Nama :
Andryan Hutabarat
Daniel Hutabarat
Falmer Tarigan
Iffrendi I.S. Situmeang
Kelas/Jurusan :
I-A/Theoglogia
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, MTh
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, MTh
MANUSIA HUMANIS MENURUT
ROMO MANGUN[1]
I.
PENDAHULUAN
Jika
kita berbicara tentang manusia humanis berarti menceritakan bagaimana manusia itu berperilaku sesuai dengan asas
kemanusiaan dan disini manusialah sebagai objek terpenting .oleh sebab itu kita
akan mempelajari Manusia Humanis terutama menurut Romo Mangun. Semoga melalui
pelajaran ini kita dapat mengetahui pemahaman tentang Manusia Humanis.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Riwayat Hidup Y.B. Mangunwijaya
Yusuf
Bilyarta (Y.B.) Mangunwijaya yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Romo
Mangun lahir di Ambarawa,06 Mei 1929, sebagai sulung dari 12 bersaudara, tujuh
diantaranya perempuan, dari pasangan Yulianus Sumadi Mangunwijaya dan Serafin
Kamdanijah. Yusuf adalah nama Permandian, sedangkan Bilyarta adalah nama
kecilnya. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan
ibunya guru Taman Kanak-kanak (TK).
Masa
sekolah dasarnya di Holland Inlander School (HIS) Magelang merupakan masa
terindah baginya dalam hidup, tetapi masa yang menyenangkan itu dirusak dengan
datangnya Jepang pada Tahun 1942. Bilyarta berhasil menamatkan sekolah dasarnya
di Magelang pada tahun 1943, lalu pindah ke Semarang dan disana masuk sekolah
teknik. Kemudian ia pindah lagi ke Yogyakarta. Disini ia bersekolah di dua
tempat. Pagi ia meneruskan sekolah tekniknya, di sekolah teknik Mataram, sore
ia bersekolah di Sekolah Menengah Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia
(AMKRI). Tak lama kemudian pecahlah perang revolusi kemerdekaan. Sekolah-
sekolah pun ditutup kembali.
Pelajar-pelajar
Sekolah Menengah pada waktu itu dimobilitasi untuk menjadi pejuang, Bilyarta
sendiri masuk Batalyon X dibawah pimpinan Mayor Soeharto dan ia sempat ikut
dalam pertempuran Magelang dan Ambarawa. Setelah perang usai, Bilyarta menerima
tawaran dari uskup Malang yang saat itu sedang mencari murid dari sekolah yang
dibukanya. Sekolah tersebut adalah Sekolah Menengah Atas Dempo,Malang.
Disekolah itu Bilyarta aktif dalam organisasi Pemuda katolik.
Setamat
dari Sekolah Menengah Atas di Malang tahun 1951 ia melanjut ke Seminari
Menengah St. Petrus kanisius di Magelang, kemudian ke Seminari Tinggi Teknik
Yogyakarta. Selesai belajar di Seminari ia ditahbiskan sebagai Pastor oleh
Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijapranata SJ pata tanggal 8 September 1959
dan ia memilih menjadi Pastor Pr (Praja). Kemudian ia melanjutkan studinya di
Sekolah Tinggi Teknik Aachen,Jerman, pada tahun 1960 dan lulus sebagai Insinyur
Arsitektur pada tahun 1966. Dan ia mengabdikan hidupnya bagi seluruh masyarakat
Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan anak-anak miskin.
2.2.
Konsep-Konsep
tentang Manusia
2.2.1.
Konsep
Manusia Menurut Kebudayaan Jawa
Menurut
Y.B. Mangunwijaya,citra manusia tradisional Jawa pada hakekatnya adalah citra
wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos),jadi
manusia hanya bayangan saja,tidak sejati. Hal ini sejajar dengan filsafat ide
dari Plato di gerakkan oleh Ki Dalang (Tuhan Yang Maha Esa). Didalam penentu
sejati jagad gedhe (makro-kosmos).
Segala peristiwa kehidupan manusia “wus
dhasar pinasthi karsaning dewa” (sudah diniscayakan oleh kehendak para
dewa).
