Senin, 14 Maret 2016

Menyenangkan Hati Tuhan oleh IV A Kelompok I



Nama              : Andre Hartland Peranginangin
  Desna Sonia Sembiring
                          Dear Mando Purba
  Efran M.I. Pasaribu
  Yosevina Ananda Gurusinga
Tingkat/Jur    : IV-A/ Theologia
Mata Kuliah   : Liturgika
Dosen              : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
Unsur Liturgi:
Votum, Salam, dan Introitus
Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab

I.                   Pendahuluan
Di dalam setiap peribadahan Kristen, baik Protestan maupun Katolik Roma, terdapat unsur-unsur liturgi yang sangat tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa unsur di dalam liturgi adalah Votum, Salam, serta Introitus, namun ada banyak sekali jemaat bahkan penatua dan diaken yang tidak mengetahui apa atri dan makna mengapa hal tersebut dilakukan. Hal tersebut membuat jemaat menjadi tidak dapat menghayati setiap unsur-unsur liturgi tersebut. Mengapa penting untuk mengetahuinya adalah karena setiap unsur liturgi memiliki arti dan makna serta pesan-pesan khusus bagi jemaat dalam mempersiapkan dirinya untuk memasuki peribadahan yang kudus.
II.                Pembahasan
2.1. Votum
2.1.1.      Pengertian Votum
Votum adalah pembacaan ayat-ayat suci pada acara kebaktian di gereja Protestan sebelum khotbah.[1] Votum adalah suatu keterangan khidmat atau janji yang khidmat. Votum disamakan dengan kata-kata pembukaan ketua rapat ketika memulai suatu rapat. Kata pembukaan ketua ini berfungsi menertibkan pertemuan yang tidak teratur menjadi pertemuan yang teratur. Demikian pula votum, melalui ucapan votum pertemuan jemaat menjadi sebuah pertemuan yang teratur. Jadi secara fungsional votum dan kata pembukaan ketua rapat sama tetapi secara derajat votum dan kata pembukaan dari ketua rapat itu berbeda. Jika kata pembukaan ketua rapat itu berhubungan dengan aspek horizontal dari peserta rapat maka votum lebih dari itu, yaitu menyentuh aspek vertical (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan jemaat yang hadir). Misalnya ketua rapat memulai rapat dengan mengatakan kata khidmat “saya membuka rapa” atau saudara-saudara kita akan segera memulai rapat kita. Sedangkan Votum “Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” (rumus votum ini menyangkut dengan Tuhan dan umat-Nya yang berkumpul). Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang menyusul setelah votum semuanya berlangsung dalam nama Tuhan (Lihat rumus votum, Maz.124:8) Jadi maksud votum adalah mengkonstatir hadirnya Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Maka Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsure pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan. Pendeta dapat memimpin ibadah dan Jemaat dapat berdoa, memuji Tuhan dst dalam ibadah Gereja itu hanya berlangusng karena Tuhan dan bukan kehebatan pendeta atau jemaat[2]  Votum juga memiliki arti bahwa pengakuan Allah hadir dalam ibadah. Biasanya dengan pembacaan Mazmur  124: 8 “ Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menciptakan  langit dan bumi”.[3] Votum adalah kata pembuka oleh liturgis, votum dibawakan untuk memulai peribadahan itu, sehingga didalam peribadahan itu berjalan dengan khidmat karena janji Tuhan akan ditekankan dalam peribadahan itu. Jemaat akan dilawat dan akan diberikan pengampunan kepada mereka yang mau datang menyembah dan memuliakan namanya.
2.1.2.      Sejarah Pemakaian Votum
Votum diambil alih dari gereja-gereja di Netherland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai ibadahnya dengan Salam hal itu berjalan terus sampai masa reformasi. Berdasarkan kebiasaan Calvin di Sinode Dordrecht (1574) kemudia mewajibkan pemakaian Mazmur 124: 8 sebagai votum didalam kebaktian.[4]
2.1.3.      Pandangan Tokoh terhadap Votum
Beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya mengenai votum yaitu :[5]
a.      A. Kuyper
Menurut Kuiper votum itu bukan doa melainkan suatu keterangan hikmat. Melalui votum, anggota-anggota jemaat yang datang berkumpul didalam ruang ibadah berubah menjadi persekutuan orang percaya maksud votum ialah, untuk mengkonstatir hadirnya Tuhan Allah ditengah-tengah umatnya. Oleh karena itu, votum harus diucapkan pada permulaan kebaktian.


