Nama : Longbet Finaldo Rumahorbo
Malem
Kerina Tarigan
Parinduan Tambunan
Riosa
Br. Sembiring
Ting/Jur : IV-A/Teologi
M. Kuliah : Liturgika
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga, M. Th
Doa Syafaat
I.
Pendahuluan
Doa adalah ungkapan hati seseorang
kepada Tuhan yang diungkapkan sebagai permohonanya kepada Tuhan. Orang percaya
akan mengutarakan permohonannya kepada Tuhan dengan penuh iman. Dalam
persekutuan orang kristen di gereja, doa sangat kuat dipraktekkan. Sejak
perjanjian lama, praktek doa sudah sangat jelas dipraktekkan, bagaimana Abraham
berdoa untuk lot di Sodom dan Gomora, Salomo berdoa ketika bait suci didirikan,
sampai kepada Yesus di Perjanjian Baru. Hingga kepada perjalanan gereja dari
masa ke masa, doa menjadi unsur yang penting dalam ibadah. Ada doa yang sering
dipraktekkan di gereja dan sifatnya umum, yaitu “doa syafaat”.
II.
Pembahasan
2.1
Permulaan
Doa Syafaat
Dalam
ibadah jemaat dari abad ke abad doa syafaat biasanya di tempatkan sesudah pemberitaan
firman. Yustinus Martir (110-165) memberitakan bahwa sesudah kedua (= pelayan) mengajar dan memberi
nasihat, kami semua jemaat bangun berdiri dan berdoa bersama-sama. Kesaksian
yang sama kita dapati dalam Liturgia Klementin (380). Di sana dikatakan bahwa
sesudah kotbah para peserta katekument, orang-orang yang dirasuki setan, dan
lain-lain di suruh ke luar, diikuti oleh doa syafaat untuk gereja, mula-mula
untuk pejabat-pejabatnya (uskup, presbyter, diaken dan petugas lainnya),
kemudian untuk anggota-anggotanya (yang baru dibaptis, yang sedang belajar,
yang sakit, yang menanggung sengsara
karena nama Tuhan), dan akhrinya untuk dunia: untuk perdamaian dan
keselamatannya. Lalu dalam ritus Gallia doa syafaat di hubungkan dengan khotbah
dan diucapkan dalam bentuk percakapan. Kemudian doa syafaat dipindahkan dari
ibadah pemberitaan firman ke dalam ibadah perayaan perjamuan (Missa Fidelium).
Melalui perubahan ini, doa syafaat makin lama makin erat dihubungkan dengan
eucharistia.[1]
Dalam
karyanya, De canone missae epichiresis, Zwingli
menempatkan doa-doa untuk orang hidup dan peringatan akan orang-orang mati
dalam ibadah pemberitaan firman. Sebabnya, mungkin, secara drastis ia mau
merubah doa-doa dalam Misa Romawi sehingga lenyap segala tanggapan korban dan
seruan kepada orang-orang suci; kedua, ia mau mengikuti kebiasaan yang dipakai
dalam pronaus (kebaktian-khotbah
tanpa perayaan perjamuan). Reformis Calvin menepatkan doa syafaat sesudah
khotbah. Penempatan ini, sesuai dengan kebiasaan yang dipakai oleh Gereja Lama
dalam abad-abad pertama. Juga Luther dalam Deutsche
Messe (1525) ia memberikan suatu parafrase dari Doa Bapa Kami sesudah
khotbah.[2]
2.2
Pengertian
Doa Syafaat
Doa syafaat adalah doa permohonan bagi orang-orang yang ada dalam
pergumulan atau orang-orang yang sedang menghayati panggilannya. Doa syafaat
tidak hanya terbatas hanya dinaikkan bagi orang-orang Kristen, namun juga untuk
bangsa dan negara.[3]
Yang dimaksud dengan doa syafaat ialah doa yang dalam beberapa tata kebaktian
gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral. Di luar negeri
doa ini di kenal dengan nama intercession[4]. Doa
adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan
memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala”
(Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya) dalam bentuk interaktif yang mesra
dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anak-Nya yang
datang meminta, mencari & mengetok (Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan
“roh, jiwa & tubuh” manusia dengan TUHAN Allah dalam suatu waktu, ruang
& kondisi/keadaan.[5] Doa adalah
ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur dan cinta
kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan”.[6]
Maka, doa berkaitan dengan pengangkatan hati kita kepada Tuhan atas dasar kasih
kita kepada-Nya, untuk mengucap syukur ataupun untuk memohon rahmat dan
pertolongan-Nya.[7]
2.3
Perkembangan
Makna Doa Syafaat
Menurut Regiono dari Prum (915), doa
syafaat dilakukan sesudah khotbah pada hari Minggu dan hari Raya imam mengajak
jemaat untuk mendoakan pemerintah, Gereja, dan pemimpin-pemimpinnya,
perdamaian, orang-orang sakit, dan orang-orang yang telah meninggal, tiap-tiap
doa syafaat diakhiri dengan Doa Bapa Kami oleh jemaat dan doa diam oleh imam. Keadaan
di Jerman agak berlainan. Disana bentuk dan susunan doa syafaat tidak sama
disemua keuskupan. Pada akhir abad pertengahan umumnya dipakai kebiasaan:
sesudah khotbah anggota-anggota jemaat diajak oleh imam untuk mempersembahkan
syafaat. Objek syafaatnya adalah Gereja dan pemerintah. Objek-objek yang lain
tidak tetap. Lain dari pada itu, isi dan perumusannya juga tidak sama. Malahan
kadang-kadang terjadi, bahwa dua jemaat yang berdekatan memakai doa syafaat
yang berlainan.[8]
Untuk konteks sekarang ada yang
menempatkan doa syafaat setelah Pengakuan Dosa dan atau sebelum Khotbah (mis.