2.2.2.
Konsep
Manusia Menurut Kebudayaan Barat
Pendidikan
Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa dari manusia kolektivistis
feodal-hierarkis ke manusia Renaissance dan Fajarbudi (aufklarung) dan telah terbebas dari masa kegelapan abad-abad
pertengahan yang menempatkan manusia hanya sebagai obyek kekuasaan para
bangsawan. Kebudayaan Barat menekankan bahwa tujuan hidup fana tidak lagi hanya
selaku persiapan melulu ke dunia akhirat, akan tetapi dihargai sebagai tujuan
intrinsik dan sejati pada dirinya, tanpa harus mengingkari niai hidup akhirat.
Di
Barat diakui umum, bahwa bapak filsafat dan gerakan pendidikan modern
(antifeodal anti-otoriter) ialah socrates (470-399 SM) yang mengajar bahwa
setiap dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran (truth).
Guru, pembina, pendamping, kita semua sebenarnya hanyalah bidan, yang memang harus
aktif menolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh si
manusia atau anak yang bersangkutan itu sendiri.
Menurut
Romo Mangun, meskipun ada beberapa tesis fundamental tentang si anak dari
Rousseau yang kurang realistis, tetapi sinyalemen dasarnya bahwa banayak anak
justru dirusak perkembangan sehatnya oleh kaum dewasa dan masyarakat mempunyai
yang benar: sehingga tumbuhlah kemudian pemahaman tentang hakikat kehidupan dan
penghayatan anak yang lebih besar (lebih manusiawi).
2.2.3.
Konsep
Manusia Indonesia Kontemporer
Mochtar Lubis
menggambarkan sosok manusia Indonesia berdasarkan realitas sosial yang
dilihatnya dimasyarakat.menurutnya,ciri-ciri manusia indonesia adalah: pertama, hipokritis atau munafik. Kedua, segan dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, tetapi jika ada sesuatu yang sukses, maka manusia Indonesia tidak
sungkan-sungkan untuk tampil kedepan menerima bintang, tepuk tangan, surat
pujian, piagam penghargaan dan sebagainya. Ketiga,
memilikijiwa feodal yang tinggi. Keempat,
percaya takhayul. Kelima, berkarakter
lemah, tidak memiliki prinsip yang kuat. Keenam,
bukan economic animals, sehingga
cenderung boros. Ketujuh, cepat
cemburu dan dengki pada orang yang dilihatnya lebih maju (jealous)
Disamping ciri-ciri
negatif, manusia Indonesia mempunyai ciri-ciri yang positif. Pertama, memiliki rasa artistik yang
tinggi sehingga mampu mengenmbangkan berbagai hasil kerajinan dan kesinian yang
tinggi. Kedua, suka tolong menolong
dan bergotong-royong. Ketiga, berhati
lembut dan suka damai, memiliki kesabaran hati,memiliki rasa humor yang tinggi.
Keempat, adanya ikatan kekeluargaan
yang mesra, dan memiliki kecerdasan yang cukup baik, terutama yang menyangkut
keterampilan.
Dalam masyarakat
Indonesia kontemporer, khususnya sejak Orde Baru berkuasa, manusia ideal
Indonesia yang sering di kemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia
Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya,dasar tingkah
laku dan budi pekertinya berdasarkan kepada kelima sila Pancasila, Ketuhanan,
Kemanusiaan, Keadilan, Kerakyatan, dan Persatuan Nasional.
2.3.
Konsep
Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-nasional
dan Pasca-Einstein
Konsep
manusia yang dikembangkan Romo Mangun
tidak dapat dilepaskan dari perjalanan hidupnya yang unik. Y.B. mangunwijaya
menghayati hidup dan seluruh karyanya sebagai karya kemanusiaan dalam arti yang
luas. Sedangkan bentuk-bentuk karya spesifik tertentu yang digelutinya,
khususnya sebagai pastor desa di Salam, Kabupaten Magelang. Menurut
Mangunwijaya, konsep manusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang
humanis. Untuk itu, ia menawarkan sebuah konsep manusia humanis yang terbebas
dari belenggu-belenggu feodalisme, baik feodalisme khas Jawa maupun warisan
politik kolonial. Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan
istilah manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-nasional dan Pasca-Einstein.
