Senin, 14 Maret 2016

Nilai-nilai Kemanusiaan Teo. ID - Kelompok II



Nama                          : Erwin Tambunan
                                      Judika Sitorus
                                      Julia sonya Nada Simanungkalit
                                     Tomy Sipayung  
                                      Willy Siregar
Tingkat/Jurusan        : ID/Teologia
Mata Kuliah               : Ilmu Budaya Dasar
Dosen                          : Pdt. Edward Simon Sinaga,MTh
Manusia Humanis Menurut Romo Mangun
I.                   Pendahuluan
Ambarawa Riwayat Hidup Y.B.MangunWijaya
                        Yusuf Bilyarta (B.Y) Mangunwijaya yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Romo Mangun lahir di, 6 Mei 1929, sebagai sulung dari 12 bersaudara, tujuh diantaranya perempuan, dari pasangan Yulianus Sumadi Mangunwijaya dan Serafin Kamdanija. Yusuf adalah nama permandian, sedangakan Biliyarta adalah nama kecil nya.Ayah Biliyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan ibunya adalah seorang guru Taman Kanak-kanak (TK). Diantara kata-kata ayahnya yang selalau tergiang di telinga Biliyarta adalah bahwa “hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati “.
Biliyarta  berhasil menamatkan sekolah dasarnya di Magelang pada tahun 1943,lalu pindah ke Semarang dan di sana masuk sekolah teknik. Kemudian ia pindah lagi ke Yogyakarta.Di sini ia bersekolah di dua tempat. Pagi ia meneruskan sekolah tekniknya, di Sekolah Teknik Mataram, sore ia bersekolah di Sekolah Menengah Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI). Tak lama kemudian pecahlah perang revolusi kemerdekaan. Sekolah –sekolah pun ditutup kembali.
Setamat dari  Sekolah Menengah Atas di Malang tahun 1951 ia melanjutkan ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius di Magelang, kemudian ke SeminariTinggi Sancti Pauli di Yogyakarta. Selesai belajar di Seminari ia ditahbiskan sebagai pastor oleh Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijapranata,Sj-tokoh yang sangat dikaguminya- pada tanggal 8 septeber 1959 dengan nama Yusuf Biliyarta Mangunwijaya, Pr.Ia memilih menjadi Pstor Pr (Praja), organisasi pastor –pastor Keuskupan yang menekankan kegiatannya untuk rakyat kecil di desa-desa,sesuai dengan janji dirinya sejak lama.
Setelah pentahbisannya, Mgr.A.Soegijapranata memerintahkannya untuk melanjutkan studi arsitektur di Institut Teknologi Bandung  (ITB), karena ggereja Indonesia membutuhkan arsiteknya sendiri untuk membangun gereja yang berciri pribumi. Hanya setahun Romo Mangun di ITB, ia kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Teknik Aachen,jerman,pada pada tahun 1960 dan lulus sebagai Insinyur  Arsitektur pada tahun 1966. Romo Mangun mengabdikan seluruh hidupnya bagi kepentingan masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang pedidikan anaak-anak Miskin.
II.        Pembahasan
    2.1   Konsep-Konsep tentang Manusia
    2.1.1. Konsep Manusia Menurut Kebudayaan jawa     
                        Berbicara tentang pendidikan, pastilah terlebih dahulu berbicara tentang Manusia karna setiap sistem pendidikan pendidikan ditentukan oleh filsafat tentang manusia dan ctra manusianya yang dianut, sehingga tidak pernah netral atau dengan kata lain ideologis. Menurut  Y.B. Mangunwijaya, citra manusia tradisional jawa pada pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos),jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Hal itu sejajar dengan filsafat Ide dari Plato digerakkan oleh KI Dalang (Tuhan Yang Maha Esa). Segala peristiwa kehidupan manusia “wus dhasar pinasthi karsaning dewa” (sudah diniscayakan oleh kehendak para dewa).
                        Kefanaan alias ketidaksejatian hidup di dunia ini terekspresi poetis oleh pandangan hidup rakyat jawa:urip mono mung mampir ngombe (hidup hanyalah singgah sebentar untuk minum). Mangunwijaya mengutip konsep feodal piramida hierarkis dalam Serat Paramayoga/Pustaka, misalnya ketat dan memperjelas posisi serta nasib manusia:...saisining jagad iki kawengku dening dewa,kawengku ingnata, nata dadi isining jagad,marmane teka kaelokan, kauwula, ananging dewa durung medhar saniskara,maksih sarana sabdaning nata (...isi dunia ini terbingkai dunia; belas kasih dari yang indah menakjubkan, takdir kehendak dewa ini bermaksud membuat bahagia para abdi, tetapi dewa belum menyatakan  wahyu kemanisannya selain lewat perantaraan amanat raja).
                        Dalam konsep manusia lama jawa, kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari mengiringi si anak dan memupuk tunas-tunas muda  ke pengintegrasian diri dalam seluruh gugusan adat-istiadat dan kebudayaan orangtua serta nenek monyang secara tradisional.
                        Pendidikan sebagai sosialisasi tidak tidak melihat anak memiliki nilai tersendiri , kepribadian unik dengan status bermartabat sebagai manusia yang harus di hormati , anak hanyalah bernilai skunder, yang primer ialah kedudukan, kepentingan, dan penghidupan kolektivitas
  2.2.2 Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat
Menurut Romo Mangun salah satu buah kolonialisme di indonesia yang positif ialah rontoknya pandangan tentang konsep manusia, pendidikan barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa dari manusia kolektivistis feodal-hierarkis ke manusia Renaissance dan Fajarbudi, kebudayaan Barat menekankan bahwa tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan melulu ke dunia akhirat, akan tetapi di hargai sebagai tujuan intrinsik dan sejati pada dirinya, tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat.
Metamorfosa filasafat manusia dengan konsep serta citra manusia yang manusiawi lagi (humanior) barasal dari pandangan manusia sebagai citra Tuhan (jadi ko-kreator) dalam bangsa Hibrani, sementara benihnya telah ditanam di indonesia oleh agama Islam yang berakar sama dengan kaum Nasrani  pada imam nabi Ibrahim, yang nantinya diekspresikan dalam pancasila yang dikumandangkan oleh Ir. Soekarno , seorang  pribadi tokoh yang dalam porsi amat besar adalah hasil pendidikan Berat humanis juga.
                        Dibarat diakui umum, bahwa bapak filsafat dan gerakan pendidikan modern (antifeodal anti-otoriter) ialah Socrates (470-399 SM) yang mengajar bahwa setiap manusia dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran (truth). Guru, pembina,pendamping , kita semua sebenarnya hanyalah bidan,yang memang harus aktit mrnolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh si manusiaatau anak yang bersangkutan itu sendiri.
                        Jean-Jacgues Rousseau (1712-17778), sebelum Revolusi perancis,mengingatkan pula bahwa dalam pendidikan hendaknya manusia , dalam hal ini anak didik, haruslahditanggapi sebagai anak, bukan sebagai orang dewasa berbentuk mini, dan bahwa pendidikan harus mulai dari situasi fitri kebaikan alamiah manusiawi (I’hommenaturel).Dengan demikian, demikian, pedidikan semestinya menjawab daya-daya efektif dan perangai dasar kemanusiaawian (I’honnete homme) dalam diri si anak.