b.      Van der Leeuw
Votum harus diucapkan pelayan, segera sesudah pelayan memasuki ruang ibadah. Dalam votum terletak amanat, kuasa (eksousia) Allah. Segala sesuatu yang menyusul berlangsung dalam namaNya. Oleh karena itu, sama sekali tidak ada gunanya mengucapkan votum sesudah bagian-bagian yang lain berlangsung.   Votum harus di ucapkan pada permulaan kebaktian. Hanya nyanyian masuk saja yang boleh mendahuluinya.
c.       Stevens
Votum artinya janji yang khidmat. Votum dapat diumpamakan dengan cap pada sepucuk surat. Cap itu menentukan isinya. Jadi, Votum mencap pertemuan jemaat dan memateraikan menjadi ibadah atau kebaktian gereja. Melalui votum pertemuan jemaat mendapat sifatnya yang khusus dan dibedakan dengan pertemuan-pertemuan yang lain. Melalui votum orang-orang yang datang berkumpul dari segala tempat (kota dan desa) didalam kebaktian berubah menjadi jemaat Yesus Kristus. Mereka duduk disana bukan sebagai Tuan A atau Nyonya B, melainkan sebagai hamba-hamba Yesus Kristus.
d.       L. Brink
Votum artinya janji. Janji Kristus adalah bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaNya, Ia akan hadir di tengah-tengah mereka. Melalui votum pertemuan jemaat dicap menjadi ibadah, ibadah kepada Tuhan. Ia hadir bersama-sama jemaat. Karena itu votum bukan hanya rumus pembukaan saja.
Dari pandangan tokoh diatas dapat dikatakan bahwa Votum itu adalah kata pembuka, dimana tanda Allah hadir dalam peribadahan tersebut. Allah hadir didalam peribadahan tidak melihat seseorang itu kaya atau miskin, pejabat, dan yang lain-lain, tetapi Allah hadir untuk melihat bahwa Jemaat yang hadir dalam ibadah tersebut adalah jemaat Yesus Kristus. Votum sering kali dibuka dengan menggunakan Mazmur 128:4, Votum juga dapat dikatakan Janji. Janji Kristus dimana hal itu hanya dilakukan didalam peribadahan kepada Tuhan.
2.2. Salam
2.2.1.      Pengertian Salam
Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar. Salam adalah tanda persekutuan. Dengan salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Oleh karena itu pengucapan salam juga menunjukkan tanda ikatan emosional antara pemimpin ibadah dan anggota jemaat. Rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13.[6] Salam dalam liturgi yang berarti Tuhan beserta engkau dan dijawab oleh umat dengan Et cum spiritu tuo, yang berarti dan dengan rohmu juga. Salam ini di dasarkan pada salam yang terdapat dalam Rut 2:4 dan 2 Timotius 4:22. Salam dan jawaban ini termuat dalam Tradisi Apostolik dari Hipolitus.[7]
2.2.2.      Sejarah Pemakaian Salam[8]
Salam liturgis yang kita kenal saat ini berasal dari Perjanjian  Baru dan Perjanjian Baru mengambil alih dari ibadah Yahudi dari rumus salam “Selamat! Selamatlah engkau.... (1 Sam 25:6; 1 Taw 12:18) dan rumus berkat “TUHAN kiranya menyertai kamu (Rut 2:4).” Dalam abad- abad pertama salam dipakai di tiga tempat:  sebelum kolekta (doa), sebelum prefasi (bagian doa konsekrasi) dan sebelum bubar (akhir kebaktian). Kemudia salam dipaki juga di bagian-bagian lain: sebelum khotbah (sebagai pendahuluan) dan mungkin juga sesudah khotbah. Menurut Pius Parsch salam diucapkan delapan kali di beberapa bagian tempat dalam misa Romawi. Pada masa reformasi jumlah salam sangat dibatasi. Tata-tata kebaktian Lutheran terus memakainya di tiga tempat: sebelum kolekte. Sebelum prefasi dan sebelum bubar. Di Swis tata-tata kebaktian “untuk memulai dan mengakhiri khotbah” (1525-1535) memakainta sebagai pendahuluan dari doa untuk pemberitaan firman dan syafaat untuk pemerintah serta umat Kristen yang menderita. Demikian pula tata-tata kebaktian lain yang dipakai di sana. Calvin juga memulai kebaktian pemberitaan firman, yang ia pimpin, dengan rumus Mazmur 124:8, yang menurut edisi-edisi kemudian (sejak 1562) disebut “doa”.
2.2.3.      Pandangan Tokoh terhadap Salam[9]
2.2.3.1. Kuyper
Kuyper mempunyai anggapan yang lain. sebagai ganti salam ia memakai benediksi. Benediksi, atau rumus berkat, ialah komplemen, penggenap votum. Keduanya berkaitan erat. Jemaat mulai dengan pengakuan bahwa pertolongannya adalah di dalam nama Tuhan, yang telah melepaskannya dari siksaan dan kematian untuk kehidupan yang kekal. Sebagai jawaban atas pengakuan ini, Tuhan Allah memberikan kepastian tentang anugerah  dan kesejahteraan (keselamatan) kepada umat-Nya. Jadi, di sini pelayan menjalankan fungsi kembar. Pertama-tama ia mengucapkan votum atas nama jemaat, sesudah itu benediksi kepada jemaat atas nama Tuhan Allah. sebagai pelayan jemaat, ia berkata, “pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN yang menjadikan langit dan bumi.” Sebagai hamba Allah, ia kemudian berkata kepada jemaat, “Anugrah dan sejahtera (selamat) adalah dengan kamu dari Allah Bapa kita oleh Yesus Kristus Tuhan kita, dalam persekutuan Roh Kudus.”


