Kelompok II :
Chandra Syahputra Pasaribu
Rajiman Brama Nober Girsang
Putri Pebrina Nababan
Ricky Yacop Ngikut Suranta Ginting
Ting/Jur
: 1 PAK
M. Kuliah :
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Pdt. Edward Simon Sinaga M. Th
Manusia Humanis Menurut Romo Mangun
I.
Riwayat
Hidup Y. B. Mangunwijaya.
Yusuf Bilyarta (Y.B) Mangunwijaya yang lebih akrab dipanggil
dengan sebutan Romo Mangun. Dan dia lahir pada tanggal 6 Mei 1929 di Ambarawa,
dia anak sulung dari 12 bersaudara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta
adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru taman kanak-kanak
(TK). Kata-kata Ayahnya yang selalu terngiang ditelinga Bilyarta adalah bahwa
‘’hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang
sejati.
Baginya sekolah ibaratkan ‘’sorga’’, dimana bukan hanya
latihan kecerdasan, melainkan juga pendidikan kemanusiaan dan berbagai
keterampilan, seperti berbicara di muka umum, menulis, bercerita, menyanyi,
memainkan peran sandiwara. Namun datangnya Jepang pada tahun 1942 membuat
kelaparan dimana-mana dan sekolah-skolah ditutup. Bilyarta berhasil menamatkan
sekolah dasarnya dan masuk sekolah Tehknik. Setelah Sekolah Menengah Atas
Dempo, di Malang, Bilyarta aktif di organisasi Pemuda Katolik.
Setamat dari Sekolah Menengah Atas di Malang tahun 1951, ia
melanjutkan ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius di Magelang, kemudian ke
Seminari Tinggi Sancti Pauli di Yogyakarta. Selesai belajar di seminari ia
ditahbiskan sebagai Pastor oleh Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijapranata,
Sj- tokoh yang sangat dikaguminya- pada tanggal 8 September 1959 dengan nama
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, ia memilih menjadi Pastor P (Praja), organisasi
pastor-pastor Keuskupan yang menekankan kegiatannya untuk Rakyat kecil di
desa-desa, sesuai dengan janji dirinya sejak lama. Untuk melanjutkan studi
Arsitektur di Istitut Teknologi Bandung (ITB) dan lolos pada tahun 1966.
II.
Konsep-Konsep
tentang Manusia.
1)
Konsep Manusia Menurut
Kebudayaan Jawa
Menurut Y.B. Mangunwijaya,
citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada
kelir jagad cilik (mikro-kosmos),
jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Hal itu sejajar dengan filsafat
ide dari Plato digerakkan oleh Ki Dalang (Tuhan Yang Maha Esa) di alam penentu
sejati jagad gedhe (makro-kosmos).
Segala peristiwa kehidupan manusia ‘’ wus
dhasar pinasthi karsaning dewa’’ (sudah diniscayakan oleh kehendak para
dewa).
Dengan konsep manusia
seperti itu, maka prinsip pendidikan Jawa dan yang tradisional seumumnya
hanyalah penyadaran posisi, status serta kewajiban murid/ orang muda dalam
piramida tatanan hierarkis yang sudah
dipredestinasi oleh nasib. Bahkan, nasib itu pun hanya sebagai wayang dalam
tangan Ki Dalang, atau hanya fana,
tidak sejati dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang baka dan sejati.
Kafanan alias ketidaksejatian hidup di dunia ini terekspresi poetis oleh
pandangan hidup rakyat Jawa: urip mono
mung mampir ngombe (hidup hanya singgah sebentar untuk minum).
2)
Konsep Manusia Menurut
Kebudayaan Barat
-
Menurut Romo Mangun,
Pendidikan Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa dari manusia kolektivistis feudal- hierarkis ke
manusia Renaissance dan Fajarbudi (aufklarung) dan telah
terbebas dari masa kegelapan abad-abad pertengahan. Kebudayaan barat menekankan
bahwa tujuan hidup fana tidak lagi
hanya selaku persiapan ke dunia akhirat, akan tetapi dihargai sebagai tujuan
intrinsik dan sejati pada dirinya, tanpa harus mengingkari nilai hidup akhirat.
-
Menurut Metamorfosa.
Dibarat diakui, bahwa bapak filsafat dan gerakan pendidikan modern (antifeodal anti-otoriter) ialah Socrates (470-399 SM) yang mengajar
bahwa setiap manusia dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran (truth). Guru bagai bidan, yang memang harus
aktif menolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh manusia
atau anak yang bersangkutan itu sendiri.
-
Menurut Jean-Jacques
Rousseau (1712-1778), sebelum Revolusi Perancis, mengingatkan pula bahwa
dalam pendidikan hendaknya dalam hal ini anak didik, haruslah ditanggapi
sebagai anak, bukan sebagai orang dewasa berbentuk mini, dan bahwa pendidikan
harus mulai dari situasi fitri kebaikan alamiah manusiawi (I’homme naturel). Dengan demikian, pendidikan semestinya menjawab
daya-daya afektif dan perangi dasar kemanusiawian (I’honnete home) dalam diri sianak.