                        Menurut Romo Mangun, meskipun ada beberapa tesis fundamental tentang si anak  dari Rousseau yang kurang realistis, terlalu romantis, tetapi sinyalemen dasarnya bahwa banyak anak justru dirusak prkembangansehatnya oleh kaum dewasa dan masyarakat mempunyai inti yang benar. Sehingga  tumbuhlah kemudian pemahaman tentang hakikat kehidupan dan penghayatan anak yang lebih benar (lebih manusiawi).
2.2.3 Konsep Manusia Indonesia Kontenporer                                            
                        Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia berdasarkan realitas sosial yang dilihatnya di masyarakat. Menurutnya, ciri-ciri manusia Indonesia adalah: pertama,hipokritis atau munafik, lain di muka, lain di belakang, merupakan suatu ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama. Sistem feodal di masa lampau begitu menekan dan menindas inisiatif rakyat, adalah sumber dari hipokrisi.
                        Kedua, segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, tetapi jika sesuatu yang sukses, maka manusia Indonesia tidak sungkan-sungkan untuk tampil kedepan menerima bintang, tepuk tangan, surat pujian, piagam penghargaan, dan sebagainya. Ketiga, memiliki jiwa feodal yang tinggi, ABS (Asal Bapak Suka). Keempat, percaya takhayul. Kelima, berkarakter lemah, tidak memiliki prinsip yang kuat. Keenam, bukan economic animals, sehingga cenderung boros, tidak suka bekerja keras (budaya instan). Ketujuh, cepat cemburu dan dengki pada orang yang di lihatnya lebih maju (jealous).
                                    Di samping ciri-ciri negatif, manusia indonesia mempunyai ciri-ciri yang positif. Pertama, memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil kerajinan dan kesenian yang tinggi. Kedua, suka tolong menolong dan bergotong royong. Ketiga, berhati lembut dan suka damai, memiliki kesabaran hati, memiliki rasa humor yang tinggi. Keempat, adaya ikatan kekeluargaan yang mesra, dan memiliki kecerdasan yang cukup baik, terutama yang menyangkut keterampilan.
                        Di samping gambaran manusia indonesia yang memiliki ciri-ciri positif dan negatif, manusia Indonesia juga mempunyai gambara yang ideal. Manusia ideal Indonesia yang sering di kemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar serta pedoman hidupnya, Namun menurut Mochtar Lubis, gambaran manusia pancasila itu bisa tercapai jika tercipta kondisi masyarakat yang dapat mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari kungkungan masyarakat semi atau neofeodalis lanjutan masyarakat feodalis zaman dahulu.
                                    Menurut Driyarkara, Manusia pancasila adalah manusia yang diakui sebagai subyek yang otonom. Manusia merupakan satu kesatuan jiwa raga, maka hanya pada manusia pula terdapat totalitas. Manusia adalah bagian dari alam semesta, tetapi berkat jiwa kerohaniannya ia melampauinya. Jiwa rohani  itu membedakan manusia sebagai suatu totalitas dengan segala sesuatu lainnya dalam alam semesta ini, dengan demikian, dapat di katakan bahwa jiwa rohani itu merupakan kekhususan manusia dan menempatkannya sebagai pribadi.
                        Pemerintah Orde Baru merumuskan manusia pancasila dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai manusia seutuhnya. Namun perumusan konsep tersebut penting sebagai identitas manusia Indonesia untuk membentuk dirinya. Manusia yang beridentitas dan identitas manusia menjadi idaman, bahkan mitos yang mendukung upaya manusia modern dalam mencari makna hidup, identitas menjadi utopia untuk sebagian kaum humanis. Abraham Maslow menyatakan kebutuhan manusia akan identitas ini sebagai metamotif yang mendorong manusia untuk mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya semaksimal mungkin.
                        Arief Budiman menyatakan bahwa manusia indonesia seutuhnya merupakan konsep sosiologi, nampaknya sosialisme merupakan sistem alternatif untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
2.2. Konsep Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein
                             Konsep manusia yang dikembangkan Romo Mangun tidak dapat dilepaskan dari perjalanan hidupnya yang unik. Romo Mangun menemukan bahwa yang selalu korban oleh pihak yang lebih kuat dalam masa kemerdekaan maupun pembangunan adalah rakyat kecil, khususnya yang miskin, terlebih perempuan dan anak-anak
                                    Menurut Mangunwijaya, konsep manusia yang ingin di kembangkannya adalah manusia yang humanis, namun pembentukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat indonesia.
 2.2.1. Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional
                        Romo Mangun menempatkan nation dan nasionalisme modern dalam konteks evolusi bangsa manusia. Secara garis besar perkembangan interaksi antarmanusia di dalam kelompok dan di luar kelompok, sistem suku kemudian mengalami proses penghayatan yang lebih luas lagi, pascasuku, yang semakin mengonsolidasi diri dalam kerajaan atau susunan feodalisme.
                        Menurut Romo Mangun, kebudayaan pascasuku tumbuh dari perubahan ekspansi budaya pemburu, nelayan, dan pengembara yang berevolusi ke budaya agraris yang menetap, nasionalisme indonesia di masa mendatang menurut pandangan Romo Mangun, akan kembali berkembang ke akar-akarnya yang sejak awal mula di cita-citakan oleh generasi 1928, yakni kembali ke alur hakikat semulanya yang murni. Sedangkan dalam kebudayaan  pasca-Indonesia dalam konteks sekarang ini, lawannya adalah perlakuan-perlakuan yang dehumanis.
                                    Sedangkan istilah Pasca-Nasionalisme atau Pasca-Indonesia harus di mengerti dalam konteks kesejarahannya. Kata pasca menurut Romo Mangun, jauh lebih baik dan lebih bermakna daripada kata bahasa Inggris post. Romo Mangun mencontohkan bahwa kata post hanya menunjuk pada arti sesudah, belum menyatakan kontinuitas maupun diskontinuitas. Konsep Pasca-Nasional mencita-citakan sosok manusia indonesia yang terbuka kepada nila-nilai kemanusiaan universal.
                        Zaman Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia yang dilontarkan Romo Mangun terjadi jika seluruh totalitas aktivitas seta galaksi pengentalan seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya dan memberi makna kepadanya di pahami sebagai upaya menciptakan kebudayaan yang humanis.
                                    Bagi Romo Mangun hidup adalah perjalanan evolusi raya dari geosfer atau pembentukan bumi, ke biosfer pembentukan organisme termasuk manusia, dan ke noosfer atau pembentukan lapisan kesadaran yang terus berlangsung hingga kini.
