Nama :
Eirene Hutabarat SAJIAN 4
Kevin Kassner
Mangantar Opungsunggu
Sarah
Pinem
Kels/Jur :
IA/Teologia
Mata Kuliah :
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : PDt. Edwart Simon
Sinaga, M.Th
Keberpihakan pada Kaum
Miskin, Konteks yang Melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Balada
Becak Karya Y. B. Mangunwijaya oleh B. Rahmanto[1]
I. Pendahuluan
Penulis ingin
membicarakan keberpihakan Mangunwijaya pada kaum miskin, konteks yang
melatarbelakanginya, serta bagaimana Mangunwijaya menggambarkan kaum marjinal
itu. Berangkat dari novelet Balada Becak (1985), tulisan sederhana ini mencoba
menggapai konteks seperti apa yang melatarbelakangi opsi dan obsesinya serta
ingin mendeskripsikan bagaimana Mangunwijaya menggambarkan keberpihakannya
terhadap kaum miskin yang ada dalam novelet tersebut.
II. Pembahasan
2.1 Sinopsis Novelet
Balada Becak
Novelet Balada Becak (BB)
menceritakan lelaki muda lulusan SMA bernama Yusuf (dipanggil Yus) yang
kesehariannya disibukkan dengan melamun dan mengkhayal karena tidak mampu
melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya. Biang keroknya adalah kemiskinan. Yus
ditampung kakaknya (Rahmat), membantu bekerja sebagai tukang las di bengkel
Rahmat. Yus juga sering diminta mengantarkan gori milik Bu Dullah dengan naik
becak.
Yus
sebagai tokoh utama dalam novelet ini menyukai teman SMAnya yang bernama
Lilian, mahasiswi Jurusan Arsitektur Universitas Gajah Mada. Yus sebagai tukang
las dan Lilian seorang mahasiswi sering membuat hatinya menciut, sehingga Yus
sering mengkhayal sebagai pelampiasan atas keinginan yang tak kesampaian.
Suatu
hari Yus sedang istirahat melamun di becaknya di tengah gerbang depan
perkuliahan Jurusan Teknik Arsitektur UGM. Dari dalam kampus nampaklah Lilian
sedang menaiki sepeda kumbang dan terdengar celoteh dan canda ria dari
sekelompok mahasiswa-mahasiswi yang pulang kuliah. Lilian nampak melambaikan
tangannya kepada teman-temannya dengan sangat asik sehingga tidak mneyadari ada
becak yang parkir di tengah gerbang depan itu. Maka, sesaat kemudian sepeda
kumbang Lilian menabrak becak Yus dan tubuh Lilian masuk dalam pelukan Bang
Becak. Selebornya rusak parah. Kecelakaan ini menggembirakan hati Yus dan sejak
saat itu pula bayangan Lilian tak lepas dari benak Yus.
Sementara
itu, Riri anak gadis Bu Dullah si pedagang gori selalu ikut Yus mengantar gori
dengan membonceng di selebor belakang ternyata menaruh perasaan kepada Yus dan
Bu Dullah sering naik di atas gori-gorinya. Bagian ini menunjukkan bagaimana
peristiwa-peristiwa lucu hadir dalam cerita ini seperti gori-gori yang
berhamburan menggelinding kemana-mana karena melebihi ukuran.
Bagian
lain mengisahkan Yus menjenguk Pak Kario (ayahnya) yang terbaring saklit
dirawat Fitri (istri Rahmat). Pak Kario mengeluhkan kemelaratannya sehingga
tidak mampu menyekolahkan anaknya lebih lanjut. Tak lama kemudian Yus pamit
untuk menjemput Bu Dullah dan Riri dengan becaknya. Di tengah jalan mereka
bertiga diganggu oleh deru sepeda motor gerombolan pengebut yang nyaris
menggaet Bu Dullah dan untungnya datang Polisi Polantas. Sesampai di rumah,
Riri juga digoda oleh pengebut-pengebut tadi dan Yus bersama pemuda kampung serta
teman bengkelnya mengepung pengebut itu hingga mereka lari terkocar-kacir.
Ada
juga bagian yang menceritakan perasaan Riri yang merindukan Yus namun Bu Dullah
tidak merestui karena ada pria lain yang lebih mapan dari Yus. Bu Dullah mengingat kejadian di masa mudanya
yang pernah merasakan cinta tak direstui sehingga Bu Dullah pun akhirnya
mengalah karena mengingat kepahitan cintanya dulu.
Bagian
dari sinopsis ini juga menceritakan ketika Yus berjumpa dengan Jauhari
mahasiswa pengamen bergitar namun, Jauhari ditabrak oleh pengebut sampai
akhirnya meninggal dunia dan Yus mendapatkan warisan gitar Jauhari.
Cerita
lain dari sinopsis ini saat Yus yang memperbaiki selebor Lilian dan saat
selebornya selesai diperbaiki, Llillian dengan sepeda kumbangnya meninggalkan
Yus yang terpana.
Cerita
sinopsis terakhir yang dijelaskan yaitu menceritakan Yus yang kerja lembur di
bengkel kakaknya namun tiba-tiba dua orang datang untuk meminta mengelas pedal
rem milik Haji Tauhid tanpa dicopot yang dapat membahayakan Haji Tauhid, namun
Yus mengelabui mereka dengan caranya sendiri.
2.2 Konteks yang
Melatarbelakangi Opsi dan Obsesinya
Dewasa
ini, aggapan bahwa karya sastra hanyalah hasil khayalan pengarangnya. Demikian
juga anggapan bahwa karya sastra hannyalah tiruan kenyataan (Plato,
Aristoteles), atau karya fisik yang bergerak dalam sebuag dunia imaginative
(Wellek & Warren, 1971), sebuag dunia rekaan, dunia lain, atau sebuah dunia
alternative, yang dipelajari secara terpisah dari fakta-fakta lainya seperti
ekonomi, politik, agama, dan kebudayaan adalah pendapat yang menyesatkan. Dalam
du decade terakhie abad ke-20, telah muncul pradigma baru pendekataan new historicism (historisisme baru) yang
dipelopori oleh Stephen Greenblaatt. Mendobrak kecenderungan kajian tekstual
yang dipandangnya sebagai ahistoris yang hanya melihat sastra sebagai wilayah
estetis yang otonom yang dipisahkan dari aspek-aspek yang dianggap berada
diluar karya tersebut. Tulisan “The Touch
of The real”, Steven Greenblatt
menegaskan bahwa dunia yang digambarkan dalam karya sastra bukanlah sebuah
dunia tunggal yang kita huni ini, tetapi menekankan politis-ideologis produk-produk
budaya. Dengan itu ketika kita ingin membaca Balada Becak karya Mangunwijaya, new historicism menyarankan agar teks-teks sastra dan nonsastra
dipilih menurut pilihan yang didasarkan pada tema wacana yang akan
dikembangkan. Jika kita ingin membaca karya mangunwijawa novel atau cerpennya,
sebaiknya kita lebih dulu membaca esai-esai Mangunwijaya, seperti Putung-putung Roro Mendut (1978), Sastra dan
Religiolitas (1982) dan sebagainya.
