian-bagiannya sudah ditemukan sejak permulaan abad ke-2. Pengakuan ini terbagi atas tiga bagian, bagian pertama memuat ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan, bagian kedua memuat ajaran tentang Kristus dan karya penebusan-Nya, sementara bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaan-Nya. Pada abad ke 6 atau ke-7, pengakuan ini telah diterima sebagai bagian dari liturgi dalam Gereja Barat. Orang-orang saleh mempergunakan pengakuan iman mereka bersama-sama dengan Doa Bapa Kami dalam doa devosi mereka, gereja Reformatoris menerima pengakuan ini dan ditambahkan pada pengakuan iman yang mereka miliki dan dipergunakan dalam ibadah-ibadah mereka. Pengakuan iman ini mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan orang Kristen seperti sebagai pengakuan iman bagi mereka yang hendak dibaptis, sebagai bahan pengajaran katekisasi, dan sebagai ajaran yang membedakan ajaran yang ortodoks dari pengajaran-pengajaran sesat. Di gereja GBKP pengakuan iman dibacakan pada saat setelah selesai khotbah dan jemaat diundang untuk bangkit berdiri. Semua gereja mempunyai pengakuan iman termasuk gereja kharismatik hanya saja yang membedakannya gereja GBKP setiap minggu membacakan pengakuan iman akan tetapi gereja kharismatik mempunyai waktu-waktu tertentu dalam arti tidak setiap minggu pengakuan iman dibacakan. pengakuan iman merupakan suatu senjata gereja sehingga dibacakan dengan lantang tanpa menutup mata. Adapun nats-nats tematis Alkitab adalah Matius 16:15 Pengakuan Iman Rasuli diawali dengan pernyataan Aku percaya karena kepercayaan kita kepada Tuhan harus bersifat pribadi tidak ikut-ikutan. Roma 11:36 Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha kuasa Khalik Langit dan bumi - mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah pencipta – kita ciptaan, Tuhan pemilik - semua yang diciptakannya adalah milikNya, Sebagai pencipta, Dia yang menentukan tujuan dan aturan main, sehingga setiap kita harus hidup berdasarkan dengan aturan main tujuan pencipta, supaya setiap kita menjadi ciptaan yang berguna versi Allah. Wah 21:1-4 Kebangkitan daging/tubuh dan hidup yang kekal – Kekekalan berfokus mengenai relasi antara Allah dan umat-Nya. Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya untuk selama-lamanya dan kita memiliki relasi yang intim bergaul dengan Allah. Efesus 4:1-16 Aku percaya kepada Gereja yang Kudus - Jemaat adalah tubuh Kristus, dan Kristus adalah kepala. Jemaat Allah adalah: anak-anak Tuhan yang telah mengalami kelahiran baru, orang yang telah menerima Kristus sebgai juru selamat. Kisah 1:8 Aku percaya kepada Roh Kudus - Roh kudus adalah pribadi Allah, Roh Kudus adalah Allah sehingga kita harus menyikapinya setara dengan Allah.

      Hapus
    4. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : V
      Sajian : Doa Syafaat
      Doa adalah percakapan rohani dengan Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab atau saat Tuhan berbicara kepada kita, dan kita menjawab. Itulah yang disebut doa. Doa bukan percakapan satu arah. Dan kita tahu, dalam Alkitab tertulis, "Tetaplah berdoa" (I Tes 5:17). Doa sangat penting bagi orang percaya, karena melalui doa kita membangun hubungan dengan Tuhan. Melalui sebuah doa, kuasa dan mujizat Tuhan dinyatakan, perubahan dan pemulihan pun terjadi. Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain, doa syafaat itu merupakan bagian dari kehidupan Kristen untuk semua orang percaya,
      doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri. Melalui penjelasan bapak dosen di kelas mengatakan bahwa doa syafaat adalah doa pribadi dan dunia sekitar kita. landasan teologisnya perlindungan, penyertaan, pertolongan, permohonan kepada Allah. dimana doa syafaat dalam versus PL yaitu doa syafaat Abraham untuk Sodom (Kejadian 18:22-33) dimana Tuhan berfirman akan memusnahkan semua tanah Sodom oleh karena dosa mereka, pada saat itu terjadilah tawar menawar antara Abraham dan Allah mengenai berapa orang yang percaya kepada Allah, yang dimulai dari 50 orang sampai ke 10 orang yang percaya kepada Allah. Abraham berdoa syafaat untuk Lot dan orang-orang yang tinggal di dalam kota itu. Doa itu dijawab dan digenapi oleh Tuhan. Tanah Sodom dan Gomora diselamatkan oleh Tuhan melalui doa syafaat Abraham. Doa syafaat versus PB yaitu sebagaimana Yesus mendoakan murid-muridnya. Yesus berdoa untuk melindungi murid-muridnya. Doa syafaat itu sangat bermakna dan tanpa campur tangan Tuhan manusia tidak dapat berkarya. Doa syafaat ada pada tahun 90-an di gereja-gereja batak. Di GBKP doa syafaat dilakukan setelah selesai khotbah dan warta gereja, salah satu doa syafaat yang didoakan adalah mengenai jemaat yang memberikan persembahan ucapan syukur, dan hal ini sudah membudaya. Jadi menurut saya doa syafaat yang dilakukan pada saat ini tidak sesuai dengan pelajaran liturgika mengenai doa syafaat yang landasan teologinya yaitu perlindungan, penyertaan, pertolongan, permohonan.

      Hapus
    5. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : VI
      Sajian : Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
      Pemeberian jemaat sejak dahulu erat berhubungan dengan perayaan perjamuan. Pada zaman Perjanjian Baru pemberian tersebut masih dianggap sebagai “diakoni” jemaat yang dikumpulkan oleh diaken-diaken (pelayan-pelayan meja bnd Kis 6:2) untuk agape (=perjamuan kasih) dan untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Kemudian dalam abad-abad pertama, pembereian itu mendapat arti yang lain yakni ketika elemen-elemen perjamuan (roti dan anggur) dianggap sebagai korban (= korban Kristus), pemberian jemaat juga dianggap demikian. Dalam dokumen-dokumen liturgia lama pemberian itu selalu kita temui dengan nama offertorium. Di gereja Barat persembahan “korban” yang dibawa ke mezbah oleh para klerus dan anggota-anggota jemaat) dianggap sebagai suatu peristiwa penting. Terutama di jemaat-jemaat besar, akta persembahan itu diiringi dengan suatu kidung (mazmur) yang dinyanyikan oleh paduan suara secara antifonis. Persembahan jemaat mula-mula diberikan innatura (= hasil bumi, umpamanya buah-buahan, minuman, dll). Dengan berbagai sebab, persembahan ini kemudian (dalam abad ke-11) diganti dengan persembahan uang. Menurut GBKP Hal pemberian, persembahan, dan pelayanan umat kepada TUHAN tampak sebagai inti dan unsur persembahan dalam ibadah berbeda sama sekali artinya dengan persem¬bahan duniawi. Persembahan dalam ibadah ialah cermin penyerahan diri umat pada pengabdian yang rela dan setia. dengan segenap hati, dengan seluruh tindak tanduk-nya, bukan hanya selama kebaktian, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari juga. Tujuan persembahan ialah pada sikap hidup yang mengabdi dengan rela dan setia kepada TUHAN. Dengan kata lain, harus ada hubungan antara ibadah dan sikap hidup sehari-hari. Yang satu mewarnai yang lain secara timbal balik dan harmonis.

      Hapus
    6. Nama : Desna Sonia Sembiring
      Nim : 12.01.914
      Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
      Kelompok : VII
      Sajian : Unsur Liturgi NYANYIAN dan PADUAN SUARA
      Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Bangsa Israel suka menyanyi. Di dalam PL banyak nyanyian religius yang diwariskan dan sedikit jumlah nyanyian profan yang mereka wariskan. Pada waktu panen, menuai melepas gandum dari tangkai dan pada saat memeras anggur/minyak ada nyanyiannya masing-masing (Hak 9:27; 21:21; Yes 9:2; 16:10). Bil 21:17-18 memuat sebuah nyanyian yang dinyanyikan pada saat menggali sebuah perigi. kesempatan yang penting adalah pertunangan dan perkawinan (Yer 16:9; 25:10; 33:11 dan Kidung Agung yang berasal dari kumpulan nyanyian kasih). Nyanyian para penjaga sangat tersebar luas, yang dalam arti kiasan melukiskan tugas para nabi (Mazm 130:1-8; Yes 21:11-12; 52:8-9; Hab 2:1-3). Pada upacara duka Nyanyian ratap kematian memegang peran utama (2Sam 19:36) yang di dalam pesta-pesta di istana menampilkan nyanyian raja dan nyanyian kemenangan (1Sam 18:6-7; Mazm 45:1-17 dan lain-lain). Di antara nyanyian perang dan nyanyian kemenangan yang termasuk paling tua dan sekaligus penting adalah nyanyian Debora: Hak 5:1-31. nyanyian religius diwariskan di dalam 150 Mazmur, yang jelas sudah digunakan sejak semula di dalam ibadat.
      Paduan suara adalah suatu kumpulan orang yang menciptakan nada sehingga dari nada-nada tersebut tercipta suatu keharmonisan dan menjadikannya sebuah suara yang saling berpadu. Paduan Suara adalah bernyanyi sesuai dengan not-not suatu lagu tetapi tidak hanya membunyikan sesuai dengan not saja, namun dibawakan dengan pembawaan-pembawaan tertentu sehingga menciptakan sebuah harmoni yang indah. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara,yaitu : Sopran,Alto,Tenor,dan Bas.Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella. Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang biasa digunakan adalah piano. Suatu paduan suara di dalam ibadah seharusnya memimpin jemaat dalam nyanyian mereka, dan menambahkan musik tertentu yang diperlukan oleh liturgi atau bentuk ibadahnya.9) Pandangan serupa juga dinyatakan oleh Abineno: Dalam menjalankan tugasnya, paduan suara harus takluk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh gereja. Tugasnya bukanlah untuk membuat “konser” di dalam ibadah, melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat.

      Hapus
  13. Nama : Dear Mando Purba
    Nim : 12.01.913
    Tingkat : IVA/Teologi

    Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus, segala sesuatu yang menyusul setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Lihat rumus votum, Maz.124:8), jadi maksud votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsure pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan.
    Di dalam tata gereja dan peraturan GKPS Halaman 257 dikatakan bahwa votum adalah satu materai pengakuan akan kehadiran Allah berdasarkan firman dimana ada dua atau tiga orang berkumpul, disitu ada Aku; sedangkan Introitus adalah firman Allah yang disampaikan untuk menyatakan suasana ibadah yang diakhiri dengan mengamenkan bahwa Tuhan telah hadir.
    Begitu pentingnya fungsi votum,salam dan Introitus ini bagi suasana peribadahan. Namun yang menjadi masalah adalah ada begitu banyak jemaat bahkan pelayan Tuhan (pertua dan pendeta) yang kurang memahami makna disetiap unsure tersebut. Hal ini mengakibatkan ibadah menjadi tidak hikmad, lalu kenapa ada banyak jemaat yang masih ribut saat ibadah telah dibuka, masih ada jemaat yang bermain handphone saat ibadah, jemaat yang tidur saat kotbah, jemaat yang malas untuk bangkit berdiri padahal diundang untuk bangkit berdiri? Hal ini dikarenakan jemaat tidak mengerti bahwa setelah dimulainya votum, maka Allah telah hadir dan kegiatan setelahnya dimulai di dalam nama Yesus. Jika memang setiap orang mengerti bahwa kegiatan yang berlangsung ada di dalam nama Allah, maka apakah masih ada jemaat yang masih berani tidak berdiri, masihkah ada yang berani untuk bermain Hp, masih adakah yang jemaat yang bercerita, tentu jawabannya adalah tidak.
    Timbul pertanyaan bagaimana ibadah yang menyenangkan hati Tuhan? Ibadah yang menyenangkan hati Tuhan adalah apabila seluruh jemaat dan pelayan Tuhan mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Jemaat harus melakukan setiap liturgi tersebut dengan menghayatinya. Untuk itu perlu untuk dihindari masalah keterlambatan untuk menghadiri kebaktian, hal ini perlu untuk tidak ketinggalan untuk mengikuti setiap unsur liturgi yang disediakan. Kekayaan votum yang dimiliki oleh banyak denominasi gereja sungguh akan memperkaya unsur liturgi gerejawi. Akan sangat disayangkan apabila seseorang hadir mengikuti setiap kebaktian namun tidak menyadari bahwa Allah sungguh hadir dalam setiap kebaktian yang dilakukan, sehingga masih saja bermain-main dan kurang serius saat mengikuti kebaktian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Tingkat : IVA/Teologi
      Sajian kelompok II, Pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Mahatma Gandhi seorang pejuang kemanusiaan di India berkata : “Cinta tidak pernah meminta, Cinta selalu memberi”. Namun manusia yang terkubur di dalam lubang dosa tidak dapat memberikan cinta kasih yang begitu tulus bagi sesama, apalagi bagi Allah; untuk itulah pengakuan dosa dan pengampunan menjadi sangat penting bagi uamt manusia. Calvin sebagai salah seorang reformator gereja juga memperhatikan tata liturgi yang terdapat di dalam gereja pada saat itu, dimana Calvin melihat alangkah lebih baiknya apabila tata kebaktian dikembalikan seperti gereja kuno yang dianggap lebih sesuai dengan Alkitab. Tentang Ujud dan dasar pengakuan dosa umum dimana van der Leeuw berkata pengakuan dosa umum tidak menggantikan pengakuan dosa pribadi. Pemakaian Pemberitaan anugerah bersama-sama dengan penolakan adalah karakteristik bagi tata kebaktian calvinis dan Gereja-gereja ini beranggapan bahwa absolusi yang diberikan hanya dengan syarat, dengan perkataan lain hanya dapat diterima dalam penyesalan dan percaya. Hal ini berarti Gereja Calvinis tidak mengatakan bahwa setiap jemaat yang mengakukan dosanya pada liturgy gereja sudah pasti dosanya diampuni, lebih jauh lagi yang perlu diketahui adalah dosa hanya akan diampuni kepada mereka yang benar-benar menyesal akan dosa-dosanya dan dengan sungguh-sungguh percaya kepada Allah yang mampu mengampuni segala kesalahan umat-Nya.
      Setelah adanya pengakuan dosa, maka pemberitaan anugerah dilaksanakan, yang dimaksud adalah pemberitaan anugerah Allah di dalam kristus telah mendamaikan dirinya dengan dunia dan berdasarkan kematian kristus, rela untuk mengampuni dosa kita. Rumus pemberitaan anugerah yang biasa dipakai adalah sebagai hamba yesus kristus kami (saya) memberitakan pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang yang tulus ikhlas telah mengaku dosanya dihadapan Allah disambung dengan memilih salah satu nats menurut tahun gerejawi. Disinilah peran ganda liturgis terlihat, dimana liturgis dalam pemberitaan Anugerah ini bertindak sebagai wakil Allah untuk menyampaikan Firman-Nya.
      Hubert Humprey mengatakan bahwa “tidak cukup penjara, tidak cukup polisi dan tidak cukup pengadilan untuk menegakkan hukum apabila tidak didukung oleh rakyat”. Lalu ditambahkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, John F.Kennedy yang berkata “Perubahan adalah hukum kehidupan, dan orang-orang yang hanya melihat kemasa lalu atau sekarang pasti akan kehilangan masa depan”. Hal ini menunjukkan betapa hukum itu diberikan untuk mengatur hidup masyarakat, demikian juga Allah memberikan hukum Taurat. Sering sekali jemaat yang telah melakukan pengakuan dosa tidak mengalami perubahan setelah pulang beribadah, artinya setelah pengakuan dosa pun masih saja sama seperti ketika belum pengakuan dosa. Hal ini terjadi karena pemahaman yang tidak benar akan pengakuan dosa, seperti yang dikatakan Kennedy bahwa perubahan sangat dituntut dari kehidupan umat. Perubahan yang dimaksud tentunya adalah perubahan menuju kearah yang lebih positif dan tidak jatuh kedalam lubang yang sama. Akhirnya, ibadah yang menyenangkan hati Tuhan adalah ketika setiap jemaat yang mengakukan dosanya dengan penyesalan dan kemudian terdapat perubahan yang terjadi serta semakin taat terhadap aturan yang telah disediakan oleh Allah sendiri begitupula aturan sosial yang tidak bertentangan dengan Firman Allah.

      Hapus
    2. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Tingkat : IVA/Teologi
      Sajian kelompok III, Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Sebuah lirik lagu mengatakan bahwa “Tuhan hanya sejauh doa”, sebuah gambaran bagaimana doa itu sangat penting di dalam kehidupan umat percaya; bahkan Luther berkata bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Menrut tata ibadah karangan Yohanes Calvin, Calvin berkata bahwa doa-doa umum ada dua jenisnya; ada yang berlangsung dengan perkataan saja, ada yang disertai nyanyian. Hal ini bukan rekaan yang dikarang belum lama ini, sebab telah ada sejak asal mula Gereja, sebagaimana ternyata dalam kepustakaan sejarah Gereja. Rasul Paulus pun tidak hanya menyebut doa yang memakai kata-kata saja, tetapi juga yang disertai nyanyian."
      Pembacaan Alkitab bahkan sudah sejak lama dimulai, Yesus sendiri membacakannya di sinagoge yang kemudian dilanjutkan dalam tradisi gereja mula-mula. sebelum pembacaan Alkitab, diucapkan dahulu suatu doa untuk memohon anugrah Tuhan- seperti yang dikatakan oleh tata kebaktian Calvin di Geneva pada Tahun 1542- firman Allah diterangkan dengan baik (murni) untuk kemuliaan nama-Nya dan untuk pembangunan gereja dan agar firman itu diterima dengan kerendahan hati dan dengan ketaatan. Kotbah harus membangun jemaat untuk turun aktif dan mengambil bagian di dalam ibadah. Kotbah itu mempunyai tempat yang sentral , karena tugas gereja yang utama ialah mengabarkan Firman Tuhan di dalam dunia. Seluruh pandangan-pandangan ini sudah terhimpun dalam Firman Tuhan yang mengatakan bahwa iman bertumbuh melalui pendengaran akan firman Allah. kotbah yang seharusnya diberikan oleh pelayan harus dapat menumbuhkan iman percaya setiap umat yang mendengarnya, tidak seharusnya terdapat kesalahan-kesalahan dalam bentuk menyindir sesorang dan mengambil kesempatan saat berkotbah untuk menyalahkan orang lain serta menjelek-jelekkan orang lain. Mempersiapkan dengan baik dengan metode-metode hermeneutisasi yang baik akan sangat berpengaruh dalam penyampaian firman Tuhan.
      Sudah seharusnya doa dan firman menempati posisi yang penting dalam hidup orang percaya, namun kenyataan yang terjadi pada saat ini adalah ada kecenderungan untuk mengejek dan mempermalukan orang yang hidup berdoa dengan sebutan “pietis, sok suci,orang kudus”. Namun yang menjadi permasalahan lainnya adalah, tidaklah cukup hanya sebatas berdoa dan mendengar firman, namun dengan melaksanakannya dalam bentuk mengasihi Allah dan sesama.
      Dalai Lama berkata “Cinta Kasih adalah agama saya”, serta pernyataan dari Nelson Mandela yang mengatakan “Tidak ada orang yang lahir dengan membenci orang lain karena warna kulit, asal-usul, atau agamanya” yang berintikan bahwa melaksanakan seluruh firman dan doa dalam bentuk yang nyata dengan mengasihi. Maka jelaslah Firman Allah berkata Ora et Labora (bekerja dan berdoa). Kerjakan doamu dan doakan kerjamu.

      Hapus
    3. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Sajian Kelompok IV (Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab)
      Pengakuan Iman bukan sekedar rumusan yang dihafalkan namun harus diucapkan dengan sungguh-sungguh dari hati yang terdalam dan diwujudkan dalam kehidupan beriman sehari-hari. Pengakuan Iman merupakan: Ikrar atau tekad iman kita kepada Allah, ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah, wujud penghormatan dan ibadah kita kepada Allah, kesaksian kita atas kebenaran dan kehendak Allah. Pokok Pengakuan Iman Rasuli: Percaya kepada Allah, Bapa, Khalik langit dan bumi (Penciptaan); percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal (Penebusan) ; Percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan kuasa/karya Roh Kudus (Pengudusan).
      Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul. Bukti historis konkret yang tertua tentang keberadaan kredo ini adalah sepucuk surat dari Konsili Milano (390 M) kepada Paus Siricius yang bunyinya demikian:
      "Bila engkau tidak memuji ajaran-ajaran para imam ... biarlah pujian itu setidak-tidaknya diberikan kepada Symbolum Apostolorum yang selalu dilestarikan oleh Gereja Roma dan akan tetap dipertahankan agar tidak dilanggar."
      Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama: (1) mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita; (2) mengenai Allah Anak dan penebusan kita; (3) mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.
      Pengakuan Iman esensinya sama dengan kalimat syahadat yang dipakai oleh umat Muslim. Daalam buku Saudaraku di serambi iman, karangan Nicholas J. Wolly dikatakan Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (شهد) yang artinya "ia telah menyaksikan". Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan akan keesaan Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai rasulNya.
      • Kalimat pertama :

      ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh
      artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah
      • Kalimat kedua :

      wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh
      artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.
      Sebenarnya begitu pentingnya pengakuan iman ini bagi umat percaya, hanya saja ada begitu banyak umat yang tidak mengerti dengan apa yang sedang diucapkan. Pengucapan pengakuan iman haruslah dari dalam hati dan dengan sungguh-sungguh. Pelaksanaannya bisa disamkan saat ketika membacakan proklamasi kemerdekaan. Artinya pengakuan iman adalah proklamasi apa yang kita percayai mengenai Allah. untuk itu sikap dan tatacara pengakuan iman adalah harus dengan tegas.

      Hapus
    4. Nama : Dear Mando Purba
      Nim : 12.01.913
      Tingkat : IVA/Teologi
      Materi : Doa Syafaat
      Dalam Ensiklopedia dikatakan bahwa Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja, secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya.
      Sedangkan menurut Nur Cholis Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara.
      Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa latin. Kata "Inter" berarti Antara dan "Cedere" yang berarti pergi. Sehingga inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan "syafaat" sebagai perantara atau pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan.
      Jadi "doa syafaat" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.
      Begitu pentingnya doa syafaat dalam kehidupan Gereja, namun yang terjadi adalah ketika doa syafaat “dijual” di dalam gereja. Artinya adalah seringkali yang di doa syafaatkan di dalam gereja adalah mereka yang memberikan persembahan bulanan ataupun mereka yang memberi ucapan syukur (dalam bahasa Simalungun Banggal ni Uhur ). Sehingga ada banyak pandangan yang mengatakan bahwa kalau mau di doakan harus bayar kepada gereja. Gereja harus menyadari tanggungjawabnya adalah sebagai pendoa bagi bangsa dan Negara. Gereja tidak boleh membiarkan Negara untuk berjalan sendiri, begitupula bagi mereka yang sedang dianiaya karena memperjuangkan imannya kepada Allah.

      Hapus
  14. Nama : Anova Talenta Milala
    Nim : 12.01.904
    Ting/Jur: IV-A/ Theologia
    Tanggal: Kamis, 21 Maret2016
    Sajian: Kelompok I (Votum, Salam, dan Introitus)
    Votum, salam, dan introitus adalah tiga rangkaian yang saling berkaitan yang didalam peribadahan mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana ketiga hal itu menjadi pembuka dalam setiap peribadahan.
    Votum adalah suatu keterangan hidmat atau janji hidmat, melalui ucapan votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur, dan votum juga bermaksud mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, maka gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan, dalam votum ini juga menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai berakhirnya ibadah hanya dapat berjalan atau terjadi dalam pimpinan Tuhan, votum ini juga memiliki arti bahwa pengakuan Allah hadir dalam ibadah.
    Setelah votum liturgis mengucapkan Salam, dimana di dalam buku Andar ismail “selamat berbakti” dijelaskan bahwa salam ini bukan salam yang diambil dari ibadah agama Yahudi yaitu “selamatlah engkau” (1 Sam. 25: 6). Dan ada juga yang memakai salam gereja perdana yaitu “Tuhan menyertai anda”, dan karena salam bukan merupakan doa, maka salam diucapkan bukan dengan mata terpejam, salam juga bukan berkat sebab itu liturgis tidak mengangkat kedua tangan. Jadi, Salam adalah tanda persekutuan, dalam salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat, pengucapan salam juga menunjukkan tanda ikatan emosional antara pemimpin ibadah dan anggota jemaat, rumus salam dapat juga dilihat di dalam (Rom. 1:7; 2 Tim. 1:2; 2 Kor. 13:13). Jadi, kalau ada orang memberi salam tentulah kita menjawabnya. Oleh karena itu salam liturgis dijawab oleh umat dengan kata “Amin” (sesungguhnya, patutlah dipercaya dengan sungguh-sungguh) ini biasanya diucapkan atau dinyanyikan.
    Introitus atau Introit (Lat, masuk) atau sering disebut juga “antifon pembukaan”, yaitu ayat yang dinyanyikan atau dibacakan saat iman masuk ke dalam gereja untuk merayakan ekaristi. Ada juga gereja yang menggatikan introitus dengan nats pembimbing, tetapi harus diketahui bahwa baik introitus ataupun nats pembimbing selalu dihubungkan dengan tahun gerejawi atau nats khotbah. Dimana di gereja-gereja saat ini khususnya GBKP, introitus ini adalah membacakan nats Alkitab, sebuah ayat Alkitab dibaca oleh liturgis. Fungsi ayat ini adalah untuk menunjukkan tahun gereja yang berlaku pada hari Minggu itu. Sebagai pengganti ayat Alkitab bisa juga dibacakan beberapa kalimat biasa, jadi harus disesuaikan dengan nama-nama minggunya.
    Dari pembahasan sajian ini sangat penting memang untuk dibahas dan dipelajari, karena sangat berguna di pelayanan nantinya, karena harus kita ketahui bahwa Gereja tidak pernah terlepas dengan yang namanya ibadah, jadi kita sebagai pelayan Tuhan bahkan jemaat juga sangat perlu memahami semua aspek yang dilakukan dalam rangka ibadah. Kita harus dapat membedakan setiap unsur-unsur liturgi dalam ibadah, artinya kita mengetahui apa arti dan makna pada setiap unsur dalam ibadah yang dilakukan agar ibadah itu berjalan dengan baik dan dapat kita maknai. Karena dapat dilihat bahwa masih ada jemaat bahkan kita juga belum mengerti apa sebenarnya makna dari setiap unsur-unsur liturgi dalam ibadah tersebut, sehingga walaupun ibadah sudah dimulai dengan votum, salam dan introitus masih ada yang berbicara bahkan ribut, karena mungkin ada yang beranggapan bahwa itu hanyalah bacaan biasa dan tradisi di gereja. Jadi untuk pemahaman yang seperti itulah sehingga sangat penting pembahasan mengenai votum , salam, dan introitus, sehingga di GBKP juga pada tahun 2015, membuat tema PJJ salah satunya adalah unsur-unsur liturgi, agar memang jemaat itu dapat mengerti arti dan makna setiap liturgi sehingga dapat menempatkan bagaimana sikapnya saat ibadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Kelas Bersama IV- A dan B, Sabtu 2 April 2016
      Sajian: Kelompok II
      Judul : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum.
      Penyaji: Desi P. Br Ginting, Desy R. Saragih, Fimanta Munthe,Irna B. Damanik, Naomi E. Br Tarigan
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela
      Pengakuan dosa yaitu sebelum jemaat menghadap Tuhan dalam hadirat-Nya, jemaat lebih dahulu memohon pengampunan Tuhan untuk kemudian melanjutkan ibadahnya. Dimana Pengakuan dosa dalam Missale Romanum diinformasikan bahwa sejak abad ke 10 terdapat kebiasaan imam ketika sampai dekat mesbah, imam tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Ketika unsure Pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah diteruskan dalam ibadah Protestan maka dua unsure ini dirubah yaitu pengakuan dosa dan permohonan pengampunan dosa dijadikan sebagai akta jemaat. Dengan kata lain Gereja Reformasi meneruskan pemakaian pengakuan dosa (Confiteor) dan permohonan pengampunan (absolusi) dalam ibadah yang dilakukan oleh jemaat kepada Tuhan dan bukan hanya oleh imam atau pendeta. Jadi dalam ibadah Protestan, pengakuan dosa dan permohonan pengampunan dirubah dan dijadikan menjadi akta jemaat. Khusunya dalam GBKP sebelum pengakuan dosa ada berita karena dosa manusia yaitu ada dua bagian namun dibacakan salah satu diantara keduanya, yang pertama: Firman Allah tentang dosa manusia, dimana melalui unsur ini diingatkan bahwa semua manusia sesungguhnya adalah orang-orang yang berdosa. Dan yang kedua, Firman Allah tentang kehidupan yang baru: disini jemaat diingatkan bagaimana seharusnya hidup sebagai orang yang sudah di kasihani, sudah ditebus dari dosa oleh Yesus Kristus, namun bahwa kenyatannya sering kali jemaat tidak hidup sesuai dengan Firman Allah itu dan jatuh ke dalam dosa. Oleh karena semua manusia adalah manusia berdosa, sehingga diberikan kesempatan untuk merenung dalam hati masing-masing karena dosa dan kesalahan yang telah dibuat (paksa teneng), di paksa teneng ini kita bisa meluapkan isi hati kita, mengungkapkan semua dosa-dosa kita dan penyesalan kita, Setelah memahami, merenungkan dan menyesali itu semua kita mengakukan dosa kita dihadapan Tuhan (Pengakuan dosa), ini biasanya diucapkan secara responsoria, bisa dibacakan dan juga dinyanyikan. Setelah itu dilanjutkan dengan nyanyian yang berbentuk pengakuan dosa, penyesalan akan dosa-dosa kita.
      Pemberitaan anugerah adalah unsur pemujaan, pemberitaan itu diproklamasikan Allah dalam Kristus Yesus sebagai Allah maha pengampun, yang mengungkapkan puji-pujian dan sembah jemaat kepada Dia yang mengampuni dosa. Dimana Pembawa Liturgi atas nama Allah menyampaikan berita anugrah yaitu pengampunan dosa kepada jemat yang sungguh-sungguh menyesal akan dosanya dan mau bertekad menjauhkan diri dari dosa dan hidup dalam Tuhan.
      Hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman, menurut van der Leeuw, dasafirman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum sebab inti hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Dalam penempatan pembacaan hukum ini berbeda-beda, ada gereja yang menempatkan unsur ini sebelum pengakuan dosa dalam posisinya sedemikian, ia dianggap sebagi cermin, dalam hal ini hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, karena mereka tidak mampu melaksanakan hukum Tuhan. Ada juga gereja yang menempatkannya sesudah pemberitaan anugerah, dalam posisinya sedemikian ia dianggap sebagai puji-pujian atas respon terhadap akta anugrah pengampunan Allah. Hukum kasih selalu dibicarakan dari Keluaran 20:2-17, Ulangan 5:6-22, Matius 22: 37-40, yohanes 13:34-35, dan lainnya, jadi Doa pengakuan dosa adalah seruan kita dan berita anugerah serta petunjuk hidup baru/ hukum Tuhan adalah jawaban Tuhan.

      Hapus
    2. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Tanggal: Kamis 07 April 2016
      Sajian : Kelompok II
      Judul : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji: Dalton Manulang, Maston Silitonga, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Christiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
      Perumus: Longbet F. Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring
      Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama, doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalan hidup manusia, untuk itu hampir disetiap perjalanan hidup manusia beragama ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar ia memperoleh selamat dan sejahtera. Doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan, sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan, berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan, permintaan dan pujian. Jadi dalam doa sebelum pembacaan firman dan khotbah juga dartikan sebagai permohonan tuntunan Roh Kudus atas pembacaan firman dan pemberitaan firman dan memohonkan Kuasa Roh Kudus bekerja ditengah-tengah jemaat, menguasai dan memampukan jemaat memahami dan melakukan Firman yang akan didingarkan (doa ini menurut van der Leeuw hendaknya pendek, tegas dan mesra).
      Pembacaan alkitab atau pembacaan firman dan juga Khotbah mendapat tempat yang sentral atau mendapat porsi waktu yang cukup lama dari unsure-unsur lainnya karena ibadah Protestan sentralnya adalah Firman Tuhan (Sola Skriptura). Dalam Bacaam Alkitab itulah tercermin bagaimana Tuhan bertemu dengan umat-Nya. Dimana dalam ibadah, menjadi tempat untuk belajar mendengar suara Tuhan sebab firman Tuhan adalah pedoman hidup manusia.
      Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan, dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik. Karena Alkitab ditulis dengan konteks yang berbeda dengan konteks kita, sehingga dalam khotbah ini harus dijelaskan agar jemaat mengerti dan memberikan refleksi sesuai dengan konteks yang dialami oleh jemaat pada umumnya. Dalam buku khobah dan pengkhotbah juga dijelaskan bahwa khotbah sebagai pelayan firman Tuhan sangat sentral dalam ibadah-ibadah kita, tanpa mengecilkan unsur-unsur ibadah yang lainnya. Ada kecenderungan warga gereja memilih-memilih pengkhotbah, lalu perlu jalan0jalan mencari makanan yang enak, yang disayangkan dalam kecenderungan ini adalah warga jemaat tersebut sering peduli, kritis apakah makanan itu sehat atau tidak. Khotbah masa kini perlu mengamati kehidupan bergereja anggotanya-anggotanya. Dalam ibadah merupakan kesempatan dimana mayoritas anggota jemaat berkumpul dan tempat yag strategis untuk emmbangun dan memupuk iman mereka. Khotbah mempunyai fungsi yang praktis yang beraneka ragam, antara lain menyampaikan injil Tuhan dan juga alat untuk membangun serta menyegarkan iman jemaat. Khotbah juga berfungsi untuk memberi tuntunan dan jawaban kepada jemaat mengenai persoalan dan pergumulan hidup sehari-hari. Khotbah merupakan kesempatan untuk melakukan berbagai tujuan guna mendewasakan iman jemaat, sehingga memang melalui khotbahatau pemberitaan firman Tuhan yang di dapatkan dalam ibadah semakin membawa kita untuk dekat dengan Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Tanggal: Selasa, 12 April 2016
      Sajian : Kelompok IV (Pengakuan Iman)
      Pengakuan merupakan sebuah sarana untuk memulai sebuah kepercayaan dan keyakinan terhadap apa yang seharusnya dipercaya dan diyakini. Dan harus kita ingat juga, bahwa pada abad ke-2, ada tiga benteng gereja untuk melawan ajaran sesat yaitu kanon, pengakuan iman rasuli, dan pewaris jabatan rasuli. Dan disini kita membahas pengakuan iman, yang merupakan pernyataan atau pengakuan rangkuman mengenai suatu kepercayaan, dalam Bahasa Latin, kata credo berarti "Aku Percaya" Ada pun beberapa rumusan pengakuan iman yaitu Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan Pengakuan Iman Athanasius. Pengakuan Iman Rasuli, pada jaman dulu dikenal dengan nama symbolum apostolicum, yang diucapkan pada saat seseorang akan dibaptis. Orang-orang yang akan dibaptis harus menyatakan lebih dahulu apa yang dipercayai oleh gereja dalam bentuk tanya-jawab, dan tanya-jawab ini di kemudian hari berkembang menjadi apa yang kini kita sebut katekese atau katekisasi. Baptisan dilayankan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan karena itu pengakuan iman disusun sesuai dengan ketiga unsur itu. Secara garis besar, pengakuan iman ini dapat dikatakan bersifat Trinitarian (percaya Allah Tritunggal), dengan isi utamanya atau esensinya adalah Yesus Kristus, Anak Allah.
      Yang kedua yaitu Pengakuan Iman Nicea merupakan hasil dari dua konsili ekumenis yang diadakan di Nicea pada tahun 325 dan Constantinopel pada tahun 381. Rumusan pengakuan iman ini muncul untuk menanggapi ajaran Arius yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah, melainkan termasuk dalam bilangan ciptaan Allah, meskipun sebagai ciptaan yang utama dan pertama, Yesus hanyalah mirip atau menyerupai Allah. Arius memakai sebuah istilah teologis yang menjelaskan ajarannya yaitu “homoios” yang artinya: esensi ilahi yang mirip atau serupa. Konsili di Nicea menolak ajaran Arius itu dengan merumuskan ajaran trinitas dalam istilah “homoousios” ( bhs Yunani) yang artinya satu zat atau satu hakikat, Allah dan Yesus adalah satu homoousios, sehingga keilahian Anak identik dan sehakikat dengan keilahian Allah, Ini berarti Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki esensi Ilahi yang sama, para pimpinan gereja yang hadir dalam konsili tersebut menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah, sehakekat dengan Allah Bapa. Dan selanjutnya yaitu Pengakuan Iman Athanasius diperkirakan ditulis pada akhir abad ke 5, diberi nama Athanasius karena isi pengakuan iman ini mencerminkan ajaran Athanasius, dalam konsili di Nicea (325), Athanasius merupakan lawan yang mematahkan argumentasi Arius, Itulah sebabnya jikalau kita amati isi pengakuan iman Athanasius, secara garis besar terbagi ke dalam dua garis besar, yaitu bagian pertama yang merupakan kesimpulan mendasar tentang doktrin Tritunggal, dan bagian kedua tentang dua sifat Yesus Kristus. Jadi, dari ketiga pengakuan iman ini, yang sering diucapkan di gereja adalah pengakuan iman rasuli, dan yang harus kita ketahui bahwa dalam mengucapkan pengakuan iman tidak boleh asal diucapkan melainkan harus benar-benar dihayati dan dilaksanakan dalam praktek kehidupan sehari-hari, pengakuan iman yang kita ucapkan dalam ibadah tidak saja merupakan bagian liturgi tetapi juga merupaka janji kita untuk terus berpegang pada dasar-dasar iman yang benar, taat, dan setia kepada Kristus Yesus. Pengakuan iman bukanlah sebuah doa, tetapi sebuah pernyataan mengenai apa yang kita yakini dengan benar perihal pokok-pokok iman kita kepada Allah, dan sikap kita dalam mengucapkan pengakuan iman yaitu tegap, berdiri sempurna, dengan suara yang tegas mengucapakan tiap barisan rumusan pengakuan iman yang kita ucapkan. Dan itu tidak hanya sebatas pengucapan di mulut, tapi juga dapat kita laksanakan dalam kehidupan kita, sehingga pengakuan iman yang kita ucapakan dapat menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    4. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Tanggal: Kamis, 21 April 2016
      Sajian : Kelompok V (Doa Syafaat)
      Doa syafaat adalah salah satu unsur liturgi dalam ibadah, dimana hampir semua gereja melaksanakannya. Doa Syafaat juga adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Jika kita berbicara tentang doa syafaat, tidak terlepas dengan yang namanya doa. Doa adalah percakapan rohani kepada Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab, atau saat Tuhan berbicara kepada kita dan kita menjawab. Dan syafaat berarti datang di hadapan Tuhan dengan tujuan menggantikan posisi seseorang. Syafaat sering disebut sebagai kata intercession. Dalam buku Doa Muda-Mudi, doa syafaat diartikan sebagai doa untuk orang-orang lain, jika kita mengasihi mereka dan ingin agar mereka juga mendapat yang terbaik. Doa yang sangat terkenal yaitu yang tertulis di dalam Yohanes 17, yaitu doa Yesus. Dimana doa yang sangat kental dengan situasi atau kondisi dimana umat Kristen membutuhkan perlindungan. Supaya mereka semua menjadi satu, jadi dapat kita lihat bahwasanya doa syafaat itu dasar teologinya adalah tetap memohon, penyertaan, perlindungan, pertolongan kepada Allah. Dengan konteks atau situasi yang sangat sulit, sehingga tanpa Allah jemaat tidak akan sanggup menjalani konteks itu. Dan jika kita lihat juga dalam Perjanjian Lama (Kej. 18) bahwa Abraham juga berdoa syafaat supaya kota jangan di bumi hanguskan. Jadi dapat kita lihat baik dalam Perjanjian lama ataupun Perjanjian Baru, doa syafaat itu bukan berdoa untuk hal pribadi tapi mendoakan di sekitar kita. Dan setelah kita ketahui tentang pembahasan yang kita bahas di kelas liturgika, bahwasanya doa syafaat itu berbentuk permohonan, pertolongan kepada Tuhan akan situasi yang dialami atau digumuli, tapi yang kita lihat atau yang kita laksanakan bahwasanya semua yang ada dalam buku warta ibadah di doakan dalam doa syfaat. Sehingga ini dapat menjadi perenungan bagi kita, untuk bekal kita di pelayanan nantinya.

      Hapus
    5. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Sajian : Kelompok VI (Pemberian Jemaat)
      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. Persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Jika dilihat pemberian jemaat dilakukan setiap minggunya atau setiap peribadahan dilaksanakan dan bukan merupakan suatu paksaan. Tetapi sebagai ucapan syukur kita. Karena pemilik seluruh kehidupan ini, bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan (I Kor 10:26), itu artinya Tuhan sama sekali tidak tergantung kepada sokongan, bantuan apalagi belas kasihan kita untuk melakukan aktivitasNya. Bahkan Tuhanlah yang sesungguhnya yang empunya diri kita dan segala apa yang ada pada kita. Tubuh, jiwa dan roh, serta harta milik kita pada hakikatnya adalah milik Tuhan. Sebagaimana dikatakan oleh Rasul Petrus “kita sudah ditebus oleh Allah dengan darah yang Kristus kudus dan mahal itu” (I Pet 1:18-19), dan kata Paulus sebab itu kita telah menjadi milik Kristus dan milik Allah (I Kor 3:23, I Kor 6:9. Ef 1:4) . Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima (banyak) dari Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur atau ucapan terimakasih. Sebab itu kita memberikannya dengan penuh sukacita dan ikhlas. Oleh karena itu persembahan adalah respons atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan adalah respons karena berkat Allah dan bukan syarat supaya mendapatkan berkat Allah. Dalam hal pemberian jemaat sewaktu peribadahan berlangsung, waktunya berbeda-beda. Ada sebelum khotbah dan ada juga setelah selesai khotbah. Dan sebelum dilaksanakan, ada nats-nats alkitab yang dibacakan sebagai pengantar sebelum dilaksanakan pemberian jemaat atau persembahan

      Hapus
    6. Nama : Anova Talenta Milala
      Nim : 12.01.904
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Sajian : Kelompok VII (Nyanyian dan Paduan Suara)
      Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian memiliki bagian yang besar dalam kehidupan kekristenan. Di dalam ibadah nyanyian jemaat yang dinyanyikan, disesuaikan dengan liturginya. Seperti nyanyian setelah pengakuan dosa, maka nyanyian yang akan dinyanyikan bersifat memohon ampun kepada Tuhan. Dan dalam nyanyian ini jemaat hendaknya menyanyikan dari dalam hati, agar makna dari nyanyian tersebut dapat dihayati. Karena nyanyian merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan kita karena nyanyian memudahkan orang Kristen untuk menyampaikan perasaan syukur secara lebih menyeluruh kepada Tuhan dan membantu untuk mengingatkan firman Tuhan serta menyampaikan kesaksian hidupnya. Seperti yang tertulis dalam Kolose 3:16, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” Yang kedua adalah paduan suara yaitu sekelompok orang yang bernyanyi, dan memang di dalam bahasa Inggris, yang dikenal sebagai paduan suara, yaitu chorus atau choir berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu kelompok bernyanyi yang penampilannya menjadi satu, dan berbeda dari penampilan solo. Paduan suara ternyata sudah ada sejak dari jaman Perjanjian Lama, dalam 1 Tawarikh 6:31- 32; 1 Tawarikh 23: 5; 25: 1- 8 terdapat kelompok penyanyi menjalankan tugas pujian untuk disampaikan menjadi bagian dalam peribadatan di rumah Tuhan. Bahkan menempati kedudukan khusus dalam ibadat (1 Taw 6:31, 2 Taw 5:11-13). Hal yang harus dihayati oleh setiap anggota paduan suara adalah bahwa dirinya bernyanyi untuk melayani dan memuji Tuhan. Kita dilayakkan untuk memuji nama Tuhan karena karya keselamatan-Nya (1 Taw 16:23). Kita bernyanyi bukan untuk menggembirakan dan memuaskan kebutuhan spiritual kita semata. Keberadaan paduan suara dalam ibadah bukanlah dalam rangka konser atau pertunjukkan, muara paduan suara adalah ibadah umat dan bukan berfokus pada dirinya sendiri. Kesadaran ini akan membuat setiap anggota paduan suara bersikap rendah hati di hadapan Tuhan ketika melayani Tuhan. Tetaplah bernyanyi untuk memuliakan nama Tuhan dengan pujian-pujian yang kita panjatkan.