                                    Menurut Romo Mangun, di bawah rezim Orde Baru, Indonesia mengalami kemajuan ekonomi yang pesat, namun dipandang dari perubahan struktur, Indonesia mengalami kemunduran.Berbeda dengan Generasi Angkatan 1928 yang merupakan “manusia-manusiabaru” yang mengalami pencerahan, berkat-berkat gagasan-gagasan sosialisme dan humanis universal,para pemimpin Orda Baru tidak pernah mengalami pencerahan tersebut. Sebaliknya mereka dibentuk oleh semangat “fasisme” dan “militerisme” selama pendudukan jepang (1942-1945) yang membangga-banggakan keunggulan warisan nenek moyang. Dibawah Soeharto,Indonesia mundur ke zaaman pra Kebangkitan Nasional(1908), yakni berkuasanya struktur-struktur feodal, primordial, tradisional (dalam bentuk militerisme)dan (neo) kapitalisme-imperialisme-kolonialis (dalam bentuk modal-modal, bantuan-bantuan, pinjaman-pinjaman dari negara kaya).
                        Romo Mangun menganggap bahwa pendidikan masa Orde Baru tidak menghasilkan “manusia-manusia baru”, sehingga permasalahan bangsa indonesia di bawah Orde Baru sama dengan permasalahan Angkatan 1928. Untuk itu, bagi Mangunwijaya,pendidikan harus ditempatka dalam kerangka revolusi ini,yaitu upaya mengantar murid, bangsa, bahkan umat manusia ke arah pendewasaan diri:teremansipasi, merdeka humanis dan sanggup bertanggung jawab sendiri.
 2.2.2. Pasca-Einstein
                                    Perkembangan dunia yang demikian itu menuntut manusia harus peka zaman dan terbuka pada nilai-nilai yang baru.Apalagi sejak munculnya Albert Einstein (1879-1955) yang mengajarkan kepada generasi muda tentang multidimensionalitas. menurut Romomangun,seluruh gambaran manusia tentang semesta raya menjadi begitu relatif, begitu tergantung pada pengendalian lokasi  danwaktu,situasi dan asumsi, sehingga banyak perkara sudah tidak sederhana lagi.
                                    Melalui teori relativitas itu, Romomangun melontarkanmelontarkan konsep pasca-Einstein,yang mengajak segenap generasi muda untuk bersikapa menurut dinamika relativitas dengan, tidak main mutlak-mutlaka, karena segala sesuatu bersifat relatif. Genersi muda harus meluaskan horizonnya dengan berpikir kreatif, eksploratif,inklusif,dan pliralistik.Hidup ini multidimensional (bermantra gatra).jika satu jalan yang ditempuh gagal,orang wajib untuk mencoba jalan lain Artinya, Romo Mangun ingin menujukkan bahwa hidu ini penuh dengan kemungkinan.Menurut Romo Mangun konsep Pasca-Einstein itu ditandai juga dengan paradigma berpikir nggiwar (berpikir lateral/lateral thinking).
                                    Driyarkara mengatakan bahwa tujuan pendidika adalah untuk “humanisasi’, atau dengan ringkas disebut sebagai pendidikan humaniora. Maka visi seseorang tentang manusia, sangat menentukan visi pendidikannya dan berpengaruh dalam uraiannya, apakah ia menganut faham pesimis ataukah optimistis tentang masa depan manusia, apakah ia religius ataukah sekuler dan sebagainya.
                                    Faham kemanusiaan Romo Mangun boleh dikata tak terlepaskan dari faham religiositas. Religius di sini tidak harus diartikan sebagai pemeluk agama tertentu, melainkan adanya kecenderungan dan kesadaran akan yang ilahi, yang mengatasi kekecilan manusia atau rasa kemakhlukan (creature-feeling),atau rasa ketergantungan (feeling of dependence),
                                    Faham humanisme religius ini juga tampak dalam penghayatan Romo Mangun sabagai pastor, yang tidak konvensional, panggilan imamatnya barasal dari diinspirasikan oleh daya tarik rakyat yang miskin, dan bukan panggilan kegerejaan ayau keagamaan semata sebagaimana pastor.
                                      Faham kristennya, jabatan imamnya, hanyalah titik tolak, sedang tujuannya adalah kemanusiaan umum. Maka baginya agama lain bukan merupakan saingan, apalagi musuh, melainkan teman kerja.
                        Mangunwijaya tidak memberika uraian komprehensif tentang visi humanisme religius; ia tidak memaparkan secara khusus atau memberikan rumusan tentang visinya itu, tetapi hal itu dengan mudah bisa kita tangkap dari penghayatan hidupnya dan dari karangan-karangannya.
                                    Dengan demikian, tugas pendidikn menurut Romo Mangun, adalah mengantar dan menolong anak untuk mengenal dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, utuh, merdeka, bijaksana, humanis, dan menjadi sosok Pasca-Indonesia dan Pasca-Einstein, sekaligus peduli dan solider dengan sesama manusia.
                        Dalam salah satu karanganyang panjang dalam majalah Basis (Januari-Februari, nomor 47, 1998) Romo Mangun mengutarakan gagasannya tentang pendidikan yang cukup komprehansif, pendidikan haruslah bersifat terbuka ke arah masa depan, mencerahkan dan mengembangkan kebaruan, melawan quo atau reproduksi dan penerusan ide-ide lama, yang oleh Romo Mangun disebut sebagai sekadar “Soaialisasi” sebagaimana dianut kaum feodal dan Orde Baru. Bercermin dari angkatan 1928, pendidikan harus mencerdaskan kehidupan dengan memberi kebebasan pada para anak didik. Untuk itu perlu perbaikan sistem pendidikan, hubungan guru murid harus di perbaiki dalam situasi kekeluargaan dalam hidup bersam.
III.Analisa
                                    Menurut analisa kami tentang konsep-konsep manusia menurut Romo Mangun, bahwa manusia indonesia harus mengarah kearah yang lebih baik dan memiliki pendidikan yang dapat membantu pertumbuhan indonesia kearah yang lebih baik, oleh sebab itu sebagai manusia harus juga memiliki tanggung jawab dalam memupuk generasi-generasi mudah untuk masa depan yang lebih cerah, manusia indonesia juga harus sanggup menghilangkan sagala ciri-ciri negatif yang selalu menyelimuti setiap pemikiran umat manusia, dan harus memiliki sebuah prinsip positif, dan saling membantu satu-sama lain, jangan menindas orang yang kurang mampu/miskin namun harus sanggup memotifasi dan menolong, secara lebih khusus sudah banyak kita lihat di dalam kegiatan PPK di tujukan untuk
1.      Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, khususnya kelompok miskin dan perempuan
2.      Meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskis di bi dang pendidikan dan kesehatan
3.      Meningkatkan penyediaan prasarana sosial ekonomi masyarakat pedesaan.
4.      Memperluas kesempatan berusaha,
Demikianlah analisa yang dapat di berikan para penyaji.
IV.kesimpulan
                                    Dari pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwa manusia indonesia di tuntut untuk mampu berjuang dalam memperbaiki sifat kemanusiaannya, untuk indonesia kearah yang lebih berguna, indonesia sangat membutuhkan kemanusiaan yang lebih sejahtra, memiliki sifat pri kemanusiaan yang dapat memperbaiki segala masalah-masalah yang ada di negara indonesia.

