Senin, 14 Maret 2016

Menyenangkan Hati Tuhan oleh IV B Kelompok VII



Nama                          : Ester Putri Hutasoit
Junita Purnama Ellys Rajagukguk
Sonia Angelina Ginting
Susi Susanta Barus
Tingkat/Jurusan        : IV-B/Teologia
M.Kuliah                    : Liturgika
Dosen                          : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
Unsur Liturgi : Nyanyian dan Paduan Suara dalam Thema Peribadahan (Liturgi) dalam Menyenangkan Hati Tuhan dengan Nats-nats Thematis Alkitab
I.                   Pendahuluan
Nyanyian dan paduan suara merupakan unsur yang terkandung di dalam liturgi gereja (peribadahan), untuk menyenangkan hati Tuhan kita harus memperhatikan unsur-unsur ini. Maka pada saat ini kami kelompok VII akan memaparkan apa fungsi dan makna dari nyanyian dan paduan suara dalam peribadahan. Kami membutuhkan krituk dan saran, serta masukan untuk lebih memperdalam sajian kita ini.
II.                Pembahasan
2.1.Sejarah Perkembangan Nyanyian Jemaat
Sejarah perkembangan nyanyian jemaat berjalan seiring dengan sejarah perkembangan Gereja, karena kehidupan bergereja tidak pernah terlepas dari nyanyian jemaat. Didalam Perjanjian Lama terdapat Mazmur yang selalu digunakan dalam ibadah-ibadah di Bait Allah, ibadah pribadi bangsa Israel, bahkan dalam perayaan-perayaan lainnya. Mazmur ini dikumpulkan dari beberapa penulis yang berbeda, seperti : Daud, Musa, bani Asaf, bani Korah. Tradisi menyanyikan Mazmur ini masih digunakan sampai zaman Yesus di Perjanjian Baru. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan himne pada perjamuan terakhir. Yesus dan murid-muridnya menyanyikan satu bagian dari “Great Hallel” yang ada dalam Mazmur 113-118.[1]
2.1.1.      Prinsip dalam Pemilihan Nyanyian Liturgi[2]
1.      Nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman
Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi. Karena liturgi sendiri merupakan perayaan bersama, maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Dalam memilih nyanyian yang dilakukan adalah tidak hanya memperhatikan kepentingan mayoritas, tetapi juga harus memperhatikan kelompok mioritas.
2.      Nyanyian liturgi bisa melibatkan partisipasi umat
Mengalir dari kriteria pelayanan umat beriman itu, nyanyian liturgi harus memberi kesempatan umat untuk berpartisipasi di dalamnya. Partisipasi tidak selalu berarti suatu keikutsertaan dalam mengucap atau menyanyikan. Agar umat dapat terlibat dalam nyanyian liturgi. Nyanyian liturgy dimaksudkan sebagai nyanyian umat yang dipilih dari buku nyanyian umat.
3.      Nyanyian liturgi harus mengungkapkan iman akan misteri Kristus
Nyanyian liturgi yang dipilih tidak boleh hanya sekedar semua bisa bernyanyi dengan baik dan indah, tetapi apakah lagu tersebut membawa umat kepada pengalaman iman akan Kristus dan kepada perjumpaan Kristus. Bahwa Kristus hadir dalam liturgy harus juga terungkap dalam nyanyian liturgi itu. Isi syair dan melodi nyanyian liturgi harus benar-benar sesuai dengan citarasa iman umat dan bukan malah mengaburkan misteri iman dengan member asosiasi yang lain.
4.      Nyayian liturgi harus sesuai dengan masa dan tema liturgi
Kesesuaian isi dan melodi lagu liturgi dengan masa serta tema liturgi akan membantu umat dalam memperdalam dan memperjels misteri iman yang sedang dirayakan.
5.      Nyanyian liturgi harus sesuai dengan hakekat masing-masing bagian
Pilihan nyanyian liturgi tentu harus sesuai dengan tempat dan fungsi nyanyian itu dalam bagian liturgi. Pilihan nyanyian sebaiknya juga memperhatikan bobot nyanyian yang selaras dengan gerak yang dinamis.
2.2.Peranan Nyanyian dalam Liturgi
Nyanyian gerejawi adalah salah satu unsur yang paling penting dalam hidup jemaat. Nyanyian gerejawi termasuk kepada wujud atau hakikatnya. Itulah sebabnya, maka jemaat dari mulanya kita temui sebagai jemaat yang menyanyi. Jemaat menyanyi bukan saja karena tradisi yang di ambil dari ibadah Yunani (dibait Allah dan Sinagoge) atau contoh yang diberikan oleh Yesus dan oleh para rasul (bnd. Mrk 14:20, Kis 16:25). Bukan juga karena kebiasaan yang dipakai oleh bangsa-bangsa kafir di daerah-daerah zending di luar Palestina. Jemaat menyanyi karena suatu sebab yang lebih dalam: karena karya penyelamatan Allah.
Nyanyian gerejawi mempunyai aspek kembar. Pada suatu pihak nyanyian adalah wahana (vehikel) pemberitaan firman Tuhan dan pihak lain nyanyian adalah alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pemberitaan itu. Kedua aspek ini erat hubunganya. Aspek kembar inilah yang membedakan nyanyian gerejawi dengan nyanyian-nyanyian lain. Nyanyian gerejawi bersifat homologia, bukan ekspresi religious dari pengubah. Dalam nyanyian gerejawi jemaat tidak melihat pada dirinya (jiwa) dan karya sendiri, tetapi kepada Tuhan Allah dan kepada apa yang Ia kerjakan dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Proklamasi dari karya penyelamatan Allah harus diiringi dengan himnus oleh aklamasi jemaat.[3]
2.3.Sejarah Paduan Suara
Dalam gereja – gereja protestan paduan suara sampai sekarang belum mempuyai kedudukan dan tempat yang pasti.Ada gereja yang tetap menggunakannya dalam ibadah.Ada yang hanya sekali saja dan ada pula yang yang sama sekali tidak mau memakainya.Yang terakhir ini, katanya,berdasarkan larangan Calvin terhadap nyanyian polyhon di dalam ibadah.
Para pemimpin Gerakan Liturgia tidak setuju dengan pandangan ini.Menurut mereka paduan suara adalah unsur yang tetapdari ibadah jemaat.Hal itu nyata dari bagan-bagan tata kebaktian yang dipakai oleh gereja saat abad-abad pertama.Benar,kemudian paduan suara disalahgunakan oleh para pemimpin gereja, terutama dalam abad pertengahan,tetapi penyalahgunaan itu tidak boleh kita pakai sebagai alasan untuk menolaknya dari dalam ibadah jemaat.Para reformator tidak berbuat demikian,baik Luther maupun Calvin.