      Hapus
  15. Nama : Reka Christiany Purba
    NM : 12.01.954
    Ting/Jur : IV-A/ Theologia
    Kelompok I “Unsur Liturgi:Votum, Salam, dan Introitus Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab”
    Votum adalah proklamasi yang menandai bahwa Tuhan telah masuk ke dalam Ibadah, dan melandasi ibadah itu. Artinya ibadah adalah perintah Tuhan kepada umat, sehingga melaluinya umat berjumpa dengan Tuhan. Secara formulatif, proklamasi itu berbunyi ‘Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus’. Dengan demikian Votum bukanlah doa permulaan ibadah. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsur pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar. Salam adalah tanda persekutuan. Dengan salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Oleh karena itu pengucapan salam juga menunjukkan tanda ikatan emosional antara pemimpin ibadah dan anggota jemaat. Rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13. Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat dan bukan oleh Paduan suara atau vokal group. Ada Gereja yang menggantikan introitus dengan nats pembimbing. Baik introitus maupun nats pembimbing selalu dihubungkan dengan tahun Gerejawi atau nats khotbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Reka Christiany Purba
      NM : 12.01.954
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelompok II “Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab”
      Ketiga unsur ibadah ini muncul dalam abad-abad pertengahan. Pada akhir abad pertengahan ketiga unsur ini mulai dipakai di dalam kebaktian. Pengakuan dosa diucapkan bukan saja pada permulaan misa melainkan juga pada saat lain. Pengakuan dosa pada permulaan misa disebut juga doa tangga karena imam mengucapkannya di muka tangan mezbah yang paling bawah. Pemberitaan anugerah berbentuk deprekatif (permohonan). Pemberitahuan anugerah disebut absolusi. Sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama menempatkan pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah di dua tempat, sebelum dan sesudah khotbah. Selesai pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah. Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia akan mengalami suatu pemberitaan anugerah, setelah ia mengakui dosanya. Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup yang baru, agar umat hidup sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama itu lagi. Pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru untuk dilakukan. Ketika unsur Pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah diteruskan dalam ibadah Protestan maka dua unsur ini dirubah yaitu pengakuan dosa dan permohonan pengampunan dosa dijadikan sebagai akta jemaat. Dengan kata lain Gereja Reformasi meneruskan pemakaian pengakuan dosa dan permohonan pengampunan (absolusi) dalam ibadah yang dilakukan oleh jemaat kepada Tuhan dan bukan hanya oleh imam atau pendeta. Hukum yang dimaksud disini adalah pembacaan 10 hukum Taurat dalam ibadah Gereja.

      Hapus
    2. Nama : Reka Christiany Purba
      NM : 12.01.954
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelompok III “Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Kotbah dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab”
      Khotbah adalah suatu karya bersama antara pengkhotbah dan jemaat, tidak ada pengkhotbah tanpa ada pendengaran yang mendalam akan sabda Allah dalam hati pengkhotbah sendiri dan dalam hati pendengar. Khotbah harus berasal dari hati yang terbuka kepada Allah, didiami oleh-Nya dan terarah kepada-Nya dalam kehangatan iman dan kasih. Khotbah harus membangkitkan dialog, percakapan iman dalam pendengar, percakapan efektif mengandung unsur pertanyaan dan jawaban. Agar khotbah dapat merupakan percakapan iman dan tidak bersifat monolog, Pengkhotbah harus belajar mengindentifikasikan diri dengan pendengar. Banyak khotbah Persiapan khotbah bukan hanya mengenai apa yang harus diwartakan tetapi juga tentang bagaimana harus diwartakan.
      Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir disetiap perjalanan hidup manusia beragama, ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar dia memperoleh selamat dan keselamatan dan sejahtera. Doa merupakan hak istimewa yang luar biasa. Berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) sesuatu yang berasal dari hati kepada Tuhan. Doa adalah hubungan pribadi dengan Tuhan.

      Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari kebaktian gereja. Pembacaan itu telah kita temui dalam ibadah sinagoge. Selama abad ke-5, pembacaan Perjanjian Lama makin hari makin berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Sejak dahulu pembacaan Alkitab erat berhubungan dengan khotbah terdapat dalam Kis. 13:15. Hampir di semua gereja di Indonesia pembacaan Alkitab berada dalam tangan pelayan yang memilih bagian-bagian Alkitab yang harus dibacakan dan ia pula yang melakukan pembacaan itu

      Hapus
    3. Nama : Reka Christiany Purba
      NM : 12.01.954
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia (Kelas Bersama)
      Kelompok IV “Unsur Liturgi: Pengakuan Iman dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab”

      Pengakuan iman merupakan hal yang wajib dinyatakan oleh umat Kristiani dalam setiap ibadah hari minggu, khususnya gereja-gereja arus utama anggota PGI. Pengakuan iman sering disebut dengan “credo” (dari ungkapan bahasa Latin dan di-Indonesiakan dengan “kredo”; Inggris: creed), yang berarti “Aku percaya”. Salah seorang Bapa gereja Irenaeus menguraikan sudah adanya pengakuan iman sejak abad pertama yang bersumber dari pengajaran para rasul. Bentuk dasarnya sudah diterima banyak gereja-gereja suku di Jerman, Spanyol, Inggris dan bahkan di wilayah timur, seperti Mesir dan di Libia. Konon rumusan pengakuan iman paling tua yang ditetapkan adalah pengakuan iman baptisan Romawi yang berbunyi sebagai berikut:
      1. Aku percaya di dalam Allah Bapa, yang Mahakuasa;
      2. Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya, diperanakkan, Tuhan kita;
      3. Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, kebangkitan daging.
      Pengakuan iman memiliki landasan Alkitab yang kuat dan disertai latar belakang sejarah gereja yang panjang. Tujuan pengakuan iman adalah untuk maksud baptisan (dewasa), meneguhkan pokok-pokok ajaran dari aliran sesat, dan terakhir merupakan respon syukur jemaat atas pelayanan firman Tuhan yang dilayankan pada ibadah hari Minggu. Hal inilah yang membuat pengakuan iman tetap perlu diikrarkan setiap ibadah hari minggu.
      Pengakuan iman bukanlah sebuah doa. Pengakuan iman merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang kita yakini dengan benar perihal pokok-pokok iman kita kepada Allah. Oleh sebab itu, dalam mengucapkan pengakuan iman kita jangan mengambil sikap doa (menundukkan kepala, melipat tangan dan memejamkan mata). Melainkan mengambil sikap tegap, berdiri sempurna, pandangan lurus ke depan dan dengan suara mantap mengucapkan tiap baris rumusan pengakuan iman yang kita ucapkan. Pengakuan Iman yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia.

      Hapus
    4. Nama : Reka Christiany Purba
      NM : 12.01.954
      Ting/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelompok V “Unsur Liturgi: Doa Syafaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab”

      Yang dimaksud dengan doa syafaat adalah doa yang dalam beberapa kebaktian gereja-gereja di Indonesia biasa disebut doa umum atau doa pastoral. Di luar negeri doa ini dikenal dengan nama intercession. Kebiasaan ini masih dipakai sampai sekarang. Doa syafaat terdiri dari dua bagian yang esensial: syafaat dan Doa Bapa Kami, didahului dengan salam doa. Yang dimaksudkan dengan salam doa adalah rumus “Tuhan menyertai kamu”, diucapkan/dinyanyikan oleh pelayan dan sebagai jawaban jemaat mengucapkan “Dan menyertai rohmu”. Unsur ini adalah doa yang biasa diselenggarakan di dalam ibadah. Syafaat berarti doa bersama secara pasti/tepat/tegas/tidak berubah. Kata itu sendiri berarti hukum. Doa syafaat berarti berdoa untuk orang lain atau sesuatu yang bukan kebutuhan kita pribadi, namun mencakup kebutuhan orang lain atau kebutuhan yang lebih luas. Pendoa syafaat adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa di hadapan Allah untuk menggantikan posisi orang lain. Doa syafaat sangat penting, dan berfungsi untuk mendoakan agar sesama kita diberi kekuatan dan penghiburan di tengah-tengah pergumulan mereka. Tetapi ada aspek perilaku yang berhubungan dengan hukum dalam kata itu, yaitu ‘kesetiaan’ atau ‘kepatuhan’ terhadap hukum. Karena itu ‘syafaat’ dimengerti sebagai doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan umat dituntut untuk setia dan patuh terhadap apa saja yang didoakan. Jadi doa syafaat adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.

      Hapus
  16. Nama : Eka Surya Darma Purba
    NIM :11.01.788
    Sajian : Kelompok I
    Judul : Votum, Salam, dan Introitus
    Votum, berarti “dasar” atau “dalam nama”. Yang memateraikan/menahbiskan setiap ibadah ialah jika ibadah itu dimulaidi dalam nama atau demi nama Allah Tritunggal : “Demi nama Allah Bapa, dan Nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus, khalik langit dan bumi, Amin!” Ini adalah suatu pernyataan atau ungkapan iman Kristen yang mendasari ibadah atau sebagai pernyataan akan dasar ibadah. Karena itu, hal ini harus dinyatakan seluruh peserta ibadah dengan penuh khidmad, sekalipun yang menyampaikan adalah Liturgos atau pemimpin ibadah. Pada saat ini liturgos adalah “alat atau mulut” yang dipakai Allah menyapah umatNya dengan “menaruh perkataan-perkataanNya” di mulut sang liturgos tsb. (bnd. Yeremia 1:9). Introitus adalah jalan masuk bagi jemaat untuk memasuki ibadah yang telah ditahbiskankan dalam nama Allah Tritunggal sebagai dasar konstruksi ibadah yang telah dinyatakan melalui Votum. Karena Introitus adalah jalan masuk ke dalam satu persekutuan kudus dengan Tuhan Yesus, maka yang membuka jalan hanyalah Dia, yang kepadaNya kita hendak bersekutu. Itulah sebabnya, Introitus selalu diambil atau didasarkan pada Firman Tuhan. Karena sesungguhnya, Tuhan Yesus sendiri-lah yang membuka jalan masuk bagi jemaatNya dalam setiap ibadah. Doa Introitus, pada hakikatnya adalah doa pembukaan untuk memasuki ibadah. Isi doa juga lazimnya selaras dengan Introitus, dengan maksud untuk lebih memberi makna “berhadapan dengan Tuhan” kepada setiap jemaat yang hadir sebagai “orang-orang kudus” dalam persekutuan ibadah itu. Dengan selesainya doa introitus ini berarti jemaat yang hadir beribadah sudah “benar-benar” memasuki Kerajaan Allah dan “berhadapan” dengan Allah yang diyakini “benar-benar hadir” dalam ibadah. Berhadapan dengan Allah bukan secara fisik saja, tetapi terutama secara roh. Roh kitalah -- yang terus menerus diperbaharui agar semakin kudus – berhadapan dengan Allah Roh Kudus (bnd. Kolose 3:10).Oleh karena itu ketika liturgi sampai pada Votum,Introitus dan Doa, sepatutnya semua peserta ibadah /kebaktian berada pada sikap “diam dengan hormat” menundukkan diri seutuhnya (tubuh serta jiwa) di hadirat Allah. Yang “diam” adalah tubuh, yang “hormat” adalah jiwa. Tidak ada yang sedang berjalan mencari tempat duduk, berbisik-bisik atau hal-hal lain; seperti mengantuk ! Selanjutnya Liturgis yang membacakan doa inipun harus memperhatikan pembacaan doa ini secara tepat. Karena doa ini adalah doa bersama, maka hendaklah Listurgist membacanya dengan seksama, dengan tempo yang tepat, jangan terlalu cepat sehingga sulit dihayati oleh jemaat atau terlampau lambat. Pembacaan doa ini ini tidak seperti membacakan laporan atau pengumuman. Naik turunnya suara/penekanan pada perkataan tertetnu perlu dipahami dengan baik, supaya doa itu tidak dibaca datar atau terus-menerus dengan suara yang lembut atau keras, dan jangan pula dalam membaca doa itu suaranya tidak suara bersandiawara atau yang dibuat-buat tetapi hendaklah suara liturgist betul-betul berasal dari penghayatan yang sungguh-sungguh.

    BalasHapus
  17. Nama : Eka Surya Darma Purba
    NIM :11.01.788
    Kelompok II “Unsur Liturgi: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab”

    Di dalam Alkitab, kita tidak mendapatkan unsur-unsur apa saja yang membawa bangsa Israel beribadah kepada Tuhan. Tetapi, di bagian depan tulisan ini kita mengetahui bahwa dalam ibadah (kebaktian umum) harus ada satu liturgi yang jelas yang menuntun kita untuk beribadah dari awal sampai selesai.
    Dalam kitab Yesaya 6:1-9a kita akan memperoleh unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam satu ibadah.
    Setiap umat Tuhan seharusnya datang beribadah karena menyadari Kemuliaan Tuhan sudah ada di dalam rumah Allah (II Taw 5:14). Kita beribadah bukan karena acaranya enak atau tidak, beribadah bukan karena memandang pengkhotbahnya bermutu atau tidak, beribadah bukan karena lebih “menggelegar” atau tidak. Tetapi, kita ingin datang menghadap ke hadirat Allah, memuji kemuliaan-Nya. Kita harus jelas kepada siapa kita memuji, dengan begitu pujian itu baru berarti bagi kita. Di mana ada Kemuliaan Allah di situ pujian terjadi. Hal ini dapat kita lihat dalam kitab Wahyu. (Wahyu 15:1-4). Jangan memaksakan diri memuji Tuhan, kalau kita belum tahu bahwa Tuhan sudah hadir (Kemuliaan Tuhan). Jika kita tahu bahwa Tuhan sudah hadir, maka dengan sendirinya pujian itu muncul dari hati dan mulut kita.Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakudus sehingga kita tidak layak datang kepada-Nya dengan penuh keberdosaan kita. Kita perlu minta pengampunan dosa terlebih dahulu supaya hati dan pikiran kita bisa berkonsentrasi penuh pada ibadah itu dan mengikutinya dari awal sampai akhir dengan baik.Tuhan itu setia dan adil. Jika kita mengakui dosa kita dengan jujur di hadapan-Nya, maka Tuhan akan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh 1:9). Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk beribadah dalam Roh dan Kebenaran. Untuk mencapai ibadah yang berkualitas kita harus meningkatkan kualitas Roh dan Kebenaran terlebih dahulu. Dulu bukan hanya tata cara saja.
    Matthew Simpson mengatakan ibadah orang Kristen buruk bukan karena acaranya yang buruk, tetapi hubungan diri pribadi kita dengan Tuhanlah yang buruk. Saat ini jemaat beribadah, mereka inginkan tata caranya terlebih dulu. Kalau seleranya cocok, ibadah itu cocok dengan saya. Kalau seleranya tidak cocok, ibadah itu tidak cocok. Ibadah tidak berbicara soal selera. Ibadah berbicara tentang kerohanian seseorang.Dengan cara apapun, jemaat harus tetap bersikap hormat dan takut akan Allah. Ibadah melibatkan semua jemaat yang hadir, bukan hanya bagi sekelompok orang yang memimpin ibadah saja.
    lima jenis gaya ibadah(di luar Ortodoks), yaitu: Liturgis, Tradisional, Kebangunan (Revivalist), Pujian dan Penyembahan (Praise and Worship), “Pencari Jiwa” (Seeker). Kelima gaya ibadah yang digunakan Katolik dan Protestan ini mengklaim mendapat inspirasi dari topangan sumber Alkitab sekalipun Alkitab tidak memberikan satu pilihan cara ibadah yang paling benar, namun Alkitab memberikan informasi tentang kebiasaan beribadah umat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Eka Surya Darma Purba
      Nim : 11.01.788
      Kelompok : III
      Sajian : Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Khotbah mendapat tempat yang penting dalam ibadah, karena melalui khotbah warga jemaat terbangun dalam iman, mendapat peneguhan, penghiburan serta tuntunan hidup ke arah jalan yang dikehendaki Tuhan. Dalam pelaksanaannya di awali dengan doa permohonon tuntunan Roh kudus. Pembacaan firman Tuhan yang sudah ditentukan selalu dihubungkan dengan isi khotbah. Khotbah selalu diarahkan untuk pertobatan, pembangunan rohani warga jemaat serta diupayakan untuk dapat menjawab pergumulan warga jemaat.
      Hubungan yang erat antara pembacaan Alkitab dan khotbah dapat dijumpai dalam Kis.13: 15. Di sana diceritakan tentang ibadah sinagoge di Anthiokia yang dikunjungi oleh Rasul Paulus dan Barnabas. Sesudah pembacaan Taurat dan Kitab Nabi-nabi, Khadim bertanya kepada mereka, apakah mereka mau mengatakan sesuatu.

      Kebiasaan ini diambil alih oleh Gereja lama. Dalam Apologia I (ps. 67) Justinus Martyr menulis tentang ibadah jemaat antara lain seperti berikut, “Pada hari Minggu semua orang Kristen yang diam di kota-kota dan di daerah-daerah pedalaman, berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenang-kenangan Rasul Paulus atau Kitab-kitab Nabi-nabi jika waktu mengizinkan. Kalau pembaca telah selesai, ketua mengajar dan memberikan nasihat-nasihat supaya kami mengikuti segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan itu”.
      1. Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Roma tentang bagaimana mereka harus mewujudkan ibadah yang sejati atau yang benar. Pertama, adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah. Allah adalah subyek ibadah dan kepada-Nyalah ibadah ditujukan. Konsentrasi ibadah yang dilakukan manusia semuanya berpusat kepada Allah. Obyek peribadahan adalah diri pribadi secara paripurna atau seluruh eksistensi manusia. Kedua, jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu. Untuk peribadahan yang benar kepada Allah, diri pribadi harus berubah. Introspeksi dan perubahan merupakan bagian dari kondisi yang patut dikerjakan dalam rangka melaksanakan peribadahan yang benar, yaitu kondisi tidak serupa dengan dunia ini. Kehidupan yang sama dengan dunia dalam hal moral, tingkah laku, sikap hidup dan semacamnya, harus diubah dan disesuaikan kepada kehendak Allah.
      2. Dalam rangka melaksanakan peribadahan disusunlah tata cara ibadah atau liturgi. Dengan menyusun liturgi dimaksud, akan berwujud peribadahan yang benar di mana persembahan diri dan kondisi tidak serupa dengan dunia terpenuhi. Kata liturgi yang pada awalnya adalah istilah umum yang berlaku di masyarakat Romawi yaitu leitourgia memiliki arti pelayan bangsa, pelayanan masyarakat, kemudian penggunaannya diperluas dalam pelayanan-pelayanan kultis. Sebagaimana pemahaman Paulus, liturgi tidak saja terbatas pada tata ibadah atau perayaan gereja, tetapi menyangkut sikap beriman sehari-hari. Dengan demikian liturgi adalah kreasi teologis yang sekaligus teoritis dan praktis, artinya jika liturgi hanya berupa teori, maka ia tinggal sebagai dogma, padahal liturgi merupakan juga kegiatan praktis gereja. Gereja adalah tubuh Kristus yang menjadi nyata melalui sikap hidup anggotanya yang telah diperbarui. Oleh karena itu liturgi dipahami sebagai perayaan teologi atau teologi yang dirayakan.
      Di dalam kehidupan gereja, liturgi sejajar dengan ibadah dan kebaktian, sekalipun di dalam penggunaannya istilah-istilah ini sering dirancukan, misalnya dalam penulisan buku acara sering dituliskan “ acara liturgi ibadah atau liturgi kebaktian, acara ibadah kebaktian”. Sudah saatnya gereja menghentikan kerancuan ini dan kembali kepada pemahaman yang sesungguhnya. “Bakti” adalah perbuatan yang menyatakan setia dan hormat, perbuatan baik, memperhambakan diri kepada yang diagungkan atau dihormati. Dengan demikian istilah liturgi mengandung pengertian dari dua aspek, vertikal dan horizontal yang secara inherent menyatu di dalamnya.

      Hapus
    2. Nama : Eka Surya Darma Purba
      NIM : 11.01.788
      Ting : IV-A
      Kelompok 4 : Pengakuan Iman
      Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul.
      Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.
      Menurut legenda, para rasul (murid-murid Yesus) sendirilah yang menulis kredo ini pada hari ke-10 (Hari Pentakosta) setelah kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Karena isinya mengandung 12 butir, ada keyakinan bahwa masing-masing murid Yesus menuliskan satu pernyataan di bawah bimbingan Roh Kudus. Namun, sebagian sejarawan berpendapat bahwa kredo ini berasal dari Gaul, Perancis, pada abad ke-5.
      Bukti historis konkret yang tertua tentang keberadaan kredo ini adalah sepucuk surat dari Konsili Milano (390 M) kepada Paus Siricius yang bunyinya demikian:
      "Bila engkau tidak memuji ajaran-ajaran para imam ... biarlah pujian itu setidak-tidaknya diberikan kepada Symbolum Apostolorum yang selalu dilestarikan oleh Gereja Roma dan akan tetap dipertahankan agar tidak dilanggar."
      Kredo ini paling banyak digunakan dalam ibadah orang-orang Kristen di Barat. Catholic Encyclopedia memuat pembahasan terinci tentang asal-usul Pengakuan Iman Rasul ini.
      Kredo ini adalah rumusan ajaran dasar Gereja perdana, yang dibuat berdasarkan amanat agung Yesus untuk menjadikan segala bangsa muridnya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:18-20). Karena itu, dari kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah Tritunggal dan Allah sang Pencipta.
      Pada masa ketika kebanyakan umat Kristen masih buta huruf, pengulangan secara lisan Pengakuan Iman Rasul ini seiring dengan Doa Bapa Kami dan Sepuluh Perintah Tuhan (Dasa Titah) membantu melestarikan dan menyebarkan iman Kristiani dari gereja-gereja Barat. Pengakuan Iman Rasul tidak memiliki peran di Gereja Ortodoks Timur.
      Versi tertulis yang paling awal kemungkinan adalah Kredo Tanya Jawab Hipolitus (sekitar 215 M). Versi yang sekarang pertama kali ditemukan di dalam tulisan-tulisan Caesarius dari Arles (wafat 542). Pengakuan Iman Rasul ini rupanya digunakan sebagai ringkasan ajaran Kristen untuk calon-calon baptisan di gereja-gereja Roma. Oleh karena itu dikenal juga sebagai Symbolum Romanum (Roman Symbol). Dalam versi Hipolitus, Pengakuan Iman ini diberikan dalam bentuk tanya jawab dengan calon baptisan yang kemudian mengakui bahwa mereka percaya tiap pernyataan.

      Hapus
    3. Nama : Eka Surya Darma Purba
      NIM :11.01.788
      ting : IV-A
      Kelom : V Doa Syafaat
      Doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain. Peran pengantara dalam doa amat umum dinyatakan di Perjanjian Lama, dalam kasus-kasus Abraham, Musa, Daud, Samuel, Hizkia, Elia, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel.

      Kristus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu, semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Karena perantaraan Yesus, kita sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang, memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5).

      Doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kita. Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.

      Berikut ini sebagian daftar dari orang-orang yang kita perlu doakan: semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); Gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1). Ada konsep yang salah dalam kekristenan sekarang ini bahwa mereka yang menaikkan doa syafaat adalah kelompok khusus dari “orang-orang Kristen super,” yang dipanggil Allah untuk pelayanan syafaat secara khusus.
      Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua.
      Sebenarnya, tidak bersyafaat bagi orang lain merupakan dosa. “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu” (1 Samuel 12:23)

      Jelas bahwa ketika Petrus dan Paulus meminta orang-orang lain berdoa syafaat bagi mereka, mereka tidak membatasi permintaan mereka hanya untuk orang-orang yang memiliki panggilan khusus untuk berdoa syafaat. “Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah” (Kisah Rasul 12:5).
      Perhatikan bahwa gereja secara keseluruhan berdoa untuk dia, bukan hanya mereka yang memiliki karunia berdoa syafaat. Dalam Efesus 6:16-18 Paulus menasihati orang-orang percaya di Efesus – mereka semua – mengenai dasar dari kehidupan Kristen, termasuk doa syafaat “dalam segala keadaan dalam segala doa dan permohonan.”
      Jelas bahwa doa syafaat itu merupakan bagian dari kehidupan Kristen untuk semua orang percaya.
      Selanjutnya, Paulus meminta doa untuk dia dari semua orang percaya di Roma dalam Roma 15:30. Dia juga mendorong orang-orang Kolose untuk berdoa bagi dia dalam Kolose 4:2-3. Dalam Alkitab sama sekali tidak pernah ada permohonan untuk syafaat yang diindikasikan bahwa hanya sekelompok orang tertentu yang boleh berdoa syafaat.
      Allah memanggil semua orang Kristen menjadi pendoa syafaat. Allah menginginkan bahwa setiap orang percaya aktif dalam doa syafaat.
      Betapa indah dan tingginya hak yang kita miliki untuk bisa datang dengan penuh keberanian ke hadapan tahta Allah yang Mahakuasa dengan doa dan permohonan kita.

      Hapus
  18. Nama: Malem Kerina Br Tarigan
    N.I.M: 12.01.939
    Ting/Jur: IV-A/ Theologia
    Kelas Liturgika 17 maret 2016
    Penyaji: Andre Hartland PA, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Porba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga.
    Pembahas: Dalton Simanullang, Maston Silitonga, Nelta Valentina Br Tarigan, Reka Br Purba, Tolofan Silalahi.
    Unsur-unsur Liturgi
    Votum, Salam, dan Introitus
    1. Votum
    Votum adalah memiliki arti bahwa pengakuan Allah hadir dalam ibadah biasanya dengan pembacaan Mazmur 124:8 “ pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Votum juga adalah kata pembuka oleh liturgis, votum di bawakan untuk memulai peribadahan, sehingga di dalam peribadahan itu berjalan dengan Khidmat karena janji Tuhan akan di tekankan dalam peribadahan itu. jemaat akan i lawat dan akan di berikan pengampunan kepada mereka yang mau datang menyembah dan memuliakan nama Tuhan. Jadi makna votum ialah suatu tanda pentahbisan kita sebagai manusia yang akan bertemu da bersekutu dengan Allah.
    2. Salam
    Salam bukan berkat, karena salam di ucapkan tanpa mengangkat tangan. Bentuk salam yang paling sederhana yang di pakai oleh gereja lama “Tuhan menyertai kamu” di jawab oleh jemaat “dan menyertai rohmu”.bentuk ini biasa juga di ganti dengan salam rasuli seperti yang di pakai oleh GBKP “ damai sejahtera dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus dan dari Roh Kudus adalah kiranya beserta saudara-saudara sekalian” (bnd. Rom. 1:7; 2 Tim. 1:2, ; 2 Kor. 13:13). Salam itu adalah firman sapaan Allah kepada manusia. Slam juga adalah tanda persekutuan. Dan Van der Leeuw mengatakan bahwa salam adalah segala sesuatu yang akan berlangsung sekarang ini dengan jemaat secara keseluruhan, termasuk percakapannya, seorang dengan yang lain dan mereka bersama-sama dengan Tuhan Allah.
    3. Introitus
    Introitus adalah sesungguhnya adalah prosesi atau perarakan masik sebagaimana umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian atau gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus. Biasanya Introitus ini sesudah votum dan salam dan di banyak Gereja di Indonesia yang memakainya. Dan Introitus ini juga dapat dikatakan sebagai jalan masuk dalam peribadahan yang telah di mulai dengan votum dan ini biasanya di sambut dengan nyanyian dan kalau di GBKP nyanyiannya adalah “ haleluya sebanyak 3 kali.
    Oleh karena itu votum, salam dan Introitus sama pentingnya dengan unsur-unsur liturgi lainnnya. Karena di dalam kita melakukan suatu peribadahan pastinya kita selalu menyenangkan hati Tuhan dan peribadahan juga perlunya ada dukungan supaya peribadahan itu bisa berjalan dengan tertib dan teratur supaya peribadahan itu dapat menyenangkan hati Tuhan. Oleh karena itu ketiga unsur ini tidak dapat di pisahkan dalam sutau peribadahan, karena dlam setiap peribadahan ketiga unsur ini harus di laksanakan, sehingga peribadahan dapat di katakan sakral dan sesuai dengan tata peribadahan yang baik. Karena kelengkapan peribadahan dapat juga menjadi satu tahapan untuk menyenangkan hati Tuhan dan jemaat juga dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam peribadahan, sehingga peribadahan itu terjadi hubungan spritual dan dapat meyenangkan hati Tuhan.
    Dan melalui sajian ini juga saya lebih mengerti akan unsur – unsur liturgi yang ada di gereja karena selama ini saya masih bingung dan belum tau banyak. Dan melalui bahasan ini pengetahuan saya semakin bertambah dengan bahasan ini. Jadi saya sangat berterima kasih kepada teman-teman yang membahsa tentang ini dan juga bapak dosen yang sudah memberi judul ini, jadi dengan bahasan ini saya lebih mengerti lagi dengan unsur-unsur liturgi yang ada di Gereja terkhusnya di Gereja saya yaitu Gereja GBKP.

    BalasHapus
    Balasan


    1. Nama: Malem Kerina Br Tarigan
      N.I.M: 12.01.939
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 31 maret 2016 (kelas bersama)
      Penyaji: Desi Br Ginting, Desy saragih, Fimanta Munte, Irna damanik, Naomi Tarigan.
      Pembahas: Ade Hutabarat, Anova Milala, Maria Saragih, Tiar Sinambela.
      Unsur-unsur Liturgi 2: Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
      1. Pengakuan Dosa
      Ini di sebut Confessiao dan di ucapkan bukan saja pada permulaan misa, melainkan juga pada saat lain, misalnya pada waktu komuni. Rumus yang di pakai atau yang di gunakan untuk pengampunan dosa bermacam-macam bentuknya; ada yang langsung di kutip dari Alkitab, ada yang di susun oleh gereja-gereja sendiri. Dan memang pengakuan dosa ini sangat membangun jemaat agar tidak menambahkan dosa lagi tapi mencoba untuk taat dans setia hanya kepada Yesus Kristus. Pengakuan dosa ini juga bisa katakan bahwa ini adalah kita berserah dan memohon kepada Tuhan agar dosa kita di ampuni dan kita tidak melakukan dosa lagi. Dan pengakuan dosa ini di dalam GBKP bisanya dilakukan dengan responsoria ataupun di nyanyikan. Dan dengan pengakuan dosa ini biasanya di beri waktu kepada jemaat agar merenungkan dosa-dosanya dan menyesali apa yang sudah di perbuat dan di lakukan tidak menyenangkan hati Tuhan.
      2. Pemberitaan Anugerah
      Pemberitaan Anugerah adalah bisa kita sebut dengan permohonan dan janji Tuhan akan pengampunan dosa manusia. Dan pemberitaan Anugrah di masukkan dalam liturgi bersama-saa dengan pengakuan dosa salah satu alasan yang di pakai untuk memasukkan unsur ini ialah: kalau Allah tidak mengampuni dosa jemaat yang berkumpul dalam ibadah, pemimpin ibadah sebentar tidak dapat memberitakan firman. Salah satu rumus yang biasa di pakai: “sebagai hamba Yesus Kristus kami memberitakan pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang yang mengaku dosanya dengan tulus dan iklas di hadapan Allah “ rumus ini di lanjutkan dengan mengutip sebuah nats Aklitab seperti Yohanes 3:16.
      3. Hukum
      Ada sebagian gereja menempatkan unsur ini sebelum pengakuan dosa dalam posisnya, ia di anggap sebagai cermin. Dalam hal ini hukum dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa. Dan ketika hukum ini di bacakan biasanya jemaat berdiri dan nats-nats umum yangs ering di pakai adalah Keluaran 20:2, dll.
      Pengakuan dosa, pemberitaan anugerah, dan hukum tidak terlepas dari manusia, karena setiap manusia tidak terlepas dari masalah dan dosa. Dan melalui pengakuan dosa ini adalah salah satu sikap atau cara untuk menyadarkan manusia dari kesalahan, dan dengan begitu layak untuk memberitakan anugerah Allah. Oleh sebab itu, masih ada beberapa yang mepertahankan pemberitaan anugerah, namun masih ada juga yang tidak menggunakannya lagi, seperti gereja Calvinis di Jenewa. Tetapi itu tidak menjadi permaslahan karena kebanyakan gereja masih memakainya, karena melalui unsur-unsur ini kita menyadari bahwa hubungan kita dengan Tuhan tidak terputus, karena itu sebelum kita meneruskan ibadah, kita berdoa terkebih dahulu dan mengakui ketidaklayakan kita dan memhon agar hubungan vertical dan horizontal yang rusak akan di pulihkan kembali. Dan pengampunan yang di beri patut kita syukuri dengan cara menempuh hidup bari artinya lahir kembali dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan agar dapat menyenangkan hati tuhan.
      Dan hukum Tuhan mengarahkan kepada kemuliaan nama Tuhan dan puji-pujian terhadap kebaikan Tuhan serta sebagai wujud untuk mrendahkan diri di hadapan Tuhan bahwa kita adalah manusia berdosa yang hidup hanya karena anugerah-Nya. Dengan demikian, ketiga hal ini bisa juga dikatakan sebagai usaha kita untuk meyenangkan hati Tuhan dengan memuliakan nama-Nya, dan mengagungkan kebesaran Kuasa-Nya.

      Hapus
    2. Nama: Malem Kerina Br Tarigan
      N.I.M: 12.01.939
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 07 April 2016
      Penyaji: Dalton Simanullang, Maston Silitonga, Nelta tarigan, Reka br Purba, Tolopan Silalahi
      Pembahas: Longbet Rumahorbo, Malem tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring.
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      a. Doa
      Doa adalah salah satu komunikasi kita dengan Tuhan. Doa juga adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan, atau tanpa perkataan. Percakapan anatara Allah dan manusia yang tertulis dalam kitab perjanjian Lama ( Kej. 15:1-6),yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan. Doa juga menjadi bagian esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir di setiap perjalanan hidup manusia yang beragama, dan ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar ia memperoleh selamat dan sejahtera.
      b. Pembacaan Alkitab
      Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari setiap kebaktian gereja. Pembacaan ini telah temui dalam ibadah sinagoge. Sejak dahulu pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Hal ini terdapat dalam ibadah sinagoge. Hubungan yang erat antara pembacaan Alkitab dan khotbah ini kita dapati juga dalam kisah para rasul 13:15. Mulai dari zaman PL (khususnya Ezra dan Nehemia) sampai kepada zaman jemaat mula-mula, pembacaan Alkitab telah sering dilakukan. Yesus seperti biasa pada hari sabat datang ke sinagoge untuk membaca Alkitab. Mulai dari abad pertama sampai pada abad ke tiga, pembacaan Alkitab ini semakin sering dilakukan. Yustinus Martir, Origenes, Chrysostomus maupun Agustinus mereka adalah membuat pembacaan Alkitab itu menjadi nats khotbah. Itu sebabnya pada masa ini pembacaan Alkitab ada hubungannya dengan berkhotbah.
      Calvin juga menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah. Sebelum pembacaan Alkitab di ucakapkan dulu suatu doa untuk memohon anugrah Tuhan agar firman Allah diterangkan dengan baik. Pembacaan Alkitab yang paling bermanfaat dimulai, bukan dengan membaca, melainkan dengan berdoa. Doa merupakan hak istimewa yang luar biasa. Halnya seolah-olah kita mulai mendalami sebuah buku tentang subjek yang dalam dengan menghubungi pengarangnya untuk meminta bantuan dalam memahami apa yang akan kita baca.

      c. Khotbah
      Khotbah adalah bagian pentinh dai ibadah. Karena ibadah adalah wadah untuk menumbuhkan iman maka khotbah merupakan percakapan yang menumbuhkan iman. Khotbah juga berkembang setiap zaman. Karena khotbah itu tujuannya adalah pertumbuhan gereja. Khotbah juga dapat di bedakan dalam beberapa jenis yaitu:
      1. Khotbah misioner
      2. Khotbah gereja bangsa
      3. Khotbah Uskup
      4. Khotbah biarawan
      5. Khotbah kaum mistik
      6. Khotbah sebelum reformasi
      Khotbah itu menjadi bagian penting dalam ibadah karena visi khotbah adalah untuk membuat orang percaya kepada Dia dan pernah mendengar tentang Dia. Sehingga mereka mampu memberitakannya ketika mereka di utus. Dan khotbah itu adalah kabar baik yang di sampaikan dan mengundang pendengar untuk menerimanya. Khotbah mengandung aspek pembinaan, penghiburan, dan juga nasihat. Martin Luther mengatakan bahwa isi khotbah adalah firman. Maksudnya ialah khotbah menjadi sentral dalam gereja, maka analisis khotbah secara terminologi adalah penyampaian firman Allah yang berisi pengajaran.
      Dengan ketiga unsur ibadah ini juga, penyampaian khotbah lah yang paling diminati jemaat. Karena melalui khotbah mereka bisa lebih lagi tahu apa yang ingin sebenarnya Allah kehendaki di dalam kehidupan kita. Tetapi biasanya sebelum Khotbah di mulai terlaebih dahulu berdoa terlebih dahlu agar apa yang didengar dari khotbah dapat diaplikasikan dengan baik dalam kehidupans sehari-hari. Dan Doa untuk pemberitaan firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Dalam doa pemberitaan firman, jemaat memohon pimpinan roh Allah dengan pelayanan khotbah yang akan berlangsung, karena khotbah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan.

      Hapus
    3. Nama: Malem Kerina Br Tarigan
      N.I.M: 12.01.939
      Ting/Jur: IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 12April 2016 (kelas Bersama)
      Penyaji: Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Eka Darma Purba, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela.
      Pembahas: Anngianita sembiring, Jefri Damanik, Roky milala, Rosalina Manullang.
      Unsur Liturgi : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab.
      Pengakuan iman, yaitu bentuk respon umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firman-Nya. Pengakuan iman ini adalah peryataan kepercayaan umat/Gereja yang ada di dalam dunia, didalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia, penagkuan iman ini juga mengandung janji eskhatologis yaitu Kasih setia Tuhan yang tetap nuata, didalam hidup umat/gereja. Pengakuan ini ditujukan kepada Allah Bapa, Anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus. Melalui pengakuan Iman ini umat mengakui keberadaan Allah, tindakan Allah, sumber dan akhir kehidupan yang mengatur ciptaan dan memberi kehidupan kepada manusia di dunia dan di akhirat. Dan memalui pengakuan iman umat bisa menunjukkan identitasnya di dunia ini sebagai orang yang beriman dan mengungkapkan bahwa dalam karya Allah melalui Yesus Kristus.
      Dan sekitar akhir abad ke -4 pernyataan iman ini dimulai disebut Pengakuan Iman Rasuli, setelah berkembang legenda bahwa kedua belas rasul bersama-sama merumuskannya. Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian yaitu yang pertama mengenai Allah Bapa, dan penciptaan kita, yang kedua adalah Mengenai Allah Anak dan penebusan Kita, yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita. Dan Rumusan Pengakuan Iman Rasuli pada zaman dahulu di kenal dengan nama Symbolum apostolicum (apostolicum dari bahsa Yunani apostolos, artinya Rasul). Pengakuan Iman ini selalu di ucapkan pada saat seseorang akan di baptis, secara garis besar, pengakuan Iman ini dapat dikatakan bersifat Trinitarisn (percaya Allah Tritunggal), dengan isi utamanya atau esensinya adalah Yesus Kristus, Anak Allah.
      Dan ada beberapa nats Thematis Alkitab yang bisa kita pakai dalam pengakuan Iman ini yaitu:
      1. Matius 16:15
      Pengakuan Iman Rasuli diawali dengan peryataan Aku Percaya Karena kepercayaan kita kepada Tuhan harus bersifat pribadi tidak ikut-ikutan.
      2. Roma 11:36
      Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa Khalik Langit dan bumi, mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah pencipta-kita ciptaan, Tuhan pemilik- semua yang diciptakannya adalah miliknya, sebagai pencipta, Dia yang menentukan tujuan dan aturan main, sehingga setiap kita harus hidup berdasarkan dengan aturan main tujuan pencipta, supaya setiap kita menjadi ciptaan yang berguna bagi Allah.
      3. Wahyu 21:1-4
      Kebangkitan daging/tubuh dan hidup yang kekal- kekelan berfokus mengenai relasi antara Allah dan umatnya. Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya untuk selama-lamanya dan kita memiliki relasi yang intim bergaul dengan Allah.
      4. Efesus 4:1-16
      Aku percayakepada Gereja yang Kudus-jemaat adalah tubuh Kristus , dan Kristus adalah kepala.
      5. Kisah 1:8
      Aku percaya kepada Roh Kudus- Roh Kudus adalah pribadi Allah, Roh Kudus adalah Allah sehingga kita harus menyikapinya setara dengan Allah. Allah Roh Kudus ada karyanya dan karya-Nya merupakan titik balik manusia melalui proses kelahiran baru. Sebagai anak Tuhan, kita harus menyatakan buah Roh Kudus dalam kehidupan kita dan itu hanya untuk kemuliaan nama Tuhan.
      Oleh karena itu kita sebagai manusia kita selalu dituntut untuk selalu menaimani dan percaya kepada Tuhan pemebri hidup ini dengan sebuah pengakuan Iman. Dan kita harus selalu sadar bahwa semua yang ada pada kita adalah karyanya Tuhan, supaya hidup kita dapat menjadi berkat buat semua sesama yang membutuhkan dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini.

      Hapus
  19. Nama : Desy Ristiana Saragih
    NIM : 12.01.916
    Ting/ Jur : IV-A/ Teologi
    Sajian 1 : Unsur-unsur liturgi : Votum, Salam, Introitus
    Menurut saya Votum, Salam dan Introitus adalah bagian dari unsure-unsur liturgi. Dimana votum merupakan sebuah pernyataan dalam liturgi Gereja Protestan, yang dibacakan oleh Pendeta, biasanya setelah pergerakan Majelis (Introit), Votum juga merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Dan bisa kita lihat yang sebagai rumus votum tertulis dalam Mazmur 124:8 dipakai juga Matius 28:19 yang mengatakan “Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Begitu juga dengan salam bahwa Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat.. Dan bisa juga digunakan dalam jemaat yang mulai dengan pengakuan bahwa pertolongannya adalah di dalam nama Tuhan, yang telah melepaskannya dari siksaan dan kehidupan yang kekal. Bentuk salam yang digunakan yang paling sederhana ialah yang dipakai oleh jemaat-jemaat dari Gereja lama, “Tuhan menyertai kamu”, dan jemaat menjawab “Dia menyertai Roh mu”. Sesudah votum dan salam banyak gereja di Indonesia memakai unsur-unsur ketiga yang disebut dengan Introitus. Dimana introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat dan bukan oleh Paduan suara atau vokal group. Atau introitus bisa juga dikatakan dengan pernyataan yang dikutip dari nats Alkitab sesuai dengan minggu tahun gerejawi dan jemaat menyambutnya dengan menyanyikan haleluya, haleluya, haleluya. Sambutan jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan unsure kebersamaan, doa ini disampaikan bersama, memohon agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah. Jadi menurut saya ketiga unsur ini votum, salam, dan introitus adalah unsur-unsur liturgi yang harus ada disetiap peribadahan. Votum, salam, dan introitus adalah tiga rangkaian yang saling berkaitan yang didalam peribadahan mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana ketiga hal itu menjadi pembuka dalam setiap peribadahan. Votum, salam dan introitus juga berperan dalam peridahan yang menyenangkan hati Tuhan, karena didalam ketiga hal itu terdapat unsur-unsur dimana kehadiran Tuhan dapat dirasakan oleh jemaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Desy Ristiana saragih
      NIM : 12.01.916
      Ting /Jur : IV-A/ Teologi
      Unsure-unsur liturgi : pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Ketiga unsur-unsur ibadah ini juga sering dipakai dalam gereja-gereja protestestan. Seperti pengakuan dosa dimana setelah jemaat-jemaat sudah ada kesadaran akan semua dosa-dosanya, maka tibalah saatnya untuk mengaku segala dosa-dosa dihadapan Tuhan. Melalui “doa pengampunan dosa atau pengakuan dosa”, jemaat memohon dengan kerendahan hati memohon kepada Tuhan agar dosanya diampuni (Luk.15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah maka segala kesalahan dan dosa kita terlebih dahulu harus diampuni atau dibersihkan. Dan pada masa reformasi juga melanjutkan pemakaian pengakuan dosa (Confiteor) dan permohonan pengampunan (absolusi) di dalam kebaktian, tetapi dengan suatu perbedaan esensial: keduanya diubah dan dijadikan akta jemaat. Rumus yang digunakan untuk pengampuan dosa bermacam-macam bentuknya; ada yang langsung dikutip dari alkitab, ada yang disusun oleh gereja-gereja sendiri. Van der leeuw mengusulkan supaya dipakai lebih dari satu rumus pengakuan dosa agar dapat diucapkan berganti-ganti. Maka setelah kita mengakukan dosa dan meminta pengampunan kepada Tuhan, maka pemberitaan Anugerah akan dibacakan. Seperti Allah mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya. Maka dengan mendengar pengampunan dosa, kita bisa bersukacita dan memuji Tuhan dengan mengucapakan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin”. Dan unsur satu lagi yaitu Hukum , dimana Di atas telah dikatakan, bahwa pada akhir abad-abad pertengahan, pengakuan dosa, absolusi dan dasafirman mulai dipakai di dalam ibadah jemaat dan hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman. Dan seperti yang kita tahu bahwa dasafirman dibacakan sebelum pengakuan dosa dan pemberitaan Anugerah, dan hukum yang dibacakan berfungsi sebagai cermin diri dan peringatan akan dosa kita. Jadi menurut saya, Munculnya Pengakuan dosa, pemberitaan anugerah, dan hukum adalah unsur tatat ibadah yang di dukung oleh Calvin dan hingga sampai saat ini banyak gereja-gereja yang mengikuti tata ibadah ini, hanya saja dalam peletakannya terkadang tidak sama. Dalam Pengakuan dosa, pemberitaan anugerah, dan hukum adalah obat untuk jiwa manusia Spiritual, Psikologi, dan sosial, agar manusia merasa layak untuk menerima anugerah serta hukum.