V. Daftar Pustaka
            Mangunwijaya, Forum, Humanisme Y.B Mangunwijaya. Jakarta

25 komentar:

  1. PEMBAHASAN KELOMPOK 5
    Nama : Evelin Salsalina, Negista, Ronal Ginting, Sri Handayani,Susanto.
    Tingkat/Jurusan : I-D / Teologia
    Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
    Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M.Th
    Manusia Humanis Menurut Romo Mangun
    Konsep-konsep tentang manusia menurut kebudayaan Jawa pada umumnya hanyalah penyadaraan posisi maksudnya kehidupan manusia sudah di niscahayakan oleh para dewa (wus dhasar pinasthi karsaning dewa) atau ada pandangan bahwa hidup adalah hanya singgah sebentar untuk minum. Dalam konsep jawa dalam manusia didalam pendidikan tidak lebih dari mengiring si anak dan memupuk tunas-tunas muda untuk memiliki kepribadian yang unik dengan status memiliki martabat. Konsep kebudayaan barat menyataan tujuan hidup fana tidak lagi hanya selaku persiapan melulu dunia akhirat tetapi dihargai sebagai tujuan instrinsik dan sejati pada dirinya, tanpa mengingkari nilai hidup akhirat. Didalam kebudayaan barat bahwa dalam pendidikan hendaklah manusia haruslah mendidik anak sebagai anak bukan sebagai orang dewasa sehingga tumbuhlah kehidupan pemahaman tentang hakikat kehidupan dan penghayatan anak yang lebih benar atau lebih manusiawi. Konsep manusia indonesia kontemporer Mocthar Lubis menggambarkan sosok manusia indonesia dari sisi negatif yaitu; Hipokritis (munafik) lain di muka lain di belakang, segan atau enggan bertanggung jawab,fundamental yang tinggi (ABS/Asal Bapak Suka). Percaya takhayul,berkarakter lemah, tidak suka bekarja keras (budaya instan).Dari sisi positif indonesia memiliki rasa artistik yang tinggi dalam kerajinan dan kesenian, suka tolong menolong, berhati lembut, memiliki humor yang tinggi dan ikatan kekeluargaan yang mesra serta memiliki kecerdasaan yang cukup baik. Romo Mangun menyatakan indonesia menuju kehidupan kearah yang lebih baik,dan dapat menumbuhkan tanggung jawab kedewasaan. Manusia juga harus meninggalkan atau mengubah nilai-nilai negati menjadi positif dalam diri setiap manusia.
    TAMBAHAN PEMBAHASAN. Kami mengambil contoh keinginan bangsa Indonesia dalam menerapkan konsep yang telah dibentuk oleh Romo Mangun untuk menjadi manusia yang lebih baik, yaitu dari seorang sosok bapak Jokowi. Seperti yang kita ketahui bahwa bapak Jokowi adalah mantan Gubernur kota Solo. Pertama kali kami mengenal bapak Jokowi dari salah satu stasiun televisi dalam acara komedi OV*. Yaitu diperlihatkan seorang sosok pemimpin yang rela atau mau duduk bersama-sama dengan warga secara lesehan (duduk di lantai), seperti yang kita lihat jarang sekali atau bahkan belum ada seorang pejabat yang mau seperti bapak Jokowi. Kebanyakan para pemimpin daerah sangat membanggakan jabatannya dengan menduduki tempat khusus. Sementara dari sosok pemimpin ini di perlihatkan kerendahan hatinya, dia rela bersesak-sesakan dengan rakyatnya. Setelah kejadian itu mulai banyak rakyat Indonesia yang melirik sosok seorang bapak Jokowi. Sehingga pada akhirnya sekarang bapak Jokowi telah menjadi presiden kita, dan sekarang kita dapat merasakan manusia Idonesia sudah mulai menuju kearah yang lebih baik karena kehadiran sosok bapak Jokowi. Bukti nyata yang dapat kita lihat adalah, bahwa dia mau terjun langsung ke daerah yang terendam banjir, dia rela masuk ke dalam gorong-gorong (parit) demi melihat atau mengangkat sampah-sampah yang dapat menyebabkan banjir. Sosok seperti inilah yang di perlukan oleh bangsa Indonesia dalam menjadikan manusia Indoesia menjadi manusia yang lebih baik dan lebih berkualitas.

    BalasHapus
  2. Nama : Januwar Mamanda Sitepu
    Nim : 15.01,1274
    Tingkat/Jurusan : I-D/Theologi

    Shalom Bagi kita semua..
    Salam Cinta tanah air,bangsa dan negara

    Mengenai pembahasan kita MANUSIA HUMANIS salah satu pembahaasan yang menarik bagi saya dimana Romo merupakan salah satu figur yang sangat mendukung tentang masalah pendidikan bagi kemajuan suatu negara dia merelakan waktu,tenaganya bagi orang lain agar seseorang hidup dengan senang.Sebagaimana memang benar yang dikatakan Ehot tadi bahwa kemajuan negara sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan kemajuan suatu negara bukan dengan bertambahnya atau banyaknya material.
    Saya ingin bertanya
    1. Jadi bagaimana tanggapan saudara/saudari penyaji tentang masalah ini seperti saya lihat banyak sekali sekarang orang yang memiliki pendidikan tapi tidak memiliki moral sehingga seolah-olah dia tidak peduli atau menganggap tidak selevel lagi dengan orang lain,dan banyak juga di Indonesia orang yang memiliki kualitas atau pendidikan yang tinggi malah disampingkan sehingga orang yang tidak memiliki kriteria kerja yang dimiliki malah diunggulkan ??
    2. Bagaimana cara kita atau tanggapan penyaji dalam masalah humanisme dalam kehidupan era zaman sekarang,kita ketahui bahwa dalam kehidupan humanisme sekarang sudah mulai hilang secara perlahan-lahan nilai kemanusiaan menurut konsep manusia ciri-ciri indonesia kontemporer yang dikatakan pada poin pertama bahwa hipokritis atau munafik, lain di muka, lain di belakang dan poin ke enam cenderung boros, tidak suka bekerja keras (budaya instan.Coba penyaji Jelaskan ??

    TERIMA KASIH.
    Salam Ilmu Budaya Dasar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nama : Tomy J Sipayung
      NIM : 15.01.1335
      terimakasih kepada saudara JANUAR atas pertanyaannya , saya penyaji sendiri akan menjawab pertanyaan anda sekaligus no.1 dan 2 , itu searah menurut pandangan saya .
      baik , manusia yang memiliki pendidikan yang tinggi tetapi tidak bermoral mau pun tidak berkriteria baik , itu di sebabkan , manusia di kalangan kita pada saat ini banyak hanya mengambil pendidikan tinggi hanya untuk merebut status saja , dan banyak menuju pendidikan tinggi dengan penyuapan , itu yang dikatakan jika mereka duduk dikursi hangat yang menghasilkan baik bagi mereka , mereka malah seenaknya memakan atau korupsi dengan uang pemerintah , dan sedikitpun tidak memikirkan kalangan yang rendah yang tidak mampu menempuh pendidikan yang tinggi ... disini saya bisa memberi saran dari jawaban ini , sekolah bukan lah untuk mengenalkan diri dibalik tempurung melainkan sekolah untuk menuntut ilmu dan memiliki pemikiran humanis yang baik .
      bagaimana yang kita lihat beliau " romo mangun wijaya " menuntut ilmu berhumanisme dan melihat orang yang disekitar nya dari kalangan bawah sampai atas .. makasih :)

      Hapus
  3. Nama : Dina Laura Sirait
    Nim : 15.01.1242
    Tingkat/Jurusan : I-D/Theologi
    Saya sangat tertarik dengan sajian ini dimana Romo Mangun mengajak dan menekankan agar kita sebagai Bangsa Indonesia harus mengubah nilai-nilai negative yang ada menjadi nilai yang positiv yang dapat membangun dan mendorong agar Tanah Air Indonesia yang kita cintai ini dapat mengalami yang namanya perkembangan kearah yang lebih baik lagi. Dimana rasa Nasionalisme yang ada diharapkan mampu membuat bangsa Indonesia dapat bersatu dalam mewujudkan Indonesia kearah yang baik itu. Dimana juga manusia memiliki nilai universal yang dapat menyatukan kita antara satu dengan yang lainnya. Romo juga menegaskan bahwa kualitas suatu bangsalah yang sebenarnya dapat membuat negara itu berkembang kearah yang lebih baik lagi baik bukan hanya dari segi pendidikan yang tinggi saja melainkan kemoralitasan setiap orang. karna pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang memiliki rasa kehumanismean. Dapat kita lihat dari para pejabat yang ada di negara kita ini. Dimana banyak nya kasus kejahatan yang mereka lakukan padahal mereka sudah mengemban pendidikan yang tinggi.
    Yang saya ingin tanyakan kepada penyaji ialah
    1. Bagaimana para penyaji menyikapi hal tentang pejabat-pejabat yang melakukan kejahatan atau korupsi yang mana mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri dan mengabaikan kesejahteraan masyarakat nya dan Pemimpin seperti apakah yang sebenarnya pantas dalam memimpin negara ini menuju kemajuan yang lebih lagi ???
    2. Bagaimana cara kita untuk mengajak orang-orang yang bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan negara ini untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik lagi ???