Karena itu, begitu juga selanjutnya,kita tidak boleh berbust demikan.Tugas kita malahan yang sebaliknya yakni kita harus memulihkannya kembali di dalam ibadah dan menjaga agar jangan berulang lagi penyalahgunaan seperti yang terjadi pada waktu-waktu yang lampau.Untuk itu,perlu diperhatikan hal-hal (syarat-syarat) yang berikut:
Pertama, paduan suara yang dipakai di dalam ibadah jemaat adalah paduan suara jemaat, bukan perhimpunan penyanyi.Tiap-tiap jemaat hanya boleh mempunyai satu atau dua paduan suara.Dalam menjalankan tugasnya paduan suara harus takluk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh gereja.Tugasnya bukanlah untuk membuat “konser” di dalam ibadah, melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat.
Kedua, di dalam ibadah paduan suara berdiri dipihak jemaat. Van der Leeuw dan beberapa pemimpin lainnya bersedia memberikan tempat dan tanggung jawab yang lebih besar kepada paduan suara tersebut yaitu sebagai “wakil” jemaat untuk menyanyikan bagian-bagian – misalnya perasaan khidmat dan kasih,permohonan yang mesra, kegembiraan yang meluap-luap, dan lain –lain yang tidak dapat (tidak sanggup) dinyanyikannya.
Ketiga,di dalam ibadah, paduan suara tidak mempunyai tempat tersendiri.Hal itu tidak cocok dengan pendirian oran-orang lutheran.Pemimpin-pemimpin Gerakan Liturgia tidak setuju dengan pendirian ini.Menurut mereka paduan suara adalah sebagin dari jemaat. Karena itu, di dalam ibadah paduan suara ini hanya mempunyai satu tempat saja yaitu dipihak jemaat.
Keempat,di dalam ibadah paduan suara bertugas melayani.Itu berarti bahw apaduan suara tidak boleh menyanyi sendiri-sediri, tetapi bersama-sama dengan jemaat dengan berbagai cara: “ menyokong” nyanyian jemaat, menyanyi bergiliran dengan jemaat (umpamanya satu ayat oleh paduan suara, satu ayat oleh jemaat dan kalau perlu satu atau dua ayat bersama-sama).
Kelima, di dalam ibadah, paduan suara tidak boleh menyanyikan nyanyiannya sendiri.Nyanyian yang demikian hanya boleh diperdengakan sebelum kebaktian mulai dan sesudah berkat.[4]
2.4.Peranan Paduan Suara dalam Liturgi
Dalam ibadah jemaat Paduan Suara diberi tempat, karena paduan suara mempunyai fungsi an peranan tertentu. Yang harus dijaga ialah, jangan sampai paduan suara megambil alih kedudukan dan peranan jemaat secara menyeluruh.
Paduan suara mempunyai fungsi di dalam ibadah jemaat :[5]
1.      Paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyian jemaat. Pertama, paduan suara menjadi alat yang melayani (mengintensifkan nyanyian jemaat). Kedua, paduan suara menjadi alat yang melayani nyanyian jemaat, paduan suara hanya dapat menjalankan fungsinya dalam kombinasi dengan nyanyian jemaat.
2.      Paduan suara sebagai wahana pemberitaan firman. Pemberitaan firman yang dimaksud bukanlah pemberitaan firman yang memonopoli orang-orang tertentu.
3.      Paduan suara sebagai bagian utuh dari jemaat (bukan mewakili jemaat) untuk mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman dan lain-lain kepada Tuhan dalam suara yang merdu.
2.5.Musik dan Liturgi Gereja
Sejak semula, Gereja tidak pernah bisa melepaskan diri dari musik. Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik.  Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik. Sejarah Gereja selanjutnya mencatat bahwa liturgi tidak pernah lepas dari musik. Musik-musik ini banyak tercipta dalam konteks ibadat. Musik dipandang sebagai bagian dari liturgi Gereja. Di dalam Konsili Vatikan II menegaskan hubungan yang secara resmi tidak terpisahkan antara musik dan liturgi Gereja.[6]
2.6.Makna Musik dalam Liturgi Gereja
Musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi Gereja. Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja. Musik memiliki tempat atau kedudukan yang sangat penting dalam liturgi. Makna musik dalam liturgi Gereja dapat menjelaskan beberapa dimensi yang berdasarkan paham Konsili Vatikan II:[7]
a.       Dimensi Liturgis
Dalam Konsili Vatikan II musik liturgi bukan saja sekedar untuk selingan, tambahan atau dekorasi, demi untuk memeriahkan sebuah liturgi melainkan musik adalah bagian yang sangat intergral atau sangat penting.
b.      Dimensi Kristologis
Konsili Vatikan II menunjukkan tujuan musik liturgi sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman.
c.       Dimensi Eklesiologis
Musik liturgi dapat membantu umat dalam dalam berparti sipasi secara aktif dalam liturgi. Konsili Vatikan II seniri mengharapkan agar umat dapat berperan serta secara sadar dan aktif dalam perayaan liturgi.
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas kami menyimpulkan bahwa nyanyian gerejawi (jemaat) adalah unsur yang tidak dapat terpisahkan dari liturgi gereja. Nyanyian gerejawi (jemaat) haruslah menjawab kebutuhan jemaat serta harus memberi kesempatan bagi jemaat untuk meresapi nyanyian gerejawi. Paduan suara merupakan pendukung serta wahana pemberitaan firman. Pada pemaparan ini juga kami dari kelompok VII menyampaikan bahwa musik gereja juga tidak dapat terlepas dari unsur liturgi.  Liturgi yang merupakan perayaan iman Gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik.
IV.             Daftar Pustaka
Ch. Abineno, J.L, Unsur-Ubsur Liturgi, Jakarta: BPK-GM, 2007.
Departemen Agama, Materi Pokok Liturgika Modul 1-9, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan, 1998.
Eskew dan Hugh T. McElrath, Harry, Sing With Understanding, Nashville: Church Street Press, 1995.
Martasudidjita, Pr  J. Kristanto, Pr, E. Musik & Nyanyian Liturgi, Yogyakarta: KANISIUS, 2000.