2.2.3.2.  Van der Leeuw
Sesudah votum menyusul salam. Salam bukan berkat! Berkat akan datang kemudian. Sesudah amanat Allah berlangsung, pelayan memberi salam kepada jemaat dan jemaat memberi salam kepada pelayan. Salam ini adalah tanda persekutuan. Segala sesuatu yang akan berlangsung sekarang ini berkaitan dengan jemaat secara keseluruhan, termasuk percakapannya: seorang dengan yang lain dan mereka bersama-sama dengan Tuhan Allah.
2.2.3.3.Stevena
Dengan rumus salam, pelayan memberi salam kepada jemaat. Di dalamnya kita diberitahu bahwa Allah bapa dan Yesus Kristus Tuhan dan Roh Kudus mau mengaruniakan anugerah dans sejahtera (selamat) kepada kita. karunia ilahi ini sudah dapat kita terima pada permulaan kebaktian. Bila pelayan atas nama Allah memberi salam kepada jemaat, telah sewajarnya jemaat membalas salamnya dengan anugerah dan sejahtera (selamat) yang sama. hal itu dapat ia buat dengan menyanyikan Amin.
2.2.3.4.Brink
Bilamana kita memberi salam kepada seseorang, kita mengharapkan kebahagiaan baginya: mudah-mudahan hidupnya pada waktu itu dan waktu-waktu yang akan datang sejahtera. Salam gerejawi berfungsi sama. bedanya ialah gereja bukan saja mengharapkan anugerah dan sejahtera dari salam yang diucapkannya, melainkan menyampaikannya juga kepada jemaat dalam nama Bapa, Anak dan Roh.
2.2.3.5.Golterman
Sependapat dengan pemimpin-pemimpin  Gerakan Liturgia. Ia mengatakan bahwa salam adalah usaha mendapatkan kontak. Tuhan Allah mau mengadakan persekutuan dengan jemaat. Dalam kebaktian ini, Allah mengaruniakan keselamatan kepada jemaat. Ia membuat hal itu dengan salam-Nya yang disampaikan pelayan kepada jemaat. Golterman mengusulkan rumus salam, “kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:7) atau , “Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan dari Yesus Kristus” (2 Tim. 1:2). Kalau perlu dapat ditambah dengan “dan persekutuan Roh Kudus” (2 Kor. 13:13).
Salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Dengan tegas Oberman memperingatkan. Salam itu bukan berkat! Jadi jangan mengangkat tangan. Jangan diucapkan dengan tangan terulur.  Salam pelayan dijawab oleh jemaat dengan “amin”. “Jawaban jemaat adalah esensial, tidak ada salam tanpa jawab.”
2.3. Introitus
2.3.1.      Pengertian Introitus
Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat dan bukan oleh Paduan suara atau vokal group. Ada Gereja yang menggantikan introitus dengan nats pembimbing. Baik introitus maupun nats pembimbing selalu dihubungkan dengan tahun Gerejawi atau nats khotbah.[10] Setelah votum maka introitus disampaikan yaitu pembacaan Alkitab sesuai dengan tahun gerejawi dan jemaat menyambutnya dengan menyanyikan ”haleluya, haleluya, haleluya”. Introitus sesungguhnya adalah prosesi atau perarakan masuk sebagaimana umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian atau Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus, laksana bahtera berlayar menuju pelabuhan abadi.
Introitus atau Introit (Lat. ’masuk’). Disebut juga ”antifon pembukaan”, yaitu ayat yang dinyanyikan atau dibacakan saat iman masuk kedalam gereja untuk merayakan ekaristi. Introitus seringkali diambil dari Mazmur dan merumuskan inti permenungan hari itu.[11] Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk, bukan pembacaan nas. Umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian. Gereja secara ekumenis berarakan menuju Kristus (bnd Yeh 47:1) laksana bahtera (naos) yang masih berlayar menuju pelabuhan abadi. Dalam liturgi, prosesi dalam ibadah biasanya dilakukan dari pintu utama menuju altar dan mimbar. Beberapa Jemaat agak sungkan melakukan prosesi pada awal ibadah. Biasanya prosesi atau introitus dihapus dan diganti dengan penyerahan Alkitab. Ini hanya dilakukan oleh beberapa petugas liturgi saja. Padahal, sebagai pembuka ibadah, prosesi merupakan kunci kekhidmatan seluruh liturgi. Prosesi adalah laksana sampul depan sebuah buku atau majalah; ia memberi kesan khidmat, agung, indah, dan hormat.[12]
2.3.2.      Sejarah Pemakaian Introitus
Introitus adalah akta ibadah untuk memulai ekaristi dalam Gereja Barat. Pada mulanya, introitus terdiri dari seluruh Mazmur yang dinyanyikan secara antifonis dan Gloria Patri. Mereka menyanyikan, sementara pemimpin ekaristi memasuki gereja. Dalam Ordo Romanum Primus abad ke-8, disebutkan bahwa pemimpin ekaristi akan berhenti bernyanyi apabila ia tiba di altar. Namun pada abad ke-13, ditetapkan bahwa pada introitus, cukup hanya satu ayat Mazmur yang dinyanyikan. Kini dalam Gereja Katolik Roma, introitus boleh dinyanyikan atau diucapkan ketika pemimpin ekaristi mendekati altar. Dalam gereja Protestan, introitus merupakan nas pembimbing yang diucapkan setelah votum dalam. Biasanya nas pembimbing diambil berdasarkan tahun gerejawi.[13]
Karena hubungan yang erat antara ajaran gereja dan kebaktian, tidak heran jika reformasi ajaran gereja oeh Luther, Zwingli, dan kemudian juga oleh Calvin, memaksa kaum protestan untuk menata kembali juga tata ibadah Gereja Katolik Roma. Salah satu yang di terjadi adalah salam, yang kita kenal dalam ibadah-ibadah Protestan, walaupun merupakan unsur tetap dalam introitus sejak gereja kuno, tidak ada dalam ibadah Calvin, tapi kemudian dimasukkan kembali.[14]
Kalau kita bernyanyi untuk Tuhan, tentunya semua perlu dipersiapkan dengan penuh kesungguhan. Untuk bagian ibadah yang bertahap introitus, nyanyiannya bersifat invokatif (memanggil umat untuk beribadah) dan dogsologi (pengagungan Tuhan yang mengangkat hati umat menengadah keatas). Lagu-lagu perlu dipilih dengan seksama sehingga menopang dan melengkapi unsur liturgi yang bersangkutan.[15]
2.4.  Pandangan Pendeta terhadap Votum, Salam, dan Introitus
2.4.1.      Repelita Tarigan[16]
Votum adalah pengakuan jemaat atau ungkapan iman yang dimana menjadi dasar dari kebaktian. Sebagai penyataan/ ungkapan iman votum, harus dibacakan secara hikmat. Votum bukan merupakan penentu hadir tidaknya Tuhan dalam perjumpaan orang Kristen tetapi satu cara gereja untuk memberi makna sakral dalam perjumpaan jemaat dengan Tuhan maupun umat manusia. Salam adalah bentuk sapaan Allah melalui hambanya. Introitus adalah firman atau kehendak Tuhan yang menjadi dasar kehidupan manusia. Kehendak Allah yang menjadi cermin kepada manusia untuk melihat  ke dalam hati dan perbuatannya, dan teks introitus yang akan menghantarkan jemaat ke dalam pengoreksian diri, perenungan, dan mengakui tentang keterbatasan, kelemahan dan dosa. Votum, salam, introitus terdapat di dalam tata ibadah untuk keteraturan ibadah dan menyatakan semua firman Tuhan.
2.4.2.      Manamba Tua Pasaribu[17]
Votum adalah materai pertanda yang mengatakan bahwa Allah hadir didalam ibadah tersebut. Votum sering menggunakan “didalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Allah Bapa”. Salam bukan Berkat, oleh karena itu salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Kalau di HKI salam ini sering menggunakan “ Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu (kita) sekalian”. Melalui salam Allah menyatakan bahwa Allah tetap menyertai jemaatNya. Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nats Alkitab. Bacaan ini diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu. Nats Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana perayaan minggu Gerejawi tertentu. Nats alkitab ini disambut jemaat jemaat dengan menyanyikan “haleluya” yang artinya “pujilah Tuhan.
2.4.3.      S. Sipayung[18]
Votum berarti dasar atau “dalam nama”. Yang memateraikan/menahbiskan setiap ibadah ialah jika ibadah itu dimulai di dalam nama atau demi nama Allah Tritunggal : “Dalam nama Allah Bapa, dan anak-Nya Tuhan Tesus Kristus, dan Nama Roh Kudus, Khalik langit dan bumi.” Ini adalah suatu pernyataan atau ungkapan iman Kristen yang mendasari ibadah. Introitus adalah jalan masuk bagi jemaat untuk memasuki ibadah yang telah dibuka berdasarkan votum. Yang membuka jalan adalah Dia, yang kepadanya kita hendak bersekutu. Biasanya, sebagai ungkapan sukacita, jemaat menyanyikan haleluya, haleluya, haleluya, untuk mengungkapkan kebesaran Tuhan.
2.5.  Analisa dan Kaitan Unsur-Unsur Liturgi dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam menyenangkan hati Tuhan.
Dalam setiap peribadahan haruslah tetap untuk menyenangkan hati Tuhan, artinya peribadahan itu harus seturut dengan kehendak Allah dan bertujuan untuk memuliakan dan memuji Dia. Votum, Salam, dan Introitus haruslah dipergunakan sesuai dengan fungsinya sehingga peribadahan itu berlangsung secara khidmat. Votum, Salam, dan Introitus adalah tiga rangkaian yang tidak terpisahkan dalam peribadahan, dikarenakan dalam setiap peribadahan tiga hal ini harus dilaksanakan, sehingga dalam peribadahan itu dapat dikatakan sakral dan sesuai dengan tata peribadahan yang baik.  Unsur-unsur liturgi votum, salam, dan introitus ini sangatlah penting dalam peribadahan, karena tanpa tiga hal tersebut, peribadahan tidaklah lengkap. Kelengkapan peribadahan dapat juga menjadi satu tahapan untuk menyenangkan hati Tuhan.
Unsur-unsur liturgi peribadahan, harus mendukung dalam keteraturan peribadahan sehingga peribadahan itu dapat menyenangkan hati Tuhan. Jemaat harus merasakan kehadiran Tuhan dalam peribadahan itu, sehingga dalam peribadahan itu terjadi  hubungan spiritual dan dapat menyenangkan Hati Tuhan. Sehingga ibadah yang menyenang hati Tuhan adalah jika jemaat dapat merasakan dan menghayati setiap unsur-unsur liturgi yang ada.