2.3.1.
Pasca-Indonesia
atau Pasca-nasional
Romo
Mangun menempatkan nation dan
nasionalisme modern dalam konteks evolusi bangsa manusia. Secara garis besar
perkembangn interaksi antarmanusia di dalam kelompok dan di luar kelompok dapat
di mulai dari bentuk komunal sangat sederhana dalam kerangka dusun yang
tertutup, yang kemudian semakin terbuka dalam fase-fase evolusi yang
berakselerasi ke hubungan lokal atau regional.
Menurut
Romo Mangun, kebudayaan pascaku tumbuh dari perubahan ekspansi budaya
pemburu,nelayan,dan pengembara yang berevolusi ke budaya agraris yang menetap,
dari kabupatian sampai ke kerajaan besar. Nasionalisme Indonesia di masa
mendatang, menurut pandangan Romo Mangun, akan kembali berkembang ke
akar-akarnya yang sejak awal mula dicita-citakan oleh generasi 1928, yakni
kembali ke alur hakikat semulanya yang murni, yakni pembelaan kawan manusia
yang masih dijajah, yang masih miskin dalam segala hal, termasuk miskin yang
tak berdaya menghadapi para kuasa yang sewenang-wenang, yang telah merebut bumi
hak pribadinya dan yang memaksakan kebudayaan serta seleranya kepada si kalah.
Sedangkan dalam kebudayaan pasca-Indonesia dalam konteks sekarang ini, lawannya
adalah perlakuan-perlakuan yang dehumanis.
Sedangkan
istilah Pasca-Nasionalisme atau Pasca-Indonesia harus dimengerti dalam konteks
kesejahteraannya. Kata Pasca menurut Romo Mangun, jauh lebih baik dan lebih
bermakna dari pada kata bahasa Inggris post.
Konsep Pasca-Nasional mencita-citakan sosok manusia Indonesia yang terbuka
kepada Nilai-Nilai kemanusiaan universal, meskipun tetap berpegangan kepada
nilai-nilai keindonesiaan. Zaman Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia yang dilontarkan Romo Mangun terjadi jika
seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentalan seluruh ikhtiar manusia
untuk menjawab tantngan hidupnya, mengolahnya, dan memberi makna kepadanya
dipahami sebagai upaya menciptakan budaya yang humanis.
2.3.2.
Pasca-Einstein
Menurut
Romo Mangun, seluruh gambaran manusia tentang semesta raya menjadi begitu
relatif, begitu tergantung pada pegadaian lokasi dan waktu, situasi dan asumsi,
sehingga banyak perkara sudah tidak sederhana lagi. Itilah Pasca-Einsten yang
juga disebut manusia Bermatra Gatra, ini diolah Romo Mangun dari teori
relativitas Albert Einsten. Teori itu dilontarkan Einsten pada tahun 1905.
III.
ANALISA
Analisa
yang dapat kami sampaikan terhadap Manusia Humanis menurut Romo Mangun adalah sebenarnya
kami para penyaji belum mengerti sepenuhnya terhadap manusia humanis menurut
Romo Mangun karena didalamnya paling menyangkut tentang konsep-konsep tentang
manusia. Jadi kami para penyaji menganalisa sedikit tentang manusia yang
humanis. Manusia yang humanis adalah manusia yang melakukan perbuatan yang
tidak melanggar aturan ataupun norma yang berlaku dapat menjaga hubungan dengan
sesama manusia. Dalam KBBI humanis artinya manusia yang dapat bergaul dengan
baik antar sesamanya yang berasaskan kemanusiaan dan tidak mementingkan
kepentingannya sendiri. Sehingga manusia seperti inilah yang dapat berkembang
dengan baik, manusia seperti ini yang dibutuhkan menurut Romo Mangun. Melalui
konsep-konsep manusia kita dapat mengerti bagaimana manusia itu menurut konsep
kebudayaan jawa, kebudayaan barat, indonesia kontemporer dan menurut Y.B.
mangunwijaya.
IV.