[1] Harry Eskew dan Hugh T. McElrath, Sing With Understanding, (Nashville: Church Street Press, 1995), 78.
[2]  E. Martasudidjita, Pr  J. Kristanto, Pr, Musik & Nyanyian Liturgi, 43-48.
[3] Departemen Agama, Materi Pokok Liturgika Modul 1-9, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan, 1997), 144-145.
[4]  J.L Ch. Abineno, Unsur-Ubsur Liturgi, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 108-109.
[5]  Departemen Agama, Materi Pokok Liturgika Modul 1-9, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan, 1997), 146-147.
[6] E. Martasudidjita, Pr  J. Kristanto, Pr, Musik & Nyanyian Liturgi, (Yogyakarta: KANISIUS, 2000), 13-15.
[7] E. Martasudidjita, Pr  J. Kristanto, Pr, Musik & Nyanyian Liturgi, 15-22.

41 komentar:

  1. Kami dari kelompok 2.,
    Nama: Dwi Erfina Pepayosa Ginting, Ruthin Sari Saragih, Nurintan Damanik, Swettry N Sitohang, Yuwan Fades Ambarita
    akan membahas dari kelompok 7 yang berjudul Unsur Liturgi: Nyanyian dan paduan suara dalam Thema peribadahan (liturgi) dalam menyenangkan hati Tuhan dengan nats-nats thematis Alkitab
    Yang kami dapat dari sajian ini adalah Bahwa Nyanyian dan paduan suara adalah suatu ungkapan hati melalui nyanyian dan suara untuk menyenangkan hati Tuhan. nyanyian liturgi memiliki prinsip untuk melayani seluruh umat beriman karena liturgi merupakan perayaan bersama sehingga nyanyian juga harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. nyanyian liturgi dapat melibatkan partisipasi umat, karena umat akan ikut serta dalam menyanyikannya. nyanyian liturgi juga harus mengungkapkan iman akan Kristus bahwa Kristus benar-benar hadir dalam liturgi dan itu terungkap dalam nyanyian liturgi. nyanyian yang digunakan harus sesuai dengan tempat dan fungsi nyanyian itu didalam liturgi. nyanyian gerejawai suatu alat yang diberikan kepada jemaat untuk mengaminkan pembritaan firman Tuhan, karena dalam nyanyian gerejawi jemaat tidak melihat karyanya sendiri tetapi kepada Tuhan Allah dan kepada yang dikerjakan dalam anaknya Yesus Kristus. paduan suara bukan perhimpunan penyanyi tugasnya bukan konser didalam ibadah melainkan untuk memuji Tuhan bersama-sama dengan jemaat. paduan suara berfungsi sebagai pendukung nyanyiann jemaat, wahana pemritaan firman mempersembahkan puji-pujian, pengakuan iman kepada Tuhan dengan suara yang merdu.
    - masukan Christiniaty is a singing religion. atau jika kekristenan adalah agama yang bernanyi maka gereja bisa dikatakan wadah untuk bernanyi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Dalam Perjanjian Lama ada tradisi yang menetapkan suku lewi sebagai petugas di rumah TUHAN (Bait suci). Kedudukan ini meyebabkan orang-orang Lewi mengatur pembagian tugas, supaya ibadat-ibadat dapat berjalan lancar dan menyentuh. Salah satu kelompok yang harus terlibat dalam ibadat itu adalah kelompok musik (baca I Tawarikh 6:31- 32; I Tawarikh 23: 5; 25: 1- 8). Agaknya kelompok nyanyian ini bukan kelompok ala kadarnya, tetapi kelompok yang memang amat serius dalam menjalankan tugasnya (I Tawarikh 25: 7 “…mereka sekalian adalah ahli seni”)( Andar Ismail, Van Dop alias Pandopo, www.gkisamanhudi.or.id) Puji-pujian yang disampaikan oleh kelompok nyanyian ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ibadat, bahkan menempati kedudukan khusus dalam ibadat [I Tawarikh 6: 31; II Tawarikh 5: 11- 13]. Sekalipun tidak secara eksplisit menyebut nyanyian, tetapi tersirat pemahaman bahwa puji-pujian dalam ibadat harus dipersiapkan dengan baik, bukan hanya masalah tekhnik vokal maupun penampilannya, tetapi juga suasana hati para pemujinya. Sehingga puji-pujian yang disampaikan itu benar-benar adalah ekspresi iman, bukan sekedar keindahan suara (baca Amos 5: 23 “….Jauhkanlah daripadaKu keramaian nyanyian-nyanyianmu…”)
      2. Sulit sekali menemukan bagian dari Perjanjian Baru yang secara eksplisit menyebut nyanyian. Hal ini bisa dimaklumi karena memang fokus Perjanjian Baru adalah kisah kehidupan Yesus dan ajaran-ajaranNya (Injil), sedangkan bagian lain adalah surat-surat yang berisi teguran, nasehat, dan pengajaran. Oleh karena itu yang dapat disampaikan di sini hanya bagian-bagian yang tersirat yang mengungkapkan tentang adanya musik atau nyanyian didalam ibadat. Misalnya didalam Injil terdapat: Nyanyian Maria (Magnificat); Nyanyian Zakharia (Benedictus); Nyanyian Simeon (Nunc Dimitti). Sedangkan pada surat-surat bisa disebutkan, misalnya: I Korintus 14: 15- 17; Efesus 5: 19; Kolose 3: 16. Dari keterangan di atas terungkap bahwa agaknya di awal kehidupan Jemaat [gereja perdana] sudah dikenal setidaknya 3 macam nyanyian, yaitu mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani. Mazmur berisi lagu-lagu yang diambil dari kitab Mazmur yang biasa dinyanyikan dalam ibadat Yahudi. Kidung Pujian berisi syair-lagu- lagu yang mengungkapkan tentang ajaran dan pengakuan iman (misalnya Kolose 3: 16; 2 Timotius 2: 11- 13) Nyanyian Rohani berisi syair lagu pendek yang merupakan ungkapan hati yang khas (misalnya, haleluya, amen, glori)