Munculnya
novel burung-burung manyar dan ikan-ikan
Hiu, Ido, Homa misalnya, Putung-putung Roro Mendut (1978), Di Bawah
Bayang-Bayang Adikuasa (1987), Putri Duyung Yang Mendamba(1987), Esai-Esai
Orang Republik (1987), Tumbal (1994), Gerundelan Orang-Orang Republik (1995),
perlu dibaca dengan serius. Tentu saja, perlu pula membaca. Bagiman proses
kreatifnya. Menurut Mangunwijaya, peoses terjadinya burung-burung manyar dan novel-novelnya yang lain, kebanyakan
meminta waktu relative banyak melalui jalan coba dan sehat. Burung-burung
manyar semula dimaksudkan hanya sebagai sebentuk novel untuk “mengabdikan” kota
keluarganya, Magelang, denga latar belakang perang kemardekaan, khususnya medan
laga Magelang-Ambarawa. Novel ini terdorong oleh kejengkelanya mengenai
pemalsuan-pemalsuan dan pemitosan peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak sehat.
Magun ini mengimbau kawan-kawan sebagsa untuk merenungkan kembali pertanyaan
dasar kehidupan; dan khusunya bertanya kembali maksud esensi Revolusi 1945 itu.
Terkai dengan itu, jangan pula lupa, bahwa karya sastra sebagi simbol verbal, objeknya
adalah realitas. Realitas itu dapat berwujud realitas sosial masa kini ataupun
realitas yang berupa peristiwa sejarah. Apabila realitas berupa peristiwsa
sejarah seperti dalam novel Burung-burung
Manyar, Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa dan Trilogi Roro Mendut, sebenarnya
mengandung maksud untuk:
1. Menafsirkan
realitas sejarah ke dalam bahasa imajiner dengan maksud memahami peristiwa
sejarah menurut kemampuan/interperensi pengarang sendiri.
2. Menjadi
sarana pengarang untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan tanggapannya tentang
suatu peristiwa sejrah dan dapat dipakai pengarang untuk menolak atau mendukung
suatu tafsiran peritiwa sejarah yang
sudah mapan. (Lukacs, 1974); 45, lihat juga Kuntowidjojo, 1987).
Jadi
pembaca tidak perlu heran Roro Mendut dalam Trilogi
Roro Mendut bukan bunuh diri tetapi dibunuh oleh penguasa atau Arok Dedesnya Pramoedya Ananta Toer
sangat berbeda dengan Ken Arok dan Ken Dedes dalam sejarah Singosari.
Lalu
bagaimana dengan novelette BB? Novelet BB dapat dikategorisasikan sebagai novelette yang bersumber pada peristiwa
realitas sosial masa kini. Seperti halnya perosa liris pengakuan pariyem karya
almarhum Linus Suryadi yang menafsirkan
tokoh pariyem yang terjebak dalam belantara kepriayian Ngayogyakarta; lewat
novelet BB Mangunwijaya menafsirkan realitas sosial masa kini dengan tokoh
tukang becak berusia muda ditegah belantara urban kota Yogyakarta di masa Orde
Baru yang meliteritis dan mendewakan teknologi. Perihal teknologi, dengan
sangat tajam Mangunwijaya menulis artikel berjudul “Salam” dalam serangkaian
catatan perjalanan dari jantung Pulau Jawa ke berbagai penjuru dunia dalam buku
Dibawah Bayang-Bayang Adikuasa bahwa
teknologi dan industri modern saat ini bukan lagi salah satu bengkel, melainkan
Imperium Magnum yang lebih berkuasa
dari agama dan Negara.
Untuk
membuktikan keperhikaan Romo Mangun terhadap orang miskin, perlu pula dibaca
pula Romo Mangun di mata para sahabat, sebuah buku yang diterbitkan setelah
Romo Mangun meninggal, yang berisi kesaksian hampir lima puluh orang, mulai
dari presiden B.J. Habibie, para menteri, jendral, uskup, ilmuan , politis,
rohaniawan, wartawan, dan lain-lain.
Presien Habibie menyebutnya sebagai
kawan sejati, pejuang yang memberi perhatian khusus kepada umat manusia pada
umumnya, khususnya bangsanya, lebih kahusus lagi orang-oarang yang menderita,
yang membutuhkan perhatian. K.H. Abdul Muhaimin mengatakan Romo Mangun selalu bersuara keras dalam
membela kaum miskin. Mautia Hatta melihatnya Mangun sebagai pelanduk yang
mencoba memanggil permasalahan masa kini dengan melihat ke masa lalu, dan
selalu memperjuangkan rakyat kecil. Mgr. F.X. Prajasuta, MSF, uskup Banjarmasin
mengatakan di tengah-tengah masyarakat
yang umumnya beriroitasi pada
harta, prestasi, kursi, gengsi, dan popularits, hidup Romo Mangun yang
berioritas pada mutu hidup menjadi sangat bermakna. Orientasinya Nampak antara
lain pada kepedulianya terhadap orang-orang kecil yang hidupnya dalam keadaan
tidak manusiawi. Th. Sumartana mengakui dengan jujur bahwa Romo Mangun memang
konsisten berada dalam posisi selalu membela mereka yang kecil. Sementara itu masih banyak teks-teks satra yang lain,
seperti karya-karya drama Arifin C. Noer
misalnya Mega-Mega (1969),
Kapai-Kapai (1970) yang berbicara selalu ada harapan dari Tuhan ketika hidup
kita papa dan dipinggirkan.
Maka
tak terlalu berlebihan jika cara Ella Bouwman berpendapat bahwa Balada Becak adalah karya satiris,
sangat memikat, kocak dan lain daripada yangh lain. Untuk membuktikan semuanya
itu tentu masih dibutuhkan penelitian yang suntuk.
2.3 Gambaran Manusia Marjinal dalam
Balada Becak
Tokoh-tokoh
dalam BB dapat dikategorisasikan sebagai manusia marginal antaralain:
Yusuf,Rahmat,pekerja-pekerja di bengkel las,anak kecil di sekitar
bengkel,pedang gori(Bu Dullah) dan pembantu-pembantunya,pemuda-pemuda
pengangguran,dan mahasiswa akademi musik yang miskin.
Begitu
novelet ini dibuka, latar kisahnya yang dipaparkannya langsung mengindikasikan
keberpihakan sang pengarang terhadap tokoh dan lakuan yang dimainkannya.
Biasanya,seorang pengarang melukiskan latar ceritanya secara netral, tetapi
Mangunwijaya dengan gaya berbahasa yang khas,langsung memihak ketika menuturkan
secara implisit kota mana yang memiliki universitas favorit: ya.. mana
lagi,Yogyakarta tentu saja.