3)
Konsep Manusia Indonesia
Konterporer
Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia
Indonesia:
Ø Sisi Negatif
-
Pertama, hipokritis atau
munafik, berpura-pura, lain dimuka lain dibelakang.
-
Kedua, segan dan enggan bertangguang jawab atas perbuatannya,
tetapi jika ada sesuatu yang sukses, maka manusia Indonesia tidak
sungkan-sungkan untuk tampil ke depan menerima bintang, tepuk tangan, surat
pujian, piagam penghargaan, dan sebagainaya.
-
Ketiga, memiliki jiwa feudal
yang tinggi, ABS (Asal Bapak Suka)
-
Keempat, percaya takhayul.
-
Kelima, berkarakter lemah, tidak memiliki prinsip yang kuat.
-
Keenam, bukan economic
animals, sehingga cenderung boros, tidak suka bekerja keras (budaya instan)
-
Ketujuh, cepat cemburu dan dengki pada orang yang dilihatnya
lebih maju (jealous).
Ø Sisi Positif
-
Pertam, memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu
mengembangkan berbagai hasil kerajinan dan kesenian yang tinggi.
-
Kedua, suka tolong-menolong dan bergotong-royong
-
Ketiga, berhati lembut dan suka damai, memiliki kesabaran
hati, memiliki rasa humoryang tinggi
-
Keempat, adanya ikatan kekeluargaan yang mesra, dan memilki
kecerdasan yang cukup baik, terutama yang menyangkut keterampilan.
Indonesia yang sering
dikemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang menghayati
dan membuat dasar dan pedoman hidupnya, dasar tingkah laku dan budi pekertinya
berdasarkan kepada kelima sila Pancasila : Ketuhanan, Kemanusiaan, Kerakyatan,
dan persatuan Nasional. Namun, menurut Mochtar
Lubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika tercipta kondisi
masyarakat yang dapat mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari kungkungan
masyarakat feodalis zaman dahulu.
Identitas menjadi utopia untuk sebagian kaum humanis. Abraham Maslow menyatakan
kebutuhan manusia akan identitas ini sebagai metamotif yang mendorong manusia
untuk mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya semaksimal mungkin. Arief Budiman menyatakan bahwa semua
Indonesia seutuhnya merupakan konsep sosiologi, dalam arti untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya itu, usaha harus ditunjukkan kepada pencarian
system sosial yang dapat mengembangkan potensi yang unik dari tiap-tiap
individu.
III.
Konsep
Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Inadonesia atau Pasca-Nasional
dan Pasca- Einstein.
Konsep manusia yang dikembangkan Romo Mangun menunjukkan bahwa tokoh Oti dan Loemadara adalah
sosok rakyat kecil atau ikan Homa
yang menjadi tumbal bagi ikan-ikan Ido
pun akan disantap oleh ikan-ikan Hiu yang
buas dan serakah. Inilah Darwinisme sosial tersebut, siapa yang
kuat dialah yang menang.
Menurut Mangunwijaya, konsep
menusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang Humanis. Namun, pembetukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Untuk itu, ia menawarkan sebuah konsep manusia humanis yang terbebas dari belenggu-belenggu feodaisme, baik feodalisme
khas Jawa maupun warisan politik colonial,
Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis
itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan
Pasca-Einstein.
1)
Pasca-Indonesia atau
Pasca-Nasional
Menurut Romon Mangun, kebudayaan pasca-suku tumbuh dari perubahan ekspansi
budaya pemburu, nelayan, dan pengembara yang berevolusi ke budaya agraris yang
menetap, dari kebupatian sampai ke kerajaan besar. Kerajaan adalah ekspresi
sekaligus insfrastruktur yang timbul
selaku ‘’keharusan perkara’’ (sachzwang) dari
budaya agraris, sedangkan republic atau kerajaan konstitusional yang kini
merupakan bentuk yang dominan memang adalah ekspresi sekaligus infrastruktur dari budaya industri
dengan sistem perdagangannya yang khas.
Nasionalisme Indonesia di
masa mendatang, yakni pembelaan kawan manusia yang masih dijajah yang masih
miskin dalam segala hal, termasuk miskin kemerdekaan dan penentuan diri
sendiri, menolong manusia yang tidak berdaya menghadapi para kuasa yang
sewenang-wenang yang telah merebut bumi hak pribadinya dan yang memaksakan
kebudayaan serta seleranya kepada sikalah. Konsep Pasca- Nasional
mencita-citakan sosok manusia Indonesia yang terbuka kepada nilai-nilai
keindonesiaan.
Zaman Pasca-Nasional atau
Pasca-Indonesia yang dilontarkan Romo
Mangun terjadi jika seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentala
seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya, dan
memberi makna kepadanya dipahami sebagai upaya menciptakan kebudayaan yang humanis. Pendewasaan diri itu tidak
boleh berhenti, harus bergerak evolutif.
Setadewa (Teto) dan Larasati (Atik) adalah dua manusia yang
mencari identitas kemanusiaannya.