    Terima Kasih
    Syalom, salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya :
      1.pertama seorang pemimpin itu haruslah berpengetahuan , atau pendidikan yang baik , dimana tidak ada istilah suap menyuap uang , dan dimana calon pemimpin itu harus Humanis dan Nasionalisme seperti apa yang dikatakan bpk. ROMO MANGUN WIJAYA ,berbagi adalah hal yang indah untuk membagikan atau saling berbagi dalam pendidikan dan pengajaran .
      2. yang saya bilang tadi , humanisme dan nasionalisme awal semuanya , dan saling berbagi pengetahuan , dan tidak mengerti untuk diri sendiri , melainkan saling berbagi , dan tidak membeda-bedakan derajat nya . terimakasih :)

      Hapus
  4. Nama : Roni Rezeki manihuruk
    Nim : 15.01.1314
    Ting/jur : 1-D (Teologia)

    syaloom...
    Pada pembahasan kali ini kelompok 2 membahas tentang " manusia humanise menurut Romo mangun".
    Dari pembahasan kali ini yang menjadi topik yang menarik bagi saya adalah ketika Mangun juga berbicara tentang pendidikan yang ada di negara kita ini.
    Jika berbicara tentang pendidikan di negara kita ini tidak ada habisnya, karena masih membutuhkan banyak pembenahan di setiap konsepnya
    Mulai dari sisi birokrasi, menejemen, sistem kontrol, hingga sisi internalnya, yakni mengenai konsep pendidikan dan aplikasi praksis dalam menciptakan pendidikan yang tepat bagi bangsa ini. Dengan problem ini, maka berakibat pada ketidakmampuan pendidikan di Negeri ini dalam mencetak generasi-generasi bangsa yang cerdas, baik cerdas dalam segi intelektualitas, kepribadian maupun cerdas dalam segi sosialnya. Impian anak bangsa ingin manjadi manusia cerdas hanya tinggal impian belaka. Semua sirna karena terombang-ambingkan oleh ketidakjelasan sistem pendidikan yang terlalu mengambang dari masa ke masa, dan dari pemerintahan yang satu ke pemerintahan yang selanjutnya. Di samping itu banyaknya faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan, kemampuan materi. Sehingga pendidikan tidak dapat di terima oleh setiap anak bangsa.
    yang menjadi pertannyaan saya adalah bagaimana tanggapan para penyaji terhadap hal ini? apakah hal ini dapat di atasi? terutama zaman makin hari makin maju, sikap tidak saling peduli makin hari makin nampak(individualisme). Apalagi kita kedepannya yang melayani di jemaat.

    sekian dan terimakasih
    Salam IBD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih buat saudari Roni manihuruk
      Seperti yang sudah kita pelajari, nilai" kemanusian mengajarkan pribadi manusia untuk bisa hidup dalam keadilan dan saling memahami dalam perbedaan baik jabatan, maupun tingkat kemampuan masing-masing. Disinilah dijelaskan bahwa manusia harus mencari nilai kemanusiaan itu dan menerapkannya dalam kehidupannya. Otomatis, ketika eseorang sudah menanamkan nilai dalam dirinya, dia akan mampu merasa kepada orang lain. Bahkan membayangkan dirinya berada pada posisi orang lain. Demikian juga dengan hubungan pemerintah dengan mereka rakyat yang belum mampu menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Antara pemerintah dengan rakyatnya seharusnya menjalin hubungan yang serasi menuju sistim pembangunan yang lebih baik, tanpa melihat ukuran dan kelas mereka. dan seharusnya pemerintah menampung semua pendapat mereka dan menetralisirnya menjadi jawaban yang paling baik bagi rakyat secara universal. demikian yang dapat saya terangkan. Trimakasih

      Hapus
  5. Pembahasan 04 April 2016
    "Manusia Humanis Menurut Romo Mangun"
    dimana masih tetap dalam pembahasan mengenai "pendidikan"
    berdasarkan penelitian saya,
    Sistem Pendidikan yang berlaku di Indonesia memilki tujuan yang mulia yakni tercermin dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, diharapkan mampu meningkatkan kualitas moral bangsa Indonesia. Sehingga dapat difahami bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai proses untuk membentuk moral hidup dan karakter bagi warga negaranya dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermoral dan bermartabat.

    Namun pada kenyataannya tujuan yang diharapkan dan diinginkan oleh Undang-Undang tersebut belum sepenuhnya terwujud. Hal ini ditandai dengan banyaknya manusia yang cerdas namun tidak disertai dengan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tidak berakhlak mulia, tidak jujur dan tidak bertanggungjawab, sehingga dengan kepintarannya tersebut ia gunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Kondisi bangsa Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, sehingga membawa bangsa ini semakin terpuruk dalam kemiskinan dan krisis moral yang berkepanjangan.
    Kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini jauh dari yang diharapkan. Proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter positif. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. Pendidikan yang tujuan awalnya mencetak manusia yang cerdas dan kreatif, ternyata masih memiliki kelemahan pada aspek perkembangan karakter bangsa yang berkualitas yang akan menghasilkan manusia yang serdas, kreatif dan bertaqwa. Hal ini terlihat dari banyaknya pelajar yang terlibat tawuran, kasus kriminal, narkoba, dan seks di luar nikah. Sehingga ketika mereka menjadi pejabat pemerintahan, tidak sedikit yang sering melakukan pelanggaran-pelanggaran, diantaranya kasus suap dan korupsi.
    pertanyaan saya, bagaimana tanggapan penyaji mengenai hal ini, dan apa solusi/ jalan keluar untuk keluar dari masalah-masalah seperti ini???
    terimakasih

    BalasHapus
  6. Nama: Yulia Marissa Simanjuntak
    Nim: 15.01.1345
    Ting/Jur: I-D/Teologi
    Syalom….
    saya mau memberi masukan dari analisa saya pada sajian kelompok 2 yang berjudul " manusia humanisme menurut Romo mangun" sekaligus bertanya.
    Memang kata kunci dalam Humanisme adalah Pendidikan. Melalui pemdidikan disitulah tumbuh yang namanya nilai humanis atau kemanusaiaan, dan juga pendidikan yang humanis menekankan bahwa bagaimana kita menjalin komunikasi antar sesama dengan baik. Dari pendidikanlah kita bisa menemukan, mengembangkan, dan mencoba mempraktekan kemampuan-kemampuan yang kita miliki. Karena dari pendidikan yang humanisme inilah kita sebagai penerus bangsa bisa mmemajukan bangsa. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan yang sama, yaitu ingin bangsa kita maju.
    Tetapi kenyataan pendidikan hanyalah sebagai rutinitas di bangsa ini. Kita pernah mendengar berita tentang seorang kepala sekolah melakukan pelecahan sesksual terhadap muridnya. Pada hal dari jabatan kepala sekolah seharusnya menjadi panutan atau pun pemimpin bukan seperti ini, ini sama sekali tidak ada nilai kemanusiaan, saya mau bertanya kepada para penyaji bagaimana pendapay para penyaji mengenai hal ini?
    Terimakasih
    syalom

