Nama : Dewi Aprianna Br Pinem
Fidewana Saragih
Lisda Yani Purba
Nova Kembararen
Rexy Agriva Ginting
Tingkat/ Jurusan : I-C/Teologia
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M.Th kelompok: I
HUMANISME RELIGIUS DAN
NASIONALISME YANG TERBUKA
I. PENDAHULUAN
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas
tentang Humanisme religius dan Nasionalisme yang terbuka. Dimana kita ketahui
bahwa dalam konteks humanisme religius merupakan cerminan dari Pancasila sila
pertama yaitu kebebasan untuk memeluk agama yang menjadi kepercayaan kita.
Demikian halnya dengan Nasionalisme yang terbuka merupakan cerminan dari
Pancasila sila ke kedua dimana sebagai manusia kita harus menjunjung sikap
nasionalisme yang tinggi. Kiranya dari sajian ini dapat menambah pengetahuan bagi kita. Tuhan memberkati.
II. PEMBAHASAN
2.1. HUMANISME RELIGIUS[1]
Sikap
optimistis dicerminkan misalnya oleh sebuah simposium yang di selenggarakan
oleh kelompok symposium pertama
diselenggarakan di tempoi pausiana, 1992, menelurkan gagasan ke depan tentang
huamanisme baru.
Pesimisme
seperti digambarkan francis fukuyama
dalam the end of history and the last man (1992) yang
menginsinuasikan, tidak adanya lagi harapan akan kebaruan dalam prospek kemanusiaan,
meski pun diktator-diktator
sudah tumbang satu demi satu totalitarianisme (komunisme) hancur oleh
perkembangan “masyarakat-warga” (civil
society) pembaharuan politik ada
dimana-mana, perestroika di rusia dan demokrasi di barat,
Pendidikan selalu bertolak dari humanisme kiranya bukan hal yang
asing. Driyarkara mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk “pemanusiaan
manusia” melalui proses
“humanisasi” dan “homonisasi” atau dengan ringkas disebut sebagai pendidikan humaniora. Visi seseorang tentang
manusia, sangat menentukan visi pendidikannya dan berpengaruh dalam uraiannya;
apakah ia penganut faham pesimistis ataukah optimistis tentang masa depan
manusia, apakah ia religius ataukah sekuler,dsb. Oleh karena itu, perlulah
disini mulai dengan melihat visi kemanusiaan Romo Mangun, untuk sampai pada
visi pendidikannya.
Faham
kemanusiaan Romo Mangun boleh dikata tak terlepaskan dari faham religiusitas. Romo Mangun sepaham dengan
pandangan Rudolf Otto bahwa manusia adalah makhluk religius (homo religiosus),
demikian setiap manusia serta-merta bersifat religius; bahwa ada sifat yang
disebut “suci” yang berbeda dari sekadar “rasional” dan”baik” dalam arti moral.
Religius disini tidak harus diartikan sebagai pemeluk agama tertentu,melainkan
adanya kecenderungan dan kesadaran akan yang Ilahi, yang mengatasi kekecilan
manusia atau rasa kemakhlukan(creature-feeling),
atau rasa ketergantungan (feeling of
dependence) pada sesuatu yang lain. Bisa diperdebatkan apakah seseorang ateis (tidak percaya akan Tuhan) mesti
berlawanan dengan religiositas, sebab biasa saja seseorang bersifat religius,
meski pun tidak beragama. Isu yang
menjadi keprihatinan Romo Mangun bukanlah soal dialog agama, atau
pembicaraan tentang perbedaan ajaran agama-agama yang satu dengan yang lain,
melainkan bagaimana mereka bekerja sama dalam berbagai macam bidang, dengan
semangat kemanusiaan yang sama, merasakan keprihatinan yang sama sebagai
manusia yang kecil.
Romo
Mangun sebgai pastor, yang tidak konvensional. Panggilan imamatnya berakar dan
diinspirasikan oleh daya tarik rakyat yang miskin, dan bukan panggilan
kegerejaan/keagamaan sebagaimana kebanyakan pastor. Konon katanya, ia ingin menjadi pastor,
karena terharu pada partisipasi
rakyat dalam perang gerilnya, dan ia ingin “membayar utang kepada rakyat”
(Mangunwijaya,1999d:35).mudah dipahami kalau dedikasikanya sebagai pastor juga tidak terbatas pada
pelayanan gerejani, paroki, melainkan pada sosialisasi umum, pembelaan kaum
miskin, hal ini disetujui
oleh uskup sebagai atasannya. Regiositas yang melebar ini ia tunjukkan dalam keinginanya untuk
bekerja sama dengan agama lain. Gereja diaspora Romo Mangun dengan jelas
mengidealkan gereja sebagai “jaringan
titik-titik simpul organik… yang berpijak pada realitas serba heterogen, tidak beranggotakan orang-orang berdasarkan daerah, tetapi berdasarkan
fungsi atau lapangan kerja, istilah-istilah yang ia gunakan pun melibatkan
religiositas yang dinamis dan terbuka.
Humanisme religius Mangunwijaya secara lokal
memberikan sumbangannya dalam dua arah, sebab ia berani mengatakan kritiknya pada pemerintah, ketika pemerintah
berkesan otoritarian, semena-mena dalam keputusan yang berkaitan dengan nasib
rakyat, keberanian ini menurut Arief Budiman menjadi kekhasan Mangun-dan dan di
pihak lain Romo Mangun memberikan sumbangan dalam menghidupkan civil society yang sering tidak mudah
karena politik pengkotak-kotakan pemerintah melalu konsep SARA-nya Romo Mangun
merintis kerja sama masyarakat bawah, pemberdayaan orang-orang miskin, tanpa
pandang perbedaan agama.
Tekanan kemanusiaan dalam kegiatan sosial,
pembelaan korban, atau pun pemberdayaan orang-orang kecil itu begitu besar pada
diri Romo Mangun, sehingga aspek religiositasnya kadang tenggelam di dalamnnya,
atau menyatu, indentik dengan kemanusiaan itu sendiri. Hanya dalam kaitan
dengan pendidikan, aspek religius itu menjadi tampak misalnya dalam usulannya
tentang pendidikan “religiositas” sebagai ganti pendidikan “agama”, karena
baginya “religiositas” mengarah pada kesatuan kemanusiaan kemanusiaan, sementara
“agama”membentuk sekat-sekat
yang memisahkan satu sama lain. Demikian pun pandangannya dalam hal pendidikan,
lebih bersifat visioner dan profetis, mengkritik
pendidikan yang mengarah pada persaingan dan mengangkat pendidikan yang
membangun kerja sama.
2.2. NASIONALISME YANG TERBUKA
Humanisme Romo
Mangun bukanlah ideology universal yang
abstrak, melainkan mempunyai akar juga pada keIndonesiaan dan nasionalisme yang konkret.
Untuk
memulai akar nasionalisme
ini, pokok kedua yang bisa dikalaborasi
adalah keyakinan Romo Mangun pada keunggulan angkatan 1928, yang dia bedakan
dari angkatan lain, tetapi terutama angkatan 195. kalau kita melihat
perkembangan generasi pembaharu dalam sejarah bangsa Indonesia, maka tampak
bahwa setiap dua puluh tahunan bangsa kita mengalami alih generasi secara agak
signifikan, angkatan 1908, angkatang 1928, angkatan 195, angkatan 1965,
kemudian sedikit agak terlambat peristiwa reformasi 1998. Menurut Romo Mangun
generasi 1928 merupakan arketipe generasi pambaharu, dengan munculnya
intelektual, pemikir-pemikir nasionalis, yang menolorkan “Sumpah pemuda”, di
belanda para mahasiswa Indonesia mendirikan “perhimpunan Indonesia”, di
Indonesia sendiri muncul dua kelompok studi, indonesische studie club di Surabaya yang didirikan oleh soekarno;
dan sesudah munculnya partai-partai polotik sejak 1912, mereka menggalang
“permufakatan perkumpulan-perkumpulan politik kebangsaan Indonesia (PPKI) dalam
kongresnya yang kedua pada oktober 1928 itulah PPKI meyatakan “sumpah pemuda”
yang fenomental.
Corak
intelektual dari kaum muda didikan Belanda
ini menurut Romo Mangun sangat berlainan dengan
corak Militeristik kaum muda didikan jepang, yang menumbukan angkatan 195. corak intelektual adalah kemampuan
berpikir kritis dan berani, berpandangan luas dan universal, mampu berwacana dan berdiplomasi, menghasilkan
gagasan-gagasan pembaharuan yang segar. Sementara angkatan 195 lebih bersifat pragmatis dan militeristik, yang suka mengatur dengan komando. Akan tetapi, Romo
Mangun tidak banyak menaruh perhatian pada generasi sebelum 1928, yakni
generasi 1908 yang merupakan generasi awal munculnya pemikiran tentang bangsa,
dengan lahirnnya Boedi Oetomo. Acap kali Romo Mangun menyamakan kedunya dalam
corak semangat yang sama, padahal ada
pebedaan yang cukup signifikan. Angkatan 1908 lebih banyak bergerak di wilayah
budaya dibandingkan politik, hal ini dapat dimaklumi karena masih dalam
pemikiran kebangsaan yang awal.
Kalau
kita boleh menandai era ini sebagai awal renaisans Indonesia, maka boleh dikata
hasil politik etis yang diresmikan Ratu Wilhelmina pada tahun 1901 adalah munculnya para priayi baru, elite baru,
menggatikan priyi lama, para elite baru, menggantikan priayi lama, para elit
bangsawan, dan dengan itu juga pergantian kepemimpinan sosial. Fenomena ini
oleh driyarkara disebut proses defeodalisasi Indonesia. Akan tetapi menurut
driyarkara, proses defeodalisasi ini tidak cukup menghasilkan modernisasi karena ketergantungan ekonomi yang masih
kuat pada belanda. Namun, kalau saya boleh menginterprestasikan lebih lanjut
maka corak “priavi baru” yang muncul tahun 1908 agak berbeda dengan corak
“priayi baru” yang menandai “sumpah pemuda” 1928. corak priayi baru yang awal
karena masih kuatnya pengaruh pemerintah colonial di satu pihak dan
berkembangsnnyaekonomis kapitalis/liberal, dengan munculnya Ondernemingen,
perusahaan-perusahaan swasta belanda, hasil pendidikan barat yang pertama ini
langsung dipakai oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta belanda,
sehingga peran pembaharuan sosial mereka belum terasakan, karena posisi mereka
masih ada di bawah dominasi dan lebih menguntungkan orang asing/ belanda.