      Hapus
    2. Nama : Desy Ristiana Saragih
      NIM : 12.01.916
      Ting/ Jur : IV-A/ Teologi
      Unsur-unsur liturgi : Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Doa merupakan Doa adalah tindakan menghubungkan diri denga Tuhan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia yang tertulis dalam kitab Perjanjian Lama (Kej 15:1-6). Berbicara dengan Tuhan secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Dalam tata kebaktian dari gereja di unsure ini ditempatkan di atara pembacaan Alkitab dan khotbah. Pembacaan firman ada juga kita lihat dari posisi letaknya dimana pembacaan firma nada di gereja ajaran Lutheran itu diletakkan sebelum pengakuan dosa tapi ada juga sesudah pengakuan dosa. Pembacaan firman setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umatNya melalui firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman yang isisnya mendorong umat untuk berbuat baik dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab maka liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara firman Allah.Amen”. perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa firman Allah adalah diindahkan bukan untuk didiamkan saja. Begitu juga dengan Percakapan iman. Khotbah harus membangkitkan dialog, percakapan iman dalam pendengar. Percakapan efektif mengandung unsur pertanyaan dan jawaban. Khotbah bukan hanya karena engkau harus mengatakan sesuatu tetapi engkau mempunyai sesuatu yang harus dikatakan. Khotbah merupakan puncak dari acara kebaktian minggu. Semua bagian dari ibadaha minggu tidak boleh lepas dari nats khotbah yang akan disampaikan. Khotbah bukanlah ceramah atau pidato, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkhotbah, sebagai bekal hidup , pegangan dan penuntun hidup jemaat. Doa harus erat hubungannya dengan firman, doa harus diucapkan sebelum firman Allah diberitakan. Pembacaan Alkitab dilakukan diusulkan agar dibaca secara sistem prikop atau pembacaan secara berkesinambungan. Pembacaan Alkitab harus memperhatikan tahun gerejawi dan perikop-perikop yang telah ada.pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Hal ini telah terdapat dalam ibadah sinagoge. Dalam lukas 4 :16-22 dicerikan bahwa ketika Tuhan Yesus datang di Nazaret pada hari sabat, seperti biasa, pergi ke sinagoge. Hubungan yang erat antara pembacaan Alkita dan khotbah ini kita dapati juga dalam kisah para rasul 13:15.

      Hapus
    3. Nama : desy ristiana saragih
      Nim :12.01.916
      Ting/jur :IV-A/ Teologi
      Unsure-unsur liturgi : pengakuan iman rasuli
      Pengakuan Iman, yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan ini ditujukan kepada Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Melalui pengakuan iman ini umat mengakui keberadaan Allah, tindakan Allah, sumber dan akhir kehidupan, yang mengatur ciptaan dan memberi kehidupan kepada manusia di dunia dan di akhirat. Melalui pengakuan iman umat menunjukkan identitasnya di dunia ini sebagai orang yang beriman dan mengungkapkan bahwa dalam karya Allah melalui Yesus Kristus, umat memperoleh kehidupan serta kesatuan orang percaya di dalam Yesus sebagai dasar mempersatukan segala latarbelakang kemajemukan manusia. Pengakuan iman rasuli ini memang bagian yang harus ada dalam setiap ibadah Umat Kristen Karena melalui bagian ini kita bisa mengucapkan pengakuan Iman Rasuli kita akan Trinitas yaitu : Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan Firman Allah yang telah dibacakan mendorong kita untuk mengakui iman kepercayaan kita. Pengakuan Iman bukan sekedar rumusan yang dihafalkan namun harus diucapkan dengan sungguh-sungguh dari hati yang terdalam dan diwujudkan dalam kehidupan beriman sehari-hari. Dan Pengakuan Iman merupakan: Ikrar atau tekad iman kita kepada Allah, ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah, wujud penghormatan dan ibadah kita kepada Allah, kesaksian kita atas kebenaran dan kehendak Allah. Pengakuan iman bukan hanya dilakukan di dalam gedung gereja saja namun secara konkrit perlu kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan mengenai letak pengakuan Iman Rasuli, ada gereja dalam mengikrarkan pengakuan iman rasuli itu esudah khotbah tapi ada juga yang mengikrarkan pengakuan iman rasuli itu sebelum khotbah. Pengakuan iman rasuli ini yang bisa mengikrarkannya adalah orang atau jemaat yang sudah angkat sidi. Dimana Pada dasarnya manusia pasti membutuhkan Pengakuan Iman dalam kehidupannya, dengan mengakui dan mengimani bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap karya-Nya buat manusia, sehingga kita harus melihat dengan jeli setiap hal yang terjadi dalam kehidupan kita itu pasti baik adanya. Dengan adanya Alkitab sebagai landasan pedoman hidup kita oran percaya, di mana kita telah menerima Anugerah Tuhan yang merupakan wujud cinta kasih-Nya kepada manusia. Perlunya kita berdiam diri dengan menyadari arti kehadiran Tuhan itu dengan Iman Percaya yang telah kita miliki, supaya hidup kita dapat menjadi berkat buat sesama yang membutuhkan dalam mewujudkan Kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini. Jadi, sebagai umat Tuhan janganlah main-main dalam mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli karena itu kita ucapkan berarti memang sudah satu dengan Tuhan dan berjanji kepada Tuhan.

      Hapus
    4. Nama : Desy Ristiana Saragih
      NIM : 12.01.916
      Ting/ Jur : IV-A/ Teologi
      Analisa : Doa Syafaat
      Doa adalah ungkapan hati seseorang kepada Tuhan yang diungkapkan sebagai permohonanya kepada Tuhan. Orang percaya akan mengutarakan permohonannya kepada Tuhan dengan penuh iman. Dalam persekutuan orang kristen di gereja, doa sangat kuat dipraktekkan. Doa Syafaat adalah salah satu karakter doa dan sering disebut didalan kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi masalah, baik suka dan dukaatau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya.doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara. Yang dimaksud dengan doa syafaat ialah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral. Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya) dalam bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anak-Nya yang datang meminta, mencari & mengetok. Mengenai posisi penempatan doa syafat yang kita lihat di gereja-gereja ada sebelum khotbah dan ada yang sesudah. Ada juga dalam gereja contohnya gereja GKPS sesuai model kebaktiannya, bahwa doa syafaat digabung dengan doa bapa kami (adanya responsorial antara liturgis dan jemaat). Ini merupakan suatu hal yang unik dalam ibadah. Perlu kita ketahui bahwa doa syaafaat tidak hanya garis-garis besarnya tapi juga keseluruhan.

      Hapus
    5. Nama ; Desy Ristiana Saragih
      NIM : 12.01.916
      Ting/Jur : IV-A/ Teologia
      Analisa : pertemuan 6 “Pemberian Jemaat”
      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Pemberian jemaat ini memiliki hubungan sangat erat dengan perayaan perjamuan. Persembahan diartikan sebagai hadiah atau pemberian kepada orang yang terhormat. Umumnya dalam semua gereja di Indonesia pemberian jemaat dipersembahkan dalam bentuk uang. Hal itu tidak ada salahnya. Malahan sebaliknya. Dalam masayrakat modern, terutama di kota-kota, uang dalah satu-satunya hasil pekerjaan banyak orang. Tetapi disamping itu baiklah dipertimbangkan kemungkinan untuk memberikankesempatan kepada anggota-anggota jemaat, khususnya anggota-anggota “jemaat tani”, supaya mereka dapat mempersembahkan pemberian mereka dalam bentuk lain. Persembahan adalah sebagian dari korban dan pemberian sukarela yang diberikan kepada imamPemberian persembahan persepuluhan yang diberikan ke dalam rumah perbendaharaan, karena Allah sendiri telah setia memberkati hidup mereka. Allah yang tidak pernah berubah dan tetap melawat hidup umatNya. Meskipun umat manusia telah mneyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah dan tidak memeliharanya. Tapi Allah mengatakan kepada umatNya supaya kembali kepada Nya dan membawa seluruh persembahan kepada rumah perbendaharaan supaya Allah memberkati umatNya dan mereka hidup berbahagia. Hal inilah menjadi firman Tuhan semesta Alam bagi orang yang mau kembali kepada Allah dan memberikan persembahan persepuluhan kerumah perbendaharaan. Hal ini menekankan kepada kita sebagai umat Tuhan yang telah dipelihara Tuhan selama ini harus melakukan pembayaran persembahan persepuluhan untuk menyenangkan hati Tuhan. Pemberian jemaat dapat kita lihat juga dengan ucapan syukur terhadap gereja dan itu merupakan berkat dari Tuhan. Seperti yang kita tahu bahwa semua yang ada pada kita itu milik Tuhan. Dan kita juga harus dapat memberi kepada orang sesuai dengan janji kita kepada Tuhan. Ada juga kita temukan diadakan persembahan rutin dan persembahan khusus. Jadi disarankan kepada kita supaya kita tidak pelit dengan apa yang kita miliki, karena itu semua berkat dari Tuhan dan pemberian dari Tuhan.

      Hapus
    6. Nama ; Desy Ristiana Saragih
      NIM : 12.01.916
      Ting/Jur : IV-A/ Teologia
      Analisa : pertemuan 7 “nyanyian dan paduan suara”
      Nyanyian dan paduan suara adalah suatu hal yang unik dalam sebuah ibadah atau kebaktian. Dimana nyanyia merupakan puji-pujian kepada Tuhan. Dan paduan suara merupaka orang yang terdiri dari beberapa orang yang memang betul-betul bisa memadukan suaranya. Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Paduan suara adalah paduan suara amatir, yaitu paduan suara yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keinginan untuk menyanyi, sekedar sebagai kesukaan perorangan. Akan tetapi, kehadirannya dalam latihan paduan suara menunjukkan bahwa ia mengaharapkan mendapat suatu kemajuan tanpa pendiidkan suara bagi para penyanyiannya. Baik di gereja Katolik, maupun di gereja-gereja Protestan dirasakan perlunya paduan suara yang trampil, tapi yang dapat memahami fungsi liturgisnya. Salah satu unsur liturgi yang sangat penting ialah nyanyian jemaat. Tetapi sayang, unsur penting ini sering kali diabaikan, dianggap kurang berarti dan tidak perlu ditekuni dengan penuh perhatian. Namun, yang penting diperhatikan oleh seluruh Gereja, terutama oleh pihak pimpinan. Nyanyian jemaat perlu didukung oleh organisasi Gerejawi, dan salah satu penunjangnya ialah paduan suara. paduan suara dipandang sebagai sarana saling berbagi dalam pelayanan firman, bernyanyi kepada jemaat. Ini mungkin perlu suatu lokasi yang menghadap ke jemaat. di dalam ibadah paduan suara tidak mempunyai tempat tersendiri. Pemimpin-pemimpin gerakan liturgia tidak setuju dengan pendirian ini menurut mereka paduan suara adalah sebagaian dari jemaat. Karena itu di dalam ibadah paduan suara hanya mempunyai satu tempat saja yaitu di pihak jemaat. di dalam ibadah paduan suara bertugas melayani artinya paduan suara tidak boleh bernyanyi sendiri-sendiri tetapi bersama-sama dengan jemaat dengan berbagai cara. di dalam ibadah paduan suara tidak boleh menyanyikan nyanyiannya sendiri.

      Hapus



  20. Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
    Nim :12.01.976
    Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
    Penyanji kelompok I: Dalton Simanullang, Maston Silitonga, Nelta tarigan, Reka br Purba, Tolopan Silalahi
    Dalam peribadahan selalu dimulai dengan votum, salam dan introitus. Votum dalam sebuah peribadahan merupakan sumbangan atapun kontribusi Yohanes Calvin bagi Gereja Protestan, votum pembacaan kitab suci yang dilakukan pada saat memulai ibadah di gereja Protestan dan lebih menyentuh pada aspek vertical yaitu berhubungan dengan Tuhan, ayat Mazmur yang digunakan dalam votum salah satunya ialah dalam Mazmur Maz.124:8 “Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” dimana di dalamnya terdapat amanat kuasa Tuhan Yesus. Votum juga dapat diartikan sebagai pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan sang pencipta melandasi peribadahan itu, votum bukanlah doa pembuka, karena votum terlebih dahulu setelah itu ada doa pembuka dan ini tujuannya sebagai permohonan akan kehadiran Tuhan dalam peribadahan yang sedang berlangsung. Maka dari sini biasanya jemaat menyatakan/menjawab pernyataan dari Allah itu dengan menyatakan “Ya, Tuhan, aku percaya bahwa dalam setiap langkah hidup kami itu adalah merupakan bagian-bagian pertolongan Tuhan Baik yang menyenangkan kami maupun juga yang tidak menyenangkan kami, bahkan yang menyakiti kami, Kami percaya bahwa Tuhan sanggup menjadikan yang tidak baik menjadi kebaikan bagi kami”.
    Salam adalah pernyataan dari Allah yang dinyatakan juga oleh Pengkhotbah dimana Salam ini menyatakan bahwa Allah mau menyapa kita. Dalam hal ini pengkhotbah menyatakan bahwa penyertaan dan pimpinan Allah-lah yang menyertai dan memimpin setiap orang percaya, yang datang kepada kita terlebih dahulu dibanding dengan kita. Frans sugiyono dalam bukunya mencintai liturgi mengatakan bahwa makna salam ini dikatakan imam menyatakan bahwa Tuhan hadir , menyertai umat yang siap merayakan iman seperti misalnya dalam perayaan Ekaristi dengan jawaban dari umat menyatakan bahwa Tuhan yang sama sungguh hadir menyertai, dan biasanya pada saat melaksanakan dialog “salam” ini imam dan umat sedang menyadari bahwa Tuhan benar-benar hadir dalam persekutuan umat yang merindukan-Nya. Cara membawakan salam ini pemimpin memberikan salam dan cara umat menanggapinya sangat penting hakikatnya ialah komunikatif artinya harus benar-benar ada komunikasi antara imam dan umat,sedangkan Dari pihak imam, komunikasi diungkapkan lewat pandangan mata, mimik, tata gerak tangan. Salam ini bertujuan agar dalam perayaan ekaristi diambil dari Alkitab. Rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13. Dalam buku A. Lukasik SCJ yang berjudul memahami perayaan ekaristi disediakan beberapa contoh mengenai salam sebagai berikut: a.)“Semoga Tuhan beserta kita, sekarang dan selama-lamanya”, maksud utama salam ini: semoga Allah menyertai kita tetapi juga selama hidup, dan tidak ada dikatakan moga-moga, membuka hati dan benar-benar menerima Tuhan ingin bersatu dengan kita, artinya tentu saja Tuhan selalu ada beserta kita, di dalam Dia kita hidup, bergerak dan ada (Kis 17:28). b)“semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus beserta kita, artinya bahwa cinta kasih yang ada pada Bapa oleh Putera dalam Roh Kudus telah datang kepada kita dan hendak menyatukan kita.
    Introitus Terdiri dari nas/ayat pendahuluan dan nyanyian, maksudnya ialah untuk menyatakan sifat yang khusus dari kebaktian jemaat dalam hubungannya dengan Tuhan (dalam tahun Gerejawi atau tema khotbah hari itu). Setelah Firman Tuhan itu dibacakan, jemaat menjawabnya dengan nyanyian yang sesuai. Jadi ketiga hal sangat berkaitan yang dimana awalnya ada permohonan akan kehadiran Tuhan dalam peribadahan, begitu juga dengan jawaban dari jemaat bahwa memang pertolongan hanya dari Tuhan yang dilanjut dengan nyanyian syukur, doa dan pujian dalam suatu peribadahan sehingga peribadahan dapat dimaknai dan dapat menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/Jur :IV-A Theologia
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Dalam liturgi GBKP dimulai dengan berita tentang dosa manusia yang mengingatkan manusia sesungguhnya adalah berdosa, pengakuan dosa yang dipahami di gereja GBKP bahwa setelah merenungkan dan menyesali dosa melalui pemimpin liturgi jemaat menyatakan penyesalan dengan mengaku dosa secara pribadi, dan jemaat diingatkan bagaimana seharusnya hidup sebagai orang yang dikasihani oleh Allah, ditebus oleh Kristus, sehingga melalui itu ada berita pengampunan dosa yaitu pengampunan dosa kepada jemaat yang sungguh-sungguh menyesal akan dosa-dosanya. Setiap manusia yang beribadah adalah orang yang berdosa, dan di dalam peribadahan ia akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, ketika seseorang itu mengakui dosanya, dosa bisa menjadi penghambat dalam hubungan umat dengan Tuhan dan juga umat dengan sesamanya (Yesaya59:1-6).Umat tidak dapat berhubungan dengan Allah tanpa ada pengampunan dari Allah, maka perlu ada pengakuan sebagai umat yang berdosa sekaligus pengakuan akan kasih Allah yang bisa memungkinkan umat memperoleh kehidupan dan keselamatan daripada Tuhan. Jadi orang yang ikut dalam peribadahan ia akan mangakui segala salah dosa yang diperbuatnya dalam kehidupannya, pada saat peribadahan seseorang akan mengalami suatu anugerah yang datangnya dari Tuhan Allah yaitu pengampunan atas dosa yang dilakukan dalam kehidupannya ketika mengakui dengan sungguh-sungguh dosa-dosanya di hadapan Tuhan. Ketika ada pengakuan maka ada juga pengampunan dosa yang kemudian diikuti dengan petunjuk hidup baru yang mengajak semua manusia yang sudah diampuni dosa-dosanya agar hidup sesuai dengan firman Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan, yang artinya juga bahwa setiap orang yang sudah diampuni dosanya tidak melakukan kesalahan, dosa yang sama. Tetapi melalui anugerah yang merupakan pengampunan dosa dari Tuhan yang diterima dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan, melakukan apa yang baik di mata Tuhan sesuai kehendak-Nya. Untuk melakukan hal yang baik ini memang lebih sulit daripada melakukan segala kejahatan, dosa, tetapi itu memang sudah menjadi kewajiban manusia yang sudah ditebus dan suatu keharusan bagi manusia untuk melakukan apa yang baik dimata Tuhan. Kemudian setelah diterimanya pengampunan dosa dari Tuhan dilanjut dengan pemberitaan anugerah dengan ayat kitab tertentu seperti yang terdapat dalam Yesaya 1:16-18 yang mengatakan bahwa “sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Banyak juga ayat alkitab lainnya yang digunakan dalam pemberitaan anugerah seperti Yesaya 44: 22, Yeremia 33:8, Yoel 2:12-13, Mazmur 32:1-2, Matius 26:26-28, Lukas 24:44-48, dan banyak lagi ayat lainnya. Jadi pemberitaan anugerah ini merupakan unsur pemujaan, dimana pemberitaan itu diproklamasikan Allah dalam Kristus Yesus sebagai Allah Maha pengampun yang mengungkapkan puji-pujian dan sembah jemaat kepada dia yang mengampuni dosa-dosanya.Maka setelah itu dilanjut dengan hukum yaitu hukum kasih yang daripada Allah yang dibicarakan dalam Keluaran 20:2-17, Ulangan 5:6-22, Matius 22:37-40, Yohanes 13:34-35 dan lainnya. Jadi semuanya saling berkaitan yang membuat adanya pengharapan bagi jemaat. Hanya Allah yang bisa memberi pengharapan yang pasti kepada semua orang yang berharap pada-Nya, setiap orang yang menyesali dosanya, merendahkan diri dan bertobat, serta memberi kepastian bahwa pengampunan dosa telah berlaku di dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Begitu juga dengan hukum yang disamakan dengan amanat hidup yang disampaikan sebagai pengokohan akan janji kasih Allah kepada manusia. Dimana manusia mempunyai tanggung jawab untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya.

      Hapus
    2. Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/Jur :IV-A Theologia
      Doa, pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa merupakan tindakan yang menghubungkan diri dengan Tuhan dan juga bisa tanpa perkataan, dalam buku yang berjudul suara hati dan doa dikatakan bahwa doa merupakan cara yang signifikan yang dipergunakan oleh setiap orang untuk mencapai tujuan akhir itu. Dimana masing-masing dipahami dalam tiga tingkatan yang berbeda atas penyelidikan yang sah berdasarkan pengalaman pribadi, pengajaran, studi yang juga tidak hanya menunjuk kepada sifat spritualitas dan moralitas Kristen yang saling melengkapi tetapi menunjuk pada yang mempersatukan yaitu doalah yang dikatakan yang menyatukan semuanya tidak dengan memberikan isi yang mendasari pekerjaan, tetapi dengan memberitahukan proses “iman mencari pemahaman” dengan cara yang mendukung atau hakiki.Gereja paling nyaman dan paling dalam mengungkapkan doa kepada Allah Bapa, melalui Kristus, dan dalam Roh Kudus. Selain doa ada juga pembacaan Alkitab yang erat hubungannya dengan Kotbah dan ini sudah terdapat dalam ibadah sinagoge, dimana hubungan yang erat ini antara pembacaan Alkitab dan khotbah ini terdapat juga dalam Kisah Para Rasul 13:15. Dalam buku Daniel Ronda yang berjudul kotbah kontemporer seorang pengkhotbah adalah seorang yang bukan hanya dapat membangun jembatan hubungan antara dunia dan Alkitab dan dunia dewasa ini tetapi juga adalah seorang yang dapat masuk dalam sebuah hubungan maka seorang pengkhotbah akan memiliki suatu hubungan yang dinamis dengan Allah dan akan berdampak pada kecintaan akan firman Allah. Betapa penting selalu ada dalam percakapan tentang Allah dalam pembacaan Alkitab, khotbah bukanlah sekedar sebuah kerangka yang disusun berdasarkan eksegesis teks. Kotbah biasanya terdiri dari tafsiran dan terapan, yang hasil tafsirannya ditentukan pengkhotbah mana yang paling penting yang dapat disampaikan kepada jemaat sehingga jemaat dapat memaknai firman Tuhan dengan baik dan melalui firman Tuhan yang didengar kemudian melakukan sesuai yang diperintahkan Allah dalam kehidupannya dan memaknai setiap firman yang didengar. Khotbah merupakan puncak dari tata peribadahan dalam unsur liturgi yang didalamnya adalah firman Tuhan yang diberitakan kepada orang-orang. Pembacaan Alkitab ini memiliki peranan yang sangat penting yang isinya, pesan-pesan yang terdapat disampaikan melalui kotbah, sehingga jemaat bisa percaya dengan mendengar firman Tuhan yang disampaikan jemaat bisa mengenal dan lebih dekat dengan Tuhan. Terkadang memang Alkitab itu susah dimengerti, maka dari itu sangat penting untuk berdoa sebelum pembacaan Alkitab dalam sebuah peribadahan, maka dari situ dapat kita lihat hubungan doa, pembacaan Alkitab itu sangat erat. Jadi pembacaan Alkitab yang efektif tidak dimulai dengan membaca tetapi dengan doa sebelum membuka Alkitab, dan beberapa orang membiasakan untuk berdoa memohon hikmat kepada Tuhan agar dapat memahami dan merenungkan pelajaran apa yang terdapat di dalamya (2 Tim 2:7, Yakobus 1:5). Pada saat pembacaan firman yang pemberitaannya melalui kotbah menandakan bahwa Tuhan yang menyapa memberi firman kepada umat-Nya, Ia hadir di dalam ibadah dan bertindak melalui firman-Nya. Karena itu setiap pemberitaan firman melalui pembacaan alkitab yang disampaikan melalui kotbah adalah bermaksud menyampaikan kehendak Tuhan kepada manusia, untuk itu kotbah berisi pesan firman, dan bukan pesan pengkhotbah. Dalam liturgi gereja GBKP bagian Alkitab yang dibaca fungsinya adalah sebagai pengantar untuk masuk ke dalam khotbah atau renungan yang kemudian disebutkan pemimpin kebaktian “berbahagialah yang mendengar firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya dan ini disambut jemaat ”, artinya jemaat menyambut kebaikan Tuhan melalui firman yang menguatkannya. Jika dia doa untuk pembacaan Alkitab atau firman Tuhan, doanya khususnya untuk memohonkan kuasa Roh Kudus bekerja ditengah-tengah jemaat, menguasai dan memampukan jemaat memahami dan melakukan firman Tuhan yang telah didengarkan (doa menurut Van der Leeuw).

      Hapus
    3. Nama :Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/ Jur :IV-A/ Theologia
      Pengakuan Iman
      Pengakuan iman meupakan Ikrar atau tekad iman kita kepada Allah, ungkapa diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Alah, wujud penghormatan dan ibadah kita kepada Allah, kesaksian kita atas kebenaran dan kehendak Allah,dan pengakuan ini diucapkan dengan lantam atau dengan tegas dilakukan jemaat dan dengan sungguh-sungguh sebagai seorang yang mengakukan iman percayanya kepada Tuhan. Dalam Alkitab yang pernah mengakukan dosanya seperti Yosua dimana ia mengatakan bahwa ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan. Adapun makna kata dari setiap pengakuan iman ialah “aku percaya kepada Allah yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi” dimana di dalamnya mengandung makna bahwa iman sebagai penuntun kita dalam menjalani hidup artinya ketika seorang mengatakan aku jadi dia mengaku dan percaya bahwa Tuhan melalui tindakan imannya dipercayai bahwa itu dapat menjalani hidup dengan baik karena sudah diyakini dan percaya bahwa Allah yang Mahakuasa hadir dalam setiap pergumulan yang dihadapi dan pergumulan itu dapat terselesaikan dengan percaya bahwa Tuhan yang Mahakuasa mampu membantu pergumulan kita. Selanjutnya “Aku percaya Kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita” ini merupakan inti iman Kristen artinya Ketuhanan dari Yesus itu kita akui sebagai Allah yang tritunggal bukan artinya kita percaya adanya dua Tuhan tapi Allah melalui Yesus Kristus memperkenalkan diri-Nya, dan juga “aku percaya kepada Roh Kudus” yaitu hakikat Tuhan Allah sendiri, jadi dengan mengakui Roh Kudus kita juga mengakui peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Jadi pengakuan iman ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, dimana ketika kita mengakukannya artinya menunjukkan bahwa kita adalah milik Allah. Pengakuan iman ini sangatah penting diakukan, bisa kita lihat juga dari pengakuan iman Islam mengenai Syahadat yang merupakan legitimasi fundamental yang bersifat mengikat sekaligus perwujudan komunikasi iman yang berasal dari kitab sucinya, Syahadat dijadikan sebagai jati diri (Identitas), sebagai ekspresi iman. Secara teologis arti dan makna bagian-bagian Syahadat Kristen yaitu pengakuan imannya mengenai percaya kepada kepada Allah yang Mahakuasa, dalam Kristen Allah yang dimaksud dalam Syahadat ini ialah Allah yang tritunggal, kalau menurut Alkitab ialah telah datang manusia di dalam Yesus Kristus dan melalui Roh Kudus juga kepada orang percaya (Mazmur 42:3). Yang kedua yaitu kepada Yesus Kristus, menunjukkan bahwa Yesus Kristus diberi hormat yang sama besarnya dengan Allah Bapa, Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan juga sungguh-sungguh manusia, jadi orang Kristen yang percaya kepada Allah telah menyataka diri-Nya dalam kedatangan Yesus Kristus. Alkitab juga telah mempersaksikan bahwa barangsiapa telah mengikutYesus ia telah melihat Allah Bapa (Yohanes 14:9). Terakhir yaitu kepada Roh Kudus, bahwa perihal yang dialami Yesus, mengenai kedatangan-Nya ke bumi, dan hal ikhwal ini merupakan karya penyelamatan Kristus yang dilakukan dalam kerendahan-Nya. merupakan rahasia yang agung, rahasia yang hanya oleh iman saja dapat diterima, rahasia inkarnasi (1 Timotius 3:16). Inkarnasi artinya bahwa firman Allah telah menjadi daging, Allah telah menjadi manusia di dalam Yesus, Roh Kudus mempersiapkan Maria bagi tugas yang dikaruniakan-Nya. Semua proses ini menaunjukkan kemahakuasaan Allah yang luar biasa. Dalam buku dikatakan sejauh mendengar bagian pertama ajaran Kristen, dalam keepuluh firman Tuhan kita melihat senua yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan jangan lakukan. Yang dimana di dalamnya kita mengetahui segala sesuatu yang dapat kita terima dan kita harapkan dari Allah, singkatnya pengakuan itu mengajar kita untuk mengenal dia sepenuhnya, pengakuan itu dimaksudkan untuk menolong kita melakukan apa yang diharapkan dari kita sesuai sepuluh firman Tuhan.


      Hapus
    4. Nama : Wenti Karolina Br. Surbakti
      Nim :12.01.976
      Ting/Jur :IV-A/Theologia
      Doa Syafaat
      Doa merupakan unsur yang sangat penting dalam usaha mengerti kehendak Tuhan, dimana kita juga harus saling mendoakan sesama kita dengan tekun apabila kita menghadapi keputusan penting dalam hidup kita. Doa adalah suatu komunikasi dengan Tuhan, doa juga bisa ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan yang Maha Kuasa dimana dalam doa juga bisa mengutarakan isi hati kita kepada Tuhan, meminta ssesuatu hal kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sikap rendah hati kepada Tuhan. Dalam buku Pdt. Dr. Fridolin Ukur yang berjudul sejarah gereja evangelis sejak tahun 1835 mengatakan bahwa pada umumnya kelihatan bahwa doa itu seolah-olah tidak mempunyai kuasa, apalagi untuk mempengaruhi perkembangan dan perubahan masyarakat, dimana dalam kepentingan hidup sehari-hari doa itu bukanlah metode yang praktis. Doa itu juga masih berlaku sekadar suatu keharusan sebagai orang Kristen dan hanya mempunyai arti dalam menjaga hubungan jiwa dengan Tuhan tetapi sama sekali tidak mempunyai pengaruh dan arti bagi kehidupan praktis. Mengenai doa ini ada salah satu doa dalam sebuah liturgi peribadahan yaitu doa syafaat yang artinya adalah doa-doa yang didalamnya mendoakan pergumulan-pergumulan yang dihadapi jemaat. Doa syafaat ini tidak dibatasi dimana doa syafaat ini juga mendoakan di luar jemaat Kristen dimana dalam doa ini mendoakan seluruhnya bisa seperti mendoakan negara, bangsa dan sekitar kita yang lainnya. Hal ini dapat kita lihat dalam doa Tuhan Yesus dalam Yoh. 17: 20-21 dimana Yesus mendoakan agar murid-murid-Nya menjadi satu artinya agar mereka bersatu di dalam iman dalam memberitakan Tuhan Yesus Kristus agar orang menjadi percaya. Selain itu dapat juga dilihat dalam kisah Abraham dalam kejadian 18 dimana Abram juga berdoa dalam doa syafaatnya agar Sodom dan Gomora tidak dihanguskan tetapi yang akhirnya itu dihancurkan karena tidak ada orang yang baik sesuai yang dikatakan Abraham dan hanya Lot yang selamat dalam kejadian itu. Doa syafaat ini pada awalnya ditempatkan sesudah pembacaan firman, tapi kalau dilihat pada masa sekarang dengan aliran gereja tertentu doa syafaat ini ada yang menempatakannya sebelum dan sesudah khotbah contohnya seperti Calvinis. Ada juga yang menempatkan doa syafaat sekarang ini setelah Pengakuan Dosa dan atau sebelum Khotbah. Dan mengenai sikap berdoa pada masa sekarang ada ada yang bersikap dengan berdiri dan berlutut. Dalam buku Yonky Karman berjudul teologi perjanjian lama Dalam perjanjian lama sikap berdoa itu dilakukan sambil berdiri dapat dilihat dalam 1 Samuel 1:26; 1 Raja-Raja 8:22; 2 Taw 20:5,13 dan jarang duduk (2 Sam 2:18). Selain itu yang umum adalah sikap rebah dengan muka ketanah (Kej 24:26, 48; Kel 34:8; Bilangan 16:22, Ul 9:25; Yos 7:6; 1 Taw 29:20; Yeh 9:8; 11:13) atau berlutut (1 Raja-raja 8:54; 2 Taw 6:13; Ez 9:5 dan 6:10) dan juga menundukkan kepala (kej 24:26; 1 Taw29:20). Dari keseluruhannya doa syafaat itu dapat juga dikatakan sebagai doa perlindungan dalam kehidupan manusia setiap harinya bahwa memang hanya kepada Allah ada perlindungan yang pasti. Jadi doa syafaat ini sangat penting dalam sebuah ibadah dimana dalam doa ini bukan hanya mendoakan pergumulan kita, tetapi juga melihat pergumulan disekitar kita dan mendoakannya dengan sungguh-sungguh.

      Hapus
  21. Nama : Parinduan Tambunan
    NIM : 12.01.951
    Tingkat/Jur : IV-A
    Unsur-Unsur Liturgi
    Votum, Salam, dan Introitus
    Votum merupakan pengakuan kehadiran Allah di tengah umatNya, sehingga diletakkan pada bagian permulaan kebaktian. Votum merupakan pernyataan amanat dan kuasa Allah. Ibadah ini tidak akan berlangsung tanpa kehadiran Allah sendiri. Rumusan votum biasanya diambil dari Mazmur 124:8, yaitu; “Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi “ Ayat ini menunjukkan pengakuan Daud akan pertolongan Tuhan, tatkala ia ada dalam bahaya. Tak ada wilayah di luar kekuasaan Tuhan, sebab Dialah yang menjadikan langit dan bumi. Jika ayat ini kembali diperdengarkan dalam ibadah, kita dapat memiliki perasaan hormat, syukur, sikap berserah dan bersandar pada pertolongan Tuhan. Karena itu, votum perlu dihayati dengan sungguh-sungguh dan jangan dianggap entheng atau sekedar pelengkap. Jikalau kita melihat ke dalam gereja Lutheran, GKPI misalnya; kalimat votum yang diucapkan adalah, “di dalam nama Allah Bapa, putra-Nya Yesus Kristus, dan nama Roh kudus pencipta langit dan bumi.” Itu artinya votum digunakan sebagai bentuk permohonan dan doa jemaat agar Tuhan Allah berkenan hadir dalam ibadah itu. Kemudian salam (salutatio) biasanya diucapkan langsung sesudah votum, dengan rumusan Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:7). Salam ini memiliki pengertian salam ini adalah salam damai diantara anggota jemaat, sehingga diucapkan secara bersahutan yaitu jemaat menjawab “dan menyertai saudara juga”. Introitus juga merupakan bagian yang diucapkan di awal ibadah bersama dengan votum dan salam. Biasanya dalam introitus terdiri dari nas/ayat pendahuluan dan nyanyian. Maksudnya ialah untuk menyatakan sifat yang khusus dari kebaktian jemaat dalam hubungannya dengan Tuhan (dalam tahun Gerejawi atau tema khotbah hari itu). Setelah Firman Tuhan itu dibacakan, jemaat menjawabnya dengan nyanyian “haleluya, haleluya, haleluya”.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A
      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
      Dalam perjanjian lama, dosa dijelaskan sebagai tembok pemisah antara Allah dan manusia. Kitab Perjanjian Lama menjelaskan bahwa ketika manusia berbuat dosa, maka mereka harus memeberikan hewan kurban diatas mezbah dan diserahkan kepada imam untuk dibakar sebagai pengorbanan penebus salah. Bahkan ketika mereka tidak tahir, mereka dianggap najis dan tidak boleh mengikuti peribadahan bangsa Israel. Namun karena manusia tidak mampu untuk menebus dosa-dosanya karena pada dasarnya manusia adalah manusia berdosa sejak awalnya (roma 3:23) maka Yesus datang untuk menyelamatkan manusia agar manusia tidak masuk ke dalam maut. Itulah sebabnya di gereja-gereja protestan sering dilakukan doa pengakuan dosa. Pengakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dari kebaktian dan mendappat tempat penting dalam peribadahan. Umat mengakui bahwa dia adalah orang-orang berdosa, dan dosa itu sebagai penghambat dalam hubungan umat dengan Tuhan dan juga umat dengan sesamanya (bnd Yes. 59: 1-6). Umat tidak dapat berhubungan dengan Allah tanpa ada pengampunan dari Allah. Pengakuan sebagai orang berdosa dan sekaligus pengakuan akan kasih karunia Allah yang memungkinkan umat memperoleh kehidupan dan keselamatan (Ef.2: 4-9). Setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah Allah tentang pengampunan dosa yang diambil dari nas Alkitab, misalnya. Yes.54: 10, Yeh.33: 11a, Maz.103: 8,10,13, Yoh.3: 16). Setiap beribadah umat diingatkan sebagai orang berdosa yang menyesali dosanya dan tetap merindukan kasih karunia dan umat meminta pengampunan, anugerah Tuhan yang terlah nyata di dalam pengorbanan Yesus Kristus. Setelah pemberitaan anugerah Allah, maka liturgis akan memberikan hukum sebagai petunjuk hidup baru. Berita pengampunan yang disampaikan pelayan (sebagai imam) menjadi pendamaian dari Allah, penguatan, penghiburan, sukacita dan pengharapan bagi umat di tengah-tengah dunia ini. Biasanya liturgis membacakan dasa titah dan artinya yang terdapat dalam buku kathekismus. Ini dilakukan untuk memateraikan makna pengampunan dosa di dalam jemaat agar jemaat tidak lupa kepada Tuhan. jadi pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum adalah bagian ibadah yang penting untuk dilakukan, Karena ketiga unsur ini, manusia sadar kalau dirinya adalah orang yang berdosa dan manusia tidak bisa selamat tanpa bantuan dari Allah

      Hapus
    2. Nama : Parinduan Tambunan
      NIM : 12.01.951
      Tingkat/Jur : IV-A
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa adalah nafas orang Kristen, karena tanpa doa manusia tidak akan bisa berhubungan dengan Tuhan. seseorang yang tidak pernah berhubungan dengan Tuhan maka tidak akan pernah merasakan Mazmur 62:2. Untuk itu kita perlu berdoa; apakah itu doa ucapan syukur, pemintaan ataupun pengharapan. Dalam setiap peribadahan atau persekutan di gereja umat selalu berjumpa dengan doa, karena doa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Pembacaan Alkitab juga sering dilakukan dalam gereja. pembacaan Alkitab telah mulai dilakukan sejak perjanjian lama; bisa dilihat dalam kitab Ezra dan Nehemia. Pembacaan kitab juga erat kaitannya dengan khotbah; para bapa gereja di abad mula-mula hingga ke Calvin menngaitkan ini dengan khotbah dan sebelum pembacaan mereka telebih dahulu berdoa agar Roh kudus menuntun mereka untuk memahami kitab yang dibacakan. Khotbah, menurut luther adalah bagian yang paling sentral dalam ibadah, karena bagi Luther firman itu begitu penting untuk menumbuhkan iman jemaat. Khotbah adalah bagian dari homiletika yaitu kegiatan untuk mempercakapkan Yesus Kristus.Khotbah yang baik adalah khotbah yang mampu menjawab pergumulan jemaat. Khotbah dibuat bukan untuk memberikan penilaian buruk pada seseorang, bukan untuk menghakimi seseorang, apalagi menyesatkan seseorang.melaui khotbah Allah menyatakan Firman-Nya, agar jemaat mamahami, mengenal, dan melakukan kehendak-Nya.itu lah sebabnya para pelayan sebelum berkhotbah perlu mempersiapkan dirinya agar khotbahnya tidak tergolong asal-asalan. Mulai dari Menentukan teks, Mencari pesan asli teks, Mencari pesan untuk jemaat, Menuliskan khotbah sampai menyampaikan hasil khotbah perlu dipersiapkan dengan matang agar pesan Allah sampai kepada jemaat dan jemaat pun mengerti apa yang menjadi kehendak Allah bagi mereka.

      Hapus
    3. Nama : parinduan tambunan
      NIM :12.01.951
      Ting/ Jur : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th

      Kelompok IV: Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Nama Penyaji : Ade Trisna Hutabarat
      Anova Talenta Milala
      Eka Surya Darma Purba
      Maria Rosalina Saragih
      Tiar Mauli Sinambella
      Akibat dari pergumulan konsili Nicea dan Konstatinopel yang cukup panjang akhirnya dihasilkan lah rumusan Pengakuan Iman yang selalu diucapkan dalam ibadah-ibadah gereja Lutheran. Bapa-bapa gereja memberikan formula atau rumusan yang mengarah kepada oknum tritunggal itu, yaitu “Aku percaya pada Bapa, Aku percaya pada Yesus Kristus, dan Aku percaya kepada Roh kudus. Sejak zaman khatolik dulu, pengakuan iman rasuli diucapkan pada saat ketika dibaptis. Pengakuan iman rasuli atau dalam bahasa latin dikenal dengan kredo merupakan ajaran dasar yang dibuat gereja berdasarkan amanat agung Tuhan Yesus untuk menjadikan segala bangsa muridNya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Karena itu kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah tritunggal dan Allah sang pencipta. Pokok-pokok pengakuan iman sangat bermanfaat bagi gereja dulu, sampai pada masa kini, untuk menjelaskan iman kristen. Umumnya dipakai untuk mempersiapkan mereka yang akan mengaku percaya dan dibaptiskan (semacam katekisasi). Di samping itu, rumusan pengakuan iman ini bermanfaat untuk melawan ajaran-ajaran palsu yang mulai muncul pada masa itu. Isi ajaran palsu itu antara lain mengatakan bahwa Yesus Kristus tidak pernah hidup di dunia ini; Yesus tidak menglami kematian dan kebangkitan; sebab yang disalibkan di Golgota bukanlah Yesus melainkan orang lain yang mirip denganNya; ada ajaran yang menolak kemanusiaan Yesus; yang lain lagi berkata bahwa Roh Kudus tidak datang pada hari Pentakosta. Pengakuan iman yang merupakan hasil pergumulan jemaat kristen di kota Roma ini dinamakan pengakuan iman rasuli karena isi pengakuan iman yang ada sesuai dengan pengakuan dan penghayatan iman para rasul dan jemaat purba dan terutama sesuai dengan kesaksian Alkitab. Pengakuan iman yang di ucapkan dalam ibadah ini merupakan bagian liturgi tetapi juga merupakan janji umat untuk terus berpegang pada dasar-dasar iman yang benar, taat dan setia kepada Kristus Yesus sampai kapan pun walaupun hambatan untuk menyatakan ketaatan dan kesetiaan itu sangat sukar. Pengakuan iman rasuli senantiasa diawali dengan ucapan “Aku percaya.” Mengapa? Karena Kata “Aku” menunjuk kepada diri kita yang mengucapkan pengakuan iman tersebut. Meskipun demikian, kata “Aku” ini jangan dipahami dalam arti sempit, yaitu hanya sebagai pengakuan pribadi yang telah mengambil keputusan beriman kepada Allah dalam Yesus kristus; melainkan juga sebagai wujud kesatuan kita dengan gereja segala abad dan tempat yang mengaku Yesus kristus adalah Tuhan; dengan adanya CREDO atu pengakuan iman maka tidak ada yang bisa menhancurkan gereja lagi. Ada 3 yang dipakai gereja untuk menjadi senjatanya, yaitu kanon, pengakuan iman rasuli, dan succecsio apostolica. Perlu diperhatikan bahwa pengakuan iman bukanlah sebuah doa. Tetapi Pengakuan iman merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang kita yakini dengan benar perihal pokok-pokok iman kita kepada Allah dan itu adalah proklamasi atau ikrar iman bahwa kita percaya pada Allah tritunggal itu.

      Hapus
    4. maaf sebelum nya kepada bapak dosen terkusus dan kepada teman-teman kelas IVA, saya terlambat mengirimkan komentar dan analisa saya untuk kelompok empat di blog. ini dikarenakan media saya untuk mengirimkan setiap komentar dan analisa (laptop) mengalami kerusakan dan saya harus menunggu perbaikan laptop saya selama 4 hari terhitung tanggal 14 april 2016. kepada bapak dosen saya minta maaf atas keterlambatan saya ini. semoga bapak dapat memakluminya

      Hapus
    5. Nama : Parinduan Tambunan
      Nim : 12.01.951
      Tingkat/Jur : Teologi/ IV A
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Judul sajian : Doa syafaat
      Doa syafaat merupakan salah satu unsur liiturgi dalam peribadahan gereja yang cukup penting untuk dilaksanakan. Doa syafaat adalah doa yang bersifat komunal dan bukan bersifat pribadi. Biasanya doa syafaat ini ditujukan pertama sekali kepada orang-orang Kristen yang berada di dalam pergumulan , tantangan, dan hambatan yang amat berat yang karenanya mereka lemah dan perlu ditopang agar mereka perlu ditopang agar mereka sanggup melewatinya. Dalam bahasa Toba, doa syafaat diartikan “tangiang pangondiaon”. Pangondianon artinya perlindungan. Artinya doa syafaat adalah bersifat permohonan untuk pemeliharaan, penopangan, dan perlindungan agar mereka sanggup menjalani pergumulan berat mereka. Doa syafaat ini telah dilakukan di dalam Alkitab sejak Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mulai dari doa Abraham untuk Sodom dan Gomora, doa Daniel untuk bangsa Israel di dalam Pembuangan, dan doa salomo untuk bait suci. Di perjanjian Baru kita melihat Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya dalam Yohanes 17, hingga ke jemaat mula-mula itu masih digunakan. Itulah sebabnya mengapa gereja-gereja menerapkan apa yang dituliskan dalam kitab suci; ada yang melakukannya sebelum khotbah, ada yang melakukannya setelah khotbah, dan aa yang membuatnya bersamaan dengan misa. Doa syafaat ini penting bagi peribadahan agar jemaat tidak hanya menerima lawatan Tuhan dari Firman, tetapi mereka juga perlu ditopang secara rohani melalui doa-doa yang disampaikan dalam doa syafaat. Terkait kepada cara berdoa syafaat Dalam Perjanjian Baru kita mendapati dua macam sikap berdoa: berdiri dan berlutut.Ada pula yang mengusulkan sikap duduk lebih baik karena menyatakan keakraban, kerendahan hati dan konsentrasi. Keduanya kemudian diambil alih oleh Gereja Lama dan banyak gereja reformatoris.Doa syafaat juga dapat dikatakan doa pastoral, karena barisan doa yang dipanjatkan adalah untuk memberi penguatan kepada orang yang mendapat pergumulan dan mendoakan segala bentuk pergumulan dalam gereja, bangsa dan negara. Jadi dalam hal ini kita dapat melihat bahwa doa syafaat mencerminkan kerinduan umat kepada Tuhan yang memelihara kehidupan.