Gereja Kristen Kalam Kudus, Gereja Pantekosta di Indonesia). Walaupun ini lebih
merupakan ciri Calvinis.[9]
Unsur ini adalah doa yang biasa diselenggarakan di dalam ibadah. Syafaat
berarti doa bersama secara pasti/tepat/tegas/tidak berubah. Kata itu sendiri
berarti hukum. Tetapi ada aspek perilaku yang berhubungan dengan hukum dalam
kata itu, yaitu ‘kesetiaan’ atau ‘kepatuhan’ terhadap hukum. Karena itu
‘syafaat’ dimengerti sebagai doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan
umat dituntut untuk setia dan patuh terhadap apa saja yang didoakan. Syafaat
adalah doa umum yang dipimpin oleh Juru Doa (Pendeta/Pendoa). Dalam
kebiasaannya, syafaat biasa diakhiri dengan berdoa Bapa Kami secara
bersama-sama, sebagai cara melibatkan jemaat dalam aktifitas berdoa secara
bersama itu. Doa Bapa Kami bukanlah Doa sempurna, melainkan salah satu bentuk
doa yang diajarkan Yesus kepada umat, agar mereka bisa berdoa bersama-sama.
Juga bukan pelengkap doa syafaat, tetapi cara gereja melibatkan jemaat dalam
doa umum.[10]
Doa ini merupakan doa syukur dan
syafaat. Pada Gereja-Gereja Calvinis doa syafaat ditempatkan sebelum atau
sesudah khotbah. Bentuk doa syafaat yang kita kenal umumnyta berbentuk pidato
atau doa bebas, ada pula doa syafaat yang berbentuk formula-formula. Kekurangan
doa bebas yang diucapkan oleh pelayan terkadang sulit untuk diikuti umat
terlebih kalau doanya panjang dan tidak dipersiapkan dengan baik terlebih
dahulu. Pokok-pokok doa syafaat berhubungan dengan kehidupan intern Gereja dan
ekstern Gereja, diantaranya untuk Gereja dan dunia, pejabat Gereja dan anggota
jemaat, untuk rahib-rahib dan biarawan-biarawan, untuk kaisar (pemeritah) dan
tentara, untuk orang-orang kafir, untuk orang yang hidup di dalam kesusahan.[11]
2.4
Sikap
dalam Doa Syafaat
Dalam
Perjanjian Baru kita mendapati dua macam sikap berdoa: berdiri dan berlutut.
Keduanya kemudian diambil alih oleh Gereja Lama dan banyak gereja reformatoris.
Berhubungan dengan itu ahli-ahli liturgia pada saat ini mempertahankan
kebiasaan tersebut. Menurut mereka biasanya
sikap dalam melakukan doa syafaat dapat dengan berbagai cara: ada yang
menyatakan sebaiknya doa syafaat dilakukan dengan sikap berlutut, yaitu sikap
penyembahan jiwa manusia dihadapan kebesaran Allah (Kuyper). Ada yang
menyatakan doa syafaat dilakukan dengan sikap berlutut bagi anggota jemaat
ditempatnya masing-masing, sedangkan pelayan di depan meja atau mimbar (Van der
Leeuw). Yang lain menyatakan doa syafaat dilakukan dengan sikap berdiri
(Golterman) namun akan sangat melelahkan jika doanya panjang. Ada pula yang
mengusulkan sikap duduk lebih baik karena menyatakan keakraban, kerendahan hati
dan konsentrasi.[12]
Lekkerkerker
tidak setuju dengan pandangan-pandangan diatas. Pertama, karena berlutut waktu
berdoa sampai sekarang masih tetap dipengaruhi kebiasaan Katolik Roma yakni
penyembahan terhadap tubuh dan darah Kristus di dalam hosti. Kedua, karena
seorang Protestan tidak begitu cepat menyatakan apa yang dikandung di dalam
hatinya. Berdasarkan kebiasan Gereja Lama, pemimpin-pemimpin gerakan Liturgia
mengehendaki supaya doa syafaat dimulai oleh pelayan dengan salam “Tuhan
menyertai kamu” dam dijawab oleh jemaat dengan “Dan menyertai Rohmu”.[13]
a. Ada
gereja di Indonesia yang menempatkan doa syafaat (doa umum atau doa pastoral)
sebelum pembacaan Alkitab atau sebelum khotbah yakni di tempat Epiklese[15]
(doa untuk pemberitaan firman). Doa syafaat sesudah kotbah diganti dengan Doa
Bapa Kami. Namun sebenarnya Epiklese tidak boleh diganti dengan doa syafaat
karena keduanya mempunyai fungsi yang berlainan.
b. Doa
syafaat yang kita kenal dalam gereja-gereja Indonesia umumnya mempunyai bentuk
pidato. Keaiban (kekurangan) bentuk ini adalah bahwa syafaat-syafaat yang di
ucapkan oleh pelayan sukar, bahwa kadang-kadang tidak dapat diikuti oleh
jemaat, terutama ketika pelayan terlampau panjang berdoa dan syafaat-syafaatnya
tidak dipersiapkan lebih dahulu dengan baik. Oleh karena itu, kita perlu
mengusahakan suatu cara atau bentuk yang baik yang memungkinkan jemaat untuk
turut berdoa dengan pelayananya, turut mengucapkan syafaat-syafaat yang ia
panjatkan kepada Allah.
c. Salah
satu motif yang dipakai oleh pemimpin-pemimpin gerakan Liturgia untuk
mempertahankan doa formulir dalam ibadah adalah seperti yang telah kita dengar
tadi- “karena pelayan-pelayan umumnya tidak mempunyai kharisma khusus untuk
berdoa”. Barth berkata: “saya tidak dapat berdoa?” jangan menipu diri sendiri.