Ini
sangat berbeda dari generasi intelektual yang lahir 20 Tahun kemudian, yang
mulai berani berpolitik dan memunculkan kesadaran nasional Indonesia. Kebanyakan “priayi
baru", intelektual golongan ini adalah lulusan dokter dan guru, yang dari
sifatnya pekerjaanya memang lebih mandiri dan mempunyai kebebasan bergerak dan
bergaulan dengan masyarakat luas,
daripada para pegawai pemerintah perusaahaan. Tanpa mengelabirasi perbedaan
corak intelektual dari kedua priayi baru awal, yang masih bergerak dam bidang
pelayanan pemerintahan
kolonial, Romo Mangun tampaknnya menyamakan keduannya dan memberikan penilaian
positif pada inisiatif dan kebangkitan kaum intelektual yang bergerak dalam
perlawanan politik dan kesadaran berbangsa, karena peran pembaruan dan
pernyataan kemerdekaan mereka. Yang mengagumkan menurut Romo Mangun, “sebagai karya raksasa, nyaris mujizat”
adalah keberhasilan mereka menyatakan kesatuan nusa,bangsa, dan bahasa,
mengingat bangsa kita, sebelum adanya politik devide at impera sudah terpecah-belah dan saling baku hantam
mati-matian.
2.2.3. PROSPEK PENDIDIKAN: MANUSIA
PASCA-INDONESIA
Negara
sudah mapan dan mempunyai pengalaman kebebasan yang panjang. “ideologi
kebebasan” semacam ini belum bisa diharapkan dari masyarakat timur tengah,
karena merek baru saja mengalami kebebasan dari penjajahan. Mereka belum
mengalami evolusi historis yang
memungkinkan perkembangan pluralisme; pengalaman penjajahan dan dominasi dari bangsa asing yang kaya merupakan
fackor yang perlu diperhitungkan dalam rangka pendekatan humanis. Humanisme
bisa menolak agama yang dogmatis dan absolutis dan humanisme bisa menyesuaikan
diri dengan agama. Kedua posisi ini layak didiskusikan, terkait juga dengan
konsep mereka menolak agama, “agama” dalam arti apa? Mereka menolak jikalau
humanisme justru menjadi inti agama, atau menjadi “agama” itu sendiri.
Humanisme memang harus menentukan sikap terhadap agama, tetapi tidak bisa
menggatikannya memang harus menentukan sikap terhadap agama, tetapi tidak bisa
menggatikannya.
Pancasila
adalah hasil finalnya, di mana
“humanisme” terumuskan dalam sila kedua dan sikap terhadap “agama”
dirumuskan dalam sila pertama.tetapi, bagaimanakah hubungan keduannya, atau
dinamika ralasi antara humanisme dan religiositas harus ditelaah? Itulah yang
tetap menjadi wacana dalam Negara kita, yang de facto bersifat pluralis ini, tidak hanya dalam konteks “agama”
dalam arti formal, melainkan juga keyakinan-keyakiann dan kepercayaan dalam
arti kultural.
Pendidikan
itu bersifat multidimensional,berdimensi banyak. Pertama-tama harus dikatakan,
(i) pendidikan haruslah bersifat terbuka kearah masa depan, mencerahkan dan mengenbangkan
kebaruan,melawan status quo atau reproduksi dan penerusan ide-ide lama, yang
oleh Romo Mangun disebut sebagai sekadar “sosialisasi”, sebagaimana dianut kaum
feudal dan orde baru. Bercermin dari angkatan 1928.
(ii) pendidikan
harus mencerdaskan kehidupan dengan memberi kebebasan pada para anak didik.
Mereka bukan “tabula rasa” yang harus diisi dengan komando, pendiktean,
pendisiplinan top-down gaya militer. Romo Mangun
banyak mengkritik program pemerintah yang bersifat penyeragaman,
brainwashing,formal dan birokratis dan kurang memberi ruang bagi kreativitas
anak didik dan menekankan kreativitas, eksplorasi, penyadaran dan pengetahuan
diri. Untuk itu.
(iii) perlu perbaikan system pendidikan,
hubungan guru-murid harus diperbaiki dalam situasi kekeluargaan dan hidup bersama
(convivium), pola pendidikan harus
memberi lebih banyak peluang untuk anak didik dalam mengungkapkan pengalaman
mereka,membina kerja sama
(dan bukan persaingan)dalam kelompok.
Akhirnnya,
seluruh kepentingan unsur untuk dimensi pendidikan yang mengarah ke masa depan ini dapat dirangkuh dalam kerangka besar yang sesuai
dengan pandangan tentang manusia Indonesia, yang sudah kita jelaskan di depan,
yakni humanisme religius dan nasionalisme yang terbuka. Dalam dua kerangka
besar inilah Indonesia bisa ikut menyumbangkan pemikiran dalam pergaulan dunia
yang luas, sebagaimana dicita-citakan oleh Romo Mangunwijaya almarhum.
III. ANALISA
Menurut analisa kami para penyaji bahwa manusia
adalah makhluk religius (homo religiosus). Religius disini bukan diartikan sebagai
pemeluk agama tertentu melainkan adanya kecenderungan dan kesadaran akan ilahi yang mengatasi kekecilan manusia atau rasa kemakhlukan(creature-feeling), atau rasa
ketergantungan (feeling of dependence)
pada sesuatu yang lain. Dapat kita lihat bahwa Romo Mangun sebagai pastor, yang tidak
konvensional. Panggilan imamatnya berakar dan diinspirasikan oleh daya tarik
rakyat yang miskin, dan bukan panggilan kegerejaan/keagamaan sebagaimana
kebanyakan pastor. Konon
katanya, ia ingin menjadi pastor, karena terharu pada partisipasi rakyat dalam perang gerilnya, dan ia ingin
“membayar utang kepada rakyat” dedikasikanya
sebagai pastor juga tidak
terbatas pada pelayanan gerejani, paroki, melainkan pada sosialisasi umum,
pembelaan kaum miskin. Regiositas yang melebar ini ia tunjukkan dalam keinginanya untuk
bekerja sama dengan agama lain.
Humanisme religius berakar
dari tradisi Renaisans Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para
cendekiawan dalam kesenian bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada
martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan
umat manusia[2]. Humanisme
religius Mangunwijaya secara lokal memberikan sumbangannya dalam dua arah,
sebab ia berani mengatakan kritiknya
pada pemerintah, ketika pemerintah berkesan otoritarian, semena-mena dalam
keputusan yang berkaitan dengan nasib rakyat, Romo Mangun memberikan sumbangan dalam menghidupkan civil society yang sering tidak mudah
karena politik pengkotak-kotakan pemerintah melalu konsep SARA-nya Romo Mangun
merintis kerja sama masyarakat bawah, pemberdayaan orang-orang miskin, tanpa
pandang perbedaan agama. Keyakinan
Romo Mangun pada keunggulan angkatan 1928, yang dia bedakan dari angkatan lain,
tetapi terutama angkatan 195.
Menurut Romo Mangun
generasi 1928 merupakan generasi pambaharu, dengan munculnya intelektual,
pemikir-pemikir nasionalis, yang melahirkan
“Sumpah pemuda”. Romo Mangun
tampaknnya menyamakan keduannya dan memberikan penilaian positif pada inisiatif
dan kebangkitan kaum intelektual yang bergerak dalam perlawanan politik dan
kesadaran berbangsa, karena peran pembaruan dan pernyataan kemerdekaan mereka.
Yang mengagumkan menurut Romo Mangun, “sebagai karya raksasa, nyaris mujizat” adalah keberhasilan mereka
menyatakan kesatuan nusa,bangsa, dan bahasa, mengingat bangsa kita, sebelum
adanya politik devide at impera sudah
terpecah-belah dan saling baku hantam mati-matian.
Hasil finalnya adalah Pancasila. Humanisme
dirumuskan dalam sila kedua sedangkan sikap terhadap agama dirumuskan dalam
sila pertama. Dalam hal pendidikan yang harus dimiliki adalah harus bersifat
terbuka kearah masa depan, pendidikan harus mencerdaskan kehidupan, sistem
pendidikan antara guru dan murid harus diperbaiki untuk membangun kerja sama. Akhirnnya,
seluruh kepentingan unsur untuk dimensi pendidikan yang mengarah ke masa depan ini dapat dirangkuh dalam kerangka besar yang sesuai
dengan pandangan tentang manusia Indonesia.
s Saat ini kita melihat bahwa kebebasan
untuk memeluk agama banyak diperbincangkan oleh masyarakat hal ini diakibatkan
oleh banyaknya pihak-pihak yang bersifat
eksklusif, menganggap agama mereka yang paling benar sehingga dimata mereka
agama orang lain selalu memiliki kekurangan. Jika tidak ada sikap Inklusif
maka Pancasila sila pertama sudah tidak
berlaku lagi, karena seperti yang kita ketahui bahwa dalam Pancasila sila
pertama manusia bebas untuk memeluk agama apa yang ingin ia anut menjadi
kepercayaan masing-masing. Demikian halnya dengan sikap nasionalisme yang
tercermi dalam Pancasila sila ketiga. Saat ini kita lihat bahwa bangsa
Indonesia kurang menerapkan sikap nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bangsa Indonesia harus belajar dari angkatan 1928 dimana kita lihat bagaimana kegigihan mereka dalam mewujudkan “Sumpah Pemuda” sehingga bangsa Indonesia
dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan. Begitupun saat ini bangsa Indonesia
harus bercermin ke angkatan 1028.
Dapat kita lihat dalam konteks humanisme dan
Nasionalisme sering kali diangkat menjadi sebuah tema pembicaraan karena merupakan hal yang menarik untuk
diperbincangkan. Misalnya saja pada tahun 2014 diangkat sebuah tema yang dimuat di Koran KOMPAS yaitu Humanisme Vs Nasionalisme. Tema ini diangkat
ke permukaan karena yang terjadi saat ini adalah sudah jarang sikap manusia
yang mau mencintai tanah airnya. Jika kita mengingat kembali dalam pandangan
Romo Mangun dalam konteks humanisme dan nasionalisme kiranya dapat terwujud
dengan berlandaskan Pancasila. Sehingga dengan demikian Humanisme
religius dan nasionalisme yang terbuka dapat terwujud. Sehingga dengan
demikian bangsa Indonesia dapat menuangkan pemikiran mereka ditengah-tengah
peradapan dunia. [3]
IV. KESIMPULAN
Menurut
kami para penyaji bahwa Humanisme berbicara tentang keharmonisan sesama umat
beragama dan menghargai perbedaan agama itu dan di Humanisme berbicara tentang
kebenaran dan keadilan. Humanisme merupakan jembatan perdamaaian agama yang
berbeda. Pendidikan sangat penting untuk menerapkan ajaran humanisme religius
agar generasi bangsa bisa membawa perdamaian. Bangsa kita harus bisa menerapkan
Nasionalisme yang terbuka terhadap agama dan dinamika kehidupan yang tidak
melanggar nilai-nilai dan moral. Nasionalisme berbicara tentang umum,
perkembangan intelektual, budaya dan pendidikan yang bermoral. Nasionalisme
bersifat terbuka terhadap pengetahuan dan dinamika kehidupan, selagi kebenaran
dinamika kehidupan dapat di pertahankan kebenaranya dan tidak merugikan orang
lain. Humanisme dan nasionalisme berbicara tentang ajaran atau pendidikan yang
efektif dan rasionalisme. Pendidikan indonesia memiliki dasar yaitu Pancasila
dan pendidikan indonesia harus terbuka ke arah masa depan, mencerdaskan
kehidupan dan perbaikan sistem pendidikan. Dengan itu bangsa indonesia akan
terarah dan penuh dengan kedamaian dan menjadi panutan atau contoh bagi bangsa
lain.