2)
Pasca-Einstein
Romo Mangun melontarkan konsep Pasca-Einstain, yang mengajak segenap
generasi muda untuk bersikap menurut dinamika relativitas, dengan tidak mutlak
karena segala sesuatu bersifat relative dengan berpikir kreatif, eksplorasi,
inklusif, dan pluraristik. Sebenarnya, antara konsep Pasca-Einstein dan
berpikir lateral/nggiwar dapat dibedakan. Perbedaan tersebut adalah berpikir
lateral menekankan bagaimana manusia menyelesaikan suatu masalah, sedangkan
Pasca-Einstein atau bermatra-matra menekankan manusia menanggapi suatu masalah.
Driyakarta mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk ‘’pemanusiaan
manusia’’, melalui proses ‘’humanisasi’’ dan ‘’hominisasi’’
atau dengan ringkas disebut sebagai pendidikan humaniora. Demikianpun, keyakinan Romo Mangun, ‘’setiap sistem pendidikan ditentukan oleh filsafat
menentukan visi oleh filsafat tentang manusia dan citra manusianya yang dianut,
sehingga tidak pernah netral’’. Maka visi seseorang tentang manusia, sangat
menentukan visi pendidikannya dan berpengaruh dalam urainnya tentang masa depan
manusia.oleh karena itu, perlulah di mulai dengan melihat visi kemanusiaan,
untuk saapai pada visi pendidikannya.
Pendidikan menurut Romo Mangun, adalah mengantar dan
menolong anak untuk mengenal dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar
menjadi manusia yang mandiri, dewasa, utuh, merdeka, bijaksana, humanis, dan mampu menjadi sosok Pasca-Indonesia
dan Pasca-Einstein, sekaligus peduli dan solider dengan sesame manusia. Romo Mangun mengutarakan gagasannya
tentang pendidikan yang dirumuskan:
-
Pendidikan haruslah bersifat terbuka kea rah masa depan.
-
Pendidikan harus mencerdaskan kehidupan dengan memberi
kebebasan pada para anak didik.
-
Perlu perbaikan hubungan guru murid dalam stituasi
kekeluargaan dan hidup bersam (convivium),
pola pandidikan harus memberi lebih banyak peluang untuk anak didik dalam
mengungkapkan pengalaman mereka.[1]
IV.
Analisa
Kelompok II.
Dari pemaparan diatas, kami para penyaji menganalisa bahwa Yusuf
Bilyarta (Y.B) Mangunwijaya biasa dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Dan dia
lahir pada tanggal 6 Mei 1929 di Ambarawa, dia anak sulung dari 12 bersaudara
dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar
(SD), sedangkan Ibunya guru taman kanak-kanak (TK).
Menurut Y.B. Mangunwijaya, manusia tradisional Jawa pada hakikatnya
adalah citra wayang belaka pada kelir jagad
cilik (mikro-kosmos), sedangkan Menurut Jean-Jacques
Rousseau bahwa pendidikan harus mulai dari situasi fitri kebaikan alamiah
manusiawi (I’homme naturel) yang
menghasilkan Sisi Negatif, seperti hipokritis
atau munafik, segan dan enggan bertangguang jawab atas perbuatannya,
memiliki jiwa feudal yang tinggi,
percaya takhayul, tidak memiliki prinsip yang kuat, tidak suka bekerja keras
(budaya instan), cemburu dan dengki pada orang yang dilihatnya lebih maju (jealous). Sedangkan sisi positif:
memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil
kerajinan dan kesenian yang tinggi, suka tolong-menolong, bergotong-royong, berhati
lembut, suka damai, adanya ikatan kekeluargaan yang mesra, memiliki kecerdasan
yang cukup baik, terutama yang menyangkut keterampilan yang bertujuan
membimbing setiap orang terkhusus anak muda dalam membentuk nilai kemanusiaan.
Syalom untuk kelompok II
BalasHapusKami dari kelompok IV sebagai pembanding
1. Laury Fransiska
NIM 15.02.577
2. Elia Br S. Pelawi
NIM 15.02.571
3. Ruspita Sari
NIM 15.02.583
Kami Pembanding menyampaikan Pandangan kami, masukan serta pertanyaan saudara/i kelompok II dengan judul Manusia Humanis Menurut Romo Mangun.
I. Pandangan Kami
Y. B. Mangunwijaya akrab dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Sedang arti atau kepanjangan dari Y. B adalah Yusuf Bilyarta, anak sulung dari 12 bersaudara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru taman kanak-kanak (TK), ayahnya selalu berkata ’hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati.. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya memiliki keingian Pastor P (Praja),
1.2. Konsep-Konsep tentang Manusia
Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Jawa
citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos), jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati.
Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat
Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa
2. Masuka dari kami
Masukan kami dari pembanding hanya satu dimana Disini penyaji tidak menjelaskan konsep manusia seperti apa yang menurut kebudayaan kebudayaan menurut masing-masing daerah, dan tidak menjelaskan ciri-cirinya masing-masing. Dan penyaji juga tidak menjelaskan ciri-ciri konsep manusia menurut Y.B.Mangun Wijaya
3. Pertanyaan dari kami
1). Apa arti atau makna dari Keuskupan ini dan apa fungsi dari keuskupan ini bagi organisasi pastor-pastor?
2). Mengapa Y.B Mangunwijaya ingin dan mau menjadi seorang Pastor dan dorongan apa yang ada dalam dirinya?