III.              Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa  votum, salam, dan introitus adalah  unsur-unsur liturgi yang harus ada disetiap peribadahan. Votum, salam, dan introitus adalah tiga rangkaian yang saling berkaitan yang didalam peribadahan mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana ketiga hal itu menjadi pembuka dalam setiap peribadahan. Votum, salam dan introitus juga berperan dalam peridahan yang menyenangkan hati Tuhan, karena didalam ketiga hal itu terdapat unsur-unsur dimana kehadiran Tuhan dapat dirasakan oleh jemaat.

IV.             Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Abineno J.L. Ch., Unsur-Unsur Liturgia, Jakarta: BPK-GM, 1999.
De Jong Christian    ,  Apa itu Calvinsme, Jakarta: BPK-GM, 2008.
Ismail Andar, Selamat Berbakti, Jakarta: BPK-GM, 2008.
O’Collins Gerald, Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Poerwardaminta W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Rachman Rasid,  http://rasidrachman-liturgika.blogspot.co.id/2008/03/kelirumologi-dalam-liturgi.html, diupload pada Maret 2008 dan diakses pada 11 Maaret 2016.
Setiawan M. Nur kholis dan Soetapa Jaka, Meniti Kalam Kerukunan, Jakarta: BPK-GM, 2012.
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011.

Sumber Wawancara:
Repelita Tarigan, pendeta GBKP yang ditempatkan di Runggun Ujung Serdang klasis Lubuk Pakam.
Manamba Tua Pasaribu, pendeta HKI Kutacane Resort Kutacane.
S. Sipayung, pendeta Resort Siantar IV.