V. REFLEKSI TEOLOGIS
Refleksi yang dapat kami ambil adalah terdapat dalam I Korintus 3:3 “ Karena
kamu masih manusia duniawi, Sebab jika diantara kamu ada iri hati dan
perselisihan bukanlah menunjukkan bahwa
kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi”. Dari hal ini kita
dapat melihat bahwa kita sebagai manusia masih hidup menurut keinginan daging
kita sehingga manusia masih melakukan hal-hal yang bersifat manusiawi. Itulah
sebabnya masih ada agama yang bersifat Eksklusif karena masih bersifat
manusiawi.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Mangunwijaya.Y.B, 2015
Sumber Lain
Ardi Fatwa , Humanisme Vs Nasionalisme, Koran Kompas 24 Mei 2014, dibaca / 17 maret 2016,10.00 WIB
http://wikipedia.org/wiki/humanisme,
17 maret 2016, 08.00 WIBs
Arnold Brahmana
BalasHapus1-D/Theologi
15.01.1218
Pembahasan hari ini (01/04) cukup "menantang" sebenarnya, namun saya merasa dari pembahasan kelompok-kelompok yang presentasi kurang up to date dengan isu-isu hangat saat ini.
Sederhana saja, bicara mengenai humanisme religius, nasionalisme yang terbuka dan pendidikan, sebenarnya itu adalah hal personal sebagai hak kita sebagai manusia. Jika mau maju, lakukan, jika merasa "nyaman" pertahankan, dan jika merasa kurang puas, lakukan apa yang anda rasa bisa diluar ekspetasi.
Dan melanjutkan hal itu, sejenak mari kita lihat nasib saudara-saudari kita yang saat ini di sandera oleh perompak dari Filipina yaitu kelompok Abu Syaaf. Bagaimana aksi kita terhadap hal itu? Dimana letak humanisme yang religius? Dimana letak nasionalisme yang terbuka?
Malah menurut saya, permasalahan yang menimpa artis dangdut ZG tidaklah sebuah masalah besar. Mengapa? Anda harus tahu terlebih dahulu bagaimana situasi acara tersebut, bagaimana peran yang dimainkan artis tersebut. Jika anda mau tahu, harusnya bisa memahami media secara luas. Ini juga sikap yang saya rasa bertentangan dengan sikap humanis religius yang menilai hanya dari satu lensa saja.
Terima kasih kami ucapkan kepada saudara arnold, jadi disini memang kita harus memikirkan tentang saudara-saudara kita yang di sandera oleh perampok pada saat ini, tetapi apa yang boleh kita lakukan tentang hal itu, mungkin kita hanya bisa berdoa untuk saudara-sauara kita yang ada di sana. Dan memang saat ini tidak ad lagi nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada diri manusia, itu makanya kita sebagai generasi muda harus benar-benar peduli akan perkara sekecil apapun, sehingga perkara-perkara yang besar kita akan terbiasa menghadapinya, dan kita sebagai generasi muda kita harus memiliki nilai-nnilai kemanusian yang besar, agar kehidupan kita kelaknya damai dan hidup sejahtera.
HapusTerima kasih...
Dian Lasmauhur Damanik
BalasHapusI-D/Theologi
15.01.1241
Pembahasan kita pada hari ini, 02/04/2016 "Humanisme Religius dan Nasionalisme yang Terbuka, Faham Dasar Pendidikan Mangunwijaya"
Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia dapat memahami dunia serta keseluruhan realita dengan menggunakan pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. dalam pembahasaan ini, Romo Mangunwijaya menekankan Humanisme Religius dimana kita dalam berperikemanusiaan harus menghargai nilai-nilai kemanusiaan itu seperti, nilai keadilan, nilai kebenaran, dan nilai kebaikan. artinya dalam pluralisme kita (keberagaman)haruslah kita menjadi manusia yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut dalam diri kita.
dan mengenai pendidikan, Pendidikan selalu bertolak belakang dengan Humanisme, karena apa??? Membahas pendidikan Indonesia bagaikan “mengupas bawang”, semakin dikupas, maka semakin banyak air mata yang mengalir .
Sebagian besar Praktik pendidikan di Negara kita cenderung tidak humanis. Pendidikan di Indonesia lebih banyak menampilkan ciri pendidikan tradisional, seperti: guru cenderung otoriter, menekankan buku teks, siswa merekam informasi dari guru, ruang belajar terkurung di kelas dan mengutamakan hukuman fisik atau menakut-nakuti siswa dalam membangun kedisiplinan. Ini menumbuhkan kepatuhan semu, alias manusia hipokrit.
Selama ini kita hanya melihat pendidikan hanya sebagai momen “ritualisasi”. Makna baru yang dirasakan cenderung tidak begitu signifikan. Apalagi, menghasilkan insan-insan pendidikan yang memiliki karakter manusiawi. Pendidikan kita sangat miskin dari pengetahuan atau keilmuan .
Pendidikan hanya menjadi “barang dagangan” yang dibeli oleh siapa saja yang sanggup memperolehnya. Akhirnya, pendidikan belum menjadi bagian utuh dan integral yang menyatu dalam pikiran masyarakat keseluruhan. Kapitalisme pengetahuan pada sejumlah besar konsumen pengetahuan, yakni orang-orang yang membeli banyak persediaan pengetahuan dari sekolah akan mampu menikmati keistimewaan hidup, punya penghasilan tinggi, dan punya akses ke alat-alat produksi yang hebat.
Pendidikan kemudian “dikomersialkan”. Sehingga tidak ada kepedulian seluruh elemen pendidikan untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan bagi kaum tertindas. Yang mampu mengakses adalah mereka yang memang mempunyai banyak uang karena pendidikan adalah barang dagangan yang mewah. Hal ini nampak dalam kondisi pendidikan bangsa kita. Akhirnya, kita semua terpaksa harus membayar mahal demi memperoleh pendidikan. Padahal, belum tentu kualitas yang dihasilkannya akan menjamin atas pembentukan kepribadian yang memiliki kesadaran atas kemanusiaan.
Praktik pendidikan di Indonesia bercorak religius sebab pendidikan agama telah diajarkan kepada kita sejak SD sampai perguruan tinggi. Terlebih di lembaga pendidikan keagamaan seperti sekolah Kristen, sekolah Katolik ataupun sekolah Tinggi Theologia.
Nah, kita sebagai generasi penerus sekolah Keagamaan, apa tanggapan kita mengenai kaum yang tertindas dan kaum miskin yang tidak bisa medapat pendidikan dan pengetahuan???
Nama : Rexy Agriva Ginting
BalasHapusNim : 15-01-1308
kelas: 1-C
Terima kasih atas pertanyaan dari saudari Dian Damanik, disini kami dari kelompok satu akan coba menjawab pertanyaan dari teman kami Dian Damanik, yang mengatakan bahwa, apa tanggapan kita mengenai kaum yang tertindas dan kaum miskin yang tidak bisa mendapat pendidikan dan pengetahuan, disini , di Negara kita Indonesia yang tercinta ini , bahwasanya sebetulnya menteri pendidikan itu membuat banyak sekali sekarang ini sekolah yang gratis (Sekolah yang ditanggung oleh pemerintah) asalkan kita mempunyai nilai plus, jadi sekarang tergantung kepada orangnya sendiri termasuk juga kita. Karena banyak sekali orang-orang , khususnya pemuda-pemuda sekarang ini yang tidak peduli lagi akan hal itu. Soekarno mengatakan kepada kita bahwa , Berikan saya 10 pemuda saya akan mengguncang dunia.Bahwasanya dia ingin mengatakan kepada kita bahwa pemuda itu memang betul-betul sangat berguna bagi negara kita ini, kalau tidak kita siapa lagi.Jadi saya ingin mengatakan kepada kita bahwa pemerintah itu tidak mungkin ingin menindas kaum miskin( orang-orang yang tidak dapat sekolah), karena kalau kita tidak ada siapa yang akan menggantikan jabatan-jabatan mereka. jadi kembali lagi kepada kita, banyak kok orang-orang miskin di Indonesia ini menjadi terkenal dan kaya, itu karena ada kemauan pada diri mereka. jadi intinya adalah Dimana ada kemauan disitu ada jalan.
terima kasih
salam IBD:
terimakasih atas penjelasan dan jawaban saudara Rexi.
Hapusmemang benar yang saudara katakan bahwa kita bisa mendapat sekolah gratis/dibiayai pemerintah asalkan mempunyai nilai plus. tapi kita tahu tidak semuanya manusia bijak, pintar,jenius, dan bisa mendapat nilai plus dan ada lagi orang-orang yang tidak mau sekolah dan malas, dan bagaimana dengan mereka yang seperti ini???
terima kasih atas pertanyaan dari saudari Dian, jadi disini, orang-orang yang malas dan tidak mau sekolah itu sudah tergantung kepada mereka, jika mereka ingin menjadi orang sukses maka mereka harus mencapai pendidikan yang tinggi. Berarti orang-orang yang malas itu, berarti mereka tidak mau menjadi orang yang sukses dan berpendidikan.Dan disini juga kita bisa memberikan arahan kepada orang-orang yang malas belajar, dan jika mereka juga tidak open akan hal itu, berarti mereka memang betul-betul tidak ingin berpendidikan.
HapusSYALOM...
BalasHapusSaya dari kelompok I akan menjawab pertanyaan dari saudara Dian Damanik dimana pertanyaannya adalah bagaimana tanggapan mengenai kaum yang tertindas dan kaum miskin yang tidak mendapat pendidikan menurut pendapat saya pemerintah sudah menyumbangkan pemikiran dan solusi agar seluruh bangsa Indonesia rata dalam hal pendidikan tidak ada perbedaan baik perekonomian menengah kebawah maupun menengah keatas. Salah satunya adalah pemerintah memberikan sekolah gratis. Pemerintah sadar bahwa melalui pendidikan yang baik lah sebuah bangsa itu mampu mengangkat derajat bangsanya. Namun sering kita lihat bahwa pribadi seseorang itulah yang tidak mau untuk belajar. Banyak anak muda yang tidak memiliki minat untuk belajar padahal generasi mudalah yang akan menjadi generasi bangsa yang meneruskan cita-cita bangsa tersebut. Contoh lain adalah pemerintah DKI JAKARTA mengeluarkan kartu pintar untuk oarang-orang yang kurang mampu dalam perkonomian. Jadi kita tidak bisa langsung memvonis pemerintah tidak peduli pada orang miskin tapi kita lihat juga dalam hal ini apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah ini. Dalam hal ini perguruan tinggi pun mengeluarkan beasiswa untuk mahasiswa-mahasiswi yang berprestasi dan kurang mampu dalam perekonomian jadi sekarang tergantung orangnya jika mau belajar maka pemerintah siap untuk mendampingi dalam hal biaya. Jangan biaya yang menghalangi kita untuk berprestasi tapi dalam kekurangan kita jadikan menjadi motivasi untuk lebih giat lagi belajar. Karena masa depan bangsa Indonesia ada dalam tangan para generasi penerus bangsa.