3). Apa yang di maksud dengan manusia hanya bayangan saja, tidak sejati
4). Penyaji menjelaskan tentang mikro-kosmos dan makro-kosmos, coba penyaji jelaskan perbedaan antara mikro dan makro kosmos serta hubungannya dalam kebudayaan jawa tersebut?
5). Penyaji menjelaskan bahwa setiap manusia dari dalam dirinya sudah hamil dengan kebenaran. Apakah Laki-laki juga hamil? karna seperti yang kita ketahui hanyalah perempuan saja yang dapat hamil, dan kelompok menjelaskan semua manusia sudah hamil dan apa maksud dari kata hamil tersebut dan mengapa guru di umpamakan sebagai bidan?
Nama : Laury fransisca
HapusNIM :15.02.577
Nama : Elia Br S Pelawi
NIM : 15.02.571
Nama :Ruspita sari
NIM : 15.02.583
syalom....
kami pembandi masih belum merasa puas dengan jawaban dari penyaji. yang pertama, ada pada no 3 dari pertanyaan kami , apa yang dimaksud dengan kalimat "manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. sedangkan yang dikatakan yusuf(ayah Romo Mangun) kita hidup tidak hanya mencari nasi dan uang, tetapiharus mencari yang sejati.
dan yang kedua pada nomor 5, maaf sebelumnya, yang mau kami tekankan pada pertanyaan kami adalah mengapa Guru di umpamakan sebagi Bidan? bukan kemana kalau ada ibu hamil mencari bidan!
tetapi kenapa Guru dipangil sebagai Bidan?
Laury Fransiska
HapusNIM 15.02.577
Syalom...
Manusia Humanis Menurut Romo Mangun
Y. B. Mangunwijaya akrab dipanggil dengan sebutan Romo Mangun. Sedang arti atau kepanjangan dari Y. B adalah Yusuf Bilyarta. Y. B Mangunwijaya adalah anak sulung dari 12 bersau dara dan 7 antaranya perempuan. Ayah Bilyarta adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan Ibunya guru tamankanak-kanak (TK), ayahnya selalu berkata ’hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati..Yusuf Bilyarta Mangunwijaya memiliki keingian Pastor P (Praja).
Konsep-Konsep tentang Manusia
Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Jawa
citra manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagadcilik (mikro-kosmos),jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati.
Konsep Manusia Menurut Kebudayaan Barat
Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat yang datang itu telah mengalami metamorfosa.
Konsep Manusia Indonesia Konterporer
Mochtar Lubis menggambarkan sosok manusia Indonesia:
Sisi Negatif
Salah satunya, hipokritis atau munafik, berpura-pura, lain dimuka lain dibelakang.
Sisi Positif
Salah satunya, memiliki rasa artistik yang tinggi sehingga mampu mengembangkan berbagai hasil kerajinan dankesenian yang tinggi.
Indonesia yang sering dikemukakan adalah manusia Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya, dasar tingkah laku dan budipekertinya berdasarkan kepada kelimasila Pancasila :Ketuhanan, Kemanusiaan, Kerakyatan, danpersatuanNasional. Namun, menurut MochtarLubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika terciptakon disimasyarakat yang dapat mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari kurungan masyarakat feodalis zaman dahulu.
Konsep Manusia Menurut Y.B. Mangunwijaya: Manusia Pasca-Inadonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca- Einstein.
Konsep manusia yang dikembangkan Romo Mangun menunjukkan bahwa tokoh Oti dan Loemadara adalah sosok rakyat kecil atau ikan Homa bagiikan-ikan Ido pun akan disantap oleh ikan-ikan Hiu yang buas dan serakah.
Jadi Manusia Humanis Menurut Romo Mangun adalah hidup ini tidak hanya sekedar mencari uang dan makan saja, melainkan mencari yang sejati, dari sini dapat kita pahami bagaimana kita menyikapi hidup terutama bagi guru agama dimna kita harus mempersiapkan hidup untuk kehidupan yang sejati.
Trimakasi salam IBD
trima kasih atas tanggapannya.
HapusNama: Tuah Ginting
BalasHapusNIM: 15.02.588
Dalam pertemuan kedua ini kita membahas tentang manusia humanis menurut Romo Mangun, Menurut Mangunwijaya, konsep menusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang Humanis. Tetapi, pembetukan manusia yang humanis itu terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu, ia menawarkan sebuah konsep manusia humanis yang terbebas dari belenggu-belenggu feodaisme, baik feodalisme khas Jawa maupun warisan politik colonial, Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein. Jadi, yang mau saya tanyakan yaitu apa sebenarnya budaya feodalisme sehingga anda mengatakan bahwa budaya itu sudah mendarah daging dalam masyarakat Indonesia dan bahkan ada juga feodalisme khas Jawa maupun warisan politik colonial ?. Dan bagaimana sebenarnya kedua konsep itu sehingga dapat membebaskan belenggu-belenggu feodalisme tersebut?