KESIMPULAN
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia banyak sekali memiliki konsep
terutama menurut konsep kebudayaan dan menurut Y.B. Mangunwijaya. Konsep
manusia yang dikembangkan Romo Mangun tidak terlepas dari perjalanan hidupnya yang
unik, konsep manusia yg ingin dikembangkan adalah manusia yang Humanis.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Mangunwijaya Y.B., Forum Mangunwijaya IX Humanisme, Jakarta,
PT Kompas Media Nusantara, 2015
[1] Y.B.Mangunwijaya,
Forum Mangunwijaya IX Humanisme, (Jakarta,
PT Kompas Media Nusantara, 2015), 18-39
Nama: Christ Fany Ester Pasaribu, Yuni Carolina Sinulingga, Martini Haloho
BalasHapusKelas : I-A / Theologia
M. Kuliah : Ilmu Budaya Dasar (Penyanggah)
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
MANUSIA HUMANIS MENURUT ROMO MANGUN
Dari sajian kelompok 2 dapat kami ambil suatu kesimpulan bahwa:
Manusia itu dilihat dari bagaimana manusia itu berperilaku sesuai dengan asas kemanusiaan, dan hal ini dapat dilihat langsung dari kehidupan Romo Mangun itu sendiri. Selain itu, ada juga beberapa konsep kemanusiaan pada sajian kali ini, yaitu:
1. Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Jawa, di mana dalam hal ini citra manusia tradisional Jawa pada hakekatnya adalah citra wayang (manusia hanya bayangan saja,tidak sejati). Bahwa kehidupan manusia itu sudah di setting/diatur oleh dayang yang adalah “Tuhan”.
2. Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat, menempatkan manusia sebagai obyek kekuasaan para bangsawan.
3. Konsep Manusia Indonesia Kontemporer, Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia berdasarkan realitas sosial yang dilihatnya dimasyarakat. Beberapa ciri-ciri manusia indonesia adalah:
a. hipokritis atau munafik.
b. segan dan bertanggung jawab atas perbuatannya
c. memilikijiwa feodal yang tinggi.
d. percaya takhayul.
e. berkarakter lemah, tidak memiliki prinsip yang kuat.
f. boros.
g. cepat cemburu dan dengki
ada juga ciri-ciri positif yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, yaitu:
a. memiliki rasa artistik yang tinggi (bentuk candi, pura, gereja, masjid, dll.)
b. suka tolong menolong dan bergotong-royong.
c. berhati lembut dan suka damai, memiliki kesabaran hati,memiliki rasa humor yang tinggi.
d. adanya ikatan kekeluargaan yang mesra
4. Konsep Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-nasional dan Pasca-Einstein
Menurut Romo Mangun, konsep manusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang humanis. Konsep Pasca-Nasional mencita-citakan sosok manusia Indonesia yang terbuka kepada Nilai-Nilai kemanusiaan universal (terutama jika dilihat dari kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralis/ beragam baik dari segi Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan “SARA”. )
Sedang, menurut Mangun Pasca Einstein diambil dari gambaran manusia tentang semesta raya menjadi begitu relatif, seperti teori Einstein pada “relativitas”.
Pertanyaan yang ingin kami lontarkan kepada para penyaji yaitu:
Jika Romo Mangun ingin agar masyarakat Indonesia menjadi manusia yang bersifat humanis, sedang kita tahu bahwa semakin hari masyarakat Indonesia semakin bersifat dehumanis. Maka, menurut para penyaji,, bagaimana langkah terbaik yang seharusnya dilakukan agar masyarakat Indonesia bisa memiliki karakter yang humanis??