      Hapus
  22. Nama : Andre Hartland Perangin-Angin
    NIM : 12.01.902
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Mata Kuliah : Liturgika 17 Maret 2016
    Pembahasan : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji : Andre Hartland Perangin-angin
    Desna Sonia Sembiring
    Dear Mando Purba
    Efran M.I. Pasaribu
    Yosevina Ananda Gurusinga
    Perumus :Dalton Manulang
    Maston Silingota
    Nelta Valentina Br. Tarigan
    Reka Cristiani Purba
    Tolopan Ria Silalahi
    Ibadah yang baik adalah ketika kita dapat memahami, memaknai, merespon dan mengaplikasikan segala proses ibadah tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, karena seperti halnya pemahaman yang diberikan oleh Yohanes Calvin mengenai ibadah yang tercantum di dalam buku karangannya yaitu Institutio adalah Ibadah merupakan perjumpaan dengan Allah. Pengenalan mengenai Votum, Salam, dan Introitus harus menjadi jelas di dalam diri jemaat karena jika tanpa pemahaman yang jelas maka makna yang ingin disampaikan akan menjadi “kabur” atau dengan kata lain tidak menjadi berkat bagi pribadi jemaat bahkan terkesan biasa saja.
    Pemahaman saya mengenai Votum adalah yang dimana Votum merupakan sebuah panggilan Allah kepada jemaat melalui pelayan Tuhan agar siap untuk memulai peribadahan tersebut. Dengan kata lain, panggilan yang dilakukan bertujuan agar jemaat fokus dan benar-benar siap untuk melaksanakan ibadah. Panggilan tersebut bisa juga dikatakan bahwa itu merupakan suatu aba-aba yang disampaikan kepada jemaat, agar jemaat yang tadinya sedang memiliki aktivitas lain seperti beribacara dengan orang lain, atau memikirkan hal-hal yang lain dapat memberikan diri dalam peribadahan yang dilakukan. Pemahaman GBKP mengenai Votum merupakan suat pengakuan bersama bahwa ibadah yang dilakukan ada di dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
    Mengenai Salam, dalam Buku Katekisasi GBKP menjelaskan bahwa Salam adalah sebuah sapaan, Salam bukanlah doa oleh karena itu jemaat tidak perlu menundukkan kepala. Di dalam kehidupan sehari-hari menurut saya sapaan itu adalah suatu hal yang menunjukkan keakraban dengan orang yang kita kenal. Maksudnya adalah ketika orang yang kita kenal tidak ada sapaan diantara kita di saat kita bertemu di suatu tempat atau di jalan itu merupakan suatu hal yang “kurang mengenakkan”. Sama halnya dengan sapaan atau Salam yang dilakukan di dalam ibadah. Salam atau sapaan yang diberikan menunjukkan suatu sikap peduli antara satu dengan yang lain atau dengan kata lain bahwa Allah yang kita kenal yang mengundang kita untuk melakukan peribadahan memberikan sapaan yang menunjukkan kasih Allah kepada setiap jemaat yang hadir di dalam ibadah tersebut. Dan sebagai respon jemaat terhadap sapaan tersebut, jemaat menyanyikan Amin 3 x dan ada juga Gloria 3 x (dipakai hanya pada minggu-minggu tertentu) seperti halnya yang terdapat di dalam liturgy GBKP.
    Pemahaman GBKP mengenai Introitus seperti yang tertulis di dalam Buku Katekisasi GBKP adalah dimana Introitus merupakan jalan masuk yang pada awalnya adalah nyanyian masuk yang dinyanyikan oleh jemaat dan paduan suara sebelum votum dan salam. Sedangkan dalam liturgi GBKP pada perkembangan selanjutnya dan tertera di dalam Liturgi GBKP Model II dimana Introitus diletakkan setelah Votum dan Salam yang berisi nats renungan pengantar yang berbeda dengan pembacaan firman Tuhan sebelum Khotbah. Introitus setelah votum dan salam merupakan bacaan firman Tuhan yang menjadi pengantar atau seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Introitus merupakan jalan masuk dengan kata lain bukan mengatakan bahwa sebelum introitus bukan bagian dari ibadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Andre Hartland Perangin-Angin
      NIM : 12.01.902
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika 2 April 2016
      Pembahasan : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
      Penyaji : Desi Permata Sari Br Ginting
      Desy Ristiana Saragih
      Fimanta Munthe
      Irna Bestania Damanik
      Naomi Eliana Br Tarigan
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat
      Anova Talenta Milala
      Maria Rosalina Saragih
      Tiar Mauli Sinambela
      Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia yang dimana manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Namun karena citra gambar Allah di dalam diri manusia telah rusak disebabkan oleh dosa. Sebagaimana manusia telah jatuh ke dalam dosa, maka manusia membutuhkan pengampunan dari Tuhan agar manusia dipulihkan dan dapat diselamatkan oleh Allah. Pemulihan Allah terhadap manusia telah terjadi dari penebusan Yesus Kristus di kayu salib.
      Setiap manusia memiliki dosa, tidak ada yang tidak dan dari keberdosaan manusia tersebut membutuhkan pengampunan, namun pengampunan tidak akan terjadi tanpa ada pengakuan akan dosa tersebut terlebih dahulu. Pengakuan dosa merupakan suatu tanda yang dilakukan oleh manusia yang dengan sadar mengaku bahwa telah melanggar segala perintah Tuhan yang telah Tuhan tetapkan dan membutuhkan anugerah kasih Tuhan agar dilayakkan dalam kerajaan Tuhan. Mengaku dosa, sama halnya dengan meminta kemurahan hati Tuhan agar berkat dicurahkan dalam kehidupan sehari-hari dan memang jelas bahwa manusia tidak boleh menunjukkan keangkuhan di dalam diri masing-masing pribadi bahwa berani mengatakan tidak membutuhkan pengampunan daripada Tuhan. Pengakuan dosa berarti mengakui segala kesalahan yang ada di dalam diri manusia baik yang kecil maupun besar, karena jelas bahwa tidak akan ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan.
      Dalam liturgi gereja setelah setiap jemaat mengaku kepada Tuhan bahwa mereka penuh dengan keberdosaan maka dalam tata liturgi ibadah hal yang selanjutnya dilakukan adalah pemberitaan Anugerah. Pemberitaan Augerah merupakan suatu bukti nyata kasih Allah kepada manusia yang berdosa yang memberikan peneguhan hati kepada setiap jemaat bahwa kasih Tuhan tak terbatas dan setiap jemaat harus meninggalkan dosa itu. Sama seperti perkataan Yesus ketika Ia telah menyelamatkan seorang perempuan yang berzinah daripada imam-imam yang hendak melemparinya dengan batu kata Yesus kepada perempuan itu adalah “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (bnd Yoh. 8:1-11).
      Hukum diadakan bukan berarti untuk menegakkan kekerasan di dalam kehidupan setiap manusia tapi hukum diadakan sebagai sebuah penataan kehidupan agar segala sesuatu hal berjalan tidak lari dari jalur atau menyimpang dari bagaimana seharusnya. Dalam liturgi ibadah juga ada penerapan mengenai hukum yang dimana yang disampaikan disana adalah dasafirman. Penyampaian dasafirman itu dilakukan agar setiap jemaat tidak menganggap sepele/mudah saja dalam melalui hal apa saja. Artinya adalah pemberitaan dasafirman itu bertujuan agar ketika manusia telah mengaku dosa dan mendapatkan anugerah Tuhan maka setiap manusia yang menerimanya harus kembali kepada kebenaran firman Tuhan.

      Hapus
    2. Nama : Andre Hartland Perangin-Angin
      NIM : 12.01.902
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika 7 April 2016
      Pembahasan : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : Dalton Manullang
      Maston Silingota
      Nelta Valentina Br Tarigan
      Reka Cristiani Purba
      Tolopan Ria Silalahi
      Perumus : Longbet Finaldo Rumahorbo
      Malem Kerina Tarigan
      Parinduan Tambunan
      Riosa Sembiring
      Pada zaman sekarang kemajuan teknologi memang sangat cepat mempengaruhi pribadi manusia dan hal itu memiliki dampak positif maupun dampak negative. Kemajuan zaman tersebut seperti contoh handphone menjadikan orang jauh menjadi terasa dekat sedangkan orang yang dekat terasa tidak ada atau jauh. Namun hal yang tidak pernah berubah adalah alat komunikasi manusia dengan Tuhan yaitu doa, yang tidak membutuhkan pulsa namun memberikan sebuah “kenikmatan” dan ketenangan bagi orang yang merasakan kuasa doa tersebut di dalam dirinya. Dalam peribadahan, doa selalu dilakukan dalam pelaksanaannya karena dalam doa kita dapat mengucap syukur, mengaku dosa, meminta penguatan, dan sebagainya tergantung orang yang berdoa tersebut. Dalam tata ibadah yang dilakukan banyak gereja adalah sebelum sampai kepada pembacaan Firman Tuhan dan Khotbah, terlebih dahulu selalu dilakukan doa kepada Tuhan dengan harapan Tuhan yang berotoritas dalam firman Tuhan yang akan disampaikan.
      Setelah doa disampaikan, maka pembacaan Alkitab dilakukan sebagai renungan jemaat. Dari renungan itu, diteguhkan melalui khotbah, agar setiap jemaat memperoleh pegangan hidup, pengoreksian akan kehidupan dan lain sebagainya. Pembacaan Alkitab ditafsirkan dengan jelas dan harus memang jelas apa yang menjadi maksud teks, agar setiap jemaat tidak sesat dan jatuh ke dalam pemahaman yang salah.
      Seorang mahasiswa stt Jakarta dengan judul skipsinya “5 menit pertama adalah penentuan khotbah” hal tersebut saya ketahui ketika kami melakukan pertemuan seluruh mahasiswa teologia GBKP di Indonesia yang bertempat di Retreat Center Suka Makmur. Dari pemaparan yang ia jelaskan bahwa, khotbah itu tidak menjadi persoalan panjang atau tidak. Namun penentunya adalah cara penyampaian anda pada 5 menit pertama mengenai firman Tuhan tersebut. Itu bukanlah suatu kepastian yang jelas dalam nyatanya. Namun, menurut saya ada sisi yang benar mengenai hal itu. Kesan pertama memang menentukan kesimpulan dalam setiap akhir, meskipun argument saya ini tidak terlalu memiliki dasar yang kuat. Menurut saya, khotbah yang pendek atau panjang tidak menjadi persoalan yang besar. Itu tergantung si pengkhotbah dalam menghidupkan semangat jemaat dalam mendengarkan firman Tuhan.

      Hapus
    3. Nama : Andre Hartland Perangin-Angin
      NIM : 12.01.902
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Mata Kuliah : Liturgika 12 April 2016
      Pembahasan : Pengakuan Iman
      Sejarah munculnya pengakuan Iman Rasuli yang menjadi salah satu senjata gereja dari tiga senjata gereja yang ada yaitu kanon dan Succesio Apostolika memiliki pemaknaan yang menjadi dasar dalam bergereja. Syahadat adalah rumusan singkat mengenai pokok-pokok keyakinan Kristiani yang dimana di dalam gereja Katolik dikenal dengan dua rumusan yaitu Syahadat Singkat (Syahadat Para Rasul) yang diawali dengan pernyataan “Aku Percaya”, yang dalam bahasa Latin berbunyi “Credo” sehingga Syahadat sering disebut dengan Credo dan Syahadat Panjang (Syahadat Nicea-Konstantinopel). Menurut sejarah, para rasul (murid-murid Yesus) sendirilah yang menulis credo ini pada hari ke-10 (Hari Pentakosta) setelah kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Karena isinya mengandung 12 butir, ada keyakinan bahwa masing-masing murid Yesus menuliskan satu pernyataan di bawah bimbingan Roh Kudus. Namun, sebagian sejarahwan berpendapat bahwa credo ini berasal dari Gaul, Prancis, pada abad ke-5. Makna dari pengakuan Iman Rasuli adalah:
      1. Aku percaya kepada allah, Bapa yang maha kuasa Khalik langit dan bumi
      Menyatakan bahwa kita mempercayai Allah sang pencipta dan kita memiliki hubungan perjanjian dan persekutuan denganNYa dalam kepercayaan yang sejati dan ketergantungan denganNYA secara kekal.
      2. Dan kepada Yesus Kristus, anakNya yang tunggal Tuhan kita
      Pengakuan tentang Yesus Kristus ini adalah pusat dari inti iman Kristen, Yesus Kristus adalah penyataan Allah, sumber segala kebenaran dan sebagai sentral keselamatan manusia.
      3. Yang di kandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria
      Pengakuan ini menjelaskan bahwa Yesus Kristus memasuki dunia melalui kelahiran dari anak dara yang adalah manusia sejati, Ia tidak memiliki dosa asal ; kemanusiaanNya, tindakan, sikap, motivasi, kehendak, dan pikiranNya bebas dari dosa dan kesalahan, Yesus juga adalah penggenapan janji Allah dan nubuatan PL ( Yes 7 : 14;9:5; Mat 1:1-25 ).
      4. Yang menderita sengsara di bawah pemeritahan Pontius Pilatus, disalibkan , mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut
      Untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus benar-benar mengalami kematian, menanggung penderitaan yang disebabkan dosa orang lain.
      5.Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati
      Pengakuan ini untuk mengkonfirmasikan bahwa kebangkitan Kristus adalah murni fakta sejarah. Pada hari ketiga kubur Yesus didapati kosong, tidak seorangpun dapat menemukan jasad-Nya.
      6. Naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah , Bapa yang maha kuasa
      Bagian ini untuk menyatakan kehormatan, otoritas dan kemuliaan Kristus Yesus yang bertahta sebagai Raja yang memerintah dan juga memegang jabatan kenabian sebagai pengajar kebenaran melalui karya Roh kudus (Ibrani 1:3;1:13).

      Hapus
    4. 7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati
      Menyatakan iman akan kedatangan Yesus untuk kedua kali sebagai raja dan Hakim yang akan mengadili setiap orang dan menganugerahkan keselamatan bagi setiap orang yang percaya dalam nama-Nya.
      8. Aku percaya kepada Roh Kudus
      Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah tritunggal, kita mengakui bahwa Roh kudus setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak, sama2 mulia dan layak di sembah, Roh kudus adalah pribadi yang dinyatakan Allah di dalam melaksanakan anugerah keselamatan.
      9. Gereja yang Am dan persekutuan orang kudus
      Gereja adalah " Gereja orang2 berdosa " sehingga dapat di pastikan "tidak kudus", jika dalam pengakuan iman ini disebutkan gereja yang kudus, semata2 adalah karena anugerah Allah dan karya Kristus yang telah di nyatakan ditengah2 gereja. Gereja di katakan "Am" artinya "umum" karena yesus Kristus adalah juruselamat untuk dunia dan seluruh dunia dan gereja perlu pergi memberitakan Injil dan mengutamakan persekutuan sebagai anggota tubuh Kristus.
      10. Pengampunan Dosa
      Penumpahan darah Kristus menjadi jaminan pengahpusan dosa.
      11. Kebangkitan tubuh
      Kebangkitan ini bukanlah kebangkita daging yang bersifat fana, atau kebangkitan abstrak, tetapi serpti yang di alami Yesus Kristus sebagai yang sulung di antara orang2 yang meninggal (1 Kor 15:20).
      12. Dan hidup yang kekal, Amin.
      Menyatakan iman dan pengharapan akan kehidupan yang akan datang, Percayalah pada Tuhan, Ia selalu bekerja.

      Hapus
    5. Nama : Andre Hartland Perangin-Angin
      Nim : 12. 01. 902
      Tingk/Jur : IV-A/Teologi
      M. Kuliah : Liturgika
      Pembahasan : Doa Syafaat
      Berdoa merupakan sebuah alat komunikasi untuk berbicara kepada Tuhan. Di dalam doa tersebut kita bisa menyampaikan pergumulan/persoalan/masalah di dalam kehidupan kita. Doa syafaat pada mulanya dilakukan khusus untuk menyampaikan doa kepada Tuhan mengenai persoalan hidup yang dilalui oleh setiap manusia. Namun pada saat ini, khusus dalam GBKP Doa Syafaat dilakukan bersama dengan dipimpin oleh seorang yang bertugas dalam ibadah. Pertama, sebelum memasuki doa syafaat secara bersama, diberikan kesempatan kepada jemaat untuk melakukan doa pribadi di dalam hatinya karena mungkin tidak akan terbawakan di dalam doa syafaat. Setelah beberapa menit waktu diberikan kepada jemaat maka pelayan Tuhan pun akan “menyatukan” doa tersebut dengan mengucap syukur, permohonan dan pengakuan dosa. Doa syafaat itu berarti berdoa atas nama orang lain. Peran pengantara dalam doa amat umum dinyatakan di Perjanjian Lama, dalam kasus-kasus Abraham, Musa, Daud, Samuel, Hizkia, Elia, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Kristus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, dan karena itu semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Karena perantaraan Yesus, kita sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang, memohon kepada Allah untuk mengabulkan permintaan mereka seturut dengan kehendak-Nya. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). Contoh syafaat yang indah dapat ditemukan dalam Daniel 9, bagian ini memiliki semua unsur dari doa syafaat yang sejati. Doa ini merupakan respon terhadap Firman Tuhan (ayat 2), diwarnai dengan kesungguhan (ayat 3) dan penyangkalan diri (ayat 4); secara tidak egois mengidentifikasikan diri dengan umat Allah (ayat 5), diteguhkan dengan pengakuan dosa (ayat 5-15); bergantung pada karakter Allah (ayat 4, 7, 9, 15); dan tujuannya untuk kemuliaan Allah (ayat 16-19). Seperti Daniel, orang-orang Kristen harus datang kepada Allah atas nama orang lain dengan sikap hati yang hancur dan penyesalan, mengakui ketidaklayakan diri dan dengan penyangkalan diri, doa syafaat yang sejati bukan hanya mencari kehendak Allah dan penggenapannya, namun supaya itu digenapi baik menguntungkan kita atau tidak, apapun harganya bagi kita doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.
      Berikut ini sebagian daftar dari orang-orang yang kita perlu doakan: semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); Gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1).

      Hapus
  23. Nama : Riosa Sembiring
    Nim : 12.01.956
    Ting/Jur : IV-A/Teologi

    Votum, Salam, dan Introitus

    Votum adalah suatu keterangan khidmat atau janji yang khidmat. Votum “Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” (rumus votum ini menyangkut dengan Tuhan dan umat-Nya yang berkumpul). Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang menyusul setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Maz.124:8). Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Votum juga memiliki arti bahwa pengakuan Allah hadir dalam ibadah. Menurut Kuiper votum mampu membuat anggota-anggota jemaat yang datang berkumpul didalam ruang ibadah berubah menjadi persekutuan orang percaya maksud votum ialah, untuk mengkonstatir hadirnya Tuhan Allah ditengah-tengah umatnya. Sama halnya dengan GBKP dalam memahami votum, votum bukanlah doa, melainkan suatu keterangan khihmat. Melalui Tahbisan diyakini “kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya” (bd.Matius 18:20). Oleh karena itu Votum diucapkan pada permulaan kebaktian.
    Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dengan salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Salam dalam liturgi yang berarti Tuhan beserta engkau dan dijawab oleh umat dengan Et cum spiritu tuo, yang berarti dan dengan rohmu juga. Salam ini di dasarkan pada salam yang terdapat dalam Rut 2:4 dan 2 Timotius 4:22. Menurut Van der Leeuw sesudah votum menyusul salam. Salam bukan berkat! Berkat akan datang kemudian.
    Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat.
    Semua unsur ibadah, mulai dari votum sampai berkat adalah pelayanan firman Tuhan. Bukan hanya kotbah. Ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian: 1) Tuhan berfirman kepada kita; dan 2) kita menjawab, kita merespons penyataan Tuhan, begitu ibadah mulai, ada votum dan salam. Ini adalah penyataan dari Tuhan. Kemudian kita menyanyian, “Amin, amin, amin”. Ini adalah jawaban kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Riosa Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM

      Dalam Missale Romanum kita membaca bahwa sejak abad ke-10 terdapat kebiasaan yang berikut: ketika imam sampai di mezbah ia tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Dipandang dari sisi manusiawi, pengakuan atau penyampaian dosa-dosanya sendiri akan membebaskan seseorang dan merintis perdamaiannya dengan orang lain. Ini adalah dampak ketika Tuhan telah mengampuni dosanya. Melalui pengakuannya, seseorang memandang dengan tepat dosa-dosanya di mana ia bersalah karenanya, menerima tanggung jawab atas dosa-dosa tersebut; dan dengan demikian orang tersebut membuka diri kepada Allah dan persekutuan dengan Gereja demi masa depannya yang baru.
      Rumus pemberitaan anugerah yang biasa dipakai adalah sebagai hamba Yesus Kristus sebagai pemberita pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang yang tulus ikhlas telah mengaku dosanya dihadapan Allah disambung dengan memilih salah satu nats menurut tahun gerejawi. Yang dimaksud adalah pemberitaan anugerah Allah di dalam kristus telah mendamaikan dirinya dengan dunia dan berdasarkan kematian kristus, rela untuk mengampuni dosa kita. Ketika dinyatakan sebagai berita anugerah, maka ini merupakan pernyataan bahwa Allah yang pengasih itu mengampuni dosa-dosa umat-Nya. Dia tidak mengingat-ingat dosa umat-Nya dan membuka tangan-Nya untuk manusia, umat milik kepunyaan-Nya. Anugerah Allah itu dinyatakan dengan membacakan bagian dari Firman Tuhan yang menyatakan bagaimana kasih-Nya kepada umat. Bagian yang bisa dipilih antara lain Yohanes 3:16; yang menyatakan bagaimana anugerah Allah itu benar-benar nyata Ia berikan kepada umat.
      Hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman. Menurut van der Leeuw, dasafirman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum sebab inti hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Kebanyakan ahli liturgia lebih suka kalau hukum dinyanyikan sebagai puji-pujian daripada dibacakan. Calvin berpendapat bahwa hukum sebagai peraturan pengucapan syukur lebih baik ditempatkan sesudah daripada Sebelum khotbah. Menurut Calvin lagi, salah satu fungsi Hukum Taurat adalah memberi petunjuk hidup kepada kehidupan yang baru. Hidup sesuai dengan kehendak Allah dilihat sebagai ucapan terima kasih kepada Allah dan sebagai bentuk yang cocok untuk memuliakan nama-Nya. Unsur-unsur dalam liturgi ibadah sungguh luar biasa pengertiannya, kini apakah melaluinya kita sebagai pelaku ibadah tersebut mampu menyenangkan hati Tuhan sebagai respon kita yang selalu dipelihara oleh Tuhan. Menyenangkan hati Tuhan adalah konsep yang harus kita miliki supaya rasa syukur kita selalu terpancar melalui peribadahan yang kita lakukan.
      Sumber: Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinisme, (Jakarta: BPK:GM, 2008), 169.

      Hapus
    2. Nama : Riosa Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah

      Doa adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan, atau tanpa perkataan. Mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan. Doa adalah ibadah, ibadah adalah doa. Doa mengajarkan orang-orang Kristen untuk berada pada sisi para manusia lain dalam doa. Karena doa mengatasi keterbatasan kehidupan kita sendiri.
      Sejak dahulu pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Calvin dan pemimpin-pemimpin gereja yang lain pun erat menghubungkan pembacaan Alkitab dengan kotbah: sebelum pembacaan Alkitab diucapkan dahulu suatu doa untuk memohon anugrah Tuhan- seperti yang dikatakan oleh tata kebaktian Calvin di Geneva pada Tahun 1542- firman Allah diterangkan dengan baik (murni) untuk kemuliaan nama-Nya dan untuk pembangunan gereja dan agar firman itu diterima dengan kerendahan hati dan dengan ketaatan.
      Calvin dan pemimpin-pemimpin gereja yang lain pun erat menghubungkan pembacaan Alkitab dengan kotbah: sebelum pembacaan Alkitab diucapkan dahulu suatu doa untuk memohon anugrah Tuhan- seperti yang dikatakan oleh tata kebaktian Calvin di Geneva pada Tahun 1542- firman Allah diterangkan dengan baik (murni) untuk kemuliaan nama-Nya dan untuk pembangunan gereja dan agar firman itu diterima dengan kerendahan hati dan dengan ketaatan.
      Benar kalau kita katakan bahwa khotbah itu penting. Tetapi bukan hanya kotbah yang penting. Eka Darmaputra terkadang dalam beribadah tidak menikmati khotbahnya, tetapi nyanyiannya, musiknya, kornya. Dan mungkin ditempat lagi kita hanya menikmati suasananya. Suasana membuat kita terkadang mengalami kehadiran dan hubungan dengan Tuhan. Dan mungkin di ibadah yang lain, kita merasakan perasaan yang berkesan dalam kehangatan persekutuan ibadah tersebut. Maka, kita dapat simpulkan bahwa khotbah bukanlah satu-satunya yang penting dalam ibadah. Tetapi khotbag amat penting. Kehadiran gereja pertama diawali setelah Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta, tetapi tidak hanya karena Petrus berkhotbah. Gereja hadir sebagai respons orang-orang yang mendengar khotbah Petrus. Dan yang menjadi prioritas dalam peribadahan yang sejati adalah ketika kita nyaman dan merasakan bahwa Allah benar-benar hadir dalam peribadahana kita, maka hal ini tentu menyenangkan hati Tuhan.
      Sumber: Eka Darmaputra, Menyembah dalam Roh dan Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 2-4.

      Hapus
    3. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Pengakuan Iman

      Pengakuan iman (syahadat: Arab) adalah pernyataan iman Kristen. Orang yang dapat/bisa mengakukan pengakuan imannya adalah orang yang telah menjadi milik Allah. Ketika dalam pengungkapan iman sebaik dan seharusnya memprogramkan dalam fikiran kita bahwasanya Kristus memang betul dan benar ada dan berada di hadapan kita. Dan ucapan pengakuan iman tersebut merupakan wujud rasa cinta kasih kita sebagai anak-Nya yang telah Ia kasihi. Yang kini menjadi pertanyaan adalah apakah kita sudah menjadi milik Kristus? Jika ya, maka pengakuan iman tersebut haruslah memiliki makna bahwa itu bukti kita cinta pada-Nya, kita milik-Nya, dan kini Dia menjadi milik kita. Tidak hanya menjadi seremonial yang wajib di kumandangkan setiap peribadahan saja. Begitu gigih dan perkasanya para leluhur Bapa gereja kita dulu memperjuangkan supaya gereja tidak termodifikasi dengan ajaran-ajaran sesat melalui tiga senjata/benteng gereja, yaitu: Credo, pengakuan iman, dan apostolika. Apakah kini kita dengan gampangnya mengucapkan senjata kita tanpa ada makna yang jelas, hanya sebatas pengucapan (kewajiban:ritual). Bukankankah naik sidi (ngawan: bahasa Karo) adalah sebuah peneguhan ulang orang Kristen bahwa ia adalah milik Kristus secara utuh. Kini gereja harus mewarisi pengertian pengakuan iman ini supaya gereja menjadi jembatan jemaat menyadari bahwa jemaat adalah milik Kristus. Dalam Roma 10:9-13, “siapa yang mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati, dan percaya Yesus telah bangkit, maka ia akan diselamatkan.” Pengakuan bersama-sama dengan iman. Ungkapan “mengaku dengan mulutmu” dan “percaya dalam hatimu” menunjukkan totalitas dan kesungguhan dari hidup seseorang. Ini adalah sebuah keputusan mendalam yang mempertaruhkan kehidupan. Dan pertolongan Roh Kudus mutlak kita butuhkan jika kita mengakukan iman kita.
      Sumber : Bayu Kaesarea Ginting, Skripsi Suatu Tinjauan Teologi Religionum Tentang Syahadat Kristen-Islam dan Implkasinya Teologisnya Bagi Keberagaman Umat Kristen-Islam di Indonesia, (Medan : STT Abdi Sabda, 2014), 21-23

      Hapus
    4. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : Iv-A/Teologi

      Doa Syafaat
      Didalam I Timotius 2:1-2 Paulus katakan bahwa doa jemaat yang dinasehatkan Paulus adalah pertama-tama naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapkanlah syukur untuk semua orang. Maka apa itu sebenarnya doa syafaat? Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara. Yesus Kristus mengajarkan kita berdoa yaitu dengan tujuan supaya kita dapat berdoa secara bersama-sama. Maka kita harus mengetahui apa itu doa bagi kita pribadi terlebih dahulu, sehingga kita mampu mendoakan orang lain. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya). Doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan. Doa syafaat dalam pengertian bahasa Inggrisnya adalah intercession prayer memiliki pengertian doa yang dikumandangkan kepada Tuhan atas dasar meminta pertolongan, penyertaan, pemeliharaan Allah kepada kita umat-Nya. Hal ini dalam arti bahwa doa syafaat ada ketika umat-Nya mengalami masa-masa sulit, dan ketika tidak diutarakan kepada Tuhan sang Pencipta dan Ia turun tangan menolong, maka umat-Nya tidak akan mampu menjalani kehidupan dan bahkan hidup tersebut seakan tidak memiliki makna, tidak mampu bergerak. Abraham telah berdoa bagi keselamatan kota Sodom dan Gomora, namun kota tersebut tidak memiliki penduduk yang memiliki iman kepada Allah. Kenyamanan seseorang akan keadaannya membuat doa yang disampaikan kepada Allah seakan tidak memiliki dampak. Manusia telah berdosa, meminta pertolongan kepada Tuhan adalah cara terbaik untuk menjalankan kehidupan, jangan biarkan hidup kita nyaman dengan kedegilan hati yang membara. Yesus Kristus juga melakukan doa syafaat kepada murid-murid, supaya mereka tetap menjadi satu (Yoh. 17: 20-21), dan melalui pemberitaan murid-murid Yesus semua orang yang percaya kepada-Nya juga akan menjadi satu sama seperti Anak dan Bapa adalah satu (Yoh. 17:23). Yesus telah berdoa untuk murid-murid-Nya ketika dalam pemberitaan firman akan banyak mendapatkan kesulitan, dan bahkan akan mati bagi firman itu. Tetapi doa Yesus adalah supaya semua yang percaya pada-Nya menjadi satu. Ada kata bijak mengatakan: “masalahmu tidaklah lebih besar dari Allahmu”. Maka berdoalah, dan mintalah dalam setiap pergumulan kehidupan baik suka dan dukanya untuk didoakan di dalam nama Tuhan sang pemberi kehidupan.

      Hapus
    5. Nama : Riosa Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab

      Siapakah manusia sehingga dapat memberi kepada Allah? Manusia adalah makhluk ciptaan yang selalu berpengharapan kepada yang menciptakannya, karena Ia adalah sumber kehidupan. Tetapi sebagai tanda bukti bahwa manusia telah diberkati oleh Allah, maka manusia haruslah memberi kepada Allah sebagai alat bagi pelayanan Allah bekerja di dunia ini melalui gereja-Nya. Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. Pada zaman PB pemberian tersebut masih dianggap “diakoni” jemaat untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin. Pemberian dilakukan oleh rasa persaudaraan. Kalau ditinjau dari sudut historis pemberian jemaat harus ditempatkan sesudah khotbah. Umumnya dalam semua gereja di Indonesia pemberian jemaat dipersembahkan dalam bentuk uang. Hal itu tidak ada salahnya, malahan sebaliknya. Dalam masayrakat modern, terutama di kota-kota, uang dalah satu-satunya hasil pekerjaan banyak orang. Pemberian persembahan persepuluhan yang diberikan ke dalam rumah perbendaharaan, karena Allah sendiri telah setia memberkati hidup mereka. Berbeda dengan masyarakat desa, yang bisa mempersembahkan ucapan syukurnya melalui kerja rani (apa yang ada di kebunnya). Orang Kristen yang telah merasakan kasih Tuhan dan memperoleh sukacita daripada Tuhan hendak memberi persembahan menurut kerelaan hatinya, jangan karena paksaan. Karena Allah menginginkan umatNya memberi dengan sukacita. Dengan memberikan persembahan secara benar, jemaat Tuhan belajar prinsip anugerah dan keajaiban pemeliharaan Allah. Apa yang dikatakan Paulus dalam 2 Kor. 8:11-12, bahwa apa pemberian kepada Tuhan itu berdasarkan yang ada pada kita dan sepadan dengan kerelaan kita (2 Kor. 9: 7), sebab bila kita rela memberi maka pemberian kita akan diterima-Nya dan bukan berdasarkan apa yang tidak ada pada kita. Sebagai orang Kristen hendaknya tidak dengan tangan hampa datang kepelataran Allah. Kita harus membawa suatu persembahan dengan sukarela, karena kita sebagai orang yang telah dipanggil harus menyatakan kemurahan Allah didalam kehidupan kita. Supaya berkat yang telah dilimpahkan Tuhan kepada kita dapat kita jadikan sebagai alat Tuhan untuk membangun kerajaanNya ditengah-tengah dunia ini. Melalui pemberian jemaat yang didasari dengan sukacita dan juga kerelaan hati akan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    6. Nama : Riosa Br. Sembiring
      Nim : 12.01.956
      Ting/Jur : IV-A/Teologi

      Nyanyian dan Paduan Suara

      Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Nyanyian ibadat yang langsung diambil dari alkitab biasanya disebut kidung. Menyanyikan sebuah madah (nyanyian pujian) berarti menyanyikan keunggulan Allah yang seringkali menyebut kualitas-kualitas-Nya. Selanjutnya adalah paduan suara dalam ibadah. Istilah “paduan suara” telah ditemukan di dalam Alkitab Perjanjian Lama (misalnya Ezra 12:13, 38, 40). Fungsi utama paduan suara dipandang sebagai sarana saling berbagi dalam pelayanan firman, bernyanyi kepada jemaat. Ini mungkin perlu suatu lokasi yang menghadap ke jemaat. Semakin disadari bahwa salah satu fungsi utama paduan suara adalah memimpin nyanyian jemaat, bernyanyi dengan jemaat. Bagaimanapun, paduan suara harus seerat mungkin dengan jemaat, bahkan bila mungkin bercampur dengan mereka. Tugasnya bukanlah untuk membuat konser di dalam ibadah melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat. Dalam ibadah paduan suara berdiri di pihak jemaat. Paduan suara merupakan khotbah kedua setelah khotbah diatas mimbar. Banyak orang-orang bertobat setelah mendengarkan lagu pujian ataupun paduan suara. Selain itu juga tidak jarang orang beriman menuangkan pengalaman berimannya kepada Allah lewat sebuah lagu pujian baik itu suka maupun duka dan sukanya. Yesus pun bernyanyi dalam Matius 26: 30 “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. Sehingga kita dapat memberi makna kepada nyanyian bahwa bobot/ mempertajam pengungkapan makna iman dan perasaan yang tak cukup bila hanya diungkapkan dengan kata-kata. Sehingga kegiatan ibadat tidak jatuh pada ruang akal-perasaan semata, tetapi memasuki kedalaman (depth) spiritual. Melalui puji-pujian ruang spiritual penghayatan dan kesadaran tentang kebesaran, kuasa dan kasih Tuhan orang-orang percaya menjadi diperkaya. Dalam penghayatan tertentu nyanyian dapat memancarkan daya kuasa yang dapat menyegarkan, memperbaharui dan bahkan mengubah sikap hidup seseorang (I Samuel 16: 16, 23). Memberi kesempurnaan penghayatan ibadat melalui keutuhan, kekhidmatan dan kesucian ibadat. Nyanyian- nyanyian bisa membantu tersentuhnya batin jemaat. Fungsi lain dalam paduan suara adalah sebagai pemberitaan firman maka paduan suara memberitakan firman melalui setiap pujian yang mereka naikkan. Setiap lagu pujian yang dinaikkan hendaknya disesuaikan dengan tema bacaan dan khotbah yang akan disampaikan dalam ibadah pada hari itu. Sehingga menolong jemaat yang hadir untuk semakin dapat memahami berita Alkitab dan isi firman Tuhan yang diberitakan. Melalui pujian yang dinaikkan oleh paduan suara isi firman Tuhan ditafsirkan dan diperdalam sehingga iman umat diperkuat, kesatuan antar warga gereja dipererat dan keterlibatan warga gereja dalam kehidupan gereja dan di lingkungan masyarakatnya dapat semakin terlihat. Dengan demikian kita dapat katakan bahwa paduan suara gerejawi juga mempunyai makna sosial. Ia bernyanyi bukan saja untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk jemaat. Dengan deminkian nyanyian-nyanyian dalam setiap peribadahan menyatu bukan hanya dengan bagian-bagian lain liturgi, melainkan juga dengan hati dan batin jemaat yang beribadah, demikian juga halnya dengan paduan suara.

      Hapus
  24. Nama : Ade Trisna Hutabarat
    NIM : 12.01.900
    Penyaji : Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
    Unsur-Unsur Liturgi
    Votum, Salam, Dan Introitus
    Votum didalam agenda GKPI dikatakan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Nama Roh Kudus, yang menciptakan langit dan bumi”. Ini bukan doa2 , Makna dari votum ini adalah bahwa ibadah itu dibuka di dalam Nama Allah, AnakNya Yesus Kristus dan Roh Kudus, serta menjelaskan “hadirnya Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus di tengah-tengah umatNya”, dimana anggota jemaat yang hadir menjadi satu tubuh di dalam Tuhan sebagai persekutuan orang-orang percaya. Votum yang diucapkan oleh pemimpin liturgi mengungkapkan kehadiran Allah di tengah-tengah pertemuan umat dan di dalam votum itu terletak amanat kuasa Allah. Menurut Van der Leeuw, dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Allah. Segala sesuatu yang menyusul berlangsung dalam namaNya. Votum yang disampaikan pemimpin liturgis dalam ibadah adalah proklamasi “tanda” kehadiran Allah dalam ibadah sehingga ibadah itu berlangsung di dalam nama Tuhan.
    Setelah votum maka introitus disampaikan yaitu pembacaan Alkitab sesuai dengan tahun gerejawi dan jemaat menyambutnya dengan menyanyikan ”haleluya, haleluya, haleluya”. Introitus sesungguhnya adalah prosesi atau perarakan masuk sebagaimana umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian atau Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus, laksana bahtera berlayar menuju pelabuhan abadi. Doa Introitus, pada hakikatnya adalah doa pembukaan untuk memasuki ibadah. Isi doa juga lazimnya selaras dengan Introitus, dengan maksud untuk lebih memberi makna “berhadapan dengan Tuhan” kepada setiap jemaat yang hadir sebagai “orang-orang kudus” dalam persekutuan ibadah itu. Dengan selesainya doa introitus ini berarti jemaat yang hadir beribadah sudah “benar-benar” memasuki Kerajaan Allah dan “berhadapan” dengan Allah yang diyakini “benar-benar hadir” dalam ibadah. Berhadapan dengan Allah bukan secara fisik saja, tetapi terutama secara roh. Roh kitalah -- yang terus menerus diperbaharui agar semakin kudus – berhadapan dengan Allah Roh Kudus (bnd. Kolose 3:10). Jadi salah satu unsur liturgy ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Semua memiliki peran yang sama dan mempunyai makna teologis untuk membangun iman jemaat dalam beribadah.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Penyaji : Desy Permata Sari Ginting, Desy Ristiana Saragih,Fimanta Munthe, Irna Bestania Damanik, Naomi Eliana Tarigan.
      Unsur Liturgi
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Pengakuan dosa dan Pemberitaan Anugerah Pengakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dari kebaktian. Bila manusia datang ke hadirat Allah, sesaat pun tidak dapat menunggu untuk mengatakan hal yang paling penting yaitu bahwa manusia (baca: umat) adalah orang-orang berdosa. Manusia tidak dapat terus berjalan tanpa dosanya diampuni oleh Tuhan Allah. Itulah sebabnya pengakuan dosa mendapat tempat yang penting dalam kebaktian. Hamba Tuhan (imam) atas nama jemaat menyampaikan doa pengakuan dosa dan permohonan pengampunan dosa secara pribadi dan bersama-sama dengan jemaat. Pengakuan dosa di hadapan Tuhan yang disampaikan imam yaitu kedosaan yang bersifat pribadi bersama-sama dengan anggota jemaat yang diungkapkan di dalam ibadah di mana Tuhan hadir dalam ibadah. Umat mengakui bahwa dia adalah orang-orang berdosa, dan dosa itu sebagai penghambat dalam hubungan umat dengan Tuhan dan juga umat dengan sesamanya (bnd Yes.59: 1-6). Umat tidak dapat berhubungan dengan Allah tanpa ada pengampunan dari Allah. Pengakuan sebagai orang berdosa dan sekaligus pengakuan akan kasih karunia Allah yang memungkinkan umat memperoleh kehidupan dan keselamatan (Ef.2: 4-9). Berita anugerah merupakan pernyataan anugerah pengampunan dosa terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah Allah tentang pengampunan dosa yang diambil dari nas Alkitab, misalnya. Yes.54: 10, Yeh.33: 11a,Maz.103: 8,10,13, Yoh.3: 16). Sesuai dengan jabatan pelayan (sebagai imam) menyampaikan pengampunan dosa yang sudah nyata di dalam Yesus Kristus. Dia yang mendamaikan diriNya dengan dunia atau manusia berdosa dan jemaat menyambutnya dengan gloria: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha tinggi. Amin.” Sambutan jemaat ini sebagai pujian dan kemuliaan kepada Allah yang telah setia menepati janjiNya, (Keselamatan yang sudah nyata di dalam Kematian-Kebangkitan dan KenaikanNya). Jadi jemaat dalam beribadah perlu dilakukan ketiga unsur ini. Jemaat perlu mengingat kembali akan dosa yang telah di perbuat dari hari-hari yang lalu. Maka dalam peribadahan diberikan waktu sejenak diiringi musik sambil berdoa didalam hati untuk mengakukan segala dosa dan pelanggaran kita. Unsur liturgi demikian baik untuk dilakukan dalam peribadahan sehingga membangun persekutuan yang lebih erat lagi dengan Tuhan dan kita sebagai manusia dapat megerti bahwa Tuhan itu baik, maha pengampun. Mengamouni setiap kesalahan orang berdosa.

      Hapus
    2. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Penyaji : Dalton Manullang, Maston Silitonga, Nelta Valentina Tarigan, Reka Purba, Tolopan Silalahi
      Unsur Liturgi
      Doa, Pembacaan Alitab, Dan Kotbah
      Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia. Yesus telah mengajarkan kepada murid-Nya agar mereka berbicara kepada Bapa di surge saat mereka berdoa. Berdoa ialah berarti berbicara dengan Bapa yang di Surga, ini merupakan contoh persekutuan dengan Allah “mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” Yakobus 4:8a. ini adalah alasan Allah supaya setiap umat manusia datang kepada-Nya melalui doa. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia. Untuk itu hampir setiap perjalanan hidup manusia, ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar ia memperolhe damai sejahtera. Doa sebelum pembacaan Firman Tuhan yang memohon kepada Roh Kudus untuk membuka pikiran kita agar mengerti kitab Suci. Firman Allah yang dibaca atau didengar hanya dapat dimengerti dengan suatu ‘mujizat’ yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam hati pengkhotbah maupun pendengar, sehingga dengan perantaraan‘kata-kata manusia’ (homilia/Khotbah) dapat kita dengar suara Tuhan yang berfirman kepada kita. Tanpa pertolongan Roh Kudus, Alkitab adalah suatu buku yang tertutup bagi kita dan Firman Allah adalah huruf-huruf ‘yang mati’ ( baca, Lukas 24 : 44 – 45).supaya isi Alkitab yang dibacakan dapat dimengerti maka perlu berdoa memohon pencerahan Roh Kudus. Dalam pembacaan Alkitab tercermin bagaimana Tuhan bertemu dengan umat-Nya. Melalui Alkitab kita mengenal Allah yang telah menciptakan kita. Melalui Alkitab kita mengenal Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan kita. Melalui Alkitab kita belajar bagaimana hidup dalam kebenaran seturut kehendak Allah. Singkatnya, Alkitab sangatlah bermanfaat bagi pengenalan kita akan Allah dan bagi pertumbuhan rohani kita di dalam Dia. Posisi khotbah di dalam ibadah adalah berfungsi sebagai pusat dari ibadah. Di dalam Khotbah kerajaan Allah yang telah datang dan sedang datang diproklamasikan melalui pembacaan kitab Suci dan dihidupkan melalui khotbah. Semua unsur liturgi yang ditempatkan sebelum khotbah berfungsi sebagai sarana mempersiapkan jemaat untuk siap menerima Firman Tuhan dan semua liturgi yang ditempatkan setelah Khotbah merupakan respon positif dari pewartaan yang disampaikan melalui khotbah. Kita menyadari bahwa begitu dalam dan berharganya sebuah liturgi.