[1] W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 432
[2] J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, (Jakarta: BPK-GM, 1999), 2-3.
[3] M. Nur kholis Setiawan dan Jaka Soetapa, Meniti Kalam Kerukunan, ( Jakarta: BPK-GM, 2012), 478.
[4] J.L. Ch. Abineno, 2 .
[5] Jl.Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, 3-4.
[6] J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, 8.
[7] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011), 81.
[8]J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, 8-9 .
[9]J.L. Ch. Abineno, 9-10 .
[10]J.L. Ch. Abineno,  14-15.
[11] Gerald O’Collins, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 120.
[12]Rasid Rachman,  http://rasidrachman-liturgika.blogspot.co.id/2008/03/kelirumologi-dalam-liturgi.html, diupload pada Maret 2008 dan diakses pada 11 Maaret 2016.
[13] F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 192-193.
[14]Christian    De Jong,  Apa itu Calvinsme, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 168-169.
[15] Andar Ismail, Selamat Berbakti, (Jakarta: BPK-GM, 2008)57.
[16]  Repelita Tarigan adalah seorang pendeta GBKP yang ditempatkan di Runggun Ujung Serdang klasis Lubuk Pakam, wawancara ini dilakukan pada hari sabtu 12 Maret 2016. Pukul 15.00 WIb
[17] Manamba Tua Pasaribu adalah seorang pendeta HKI yang ditempatkan di HKI Kutacane Resort Kutacane, pendeta ini adalah alumni dari STT Abdi Sabda Medan pada tahun 2005. Wawancara ini diambil melalui Via telepon pada hari minggu 13 Maret 2016.   Pukul 16.00 Wib.
[18] S. Sipayung adalah pendeta Resort Siantar IV. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 12 Maret 2016 pukul 19.30 WIB.

21 komentar:

  1. Terimakasih kepada Kelompok I, di atas telah saya cantumkan materi sajiannya.

    Kelompok yang akan membahas sajian ini besok, seharusnya sudah mengirimkan bahan bahasan mereka di ruang komen ini, untuk didiskusikan besok di ruang kuliah, agar sajian Kelompok I ini lebih mendalam.

    Sekali lagi, kepada semua mahasiswa yang mengontrak Liturgika ini, sebaiknya pukul 20.00 wib malam, kelompok yang ditugaskan untuk membahas sajian seperti yang tertera di atas, seharusnya sudah mengirimkan bahasannya ke ruang komen ini, agar semua peserta kelas sudah bisa membaca masukan kelompok pembahas pada malam terakhir sebelum penyajian materi besok harinya.

    Terimakasih, salam.

    BalasHapus
  2. Kemompok 3 Sebagai Pembahas Kelompok 1
    Nama :Dalton Manulang
    Maston Silingota
    Nelta Valentina Br. Tarigan
    Reka Cristiani Purba
    Tolopan Ria Silalahi
    Tingkat/Jur : IV-A/Teologia
    Mata Kuliah : Liturgika
    Dosen : Pdt. Edwad Simon Sinaga, M.Th
    Unsur Liturgi:
    Votum, Salam, dan Introitus
    Dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Alkitab


    1. Pembahasan
    Votum adalah proklamasi yang menandai bahwa Tuhan telah masuk ke dalam Ibadah, dan melandasi ibadah itu. Artinya ibadah adalah perintah Tuhan kepada umat, sehingga melaluinya umat berjumpa dengan Tuhan. Secara formulatif, proklamasi itu berbunyi ‘Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus’. Dengan demikian Votum bukanlah doa permulaan ibadah. Dan votum disamakan dengan kata-kata pembukaan ketua rapat ketika memulai suatu rapat. Dalam artian bahwa ketika kita melakukan peribadahan maka para pelayan Tuhan mengucapkan kata-kata salam kepada jemaat. Gereja mengucapkan votum pada permulaan kebaktian atau votum menjadi unsure pertama dalam ibadah Protestan. Votum hendak menegaskan bahwa berlangsungnya ibadah dari awal sampai akhir ibadah hanya dapat terjadi dalam pimpinan Tuhan.
    Dalam sajian para penyaji sudah ada tercantum tentang bagaimana tanggapan para tokoh mengengenai apa itu votum. Namun dapat kami simpulkan adalah bahwa votum itu adalah keterangan hikmat, terletak amanat, kuasa (eksousia) Allah atau didalam berlangsungnya votum itu ada kuasa Allah yang untuk menguasai jemaatnya juga dalam votum itu terdapat janji Kristus yang hidmat, yakni yang menjadi janji Kristus itu adalah dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaNya, Ia akan hadir di tengah-tengah mereka. Melalui votum pertemuan jemaat dicap menjadi ibadah, ibadah kepada Tuhan.
    Salam bukan pemberian berkat, berkat akan datang belakangan. Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan yang dinyanyikan oleh jemaat Introitus adalah prosesi atau perarakan masuk, bukan pembacaan nas. Umat Israel melakukan perarakan menuju tanah perjanjian.
    Jadi dapat kami simpulkan bahwa ketiga unsur liturgi ini sangat berkaitan dan didalam peribadahan ketiga unsur ini sudah ada walaupun belum semua aliran gereja yang memakainya. Pemaiakaian ketiga unsur ini didalam gereja tergantung pada pemaknaan gereja tersebut atas ketiga unsur tersebut, sehingga pemakaian ketiga unsur-unsir liturgi ini berbeda-beda dalam setiap gereja itu terjadi karena pemaknaan unsur-unsur liturgi itu berbeda.
    2. Pertanyaan
    Adapun yang menjadi pertanyaan kami adalah:
    1. Apa perbedaan votum, introitus dengan epistel?
    Karena dalam pembacaan epistel, epistel juga dibacakan sebulm khotbah. Dan para penyaji memaparkan bahwa votum pembacaan ayat-ayat suci pada acara kebaktian di gereja Protestan sebelum khotbah. Dan pada sajian para penyaji di 2.3.1 mengatakan bahwa introitus juga disampaikan melalui pembacaan Alkitab. Jadi apa yang menjadi perbedaan diantara ketiga kata ini?
    2. Para penyaji telah memaparkan pengertian votum menurut para tokoh, namun yang menurut penyaji sendiri apakah votum itu?
    3. Mengapa pemakaian votum sebagai kewajiban dalam suatu kebaktian?
    4. Bagaimana sejarah perkembangan votum, salam dan itroitus dimulai dari abad pertama hingga reformasi? Coba para penyaji jelaskan dia mulai dari abad perabad, sehingga dapat kita tahu kenapa ketiga unsur ini harus dipakai dalam peribadahan.
    5. Apakah jika salah satu ketiga unsur liturgika ini tidak ada dapatkah suatu ibadah itu dikatakan sakral?
    6. Dari hasil wawancara penyaji tentang votum, salam dan itroitus bagaimana tanggapan penyaji tentang perbedaan pendapat yang mereka jelaskan dan kesimpulan apa yang anda boleh peroleh dari hasil wawancara itu?
    7. Apakah arti dan makna dari ketiga unsur liturgi tersebut didalam ibadah?

