Senin, 14 Maret 2016

Menyenangkan Hati Tuhan oleh IV B Kelompok VI



Nama              : Arjuna Saragih
                          Asriani Purba
                          Frangky Barus
                          Meri  Susunenta Br.Ginting
Tingkat/Jur.   :IVB/Teologi
M. Kuliah       : Liturgika
Dosen              : Pdt.Edward Simon Sinaga M.Th
Pemberian Jemaat
I.                   Pendahuluan
Pemberian jemaat lebih dikenal dengan nama persembahan atau kolekte. Persembahana pada umumnya dilakukan di dalan liturgi peribadahan Kristen. Persembahan pada awalnya dilakukan dalam bentuk korban bakaran dari hasil ternah dan hasil bumi, tetapi akhirnya bentuk persembahan itu mengalami pergeseran sehingga menjadi benda-benda yang lain seperti uang dan barang-barang perlengkapan Gereja. Persembahan yang diberikan ke gereja bukan semata-matu untuk keperluan organisasi gereja dan menunjukkan kekayaan, tetapi persembahan diberikan sebgai ucapan syukur kepda Allah dalam waktu susah dan senang. Swmoga paper ini bergun untuk menabah pengetahuan kita mengenai persembahan di dalam liturgi.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Pemberian Jemaat
Pemberian Jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang  di dalam gereja-gereja Indonesia disebut kolekte[1]. Persembahan ini biasanya dilakukan satu kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi juga ada yang mengumpulkannya dua atau tiga kali.[2] Pemberian Jemaat beararti pengumpulan hasil pemberiaan jemaat secara dermawan dan sukarela dari umat yang dilakukan pada saat peribadahan, lalu persembahan itu akan diletakkan didepan ataupul di sisi altar.[3] Pemberian berasal dari kata Beri yang berarti menyerahkan, membagikan sesuatu dan menyediakan, sementara jemaat berasal dari bahasa Arab yaitu Djm yang berarti mengumpulkan atau menghimpun dan digunakan oleh orang Kristen untuk menunjukkan istilah ‘umat’ baik untuk suatu Gereja maupun untuk seluruh anggota persekutuan Kristen.[4] Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan bukanlah upeti yang dituntut Allah, namun ucapan syukur manusia yang menerima berlimpah berkat.[5]
2.2.Tujuan Pemberian Jemaat
Ucapan Syukur dan puji-pujian yang dipanjatken kepada Allah dalam ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan.[6] Khotbah biasanya akan diikuti dengan tantangan penyerahan diri warga Jemaat kepada Tuhan. Penyerahan diri jemaat itu disebut dengan pemberian Persembahan. Jadi, apabila di dalam ibadah persembahan dijalankan, maka hal itu bukan semata-mata sebagai soal pengumpulan dana atau uang kebutuhan Gereja untuk membayar gaji pendeta dan pekerja full time, tetapi persembahan itu menyimbolkan pernyataan iman kita dan sekaligus sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Itu sebabanya bukan nilai rupiahnya yang kita jatuhkan kedalam kantung persembahan, tetapi soal pengenalan kita terhadap berkat-berkat Tuhan.[7]  
Yesus Kristus telah memberikan diriNya kepada manusia, menderita dan berkorban bagi manusia. Sebab itu manusia juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesamanya. Sebagaiman Kristus rela memecah-mecah tubuh dan mencurahkan darahNya untuk umat yang dikasihiNya, manusia juga mau memecah-mecah roti dan berkat kehidupan untuk sesama. Ketika memberi persembahan manusia sekaligus memberi dan membaharui komitmen untuk selalu memberi berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus (Yohanes 3:16-18), Dengan memberi persembahan, menunjukkan bahwa manusia tidak akan takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan.[8]
2.3.Pemberian  Jemaat di dalam Alkitab
Di dalam Perjanjian Lama mulai dari kitab Kejadian 4, yaitu persembahan oleh Kain dan Habil. Tidak disebutkan persyaratan persembahan. Mereka hanya mempersembahkan sebagian dari harta yang mereka miliki. Kita tidak tahu mengapa persembahan Kain ditolak, sementara persembahan Habil diterima. Kita berhadapan dengan “hak prerogatif/ istimewa” Allah dalam menilai persembahan. Artinya, siapa pun bisa saja mengklaim telah mempraktekkan pemberian persembahan secara benar, tetapi pada hakekatnya penilai sejati hanya Tuhan. Perjanjian Lama juga menyampaikan informasi tentang adanya persembahan khusus dari setiap orang yang tergerak hatinya untuk membantu terpenuhinya kebutuhan bagi rumah Tuhan, jadi bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang (Keluaran 35:21). Fakta ini menyiratkan bahwa di jemaat selalu saja ada sebagian warga jemaat yang memiliki kepekaan yang amat tinggi untuk menyisihkan sebagian dari hartanya untuk keperluan gereja. Ada pula persembahan yang hanya boleh digunakan oleh orang tertentu (keluarga Imam), orang lain tidak boleh ( Imamat 22: 10-12). Ada juga yang  menyerahkan beberapa persembahan sekaligus, yaitu persembahan persepuluhan,persembahan khusus, dan persembahan korban bakaran (Keluaran 12: 11).[9]
Persembahan di Perjanjian Baru adalah sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan (Matius 2:11). Tuhan Yesus agaknya tidak mengutamakan persembahan dalam arti uang atau benda, tetapi yang jauh lebih penting adalah kesediaan seseorang untuk bertobat (Matius 9:13). Bukan jumlah atau banyak-sedikitnya persembahan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, melainkan bobot pengorbanan yang mendasari persembahan yang diberikan (Markus 12: 41).[10]