Nama :Adryan Hutabarat
HapusDaniel Hutabarat
Falmer Tarigan
Iffrendi I.S. Situmeang
Kelas/Jurusan : I-A/Theoglogia
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, MTh
#####################################################
setelah kita mengetahui, romo mangunwijaya mengangkat tentang manusia yang humanis, dikarenakan sekarang indonesia yang kita cintai ini sedang krisis nilai-nilai kemanusian yang dehumanis dan bukan hanya masyarakat saja sekarang yang dehumanis, tetapi Tokoh masyarakat yang seharusnya memberi pengajaran dan contoh pun sekarang menjadi dehumanis,. romo mangun menemukan dimana yang selalu menjadi korban adalah pihak yang lemah, artinya bahwa rakyat kecillah yang selalu menjadi korban atau tumbal dari pihak yang kuat. dan kita sendiri ingin mengembangkan atau mengubah indonesia kita tercinta ini menjadi indonesia yang humanis, tetapi terhalang oleh budaya yang feodalisme yang sudah berakar/berdarah daging di setiap individu. menurut kami cara memutuskan tali rantai budaya yang feodalisme atau sifat manusia yang dehuamanis adalah dengan cara menjadi manusia yang ideal. yang dimaksud disini adalah manusia yang berpatokan pada pancasila, yaitu manusia Indonesia yang mengayati dan membuat dasar dan hudupnya, dasar tingkah laku dan budi pekertinya berdasarkan kepada kelima sila Pancasila, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan, Kerakyatan, dan persatuan Indonesia.
Itu saja salah satu cara yang menurut hasil diskusi kami penyaji kelompok II. kiranya bermanfaat bagi kita semua
syalom, Tuhan Yesus memberkati
salam IBD
Nama: Eikel Ginting
BalasHapusNIM: 15.01.1245
Penjelasan manusia humanis menurut Romo Mangun seperti sebuah "periodesasi" perkembangan pemikiran akan kemanusiaan. Yang dimana diawali dengan konsep kebudayaan Jawa yang pasrah akan kehidupan karena manusia layaknya wayang" dan Tuhan ialah "pewayang" sehingga kesadaran kemanusiaan masih rendah dan tidak ingin berkembang. Lalu konsep kemanusiaan barat yang berpendapat bahwa manusia hidup tidak memikirkan akhirat saja namun memikirkan perkembangan dan kehidupan untuk ke depan, dan juga manusia sudah lahir dengan berdasarkan kebaikan dan lingkungan serta kehidupan lah yang membina perkembangan kita. Lalu humanis menurut Indonesia masa kontemporer yang sudah mengalami banyak perubahan dalam pancasila, namun perkembangan humanis masih berbentuk golongan-golongan suku dan kurang mau berjuang dalam perkembangan Indonesia secara bersamaan. Dan manusia Pasca Indonesia yang menjadi tantangan terberat adalah perlakuan dehumanis. Perlakuan tersebut yang menjadikan moral dan martabat bangsa merosot. Romo Mangunwijaya berpandangan munculnya pancasila sebagai sebuah jawaban atas nilai-nilai humanis yang harus di jalankan bukan hanya sekedar pencanangan dan rencana namun diwujudkan dalam hal-hal kecil dan dengan menghayati nilai manusia, seseorang akan mengerti memanusiakan manusia dalam kehidupan serta bertindak layaknya Romo Mangun yang universal dan menjadi idola bagi semua kaum dan kelompok masyarakat.
nama : susanto marpaung
BalasHapusnim : 15.01.1331.
kelas:I-D/ Theologia
kita telah berbicara banyak mengenai konsep manusia menurit romo mangunwijaya. lansung saja,pertanyaan saja ialah perbedaan dan persamaan apakah yang terdapat dalam Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-nasional dan Pasca-Einstein........?
syalom....
salam IBD, sebangsa dan setanah air
Nama :Adryan Hutabarat
HapusDaniel Hutabarat
Falmer Tarigan
Iffrendi I.S. Situmeang
Kelas/Jurusan : I-A/Theoglogia
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, MTh
#####################################################
terima kasih atas pertanyaan saudara susanto marpaung dari kelas 1-d, tetapi kami para penyaji kelpompok II dari kelas 1-a tidak bisa menjawab dikarenakan kami berpatokan kepada intruksi/prosedur yang diberikan bapak dosen kita,. bapak dosen kita mengatakan bahwasannya kita diberikan kesempatan bertanya kepada kelas lain pada saat kita mengadakan kelas bersama (kelompok I). jadi hendaknya kita sama-sama mendengarkan apa yang dikatakan oleh bapak dosen kita kepada kita. mungkin saudara susanto lebih tepat bertanya kepada penyaji kelompok II pada kelas anda. mohon maaf, kami para penyaji mengucapkan terima kasih kepada saudara susanto.