Mungkin hanya ini yang dapat saya jawab, Terimakasih Tuhan memberkati.
Syalom..
Salam IBD
Syalom..
BalasHapusTerima kasih buat saudara Arnold Brahmana atas pertanyaannya. Isu hangat saat ini adalah mengenai penyendaraan yang dilakukan kelompok abu syaaf bagi WNI. dalam kasus ini kita disadarkan kembali bahwa kurangnya moral menyebabkan orang lain pun akan dengan mudah mempengaruhi seseorang. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita khususnya mahasiswa teologia marilah kita bina humanisme religius yang universal.
Dalam kasus ZG saya kurang sepaham dengan saudara karena yang namanya penghinaan negara itu bukan hal yang sepele tapi merupakan masalah besar. Dapat kita bayangkan bagaimana perasaan para pejuang kita yang menyaksikan warga negara Indonesia sendiri melakukan penghinaan terhadap Ideologi bangsa. Para pejuang negara yang rela mempertaruhkan nyawa untuk tetap mempertarukan ideologi bangsa Indonesia. Tugas kita sebagai bangsa Indonesia hanya untuk menjaga dan tetap mempertahankan kesatuan Ideologi bangsa Indonesia karena ideologi merupakan identitas bangsa Indonesia.
Hukum juga harus tetap berjalan dalam hal ini tidak memandang bagaimana latar belakang pendidikan dan suasana. Dalam hal ini kita dapat belajar bahwa marilah kita semua bangsa Indonesia agar lebih mencintai setiap ideologi negara kita.
Terimakasih.
Syalom
Salam IBD
Boris Adi Puttra Manurung
BalasHapusI-C/Theologi
15.01.1224
Dalam pembahasan (02/04/2016), saya memahami bahwa Romo Mangunwijaya adalah seorang Pastor yang Eksklaustrasi, dalam bahasan dengan topik “Humanisme Religius dan Nasionalisme yang terbuka dengan Faham dasar pendidikan Mangunwijaya”. disini dipahami bahwa pendidikan humanisme religius dari Mangunwijaya adalah proses pengajaran untuk mengembangkan pontensi yang berorientasi pada manusia seutuhnya dengan memperhatikan aspek tanggungjawab hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Tuhan sehingga memiliki kekuatan spirtual keagamaan, kesalehan individu yang diperlukan oleh diri, masyarakat bangsa dan negara.
Praktik pendidikan humanisme Religius ini bertujuan memanusiakan manusia muda sehingga seluruh potensinya dapat tumbuh secara penuh dan menjadi pribadi utuh yang bersedia memperbaiki kehidupan. Romo Mangunwijaya membangun pola pikir tentang kemanusiaan yang tidak terlepas dari religius. Religius disini boleh dipahami tentang yang ilahi dan menunjukkan adanya yang mengatasi kekecilan manusia yang ketergantungan.
Romo Mangun ingin ada kerja sama diantara sesama manusia. Saya melihat yang dibangun Romo disi adalah Nilai-nilai kemanusiaan yang menuju kesempurnaan dan kesetaraan sesama manusia, karena ia sangat memerhatikan rakyat miskin yang melarat.
Romo juga membangun rasa Nasionalisme yang terbuka dimana yang saya pahami Nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan seseorang yang harus diberikan kepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa seseorang sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.
Romo ingin Pendidikan haruslah bersifat terbuka kearah masa depan, mencerahkan dan mengembangkan kebaruan, melawan status quo atau reproduksi dan penerusan ide-ide lama, yang oleh Romo Mangun disebut sebagai sekadar “sosialisasi”, sebagai mana dianut kaum feudal dan orde baru. Membangun nilai-nilai kemanusiaan dari Nasionalisme merupakan suatu langkah untuk hidup adil, dan Makmur. Singkatnya Romo ingin membangun pembaharuan Nilai-nilai kemanusiaan.
Tetapi yang menjadi pertanyaan disini adalah paham Seperti Romo Mangun sulit dilakukan saat ini, malah yang terjadi saat ini boleh dikatakan meningkatnya sekularisme. Hal ini boleh menjadi pergumulan kita saat ini yang harus diselesaikan. Bagaimana kita akan menanggapi hal ini??.
syalom, saya ingin menanggapi Pertanyaan dari saudara BORIS MANURUNG, yang dimana bagaimana cara menghadapi BAHAYA NYA SIKAP SEKULARISME yang pada saat ini sangat berdampak buruk pastinya. disini menurut saya cara menanggapi nya ialah dengan salah satunya, menghayati. artinya banya orang yang berpendidikkan atau yang mengenal pendidikkan namun tidak dapat menghayati arti dari pendidikkan sehingga menimbulkan sikap ketidak pedulian dan berkelansungan dengan kenikmatan dunia yang seperti sikap sekularisme. dan menurut saya sikap sekularisme ini timbul dikarenakan juga karna kurang adanya untuk mempromosikan bagaimana BAHAYA DARI SEKULARISME tersebut, dan bagaimana cara menyikapi nya. jadi menurut saya ialah caranya memperkenalkan kepada orang yang disekitar kita, mungkin bukan hanya dengan teori namun lebih kepada sikap HUMANISME, agar satu sama lain akan membangun dan meminimalisirkan sikap Sekularisme yang sekarang menjadi jamur di masyarakat.
HapusSYALOM..
BalasHapusTerimakasih buat pertanyaan saudara Boris Manurung. Saya tetarik dengan pertanyaan saudara karena saat sekarang ini kita dapat melihat bahwa sekularisme bukan hal yang dianggap tabu lagi tapi hal yang biasa kita lihat. Menurut saya kitalah sebagai orang-orang muda seharusnya mengubah pola pikir kita. Marilah mulai dari pribadi kita sendiri ada kemauan untuk mau mengubah pola pikir yang sekularisme. Dengan begitu kita sebagai orang muda mampu untuk meneruskan pola pikir Romo Mangun yang universal. Terlebih-lebih lagi bagi orang-orang yang miskin dengan begitu nilai-nilai kemanusiaaan yang setara dan sempurana dapat diwujudkan. Terimakasih.
Syalom..
Salam IBD
NAMA : RIBKA MAIDA SIRAIT
BalasHapusKELAS: 1C
PRODI:THELOGIA
NIM : 15.01.1310
PEMBAHAS DARI KELOMPOK :4
Syalom, saya ingin menambah kan Dalam pembahasan kelompok pertama yang berjudul "HUMANISME RELIGIUS DAN NASIONALISME YANG TERBUKA". Saya dapat memahami bahwa ROMO figur yang sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan nilai kemanusiaa/Humanisme. yang memiliki tujuan dalam mengubah pola pikir manusia agar lebih menghargai sesama manusia itu sendiri. ROMO membangun nilai humanisme dimulai dengan sikap Peduli dan memiliki pola pikir Terbuka, artinya sekaligus menyadarkan betapa pentingnya arti kepeduliaan didalam bermasyarakat atau hidup bersosial. dan juga mampu memiliki sikap terbuka, yang tidak menutup kemungkinan peduli terhadap yang diluar, namun tetap dalam konteks Humanisme.
menurut pendapat dari kami kelompok 4, materi pembelajaran ini smakin membuka pikiran serta hati kita dalam berfikir dan bertindak dengan bagaimana cara kita lebih menyikapi permasalahan yang ada disekitar kita dan bagaimana cara kita memperlakukan orang-orang yang ada di sekitar kita dengan slalu memegang prinsip HUMANISME, dan menurut saya terkhusus kita sebagai mahasiswa yang berlatar belakang mahasiswa yang berteologi, yang dimana mengerti arti kebenaran dan yang akan menjadi pemberita kebenaran itu sendiri, sebaiknya kita juga harus menjadi pribadi yang menanamkan sikap Humanisme tersebut. Agar kita mampu memulai sikap Kepeduliaan dimulai dari diri kita baru orang lain. kerap kita dituntut untuk kritis dalam menyikapi setiap permasalahan baik permasalahan yang biasa sampai yang keluar biasa, artinya kita dibentuk untuk menjadi pribadi yang mampu berfikir secara Benar dan tidak menimbulkan konflik dan yang menjunjung sebuah nilai kemanusiaan/Humanisme. Nilai HUMANISME di buat agar jangan terjadi hal "BAHAYA SEKULARISME", yang dimana arti dari SEKULARISME adalah sebuah peradaban sebagai kecendrungan modern atau dinamika yang timbul oleh kapitalisme industrial, gaya hidup yang ditimbulkan oleh industrial, pengaruh ilmu pengetahuan modern yang meresap ke berbagai sektor kehidupan sosial dan infrastruktur praktkal didalam kehidupan sosial. yang dimana memicu hilangnya rasa Humanisme itu sehingga menimbulkan sikap-sikap yang khususnya bertolak belakang dengan agama. Romo mengajak kita untuk bersikap lebih Peduli karna saat kita peduli maka Pelayanan itu akan Nyata dan semua hal ini haruslah dilandaskan dengan adanya KASIH.
Nama: Januwar Mamanda Sitepu
BalasHapusNim : 15.10.1274
Tig/Jur : I-D/Theologi
Shalom..
Bagi saya sendiri topik pembahasan kita kali ini yang dipaparkan oleh para penyaji kelompok 1 sangatlah menarik,sebagaimana Romo mengugas ide-ide manusia,dimana dia seorang budayawan dan bisa dikatakan sebagai bapak pereformasi pendidikan bagi kaum muda.
Namun hal yang sangat membingungkan bagi saya dimana dikatakan bahwa tujuan pendidikan untuk pemanusiaan manusia,bagaimakah dimaksud?? serta proses-proses seperti apa yang akan dialami manusia dalam meraih yang namanya humanisasi ??
Dan juga di sajian itu disinggung tentang visi dalam pendidikan menurut Romo serta kenapa pendidikan di identikkan bertolak belakang dengan humanisasi.Coba penyaji jelaskan ??
Terima Kasih
Salam Ilmu Budaya Dasar.
Terimakasih pertanyaan saudara januar mamanda sitepu, saya akan menjawab bagaimana cara meraih humanisasi ? pertama kita mengingat bahwa pendidikan itu adalah ilmu normatif, pendidikan ialah menumbuh kembangkan subjek didilk ketingkat yang normatif lebih baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif , disebut didik karena peserta didik bukan merupakan objek yang dapat diperlakukan semaunya pendidik, bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan hakekat kemanusiaanya. Jadi cara kita meraih humanisasi kita harus , Pendidikan sebagai bagaian dari Ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang terus menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Pendidikan pada dasarnya ialah pemanusiaan, dan ini memuat hominisasi dan humanisasi. Hominisasi merupakan proses pemanusiaan secara umum, yakni memasukan manusia dalam lingkup manusiawi secara minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. Dalam proses ini, manusia bisa meraih perkembangan yang lebih tinggi, seperti nampak dalam kemajuan-kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan
Hapussekian dari kami, terimakasih. Salam IBD
Iya pertama saya berterima kasih buat saudara/saudari atas keberkenaan penyaji sudah menjawab pertanyaan saya,memang benar saudara katakan bahwa tujuan pendidikan untuk memanusikan manusia supaya memiliki nilai kemanusiaan,lintas dari pengamatan saya bahwa banyak kok sekarang sebagian dari masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi namun disamping itu juga bahwa orang-orang yang memiliki pendidikan yang tinggi itu kadang malah tidak memiliki etika dan nilai-nilai dalam berbicara,bertingkah laku dan berpikir kadang seolah-olah meremehkan orang yang tidak berpendidikan atau tidak peduli lagi dengan sesamanya manusia karena dia memiliki jabatan yang tinggi,namun dia menganggap bahwa dialah yang berkuasa tanpa pedulikan orang lain,jadi bagaimanakah tanggapan saudara penyaji dengan hal ini ??