Dan
takala melukiskan bagaimana tongkrongan lelaki desa, Mangun pun terang-terangan
memihak, bahakan memujanya sebagai lebih hebat postur tubuhnya ketimbang pemain
ballet di panggung ballet Moskwa atau New York, bahkan di Tamn Ismail Marzuki.
Cara dia berjalan cepat tetapi sperti terkendali komputer musik elektronik, ah
lihat itu,ubuh bergoyang luwes berirama,tangan aksi bergaya seperti The Sexy Sisters sekaligus jenaka
meriangkan hati bila kita terundung frustasi!
Lalu
bagaimana ia menggambarkan priayi pendatang di kota Yogayakarta? Bukan
Mangunwijaya jika tak meledek. Jiwa ningrat yang sering disatusamakan dengan
mental priayi itu, anak keturunannya sungguh menyedihkan, tidak mau bekerja
kasar sedikit pun. Maunya jadi pegawai atau priayi.
Bagaimana
Yus tokoh utama novelet BB ini ? Yusuf yang dipanggil Yus ini anak tukang becak
bernama Kariosentono. Ibunya sudah tiada. Hanya lulusan SMA. Mau lanjut taka da
baya. Akhirnya lontang lantung. Untuk
mengisi waktu agar tak terperosok kepada lamunan demi lamunan. Dan untu
membuktikan bahwa anak Kariosentono yang melarat itu tak semuanya bertingkah
seperti Yus jka sudah mapan.
Yang
menarik adalah bagaimana Mangunwijaya mendeskripsikan lamunan-lamunan Yus pada
saat ia mengantarkan gori-gori bersama Bu Dullaah dan Riris dengan
becaknya,sementara itu ia kelimpungan membayangkan peristiwa-peristiwa
asyik-masyuknya dengan lilian gadis pujaannya. Selaian melamun, sepulang
mengantar gori Yos juga bertemu dengan pengamen muda yang ternyata mahasiswa
akademi musik.
Dan
akhirnya, yang paling mengasyikkan adalah penggambaran episode Bu
Dullh-Riri-Yus-Lilin dan Pak polisi lalu lintas. Riri diam-diam menyenangi Yus.
Riri suka membonceng di selebor belakang becak yang di kemudikan Yus, sedangkan
di bak becak menggunung gori yang di tongkrongi BuDullah diatasnya,. Walau
sangat dekat tubuh Riri dan Yus, tetapi khayalan Yus justru “ngalmbrang”
,mengejar kemana sepeda kumbang Lilian meluncur. Itulah misteri cinta.
Bagi
saya, pengambaran gerak polah Bu Dullah amatlah lengkap dan sangat masuk akal.
Bu Dullah beraal dari kelas priyi kampung. Ketika remaja ia bernama Kasanah
putri tunggal pak lurah.Bu Dullah, perempuan pedagang ori kelas teri ini,di
lukiskan Mangun bukan hanya efektif efisien dalam menjalanan usahanya, tetapi
juga pandai berkomunikasi dengan birokrat yang mungkin bias merugikannya jika
ia tidak pandai. . Hal itu Nampak ketika
Yus yang sbaleng itu, teledor dalam mengemudikan becaknya. Yus saat itu sedang
asyik membayangkan kebahagiaannnya bersama Lilian sehingga ia tidak melihat
lampu lalu lintas sudah menyala merah, tetapi becak nya terus melaju.
III. Analisa
Selasa, 23 Febuari 2016, pukul 20:58
WIB. TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rancangan
Undangan-undang (RUU) Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) telah disahkan menjadi
undang-undang (UU) oleh DPR dalam Rapat Paripurna ke-19 DPR RI. Pengesahan RUU Tapera menjadi undang-undang ditandai
dengan diketoknya palu dalam Rapat Paripurna tersebut oleh pimpin Rapat
Paripurna DPR Agus Hermanto. Rapat Paripurna pengesahan RUU Tapera yang dihadiri oleh 318 anggota DPR RI
berjalan lancar karena mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota. Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono
mengatakan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Melalui pembentukan
UU Tapera, Basuki yakin bisa membantu
pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak dan terjangkau bagi masyarakat.
Pemerintah pun mengapresiasi DPR RI yang telah mengambil inisiatif dan
menyelesaikan RUU Tapera hingga menjadi UU. Ini mencerminkan
keberpihakan yang kuat kepada masyarakat dalam upaya mengatasi akses pembiayaan
perumahan agar MBR memiliki tempat tinggal yang layak huni dan terjangkau.
Setelah diundangkannya UU Tapera, maka tugas pemerintah selanjutnya
adalah menyelesaikan penyusunan peraturan perundang-undangan ke dalam
pengaturan yang lebih teknis. Dalam hal ini baik dalam bentuk peraturan
pemerintah (PP), peraturan presiden dan peraturan Badan Pelaksana Tapera."Selanjutnya UU Tapera akan dijalankan oleh
pemerintah," ujar Basuki, Selasa (23/2/2016). Sebagai wujud dukungan
pemerintah atas undang-undang ini maka pemerintah akan segera menyiapkan segala
perangkat untuk berjalannya Tapera. Salah satu yang
sudah direncanakan pemerintah adalah menggabungkan program fasiltas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan atau FLPP ke dalam program Tapera. Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU Tapera, Yoseph Umar Hadi mengatakan bahwa RUU Tapera adalah RUU inisiatif DPR RI yang
pertama dalam periode 2014-2019 yang masuk dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) setelah disepakati bersama DPR dan pemerintah untuk diprioritaskan
di 2015. Ia mengatakam bahwa RUU ini sudah pernah menjadi inisiatif DPR RI pada
periode 2009-2014 namun tidak berhasil diselesaikan. "Kami berpendapat RUU
ini memiliki sebuah gagasan cita-cita untuk menyelesaikan permasalahan
perumahan, utamanya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang selama ini
hampir mustahil dapat memiliki rumah atau tempat tinggal sendiri," kata
Yoseph.
Analisa
Penyaji
Berpihakkan kepada kaum miskin dapat
kita kaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti berita diatas dapat kita
analisa bahwa kebijakkan pemerintah tersebut adalah untuk menjadikan
masyarakatnya sejahtera. Kita dapat melihat kebijakkan pemerintah telah masuk
kategori strategi kebudayaan. Bagaimana pemerintah merancang kesejahteraan
masyarakat kaum miskin. Sekaranglah nilai-nilai kemanusia itu diterapkan oleh
kaum miskin, agar mereka tak selamanya merasa tertindas. Mereka dapat
meningkatkan etika dan etos dengan cara mendukung penuh program pemerintah
tersebut. Agar para kaum miskin dapat meningkatkan moral kehidupannya. Jadi,
analisa kami kaum miskin memang rendah terhadap moral kehidupan, akan tetapi
mereka dapat meningkatkannya dengan etika dan etos kehidupan mereka. Agar
mereka mendapat keberpihakkan dari segi apapun itu.