Yang benar ialah, “saya tidak mau berdoa” karena saya mau melarikan diri dari
penghukuman Allah dan konsekuensinya, karena saya tidak mau hidup dari
anugerah-Nya. Oleh karena itu, sekalipun doa formulir tidak dapat kita tolak
dari ibadah jemaat, kita hanya mau memakainya selama doa itu dapat menolong
jemaat-jemaat kita untuk berdoa di dalam persekutuan dengan seluruh gereja.
Dalam praktek ini berati bahwa bahasa “arkaistis” dari doa-doa formulir harus
diganti dengan suatu bahasa lain yang lebih berarti bagi anggota-anggota
jemaat, terutama karena banyak diantara mereka tidak mempunyai doa formulir
yang diucapkan oleh pelayan sehingga mereka harus mengikuti saja apa yang
mereka dengar.
2.6
Analisa
Penyaji
Doa atau berdoa adalah kata yang sangat populer yang dikenal oleh semua
orang, baik Kristen maupun yang bukan Kristen. Doa dalam pengertiannya yang
secara universal selalu berhubungan dengan sesuatu yang berada di luar
kehidupan normal seorang manusia yang lebih bersifat supranatural. Doa adalah
suatu dimensi yang berhubungan dengan alam roh. Semua orang dapat berdoa sesuai
dengan keyakinan atau sesuatu yang dipercayainya memiliki kuasa yang diluar
kekuatan/kuasa manusia biasa. Sehingga doa juga merupakan suatu “medan magnit”
yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan sesuatu roh supranatural
diluarnya.
Kita haruslah menyadari bahwa tingkat kemajuan dalam kehidupan Kristen
sangat ditentukan oleh kekuatan kita dalam doa. Jika tidak berdoa maka kita tidak
bertumbuh secara rohani. Kita harus bisa menerapkan prinsip-prinsip doa yang
benar, yang dapat menolong membentuk pola doa yang efektif. Tidak cara lain
untuk masuk dalam kehidupan Kristen yang berhasil dan berkemenangan tanpa
praktek doa yang disiplin. Banyak orang Kristen merasa sulit berdoa. Beberapa
menggunakan doa yang tercetak. Beberapa lagi, menghafalkan urutan kalimat yang
digunakan pada awal dan akhir dari doa. Yang lainnya, yakin bahwa doa itu hanya
bermakna bila diucapkan secara spontan, berdoa hanya saat mereka merasa ingin
berdoa.
III.
Kesimpulan
Doa
syafaat adalah unsur terpenting dalam liturgi peribadahan. Doa syafaat adalah
doa permohonan untuk pergumulan orang-orang yang dalam pergumulan. Sejalan
dengan perjalanan liturgi, doa syafaat ada yang dilakukan sebelum khotbah, ada
yang setelah khotbah, dan ada yang dilakukan di dalam perjamuan Kudus. Dalam
pemaparan ini kita dapat melihat bahwa doa syafaat mencerminkan kerinduan umat
kepada Tuhan. Doa syafaat juga dapat dikatakan doa pastoral, karena barisan doa
yang dipanjatkan adalah untuk memberi penguatan kepada orang yang mendapat
pergumulan dan mendoakan segala bentuk pergumulan dalam gereja, bangsa dan
negara.
IV.
Daftar
Pustaka
Sumber Buku:
Ch.
Abineno, J.L., Unsur-unsur Liturgia,
Jakarta: BPK-GM, 2000
Nur
Kholis Setiawan, Mohammad, Meniti Dalam
Kerukunan: Beberapa Istilah Kunci Dalam
Islam
dan Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2010
Theresia
dari Kanak-kanak Yesus, Manuscripts Autobiographiques, C 25r, seperti
dikutip
dalam KGK 2558.
Youth
Catechism of the Catholic Church/ Katekismus Gereja Katolik untuk
Orang Muda, tr. Michael J. Miller, (San Francisco: Ignatius Press, 2011), 1.
Bandingkan dengan Katekismus
Gereja Katolik (KGK).
Abineno,
J.L. CH., Ibadah Djemaat dalam Abad-abad Pertengahan, Jakarta: BPK-GM,
1965
Kooiman, W. J., Martin Luther: Doktor Dalam Kitab Suci; Reformator Gereja,
Jakarta: BPK
Gunung Mulia, cet., ke-7, 2006
Sumber
Internet:
http://kutikata.blogspot.co.id/2009/04/makna-unsur-unsur-dalam-liturgi.html,diakses
Minggu, 13 Maret 2016.
Kamus Teologi,
Jakarta: BPK-GM, 2002
http://www.sabdaspace.org/doa_puasa_menurut_alkitab,
diakses Minggu, 13 Maret 2016.
[1] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, (Jakarta: BPK-GM,
2000), 86-87.
[2] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 87-88.
[3]Mohammad Nur Kholis
Setiawan, Meniti Dalam Kerukunan:
Beberapa Istilah Kunci Dalam Islam dan Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2010),
479
[4] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 86.
[6] Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Manuscripts
Autobiographiques, C 25r, seperti dikutip dalam KGK 2558.
[7] Youth Catechism of the Catholic Church/ Katekismus Gereja Katolik untuk
Orang Muda, tr. Michael J. Miller, (San Francisco: Ignatius Press, 2011), 1.
Bandingkan dengan Katekismus Gereja Katolik (KGK).
[8] J.L. CH. Abineno, Ibadah Djemaat dalam Abad-abad Pertengahan,
(Jakarta: BPK-GM, 1965), 35-56
[9] W. J.
Kooiman, Martin Luther: Doktor Dalam
Kitab Suci; Reformator Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet.,
ke-7, 2006), 127.
[10]
http://kutikata.blogspot.co.id/2009/04/makna-unsur-unsur-dalam-liturgi.html,
diakses Minggu, 13 Maret 2016.