HapusTERIMA KASIH## SALAM ILMU BUDAYA DASAR ##
terimakasih buat tanggapan saudara Januwar Sitepu dari pertanyaan saudara memang sering kita jumpai dan kita lihat. menurut saya orang tersebut merupakan orang-orang yang tidak mampu bersifat Inklusif. mengapa saya katakan demikian karena dia tidak bisa melihat orang yang dibawahnya. bahkan seakan-akan tidak peduli dengan orang yang dia rasa dibawahnya. dalam konteks ini, hal tersebut harus diubah agar tidak ada deskriminasi antara orang yang berpendidikan tinggi dan orang yang berpendidikan ninimum.
Hapusmungkin ini yang bisa saya jawab terimakasih.
syalom
syaloom
Hapusnama : fidewana sari saragih
nim : 15.01.1263
tingkat : 1-c
terima kasih buat saudara januar yg telah memberikan pertanyaan mengenai pembahasan ini
dalam pendidikan ,manusia dibentuk menjadi manusia yang baik, bijaksana dan teratur.hal ini bertujuan untuk memanusiakan manusia agar tidak seperti manusia yang sebelum kita.artinya : sifat dan pemikiran serta tingkah laku kita, sudah jauh lebih beda dengan yang sebelumnya.peduli dengan sesama merupakan hal yang utama dalam manusia dididik
NAMA :ELVINARIA
BalasHapusTINGKAT/JURUSAN:I-C/THEOLOGI
NIM :15.01.1250
Menurut saya topik dari kelompok 1 yang berjudul
HUMANISME RELIGIUS DAN NASIONALISME YANG TERBUKA merupakan topik yang menarik. Dan setelah saya membaca sajian penyaji kelompok 1 tersebut saya mendapatkan bahwa pengertian dari Humanisme yaitu keharmonisan sesama umat beragama dan menghargai perbedaan agama itu dan di Humanisme berbicara tentang kebenaran dan keadilan. Humanisme juga merupakan jembatan perdamaaian agama yang berbeda. Sangat penting bagi pendidikan untuk menerapkan ajaran humanisme religius agar generasi bangsa bisa membawa perdamaian. Bangsa kita harus bisa menerapkan Nasionalisme yang terbuka terhadap agama dan dinamika kehidupan yang tidak melanggar nilai-nilai dan moral. Sementara Nasionalisme berbicara tentang umum, perkembangan intelektual, budaya dan pendidikan yang bermoral. Nasionalisme bersifat terbuka terhadap pengetahuan dan dinamika kehidupan, selagi kebenaran dinamika kehidupan dapat di pertahankan kebenaranya dan tidak merugikan orang lain. Humanisme dan nasionalisme berbicara tentang ajaran atau pendidikan yang efektif dan rasionalisme. Dan setelah saya mendapatkan pengertian humanisme religius dan nasionalisme yang terbuka tersebut muncul pertanyaan saya bagaimanakah cara mewujudkan humanisme yang religius ini dan nasionalisme yang terbuka ini pada kehidupan masa kini yang dimana kita melihat manusia pada saat ini memiliki tingkat egoisme yang tinggi???
SALAM IBD
syalom..
Hapusterimakasih buat pertanyaannya saudara Elvinaria menurut saya semakin berkembangnya zaman membuat seseorang bersifat Individualisme dan egoisme sehingga untuk mewujudkan humanisme yang religius dan nasionalisme yang terbuka sulit untuk dilakukan. beranjak dari hal ini kita sebagai orang-orang yang peduli akan kemanusiaan menjadi pembuka untuk memulai kembali atau mengembangkan humanisme tersebut. dengan begitu apa yang diharapkan oleh Romo Mangun dapat terwujud yaitu terwujudnyatanya humanisme yang religius dan nasionalisme yang terbuka.
terimakasih
syalom
salam IBD
Syalom...
Hapusterimakasih buat jawaban dari penyaji saudara dewi aprianna pinem atas jawaban dari pertanyaan saya
Semoga pertanyaan saya serta jawaban dari penyaji dapat menambah luas pemikiran dan pengetahuan kita bersama
TERIMAKASIH
SALAM IBD TUHAN YESUS MEMBERKATI :-)
Partogi Robby Gultom
Hapus15.01.1302
I-A/Theologia
Saya coba menjawab pertanyaan dari saudari kami elvinaria.memang benar pada umumnya seiring perkembangan zaman yang begitu cepat, manusia kini semakin mempunyai rasa egoisme yang sangat tinggi.kita harus tau terlebih dahulu sebenarnya apa yang menjadi dasar penyebab mengapa banyak manusia yang memiliki rasa individualisme dan egoisme yang tinggi? Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu Lingkungan,keluarga,pendidikan,pergaulan,dan kemajuan perkembangan IPTEK pada saat ini.inilah dasar mengapa itu bisa terjadi.menurut pandangan saya cara mengatasi permasalahan, manusia yang memiliki rasa egoisme yang tinggi dalam konteks humanisme religius dan nasionalisme yang tinggi adalah beranjak dari individu kita masing-masing, kita harus memperbaiki krisis-krisis nilai manusia itu sendiri, terutama pada faktor utama nya lingkungan dan pendidikan. Artinya disini kita dituntut agar memiliki suatu kepribadian mempunyai moral,akhlak,dan iman yang teguh yang sebenarnya dan tidak salah jalur terhadap nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.sesuai dengan semboyan bangsa kita bhineka tunggal ika(walaupun berbeda-beda tetap satu jua)
Partogi Robby Gultom
Hapus15.01.1302
I-A/Theologia
Saya coba menjawab pertanyaan dari saudari kami elvinaria.memang benar pada umumnya seiring perkembangan zaman yang begitu cepat, manusia kini semakin mempunyai rasa egoisme yang sangat tinggi.kita harus tau terlebih dahulu sebenarnya apa yang menjadi dasar penyebab mengapa banyak manusia yang memiliki rasa individualisme dan egoisme yang tinggi? Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu Lingkungan,keluarga,pendidikan,pergaulan,dan kemajuan perkembangan IPTEK pada saat ini.inilah dasar mengapa itu bisa terjadi.menurut pandangan saya cara mengatasi permasalahan, manusia yang memiliki rasa egoisme yang tinggi dalam konteks humanisme religius dan nasionalisme yang tinggi adalah beranjak dari individu kita masing-masing, kita harus memperbaiki krisis-krisis nilai manusia itu sendiri, terutama pada faktor utama nya lingkungan dan pendidikan. Artinya disini kita dituntut agar memiliki suatu kepribadian mempunyai moral,akhlak,dan iman yang teguh yang sebenarnya dan tidak salah jalur terhadap nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.sesuai dengan semboyan bangsa kita bhineka tunggal ika(walaupun berbeda-beda tetap satu jua)
Nama :Christian sinaga
BalasHapusKlas/prodi :1b/teologi
Nim :15.01.1227
Syalom...
pada hari sabtu yang lalu kitatelah belajar
pada hari sabtu yang lewat kita telah belajar Humanisme Religius dan Nasionalisme Terbuka.
yang saya dapat dari pembahasan ini yaitu bahwa Humanisme berasal dari bahasa Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia.Humanisme diartikan sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia.
Sedangkan pengertian religius atau religion berasal dari kata relegere dalam bahasa Latin. Artinya berpegang kepada norma-norma. Sedangkan religius yang dimaksud di sini sangat terkait dengan nilai keagamaan yang terkait dengan hubungan dengan Tuhan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Religius juga berakar pada ketuhanan yang selalu dikaitkan dengan amal atau perbuatan manusia untuk mencapai tujuan manusia itu sendiri.
Nah mari kita lihat negara kita yang makin lama tidak lagi menjujung tinggi nilai kemanusiaan dan tidak berpegang pada norma yang berlaku dimasyarakat sebagai contoh seperti banyaknya para pejabat yang tidak memikirkan masyarakatnya mereka hanya memikirkan kesenagan pribadidari perbuatanya itu menimbulan dampak bahawa dia telah mengambil yang bukan haknya(korupsi) sehingga terjadi kemiskinan akibat dari kemiskinan banyak masyarakat yang tidak bermoral lagi dan tidak menjujung tinggi nilai kemanusian kerena kemiskinan tadi sehinga masyarakat menghalalkan segala pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya.
pertanyaanya bagaiman cara kita dalam menagani permasalahan tersebut agar humanis di indonesia kembali seperti semula?apakah kita mebiarkannya begitu saja atau meberi hukuman atau sangsi yang kauat bagi pemerintah.?
terimakasih buat saudara Christian Sinaga atas pertannyaanya. memang sekarang ini kita melihat bahwa banyak terjadi kasus-kasus akibat krisis nilai kemanusiaan. bahkan pemerintah sendiri pun melakukan hal tersebut padahal mereka adalah wakil rakyat yang berfungsi menyalurka aspirasi rakyat. namun mereka tidak menjalankan tugas trsebut, malah sebaliknya yaitu membuat masyarakat menderita dengan sifat egoisme. kita tahu pada dasarnya manusia adalah baik, namun diiringi dengan perubahan zaman serta kemajuan dalam bidang pendidikan sehingga membuat seseorang itu perlahan-lahan berubah menjadi orang yang individualisme dan egeoisme. orang yang melakukan korupsi misalnya awalnya dia adalah orang yang baik namaun seiring dengan kesempatan yang dimiliki untuk melakukan korupsi maka dia pun melakukannya. mulai dari diri sendiri kiranya melakukan perubahan dalam hal nilai-nilai kemanusiaan. yang sudah terjadi jangan lagi ditambah tapi mulai dari diri kita adanya kesadaran dan lebih peduli dengan lingkungan sekitar. dengan demikian humanis religius dan nasionalisme yang terbuka dapat terwujud.