IV. Kesimpulan
Jadi,
kami para penyaji mengambil kesimpulan bahwa tak selamanya kaum miskin tidak
dapat keberpihakkan dikehidupan ini. Memang terkadang yang “kaya”lah yang
menang dibanding yang “miskin”. Akan tetapi berpihakkan kepada kaum miskin
terjadi ketika ada ketulusan hati untuk berjuang dan menerapkan nilai-nilai
kemanusiaan. Karna nilai-nilai kemanusiaan tidak memandang kaya atau miskin.
Tetapi memandang siapa yang dapat melakukannya.
V. Daftar Pustaka
A.
Sumber Buku
Mangunwijaya,
Y.B., Humanisme, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015
B.
Sumber Elektronik
http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/23/uu-tapera-disahkan-orang-miskin-berkesempatan-dapat-rumah.
Diunduh hari Kamis tanggal 17 Maret 2015, Pukul 15.40
Nama : Abram Surya Ginting,
BalasHapusEgia Ginting,
Eikel Ginting,
Permadi Sormin
Tingkat/Jur : I-A/Theologi
Kel.Pembahas : kelompok I
Pembahasan Kelompok 4
Novel balada becak karya Romo Mangunwijaya menggambarkan perjuangan anak muda yang bernama Yus yang mencoba hidup diantara ketidak berpihakan hidup. Romo Mangun seperti mengangkat masalah kaum Marjinal yang berusaha menggapai mimpi namun seakan sia-sia akibat dari ketidak mampuan seseorang dalam menjalani hidup. Sisi lain dari Yus yang digambarkan oleh Romo Mangun bahwa pemuda, meskipun hidup dibawah garis kemampuan, namun harus berani bermimpi dan juga menjalani hidup apa adanya tanpa harus menunggu bantuan kaum atas dan juga tetap bahagia dalam kecukupan.
Novel-novel karya Romo Mangun mengajak kita untuk kembali merefleksikan bahwa kehidupan memiliki dimensi yang berbeda dari dalam diri sendiri, memiliki lingkungan sosial yang harus diperhatikan, menumbuhkan rasa perhatian tanpa memandang darimana orang tersebut, dan juga menghilangkan keegoisan yang dapat merusak hubungan antar sesama. Romo Mangun seperti menghadirkan masalah-masalah penindasan dan ketidakadilan dalam karya-karyanya dan menceritakannya dengan gaya dialog yang mudah dimengerti dan dipahami oleh semua kalangan. sehingga, kemanusiaan dapat ditumbuhkan melalui cerita-cerita sastra serta menjadi sebuah berita bahwa kemanusiaan bukan hanya tentang pluralisme dan kebersamaan, namun juga menghargai dan meringankan umat manusia yang merasa hidup di bawah garis kemiskinan.
Romo Mangun menunjukkan dalam beberapa novelnya bahwa permasalahan-permasalahan sosial masa kini dapat diselesaikan dengan cara-cara masa lalu yang terlupakan. Romo mangun juga menekankan dalam novelnya Balada Becak, bahwa sesama manusia yang hidup dalam ruang lingkup marjial tidak harus kehilangan moral dan pendidikan meskipun belum pernah mencicipi pendidikan dan moral. Romo mangun mengajak kita belajar kepada tokoh Yus yang sebagai tukang becak yang muda, dia tidak melakukan kekerasan ataupun kecurangan dalam mencari kebutuhan hidupnya, namun dia tetap melaksanakan pekerjaannya dengan giat dan dengan tulus hati, sembari bermimpi memiliki pasangan yang berada diatas kehidupan keluarga Yus.
HapusInilah yang patut dipelajari dikalangan kaum muda dalam mewujudkan kemanusiaan. Tidak seharusnya anak muda melakukan hal-hal yang tidak berguna dalam mengikuti kemajuan zaman, namun hendaklah pemuda membangun karakter “berdikari” (berdiri di kaki sendiri). Sehingga, humanise bukan hanya dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok saja, namun dapat diwujudkan dalam ketidakmampuan seseorang dalam membantu sesama temannya. Karena, humanisme bukan hanya membantu dalam hal material atau keuangan saja namun kita dituntut belajar menghargai, merasakan dan juga ikut dalam kehidupan sesama umat manusia yang tidak seberuntung kehidupan kita dikalangan pemuda.
Romo Mangun mengajarkan humanisme sebagai jalan untuk merasakan cukup didalam ketidak cukupan, yang artinya bahwa setiap manusia tidak harus dituntut untuk menanamkan rasa keegoisan untuk mencari kekayaan hidup dan juga kebahagiaan semu, namun yang dituntut dalam Humanisme, ialah mencukupi hidup dan mensyukurinya dan juga dalam kecukupan turut membantu sesama manusia yang masih lebih membutuhkan kebutuhan hidup . kita belajar dari Romo Mngun yang menjadi pastor namun mencurahkan materi-materi, pemikiran dan juga waktu untuk membela serta memperjuangkan, terlebih menyuarakan hak-hak yang belum dirasakan oleh seluruh penduduk di Indonesia.
HapusRomo Mangun juga mengajarkan bahwa kebahagiaan yang sebenarya ketika mampu mengkritik dan menyuarakan nilai-nilai humanisme yang belum seluruhnya dirasakan merata karena pemerintah yang masih kurang tanggap dan juga sedikit egois dalam menegakkan pembangunan yang kurang merata dalam kehidupan bernegara. Namun Romo Mangun menjunjung tinggi nilai kehidupan yang beradab. Dengan membangun kekreatifitasan dalam masyarakat yang pendidikannya masih rendah sehingga Romo Mangun menjadikan kelompok-kelompok tersebut lebih kreatif tanpa mengandalkan bantuan-bantuan dari pemeritah. Sehingga, Romo Mangun bakan hanya disebut sebagai pengkritik, namun sebagai tokoh pembangun kaum-kaum bawah dalam menghadapi roda kehiduan. Jadi Balada Becak menjadi sebuah tulisan yang kaya akan nilai-nilai humanisme namun digambarkan dengan cerita yang rendahan dala konteks perwujudan kemanusiaan.
Pertenyaan dari kami kelompok pembahas"
HapusPertanyaan
1.Penghayatan seperi apa yang dapat kita contoh sebagai pemuda dalam karya Romo Mangun “Balada Becaak”?
2. Bagaimana mengatasi martabat kaum marjinal?
3. Penjelasan tentang analisa sajian kelompok 4 yang kurang bersentuhan dengan pembahasan Balada Becak?
A. Penghayatan kita sebagai pemuda dalam karya Romo Mangun ialah bahwa pemuda itu memang harus menjadi pemuda yang seutuhnya memiliki semengat yang segar dan kokoh dalam memperjuangkan kehidupannya. Yus sebagai tokoh yang diangkat di dalam “Belada Becak” memiliki semangat dan keyakinan yang kuat dalam mempertahankan kehidupannya. Dan masih banyak yang kita tarik dalam kehidupan kita dengan demikian semangat lah selalu buat kita pemuda sebagai generasi penerus bangsa ini.