      Hapus
    2. Yang menjadi pertanyaan bagi pembahas adalah:
      1. Dari judul yang sudah penyaji paparkan bagaimana sebenarnya maksud nyanyian dan paduan suara dalam hubungannya dengan nats-nats Thematis Alkitab, karena kami belum melihat nats-nats Alkitab tersebut untuk menyenangkan hati Tuhan.
      2. Apakah esensi dari nyanyian dan paduan suara dalam kaitannya dengan liturgi?
      3. Seberapa pentingkah adanya nyanyian dan paduan suara dalam tema peribadahan?
      4. Nyanyian dan paduan suara yang bagaimana yang dapat menyenangkan hati Tuhan?
      5. Jelaskanlah sejarah nyanyian dan paduan suara secara singkat dan jelas?
      6. Kombinasi nyanyian jemaat yang seperti apakah sehingga nyanyian dan paduan suara dapat dijalankan sesuai dengan fungsinya?
      7. Bagaimankah paduan suara membantu jemaat dalam menyanyikan puji-pujian?
      8. Banyak paduan suara yang mengkleim melayani Tuhan, namun masih saja egois dalam ekstitensinya jika kita mau jujur adakah paduan suara yang melakukan tugas demikian dalam jemaat yaitu membantu umat bernyanyi atau masih mengangap diri sebagai kelompok yang hanya ingin tampil suka hati
      9. Apakah Yesus pernah bernyanyi?