      Hapus
    3. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Penyaji : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Sembiring, Eka Surya Purba, Maria Rosalina, Tiar Mauli Sinambela
      Judul Sajian : Pengakuan Iman dalam Tema Menyenagkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      1. Pengakuan Iman
      Pengakuan iman rasuli adalah salah satu kredo yang secara luas diterima dan diakui di gereja-gereja Kristen, khususnya gereja Protestan yang ada di Indonesia saat ini. Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita . Pengakuan iman yang umum dipakai di seluruh dunia adalah Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan pengakuan Iman Athanasius. Dalam mengucapkan pengakuan iman sering kita mengawalinya dengan ucapan: “Bersama dengan gereja segala abad dan tempat…” Ini berarti pengakuan iman kita itu mengikatkan diri kita dalam kesatuan Roh dengan gereja segala abad-abad yang lampau, gereja pada masa kini maupun gereja yang akan datang. Suatu ikatan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pengakuan iman mempersatukan kita dengan sesama pengikut Kristus, baik dengan mereka yang masih hidup maupun dengan mereka yang telah meninggal di segala abad dan tempat. Oleh karena itu, Pengakuan Iman bukanlah doa. Sekalipun ditutup dengan kata “Amin”, pengakuan iman bukanlah sebuah doa melainkan sebagai suatu ikrar (seperti sudah dijelaskan di atas). Kata “Amin” disini merupakan bentuk permohonan kita kiranya Tuhan Allah menerima pengakuan iman yang telah kita ikrarkan.
      Pada dasarnya manusia pasti membutuhkan Pengakuan Iman dalam kehidupannya, dengan mengakui dan mengimani bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap karya-Nya buat manusia, sehingga kita harus melihat dengan jeli setiap hal yang terjadi dalam kehidupan kita itu pasti baik adanya. Dengan adanya Alkitab sebagai landasan pedoman hidup kita oran percaya, di mana kita telah menerima Anugerah Tuhan yang merupakan wujud cinta kasih-Nya kepada manusia. Perlunya kita berdiam diri dengan menyadari arti kehadiran Tuhan itu dengan Iman Percaya yang telah kita miliki, supaya hidup kita dapat menjadi berkat buat sesama yang membutuhkan dalam mewujudkan Kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini.

      Hapus
    4. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Penyaji : Longbet Finaldo Rumahorbo, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring
      Judul Sajian : Doa Syafaat
      Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara.Untuk konteks sekarang ada yang menempatkan doa syafaat setelah Pengakuan Dosa dan atau sebelum Khotbah (mis. Gereja Kristen Kalam Kudus, Gereja Pantekosta di Indonesia). Pada Gereja-Gereja Calvinis doa syafaat ditempatkan sebelum atau sesudah khotbah. Bentuk doa syafaat yang kita kenal umumnya berbentuk pidato atau doa bebas, ada pula doa syafaat yang berbentuk formula-formula. Kekurangan doa bebas yang diucapkan oleh pelayan terkadang sulit untuk diikuti umat terlebih kalau doanya panjang dan tidak dipersiapkan dengan baik terlebih dahulu. Pokok-pokok doa syafaat berhubungan dengan kehidupan intern Gereja dan ekstern Gereja, diantaranya untuk Gereja dan dunia, pejabat Gereja dan anggota jemaat, untuk rahib-rahib dan biarawan-biarawan, untuk kaisar (pemeritah) dan tentara, untuk orang-orang kafir, untuk orang yang hidup di dalam kesusahan. Dalam Perjanjian Baru kita mendapati dua macam sikap berdoa: berdiri dan berlutut. Keduanya kemudian diambil alih oleh Gereja Lama dan banyak gereja reformatoris. Doa atau berdoa adalah kata yang sangat populer yang dikenal oleh semua orang, baik Kristen maupun yang bukan Kristen. Doa dalam pengertiannya yang secara universal selalu berhubungan dengan sesuatu yang berada di luar kehidupan normal seorang manusia yang lebih bersifat supranatural. Doa adalah suatu dimensi yang berhubungan dengan alam roh. Semua orang dapat berdoa sesuai dengan keyakinan atau sesuatu yang dipercayainya memiliki kuasa yang diluar kekuatan/kuasa manusia biasa. Sehingga doa juga merupakan suatu “medan magnit” yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan sesuatu roh supranatural diluarnya. Jadi doa syafaat itu jelas merupakan bagian dari kehidupan orang Kristen. Dan Doa syafaat adalah unsur terpenting dalam liturgi peribadahan

      Hapus

    5. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Penyaji : Anggianita Sembiring, Jefri Hamonangan Damanik, Rocky Sembiring, Rosalina Simanullang
      Judul Sajian : Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. Persembahan berasal dari kata sembah yang berarti pernyataan hormat, dinyatakan dengan cara menangkupkan kedua belah tangan, menyusun jari sepuluh lalu diangkat ke atas sampai ke dagu dan juga sampai ke atas dahi hingga dengan menyentuh ibu jari ke hidung atau ke dahi. Kata yang sepadan dengan sembah yaitu, simpuh yang berarti dengan hormat, kata sujud yang berarti hormat, penghormatan. Pada masa jemaat mula–mula, rasa persaudaraan sangat mendorong dalam pengaplikasian kasih yang terlihat dari kehidupan jemaat itu sendiri, pemberian itu disebut dengan offertorium. Persembahan jemaat mula-mula diberikan innatura (hasil bumi). Sesuai dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan gereja, akhirnya konsep pemberian jemaat juga mengalami perkembangan. Dengan berbagai sebab, persembahan ini kemudian (dalam abad ke-11) diganti dengan persembahan uang. Pada Abad pertengahan konsep persembahan juga belum mengalami pergeseran yang jauh dari jemaat mula–mula. Persembahan bukanlah paksaan bagi umat Allah dan penggunaanya juga diberikan kepada orang miskin. Artinya bahwa pada zaman ini konsep persembahan tersebut adalah sebagai upacara syukur kepada Tuhan. Berlanjut pada masa reformasi konsep tentang persembahan juga tetap hidup dikalangan jemaat. Hanya saja pada masa ini terjadi gejolak karena timbulnya protes dari tokoh reformasi (Salah satunya adalah Marthin Luther) atas apa yang telah dilakukan gereja dan para pemimpin gereja. Dan sampai abad saat ini, umumnya dalam semua gereja di Indonesia pemberian jemaat dipersembahkan dalam bentuk uang. Hal itu tidak ada salahnya.
      Pemberian persembahan kepada Tuhan hendaknya didasari dengan hati yang tulus dan iklas. Yesus sangat menekankan motivasi dalam memberi persembahan. Bagi Yesus bukan jumlah nominalnya namun motivasi yang menggerakkan seseorang member persembahan itulah yang terpenting dan menentukan nilai persembahan itu (band Matius 6: 1-4). Sebab itu Yesus menganjurkan member persembahan secara tersembunyi untuk menguji kesungguhan dan ketulusan hati orang yang memberi. Makna dari jemaat memberikan persembahan adalah tanda syukur dan terimakasih. Dengan member persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima (banyak) dari Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur atau ucapan syukur dan terimakasih kita kepad tuhan. sebab itu kita meberikannya dengan penuh sukacita dan iklas. Oleh karena itu persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepada kita.

      Hapus
    6. Nama : Ade Trisna Hutabarat
      NIM : 12.01.900
      Penyaji : Edy Kersiman Tarigan, Hafdon Tuah Purba, Septy Mega Silvia Purba, Wenti Karolina Surbakti
      Judul Seminar : Nyanyian dan Paduan Suara
      Dalam ibadah nyanyian jemaat mempunyai kedudukan yang sangat penting. Fungsi nyanyian jemaat disini adalah untuk memuji nama Allah, mengajak hati untuk mengucap syukur serta menyadari kebearadaan Allah. Nyanyian jemaat juga dinyanyikan dengan berkelompok atau kelompok paduan suara. Melalui nyanyian ini jemaat diajak untuk mengungkapkan perasan jiwanya kepada Tuhan serta merasakan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Paduan suara memang bukan bagian dari unsure liturgy, namun digereja sudah diikut sertakan paduan suara dalam peribadahan. Istilah “paduan suara” telah ditemukan di dalam Alkitab Perjanjian Lama (misalnya Ezra 12:13, 38, 40). Sepanjang sejarah Gereja ada “Chorus” dalam liturgi. Dari kata itu berkembang kata “Koor” yang kita kenal. Ternyata terjadi beberapa perkembangan. Di Gereja Katolik pada abad pertengahan muncul koor-koor canggih yang lebih suka memperdengarkan kebolehannya daripada melayani secara liturgis. Lalu, dalam tradisi Protestan abad sekarang muncul paduan suara yang kurang canggih, mau melayani, tapi kurang liturgis juga , oleh karena itu tidak tahu liturgi itu apa. Pada akhir abad ke-20 ini situasi itu mulai berubah. Baik di gereja Katolik, maupun di gereja-gereja Protestan dirasakan perlunya paduan suara yang trampil, tapi yang dapat memahami fungsi liturgisnya. Tapi paduan suara bukanlah pengganti dari nyanyian jemaat. Paduan suara dalam gereja saat ini, khususnya di gereja batak sangat diminatai oleh jemaat. Gerja-gereja batak membuat kelompok-kelompok paduan suara sesuai dengan kategorial tingkat usianya. Jadi jika dilihat bahwa paduan suara ini hadir di dalam ibadah membuat peribadahan menjadi semakin berkreatifitas. Jemaat bisa menyalurkan bakat ataupun hobbinya. Jadi nyanyian jemaat merupakan salah satu unsur dari liturgy namun berbeda halnya dengan paduan suara bukan salah satu dari unsur liturgi hanya saja paduan suara juga hadir ditengah-tengah peribadahan. Dan ini sudah ada sejak awal gereja Katolik Roma hingga sampai saat ini terkhusus juga di gereja Batak.

      Hapus
  25. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
    Nim : 12.01.979
    Unsur Liturgi :Votum, Salam, dan Introitus Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab
    Liturgi merupakan istilah yunani leitourgia yang berarti kerja bersama. Kerja bersama ini menngandung makna peribadatan kepada Allah dan pelayanan kasih pada umumnya yang digunakan oleh tradisi Kristen. Hingga sampai kepada kita kini pengertian itu. Oleh sebab itu sejak dari tradisi kristen sudah ada, hingga sekarang dibuatlah unsur-unsur liturgi demi kebutuhan rohani jemaat kristen. Luar biasa pemikiran dari mereka, sampai-sampai ada yang berfikir guna membuat unsur tersebut. Bahkan bukan hanya sekedar unsur biasa saja, tapi mengandung makna didalamnya.
    Pengertian leitourgia ini berfungsi juga sesuai dengan namanya, dimana liturgi mempunyai unsur-unsurnya sendiri. Akan tetapi fungsi itu terlihat ketika unsur yang satu dengan yang lain berhubungan erat hingga menjadi tatanan yang dihrapkan didalam peribadatan hingga menjadi peribadatan yang membuahkan peribadatan yang indah sesuai dengan Firman Allah yang indah.
    Votum : ini biasanya menjadi pembukaan didalam ibadah yang diterangkan bahwa hikmat Allah ada didalam kita melakukan kegiatan kita hingga kita hendak juga mau datang kepada-Nya.
    Salam : bisa dikatakan sapaan rohani terhadap persekutuan yang ada didalam rumah kudus yang hendak melakukan peribadatan kepaa Allah.
    Introitus : inilah perjalan ibadah yang menunjukkan bahwa benar-benar ibadah ini akan dimulai dengan ayat untuk membuka hingga kita bisa menghayatinya didalam peribadahan. Sudah harus memerlukan fokus yang khusus demi tujuan untuk beribadah kepada Allah.
    Ketiga ini dibangun untuk melengkapi kekurangan didalam peribadatan, walaupun tidak dipungkiri liturgi bisa sewaktu-waktu akan berganti demi kebutuhan rohani disetiap waktu. Satu hal tujuan yang penting ingin dicapai dalam unsur-unsur ini, yaitu sesuai dengan thema kita untuk menyenangkan Hati Tuhan. Memberikan terbaik kepada-Nya karena Dia terlebih dahulu memberikan yang terbaik kepada kita. dan satu hal yang paling penting juga ialah, acap kali kita mendengar dan melihat didalam tata tertib peribadahan. Akan tetapi kita tidak mengerti apa sebenarnya fungsi dan kegunaannya itu. Kita yang berlajar, harus memberikan pelajaran ini kepada semua orang yang belajar di dunia ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12.01.979
      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
      Semakin harus disadari bahwa rencana Tuhan selalu yang terbaik untuk kemajuan didalam tubuh-Nya atau Gereja. Dalam buku Sejarah Gereja ditulis bahwa tiba seorang yang Tuhan pilih untuk menjadi penerus-penerus gereja Tuhan. Padahal tanpa di sadari bahwa pengalaman gereja dari awal perkembangnnya melahirkan beberapa hal yang tidak begitu bagus dilihat dari sudut kebenaran Tuhan. Hanya keyakinan akan timbul perubahan ketika setiap manusia ingin berubah akan diberikan yang terbaik buat dia. Tokoh reformasilah yang kita sebut didalam tubuh Kristus ini.
      Dengan kemauan belajarnya dalam studynya hingga membuahkan segala yang baik ketika ia pulang dari persekolahannya. Marthin Luther dan Yohanes Calvin adalah pembuka jalan untuk bagi kekristenan. Unsur Liturgi yang kita kenal di bagian sajian pertama itu, melengkapi dalam judul hari ini. Ditambah dalam masa reformasi ini unsur dalam ibadah ditambah dalam pengakuan Dosa dan pemberitaan Anugerah. Khusus katanya bahwa pengakuan Dosa dari pemahaman itu diprakarsai oleh Calvin.
      Ada makna yang didalam pengakuan dosa ini dimana ketika menerima Anugerah dari Bapa harus lebih dahulu kita merendahkan hati agar kita mengaku dosa dihadapan Bapa. Sehingga ini sebagai wujud bahwa kita adalah manusia biasa yang berbuat dosa akan tetapi dengan hausnya kita akan makanan rohani kita, kita pun mencoba merendahkan hati kita sehingga tujuan kita pun tercapai. Bukan berarti ini adalah paksaan, tetapi unsur-unsur ibadah yang sebelumnya juga membiasakan kita dengan apa yang harus kita lakukan di setiap peribadahan. Oleh karena itu, itu sudah menjadi hukum didalam gereja. Hukum bukan berarti ketetapan mati, tetapi ketetapan hidup guna kedepannya. Agar kita lebih paham yang sudah ketetapan kita untuk yang lebih baik didalam gereja kita.

      Hapus
    2. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12.01.979
      Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Berkaitan terus dengan pembahasan yang sebelumnya yaitu intinya adalah unsur liturgi. Berarti yang kita mau lihat didalam unsur ibadah selama ini bukan hanya sejauh yang kita bahas di sajian 1 dan 2 sesudah UTS, tetapi masih adalagi unsur yang lainnya. Sehingga kita memang harus bisa menghubungkan unsur-unsur liturgi ini agar menjadi sebuah kesatuan yang diharapkan dalam membangun rohni yang indah menurut kehendak Tuhan.
      Doa sering dimaknai sebagai komunikasi antara manusia dengan Tuhan yang dimana menjadi alat bagi manusia dalam komunikasi rohani dari hati ke hati yang dirasakan oleh orang yang berdoa kepada Tuhan. Dalam artian komunikasi ini memang sangat khusus cara berkomunikasinya, sehingga tertuang kepada Bapa apa yang mau kita katakan kepada Bapa didalam doa kita. Dimana doa itu bisa berisi puji-pujian, ucapan syukur dan permohonan yang baik kepada Tuhan.
      Karena doa pun sudah dipanjatkan, hati kita akan siap untuk menerima bacaan Alkitab untuk menjadi dasar kehidupan yang diberikan kepada kita.
      Sampai ke khotbah, kita semakin mengerti apa yang harus kita lakukan agar benar-benar kita menerima Firman Tuhan dari hamba Tuhan yang sudah diaturkan didalam kotbah tersebut.
      Sehingga bukan menjadi sia-sia apabila kita memang bersungguh-sungguh alam mengikuti ibadah tersebut. Ditambah menghayati unsur-unsur ibadah tersebut. Karena dalam hal melakukan ini, apa bila tidak dipahami akan terlihat sia-sia untuk melakukannya. Oleh karena itu ketetapan didalam unsur peribadahan ini memang sangat mendorong kit supaya kita dapat memaknai peribadahan tersebut. Fokus keseriusannya memang harus sama besarnya antara unsur satu dengan yang lainnya. Karena jikalau hanya didalam satu unsur saja kita fokus, akan membuat kita akan idak konsetrasi didalam semua unsur itu. Oleh karena itu untuk setiap perjalanan peribadahan memang diharapkan agar setiap orang yang beribadah itu serius dengan peribadahannya. Agar mendapatkan buah yang akan dilakukan dikemudian akivitas yang lebih baik lagi.

      Hapus
    3. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12.01.979
      Kelas bersama (IV-A dan IV-B) Tanggal 10 pukul 12: 00- 13: 40 Wib
      Bertambah lagi satu bagian dari unsur liturgi dari judul sajian kita diselasa ini khusus didalam kelas bersama. Itulah yang disebut dengan Pengakuan Iman. Pengakuan Iman merupakan sebuah tanda pengakuan yang datangnya dari iman yang di ikrarkan berdasarkan bagaimana iman memahaminya. Pengakuan iman merupakan salah satu senjata gereja ketika awal mulanya gereja akan bertumbuh. Bisa kita lihat didalam buku “Sejarah Gereja”, secara lengkap sudah tertera. Bahwa senjata gereja itu ada, karena persoalan adanya masalah yang kurun menghambat perkembangan gereja yang ada pada saat itu. Sehingga dengan ini, gereja tidak mudah goyah dan pecah. Sampai gereja menjadi kokoh dan tidak mudah jatuh. Dan kemudian dengan gigihnya tokoh gereja pada saat itu, gereja pun semakin berkembang hingga sekarang.
      Dapat kita lihat didalam peribadahan, setiap ibadah akan ada waktu khusus untuk mengakukan iman kita secara pribadi lepas pribadi. Yang menandakan bahwa setiap orang yang mengucapkan benar-benar mengakui keberadaannya sebagai orang percaya. Ada sebagian gereja juga yang tidak mengucapkan pengakuan iman setiap peribadahannya khusus di ibadah setiap minggu. Yang terlihat seperti ini, adalah kebanyakan gereja yang sekarang ini berkembang contohnya kharismatik. Oleh karena itu terkesan dia tidak menggunakan unsur liturgi. Padahal yang kita ketahui sekarang adalah unsur-unsur liturgi semakin membawa kita kepada pembelajaran (edukasi). Sehingga akan membawakan kita kedalam suasana yang tepat waktu untuk datang ketempat peribadahan. Agar tidak ketinggalan didalam setiap unsur dikarenakan setiap unsur adalah edukasi terhadap diri kita.

      Hapus
    4. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
      Nim : 12.01.979
      Pembahasan : Doa Syafaat
      Selama ini kita melakukan Doa syafaat sebagaimana yang kita ketahui. Padahal tidak tahu asal-usulnya, atau titik muncul dari Doa Syafaat ini. Akan tetapi yang bisa kita tarik penjelasan adalah kemungkinan pada jemaat mula-mula dahulu mungkin dengan doa syafaat ini bisa membuat mereka akan mengingat apa satu dengan yang lainnya. Bisa dikatakan untuk mengingat dan turut mendoakan persekutuannya. Akan tetapi apakah ini, kita rasakan selama ini. Kalau mengingat kembali tentang sajian kelompok V, dimana Doa Syafaat ini diibaratkan dengan leher. Tuhan sebagai kepala Gereja dan Jemaat sebagai tubuhnya. Leher menjadi penyambung dari tubuh itu. Adanya kesatuan untuk bersekutu didalamnya yang saya fikir. Karena ketika ada salah satu dari anggota tubuh ini, tidak mau saling mendoakan entah apa yang akan terjadi. Tapi sebalikknya bila hubungan ini berlangsung dengan baik maka Doa akan dipanjatkan kepada Allah. Mata akan mendoakan telinga dan telinga akan mendoakan mata. Dan begitulah sebaliknya.
      Selanjutnya, apakah makna Doa Syafaat hanya sampai disitu saja? Menurut Yoh 17 ternyata makna Doa Syafaat itu terkadang kita lupakan. Dalam Yohanes dikatakan bahwa Yesus saja berdoa untuk semua orang kepada Allah supaya diberikan perlindungan kepada-Nya. Dan karena Allah memberkati Yesus, Yesus pun berdoa untuk semua orng yang didoakan-Nya agar mereka juga diberkati oleh Allah, seperti Allah juga memberkati Yesus. Ini juga lah yang hendak menjadi harapan dan makna dalam Doa Syafaat kita. Allah sudah menjadi sumber berkat bagi kita, apa salahnya kita juga mendoakan seseorang itu untuk mendapat berkat juga.

      Hapus
  26. Nama : Yosevina Ananda br Gurusinga
    Nim : 12.01.979
    Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
    Berkaitan terus dengan pembahasan yang sebelumnya yaitu intinya adalah unsur liturgi. Berarti yang kita mau lihat didalam unsur ibadah selama ini bukan hanya sejauh yang kita bahas di sajian 1 dan 2 sesudah UTS, tetapi masih adalagi unsur yang lainnya. Sehingga kita memang harus bisa menghubungkan unsur-unsur liturgi ini agar menjadi sebuah kesatuan yang diharapkan dalam membangun rohni yang indah menurut kehendak Tuhan.
    Doa sering dimaknai sebagai komunikasi antara manusia dengan Tuhan yang dimana menjadi alat bagi manusia dalam komunikasi rohani dari hati ke hati yang dirasakan oleh orang yang berdoa kepada Tuhan. Dalam artian komunikasi ini memang sangat khusus cara berkomunikasinya, sehingga tertuang kepada Bapa apa yang mau kita katakan kepada Bapa didalam doa kita. Dimana doa itu bisa berisi puji-pujian, ucapan syukur dan permohonan yang baik kepada Tuhan.
    Karena doa pun sudah dipanjatkan, hati kita akan siap untuk menerima bacaan Alkitab untuk menjadi dasar kehidupan yang diberikan kepada kita.
    Sampai ke khotbah, kita semakin mengerti apa yang harus kita lakukan agar benar-benar kita menerima Firman Tuhan dari hamba Tuhan yang sudah diaturkan didalam kotbah tersebut.
    Sehingga bukan menjadi sia-sia apabila kita memang bersungguh-sungguh alam mengikuti ibadah tersebut. Ditambah menghayati unsur-unsur ibadah tersebut. Karena dalam hal melakukan ini, apa bila tidak dipahami akan terlihat sia-sia untuk melakukannya. Oleh karena itu ketetapan didalam unsur peribadahan ini memang sangat mendorong kit supaya kita dapat memaknai peribadahan tersebut. Fokus keseriusannya memang harus sama besarnya antara unsur satu dengan yang lainnya. Karena jikalau hanya didalam satu unsur saja kita fokus, akan membuat kita akan idak konsetrasi didalam semua unsur itu. Oleh karena itu untuk setiap perjalanan peribadahan memang diharapkan agar setiap orang yang beribadah itu serius dengan peribadahannya. Agar mendapatkan buah yang akan dilakukan dikemudian akivitas yang lebih baik lagi.

    BalasHapus
  27. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
    NIM: 11. 01. 766
    Ting/ Jur: IV-A/ Theologia
    Judul : VOTUM, SALAM DAN INTROITUS

    Mengutip dari TB. Simangunsong, “Ibadah Sebagai Upaya Pelaksanaan Misi Gereja”dikatakan bahwa, Sebelum lirtugi yang kita gunakan sekarang (terkhusus gereja suku) tertuang dalam agenda sekarang, ibadah atau persekutuan yang dilakukan adalah menurut cara dari masing-masing missionaris yang ada. Sebagaimana diketahui bahwa para missionaris tersebut datang dari daerah latar belakang yang berbeda-beda dan mungkin dengan pengajaran (teologi) yang berbeda seperti Zending Inggris, Boston American, RMG Jerman. Keadaan ibadah pada waktu itu adalah dari desa ke desa, dari ladang ke ladang dari lapo ke lapo. Semua masih serba primitif, karena selain sarana untuk bisa berkumpul masih sulit, strategi untuk menenangkan jiwa-jiwapun masih mengunakan teori “pancing” belum “jala” seperti halnya dalam pelayanan pribadi (konseling) yang dilakukan untuk missioner masih satu atau dua orang, sehingga dengan demikian pada waktu itu belum dibutuhkan untuk tata tertib ibadah.
    Oleh karena itulah penggunaan dan pemaknaan votum memiliki jawaban yang beraneka ragam.Ada yang memaknai Votum dalam peribadahan bukanlah sebuah doa, ada juga yang memaknai/memberi pengertian tentang votum itu merupakan suatu keterangan hikmat, ada juga yang mengartikan maksud votum di dalam ibadah adalah mengkonstantir hadirnya Tuhan Allah di tengah-tengah umat-Nya. Sehingga pertemuan jemaat melalui votum dimateraikan mejadi ibadah dan kebaktian gereja yang sifatnya dibedakan dengan pertemuan-pertemuan yang lain. Melalui votum orang-orang berkumpul dari segala tempat di dalam kebaktian berubah menjadi jemaat Yesus Kristus. Mereka duduk bukan lagi mereka yang mempunyai berbagai komponen, melainkan sebagai hamba-hamba Kristus. Dalam prakteknya memang kemaha-hadiran Allah bukan sebatas votum, tetapi secara tologis Allah hadir disegala tepat. Akan tetapi inilah yang menjadi persoalan kita dalam kaitan pemujaan kita dan cara melihatnya dari kacamata prakteknya atau secara teologisnya dalam peribadahan. Jemaat memulai dengan pengakuan bahwasannya pertolongan mereka adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan segalanya dan Sebagai jawaban atas pengakuan ini, Tuhan memberi kepastian tentang anugerah dan kesejahteraan kepada umat-Nya sepanjang ibadah.
    Perkembangan tata ibadah atau liturgi selanjutnya dipengaruhi oleh berbagai kekayaan budaya yang ada.Ragam budaya menimbulkan liturgi kreatif sekaligus memberi kebebasan bagi tokoh jemaat untuk menciptakan liturgi sesuai konteksnya. Dalam perkembangannya introitus kemudian berubah menjadi pembacaan nats dalam Alkitab sebagai pengantar atau pembimbing ibadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
      NIM: 11. 01. 766
      Ting/ Jur: IV-A/ Theologia

      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
      Pengakuan dosa merupakan suatu gerakan jiwa orang percaya karena orang percaya yakin dengan imannya bahwa Allah telah menyiapkan pengampunan saat seseorang mengakui dosanya kehadapan Allah Seseorang yang mengakui dosa tidak akan menutupi keberdosaannya dalam pengakuan itu, pengakuan dosa merupakan suatu perbuatan untuk membuka keberdosaan yang sudah dilakukan dihadapan Allah. Kepercayaan bahwa Allah akan mengampuni dosa manusia, itulah yang mendorong seseorang mengakui dosanya kepada Allah. Pengampunan dari Allah itu hendaknya dapat dirasakan oleh orang yang telah mengakui dosanya dengan sikap yang tidak lagi berbuat dosa atau berusaha untuk tidak mengulangi dosa yang sama.Pengakuan dosa hendaknya dilakukan kepada Allah secara pribadi dan tidak merupakan unsur paksaan atau dilakukan secara sewenang-wenang, karena pengakuan dosa yang kita lakukan adalah pengakuan yang berasal dan kita tujukan kepada Allah karena Yesus merupakaan karunia terbesar yang diberikan Allah kepada kita untuk mengampuni dosa kita.
      Kata “dosa” adalah suatu perkataan yang sedemikian lazimnya dipergunakan di kalangan Kristen dan agama lain. Berbicara mengeni dosa, bukanlah semata-mata hanya berbicara soal tubuh akan tetapi juga menyangkut pikiran, perasaan, tindakan dan lain sebagainya. Dosa merupakan suatu istilah teologis yang ada sangkut-pautnya dengan hubungan antara manusia dengan Allah, di mana dosa merupakan jurang pemisah antara manusia dengan Allah. Manusia berbuat dosa bukanlah karena ingin berdosa, akan tetapi oleh karena manusia itu mengharapkan kebahagiaan dari dosa atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa manusia itu sendirilah yang mengambil inisiatif untuk berdosa.
      Jika kita mengingat kembali pada masa Martin Luter yakni pada saat berlakunya penjualan indulgensia, maka akan kita ingat kembali bagaimana Luther menentang penjualan indulgensia akan pengampunan dosa. Timbulnya pemahaman Martin Luther akan pengampunan dosa adalah disebabkan oleh adanya penjualan surat Indulgensia dan pada saat itu dimana dengan membeli surat ini maka setiap orang yang berdosa maka dosanya dihapuskan. Luther mengatakan bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada rahmat Allah, yang menerima orang-orang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia karena kebenaran-Nya. Martin Luther dalam pengajarannya menyarankan agar orang percaya mengakui dosanya secara pribadi kepada Allah dan Luther menyesalkan apabila setiap orang berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengakui dosanya dengan cara membeli surat pengakuan dosa. Ketika dengan kesungguhan kita mengakui dosa kita, maka Allah akan menunjukkan kemurahaNya. Bukan berarti Allah yang kita imani adalah Allah yang murahan, tetapi Ia menunjukkan kasihNya kepada orang beriman dan Allah akan memberikan pengampunan tersebut kepada kita ketika kita memiliki Iman kepada Allah. Maka, dengan janji pengampunan yang diberikan Allah merupakan syarat utama dalam menyampaikan pengampunan dosa (bnd. Mazmur 32:5 2:5 “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.”). Kemudian kita harus selalu meningat akan keadilan Allah kepada kita, ketika kita tunduk dan patuh kepada Allah maka kita akan diselamatkan, namun sebaliknya, jika kita menolak Allah maka kita akan mendapatkan hukuman dariNya dan disinilah Allah menunjukkan keadilanNya pada manusia.

      Hapus
    2. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
      NIM: 11. 01. 766
      Ting/ Jur: IV-A/ Theologia
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa Harus kita ketahui bahwa mamfaat doa itu adalah penyegar iman kita dan Doa bukanlah kata-kata yang diulang-ulang atau kata-kata yang diungkapkan kemarin dan Doa sering disebut nafas orang Kristen, doa merupakan tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan atau percakapan antara manusia dan Allah. Doa sebagai permohonan agar kehendak Allah terjadi dalam diri manusia. Dalam doa, jemaat benar-benar sedang berbicara dengan Tuhan, jemaat juga mengharapkan jawaban doa. Bukan juga dengan pengucapan doa yang indah, meman tidaklah menyimpang ketika doa yang kita ucapkan sangat indah untuk di dengar, namun bukan itu yang dilihat Tuhan. Doa sesuai dengan apa yang kita butuhkan pada saat itu, doa tidaklah kata-kata yang dihafal, doa lahir dari keadaan hati pada saat berdoa sehingga doa dapat disebut ekspresi hati dan jiwa yang disampaikan kepada Tuhan.
      Dalam kalender gerejawi, bacaan Alkitab yang telah ditentukan untuk satu tahun berdasarkan tahun Gerejawi Dan penyusunannya dilakukan berdasarkan nama-nama minggu dalam kalender gerejawi. Munkin banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti peribadahan tanpa mengetahui makna dari setiap acara, Hal ini mungkin menjadi penyebab kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut, karena kita sendiri tidak tahu apa yang kita ikuti. Fungsi dari pembacaan alkitab ialah hadirnya Allah untuk menyapa umatNya melalui Firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman (Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, Liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah, Amen.” Perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja, akan tetapi jemaatNya harus memebri respon iman terhadap pembacaan alkitab tersebut.
      Begitu juga dengan pengertian Khotbah yang saya pelajari di mata kuliah dogmatika, dimana khotbah bukanlah firman Allah. Tetapi, khotbah menjadi firman Allah ketika Roh Kudus bekerja kepada pengkhotbah dan pendengar (jemaat). Hal ini harus ditegaskan agar peran sebagai pengkhotbah itu jangan disalah gunakan dan juga agar si pengkhotbah tidak menjadikan mimbar sebagai sarana untuk “menyerang musuh”, sebab si pengkhotbah hanyalah sebagai jembatan dalam pelaksanaan pemberitaan firman tersebut. Oleh sebab itu, khotbah harus kita laksanakan dengan meminta pertolongan Roh Kudus terlebih dahulu agar khotbah benar-benar hidup dalam penyampai dan pendengar khotbah.

      Hapus
    3. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
      NIM: 11. 01. 766
      Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan Dengan Nats-nats Thematis Alkitab

      Suatu Credo (konfessi) dibuat manusia adalah sebagai jawaban/respon iman atas pernyataan dan pertanyaan Kristus, dimana manusia (orang percaya) menerima dan harus menginterpretasikan FirmanNya tersebut. Sebagaimana Yesus pernah bertanya pada murid-murid: “Kata orang siapakah Aku? (Ma.16:16). Lalu dengan sadar Petrus menjawab Yesus: “Engkau adalah Mesias, anak Allah”, Jawaban Petrus inilah yang manjadi Credo mula-mula kristen. Ciri-ciri hidup yang kekal selain adanya persekutuan yang indah dengan Yesus, juga ada pengenalan yang dalam dengan Dia, mengasihi Dia, memuji Dia, dan memuliakan namaNya. Memang semuanya ini belum sempurna, Sepanjang hidup kita di dunia sebagian keindahan sudah dirasakan, tetapi masih kabur, namun justru waktu meninggalkan tubuh fisik itulah semua akan jadi sempurna, orang percaya akan “melihat muka dengan muka” (bnd. 1 Kor. 13:12), artinya melihat Allah dalam kemuliaan. Itulah kebahagiaan tertinggi yang diidamkan setiap manusia. hanya orang beriman yang dapat memperolehnya. Maka sebuah kebanggaan bagi kita jikalau kita memiliki pengakuan iman yang menyebutkan: “Aku percaya kepada Allah Bapa, Aku percaya kepada Yesus Kristus, aku percaya kepada Roh Kudus”. Keselamatan kekal itu diperoleh bila turut dalam penderitaan Kristus dan diukur dengan perilaku seseorang. Iman tanpa perbuatan hakikatnya adalah mati. Tubuh yang penuh dosa harus dikosongkan (dibersihkan) melalui pengembangan kehidupan ke arah yang lebih baik.Karena upah dosa adalah kematian, tetapi Allah memberikan kehidupan kekal melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, memberi diri dibaptis dalam nama Yesus Kristus harus berarti memberi diri dibaptis kedalam kematianNya, sehingga ketika Yesus bangkit, maka kita turut juga dibangkitkan dan kita akan menjalani kehidupan yang baru yang abadi.Jadi, Pengakuan itu merupakan respon/jawaban orang percaya terhadap penyatan dan tindakan Allah kepada umatNya yang dipertegas di dalam diri anakNya Yesus Kristus yang adalah sumber hidup satu-satunya. Credo itu sendiri muncul karena pengajaran Roh Kudus yang memberi penerangan kepada setiap orang percaya akan diri Allah dan anakNya Yesus Kristus. kehidupan kekal adalah satu konsep untuk mengubah pemahaman orang percaya akan eksistensi manusia yang hanya berakhir pada kebangkitan daging saja. Sebab, kontinuitas hidup manusia tidak berakhir dengan kebangkitan saja, tetapi setiap orang yang percaya yang telah dibangkitkan seterusnya akan memeperoleh hidup kekal bersama Kristus di dalam langit dan bumi yang baru.

      Hapus
  28. Nama : Dalton Simanullang
    Nim : 12.01.912
    Ting/ Jur : IV-A Teologi
    Unsur –Unsur Liturgi, Votum, Introitus, Salam
    Dalam Ibadah, pelayan ibadah (Liturgis/paragenda) menahbiskan pertemuan tersebut dalam nama Allah Bapa, AnaknNya Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Votum juga memiliki arti bahwa pengakuan Allah hadir dalam ibadah, biasanya dengan pembacaan Mazmur 124: 8 “ Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi”. Votum adalah kata pembuka oleh liturgis, votum dibawakan untuk memulai peribadahan itu, sehingga didalam peribadahan itu berjalan dengan khidmat karena janji Tuhan akan ditekankan dalam peribadahan itu. Jemaat akan dilawat dan akan diberikan pengampunan kepada mereka yang mau datang menyembah dan memuliakan namanya.
    Melalui votum pertemuan jemaat dicap menjadi ibadah, ibadah kepada Tuhan. Ia hadir bersama-sama jemaat. Karena itu votum bukan hanya rumus pembukaan saja. Hal ini menunjukkan bahwa pertemuan itu bukanlah pertemuan biasa seperti rapat, arisan, tetapi pertemuan antara Allah dengan jemaatNya, dan menunjukkan bahwa dalam pertemuan tersebut Allah hadir. Lebih lanjut juga harus diketahui bahwa pertemuan tersebut bukan diresmikan dalam nama seorang penguasa tertentu, tetapi dalam nama Tuhan. Pembacaan ayat-ayat Alkitab dalam votum/Introitus oleh pelayan ibadah/Liturgis merupakan salah satu ajakan atau undangan dari Allah untuk datang beribadah, kemudian jemaat merespon dengan menyanyikan haleluya. Selanjutnya, pelayan ibadah/liturgis juga membacakan doa-doa permohonan dari jemaat sebagai respon dari pembacaan firman yang telah dibacakan, hal ini dapat kita lihat bahwa dalam votum/ introitus terdapat dialog dan bukan monolog. Dimana liturgis memakai peran ganda sebagai representasi Allah dan juga wakil jemaat dalam peribadahan tersebut (Fiman adalah suara Tuhan yang menyapa umat, sedangkan doa adalah suara jemaat yang menyapa Tuhan).
    Dalam setiap peribadahan dalam gereja, ketiga unsur ini adalah pokok yang sangat penting, dimana melalui ketiga unsur ini peribadahan yang dilakukan di akui ke absahannya, yaitu kehadiran Allah ditengah-tengah peribadahan tersebut. berangkat dari pemahaman akan ketiga unsur ini diperukan suatu respon yang sangat serius dari setiap peserta ibadah, misalnya sikap tubuh sebagai penghormatan akan hadirnya Allah di tengah-tengah peribadahan tersebut. dalam bagian salam, votum, dan introitus ini, jemaat di undang untuk bangkit berdiri menandakan bahwa kita menyambut Allah yang sudah hadir dalam ibadah tersebut dan memberi hormat kepadaNya. Dapat kita contohkan jika dalam perteman atau dalam sebuah upacara kenegaraan ketika seorang yang dihormati memasuki ruangan maka peserta akan diundang untuk bangkit berdiri.
    Sekarang ini banyak dari anggota jemaat yang masih belum memahami dan bahkan tidak mengerti sama sekali apa maksud dan tujuan dari ketiga unsur ini, jadi seolah-olah jemaat hanya menjadi penonton, padahal dalam bagian salam, votum dan itroitus terdapat dialog atara liturgis dan juga jemaat yang menandakan adanya hubungan yang sangat intim antara Tuhan dan juga jemaat dalam ibadah tersebut. Perlu adanya penegasan bahwa melalui Votum, keberlangsungan ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan, yang artinya semua bersifat sakral dan kudus karena menyangkut keterlibatan Allah yang kudus di dalamnya. Allah yang kudus menjumpai manusia yang berdosa melalui peribahan yang dilakukan, karena itu hendaknya jemaat menerima dan menyambut kehadiran Allah itu dengan segala kerendahan hati dan sukacita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Dalton Simanullang
      Nim : 12.01.912
      Ting/ Jur : IV-A Teologi
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum.
      Sejak kejatuhan manusia kedalam dosa, hubungan antara manusia dan Allah menjadi rusak, dosa menjadi sebuah tembok pemisah yang sangat tinggi yang memisahkan antara Alah dengan manusia. Manusia yang penuh dengan dosa sedangkan Allah yang maha kudus mengindikasikan tidak adanya pertemuan antara manusia dengan Allah. Namun karena kasih Allah kepada manusia, Allah mengambil inisiatif untuk menjumpai manusia dengan mengaruniakan AnakNya yang tunggal sebagai mediator untuk mempertemukan manusia berdosa dengan Allah yang kudus. Manusia tidak akan dapat masuk hadirat Allah yang kudus jika manusia itu masih berdosa dan tidak diampuni dosanya, karena itu pengakuan akan dosa-dosa sangat diperlukan untuk masuk kedalam hadirat Tuhan.
      Karena itulah pengakuan dosa mendapat tempat yang sangat penting dalam peribadahan, supaya manusia yang berdosa dilayakkan masuk kedalam hadirat Allah yang kudus. dalam pengakuan dosa, jemaat harus mengakui bahwa keberdoasaan manusia adalah menjadi penghambat dalam hubungan dengan Allah yang kudus, dan tidak ada cara yang lain untuk dapat masuk kedalam hadirat Tuhan tanpa pengampunan dari Allah.
      Setelah mengakukan semua dosa-dosanya dihadapan Allah, jemaat harus meyakini dalam hatinya bahwa pengorbanan Allah melalui Yesus Kristus yang telah memperdamaikan manusia dengan Allah menjadikan dirinya layak dan masuk kedalam hadirat Allah. Melalui liturgis yang merupakan representasi Allah dalam ibadah tersebut yang menyampaikan berita pengampunan dosa kepada umat dengan membacakan kutipan Firman Tuhan sebagai janji Allah bahwa dosa-dosanya telah diampuni. Berita pengampunan yang disampaikan liturgis (sebagai imam) menjadi pendamaian dari Allah, penguatan, penghiburan, sukacita dan pengharapan bagi umat di tengah-tengah dunia ini. Ini adalah suatu berita sukacita dan anugerah. Persis seperti apa yang telah dikatakan Yesus kepada seorang berdosa: dosamu sudah diampuni. Jemaat diajak agar benar-benar percaya dan menerima bahwa dosanya memang benar-benar sudah diampuni Setelah itu jemaat harus menyambutnya dengan sebuah respon yang menyatakan kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi, yang telah memberi pengampunan kepada manusia berdosa. Keselamatan itu telah nyata dan ada untuk manusia karena pengorbanan Yesus Kristus dan kebangkitannya. setelah jemaat benar-benar yakin bahwa dosanya sudah diampuni dan layak menerima keselamatan dari Allah, diperlukan penguatan supaya manusia tidak melakukan dosa yang memisahkannya kembali dengan Allah yaitu dengan pembacaan hukum Tuhan. Hukum adalah perintah Tuhan untuk menguatkan dan mengingatkan jemaat, karena itu jemaat harus merespon dengan meminta kekuatan kepada Tuhan supaya mampu melakukannya dalam kehidupannya.

      Hapus
    2. Nama : Dalton Simanullang
      Nim : 12.01.912
      Ting/ Jur : IV-A Teologi
      Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa adalah sebuah tindakan yang menghubungkan antara manusia dengan Allah, melalui doa, manusia dapat berhubungan langsung dengan Allah. Karena itu doa sangat diperlukan untuk menjalin hubungan yang baik dan intim kepada Tuhan. Doa menjadi penghubung antara manusia dengan Allah untuk mengucap syukur, mengucapkan permohonan dan pengampunan dosa kita kepada Allah. Dalam setiap peribadahan doa menjadi bagian yang penting, karena hanya melalui doa umat bisa menyampaikan semua rasa ucapan syukur dan permohonan kepada Allah.
      Pembacaan Alkitab dalam ibadah adalah suatu bagian yang penting sebagai penuntun bagi jemaat dalam menjaani kehidupannya. Dalam peribadahan khususnya di lingkungan gereja protestan, pembacaan Alkitab tidak dapat dilakukan oleh sesuka hati, nats harus diambil berdasarkan dengan ketentuan kalender gerejawi seperti yang ditetapkan dalam Almanak. Pembacaan nats Alkitab memberikan kekayaan pemahaman akan firman Tuhan. Sebelum pembacaan Firman Tuhan terlebih dahulu akan di awali dengan Doa, supaya Roh Kudus memberikan tuntunan dan hikmat untuk dapat mengerti apa kehendak Tuhan yan terkandung dalam nats tersebut. Setelah pembacaan nats itu maka akan dilanjutkan dengan khotbah, secara teorinya Khotbah adalah bagian dari homiletika yaitu kegiatan untuk mempercakapkan Yesus Kristus. Khotbah juga sering dimaknai dengan penuntun hidup bagi yang mendengarkan dan menjadi bekal baginya dalam menjalani kehidupannya. Melalui khotbah, manusia akan mengerti kehendak Allah dalam hidupnya, apa yang baik dan berkenan kepada Allah. Khotbah adalah bagian penting dalam ibadah, Luther mengatakan bahwa puncak ibadah adalah khotbah. Dalam liturgi mulai dari awal dan sampai pada khotbah itu adalah yang menghantarkan kita pada firman yang disampaikan melalui khotbah. Khotbah harus bersumber dari nats Alkitab dan merupakan kabar baik yang disampaikan dan mengundang pendengar untuk menerimanya. Khotbah yang baik adalah khotbah yang mengandung aspek pembinaan, penghiburan dan nasihat.