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduhh pertanyaan yang sangat sering terjadi dan bagus :) .
      begini , disinilah kita lihat dimana yang disebut berpendidikan tinggi tetapi tidak bermoral baik .
      itu disebabkan oleh ke era zamanan saat ini , kalau kita ingat dulu hukum tidak bisa dibeli dan tidak mengenal siapa , tetapi saat ini hukum masi saja bisa di beli , bisa jadi dalam pemikiran beliau atau kepala sekolah itu memikirkan , hukum indonesia itu bisa dibayar dan dia lepas dari hukum yang berlaku .
      nah seperti yang di katakan romo mangun wijaya , bukan hanya pendidikan tinggi menjadi panutan atau patokan , melainkan memiliki humanisme dan nasionalisme , atau moral yg benar benar baik sama dengan pembahasan dalam sajian kelompok saya sebelum UTS dalam sajian ke-3 , saudari Yulia bisa melihat lebih jauh lagi dari sajian kami itu , terima kasih ,,, syalom :)

      Hapus
  7. Nama : Wahyu Bayu Tarigan
    nim : 15.01.1340
    ting/jur : 1-D/theologi

    Syalom.

    Pemikiran dan pemahaman seseorang itu tentang agama, sosial, ekonomi, humanisme, dan nasionalisme sangat berbeda-beda. Bagaimana mereka bisa melakukan proses kehidupan dalam humanisme dan nasionalisme dengan baik kalau mereka tidak diubah pemikiranya. Disaat inilah Romo menunjukkan fungsi seorang imamat yang terpilih untuk melakukan tugasnya. Romo menerangi atau menunjukkan kepada setiap orang bahwa hidup ini harus terbuka bukan tertutup, artinya kita tidak boleh bersifat Eksklusivisme tetapi Pluralisme dan kita diajak mengantikan atau melaksanakan bagian tugas Romo terhadap buah pemikiranya. Bangsa indonesia membutuhkan semangat para pejuang perdamaian dan untuk menyatukan perbedaan, kitalah salah satu yang di harapkan bangsa ini.

    Bagaimana cara kita untuk mengubah pemikiran seseorang yang bersifat Eksklisivisme agar terbuka seperti Romo? dan Bagaimana menurutb penyaji atas tanggapan saya tadi yang tertera di atas??

    Saalam sejahtera bagi kita semua.
    Yesus memberkati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih wahyu , atas tanggapan anda itu sangat bagus ,begini yah saudara wahyu dengan pertanyaan anda itu , jika kita ingin mengubah seseorang yang bersifat Eksklisivisme menjadi Pluralisme itu sangat lah tidak mudah , kenapa ?, karena kita tau , pribadi dan arah tujuan seseorang tu tidak sepenuhnya bisa dikendalikan orang lain , sama seperti orang yang berumat kristen kita tidak bisa memaksakan dirinya untuk menjadi umat muslim .
      nah jadi gini , jika seseorang tu bisa kita ajak bicara dan dia mau menerima ,pasti otomatis dia mau mengubahnya , dengan cara kita menunjukkan contoh contoh hasil yang bagaimana yang ingin kita tunjukkan untuk perubahan dirinya .
      jadi intinya dari perubahan yang ingin anda maksud itu begini .
      kita tidak bisa sepenuhnya mengubah , tetapi kita bisa memperingati orang yang bersifat Eksklusivisme itu , karena cuman Tuhan lah yang bisa mengubah hidup manusia , karena sedangkan kita perhatikan saja di sekitar kita , seorang Pendeta saja selalu berkhotbah , belum tentu seseorang itu bisa berubah bukan ? . maka dari itu perubahan dalam sikap dan pribadi seseorang itu masi didalam kendali Tuhan ...
      terimakasih saudara wahyu GBU :)

      Hapus
    2. Terimahkasih untuk pertanyaan nya
      menurut penyaji cara mengubah Eksklusivisme pertama adalah diawali dengan kesadaran diri sendiri dimana kita mencoba untuk bisa menghormati, menerima pendapat orang lain, menyatukan perbedaan, memberikan kebaikan pada nilai-nilai kemanusiaan dan merangkul dalam memberikan semangat baru pada masyarakat indonesia.
      tanggapan yang saudara buat saya setuju dimana kita menunjukkan sikap keterbukaan terhadap bangsa indonesia dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan dan menumbuhkan pemikiran yang ideal untuk memberikan perdamaian dalam menyatukan perbedaan

      Hapus
  8. Nama :judika sitorus
    Nim : 12.01.1821
    tingkat : ID

    Setiap manusia sudah mempunyai pendidikan sejak dia masih kecil,namun manusia kurang mempegunakan nya dalam hidup nya, ada dua citra yang terkandung dalam manusia yaitu, positif dan negatif, hal ini dapat membuat manusia membangun atau menurunkan harga dirinya, dan yang lebih banyak terkandung dalam diri manusia indonesia adalah, citra positif, sehingga manusia indonesia bisa di katakan gagal dalam membangun bangsa nantinya, sehingga dengan adanya kebijakan romo mangun ini, membantu masyarakat indonesia untuk lebih sadar lagi, akan tugas dan tanggung jawabnya terhadap bangsa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa tidak ada pertanyaan dari saudari judika tentang ini ?

      Hapus
  9. Nama : H. Primadona Manalu
    NIM : 15.01.1265
    Tingkat: 1D Teologi

    Salam Budaya
    "Manusia Humanis" (Romo Mangun)
    Berdasarkan sajian kelompok 2, pemikiran saya lebih terbuka pada bagian "konsep manusia menurut kebudayaan Barat dan konsep manusia Indonesia kontemporer". Kebudayaan barat beranggapan manusia itu adalah sebagai kebenaran. pekerjaan guru ialah sebagai pengajar, pembina, dan pendamping. Kita adalah sebagai "bidan" kenapa dikatakan demikian, karena kitalah pelakunya yang sangat berperan penting serta aktif dalam menolong dan mengajak saudara kita atau orang lain dari kesalahpahaman menuju kepada kebenaran yang sejati. Ciri khas orang Indonesia dengan simbol "jempol" menandakan sesuatu itu baik,bagus. Namun kita lihat kembali bagi orang Irak, tanda jempol itu sama dengan simbol fuck(jari tengah). Simbol dengan arti baik bagi mereka ialah jari telunjuk.Disini terlihat suatu perbedaan ajaran namun sama-sama memilki nilai dalam perbedaan tersebut. yang kedua adalah konsep manusia Indonesia kontemporer. penyaji menuliskan disana bahwa ciri manusia ialah Hipokritis/munafik,lain di muka lain dibelakang. Dengan adanya kalimat ini, saya kurang mendukung terhadap konsep ini. saya kira, semua manusia diseluruh dunia diliputi oleh kemunafikan bukan hanya orang Indonesia sendiri. Bukan hanya dalam bentuk kehidupan dalam lingkungan sempit ini, namun dalam hal politik dan pendidikanpun tertanam banyak kebohongan. Karena tanpa melalui semua itu segala proses tidak akan berjalan dengan baik. Demikian tanggapan saya. jika ada tanggapan lain,tolong ditambahi. trimakasih
    Salam IBD :)

    BalasHapus
  10. Kepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.

    Terimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam IBD.

    BalasHapus
  11. Nama : Enhot Efraim Girsang
    Ting/Jur : I-D/Theologia
    NIM : 15.01.1253
    M. Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
    Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M. Th
    Syaloom.......
    Maaf sebelumnya kepada Bapak Dosen kami saya terlambat dalam memberikan komen saya, karena diakibatkan gangguan jaringan WiFi yang ada di Asrama Putra. Tetapi disini saya hanya sedikit berbicara mengenai judul “ Manusia Humanis menurut Romo Mangun” yang memprioritaskan pendidikan sebagai dasar terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan yang benar. Teringat saya dengan bahasan analisa bulan-bulan lalu tentang Lahirnya Ilmu Budaya Dasar yang membicarakan Manusia adalah tujuan-alasan untuk pencapaian pengetahuan dan kebudayaan.Melakukan yang terbaik bagi manusia (teologi Genesis atau Kejadian, seluruh mahluk - Markus) adalah melakukan yang terbaik bagi Tuhan (orang paling hina-miskin dan Yesus Kristus).
    IBD-Latar belakang-Mahasiswa dan masyarakat (umum dan akademik)
    Konteks:
    1. Sejarah Pembangunan Indonesia.
    2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
    IBD sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) menghasilkan warga negara, sarjana berkualifikasi (tujuan, lingkup, ilmu pengetahuan, dan pendekatan).
    “Perguruan Tinggi dan Agen Perubahan Budaya”
    (Hendra Gunawan –Guru Besar FMIPA ITB, Opini, hal. 6, kol.2-6, KOMPAS, Selasa 01 Sept. 2015)
    Peran Perguruan Tinggi (PT) dan survei mengindikasikan kualitas lulusan PT dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang dihasilkan masih rendah – pembangunan bangsa – menikmati kesejahteraan dan kehidupan bangsa yang cerdas adalah tujuan dari pendidikan yang berkualitas dan berdaya-guna.
    Aristoteles (filsuf Yunani, 384-322 sM): PT, tempat pengembangan Iptek.
    Cicero (politisi Romawi, 106-43 sM): PT merupakan tempat pembentukan manusia.
    Indonesia: PT, pengabdian kepada masyarakat (Tri Dharma PT), pusat ilmu Pengetahuan dan kebudayaan.
    “JANGAN MEMPERMAINKAN PERGURUAN TINGGI KARENA SEORANG SARJANA MENJADI PANUTAN DALAM MASYARAKAT"
    Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ( Laporan Program Pembangunan PBB) sebagai berikut:
    Peringkat 9. Singapura, 30. Brunei, 62. Malaysia, 89. Thailand,
    108. INDONESIA (dari 187 negara yang dipantau)
    117. Philippina, 121. Vietnam, 136. Kamboja, 139. Laos.
    150. Myanmar.
    Kutipan Gunawan dari M.T. Zen, tentang ciri-ciri bangsa yang maju adalah:
    1. Berpegang pada prinsip-prinsip etika yang kuat.
    2. Berdisiplin tinggi.
    3. Bertanggung jawab.
    4. Menghormati hukum.
    5. Menghargai hak warga lain.
    6. Senang bekerja.
    7. Bekerja keras untuk menabung dan berinvestasi.
    8. Berkemauan untuk bertindak hebat.
    9. Menghargai waktu.
    10. Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan tehnologi (Iptek).
    Nah, dalam hal ini, Indonesia beruntung dengan munculnya seorang figur yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, dialah seorang Romo Mangun. Nah dalam kenyataan hidup ini, pendidikan merupakan suatu dasar yang menentukan masa depan sebuah bangsa, demikian juga Indonesia. Buat apa Indonesia memiliki banyak SDM yang berlimpah, namun SDA nya lemah. Kebanyakan perusahaan di Indonesia masih dikelola oleh pihak luar negeri, karena mereka mempunyai pengetahuan dalam mengelola SDA yang ada di Indonesia. Nah, timbul pertanyaan dalam benak saya, apa sebenarnya faktor yang menyebabkan pendidikan di Indonesia berbeda dengan negara lain?, apakah Indonesia kekurangan fasilitas dalam menunjang pendidikan?, atau kekuarangan dalam tenaga pengajar? Kepada para penyaji, coba jelaskan secara sistematis.....

    Terima kasih......
    Salam IBD.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih buat saudara Enhot 15.01.1253 yang sudah memberikan pertanyaan mengenai keadaan pendidikan di indonesia kita tercinta ini. jadi berbicara mengenai faktor-faktor yang membuat atau yang menyebabkan pedidikan indonesia berbeda dengan pendidikan di negara lain seperti yang suadara sudah katakan adalah benar. Indonesia saat ini kekurangan tenaga kerja yang memang benar" seorang pengajar dalam pengetahuan pendidikan, saat ini sudah ada banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan lain atau kekurangan dana. sehingga ilmu yang dia tuangkan kepada muridnya tidak maksimal. demikian juga dengan sarana pendidikan indonesia, Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita di indonesia saat ini yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi juga tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. dalam standarnisasi pendidikan indonesia, juga kita bisa melihat bahwa saat ini peserta didik terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena apa ? berarti pendidikan kita seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. jadi itulah beberapa yang bisa kami jelaskan mengenai faktor penyebab pendidikan di Indonesia berbeda dengan negara lain.. Terimakasih.. Tuhan memberkati.. syaloom..

      Hapus
  12. Nama : Susanto Marpaung
    Kelas : 1-D/theologia
    Nim : 15.01.1331
    Pembahasan ini cukup sulit saya pahami, tapi saya akan mencoba memuat pertanyan kepada para penyaji, saya ambil dari pembahasan Manusia Pasca-Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein, coba penyaji sebutkan masalah pokok (inti masalah) yang di hadapi oleh Romo Mangun pada pembahasan manusia pasca indonesia dan pasca einstein......? karna saya cukup sulit dalam memahami buku topik kita ini.....
    Syalom....
    Salam sebangsa setanah air.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syalom pak, . saya meminta maaf pak terlebih dahulu dimana saya membuat komen tanpa terlebih dahulu membuat pembahasan ataupun analisa. Saya masukkan ini di ruang balas karena saya telah mengkomen terlebih dahulu pak, jadi saya berniat membuat pembahasan ataupun analisa tentang pendidikan di indonesia.....
      NAMA : Susanto Marpaung
      NIM : 15.01.1331
      Kelas : 1-D / Theologia
      Konsep Manusia Menurut Kebudayaan jawa
      Berbicara tentang pendidikan, pastilah terlebih dahulu berbicara tentang Manusia karna setiap sistem pendidikan pendidikan ditentukan oleh filsafat tentang manusia dan ctra manusianya yang dianut, sehingga tidak pernah netral atau dengan kata lain ideologis.
      Berbicara tentang pendidikan indonesia menurut saya ialah sedang menngalami pengembangan dimana indonesia sudah mampu mengembangkan pendidikan di pelosok-pelosok indonesia. Contoh kecil di kampung saya, sudah hampir semua anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak dan bagus, melalui guru-guru yang di tempat di sekolah-sekolah bukan lagi guru-guru yang hanya biasa saja,tetapi guru-guru yang berkemampuan tinggi dan lulusan universitas negeri, pada hal sebelumnya guru SD dan SMP masih terdapat guru yang hanya tamat lulusan SMA(honor-honor) atau guru yang tidak menetap, ini mengakibatkan kecerdasan anak-anak dalam pendidikan di kampung saya tidak bertambah atau terus tertinggal, pada hal kecerdasan seorang anak-anak(siswa) menurut saya di pengaruhi oleh pengajaran yang di dapat di sekolah atau dari guru yang memiliki kemampuan yang tinggi sehingga dapat mampu meningkatkan kecerdasan seorang siswa. Namun sekarang melalui program pemerintah setempat yang menempatkan guru-guru(PNS) dari kota ke sekolah-sekolah di kampung saya menjadikan siswa SD,SMP dan SMA sudah mampu bersaing antar kabupaten di kawasan tapanuli utara, bukti nyata lainya ialah sudah banyak siswa yang diterima di universitas-universitas negeri di indonesia keluaran dari kampung saya. Maka dari itu saya sangat setuju dengan fisi Romo Mangun yang menyatakan bahwa Pendidikan haruslah bersifat terbuka kea rah masa depan, mencerahkan dan mengembangkan kebaruan, melawan status quo atau reproduksi dan penerrusan ide-ide lama, yang oleh Romo Mangun disebut sebagai sekadar “sosialisasi”, sebagai mana dianut kaum feudal dan orde baru. Di sini pendidikan mampu mencerahkan kehidupan masyarakat kearah masa depan, itulah sebabnya kenapa saya mengakatan bahwa pendidikan di indonesia sedang mangalami perkembangan...