    BalasHapus
  3. Kelas Liturgika 17 Maret 201

    Kelompok I
    Unsur Liturgi: Votum, Salam, dan Introitus dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab

    Votum, berarti “dasar” atau “dalam nama”.
    Yang memateraikan/menahbiskan setiap ibadah ialah jika ibadah itu dimulai di dalam nama atau demi nama Allah Tritunggal : “Demi nama Allah Bapa, dan Nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus, khalik langit dan bumi, Amin!” Ini adalah suatu pernyataan atau ungkapan iman Kristen yang mendasari ibadah atau sebagai pernyataan akan dasar ibadah. Karena itu, hal ini harus dinyatakan seluruh peserta ibadah dengan penuh khidmad, sekalipun yang menyampaikan adalah Liturgos atau pemimpin ibadah. Pada saat ini liturgos adalah “alat atau mulut” yang dipakai Allah menyapah umatNya dengan “menaruh perkataan-perkataanNya” di mulut sang liturgos tsb. (bnd. Yeremia 1:9).

    Introitus, yang berarti jalan masuk.
    Introitus adalah jalan masuk bagi jemaat untuk memasuki ibadah yang telah ditahbiskankan dalam nama Allah Tritunggal sebagai dasar konstruksi ibadah yang telah dinyatakan melalui Votum. Karena Introitus adalah jalan masuk ke dalam satu persekutuan kudus dengan Tuhan Yesus, maka yang membuka jalan hanyalah Dia, yang kepadaNya kita hendak bersekutu. Itulah sebabnya, Introitus selalu diambil atau didasarkan pada Firman Tuhan. Karena sesungguhnya, Tuhan Yesus sendiri-lah yang membuka jalan masuk bagi jemaatNya dalam setiap ibadah.
    Dalam sejarah terbentuknya tahun gerejawi, terlihatlah bahwa ayat-ayat introitus ini biasanya diambil dari bahasa latin, dan untuk memudahkan mengingatnya, maka setiap kata pertama dari ayat itu, dibuat menjadi nama dari hari minggu itu.
    Sebagai rasa sukacita jemaat atas kemurahan Tuhan yang telah memenerimanya masuk ke dalam persekutuan, maka setelah pembacaan Introitus, jemaat menyambut dengan menyanyikan “Haleluya, Haleluya, Haleluya”. (bahasa Ibrani, berarti : Pujilah Tuhan). Nyanyian haleluya ini menumbuhkan sikap memuji Tuhan dari segenap hati, yang tidak akan pernah berkesudahan.

    Doa Introitus.
    Doa Introitus, pada hakikatnya adalah doa pembukaan untuk memasuki ibadah. Isi doa juga lazimnya selaras dengan Introitus, dengan maksud untuk lebih memberi makna “berhadapan dengan Tuhan” kepada setiap jemaat yang hadir sebagai “orang-orang kudus” dalam persekutuan ibadah itu.
    Dengan selesainya doa introitus ini berarti jemaat yang hadir beribadah sudah “benar-benar” memasuki Kerajaan Allah dan “berhadapan” dengan Allah yang diyakini “benar-benar hadir” dalam ibadah.
    Berhadapan dengan Allah bukan secara fisik saja, tetapi terutama secara roh. Roh kitalah -- yang terus menerus diperbaharui agar semakin kudus – berhadapan dengan Allah Roh Kudus (bnd. Kolose 3:10).
    Oleh karena itu ketika liturgi sampai pada Votum,Introitus dan Doa, sepatutnya semua peserta ibadah /kebaktian berada pada sikap “diam dengan hormat” menundukkan diri seutuhnya (tubuh serta jiwa) di hadirat Allah. Yang “diam” adalah tubuh, yang “hormat” adalah jiwa. Tidak ada yang sedang berjalan mencari tempat duduk, berbisik-bisik atau hal-hal lain; seperti mengantuk !
    Selanjutnya Liturgis yang membacakan doa inipun harus memperhatikan pembacaan doa ini secara tepat. Karena doa ini adalah doa bersama, maka hendaklah Listurgist membacanya dengan seksama, dengan tempo yang tepat, jangan terlalu cepat sehingga sulit dihayati oleh jemaat atau terlampau lambat. Pembacaan doa ini ini tidak seperti membacakan laporan atau pengumuman. Naik turunnya suara/penekanan pada perkataan tertetnu perlu dipahami dengan baik, supaya doa itu tidak dibaca datar atau terus-menerus dengan suara yang lembut atau keras, dan jangan pula dalam membaca doa itu suaranya tidak suara bersandiawara atau yang dibuat-buat tetapi hendaklah suara liturgist betul-betul berasal dari penghayatan yang sungguh-sungguh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam adalah tanda persekutuan antara yang memimpin ibadah dengan jemaat. Dalam ibadah pelayan memberi salam kepada Jemaat dari mimbar dan jemaat memberi salam kepada pelayan yang sedang di mimbar. Salam adalah tanda persekutuan. Dengan salam ini mau ditegaskan bahwa pemimpin ibadah tidak sendirian dalam ibadah tetapi ia bersama-sama dengan jemaat. Oleh karena itu pengucapan salam juga menunjukkan tanda ikatan emosional antara pemimpin ibadah dan anggota jemaat. Rumus salam seperti dalam: Rom. 1:7; 2 Tim.1:2; 2 Kor.13:13

      Hapus
  4. Nama : Jefri Hamonangan Damanik
    NIM : 12.01.932
    Tingkat/Jur : IV-A/ Theologia