HapusB. Mengatasi martabat kaum marjinal ini memang sungguh sangat butuh perjuangan yang gigih seperti perjuangan Romo Mangun sendiri. Martabat semua orang adalah sama, tetapi akibat ketidakadialan sehingga ada sekat atau golongan-golongan ini. Dengan demikian menurut saya martabat semua orang menjadi sama khususnya mengangkat martabat kaum marjinal adalah dengan adanya keadilan yang memang berwuwjud nyata di negara kita ini dan dihati setiap warga negara kita ini sehingga muncul kepedulian disetiap masyarakat dengan memandang saudara-saudarinya yang tertinggal dan akan maju selangkah bahkan beribu langkah untuk merangkul dan menjabat saudara kita yang tersisihkan dan tertinggal.
HapusNama : Eirene Hutabarat
HapusNIM : 15.01.1246
Tingkat/ Jurusan : I-A/ Teologia
1.Penghayatan seperi apa yang dapat kita contoh sebagai pemuda dalam karya Romo Mangun “Balada Becak?
Menurut saya, kita dapat mencontoh sikap yang terus berjuang dalam mengejar impian untuk mensejahterakan hidup. Kaum muda dapat membangkitkan semangat kehidupan tidak hanya untuk diri sendiri namun juga membangkitkan semnagat orang lain. Keterbatasan yang kita miliki tidak boleh menjadi penghalang dalam mengejar impian tetapi jadikan itu menjadi suatu batu loncatan untuk terus berjuang.
2. Bagaimana mengatasi martabat kaum marjinal?
Menurut saya, martabat hanya bisa diatasi oleh diri sendiri. Jika dirinya menganggap dirinya tinggi maka dia tinggi walaupun dengan keterbatasan yang dimiliki. Tapi saat menganggap dirinya rendah, maka dia akan rendah. Tidak seorangpun dapat menjatuhkan martabat seseorang jika seseorang itu mampu berlaku sebagaimana dia dapat menjunjung tinggi nilai kemnausiaan dalam dirinya
3. Penjelasan tentang analisa sajian kelompok 4 yang kurang bersentuhan dengan pembahasan Balada Becak?
Menurut kami, itu tetap berhubungan. Mengapa? karena Tapera sendiri bertujuan untuk mensejahterakakan masyarakat di tengah kemiskinan yang terus menimpa.
1. Pandangan saya mengenai pertanyaan dari tim pembahas adalah pantang menyerah dan berani bermimpi. Pengahayatan yang dapat kita ambil dari topik kali ini adalah bagaimana kerja keras dapat merubah segalanya dan beeani bermimpi juga menjadi hal yang perlu.
Hapus2.Mengenai mengatasi martabat, kita tidak bisa menaikkan martabat kaum marjinal, kalo dia tidak mau merubah dirinya.
Nama : Chandra Syahputra Pasaribu
BalasHapusNIM : 02-15-568
Jur/Ting : 1/PAK
Berbicara tentang becak, tentu sudah tidak hal yang asing lagi bagi kita pada saat ini. Karena setiap hari kita dapat melihatnya di pinggi jalan raya, apa lagi dikota medan ini. Dimana setiap harinya selalu bersemangat untuk mencari sesuap nasi, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, kita juga bisa dapat temukan begitu banyak sekali para maha siswa disana. Sama halnya dengan seorang pemuda biasa yang bernama Yusuf yang melanjutkan pendidikannya dengan menarik sebuah becak. Dan cerita yang bermoral ini dapat kita lihat di novel buatan karya Romo Mangun.
Untuk menanggapi hal ini, tidak usah jauh-jauh, di depan kampus STT AS sendiri sudah ada contohnya. Lalu apa yang sepatutnya kita lakukan sebagai umat beragam? Apakah kita hanya bicara (ceramah/berkhotbah saja) tanpa ada perbuatan sama sekali?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDalam konteks pertanyaan anda sudah banyak yang telah dilakukan komunitas-komunitas umat menunujukkan kasihnya terhadap sesamanya manusia seperti FKUB (Forum Komunitas Umat Beragama) yang membuat seminar sebagai pencerahan kepada mahasiswa dan masyarakat umumyang membantu dalam mewujudkan perhatian kepada sesamanya tanpa memandang latar belakang sosial, FKUB juga memberikan sedekah-sedekah kepada masyarakat umum, pantai asuhan dan jompo, dan anak-anak jalanan yang menjadi bukti bahwa agama-agama daapat bersatu dalam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan. STT Abdi Sabda juga sudah melaksanakannya seperti yang telah kita perhatikan ketika kita melaksanakan natal kampus dimana kita menunujukkan kasih kita selaku umat beragama dengan memberikan berupa sembako kepada masyarakat sekitar kampus STT Abdi Sabda.
HapusMungkin dalam konteks ini, ini juga berhubungan dengan pertanyaan saya juga yg sudah saya sampaikan kepada penyaji. pertanyaan yg diberikan oleh saudara chandra ialah garis bawahi "KITA" yg anda jawab yaitu tentang apa yg diperbuat oleh kampus STT Abdi Sabda, tetapi pertanyaannya ialah Apa yg sudah Kita lakukan dengan apa yg sudah kita lihat didepan kampus kita ? itu yg menjadi pertanyaan besar bagi kita, apakah kita hanya berkhotbah atau ceramah ? tanpa melakukan perbuatan sama sekali ? mungkin itu pertanyaannya, saya hanya memperjelas saja terimakasih.
HapusNama : Eirene Hutabarat
HapusNIM : 15.01.1246
Tingkat/ Jurusan : I-A/ Teologia
Terimakasih untuk pertanyaan dari saudara Candra Pasaribu, mungkin saya sudah menjelaskan jawabannya di dalam ruang komen ini karena pertanyaan saudara sama persis dengan saudara Daniel Hutabarat. Terimakasih
terima kasih terhadap saudara" penyaji. saya sudah cukup puas atas jawaban tersebut.
HapusAdryan putra hutabarat
BalasHapus15.01.1208
1-A / theologi
Syallom, pada pembahasan kali ini kita melihat romo sebagai pembela kaum miskin yang identik dengan kasih.dan kita tau juga romo sebagai manusia yg pluralis yang identik dengan keadilan. Jadi bagaimana kalau kita masukan kedalam konteks pencurian mesin atm yg dilakukan kaum miskin! Bagaimana cara kita untuk menggabungkan antara kasih dan keadilan itu? Supaya nilai pluralis itu menjadi lebih sempurna. Karena kalau menurut saya kasih dan keadilan itu tidak bisa digabungkan..