      Hapus
  13. Nama : Epi Sihombing
    Nim : 15.01,1255
    Tingkat/Jurusan : I-D/Theologi
    Syalom bagi kita semua,,,,
    Saya hanya menambahi pendapat kawan kawan tentang kondisi pendidikan saat ini, Pembahasan kita dalam sajian “Manusia Humanis” ini dengan kata kunci “Pendidikan”. Pendidikan adalah sebuah budaya manusia modern, meskipun manusia jaman dahulu sudah mengenal namanya pendidikan. Tetapi pendidikan manusia masa kini jauh lebih canggih daripada manusia. Tapi meskipun demikian, belum tentu pendidikan masa kini lebih dapat memanusiakan manusia Menurut saya belum tentu. Karena pendidikan masa kini tidak menjamin seseorang yang memperolehnya menjadi manusia yang benar-benar manusia. Karna banyak orang yang mengecap pendidikan tapi krisisnya moral yang dimilikinya. kenyataan yang dapat kita temui di masyarakat orang yang berpendidikan tinggi belum tentu menjadi manusia beradab, dari sajian yang telah kita bahas dimana Romo Mangun mengarahkan bahwa pendidikan itu haruslah mengantarkan manusia menjadi sosok yang terbuka kepada nilai-nilai kemanusiaan universal, meskipun tetap berpegang kepada nilai-nilai keIndonesiaan. Generasi muda harus meluaskan pemikirannya dengan berpikir kreatif, inklusif, dan pluralistik. Berkaca bahwa hidup ini adalah terus berjuang, jika satu jalan / cara yang dilakukan gagal, maka masih terbuka jalan / cara lain yang bisa dilalui atau dilakukan. Yang berarti, bahwa hidup itu selalu dengan penuh kemungkinan selama pikiran kita tidak terbelenggu hanya kepada satu konsep saja. Padahal pendidikan sejatinya adalah untuk memerdekakan dan membebaskan, “memanusiakan manusia. Tetapi dalam kenyataannya, pendidikan selalu bertolak belakang dengan humanisme, dan ini bukanlah sesuatu hal yang baru di Indonesia dengan konsep yang terus berjalan seperti ini, Romo mengajak kita untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri Bahkan pencarian jati diri karna dalam Humanismenya, tidak boleh berhenti Pencarian jati diri dan pendewasaan diri haruslah bergerak dan berujung kepada kesadaran diri.
    Trimakasih,,,salam ibd…….


    BalasHapus
  14. Nama. : Ronal Jovi Ginting
    Nim. : 15.01.1313
    Tingat/Jurusan : 1-D/Theologia

    Syalom...
    Saya sangat tertarik dengan kelompok 2 yang dapat saya liat dari sajian kelompok 2 ini adalah di mana Romo Mangun ingin membangun dan membentuk manusia menjadi lebih baik, semua segi ia ingin masuki baik itu lintas budaya mau pun lintas Agama tanpa pandang bulu Romo Mangun ingin mempersatukan agar timbul humanisme yang bukan sekedar teori tapi dalam penerapanya juga sangat gencar di lakukan. Romo mangun juga ingin menyadarkan bahnya pendidikn dan rasa nasionalisme itu harus di barengi dengan rasa humanisme dan kasih. Tapi buruk nya pendidikan sarana dan perasarana pendidikan membuat banyak rakyat indonesia menderita bahkan mereka kurang mencintai tanah air karna keadaan dan kurang nya ilmu yang mereka miliki tentang rasa nasionalisme. Yang ingin saya tanyakan menurut penyaji dari kelompok 2 apakah yang di lakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalh humanisme ini sudah maksimal ? Dan tolong berikan alasanya dan contohnya..teimakasih.

    Syalom.
    Salam IBD.

    BalasHapus
  15. Nama. : Ronal Jovi Ginting
    Nim. : 15.01.1313
    Tingat/Jurusan : 1-D/Theologia

    Syalom...
    Saya sangat tertarik dengan kelompok 2 yang dapat saya liat dari sajian kelompok 2 ini adalah di mana Romo Mangun ingin membangun dan membentuk manusia menjadi lebih baik, semua segi ia ingin masuki baik itu lintas budaya mau pun lintas Agama tanpa pandang bulu Romo Mangun ingin mempersatukan agar timbul humanisme yang bukan sekedar teori tapi dalam penerapanya juga sangat gencar di lakukan. Romo mangun juga ingin menyadarkan bahnya pendidikn dan rasa nasionalisme itu harus di barengi dengan rasa humanisme dan kasih. Tapi buruk nya pendidikan sarana dan perasarana pendidikan membuat banyak rakyat indonesia menderita bahkan mereka kurang mencintai tanah air karna keadaan dan kurang nya ilmu yang mereka miliki tentang rasa nasionalisme. Yang ingin saya tanyakan menurut penyaji dari kelompok 2 apakah yang di lakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalh humanisme ini sudah maksimal ? Dan tolong berikan alasanya dan contohnya..teimakasih.

    Syalom.
    Salam IBD.

    BalasHapus
  16. Nama : Chandra Syahputra Pasaribu
    NIM : 15-02-568
    Ting/Jur : 1/PAK

    Berbicara membangun nilai-nilai kemanusiaan tentu sangat menarik sekali di untuk diperbincangkan karena hal ini tidak mudah di terapkan, seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali orang yang berbicara tentang hal-hal yang membangun nilai-nilai kemanusiaan namun sedikit yang menerapkannya.
    Contoh : Layaknya Nabi-Nabi palsu yang menceritakan hal-hal yang benar kepada banyak orang, seakan-akan dialah yang paling benar namun penerapannya dalam kehidupan tidak ada sama sekali. Begitu juga dengan kita sebagai hamba Tuhan yang akan melayani di masyarakat.
    Dari tanggapan saya di atas apa tanggapan para penyaji ?Apakah kita hanya berbicara tanpa harus berbuat? Dan kalau memang kita ingin berbuat hal-hal yang membangun nilai-nilai kemanusiaan, langkah apa yang sepatutnya kita lakukan sebagai pada mahasiswa pada saat ini?

    BalasHapus