Hapusterimakasih.
syalomm
Nama: Christ Fany Ester Pasaribu
BalasHapusKelas : I-A / Theologia
NIM : 15.01.1226
Syalom,, dalam kelas bersama,, saya ingin bertanya kepada kelas I-C yang menyatakan bahwa:
“ Pendidikan selalu bertolak dari humanisme”, sedangkan pada kelanjutannya, anda kembali menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk “pemanusiaan manusia” melalui proses “humanisasi” dan “homonisasi” atau dengan ringkas disebut sebagai pendidikan humaniora. Yang saya tahu,, bahwa arti dari kata “pendidikan selalu bertolak dari humanisme” yaitu bahwa pendidikan itu tidak sesuai dengan sikap-sikap kemanusiaan/humanisme itu sendiri.. sedang pada pernyataan berikutnya yang berisi tujuan pendidikan adalah untuk “pemanusiaan manusia”, yang berarti melalui pendidikan kita akan semakin dibentuk menjadi manusia yang benar-benar manusia. Dari hal ini, saya ingin bertanya kepada kelompok penyaji,,, bagaimana hal yang bersifat “bertolak dari humanisme” dapat membentuk atau menjadikan manusia yang bersifat manusia??? Karena menurut saya, kedua pernyataan anda itu salng bertolak belakang...
saya mohon kelompok I-C dapat memberi jawaban atas pertanyaan saya..
Terimakasih dan syalom....
terimaksih sebelumnya buat saudara Christ fany Pasaribu atas pertanyaanya.kami minta maaf kepada saudara jika pernyataan kami para penyaji kurang memuaskan bagi saudara. dalam konteks memanusiakan manusia kita harus memiliki sikap humanisme yang religius, artinya nilai-nilai kemanusiaan yang berlandaskan kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. yang terjadi malah sebaliknya, jika hal tersebut terjadi tidak mungkin memanusiakan manusia dapat terwujud.jadi antara satu dengan yang lainnya harus seimbang.
Hapusterimakasih
syalom
Terimakasih atas pertanyaan dari saudara Christian sinaga, saya akan menjawab pertanyaannya, mungkin yang dapat dilakukan pemerintah menurut saya yaitu:
Hapus1. pemerintah harus tegas menangani hal –hal tersebut, dan harus menerapkan perundang undangan
2. menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama
3. menciptakan aparatur pemerintah yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi
Mungkin 3 pendapat yang saya buat, bisa Christian terima. Sekian dari kelompok kami terimakasih
Nama :Mangantar ompusunggu
BalasHapusNim :15. 01. 1290
Syalom, pada kesempatan kali ini saya angkat yang nama bagaimana wujud nyatanya humanisme religius. Kali saya angkat dari injil lukas 10: 25-37. Dalam ayat ini kita dapat ambil bagaimana kita diajarkan dalam hidup berprikemanusiaan. Dimana melalui kasih yang ditunjukkan Yesus. Ketika seorang ahli taurat menguji Yesus dengan pertanyaan bagaimana memperoleh hidup yang kekal. Dengan hidup yang kekal kita juga dianjurkan untuk memunculkqn yang namanya kasih kepada TUhan dan kepada sesama manusia. Juga dengan akal budi yang serta kemampuan yang kita miliki. Tetapi dengan hal ini Yesus juga memberi ilustrasi, dengan menunujukkan kasih terhadap sesama manusia. Dalam latar belakang ilustrasi ini juga digambarkan latarbelakang tokoh yang terdapat didalamnya. Dengan hal ini ketika orang samarialah yang benar menunjukkan kasih nya kepada yang membutuhkannya. Orang samaria yang latarbelangnya dianggap hina menurut orang Yahudi tetapi apa yang ia perbuat menunujukkan kasihnya dapat melampau latarbelakangnya. Dimana rasa kemanusiaannya itu mengubahkan kehidupan yang baru. Kiranya demikian dengan kehidupan yang ada dalam tubuh humanisme dan Ibd bahwa kasih yang kita tunjukkan tak memandang orang nya. Maka terjawab bahwa humanisme itu harus dinyatakan. Dan pedoman kita ialah kasih.
dibalik berita ZG kita perlu lihat kasus ini ..
BalasHapus"Informasi yang dihimpun MEDANSATU.COM, Kamis (25/3/2015) menyebutkan, saat ini China telah menggelar armada lautnya di Laut China Selatan, termasuk dekat Kepulauan Natuna. Mereka telah mengklaim 90 persen wilayah Laut China Selatan. Untuk memuaskan ‘nafsu’ invasinya, China telah menempatkan armada angkatan laut secara besar-besaran di sana.
Gelar armada tempur laut ini jelas membuat marah sejumlah negara Asean. Tak cuma Indonesia, tapi juga Philipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Vietnam. China dianggap keterlaluan atas klaimnya tersebut, dan bisa memicu perang baru di kawasan Asia Tenggara. Bahkan, saat ini China telah menempatkan tiga kapal perang di sekitar pulau karang James Shoal, milik Malaysia."
nah dimana kah kebijakan yang lebih utama di bahas sebenarnya tentang ZG apa penyusub kenegara kita , sampai tak sadar bahwa sosial media telah marak maraknya membahas tentang ZG , dia mungkin orang yang tenar dikalangan musick dangdut saat ini , tapi humanisme yang ada dalam dirinya belum tentu sehebat dengan apa yang dia dapat pada profesi nya saat ini , jadi permaslahan ZG masi harus di pertimbangkan dengan kepala dingin bukan menjadi pandangan yang mencolok di sosial media .
nah mengenai penyusup tadi , disini kita bisa lihat KELEMAHAN INDONESIA , mengapa tidak lebih cepat mengambil keputusan hukum dengan terjadinya penyusp itu , mengapa MENTERI hukum lebih mendorong tentang hal yang di lakukan oleh sosok seseorang yang berpendidikan rendah dibandingkan kereshan negar . balik ke topik disini saya dapat mengambil keputusan bpk.Romo MANGUN Wijaya , mengembangkan kualitas dan pemikiran rakyat indonesia untuk menunjukkan keadilan yang baik , dan bukan sogokan , Karena dimana seharusnya HUKUM TIDAK MENGENAL SIAPA . bukan mHUKUM yang saat ini mengenal penjabat tinggi dan melindungi PEJABAT dan orang yang perekonomiannya mencapi teratas . TERIMA KASIH ..
terima kasih informasinya buat saudara Tomy Sipayung dalam hal ini kasus penyusup mungkin menjadi salah satu permasalahan yang besar bagi bangsa kita sendiri. manakah yang lebih utama yang harus diselesikan kasus ZG atau penyusup tersebut. menurut saya pribadi ini sama-sama permasalahan yang membuat bangsa Indonesia pusing, dan mengapa seakan-akan pemerintah lebih cepat bertindak dalam penyelesaian kasus ZG daripada kasus penyusup tersebut. menurut saya disini media sosial mengammbil peranan yang penting mengapa demikian karena jika suatu permasalahan belum terkuak ke permukaan maka media sosial lah yang akan mengangkat ke permukaan. dalam hal penyusup ini media sosial sudah membuka jalan kiranya dengan demikian pemerintah akan memberi tanggapan dalam hal ini karena merupakan permasalahan yang besar. terimakasih.
HapusSYALOM..
masi ada yang kurang , menurut penyaji ,bagaimana pandangan atau tindak kemanusiaan menteri hukum untuk melihat hukum yang saat ini yang bisa dibayar ? terimakasih
HapusTerima kasih buat saudara Tomy Sipayung atas pertanyaannya. Menurut saya ini harus diubah mengapa saya katakan demikian karena kita adalah negara Hukum semua sama didepan hukum, tapi masih sering terjadi kasus membayar hukum. Pola pikir membayar hukum ini harus diperbaharui agar tidak terjadi lagi hal tersebut. sebagai contoh saat ini kita lihat bahwa banyak orang-orang tertentu menyogok orang yang bekerja dalam bidang hukum agar meringankan hukuman mereka. jika hal ini terus-menerus terjadi maka apa faktanya kita adalah negara hukum, dan bagaimana mungkin orang-orang yang membidangi hukum sendiri tidak dapat menegakkan hukum. Dan kiranya kita sebagai generasi penerus marilah kita melanjutkan cita-cita Romo Mangun dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
Hapusmungkin inilah yang bisa kami jawab.
terimakasih.
syalom...
Nama : sutra sitompul
BalasHapusNim :15.01.1332
Ting/jur :1B/Theologi
syalom..
pada kesempatan ini saya akan bertanya pada kelas C kelompok pertama.
pada saat kelas bersama dikatakan bahwa kita harus memaklumi tentang apa yang telah di perbuat oleh artis ZG yang membuat lambang indonesia sebagai lelucon karena dilihat dari pendididkan yang sangat minim. Dikatakan bahwa indonesia adalah Negara hukum dan setiap orang yang melakukan kesalahan akan mendapat sangsi sesuai perbuatanya.Dalam kasus ZG ini dia sudah meminta maaf kepada seluruh Rakyat indonesia dan sebagai umat yang beragama kita di ajarkan untuk saling memaafkan. memang kita punya agama, tapi yang menjadi pertannyaan apakah kasus ZG ini bisa dimaklumi begitu saja, jika ini hanya sebatas dimaklumi bagaimana jika hal seperti ini terjadi lagi, apakah kita harus tetap mmakluminya, coba para penyaji jelaskan jika dimaklumi alasannya, jika tidak alasannya?
Terima kasih kami ucapkan kepada saudari Sutra, jadi disini sebelu kami menjawab pertanyaan dari saudari, terlebih dahulu kita harus mengetahi latar belakang permasalahanya, apakah memang betul-betul artis ZG menghina lambang negara kita, atau hanya sebagai lelucon dari artis tersebut.jadi untuk menjawab pertanyaan dari saudari, jika memang dia betul-betul menghina lambang Negara kita, maka artis tersebut bisa dijatuhin hukuman menurut UUD 1945. dan sebaliknya jika itu memang hanya sebagai leluconya saja maka kita bisa memaafkan artis tersebut dan mengajari dia agar tidak lagi mengulangi kejadian tersebut
HapusTerima kasih...
terimakasih buat saudara Sutra Sitompul. saya tidak setuju jika kasus ZG harus dimaklumi mengapa saya berkata demikian karena kita adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila setiap wrga negara yang melakukan kesalahan harus dihukum atau diberikan sanksi . demikian halnya kasus ZG, mungkin ada orang yang memaklumi kasus ini sebagai alasannya adalah faktor pendidikan yang rendah. tinggi rendahnya pendidikan seseorang bukanlah menjamin seseorang itu memiliki humanisme yang tinggi. kembali lagi ke konteks awal yaitu dalam kasus ini hukum harus tetap berjalan. tidak memandang dia pejabat, public figur, maupun orang biasa setiap orang yang melakukan kesalahan harus diberikan sanksi.sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku. kita bisa bayangkan seandainya orang-orang yang telah berjuang mempertahankan kesatuan NKRI menyaksikan langsung kejadian ini bagaimana perasaan mereka. warga negara Indonesia melakukan penghinaan terhadap negaranya. bagaimana mungkin orang lain menghargai ideologi bangsa kita sedangkan kita sendiri sebagai warga negara asli tidak mampu untuk menjaganya.jadi kesimpulannya adalah dengan adanya kasus ini bukan membuat kita untuk menghakimi dan mengkucilkan pelaku tersebut tapi melalui kasus ini marilah kita rangkul dan jadikan menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih mencintai tanah air. dengan demikian hal ini tidak akan terulang kembali
Hapusterimakasih
syalom
Nama : Tino Sinaga
BalasHapusNIM : 15.01.1334
Ting/Jur : I-D/Theologia
Sebelum Saya bertanya, memang Saya suka pengajaran Romo mangun, banyak mengajarkan tentang arti dunia kehidupan.