Pemberian Jemaat sejak dahulu erat dengan perayaan perjamuan. Pada zaman Perjanjian  Baru pemberian tersebut masih dinggap sebagai ‘diakono’ jemaat yang dikumpulkan oleh diaken-diaken (pelayan-pelayan meja), untuk agape (perjamuan kasih) dan untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin (Kisah Para Rasul 6:2) [11].
2.4.Pemberian Jemaat dan Perkembangannya
Dalam abad-abad pertama, pemberian itu mendapat arti yang lain, yakni ketika elemen-elemen perjamuan (roti dan annggur) diangap sebagai korban Kristus, pemberian jemaat juga dianggap demikian. Di Gereja Barat, persembahan ‘korban’ (yang dibawa ke mezbah oleh para klerus dang anggota-anggota jemaat) dianggap sebagai suatu peristiwa penting. Terutama di jemaat-jemaat besar akta persembahan itu diiringi dengan suatu kidung (mazmur) yang dinyanyikan oleh  paduan suara secara antifonis.[12]
2.5.Pemberian Jemaat di Dalam Ibadah
Persembahan merupakan bagian integral dalam litirgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Karena Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu samapai sekarang ini. Persembahan kebaktian merupakan suatu korban syukur.[13]
Dengan kolekte, umat beriman beroleh kesempatan dan kemungkinan untuk berpartisipasi dalam bahan persembahan yang disiapkan untuk perayaan kenangan kurban Kristus di altar. Memang yang akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus hanyalah roti dan angggur saja. Akan tetapi seluruh bahan persembhan lain seperti uang  tetap memiliki makna rohani yang tinggi, terutama makna sebagai ungkapan syukur atas kasih kebaikan Allah atas hidup umat beriman dan makna sebgaai tanggapan atas kasih Allah itu melalui tanda persembahan uang atau barang-barang keperluan gereja dan orang miskin. [14]
2.6.Jenis-jenis Pemberian Jemaat
Ada beberapa macam nama yang diberikan kepada persembahan atau pngumpulan uang jemaat:
1.      Kolekte yang dikumpulkan dalam setiap ibadah
2.      Persembahan Ucapan Syukur [15].
3.      Persepuluhan
4.      Bantuan
2.7.Relevansi Pemberian Jemaat
Persembahan jemaat seharusnya diberikan jemaat dengan sukacita untuk pekerjaan dan kemuliaan nama Tuhan. Beberapa kutipan di dalam Alkitab untuk menambah semangat jemaat untuk memberikan persembahan adalah Roma 12:1, Ulangan 16:16b. Maleakhi 3:10, untuk memotivasi jemaat untuk memberikan persembahan bagi Tuhan melalui gerejaNya dengan penuh sukacita. Markus 12:44-43, yaitu seorang janda miskin yang di dalam kemiskinannya memberikan persembahan kepada Tuhan.[16]
Persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Oleh sebab itu, memberi persembahan tidak hanya dimasa kelimpahan tetapi juga dimasa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun saat miskin juga (Filipi 4:17-19; II Korintus 9:8).  Karena Tuhanlan pemilik kehidupan ‘persembahkanlah dirimu seutuhnya’ (I Korintus 10:26). Tuhan adalah pemilik bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan, itu artinya, Tuhan sama sekali tidak tergantung kepada sokongan, bantuan aplagi belas kasihan kita untuk melakukan aktivitasNya, bahkan Tuhanlah yang sesungguhnya empunya hidup kita dan segala apa yang ada pada kita. [17]