      Hapus
    3. Nama : Dalton Simanullang
      Nim : 12.01.912
      Ting/ Jur : IV-A Teologi
      Pengakuan Iman Dengan Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Di dalam peribadahan yang dilakukan setiap minggu jemaat selalu mengucapkan pengakuan Iman Rasuli, yaitu sebuah pengakuan benar-benar percaya kepada Allah, Yesus Kristus , dan Roh Kudus. Pengakuan Iman merupakan respon yang disampaikan oleh jemaat karena semua dosa-dosanya telah diampuni oleh Tuhan, dan sebuah kepastian bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya dalam setiap kehidupannya; karena dalam pengakuan Iman terkandung sebuah janji eskatologis akan kasih setia Allahyang nyata daam setiap kehidupan Gereja/umat Tuhan. Pada mulanya pengakuan Iman ini dibuat untuk melawan ajaran-ajaran yang berkembang di kalangan jemaat mula-mula (Gnostik dan doketisme) Seorang yang mengaku percaya bukan hanya sekedar mengakui, percaya, menyetujui berbagai kebenaran. Tapi percaya adalah tindakan iman, yaitu iman yang menuntun kita untuk menjalani hidup seperti apa yang sudah kita terima dari Alkitab sebagai Firman Allah. Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita, Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita, Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita. Pada bagian yang pertama, mengaku percaya kepada Allah Bapa adalah bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi, Dialah Allah satu-satunya yang Mahakuasa, tidak ada yang lain, dan segala sesuatu bersumber dari Dia sebagai pencipta segala sesuatu. Bagian yang kedua disebutkan Percaya kepada Yesus Kristus, ini adalah sebuah pengakuan bahwa Yesus Kristus sebagai penyataan Allah untuk menyatakan diriNya kepada manusia, dan sebagai bukti Kasih Allah kepada dunia. Bagian yang ketiga adalah percaya kepada Roh Kudus berarti mengakui karya Roh Kudus dalam setiap kehidupan orang percaya dan Gerea. Penyataan percaya dalam pengakuan iman Rasuli adalah sebuah tindakan yang memerlukan sebuah keseriusan, dalam arti tidak ada unsur main-main apalagi hanya ikut-ikutan. Hal ini adalah sebuah ikrar dalam rangka memproklamirkan iman kita. Menurut saya ada perbedaan dengan kalimat syahadat dalam agama islam, dimana dalam islam kalimat syahadat adalah sebuah syarat untuk menjadi islam, sedangkan pengakuan iman adalah proklamasi atas iman kepada Tuhan. Dalam gereja-gereja protestan saat ini, banyak jemaat yang mengucapkan pengakuan iman layaknya mengucapkan doa, dan sikap dalam mengucapkan juga seperti berdoa. Namun dalam hal ini, pengakuan iman harus diucapkan secara lantang dan yakin layaknya mengikrarkan sebuah janji atau sumpah. Karena kita mengakukan iman kita, jadi harus dengan sebuah keyakinan agar orang yang mendengarkan juga bisa yakin dengan pengakuan kita, sesuai dengan tujuan awalnya yaitu melawan ajaran-ajaran sesat pada masa itu.

      Hapus
  29. Nama : septy mega silvia purba
    Nim : 12.01.963
    Ting : IV-A

    Kelompok I
    unsur liturgi : votum, salam, introitus

    Dari sajian ini saya lebih memahami bahwa ibadah itu bukanlah hal yang main-main. Ibadah itu adalah upaya manusia ubtuk mengetahui, mendaki tempat terbitnya cahaya dari Allah dan manusia harus merendahkan diri dan tunduk kepada Allah untuk memuji nama-Nya. Di dalam ibadah yang pertama dilakukan adalah pembacaan votum, yang dimana votum adalah suatu pernyataan atau bisa juga disebut seperti proklamasi bahwa yang melandasi peribadaha dimulai atas nama Tuhan Allah. Votum bukanlah doa tapi bertujuan untuk memohon kehadiran Tuhan dalam peribadahan, oleh karena itu dalam permohonan ini jemaat harus benar,benar mengikuti ibadah dengan memberikan hatinya untuk memuji Tuhan. Votum juga dapat kita lihat seperti sebuah rapat yang memiliki seorang pemimpin yang akan memulai rapat dia akan mengkondusifkan ruangan, agar rapat dapat dimulai dengan baik. Demikianlah votum yang dibawakan oleh pembawa votum yang disebut litugis dan dilanjutkan dengan salam yang dimana agar menjalin komunikasi yang baik di dalam peribadahan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan. Setelah votum ada juga intoitus, dan hal ini dilakukan oleh gereja-gereja mula sampai kepada gereja reformasi dengan cara dinyanyikan secara bersahutan dengan paduan suara. Namun di dalam perkembangan zaman sampai sekarang introitus sudah tidak lagi dinyayikan. Seperti yang saya lihat di GKPS juga menggunakan votum introitus yang diambil dari mazmur 26:1-6; 103:1-6; 93:1-4 dan pembacaan ibi dilakukan secara responsoria antara liturgis dan jemaat. Hal ini juga mengundang jemaat melihat betapa besarnya Allah dan Dia layak untuk menerima pujian dari ciptaan-Nya. Maka dengan respon yang baik dari jemaat, jemaat menyanyikan haleluya haleluya haleluya. Menurut pendapat saya inilah respon jemaat yang menyatakan syukur kepada Allah yang memberi kehidupan dan jemaat menyatakan haleluya terpujilah Tuhan yang Maha baik. Dan melalui hal ini jemaat diundang agar mengikuti ibadah dengan berfokus hanya kepada Tuhan, meninggalkan beban dan hati yang bersih kepada Tuhan. Jangan hanya badan yang berada di dalam peribadahan namun hati ada di tempat lain. Pujilah Tuhan dengan segenap hati dan itulah sikap orang kristen dan orang percaya yang sudah menerima keselamatan daripada Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : septy mega silvia purba
      Nim : 12.01.963
      Ting : IV-A

      Kelompok II
      Unsur liturgi : pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum

      Pengakuan dosa ada karena dosa ada. Pengakuan dosa juga sudah dipakai mulai dari abad pertama. Luther mengatakan bahwa pengakuan dosa harus timbul dari hati bukan karena paksaan dari oranglain. Pengakuan dosa dilakukan bukan untuk dosanya dihapus dan kemudian berbuat dosa kembali, namun pengakuan dosa di dalam ibadah dilakukan untuk membangun spiritual jemaat. Melalui pengakuan dosa yang dilakukan say melihat bahwa ada kesempatan kepada jemaat untuk jujur kepada Allah bahwa dia adalah mahluk yang berdosa dan ada kesadaran dan komitmen untuk berubah. Kemudian dilanjutkan dengan pemberitaan anugerah yang artinya Kristus yang telah mendamaikan manusia dengan Allah. Manusia yang berdosa akan didamaikan kembali melalui Yesus Kristus maka berubahlah dan jangan mengulanginya kembali. Dilanjutkan dengan pembacaan hukum yaitu dasa firman yang bisa dinyanyikan dan dibacakan yang ayatnya terambil dari kel 20:1-17 dan Mat 22:37-40. Calvin mengatakan bahwa hukum itu adalah yang memberikan petunjuk hidup baru yang sesuai dengan kehendak Allah. Jadi menurut analisa saya gereja melakukan pembacaan hukum di dalam ibadah gunanya adalah untuk tetap mengingatkan jemaat agar melakukan sesuai dengan kehendak Allah.

      Jadi melalui pengakuan dosa, pemberitaan anugerah dan hukum yang dilakukan di dalam peribadahan membangun ketaatan bagi irang kristen. Dan ketiga unsur ini adalah satu kesatuan yang harus dilakukan agar mengundang jemaat yang taat dan mengimani karya Allah di dalam setiap kehidupan yang dilalui. Menyenangkan hati Tuhan adalah ketika kita berbalik dan tidak berbuat kembali. Tingkatkan saat teduh dan jangan menjadi benalu bagi orang lain dan jangan merugikan siapa pun. Kehadiran kita hendaknya menjadi berkat bagi oranglain dan tetap memuliakan nama Tuhan

      Hapus
    2. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      Nim :12.01.963
      Ting : IV-A
      Kelompok III
      Unsur Liturgi : Doa, Pembacaan Alkitab, Khotbah

      Doa adalah komunikasi yang kita lakukan dengan Tuhan dan dengan doalah kita memiliki hubungan pribadi dengan Dia menunjukan kepercayaan dan cinta kita kepada-Nya. Doa yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah doa yang dilakukan sebelum membacakan firman yang disebut dengan doa Epiklese artinya harus ada penerangan kepada Alkitab agar pembacaan Alkitab itu bukan pembacaan seperti aksara saja. Dan pembacaan Alkitab adalah pembacaan perikop Alkitab yang sudah dibacakan di sinagoge yang diambil dari kitab nabi-nabi dan dalam perjanjian baru dari pembacaan surat rasul. Kemudian dilanjutkan dengan khotbah dimana khotbah adalah pemberitaan firman Tuhan yang harus diberitakan kepada semua orang agar semua orang yang mendengarkan percaya dan menjadi pengikut-Nya. Durasi khotbah tidak boleh lewat dari 25 menit karena jika sudah melewati durasi tersebut ada kejenuhan jemaat sehingga firman yang sampai tidak lagi menumbuhkan iman jemaat tetapi menambah kutuk. Noordmans mengatakan bahwa yang paling penting di ibadah Perjanjian Baru ialah pemberitaan; Kristus sebagai satu-satunya imam besar dengan mezbah dan korban-Nya verada di sorga. Luther dalam bukunya Deutsche messe menggap pemberitaan dan pengajaran tentang firman allah sebagai unsure yang paling penting di dalam semua ibadah. Jadi pemusatan ibadah adalah khotbah yaitu pemberitaan firman Tuhan yang sangat penting dan menjadi pusat perhatian orang yang mendengarkan. Khotbah merupakan bagian terpanjang atau terlama dalam ibadah dan mempunyai tempat yang sentral karena tugas gereja yang utama ialah mengabarkan Firman Tuhan di dalam dunia. Ketika kita ingin berkhotbah kita harus mempersiapkan khotbah dan langkah-langkah yang dilakukan adalah:
      1. Menentukan teks.
      2. Mencari pesan asli teks.
      3. Mencari pesan untuk jemaat.
      4. Menuliskan khotbah dan menyampaikan hasil khotbah

      Jadi dalam mempersiapkan khotbah ini kita benar-benar memahami bahwa yang kita beritakan semata-mata hanyalah Firman Tuhan bukan firma yang kita ciptakan sendiri. Dan usahakanlah Firman yang disampaikan melihat konteks yang terjadi agar firman yang ditabur menghasilkan buah yang subur.
      Doa-Pembacaan Alkitab-Khotbah yang dilakukan gereja di dalam peribadahan adalah tugas yang harus dilakukan. Karya Tuhan, rencana, Kehendak, Kuasa, Kebijakan dan banyak hal diberitakan melalui pemberitaan firman melalui khotbah. Dan sebelumnya kita harus berdoa meminta bantuan Roh Kudus agar menerangi hati dan pikiran kita agar mampu mendengarkan apa yang menjadi kehendak-Nya yang boleh kita lakukan di dalam hidup ini. Dan pembacaan Alkitab harus memperhatikan tahun gerejawi dan perikop-perikop yang telah ada. Pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah dap kita lihat Kisah para rasul 13:15.

      Hapus
    3. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      Nim : 12.01.963
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Pengakuan Iman harus diucapkan dengan sungguh-sungguh dari hati yang terdalam dan diwujudkan dalam kehidupan beriman sehari-hari. Pengakuan Iman adalah Ikrar kepada Allah dan juga ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah. Rumusan Pengakuan Iman Rasuli dari zaman dahulu dikenal dengan nama symbolum apostolicum (apostolicum dari bahasa Yunani apostolos, artinya rasul). Pengakuan iman bersifat Trinitarian (percaya Allah Tritunggal).
      Pokok Pengakuan Iman Rasuli:
      1. Percaya kepada Allah, Bapa, Khalik langit dan bumi (Penciptaan)
      2. Percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal (Penebusan)
      3. Percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan kuasa/karya Roh Kudus (Pengudusan)
      Pengakuan iman sangatlah penting di dalam peribadahan dan tidak bisa dihilangkan di dalam peribadahan yang kita lakukan setiap hari minggu. Pengakuan bukanlah sekedar formulasi kata-kata ketika kita mengucapkan percaya kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, tetapi suatu pernyataan kepercayaan yang benar-benar sudah diimani di dalam kehidupannya. Pengakuan iman pada dasarnya dilakukan bukanlah tutup mata, tetapi dengan muka tegap dan suara yang lantang melawan ajaran-ajaran sesat yang datang dari luar Gereja.
      3 senjata yang dipakai Gereja pada Abad kedua adalah :
      1. Kanon/ukuran atau patokan
      2. Pengakuan Iman (Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat)
      3. Pewarisan Jabatan Rasuli
      Namun sekarang kita melihat gereja-gereja misalnya gereja Batak banyak mengakukan pengakuan iman dengan cara tutup mata dan melipat tangan. Namun menurut pemahaman saya cara/teknis bukanlah sesuatu hal yang harus dipermasalahkan, tetapi yang harus diketahui bahwa orang-orang yang telah mengakukan pengakuan iman itu benar-benar paham yang ia katakan, tulus dari hati, dan mengimani apa yang ia katakan. Pengakuan iman boleh kita analogikan seperti sepasang kekasih yang berpacaran yang sudah lama menjalin hubungan, dan dalam berpacaran yang menjadi dasar dari pasangan adalah kepercayaan dan saling menerima. Dan untuk mempertahankan hubungan tersebut harus ada tindakan yang benar dan saling melengkapi di dalam hubungan, maka akan terjalin hubungan yang sangat harmonis. Begitu juga dengan pengakuan iman yang kita lakukan, ketika kita mengakukan iman percaya kita kepada Tuhan yang kita percayai maka kita harus membuktikannya lewat tindakan kita. Karena iman tanpa perbuatan adalah kosong (Yakobus 2:20). Begitulah seharusnya kita mengakukan pengakuan iman percaya kepada Allah Bapa, anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus yang sudah kita percayai memberikan kehidupan kepada kita. Pengakuan iman datang dari hati bukan sebagai rutinitas mingguan saja, namun apa yang sudah kita imani saat ini.
      Kata-kata bijak: Perkayalah hatimu dengan iman, sehingga Segala bentuk kehinaan tidak bisa mengotori hatimu.

      Hapus
    4. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      Nim : 12.01.963
      Kelas : IV-A

      Doa adalah sebuah ungkapan hati seseorang kepada Tuhan. Di dalam peribadahan ada salah satu unsur liturgi yang dipakai yaitu doa syafaat. Doa syafaat merupakan doa kepada Tuhan, dan isi dari doa syafaat bukanlah seperti doa pribadi kita yang kita panjatkan hanya untuk mendoakan keluargaku, kesehatanku, orangtuaku, perkuliahanku, dan lain sebagainya yang berkaitan hanya pada diri kita sendiri. Tetapi doa syafaat adalah doa yang disampaikan pada Tuhan mendoakan semua orang Kristen yang ada di dunia ini yang berada di dalam pergumulan, di dalam ketertindasan dan bahaya. Dalam hal ini mereka perlu didoakan agar mereka dipelihara, dilindungi, diberi pertolongan dari Tuhan kita. Doa syafaat ini juga mengajak kita mendoakan negara kita yang berada yang juga berada di dalam masalah-masalah yang dihadapi agar tetap dibimbing oleh Tuhan. Regiono dari Prum mengatakan bahwa doa syafaat dilakukan sesudah khotbah pada hari minggu dan hari raya imam mengajak jemaat untuk mendoakan pemerintah, gereja, pemimpin, perdamaian, dan lainnya dan biasanya doa-doa syafaat diakhiri dengan Doa Bapa Kami dalam ibadah jemaat. Namun menurut pendapat saya sesuai dengan penjelasan penyaji bahwa penempatan doa syafaat baik sebelum firman atau sesudah firman bukanlah menjadi suatu masalah yang penting. Yang terpenting adalah ketika kita memang benar-benar mendoakan orang-orang Kristen maupun non-Kristen yang sedang mengalami penderitaan dan membutuhkan pertolongan. Jadi di dalam peribadahan minggu marilah kita jangan menutup diri hanya mendoakan kepentingan kita pribadi saja dan hanya mengucap syukur atas kehidupan yang boleh kita jalani. Tetapi marilah hendaknya kita mmapu mendoakan orang-orang yang berada disekitar kita yang membutuhkan pertolongan dari Sang pencipta. Selain itu sikap berdoa ada juga sikap dalam doa syafaat yang dilakukan seperti sikap penyembahan kepada Allah yang Maha besar, ada juga sikap bagi jemaat yaitu berlutut di depan meja atau di mimbar. Memang sikap juga perlu di dalam berdoa kepada Tuhan, namun yang terpenting bagi saya adalah hati yang benar-benar mau mengungkapkan perasaan peduli terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya dan menyampaikannya kepada Tuhan. Jadi mulailah berdoa untu mendoakan orang yang berkesusahan di dalam doa syafaat, sama seperti Yesus yang mendoakan murid-murid-Nya agar menjadi satu. Dan di dalam doa syafaat kita juga boleh mendoakan orang yang meminta dirinya agar didoakan.

      Hapus
    5. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      Nim : 12.01.963
      Ting : IV-A

      Kelompok VI
      unsur liturgi : Pemberian Jemaat
      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. Persembahan sudah ada sejak Zaman Kain dan Habel, pada suatu peristiwa keduanya membawa hasil dari pekerjaannya untuk dikorbankan kepada Tuhan. Dalam Perjanjian baru Persembahan berasal dari bahasa Yunani yaitu θζυσια (Penyembelihan, pemotongan, pembunuhan), αναπερο yang diterjemahkan sebagai korban pemberian persembahan dan αιμα yang menjelaskan darah Kristus sebagai persembahan dan Keselamatan (Rom. 3:25, Ef. 1:7). Dan pada masa jemaat mula–mula, rasa persaudaraan sangat mendorong dalam pengaplikasian kasih yang terlihat dari kehidupan jemaat itu sendiri yang paling peduli satu dengan yang lain, bahkan diketahui bahwa harta milik adalah bersama dan dinikmati bersama. Dalam jemaat mula-mula ada prinsip apa yang menjadi milikku adalah milikmu artinya ada milik bersama. Persembahan jemaat mula-mula diberikan innatura (hasil bumi). Pemberian persembahan persepuluhan yang diberikan ke dalam rumah perbendaharaan, karena Allah sendiri telah setia memberkati hidup mereka. Allah yang tidak pernah berubah dan tetap melawat hidup umatNya. Meskipun umat manusia telah menyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah dan tidak memeliharanya. Tapi Allah mengatakan kepada umatNya supaya kembali kepada-Nya dan membawa seluruh persembahan kepada rumah perbendaharaan supaya Allah memberkati umat-Nya dan mereka hidup berbahagia. Melalui pemberian jemaat Allah sebenarnya tidak ada unsur pemaksaan yang Allah inginkan adalah kutulusan hati dari jemaat ketika Allah sudah memberkati segala pekerjaan umat-Nya. Pemberian jemaat yang diberikan kepada Tuhan bukanlah untuk menyombongkan diri kita sendiri namun sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang selalu memberkati hidup kita.
      Mengapa kita harus memberikan persembahan kepada Tuhan:
      1. Karena Perintah langsung dari Allah, jika kita mengasihi Allah maka dengan sendirinya kita akan melakukan segala perintahNya. (Matius 22:37, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”)
      2. Memberi Dengan Kejujuran, apa yang seharusnya diberikan kepada Allah berikanlah dan jangan pernah mencari-cari alasan lain.
      3. Sebagai wujud Kasih kita kepada Allah
      4. Ungkapan Rasa Berterimakasih
      5. Sebagai bukti/buah dari Iman, apa bukti dari seseorang percaya kepada orang lain, pada masa ini kepercayaan adalah modal dalam pergaulan. Karena dapat dipercayai banyak tugas dan tanggung jawab diberikan oleh yang mempercayainya.

      Hapus
    6. Nama : Septy Mega Silvia Purba
      Nim : 12.01.963
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Kelompok VII
      Unsur Liturgi: Nyanyian dan Paduan Suara

      Nyanyian dan paduan suara juga digunakan di dalam unsur liturgi. Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai dengan nada, rite, birama hingga membentuk harrmoni. Nyanyian menjadi salah satu cara untuk memuji Tuhan dengan penuh dengan kehangatan. Begitu juga dengan paduan suara adalah yang terdiri dari beberapa orang dan adanya pembagian suara dari suara 1-4. Dari masa Perjanjian Lama hingga kini, paduan suara memegang peranan penting di dalam ibadah jemaat. Di Abad Pertengahan, schola cantorum (kelompok penyanyi) adalah kelompok yang bertugas untuk menyanyikan lagu-lagu yang ada di dalam ibadah. Pada masa Reformasi, Luther menggunakan paduan suara (anak) untuk mengajarkan nyanyian baru kepada jemaat. Calvin bahkan hanya memperkenankan paduan suara untuk mengiringi nyanyian jemaat di gereja. Begitu juga dengan nyanyian, yaitu Jika nyanyian jemaat dapat dilagukan dengan baik dan benar, penuh semangat, maka dengan sendiri ibadah kita akan lebih hidup dan berarti. Ingatlah bahwa seringkali kita lebih mengingat musik yang dinyanyikan di dalam satu ibadah, dibandingkan dengan hal-hal lain. Nyanyian puji-pujian yang membangkitkan kerohanian, seperti kita kenal pada masa kini, mempunyai bentuk asli pada nyanyian-nyanyian rohani jemaat Kristen mula-mula. Nyanyian-nyanyian ini pantas dianggap menyuarakan Injil tentang keselamatan cuma-cuma dalam Kristus dan sukacita serta ganjaran dari surga sebagai ganti atas dukacita dan penderitaan yang dialami orang percaya yang tertindas di sini, di bumi. Karena kita bernyanyi untuk tuhan, sebab nyanyian adalah ungkapan lubuk hati orang percaya yg membumbung keatas kehadapan hadirat tuhan. ” Gereja yang tidak bernyanyi bukanlah Gereja ” menurut KARL BARTH seorang Teolog besar di abad ke 20, tetapi tentunya bukan asal bernyanyi melainkan bernyanyi dgn baik dan benar. Jadi menyanyikan pujian bagi Allah sangat penting dalam hidup kita. Dan dengan karena nyanyian ada orang yang tersentuh hatinya bahkan ada yang menagis ketika lagu yang kita nyanyikan berasal dari lubuk hati kita dan kita dapat menghayati lagu yang diberikan.

      Hapus

  30. Nama : Fimanta Br Munthe
    Nim : 12.01.927
    Ting/Jur : IV-A/Theologia
    Unsur Liturgi:
    Votum, Salam, dan Introitus

    Votum, Salam, dan Introitus adalah unsur-unsur liturgi yang harus ada disetiap peribadahan. Jadi pertemuan ini adalah suatu peresmian bahwa pertemuan itu bukanlah pertemuan biasa (bukan rapat, arisan,) tetapi suatu pertemuan antara Allah dan jemaatNya. Lebih lanjut ini adalah suatu maklumat bahwa Tuhan Allah Sang Pencipta tengah hadir di tengah-tengah jemaatNya. Karena semua liturgi selalu berakar dalam Alakitab dan merupakan dari Alkitab. (firman Allah). Seperti yang dikatakan dalam buku Andar Ismail, yang berjudul bukunya selamat berbakti, votum, salam, dan introitus adalah suatu pemberitaan anugrah dan petunjuk hidup baru. Dia juga mengatakan unsur-unsur liturgi ini sangat berkaitan. Karena liturgi adalah perayaan keselamatan yang mencakup alam semesta dan seluruh sejarah, dalam persekutuan dengan sesama dan Allah. Karena kita masih hidup dalam penantian sebelum dipersatukan dengan gereja segala abad dan tempat dalam Kerajaan Allah, maka gereja di dunia hanya dapat mengungkapkan dan menghadirkan kedamaian itu. Ketiga unsur ini suatu makna liturgi untuk panggilan beribadah yang bisa dirasakan oleh jemaat. Votum, salam, introitus terdapat di dalam tata ibadah untuk keteraturan ibadah dan menyatakan semua firman Tuhan. Sehingga melalui unsur-unsur liturgi inilah memiliki satu pemahaman dan satu perilaku beribadah yang benar dan berkenan selaku “Persekutuan Orang-Orang kudus”-nya Allah yang Mahakudus. Ketiga unsur ini yang dilakukan dalam Ibadah bukan untuk menyenangkan hati manusia tetapi Allah, Ibadah bukan pula suatu hiburan tetapi pujian dan persembahan. Tetapi Ibadah merupakan persekutu Allah dalam Kristus dengan manusia atas dasar Iman. Ketiga ini adalah tugas dan tanggung jawab kita sehingga perbuata-Nya yang ajaib nyata dalam kehidupan kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
      Pdt Yohanis Herman dalam bukunya Relevansi Liturgi bagi Pertumbuhan Gereja mengatakan bahwa liturgi Pengakuan dosa, pemberitaan anugerah, dan hukum salah satu pemberian Allah bagi umatnya. Gereja adalah alat untuk memperkenalkan kerajaan Allah di dalam dunia. Oleh karena itu, gereja mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugasnya sebagai wakil Kerajaan Allah. Yakni melayani Tuhan dan sesama yang diwujudkan dalam banyak bentuk dan salah satunya adalah pelayanan. Dalam Doa pengakuan dosa ini adalah untuk memberikan hati seluruh jemaat. Ini adalah untuk membantu berkonsentrasi maka sebaiknya ketika doa pengakuan dosa hati dan pikiran harus berfokus dengan segala penyesalan dan kerendahan hati mengetuk pintu belas kasih Tuhan. Seiring dengan pengalaman saya, sering kita tidak mengaku dosa supaya ibadah, sebaiknya Sebelum jemaat menghadap Tuhan dalam hadirat-Nya, jemaat lebih dahulu memohon pengampunan Tuhan untuk kemudian melanjutkan ibadahnya. Pengakuan dosa sejalan dengan pemberitaan Anugrah di dalam kristus telah mendamaikan dirinya dengan dunia dan berdasarkan kematian kristus, rela untuk mengampuni dosa kita. Pemberitaan itu diproklamasikan Allah dalam Kristus Yesus sebagai Allah Maha Pengampun. Pemberitaan anugerah ini dimana mengantarkan jemaat untuk kelayakan untuk mendengar firman Tuhan begitupun berkomunikasi dengan sasama kita manusia. Dan hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman. Menurut van der Leeuw, dasafirman tidak bleh dibacakan tanpa inti hukum sebab inti hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen. Hukum kasih selalu dibicarakan dari Keluaran 20:2-17, Ulangan 5:6-22, Matius 22:37-40, Yohanes 13:34-35, dan lain-lain. Ketiga ini adalah menurut saya kita selaku hamba Tuhan membantu jemaat supaya mengerti ketiga unsur in dan tidak main-main, karena ini untuk menyadarkan kita. supaya kita kembali ke arah yang lebih baik, sesuai yang Tuhan harapkan.


      Hapus
    2. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Unsur-Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Analisa saya dalam hal ini dalah ikatan doa, pembaca Alkitab, dan khotbah Doa adalah saling bersangkut paut. Karena permohonan tuntunan Roh Kudus atas pembacaan dan pemberitaan firman. Dalam pembacaan Alkitab berdimensi krugmatis, menjadi tempat umat untuk belajar mendengar suara Tuhan sebab firman Tuhan adalah pedoman hidup manusia. Karena Alkitab ditulis dengan konteks yang berbeda dengan konteks kita, Alkitab sulit untuk dimengerti tanpa penjelasan. Jadi, pembacaan harus dilanjutkan dengan khotbah, Sejak dahulu pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Hal ini telah terdapat dalam ibadah sinagoge. Dalam lukas 4 :16-22. Ketiga unsur ini harus erat hubungannya dengan firman, doa harus diucapkan sebelum firman Allah diberitakan. Dan Karena Doa adalah percakapan rohani dengan Tuhan, yaitu saat kita berbicara kepada Tuhan dan Dia menjawab atau saat Tuhan berbicara kepada kita, dan kita menjawab. Itulah yang disebut doa Doa bukan percakapan satu arah. Dan kita tahu, seperti dalam Alkitab tertulis, "Tetaplah berdoa" (I Tes 5:17). Bahwa menurut kesimpulen saya pembacaan dan khotbah menuntut bahwa Alkitab dibaca supaya (ditafsirkan) dan diterapkan dalam kehidupan kita. Berdasarkan prinsip ini tidak mungkin ada pembacaan Alkitab yang berdiri sendiri. Artinya yang sama sekali terlepas dari khotbah karena satu hubungan yang bisa menyadarkan kita semua umat Tuhan. karena liturgi merupakan perayaan karya keselamatan yang dilakukan oleh Kristus dalam kesatuan dengan gereja-Nya, Maka kita diberi kesadaran untuk tidak lagi untuk menyepelakan tentang liturgi itu sendiri dan paling perlu untuk tetap ambil bagian didalamnya.





      Hapus
    3. Nama : Fimanta Br Munthe
      Nim :12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian 4 : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Analisa saya Pengakuan Iman merupakan sebuah sarana untuk memulai sebuah kepercayaan dan keyakina terhadap apa yang seharusnya dipercaya dan diyakini. Dalam pengakuan Iman Rasuli, yang diawali oleh kata “aku percaya” Yang menyatakan sikap Kristen kepada Tuhan. Percaya adalah penghubung pribadi antara umat Kristen dengan Tuhan. Hidup dalam percaya berarti hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dengan menaruh kepercayaan sepenuhnya dengan Dia. Di dalam Pengakuan Iman Rasuli terdapat tiga oknum yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang bagi orang adalah berupa tiga oknum menjadi satu. Inilah yang disebut seperti diatas sebagai konsep “Tritunggal”. Allah memiliki satu “Aku” yang satu yang memiliki sifat rangkap tiga, tiga bentuk dasar pribadi. Dalam pengakuan Iman Rasuli dalam bahwa Kita percaya kepada Allah yang sudah memperkenalkan diriNya didalam Yesus Kristus. Artinya : Kita percaya pada Yesus Kristus, yang sudah menyatakan kepada kita, siapa dan bagaimana Allah yang hidup itu sesungguhnya. Sebab itu Yesus Kristus diberi gelar Immanuel, artinya : Allah menyertai kita (Matius 1:23b). menyatakan bahwa kita mempercayai Allah sang pencipta dan kita memiliki hubungan perjanjian dan persekutuan denganNYa dalam kepercayaan yang sejati dan ketergantungan denganNYA secara kekal. Pengakuan tentang Yesus Kristus ini adalah pusat dari inti iman kristen. Yesus Kristus adalah penyataan Allah, sumber segala kebenaran dan sebagai sentral keselamatan manusia. Tindakan, sikap, motivasi, kehendak, dan pikiranNya bebas dari dosa dan kesalahan. Yesus juga adalah penggenapan janji Allah dan nubuatan PL ( Yes 7 : 14;9:5 bandingkan dg Mat 1:1-25. Dalam Yesus Kristus menderita dikatakan untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus benar2 mengalami kematian, menanggung penderitaan yang disebabkan dosa kita. Maknanya bagi kita adalah Pengakuan ini menjelaskan bahwa Yesus Kristus memasuki dunia melalui kelahiran dari anak dara yang adalah manusia sejati.

      Hapus
    4. Nim : 12.01.927
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Tanggal : 11 Maret 2016
      DOA SYAFAAT
      Analisa saya tentang doa syfaaat ini saya setuju dengan apa yang telah dijelaskan oleh bapak dosen di kelas dan di blog bahwa doa syafaat itu adalah sangat kental dengan situasi dan butuh perlindungan dan butuh pemeliharaan Allah. Saya menganalisa doa syafaat Abraham bahwa tuntunan dan pertolongan Tuhan. bahwa doa syafaat itu juga perjuangan rohani seperti abraham dengan rendah hati dan keberaninya dan kepercayaannya dan Allah pun mengabulkan permintan Abraraham. Sebenarnya Allah tidak dipaksa, tetapi atas permintaan dan pembelaan Abraham maka Allah sudi dan rela menerima baik kebenaran kelima puluh orang itu sebagai pengganti kejahatan kota itu dan Ia akan melepaskan seluruh kota itu. Dar disini yang saya pikirkan perlu diterapkan adalah kita selaku Hamba Tuhan memulai dan menggumuli secara pribadi bahwa do syaffat itu penting. Dimana dalam Doa kita, kita bisa mengungkapkan segala persoalan hidup kita kepada Tuhan serta meminta pertolongan yang datangnya dari Tuhan. Namun disini yang menjadi analisa saya yaitu Doa Syafaat. Doa Syafaat tersebut sedikit bebrbeda dengan Doa biasanya. Dimana Doa Syafaat tersebut mendoakan lebih detail dan lebih banyak lagi topik doanya dibandingkan seperti doa sebelum khotbah.
      Doa syafaat ini sangat membangun kerjasama antara satu dengan yang lain. Terutama keapada tingkat yang sudah CP, sudah merasakan berjemaat. Kiranya kita tidak memutuskan hubungan kita siap CP dan terus menghubungi apa pergumulan jemaat sehingga kita tetap menjadi Garam dan Terang. Seperti yang dikatakan Bapak dalam blog akhirnya bisa seperti yang diingikan Tuhan. yaitu sesama Seluruh mahasiswa-mahasiswi yang belajar di STT Abdi Sabda, akan diberkati dan diberikan kemampuan untuk terus belajar dan menggali pengetahuan teologia yang menjadi bekal dalam memenuhi panggilan sebagai hamba Tuhan nantinya (di ladang mana pun akan Tuhan utus). Oleh sebab itu penempahan jati diri memang sangat dibutuhkan. Keberanian dan takut akan Tuhan dan meminta pertolongan untuk merendahkan hati kita supa kita bisa betul-betul percaya bahwa doa syafaat itu dapat mengubah segalanya dan terus meminta seperti Abraham.

      Hapus
    5. Nama : fimanta Br Munthe
      Nim : 12. 01. 927
      Tingk/Jur : IV-A/Teologi
      Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
      Dalam buku Anne K. HersHBer Ger. Mengatakan bahwa manusia sebagai ciptaan Allah perlu mencaga sebagai wujud tanggung jawab dengan pemberian kepada Allah kepada kita. Dalam hal ini arti pemberian jemaat. Berbicara tentang persembahan dapat kita fahami bahwa di dalamnya terkandung suatu makna, memberikan sesuatu kepada Allah. Di samping mempersembahkan uang atau materi yang dimiliki, pengertian persembahan yang lebih dalam juga mencakup kesediaan mempersembahkan diri atau hidup kepada Allah. Ia harus berani tampil beda dari dunia atau orang-orang yang tidak mengenal Allah. Bila kita membaca Mat.5:13-14 dikatakan” Kamu adalah garam dan Terang dunia”. Ungkaban ini mengandung arti bahwa selaku orang yang telah menerima bagian keselamatan dari karya Yesus Kristus terpanggil untuk mengaktualisasikan imannya di tengah-tengah dunia ini. Bapak Pdt. Ladestam Sinaga mengatakan, ada dua istilah yang digunakan untuk menekankan tentang hidup yang menjadi persembahan bagi Allah. Istilah yang pertama adalah “Agathos” Kedua, “Kalos”. “Agathos” berarti bagian inti dari sesuatu itu berguna, hakekatnya bermutu tinggi dan bernas. Kandungan dalamnya benar-benar baik. Agathos berguna membangun dan membarui dan Kalos. Kalos berarti sisi luar sesuatu itu menarik, cantik dan menawan. Kalos juga mengandung arti, sedap dipandang mata, memikat dan penuh daya tarik, hanya dengan melihatnya seseorang berkeinginan memilikinya. Demikianlah kiranya hidup orang Kristen, harus benar-benar memiliki jati diri yang patut ditiru atau diteladani oleh orang-orang di sekitar kita. Kiranya kita Para hamba Tuhan yang melayani di tengah-tengah jemaat terpanggil untuk memberi pemahaman, pengertian sekaligus memotivasi warga jemaat agar mereka terdorong dan terpanggil untuk memberikan yang terbaik sebagai persembahannya kepada Tuhan

      Hapus
    6. Nama : fimanta Br Munthe
      Nim : 12. 01. 927
      Tingk/Jur : IV-A/Teologi
      NYANYIAN dan PADUAN SUARA
      Menurut analisa saya adalah Meskipun pandangan gereja-gereja mengenai paduan suara berbeda-beda, tetapi pentingnya nyanyian paduan suara dalam Liturgika menganggap paduan suara sebagai unsur yang tetap dari ibadah jemaat, yang nyata dalam bagan-bagan tata kebaktian gereja sejak abad-abad pertama. Nyanyian dan Paduan suara adalah tangan kanan pendeta atau pelayan firman, yang harus menunjukkan kemuliaan Surga. Pujian yang dinaikkan oleh paduan suara haruslah merupakan pujian di dalam Roh dan Kebenaran, seharusnya paduan suara harus mendukung jemaat untuk dapat melakukan hal yang sama. Menurut saya bahwa nyanyian dan paduan suara dalam liturgika tidak terpisahkan. Karena itu, di dalam ibadah, paduan suara bertugas melayani. Paduan suara haruslah bernyanyi bersama-sama dengan jemaat dengan cara: “menyokong” nyanyian jemaat, yaitu membantu jemaat menyanyikan lagu-lagu yang sulit, dan membawa semangat kepada jemaat, serta menyanyi bergiliran dengan jemaat, misalnya satu bait dinyanyikan oleh paduan suara, satu bait dinyanyikan oleh jemaat, kemudian bersama-sama. Nyanyian yang dinyanyikan sendiri, menurut Abineno, hanya boleh diperdengarkan sebelum kebaktian dimulai dan sesudah berkat.
      Ibadah dalam menurut Paulus menunjukkan dinamika tubuh Kristus. Tiap orang terlibat, tidak hanya menonton atau menerima pelayanan. Mengapa? Karena tiap orang memiliki sesuatu dari Roh Allah yang perlu ia bagikan demi keutuhan jemaat. Tiap orang bisa dipakai Allah untuk berkontribusi membangun iman jemaat. Baik yang secara resmi menjadi pejabat gereja seperti pengkhotbah (para nabi), pemandu pujian atau paduan suara, maupun yang bukan pejabat resmi, bisa berbagi fungsi pelayanan, bermacam karunia dari Roh, atau berbagi pengalaman hidup.
      Dalam Unsur-unsur liturgi adalah satu pemahaman dan satu perilaku beribadah yang benar dan berkenan selaku “Persekutuan Orang-Orang kudus”-nya Allah yang Mahakudus. Ibadah bukan untuk menyenangkan hati manusia tetapi Allah, Ibadah bukan pula suatu hiburan tetapi pujian dan persembahan. Ibadah merupaakan persekutu Allah dalam Kristus dengan manusia atas dasar Iman. Dalam hal ini harus dipahami bahwa Ibadah merupakan pelayanan Allah pada manusia dan respon manusia pada pelayanan Allah tersebut, bukan sebaliknya manusia melayani Allah. Oleh karena itu : Allah-iman-Kristus merupakan tiga pokok penting dalam ibadah. Itulah sebabnya juga Ibadah sinominim dengan iman dan selalu berkaitan dengan Allah dalam Kristus.

      Hapus
  31. Nama :Hafdon Tuah Purba
    NIM :12.01.929
    Ting / Jur :IV-A / Teologi
    Unsur-Unsur Liturgi: Votum, Salam dan Introitus
    G. Riemer menuliskan bahwa Luther menekankan penggunaan bahasa umum dalam keseluruhan ibadah berdasarkan keyakinannya, bahwa manusia diselamatkan karena mendengar Firman yang harus diterima dan dipahami sebaik-baiknya. Dalam suratnya kepada seorang ahli teologi, ia memohon bantuan “untuk mengikuti contoh nabi-nabi dan bapak-bapak apostolic, yang menukil mazmur-mazmur ke dalam syair bahasa Negara, agar Firman Allah diketahui secara umum melalui kidung-kidung ini”. Artinya, dalam hal ini kita juga bisa memahami bahwa Luhter menginginkan bawha model peribadahan kembali seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi dahulu. Beranjak juga dari sajian pertama kita dalam semester ini yang berjudul “Ibadah abad mula-mula” yang mengatakan bahwa nabi atau imamlah yang memimpin peribadahan mulai dari awal hingga akhir adalah pengkhotbah itu sendiri. Saya tidak ingin mengatakan bahwa peribadahan sekarang mulai dari awal hingga akhir itu harus dipimpin oleh pengkhotbah. Mengingat juga apa yang pernah dikatakan penyeminar kelompok satu dalam sajianya yakni, “Pendeta dapat memimpin ibadah dan Jemaat dapat berdoa, memuji Tuhan dst dalam ibadah Gereja itu hanya berlangusng karena Tuhan dan bukan kehebatan pendeta atau jemaat”. Kita garis bahwahi “pendeta memimpin peribadahan dan jemaat dapat berdoa”. Berdasarkan apa yang dikatakan Luther, Ibadah abad mula-mula dan kutipan penyaji kelompok satu setelah ujian tengah semester dapat dianalisa bahwa yang mengucapkan votum, salam, dan introitus itu adalah pengkhotbah. Pandangan saya ini juga bisa didukung oleh apa yang dikatakan J.L. Ch. Abineno, dalam bukunya Unsur-Unsur Liturgia, Jakarta: BPK-GM, tahun 1999, halaman 2 yakni “Votum adalah suatu keterangan khidmat atau janji yang khidmat. Votum disamakan dengan kata-kata pembukaan ketua rapat ketika memulai suatu rapat. Kata pembukaan ketua ini berfungsi menertibkan pertemuan yang tidak teratur menjadi pertemuan yang teratur. Demikian pula votum, melalui ucapan votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur. Jadi secara fungsional votum dan kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara derajat votum dan kata pembukaan dari ketua rapat itu berbeda, jika kata pembukaan ketua rapat itu berhubungan dengan aspek horizontal dari peserta rapat maka votum lebih dari itu, yaitu menyentuh aspek vertical (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Misalnya ketua rapat memulai rapat dengan mengatakan kata khidmat “saya membuka rapa” atau saudara-saudara kita akan segera memulai rapat kita. Sedangkan Votum “Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” (rumus votum ini menyangkut dengan Tuhan dan umat-Nya yang berkumpul).” Artinya pembukaan itu memang dipimpin oleh orang paling “besar” atau pengkhotbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting / Jur :IV-A / Teologi
      Pengampunan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Seiring dengan pendapat penyaji yang mengatakan bahwa “hadirnya istilah pengakuan dosa dalam ibadah jemaat disebabkan oleh pemahaman, bahwa sebelum jemaat menghadap Tuhan dalam hadirat-Nya ia harus dahulu mengaku dosanya; karena tampa pengampunan Tuhan ia tidak dapat melanjutkan ibadahnya.” Seperti yang kita ketahui bahwa dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti manusia menjauhkan diri dari Tuhan. Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja (diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan drinya sendiri serta merusak hubungan dengan Tuhan. Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Dosa ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak. Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama. Pemberitaan Anugrah dimasukkan dalam liturgi bersama-sama dengan pengakuan dosa salah satu alasan yang dipakai untuk memasukkan unsur ini ialah: kalau Allah tidak mengampuni dosa jemaat yang berkumpul dalam ibadah, pemimpin ibadah (pengkhotbah) sebentar tidak dapat memmberitakan firman. Berani berkata demikian karena telah diyakini bahwa Allah adalah Maha pengampun dan Maha penyayang yang selalu setia menunggu kedatangan anak-anaknya. Sangat sempurna menurut sata ketika ditetapkan pemberitaan anugerah itu dijalankan setelah jemaat mengakukan dosa-dosanya dihadapan Tuhan. Karena manusia yang berdosa bisa diterima dihadapan Allah yaitu dengan mangakukan dosa dari imannya sendiri. Denagn demikian gereja melalui mereka yang memiliki kuasa para rasul, menjadi saluran rahmat pengampunan dan pendamaian Allah dalam pengakuan dosa atau adanya pertobatan. dan yang dituntut dalam pertobatan bukan sekedar rasa sesal dan air mata, melainkan “metanoia” atau perubahan hati menjadi lebih baik dan seluruh sikap hidup. Yang diminta Allah dari manusia adalah niat baik dan usaha pertobatan yang dilakukan manusia. Allah selalu siap menerima orang yang bertobat.
      Sebelum pengakuan dosa perlu ada perenungan, dan perenungan bisa kita rasakan ketika kita bercermin dari hukum taurat dan kita perbandingkan dengan apa yang kita lakukan. Maksimal menurut saya ketika gereja yang menempatkan unsur ini sebelum pengakuan dosa dalam posisinya sedemikian,karena hukum dianggap sebagi cermin seperti yang dikatakan dalam sajian, “Dalam hal ini hukum Tuhan dibacakan agar umat menyadari bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, karena mereka tidak mampu melaksanakan hukum Tuhan.” Mari kita menyenangkan hati Tuhan malalui peribadahan yang telah diatur oelh gereja dengan tulus.

      Hapus
    2. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting / Jur :IV-A / Teologi
      Unsur Unsur Liturgi: Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
      Doa adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan, atau tanpa perkataan. Berbicara dengan Tuhan secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan, mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan. Doa itu seperti kebun. Artinya ialah dimana ketika dipelihara maka doa akan berbuah. Doa bisa dilakukan dengan berbagai cara, lakukanlah sesuai dengan cara bagaimana anda nyaman. Ketika kita telah memelihara doa, maka kuatkanlah doa kita dengan pembacaan Alkitab. Karena hubungan antara pembacaan Alkitab dengan khotbah sangat erat, karena apa yang telah dibacakan harus diberikan juga artinya (Luk.4:16-22; Kis.13:15). Luther dan Calvin menekankan juga hubungan yang erat antara pembacaan Alkitab dan khotbah, bahkan mereka katakan jikalau pembacaan Alkitab tidak ditafsirkan dan diterangkan, maka ia tidak ada gunanya bagi jemaat dan tidak membangun jemaat. Kalau kita mengamati pada Gereja-Gereja Reformasi, khotbah mendapat tempat sentral dan seolah-olah menguasai keseluruhan ibadah. Anggapan demikian tentunya kurang tepat sebab khotbah adalah salah satu unsur saja dari liturgi, sama pentingnya dengan doa, nyanyian, dan sebagainya. Berdasarkan prinsip ini tidak mungkin ada pembacaan Alkitab yang berdiri sendiri, artinya yang sama sekali terlepas dari khotbah. Juga tidak mungkin untuk menggantungkan khotbah itu pada nast yang tertentu. Sehingga lebih tepat kalau pelayan berkhotbah tentang suatu prikop seluruhnya. Bila pelayan tetap mau memakai nast, maka nast itu hendaknya merupakan rangkuman (inti) dari pembacaan Alkitab atau peyungguhan dari apa yang dimaksudkan oleh pembacaan itu”.