[11] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 87-89
[12] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 91.
[13] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 91-92
[14] J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia, 92-95.
[15] Epiklese atau juga
Eplikese adalah salah satu bagian pada liturgi Perjamuan Kudus atau Ekaristi
yang berisi permohonan akan kehadiran Roh Kudus. Henk ten Napel, Kamus Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 2002).
Nama Kelompok : Edy Kerisman Tarigan
BalasHapusHafdon Purba
Septy Purba
Wenti Br. Surbakti
Ting/Jur :IV-A/ Theologia
Doa merupakan ungkapan hati seorang hamba Tuhan. Ada salah satu doa dalam sebuah liturgi dalam peribadahan yang disebut dengan doa syafaat. Doa syafaat adalah doa yang dipanjatkan kepada Tuhan dimana dalam doa tersebut mendoakan orang-orang yang sedang dalam pergumulan, doa syafaat ini tidak terbatas bagi orang-orang ataupun orang-orang Kristen saja tetapi juga doa syafaat ini untuk bangsa dan Negara. Dari abad kea bad doa syafaat ini ditempatkan sesudah pemberitaan firman.
Regiono dari Prum mengatakan bahwa doa syafaat dilakukan sesudah khotbah pada hari minggu dan hari raya imam mengajak jemaat untuk mendoakan pemerintah, gereja, pemimpin, perdamaian, dan lainnya dan biasanya doa-doa syafaat diakhiri dengan Doa Bapa Kami dalam ibadah jemaat. Namun dalam perkembangannya ataupun dalam konteks sekarang ada yang menempatkan doa syafaat setelah pengakuan dosa atau sebelum khotbah (seperti gereja kalam kudus, gereja pentakosta di Indonesia), kalau gereja-gereja Calvinis doa syafaat ditempatkan sebelum khotbah atau sesudah khotbah. Adapun sikap berdoa dalam ibadah meliputi dua macam yaitu berdiri dan berlutut yang kemudian ini diambil oleh gereja dan juga oleh gereja reformatoris. Selain itu sikap berdoa ada juga sikap dalam doa syafaat yang dilakukan seperti sikap penyembahan kepada Allah yang Maha besar, ada juga sikap bagi jemaat yaitu berlutut sedangkan di depan meja atau di mimbar.
1. Bagaimana sebenarnya latar belakang adanya doa syafaat dan bagaimana masuknya dalam liturgi peribadahan gereja?
2. Apa perbedaan dari doa syafaat dengan doa-doa yang lain?
3. Bagaimanakah doa syafaat yang baik dan benar serta menyenangkan hati Tuhan?
4. Ketika si pendoa sedang melaksanakan doa syafaat dalam peribadahan, dan seseorang itu hanya mendoakan kepentingan atau pergumulannya, dan pergumulan keluarganya sendiri, apakah itu termasuk doa syafaat?
5. Dalam paper penyaji mengatakan bahwa dalam ibadah jemaat dari abad kea bad dikatakan bahwa doa syafaat itu di tempatkan sesudah pemberitaan firman. Namun jika kita lihat dengan gereja-gereja sekarang ini sudah muncul berbagai pendapat tentang penempatan doa syafaat yang artinya ada yang menempatkan sebelum pemberitaan firman dan ada juga yang menempatkannya sesudah pemberitaan firman. Jadi bagaimana sebenarnya kedudukan doa syafaat dalam ibadah?
doa syafaat di gereja saya khususnya sudah membudaya jika doa syafaat yang dilakukan adalah mendoakan khusus yang memberi persembahan pengataken bujur dan persepuluhen, dan yang membawa doa syafaat sudah tidak lagi medoakan jemaat yang tidak memberi persembahan dan yang mengalami pergumulan, dan sering juga ada candaan jemaat (jika kalau ada yang mau di bawakan dalam doa syafaat harus memberi persembahan pengtaken bujur dulu). jadi yang dilakukan gereja saya apakah dikatakan menyenangkan hati Tuhan? karena bapak dosen tadi menjelaskan bahwa doa syafaat pada dasarnya meminta perlindungan, penyertaan, dan pertolongan. terima kasih
BalasHapusTerima kasih kepada Desy Ginting yang telah bertanya, ini adalah jawaban saya terhadap pertanyaan ini:
HapusSemua harus kembali kepada pemahaman yang benar tentang apa itu doa syafaat. Kekonsistenan pengertian awalnya tentang doa syafaat ini. Memang pada dasarnya, jemaat yang memberikan persembahan ucapan syukur kepada Tuhan selalu didasari karena begitu besar kasih Tuhan kepada keluarga, ulang tahun, kelahiran, dan banyak lagi. Tetapi ada juga ucapan syukur dari jemaat karena ucapan syukur diberi karena perjalanan adat penguburan orang yang telah meninggal dalam keluarga sudah berjalan dengan baik, juga sering kita lihat. Apakah cara-cara yang dilakukan jemaat ini untuk mengucap syukur akan hidupnya dan Tuhan akan memberkatinya lagi, dan hamba Tuhan akan mendoakannya. Apakah ini hal yang salah? Ini tidak salah. Tuhan mengatakan bahwa manusia haruslah selalu mengucap syukur. Tetapi yang salah adalah caranya hamba Tuhan yang terlalu memfokuskan doanya selalu identik dengan ucapan syukur, bahkan sampai 15 menit lebih. Dan doa untuk pergumulan jemaat yang lain terkadang sedikit terlupakan. Cara inilah yang tidak benar. Supaya doa syafaat kita menyenangkan hati Tuhan maka fokuskanlah doa syafaat kita kepada jemaat yang memang membutuhkan pertolongan Tuhan. Maka kita akan kembali konsisten pada pengertian awal dari doa syafaat.