      Hapus
  2. Tanggapan saya dalam sajian kita kali ini yang berhubungan dengan nyanyian, paduan suara dan musik dimana ketiga unsur liturgi ini harus disesuaikan dengan masa dan tema liturgi. dalam sajian ini yang ingin saya tambahnkan adalah sama halnya dengan gereja GKPS sendiri yang dalam buku Bibel pakon Haleluya sudah ada pembagian dari nyanyiannya. contohnya nyanyian untuk Pengakuan Iman, Musim Panen, masa Paskah, masa-masa Natal, dll. Sehingga nyanyian yang akan dipilihkan oleh petugas juga dapat disesuaikan. Yang artinya ini akan mempermudah misalkan jemaat juga ingin memilihkan lagu atau nyanyian untuk acara tertentu.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Saya akan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh para penanya dalam pembahasan Nanyian dan Paduan Suara
    Jhoni Purba
    1. Mengapa Paduan Suara Identik dengan suara yang bagus ?
    Menurut saya dalam sebuah paduan suara ataupun song leader haruslah seseorang yang memiliki sebuah kemampuan untuk bernyanyi. Dalam pertemuan kita telah disampaikan oleh dosen pengampu bahwa nyanyian itu adalah sebuah pesan yang harus disampaikan kepada jemaat sehingga orang yang dibutuhkan untuk menyampaikan pesan itu adalah orang yang mempu menyampaikan pesan itu dengan baik dan dapat diterima dengan baik oleh sipendengar. Mengenai paduan suara yang disampaikan oleh saudara bahwa haruslah orang-orang yang terpilih dan memiliki suara yang bagus yang boleh masuk dalam sebuah paduan suara, menurut saya bahwa memang betul bahwa orang yang mampu untuk bernyanyi yang masuk ke dalam paduan suara, tapi tidak menutup kemungkinan orang yang tidak memiliki suara bagus juga dapat masuk ke dalam paduan suara, seseorang yang tidak memiliki suara yang bagus bukan karena dia tidak memiliki kemampuan untuk bernyayi tetapi seseorang yang tidak mampu bernyanyi itu diakibatkan ketidak pedulian atau ketidak ingin tahuan seseorang untuk ingin belajar dan mengasa talenta suara yang ia miliki. Seorang orang pemimpin nyanyian harus mampu menguasai nyanyian baru yang belum diketahui oleh jemaat yang belum pernah belajar ataupun mendengar lagu yang dinyanyikan sehingga memang orang yang memiliki suara bagus, mampu memahami bagaiman penghayatan lagu dan bagaimana car menyanyikan lagu itulah yang memang layak untuk dibuat menjadi pemimpin dalam nyanyian di gereja.
    2. Bagaimana Analisa penyaji dengan nyanyian yang reflex atau bagaimana pandangan penyeminar tentang jemaat yang tidak hafal dengan lirik lagu dalam ibadah ?
    Mengenai pertanyaan saudara yang menyatakan bahwa bagaimana pandangan kami para penyaji tentang seseorang yang tidak menghafal lirik lagu dan dikatakan tidak dapat bernyanyi. Saya sebagai penyeminar tidak setuju dengan pendapat saudara yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak menghafal lirik adalah orang yang tidak tahu bernyanyi. Disinin kami tekankan bahwa tidak ada satu orang pun ciptaan Tuhan (disability/tunabicara) yang tidak dapat bernyanyi. Hanya disini kita bisa melihat mengapa ia tidak bernyanyi ? ya karena ia tidak mengetahui lirik dari lagu yang dinyanyikan. Berarti bisa kita lihat dia adalah orang yang tidak perduli atau tidak memberi hati untuk mengahayati nyanyian yang dinyanyikan walaupun sudah tiap minggu dinyanyikan. Sehingga kami tekankan bahwatidak ada orang yang tidak dapat bernyanyi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas jawaban yang disampaikan oleh saudara Junita. Namun saya kurang setuju dengan pernyataan saudara yaitu "seseorang yang tidak memiliki suara yang bagus bukan karena dia tidak memiliki kemampuan untuk bernyayi tetapi seseorang yang tidak mampu bernyanyi itu diakibatkan ketidak pedulian atau ketidak ingin tahuan seseorang untuk ingin belajar dan mengasa talenta suara yang ia miliki". Karena bisa kita lihat bahwa tidak semua orang memiliki talenta untuk bernyanyi, jadi kita tidak boleh menjudge seseorang itu bahwa dia tidak mengasa talenta yang dimiliki. Mohon tanggapan atas hal tersebut. Terimakasih

      Hapus
    2. terima kasih saudari fetra
      jadi pendapat mana yang tidak saudari tidak setuju, karena pernyataan saudari seakan setuju dengan apa yang saya katakan.
      saya bukan menjudge, tapi menurut saya suara yang keluar dari mulut seseorang jika memiliki nada menurut saya dia itu sudah bisa bernyanyi. saya tidak mengatakan bahwa orang yang pintar bernyayi itu adalah orang yang mempu menguasai ke 4 jenis suara itu dan mampu bernyayi seperti para penyanyi2 terkenal lainnya.

      Hapus
  5. Meri Ginting
    1. Paduan suara di dalam gereja dapat menjadi sebuah masalah, misalnya sikap seorang yang tidak tahu not sehingga tidak datang ke gereja.
    Paduan suara ini buka lagi asing kita lihat atau saksikan terkhusus dalam gereja suku, paduan suara ini terdiri dari beberapa jenis suara yang terpadu dalam satu kelompok. Di dalam sebuah gereja memang terdapat lebih dari 2 kelompok paduan suara. Nah, tidak dapat dipungkiri bahwa memang paduan suara ini sering mnejadi penyebab timbulnya permasalahan dalam sebuah gereja, dimana setiap kelompok mneganggap bahwa mereklah paduan suara yang hebat yang mampu untuk bernyanyi dalam sebuah peribadahan. Namun dari unsure liturgy yang kita pelajari bahwa paduan suara ini termasuk kedalam sebuah unsure-unsur liturgy jadi suatu hal yang tidak mungkin kalau paduan suara ini ditiadakan. Dari pemahaman tersebut kita bisa mengetahui bahwa kelompok paduan suara itulah yang harus diberikan pemahaman bahwa apa sebenarnya maksud dan tujuan merekauntuk bernyanyi sehingga mereka mampu untuk saling menghargai jika ada kelompok yang memiliki kemampuan yang lemah dalam bernyanyi.
    Tentang seseorang yang tidak tahu membaca not menjadi tidak daptang bergereja, menurut kami bahwa seseorang tersebut harus diberikan pendampingan pastoral, karena hal yang sangat konyol yang dilakukan oleh orang tersebut. Gereja tidak pernah menyatakan hanya orang yang tahu not yang dapat beribadah. Namun jika ia ingin jugamnegikuti kelompok paduan suara, tidak salah ia datang dan belajar agar ia mampu untuk memahami dan mengerti not tersebut. Karena hanya kemauan dan keingin tahuan yang paling dibutuhkan dalam pemahaman ini.
    2. Gaya yang dipakai sudah mengikuti gaya kebarat-baratan
    Memang betul yang saudara nyatakan bahwa kita telah mengikuti budaya kebarat-baratan tentang bernyanyi paduan suara, namun tidak dapat kita pungkiri kebanyakan dari kebiasaan ataupun cara kita sudah banyak mengikuti sikap yang demikian, bahkan cara berpakain yang kita gunakan (pemakain jas) juga telah mengikuti budaya yang demikian. Sikap berdiri pada saat bernyanyi juga mengikuti kebiasaan yang demikian memang jika kita melihat dan mengikuti sebuah paduan suara hal atau sikap berdiri yang demikianlah yang sangat menentukan cara kita ataupun kualitas bernyanyi kita dengan baik, jika dibuat sebuah paduan suara dalam mempersembahkan paduan suara dengan cara menari, menurut saya kualitas suara yang dihasilkan sungguhlah sangat mengecewakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas penjelasan dari saudara Junita. Jadi dari apa yang telah saudara tanggapi, upaya apakah yang dapat kita lakukan agar paduan suara di gereja kita tidak lagi kebarat-baratan namun "kembali ke rumah" (pengkontekstualisasian) dengan budaya kita masing-masing?