syallom
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Eirene Hutabarat
HapusTing./jur : I-A/Theologia
Nim : 15.01.1246
Pada pembahasan kali ini dijelaskan bagaimana manusia humanis yang benar-benar mengikuti perkembangan baru tanpa meninggalkan suatu kebudayaan yang lama. Manusia harus mengerti kedudukannya sebagai manusia sehingga mengambil peran dalam kehidupan sosial. Manusia humanis di pembahasan kali ini ingin membuka wawasan kita bahwa manusia humanis tetap harus berpendidikan. Pendidikan disini dalam arti formal dan nonformal karena pendidikan juga turut mempengaruhi cara berpikir seseorang. Pada pertemuan sebelumnya mengenai humanisme religius nasionalisme yang terbuka, ditekankan juga pentingnya pendidikan itu. Saat berbicara mengenai manusia, pasti belajar pendidikan manusia itu seperti apa. Menurut saya, mengapa pendidikan yang diutamakan dalam pembahasan ini karena dari pendidikanlah orang dapat belajar dan dapat mengenali pribadi dan orang lain serta belajar bagaimana bertingkah laku sebagai manusia agar manusia humanis yang diinginkan Romo dapat terealisasikan.
Nama : Beritanta Surbakti
BalasHapusTingkat/jur : I-A/Theologi
Nim : 15.01.1222
Mengenai pembahasan dari kelompok dua yaitu tentang manusia yang humanis menurut Romo Mangunwijaya, yang bisa saya tangkap adalah bagaimana manusia itu mengahargai sejarah hidup yang dimulai dari nenek moyang mereka. Sehingga ia dapat menarik perbandingan yaitu dari segi kehidupan kebudayaan dari zaman sebelum ia dilahirkan sampai ia sudah dilahirkan (tradisional ke modern) . Seperti yang di katakan Romo Mangun bahwasanya kebudayaan jawa yang menganggap manusia itu diatur oleh keadaan dan ia merasa setiap keadaan tersebut terjadi atas seizin Tuhan. Artinya hidup itu hanyalah sementara, dimana kita hanya singgah untuk menikmati kebahagian di dunia ini. Sedangkan kebudayaan barat dia lebih menekankan ke penghayatan akan kehidupan, bagaimana sebenarnya manusia itu harus hidup selaku mahluk yang tertinggi (berpikir) dan melalui tindakan yang ia perbuat akan berpengaruh ke akhir hidupnya (akhirat).
Nah dapat saya simpulkan melalui pembahasan mengenai manusia yang humanis ini kita diajak untuk mau mengenal sejarah indonesia yang akan meningkatkan rasa cinta tanah air. Dengan belajar sejarah kita, kita tidak akan kehilangan jati diri kita selaku manusia (suka menolong, sabar, lemah lembut) dan sebagai manusia kita harus memiliki rasa penghargaan dan penghormatan dalam diri kita di setiap aspek kehidupan yang benar-benar dan tulus (tidak lain di mulut lain dihati, dan lain yang diperbuat/menyimpang dari norma). Sehingga menjadikan manusia seutuhnya bukan seolah-olah seperti manusia.
Nah timbul pertanyaan saya, bagaimana pandangan para penyaji mengenai pendidikan di indonesia ini, dimana negara kita adalah negara pancasila yang memiliki beragam agama. Apakah setiap agama memiliki pandangan yang berbeda tentang pendidikan?
Terima kasih..
Kami para penyaji akan menjawab pertanyaan dari saudara/i yang tidak sempat kami jawab di kelas.