      Hapus
    3. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting/Jur :IV-A/Teologi
      Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Pada setiap kebaktian minggu kita mengucapkan sebuah pengakuan iman kepada Tuhan, Allah kita. Pengakuan iman yang umum dipakai di seluruh dunia adalah Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan pengakuan Iman Athanasius.
      Dalam mengucapkan pengakuan iman sering kita mengawalinya dengan ucapan: “Bersama dengan gereja segala abad dan tempat…” Ini berarti pengakuan iman kita itu mengikatkan diri kita dalam kesatuan Roh dengan gereja segala abad-abad yang lampau, gereja pada masa kini maupun gereja yang akan datang. Suatu ikatan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pengakuan iman mempersatukan kita dengan sesama pengikut Kristus, baik dengan mereka yang masih hidup maupun dengan mereka yang telah meninggal di segala abad dan tempat.
      Dalam pelaksanaannya, pengakuan iman Rasuli merupakan rumusan pengakuan iman yang sering dipergunakan dalam ibadah jemaat. Sebab menyatakan pengakuan iman berhubungan dengan rahasia kehidupan kita yang paling pribadi dan sangat prinsipil. Oleh sebab itu, seluruh kehidupan kita haruslah dipengaruhi oleh penghayatan nilai-nilai yang ada dalam rumusan pengakuan iman Sehingga segenap tindakan kita adalah suatu tindakan yang memberikan kesaksian nyata tentang kebenaran Allah yang terungkap dalam pengakuan iman yang kita ucapkan. Jadi dalam mengucapkan pengakuan iman tidak boleh asal diucapkan melainkan harus dihayati betul dan dilaksanakan dalam praktek kehidupan sehari-hari, seperti yang tertulis di Yakobus 2:26 “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
      Pengakuan iman yang kita ucapkan dalam ibadah tidak saja merupkan bagian liturgi tetapi juga merupkan janji kita untuk terus berpegang pada dasar-dasar iman yang benar, taat dan setia kepada Kristus Yesus sampai kapan pun walaupun hambatan untuk menyatakan ketaatan dan kesetiaan itu sangat sukar.
      Pengakuan iman rasuli senantiasa diawali dengan ucapan “Aku percaya,” kata “Aku” menunjuk kepada diri kita yang mengucapkan pengakuan iman tersebut. Meskipun demikin, kata “Aku” ini jangan dipahami dalam arti sempit, yaitu hanya sebagai pengakuan pribadi yang telah mengambil keputusan beriman kepada Allah dalam Yesus kristus; melainkan juga sebagai wujud kesatuan kita dengan gereja segala abad dan tempat yang mengaku Yesus kristus adalah Tuhan.
      Perlu diperhatikan bahwa pengakuan iman bukanlah sebuah doa, Pengakuan iman merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang kita yakini dengan benar perihal pokok-pokok iman kita kepada Allah. Oleh sebab itu, dalam mengucapkan pengakuan iman kita jangan mengambil sikap doa (menundukkan kepala, melipat tangan dan memejamkan mata) melainkan mengambil sikap tegap, berdiri sempurna, pandangan lurus ke depan dan dengan suara mantap mengucapkan tiap baris rumusan pengakuan iman yang kita ucapkan.

      Hapus
    4. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting/ Jur :IV-A / Teologi
      DOA SYAFAAT
      C. Peter Wagner dalam bukunya, Prayer Shield, (Regal Books, 1992), memberikan penjelasan bahwa kebanyakan orang mengidentikkan bersyafaat dengan DOA. DOA adalah berbicara kepada atau berdialog dengan TUHAN, namun pengertian doa syafaat berbeda dengan doa biasa. Doa syafaat adalah datang kepada TUHAN untuk atau bagi orang lain, bukan untuk diri kita, atau dengan kata lain bisa dikatakan bhwa semua Doa syafaat adalah DOA, namun tidak semua DOA adalah Doa Syafaat. Doa syafaat berarti berdoa untuk orang lain atau sesuatu yang bukan kebutuhan kita probadi, namun mencakup kebutuhan orang lain atau kebutuhan yang lebih luas, seperti termasuk didalamnya mendoakan lingkungan, bangsa, gereja, negara lain, orang-orang lain, dan lain sebagainya. Dalam bahasa Inggris kata yang dipakai adalah intercession yang artinya adalah seseorang yang datang mendekat dan berdoa dihadapan Allah untuk menggantikan posisi orang lain. Doa syafaat dimulai dengan belas kasihan supernatural yang sama, yang artinya bahwa kepedulian seperti itu adalah suatu karunia yang datangnya hanya dari Tuhan. Dia memberikan kepada siapa saja dan kepada semua orang percaya yang mau menyediakan dirinya bagi Tuhan. Karena hanya Tuhan yang dapat memberikan perasaan ini, maka kita harus mendekatkan diri kepada Dia yang mendapatkanya, dan kalau kita sudah berada dekatNya dan kita berdoa syafaat kepadaNya maka apa yang kita hadapi serasa tidak mampu kita untuk melewatinya lewat doa syafaat apa dan siapa yang kita doakan akan dikuatkan serta dimampukan untuk melewatinya. Paulus berkata kepada orang percaya untuk hidup dalam kasih (Efesus 5:2), atau dengan terjemahan lain dikatakan hendaklah kamu penuh dengan kasih, artinya setiap orang harus dipenuhi oleh Roh Kudus Tuhan. Ini berarti kita harus banyak meluangkan waktu untuk berada dalam hadiratNya dan bersekutu dengan Dia. Dari semua itu dapat kita analisa bahwa belas kasihan adalah jantung hati doa syafaat, dan berdasarkan belas kasihlah maka kita akan mendoakan orang-orang lain. Gereja adalah alat Tuhan untuk meberitakan kasihNya, maka gereja harus perusat kepada Kristus. Karena gereja berpusat pada Kristus dan Kristus itu sendiri penuh dengan doa syafaat maka gereja juga harus berdoa syafaat bahkan gereja harus menjadikan doa syafaat itu bagian dari liturgi dalam peribadahan. Karena doa syafaat adalah salah satu unsur yang penting untuk mewujudkan peribadahan yang menyenangkan hati Tuhan, dan doa yang benar serta menyampaikan setiap pergumulan dengan yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menjawab doa. Menyenangkan hati Tuhan dalam peribadahan adalah hal yang sangat penting dalam mewujudkan peribadahan yang baik sehingga dalam peribadahan yang baik iman jemaat dapat semakin bertumbuh dan berkembang serta mewujudkan dengan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan dan dalam kehidupan jemaat sehari-hari yang penuh dengan pergumulan mereka merasa mampu karena Tuhan memberikan semangat baru kepada mereka yang didoakan lewat kuasa doa syafaat.

      Hapus
    5. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting / Jur :IV-A / Teologi
      Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Pemberian Jemaat adalah ungkapan syukur manusia kepada Allah akan kasih setiaNya yang selalu melimpah di dalam kehidupan manusia. Pemberian jemaat ini juga dipakai bukan untuk membuat sebuah Gereja menjadi kaya tetapi membuat Gereja menjadi saksi dan alat Allah di dunia ini. Jadi jika ada gereja yang hadir didunia ini memiliki motivasi keduniawian maka hal itu perlu diperhatikan agar memang hakikat sebgai Gereja selalu melekat di dalam Gereja. Sebab melalui pemberian jemaat, kerajaan Allah ditengah dunia semakin dinyatakan.
      Dalam Perjanjian Lama, Allah menuntut pemberian yang terbaik (Imamat 1:3,10; Bilangan 18:12). Allah menghendaki domba yang tidak bercela dan minyak serta hasil-hasil ladang yang terbaik. Perjanjian Baru pun menuntut pemberian yang terbaik dan sesuai dengan pendapatan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa Allah tidak menetapkan standar mutlak mengenai persembahan dalam Perjanjian Baru seperti dalam Perjanjian Lama. Di bawah hukum Perjanjian Baru, tidak ada peraturan yang menyuruh kita memberi sepuluh persen dari pendapatan kita. Namun bukan berarti jumlah yang harus kita beri dan cara memberikan persembahan itu sesuka hati kita.
      Cara untuk memberi terdapat dalam 1 Korintus 16:1-2. Ayat ini bukan milik orang Korintus semata, tetapi juga mengikat semua orang yang menyebut dirinya pengikut Kristus (1 Korintus 1:2). Selain itu, instruksi yang sama juga diberikan kepada Jemaat-jemaat yang ada di Galatia (1 Korintus 16:1; 4:17). Oleh sebab itu, kita juga jemaa-jemaat sekarang juga harus member, seperti pepatah mengatakan “Ikan teri ikan tenggiri semakin member semakin diberkati” aritinya Allah tidak pernah tinggal diam terhadap apa yang kita lakukan, selalu ada upah akan dilimpahkanNya pada kita yang memberi. Termasuk dalam hal persembahan didalam kebaktian. Adapaun yang menjadi prinsip-prinsip dalam hal member adalah sebagai berikut:
      1. Menyerahkan diri sepenuhnya (2 Korintus 8:5; Roma 12:1; 1 Korintus 6:19-20),
      2. Menabur banyak (2 Korintus 9:6,10,11; Lukas 6:38),
      3. Iklas dan bersukacita (2 Korintus 8:8 ; 9:7),
      4. Memprioritaskan kerajaan Allah (Matius 6:33),
      5. Peliharalah kekonsistenan seperti halnya dalam menabung (bandingkan Matius 6:19-21).
      Persembahan adalah bagian penting dalam kebaktian, oleh sebab itu orang Kristen tidak boleh menganggap remeh dalam hal member baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia.

      Hapus
    6. Nama :Hafdon Tuah Purba
      NIM :12.01.929
      Ting / Jur :IV-A / Teologi
      Nyanyian Dan Paduan Suara
      Ada tertulis dalam alkitab “Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu, yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun (1 Kor. 14:26).” Mazmur, Daud telah melaukannya baik dalam bentuk nyanyian, music, tari-tarian dan lain sebagainya. Bentuk ekspresi dari music dalam ibadah gereja adalah paduan suara. Rasanya hampir semua gereja memilikinya, bahkan beberapa gereja memiliki dalam jumlah besar berdasarkan setiap kategori usia, misalnya Paduan Suara Komisi Anak, Paduan Suara Komisi Remaja, Paduan Suara Komisi Pemuda, Paduan Suara Komisi Wanita, dan lain sebagainya (tapi sayang, hal inilah yang sangat kurang dalam gereja-gereja suku secara khusus yang berada di desa-desa). Setiap ibadah Minggu, biasanya ada paduan suara yang membawakan satu atau dua lagu. Bahkan banyak paduan suara dibentuk oleh anggota jemaat untuk menjalankan fungsi-fungsi lain seperti mengikuti lomba atau mengadakan konser. Secara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa paduan suara adalah sekelompok orang yang bernyanyi, yang dipandang sebagai sarana saling berbagi dalam pelayanan firman, dan bernyanyi kepada jemaat. Semakin disadari bahwa salah satu fungsi utama paduan suara adalah memimpin nyanyian jemaat, bernyanyi dengan jemaat, karena bagaimanapun, paduan suara harus seerat mungkin dengan jemaat, bahkan bila mungkin bercampur dengan mereka.
      Paduan suara juga jelas harus dibedakan dari nyanyian jemaat yang termasuk dalam kategori community singing, meskipun sama-sama adalah sekelompok orang yang bernyanyi bersama-sama. Perbedaan ini karena ada musik yang secara khusus diciptakan untuk paduan suara, dan ada musik yang diciptakan untuk nyanyian jemaat, yang biasanya berbahasa sederhana, tidak terlalu pribadi kata-katanya, tidak rumit lagunya, baik dalam bentuk, syair dan melodinya, serta harus stabil dan tidak berubah-ubah dari bait ke bait. Nyanyian umat dan nyanyian koor mempunyai fungsi mendidik dan mengembalakan. Dan sesungguhnya setiap nyanyian berfungsi menyentuh, membangun dan menguatkan setiap orang yang mendengarnya dan yang paling utama adalah harus dutujukan untuk penyembahan Tuhan. Oleh karena itu, kebiasaan buruk untuk memassukkan terlalu banyak nyanyian jemaat dalam tata ibadah perlu ditinjau kembali, dan lebih baik menyanyikan empat lagu yang lengkap daripada 8 lagu yang dipenggal-penggal, karena hal tersebut sangat mengganggu dalam hal penghayatan.
      Dari uraian di atas, kita dapat menilai paduan suara dan nyanyian di dalam gereja kita masing-masing. Banyak dari paduan suara yang ada belum menjalankan fungsinya dengan baik, begitujuga nyayian dalam jemaat. Untuk dapat mendukung ibadah dengan baik, paduan suara harus dapat bernyanyi dengan baik, artinya harus memiliki kemampuan vokal yang cukup, yang bisa didapatkan dengan latihan yang sungguh-sungguh. Paduan suara tidak bisa hanya sekadar menyanyi saja, melainkan harus bisa membawa nuansa kemegahan sehingga menggugah jemaat untuk turut serta bernyanyi untuk kemuliaan Tuhan.

      Hapus
  32. Nama : Rosalina Simanullang
    Nim :12.01.960
    Ting/Jur : IV-A/Theologia
    Hal : UAS Berjalan
    Sajian 1 : Votum, Salam dan Introitus

    Dalam unsur-unsur liturgi votum, salam, dan introitus ada sebuah pengantara dalam peribadahan itulah yang sering disebut dengan liturgis Liturgis adalah sebagai media Allah untuk menyampaikan votum, salam, dan introitus kepada jemaat. Allah menyampaikan pesannya melalui liturgis dan liturgis menyampaikan pesan Allah kepada jemaat demikian juga sebaliknya seorang Liturgis juga sebagai perwakilan jemaat untuk menyampaikan pujianNya kepada Allah. Setiap peribadahan yang dilakukan oeh umatNya seharusnya memuliakan Allah yang Kudus itu dengan menunjukan kehormatan kita kepada Allah sang pemilik kita karena itu, kita diharapakan untuk menjaga sikap tubuh kita sehingga peribadahan tersebut adalah peribadahan yang penuh hikmat. Ketika peribadahan sudah dimulai melalui votum dimana peribadahan yang di buka dalam Allah Tritunggal harus benar-benar dimaknai oleh umat, kedisiplinan jemaat dan pelayan menunjukkan bahwa jemaat menghargai saat-saat peribadahan dengan Allah dan tidak mau melewatkan saat-saat bersama Allah. Dalam unsur-unsur liturgi votum, salam, dan introitus ada sebuah pengantara dalam peribadahan itulah yang sering disebut dengan liturgis. Votum diucapakan pada permulaan ibadah dimana anggota-anggota jemaat yang datang berkumpul dalam ruang ibadah berubah menjadi sebuah persekutuan orang percaya dan Allah hadir disana. Votum juga menyatakan agar umat atau persekutuan menaikkan pujian kepada Tuhan atas kekudusanNya, kekuatanNya yang besar, dan segala kebaikanNya. Memuji Tuhan dengan bersyukur, dan menyerukan namaNya. Bernyanyi dan bermazmur bagiNya dengan bermegah dalam namaNya yang kudus. Melalui Votum pertemuan jemaat menjadi pertemuan yang teratur karena Votum menyentuh aspek vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan aspek horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Salam bukan berkat, melainkan tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Salam ini juga dapat dikatakan sebagai sapaan Allah kepada jemaat yang bersekutu dengan dirinya. Melalui salam Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai jemaatNya. Jemaat juga harus menyambutnya dengan mengatakan “Amin, Amin, Amin” yang artinya jemaat meyakini, membenarkan dan mengiakan bahwa Allah sungguh hadir ditengah-tengah jemaat-Nya. Introitus pada hakekatnya adalah nyanyian jemaat namun introitus juga merupakan pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nats Alkitab yang diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu yang menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana Perayaan MingguGerejawi tertentu yang kemudian disambut jemaat dengan menyanyikan “Haleluya” yang artinya “Pujilah Tuhan”. Sambutan jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan unsur kebersamaan. Doa ini disampaikan bersama memohon agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah tersebut. Ketiga unsur diatas dapat membangun spritualitas jemaat dalam peribadahan kepada Allah melalui kedisiplinan, kehikmatan ibadah tersebut sehingga ibadah yang kita lakuakan adalah menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rosalina Simanullang
      Nim :12.01.960
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah dan Hukum
      Setelah manusia jatuh kedalam dosa, tidak seorangpun yang layak datang kehadirat Tuhan yang Maha Kudus sebab Kekudusan tidak akan pernah bisa bercampur dengan dosa. Untuk itulah Yesus hadir untuk merobohkan tembok pemisah antara manusia dengan Allah. Kehadiran Yesus ditengah-tengah dunia ini adalah hadir untuk memperdamaikan hubungan Allah dengan manusia, manusia dengan manusia, semua adalah atas dasar karena Kasih. Didalan PL dijelaskan bahwa setiap orang yang berdosa diperintahkan Allah untuk memepersembahkan binatang supaya manusia bisa memperoleh pengampunan dosa. Binatang menjadi pengganti – yaitu binatang mati untuk orang yang berdosa dan persembahan binatang sudah tidak diperlukan setelah karya salib Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah korban yang paling besar dan menjadi satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5).
      Dalam peribadahan pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah dan hukum memiliki kedudukan yang penting dalam peribadaha. Doa pengakuan dosa adalah adalah doa pengakuan dosa dihadapan Allah yang mana umat mengakui segala keterbatasan, kelemahan, dan ketidaksempurnaan manusia sebab manusia sering mendukakan hati Tuhan. Sehingga umat yang mengaku atas dosanya akan dilayakkan untuk memuji Allah yang Kudus. Dalam permohonan pengakuan dosa kepada Tuhan, supaya dosa kita diampuni kita tidak boleh lupa bahwa kita juga harus bisa mengmpuni saudar-saudar ataupun orang-orang yang bersalah kepada kita dan membersihkan diri kita dari dendam supaya kita juga mendapatkan pengampunan dosa dari pada Allah. Pemberitaan anugerah adalah pernyataan anugerah pengampunan dosa terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di kayu salib dimana pemberitaan anugerah mengantarkan umat berdosa pada kelayakan untuk menerima firman dan berkat Allah. Setelah kita melakuakan pengampunan doa dan mendapatkan pemberitaan anugerah maka akan diikuti oleh pemabacaan Hukum Taurat sebagai petunjuk hidup baru. Hukum Taurat membawa kita kepada pengertian akan banyaknya pelanggaran yang telah kita lakukan. Karena Hukum Taurat berfungsi sebagai dasar pemerintahan Tuhan (Mazmur 89 : 15), dasar untuk menghakimi (Yakobus 2 : 12 dan 1 Yohanes 5: 3), sebagai cermin dosa (Roma 3:20, Rom 4:15 dan Rom 7:7), Penuntun (Galatia 3:24), menghasilkan kutuk (Galatia 3:13), dan penuntun sampai Kristus datang (Galatia 3:24). Hukum taurat bukan sebagai jalan untuk mendapatkan keselamatan (Galatia 3:15-18), Selain itu Hukum Taurat menunjukkan bahwa dosa bukan saja bagian dari kondisi alamiah manusia, tetapi merupakan sebuah pelanggaran hukum Allah (Roma 3;20; 5:13,20; 7:7,8,13) itulah sebabnya mengapa Paulus mengatakan, “Di mana tidak ada Hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran (Roma 4:15). Untuk itu datanglah, akui segala dosa pelanggaranmu, maka Allah sumber Berkat akan membuka tanganNya dan akan menerima kita kembali kedalam pelukanNya sebab kita adalah anak-anak yang dikasihiNya dan hidupilah pertobatanmu sehingga kita bisa bersukacita dan memuji Tuhan dengan sukacita sebab Kemuliaan hanya bagi Allah. Sehingga apa yang kita lakukan adalah untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    2. Nama : Rosalina Simanullang
      Nim :12.01.960
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian 3 : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Kotbah
      Dalam ibadah Protestan, pembacaan Alkitab dan Renungan mendapat tempat yang sentral atau mendapat porsi waktu yang cukup lama dari unsur-unsur lainnya karena ibadah Protestan sentralnya adalah Firman Tuhan (Sola Skriptura). Dalam Bacaan Alkitab itulah tercermin bagaimana Tuhan bertemu dengan umat-Nya. Tetapi karena sabda Tuhan itu ditulis dalam budaya (Ibrani dan Yunani) maka perlu diberi penjelasan atau homilia sehingga jemaat mengerti Tuhan yang berbicara kepada-Nya atau Tuhan yang dijumpai di Ibadah Gereja. Supaya isi Alkitab yang dibacakan dapat dimengerti maka perlu berdoa mohon pencerahan Roh Kudus. Sebelum pembacaan Firman Tuhan, maka pelayan Firman akan menaikkan doa, doa di bagian ini adalah doa untuk memohon pimpinan Roh Kudus dalam rangka pembacaan dan penguraian Firman Tuhan (dulu sering disebut dengan doa epiklese), inilah fungsi doa pelayanan Firman, yaitu sebagai harapan agar Tuhan sendirilah yang menyertai dan menolong pembacaan dan pemberitaan Firman dan pembacaan firman Tuhan yang sudah ditentukan selalu dihubungkan dengan isi khotbah.
      Doa adalah napas hidup orang percaya dan melalui doa kita akan menghubungkan diri dengan Tuhan, mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan, mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan. Di dalam Markus 11:24, karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Sedangkan Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari setiap kebaktian gereja. Pembacaan itu telah temui dalam ibadah sinagoge. Disana dibacakan kitab taurat dan kitab nabi-nabi. Kebiasaan ini diambil alih oleh perjanjian baru, salah unsur dari ibadah jemaat pada waktu itu ialah pembacaan surat-surat rasul paulus. Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari setiap kebaktian gereja. Sejak dahulu pembacaan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah. Pembacaan firman Tuhan sebagai Epistel dibacakan untuk menghantar jemaat kepada khotbah. Pembacaan firman Tuhan yang diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengikuti tradisi Gereja dari abad pertama. Pembacaan ini dikaitkan dengan nas khotbah supaya saling melengkapi. Fungsi pembacaan ini membawa jemaat ke dalam suatu hubungan yang hidup dengan firman Allah di dalamnya ada ajaran, penguatan, tuntunan hidup baru, pengharapan dan penghiburan. Khotbah berasal dari perbendaharaan bahasa Arab Khotbah yang berarti Uraian yang disampaikan dalam ibadah tentang ajaran agama sedangkan bahasa Ibrani hanya memiliki kata benda untuk menjelaskan pelaku khotbah, walaupun bahasa Arab dan Ibrani berasal dari satu rumpun bahasa. Dalam bahasa Ibrani pelaku Khotbah disebut ”Qohelet” akar kata Qahal yang digunakan untuk menjelaskan fungsi seorang pemuka masyarakat yang berbicara dan menyampaikan ajaran Tuhan. Khotbah adalah sarana untuk menyampaikan dan mengungkapkan serta memperkenalkan karya penyelamatan Allah kepada dunia dan manusia di dalamNya. Karena itu sangatlah benar jika isi khotbah itu adalah apa saja yang sudah dikerjakan Allah bagi keselamatan manusia dan apa saja yang telah dibuktikan-Nya kepada dunia. Sehingga seorang pengkhotbah yang baik haruslah memahami tujuan pekerjaannya, yaitu: agar dunia diselamatkan dan manusia ditebus serta menjadi percaya, bahwa dalam dan melalui Yesus Kristus, Allah telah menyatakan diri-Nya di hadapan Manusia. Karena itu isi Khotbah harus memenuhi Amanat Kristus, membangun persekutuan Jemaat, bertumbuh ke arah Kristus. Ketiga unsur ibadah ini adalah satu rangkaian peribadahan yang tidak dapat dipisah, karena sebelum penjelasan khotbah, maka harus dimulai dengan doa, dan membaca Alkitab, setelah itu baru penjelasan khotbah agar umat dapat sama-sama belajar untuk mengerti akan firman Tuhan sehingga semakin banyak jiwa yang terselamatkan sehingga ibadah yang kita lakukan hanya untuk menyenagkan hati Tuhan.

      Hapus



    3. Nama : Rosalina Simanullang
      Nim :12.01.960
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian 4 : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Pengakuan Iman merupakan: Ikrar atau tekad iman kita kepada Allah, ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggung jawab iman kita di hadapan Allah, wujud penghormatan dan ibadah kita kepada Allah, kesaksian kita atas kebenaran dan kehendak Allah. Pengakuan iman bukan hanya dilakukan di dalam gedung gereja saja namun secara konkrit perlu kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari dimana pengakuan ini ditujukan kepada Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Melalui pengakuan iman ini umat mengakui keberadaan Allah, tindakan Allah, sumber dan akhir kehidupan, yang mengatur ciptaan dan memberi kehidupan kepada manusia di dunia dan di akhirat. Melalui pengakuan iman umat menunjukkan identitasnya di dunia ini sebagai orang yang beriman dan mengungkapkan bahwa dalam karya Allah melalui Yesus Kristus, umat memperoleh kehidupan serta kesatuan orang percaya di dalam Yesus sebagai dasar mempersatukan segala latar belakang kemajemukan manusia. Di kalangan gereja pada masa patristik (bapa-bapa gereja, 100-451) kata Yunani symbolum atau Latin symbola (: simbol, lambang, tanda pengenal) digunakan untuk menunjuk pada kredo (pengakuan iman) yang diterima gereja dan wajib dipegang oleh semua orang Kristen. Ada tiga kredo atau pengakuan iman dari gereja masa itu yang diterima secara universal di seluruh gereja, dan karena itu disebut ketiga simbol oikumenis dimana ketiga simbol oikumenis itu adalah: Symbolum Apostolicum (Pengakuan Iman Rasuli) yang lahir di Gereja Barat (Eropa Barat kuno dan berbahasa Latin, Symbolum Niceano-Constantinopolitanum (Pengakuan Iman Nicea-Konstatinopel) yang lahir di Gereja Timur (Eropa Timur kuno dan berbahasa Yunani) tahun 381, dan Symbolum Athanasianum (Pengakuan Iman Athanasius) yang juga disebut menurut kata pertama dalam bahasa Latin Symbolum “Quicunque” (Pengakuan Iman “Barangsiapa”). Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel mempunyai latar belakang pembaptisan. Persyaratan dasar bagi para petobat baru yang mau dibaptis ialah, bahwa mereka diharuskan menyatakan imannya di depan umum. Kredo atau pengakuan iman itu nampaknya muncul sebagai pernyataan iman yang seragam yang harus diucapkan oleh para petobat baru yang mau dibaptis. Baptisan itu sendiri awalnya dilayankan bagi orang-orang dewasa dimana orang-orang yang akan dibaptis harus menyatakan lebih dahulu apa yang dipercayai oleh gereja. Untuk melawan pengajaran-pengajaran sesat yaitu ajaran Gnostik, Marcion, dan Montanisme, maka Gereja memakai tiga senjata untuk malawannya yakni: Kanon (PL dan PB: kanon PB selesai tahun 367 di bagian Timur Romawi sedangkan bagian Barat Romawi tahun 382, Pengakuan Iman (Macam-macam pengakuan iman: PIR, PIN, PIK dst), Pewarisan Jabatan Rasuli (suksesi rasuli, apostolik succession gereja). Pengakuan iman adalah Ketika kamu sudah menjadi milik Allah dimana mengucapkan pengakuan Iman percaya bahwa Yesus Kristus ada dihadapan saya dan saya akan mengungkapan cinta saya yang seolah menjadi “mantra” kamu benar milik kristus dan Kristus adalah milikmu. Pengakuan Iman Rasuli sama pentingnya dengan dua kalimat syahadat yang akan diucapakan sebagai ikrar dari orang tersebut jika ingin masuk menjadi Islam. Pengakuan Iman memiliki edukai karena pengajaran, peneguhan bagi orang percaya sehingga dia mengimani Allah Tri Tunggal benar-benar menjadi miliknya. Dan ikrarkan lah itu dengan suara lantang, posisi tegak dan dengan keyakinan dari hati sehingga melalui pengakuan kita Allah dipermuliakan dan kita bisa menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    4. Nama : Rosalina Simanullang
      Nim :12.01.960
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian 5 : Doa Syafaat

      Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah dan dapat juga dikatakan bahwa Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya) dalam bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anak-Nya yang datang meminta, mencari & mengetok (Matius 7:7-8). Untuk itulah melalui doa-doa yang dipanjatkan, umat manusia berharap bahwa Allah akan mengabulkan permintaannya dan memberikan perlindungan, ketenangan didalam hidupnya. Didalam gereja pada saat ini, kita menemukan dalam unsur-unsur liturgi di Gereja bahwa Doa Syafaat ini ada didalam peribadahan. Hal ini menunjukkan bahwa memang gereja pada saat ini menyadari bahwa Tuhanlah yang akan memberikan perlindungan dan pertolongan bagi mereka. Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain karena doa syafaat tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk bangsa dan negara dan dapat dikatakan bahwa ntinya adalah doa syafaat ini adalah ada dsekitar kita. Alkitab mencatat perihal doa syafaat. Misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1Tim. 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); dan semua orang (1 Tim.2:1). Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomora. Dalam Perjanjian Baru sebagai pendoa syafaat utama, Kristus digambarkan dan karena itu, semua orang doa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Yesus sendiri melakukan doa syafaatnya untuk murid-muridNya (Yoh. 17:1-16). Yesus berdoa supaya murid-muridNya menjadi satu (UT OMNEST UNUM SINT) sebab Yesus akan meninggalkan mereka. Dalam gereja batak dikatakan bahwa doa syafaat itu adalah tangiang pangondianon yang artinya adalah doa untuk perlindungan, doa penyertaan, doa pertolongan yang dipanjatkan untuk Allah supaya jemaat itu mendapatkan perlindungan, pertolongan dan penyertaan untuk menjalani hidup yang penuh dengan tantangan. Pada saat ini doa syafaat ini dipanjatkan oleh orang-orang Kristen untuk orang-orang yang mengalami penganiayaan dimana orang Kristen pada saat ini tidak bisa beribadah secara bebas. Karena orang-orang Kristen pada saat ini banyak mengalami penekanan-penekanan, sangat kental dengan kondisi yang sangat sulit. tanpa perlindungan Tuhan, jemaat tidak akan berani untuk menghadapinya. Dalam doa syafaat yang dilakukan di gereja pada saat ini adalah bahwa pendoa syafaat akan berdoa bagi semua jemaatnya, namun kecendrungan yang paling banyak didoakan adalah orang-orang yang memberikan ucapan syukur kepada gereja baik karena sukacita bahkan dukacita yang mereka alami, namun yang perlu kita ingat adalah bahwa dalam melakukan doa syafaat ini perlu kita harus benar-benar memiliki sikap kerendahan hati, penyerahan yang sungguh-sungguh bahwa kita sangat tidak bisa lepas dari perlindunagn Tuhan, dari pertolongan Tuhan, dan kita sangat memerlukan penyertaan Tuhan dalam menjalani hidup ini terlebih untuk memperjuangkan iman percaya kita ditengah-tengah dunia ini sehingga hidup kita akan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
    5. Nama : Rosalina Simanullang
      Nim :12.01.960
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian VI : Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab

      Dalam PL, kata yang dipakai untuk menyebut persepuluhan adalah maser yang berasal dari bahasa Aram Asher yang artinya kekayaan. Persepuluhan merupakan hak milik Allah, memberikan kepada Allah apa yang memang menjadi milik-Nya. Di dalam Perjanjian Lama orang yang pertama sekali memberi korban persembahan kepada Tuhan adalah Kain dan Habel (Kej. 4:3-5). Mereka masing-masing membawa persembahan Khusus kepada Tuhan. Fungsi di dalam memberikan persembahan ialah sebagai rasa terima kasih, untuk berdamai dengan Tuhan dan untuk mengiringi Ibadah. Dalam Perjanjian baru persembahan adalah lambang penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga dalam hal ini Yesus sendiri mempersembahkan korban kepada Allah seperti halnya orang Yahudi (Mat. 17:29). Paulus menyajikan suatu dasar teologis dan alkitabiah bagi permintaannya dalam masalah keuangan. Setiap orang yang memberi dengan bebas. Allah tidak terbatas dalam memberi karunia dimana tugas orang beriman diminta untuk merefleksikan kemurahan Allah dalam keprihatinan terhadap kaum miskin sambil bertindak sebagai pelayan Allah. Semua tindakan saling berbagi ini didorong oleh keinginan untuk mewartakan nama Allah dan menyampaikan syukur yang sudah selayaknya bagi Allah.
      Orang Kristen yang telah merasakan kasih Tuhan dan memperoleh sukacita daripada Tuhan hendak memberi persembahan menurut kerelaan hatinya, jangan karena paksaan. Karena Allah menginginkan umatNya memberi dengan sukacita. Dengan memberikan persembahan secara benar, jemaat Tuhan belajar prinsip anugerah dan keajaiban pemeliharaan Allah yaitu dengan bersikap murah hati dalam memberi jemaat akan beroleh kemurahan hati Allah, orang Kristen harus memberi dengan sukarela bukan terpaksa, Allah tahu pengorbanan orang yang memberi persembahan, ia memelihara mereka, memberi sebagai wujud perhatian dan kasih kepada jemaat yang perlu sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Supaya berkat yang telah dilimpahkan Tuhan kepada kita dapat kita jadikan sebagai alat Tuhan untuk membangun kerajaanNya ditengah-tengah dunia ini. Melalui pemberian jemaat yang didasari dengan sukacita dan juga kerelaan hati akan menyenangkan hati Tuhan. Jika kita melihat bahwa gereja Batak juga dapat berkembang cepat itu hanya oleh pemberian jemaat yang digunakan Gereja sebagai alat Tuhan di dunia ini untuk memuliakan nama Tuhan. Pertumbuhan yang dimaksud adalah bukan hanya fisik (gedung) saja melainkan juga secara pelayanan gereja (rohani). Gereja-gereja Batak juga menjalankan Tri Tugas panggilanya sebagai Gereja dan sebagai berkat.

      Hapus
    6. Nama : Rosalina Simanullang
      Nim :12.01.960
      Ting/Jur : IV-A/Theologia
      Hal : UAS Berjalan
      Sajian VII : NYANYIAN dan PADUAN SUARA
      Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Istilah “paduan suara” telah ditemukan di dalam Alkitab Perjanjian Lama (misalnya Ezra 12:13, 38, 40). Sepanjang sejarah Gereja ada “Chorus” dalam liturgi. Dari kata itu berkembang kata “Koor” yang kita kenal. Di Gereja Katolik, maupun di gereja-gereja Protestan dirasakan perlunya paduan suara yang trampil, tapi yang dapat memahami fungsi liturgisnya. Salah satu unsur liturgi yang sangat penting ialah nyanyian jemaat. Tetapi sayang, unsur penting ini sering kali diabaikan, dianggap kurang berarti dan tidak perlu ditekuni dengan penuh perhatian. Nyanyian jemaat perlu didukung oleh organisasi Gerejawi, dan salah satu penunjangnya ialah paduan suara. Para Reformator Gereja pada abad ke-16 sangat mementingkan nyanyian jemaat. Untuk itu mereka menugaskan para penyair dan musisi untuk pengadaan nyanyian, mereka mengangkat guru-guru nyanyi dan mengerahkan kaum muda-mudi untuk berfungsi sebagai “Chorus” yang menentukan nyanyian jemaat dan bernyanyi bergilir-ganti dengan jemaat, dipimpin oleh prokantor (Kordinator musik Liturgi: mempersiapkan sebuah bahan, termasuk untuk paduan suara dan penggiringnya).
      Nyanyian umat dan nyanyian koor mempunyai fungsi mendidik dan mengembalakan. Fungsi paduan suara adalah: Pertama, Paduan suara yang dipakai dalam ibadah jemaat adalah paduan suara gereja, bukan perhimpunan penyanyi. Tiap jemaat hanya boleh mempunyai satu atau dua paduan suara. Dalam menjalankan tugasnya paduan suara harus takluk kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh gereja. Tugasnya bukanlah untuk membuat konser di dalam ibadah melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat. Kedua, dalam ibadah paduan suara berdiri di pihak jemaat dimana paduan suara yaitu sebagai wakil jemaat untuk menyanyikan bagian-bagian misalnya perasaan hikmat dan kasih, permohonan yang mesra, kegembiraan yang meluap-luap, dan lain-lain yang tidak dapat (tidak sanggup) dinyanyikannya. Ketiga, di dalam ibadah paduan suara tidak mempunyai tempat tersendiri. Karena itu di dalam ibadah paduan suara hanya mempunyai satu tempat saja yaitu di pihak jemaat. Keempat, di dalam ibadah paduan suara bertugas melayani artinya paduan suara tidak boleh bernyanyi sendiri-sendiri tetapi bersama-sama dengan jemaat dengan berbagai cara. Kelima, di dalam ibadah paduan suara tidak boleh menyanyikan nyanyiannya sendiri.

      Hapus
  33. nama : longbet Finaldo Rumahorbo
    Tingkat : IV-A
    Nim : 12. 01. 938
    Judul : sajian I (votum, Salam, Introitus)
    1. Votum, Salam dan Introitus
    Sebagaimana yang telah di paparkan dan disimpulakn oleh para penyaji di dalam tulisan ini bahwa sanya ketiga unsur yaitu votum,salam dan introitus adalah unsur-unsur yang dalam pembukaan liturgi yang sangat berkaiatan erat satu dengan yang lainya. Ketiga unsur tersebut sangatlah berperan dalam pembukaan peribadahan, dimana melalui votum, salam dan introitus jemaat diarahkan agar setiap jemaat dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap pribadi jemaat dan hal itu dihayati melalui iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Hal ini saya melihat sangatlah penting mengingat bahwa unsur tersebut berada pada pembukaan peribadahan, yang artinya jemaat lebih dahulu merasakan akan keberadaan Tuhan dalam dirinya, ketika jemaat telah merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya pastilah akan memusatkan hati dan fikiran untuk melanjutkan peribadahan hingga sampai akhir. Namun berbeda dengan apa yang terjadi pada saat ini dimana pemahaman jemaat tentang votum, salam dan introitus sangatlah minim, dimana anggapan tentang hal tersebut hanya sebagai peraturan ibadah saja. Artinya Jemaat hanya melihat prakteknya saja bukan pada penghayatan, dan hal inilah yang perlu di beri arahan yang mendalam bagi jemaat agar tidak menjadi sebuah kekeliruan dan hal ini dapat dilihat bahwa ketika telah memasuki awal peribadahan masih banyak jemaat yang belum siap untuk mengikuti ibadah dan belum mampu untuk menenangkan diri. Jika kita mengkaji satu persatu seturut dengan yang telah dikatakan oleh penyaji bahwa votum adalah keterangan khidmat atau janji yang khidmat dan merupakan sebuah pengakuan akan kehadiran Tuhan dalam ibadah tersebut. Dalam agama Kristen Protestan votum adalah sebuah pernyataan dalam litugi yang dibacakan oleh Pendeta, biasanya setelah perarakan Majelis (Introit). Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang melandasi peribadahan tersebut. Votum bukanlah "Doa Pembukaan", karena doa pembukaan, yang umumnya dibacakan setelah Votum, bertujuan memohon kehadiran Tuhan dalam peribadahan. Setelah votum maka introitus disampaikan yaitu pembacaan Alkitab sesuai dengan tahun gerejawi dan jemaat menyambutnya dengan menyanyikan ”haleluya, haleluya, haleluya”. Introitus sesungguhnya adalah prosesi atau perarakan masuk sebagaimana umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian atau Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus, laksana bahtera berlayar menuju pelabuhan abadi. Di dalam liturgi prosesi biasanya dilakukan dari pintu utama menuju altar dan mimbar. Dewasa ini beberapa jemaat tidak lagi mempraktekkanya sesuai dengan pengertiannya tetapi sudah diganti dengan penyerahan Alkitab dan pembacaan Alkitab. Dalam prakteknya votum sering dipahami sebagai ”mantra” yang mensahkan jalanya suatu ibadah, padahal votum adalah pernyataan biasa yang memiliki pengertian sama dengan kata bismillah, oleh karena itu, votum dapat diucapkan oleh umat yang beribadah, atau dijawab dengan ”amin”. Demikian juga introitus yang ditempatkan setelah votum, Penempatan ini adalah kekeliruan menurut saya jika dilihat dari sudut etimologinya. Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk yang biasanya dilakukan dari pintu utama menuju altar atau mimbar, namun dalam prakteknya di gereja membacakan nats yang disesuaikan dengan nama Minggu setelah votum, dan introitus sesungguhnya ditempatkan pada awal kebaktian bukan setelah votum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Longbet Finaldo Rumahorbo
      Nim : 12. 01. 938
      Tingkat : IV-A
      Judul : Sajian II (Pengakuan dosa, Pemberitaan Anugrah dan Hukum)
      Pengakuan dosa, pemberitaan fanugrah dan hukam adalah unsure yang penting dalam sebuah ibadah, hal ini penting karena manusia tidaklah lepas dari akan keberadaanya yang berdosa sehingga perlu mendapatkan keselamatan yang hanya oleh Kristus. Dalam kaitan ini, pengakuan dosa, pemberitaan anugrah dan hukum adalah bagian dari liturgy dalam peribadahan yang menekankan pentingnya akan keselamatan dan kemurnian jemaat. Pengakuan dosa merupakan suatu bagian yang sangat penting dari kebaktian, bila manusia datang ke hadirat Allah, sesaat pun tidak dapat menunggu untuk mengatakan hal yang paling penting yaitu bahwa manusia adalah orang-orang berdosa. Manusia tidak dapat terus berjalan tanpa dosanya diampuni oleh Tuhan Allah, Itulah sebabnya pengakuan dosa mendapat tempat yang penting dalam kebaktian. Hamba Tuhan (imam) atas nama jemaat menyampaikan doa pengakuan dosa dan permohonan pengampunan dosa secara pribadi dan bersama-sama dengan jemaat. Pengakuan dosa di hadapan Tuhan yang disampaikan imam yaitu kedosaan yang bersifat pribadi bersama-sama dengan anggota jemaat yang diungkapkan di dalam ibadah di mana Tuhan hadir dalam ibadah. Umat mengakui bahwa dia adalah orang-orang berdosa, dan dosa itu sebagai penghambat dalam hubungan umat dengan Tuhan dan juga umat dengan sesamanya (bnd Yes.59: 1-6). Umat tidak dapat berhubungan dengan Allah tanpa ada pengampunan dari Allah. Pengakuan sebagai orang berdosa dan sekaligus pengakuan akan kasih karunia Allah yang memungkinkan umat memperoleh kehidupan dan keselamatan. Setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah Allah tentang pengampunan dosa yang diambil dari nats Alkitab dan sesuai dengan jabatan pelayan (sebagai imam) menyampaikan pengampunan dosa yang sudah nyata di dalam Yesus Kristus. Dia yang mendamaikan diriNya dengan dunia atau manusia berdosa dan jemaat menyambutnya dengan gloria: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha tinggi Amin”. Sambutan jemaat ini sebagai pujian dan kemuliaan kepada Allah yang telah setia menepati janjiNya, dimana keselamatan yang sudah nyata di dalam Kematian-Kebangkitan dan KenaikanNya. Setiap beribadah umat diingatkan sebagai orang berdosa yang menyesali dosanya dan tetap merindukan kasih karunia dan umat meminta pengampunan, anugerah Tuhan yang terlah nyata di dalam pengorbanan Yesus Kristus. Berita pengampunan yang disampaikan pelayan (sebagai imam) menjadi pendamaian dari Allah, penguatan, penghiburan, sukacita dan pengharapan bagi umat di tengah-tengah dunia ini (2Tes.2: 15,17). Berita pengampunan ini disusul dengan suatu pujian: Kemuliaan bagi Allah di tempat maha tinggi. Pengakuan dosa, pemberitaan anugrah dan hukum bermula dari adanya reformasi di tubuh gereja itu sendiri oleh Marthin Luther dan Calvin yang dikenal sebagai reformator. dimana gereja tidak lagi seturut dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab baik dalam ajaran terkhusus dalam liturgi. Hal inilah yang penting untuk kita ketahui oleh seluruh umat betapa pentingnya pengakuan dosa, sebabtanpa ada pengakuan akan dosa manusia tidaklah sanggup untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan hal ini perlu dinyatakan kepada setiap umat agar mendapat pemahaman yang lurus.