      Hapus
    2. Terima kasih buat tanggapan saudari winda
      seperti yang saudara katakan bahwa cara atau upaya yang harus kita lakukan agar paduan suara itu "kembali ke rumah" atau pengkontekstualisasian, itu dapat kita lakukan jika nyanyian yang dinyanyikan sesuai denagnasal dari lagu yang dinyayikan. misalnya jika dalam suka toba, dapat menggunakan alat musik yang berasal dari suku tersebut dan membuat tarian dari suku itu sendiri.

      Hapus
    3. Kebutuhan akan adanya nyanyian itulah yang akan kita ungkapkan dalam musik liturgi. Kita bernyanyi karena kita mau mengungkapkan iman dan kehidupan. Dalam bernyanyi kita dapat bersuka-cita, dapat bersedih, dapat merenung dan dapat berharap. Maka nyanyian yang harus kita ciptakan dalam musik liturgi adalah nyanyian yang mengungkapkan doa dan harapan kita. Dan ada baiknya hal itu disesuaikan dengan budaya kita sebagai gereja suku, dan itu semua hanya untuk menyenangkan hati Tuhan.
      Syalom, Tuhan Memberkati.

      Hapus
    4. Di dalam Alkitab yang membuktikan bahwa Tuhan Yesus juga bernyanyi yaitu “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-muridNya ke Bukit Zaitun” (Mat. 26:30). Hal yang identik dengan puji-pujian di dalam gereja adalah adanya paduan suara. Paduan suara bahkan sudah ada sejak jaman Perjanjian Lama. “Para peniup nafiri dan para penyanyi serentak memperdengarkan paduan suaranya” (2 Taw. 5:13).

      Hapus
  6. Sri Muliana
    1. Berapa jumlah paduan suara yang layak dalam peribadahan ?
    Tidak ada istilah berapa jumlah paduan suara yang layak dan tidak layak dalam sebuah peribadahan, kami mengatakan demikian bahwa didalam suku batak, batak toba khususnya dikatakan bahwa “Ende I do anggini jamita” sehingga kita bisa memahami nyanyian itu juga merupakan firman yang kedua dari firman yang disamoaikan oleh Pendeta yang berkhitbah, sebenarnya kita harus mengetahui apa makna dari paduan suara yang dipertunjukkan, jika kita mengatakan akibat dari banyaknya paduan suara di dalam sebuah peribadahan atau liturgy mengakibatkan jemaat akan lama pulang dan menimbulkan kebosanan , menurut saya, diri kita yang harus kita koreksi mengapa kita mengalami hal yang demikian. Bukankah kita datang ke gereja untuk memuji Tuhan ? jadi mengapa kita harus bosan ? atau kita yang belum memahami apa makna dari isi nyanyian yang dinyanyikan oleh paduan suara sehingga kita tidak mengena dihati kita dan mengakibatkan kita bosan dalam peribadahan yang demikian. Selama paduan suara itu masih tetap mengumandangkan pujian untuk Tuhan menurut saya paduan suara itu layak untuk dipertunjukkan. Masalah mengakibatkan perpanjangan waktu dalam ibadah itu, yang diperlukan adalah management waktu yang telah ditetapkan oleh pimpinan gereja, karena hanya dia yang mempu mengatur dan memanagement situasi dari peribadahan tersebut, jika pun banyak paduan suara di dalam gereja tersebut memang dapat ditampilkan tapi berikan jadwal secara bergantian tiap minggunya bagi mereka untuk menampilkan pujian mereka.
    2. Bagaimana pemikiran penyaji bahwa koor itu menjadi penyatuan iman sehingga seluruh pendengar dapat menghayatinya ?
    Paduan suara dapat dikatakan penyatuan iman ialah jika seorang pendengar dapat menghaayati lagu yang dinyanyikan maka ia akan meresapi dan merenungkan kuasa dari lagu yang dinyayikan, sehingga hal yang mengkin terjadi bahwa banyak orang-orang yang bertobat diakibatkan dari nyanyian yang dikumandangkan. Namun juga harus kita ketahui bahwa sejarah atau latar belakang seseorang menuliskan lagu dari berbagai pengalaman yang ia hadapi dalam hidupnya dan menjadikannya menjadi sebuah syair lagu dan berharap orang yang mendengar dna menyanyikan lagu itu juga dapat mengalami penyatuan iman dengan Tuhan.