Saya menunggu jawaban dari kita semua khususnya kelompok II
Salam IBD
Gbu
Budaya feodalisme adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging pada manusia dari nenek moyangnya. Kebiasaan tersebut yaitu kebiasaan mengagung-agungkan jabatan/pangkat. Di indonesia salah satu budaya feodalismenya dikemukakan oleh Mochtar Lubis, yaitu hipokritis/munafik yang merupakan kebiasaan orang-orang indonesia untuk menyelamatkan dirinya misalnya dalam pekerjaan agar atasannya lebih memilih dia sehingga berdampak semakin tebalnya korupsi di indonesia. Selain itu feodalisme/kebiasaan orang-orang indonesia yaitu percaya takhayul, iri dan dengki pada orang yang lebih maju.
HapusHal diatas adalah feodalisme negatif. Untuk membebaskan belenggu-belenggu feodalisme tersebut yaitu dengan feodalisme positif dari feodalisme khas jawa dan warisan politik colonial yang menekankan manusia humanis. Dimana manusia memiliki feodalisme yang positif yaitu memiliki rasa keindahan sehingga mampu mengembangkan kerajinannya, saling tolong-menolong, berhati lembut, suka damai, dan adanya rasa kekeluargaan.
Nama: Tuah Ginting
HapusNIM: 15.02.588
Terima kasih buat jawaban anda Sri Ervina
Jadi feodalisme yang mendarah daging itu sangat berkaitan dengan hal-hal mitis.Memang betul apa bila kita masing menganut atau masih percaya dengan hal mitis tersebut,maka akan sulit menerapkan manusia humanis yang sesuai dengan Romo inginkan.
Salam IBD
Gbu
semuanya tergantung anda bagaimana untuk menyikapinya. trima kasih
HapusNama : Sri Ervina Br Tarigan
BalasHapusNIM : 15.02.585
Pada materi yang kedua ini yaitu manusia humanis menurut Romo Mangun adalah manusia yang harus sadar bahwa manusia hidup di dunia ini tidak sejati, hidup sejati manusia ada di akhirat. Dimana dalam persiapannya manusia yang masih hidup di dunia ini mesti menerapkan nilai-nilai hidup berdasarkan pancasila yaitu sila KETUHANAN, KEMANUSIAAN, PERSATUAN, KERAKYATAN, DAN KEADILAN SOSIAL untuk hidup sejatinya di akhirat. Seperti Romo Mangun ini, beliau sungguh menjadi teladan kita karena dia membangun aksi keperduliannya terhadap sesama manusia khususnya rakyat kecil, dalam hal ini beliau sangat menerapkan nilai-nilai kemanusiaan atau sila Kedua yaitu Kemanusiaan di dalam hidupnya.
Dari analisa saya, saya mengundang saudara/saudari semua khususnya penyaji atau kelompok 2 untuk kita sama-sama memaknai dimana dalam konsep manusia kebudayaan jawa yaitu "hidup hanya singgah sebentar untuk minum" bagaimanakah pemahaman kita akan konsep manusia kebudayaan jawa tersebut?
Nama : Elisenta Br Tarigan
HapusNIM : 15.02.570
Saya akan menanggapi sedikit tentang masalah kebudayaan Jawa yang di pertanyakan oleh saudari Sri Ervina Br Tarigan dimana di pertanyakan hidup hanya singgah sebentar untuk minum. Maksudnya disini bahwa kita didunia hanya sementara istilahnya kita hanya singgah sebentar. Kita istilahkan seperti burung yang haus dan minum ketepi sungai, nah burung itu kan hanya singgah sementara di sungai tersebut. Begitu jyga dengan kehidupan kita di dunia ini bahwa kita hanya sebentar untuk bernafas untuk saling mengasihi dan saling membantu.
Hanya itu yang bisa saya tanggapi. Trimakasih
SYALOM
trima kasih tanggapannya, jadi intinya adalah hidup itu singkat.
HapusNama : Elisenta Br Tarigan
BalasHapusNIM : 15.02.570
SYALOM
pada sajian tersebut penyaji mengatakan Romo Mangun menjadi Pastor setelah melihat keluar mengenai orang miskin dan orang terantar. Pada sajian kami dan di dalam buku dikatakan sebelum keluar dari tembok gereja Romo Mangun sudah menjadi keluar untuk membantu norang yang miskin dan orang terlantar. Dibagian ini kani kelompok I khususnya saya minta penjelasan dari Romo Mangun tersebut. pertanyaan saya ke dua pada konsep manusia menurut kebudayaan Jawa, disisni dikatakan bahwa manusia hanya bayangan saja tidak sejati, mengapa dikatakan demikian, mengapa dikatakan manusia hanya bayangan dan dikatakan tidak sejati? tolong Bapak Dosen Pdt Edward Simon Sinaga jelaskan, kalau boleh penyaji juga menanggapi hal tersebut.
TERIMAKASIH SALAM IBD
SYALOM
hidup manusia itu singkat dan tidak sempurna seperti Tuhan.