III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian jemaat merupakan pemberian persembahan melalui gereja sebagai ucapan syukur atas berkat Allah. Pemberian jemaat telah dimulai sejak zaman Perjanjian Lama, persembahan yang diberikan jemaat masih dalam bentuk hasil ternak dan pertanian sebagai bentuk ucapan syukur dan tanda keselamatan, sementara di dalam Perjanjian Baru, makna persembahan juga mengalami pergeseran, Yesus Kristus lebih menekankan persemabahan yang hidup daripada sekedar memberi harta milik. Pemberian jemaat bukan saja untuk menyenangkan hati manusia dan gereja, tetapi juga untuk Menyenangkan Hati Tuhan.
IV.             Daftar Pustaka
a.      Sumber Buku
Abineno, J.L.Ch. Unsur-Unsur Liturgika Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000
Beyer, Ulrich,  Memberi dengan sukacita,Tafsir dan Teologi Persembahan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008
Heuken SJ, A.Ensiklopedia Gereja II, H-Komp, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005,
Heuken SJ, A.Ensiklopedia Gereja V Ko-M, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005
Martasudjita, E.Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgi, Pastoral, Yogyakarta: Kanisius, 2005
Pasaribu, Rudolf H.Liturgi Alternatif, Jakarta: Atalya Rileni Sudeco, 2002
Prodjowijono, Suharto, Manajemen Gereja, Suatu Alternaif, ()Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 119

b.      Sumber Elektronik
Artikel Gereja Kristen Jawa , http://www.gkjw.web.id/memahami-makna-persembahan,



[1] Kolekte berasal dari bahasa Inggris yang berarti pungutan atau kumpulan pungutan, sering juga disebut dengan sumbangan atau kumpulan sumbanagan, (A.Heuken SJ, Ensiklopedia Gereja V Ko-M, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), 9).
[2] J.L.Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgika Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 97
[3] A.Heuken SJ, Ensiklopedia Gereja V Ko-M, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), 9)
[4]A.Heuken SJ, Ensiklopedia Gereja II, H-Komp, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), 154)
[6] Ulrich Beyer, Memberi dengan sukacita,Tafsir dan Teologi Persembahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 ), 140
[7] Rudolf H. Pasaribu, Liturgi Alternatif, (Jakarta: Atalya Rileni Sudeco, 2002), 15
[9] Artikel Gereja Kristen Jawa , http://www.gkjw.web.id/memahami-makna-persembahan, diakses pada Sabtu 12 Maret 2016 pukul 15.30 WIB
[10] Artikel Gereja Kristen Jawa , http://www.gkjw.web.id/memahami-makna-persembahan, diakses pada Sabtu 12 Maret 2016 pukul 15.30 WIB
[11] J.L.Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgika Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 98
[12] J.L.Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgika Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 98
[13]  Ulrich Beyer, Memberi dengan sukacita,Tafsir dan Teologi Persembahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 ), 140
[14] E.Martasudjita, Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgi, Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 155
[15] Persembahan Ucapan Syukur adalah partisipasi jemaat dalam dana pembangunan, perayaan natal, paskah, persembahan syukur kepada pelayan Tuhan, persembahan syukur karena mendapat berkat Tuhan dalam berbagai bentuk.
[16] Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja, Suatu Alternaif, ()Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 119