trimakasih kepada teman kami saudari desy yang mau menanggapi sajian kami. bagini, kalau contoh kasus yang diangkat oleh saudari tentnag doa syafaat yang dilakukan di gereja Saudari, saya tidak langsung mengatakan itu salah. alasan saya begini, wajarlah petugas doa syafaat mendoakan mereka yang memberi ucapan syukur kepada gereja. karena bagi saya, ucapan syukur yang diberikan kepada gereja adalah bentuk doa dan iman mereka kepada Tuhan yang telah menolong mereka mengatasi pergumulan mereka. nah, yang menjadi permasalahan adalah bila yang memberi persembahan ucapan syukur itu memiliki motivasi lain; misalnya agar dia dipandang dan di kenal jemaat sebagai orang yang sering memberi ucapan syukur. dan pendoa syafaat juga berlama-lama mendoakan mereka, padahal jemaat lain juga butuh didoakan, butuh ditopang, dan rindu pemeliharaan Tuhan. disanalah sudah tidak lagi menyenangkan hati Tuhan saya kira. maka wajarlah doa syafaat di gereja saudari selalu mendapat candaan.
HapusDari sajian mengenai doa syafaat, melalui penjelasan bapak dosen yang mengatakan doa syafaat versus PB sebagaimana Yesus mendoakan murid-muridnya, doa syafaat versus PL sebagaimana Abraham berdoa untuk Sodom dan landasan teologinya yaitu perlindungan, permohonan, penyertaan, pertolongan Allah dan melihat doa syafaat yang dilakukan saat sekarang ini maka menurut saya tidak sesuai dengan doa sfayaat yang di pelajari dalam mata kuliah liturgika ini. Jadi yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana cara memperbaharui doa syafaat sekarang ini yang sudah membudaya mendoakan seperti persembahan ucapan syukur menjadi doa syafaat yang memang benar-benar sesuai dengan yang kita pelajari dalam mata kuliah liturgika?
BalasHapusterimakasih saudari desna buat pertanyaannya. saya kira tidak salah mendoakan topik doa yang saudari jelaskan diatas. hanya saja, kita hampir mengalami ketidakkonsistenan dalam berdoa di doa syafaat. untuk itu, bagaimana cara mengubahnya, mari refleksikan makna yang telah kita dapatkan dari pelajaran liturgika ini. kita perlu mendoakan orang -orang yang menderita yang tidak mampu menjalaninya kalau tidak ada Tuhan yang menopangnya.
Hapusdari pemaparan sajian dengan judul doa syafaat dan melalui diskusi di kelas, saya dapat menyimpulkan bahwa doa syafaat itu lebih mengarah kepada permohonan, penyertaan, perlindungan, pertolongan, dan lainnya. tetapi dapat kita lihat pada konteks sekarang seperti yang dipertanyakan oleh saudari desi, memberi persembahan pengatakan bujur pun dimasukkan ke dalam doa syafaat, sehingga doa syafaatnya sangat panjang. saya belum mendapat penjelasan yang konkret mengenai doa syafaat, karena dapat kita lihat juga, bahwa kita sebelum tidur atau pun bangun tidur mendoakan orang-orang di sekitar kita, apakah itu juga disebut dengan doa syafaat.
BalasHapuspertanyaan saya adalah bagaimana sikap doa syafaat yang benar, berhubunngan dengan pejelasan penyaji dalam sikap Doa Syafaat. apakah berdiri, belutut, atau duduk, dan apa makna sikap doa syafaat yang penyaji katakan itu benar.
BalasHapusTerima kasih kepada Yosevina Gurusinga yang telah bertanta, ini adalah jawaban saya terhadap pertanyaan anda:
HapusDoa syafaat yang benar adalah doa yang disampaikan kepada Tuhan atas diri seseorang dari permintaannya sendiri yang sudah tidak mampu lagi berjalan tanpa pertolongan tangan Tuhan. Dan sikap dalam berdoa syafaat ada banyak pendapat yang mengatakannya. Dalam PB sikap berdoa yang baik adalah berdiri dan berlutut, ini dianut oleh GKR. Dan ada gereja yang mengatakan duduk dalam berdoa syafaat lebih menyatakan keakraban, kerendahan hati dan konsentrasi. Banyak pandangan, sekarang kita harus memilih. Maka menurut saya kenyamanan yang dalam berdoa syafaat adalah hal yang utama penting. Dan ini harus didasari apa kata firman Tuhan.
Terimakasih kepada saudari Yosevina Gurusinga, cara jemaat doa syafaat yang benar menurut saya adalah doa ynag berasal dari hati, baik berdiri, berlutut, duduk, atau bersujud tetapi jikalau tidak berasal dari hati, maka saya kira doa syafaat tidak akan menyenangkan hati Tuhan
Hapuspertanyaan saya dari doa syafaat ini adalah, bagaimana jika doa syafaat di akhiri dengan doa bersama yaitu "doa bapa kami" seperti yang terjadi di agenda GKPS model E. apakah doa tersebut masih dikatakan doa syafaat ? dan apakah boleh doa syafaat di gabung dengan doa bersama yaitu "doa bapa kami"?
BalasHapusTerima kasih kepada Tolopan Silalahi atas pertanyaannya, ini adalah jawaban saya terhadap pertanyaan anda:
HapusDalam kebiasaannya gereja kita saat ini seperti yang terdapat dalam liturgi GKPS model E doa syafaat diakhiri dengan berdoa Bapa Kami. Semua liturgi yang ada dan di terapkan dalam gereja-gereja kita adalah hasil pergumulan atau kebutuhan jemaat, supaya apa yang dikatakan firman Tuhan dapat dirasakan didalam liturgi kepada jemaat. Dan setiap liturgi yang diadopsi gereja pastilah berlandaskan teologi kita. Doa Bapa Kami bukanlah Doa sempurna, melainkan salah satu bentuk doa yang diajarkan Yesus kepada umat, agar mereka bisa berdoa bersama-sama. Dan sikap gereja memasukkan doa syafaat diakhiri dengan berdoa Bapa Kami secara bersama-sama, sebagai cara melibatkan jemaat dalam aktifitas berdoa secara bersama. Supaya setelah doa syafaat dikumandangkan, maka akan diakhiri dengan bersama yang diajarkan Tuhan Yesus.