HapusNama: Pirta Niska Sinaga
BalasHapusNim : 15.02.579
" Manusia Humanisme menurut Romo Mangun"
Setelah kita mempelajari Manusia Humanisme menurut Romo Mangun pembahasannya yang kedua kalinya . Saya tertarik dengan kata-kata Ayahnya yang tergiang ditelinga bilyarta adalah bahwa " hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi dan uang, tetapi harus mencari yang sejati. Saya sangat menyukai perkataan dari ayah beliau, kenapa?.
karena kita berpikir manusia ini hanya memikirkan atau mencari kesenangan diri saja tetapi kita tidak memikirkan perasaan orang lain , apakah kita sudah pantas dihadapan dia, tetapi kita tidak membutuhkan itu , tetapi kita hanya bisa mementingkan diri kita saja
Menurut Mangunwijaya konsep manusia yang ingin dikembangkannya adalah manusia yang humanis . Tetapi pembentukan manusia yang humanisme itu harus terbentur oleh budaya feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat khususnya di indonesia. syaloom
salam IBD.....
semuanya kembali kepada diri individu tersebut, trima kasih
HapusNama : Dina Erika Saragih
BalasHapusNIM : 15.02.569
SYALOM PAK/HORAS
pada sajian kelompok dua ini tentang Manusia Humanis Menurut Romo Mangun Berbicara tentang pendidikan, pastilah terlebih dahulu berbicara tentang manusia karena setiap sistem pendidikan ditentukan oleh filsafat tentang manusia dan citra manusianya yang dianut, sehingga tidak pernah netral atau dengan kata lain ideologis. manusia tradisional Jawa pada hakikatnya adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik (mikro-kosmos), jadi manusia hanya bayangan saja, tidak sejati. Hal itu sejajar dengan filsafat Ide dari Plato digerakkan oleh Ki Dalang (Tuhan Yang Maha Esa) di alam penentu sejati jagad gedhe (makro-kosmos). Dalam konsep manusia lama Jawa,kedudukan manusia dalam pendidikan tidaklah lebih dari menggiring si anak dan memupuk tunas-tunas muda ke pengintegrasian diri dalam seluruh adat-istiadat dan kebudayaan orang tua serta nenek moyang secara tradisional. Kegiatan itu disebut proses sosialisasi, sekaligus mereproduksi anggota-anggota masyarakat yang berpikir da berbudaya sama melestarikan serta memperkuat sistem yang sudah ada.
Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein,jadi pertanyaan saya apa yang melatarbelakangi Romo Mangun menamakan konsep manusia humanis itu dengan istilah manusia Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein?
Nama : Putri Pebrina Nababan
HapusNIM : 15.02.580
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari dina erika. di katakan melatarbelakangi Romo Mangun Pasca- Indonesia atau Pasca-Nasional dan Pasca-Einstein.
latar belakang Romo Mangun dalam Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia terjadi jika seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentala seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya, dan memberi makna kepadanya dipahami sebagai upaya menciptakannya. kebudayaan yang humanis. Konsep Pasca- Nasional mencita-citakan sosok manusia Indonesia yang terbuka kepada nilai-nilai keindonesiaan.
latar belakang Romo Mangun dalam Pasca-Einstein adalah mengajak segenap generasi muda untuk bersikap dinamika relativitas dan bersifat kreatif. Romo Mangun mempunyai pendidikan yang bersifat terbuka kearah masa depan. pendidikan harus di tempatkan kerangka evolusi, yaitu: upaya mengatur murid, bangsa bahkan umat manusia kearah pendewasaan.
nama:suci jiwana
BalasHapusnim:15.02.586
tktjur:I/PAK
syalom pak edward simon sinaga M.th
pada sajian ke II ini membahas tentang manusia menurut mangun, yang menjadi pertanyaan saya yaitu di bagian Zaman Pasca-Nasional atau Pasca-Indonesia yang dilontarkan Romo Mangun terjadi jika seluruh totalitas aktivitas serta galaksi pengentala seluruh ikhtiar manusia untuk menjawab tantangan hidupnya, mengelolahnya, dan memberi makna kepadanya dipahami sebagai upaya menciptakan kebudayaan yang humanis. Pendewasaan diri itu tidak boleh berhenti, harus bergerak evolutif, dan yang menjadi pertanyaan saya yaitu pendewasaan diri seperti apa yang tidak boleh berhenti, dan harus bergerak secara evolutif.
terima kasih :)
GBU
jika kita tahu arti dewasa yang sesungguhnya, maka ini saya rasa bukanlah sebuah pertanyaan.
HapusNama : Ruspita Sari Br Bangun
BalasHapusNIM; 15.02.583
Pada sajian kelompok II dimana dikatakan Guru bagai bidan, yang memang harus aktif menolong, akan tetapi kelahiran bayi (kebenaran) dilakukan oleh manusia atau anak yang bersangkutan itu sendiri. di saya ingin bertanya mengapa dikatakan bahwa Guru adalah Bidan yang harus aktif menolong? tolong saudara penyaji kelompok dua jelaskan tentang hal tersebut dan kepada Bapak Dosen Edward Simon Sinaga jelaskan tentang hal itu juga.
Terimakasih SYALOM
SALAM IBD
Shalom Ruspita Sari.
HapusNim:15.02.583
Nama Saya:Ricky Yacob.N.S.Ginting
NIM:15.02.581
Saya akan Menjawab pertanyaan anda.
mengapa dikatakan bahwa Guru adalah Bidan yang harus aktif menolong?
Saya Beri contoh kepada Anda,
Seorang Wanita Hamil. Kan seolah-olah Wanita hamil tersebut tidak mungkin Ia ke Taman Wisata untuk melihat Kondisi Bayi nya yg ada di Dalam Kandungan wanita tersebutkan?