29 komentar:

  1. Pembahas : Antonio Hutagalung, Donny Sinulingga, Uten Perlinda Marbun, Mariati Sitepu, Arjuna Saragih
    PEMBERIAN JEMAAT
    RINGKASAN:
    Persembahan adalah respon atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Yesus Kristus telah memberikan diriNya kepada manusia, menderita dan berkorban bagi manusia. Sebab itu manusia juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesamanya.
    pemberian jemaat di dalam Alkitab membantu terpenuhinya kebutuhan bagi rumah Tuhan, jadi bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang untuk keperluan gereja. yang hanya boleh digunakan oleh orang tertentu (keluarga Imam), orang lain tidak boleh. Ada juga yang menyerahkan beberapa persembahan sekaligus, yaitu persembahan persepuluhan, persembahan khusus, dan persembahan korban bakaran . simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan. Tuhan Yesus agaknya tidak mengutamakan persembahan dalam arti uang atau benda, tetapi yang jauh lebih penting adalah kesediaan seseorang untuk bertobat (Matius 9:13). Bukan jumlah atau banyak-sedikitnya persembahan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, melainkan bobot pengorbanan yang mendasari persembahan yang diberikan (Markus 12: 41). Perjanjian Baru pemberian tersebut masih dinggap sebagai ‘diakono’ jemaat yang dikumpulkan oleh diaken-diaken (pelayan-pelayan meja), untukagape (perjamuan kasih) dan untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin (Kisah Para Rasul 6:2).
    Persembahan merupakan bagian integral dalam litirgi (Roma 15:27), yaitu liturgi ibadah jemaat Kristen. Karena Paulus begitu menekankan hubungan yang erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu samapai sekarang ini.
    Akan tetapi seluruh bahan persembAhan lain seperti uang tetap memiliki makna rohani yang tinggi, terutama makna sebagai ungkapan syukur atas kasih kebaikan Allah atas hidup umat beriman dan makna sebgaai tanggapan atas kasih Allah itu melalui tanda persembahan uang atau barang-barang keperluan gereja dan orang miskin.
    MASUKAN DAN KRITIK :
    Masih banyak tulisan yang bersalahan atau dikatakan salah ketik. Masukan kami ialah ada baiknya mencantumkan sejarah pemberian jemaat dalam perkembangannya, karena masih sangat kurang apa yang dijelaskan oleh penyaji soal ini. apakah sekarang ini mengalami pergeseran makna dari zaman dahulu ke zaman sekarang. Perlu dijelaskan secara mendetail mengenai jenis-jenis pemberian jemaat.
    KONTRIBUSI :
    Sejarah : Di gereja Barat persembahan korban dibawa kaum klerus dan anggota-anggota jemaat, diiringi suatu kidung atau mazmur yang dinyanyikan paduan suara secara antifonis. Persembahan mula-mula disebut innatura hasil bumi dan kemudian persembahan bentuk uang. Seluruh ibadah ialah ibadah korban. Kolekte di ibadah baru ada gunanya kalau kolekte itu merupakan suatu korban atas Yesus.
    Kalau ditinjau dari sudut historis, pemberian jemaat harus ditempatkan sesudah khotbah. Pemimpin-pemimpin gerakan liturgia mengakui hal itu. Dalam pemberian persembahan, dipersilahkan membaca satu nas, menurut tahun gerejawi, kemudian dikumpul diaken, jemaat harus diam dan tidak berbuat apa-apa.
    PERTANYAAN :
    1.Secara liturgi, ada gereja yang melakukan pengumpulan persembahan sebelum dan ada juga sesudah khotbah? Bagaimana tanggapan penyaji akan hal itu?
    2.Bagaimana dengan persembahan persepuluhan saat ini, apakah itu menjadi sebuah ketetapan/kewajiban jemaat atau ucapan syukur jemaat semata-mata? Sebab banyak gereja sekarang menetapkan itu suatu ketetapan dalam bentuk iuran.
    3.Apakah pemberian persepuluhan saat ini relevan ketika ditarafkan dalam jumlah yang sama pembayaran bagi orang yang miskin dan kaya? Itu menimbulkan ketidakadilan materi.
    4.Apakah persembahan dalam sebuah kebaktian adalah bagian liturgi?
    5.Apakah semua pemberian jemaat selalu berhubungan dengan liturgi? Dan apakah semua ucapan syukur menyenangkan hati Tuhan?

