Senin, 14 Maret 2016

Menyenangkan Hati Tuhan oleh IV A Kelompok VI



Nama              : Anggianita Sembiring
  Jefri Hamonangan Damanik
                          Rocky Sembiring
                          Rosalina Simanullang
Tng/Jur          : IV-A/Teologi
M.Kuliah        : Liturgika
Dosen              : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
Unsur Liturgi : Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
I.                   Pendahuluan
            Liturgi bukan hanya seremonial belaka saja tetapi liturgi itu juga adalah suatu perayaan iman orang Kristen akan Kasih Allah. Di dalam liturgi juga ada terkandung beberapa unsur, salah satunya adalah pemberian jemaat. Abineno mengatakan di dalam bukunya “unsur-unsur liturgi”, pentingnya gereja-gereja saat ini membuat pemberian jemaat itu menjadi berkat bagi semua manusia. Jadi apakah Gereja saat ini memang tepat mengunakan pemberian jemaat itu dengan benar.  Dengan hal itu kita akan meninjau dari sudut liturgi tentang apa itu pemberian jemaat.
II Pembahasan
2.1 Pengertian Pemberian Jemaat
Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban.[1]  Di dalam Buku Abineno mengatakan bahwa persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Pemberian jemaat ini memiliki hubungan sangat erat dengan perayaan perjamuan.[2] Persembahan berasal dari kata sembah yang berarti pernyataan hormat, dinyatakan dengan cara menangkupkan kedua belah tangan, menyusun jari sepuluh lalu diangkat ke atas sampai ke dagu dan juga sampai ke atas dahi hingga dengan menyentuh ibu jari ke hidung atau ke dahi. Kata yang sepadan dengan sembah yaitu, simpuh yang berarti dengan hormat, kata sujud yang berarti hormat, penghormatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Persembahan diartikan sebagai hadiah atau pemberian kepada orang yang terhormat.[3]
2.2  Pemberian Jemaat di Dalam PL
Persembahan sudah ada sejak Zaman Kain dan Habel, pada suatu peristiwa keduanya membawa hasil dari pekerjaannya untuk dikorbankan kepada Tuhan. [4] Kain membawa hasil dari tenaganya (hasil bumi) dan Habel mempersembahkan Anak Sulung Kambingnya (Kej. 4:3). [5] Di dalam Perjanjian Lama orang yang pertama sekali memberi korban persembahan kepada Tuhan adalah Kain dan Habel (Kej. 4:3-5). Mereka masing-masing membawa persembahan Khusus kepada Tuhan. Fungsi di dalam memberikan persembahan  ialah sebagai rasa terima kasih, untuk berdamai dengan Tuhan dan untuk mengiringi Ibadah.[6]
2.3 Pemberian Jemaat di Dalam PB
Dalam Perjanjian baru Persembahan berasal dari bahasa Yunani yaitu θζυσια (Penyembelihan, pemotongan, pembunuhan), αναπερο yang diterjemahkan sebagai korban pemberian persembahan dan αιμα yang menjelaskan darah Kristus sebagai persembahan dan Keselamatan (Rom. 3:25, Ef. 1:7). Dalam Kitab-kitab Perjanjian Baru yang merupakan korban satu kali untuk selamanya yang telah menguduskan kita (Ibrani 10:10).[7] Persembahan adalah lambang penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga dalam hal ini Yesus sendiri mempersembahkan korban kepada Allah seperti halnya orang Yahudi (Mat. 17:29), Seperti perjanjian lama, persembahan merupakan bentuk perjanjian antara Allah dan manusia yang membuat manusia menjadi mitra Allah. Sekalipun bukan mitra yang sepadan tetapi karena Allah sendiri yang berprakarsa di dalamnya maka sudah sewajarnya manusia menaati perjanjian itu serta mematuhi segala kewajiban yang berhubungan dengan itu.[8]
            Ada pun jenis-jenis persembahan yang disampaikan dalam Alkitab, dan yang pertama dalam PL tentunya disoroti dari zaman Israel adalah persepuluhan[9] dan persembahan Khusus[10].
            2.5 Sejarah dan Perkembangan  Serta Jenis – Jenis Persembahan  Dalam Ajaran Kristen
Pemberian jemaat ini, seperti yang kita ketahui, sejak dahulu erat berhubungan dengan perayaan perjamuan. Pada zaman PB pemberian tersebut masih dianggap “diakoni” jemaat untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin. Kemudian pada abad pertama, pemberian itu mendapat arti lain yakni ketika elemen-elemen perjamuan (roti dan anggur) dianggap sebagai korban (korban=Kristus), pemberian jemaat juga dianggap demikian.[11] Konsep persembahan di dalam diri mereka juga sangat ditekankan pada masa jemaat ini, mereka menjual harta dan menggunakannya bersama – sama. Pemberian dilakukan oleh rasa persaudaraan.[12] Sehingga si penerima tidak merasa rendah diri dan tersakiti dalam menerima bantuan yang di berikan oleh saudara – saudaranya. Satu hal juga yang di sampaikan terkait jemaat Mula – Mula adalah dari pelaksanaan ibadah,  dimana setiap orang yang datang dalam ibadah tersebut memberi  persembahan.[13] Dari hal ini terlihat konsep persembahan yang identik dengan kehidupan sosial dan kepedulian yang di landasi oleh kasih dan rasa persaudaraan yang kuat dalam kehidupan jemaat mula –mula.
Pada masa jemaat mula–mula, rasa persaudaraan sangat mendorong dalam pengaplikasian kasih yang terlihat dari kehidupan jemaat itu sendiri yang paling peduli satu dengan yang lain, bahkan di ketahui bahwa harta milik adalah bersama dan dinikmati bersama.[14] Dalam dokumen-dokumen liturgia lama pemberian itu disebut dengan offertorium. Persembahan jemaat mula-mula diberikan innatura (hasil bumi).[15]
Sesuai dengan anggapan Gereja Lama, pemimpin-pemimpin gerekan Liturgia mempertahankan pemakaian istilah “korban” untuk pemberian (persembahan) jemaat. Van der Leeuw dengan tegas mengatakan, “Korban adalah unsur yang esensial dari ibadah jemaat, malahan lebih dari pada itu: seluruh ibadah adalah ibadah korban”. Noordmans berpendapat bahwa, Korban ini hanya dapat diberitakan. Ibadah (Liturgia) yang benar, yaitu benar-benar mempersembahkan korban dan benar-benar berdoa, berlangsung di surga. Di Bumi ibadah (Liturgia) ini hanya bisa ada sebagai terapan, dalanm Khotbah dan untuk percaya.[16]
Sesuai dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan gereja, akhirnya konsep pemberian jemaat juga mengalami perkembangan. Dengan berbagai sebab, persembahan ini kemudian (dalam abad ke-11) diganti dengan persembahan uang. Pada Abad pertengahan konsep persembahan juga belum mengalami pergeseran yang jauh dari jemaat mula–mula. Persembahan bukanlah paksaan bagi umat Allah dan penggunaanya juga diberikan kepada orang miskin. Artinya bahwa pada zaman ini konsep persembahan tersebut adalah sebagai upacara syukur kepada Tuhan. Berlanjut pada masa reformasi konsep tentang persembahan juga tetap hidup dikalangan jemaat. Hanya saja pada masa ini terjadi gejolak karena timbulnya protes dari tokoh reformasi (Salah satunya adalah Marthin Luther) atas apa yang telah dilakukan gereja dan para pemimpin gereja. Pada masa reformasi terjadi kekacauan dalam tubuh gereja itu sendiri. Paus sebagai pemimpin gereja banyak melakukan penyelewengan keuangan dan bahkan memanfaatkan jemaat supaya mereka memberikan persembahan dengan jumlah yang besar dengan menggunakan pengajaran – pengajaran gereja itu sendiri. [17]
Kalau ditinjau dari sudut historis pemberian jemaat harus ditempatkan sesudah khotbah. Pemimpin-pemimpin-pemimpin gerakan Liturgia juga mengakui hal ini.  Sungguhpun demikian, pemberian ini umumnya mereka tempatkan di antara pembacaan Alkitab dan Khotbah. Sebabnya, menurut Van den Leeuw ialah, “Ibadah adalah perayaan korban Tuhan. Perayaan itu terus berlansung, sepanjang ibadah, juga di dalam khotbah dan di dalam korban”.
Umumnya dalam semua gereja di Indonesia pemberian jemaat dipersembahkan dalam bentuk uang. Hal itu tidak ada salahnya. Malahan sebaliknya. Dalam masayrakat modern, terutama di kota-kota, uang dalah satu-satunya hasil pekerjaan banyak orang. Tetapi disamping itu baiklah dipertimbangkan kemungkinan untuk memberikankesempatan kepada anggota-anggota jemaat, khususnya anggota-anggota “jemaat tani”, supaya mereka dapat mempersembahkan pemberian mereka dalam bentuk lain, umpamanya innatura.
2.4.  Nats-nats Thematis Alkitab Mengenai Pemberiaan Jemaat
2.4.1 Nats tentang Persembahan di dalam Perjanjian Lama
Maleakhi 3:10, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”.
Persembahan adalah sebagian dari korban dan pemberian sukarela yang diberikan kepada imam (lih. Kel. 29: 27-28; 25:2-7). Tiga nubuat melukiskan berkat-berkat yang dijanjikan kepada jemaat jika mereka kembali kepada Tuhan dengan menaati hukum persepuluhan dan persembahan-persembahan. Hal ini merupakan jawaban nabi kepada anggota-anggota yang meragukan keberadaan Tuhan. Dan perintah ”ujilah Aku” mengisyaratkan kesediaan Tuhan untuk dicobai. Kesetiaan Tuhan kepada jemaat akan dilihat dalam berkat-berkat yang mereka nikmati. Namun suatu jawaban yang setia dari jemaat adalah prasyarat bagi berkat Tuhan. Tingkap-tingkap langit (Kej. 17: 11; 2 Raja-raja 7:2) akan terbuka, suatu gaya berbicara yang menyarankan bahwa mereka telah mengalami kekeringan dan paceklit, tapi akan tersedia bagi semuanya lebih dari cukup.[18]
Pemberian persembahan persepuluhan yang diberikan ke dalam rumah perbendaharaan, karena Allah sendiri telah setia memberkati hidup mereka. Allah yang tidak pernah berubah dan tetap melawat hidup umatNya. Meskipun umat manusia telah mneyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah dan tidak memeliharanya. Tapi Allah mengatakan kepada umatNya supaya kembali kepada Nya dan membawa seluruh persembahan kepada rumah perbendaharaan supaya Allah memberkati umatNya dan mereka hidup berbahagia. Hal inilah menjadi firman Tuhan semesta Alam bagi orang yang mau kembali kepada Allah dan memberikan persembahan persepuluhan kerumah perbendaharaan. Hal ini menekankan kepada kita sebagai umat Tuhan yang telah dipelihara Tuhan selama ini harus melakukan pembayaran persembahan persepuluhan untuk menyenangkan hati Tuhan. Sebab melalui persembahan persepuluhan yang diberikan jemaat akan dipakai untuk menyatakan kerjaan Allah ditengah-tengah dunia ini dan meningkatkan pelayanan ditengah-tengah gereja.
2.4.2 Nats tentang Persembahan di dalam Perjanjian Baru
Di dalam 2  Korintus 9: 7 “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.
Kolekte sebagai bukti dari ketulusan dan kemauan baik orang-orang Korintus. Paulus menyajikan suatu dasar teologis dan alkitabiah bagi permintaannya dalam masalah keuangan. Kemurahan hati mempunyai nilai tersendiri. Setiap orang yang memberi dengan bebas. Allah tidak terbatas dalam memberi karunia. Dimana tugas orang beriman diminta untuk merefleksikan kemurahan Allah dalam keprihatinan terhadap kaum miskin sambil bertindak sebagai pelayan Allah. Semua tindakan saling berbagi ini didorong oleh keinginan untuk mewartakan nama Allah dan menyampaikan syukur yang sudah selayaknya bagi Allah. [19]
Orang Kristen yang telah merasakan kasih Tuhan dan memperoleh sukacita daripada Tuhan hendak memberi persembahan menurut kerelaan hatinya, jangan karena paksaan. Karena Allah menginginkan umatNya memberi dengan sukacita.  Dengan memberikan persembahan secara benar,  jemaat Tuhan belajar prinsip anugerah dan keajaiban pemeliharaan Aallah;
1.      Dengan bersikap murah hati dalam memberi jemaat akan beroleh kemurahan hati Allah.
2.      Orang Kristen harus memberi dengan sukarela bukan terpaksa.
3.      Allah tahu pengorbanan orang yang memberi persembahan, ia memelihara mereka.
4.      Memberi sebagai wujud perhatian dan kasih kepada jemaat yang perlu sebagai ungkapan syukur kepada Allah.
Sebagai orang Kristen hendaknya tidak dengan tangan hampa datang kepelataran Allah. Kita harus membawa suatu persembahan dengan sukarela, karena kita sebagai orang yang telah dipanggil harus menyatakan kemurahan Allah didalam kehidupan kita. Supaya berkat yang telah dilimpahkan Tuhan kepada kita dapat kita jadikan sebagai alat Tuhan untuk membangun kerajaanNya ditengah-tengah dunia ini. Melalui pemberian jemaat yang didasari dengan sukacita dan juga kerelaan hati akan menyenangkan hati Tuhan.


2.5 Pemberian Jemaat di Gereja-gereja Batak
            Budaya saling membantu (marsitoguan, maknanya lebih dalam gotong-royong yang umumnya menjadi edukasi dasar nenek moyang masyarakat Indonesia) menjadi kekuatan dalam kehidupannya masyarakat. Hal ini berawal dari tanggungjawab kekeluargaan-kekerabatan-kemasyarakatan yang benar dengan tujuan maju dengan tidak mengaharap dan menuntut balasan-tampa pamrih. Adat Dalihan Na Tolu meningkat dan menata kehidupan kekerabatan masyarakat. Ilustrasi Tungku Nan Tiga (dalihan Natolu) dibangun untuk dijadikan sebagai tempat dimana api harus selalu menyala. Jika api di sana sudah menyala, maka ke tiga tungku tersebut berfaedah (priuk atau kuali terletak seimbang dan teguh berada di atasnya sehingga apa pun yang dimasak di dalamnya dapat terlaksana dengan baik dan aman). Dalam masyarakat batak, “api” itu  disebut api solidaritas. Api itu adalah sebagai dari semangat gotong-royong untuk pekerjaan adat (bahkan dalam hal usaha-usaha lainnya). semangat itu akan menyelesaikan setiap permasalahan bahkan permasalahan bahkan permasalahan yang besar sekali pun. Mengingat bahwa semua orang Batak karena kekerabatan yang dimilikinya sehingga taka da seorang pun orang Batak atau yang sudah menjadi Batak tidak memiliki marga. Nilai-nilai baik dalam adat menjadi materi-materi teologi yang dipribumikan, yang akhirnya melahirkan warna teologi, termasuk Teologi Dalihan Na Tolu. Disinilah warga adat budaya Batak dapat berpijak di tengah arus globalisasi (modernisasi) di mana gereja (agama) berkarya terus untuk merelevansikan ajaran-ajarannya-kontekstualisasi-di tengah krisis iman yang sering menghantam dan menghancurkan kehidupan rohani umat percaya itu.[20] Perkembangan gereja Batak juga sangat cepat pertumbuhannya. Menurut hasil survei Dewan Gereja Dunia, gereja-gereja muda yang ada di asia tenggara gereja Batak lah yang paling cepat pertumbuhannya.[21] Gereja Kristen Protestan Simalungun memahami pemberian jemaat ini adalah suatu wujud rasa syukur kepada Allah akan Kasih Allah yang telah diterima oleh manusia dan pemberian jemaat itu digunakan untuk keperluan Gereja.[22] Pertumbuhan Batak juga dapat berkembang cepat itu hanya oleh pemberian jemaat yang digunakan Gereja sebagai alat Tuhan di dunia ini untuk memuliakan nama Tuhan. Pertumbuhan yang dimaksud adalah bukan hanya fisik (gedung) saja melainkan juga secara pelayanan gereja (rohani). Gereja-gereja Batak juga menjalankan Tri Tugas panggilanya sebagai Gereja dan sebagai berkat. Pemberian jemaat juga lah yang membuat perkembangan Gereja-gereja Batak saat ini cepat perkembangannya. Ini juga di pengaruhi oleh budaya yang ada di tanah Batak.
III.              Kesimpulan
Pemberian Jemaat adalah ungkapan syukur manusia kepada Allah akan kasih setiaNya yang selalu melimpah di dalam kehidupan manusia. Pemberian jemaat ini juga dipakai bukan untuk membuat sebuah Gereja menjadi kaya tetapi membuat Gereja menjadi saksi dan alat Allah di dunia ini. Jadi jika ada gereja yang hadir didunia ini memiliki motivasi keduniawian maka hal itu perlu diperhatikan agar memang hakikat sebgai Gereja selalu melekat di dalam Gereja. Sebab melalui pemberian jemaat, kerajaan Allah ditengah dunia semakin dinyatakan.
IV.              Daftar Pustaka
Abineno J.L.Ch., Gereja dan Ibadah  Gereja , Jakarta : BPK-GM,1986.
Abineno J.L.Ch., Unsur-unsur Liturgia,Jakarta:BPK-GM, 2000.
Abineno J.L.Ch., Sekitar Diakonia Gereja . Jakarta: BPK-GM, 1983.
Beker F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta:BPK-GM, 2015.
Bergant Dianne &. Karris Robert J, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta:KANASIUS,
2009
Burket Larry, Mengatur Keuangan Dengan Baik, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006.
Den Heyer C.J., Perjamuan Tuhan, Jakarta: BPK-GM, 1997.
Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta:KANASIUS,
2009.
Hammond Jeft Dan Hammond Annene, Peresepuluhan, Jakarta: Imanuel, 1994.
Jurnal Teologi STT   Abdi Sabda Medan edisi XXXIII,Medan: CV. Putra Mandiri, 2015.
Lembaga Pendidikan Kader GKJ/GKI, Berkumpul Disekitar Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1995.
Ptfeiffer Charles F. & F.Harrison Everett, Tafsir Alkitab Wycliffe Vol I PL, Malang: Gandum                     Mas, 2004.
Rouley H. A., Ibadat Israel Kuno, ,Jakarta:BKP-GM, 2003.
Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan GKPS, Pematangsiantar:Kolportase GKPS,2015.
Theoderus Mawere Marthinus,  Perjanjian Lama dan Theologi Konteksrual, Jakarta: BPK-GM,                 2008.
van den End Th., Harta Dalam Bejana, BPK-GM ,2005.
W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1999.
Wawancara dengan Pdt. E.S.Sinaga M.Th, dosen tetap di STT Abdi Sabda Medan. Jumat,11                   Maret 2016.   


[1] J.L.Ch.Abineno, Unsur-unsur Liturgia,(Jakarta:BPK-GM,2000), 97.
[2] J.L.CH. Abineno, Unsur-unsur Liturgi,99.
[3] W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 904.
[4] Marthinus Theoderus Mawere,  Perjanjian Lama dan Theologi Konteksrual, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 72-73.
[5] F.L.Beker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta:BPK-GM, ), 41-42.
[6] H. A. Rouley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta:BKP-GM, 2003), 89.
[7] Charles F. Ptfeiffer & Everett F.Harrison, Tafsir Alkitab Wycliffe Vol I PL, (Malang:Gandum Mas, 2004), 43.
[8] C.J. Den Heyer, Perjamuan Tuhan, (Jakarta: BPK-GM, 1997),66. 
[9] Dalam PL, kata yang dipakai untuk menyebut persepuluhan adalah maser yang berasal dari bahasa Aram Asher yang artinya kekayaan. Kata persepuluhan semata-mata berarti “sepuluh”, persepuluhan merupakan hak milik Allah, memberikan kepada Allah apa yang memang menjadi milik-Nya. Pada zaman Israel ada tiga jenis persepuluhan yang harus dibayar:
a)       Merupakan 10% dari segala penghasilan yang wajib diserahkan diperbendaharaan rumah Tuhan, sebagai jaminan hidup orang-orang Lewi. Lalu 10% dari persepuluhan itu diberi orang-orang Lewi kepada imam-imam besar Harun yang menjadi jaminan hidup Imamat. Lihat F.L.Baker, Sejarah Kerajaan Allah I,( Jakarta: BPK-GM, 1990), 15
b)       Tiga kali setahun diwajibkan untuk setiap laki-laki diatas umur 12 tahun pergi ke Rumah Tuhan merayakan “Masa Raya”.[9] Masa Raya ini membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga 10% dari penghasilan setiap orang dikumpulkan dan dipakai untuk membiayai dari mereka untuk menghadiri Masa Raya tersebut.
c)       Setiap tahun ke tiga, Israel diwajibkan untuk mengumpulkan tambahan 10% dari penghasilan yang khusus dipakai untuk bantuan sosial, persepuluhan ini merupakan bantuan secara langsungdengan mengundang atau menerima orang-orang asing, anak yatim, janda-janda dan orang Lewi untuk makan dirumahnya sampai kenyang.Masa Raya Israel yaitu: Paskah, Pentakosta dan Pondok Daun, Lih. Jeft Hammond Dan Annene Hammond, Peresepuluhan, (Jakarta: Imanuel, 1994),10.
Di kalangan Israel, adapun barang-barang yang dituntut persepuluhannya menurutTaurat adalah dari hasil benih di tanah, buah pohon-pohon dan lembu sapi atau kambing domba (Im. 27: 30-32). 27: 31-33). Lihat F.L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah I,16.
[10] Bagi Israel, tidak hanya memberi persepuluhan, namun masih da persembahan lainnya yang disebut dengan persembahan khusus. Persembahan ini wajib diberikan kepada Tuhan karena ini merupakan hak milik Tuhan, dalam tradisi ibadah Israel, persembahan korban merupakan ritus yang sangat penting karena korban merupakan media yang dipakai untuk mendamaikan antara Allah dan manusia. Ada beberapa jenis persembahan khusus ini yang dibagi untuk kelangsungan pemberian persembahan yang lebih terorganisasidi bait suci. “ berilah maka kamu akan diberi; suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan kedalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”Adapun jenis-jenis persembahan khusus adalah sebagai berikut:
a)       Korban bakaran yang bersifat pemberian, dimana sesuatu dibawa dan dipersembahkan kepada Allah atas nama sipenyembah.
b)       Korban sajian, artinya mempersembahkan yang terbaik dari yang dimiliki oleh manusia, sewperti cahaya Kain dan Habel.
c)       Korban keselamatan untuk menyatakan syukur kepada Allah (Im. 3: 1-17)
d)       Korban penebusan salah dilakukan ketika seseorang bersalah karena dianggap najis dari segi ucapan agama, dan korban ini diwajibkan bahkan bagi mereka yang kurang mampu, namun dengan syarat-syarat dan ketentuan yang berbeda bagi setiap kedudukan.
Persembahan sukarela yang disampaikan dengan sukarela, biasanya untuk kepentingan pembangunan bait suci.
                Dan prinsip ini harus dilakukan oleh setiap orang karena Allah telah lebih dahulu memberikan Yesus Kristus untuk korban penebusan dosa manusia. Prinsip rohani dari ayat diatas merupakan prinsip yang benar-benar memberi dan menerima, bukan memberi untuk menerima.   Lihat, Larry Burket, Mengatur Keuangan Dengan Baik, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006, 309. Namun, Yesus sendiri mengajarkan bahwa persembahan perlu diberikan secara spontan, tanpa memperhitungkan untung ruginya, tanpa mengharapkan pujian dari orang lain atau dirinya sendiri. Demikian halnya juga dengan Paulus, mengajak jemaat Korintus dan Makedonia untuk memberi persembahan sebagai bantuan kepada Jemaat Yerusalem. Persembahan ini dikumpulkan untuk menghilangkan jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin, sehingga terjadi keseimbangan, dan Paulus sendiri menegaskan tentang   persembahan itu diberikan menurut kerelaan hati dan suk cita, bukan dengan sedih hati dan paksaan (bnd. 2 Kor. 9:7). Demikianlah konsep persembahan khusus yang disampaikan dalam PB, intinya adalah terletak dalam bagaimana umat memberikan persembahan tersebut, artinya yang pertama bahwa umat harus memberi karena telah terlebih dahulu diberi oleh Allah dan dalam memberi harus berlandaskan kasih, keadilan dan kerelaan hati. Lihat, Lembaga Pendidikan Kader GKJ/GKI, Berkumpul Disekitar Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1995, 191.  
[11] J.L.Ch.Abineno, Unsur-unsur Liturgia,98.
[12]  C.J. Den Heyer, Perjamuan Tuhan, (Jakarta: BPK-GM, 1997),182.
[13] J.L.Ch.Abineno, Gereja dan Ibadah  Gereja , (Jakarta : BPK-GM,1986),113.
[14] J.L.Ch.Abineno,Sekitar Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1983), 182.
[15] J.L.Ch.Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 98.
[16] J.L.Ch.Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 99-100.
[17] Th.van den End, Harta Dalam Bejana, (BPK-GM,2005),166.
[18] Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta:KANASIUS, 2009), 736-737.

[19] Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta:KANASIUS, 2009),324.
[20] Edward Sinaga, dosen tetap STT Abdi Sabda Medan, dalam tulisannya yang berjudul “Parsidohot partisipasi ala Batak” yang dimuat di Jurnal Teologi STT   Abdi Sabda Medan edisi XXXIII,(Medan: CV. Putra Mandiri, 2015), 105-112.
[21] Wawancara dengan Pdt. E..S.Sinaga M.Th, dosen tetap di STT Abdi Sabda Medan. Jumat,11 Maret 2016.
[22] Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan GKPS, (Pematangsiantar:Kolportase GKPS,2015), 259.

34 komentar:

  1. Nama : Andre Hartland Peranginangin
    Desna Sonia Sembiring
    Dear Mando Purba
    Efran M.I. Pasaribu
    Yosevina Ananda Gurusinga
    Kelompok : I
    Hal : Pembahas

    PEMBERIAN JEMAAT

    Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. Di dalam Buku Abineno mengatakan bahwa persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Pemberian jemaat ini memiliki hubungan sangat erat dengan perayaan perjamuan.
    Pemberian jemaat ini, seperti yang kita ketahui, sejak dahulu erat berhubungan dengan perayaan perjamuan. Pada zaman PB pemberian tersebut masih dianggap “diakoni” jemaat untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin. Kemudian pada abad pertama, pemberian itu mendapat arti lain yakni ketika elemen-elemen perjamuan (roti dan anggur) dianggap sebagai korban (korban=Kristus), pemberian jemaat juga dianggap demikian. Konsep persembahan di dalam diri mereka juga sangat ditekankan pada masa jemaat ini, mereka menjual harta dan menggunakannya bersama – sama. Pemberian dilakukan oleh rasa persaudaraan. Sehingga si penerima tidak merasa rendah diri dan tersakiti dalam menerima bantuan yang di berikan oleh saudara – saudaranya. Satu hal juga yang di sampaikan terkait jemaat Mula – Mula adalah dari pelaksanaan ibadah, dimana setiap orang yang datang dalam ibadah tersebut memberi persembahan.
    Pemberian jemaat ini lebih baik diletakkan setelah selesai khotbah agar sebagai respon atas pertumbuhan iman lewat khotbah tersebut. Dalam pemberian jemaat ini ada nats-nats pemberian persembahan dan ini diucapkan sebelum mengumpulkan persembahan, nats itu adalah Maleakhi 3:10, 2 Korintus 9:7, dan lain-lain.
    Pertanyaan :
    1. Bagaimanakah menurut penyaji, jika seseorang ingin memberi persembahan, tetapi dia tidak mempunyai uang, dan seorang tersebut hanya membuat tangannya saja tetapi tidak memiliki isi ?
    2. Sejak kapan persembahan itu beralih dari korban menjadi uang ? serta apakah sama makna persembahan korban atau uang ?
    3. Berapa kali persembahan yang dapat menyenangkan hati Tuhan ?
    4. Mengapa penyaji hanya fokus terhadap persembahan (kolekte) yang ada di gereja ? hal yang kita ketahui bahwa persembahan dalam gereja itu terbagi menjadi beberapa jenis seperti persembahan persepuluhan, persembahan syukur, tolong penyaji menjelaskannya ?
    5. Kapan persembahan itu bisa dilaksanakan ? apakah setiap peribadahan atau jika tidak ada persembahan dalam peribadahan mengurangi esensi peribadahan tersebut karena tidak ada unsur peribadahan ini ? apakah peribadahan itu tidak menyenangkan hati Tuhan ?
    6. Apa sebetulnya makna dari ayat untuk mengumpulkan persembahan ? apakah ini diharuskan (diwajibkan) digunakan atau tidak ?
    7. Apakah yang menjadi hubungan antara persembahan dengan adat dalihan na tolu? Persembahan adalah reaksi terhadap berkat Tuhan, sedangkan adat dalihan na tolu adalah sistem sesama manusia dalam adat.

    BalasHapus
  2. Nama : Tiar Mauli Sinambela
    Nim : 12.01.971
    Ting/Jur : IV-A/Theologia

    Analisa Sajian Kelompok VI Tentang:
    " Unsur Liturgi: Pemberian Jemaat" dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab

    Pengajaran Alkitab mengenai “memberi” merupakan penyataan Allah sendiri. Karena Tuhan Allah telah “memberi” AnakNya yang Tunggal menjadi “korban persembahan penebus dosa” semua umat manusia. Oleh karena itu persembahan jemaat merupakan suatu kurban berdasarkan atas kurban Kristus.
    Alkitab mencatat, Kain dan Habel adalah manusia pertama kali memberi persembahan kepada Allah. Bahwa Tuhan Allah “menerima” persembahan Habel, dan “menolak” persembahan Kain (baca Kej. 4: 1-5) adalah peringatan bagi kita bahwa Allah tidak sembarangan menerimana persembahan. Dia Hanya menerima persembahan yang terbaik dan dipersembahkan dengan hati yang tulus ikhlas sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus sebagai sumber segala berkat (band. K.J. 289:8) Sebab siapakah kita sehingga dapat memberi kepada Tuhan? Persembahan yang kita berikan haruslah persembahan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya (seperti Habel), tidak secara asal-asalan saja (seperti Kain).
    Persembahan pada mulanya berupa innatura (hasil bumi dan ternak). Sejak abad ke-11 diganti dengan persembahan uang. Persembahan ini dipakai untuk biaya penyelenggaraan ibadah, kesejahteraan para pelayan penuh dan diakonia; pemeliharaan janda-janda miskin, yatim-piatu (baca , Imamat 14: 28-29).

    BalasHapus

  3. 1. Riosa : Hendaklah setiap orang yang datang beribadah tidak dengan tangan hampa.
    Hakekat persembahan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sama sekalipun dalam hal bentuk atau jenisnya berbeda yaitu sebagai respon manusia dan bukti ketaatannya kepada Allah atas segala berkat Tuhan yang diterima dalam hidupnya. Persembahan yang diberikan jemaat setiap Minggu, atau persembahan khusus yang ditujukan kepada pos tertentu, adalah wujud ketaatan iman untuk mendukung pelayanan/pekerjaan Tuhan yang diprogramkan Gereja. Persembahan juga dikumpulkan untuk kepentingan pelayanan kehidupan sosial jemaat sebagai anggota tubuh Kristus. Peribadahan sanagat beraneka ragam, jadi tidak semua peribadahan harus menggunakan persembahan dan tergantung dengan ibadah yang di ikuti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2. Parinduan : Ada di beberapa gereja tidak menggunakan ayat alkitab di dalam pengantar untuk mengumpulkan persembahan, bagaimana kah menurut penyaji apakah ayat alkitab itu sangat berpengaruh terhadap pengantar persembahan ini?
      Pemberian jemaat adalah persembahan jemaat atau yang dikenal di gereja-gereja Indonesia disebut kolekte atau korban. persembahan adalah pemberian kasih yang dikumpulkan dalam ibadah jemaat adalah sebagian dari tugas pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari dan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di dalam kesusahan. Jadi ayat alkitab itu adalah sebagai pengatar bahwasanya manusia sudah menerima berkat dan manusia juga harus menyalurkan berkat-berkat itu kepada yang membutuhkan.

      Hapus
    2. 3. Hafdon : pemberian jemaat berupa barang dan barang tersebut di jual oleh gereja kembali agar menjadi berbentuk uang, bagaimana tanggapan penyaji terhadap hal itu karena saya tidak setuju dengan hal itu.?
      Pemberian jemaat pada mulanya berupa innatura (hasil bumi dan ternak). Sejak abad XI diganti dengan persembahan uang. Persembahan ini dipakai untuk biaya penyelenggaraan ibadah, kesejahteraan para pelayan penuh dan diakonia; pemeliharaan janda-janda miskin, yatim-piatu (baca , Imamat 14: 28-29).
      Pemberian Jemaat adalah ungkapan syukur manusia kepada Allah akan kasih setiaNya yang selalu melimpah di dalam kehidupan manusia. Pemberian jemaat ini juga dipakai bukan untuk membuat sebuah Gereja menjadi kaya tetapi membuat Gereja menjadi saksi dan alat Allah di dunia ini. Jadi jika ada gereja yang hadir didunia ini memiliki motivasi keduniawian maka hal itu perlu diperhatikan agar memang hakikat sebgai Gereja selalu melekat di dalam Gereja. Sebab melalui pemberian jemaat, kerajaan Allah ditengah dunia semakin dinyatakan.

      Hapus
    3. nama : Eka Surya Darma Purba
      apa alasan saudara Jefri mengatakan Kerajaan Allah di tengah dunia semakin dinyatakan? Coba saudara Jefri beriakan landasan teologis yang mendukung hal tersebut..

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
      (Perbaikan)
      buat saudara Eka Surya Dar Purba, jika kita melihat Jemaat Makedonia yang dipuji oleh Rasul Paulus karena meskipun dari keberadaan mereka yang kurang mampu, namun dapat memberikan persembahan yang berarti bagi pelayanan Tuhan. Dalam 2 Korintus 8:5 disebutkan, "Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami." Tidak ada alasan berkekurangan sehingga kita tidak dapat memberi kepada Tuhan. Bahkan untuk yang banyak mendapat berkat dari Tuhan kita dituntut untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita (Amsal 3:9-10) supaya kita diberkati dengan limpah. Bangsa Israel ditegor oleh Tuhan karena menipu Tuhan dengan tidak memberikan persepuluhan dan persembahan khusus sehingga apa yang mereka kerjakan tidak dapat dinikmati (Maleakhi 3:8-9). Pemberian kita juga menarik perhatian Allah. Suatu kali Yesus berada di Bait Allah dan memperhatikan seorang janda yang miskin yang memasukkan persembahannya ke dalam peti. Janda itu memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Yesus berkata, "sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Markus 12:42-44). Nah, dengan demikian pemberian jemaat dapat sebagai sarana menyatakan kerajaan Allah. Salam

      Hapus
    6. 3. Berapa kali persembahan yang dapat menyenangkan hati Tuhan
      Persembahan tidak di hitung seberapa banyak kita memberi pada tuhan tetapi seberapa iklaas hati kita memberi kepada tuhan dan apa dasar hati kita untuk memberi kepada tuhan . setiapa hari pun kita memeberi tapi tidak dengan hati yang iklas sama saja tidak menyenangkan hati tuhan

      Hapus
    7. Mengapa penyaji hanya fokus terhadap persembahan (kolekte) yang ada di gereja ? hal yang kita ketahui bahwa persembahan dalam gereja itu terbagi menjadi beberapa jenis seperti persembahan persepuluhan, persembahan syukur, tolong penyaji menjelaskannya
      Kami para penyaji menagapa semua persembahan kami identikkan dengan kolekte karena kami menganggap semua persembahan itu termasuk kolekte misalnya pun ada persembahan yang berupa barang itu juga nantinya akan di lelang kepada jemaat lalu uangnya akan kembali menjadi kolekte

      Hapus
  4. nama : Eka Surya Darma Purba
    NIM : 11.01.788
    apakah pemberian jemaat sudah termasuk pemberian gereja kepada Allah...?
    atau jangan-jangan pemberian jemat itu hanya termasuk untuk gereja. atau apa perberian gereja kepada Allah..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Nama: Afdi Joniamansyah Purba
      (perbaikan)
      saudara jangan menganggap kata "memberi" disini secara spontan seperti seorang ayah yang memberikan uang jajan kepada anaknya. maksud saya disini, ketika jemaat memberi kepada gereja, maka pemberian itu akan dipergunakan gereja untuk keperluan gereja atau untuk pengektifitasan pelayanan gereja. jadi, Allah sendiri memakai "pemberian" tersebut untuk menjadikan gerejanya semakin luas dan agar gereja dapat memberitakan kabar baik samapi ke ujung bumi. Salam

      Hapus
  5. Riosa:
    Pemberian jemaat ialah sebagai tanda ungkapan terimakasih atau syukur atas perbuatan dan kasih karunia Tuhan. Bentukna cukup bervariasi; ada dalam bentuk uang, hasil ladang, dan sebagainya. Namun ketika ada sebuah peribadahan yang tidak mengutip persembahan, hal tersebut tidak akan mengunrangi esensi dari peribadahan tersebut, Tetapi jika pemberian kita tidak pernah melewati sebuah sikap yang dingin, legalistik, ketundukan materialistik terhadap hukum, maka sebuah arti dari berkat pekerjaan penatalayanan dibawah Allah menjadi hilang, demikian juga berkat yang dihubungkan denganya tidak pernah dilaksanakan. Dengan kata lain jika kita tinggal dalam segala hal yang Allah lakukan sebagaimana dia lakukan untukNya, menikmati sukacita yang istimewa untuk berpartisipasi dalam rencanaNya terhadap pelayan firman atas dunia, lalu kita akan menjadi mitra dengan semua anugrah ilahi yang Dia singkapkan. oleh karena itu tak akan mengurangi esensi dalam pribadahan itu jika pemberian dengan berat hati.

    BalasHapus
  6. Parinduan: Nats penghantar sebelum persembahan dijalankan berebentuk bimbingan dan ajakan kepada jemaat agar jemaat memberikan dengan pengertian yang baik memberi dengan sukacita. Dalam Alkitab bimbingan sebelum persembahan ini disesuaikan dengan pendapatan atau ekonomi jemaat. Oleh karena itu, bisa saja dicari teks Alkitab yang tepat dan juga bisa dimodifikasi bahasanya dengan baik menurut pengertin inti teks (umpamana 2 Korintus 9 : 7; Tawarikh 29: 14; Kisah Rasul 20: 35; Ibrani 13: 15 – 16; Mazmur 96: 8; dst). oleh karena itu Dan dalam memberi kita harus mempunyai motivasi yang baik. Yang bertanggungjawab atas memenuhi kebutuhan gereja adalah jemaat secara keseluruhan, baik itu miskin maupun kaya (2 Kor 8:11-12; Luk 6:38; 12:48; Mark 9:41) pemberian secara sukarela dan berdasarkan apa yang ada pada kita, ketika kita diberikan banyak merilah memberi banyak, dan ketika diberi sedikit berilah dari pada yang sedikit yang ada, karena apa yang ada pada kita adalah kepuyaan dari Allah itu sendiri (1 Kor 4:7).

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan mencoba menyanggah pernyataan saudara tentang pertanyaan saudara Parinduan, yang mau saya sanggah adalah ; saudara Parinduan bertanya Pentingkah nats-nats alkitab itu dibacakan sebelum pengumpulan persembahan ? apakah kalau tidak dibacakan mengurangi esensi persembahan itu ? itu yang menjadi pertanyaan dari saudara parinduan. kalau menurut penjelasan saudara penyaji, penyaji hanya memaparkan nats-nats alkitabnya tapi pertanyaan itu belum dijawab.

      Hapus
  7. Hafdon: Pada Masa Gereja mula-mula, persembahan yang dibawa kegereja adalah hasil usaha atau buah pekerjaan jemaat sendiri. Misalnya, binatang peliharaan seperti ayam hidup, babi hidup, ikan hidup, juga hasil kebun seperti buah-buahan, padi, dan barang-barang yang lain sebagai persembahan, yaitu dengan cara Pendeta lebih dahulu menyerahkan persembahan itu kepada Tuhan dalam doa lalu dilelangkan. Membawa hasil bumi (innature) ke Gereja difahami jemaat sebagai persembahan dan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan sehingga mereka membawa dengan sukacita dan ketulusan. Namun, pada saat ini sudah jarang memberikan persembahan innatura, dan jika ada mungkin akan diberikan kepada Pt-Dk untuk dibeli dan hasilnya dipergunakan oleh gereja.

    BalasHapus
  8. Eka: Memberi persembahan telah merupakan kelaziman dalam kehidupan bergereja maupun lembaga Kristen. Gereja dengan segala kegiatannya membutuhkan pembiayaan. Dan sumber pembiayaan tersebut adalah bersumber dari partisipasi jemaat yaitu melalui persembahan jemaat, artinya gereja bertumbuh dan berkembang tidak terlepas dari kesediaan jemaat itu sendiri. Dengan demikian kita pahami bahwa kita telah menjadikan diri kita sebagai teman sekerja Allah, karena kita telah ikut dalam pelayanan Tuhan (Mat. 25:40). Dalam memberi persembahan suatu hal karena kita pahami adalah bahwa kita bukan memberi kepada manusia melainkan kepada Tuhan. Meskipun yang tampak oleh mata kita adalah memberi untuk kepentingan Gereja atau pelayanan kepada sesama.
    Tuhan kita Yesus Kristus berkata,”Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”(Matius 22:21) Kami sering menggunakan bagian awal dari statemen ini untuk menunjukkan bahwa seorang Kristen memiliki sebuah kewajiban kepada Negara dan tanpa suatu keberatan; juga untuk menunjukkan sebuah kewajiban kepada Allah sebagaimana yang dilakukan kepada Kaisar. Persembahan merupakan kekudusan bagi Allah. Dia tidak pernah menjadi milik kita, termasuk yang awal atau akhir. Dia selamanya menjadi milik Allah, dan hanya satu hal yang bisa kita lakukan terhadapnya yaitu membawanya kedalam rumah perbendaharaan untuk digunakan sebagaimana yang telah Allah perintahakan.

    BalasHapus
  9. Nama:MastonSilitonga
    NIM:11.01.818
    Ting/Jur:IV-A/Theologia
    Judul :Pemberian Jemaat dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Meyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-Nats Thematis Alkitab
    Bagaimana persembahan dalam kehidupan orang Kristen Batak dan khususnya warga gereja saat ini Mari kita lihat cara dan pola yang terus menerus sudah dilakukan selama ini dalam kehidupan gereja. Dahulu di gereja “Batak” ada pesta gotilon, yang sekarang sudah kurang terdengar dan dilakukan. Memberikan persembahan berupa hasil ladang, biasanya adalah padi/gabah. Karena pada umumnya orang batak waktu itu mayoritas bersawah/berladang. Kenapa “gotilon” karena sewaktu memanen dipetik seperti manggotil atau “mencubit”, mungkin waktu itu belum ada alat “anai-anai” yang jika dipakai persis memang seperti sedang mencubit atau “manggotil”. Orang yang mencubit pasti bagian tertentu dan tidak seluruh tubuh temannya, melainkan sedikit. Apakah karena istilah ini akhirnya ketika pesta gotilon yang dipersembahkan juga menjadi sedikit, saya kurang tahu. Tetapi pengalaman saya di sebuah tempat pelayanan, ketika mengadakan pesta gotilon, bukan hasil pertama dari ladang yang dibawa, melainkan hasil panen tahun lalu dan itupun sedikit. Ada terjadi pergeseran dari pelaksanaan yang bertahun-tahun seperti itu yang akhirnya menjadi pola/gaya beriman statis dan permanen.

    BalasHapus
  10. Nama : Efran M.I. Pasaribu
    NIM : 12.01.922
    Tingkat/Jur : IV-A/Theologia

    penyaji telah banyak menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh pembahas, tapi saya ingin mempertanyakan kembali pertanyaan nomor 4 yaitu : mengapa penyaji hanya fokus kepada kolekte saja ? kita ketahui bahwa banyak jenis pemberian jemaat, dan itu menurut saya tidak sama dengan kolekte. tolong diberi penjelasan kembali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk saudara efran. Memang sudah dikatakan bahwa memang banyak jenis persembahan di dalam gereja. namun kita melihat apa yang paling umum yang hampir semua umat Kristen akan memberikan kolekte setiap hari minggunya. jadi hal inilah yang kami paparkankan. supaya kita menyadari bahwa kolekte itu kita berikan sebagai tanda syukur kita. dan setiap jemaat yang tidak bisa memberikan kolekte kita tidak bisa menyalahkan mereka namun kita harus memberikan pemahaman bahwa pemberian itu adalah agape bukan untuk menajdikan gereja semakin kaya. namun apakah jemaat mengimani apa yang ia persembahakan adalah untuk kemuliaan Tuhan. sebab apa yang ia miliki apada saat ini adalah milik Tuhan.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  11. Bagaimana tanggapana penyaji, jika pemberian itu diberikan diluar gereja? Apakah itu masih disebut pemberian jemaat?

    BalasHapus
  12. Dalam hal pemberian jemaat ini contohnya seperti memberikan persepuluhan, kita sebagai orang Kristen diwajibkan untuk memberi persembahan persepuluhan. Tapi kalau kita bandingkan dalam kehidupan bergreja saat ini apakah mungkin memberi persembahan persepuluhan itu sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu 10% dari pendapatan atau penghasilan, sementara kalau kita lihat dengan pendapatan yang didapat seseorang tidak bisa diberikan sesuai dengan yang telah ditentukan bisa kita lihat dalam keluarga kita, pendapatan itu bahkan hanya cukup untuk kebutuhan keluarga seperti keperluan untuk dirumah (misalnya: listrik, keperluan dapur, biaya yang tidak terduga lainnya), bahkan bisa biaya perkuliahan anak, atau mungkin memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan sehingga dari sini kita lihat bahwa pendapatan itu tidak ada lagi 10% dari penghasilan untuk diberikan oleh jemaat. jadi apakah mungkin persembahan persepuluhan itu selalu diberikan kalau dilihat dengan kondisi keluarga yang seperti itu? Bagaimana pendapat penyanji mengenai hal ini?

    BalasHapus
  13. Riosa: Setiap orang tidak dipaksa untuk memberikan persembahan pada hal di sajian ini dijelaskan bahwa setiap jemaat yang datang bahwa Jangan datang dangan membawa tangan hampa bahkan ini adalah nats yang ada di Alkitab?.
    Memang betul yang saudara katakan bahwa memang di dalam alkitab sendiri mengatakan bahwa setiap orang yang datang ke rumah pelataran jangan lah denagn tanganyang hampa?. Mengapa hal ini ditekankan kepada setiap orang Kristen. Karena memang sebagai orang Kristen hendaknya tidak dengan tangan hampa datang kepelataran Allah. Artinya adalah bahwa kita harus membawa suatu persembahan dengan sukarela, karena kita sebagai orang yang telah dipanggil harus menyatakan kemurahan Allah didalam kehidupan kita. Supaya berkat yang telah dilimpahkan Tuhan kepada kita dapat kita jadikan sebagai alat Tuhan untuk membangun kerajaanNya ditengah-tengah dunia ini. Melalui pemberian jemaat yang didasari dengan sukacita dan juga kerelaan hati akan menyenangkan hati Tuhan. Namun Allah sendiri mmengatakan dengan memberikan persembahan secara benar, jemaat Tuhan belajar prinsip anugerah dan keajaiban pemeliharaan Allah. Itu adalah bagi orang-orang yang memang betul-betul memiliki banyak berkat dripada hidupnya. Namun Tuhan sendiri mengatakan bahwa persembahan bawha hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Jadi nyatanya ada jemaat yang tidak memiliki uaang untuk diberikan sebagai persembahan. Tetapi Tuhan sendiri mengatakan bahwa persembahan yang sebenarnya adalah hidup kita sendiri (Roma 12:1). Persembahan itu adalah agape sebab pemberian jemaat itu identik dengan agape. Dan ada juga ibadah yang tidak perlu membuat persembahan di dalam acara ibadah tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Parinduan : Apakah ayat-ayat alkitab adalah landasan teologis itu berguna. Persembahan sebelum ibadah dan sesudah ibadah. Dan banyak juga gereja melakukan persembahan tanpa ayat-ayat itu.
      Di gereja- gereja kita pada saat ini ada yang menggunakan persembahan diantar dengn ayat-ayat yang mendukung. Hal ini hanya ingin mengatakan apa yang telah kita terima dan berkat Tuhan yang kita terima , hendaklah kita berikan untuk kemuliaan Tuhan. Sebab melalui itu juga gereja bisa melakukan tugas misinya ditengah-tengah dunia ini. sebab segala apapun yang kita peroleh itu harus juga menajdi berkat bagi dunia ini.

      Hapus
    2. Hafdon : Karena didalam perjanjian lama persembahan tidak pernah dilelang , esensi pemberian jemaat di pl dan pb pada saat ini .
      Pada awalnya memang manusia memberikan persembahan berupa korban bakaran kepada Allah. Baik hasil bumi ini yang terbaik adalah diberikan kepada Allah. Korban persembahan orang Israel adalah buah yang paling bagus dan buah pertama dari hasil-hasil mereka. Hal ini membuktikan bahwa semua yang mereka miliki adalah milik Allah. Demikian juga pada saat ini mulai abad yang ke XI sudah berganti menjadi kolekte (uang). Yang penting kita liha adalah apakah memang persembahan yang diberikan itu adalah persembahan yang dengan sukarela dan sebagai tanda syukurnya kepada Allah yang telah memberkati hidupnya. Melalui persembahan yang diberikan akan dipakai untuk emlakukan bidang diakonia didalam gereja tersebut. Sebab gereja tidak harus menjadi kaya secara bangunan tetapi bagaimana kah gereja bisa menyatakan kasih Allah itu.

      Hapus
  14. Pemberian jemaat adalah apa yang diberikan oleh Jemaat kepada gereja untuk mendukung pelayanan atau memenuhi kebutuhan dalam Rumah Tuhan. Terkait dengan pernyataan ini, bagaimana dengan “Lelang” yang banyak sekali menuai kontraversi di kalangan gereja saat ini. Apakah lelang dapat dikatakan sebagai pemberian jemaat atau tidak?

    BalasHapus
  15. sehubungan dengan pertanyaan saudara Dalton, saya juga masih bingung dengan pemberian jemaat ini. apakah memang hanya persembahan yang dilakukan setiap minggunya? dan bagaimana dengan pengataken bujur seperti di GBKP. apakah itu juga disebut sebagai pemberian jemaat?

    BalasHapus
  16. bagaimana sebenarnya persembahan yang benar itu? kemudian pertanyaan saya yang kedua adalah bagaimana tanggapan para penyaji jika ada orang yang memberikan persembahan dengan tidak memberi nama (NN)?

    BalasHapus
  17. dalam kesimpulan anda "Pemberian jemaat ini juga dipakai bukan untuk membuat sebuah Gereja menjadi kaya tetapi membuat Gereja menjadi saksi dan alat Allah di dunia ini". apa artinya? dan bagaimana hubungan pemberian jemaat dengan "gereja menjadi saksi dan alat Allah di dunia ini"?

    BalasHapus
  18. Ruang komen ini resmi ditutup, Sabtu 14 Mei 2016, Pk. 14.21 wib. Salam

    BalasHapus
  19. saya ingin bertanya mengenai sajian VI ini, pemberian jemaat merupakan bagian dari persembahan, persembahan meruapakan bagian dari ucapan syukur kepada Allah, bagaimana tanggapan penyaji jika jemaat jarang memberikan persembahan ucapan syukurnya namun ia mau memberi, berbagi ke sesamanya. coba penyaji jelaskan terimakasih

    BalasHapus
  20. saya ingin mempertanyakan kembali, apakah ayat-ayat Alkitab ini perlu dibacakan sebelum memberikan persembahan? karena HKBP dalam liturginya ketika persembahan pertama sebelum khotbah tidak perlu dibacakan AYat Alkitab

    BalasHapus