Terima kasih kepada Tolopan Silalahi atas pertanyaannya,
Hapusmenurut saya, liturgi peribadahan di setiap gereja ada benarnya, karena setiap gereja membuat liturgi nya sesuai dengan pergumulannya masing-masing, jadi saya kira ketika doa syafaat dihubungkan bersama dengan doa bapa kami, saya kira justru lebih bagus, karena doa bapa kami akan melengkapi doa syafaat yang telah didoakan oleh petugas doa syafaat.
Terima kasih untuk semua teman-teman yang telah bertanya kepada kelompok kami, dan setiap masukan, kritik dan saran yang telah disampaikan semoga menjadi perbaikan untuk sajian kami.
BalasHapusIni adalah jawaban saya kepada teman-teman yang belum mempublikasikan pertanyaannya ke blog ini.
pertanyaan saudara Dear Purba adalah yang kita lihat sekarang ini adalah gereja sudah tidak konsisten lagi terhadap pengertian doa syafaat. Maka jika ada seseorang yang bergumul terhadap penyakit dan itu menjadi bebannya, apakah ini dapat dimasukkan ke dalam doa syafaat?
Jawaban kepada saudara Dear Purba:
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap orang yang memiliki pergumulan dan membutuhkan pertolongan Tuhan itu termasuk ke dalam doa syafaat. Seperti yang pertanyaankan saudara Dear Purba, saya memilihat bahwa seorang yang sakit dan penyakit tersebut menjadi beban bagi dirinya. Apabila ia meminta supaya ia di doa syafaatkan dapat diterima. Ini adalah sebuah pergumulannya, permintaantolongnya kepada Tuhan yang apabila ia hanya berharap kepada pihak rumah sakit dan obat-obatan saja, tidak akan mampu menyembuhkannya secara total.
Pertanyaan saudara Rosalina Simanullang adalah jika esensi doa syafaat seperti yang dikatakan oleh bapak dosen, maka apakah doa syafaat yang kita lakukan sekarang ini adalah doa syafaat yang salah dan apa perbedaan antara doa biasa dengan doa syafaat?
HapusJawaban saya kepada saudara Rosalina Simanullang:
Tidak ada yang dapat menilai apakah sebuah doa itu benar atau salah. Kita adalah manusia berdosa dan memiliki ketebatasan dalam hal ini. Doa syafaat adalah sebuah doa yang dinyatakan kepada Tuhan ketika seseorang meminta dirinya untuk di doakan dalam kehidupannya ketika ia sangat membutuhkan pertolongan, pemeliharaan, lawatan Tangan Tuhan dalam hidupnya. Yang menjadi permasalahan adalah doa syafaat yang teraplikasi sekarang ini di dalam gereja-gereja kita sudah tidak konsisten lagi dengan pengertian awalnya. Sehingga inilah yang harus kita benahi dalam pelayanan kita nanti. Kita harus langsung mengedukasi pengertian doa syafaat yang benar kepada pertua/diaken terlebih dahulu. Sehingga mereka juga akan mengedukansikan hal ini kepada jemaat dalam setiap sektornya. Ini adalah tugas penting kita. Dan perbedaan doa biasa dengan doa syafaat adalah yang paling utama adalah tujuan doa biasa lebih fokus pada pribadi yang berdoa, apa yang menjadi pergumulannya. Tetapi doa syafaat tujuan utamanya adalah untuk orang yang mengalami pergumulan yang luar biasa sehingga untuk menjalani kehidupannya ia tidak mampu lagi tanpa pertolongan tangan Tuhan.
Pertanyaan saudara Maria Saragih adalah bagaimana kita menanggapi pemikiran para penatua yang memiliki pemikiran bahwa doa syafaat haruslah untuk orang lain bukan untuk pribadi kita lagi, tanpa melihat konteks yang terjadi saat itu adalah pergumulan pemuda saat itu adalah konflik yang sangat merugikan dan tidak mengenakan anggota!
HapusJawaban saya kepada saudara Maria Saragih:
Yang menjadi tugas pelayanan kita kelak, adalah mengedukasi para hamba Tuhan di dalam gereja kita dengan pemahaman yang benar tentang doa syafaat. Benar bahwa yang menjadi pergumulan berdasarkan konteks yang terjadi di lingkungan kita adalah yang paling utama didoakan, apalagi atas permintaan mereka sendiri. Satu hal yang penting lagi, sebagai pelayanan nantinya kita janganlah memiliki sikap langsung menyalahkan apa yang dilakukan jemaat. Walau salah, ada tindakan untuk mengajarkan dari kita, dengan kelembutan dan pemahaman yang benar adalah cara terbaik agar jemaat tidak merasa tersindir dan merasa sangat bersalah.
Pertanyaan saudara Tiar Sinambela adalah adakah batas durasi waktu dalam melakukan doa syafaat? dan menurut saya doa syafaat harus lama, karena harus mendoakan banyak hal tentan dunia ini! dan bagaimana tanggapan penyaji tentang pendoa syafaat yang terlalu fokus kepada jemaat yang memberikan ucapan syukur?