    BalasHapus
  7. Jhon Rein Tamrin Panjaitan
    1. Apakah dalam setiap ibadah minggu harus disesuaikan oleh tema gereja atau tema yang sesuai dengan keinginan kelompok itu sendiri ? karena banyak orang yang melalui nyanyian dapat menyentuh hati seseorang diandingkan firman yang disampaikan.
    Dalam sebuah paduan suara ataupun nyanyian yang dinyayikan dalam sebuah peribadahan memang banyak yang menghubungkan nyanyian yang akan merekapersembahkan sesuai dengan tema yang tertera dalam minggu tersebut, namun jika kelompok tersebut tidak memiliki lagu yang sesuai dengan tema maka mereka dapat menyayikan lagu yang mereka anggap dapat menjadi berbuah dalam peribadahan tersebut. Dalam nyanyian yang dinyanyikan dalam setiap minggunya memang lagu yang dipilihkan telah disesuaikan dengan tema peribadahan yang berlangsung. Misalnya dalam acara ibadah suka ataupun duka. Sehingga sengan nyayian yang dinyayikan dapat membuat jemaat turut dalam situasi lagu yang dinyanyikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya persembahan pujian nyanyian mau pun paduan suara sebaiknya disesuaikan dengan tema Minggu yang telah ditetapkan. Mengapa? Karena dengan demikian persembahan pujian tersebut dapat mendukung maksud dari tema Minggu tersebut. Untuk apa kita bernyanyi kalau tidak ada faedahnya.
      Baik Luther maupun Calvin memandang musik gereja itu penting demi pertumbuhan iman jemaat. Calvin bahkan hanya memperkenankan paduan suara untuk mengiringi nyanyian jemaat di gereja.

      Hapus
    2. terimak kasih buat saudari winda, saya sependapat dengan saudara. bahwa memang tema ibadah harus disesuaikan dengan nyanyian, karena melalui nyanyian jemaat dapat menghayati ataupun mendapat pemahaman baru dari khotbah yang telah disampaikan.

      Hapus
    3. Ada baiknya pemahaman yang kita pelajari ini juga direalisasikan kepada jemaat, khususnya kita yang sudah belajar liturgika. Agar nyanyian pujian dapat dihayati oleh semua jemaat yang hadir, bukan hanya yang mempersembahkan nyanyian pujian tersebut yang dapat menghayatinya. Terima kasih.

      Hapus
  8. Yang dapat saya tanggapi dari pemaparan penyaji kelompok tujuh adalah bahwa dalam ibadah jemaat paduan suara diberi tempat, karena paduan suara mempunyai fungsi dan peranan tertentu. Yang harus dijaga ialah, jangan sampai paduan suara megambil alih kedudukan dan peranan jemaat secara menyeluruh. Sedangkan musik liturgi atau musik Gereja merupakan salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi Gereja. Musik liturgi prinsipnya ialah segala macam liturgi, baik menyangkut jenis musik atau nyanyiannya, yang digunakan dalam rangka perayaan iman Gereja. Nyanyian dan paduan suara memiliki fungsi sebagai sebagai nyanyian pujian. Bahkan “nyanyian dan paduan suara juga sebagai doa”, sebagai alat proklamasi, dan sebagai ungkapan hati atas kehadiran Tuhan di tengah kita, ungkapan hati atas perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman kita semua.

    BalasHapus
  9. Memang benar seharusnya lagu pujian (nyanyian jemaat) yang dilantunkan setiap minggunya harusnya berhubungan dengan tema mingguan. Tapi yang bisa kita lihat saat ini masih ada yang tidak mengkontestualisasikan hal tersebut. jadi menurut penyaji bagaimana agar hal tersebut dapat terjadi? Apa ide yang ditawarkan penyaji agar hal tersebut dapat dirasakan di dalam ranah gereja? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang betul bahwa belum semua gereja mengkontekstualisasikan nyanyian dengan tema peribadahan gereja, saya akan memberikan contoh bahwa ketika saya CP disebuah gereja yang masih sangat minim pengetahuan mereka tentang not dan jarang menyayikan lagu kidung jemaat, padahal dalam almanak telah dicantumlan lagu-lagu atau nyanyian yang seharusnya dinyanyikan karena telah sesuai denagn tema, namun karena mereka tidak pernah menyanyikan lagu tersebut maka mereka menggantikannya dengan nyayian yang telah biasa mereka nyayikan.nah ide yang dapat diberikan adalah memberikan mereka pemahaman dahulu tentang not ataupun melatih nyayian tersebut sebelum memulai ibadah, kalau itu terjadi di gereja perkotaan mungkin tidak terlalu nampak karena telah memiliki song leader yang akan memimpin.

      Hapus
  10. jika memang nyanyian paduan suara untuk pemberitaan Firman Tuhan, apakah ketika kita menyanyi paduan suara dalam rangka mencari dana untuk retreat, natal, stduy tour atau sebagainya msih dapat dikatakan untuk pemberitaan firman? karna sudah ada unsur lain di dalamnya, yang seolah-olah memperalat nyanyian pujian itu untuk "sekeping" rupiah.

    BalasHapus
  11. jika memang nyanyian paduan suara untuk pemberitaan Firman Tuhan, apakah ketika kita menyanyi paduan suara dalam rangka mencari dana untuk retreat, natal, stduy tour atau sebagainya msih dapat dikatakan untuk pemberitaan firman? karna sudah ada unsur lain di dalamnya, yang seolah-olah memperalat nyanyian pujian itu untuk "sekeping" rupiah.