BalasHapusPertanyaan dari Saudara Jhon Fredy: Apakah kita bisa dikatakan manusia humanis dilihat dari perkembangan zaman? Dan Jawaban kami para penyaji yaitu seperti kita ketahui bahwa zaman dapat memberikan dampak yang buruk dan yang baik bagi kita. Oleh sebab itu, dalam konteks Romo Mangun pendidikan sangatlah berperan aktif dalam pembentukan manusia yang humanis. Jadi kami para penyaji mengambil kesimpulan bahwa manusia yang berpendidikan pastilah dia sangat menguasai zaman terutama dari segi IPTEK, tetapi zaman sekarang banyak orang yang menguasai IPTEK menyalahgunakan kedalam hal yang ingin mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Dari situ kami memandang bahwasanya susah membentuk manusia humanis jika tidak dapat memberikan dampak positif dalam perkembangan zaman. Dia menguasai dan mempergunakannya dalam hal yang buruk jika kami memandang dalam hal negatif. Jika dalam hal positif, dia mampu menguasai dan dapat bergaul dengan orang melalui teknologi dan tidak merugikan orang bahkan mampu belajar dari teknologi tersebut . Itulah yang bisa kami simpulkan.
Pertanyaan dari Saudari Irene: pandangan para penyaji terhadap pendidikan terutama di kampus ini. Dan jawaban kami yaitu memang betul yang dikatakan oleh saudari Irene yang mengatakan bahwa pendidikan dikampus ini tidak diragukan lagi, tetapi moralnya yang diragukan. Kami penyaji mengatakan bahwa orang yang berpendidikan belum tentu memiliki moral yang baik. Contohnya di lingkungan asrama banyak sekali kejadian terutama pencurian. Berarti disana yang mencuri adalah orang tidak memiliki moral. Jadi kesimpulan kami yaitu bagaimana nanti ketika menjadi seorang pelayan Tuhan moral kita amsih seperti itu? Itu juga menjadi pertanyaan kami. Oleh sebab itu, dalam konteks dikampus ini yang sangat penting tidak hanya pendidikan tetapi dibarengi oleh moral yang baik dan mampu bersosial kepada yang lain.
Pertanyaan dari Saudari apakah penyaji sanggup atau mampu melakukan manusia humanis ini? Dan jawaban kami ini mungkin juga suatu pergumulan kami kelompok penyaji, memang sangat berat melakukan manusia humanis ini menurut Romo Mangun. Tetapi itulah jika kami mampu melakukannya tetapi harus melalui proses yang sangat berat untuk menjadi seorang yang humanis.
Pertanyaan dari Saudara Permadi Sormin: Berbicara tentang kepedulian dalam Negara kita. dan jawaban kami yaitu jadi kami memandang bahwa kepedulian di negara kita ini sangatlah minim. Kami mengatakan seperti itu karna kami melihat atau memandang apa yang terjadi di Negara ini. Kami melihat bahwa adanya suatu ketidakadilan yang terjadi di Negara ini. Itulah sebabnya konsep kemanusiaan dalam pasca Indonesia mengatakan bahwa harus terbebas dari belenggu feodalisme artinya kekuasaan lebih berhak kepada golongan atas, berarti masih tingginya rasa ketidakadilan di negara ini. Oleh karena itu, kepedulian untuk masyarakat bawahan masih kurang. Golongan atas hanya peduli terhadap dirinya sendiri tetatpi kepada golongan bawah ia sangat cuek terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat bawahan, tetapi ada satu pemerintah yang sangat peduli kepada masyarakat bawahan yaitu AHOK, kami menilai dia juga sebagai manusia humanis yang tidak mementingkan dirinya sendiri tetapi orang lain juga dipentingkannya.