HapusJawaban saya kepada saudari Tiar Sinambela:
Sejauh pembelajaran kita tentang doa syafaat ini tidak ada yang membahas tentang batas durasi doa syafaat. Tetapi berdasarkan pada hal-hal yang akan didoakan. Seberapa banyak hal-hal yang akan didoakan maka tergantung siapa yang mendoakan dan seberapa lama ia mendoakan. Tidak ada batasan atau durasi waktu, bagi pendoa syafaat untuk lama atau tidaknya ia berdoa. Dan apa yang penanya katakan tentang pendoa syafaat yang hanya menfokuskan doa syafaat hanya kepada orang yang mengucap syukur, jawabannya menurut saya sama dengan apa yang saya katakan dalam jawaban saudara Desy Ginting.
Nama: MastonSilitonga
BalasHapusNIM: 11.01.818
Ting/Jur: IV-A/Theologia
Judul : Doa syafaat
Bila kita lihat pada saat ini ada konsep yang salah dalam kekristenan sekarang ini bahwa mereka yang menaikkan doa syafaat adalah kelompok khusus dari “orang-orang Kristen super,” yang dipanggil Allah untuk pelayanan syafaat secara khusus. Alkitab jelas menyatakan kalau semua orang Kristen dipanggil menjadi pendoa syafaat. Semua orang Kristen memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan sebagaimana Dia bersyafaat bagi kita sesuai dengan kehendak Allah (Roma 8:26-27), kita juga harus bersyafaat untuk satu dengan yang lain. Ini bukan hak yang hanya dibatasi untuk kelas tertentu dalam kekristenan; ini adalah perintah untuk semua. Jadi pertanyaan saya bagaimana tentang aliran ini, dan orang-orang yang melakukan hal tersebut, apakah itu juga di sebut dengan menyengkan hati Tuhan?.
Nama : Efran M.I. Pasaribu
BalasHapusNIM : 12.01.922
Ting/Jur : IV-A/Theologia
Doa syafaat adalah doa yang meminta perlindungan kepada Tuhan. Doa syafaat adalah permintaan kepada Tuhan untuk menyampaikan segala pergumulan ataupun kesulitan yang dirasakan dalam kehidupan ini. Itu adalah pengertian dari doa syafaat ini. Jika kita memikirkan bahwa pergumulan hidup ini adalah hanya diri sendiri yang mengetahuinya. jadi
Bagaimanakah cara berdoa syafaat yang menyenangkan hati Tuhan serta siapa yang dapat melakukan doa Syafaat ?
Nama :Hafdon Tuah Purba
BalasHapusNIM :12.01.929
Ting/ Jur :IV-A / Teologi
Dalam kesimpulan penyaji mengatakan bahwa sejalan dengan perjalanan liturgi bahwa doa syafaat itu dilakukan ada yang sebelum khotbah, ada juga yang dilakukan setelah khotbah dan ada juga yang dilakukan dalam perjmuan kudus. Jadi jika seseorang masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya lalu berdoa sendirian didalamnya layaknya seperti doa syafaat yang diharapkan dalam liturgi ibadah gereja, dan atas nama Liturgika dapatah itu dikatakan doa syafaat? Dan menurut para penyaji, apakah doa Nasional itu juga merupakan doa syafaat? Tolong dijelaskan! Terimakasih.
Nama :Eka Surya Darma Purba
BalasHapusNIM : 11.01.788
Ting : IV-A
pertanyaan saya hanya sedikit, didlam eribadahan dimana ebenarnya letak doa syafaat..?
Nama : Dear Mando Purba
BalasHapusNim : 12.01.913
Ting : IVA/Teologi
sama saperti pertanyaan saya di ruang kuliah, yaitu jika memang hasil dari perkuliahan ini adalah doa syafaat yang selama ini kita lakukan seharusnya adalah bagi mereka yang meminta perlindungan Allah, masa-masa yang sangat sukar dan hanya Allah yang dapat menolong seperti saudara-saudara yang dalam masa penganiayaan karena imannya. Lalu apakah kita juga bisa mendoakan orang-orang yang sakit? terlepas apapun jenis penyakitnya. terlebih ada orang yang meminta untuk dimasukkan kedalam doa syafaat.
terimakasih kepada saudari Dear Mando Purba yang memberikan tanggapan atas sajian kami, saya kira kita juga bisa mendoakan mereka yang sedang sakit, karena mereka adalah jemaat Tuhan yang membutuhkan lawatan tangan Tuhan, dan mereka juga percaya bahwa mereka juga sembuh bukan hanya melalui obat saja tetapi juga melalui doa yang dipanjatkan kepada Tuhan
HapusDi dalam kesimpulan penyaji mengatakan bahwa doa syafaat ini adalah bagian terpenting di dalam liturgi peribadahan, apakah memang ini adalah unsur terpenting di dalam Liturgi peribadahan? Karena menurut saya semua unsur-unsur di dalam Liturgi adalah hal yang penting di dalam peribadahan…….
BalasHapusRuang komen ini resmi saya tutup Sabtu 23 April 2016, pukul 16.26 wib. Terimakasih atas respons dan partisipasi saudara semuanya. Salam
BalasHapusSaya mencoba menambahi penjelasan mengenai pembahasan sajian ini:
BalasHapusDoa Syafaat merupakan Berdoa untuk Komunitas
Abraham berdoa untuk Lot dan orang-orang yang tinggal di dalam kota itu.
"Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada didalamnya itu? Jauhlah kiranya daripadaMu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian daripadaMu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" Tuhan berfirman: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka. Abraham menyahut:"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu. Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?" FirmanNya, "Aku tidakmemusnahkannya jika Aku dapati emapat puluh lima di sana!" (Kej 18:24-28).
Di dalam ayat tersebut kita dapat melihat bahwa oleh karena Lot, Abraham berdoa syafaat untuk semua orang dalam kota itu. Sebagai hamba Tuhan yang diberkati, kemanapun Abraham pergi maka daerah itu diberkati dan orang di sekelilingnya juga mendapat berkat. Ini adalah dalah satu prinsip berkat. Prinsip itu diterapkan oleh Yusuf. Saya berharap prinsip ini juga terjadi karena pendoa syafaat yang berdoa, sehingga tempat yang mereka kunjungi dan doakan serta orang yang bersama dengan mereka diberkati dan semuanya berjalan dengan baik.