    Di dalam kesimpulan penyaji ada dikatakan bahwa “votum, salam, dan introitus adalah tiga rangkaian yang saling berkaitan yang didalam peribadahan mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana ketiga hal itu menjadi pembuka dalam setiap peribadahan. Votum, salam dan introitus juga berperan dalam peridahan yang menyenangkan hati Tuhan, karena didalam ketiga hal itu terdapat unsur-unsur dimana kehadiran Tuhan dapat dirasakan oleh jemaat”. Ketika seseorang jemaat tidak mengikuti ketiga hal tersebut di dalam peribadahan apakah dapat dikatakan ibadah nya menyenangkan hati Tuhan atau tidak, bagaimanakah ibadah yang menyenangkan hati Tuhan, apakah harus mengikuti Liturgi dan harus ada Liturgi di dalam peribadahan baru dikatakan peribadahan yang menyenangkan hati Tuhan?


    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      saya akan mencoba menanggapi pertanyaan saudara. menurut saya semua unsur liturgi harus diikuti oleh jemaat. unsur liturgi Votum, Salam, dan Introitus adalah unsur pembuka ibadah, dimana bertujuan untuk mengundang Allah untuk hadir dalam peribadahan itu. banyak umat pada zaman sekarang, sering terlambat datang kegereja, dengan berbagai alasan, dalam keterlambatannya ke gereja ada kekecewaan yang seharusnya dirasakan oleh umat tersebut dikarenakan seseorang tersebut tidak merasakan kehadiran Tuhan, dan mengundang Tuhan dalam hatinya sehingga dia dapat beribadah dengan baik. jadi, menurut saya, unsur-unsur liturgi votum, salam, dan introitus adalah unsur ibadah yang harus ada dan harus diikuti sehingga peribadahan itu menjadi peribadahan yang menyenangkan hati Tuhan.

      Hapus
  5. Benar seperti yang anda katakan bahwa “votum, salam, dan introitus adalah tiga rangkaian yang saling berkaitan yang di dalam peribadahan mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana ketiga hal itu menjadi pembuka dalam setiap peribadahan.
    Menurut saya, seseorang yang ingin beribadah haruslah dapat mengikuti ketiga unsure tersebut. Hal itu dikarenakan bahwa terdapat makna yang sangat berpengaruh dalam seseorang memaknai ibadah yang menyenangkan hati Tuhan. Seperti contohnya yang sangat penting adalah pembukaan ibadah dimulai di dalam nama Allah Bapa,Putra, dan roh Kudus. Namun belum tentu juga seseorang yang mengikuti ketiga unsure tersebut sudah langsung dikatakan menyenangkan hati Tuhan. Ibadah yang menyenangkan hati Tuhan adalah ibadah yang menghayati setiap liturgy yang disiapkan, karena masing-masing unsure liturgi memiliki makna yang mendukung ibadah yang menyenangkan hati Tuhan.
    Setiap ibadah pasti memiliki liturgi. Hanya saja liturgi yang disediakan gereja tentu beraneka ragam, kita tidak dapat menyalahkan hal ini karena inilah kekayaan liturgi itu sendiri. Hal ini juga disebabkan tidak adanya kesepakatan bersama untuk menjadikan sebuah liturgy yang baku bagi seluruh gereja.

    BalasHapus
  6. Nama :maston silitonga
    Nim : 11.01.818
    Ting/jur : IV-A/Theologia
    Unsur Liturgi:
    Votum, Salam, dan Introitus
    Pada sajian pertama saya melihat dan membaca bahwa disajian ini ada penekanan kata bahwa Melalui votum pertemuan jemaat dicap menjadi ibadah, ibadah kepada Tuhan. Ini yang menjadi penekanan dalam sajian kelompok pertama!, jadi timbul dalam pemikiran saya, jadi bagaimana gereja-gereja yang tidak memakai votum di dalam peribadahan, apakah Allah tidak hadir dalam peribadahan di gereja tersebut, padahal ALLAH mengatakan Janji Kristus adalah bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaNya, Ia akan hadir di tengah-tengah mereka. Berarti bukan votum lah yang menjadi tolak ukur dalam melakukan peribadahan. Cuma votum bisah juga dikatakan penghantar kita beribadah didalam memuliakan nama Tuhan, atau di sebut juga dengan menyenangkan hati Tuhan.

    BalasHapus
  7. Nama : Eka Surya Darma Purba
    NIM : 11.01.788

    Melalui sajian yang telah din paparkan oleh kelompok ini saya melihat bahwa Votum, Salam, dan Introitus yang perpengruh besar dalam ibadah, jadi bagaimana dengan gereja-gereja yang tidak mengnakan Votum, Salam, dan Introitus apakah itu berpengaruh dalam mengenangkan hati Tuhan dalam peribadahan mereka,,,,?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      menurut kami penyaji bahwa tidak ada gereja yang tidak memiliki votum, salam, dan Introitus. mungkin gereja tersebut menggunakan cara lain untuk mengungkapkan ketiga unsur liturgi tersebut, tidak hanya dari Mazmur 124 itu. jika ketiga hal itu tidak ada, mungkin ada alasan dari aliran gereja tersebut sehingga tidak menggunakan hal tersebut.