    BalasHapus
  12. Bagaimana tanggapan para penyaji mengenai paduan suara yang ada di kampus kits apakah memang sudah bias dikatakan menyenangkan hati tuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana cara mengatasi bagi setiap orang yang dikatakan kurang paham dalam Musik. Karena pada saat sekarang ini di dalam gereja sangat di butuhkan orang yang mampu dalam Musik terkhususnya bagi para pelayan

      Hapus
    2. mengenai paduan suara yang ada di kampus, itu dapat saudari rasakan sendiri, apakah para anggota paduan suara telah bernyanyi dengan baik dan benar, sudah menyenangkan hati Tuhan atau tidak. sudah mampu menyentuh hati juka mereka sedang bernyayi. jika saudara menanyakan hal demikian kepada anggota paduan suara tersebut, maka mereka yang menyanyikan dengan penuh penghayatan akan lagu tersebut pun akan mengatakan bahwa pujian mereka telah menyenagkan hati Tuhan. karena landasan paduan suara unntuk bernyai bukan untuk menyenangkan hati pendengar yang datang beribadah namun untuk Tuhan.

      Hapus
    3. cara mengatasi orang yang tidak paham akan musik ya belajarlah tentang musik maka akan paham bagaimana musik.

      Hapus
  13. Menurut penyaji sendiri bagaimana bernyanyi yang menyenangkan hati Tuhan itu, apakah paduan suara itu mempengaruhi orang yang bernyanyi yang menyenagkan hati Tuhan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bernyanyi adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu ibadah orang Kristen. Bayangkan kalau dalam ibadah tidak ada nyanyian atau pujian, pasti akan anehkan? Seorang teolog besar di abad ke 20, Karl Barth, pernah berkata “gereja yang tidak bernyanyi bukanlah sebuah gereja.” Saat ada yang mempersembahkan nyanyian pujian (paduan suara) menurut saya hati semua jemaat ikut bernyanyi kalau itu diresapi oleh jemaat yang hadir.

      Hapus
  14. Menurut penyaji sendiri bagaimana bernyanyi yang menyenangkan hati Tuhan itu, apakah paduan suara itu mempengaruhi orang yang bernyanyi yang menyenagkan hati Tuhan?

    BalasHapus
  15. Bagaimana tanggapan penyaji mengenai paduan suara yang ada di kampus apakah sudah menyenangkan hati tuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagimana tanggapan para penyaji mengenai di dalam suatu gereja di butuhkan orang yang bias bermain Musik. Namun bagi para pelayan masih kurang dalam Musik Dan ITU banyak menjadi hambatan Dan juga kurang di dalam not

      Hapus
  16. menurut penyaji seberapa besarkah paduan suara bisa mempengaruhi pertumbuhan iman jemaat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedikit berbagi tentang pertanyaan saudari asri.menurut saya sebenarnya jemaat mengalami pertumbuhan iman bukan hanya melalui pelayan ataupun unsur liturgi yang ada.tapi lebih daari itu yaitu ketika jemaat mnyerahkan dirinya dan Roh Kudus bekerja atasnya.sehingga Pelayan sebagai alat Allah untuk berkarya di dunia.Terimakasih.GB

      Hapus
  17. Sedikit berbagi tentang pertanyaan thamrin mengenai apakah persembahan pujian yang diadakan untuk menambahkan keuangan ketika retreat itu dikatakan pemberitaan firman Tuhan. Yang penting adalah ketika yang ikut ambil andil dalam persembahan pujian tersebut benar-benar menghayati makna lagu dan menyanyikannya dengan tulus. Jadi menurut saya marilah kita menghayati lagu supaya makna lagu tersebut tidak kabur. Terimakasih

    BalasHapus
  18. Sedikit berbagi dan menanggapi pertanyaan saudari sri ita. Memang benar bahwa Gereja sangat membutuhkan seseorang yang memiliki talenta untuk bermain musik. Tapi dalam kenyataan masih ada gereja yang tidak memiliki seorang pemusik. Jadi menurut saya memang jika konteks gerejanya sudah "lumayan dalam hal ekonomi" ide gang saya tawarkan gereja bisa membuat suatu kursus kepada warga jemaat yang ingin belajar tentang musik. Sehingga dapat diberdayakan jemaat. Terimakasih

    BalasHapus
  19. Pdt. Dr. Th. J. Nanulaita berkata Bernyanyi itu harus tulus dari suara hati kita dan bukan dari suara mulut yang Penuh dengan Dosa. Saya setuju dengan hal ini. Paduan suara adaa bukan sebagai pemimpin yang lebih tahu dari jemaat, akan tetapi sebagai teman-pendamping jemaat dalam menaikkan lagu pujian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paduan suara bukan menjadi ajang gaya-gaya-an, bukan ajang rebutan, dan bukan menjadi ajang persaingan. Bukan kelompok dan bukan suara yang sangat bagus yang harus memuji dan bernyanyi untuk Tuhan, akan tetapi ketulusan hati kita untuk bernyanyi bagi Tuhan.

      Hapus
  20. paduan suara adalah bagian yang tak terpisahkabn, terutama bagi gereja suku. Ini penting, namun harus sesuai kadar. perlu efektifitas dan efisiensi dalam memasukkan paduan suara dalam liturgi.
    esensi persembahan pujian adalah bernyanyi dengan hati yang benar ingin memuji Tuhan. saran saya alangkah lebih baiknya persembahan pujian di gereja bukan sebagai formalitas seperti punguan ama, perkumpulan wanita dan pemuda, tapi bagi siapa yang tergerak hatinya memuji Tuhan.

    BalasHapus
  21. Ruang komen ini resmi ditutup, Sabtu 14 Mei 2016, Pk. 14.21 wib. Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat sore pak, apakah bapak berkenan untuk membuka kembali ruang komen untuk kelompok 6 dan 7 sampai pukul 22.00 WIB hari ini? Terima kasih pak, syalom..

      Hapus