    BalasHapus
  2. saya mau bertanya pendapat penyaji setelah membahas sajian pemberian jemaat ini,dan ini masukan juga kepada saya
    -saya adalah aanak kos yang jauh dari orang tua dan saya belum menerima kiriman dari orang tua saya,namun saya rindu sekali untuk mengikuti perpulungan jabu-jabu (Kebaktian keluarga),karna saya rindu kali mengikutinya saya pigi mengikuti ibadah itu tanpa ada persembahan (kolekte),jadi apakah saya salah,dan apakah bisa saya di katakan dalam ibadah itu tidak mengikuti unsur liturgi dalam peribadahan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya hal ini tidak merupakan kesalahan, Allah bukan membutuhkan uang tapi membutuhkan ketulusan kita dalam hal memberikan pemberian jemaat.persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang sejati. Allah tidak membutuhkan uang tapi gereja butuh uang.

      Hapus
    2. tidak ada yang salah dengan hal tersebut. selama saudari ingin dan memberikan hati untuk mengikuti perpulungen jabu-jabu tanpa membawa persembahan berupa materi maka persembahan yang telah saudari antarkan lebih besar dari sekedar materi, yaitu saudari telah menyerahkan diri saudari sebagai persembahan yang hidup.

      Hapus
  3. bagaimanakah tanggapan penyaji,jika kita memberikan persepuluhan kita membuat NN (membuat nama samaran) atau membuat di momo atau di Pengumuman menyebutkan nama yang memberi persepuluhan itu,manakah yang lebih relevan dalam memberikan persepuluhan yang baik menurut pemberian jemaat yang baik ketika penyaji membahas ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya kedua hal ini masih relevan dalam kehidupan masa kini, persoalan persepuluhan ini adalah berhubungan pengakuan kita kepada TUhan. jumlah persepuluhan adalah sepersepuluh dari berkat yang kita terima. Dan yang tahu pasti akan hal ini adalah antara ia dan Tuhannya. jadi yang paling ditekankan dalam persepuluhan ini adalah keiklasan hati. di dalam gereja GKPS terkhususnya ketika ada jemaat yang memberikan persepuluhan maka akan diumumkan lewat momo.