Pasti wanita itu bawak ke bidan atau ke Dokter.
Kenapa? Karna Bidan atau pun Dokter itu lah yang akan Melayani Wanita hamil Tersebut dalam hal Medis. Begitu juga Guru.
Guru lah yang mendidik anak murid nya dalam Hal PENDIDIKAN supaya Anak murid nya dapat menjadi orang Yang berguna Bagi bangsa dan negara. Terutama juga berguna bagi Tuhan Yesus. Demikian jawaban dari saya. GBU
trima kasih atas komentarnya tetapi saya rasa ini sudah dibahas/sudah dijawab sebelumnya jadi tidak perlu lagi saya jelaskan.
HapusNama : Erik Sanjaya Hutauruk
BalasHapusNIM : 15. 02. 572
Ting/Jur : I/ PAK
Salam IBD.....
Pada pembelajaran sebelumnya humanisme adalah gerakan dengan tujuan untuk mempromosikan harkat dan martabat manusia sebagai pemikir yang etis yang menjungjung tinggi kemanusiaan dan pembelajaran ini mengenai banyak konsep yang diperlihatkan manusia yang memiliki hakikat dalam kebudayaan jawa, kebudayaan barat, dan manusia kentemporer. Yang mau saya tanyakan adalah bahwa dalam kebudayaan itu banyak hal yang ingin kami tahu yaitu apakah dengan konsep ini manusia akan memeliki pemikiran yang humanis, dan bagaimana kalo konsep ini akan mengakibatkan kapada hal yang tak diinginkan seperti, pendidikan yang mengalami metaforfosa.?
maaf itu bukan pertanyaan, karena metamorfosa yang nsaya maksud adalah perubhan yang terjadi setelah mengalami proses pendidikan.
HapusNama :Ezra Lumbantobing
BalasHapusNim :15.02.573
Tkt/Jur :I/PAK
Syaloom/Horas
dapat kita lihat dalam sajian kelompok II ini mengatakan dimana Romo Mangun mengajak dan menekankan agar kita sebagai Bangsa Indonesia harus mengubah nilai-nilai negative dan nilai-nilai positiv yang dapat membangun dan mendorong agar Tanah Air Indonesia yang kita cintai ini dapat mengalami perkembangan kearah yang lebih baik lagi. Dimana rasa Nasionalisme yang ada diharapkan mampu membuat bangsa Indonesia dapat bersatu dalam mewujudkan Indonesia kearah yang baik itu. Dimana juga manusia memiliki nilai universal yang dapat menyatukan kita antara satu dengan yang lainnya. Romo juga menegaskan bahwa kualitas suatu bangsa yang sebenarnya dapat membuat negara itu berkembang kearah yang lebih baik lagi baik dari segi pendidikan yang tinggi saja melainkan kemoralitasan setiap orang. karna pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang memiliki rasa kehumanismean. Dapat kita lihat dari para pejabat yang ada di negara kita ini. Dimana banyak nya kasus kejahatan yang mereka lakukan padahal mereka sudah mengemban pendidikan yang tinggi.
Yang saya ingin tanyakan kepada penyaji ialah
1. Bagaimana para penyaji menyikapi hal tentang pejabat-pejabat yang melakukan kejahatan atau korupsi yang mana mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri dan mengabaikan kesejahteraan masyarakat nya dan Pemimpin seperti apakah yang sebenarnya pantas dalam memimpin negara ini menuju kemajuan yang lebih tinggi lagi ???
2. Bagaimana cara kita untuk menyampaikan kepada orang-orang yang bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan negara ini untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik lagi dari sebelumnya ???
semoga parah penyaji dapat berpartisipasi dalam kelompok ini
terimakasih
Salam IBD
yng kita lakukan ada;ah memulai dari diri kita sendiri untuk bersikap jujur dan mengharapkan para koroptor-koroptor diberikan sangsi yang berat.
HapusNama : Fernando Rianz Parasian Siregar
BalasHapusNIM : 15.02.574
Dalam pertemuan kali ini, pembahasannya adalah tentang manusia humanis menurut Romo Mangun. Disini dikatakan konsep manusia Indonesia kontemporer adalah mempunyai 2 sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positifnya pula. Di Indonesia, pedoman hidup seseorang bisa tercipta akan adanya paham Pancasila, namun menurut Mochtar Lubis, gambaran manusia Pancasila itu bisa tercapai jika tercipta kondisi masyarakat yang mendewasakan diri dari melepaskan dirinya dari kukungan masyarakat feodalis zaman dahulu. Nah... yang masih membingungkan bagi saya adalah, Apakah jika kita sudah dewasa dan bisa melepaskan diri dari kukungan masyarakat feodalis kita akan bisa membuat nilai-nilai kemanusiaan itu sepenuhnya terwujud ?
Terima Kasih...
Salam IBD.
semua tergantung individunya masing-masing untuk menyikapinya, jika dia sudah merasa sudah dewasa maka bersikaplah seperti orang dewasa.