Suatu saat walaupun pendoa syafaat tidak mendapat keuntungan dari hal tersebut, namun karena berguna untuk komunitas dan kerajaan Allah, maka dia harus berdoa. Saat itulah akan kita sadari bahwa Tuhan menumbuhkan iman kita hingga tingkat tertentu. Kita mampu berdoa dengan hati yang melingkupi seluruh dunia pada saat kita terus menerus berdoa seperti itu. Kita tahu hati manusia sangat penuh dengan keinginan. Meskipun kekayaan, kehormatan dan kenikmatan dimasukkan semuanya di dalam hati, tetapi tidak pernah merasa puas. Ini adalah sifat manusia. Bahkan untuk mendapatkan lebih banyak, hati manusia memberontak. Tetapi saya mengucap syukur karena hati kita yang besar sudah dipenuhi oleh Tuhan pencipta dunia ini. Pada saat Tuhan masuk ke dalam hati, maka bagian kosong hati kita dapat diisi. Selain memiliki hati yang melingkupi dunia, Kitadapat berdoa juga supaya Tuhan yang memiliki dan mengawasi berlangsungnya sejarah dunia. Saya berharap para pendoa syafaat akan berdoa seperti poin-poin tersebut. Sehingga oleh iman kita menerima hati Tuhan, berdoa dalam jamahan Roh Kudus, membaca Alkitab dan mendengarkan suara Tuhan. Sebagaimana Abraham yang berdoa sesuai kehendak Tuhan dengan iman dan kemurnian hati untuk satu bangsa di hadapan Tuhan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDoa orang Kristen menjadi syafaat saat dinaikkan kepada Allah melalui dan oleh Kristus. Yesus menjembatani jurang antara kita dan Allah ketika Dia mati di salib. Yesus sendiri melakukan doa syafaatnya untuk murid-muridNya (Yoh. 17:1-16). Yesus berdoa supaya murid-muridNya menjadi satu (UT OMNEST UNUM SINT) sebab Yesus akan meninggalkan mereka. Dalam gereja batak dikatakan bahwa doa syafaat itu adalah tangiang pangondianon yang artinya adalah doa untuk perlindungan, doa penyertaan, doa pertolongan yang dipanjatkan untuk Allah supaya jemaat itu mendapatkan perlindungan, pertolongan dan penyertaan untuk menjalani hidup yang penuh dengan tantangan. Pada saat ini doa syafaat ini dipanjatkan oleh orang-orang Kristen untuk orang-orang yang mengalami penganiayaan dimana orang Kristen pada saat ini tidak bisa beribadah secara bebas. Karena orang-orang Kristen pada saat ini banyak mengalami penekanan-penekanan, sangat kental dengan kondisi yang sangat sulit. tanpa perlindungan Tuhan, jemaat tidak akan berani untuk menghadapinya.
BalasHapusNama: Afdi Joniamansyah Purba
BalasHapusNim: 11. 01. 766
(perbaikan)
DOA SYAFAAT
Doa Syafaat atau Intercessory Prayer merupakan doa yang dinaikkan untuk kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa latin. Kata "Inter" berarti ANTARA dan "Cedere" yang berarti PERGI. Sehingga inter-cessory (syafaat) berarti pergi atau berdiri diantara dua pihak, dalam hal ini berdiri di antara Tuhan dan pihak lain yang kita doakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan "syafaat" sebagai perantara atau pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan.
Jadi "DOA SYAFAAT" adalah permohonan yang kita naikkan kepada Tuhan secara intensif untuk kepantingan orang lain. Ketika berdoa syafaat, kita datang kepada Tuhan sebagai perantara yang menggantikan posisi seseorang dan memohon kepada Tuhan untuk kebutuhan orang tersebut.
Doa syafaat dapat ditemukan dalam Daniel 9. Bagian ini memiliki semua unsur dari doa syafaat yang sejati. Doa ini merupakan respon terhadap Firman Tuhan, diwarnai dengan kesungguhan dan penyangkalan diri, tidak egois mengidentifikasikan diri dengan umat Allah, diteguhkan dengan pengakuan dosa, bergantung pada karakter Allah, dan tujuannya untuk kemuliaan Allah. Seperti Daniel, orang-orang Kristen harus datang kepada Allah atas nama orang lain dengan sikap hati yang hancur dan penyesalan, mengakui ketidaklayakan diri dan dengan penyangkalan diri. Daniel tidak mengatakan, “Saya berhak untuk menuntut ini dari Engkau, Allah, karena saya adalah salah satu dari pendoa syafaat-Mu yang khusus dan terpilih.” Dia mengatakan, “Saya orang berdosa,” dan akibatnya, ‘Saya tidak berhak untuk menuntut apa-apa.”
Berikut ini sebagian daftar dari orang-orang yang kita perlu doakan:
1. semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2),
2. para hamba Tuhan (Filipi 1:19);
3. Gereja (Mazmur 122:6);
4. teman-teman (Ayub 42:8);
5. teman-teman sebangsa (Roma 10:1);
6. orang-orang sakit (Yakobus 5:14);
7. para musuh (Yeremia 29:7);
8. mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44);
9. mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16);
10. semua orang (1 Timotius 2:1).
oleh sebab itu, doa syafaat sangat penting. Kita dapat berdoa untuk kesembuhan, masalah pekerjaan, kebutuhan, ataupun pertobatan mereka. Doa syafaat pribadi ini bukan ditujukan untuk kebutuhan kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang membutuhkan doa-doa kita. Salam