      Hapus
  4. Bagaimana tanggapan penyaji melihat gereja yang melaksanakan pengumpulan persembahan setiap hari minggunya itu selalu ke depan? Karena secara tidak langsung itu memaksakan jemaat untuk membawa persembahannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tanggapan kami terhadap gerejayang menekankan pengumpulan setiap hari minggu ke depan, menurut kami ini tidak menjadi masalah. ketika memang satu minggu telah berlalu apakah memang betul jemaat itu tidak menerima berkat Allah selama satu minggu. sehingga dengan dilakukan pesembahan selalu ke depan menjadi batu sandungan. menurut saya hal ini juga telah disepakati oleh jemaat itu sebelum dilakukan hal yang demikian juga.

      Hapus
    2. Menurut analisa kacamata saya, hal yang demikian dilakukan tidaklah masalah. Mengapa? Karena jemaat bukan dipaksa untuk harus memberikan persembahannya, hal itu dilakukan untuk mendukung pelayanan gereja. Kalau tidak memiliki uang, tidak memberikan persembahan itu tidaklah menjadi masalah. Karena persembahan kita yang hidup adalah tubuh dan hidup kita.

      Hapus
    3. menurut saya hal itu tidaklah menjadi masalah, karena dalam mengumpulkan persembahan tidak ada pernah ditekankan unsur paksaan. jikapun tidak memiliki persembahan maka ia dapat duduk di tempat duduknya.tidak akan ada orang yang akan berkomentar akan tindakan tersebut

      Hapus
  5. trimakasih atas pemaparan topik diatas tapi saya mau bertanya:
    1. Mengapa pemberian jemaat menjadi salah satu unsur liturgi?
    2. Pemberian jemaat yang seperti apa yang dapat dikatakan sebagai unsur liturgi, apakah ketika jemaat memberikan hasil panen itu juga bagian dari liturgi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pemberian jemaat menjadi salah satu liturgi,persembahan merupakan bagian integral dalam liturgi. paulus menekankan hubungan erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dengan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan utama segala jenis sumbangan orang Kristen. maka persembahan mendapat tempat yang tetap dalamkebaktian jemaat. persembahan dalam kebaktian merupakan korban syukur.

      Hapus
    2. pemberian jemaat yang dapat dikatakan sebagai unsur litugi adalah persembahan yang persembahan ucapan syukur . persembahan adalah tanda iman kepada pemeliharaan ALlah di masa sekarang dan masa depan. oleh sebabitu persembahan tidak hanya dilakukan pada saat kelimpahan tapi juga saat kemiskinan melanda. karena Tuhan yang empunya dan tempat manusia bergantung.

      Hapus
  6. Abineno melihat secara konkret tentang perjanjian lama.bahwa persembahan sudah dilakukan sejak persembahan yang pertama Kain dan Habel dalam kejadian 4. Konteks Indonesia Abineno melihat bahwa itu lebih baik dibuat pemberian jemaat bukan sebagai persembahan. Tujuan gereja memakai persembahan adalah supaya uang/materi yang diberikan bukan lagi uang atau materi yang seperti biasa tetapi untuk Tuhan. Persembahan dalam klasik kuno artinya kurban, tetapi pada saat ini disebut sebagai persembahan (ucapan syukur). Pemberian jemaat itu untuk gereja, sehingga perlu management keuangan/laporan yang disiplin sehingga dalam warta jemaat tidak menjadi batu sandungan atau bahan cerita bebas dalam jemaat, sehingga perlu disiplin untuk mengajarkan lembaga-lembaga kecil untuk management keuangan.
    Diperlukna management semua aktifitas kategorial gereja agar berkomitmen disiplin dan terbuka tentang persembahan dan pemberian, mengingat semua perkumpulan di gereja dalam beribadah juga masing-masing mengumpulkan pemberian/persembahan. Gereja sumatera identik dengan membangun sifatnya fisik lebih khusus barang-barang yang tidak bergerak. Pemberian ini akan tiba saatnya beasiswa atau diakonia bagi jemaat berprestasi. Sangat memotifasi bahwa gereja dan pemberian itu adalah hidupnya dan hidup gereja adalah pemberiannya. Marilah gereja membangun pemberian itu. Dalam persebahan ucapan syukur yang di buat di dalam warta ibadah kadang membuat orang lain yang memiliki pemikiran yang selalu iri ataupun pemikiran negative akan orang lain akan terkesan merasa bahwa orang yang sering memberikan persembahan ucapan syukur semata-mata agar dilihat oleh orang lain dan merasa hebat. Ini lah menjadi salah satu konflik yang membuat geraja menjadi kurang berwibawa, karena orang beribadah ke gereja kadang kala sering juga ikut menghakimi kebalikan orang lain. Sehingga jika dapat memberikan masukan terhadap cara pemberian ucapan syukur ke gereja tanpa inisial nama sehingga membuat ketertiban dan keamanan gereja dari tindakan yang tidak menyenangkan hati sesamanya dan hati Tuhan.