Jadi, Terakhir sila ke-5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi semakin hambar ketika masyarakat pencari keadilan harus selalu dihadapkan pada mekanisme hukum yang tidak berpihak dan tidak membela kepentingan rakyat, sementara mereka yang menuntut pemerataan sosial dengan begitu mudah dicap sebagai sosialis-komunis dan subversif? Semua tindakan-tindakan di atas tidak akan memberikan nutrisi dan nilai pengayaan bagi Pancasila. Sebaliknya, bahkan hanya akan menjadikan Pancasila menjadi ideologi yang semakin kering, kosong dan tidak berjiwa. Salah satu dasar Negara Indonesia adalah tentang kemanusiaan. Ia berbicara tentang hakekat manusia dipandang dari berbagai aspek. Kemudian dari situ akan menghasilkan pandangan baru tentang kemanusiaan. Suatu pandangan yang dalam dunia Barat disebut dengan humanisme. Dimana aspek-aspek yang melingkupi manusia dan kehidupannya akan dibahas dan dirumuskan.
Dalam perumusannya, Pancasila tentulah tidak sama dengan perumusan humanisme yang ada di dunia Barat, karena masing-masing mempunyai latar belakang yang berbeda. Namun, gejala yang terjadi akhir-akhir ini mengindikasikan adanya kecenderungan untuk mengadopsi pandangan humanisme tersebut, yang dalam status ontologinya yang sarat akan nilai-nilai.
Pertanyaan selanjutnya apakah humanisme yang lahir dari rahim peradaban Barat itu sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, yang mayoritas beragama Islam? Apa pula konsep Islam tentang manusia sebenarnya? Kemudian apakah ada kesesuaian antara humanisme dan kemanusiaan?
Maka disini kita akan menyelusuri apakah relasi antara humanisme dan pancasila sebagai dasar negara indonesia. Apakah sama perumusan humanisme di dalam pancasila dengan humanisme di dunia barat?
Trimakasih, semoga saudara penyaji dapat menjelaskan secara konkrit dan jelas.
Salam IBD
Indonesia Bersatu.
terimakasih atas pertanyaan saudara Tino Sinaga kalau menurut saya atara kita (timur) dan dunia barat sudah pasti sangat berbeda. baik dalam budaya, bahasa,apalagi dalam hal ideologi sangtlah berbeda. indonesia memiliki ideologi berlandaskan Pancasila. dengan adanya Pancasila mengajari kita untuk lebih baik dalam segala hal.
Hapusterimakasih
Trimakasih kepada saudari pinem, memang ada perbedaannya. Apa yg menjadi perbedaan dari dunia barat. Biar tahu kita perbedaannya dimana. Cuma yg saudari jelaskan hanya menjelaskan tentang ideologi bangsa Indonesia. Yang lain tolong di jawab pertanyaan saya.
HapusTrimakasih
Indonesia berjaya:-)
Terimakasih buat saudara Sinaga atas pertanyaannya bisa saya tambahkan dunia barat dibandingkan dengan bangsa Indonesia sudah sangat jelas berbeda. sebagai contoh dalam hal ideologi sangat berbeda, dimana kita lihat bangsa kita berlandaskan Pancasila dan hal inilah yang menjadi kebanggaan kita daripada bangsa yang lain. Sistem pemerintahan juga berbeda, barat lebih menganut sistem liberal, dalam dunia barat mereka tidak ada menekankan memiliki satu kepercayaan atau agama apa yang akan menjadi kepercayaan mereka sedangkan bangasa Indonesia sendiri harus memeluk agama satu yang menjadi kepercayaan kita, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang berlandaskan Pancasila sesuai dengan sila pertama (I). Dalam hal bertutur kata pun jelas berbeda dimana bangsa Indonesia lebih mengusung kesopanan sedangkan barat tidak.
Hapusterima kasih.
syalom..
syalom pak
BalasHapusnama : susanto marpaung
nim : 15.01.1331
kelas: I-D/ theologia
berbicara soal pendidikan indonesia menurut saya masih di tahap pengembangan.Dimana pendidikan di indonesia sudah mampu bersaing dengan negara lain di dunia pendidikan.contohnya ialah siswa SMA DEL PORSEA samosir ,dua orang siswanya di terima belajar di NASA Amerika serikat. ini menunjukkan bahwa indonesia sudah mulai berkembang.tapi apakah hanya disini peran perintah untuk anak-anak indonesia yang berprestasi...? sudah banyak anak-anak indonesia yang belajar di luar negeri tapi tidak pernah jelas arah hidupnya atau perjuangan mereka hanya di situ,memang banyak yang beruntung, siswa itu mampu bersaing di luar dan mendapat hidup yang lebih layak di tempat mereka di kerjakan,tapi mereka malah memperkaya negara tempat mereka menimbah ilmu atau mencerdaskan negara itu.padahal sila indonesia ialah mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia...
jadi yang saya mau tanya ialah apakah peran pemerintah dalam menangani hal seperti ini,?
apakah mereka harus menarik kembali orang-orang indonesia yang mampu mencerdaskan atau memperkaya negara orang lain....?
dan apa solusi bagi anak-anak indonesia yang sedang menimbah ilmu di luar negeri agar tidak hanya sampai di situ perjuangan mereka......?
syalom.....
salam IBD , sebangsa dan setanah air......
tTerima kasih atas pertanyaan dari saudara Susanto, jadi sebelum saya menjawab pertanyaan dari saudara, saya ingin terlebih dahulu memberikan masukan atas pertanyaan dari saudara. Bahwa di sini orang yang menimba ilmu di luar itu , mereka bukan memperkaya negara itu, tetapi mereka menghidupi keluarganya dan dirinya sendiri.Dan jika mereka terkenal di luar sana, maka negara indonesia juga yang terkenal, karena orang bertanya-tanya, Dari manakah asal orang itu?.
HapusDan atas pertanyaan dari saudara tersebut yaitu bagaimanakah peran pemerintah dalam menangani hal seprti ini adalah mereka akn tetap membiarkan mereka tetap di luar negeri, karena jika mereka terkenal maka Negara indonesia ini juga akabn meraut keuntungan, dan bagi anak-anak yang indonesia ini yang sedang menimba ilmu di luar , pemerintah harus tetap memperhatikan mereka, karena anak-anak tersebut, merupakan masa depan bagi Negara kita ini.
terima kasih buat saudara Susanto Marpaung. pertanyaan saudara adalah anak-anak bangsa Indonesia sudah mampu bersaing dimancanegara dengan memperlihatkan prestasi mereka bisa seperti anak-anak yang lain diluar negeri. namun pada kenyataanya mereka menuntut ilmu dan malah ikut memejukan negara tempat mereka sekolah. dalam hal ini saya tidak setuju karena apa kita bisa-bisa saja menimba ilmu di negara tersebut dengan alasan pendidikan yang lebih baik, namun tidak untuk memajukan negaranya tersebut. saya teringat kembali dengan kisah B.J.Habibi, kita tahu dia adalah orang yang jenius dia mampu bersaing dengan orang-orang Jerman bahkan melebihinya. namun kita bisa lihat saat dia diminta untuk bekerja di Jerman dia tidak mau walaupun dia akan mendapatkan kehidupan yang lebih layak. dapat kita lihat bahwa dia sekolah tinggi-tinggi untuk memajukan bangsa Indonesia. bagaimana mungkin kita mau untuk membangun bangsa orang lain sedangkan bangsa kita sendiri dalam keaadan yang buruk. dari kisah ini kita dapat belajar bahwa mari kita ubah pola pikir kita bahwa kita boleh-boleh saja sekolah tinggi dinegara orang tapi jadikan lah pengetahuaan yang kita peroleh tersebut menjadi bekal untuk mengubah bangsa kita sendiri menjadi lebih baik lagi.
Hapusterimakasih
Syalom..
Nama : Fandi Herianto
BalasHapusKelas : I-B/ Theologia
NIM : 15.01.1261
Syalom.
Dari pembahasan pada kelas bersama saya mendapatkan pemahaman yang sangat luas. Terlebih ketika penyaji dari kelas 1 C menjelaskan sajiannya. Kelompok ini menekankan bahwa hal nasionalisme itu berguna sebagai memperbaiki moral dan ditujukan pada kaum pemuda. Dari pemahaman ini timbul pertanyaan dalam diri saya, bagaimana jikalau pada kenyataan nya para pemuda tersebut sudah mencapai usia dewasa dan tidak mampu mengubah moral nya, belum mempunyai rasa nasionalisme? Apakah orang tersebut menjadi salah satu yang sangat dituju oleh pembahasan ini atau bagaimana?
Terima kasih saya ucapkan kepada saudara fandi, bahwasanya disini orang yang seperti itu sangat dituju pada pembahasan kita saat ini. Kita buat contohnya seperti ISIS, kita ketahui bahwa orang-orang yang didalamnya sudah sangat dewasa, tetapi tidak mempunyai rasa kemanusiaan. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain yang bisa kita buat.
Hapusterimakasih buat saudara Fandi atas pertanyaannya kepada kami, dimana pertanyaannya adalah dalam usia dewasa sekalipun belum mampu mengubah moral, belum mempunyai rasa nasionalisme. menurut saya pribadi dalam hal ini bisa kita katakan bahwa ini merupakan salah satu yang dituju dalam topik ini. mengapa saya katakan demikian karena bagaimana mungkin kita nantinya menagajari moralitas dan cinta tanah air kepada anak cucu kita nantinya jika kita sendiri pun tidak memeiliki nilai moral dan mencintai tanah air.
Hapusterimakasih.
syalom..
Nama :Monalisa Purba
BalasHapusNim :15.01.1295
Tingkat/jurusan :I-C/Teologi
Tampaknya terjadi salah paham atas penjelasan saya ketika menambahi jawaban saudara fidewana di dalam kelas bersama, saya akan menjelaskan kembali jawaban saya, menurut saya perlu adanya rasa Maklum terhadap perilaku ZG atas nama HAM dan Nilai-nilai Kemanusian terkait dengan latarbelakang pendidikan ZG yang rendah. Namun, secara hukum saya sendiripun merasa kecewa dengan perilaku ZG, dan menurut saya tuntutan yang datang terhadap ZG baik untuk dibawa dalam jalur hukum, namun sehubungan dengan hal tersebut ZG hanyalah seorang yang mendapat ZONK, bagaimana kita berbicara tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sebaiknya permasalahan ZG tidaklah menjadi trending topic, yah kan banyak lagi permasalahan di negeri ini yang lebih merugikan, merusak, dan memalukan moral ataupun wajah negeri ini. Kita juga harus menilai tanpa menghakimi karena belum tentu rasa nasionalisme kita lebih baik dari orang lain, marilah kita sama-sama merenung dan merefleksikan diri kita sejauh apa kita sudah membangun Nilai-nilai kemanusiaan sehubungan dengan Humanisme Religius dan Nasionalisme. Terimakasih.