      Hapus
  8. Nama : parinduan tambunan
    NIM : 12.01.951
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    menurut penyaji, votum, salam dan introitus adalah unsur liturgika yang penting dalam ibadah. nah, ada gereja dan sebagian besar gereja ada yang melupakan salam, terkadang liturgis hanya mengucapkan votum, kemudian introitus yang diambil dari nats minggu itu kemudian doa pembuka. bagaimana tanggapan penyaji akan hal itu? apakah itu salah atau tidak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Efran M.I. Pasaribu
      NIM : 12.01.922
      Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

      Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan saudara : disajian telah jelas kami paparkan bahwa salam memang jarang digunakan oleh gereja terkhusus Lutheran, tapi yang perlu kita sadari bahwa votum, salam, dan introitus adalah ketiga rangkaian unsur-unsur pebukaan ibadah yang sangat penting. jika ada gereja yang tidak menggunakan salah satu unsur tersebut, pasti ada alasan lain dalam ibadah gereja tersebut. mungkin salam tidak dibuat dalam pembukaan ibadah, atau mungkin yang lainnya. jadi kami penyaji tetap pada pendirian kami, dan dari penelitian kepustakaan yang kami lakukan pada buku Jl.CH. Abineno, Unsur-unsur liturgi, bahwa ketiga hal ini seharusnya ada dalam peribadahan.

      Hapus
  9. Dalam sejarah intoritus penyaji jelaskan bahwa” introitus dipakai pertama sekali dalam ibadah ekaristi Gereja Barat. Dan introitus terdiri dari seluruh Mazmur yang dinyanyikan.” Dalam Gereja Katolik saat ini pun introitus tetap diambil dari salah satu Ayat Mazmur dan terkadang introitus diyanyikan ketika pemimpin ekaristi mendekati altar. Jadi yang saya analisa bahwa introitus itu pada awalnya dinyanyikan oleh jemaat, bukan pembacaan nas. Namun dalam gereja Lutheran khususnya saai ini votum hanya dibacakan. Jadi tidak sesuai lagi dengan sejarah awal pemakaian votum tadi. Apa yang menyebabkan perubahan itu muncul dari masing-masing aliran gereja tersebut. Dan bagaimana introitus mempengaruhi iman para jemaat sehingga mereka mampu memaknai votum itu sebagai bagian dari peribadahan dan untuk menyenagkan hati Tuhan.

    BalasHapus
  10. Dalam gereja-gereja, khususnya gereja suku ada isu-isu yang mengatakan bahwa yang bisa membawakan votum, salam dan introitus yang sering kita sebut itu dengan paragenda (liturgis) adalah yang sudah mendapat pentahbisan, baik itu pendeta, penginjil, sintua dan syamas. Tolong para penyaji menjelaskan siapa sebenarnya yang bisa jadi liturgis?

    BalasHapus
  11. nama: Longbet Finaldo Rumahorbo
    Nim : 12. 01. 938
    tingkat: IV-A
    Dari pemaparan yang telah penyaji sampaikan saya melihat bahwa pemakaian votum dalam peribadahan orang Kristen tidaklah sejak semula digunakan. Dalam artiaan bahwa pemakaian votum tidak ada pada masa gereja mula-mula hal itu terlihat dalam pembahasan penyaji yang mengatakan bahwa ibadah pada zaman gereja mula-mula tidak menggunakan votum melainkan salam. Sehingga yang menjadi pertanyaan saya adalah bagaimana gereja bisa mengadopsi pemakaian votum dalam ibadah hingga berlangsung saat ini, apakah ada pemikiran tokoh gereja dalam kaitan ini? Karena dalam point sejarah pemakaian votum saya belum mendapat penjelasan yang lebih kongkrit. Dalam hal ini juga bagaimana tokoh-tokoh reformasi menanggapi votum yang ada dalam GKR apakah tidak ada kritikan atau mengadopsi langsung dari apa yang digunakan dalam ibadah GKR? Dan yang selanjutnya adalah dalam pembahasan penyaji telah menggakat beberapa tokoh dalam penjelasan apa arti dari votum namun menurut para penyaji apa yang menjadi kesimpulan dari arti votum?

    BalasHapus
  12. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
    NIM: 11. 01. 766
    salah satu inti dari makalah penyaji tentang votum ialah: votum sebagai tanda hadirnya Allah di tengah-tengah umatnya. mungkin menurut saya ini perlu di teliti ulang. Sebab, jika secara tologis kita membahasnya maka akan hadir jawaban bawha Allah hadir disegala tepat. Akan tetapi inilah yang menjadi persoalan kita dalam kaitan pemujaan kita dan cara melihatnya dari kacamata prakteknya atau secara teologisnya dalam peribadahan. Menurut saya ini yang perlu di gali dalam fungsi dari votum itu sendiri. Sebab, jika kita mempertahankan fungsi votum adalah sebagai tanda hadirnya Allah dalam ibadah tersebut, maka apakah kita sanggup menghilangkan kemahahadiran Allah (omnipresent) tersebut? Itu yang menjadi kejanggalan dalam topik ini. Salam.

    BalasHapus
  13. Unsur Liturgi: Votum, Salam, dan Introitus coba para penyaji jelaskan kembali dan berikan kaitan dan hubungan yang kongkrit dalam unsur ke tiga liturgi ini???

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan menjawab pertanyaan dari saudara fimanta Munthe,
      ke unsur itu sangatlah berkaitan, terlihat dari ibadah gerejawi yang kita lakukan setiap minggunya, kalau kita serius mengikutinya, kita sadar bahwa ibadah itu sangat mengaitkan ketiganya serta memaknakan setiap unsur yang akan dilakukan didalam ibadah tersebut. hubungan kita terlihat dalam Votum, hubunganan manusia dengan manusia terlihat dari Salam, dan kaitan Firman Tuhanlah yang ada dalam introitus.

      Hapus
  14. Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.

    Terimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam.

    BalasHapus
  15. 1. dalam intoirus penyaji menulis tentang dogsologi (pengagungan Tuhan yang mengangkat hati umat menengadah keatas, tolong penyaji jelaskan secara sederhana.
    2. dalam paper kelompok ini penyaji menulis bahwa Biasanya prosesi atau introitus dihapus dan diganti dengan penyerahan Alkitab. jadi apakah ibadah itu boleh tanpa introitus atau apakah ibadah tersebut yang tanpa introitus dapat menyenangkan hati Tuhan?

    BalasHapus
  16. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus