Senin, 14 Maret 2016

Nilai-nilai Kemanusiaan PAK - Kelompok II



Kelompok II  : Chandra Syahputra Pasaribu
 Rajiman Brama Nober Girsang
 Putri Pebrina Nababan
 Ricky Yacop Ngikut Suranta Ginting
Ting/Jur         : 1 PAK
M. Kuliah      : Ilmu Budaya Dasar
Dosen            : Pdt. Edward Simon Sinaga M. Th
Manusia Humanis Menurut Romo Mangun

       I.            Riwayat Hidup Y. B. Mangunwijaya.
Yusuf Bilyarta (Y.B) Mangunwijaya yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Dan dia lahir pada tanggal 6 Mei 1929 di Ambarawa, dia anak sulung dari 12 bersaudara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru taman kanak-kanak (TK). Kata-kata Ayahnya yang selalu terngiang ditelinga Bilyarta adalah bahwa ‘’hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati.
Baginya sekolah ibaratkan ‘’sorga’’, dimana bukan hanya latihan kecerdasan, melainkan juga pendidikan kemanusiaan dan berbagai keterampilan, seperti berbicara di muka umum, menulis, bercerita, menyanyi, memainkan peran sandiwara. Namun datangnya Jepang pada tahun 1942 membuat kelaparan dimana-mana dan sekolah-skolah ditutup. Bilyarta berhasil menamatkan sekolah dasarnya dan masuk sekolah Tehknik. Setelah Sekolah Menengah Atas Dempo, di Malang, Bilyarta aktif di organisasi Pemuda Katolik.
Setamat dari Sekolah Menengah Atas di Malang tahun 1951, ia melanjutkan ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius di Magelang, kemudian ke Seminari Tinggi Sancti Pauli di Yogyakarta. Selesai belajar di seminari ia ditahbiskan sebagai Pastor oleh Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijapranata, Sj- tokoh yang sangat dikaguminya- pada tanggal 8 September 1959 dengan nama Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, ia memilih menjadi Pastor P (Praja), organisasi pastor-pastor Keuskupan yang menekankan kegiatannya untuk Rakyat kecil di desa-desa, sesuai dengan janji dirinya sejak lama. Untuk melanjutkan studi Arsitektur di Istitut Teknologi Bandung (ITB) dan lolos pada tahun 1966.


    II.            Konsep-Konsep tentang Manusia.
1)      Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Jawa
Menurut Y.B. Mangunwijaya, citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos), jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Hal itu sejajar dengan filsafat ide dari Plato digerakkan oleh Ki Dalang (Tuhan Yang Maha Esa) di alam penentu sejati jagad gedhe (makro-kosmos). Segala peristiwa kehidupan manusia ‘’ wus dhasar pinasthi karsaning dewa’’ (sudah diniscayakan oleh kehendak para dewa).
Dengan konsep manusia seperti itu, maka prinsip pendidikan Jawa dan yang tradisional seumumnya hanyalah penyadaran posisi, status serta kewajiban murid/ orang muda dalam piramida tatanan hierarkis yang sudah dipredestinasi oleh nasib. Bahkan, nasib itu pun hanya sebagai wayang dalam tangan Ki Dalang, atau hanya fana, tidak sejati dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang baka dan sejati. Kafanan alias ketidaksejatian hidup di dunia ini terekspresi poetis oleh pandangan hidup rakyat Jawa: urip mono mung mampir ngombe (hidup hanya singgah sebentar untuk minum).
2)      Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat
-        Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa dari manusia kolektivistis feudal- hierarkis ke manusia Renaissance dan Fajarbudi (aufklarung) dan telah terbebas dari masa kegelapan abad-abad pertengahan. Kebudayaan barat menekankan bahwa tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan ke dunia akhirat, akan tetapi dihargai sebagai tujuan intrinsik dan sejati pada dirinya, tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat.
-        Menurut Metamorfosa. Dibarat diakui, bahwa bapak filsafat dan gerakan pendidikan modern (antifeodal anti-otoriter) ialah Socrates (470-399 SM) yang mengajar bahwa setiap manusia dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran (truth). Guru bagai bidan, yang memang harus aktif menolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh manusia atau anak yang bersangkutan itu sendiri.
-        Menurut Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), sebelum Revolusi Perancis, mengingatkan pula bahwa dalam pendidikan hendaknya dalam hal ini anak didik, haruslah ditanggapi sebagai anak, bukan sebagai orang dewasa berbentuk mini, dan bahwa pendidikan harus mulai dari situasi fitri kebaikan alamiah manusiawi (I’homme naturel). Dengan demikian, pendidikan semestinya menjawab daya-daya afektif dan perangi dasar kemanusiawian (I’honnete home) dalam diri sianak.

3)      Konsep Manusia Indonesia Konterporer
Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia:
Ø  Sisi Negatif
-        Pertama, hipokritis atau munafik, berpura-pura, lain dimuka lain dibelakang.
-        Kedua, segan dan enggan bertangguang jawab atas perbuatannya, tetapi jika ada sesuatu yang sukses, maka manusia Indonesia tidak sungkan-sungkan untuk tampil ke depan menerima bintang, tepuk tangan, surat pujian, piagam penghargaan, dan sebagainaya.
-        Ketiga, memiliki jiwa feudal yang tinggi, ABS (Asal Bapak Suka)
-        Keempat, percaya takhayul.
-        Kelima, berkarakter lemah, tidak memiliki prinsip yang kuat.
-        Keenam, bukan economic animals, sehingga cenderung boros, tidak suka bekerja keras (budaya instan)
-        Ketujuh, cepat cemburu dan dengki pada orang yang dilihatnya lebih maju (jealous).
Ø  Sisi Positif
-        Pertam, memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil kerajinan dan kesenian yang tinggi.
-        Kedua, suka tolong-menolong dan bergotong-royong
-        Ketiga, berhati lembut dan suka damai, memiliki kesabaran hati, memiliki rasa humoryang tinggi
-        Keempat, adanya ikatan kekeluargaan yang mesra, dan memilki kecerdasan yang cukup baik, terutama yang menyangkut keterampilan.
Indonesia yang sering dikemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya, dasar tingkah laku dan budi pekertinya berdasarkan kepada kelima sila Pancasila : Ketuhanan, Kemanusiaan, Kerakyatan, dan persatuan Nasional. Namun, menurut Mochtar Lubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika tercipta kondisi masyarakat yang dapat mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari kungkungan masyarakat feodalis zaman dahulu.
Identitas menjadi utopia untuk sebagian kaum humanis. Abraham Maslow menyatakan kebutuhan manusia akan identitas ini sebagai metamotif yang mendorong manusia untuk mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya semaksimal mungkin. Arief Budiman menyatakan bahwa semua Indonesia seutuhnya merupakan konsep sosiologi, dalam arti untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya itu, usaha harus ditunjukkan kepada pencarian system sosial yang dapat mengembangkan potensi yang unik dari tiap-tiap individu.

 III.            Konsep Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Inadonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca- Einstein.
Konsep manusia yang dikembangkan Romo Mangun menunjukkan bahwa tokoh Oti dan Loemadara adalah sosok rakyat kecil atau ikan Homa yang menjadi tumbal bagi ikan-ikan Ido pun akan disantap oleh ikan-ikan Hiu yang buas dan serakah. Inilah  Darwinisme sosial tersebut, siapa yang kuat dialah yang menang.
Menurut Mangunwijaya, konsep menusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang Humanis. Namun, pembetukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu, ia menawarkan sebuah konsep manusia humanis yang terbebas dari belenggu-belenggu feodaisme, baik feodalisme khas Jawa maupun warisan politik colonial, Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein.
1)      Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional
Menurut Romon Mangun, kebudayaan pasca-suku tumbuh dari perubahan ekspansi budaya pemburu, nelayan, dan pengembara yang berevolusi ke budaya agraris yang menetap, dari kebupatian sampai ke kerajaan besar. Kerajaan adalah ekspresi sekaligus insfrastruktur yang timbul selaku ‘’keharusan perkara’’ (sachzwang) dari budaya agraris, sedangkan republic atau kerajaan konstitusional yang kini merupakan bentuk yang dominan memang adalah ekspresi sekaligus infrastruktur dari budaya industri dengan sistem perdagangannya yang khas.
Nasionalisme Indonesia di masa mendatang, yakni pembelaan kawan manusia yang masih dijajah yang masih miskin dalam segala hal, termasuk miskin kemerdekaan dan penentuan diri sendiri, menolong manusia yang tidak berdaya menghadapi para kuasa yang sewenang-wenang yang telah merebut bumi hak pribadinya dan yang memaksakan kebudayaan serta seleranya kepada sikalah. Konsep Pasca- Nasional mencita-citakan sosok manusia Indonesia yang terbuka kepada nilai-nilai keindonesiaan.
Zaman Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia yang dilontarkan Romo Mangun terjadi jika seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentala seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya, dan memberi makna kepadanya dipahami sebagai upaya menciptakan kebudayaan yang humanis. Pendewasaan diri itu tidak boleh berhenti, harus bergerak evolutif. Setadewa (Teto) dan Larasati (Atik) adalah dua manusia yang mencari identitas kemanusiaannya.
2)      Pasca-Einstein
Romo Mangun melontarkan konsep Pasca-Einstain, yang mengajak segenap generasi muda untuk bersikap menurut dinamika relativitas, dengan tidak mutlak karena segala sesuatu bersifat relative dengan berpikir kreatif, eksplorasi, inklusif, dan pluraristik. Sebenarnya, antara konsep Pasca-Einstein dan berpikir lateral/nggiwar dapat dibedakan. Perbedaan tersebut adalah berpikir lateral menekankan bagaimana manusia menyelesaikan suatu masalah, sedangkan Pasca-Einstein atau bermatra-matra menekankan manusia menanggapi suatu masalah.
Driyakarta mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk ‘’pemanusiaan manusia’’, melalui proses ‘’humanisasi’’  dan ‘’hominisasi’’ atau dengan ringkas disebut sebagai pendidikan humaniora. Demikianpun, keyakinan Romo Mangun, ‘’setiap sistem pendidikan ditentukan oleh filsafat menentukan visi oleh filsafat tentang manusia dan citra manusianya yang dianut, sehingga tidak pernah netral’’. Maka visi seseorang tentang manusia, sangat menentukan visi pendidikannya dan berpengaruh dalam urainnya tentang masa depan manusia.oleh karena itu, perlulah di mulai dengan melihat visi kemanusiaan, untuk saapai pada visi pendidikannya.
Pendidikan menurut Romo Mangun, adalah mengantar dan menolong anak untuk mengenal dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, utuh, merdeka, bijaksana, humanis, dan mampu menjadi sosok Pasca-Indonesia dan Pasca-Einstein, sekaligus peduli dan solider dengan sesame manusia. Romo Mangun mengutarakan gagasannya tentang pendidikan yang dirumuskan:
-        Pendidikan haruslah bersifat terbuka kea rah masa depan.
-        Pendidikan harus mencerdaskan kehidupan dengan memberi kebebasan pada para anak didik.
-        Perlu perbaikan hubungan guru murid dalam stituasi kekeluargaan dan hidup bersam (convivium), pola pandidikan harus memberi lebih banyak peluang untuk anak didik dalam mengungkapkan pengalaman mereka.[1]

IV.            Analisa Kelompok II.
Dari pemaparan diatas, kami para penyaji menganalisa bahwa Yusuf Bilyarta (Y.B) Mangunwijaya biasa  dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Dan dia lahir pada tanggal 6 Mei 1929 di Ambarawa, dia anak sulung dari 12 bersaudara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru taman kanak-kanak (TK).
Menurut Y.B. Mangunwijaya, manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos), sedangkan Menurut Jean-Jacques Rousseau bahwa pendidikan harus mulai dari situasi fitri kebaikan alamiah manusiawi (I’homme naturel) yang menghasilkan Sisi Negatif, seperti hipokritis atau munafik, segan dan enggan bertangguang jawab atas perbuatannya, memiliki jiwa feudal yang tinggi, percaya takhayul, tidak memiliki prinsip yang kuat, tidak suka bekerja keras (budaya instan), cemburu dan dengki pada orang yang dilihatnya lebih maju (jealous). Sedangkan sisi positif: memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil kerajinan dan kesenian yang tinggi, suka tolong-menolong, bergotong-royong, berhati lembut, suka damai, adanya ikatan kekeluargaan yang mesra, memiliki kecerdasan yang cukup baik, terutama yang menyangkut keterampilan yang bertujuan membimbing setiap orang terkhusus anak muda dalam membentuk nilai kemanusiaan.


[1] Y.B. Mangunwijaya, humanism, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2014) 18-39

35 komentar:

  1. Syalom untuk kelompok II
    Kami dari kelompok IV sebagai pembanding
    1. Laury Fransiska
    NIM 15.02.577
    2. Elia Br S. Pelawi
    NIM 15.02.571
    3. Ruspita Sari
    NIM 15.02.583
    Kami Pembanding menyampaikan Pandangan kami, masukan serta pertanyaan saudara/i kelompok II dengan judul Manusia Humanis Menurut Romo Mangun.
    I. Pandangan Kami
    Y. B. Mangunwijaya akrab dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Sedang arti atau kepanjangan dari Y. B adalah Yusuf Bilyarta, anak sulung dari 12 bersaudara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru taman kanak-kanak (TK), ayahnya selalu berkata ’hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati.. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya memiliki keingian Pastor P (Praja),
    1.2. Konsep-Konsep tentang Manusia
     Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Jawa
    citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos), jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati.
     Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat
    Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa
    2. Masuka dari kami
    Masukan kami dari pembanding hanya satu dimana Disini penyaji tidak menjelaskan konsep manusia seperti apa yang menurut kebudayaan kebudayaan menurut masing-masing daerah, dan tidak menjelaskan ciri-cirinya masing-masing. Dan penyaji juga tidak menjelaskan ciri-ciri konsep manusia menurut Y.B.Mangun Wijaya
    3. Pertanyaan dari kami
    1). Apa arti atau makna dari Keuskupan ini dan apa fungsi dari keuskupan ini bagi organisasi pastor-pastor?
    2). Mengapa Y.B Mangunwijaya ingin dan mau menjadi seorang Pastor dan dorongan apa yang ada dalam dirinya?
    3). Apa yang di maksud dengan manusia hanya bayangan saja, tidak sejati
    4). Penyaji menjelaskan tentang mikro-kosmos dan makro-kosmos, coba penyaji jelaskan perbedaan antara mikro dan makro kosmos serta hubungannya dalam kebudayaan jawa tersebut?
    5). Penyaji menjelaskan bahwa setiap manusia dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran. Apakah Laki-laki juga hamil? karna seperti yang kita ketahui hanyalah perempuan saja yang dapat hamil, dan kelompok menjelaskan semua manusia sudah hamil dan apa maksud dari kata hamil tersebut dan mengapa guru di umpamakan sebagai bidan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Laury fransisca
      NIM :15.02.577
      Nama : Elia Br S Pelawi
      NIM : 15.02.571
      Nama :Ruspita sari
      NIM : 15.02.583
      syalom....
      kami pembandi masih belum merasa puas dengan jawaban dari penyaji. yang pertama, ada pada no 3 dari pertanyaan kami , apa yang dimaksud dengan kalimat "manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. sedangkan yang dikatakan yusuf(ayah Romo Mangun) kita hidup tidak hanya mencari nasi dan uang, tetapiharus mencari yang sejati.
      dan yang kedua pada nomor 5, maaf sebelumnya, yang mau kami tekankan pada pertanyaan kami adalah mengapa Guru di umpamakan sebagi Bidan? bukan kemana kalau ada ibu hamil mencari bidan!
      tetapi kenapa Guru dipangil sebagai Bidan?

      Hapus
    2. Laury Fransiska
      NIM 15.02.577
      Syalom...
      Manusia Humanis Menurut Romo Mangun
      Y. B. Mangunwijaya akrab dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Sedang arti atau kepanjangan dari Y. B adalah Yusuf Bilyarta. Y. B Mangunwijaya adalah anak sulung dari 12 bersau dara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru tamankanak-kanak (TK), ayahnya selalu berkata ’hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati..Yusuf Bilyarta Mangunwijaya memiliki keingian Pastor P (Praja).
      Konsep-Konsep tentang Manusia
      Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Jawa
      citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagadcilik (mikro-kosmos),jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati.
      Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat
      Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa.
      Konsep Manusia Indonesia Konterporer
      Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia:
      Sisi Negatif
      Salah satunya, hipokritis atau munafik, berpura-pura, lain dimuka lain dibelakang.
      Sisi Positif
      Salah satunya, memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil kerajinan dankesenian yang tinggi.
      Indonesia yang sering dikemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya, dasar tingkah laku dan budipekertinya berdasarkan kepada kelimasila Pancasila :Ketuhanan, Kemanusiaan, Kerakyatan, danpersatuanNasional. Namun, menurut MochtarLubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika terciptakon disimasyarakat yang dapat mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari kurungan masyarakat feodalis zaman dahulu.
      Konsep Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Inadonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca- Einstein.
      Konsep manusia yang dikembangkan Romo Mangun menunjukkan bahwa tokoh Oti dan Loemadara adalah sosok rakyat kecil atau ikan Homa bagiikan-ikan Ido pun akan disantap oleh ikan-ikan Hiu yang buas dan serakah.
      Jadi Manusia Humanis Menurut Romo Mangun adalah hidup ini tidak hanya sekedar mencari uang dan makan saja, melainkan mencari yang sejati, dari sini dapat kita pahami bagaimana kita menyikapi hidup terutama bagi guru agama dimna kita harus mempersiapkan hidup untuk kehidupan yang sejati.
      Trimakasi salam IBD


      Hapus
    3. trima kasih atas tanggapannya.

      Hapus
  2. Nama: Tuah Ginting
    NIM: 15.02.588
    Dalam pertemuan kedua ini kita membahas tentang manusia humanis menurut Romo Mangun, Menurut Mangunwijaya, konsep menusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang Humanis. Tetapi, pembetukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu, ia menawarkan sebuah konsep manusia humanis yang terbebas dari belenggu-belenggu feodaisme, baik feodalisme khas Jawa maupun warisan politik colonial, Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein. Jadi, yang mau saya tanyakan yaitu apa sebenarnya budaya feodalisme sehingga anda mengatakan bahwa budaya itu sudah mendarah daging dalam masyarakat Indonesia dan bahkan ada juga feodalisme khas Jawa maupun warisan politik colonial ?. Dan bagaimana sebenarnya kedua konsep itu sehingga dapat membebaskan belenggu-belenggu feodalisme tersebut?

    Saya menunggu jawaban dari kita semua khususnya kelompok II
    Salam IBD
    Gbu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Budaya feodalisme adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging pada manusia dari nenek moyangnya. Kebiasaan tersebut yaitu kebiasaan mengagung-agungkan jabatan/pangkat. Di indonesia salah satu budaya feodalismenya dikemukakan oleh Mochtar Lubis, yaitu hipokritis/munafik yang merupakan kebiasaan orang-orang indonesia untuk menyelamatkan dirinya misalnya dalam pekerjaan agar atasannya lebih memilih dia sehingga berdampak semakin tebalnya korupsi di indonesia. Selain itu feodalisme/kebiasaan orang-orang indonesia yaitu percaya takhayul, iri dan dengki pada orang yang lebih maju.

      Hal diatas adalah feodalisme negatif. Untuk membebaskan belenggu-belenggu feodalisme tersebut yaitu dengan feodalisme positif dari feodalisme khas jawa dan warisan politik colonial yang menekankan manusia humanis. Dimana manusia memiliki feodalisme yang positif yaitu memiliki rasa keindahan sehingga mampu mengembangkan kerajinannya, saling tolong-menolong, berhati lembut, suka damai, dan adanya rasa kekeluargaan.

      Hapus
    2. Nama: Tuah Ginting
      NIM: 15.02.588

      Terima kasih buat jawaban anda Sri Ervina
      Jadi feodalisme yang mendarah daging itu sangat berkaitan dengan hal-hal mitis.Memang betul apa bila kita masing menganut atau masih percaya dengan hal mitis tersebut,maka akan sulit menerapkan manusia humanis yang sesuai dengan Romo inginkan.
      Salam IBD
      Gbu

      Hapus
    3. semuanya tergantung anda bagaimana untuk menyikapinya. trima kasih

      Hapus
  3. Nama : Sri Ervina Br Tarigan
    NIM : 15.02.585

    Pada materi yang kedua ini yaitu manusia humanis menurut Romo Mangun adalah manusia yang harus sadar bahwa manusia hidup di dunia ini tidak sejati, hidup sejati manusia ada di akhirat. Dimana dalam persiapannya manusia yang masih hidup di dunia ini mesti menerapkan nilai-nilai hidup berdasarkan pancasila yaitu sila KETUHANAN, KEMANUSIAAN, PERSATUAN, KERAKYATAN, DAN KEADILAN SOSIAL untuk hidup sejatinya di akhirat. Seperti Romo Mangun ini, beliau sungguh menjadi teladan kita karena dia membangun aksi keperduliannya terhadap sesama manusia khususnya rakyat kecil, dalam hal ini beliau sangat menerapkan nilai-nilai kemanusiaan atau sila Kedua yaitu Kemanusiaan di dalam hidupnya.

    Dari analisa saya, saya mengundang saudara/saudari semua khususnya penyaji atau kelompok 2 untuk kita sama-sama memaknai dimana dalam konsep manusia kebudayaan jawa yaitu "hidup hanya singgah sebentar untuk minum" bagaimanakah pemahaman kita akan konsep manusia kebudayaan jawa tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Elisenta Br Tarigan
      NIM : 15.02.570
      Saya akan menanggapi sedikit tentang masalah kebudayaan Jawa yang di pertanyakan oleh saudari Sri Ervina Br Tarigan dimana di pertanyakan hidup hanya singgah sebentar untuk minum. Maksudnya disini bahwa kita didunia hanya sementara istilahnya kita hanya singgah sebentar. Kita istilahkan seperti burung yang haus dan minum ketepi sungai, nah burung itu kan hanya singgah sementara di sungai tersebut. Begitu jyga dengan kehidupan kita di dunia ini bahwa kita hanya sebentar untuk bernafas untuk saling mengasihi dan saling membantu.
      Hanya itu yang bisa saya tanggapi. Trimakasih
      SYALOM

      Hapus
    2. trima kasih tanggapannya, jadi intinya adalah hidup itu singkat.

      Hapus
  4. Nama : Elisenta Br Tarigan
    NIM : 15.02.570
    SYALOM
    pada sajian tersebut penyaji mengatakan Romo Mangun menjadi Pastor setelah melihat keluar mengenai orang miskin dan orang terantar. Pada sajian kami dan di dalam buku dikatakan sebelum keluar dari tembok gereja Romo Mangun sudah menjadi keluar untuk membantu norang yang miskin dan orang terlantar. Dibagian ini kani kelompok I khususnya saya minta penjelasan dari Romo Mangun tersebut. pertanyaan saya ke dua pada konsep manusia menurut kebudayaan Jawa, disisni dikatakan bahwa manusia hanya bayangan saja tidak sejati, mengapa dikatakan demikian, mengapa dikatakan manusia hanya bayangan dan dikatakan tidak sejati? tolong Bapak Dosen Pdt Edward Simon Sinaga jelaskan, kalau boleh penyaji juga menanggapi hal tersebut.
    TERIMAKASIH SALAM IBD
    SYALOM

    BalasHapus
    Balasan
    1. hidup manusia itu singkat dan tidak sempurna seperti Tuhan.

      Hapus
  5. Nama: Pirta Niska Sinaga
    Nim : 15.02.579
    " Manusia Humanisme menurut Romo Mangun"
    Setelah kita mempelajari Manusia Humanisme menurut Romo Mangun pembahasannya yang kedua kalinya . Saya tertarik dengan kata-kata Ayahnya yang tergiang ditelinga bilyarta adalah bahwa " hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati. Saya sangat menyukai perkataan dari ayah beliau, kenapa?.
    karena kita berpikir manusia ini hanya memikirkan atau mencari kesenangan diri saja tetapi kita tidak memikirkan perasaan orang lain , apakah kita sudah pantas dihadapan dia, tetapi kita tidak membutuhkan itu , tetapi kita hanya bisa mementingkan diri kita saja
    Menurut Mangunwijaya konsep manusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang humanis . Tetapi pembentukan manusia yang humanisme itu harus terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat khususnya di indonesia. syaloom
    salam IBD.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. semuanya kembali kepada diri individu tersebut, trima kasih

      Hapus
  6. Nama : Dina Erika Saragih
    NIM : 15.02.569

    SYALOM PAK/HORAS
    pada sajian kelompok dua ini tentang Manusia Humanis Menurut Romo Mangun Berbicara tentang pendidikan, pastilah terlebih dahulu berbicara tentang manusia karena setiap sistem pendidikan ditentukan oleh filsafat tentang manusia dan citra manusianya yang dianut, sehingga tidak pernah netral atau dengan kata lain ideologis. manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos), jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Hal itu sejajar dengan filsafat Ide dari Plato digerakkan oleh Ki Dalang (Tuhan Yang Maha Esa) di alam penentu sejati jagad gedhe (makro-kosmos). Dalam konsep manusia lama Jawa,kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari menggiring si anak dan memupuk tunas-tunas muda ke pengintegrasian diri dalam seluruh adat-istiadat dan kebudayaan orang tua serta nenek moyang secara tradisional. Kegiatan itu disebut proses sosialisasi, sekaligus mereproduksi anggota-anggota masyarakat yang berpikir da berbudaya sama melestarikan serta memperkuat sistem yang sudah ada.

    Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein,jadi pertanyaan saya apa yang melatarbelakangi Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Putri Pebrina Nababan
      NIM : 15.02.580

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari dina erika. di katakan melatarbelakangi Romo Mangun Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein.
      latar belakang Romo Mangun dalam Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia terjadi jika seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentala seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya, dan memberi makna kepadanya dipahami sebagai upaya menciptakannya. kebudayaan yang humanis. Konsep Pasca- Nasional mencita-citakan sosok manusia Indonesia yang terbuka kepada nilai-nilai keindonesiaan.
      latar belakang Romo Mangun dalam Pasca-Einstein adalah mengajak segenap generasi muda untuk bersikap dinamika relativitas dan bersifat kreatif. Romo Mangun mempunyai pendidikan yang bersifat terbuka kearah masa depan. pendidikan harus di tempatkan kerangka evolusi, yaitu: upaya mengatur murid, bangsa bahkan umat manusia kearah pendewasaan.

      Hapus
  7. nama:suci jiwana
    nim:15.02.586
    tktjur:I/PAK

    syalom pak edward simon sinaga M.th
    pada sajian ke II ini membahas tentang manusia menurut mangun, yang menjadi pertanyaan saya yaitu di bagian Zaman Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia yang dilontarkan Romo Mangun terjadi jika seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentala seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya, dan memberi makna kepadanya dipahami sebagai upaya menciptakan kebudayaan yang humanis. Pendewasaan diri itu tidak boleh berhenti, harus bergerak evolutif, dan yang menjadi pertanyaan saya yaitu pendewasaan diri seperti apa yang tidak boleh berhenti, dan harus bergerak secara evolutif.
    terima kasih :)
    GBU

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika kita tahu arti dewasa yang sesungguhnya, maka ini saya rasa bukanlah sebuah pertanyaan.

      Hapus
  8. Nama : Ruspita Sari Br Bangun
    NIM; 15.02.583
    Pada sajian kelompok II dimana dikatakan Guru bagai bidan, yang memang harus aktif menolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh manusia atau anak yang bersangkutan itu sendiri. di saya ingin bertanya mengapa dikatakan bahwa Guru adalah Bidan yang harus aktif menolong? tolong saudara penyaji kelompok dua jelaskan tentang hal tersebut dan kepada Bapak Dosen Edward Simon Sinaga jelaskan tentang hal itu juga.
    Terimakasih SYALOM
    SALAM IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Shalom Ruspita Sari.
      Nim:15.02.583
      Nama Saya:Ricky Yacob.N.S.Ginting
      NIM:15.02.581
      Saya akan Menjawab pertanyaan anda.
      mengapa dikatakan bahwa Guru adalah Bidan yang harus aktif menolong?
      Saya Beri contoh kepada Anda,
      Seorang Wanita Hamil. Kan seolah-olah Wanita hamil tersebut tidak mungkin Ia ke Taman Wisata untuk melihat Kondisi Bayi nya yg ada di Dalam Kandungan wanita tersebutkan?
      Pasti wanita itu bawak ke bidan atau ke Dokter.
      Kenapa? Karna Bidan atau pun Dokter itu lah yang akan Melayani Wanita hamil Tersebut dalam hal Medis. Begitu juga Guru.
      Guru lah yang mendidik anak murid nya dalam Hal PENDIDIKAN supaya Anak murid nya dapat menjadi orang Yang berguna Bagi bangsa dan negara. Terutama juga berguna bagi Tuhan Yesus. Demikian jawaban dari saya. GBU

      Hapus
    2. trima kasih atas komentarnya tetapi saya rasa ini sudah dibahas/sudah dijawab sebelumnya jadi tidak perlu lagi saya jelaskan.

      Hapus
  9. Nama : Erik Sanjaya Hutauruk
    NIM : 15. 02. 572
    Ting/Jur : I/ PAK
    Salam IBD.....
    Pada pembelajaran sebelumnya humanisme adalah gerakan dengan tujuan untuk mempromosikan harkat dan martabat manusia sebagai pemikir yang etis yang menjungjung tinggi kemanusiaan dan pembelajaran ini mengenai banyak konsep yang diperlihatkan manusia yang memiliki hakikat dalam kebudayaan jawa, kebudayaan barat, dan manusia kentemporer. Yang mau saya tanyakan adalah bahwa dalam kebudayaan itu banyak hal yang ingin kami tahu yaitu apakah dengan konsep ini manusia akan memeliki pemikiran yang humanis, dan bagaimana kalo konsep ini akan mengakibatkan kapada hal yang tak diinginkan seperti, pendidikan yang mengalami metaforfosa.?

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf itu bukan pertanyaan, karena metamorfosa yang nsaya maksud adalah perubhan yang terjadi setelah mengalami proses pendidikan.

      Hapus
  10. Nama :Ezra Lumbantobing
    Nim :15.02.573
    Tkt/Jur :I/PAK

    Syaloom/Horas
    dapat kita lihat dalam sajian kelompok II ini mengatakan dimana Romo Mangun mengajak dan menekankan agar kita sebagai Bangsa Indonesia harus mengubah nilai-nilai negative dan nilai-nilai positiv yang dapat membangun dan mendorong agar Tanah Air Indonesia yang kita cintai ini dapat mengalami perkembangan kearah yang lebih baik lagi. Dimana rasa Nasionalisme yang ada diharapkan mampu membuat bangsa Indonesia dapat bersatu dalam mewujudkan Indonesia kearah yang baik itu. Dimana juga manusia memiliki nilai universal yang dapat menyatukan kita antara satu dengan yang lainnya. Romo juga menegaskan bahwa kualitas suatu bangsa yang sebenarnya dapat membuat negara itu berkembang kearah yang lebih baik lagi baik dari segi pendidikan yang tinggi saja melainkan kemoralitasan setiap orang. karna pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang memiliki rasa kehumanismean. Dapat kita lihat dari para pejabat yang ada di negara kita ini. Dimana banyak nya kasus kejahatan yang mereka lakukan padahal mereka sudah mengemban pendidikan yang tinggi.
    Yang saya ingin tanyakan kepada penyaji ialah
    1. Bagaimana para penyaji menyikapi hal tentang pejabat-pejabat yang melakukan kejahatan atau korupsi yang mana mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri dan mengabaikan kesejahteraan masyarakat nya dan Pemimpin seperti apakah yang sebenarnya pantas dalam memimpin negara ini menuju kemajuan yang lebih tinggi lagi ???
    2. Bagaimana cara kita untuk menyampaikan kepada orang-orang yang bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan negara ini untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik lagi dari sebelumnya ???
    semoga parah penyaji dapat berpartisipasi dalam kelompok ini

    terimakasih
    Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. yng kita lakukan ada;ah memulai dari diri kita sendiri untuk bersikap jujur dan mengharapkan para koroptor-koroptor diberikan sangsi yang berat.

      Hapus
  11. Nama : Fernando Rianz Parasian Siregar
    NIM : 15.02.574

    Dalam pertemuan kali ini, pembahasannya adalah tentang manusia humanis menurut Romo Mangun. Disini dikatakan konsep manusia Indonesia kontemporer adalah mempunyai 2 sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positifnya pula. Di Indonesia, pedoman hidup seseorang bisa tercipta akan adanya paham Pancasila, namun menurut Mochtar Lubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika tercipta kondisi masyarakat yang mendewasakan diri dari melepaskan dirinya dari kukungan masyarakat feodalis zaman dahulu. Nah... yang masih membingungkan bagi saya adalah, Apakah jika kita sudah dewasa dan bisa melepaskan diri dari kukungan masyarakat feodalis kita akan bisa membuat nilai-nilai kemanusiaan itu sepenuhnya terwujud ?
    Terima Kasih...
    Salam IBD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semua tergantung individunya masing-masing untuk menyikapinya, jika dia sudah merasa sudah dewasa maka bersikaplah seperti orang dewasa.

      Hapus
  12. Nama : Chandra Syahputra Pasaribu
    NIM : 15-02-568
    UAS Berjalan 2

    Veerry T. Indrano menganalisa bahwa kawasannya seorang Romo Mangun itu adalah ‘’Seorang Arsitek kepedulian kepada manusia’’. Pada awalnya dia hanyalah seorang pastor dan seorang yang ahli dalam bidang bangunan gedung-gedung. Namun pada akhirnya dia dapat menjadi seorang yang bisa membangun pikiran dan rohani manusia. Jadi dia tidak hanya pintar dan multi talenta tetapi juga memilki kepedulian kepada manusia.
    Menurut tradisional Jawa hakikatnya adalah citra wayang belaka atau manusia hanya bayangan saja, tidak sempurna. Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat itu telah mengalami metamorfosa atau proses perubahan yang lebih baik. Jadi manusia itu tida ada yang sempurna, namun selalu ada proses perubahan yang lebih baik lagi. Baik lewat Pendidikan maupun Kebudayaan, akan tetapi semuanya itu bertujuan untuk membentuk manusia yang berkualitas. Karena hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi atau uang, tetapi harus mencari yang sejati.
    Jadi intinya kita harus ada menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang terlibat HIV-AIDS. Dengan cara mau menerima dan mengakui keberadaannya sebagai manusia atau sebagai mahkluk ciptaan Allah. Namun harus tetap sanagat berhati-hati, karena penyakit itu akan menular lewat luka atau darah.

    BalasHapus
  13. Nama:Ricky Yacob.N.S.Ginting
    Nim:15.02.581
    Romo Mangun, dengan segala kelebihan dan kekurangan, adalah tokoh yang besar kontribusinya dalam perjuangan membangun perdamaian dan persaudaraan antarmanusia tanpa memandang apa pun agama, suku, ras dan identitas-identitas primodial lainnya. Itulah sebabnya yang menjadi kata kunci dalam perjuangan kemanusiaan adalah imam, religiositas, dan bukanlah agama sebagaimana yang kita kenal dalam kamus kesalahkaprahan kita.

    BalasHapus
  14. Nama:Ricky Yacob.N.S.Ginting
    Nim:15.02.581
    Romo Mangun, dengan segala kelebihan dan kekurangan, adalah tokoh yang besar kontribusinya dalam perjuangan membangun perdamaian dan persaudaraan antarmanusia tanpa memandang apa pun agama, suku, ras dan identitas-identitas primodial lainnya. Itulah sebabnya yang menjadi kata kunci dalam perjuangan kemanusiaan adalah imam, religiositas, dan bukanlah agama sebagaimana yang kita kenal dalam kamus kesalahkaprahan kita.

    BalasHapus
  15. Nama : Ima Susi Susanti Sembiring
    NIM : 15-02-576
    1. Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan dari kelompok II tentang bagaimana sebenarnya manusia yang Humanis menurut Romo Mangun. Kelompok II telah membahas dengan baik tentang konsep manusia menurut kebudayaan masyarakat Jawa dan konsep tentang manusia Indonesia yang Kontemporer. Jadi berdasarkan pemamaparan diatas, dikatakan bahwa manusia yang tidak sejati yang sejajar dengan filsafat dari ide Plato dan yang digerakkan oleh “Ki Dalang” (Tuhan Yang Maha Esa). Nah, jadi jika kita hubungkan ke dalam Hukum Taurat yang ke-3 tentu hal ini sudah jelas salah. Dikatakan bahwa jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan. Dan di dalam pembahasan kali ini sudah dengan jelas bahwa masyarakat jawa menyebut nama Tuhan Allah dengan sembarangan. Dan yang menjadi pertanyaan saya adalah, apa sebenarnya yang mendasari mereka sehingga dengan begitu mudah menyebut nama Tuhan Allah dengan seenaknya atau dengan sembarangan? Budaya seperti apa sebenarnya yang mereka anut?
    2. Dalam pokok materi kita yang ke-III dari kelompok II tentang manusia pasca Nasional dan pasca Einstein dikatakan bahwa pembentukan manusia yang Humanis itu terbentur oleh budaya Feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Jadi yang menjadi pertanyaan adalah budaya seperti apa sebenarnya budaya Faedalisme ini sehingga dapat mendarah daging dengan masyarakat Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuhan bisa disebutkan, jika itu dalam konteks yang benar. dan budaya faedlisme adalah budaya-budaya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

      Hapus
  16. Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.

    Terimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam IBD.

    BalasHapus
  17. Nama : Putri Pebrina Nababan
    NIM : 15.02.580
    Ting/Jur : I/PAK
    Ada 3 konsep kebudayaan,yaitu: kebudayaan jawa, kebudayaan barat dan kebudayaan konterporer.
    di konsep kebudayaan konterporer. memiliki 2 sisi, yaitu: sisi positif dan sisi negatif. yang menjadi pertayaan saya, apa-apa saja contoh dari sisi positif dan negatif dalam konsep kebudayaan konterporer?

    BalasHapus