    BalasHapus
  7. Di dalam Perjanjian Lama, umat Israel memberikan persembahan kepada Allah yang disebut dengan "kurban". Pada zaman sekarang khususnya dalam konteks gereja-gereja di Indonesia persembahan jemaat dalam ibadah disebut dengan "kollekte". Dari pemaparan penyaji dijelaskan bahwasanya "kurban" dan "kollekte" adalah berbeda. Mengapa keduanya disebut berbeda?
    Apakah umat Israel tidak pernah memberikan persembahan (kollekte) kepada Tuhan Allah? Mohon tanggapannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. perbedaan antara kurban dan kolekte. kurban adalah yang dilakukan di dalam perjanjian baru, sebagai alat untuk penghapusan dosa. kolekte merupakan sebagai tanda ucapan syukur atas berkat yang diterima dengan TUhan. kolekte tidak lagi sebagai alat untuk penghapusan dosa seperti dalam PL tapi menjadi respon atas penyelamatan yang Tuhan telah berikan.

      Hapus
    2. Terimakasih atas penjelasan saudara Asriani. Dengan demikian dapat saya artikan bahwa kollekte kita lakukan dalam ibadah kita adalah sebagai ucapan syukur atas penyelamatan yang Tuhan berikan kepada kita semua. Dan juga menurut saya kollekte dilakukan guna "menunjang" pelayanan dan perkembangan gereja.

      Hapus
  8. Saya ingin bertanya pada kelompok penyanyi
    1. Menurut penyaji mana yang lebih baik saat memberikan ucapan syukur nama dan nominal disebutkan, nama tanpa nominal, atau nominal tanpa nama ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2. Gereja seharusnya mempunyai manejemen yang baik dan terbuka dalam mengelola persembahanagar jemaat percaya memberi persembahannya ke gereja namun jika kita perhatikan gereja kurang terbuka dalam hal ini. Lalu menurut penyaji bagaimana tentang hal ini.Kenapa gereja masih ada yang kurang terbuka dalam hal menejemen persembahannya ?

      Hapus
    2. berkaitan dengan pertanyaan Chaterine yang pertama, mengenai nominal dan nama, saya kira tidak salah untuk menerakan nama dan juga nominal. nominal berfungsi untuk transparansi gereja soal keuangan, sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus-tikus untuk berkeliaran di gereja. selanjutnya,nama juga penting. bukan dengan tujuan untuk menyombongkan diri, namun terkadang, ada saja hal-hal yang tidak terduga, seperti misalnya amplop yang kosong. Ini ada terkadang sebagai perbuatan iseng, ada juga yang lupa memasukkan dan ada juga yang cekatan melihat situasi. sehingga jika ada nama, maka alamat pertanyaan akan mudah ditemukan. selain dari pada itu, seperti yang kita lihat di gereja-gereja kita, biasanya dalam doa syafaat semua pemberi ucapan syukur didoakan. saya kira akan lebih baik ada nama.

      Hapus
    3. terimakasih atas masukan yang telah saudri berikan.