Tolong dijelaskan
TerimA kasih
Kita dapat menggabung kasih dan keadilan ketika kita diperadapkan kepada orang yang memang membutuhkan kasih dan keadilan itu yaitu bagi kaum miskin mereka sangat membutuhkan keadilan yang dari Tuhan Ketika mereka memikirkan atau memperhatikan bahwa Tuhan itu tidak adil dan tidak menunujukkan kasih-Nya keberpihakan kepada kaum miskin. Demikian juga dengan pemerintah haruslah menjalankan Pancasilanya bahwa keadilan adalah hak segala bangsa atau rakyat itu sendiri. Kasih juga dengan demikian tidak memandang siapa orang yang harus dikasihi.
HapusNama : Eirene Hutabarat
HapusNIM : 15.01.1246
Tingkat/ Jurusan : I-A/ Teologia
Menurut saya, kasus pencurian di mesin ATM tidak bisa kita katakan bahwa pelakunya kaum marginal. Mengapa? jika kaum marginal sulit menmpuh dunia pendidikan karena kemiskinan, bagaimana mereka mendapat ilmu untuk melakukan pencurian yang ahli seperti itu. Namun sedikit memberi tanggapan bahwa keadilan tidak bisa digabungkan dengan kasih, menurut saya itu salah. Kasih dan keadilan tetap sejalan karena saat kita berbuat adil, kasihlah yang mendasari perbuatan itu sehingga semua berjalan selaras.
Saya sedikit menambahkan, tidak semua kaum marjinal berbuat kriminal. Keadilan dan kasih berbeda jauh saudara Adrian. Kenapa.? Jika keadilan digabungkan dengan kasih, maka keadilan itu akan mati.. Keadilan ya keadilan yang ditegakkan secara adil bukan kasih. Sementara kasih ya kasih yang ditegakkan secara kasih..
HapusAdryan putra hutabarat
BalasHapus15.01.1208
1-A / theologi
Syallom, pada pembahasan kali ini kita melihat romo sebagai pembela kaum miskin yang identik dengan kasih.dan kita tau juga romo sebagai manusia yg pluralis yang identik dengan keadilan. Jadi bagaimana kalau kita masukan kedalam konteks pencurian mesin atm yg dilakukan kaum miskin! Bagaimana cara kita untuk menggabungkan antara kasih dan keadilan itu? Supaya nilai pluralis itu menjadi lebih sempurna. Karena kalau menurut saya kasih dan keadilan itu tidak bisa digabungkan..
Tolong dijelaskan
TerimA kasih
Jepri Emerson Leonardo Tamba
BalasHapus15.01.1275
I-A/Teologi
pada kesempatan kali ini adalah tentang keberpihakan pada kaum miskin, yang dimana jika menyinggung tentang kaum miskin, pasti ada sisi kelemahan atau kekurangan ataupun ketidakmampuan yang mereka miliki. sehingga mereka membutuhkan partisipasi pemerintah. yang menjadi pertanyaan saya buat saudara/i penyaji adalah bagaimana dan sudah sejauhmana peran/KEBERPIHAKAN pemerintah agar kaum miskin dapat meningkatkan MORAL serta RODA kehidupannya yang dimana saat ini sudah banyak kaum-kaum golongan atas yang lebih mementingkan dirinya dibanding memberi KEBERPIHAKAN terhadap kaum miskin.
Terimakasih
syaloom...
Dari pendapat anda saya ingin meluruskan lahirnya manusia sudah memiliki akal dan budi yang membentuk kepribadian dan moral yang baik. Namun akibat dari beberapa faktor seperti lingkungan yang kurang baik dan pendidikan serta etika yang kurang diajarkan akibat dari kesibukan dan perekonomian sehingga kaum miskin dianggap atau dipandang sebahagian orang rendah dan tidak memiliki moral yang baik. Melalui hal ini sebaiknya pemerintah hadir dalam pengajaran dan juga memberikan pengetahuan dan tata cara kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak ada pandangan moral yang kurang terhadap kaum bawah.
HapusNama : Eirene Hutabarat
HapusNIM : 15.01.1246
Tingkat/ Jurusan : I-A/ Teologia
Untuk pertanyaan dari saudara Jefry, bisa dilihat dari komen saya atas pertanyaan yang diberikan saat di kelas karena pertanyaan ini sama juga dengan saudara Daniel Hutabarat. Terimakasih
Sedikit menambahi, menurut kami.. Bagaimana peran pemerintah terhadap kaum marjinal? sanagat lemah. Kenapa? karna belum adanya nilai-nilai kemanusian seperti yang diharapkan oelh Romo Mangun.
HapusEgia Satria Ginting
BalasHapus15.01.1244
I-A/Theologia
Pada pembahasan kali ini menceritakan bagaimana usaha keras seorang kam miskin yaitu seorang tukang becak,, dalam pertemuan kali ini menjelaskan pada kita bahwa kemiskinan bukan merupakan halangan untuk menutup nilai nilai kemanusiaan, muncul pertanyaan bagaimana para penyaji menanggapi ini. karena kita ketahui juga dalam perkembangan zaman sekarang banyak orang mencuri karena kurang nya faktor ekonomi, apa yg harus di tegakkan agar nilai kemanusiaan tidak menutup nilai nilai kemanusiaan pada kaum miskin.. terima kasih
Salam Budaya
Nama : Mangantar Ompusunggu
BalasHapusNim : 15. 01. 1290
1. Daniel Ht. Barat : Bagaimana pemerintah merancang pengembangan kaum miskin ?
Jawab : Sejak awal kemerdekaan pun pemerintah sudah memikirkan kesejahteraan masyarakat seperti yang sudah tertuang dalam UUD 1945. Adapun cara lain yang sudah dilakukan yaitu dengan melaksanakan pembagian sembako lewat kupon, pembagian beras yaitu beras bulog kepada masyarakat yang kurang mampu, di keuangan pemerintah juga melakukan peminjaman ke Bank Dunia demi meningkatkan sistem perekonomian Indonesia. Pada masa sekarang pun pemerintah tetap memperhatikan kesejahtaraan masyarakat dengan hadirnya K3 (Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia sehat, Kartu Indonesia sejahtra), dana BOS. Namun masalah yang muncul dari dulu hingga sekarang ketidakmerataan pembagian kesejahtraan, pemerintah mengalami masalah yaitu akibat dari KKN dari tubuh pemerintah tersebut, kurang tanggapnya DPRD dan kesenjangan pemerintah pusat dan daerah. Sehingga ini menjadikan hubungan masyarakat kelas bawah dan pemerintahan seakan tidak saling mendukung.
2. Bagaimana mahasiswa STT menanggapinya atau berperan ?
Jawab : Kita selaku mahasiswa STT dapat merancang pembentukan suatu komunitas “CILIK” yang berperan dalam penggalangan dana atau materi yang dapat kita sumbangkan untuk kelas bawah. Kita ambil contoh pada saat perayaan-perayaan natal dan paskah kita dapat undang mereka untuk berkumpul dengan mereka, duduk bersama dengan mereka dan curhat dengan mereka serta kita juga dapat makan bersama dengan mereka melalui dana yang telah kita kumpulkan selama ini, dan ini juga dapat kita jadikan sebagai perpanjangan lidah sebagai penghubung dengan masyarakat.