      Hapus
    2. Nama : Longbet Finaldo Rumahorbo
      Nim : 12. 01. 938
      Tingkat : IV-A
      Judul : Sajian III (Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah)
      Doa adalah nafas setiap orang yang percaya dan doa adalah bagaian yang terpenting dalam hidup orang yang mempunyai kepercayaan sebab lewat doalah manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam liturgy doa adalah hal yang pertama dilakukan sebelum pembacaan Alkitab dan permulaan dari Khotbah sebab doa merupakan penyataan permohonan agar Roh Kuduslah yang menuntun setiap langkah hidup manusia. Dalam tatanan liturgi gereja pemabacaan Alkitab memiliki kaitan erat dengan pengampunan dosa, dan pembacaan Alkitab sama halnya dengan epistel. Sebagai jemaat yang sudah diampuni dosa-dosanya maka jemaat harus menampakkan pembaharuan dalam seluruh aspek hidupnya dalam hal inilah pelayan membacakan pembacaan Alkitab ataupun Epistel sebagai petunjuk hidup baru bagi jemaat yang sudah diampuni dosanya dan pembacaan itu diakhiri dengan sebuah berkat bagi yang mau mendengar dan melakukan firman Tuhan. Pembacaan Alkitab sebagai Epistel dibacakan untuk menghantar jemaat kepada khotbah. Pembacaan firman Tuhan yang diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengikuti tradisi Gereja dari abad pertamam dan pembacaan Alkitab ataupun epistel ini dikaitkan dengan nats khotbah supaya yang bertujuan untuk saling melengkapi. Fungsi pembacaan ini membawa jemaat ke dalam suatu hubungan yang hidup dengan firman Allah di dalamnya ada ajaran, penguatan, tuntunan hidup baru, pengharapan dan penghiburan. Khotbah mendapat tempat yang penting dalam ibadah, karena melalui khotbah warga jemaat terbangun dalam iman, mendapat peneguhan, penghiburan serta tuntunan hidup ke arah jalan yang dikehendaki Tuhan. Dalam pelaksanaannya di awali dengan doa permohonon tuntunan Roh kudus, pembacaan firman yang sudah ditentukan dalam buku almanak, susukara dan penyampaian khotbah dengan durasi waktu 25-30 menit. Pembacaan firman Tuhan yang sudah ditentukan selalu dihubungkan dengan isi khotbah dan khotbah selalu diarahkan untuk pertobatan, pembangunan rohani warga jemaat serta diupayakan untuk dapat menjawab pergumulan warga jemaat. Hubungan yang erat antara pembacaan Alkitab dan khotbah dapat dijumpai dalam Kis.13: 15 dan kebiasaan ini diambil alih oleh Gereja lama. Dalam Apologia I (ps. 67) Justinus Martir menulis tentang ibadah jemaat antara lain seperti berikut, “Pada hari Minggu semua orang Kristen yang diam di kota-kota dan di daerah-daerah pedalaman, berkumpul di suatu tempat dan dibacakan kenang-kenangan Rasul Paulus atau Kitab-kitab Nabi-nabi jika waktu mengizinkan. Kalau pembaca telah selesai, ketua mengajar dan memberikan nasihat-nasihat supaya kami mengikuti segala contoh apa yang terkandung dalam pembacaan itu. Dalam gereja Lutheran pembacaan Alkitab mengikuti buku almanak, susukara dan lain sebagainya, saya melihat bahawa hal ini memberi keuntungan dimana tema khotbah selalu komprehensif. Pendeta tidak boleh hanya menyampaikan khotbah berdasarkan ayat-ayat kesukaannya sehingga jemaat melalui almanak, susukara mendapat kekayaan nats Alkitab. Pendeta menutup khotbahnya dengan doa yang isinya adalah respons jemaat terhadap khotbah, sekaligus permohonan agar Roh Kudus memampukan jemaat melaksanakan khotbah dalam hidup sehari-harinya.



      Hapus
    3. Nama : Longbet Finaldo Rumahorbo
      Nim : 12. 01. 938
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologia
      Unsur Liturgi : Pengakuan Iman dalam Tema Peribadahan Dalam Menyenangkan Hati Tuhan Dengan Nats-nats Tematis Alkitab
      Pengakuan iman rasuli (credo) adalah salah satu dari unsur liturgi, disebut penagakuan iman rasuli bukanlah karena para rasul yang menuliskan isi dari pengakuan iman rasuli tersebut. Akan tetapi isi dari pengakuan iman rasuli mengungkapkan pokok-pokok pengajaran rasul sebagai mana yang diajarkan oleh para rasul. Jika kita melihat dari sudut pandang sejarah, pengakuan iman rasuli adalah salah satu dari senjata gereja dimana pada gereja mula-mula gereja dituduh sebagai persekutuan yang tidak baik ataupun menyimpang. Pengakuan iman Rasuli dan pengakuan iman Nicea juga Konstantinopel adalah haril dari perumusan gereja melalui konsili dan hal tersebut di mulai dari tradisi gereja mula-mula yang mempunyai kebiasaan untuk mengadakan pembabtisan pada hari raya paskah dan beberapa meinggu sebelumnya yaitu pra paskah adalah sebagai hari persiapan dan pada saat ini hal itu dikenal dengan katekisasi. Pengakuan iman merupakan hal yang wajib dinyatakan oleh umat Kristiani dalam setiap ibadah hari minggu, khususnya gereja-gereja arus utama (main stream) , akan tetapi berbeda dengan gereja pentakosta untuk beberapa pengakuan iman rasuli tidak selalu di ucapkan setiap minggunya hanya pada waktu-waktu tertentu. Pengakuan iman sering disebut dengan “credo” (dari ungkapan bahasa Latin dan di-Indonesiakan dengan “kredo”; Inggris: creed), yang berarti “Aku percaya”. Credo lazimnya memiliki otoritas berisi pokok-pokok ringkas kepercayaan yang disetujui dan dibenarkan oleh orang-orang percaya dan dapat diterima oleh semua gereja. Dengan demikian pengakuan iman tidak harus berkaitan dengan suatu denominasi gereja saja, melainkan pengakuan yang universal (oikoumenis) 8. Adapun pernyataan iman yang terbatas suatu denominasi gereja saja biasanya disebut dengan “konfesi” (confession). dalam hidup ibadah gereja, khususnya dalam Perjamuan Kudus, yg dengannya dihubungkan pernyataan-pernyataan iman secara upacara, tatanan nyanyian, doa-doa liturgis, dan ucapan-ucapan penyerahan. Pengakuan Iman bukan sekedar rumusan yang dihafalkan namun harus diucapkan dengan sungguh-sungguh dari hati yang terdalam dan diwujudkan dalam kehidupan beriman sehari-hari. Pengakuan Iman merupakan: Ikrar atau tekad iman kita kepada Allah, ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah, wujud penghormatan dan ibadah kita kepada Allah, kesaksian kita atas kebenaran dan kehendak Allah. Pengakuan iman bukan hanya dilakukan di dalam gedung gereja saja namun secara konkrit perlu kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengakuan iman perlu kita nyatakan secara terang-terangan apabila: Berhadapan dengan penyelewengan terhadap kebenaran dan pemerkosaan keadilan dan nama TUHAN dipermainkan dan kesucian iman kita dihina. Iman kita tidak boleh disembunyikan untuk mencari aman bagi diri sendiri sebab iman itu berani hidup dalam resiko apapun dan sifatnya dinamis (Matius 10:32-33), hal inilah yang menyenangkan hati Tuhan dimana kita mampu bersaksi dan mengakukan Dia sebagai juruslamat umat manusia.

      Hapus
    4. Nama : Longbet Finaldo Rumahorbo
      Nim : 12. 01. 938
      Tingkat/ Jurusan : IV-A/ Teologia
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Simon Sinaga
      Analisa Kelompok IV : Doa Syafaat
      Doa syafaat adalah doa yang bersifat komunal dan merupakan doa yang tidak hanya bertujuan untuk diri sendiri namun untuk bangsa juga negara. Jika berefleksi dari kitab Yohanes 17 doa syafaat adalah doa yang ditujukan kepada orang-orang Kristen yang sedang menghadapi pergumulan yang besar dan membutuhkan penopangan Tuhan. Dalam liturgi gereja, doa syafaat tidak dapat kita tentukan posisinya. Di beberapa gereja, doa syafaat ditempatkan pada awal sebelump pemberitaan firman namun di beberapa gereja juga doa syafaat dipanjatkan setelah pemberitaan firman. Hal ini tidaklah menyalahi, baik di awal maupun setelah khotbah adalah baik, dan yang penting adalah doa syafaat tidak dihapuskan. Dalam hal inilah kita dapat melihat peran sinode gereja dalam menempatkan peletakan doa syafaat. Dalam doa syafaat, tidaklah juga menyalahi jika melibatkan jemaat dalam doa tersebut. Artinya jemaat dapat juga mendapatkan peran dalam doa syafaar melalui doa bersama yaitu doa Bapa Kami. Hal ini dapat kita lihat sebagaimana dalam liturgi GKPS dalam model E, dimana adanya responsoria doa Bapa kami dan hal itu diakan setelah pendoa syafaat selesai memanjatkan doa-doa permohonan dan setelah itu doa Bapa Kami secara responsoria. Kuyper menyatakan sebaiknya doa syafaat dilakukan dengan sikap berlutut, yaitu sikap penyembahan jiwa manusia dihadapan kebesaran Allah dan yang teramat penting sikap yang dimaksud adalah sikap hati yang penuh dengan penyembahan dan mengharapkan lawatan serta pertolongan Tuhan. Doa Syafaat, mengungkapkan rasa terima kasih kita atas pemberitaan Firman Allah, dan mengungkapkan partisipasi kita sebagai persekutuan orang kudus untuk memberi perhatian kita kepada dunia dalam nama Kristus. Doa Bapa Kami dianggap melengkapi dan menyempurnakan doa syafaat sebagai rasa ungkapan syukur umat, karena itu ditempatkan pada akhir doa syafaat, dalam doa Bapa Kami bagian doxologi dapat dinyanyikan menurut KJ 47. Setiap orang percaya dapat menjadi pengantara doa atau pendoa syafaat yang menaikkan doa syafaat sesuai pokok-pokok doa yang ditentukan. Warga jemaat yang hadir harus sepakat mengaminkan di dalam hati masing-masing terhadap setiap pokok-pokok doa yang dinaikkan pengantara doa. Doa syafaat merupakan alat kita untuk menaikkan doa-doa permohonan kepada Tuhan agar dunia ini senantiasa tetap berada dalam perhatian Tuhan, oleh karena itu perlu berdoa dengan kesungguhan dan penuh pengharapan maka doa tersebut akan menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  34. Nama : Maria Rosalina Saragih
    NIM :12.01.940
    Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
    Mata Kuliah : Liturgika
    Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th

    Kelompok I
    Nama Penyaji : Andre Hartland Peranginangin
    Desna Sonia Sembiring
    Dear Mando Purba
    Efran M.I. Pasaribu
    Yosevina Ananda Gurusinga

    Nama Pembahas (Kelompok III) : Dalton Manulang
    Maston Silingota
    Nelta Valentina Br. Tarigan
    Reka Cristiani Purba
    Tolopan Ria Silalahi
    Unsur Liturgi:
    Votum, Salam, dan Introitus
    Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab

    Votum merupakan pembacaan ayat-ayat dalam ibadah yang berada di awal dan tengah ibadah, digunakan sebagai kalimat untuk menertibkan jemaat dalam mengikuti ibadah dan menyatakan bahwa Allah hadir dalam peribadahan tersebut.Biasanya votum menggunkan ayat-ayat yang ada dalam kitab Mazmur, sering juga Mazmur 124:8. Melalui votum ada penekanan akan janji-janji Tuhan, sehingga ibadah menjadi khidmat dan jemaat merasakan lawatan Tuhan.
    Salam merupakan hal yang membangun hubungan yang baik antara pemimpin ibadah dengan jemaat. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pemimpin dan jemaat datang bersama-sama di hadapan Tuhan untuk menyembah-Nya.Adapun rumus salam yang sering digunakan, yaitu: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13.Salam dalam liturgi yang berarti Tuhan beserta engkau dan dijawab oleh umat dengan Et cum spiritu tuo, yang berarti dan dengan rohmu juga. Salam ini di dasarkan pada salam yang terdapat dalam Rut 2:4 dan 2 Timotius 4:22.
    Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk, bukan pembacaan nats. Dahulu umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian. Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus (bnd Yeh 47:1) laksana bahtera (naos) yang masih berlayar menuju pelabuhan abadi.Biasanya prosesi (dari pintu utama menuju altar dan mimbar) atau introitus dihapus dan diganti dengan penyerahan Alkitab.Sebagai pembuka ibadah, prosesi merupakan kunci kekhidmatan seluruh liturgi. Prosesi adalah laksana sampul depan sebuah buku atau majalah; ia memberi kesan khidmat, agung, indah, dan hormat.
    Analisa saya, ketiga unsur ini tidak bisa dihilangkan dalam gereja Lutheran, ini sudah menjadi ciri khasnya, dan pemaiakaian ketiga unsur ini tergantung pada pemaknaan gereja atas ketiga unsur tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th

      Kelompok II
      Nama Penyaji : Desi P. Br Ginting
      Desy R. Saragih
      Fimanta Munthe
      Irna B. Damanik
      Naomi E. Br Tarigan


      Nama Pembahas (Kelompok IV) : Ade Trisna Hutabarat
      Anova Talenta Milala
      Maria Rosalina Saragih
      Tiar Mauli Sinambela
      Unsur Liturgi:
      Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah Dan Hukum
      Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti manusia menjauhkan diri dari Tuhan. Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja (diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri serta merusak hubungan dengan Tuhan. Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Dosa ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak. Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.Untuk memeroleh kekudusan dari Allah yang perlu dilakukan adalah menyadari dan mengakui dosanya, kemudian bertekad untuk tidak melakukannya lagi di hadapan Tuhan. Tanpa ada pengakuan tidak akan ada pengampunan, karena dengan keterbukaan di hadapan Tuhan, Ia juga akan membuka semua berkat dan hikmat-hikmat-Nya kepada manusia.
      Pemberitaan anugerah Allah merupakan pewartaan Firman yang mengandung isi mengenai janji keselamatan Allah yang diberikan kepada manusia yang percaya kepada-Nya. Dalam pemberitaan anugerah tidak terlepas dari pengorbanan Yesus yang mati demi menebus dosa manusia. Hukum menjadi suatu peraturan Allah yang harus dilakukan manusia sebagai bagian yang harus terpenuhi demi memancarkan Kerajaan Allah di bumi.Setiap manusia tidak terlepas dari masalah, dengan adanya pengakuan dosa manusia dituntut untuk merendahkan dirinya, dengan adanya pemberitaan Firman manusia semakin menyadari besarnya kasih Tuhan padanya, dengan adanya hukum manusia semakin terus bertumbuh imannya dalam Tuhan.
      Analisa saya, semua unsur ini memiliki alasan untuk tidak dihilangkannya dalam pelaksaan ibadah, oleh karena itu ketiga unsur ini menjadi obat dalam kehidupan rohaninya.Semuanya ini akan semakin menyenangkan hati Tuhan jika dijalankan dengan sepenuh hati.

      Hapus
    2. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM :12.01.940
      Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Kelompok III
      Nama Penyaji :Dalton Manulang
      Maston Silingota
      Nelta Valentina Br. Tarigan
      Reka Cristiani Purba
      Tolopan Ria Silalahi

      Nama Pembahas (Kelompok V) : Longbet F. Rumahorbo
      Malem Kerina Tarigan
      Parinduan Tambunan
      Riosa Sembiring
      Unsur Liturgi:
      Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Doa menjadi hal yang esensial dan memegang peranan penting dalam kehidupan orang Kristen.Doa menjadi mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan.Doa tidak hanya permintaan namun juga harapan, permohonan yang sesuai isi keinginan Allah bukan isi hati manusia.
      Mengenai pembacaan Alkitab, di Sinagogei dibacakan kitab taurat dan kitab nabi-nabi. Kebiasaan ini diambil alih oleh perjanjian baru, salah unsur dari ibadah jemaat pada waktu itu ialah pembacaan surat-surat rasul paulus.Luther, Calvin, Chrysostomus, Augustinus, dan Kuyper telah melakukan pembacaan Alkitab sebelum Khotbah. Pembacaan Alkitab bukan saja berguna dan mengandung unsur membangun. Fungsinya bukanlah sebagai persiapan khotbah. Pembacaan Alkitab adalah pemberitahuan tentang kedatangan sang Raja. Pada dasarnya, pembacaan Alkitab adalah injil, kabar kesukaan, proklamasi bahwa Allah menerima pemberitaan-Nyya sabagai raja. Pembacaan Alkitab bukanlah pembacaan hubungan nats yang perlu untuk khotbah.
      Kotbah adalah sebagian dari ibadah, yang paling penting ialah ibadah, bukan kotbah, kotbah tidak boleh lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh menit, dan kotbah tidak boleh menguasai kebaktian, kotbah benar merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi bagian-bagian yang lain tidak takluk padanya, khotbah harus membangun jemaat untuk turun aktif dan mengambil bagian di dalam ibadah. Oleh karena itu, khotbah merupakan percakapan dari hati ke hati dan yang paling penting adalah mengandung kesaksian iman tentang Kristus, tentang Allah (1 Yohanes 1:1-4).
      Saya menganalisa dari ketiga unsur ini yang sering membuat pelayan Tuhan jatuh adalah saat berkhotbah, karena saat berkhotbah itu perlu kerendahan hati di hadapan Tuhan, penuh kasih, tidak boleh saling meghakimi, mejelek-jelekkan, membanding-bandingkan dan menjatuhkan orang lain dalam penyampaian Firman Allah.

      Hapus
  35. Ruang Pengisian Komen untuk UAS ini resmi saya tutup. Sabtu, 09 April 2016, pukul 14.37 wib sore. Bagi mahasiswa-i yang belum ada komennya sejak materi bahasan setelah UTS ini dimulai, maka saudara-i akan mengikuti UAS Tertulis akhir Mei 2016 nanti.

    Terimakasih bagi saudara-saudari yang sudah memulai UAS Berjalan ini, silahkan setiap minggunya saudara-i langsung mengirimkan UAS Berjalannya, sampai akhirnya materi ke-7 nantinya kita bahas. Salam.

    BalasHapus

  36. NIM : 12.01.921
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Kelas Liturgika 17 Maret 2016
    Unsur Liturgi 1 : Votum - Salam – Introitus
    Penyaji :Andre Hartland Peranginangin, Desna Sonia Sembiring, Dear Mando Purba, Efran M.I. Pasaribu, Yosevina Ananda Gurusinga
    Perumus :Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi

    Dari sajian pertma ini saya sudah mengerti apa yang akan arti Votum,Salam, Introitus, yang ada di gereja protestan. Jadi dari yang say pelajari bahwa Votum adalah pembacaan ayat-ayat suci pada acara kebaktian di gereja Protestan sebelum khotbah. Jadi secara fungsional votum dan kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara derajat votum dan kata pembukaan dari ketua rapat itu berbeda. Jika kata pembukaan ketua rapat itu berhubungan dengan aspek horizontal dari peserta rapat maka votum lebih dari itu, yaitu menyentuh aspek vertical (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Votum juga memiliki arti bahwa pengakuan Allah hadir dalam ibadah. Biasanya dengan pembacaan Mazmur 124: 8 “ Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi”. Votum diambil alih dari gereja-gereja di Netherland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai ibadahnya dengan Salam hal itu berjalan terus sampai masa reformasi.
    salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar dan Salam adalah tanda persekutuan. Rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13 dan Salam dalam liturgi yang berarti Tuhan beserta engkau dan dijawab oleh umat dengan Et cum spiritu tuo, yang berarti dan dengan rohmu juga. Salam ini di dasarkan pada salam yang terdapat dalam Rut 2:4 dan 2 Timotius 4:22. Salam liturgis yang kita kenal saat ini berasal dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Baru mengambil alih dari ibadah Yahudi dari rumus salam “Selamat! Selamatlah engkau.... (1 Sam 25:6; 1 Taw 12:18) dan rumus berkat “TUHAN kiranya menyertai kamu (Rut 2:4).” Dalam abad- abad pertama salam dipakai di tiga tempat: sebelum kolekta (doa), sebelum prefasi (bagian doa konsekrasi) dan sebelum bubar (akhir kebaktian). Kuyper mempunyai anggapan yang lain. sebagai ganti salam ia memakai benediksi. Benediksi, atau rumus berkat, ialah komplemen, penggenap votum. Keduanya berkaitan erat.
    Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat dan bukan oleh Paduan suara atau vokal groupdan dalam Gereja, yang menggantikan introitus dengan nats pembimbing dalam hal ini baik introitus maupun nats pembimbing selalu dihubungkan dengan tahun Gerejawi atau nats khotbah. Introitus atau Introit (Lat. ’masuk’). Disebut juga ”antifon pembukaan”, yaitu ayat yang dinyanyikan atau dibacakan saat iman masuk kedalam gereja untuk merayakan ekaristi dan Introitus seringkali diambil dari Mazmur dan merumuskan inti permenungan hari itu dalam hal ini Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk, bukan pembacaan nas. Jadi baik votu, salam, maupun introitus ini semua adalah unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah ibadah yang dimana unsur-unsur ini yang membuat ibadah dalam gereja-gereja protestan, dan ketiga hal ini sangat khas dalam ibadah gereja terkhusus gereja protestan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 31 Maret 2016
      Unsur Liturgi 2 : Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah, dan Hukum
      Penyaji : Desi P. Br Ginting, Desy R. Saragih, Fimanta Munthe, Irna B. Damanik, Naomi E. Br Tarigan
      Perumus : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela

      Perumasan tentang hal pengakuan dosa, pemberitaan anugrah dan hukum muncul pada akhir Abad Gerakan Katolik Roma yang ingin supaya kepercayaan dan kesalehan orang-orang berkisar sekitar sakramen-sakramen dan gereja selaku sarana-sarana kesalamatan dan ajaran gereja yang diterima secara resmi, organisasi gereja, juga tata ibadah mengungkapkan kepercayaan dan kesalehan itu sehingga oleh sebab itu perubahan dalam cara kepercayaan gereja menyebabkan perubahan dalam cara gereja beribadah .Dalam Missale Romanum kita membaca bahwa sejak abad ke-10 terdapat kebiasaan yang berikut: ketika imam sampai di mezbah ia tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Reformasi melanjutkan pemakaian pengakuan dosa (Confiteor) dan permohonan pengampunan (absolusi) di dalam kebaktian, tetapi dengan suatu perbedaan esensial: keduanya diubah dan dijadikan akta jemaat. Suatu misa di Jerman evangelis, yang dipakai di Nurnberg pada tahun 1525, mempunyai konfesi dan absolusi dan Pada tahun 1535 terjadi kekacauan di dalam jemaat-jemaat Lutheran di Nurnberg karena Osiander (1498-1552) keberatan terhadap pemakaian pengakuan dosa umum dan absolusi. Tentang Ujud dan dasar pengakuan dosa umum dimana van der Leeuw berkata pengakuan dosa umum tidak menggantikan pengakuan dosa pribadi dan absolusi yang berlangsung dan tentang jemaat dan tata jemaat dalam perjanjian baru antara lain ia mengatakan bahwa dalam kebaktian-kebaktian jemaat tidak terdapat pengakuan dosa, itu berarti jemaat menganggap dirinya sudah sempurna.
      Tentang unsur ibadah ini yang van der Leeuw anggap sakramen ia mengatakan berdasarkan jabatannya pelayan mengucapkan pengampunan dosa. Pengampuan dosa itu bukanlah hal yang mudah melainkan suatu kenyataan dari pemberian Kristen menjadi dasar khotbah. Rumus pemberitaan anugerah yang biasa dipakai adalah sebagai hamba yesus kristus kami (saya) memberitakan pengampunan dosa kepada tiap-tiap orang yang tulus ikhlas telah mengaku dosanya dihadapan Allah disambung dengan memilih salah satu nats menurut tahun gerejawi. Inilah yang menjadi rumusan dalam pengakuan dosa yang dipakai dalam gereja-gereja selama ini. Yang dimana pengakuan dosa itu juga bias dipakai menjadi dasar khotbah.
      Dalam hukum disini dibahas, bahwa pada akhir abad-abad pertengahan, pengakuan dosa, absolusi dan dasafirman mulai dipakai di dalam ibadah jemaat. Hal itu antara lain ditemukan dalam suatu Manuale Curatorum (pedoman untuk kebaktian) dari Ulrich Urgant (1502), ia berkaitan dengan khotbah, membahas doa (dan syafaat) Bapa Kami, dasafirman, apostolicum, pengakuan dosa umum, pengakuan orang-orang mati, pemberitahuan tentang hari-hari raya dan lain-lain. Kebiasaan ini diteruskan antara lain oleh Calvin dan Micron dan Pendapat ahli-ahli liturgika pada saat ini tentang kedua urutan di atas sedikit berlainan ada yang setuju dengan apa yang dibuat oleh Calvin da nada juga yang tidak. hukum yang biasa dibacakan adalah dasafirman dan menurut van der Leeuw, dasafirman tidak bleh dibacakan tanpa inti hukum sebab inti hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen dan dalam hal ini kebanyakan ahli liturgia lebih suka kalau hukum dinyanyikan sebagai puji-pujian daripada dibacakan dan Hanya kyper yang berkeberatan, “menyanyikan hukum kami anggap sebagai suatu kekeliruan”. Dalam hal ke tiganya ini adalah sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan jemaat, dan ketiganya ini saling melengkapi dalam satu tatanan liturgy.

      Hapus
    2. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 7 April 2016
      Unsur Liturgi 3 : Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah
      Penyaji : Dalton Manulang, Maston Silingota, Nelta Valentina Br. Tarigan, Reka Cristiani Purba, Tolopan Ria Silalahi
      Perumus : Longbet F. Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Sembiring

      Dalam tata ibadah liturgi di gereja-gereja tanpa kita menyadari sebenarnya ada banyak teori-teori yang membahas mengenai ini apalagi dalam hal yang paling penting dalam sebuah ibadah yaitu: Doa, Pembacaan Alkitab, dan Khotbah, dan ketiga hal ini adalah hal yang tidak bias terlepas dari ibadah ataupun dalam sebuah liturgy. Doa adalah tindakan menghubungkan diri denga Tuhan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia yang tertulis dalam kitab Perjanjian Lama (Kej 15:1-6), berbicara dengan Tuhan secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Dan sperti yang kita ketahui doa berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan.
      Pembacaan Alkitab adalah suatu unsur tetap dari setiap kebaktian gereja dan hal ini telah di temui dalam ibadah sinagoge. Disana dibacakan kitab taurat dan kitab nabi-nabi. Kebiasaan ini diambil alih oleh perjanjian baru, salah unsur dari ibadah jemaat pada waktu itu ialah pembacaan surat-surat rasul paulus. Dalam hal pembacaan Alkitab Calvin menggabungkan Pembacaan Alkitab dengan khotbah dan hal ini didukung oleh Kuyper yang mempunyai pandangan yang sedikit berbeda yaitu pada satu pihak, ia mengakui bahwa ada gunanya bila khotbah erat hubungannya dengan pembacaan Alkitab. Lekkerkerker lebih menyetujui anggapan para reformator (Luther dan Calvin) dan karena itu tidak dapat menerima pandangan Kuyper dan van de Leeuw dan hubungan yang erat antara pembacaan dan khotbah menuntut bahwa Alkitab dibaca supaya ditengkan (ditafsirkan) dan diterapkan.
      Berbicara mengenai khotbah khotbah dari apa yang dipaparkan penyaji ialah, Percakapan iman, Percakapan dari hati ke hati, dan sebuah Kesaksian iman tentang kristus, tentang Allah (1 Yohanes 1:1-4). Kotbah adalah sebagian dari ibadah, yang paling penting ialah ibadah, bukan kotbah, kotbah tidak boleh lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh menit, dan kotbah tidak boleh menguasai kebaktian, kotbah benar merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi bagian-bagian yang lain tidak takluk padanya, kotbah harus membangun jemaat untuk turun aktif dan mengambil bagian di dalam ibadah. ifat khotbah dalam abad pertengahan erat hubungannya dengan pertumbuhan gereja. Tiap-tiap taraf pertumbuhan mempunyai jenis hotbahnya sendiri dan khotbah mempunyai bagian-bagiannya sendiri sesuai dengan pergumulan dan konteksnya. Jadi khotbah itu itu memiliki peranan yang sangat penting, karena memalalui khotbah mereka yang tidak pernah sama sekali datang keperibadahan melalui khotbah mereka akan percaya dan mendengarkan firman Tuhan.



      Hapus
    3. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 12 April 2016
      Unsur Liturgi 4 : Pengakuan Iman Dalam Thema Menyenangkan Hati Tuhan
      Dengan Nats-nats Thematis Alkitab
      Penyaji : Ade Trisna Hutabarat, Anova Talenta Milala,Eka Darma Purba, Maria Rosalina Saragih, Tiar Mauli Sinambela
      Perumus : Anggianita Sembiring, Jefri Hamonangan Damanik , Rocky Sembiring, Rosalina Simanullang

      Dalam pembahasan mengenai pengakuan iman disini perlu kita ketahui bahwa pengakuan iman adalah hal terpenting dalam sebuah ibadah, terlebih yang namanya pengakuan iman adalah sesuatu yang tak pernah tidak untuk dilakukan dan yang kita ketahui bahwa pengakuan iman selalu dipakai dalam gereja-gereja yang ada di hampir seluruh gereja. Mengenai pengakuan iman kita ketahui bahwa pengakuan Iman bukan sekedar rumusan yang dihafalkan namun harus diucapkan dengan sungguh-sungguh dari hati yang terdalam dan diwujudkan dalam kehidupan beriman sehari-hari. Pengakuan Iman merupakan: Ikrar atau tekad iman kita kepada Allah, ungkapan diri pribadi dan perwujudan tanggungjawab iman kita di hadapan Allah, wujud penghormatan dan ibadah kita kepada Allah, kesaksian kita atas kebenaran dan kehendak Allah. engakuan Iman Rasuli adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul.
      Pengakuan Iman tidak punya tempat yang tetap di dalam ibadah jemaat. Umumnya pengakuan iman diungkapkan ( dinyanyikan, didoakan ) sesudah khotbah, tetapi kadang-kadang juga sesudah pembacaan Alkitab atau sebelum doa syafaat. Karena itu baiklah pengakuan iman dinyanyikan oleh jemaat, seperti yang dibuat oleh para reformator. Dalam Perjanjian Lama, misalnya kita melihat Yosua mengaku imannya: ”…aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN” (Yos 24:15). Perjanjian Baru kita dapat menemukan beberapa contoh pengakuan iman seperti : Pengakuan Petrus bahwa ”Engkau adalah Mesias, anak Allah yang hidup” (Mat 16 : 16).
      Rumusan Pengakuan Iman Rasuli pada jaman dulu dikenal dengan nama symbolum apostolicum (apostolicum dari bahasa Yunani apostolos, artinya rasul). Pengakuan Iman ini selalu diucapkan pada saat seseorang akan dibaptis dan rumusan Pengakuan Iman Rasuli pada jaman dulu dikenal dengan nama symbolum apostolicum (apostolicum dari bahasa Yunani apostolos, artinya rasul). Pengakuan Iman ini selalu diucapkan pada saat seseorang akan dibaptis. Secara garis besar, pengakuan iman ini dapat dikatakan bersifat Trinitarian (percaya Allah Tritunggal), dengan isi utamanya atau esensinya adalah Yesus Kristus, Anak Allah.
      Pokok Pengakuan Iman Rasuli:
      1. Percaya kepada Allah Bapa, Khalik langit dan bumi (Penciptaan)
      2. Percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal (Penebusan)
      3. Percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan kuasa/karya Roh Kudus (Pengudusan).
      Dari nats tematis pengakuan iman diambil dari beberapa ayat Matius 16:15, Roma 11:36, Wah 21:1-4, Efesus 4:1-16, Kisah 1:8, dari ayat inilah rumusan tematis dalam pengakuan iman dibentuk. Dan hal inilah yang membuat gereja berani mengakukan imannya yang dimana pengakuan tersebut bertahan sampai beribu tahun bahkan sampai sekarang semua orang percaya mengakukan imannya, dan hal ini dalam kenyataanya adalah suatu bentuk dalam hal menyenangkan hati Tuhan.


      Hapus
    4. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 21 April 2016
      Unsur Liturgi 6 : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
      Penyaji : Anggianita Sembiring, Jefri Hamonangan Damanik, Rocky Sembiring, Rosalina Simanullang

      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. Abineno mengatakan bahwa persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Persembahan berasal dari kata sembah yang berarti pernyataan hormat, dinyatakan dengan cara menangkupkan kedua belah tangan, menyusun jari sepuluh lalu diangkat ke atas sampai ke dagu dan juga sampai ke atas dahi hingga dengan menyentuh ibu jari ke hidung atau ke dahi. Persembahan sudah ada sejak Zaman Kain dan Habel, pada suatu peristiwa keduanya membawa hasil dari pekerjaannya untuk dikorbankan kepada Tuhan. Kain membawa hasil dari tenaganya (hasil bumi) dan Habel mempersembahkan Anak Sulung Kambingnya (Kej. 4:3). Dalam Perjanjian baru Persembahan berasal dari bahasa Yunani yaitu θζυσια (Penyembelihan, pemotongan, pembunuhan), αναπερο yang diterjemahkan sebagai korban pemberian persembahan dan αιμα yang menjelaskan darah Kristus sebagai persembahan dan Keselamatan (Rom. 3:25, Ef. 1:7).
      Pada masa jemaat mula–mula, rasa persaudaraan sangat mendorong dalam pengaplikasian kasih yang terlihat dari kehidupan jemaat itu sendiri yang paling peduli satu dengan yang lain, bahkan di ketahui bahwa harta milik adalah bersama dan dinikmati bersama. Sesuai dengan anggapan Gereja Lama, pemimpin-pemimpin gerekan Liturgia mempertahankan pemakaian istilah “korban” untuk pemberian (persembahan) jemaat. esuai dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan gereja, akhirnya konsep pemberian jemaat juga mengalami perkembangan. Berlanjut pada masa reformasi konsep tentang persembahan juga tetap hidup dikalangan jemaat.
      Ditinjau dari sudut historis pemberian jemaat harus ditempatkan sesudah khotbah. Pemimpin-pemimpin-pemimpin gerakan Liturgia juga mengakui hal ini. ungguhpun demikian, pemberian ini umumnya mereka tempatkan di antara pembacaan Alkitab dan Khotbah. Umumnya dalam semua gereja di Indonesia pemberian jemaat dipersembahkan dalam bentuk uang. Jadi pemberian jemaat adalah rasa syukur kepada Tuhan yang diungkapkan.

      Hapus
    5. Nama : Edy Kerisman Tarigan
      NIM : 12.01.921
      Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
      Kelas Liturgika 21 April 2016
      Unsur Liturgi 7 : NYANYIAN dan PADUAN SUARA
      Penyaji : Edy Kerisman Tarigan, Hafdon Tuah Purba, Septy Mega Silvia Purba, Wenty Karolina Surbakti
      Paduan suara merupakan khotbah kedua setelah khotbah diatas mimbar. Banyak orang-orang bertobat setelah mendengarkan lagu pujian ataupun paduan suara. Selain itu juga tidak jarang orang beriman menuangkan pengalaman berimannya kepada Allah lewat sebuah lagu pujian baik itu suka maupun duka. Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama).
      Dalam tata ibadah yang digunakan Luther dan pengikut-pengikutnya, nyanyian mendapat tempat yang penting. Musik Gregorian dari abad pertengahan masih dipelihara tetapi juga ditambah dengan nyanyian-nyanyian yang digubah Luther sendiri. Sejak dulu kala ada paduan suara dalam ibadah. Istilah “paduan suara” telah ditemukan di dalam Alkitab Perjanjian Lama (misalnya Ezra 12:13, 38, 40).
      Nyanyian umat dan nyanyian koor mempunyai fungsi mendidik dan mengembalakan. Nyanyian umat dan nyanyian koor mempunyai fungsi mendidik dan mengembalakan. Mazmur-mazmur, menurut Calvin, adalah nyanyian-nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah karena diciptakan oleh Roh Kudus. Kalau kita menyanyikan Mazmur-mazmur, kita memakai kata-kata yang berasal dari Allah sendiri. Alasan ini sesuai dengan ajaran Calvin tentang Alkitab. Dalam Alkitab, Roh Kudus berbicara melalui kata-kata manusia (dalam Kitab Mazmur Daud, menurut Calvin), sehingga bila kita menyanyikan Mazmur, Roh Kudus juga meletakan kata-kata dalam mulut kita untuk memuliakan nama Tuhan. Fungsi utama paduan suara dipandang sebagai sarana saling berbagi dalam pelayanan firman, bernyanyi kepada jemaat. Ini mungkin perlu suatu lokasi yang menghadap ke jemaat. Namun, paduan suara itu dimaksudkan untuk didengarkan ketimbang dilihat dan lokasi ini dapat menimbulkan persoalan. Semakin disadari bahwa salah satu fungsi utama paduan suara adalah memimpin nyanyian jemaat, bernyanyi dengan jemaat.
      Jadi paduan suara ataupun nyanyian adalah salah satu dari pada unsur liturgy yang memang sudah lama di terapkan dalam jemaat dan semuanya hal ini adalah untuk menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  37. Nama : Maria Rosalina Saragih
    NIM :12.01.940
    Ting/ Jur. : IV-A/ Teologi
    Mata Kuliah : Liturgika
    Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th

    Kelompok IV
    Nama Penyaji : Ade Ttrisna Hutabarat
    Anova Talenta Milala
    Eka Surya Darma Purba
    Maria Rosalina Saragih
    Tiar Mauli Sinambella

    Nama Pembahas (Kelompok VI) : Anggianita Sembiring
    Jefri Hamonangan Damanik
    Rocky Milala
    Rosalina Simanullang
    Unsur Liturgi:
    Pengakuan Iman
    dalam thema Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab

    Pengakuan Iman Nicea dan Konstantinopel (kredo) merupakan hasil dari dua konsili ekumenis yang berlangsung di Nicea pada tahun 325 dan konstantinopel. Para Bapa gereja hadir dan menetapkan ajaran menganai Yesus Kristus, yang menetapkan ketritunggalan Allah Bapa, Yesus, dan Roh Kudus sebagai tiga oknum dalam satu pribadi. Kredo merupakan rumusan ajaran dasar Gereja perdana yang dibuat berdasarkan amanat agung Yesus Kristus untuk menjadikan segala bangsa muris-Nya, membabtis mereka dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pada zaman dulu pengulangan secara lisan karena banak jemaat yang masih buta huruf diucapkan bersamaan dengan doa Bapa Kami dan kesepuluh Firman, itu berarti Pengakuan Iman ini sama pentingnya dengan Doa Bapa Kami dan Kesepuluh Firman. Pengakuan dibuat sebagai ringkasan ajaran Kristen untuk calon-calon babtisan. Jadi, Pengkuan Iman merupakan ikrar atau tekad kita kepada Tuhan, ungkapan Pribadi dan perwujudan tanggung jawab iman kita di hadapan Allah yang dilakukan dalam rangka mewujudkan penghormatan dan ibadah kita kepada Tuhan, yang merupakan kesaksian yang memperdengarkan kebenarab dan kehendak Allah.
    Jika melihat asal kata kerja dari mengaku, berarti menunjuk kepada diri sendiri atau telah menjadi bagian pribadi manusia secara utuh yang telah mengungkapkan identitas dirinya. Di mana ada sebuah fakta yang benar-benar nyata dalam pribadi seseorang yang dalam setiap realitas kehidupan, pasti manusia membutuhkan sebuah pengakuan baik buat dirinya sendiri maupun orang lain. Sehingga dalam setiap lingkup kehidupan manusia selalu terikat dengan Iman dan Percaya kepada Tuhan, baik dalam komunitas dan institusi secara langsung dan tidak langsung. Karena tidak akan pernah ada atau muncul sebuah Pengakuan secara kasat mata, tanpa manusia percaya kepada Sang Penciptanya. Sebagai seorang manusia kita selalu dituntut untuk selalu Mengimani dan Percaya kepada Tuhan pemberi hidup ini dengan sebuah Pengakuan Iman.
    Di mana Pengakuan Iman yang telah kita ikrarkan itu harus memberikan warna dalam kehidupan manusia. Untuk menghadapi segala tantangan, pergumulan dan persoalan hidup yang akan mengancam Pengakuan Iman manusia yang datang silih berganti baik secara internal dan eksternal. Karena kehidupan manusia dalam keberadaanya sangat berpengaruh dalam menentukan arah hidup, maksudnya bahwa kita harus selalu mewaspadai setiap perkembangan zaman ini, dengan menyikapi segala hal dan menyadari di mana arti kehadiran Tuhan yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Kehidupan percaya manusia tidak akan pernah lepas dari sebuah Pengakuan Iman kepada Tuhan, di mana manusia melihat bahwa otoritas Allah berada diatas segala-galanya.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Nama : Maria Rosalina Saragih
      NIM : 12.01.940
      Ting./ Jur. : IV-A/ Teologi
      Mata Kuliah : Liturgika
      Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
      Kelompok V
      Nama Kelompok : Longbet Finaldo Romahorbo
      Malem Kerina Tarigan
      Parinduan Tambunan
      Riosa Sembiring
      Nama Pembahas (Kelompok VII) : Edy Krisman Tarigan
      Hafdon Tuah Purba
      Septy Mega Silvia Purba
      Wenti Karolina Surbakti
      Doa merupakan nafas orang percaya, tanpa berdoa manusia tidak akan dapat bertahan hidup secara rohani. Secara fisik manusia bisa saja hidup terus menerus tanpa berdoa, namun untuk menjalani hidup dengan penuh pengharapan dalam kasih manusia sangat membutuhkan hidup secara rohani. Setiap manusia memiliki kekuatannya secara jasmani, namun yang perlu bagi Tuhan bukanlah kekuatan fisik manusia itu tetapi hubungan manusia itu kepada penciptanya. Doa tidak hanya berbicara kepada Allah, namun juga memohon dan bersykur kepada-Nya. Untuk itu dalam doa tidak selayaknya manusia itu hanya meminta tetapi ucapan penyembahan, penghormatan, puji-pujian kepada Tuhan, itu yang ingin Ia dengar dalam doa kita.

      Setiap manusia memiliki pergumulannya masing-masing, yang membutukan topangan doa agar dia diberi kuasa oleh Tuhan dan mendapat kekuatan dari Tuhan. Sebab manusia itu hidup bersama untuk memuliakan Allah, untuk itu sesama manusia harus saling menopang dalam pertumbuhan setiap gereja. Doa syafaat hadir untuk mendoakan jemaat yang sedang dalam menghadapi pergumulan. Dalam arti, doa syafaat itu ada bagi siapa saja yang butuh perlindungan; yaitu berdoa bagi tiap-tiap anggota dan diluar anggota juga. Doa syafaat merupakan doa kepada setiap umat yang di mana umat itu membutuhkan perlindungan.
      Banyak orang sekarang tidak begitu mengerti mengenai makna doa syafaat itu seperti apa yang sebenarnya, bahkan ada yang menyalahgunakan makna doa syafaat sebagai tempat doa orang-orang yang memiliki banyak uang. Hal ini sangat salah, dan kejadian seperti yang ada dalam Gereja Roma Khatolik sepertinya terulang kembali. Paradigma yang seperti itu harus benar-benar diubah dengan mereformasi kembali pemahaman yang baik dan sesuai dengan apa yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya. Doa yang Yesus ajarkan adalah mendoakan setiap anggota sebagai kesatuan yang utuh untuk datang kepada Tuhan dan melayani Tuhan. Jadi berdoa itu harus dengan sikap yang rendah hati, tidak dengan tinggi hati atau karena ada sesuatu yang dimiliki tetapi memiliki hati Allah dan memiliki paradigma Yesus.

      Hapus
  38. Nama : Edy Kerisman Tarigan
    NIM : 12.01.921
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia
    Kelas Liturgika 21 April 2016
    Unsur Liturgi 5 : Doa Syafaat
    Penyaji : Longbet Finaldo Rumahorbo, Malem Kerina Tarigan, Parinduan Tambunan, Riosa Br. Sembiring
    Perumus : Edy Kerisman Tarigan, Sefty Purba, Hafdon Purba, Wenti Surbakti
    Doa syafaat adalah salah satu bagian dari unsur liturgy yang memang sudah tidak asing lagi kita dengar dan dilakukan. Doa syafaat adalah ungkapan hati kita kepada Tuhan untuk memohan perlindungan dari pada Tuhan.Dalam ibadah jemaat dari abad ke abad doa syafaat biasanya di tempatkan sesudah pemberitaan firman.
    Dalam kesaksian Perjanjian Lama salah satu tokoh yaitu Abraham menaikan doa syafaatnya bagi Sodom dan Gomora, dan kepad Lot keponakannya. Yesus Juga berdoa dan bersyafaat setiap pagi untuk pelayananya dan berdoa kepada semua diluar dirinya. Tuhan Yesus adalah figur seorang pendoa syafaat sejati. Yohanes pasal 17 adalah doa yang dinaikkan oleh Tuhan Yesus kepada Bapa di sorga untuk murid-muridNya (orang percaya) sebelum Ia terpisah dari dunia ini. Dalam Kolose 1:9a "Sebab itu sejak waktu kami (Paulus dan rekan) mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu." Ayat nas di atas juga menunjukkan bahwa rasul Paulus adalah seorang pendoa syafaat. Kepada jemaat di Kolose Paulus menyatakan, "...kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah," (ayat 9-10).
    Berdoa syafaat adalah wujud nyata tali pengikat yang kuat diantara sesama anak Tuhan. Mendoakan orang lain dan sesama saudara seiman adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya. Namun menjadi seorang pendoa syafaat adalah tidak mudah karena tidak semua orang mau berdoa untuk orang lain. Yustinus Martir (110-165) memberitakan bahwa sesudah kedua (=pelayan) mengajar dan memberi nasihat, kami semua jemaat bangun berdiri dan berdoa bersama-sama. Dalam ibadah minggu biasanya doa syafaat di naikan setelah pemberitaan firman dalam gereja gereja yang kita anut sekarang ini. lkitab menyatakan bahwa semua anak Tuhan harus melakukan doa syafaat: berdoa untuk keselamatan orang lain, kesembuhan saudara seiman yang sakit, berdoa untuk bangsa dan negara, berdoa untuk para hamba Tuhan dan sebagainya.
    Jadi "Doa Syafaat" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.

    BalasHapus