Nama : Netti Purnama Sari Pasaribu
BalasHapusTing/Jur : I-D/Theologi
NIM : 15.01.1297
syalom buat teman-teman semua..
Pembelajaran kita saat ini sangat menarik. Saat ini kita membicarakan tentang pendidikan yang ada dalam negara kita ini. Pendidikan itu bersifat multidimensional, berdimensi banyak, seperti pendidikan harus mencerdaskan kehidupan dengan memberi kebebasan pada para anak didik. Berbicara tentang kebebasan pada para anak didik untuk memilih pendidikannya sesuai dengan bidangnya, masih ada saja kita lihat di sekitar kita anak didik melanjutkan pendidikannya bukan karena dari hatinya akan tetapi karena permintaan dan pemaksaan dari orang tua dan saudara-saudaranya. Misalnya, orangtua ingin anaknya menjadi seorang dokter namun kemampuan atau talenta yag dimiliki anaknya dibidang teknik mesin. Jadi anaknya dipaksa untuk melanjutkan pendidikan ke bidang kedokteran bukan ke bidang mesin. Padahal pendidikan yang ia jalani itu tidak sesuai dengan kemampuan dalam didrinya. Hal inilah yang membuat pendidikan itu tidak berjalan dengan baik karena ada unsur paksaan. Jadi peserta didik tidak serius dalam mendalami pendidikan yang sedang ia jalani. Ia melanjutkan pendidikan hanya sebagai formalitas saja. Biasanya anak didik yang seperti ini putus pendidikannya di tengah jalan, atau pun ada juga yang sampai menyelesaikan pendidikan itu. Namun, ia tidak mendapat ilmu apapun karena ia bukan di bidangnya. Hal ini hanyalah sia-sia, pendidikan sudah dapat di selesaikan namun, hasil dari pendidikan itu tidak ada. Ini bisa juga menimbulkan yang namanya pengangguran. Karena ia tidak bisa berkarya atas pendidikan yang sudah ia selesaikan. Dan saya ingin bertanya pada para penyaji, bagaimana cara yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah seperti ini yaitu menjalani pendidikan hanya karena paksaan bukan karena dibidang sesuai dengan kemampuannya?
syalom, terimakasih..
Nama : Ronika Nursagi Panjaitan
BalasHapusNIM : 15. 01. 1316
Tingkat/Jurusan: I-B / Teologi
Syalom rjadi kelaparan dimana-mana dan sekolah-sekolah ditutup.
Yang menjadi pertanyaan saya :
1. Coba saudara penyaji menjelaskan Pendidikan seperti apa yang dapat membentuk hati nurani kita dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan?
2. Jika memang pendidikan itu bisa membentuk hati nurani seseorang, berarti dapat kita simpulkan bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan memiliki hati nurani dan nilai kemanusiaan yang tinggi juga. Lalu apabila kita bandingkan dengan para koruptor yang notabenenya adalah orang-orang yang memiliki Pendidikan yang tinggi. Bagaimana tanggapan kita mengenai para koruptor itu sendiri ?. Dapatkah pendidikan yang tinggi itu menjamin seseorang memiliki hati nurani yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang lainnya yang mungkin tidak berpendidikan?. Dapatkah Koruptor itu dikatakan manusia humanis?
3. Lalu bagaimana tanggapan para penyaji mengenai pendidikan di Indonesia kita tercinta ini. Apakah sudah dapat dikatakan membentuk hati nurani dan membentuk manusia Humanis itu sendiri? Jika kita baca di media social mengenai pelaksanaan Ujian Nasional 2016 yang dilaksanakan tingkat SMA sederajat bahwa Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) membuka posko pengaduan UN yang menampung berbagai aduan baik terkait kendala teknis hingga temuan kecurangan dilapangan. Meskipun tahun ini laporan kecurangan turun drastis namun pada tanggal 7 April 2016 pada hari ketiga UN diterima Oke Zone aduan dari Lampung, Pontianak, Jakarta, Surabaya, Cikampek, dan bahkan Medan. Di daerah Pontianak dan Cikampek ditemukan Sindikat jual beli jawaban UN 2016 dikalangan SMK. Lampung Para Guru dilaporkan memasuki ruang Ujian Atas perintah Kepala Sekolah. Dan di Medan Laporan Konvoi Para siswa SMA Kota Medan dengan Kendaraan beroda empat dan roda 2 usai mengikuti UN.
Terimakasih
Salam IBD.
Nama : Sri Handayani Silalahi
BalasHapusTingkat/ Jur : 1-D/ Theologi
Nim : 15.01.1329
Syalom buat kita semua,
Pada pembahasan tentang humanisme, hal yang Perlu di perbaiki sistem pendidikan, hubungan guru-murid harus diperbaiki dalam situasi kekeluargaan dan hidup bersama (convivium), pola pendidikan harus member lebih banyak peluang untuk anak didik dalam mengungkapkan pengalaman mereka, membina kerja sama (dan bukan persaingan) dalam kelompok. supaya seluruh kepentingan unsur dan dimensi pendidikan yang mengarah kedepan ini dapat direngkuh dalam kerangka besar yang sesuai dengan pandangan tentang manusia Indonesia, yang sudah dijelaskan, yakni humanisme religious dan nasionalime yang terbuka. Dalam sebuah artikel dibawah ini:
JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus kekerasan guru terhadap anak didiknya kembali terjadi. Kasus terbaru adalah penganiayaan yang dialami siswa kelas IV SDN Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur. Dia dipukul secara keterlaluan oleh guru karena dianggap nakal di dalam kelas. Dari kasus ini mengatakan, keluarga dapat mengusut lebih lanjut atau mengambil jalur hukum. Naamun pihak sebelah, menekankan cara-cara damai untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Dan mengatakan hak Sebagai warga Negara indonesia, keluarga punya hak untuk melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian apabila persoalannya tidak terselesaikan,".
Namun, kedua belah pihak akhirnya memilih menyelesaikan kasus tersebut secara damai, dengan catatan Guru itu tidak mengulanginya lagi. Ia mengaku tak berniat untuk menganiaya anak didiknya. Tidak boleh ada kekerasan dalam bentuk apa pun di dunia pendidikan. Kita harus kembali ke hakikat dunia pendidikan, yang mana bukan menghukum, tetapi mengubah dan membina perilaku anak menjadi baik,", Selasa (26/8/2014).
Dan yang mau saya tanyakan akan hal ini bagaimana menurut pandangan penyaji kelompk satu akan kasus seperti ini? Apakah dengan cara perdamaian keluarga kasus ini bisa tidak akan terulang lagi? karna kita lihat jaman sekarang ini kesus seperti ini sangat sering terjadi di dunia pendidikan.
Trimakasih, Tuhan Yesus memberkati…
Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.
BalasHapusTerimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam IBD.
Nama : Micah Sely Ernita Manalu
HapusTingkat/Jurusan : I-C/Teologia
Nim : 15.01.1294
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Kelompok 1
Syalom,
Pada kesempatan kali ini Topik mengenai “Humanisme religius” bukan menjadi berita yang terbaru.Melainkan masalah mengenai kemanusiaan banyak sekali dihiraukan oleh negara kita,kurangnya rasa kepeduliaan dan empati terhadap orang disekitar kita.Namun isu mengenai humanisme sama sekali tidak berkaitan dengan Reiligiotas,Kalau saja kita bisa melihat kejadian kasus Narkoba yang menimpa seorang perempuan yang bernama Mary Jane yang berasal dari negara Filiphina,dimana Ia dilepaskan dari Hukuman penjara dikarenakan karena adanya undang-undang untuk melindungi Kaum wanita di negara asalnya.Bagaimana menurut para penyaji mengenai keringanan hukuman yang diterima dari si pelaku? Padahal yang kita ketahui semakin membiarkan dan melepaskan si pelaku,akan semakin marajalela dan berdampak buruk untuk anak kaum muda ,apa yang menjadi tindakan yang harusnya dilakukan dari Pihak negara Indonesia kita ini,walaupun kasus ini sudah lama terjadi di Indonesia.Hendaknya ada penerapan dari setelah kita memahami dan mempelajari Humanisme Religius,nyata dalam kehidupan Kita sehari-hari.Terimakasih.Syalom.
Terimakasih pak Edward atas informasinya.....
HapusNama : Chandra Syahputra Pasaribu
BalasHapusNIM : 15-02-568
Ting/Jur : 1/PAK
Berbicara tentang pendidikan, tentu ini sanagat menarik sekali di perbincangkan, terkhusus terhadap kita mahasiswa. Mungkin sebagian orang beranggapan pindidikan itu tidak dapat di raih jika perekonomiannya rendah, akan tetapi kita harus ingat bahwa sesungguhnya pendidikan dapat di raih tidak hanya di tentukan oleh uang, tetapi bisa juga lewat pengalaman.
Contoh : anak desa sering bermain dilingkungan sekitar mereka, tentu permainan mereka berhadapan langsung dengan alam berbeda dengan anak kota yang lebih cenderung heboh dalam dunia elektronik. Dari situ tentu secara tidak langsung anak-anak desa belajar lebih memahami tentang alam dibandingkan anak kota. Dan jika anak tersebut mulai terfokus terhadap pembelajarannya tentu anak tersebut dapat sekolah di Negeri baik mulai dari SD-SMA dan bahkan anak tersebut akan mendapat biaya siswa untuk meanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri. Jadi menurut saya pengalamnlah yang kerap kali menjadi pendidikan yang berkualitas tentu didukung oleh kedua orang tua dan ada kemauan berusaha yang tinggi untuk mencapai impian yang di inginkan.
Dari pendapat saya di atas, apa tanggapan penyaji dan langkah apa yang akan anda lakukan sebagai hamba Tuhan untuk mewujudkan hal tersebut? Sekian, Syaloom,,,
Nama : Sara Zerynta Pinem
BalasHapusting/jur: I-A/Theologi
syaloom..
berbicara tentang religius dan nasionalisme terbuka dalam top[ik kita kali ini, kita dapat mengambil suatu kesimpulan dimana, kita sebagai mahluk sosial atau mahluk hidup seyogya nya kita harus memiliki rasa terbuka. yang dimaksudkan rasa terbuka ialah kita harus dapat menerima keberbagaian kita dalam muka bumi ini.kenyataannya kita sangat sulit untuk memiliki rasa atau sikap terbuka tersebut,
dan yang ingin saya tenyakan kepada para penyaji sikap seperti apa yang seharusnya kita miliki jika kita di perhadapkan pada suatu siatuasi yang memaksa kita harus membedakan atau mengasing kan suatu pihak tertentu?
baik saya memberi sedikit tambahan mengenai pertanyaan saudara sara pinem yaitu menurut saya sikap yg harus kita tunjukkan adalah sikap yg memang benar benar tidak membuat pertikaian artinya tidak memihak yang satu dan menjatuhkan yang satu lagi.mengasingkan suatu pihak karena keperbedaan merupakan suatu hal yg kurang baik
Hapus