Untuk Pertanyaan dari Saudara Mangantar , kami para penyaji kurang mengerti terhadap pertanyaan anda, jadi kami minta maaf terhadap saudara Mangantar, mungkin Bapak Dosen yang mampu mengerti tentang pertanyaan anda
Pertama saya ingin mengucapkan kepada penyaji kelompok II karna sudah menjawab pertanyaan saya, namun saya merasa pertanyaan yang saya tanyakan itu adalah karena memang sebelumnya saya sangat tertarik dengan perkataan saudara Daniel yang mengatakan bahwa manusia itu haruslah kita manusiakan, Nah timbul dalam benak saya pada perkembangan jaman ini kemajuan dari jaman sangat-sanagat buruk bagi manusia karna kita tahu jaman ini sudah serba cepat bahkan sinetron saja sudah membuat manusia robot dari kaleng,nah bagaimana mungkin kita dapat memanusiakan manusia itu dengan baik,bahkan manusia lupa akan jadi dirinya sendiri sebagai manusia ciptaan tuhan. Tolong penyaji tanggapi kembali pertanyaan saya
HapusNama: Eikel Ginting
HapusNIM:15.01.1245
Sungguh pertanyaan yang membangun dari saudara john freddy,, mungkin saya sedikit bisa membantu tanpa mengurangi rasa hormat saya akan teman-teman kelompok 2. Memanusiakan Manusia dilihat dari pekembangan zaman merupkan sebuah kewajiban. Karena menurut saya belajar humanis ialah fleksibel tanpa melihat berada di jaman mana. Karena pada dasarnya sehebat apapun tekhnologi itu tidak bisa menggantikan peran manusia yang memiliki akal budi. Nah ketika manusia lupa akan jati dirinya berarti manusia lupa akan siapa pencipta dan siapa sesamanya manusia. Cara untuk menumbukan jati diri ialah dengan menggunakan cara romo Mangun yaitu melalui penggabungan cara budaya ke dalam kehidupan lingkungan. Saya ambil contoh Romo Mangun pernah menghayati panggilan hidupnya dalam bidang humanis untuk membangun masyarakat daerah Gunung Merapi di Jawa Tengah pasca meletusnya Gunung merapi. Padahal masa itu ia masih aktif menjadi pastor namun dia tidak lupa pada jati dirinya dan budaya Indonesia yang bergotong royong dan saling membangun. Jadi menurut saya Memanusiakan Manusia dapat dipakai fleksibel di segala zaman dengan metode penghayatan mengasihi sesama manusia.
Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.
BalasHapusTerimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam IBD.
Nama : Chandra Syahputra Pasaribu
BalasHapusNIM : 15-02-568
Ting/Jur : 1/PAK
Berbicara membangun nilai-nilai kemanusiaan tentu sangat menarik sekali di untuk diperbincangkan karena hal ini tidak mudah di terapkan, seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali orang yang berbicara tentang hal-hal yang membangun nilai-nilai kemanusiaan namun sedikit yang menerapkannya.
Contoh : Layaknya Nabi-Nabi palsu yang menceritakan hal-hal yang benar kepada banyak orang, seakan-akan dialah yang paling benar namun penerapannya dalam kehidupan tidak ada sama sekali. Begitu juga dengan kita sebagai hamba Tuhan yang akan melayani di masyarakat.
Apakah kita hanya berbicara tanpa harus berbuat? Dan kalau memang kita ingin berbuat hal-hal yang membangun nilai-nilai kemanusiaan, langkah apa yang sepatutnya kita lakukan sebagai pada mahasiswa pada saat ini?
nama: sara zerynta pinem
BalasHapusting/jur: I-A /Theologi
syaloom..
setelah kita membahas tentang manusi humanis menurut Romo Mangun. hendak nya kita dapat menjadi manusia yang benar-benar manusia seperti yang kemarin kelompok pembahas katakan di kelas.
baik dalam perilaku,perkataan,dan lain sebagainya. kita harus dapat menjadi manusia humanis. agar benar-benar tercipta hasil nyata dari pembelajaran Ilmu Budaya Dasar dalam topik manusia humanis.
syaloom
Tuhan Yesus memeberkati :)
Nama:Trika purba
BalasHapusTing/jur:1-A/teologi
nim:15.01.1336
syaloom......
disini para penyaji membahas tentang manusia humanis menurut romo mangun, jadi yang mau saya tanyakan kepada para penyaji kelompok 2 adalah,disini para penyaji memaparkan di kolom analisa bahwasannya manusia yang humanis itu adalah manusia yang melakukan perbuatan yang tidak melanggar aturan norma yang berlaku dan dapat menjaga hubungan antara sesama manusia.
yang yang mau saya tanyakan kepada para penyaji adalah apakah setiap manusia itu bisa tidak melanggar aturan norma pada kehidupan antar sesama manusia?
jika bisa coba penyaji jelaskan.
Trimakasih.