3. Jhon Freddy Situmeang : Apakah kartu Indonesia pintar sudah berpengaruh terhadap kaum miskin ?
Jawab : Pada masa dulu belum ada program pemerintah dalam pembiayaan pendiddikan namun hadirnya Kartu Indonesia Pintar saat ini menurut pandangan kami sudah sangat membantu permasalahan pendidikan karena telah menurunnya angka anak yang tidak memiliki pendidikan sesuai umur. Namun yang menjadi permasalahan terjadinya ketimpangan penerapan program tersebut atas kurangnya kepekaan pemerintah pusat dan daerah dalam melaporkan atau menyuarakan sekolah-sekolah yang tertinggal.
jadi terimakasih buat jawaban yg diberikan oleh saudara mangantar tentang pertanyaan saya yg pertama. saya melihat ketika pembagian beras bulog itu salah satu program pemerintah yg membantu rakyat miskin tetapi sekarang didaerah rumah saya sudah banyak Rakyat yg mampu mengambil beras bulog yg sebenarnya untuk kaum yg kurang mampu, dan begitu juga dana bos yg sudah pernah saya alami ketika bersekolah tidak seluruhnya untuk kaum miskin tetapi diambil alih juga untuk kaum yg mampu jadi menurut saya program yg dilakukan pemerintah ini kurang maksimal, pemerintah hanya membagikan saja tetapi tidak terlalu memperhatikan Rakyatnya yg mana paling membutuhkan dan yg mana yg sudah cukup. bagaimana sebenarnya merancang yg baik agar semua terlaksana dengan lancar? jika kita melihat apa yg sudah saya jelaskan.
Hapusterimakasih.
Jika anda mengatakan jawaban tentang pertanyaan saya nomor 2 itu sama saja melalui perantaraan dari kampus kita, coba jika kita sendiri yg turun langsung apa yg kita bisa lakukan , jika saya sendiri saya sudah melakukan hanya bersosial saja dengan mereka ketika duduk bersama ditempat gorengan yg ada didepan kampus kita tetapi saya belum bisa memberikan materi untuk membantu mereka hanya bersosial , duduk bersama hanya itu yg sudah saya lakukan sehingga saya tahu berapa pendapatan mereka seperti itu dia, maksud saya jika kita langsung turun atau niat dari diri kita sendiri tanpa perantaraan dari kampus apa yg bisa kita lakukan ? itu yg menjadi inti pertanyaan saya, karena saya mau melihat apa yg bisa anda lakukan terhadap mereka sejauh ini.
terimakasih
Nama:Permadi Sormin
BalasHapusNIM:15.01.1303
Ting/jur:1-A/theologi
syalom.....
Dalam topik pada sajian ke-4 ini mengingatkan saya terhadap sebuah kata yang menurut saya memiliki arti dan makna yang luas yaitu kata "peduli" atau "kepedulian". Namun, sering saya melihat bahwa banyak orang yang menyepelekan hal kepedulian bahkan saya sendiri pun tidak luput akan hal itu. Mengapa Romo mengangkat sebuah judul karya sastranya mengenai Konteks yang Melatarbelakangi dan Gambaran Kaum Miskin dalam Balada Becak, menurut pandangan saya karena Romo mangun perduli terhadap lingkungan dan juga kepada sesamanya terkhusus buat keberpihakannya kepada kaum miskin. Dari konteks tersebut terdapat sebuah pernyataan yang dapat membuat sebuah perbandingan antara kepedulian Romo dengan pernyataan ini, yaitu ketika saya mengatakan kepada seseorang “saya tahu kamu peduli”, namun respon yang saya dapatkan “tidak ada untungnya aku peduli sama orang” tapi saya tidak mengetahui dengan alasan apa respon itu dinyatakan. Dari pernyataan tersebut menumbulkan pertanyaan yang mendalam yaitu :
1. Apakah kepedulian itu hanya untuk melihat keuntung saja?
2. Adakah guna kita perduli terhadap sesama atu lingkungan?,jika ada berikan contohnya!
3. Seperti apakah yang melatarbelakangi kita bisa perduli kepada orang?
4. Seperti apakah perbedaan defenisi “kepedulian” seorang Romo dengan pernyataan yang saya berikan?
Dari ke empat pertanyaan di atas, dimohon kepada saudara sekalian untuk menanggapi hal tersebut, dan jika boleh berikan sebuah Refleksi Rohani sebagai pengertian yang sebenarnya tentang kata “kepedulian”.
Terimakasih,,,.... salam "IBD"
Nama : Eirene Hutabarat
HapusNIM : 15.01.1246
Tingkat/ Jurusan : I-A/ Teologia
Terimakasih untuk pernyataannya, saya sedikit merangkum untuk jawaban dari seluruh pertanyaan saudara. Menurut saya, peduli tidak memandang bulu. Peduli menimbulkan keuntungan dan kerugian dari segi apa kepedfulian kita. Mungkin kita bisa rugi dari materi dan moril namun kita akan untung dalam membangkitkan nilai kemanusiaan. Kita perduli karena adanya rasa Kasih yang timbul dalam diri kita sehingga kepedulian kita dapat membantu orang lain dan membantu diri kita sendiri bagaimana menghargai manusia lain. Tidak ada perbedaan definisi namun makna yang saudara berikan mungkin sedikit berbeda dengan makna yang ingin Romo tujukan bhawa peduli itu lah yang dapat menjadikan nilai kemanusiaan itu berkembang dalam pribadi manusia.
Kepedulian akan sesama perlu adanya. Kenapa? karna kita hidup saling membutuhkan satu sama yang lain. Manusia hidup secara berdampingan. Itu makanya perlunya ada kepedulian 1 dengan yang lain
HapusNama : Eirene Hutabarat
BalasHapusTingkat/ Jurusan : IA/ Teologia
NIM : 15.01.1246
Saya dari kelompok penyaji akan menjawab pertanyaan yang diberikan kepada kelompok kami saat pembahasan di kelas :
1. Daniel Hutabarat
• Bagaimana pemerintah merancang kesejahteraan kaum miskin?
Menurut saya, pemerintah sudah banyak merancang kesejahteraan kaum marginal (miskin) dari setiap program yang pemerintah buat seperti adanya jaminan kesehatan dan pendidikan 9 tahun yang di berikan pemerintah. Kalau ditanya bagaimana, saya hanya dapat menjawab dengan lebih memperhatikan dan mementingkan keadaan kaum marginal daripada kehidupan pribadinya karena disini lah peran pemerintah dituntut untuk dapat mensejahterakan kehidupan masyarakatnya.