HapusNama : Chandra Syahputra Pasaribu
BalasHapusNIM : 15-02-568
UAS Berjalan 2
Veerry T. Indrano menganalisa bahwa kawasannya seorang Romo Mangun itu adalah ‘’Seorang Arsitek kepedulian kepada manusia’’. Pada awalnya dia hanyalah seorang pastor dan seorang yang ahli dalam bidang bangunan gedung-gedung. Namun pada akhirnya dia dapat menjadi seorang yang bisa membangun pikiran dan rohani manusia. Jadi dia tidak hanya pintar dan multi talenta tetapi juga memilki kepedulian kepada manusia.
Menurut tradisional Jawa hakikatnya adalah citra wayang belaka atau manusia hanya bayangan saja, tidak sempurna. Menurut Romo Mangun, Pendidikan Barat itu telah mengalami metamorfosa atau proses perubahan yang lebih baik. Jadi manusia itu tida ada yang sempurna, namun selalu ada proses perubahan yang lebih baik lagi. Baik lewat Pendidikan maupun Kebudayaan, akan tetapi semuanya itu bertujuan untuk membentuk manusia yang berkualitas. Karena hidup ini bukan hanya untuk mencari nasi atau uang, tetapi harus mencari yang sejati.
Jadi intinya kita harus ada menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang terlibat HIV-AIDS. Dengan cara mau menerima dan mengakui keberadaannya sebagai manusia atau sebagai mahkluk ciptaan Allah. Namun harus tetap sanagat berhati-hati, karena penyakit itu akan menular lewat luka atau darah.
Nama:Ricky Yacob.N.S.Ginting
BalasHapusNim:15.02.581
Romo Mangun, dengan segala kelebihan dan kekurangan, adalah tokoh yang besar kontribusinya dalam perjuangan membangun perdamaian dan persaudaraan antarmanusia tanpa memandang apa pun agama, suku, ras dan identitas-identitas primodial lainnya. Itulah sebabnya yang menjadi kata kunci dalam perjuangan kemanusiaan adalah imam, religiositas, dan bukanlah agama sebagaimana yang kita kenal dalam kamus kesalahkaprahan kita.
Nama:Ricky Yacob.N.S.Ginting
BalasHapusNim:15.02.581
Romo Mangun, dengan segala kelebihan dan kekurangan, adalah tokoh yang besar kontribusinya dalam perjuangan membangun perdamaian dan persaudaraan antarmanusia tanpa memandang apa pun agama, suku, ras dan identitas-identitas primodial lainnya. Itulah sebabnya yang menjadi kata kunci dalam perjuangan kemanusiaan adalah imam, religiositas, dan bukanlah agama sebagaimana yang kita kenal dalam kamus kesalahkaprahan kita.
Nama : Ima Susi Susanti Sembiring
BalasHapusNIM : 15-02-576
1. Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan dari kelompok II tentang bagaimana sebenarnya manusia yang Humanis menurut Romo Mangun. Kelompok II telah membahas dengan baik tentang konsep manusia menurut kebudayaan masyarakat Jawa dan konsep tentang manusia Indonesia yang Kontemporer. Jadi berdasarkan pemamaparan diatas, dikatakan bahwa manusia yang tidak sejati yang sejajar dengan filsafat dari ide Plato dan yang digerakkan oleh “Ki Dalang” (Tuhan Yang Maha Esa). Nah, jadi jika kita hubungkan ke dalam Hukum Taurat yang ke-3 tentu hal ini sudah jelas salah. Dikatakan bahwa jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan. Dan di dalam pembahasan kali ini sudah dengan jelas bahwa masyarakat jawa menyebut nama Tuhan Allah dengan sembarangan. Dan yang menjadi pertanyaan saya adalah, apa sebenarnya yang mendasari mereka sehingga dengan begitu mudah menyebut nama Tuhan Allah dengan seenaknya atau dengan sembarangan? Budaya seperti apa sebenarnya yang mereka anut?
2. Dalam pokok materi kita yang ke-III dari kelompok II tentang manusia pasca Nasional dan pasca Einstein dikatakan bahwa pembentukan manusia yang Humanis itu terbentur oleh budaya Feodalisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Jadi yang menjadi pertanyaan adalah budaya seperti apa sebenarnya budaya Faedalisme ini sehingga dapat mendarah daging dengan masyarakat Indonesia?
Tuhan bisa disebutkan, jika itu dalam konteks yang benar. dan budaya faedlisme adalah budaya-budaya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
HapusKepada semua mahasiswa-i saya beritahukan, hari ini Sabtu, 09 April 2016, pikul 15.00 wib sore, ruang komen topik bahasan ini resmi saya tutup.
BalasHapusTerimakasih bagi saudara-i yang sudah memberikan komen-nya, dan tetaplah memberikan komen di sajian-sajian berikutnya, hingga sampai sajian ke-7 nantinya, salam IBD.
Nama : Putri Pebrina Nababan
BalasHapusNIM : 15.02.580
Ting/Jur : I/PAK
Ada 3 konsep kebudayaan,yaitu: kebudayaan jawa, kebudayaan barat dan kebudayaan konterporer.
di konsep kebudayaan konterporer. memiliki 2 sisi, yaitu: sisi positif dan sisi negatif. yang menjadi pertayaan saya, apa-apa saja contoh dari sisi positif dan negatif dalam konsep kebudayaan konterporer?