      Hapus
    4. Saya juga setuju dengan pendapat saudari sweetry.jadi memang jelas dalam gereja harus ada keterbukaan.jangan hanya karena uang gereja jadi "rusak". Melalui gereja juga perlu diberikan pemahaman kepada warga gereja dalam hal memberikan persembahan bahwasanya persembahan yang mereka berikan hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Sehingga benar tidak ada lagi dalam motivasi lainnya.terimakasih

      Hapus
  9. Terimakasih buat pembahasan mengenai Pemberian Jemaat oleh Kelompok VI. Dalam pembahasan ini jelas bahwa setiap jemaat harus memberi persembahan dengan hati yang tulus dan penuh dengan sukacita. Namun tidak dapat dipungkiri masih ada pemahaman jemaat bahwa mereka memberi persembahan hanyalah sebagai rutinitas yang dilakukan dan diberikan ke gereja. jadi bagaimana tanggapan penyeminar akan hal tersebut. yang kedua apa yang harus dilakukan gereja untuk meminimalisir pemahaman tersebut? Terimakasih.

    BalasHapus
  10. saya ingin bertanya kepada penyaji kel. 6 mengenai pemberian jemaat. salahkah jika ada kunjungan atau penjemaatan yang kemudian menjadikan kolekte sebagai wadahnya?

    BalasHapus
  11. menurut penyaji, apakah efisien persembahan yang dilakukan lebih dari 1 kali, seperti apa yang dilakukan oleh gereja suku sampai 3 atau 4 kali?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan mencoba menanggapi pertanyaan saudara swetry kepada penyaji mengenai efisien atau tidak melakukan persembahan 3 smpai 4 kali.
      bagi saya pribadi, hanya jemaat yang tidak pernah mensyukuri pemberian Tuhan selama ini dalam hidupnya, hanya orang-orang yang tidak sadar diri (bhsa kasarnya) yang menganggap persembahan 3 atau 4 kali sebagai suatu beban. gereja tidak pernah mematok jumlah persembahan harus segini, dan Tuhan juga tidak menginginkan uang manusia, hanya hati dan ketulusan memberi yang dilihat Tuhan dari pemberian jemaat.
      mungkin lebih banyak uang jemaat habis ke arisan dalam tiap bulannya daripada memberi kepada Tuhan.

      dengan demikian apakah kita masih berkata kolekte 3 sampai 4 kali efisien atau tidak ?
      terimakasih..

      Hapus
  12. menurut penyaji sejak kapan terjadi pergeseran memberikan persembahan ini, karna pada awalnya di Perjanjian Lama mereka memberikan persembahan kepada Allah melalui Kurban yang terbaik, bahkan Allah juga memilih kurban yang benar-benar terbaik, tetapi dalam Perjanjian Baru sudah tidak memakai hal tersebut bahkan sampai sekarang ini sudah memberikan uang secara tunai, jadi bagaimana pendapat penyaji tentang hal ini?

    BalasHapus
  13. Pemberiaan Jemaat adalah untuk Gereja karena Tuhan, dan bukan untuk Pendeta. Sehingga perlu Management keuangan/laporan yang disiplin sehingga dalam warta jemaat tidak menjadi batu sandungan dan cerita bebas bagi jemaat. Dimana pun Ibadah pasti ada kolekte (kecuali ibadah harian). Pemberiaan Jemaat seharusnya dapat menjadi tempat bagi pengumpulan uang untuk menjadi jalur bantuan dana (diakoni). Dalam hal pemberiaan jemaat ini saya setuju jika persembahan ini jelas, dan tiap minggu di wartakan oleh para pelayan. Untuk kebaikan dan kejujuran dan bukan ingin menaruh kecurigaan akan tetapi untuk menjadikan keuangan Gereja menjadi lebih terbuka bagi jemaat.

    BalasHapus
  14. Ruang komen ini resmi ditutup, Sabtu 14 Mei 2016, Pk. 14.21 wib. Salam

    BalasHapus