• Bagaimana dengan tukang becak yang ada di depan kampus, apakah kita nanti kelak hanya berkhotbah tanpa berbuat khususnya terhadap mereka?
Menurut saya, kita harus dapat berbuat bagi mereka walau tidak dengan materi tetapi dukungan semangat untuk lebih baik mensejahterakan kehidupan pribadinya karena hanya diri sendirilah yang dapat membangkitkan martabat kita. Kita juga harus meneladani sikap dosen kita, salah satunya Alm. Pak Abraham Hutasoit yang terkadang menggunakan becak yang ada di depan kampus untuk pulang ke rumah Beliau. Beliau tidak hanya memberi materi bagi tukang becak itu, namun memberikan suatu panutan bagi kita bahwa nilai kemanusiaan itu dapat kita terapkan dalam kehidupan kita meskipun masih dalam ruang lingkup yang kecil.
2. Jhon Fredy Sitmeang
• Apakah Kartu Indonesia Pintar berpengaruh pada kaum marginal?
Jawaban yang dapat saya berikan, bahwa Kartu Indonesia Pintar juga ikut berpengaruh dalam kehidupan kaum marginal karena kartu itu membantu kaum marginal dari segi materi dan dorongan untuk terus mengejar impian. Sedikit catatan yang dapat saya berikan bahwa yang murah belum tentu buruk dan yang mahal belum tentu baik.
Nama:Sara Zerynta Pinem
BalasHapusNIM:15.01.1322
TING/JUR: IA/Theologi
saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan dari saudara-saudara, dimana bahwa dari pertanyaan Daniel Hutabarat sekaligus menyangkutkan dari pertanyaan saudara Jhon Fredy Situmeang mengenai bagaimana pemerintah merancang kesehjahtraan kaum miskin dan apakah kartu pintar berpengaruh kepada kaum marginal ataupun kaum miskin. pemerintah merancang kesejahteraan kaum miskin tersebut dengan cara, pertama bahwa pemerintah melihat dari kekurangan atau pun kelemahan dari masyarakat tersebut terlebih dahulu, artinya apa yang menjadi kekurangan masyarakat itu yang perlu di lapis terlebih dahulu. seperti pertanyaan saudara Jhon Fredy mengenai 'kartu pintar' artinya bahwa memang yang terjadi pada saat ini bahwa Indonesia masih kekurangan dalam segi pendidikan atau pun semakin maraknya kaum miskin. kesejahteraan yang diberikan ataupun disumbangsihkan pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan seperti BPJS, Bea siswa, dll. artinya dari apa yang telah saya tuliskan bahwa pemerintah itu memang merancang kesejahteraan masyarakat seperti kaum miskin dan sangat besar pengaruhnya bagi kaum miskin tersebut.
dan pertanyaan dari saudara Daniel Hutabarat mengenai apa yang sebenarnya kita harus perbuat terhadap tukang becak yang di depan kampus STT Abdi Sabda, apakah dengan hanya berkhotbah saja selaku kita menjadi pelayan Tuhan.. saya sebagai salah satu dari penyaji akan memberikan sedikit jawaban tentang pertanyaan tesebut, bahwa sebenarnya dari pertanyaan tesebut mengenai kondisi si tukang becak memang sangat perlu kita atau pun sebagai pelayan Tuhan memberikan sedikit bantuan. bantuan tersebut tidak hanya sebatas materi, kita dapat memberikan bantuann kepadanya. Artinya bahwa ketika kita berjumpa dengan tukang becak tersebut ataupun bertatap mata, ataupun berpapasan bahwa kita bisa memberikan gaya atau sikap yang sopan kepadanya. contohnya, ketika saya lewat dari depan STT Abdi Sabda dan ketika saya berjumpa saya dapat memberikan sedikit senyuman dengan penuh suka cita yang datangnya dari hati, ataupun saya dapat menyapanya. artinya ketika kita berbuat baik aataupun sopan terhadapnya itu juga sudah merupakan suatu bantuan terhadap beliau.
MEngenai peran dari kartu pintar(Pertanyaan saudara Jhon Situmeang). MEnegnai peran.. Tergantung bagimana kita pemerintah dan kaum marjinal menyikapinya.. Maksudnya, kalopun hanya pemerintah yang berperan tanpa ada kepedulian dari kaum merjinal, sama dengan tidak. Jadi, perlu adanya kepedulian bersama. Terimakasih
BalasHapusNama : Partogi Robby Gultom
BalasHapusNim : 15.01.1302
Ting/Jur : I-A/Theologia
ketika menyimpulkan materinya saya mempunyai sebuah pertanyaan terlebih mengenai kaum miskin yang tertindas.
"Menurut Alkitabiah mengenai tanggapan beberapa ahli mengatakanvbahwa, orang miskin dibagi antara yang tertindas dan yang malas. Orang tertindas adalah sasaran dari pemeliharaan istimewa Allah, sedang orang malas adalah sasaran dari kutukan Allah."
Siapakah orang-orang tertindas?
mengelompokkan mereka yang mudah terkena penindasan: janda,yatim piatu,miskin karena penyakit, dan korban penindasan politik dan ekonomi.
Siapakah orang-orang malas? Mereka adalah sebagai berikut.
Keluarga yang tidak bertanggung jawab. Kasih yang alkitabiah tidak pernah menopang sifat tidak bertanggung jawab.
Orang-orang yang menjadi miskin karena kelemahan moral atau perubahan dalam etos sosial.
Ajaran Alkitab menyatakan bahwa orang miskin mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, khususnya bagi mereka yang tidak terkena bentuk-bentuk penindasan -- psikologis, fisikal, sosial, ataupun politik. jadi bagaimana sebenarnya tanggapan dn pandangan para penyaji dalam konteks permasalah ini ? kemudian apa cara yang layak dilakukan terkhususnya kita di kemudiaan hari akan kelak menghadapi hal seperti ini?
Nama: Abram Suria Ginting
BalasHapusNim : 15.01.1206
Syalom…
Di materi kali ini saya begitu melihat keberpihakan Romo Mangun terhadap bangsanya terutama kepada orang-orang kecil ataupun kaum miskin. Secara tidak langsung, pokok pembicaraan ini telah mengajarkan kita supaya bagaimana kita juga ikut berperan melihat dan memerhatikan serta turut membantu orang-orang miskin. Lantas, saya bingung, sebagai mahasiswa, terutama anak asrama, apa sajakah yang boleh kita lakukan sehubungan dengan materi ini? Coba saudara/i berikan beberapa contoh yang bisa saya, saudara/i, maupun semua civitas STT-AS terutama anak asrama lakukan dalam keberpihakan terhadap orang lemah ataupun kaum miskin sekarang ini?
Ruang komen ini resmi saya tutup Sabtu 23 April 2016, pukul 16.26 wib. Terimakasih atas respons dan partisipasi saudara semuanya. Salam
BalasHapus